BAB IV ANALISIS. A. Analisis Kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Zenith

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS. A. Analisis Kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Zenith"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS A. Analisis Kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Zenith Menurut Saini KM, teater memiliki persamaan-persamaan dengan lembaga pendidikan, baik di dalam hal unsur-unsurnya maupun di dalam kegiatannya. Namun kiranya jelas pula, bahwa teater memiliki perbedaan atau kekhasan. Di dalam tujuannya, teater dapat mengubah baik sikap, pengetahuan maupun keterampilan seseorang. Namun, berbeda dengan perubahan yang terencana secara ketat seperti yang diselenggarakan di sekolah-sekolah melalui kurikulum, perubahan yang terjadi melalui kegiatan teater lebih bersifat alamiah. 1 Teater Zenith sebagai kelompok teater yang menjadi wadah bagi mahasiswa STAIN Pekalongan dalam melatih bakat dan minat dalam teater mempunyai kegiatan-kegiatan yang mengandung pendidikan seni dan pendidikan karakter. Kegiatan tersebut berupa kegiatan pokok dan kegiatan pendukung, kegiatan pokok adalah kegiatan yang secara rutin dilaksanakan setiap minggu sedangkan latihan pendukung dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu saja, contohnya kegiatan sajak negeri atau apresiasi puisi, tari dan perkusi. Oleh karena itu dalam penelitian ini yang menjadi objek utama yaitu kegiatan pokok UKM Teater Zenith, meliputi kegiatan yang dilaksanakan 1 Sutardjo, dkk. Bagi Masa Depan Teater Indonesia (Saini KM; Teater Sebagai Lembaga Pendidikan). (Bandung: PT Granesia, 1983). hlm

2 77 secara rutin dan berkesinambungan yaitu kegiatan latihan rutin dan proses pementasan naskah teater. 1. Latihan Rutin Kegiatan latihan rutin yang dilaksanakan tiga kali dalam satu minggu ini mempunyai tiga materi inti yaitu olah tubuh, olah rasa dan olah vocal. Ketiga materi ini dilaksanakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan anggota dalam ilmu teater serta dapat menanamkan keterampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Olah tubuh mempunyai tujuan sebagai barikut, menyehatkan tubuh, melemaskan otot-otot dan meringankan badan serta melincahkan gerak anggota tubuh, selain tujuan tersebut melalui olah tubuh teknik-teknik dalam pementasan teater pun dilatih, seperti teknik muncul, teknik menciptakan peran dan teknik penempatan ruang. Olah rasa merupakan latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kepekaan rasa anggota. Kepekaan rasa sangat bermanfaat dalam pementasan teater maupun dalam kehidupan sehari-hari, contohnya dalam pementasan teater sangat memerlukan kepekaan rasa antara aktor yang satu dan aktor yang lain, tanpa adanya kepekaan rasa, pementasan kurang berjalan dengan baik, kekuatan dari naskah ataupun tokoh yang diperankan tidak hidup sehingga penonton merasakan ada yang hambar dari pementasan tersebut. Dalam kehidupan bermasyarakatpun kepekaan rasa sangat diperlukan, kemampuan untuk membaca pola kehidupan masyarakat dilatih supaya anggota bisa berbaur dengan masyarakat dari semua lapisan.

3 78 Kemampuan berkomunikasi dibutuhkan dalam hal apapun, baik saat pementasan maupun sosialisasi dengan masyarakat luas. Melalui latihan olah vocal anggota berlatih teknik komunikasi, teknik mengatur tempo dan intonasi dalam berdialog, sehingga di atas panggung maupun di masyarakat luas bisa berkomunikasi dengan baik. Oleh karena itu, melalui kegiatan teater terdapat nilai-nilai pendidikan yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat, meskipun proses perubahan melalui kegiatan teater tersebut sangat tergantung pada kemampuan masing-masing pelakunya, akan tetapi mereka mempunyai tujuan yang sama, yaitu kesadaran yang luas dan lebih dalam tentang kehidupan dan kesadaran akan kemampuan-kemampuan pribadi di dalam menyesuaikan diri dan mengambil peran di dalam kehidