NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PELATIHAN MANAJEMEN QOLBU TERHADAP PENINGKATAN ADVERSITY QUOTIENT. Oleh : NURRATRI PRAMAWATI IRWAN NURYANA K

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PELATIHAN MANAJEMEN QOLBU TERHADAP PENINGKATAN ADVERSITY QUOTIENT. Oleh : NURRATRI PRAMAWATI IRWAN NURYANA K"

Transkripsi

1 NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PELATIHAN MANAJEMEN QOLBU TERHADAP PENINGKATAN ADVERSITY QUOTIENT Oleh : NURRATRI PRAMAWATI IRWAN NURYANA K PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2006

2 PENGARUH PELATIHAN MANAJEMEN QALBU TERHADAP PENINGKATAN ADVERSITY QUOTIENT Nurratri Pramawati Irwan Nuryana K. INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan manajemen qalbu terhadap peningkatan adversity quotient. Subjek penelitian ini adalah siswa SMA kelas X dan XI. Subjek penelitian berjumlah 26 orang yang terbagi menjadi 13 orang kelompok eksperimen dan 13 orang kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan memberikan perlakuan pelatihan manajemen qolbu terhadap kelompok eksperimen. Design eksperimen dalam penelitian ini adalah Pretest- posttest Control Group Design (Latipun, 2004). Menggunakan teknik analisis data Independent Sample t-test dengan bantuan program SPSS for windows. Hasil analisis dilakukan pada tiga pasangan variabel. Variabel pertama yaitu skor pretest kelompok eksperimen dan skor posttest kelompok eksperimen menunjukkan nilai t = dengan p = 0,616 (p > 0.05). Variabel kedua yaitu skor pretest kelompok kontrol dan skor posttest kelompok kontrol menunjukkan nilai t = dengan p = (p > 0.05). Sedangkan untuk variabel ketiga yaitu selisih skor pretest- posttest kelompok eksperimen dan skor pretest- posttest kelompok kontrol menunjukkan nilai t = dengan p = (p > 0.05). Berdasarkan hasil analisis diatas maka hipotesis penelitian yang berbunyi ada pengaruh pelatihan manajemen qolbu terhadap peningkatan adversity quotient tidak dapat diterima. Kata kunci : Pelatihan manajemen qolbu, Adversity quotient

3 Latar Belakang Masalah Seiring bertambahnya waktu, perkembangan zaman semakin maju dan berkembang, berbagai permasalahan, hambatan, kesulitan serta rintangan dalam hidup ini pun semakin banyak. Dalam tehnologi informasi terjadi banyak kemajuan yang pesat, hal tersebut menimbulkan beban berjuang dalam masyarakat dan beban untuk menyerap informasi yang tingkatnya semakin tinggi telah membuat kewalahan sebagian besar dari masyarakat yang ada. Akibatnya yang sering terjadi adalah suatu perasaan putus asa, pesimis, kegelisahan serta kecemasan yang semakin meluas (Stoltz, 2000). Sekian banyak dari jumlah masyarakat yang merasakan kecemasan dari segala permasalahan yang ada, hal itu tidak luput dari banyaknya remaja yang juga ikut terpengaruh dengan adanya kondisi tersebut, karena remaja adalah bagian dari masyarakat itu sendiri. Basri (2000) menyebutkan, masyarakat yang berkembang begitu pesat baik dalam perubahan materi maupun pergeseran nilainilai kehidupan ternyata dampaknya bukan saja terhadap orang- orang tua dan dewasa tetapi juga terhadap kaum remaja. Mappiare (1982) menyebutkan, pada remaja kemampuan berpikir lebih dikuasai oleh emosionalitasnya sehingga kurang mampu mengadakan konsensus dengan pendapat orang lain yang bertentangan dengan pendapatnya. Akibatnya masalah yang menonjol adalah pertentangan sosial. Banyak terdapat remaja akhir yang mendapat kesulitan dalam menyusun rencana- rencana mereka serta menetapkan pilihan, demikian pula dalam pemecahan persoalan yang dihadapi.

4 Hal yang demikian ini mungkin disebabkan oleh kondisi- kondisi sosial, ekonomis, atau aspek- aspek psikis lainnya seperti kondisi emosi dan sikapnya. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh penulis, salah satu contoh kasus pemecahan masalah dari beberapa remaja SMU yaitu, melakukan demo atau aksi protes kepada pihak sekolah karena merasa dirugikan di dalam penggunaan fasilitas sekolah. Aksi tersebut berawal karena para siswa merasa telah melunasi pembayaran untuk menggunakan fasilitas ruang komputer, akan tetapi dari pihak sekolah tidak segera memberikan fasilitas tersebut. Akhirnya, para siswa mengambil keputusan untuk melakukan aksi mogok. Contoh yang lain yaitu remaja putri yang melarikan diri dari rumah karena remaja putri tersebut telah melakukan pergaulan bebas yang akhirnya membawa dampak kehamilan diluar nikah. Hal tersebut membuat kedua orang tuanya kebingungan karena putrinya tersebut tidak pulang ke rumah. Bahkan ketika ditanyakan kepada wali kelasnya ternyata remaja tersebut juga tidak masuk sekolah. Fenomena ini merupakan salah satu bukti kesulitan remaja didalam mengendalikan suatu permasalahan yang dihadapi, sehingga tidak sedikit remaja yang memilih atau menghindar dari permasalahan yang ada. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja merasa tidak mampu mengendalikan permasalahan atau kesulitan yang dihadapinya. Persimpangan antara dua pilihan yaitu berani menghadapi atau menghindar dari masalah ini muncul pada jalur yang tantangannya paling berat dan bisa jadi mempunyai keuntungan yang cukup besar. Namun pada kenyataannya daripada harus mengatasi hambatan- hambatan hidup, semakin

5 banyak jumlah orang yang tidak memiliki motivasi dan akhirnya mereka memilih untuk menyerah saja. Sebagian besar orang di dunia ini belum memanfaatkan secara total seluruh potensi dirinya untuk mencapai suatu keberhasilan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain belenggu pikiran dan mental mereka sendiri (Agustian, 2001). Setiap kesulitan merupakan suatu tantangan, dan setiap tantangan merupakan suatu peluang, yakni suatu peluang untuk melakukan suatu perubahan yaitu suatu perubahan untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Namun pada umumnya, kebanyakan orang berhenti berusaha atau menyerah sebelum tenaga, batas kemampuan dan potensinya benar- benar telah digunakan untuk menghadapi tantangan- tantangan didalam hidupnya. Akan tetapi dengan adanya Adversity Quotient yang baik pada diri setiap individu, hal tersebut akan membuat individu tersebut mampu untuk bertahan menghadapi kesulitan dan mengatasinya. Hambatan terbesar yang dihadapi seseorang ketika ragu melangkah, ternyata terdapat dalam diri manusia sendiri. Rasa takut, khawatir yang berlebihan, merasa tidak mampu, rendah diri adalah sejumlah penyakit hati dan kelemahan jiwa yang sering dialami oleh manusia (Gymnastiar, 2004). Islam sebagai rahmatan lil alamin telah mengatur tentang kewajiban berusaha bagi setiap orang yang ingin maju. Allah Berfirman dalam Al Quran surat Ar Ra d: 13 : Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.

6 Gymnastiar (2004) menyebutkan, sesungguhnya inti dari diri adalah hati atau qolbu. Hati inilah potensi yang bisa melengkapi otak cerdas dan badan kuat menjadi mulia. Dengan hati yang hidup inilah orang yang lumpuh pun bisa menjadi mulia, orang yang tidak begitu cerdas pun dapat menjadi mulia. Setiap aktivitas lahir dan batinnya tersaring sedemikian rupa oleh proses manajemen qolbu. Karena itu yang muncul hanyalah satu, yaitu sikap yang penuh kemuliaan dengan pertimbangan nurani yang tulus. Hal tersebut dapat diketahui bahwa melalui konsep manajemen qolbu, seseorang bisa diarahkan agar menjadi sangat peka dalam mengelola sekecil apa pun potensi yang ada dalam dirinya menjadi sesuatu yang bernilai kemuliaan serta memberi manfaat besar, baik untuk dirinya maupun untuk lingkungannya. Pelatihan manajemen qolbu yang akan dilaksanakan ini diharapkan mampu untuk mengembangkan motivasi, sejauh mana individu harus bersikap, meyakini sebuah kemampuan dan potensi dalam diri pada setiap peserta yang hadir dalam rangka usaha untuk tetap tegak berdiri didalam menghadapi setiap permasalahan, rintangan, hambatan dan kesulitan yang ada didalam kehidupan ini. Berdasarkan pada uraian diatas mengenai adversity quotient dan pelatihan manajemen qolbu, penulis tertarik untuk meneliti pengaruh pelatihan Manajemen qolbu terhadap peningkatan adversity quotient. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan manajemen qolbu terhadap peningkatan adversity quotient.

7 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini untuk memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi islami. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, apabila pelatihan manajemen qolbu ini terbukti efektif untuk pengembangan adversity qoutient, maka pelatihan ini dapat dijadikan salah satu sarana untuk mengembangkan adversity qoutient pada individu, memberikan pendekatan yang sehat dan efektif kepada individu untuk membangun keuletan pribadi. Adversity Quotient Adversity quotient merupakan teori baru yang dikemukakan oleh Stoltz (2000). Ada tiga bentuk adversity quotient yaitu, pertama adversity quotient adalah kerangka kerja baru untuk memahami dan meningkatkan semua segi kesuksesan yang ada pada manusia. Adversity quotient berlandaskan pada riset yang berbobot dan penting, yang menawarkan suatu gabungan pengetahuan yang praktis dan baru yang merumuskan kembali apa yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan. Adversity quotient bisa menjadi ukuran untuk mengetahui respon seseorang terhadap kesulitan dan adversity quotient adalah seperangkat alat yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respon seseorang terhadap kesulitan yang dialaminya. Adversity quotient mengungkapkan seberapa jauh kemampuan

8 seseorang dalam menghadapi kesulitan dan hambatan yang dialaminya (Stoltz, 2000). Adversity quotient digunakan untuk membantu dalam memperkuat kemampuan dan ketekunan dalam menghadapi tantangan hidup dengan tetap berpegang pada prinsip- prinsip dan cita- cita tanpa memperdulikan apa yang akan terjadi. Berdasarkan uraian di atas, adversity quotient merupakan kemampuan seseorang untuk mengarahkan, mengubah cara berfikir dan tindakannya ketika ia menghadapi hambatan dan kesulitan yang dihadapi oleh dirinya. Adversity quotient mengusahakan bagaimana seseorang menanggapi kesulitan dan hambatan dalam hidup ini sebagai tantangan dan kemudian berpikir bagaimana caranya untuk mengatasi tantangan tersebut tanpa dipengaruhi oleh keterbatasanketerbatasan yang dimilikinya. Aspek- aspek Adversity Quotient Stoltz (2000) mengungkapkan aspek- aspek didalam adversity quotient yaitu : a. C = Control (Kendali) C adalah singkatan dari control atau kendali. C mempertanyakan, Berapa banyak kendali yang anda rasakan terhadap sebuah peristiwa yang menimbulkan kesulitan?. b. O 2 = Origin dan Ownership (Asal- usul dan Pengakuan) O 2 merupakan kependekan dari Origin (Asal- usul) dan Ownership (Pengakuan). O 2 mempertanyakan dua hal, siapa atau apa yang menjadi asal-

9 usul kesulitan? Dan sampai sejauh manakah saya mengakui akibat- akibat kesulitan itu?. c. R = Reach (Jangkauan) R ini mempertanyakan Sejauh manakah kesulitan akan menjangkau bagian- bagian lain dari kehidupan saya?. d. E = Edurance (Daya tahan) E atau daya tahan ini memepertanyakan dua hal yang berkaitan, Berapa lamakah kesulitan akan berkangsung? Dan Berapa lamakah penyebab kesulitan ini akan berlangsung?. Faktor- faktor yang mempengaruhi Adversity Quotient Menurut Stoltz (2000) beberapa faktor yang mempengaruhi adversity quotient yaitu : a. Faktor kinerja Faktor ini adalah bagian yang paling menyolok, dan inilah yang sering dievaluasi atau dinilai. b. Faktor bakat dan kemauan Faktor bakat disini merupakan gabungan antara pengetahuan dan kemampuan. c. Faktor Kecerdasan, kesehatan dan karakter Howard Gardner (Stoltz, 2000) menyatakan pengertian tentang kecerdasan adalah dengan menunjukkan bahwa kecerdasan tersebut mempunyai tujuh bentuk: linguistik, kinestetik, spasial, logika matematis, musik, interpersonal dan intrapersonal.

10 Kesehatan emosi dan fisik juga dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mencapai kesuksesan. Karakter juga mendapat perhatian, kejujuran, keadilan, kelurusan hati, kebijaksanaan, kebaikan, keberanian dan kedermawanan, semuanya penting untuk untuk meraih kesuksesan dalam hidup. d. Genetika, pendidikan dan keyakinan Semua faktor diatas sangat penting bagi kesuksesan hidup individu, akan tetapi tanpa genetika, pendidikan, dan keyakinan tidak satupun faktor diatas akan muncul. Keyakinan memang berpengaruh didalam diri setiap manusia. Keyakinan tersebut ada pada qolbu, sehingga ketika manusia mampu mengelola qolbunya dengan baik, maka hal tersebut akan mempengaruhi setiap perilakunya di dalam menyikapi segala permasalahan yang ada dalam kehidupan. Pelatihan Manajemen Qolbu Wacana Manajemen Qolbu merupakan upaya pembersihan qolbu dari segala dosa dan kemaksiatan serta sebagai pelatihan qolbu agar selalu condong kepada kebaikan. Manajemen qolbu berorientasi pada pemupukan kesadaran diri untuk mengatur dan mendidik qolbu serta menanamkan nilai- nilai moralitas yang luhur dalam jiwa, sehingga kebeningan qolbu yang bertahtakan keluhuran tertanam secara mantap dalam setiap pribadi. Ketika qolbu telah tergarap dengan baik, maka tindakan fisik diharapkan akan berbanding lurus positif dengan

11 keadaan qolbu (Bani, 2003). Menurut Gymnastiar (2004), ada beberapa langkah yang dilakukan didalam manajemen qolbu, antara lain: a. Pengenalan Diri Untuk mengenal diri dimulai dari proses pendalaman atau introspeksi diri. b. Pembersihan Hati Langkah- langkah dalam pembersihan hati antara lain: tekad, dengan tekad yang kuat, Ilmu memahami diri, disamping itu, juga memberi kesempatan orang lain untuk menilai diri. c. Pengendalian Diri Pengendalian diri disini ada bermacam- macam, antara lain adalah cara seseorang didalam mengelola perasaannya. d. Pengembangan Diri Pengembangan diri berawal dari rumah hati. e. Makrifatullah Tahapan paling tinggi dalam pengenalan diri, pembersihan hati, pengendalian diri, dan pengembangan diri adalah jalan menuju ridlo Allah SWT. Pelatihan Manajemen Qolbu adalah bagaimana mengelola hati supaya potensi positifnya bisa berkembang maksimal mengiringi kemampuan berpikir dan bertindak sehingga sekujur sikapnya menjadi positif, dan potensi negatifnya segera terdeteksi dan dikendalikan sehingga tidak berbuah menjadi tindakan yang negatif (Gymnastiar, 2003). Berdasarkan paparan diatas maka pelatihan manajemen qolbu yang dilakukan penulis merupakan serangkaian program untuk mengenal, mengelola,

12 dan mengarahkan potensi hati untuk mencapai sasaran akhir yaitu pembentukan akhlak yang terpuji sehingga mampu merespon dengan baik segala kesulitan atau hambatan didalam mengarungi kehidupan. Disamping itu juga mampu menjadikan bahwa kesulitan atau hambatan di dalam hidup ini merupakan peluang untuk menjadi lebih baik. Hipotesis Penelitian Ada pengaruh pelatihan manajemen qolbu pada peningkatan adversity quotient. Subyek yang telah mengikuti pelatihan manajemen qolbu ini memiliki peningkatan kemampuan adversity quotient lebih tinggi dibanding subyek yang tidak mengikuti pelatihan manajemen qolbu. Identifikasi Variabel Variabel Bebas : Pelatihan Manajemen Qolbu Variabel Tergantung : Adversity Quotient Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, dengan menggunakan rancangan eksperimen Pretest- posttest Control Group Design (Latipun, 2004). Rancangan eksperimen tersebut adalah sebagai berikut :

13 O 1 R (M) - ( X ) - O 2 O 3 R (M) - ( - ) - O 4 Keterangan: O 1 dan O 3 : Pengukuran (pretest) sebelum diberi perlakuan X : Perlakuan yang diberikan O 2 dan O 4 : Pengukuran (posttest) setelah diberi perlakuan R : Dalam hal ini adalah random assignment subyek ke dalam kelompok M : Matching (Penjodohan) Subyek Penelitian Subyek pada penelitian ini adalah pelajar SMA Negeri 1 Blora kelas X dan XI. Dimana dalam penelitian ini terdapat kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Subyek di bagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pembagiannya berdasarkan skala adversity quotient, dengan menyeimbangkan kategorisasi nilai adversity quotient serta memperhatikan jenis kelamin subyek. Subjek yang ikut dalam penelitian ini berjumlah 26 orang masing-masing 13 orang untuk kelompok eksperimen dan 13 orang untuk kelompok kontrol. Metode Pengumpulan Data Skala Adversity Quotient Skala ini bertujuan untuk mengetahui adversity quotient subyek. Skala ini disusun berdasarkan gabungan dari aspek adversity quotient Stoltz (2000) meliputi: control (kendali), origin dan ownership (asal- usul dan pengakuan), reach (jangkauan), dan edurance (daya tahan). Skala adversity quotient yang

14 dipergunakan sebagian merupakan adaptasi dari Adversity Response Profile Stoltz (2000) dan sebagian lagi disusun oleh penulis. Skala ini terdiri dari tiga puluh item, yang terdiri dari item favorable untuk tiap-tiap aspek. Pemberian nilai dalam skala ini menggunakan lima skala rating sesuai dengan Adversity Response Profile Stoltz (2000), yang bergerak dari titik ekstrim suatu perasaan atau keadaan tertentu sampai titik ekstrim suatu perasaan atau keadaan sebaliknya. Modul Pelatihan Manajemen Qolbu Modul Pelatihan manajemen qolbu merupakan materi pelatihan yang disusun oleh penulis berdasarkan aspek manajemen qolbu. Pelatihan manajemen qolbu ini terdiri dari lima langkah, yaitu mengenali diri dengan menyelami qolbu, membersihkan qolbu, mengendalikan qolbu, mengelola qolbunya, dan mengenal Allah. Pelatihan ini dilaksanakan selama dua hari satu malam. Lembar Observasi Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan a. Lembar observasi (untuk observer) Tujuan lembar observasi ini adalah untuk menilai jalannya pelatihan manajemen qolbu. Lembar ini digunakan untuk mencatat jalannya pelatihan secara keseluruhan, menilai pelatihan pada akhir tiap sesi, menilai ketertiban peserta pelatihan, keberhasilan fasilitator dalam memandu pelatihan. Penilaian dilakukan oleh observer yang tidak terlibat secara langsung dalam pelatihan. Data yang diperoleh akan digunakan sebagai data kualitatif.

15 b. Lembar ungkapan diri (untuk subyek) Tujuan lembar ungkapan diri ini adalah untuk menilai jalannya pelatihan manajemen qolbu. Lembar ini digunakan untuk menilai pengetahuan subyek sebelum materi diberikan, menilai pengetahuan subyek setelah materi diberikan, ketertarikan subyek terhadap tema materi, keterlibatan subyek selama materi berlangsung, menilai keberhasilan fasilitator dalam memandu pelatihan. Penilaian ini dilakukan oleh masing- masing subyek pelatihan pada tiap akhir sesi. Data yang diperoleh akan digunakan sebagai data kualitatif. Lembar Biodata Subyek sebagai Bukti Persetujuan Biodata subyek merupakan bukti bahwa subyek bersedia mengikuti program penelitian ini dengan segala konsekwensinya. Lembar Wawancara Lembar wawancara ini berisi pertanyaan mengenai kesan peserta terhadap pelatihan, serta untuk mengetahui sejauh mana perubahan yang dirasakan oleh peserta serta planning kedepan dari subyek setelah mengikuti pelatihan. Metode Analisis Data Kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diberikan skala adversity quotient sebagai pretest untuk mengetahui adversity quotient masing- masing subyek. Selanjutnya kelompok eksperimen akan diberi perlakuan yaitu pelatihan manajemen qolbu dan kelompok kontrol diberi perlakuan dalam bentuk plasebo.

16 Setelah perlakuan pelatihan manajemen qolbu selesai diberikan kepada kelompok eksperimen dan perlakuan dalam bentuk plasebo selesai diberikan kepada kelompok kontrol, maka kedua kelompok tadi kembali diberikan skala adversity quotient sebagai posttest untuk mengetahui adversity quotient dari tiap subyek masing- masing kelompok. Metode analisis data penelitian ini adalah independent sample t-test. Tiga pasang variabel yang akan dianalisis adalah skor pre test dengan skor post test pada kelompok eksperimen, skor pre test dengan skor post test pada kelompok kontrol dan selisih skor pre test- post test antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Analisis data memakai komputer SPSS versi 12.0 for windows. Hasil analisis untuk pasangan satu yaitu skor pretest kelompok eksperimen dengan skor posttest kelompok eksperimen adalah mean sebelum mengikuti pelatihan sebesar dan setelah mengikuti pelatihan sebesar Uji hipotesis menunjukkan nilat t = dengan nilai p = Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dengan skor posttest pada kelompok eksperimen. Hasil analisis untuk pasangan dua yaitu skor pretest kelompok kontrol dengan skor posttest kelompok kontrol adalah mean sebelum mengikuti pelatihan sebesar dan setelah mengikuti pelatihan sebesar Nilai beda (t) sebesar dengan nilai p= Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dengan skor posttest pada kelompok kontrol. Hasil analisis untuk pasangan tiga yaitu selisih skor pretest posttest kelompok eksperimen dengan skor pretest - posttest kelompok kontrol adalah didapatkan nilai t= dan setelah dengan nilai p =

17 Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest posttest kelompok eksperimen dengan skor pretest - posttest kelompok kontrol. Pembahasan Tujuan dari penelitian kali ini adalah untuk menguji apakah pelatihan manajemen qolbu dapat meningkatkan adversity quotient. Ternyata dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihan manajemen qalbu tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan adversity quotient. Jadi hipotesis yang berbunyi Ada pengaruh pelatihan manajemen qolbu pada peningkatan adversity quotient. Subjek yang telah mengikuti pelatihan manajemen qolbu ini memiliki peningkatan kemampuan adversity quotient lebih tinggi dibanding subjek yang tidak mengikuti pelatihan manajemen qolbu, ditolak. Subjek penelitian ini secara keseluruhan berjumlah 26 orang. Akan tetapi yang dianalisis datanya hanya 12 orang, terdiri dari enam orang dari kelompok eksperimen dan enam orang dari kelompok kontrol. Data yang dianalisis ini berdasarkan dari hasil pretest subjek yang berada dalam kategori sedang. Hal ini dilakukan untuk melihat peningkatan skor adversity quotient yang terjadi pada subjek yang berada pada kategori sedang tersebut. Peningkatan adversity quotient seseorang tersebut, dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mana telah dijelaskan pada tinjauan pustaka jadi tidak hanya dari faktor keyakinan saja. Sehingga ketika pelatihan manajemen qolbu ini tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan adversity quotient tersebut bisa saja hal tersebut dikarenakan kurangnya dukungan atau adanya

18 masalah dari faktor- faktor lain pada seseorang. Sebagai contoh, ada salah satu subjek yang ketika pretest mempunyai skor dalam kategori sedang, namun pada beberapa sesi dalam mengikuti pelatihan, kondisi kesehatan subjek terganggu sehingga hal tersebut bisa saja mempengaruhi subjek di dalam menyerap materi yang diberikan. Kemudian pada saat posttest, skor subjek mengalami penurunan yang banyak dan masuk dalam kategori rendah. Stoltz (2000) menjelaskan, bahwa adversity quotient berbeda dengan sifatsifat genetis, oleh sebab itu adversity quotient perlu dipelajari. Mapes (2003) menyebutkan, pembelajaran sejati adalah lebih dari sekedar tanggapan terhadap stimulus, lebih dari sekedar jawaban atas pertanyaan. Pembelajaran adalah sebuah proses dengan berbagai aspek yang saling terkait dan mengalir dalam tiga bidang yang terpisah namun berkaitan satu sama lain, dan membentuk yang disebut Trinitas Pembelajaran. Yaitu, pemecahan masalah, kesediaan untuk belajar dan mempelajari bagaimana cara belajar. Dweck (Stoltz, 2000) seorang profesor psikologi melakukan riset- riset yang memperlihatkan bahwa respon terhadap kesulitan dibentuk lewat pengaruh- pengaruh dari orang tua, guru, teman sebaya, dan orang- orang yang mempunyai peran penting selam masa kanak- kanak. Tidak adanya pengaruh pelatihan manajemen qolbu pada peningkatan adversity quotient ditunjukkan dengan tidak adanya perbedaan pada pada kelompok eksperimen dan kontrol, namun bukan berarti pelatihan manajemen qolbu tidak memiliki pengaruh sama sekali terhadap peningkatan adversity quotient. Apabila dilihat dari hasil per individu menunjukkan adanya keinginan untuk berusaha mengontrol perasaannya saat dihadapkan pada suatu masalah atau

19 kesulitan, belajar untuk mengakui dan bertanggung jawab terhadap masalah yang ada serta tidak merasa berkewajiban untuk menyalahkan diri sendiri secara berlebihan, adanya keinginan untuk tidak memperluas jangkaun dari masalah yang timbul serta tidak membiarkan masalah atau kesulitan semakin berlarutlarut di dalam penyelesainnya. Hal- hal tersebut pada kelompok eksperimen ini merupakan perilaku-perilaku yang dapat meningkatkan adversity quotient. Hasil wawancara dari penelitian ini menunjukkan sebagian besar subjek penelitian merasa bahwa pelatihan yang dilakukan memberikan suatu cara pandang baru didalam bersikap terhadap masalah yang ada. Secara umum terdapat peningkatan pada setiap indikator aspek-aspek adversity quotient pada kelompok eksprimen. Namun, peningkatan yang terjadi tidak bersifat signifikan. Hasil observasi dari penelitian ini menunjukkan bahwa para subjek kurang aktif untuk bertanya mengenai materi yang disampaikan oleh trainer. Sebagian besar subjek menanyakan materi yang belum jelas tersebut kepada subjek yang lain. Penelitian ini juga memiliki banyak keterbatasan dan kelemahan, salah satu kelemahan dalam penelitian ini adalah keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah waktu pelaksanaannya. Waktu pelaksanaan penelitian ini hanya berlangsung dua hari satu malam dengan delapan pertemuan dengan ratarata pertemuan berjalan kurang lebih 90 menit permaterinya sehingga materi yang dsampaikan kurang efektif, karena banyaknya materi namun waktunya yang terbatas. Sehingga trainer menyampaikan materi juga kurang optimal karena waktu yang terbatas. Kelemahan lainnya adalah jadwal yang padat dan banyaknya

20 sesi yang di dalam ruangan membuat para peserta jenuh, sehingga kurang maksimal dalam menyerap materi yang diberikan. Disamping itu, dalam pelaksanaan penelitian ini pada saat awal- awal sesi, media yang digunakan sedikit mengalami gangguan sehingga hal tersebut cukup mengurangi konsentrasi para peserta didalam menerima materi dan sedikit menghambat jalannya sesi. Penggunaan skala yang sama, juga menjadi kelemahan dari penelitian ini. Karena hal tersebut memungkinkan adanya proses pembelajaran pada saat posttest. Para subjek pada saat pengisian skala tidak ada yang meminta kejelasan mengenai skala yang diberikan, sehingga tidak dapat diketahui dengan pasti apakah para subjek menjawab sesuai kondisi sebenarnya atau hanya asal mengisi saja, walaupun pada saat posttest tersebut, penulis memberi kesempatan pada subjek untuk bertanya apabila ada hal yang belum jelas. Kelemahan yang lain adalah kurang dalamnya wawancara yang dilaksanakan karena kondisi subjek yang tampak sudah lelah dan ingin segera pulang. Sehingga hasil wawancara kurang bisa mengungkap pengaruh pelatihan yang dirasakan subjek. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data kuantitatif dalam penelitian ini, kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis, bahwa pelatihan manajemen qolbu tidak memiliki pengaruh terhadap peningkatan adversity quotient. Data kualitatif

21 menunjukkan adanya perubahan cara pandang bagi kelompok eksperimen di dalam menyikapi permasalahan atau kesulitan. Kesimpulannya adalah, dalam beberapa hal pelatihan manajemen qolbu ini dapat memberikan cara pandang didalam menyikapi suatu masalah atau kesulitan, sehingga subyek dalam kelompok eksperimen ini mampu termotivasi untuk berusaha lebih baik didalam menyikapi masalah atau kesulitan yang muncul di dalam kehidupan ini. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis ingin memberikan beberapa saran, yaitu : 1. Untuk subjek penelitian Subjek penelitian diharapkan dapat mempertahankan Adversity Quotient mereka yang terkategori tinggi. Nilai Adversity Quotient yang tinggi menandakan jika mereka telah dapat mengusahakan untuk menanggapi kesulitan dan hambatan dalam hidup ini sebagai tantangan dan kemudian berpikir bagaimana caranya untuk mengatasi tantangan tersebut tanpa dipengaruhi oleh keterbatasan- keterbatasan yang dimilikinya. 2. Untuk sekolah Penulis menyarankan kepada sekolah, selain memberikan materi yang isinya pelajaran, sekolah juga dianjurkan membuat program-program yang bisa meningkatkan Adversity Quotient para siswa. Sehingga hal tersebut dapat membekali mereka di dalam menghadapi kesulitan- kesulitan yang ada tanpa dipengaruhi oleh oleh keterbatasan- keterbatasan yang mereka miliki. Dan hal

22 tersebut akan mampu menggali lebih dalam potensi- potensi yang dimiliki oleh para siswa. 3. Untuk peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya diharapkan merubah waktu pertemuan agar lebih banyak, serta variasi - variasi games serta role playing harus lebih dikembangkan. Aktifitas di alam terbuka diperbanyak untuk menghindari kejenuhan para peserta pelatihan. sehingga subjek penelitian merasa senang dalam mengikuti pelatihan. Peneliti selanjutnya harus lebih menyempurnakan desain penelitian, skala yang digunakan karena dengan mengadaptasi skala dari luar, kemungkinan akan terjadi adanya perbedaaan budaya. Berdasarkan hal tersebut, apabila peneliti akan menggunakan skala dari luar dalam hal ini adalah Adversity Response Profile, Stoltz (2000) diharapkan untuk menyesuaikan dengan karakteristik subjek. Materi wawancara juga lebih diperdalam lagi terhadap kelompok eksperimen agar mampu mengungkap lebih dalam pengaruh pelatihan terhadap subjek.

23 DAFTAR PUSTAKA Agustian, A.Ginanjar ESQ. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual. Jakarta : Penerbit Arga Bani.M Agar Hati Tak Mati Berkali- kali. Era Intermedia: Solo. Basri, Hasan Remaja Berkualitas (Problematika Remaja dan solusinya). Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Gymnastiar. A Aa Gym Apa Adanya: Sebuah Qolbugrafi. MQ Publishing: Bandung Gymnastiar.A Aku Bisa! Manajemen Qolbu Untuk Melejitkan Potensi. MQ publishing: Bandung. Latipun, Psikologi Eksperimen. Malang: Universitas Muhamadiyah Malang Mapes, James.J Quantum Leap Thinking (Pedoman Lengkap Cara Berpikir). Surabaya: Ikon Teralitera Mappiare, Andi Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional Stoltz, P. G Faktor penting dalam meraih sukses: adversuty Quotient Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Jakarta: Grasindo

24

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan yang terjadi pada era globalisasi saat ini menuntut adanya persaingan yang semakin ketat dalam dunia kerja. Hal ini mengakibatkan adanya tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai sektor bidang kehidupan mengalami peningkatan yang cukup pesat. Untuk dapat memajukan bidang kehidupan, manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami banyak perubahan. Salah satu penyebab dari perubahan tersebut adalah semakin berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak hal-hal yang tidak terduga seperti kecelakaan, bencana alam, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. banyak hal-hal yang tidak terduga seperti kecelakaan, bencana alam, bahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani siklus kehidupan, setiap individu akan menghadapi banyak hal-hal yang tidak terduga seperti kecelakaan, bencana alam, bahkan kematian mendadak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak kejahatan atau perilaku kriminal selalu menjadi bahan yang menarik serta tidak habis-habisnya untuk dibahas dan diperbincangkan, masalah ini merupakan

Lebih terperinci

ADVERSITY QUOTIENT PADA MAHASISWA BERPRESTASI

ADVERSITY QUOTIENT PADA MAHASISWA BERPRESTASI ADVERSITY QUOTIENT PADA MAHASISWA BERPRESTASI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sehingga persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh: Laksmi Fivyan Warapsari F100110088 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang, yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang, yang BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang, yang mau tidak mau dituntut untuk giat membangun dalam segala bidang kehidupan. Terutama dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupan, manusia memerlukan berbagai jenis dan macam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupan, manusia memerlukan berbagai jenis dan macam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan, manusia memerlukan berbagai jenis dan macam barang serta jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak pihak sekarang ini yang mengritik tajam sistem pendidikan di Indonesia. Ada yang merasa bahwa sekolah-sekolah di negeri ini hanya menghasilkan manusia-manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba membekali diri dengan berbagai keterampilan dan pendidikan yang lebih tinggi agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dengan tujuan untuk membentuk karakteristik seseorang agar menjadi lebih baik. Melalui jalur pendidikan formal, warga negara juga diharapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian 3.1.1. Pendekatan penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran matematika, idealnya siswa dibiasakan memperoleh pemahaman melalui pengalaman dan pengetahuan yang dikembangkan oleh siswa sesuai perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi untuk jaman sekarang sangat dibutuhkan oleh setiap perorangan

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi untuk jaman sekarang sangat dibutuhkan oleh setiap perorangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Asuransi untuk jaman sekarang sangat dibutuhkan oleh setiap perorangan maupun perusahaan, baik di Indonesia maupun diluar negeri. Definisi asuransi menurut

Lebih terperinci

Studi Deskriptif Mengenai Adversity Quotient pada Guru di Madrasah Aliyah Al-Mursyid Kota Bandung

Studi Deskriptif Mengenai Adversity Quotient pada Guru di Madrasah Aliyah Al-Mursyid Kota Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Mengenai Adversity Quotient pada Guru di Madrasah Aliyah Al-Mursyid Kota Bandung 1 Olla Tiyana, 2 Eni Nuraeni Nugrahawati 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyelesaikan berbagai permasalahan tersebut adalah adversity

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyelesaikan berbagai permasalahan tersebut adalah adversity BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu yang hidup pasti pernah menemui permasalahan. Kemampuan yang harus dimiliki agar setiap individu dapat bertahan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kajian Teori

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kajian Teori BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Adversity Quotient a. Pengertian Adversity Quotient Kemampuan peserta didik dalam merespon menghadapi kesulitan atau keadaan yang tidak diinginkan disebut dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi seorang guru membutuhkan persyaratan-persyaratan spesifik di

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi seorang guru membutuhkan persyaratan-persyaratan spesifik di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menjadi seorang guru membutuhkan persyaratan-persyaratan spesifik di bidang pendidikan dan pengajaran, terutama Guru Sekolah Dasar. Sekolah Dasar berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dengan segala kemajuan teknologi yang mengikutinya,

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dengan segala kemajuan teknologi yang mengikutinya, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi dengan segala kemajuan teknologi yang mengikutinya, menantang bangsa ini untuk mengatasi krisis yang dialami agar tidak tertinggal kemajuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja dalam bahasa latin adolescence berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa. Rentang waktu usia remaja dibedakan menjadi tiga, yaitu : 12-15

Lebih terperinci

Modul ke: Psikometri. Analisis Item 2. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

Modul ke: Psikometri. Analisis Item 2. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi. Modul ke: Psikometri Analisis Item 2 Fakultas PSIKOLOGI Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Metode Analisis Data 2 Menggunakan bantuan SPSS 16.0 for windows dengan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai Adversity Quotient pada siswa/i SMP X kelas I di Bandung (Suatu Penelitian Survei yang dilakukan pada Siswa/i SMP Yayasan Badan Pendidikan

Lebih terperinci

Nur Asyah Harahap 1) dan Ria Jumaina 2) Dosen FKIP UMN Al Washliyah dan 2) Mahasiswa FKIP UMN Al Washliyah. Abstrak

Nur Asyah Harahap 1) dan Ria Jumaina 2) Dosen FKIP UMN Al Washliyah dan 2) Mahasiswa FKIP UMN Al Washliyah. Abstrak PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI TERHADAP PENGEMBANGAN KECERDASAN MENGATASI KESULITAN (ADVERSITY QOUTIENT) SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 BINJAI TAHUN AJARAN 2016/2017 Nur Asyah Harahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif yaitu menekankan analisisnya pada data data numerical (angka) yang diolah dengan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu. berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu. berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah pembelajar sejati, yang terus belajar dari ia lahir sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu keharusan bagi manusia dan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan metode penelitian yang meliputi populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, instrument penelitian, serta teknik analisis data. 3.1 Pengambilan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berdasarkan hasil riset lebih dari 500 kajian di seluruh dunia. Kecerdasan adversitas ini

BAB II LANDASAN TEORI. berdasarkan hasil riset lebih dari 500 kajian di seluruh dunia. Kecerdasan adversitas ini BAB II LANDASAN TEORI A. Kecerdasan Adversitas 1. Pengertian Kecerdasan Adversitas Kecerdasan adversitas pertama kali diperkenalkan oleh Paul G. Stoltz yang disusun berdasarkan hasil riset lebih dari 500

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan model penelitian eksperimen semu yaitu dengan pemasangan subyek melalui tes awal dan tes akhir dan kelompok kontrol (Ardhana 2008).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel tergantung (dependent) : Kecemasan ibu hamil hipertensi 2. Variabel bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kontribusi yang sangat besar pada masyarakat (Reni Akbar

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kontribusi yang sangat besar pada masyarakat (Reni Akbar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menghadapi tantangan di era globalisasi, keberadaan anak berbakat menjadi penting dan bernilai. Kecerdasan yang dimiliki anak, memudahkan anak memahami sebab

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Penelitian 1. Variabel tergantung: Komitmen Organisasi 2. Variabel bebas: Komunikasi Interpersonal B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Komitmen organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, masalah karakter merupakan salah satu masalah utama dalam dunia pendidikan. Pertanyaan dalam dunia pendidikan adalah apakah pendidikan saat ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. dapat dibedakan menjadi dua yakni variabel bebas dan variabel terikat

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. dapat dibedakan menjadi dua yakni variabel bebas dan variabel terikat 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Variabel adalah suatu konsep yang memiliki variasi nilai. Konsep apa saja asalkan memiliki variasi nilai dapat disebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri I Mlopoharjo yang terletak di kecamatan Wuryantoro, kabupaten Wonogiri.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. lambang pengganti suatu aktifitas yang tampak secara fisik. Berpikir

BAB II KAJIAN TEORETIK. lambang pengganti suatu aktifitas yang tampak secara fisik. Berpikir BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Proses Berpikir Analogi Matematis Menurut Gilmer (Kuswana, 2011), berpikir merupakan suatu pemecahan masalah dan proses penggunaan gagasan atau lambang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut

BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Pernyataan ini bukan tanpa sebab,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian Identifikasi variabel penelitian perlu ditentukan sebelum pengumpulan data dilakukan. Pengidentifikasian variabel-variabel penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan model pembelajaran problem based learning. Hasil penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan model pembelajaran problem based learning. Hasil penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian pembelajaran menggunakan model pembelajaran problem based learning. Hasil penelitian tersebut

Lebih terperinci

Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan. para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi

Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan. para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang evaluasi dirinya sendiri. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang evaluasi dirinya sendiri. Konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang evaluasi dirinya sendiri. Konsep diri merupakan potret diri secara mental, yang dapat berubah, yakni bagaimana seseorang

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi NASKAH PUBLIKASI PERBANDINGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DITINJAU DARI HASIL BELAJAR BIOLOGI DI SMP NEGERI 2 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat persaingan yang semakin ketat dalam bidang jasa, terutama jasa psikologi. Masyarakat psikologi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak kalangan pelajar menganggap belajar fisika adalah aktivitas yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian dengan pikiran pada suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan eksperimen semu (Pre Experiment Design) yang tujuannya untuk memperoleh informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya

Lebih terperinci

MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Ida Nur Kristianti Kata Kunci : Empati, Layanan Bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pendidikan merupakan dasar dalam memajukan suatu negara. Majunya suatu negara tercermin dari pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pendidikan merupakan dasar dalam memajukan suatu negara. Majunya suatu negara tercermin dari pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pendidikan merupakan dasar dalam memajukan suatu negara. Majunya suatu negara tercermin dari pendidikan yang maju dan mendapat perhatian secara serius. Undang Undang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Proses Berpikir Berpikir selalu dihubungkan dengan permasalahan, baik masalah yang timbul saat ini, masa lampau dan mungkin masalah yang belum terjadi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini yang dijadikan lokasi penelitian adalah SMKN I Panyingkiran Majalengka, tepatnya di Jln. Kirapandak

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PERBANDINGAN ANTARA METODE MAKE A MATCH DENGAN METODE THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 GATAK SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan syarat utama kemajuan suatu bangsa. Sejarah. dunia membuktikan, bangsa-bangsa besar dan yang pernah berkuasa di

BAB PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan syarat utama kemajuan suatu bangsa. Sejarah. dunia membuktikan, bangsa-bangsa besar dan yang pernah berkuasa di BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan syarat utama kemajuan suatu bangsa. Sejarah dunia membuktikan, bangsa-bangsa besar dan yang pernah berkuasa di eranya masing-masing ditopang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata adversity berasal dari bahasa Inggris yang berarti kegagalan atau kemalangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata adversity berasal dari bahasa Inggris yang berarti kegagalan atau kemalangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ADVERSITY QUOTIENT 1. PengertianAdversity Quotient Adversity atau kesulitan adalah bagian kehidupan kita yang hadir dan ada karena sebuah alasan dan kita sebagai manusia dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan deduktif yang berangkat dari permasalahan-permasalahan dari

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan deduktif yang berangkat dari permasalahan-permasalahan dari BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif, maksud dari metode penelitian ini adalah penelitian yang identik dengan pendekatan deduktif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang asuransi jiwa, yaitu PT. Prudential Life Assurance (Prudential

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perencanaan dan pelaksanaan penelitian sesuai metode penelitian. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. perencanaan dan pelaksanaan penelitian sesuai metode penelitian. Metode BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian sesuai metode penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh media permainan ular tangga terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA konsep daur air. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu lembaga pendidikan yang dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen. Eksperimen adalah suatu penelitian untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan dan Konseling OLEH:

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan dan Konseling OLEH: PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI TERHADAP PERILAKU SOSIAL PESERTA DIDIK KELAS XI PEMASARAN 1 SMK YP 17 PARE TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. mengambil 7 subjek mahasiswa yang mengalami kecemasan tinggi.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. mengambil 7 subjek mahasiswa yang mengalami kecemasan tinggi. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 1.1 Gambaran Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa BK-FKIP UKSW yang sedang menyusun skripsi yaitu sebanyak 40 orang. Dari 40 mahasiswa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mencapai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mencapai 108 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan, sedangkan penelitian adalah wahana untuk menemukan kebenaran. Melalui metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau perusahaan dapat melakukan berbagai kegiatan bisnis, operasi fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. atau perusahaan dapat melakukan berbagai kegiatan bisnis, operasi fungsi-fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi internet semakin banyak dimanfaatkan oleh berbagai organisasi terutama organisasi bisnis, kegiatan dunia usaha yang menggunakan teknologi internet

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK Emilia Roza (Eroza82@yahoo.com) 1 Muswardi Rosra 2 Ranni Rahmayanthi Z 3 ABSTRACT The objective of this research was

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan atau pembelajaran merupakan proses pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan atau pembelajaran merupakan proses pembentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan atau pembelajaran merupakan proses pembentukan individu secara sistematis untuk mengembangkan seluruh potensi akademik dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu variabel tergantung. Variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang di olah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang di olah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Metodologi Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen semu. Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen semu. Menurut BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen semu. Menurut Azwar (2000) penelitian eksperimental ini meniru kondisi penelitian eksperimental murni

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 57 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Obyek Penelitian 1. Nama dan Motto Lembaga Lembaga ini bernama Griya Baca dengan motto Berbagi Asa dan Karya, artinya setiap anak bangsa mempunyai hak dan kesempatan

Lebih terperinci

ADVERSITY QUOTIENT DAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF MAHASISWA PENDIDIKAN MIPA FKIP UNIVERSITAS TADULAKO TAHUN AKADEMIK 2015/2016

ADVERSITY QUOTIENT DAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF MAHASISWA PENDIDIKAN MIPA FKIP UNIVERSITAS TADULAKO TAHUN AKADEMIK 2015/2016 ADVERSITY QUOTIENT DAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF MAHASISWA PENDIDIKAN MIPA FKIP UNIVERSITAS TADULAKO TAHUN AKADEMIK 215/216 Bakri M * ) E-mail: bakrim6@yahoo.co.id Sudarman Bennu * ) E-mail: sudarmanbennu@untad.ac.id

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Oleh : DIANITA WAHYU S. F100 040 259 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas (Armasari et al, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas (Armasari et al, 2012) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan merupakan sebuah masalah psikologis yang ditunjukkan dengan sikap khawatir terhadap suatu hal yang dipersepsikan kurang baik oleh individu. Kecemasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. memiliki anak dengan riwayat gangguan skizofrenia

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. memiliki anak dengan riwayat gangguan skizofrenia 61 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan terikat, meliputi : 1. Variabel bebas : pelatihan regulasi emosi

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERPENGARUH TERHADAP KECERDASAN NATURALIS ANAK KELOMPOK B RA AL HIKMAH PANINGGARAN PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2013/2014

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERPENGARUH TERHADAP KECERDASAN NATURALIS ANAK KELOMPOK B RA AL HIKMAH PANINGGARAN PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2013/2014 PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERPENGARUH TERHADAP KECERDASAN NATURALIS ANAK KELOMPOK B RA AL HIKMAH PANINGGARAN PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, namun pada

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, namun pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Banyak orang meyakini bahwa orang yang cerdas adalah orang yang memiliki kemampuan Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, namun pada kenyataannya, tidak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab tiga menjelaskan metodologi penelitian yang terdiri atas pendekatan penelitian, metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian, definisi operasional variabel, pengembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Akademik 1. Pengertian prestasi akademik Menurut pendapat Djamarah (2002) tentang pengertian prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah menganalisa data dengan menggunakan angka-angka, rumus atau

BAB III METODE PENELITIAN. adalah menganalisa data dengan menggunakan angka-angka, rumus atau 48 BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif. Maksudnya adalah menganalisa data dengan menggunakan angka-angka, rumus atau model matematis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa, salah satu dari tugas perkembangan kehidupan sosial remaja ialah kemampuan memahami

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang sangat mendasar untuk perkembangan

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang sangat mendasar untuk perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang sangat mendasar untuk perkembangan manusia dan menjadi kebutuhan bagi semua manusia. Pemerintah juga memberikan kewajiban setiap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuasi eksperimen, karena penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara perlakuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

JURNAL. Oleh: ANJARWATI Dibimbing oleh : 1. Dra. Khususiyah, M. Pd. 2. Yuanita Dwi Krisphianti, M. Pd.

JURNAL. Oleh: ANJARWATI Dibimbing oleh : 1. Dra. Khususiyah, M. Pd. 2. Yuanita Dwi Krisphianti, M. Pd. JURNAL EFEKTIFITAS TEKHNIK PERMAINAN LANJUTKAN CERITAKU DALAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PERCAYA DIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 THE EFFECTIVENESS OF LANJUTKAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menentukan apakah instrumen tersebut layak dipakai. Pengujian validitas dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menentukan apakah instrumen tersebut layak dipakai. Pengujian validitas dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan setelah didakan uji coba instrumen untuk menentukan apakah instrumen tersebut layak dipakai. Pengujian validitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aspek yang mendukung siswa untuk mencapai prestasi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aspek yang mendukung siswa untuk mencapai prestasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsentrasi adalah pemusatan fungsi jiwa terhadap suatu objek seperti konsentrasi pikiran, perhatian dan sebagainya (Djamarah, 2008). Slameto (2003) mengungkapkan konsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan manusia dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok utama, sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan manusia dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok utama, sehubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan manusia dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok utama, sehubungan dengan hakikat manusia, yaitu sebagai makhluk berketuhanan, makhluk individual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam proses pendidikan. Ini berarti bahwa tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan bergantung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Culture Shock terhadap kemampuan adaptasi mahasantri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuasi eksperimen, sebab penelitian ini adalah dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adapun alasan atau faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Adapun alasan atau faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu mempunyai keinginan untuk merubah dirinya menjadi lebih baik. Hal ini bisa dikarenakan tempat sebelumnya mempunyai lingkungan yang kurang baik, ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk mendapatkan pengetahuan atau wawasan, mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju kesuksesan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TK Negeri Pembina Surakarta yang terletak di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta pada anak kelompok

Lebih terperinci

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 PM - 104 Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA Samsul Feri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam dunia pendidikan tidak akan terlepas dari proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini merupakan wujud nyata dari Undang-Undang Republik

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan Penelitian Sebelum melaksanakan penelitian pada tanggal 3 Maret 2012 penulis terlebih dahulu meminta surat ijin penelitian dari Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini membahas mengenai metode penelitian, dan dalam hal ini dibatasi secara sistematis sebagai berikut: Variabel penelitian, subjek penelitian, metode dan instrumen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha telah mencapai era globalisasi, dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha telah mencapai era globalisasi, dimana BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha telah mencapai era globalisasi, dimana persaingan semakin ketat dan perubahan yang terjadipun semakin cepat sehingga para pengusaha harus dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum SMP Negeri 1 Godean. berwawasan global, cinta bangsa dan negara.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum SMP Negeri 1 Godean. berwawasan global, cinta bangsa dan negara. A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum SMP Negeri 1 Godean Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Godean yang terletak di Jl. Jae Sumantoro Sidoluhur Godean Sleman, merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai perubahan besar, diantaranya perubahan fisik, kognitif, dan psikososial.

Lebih terperinci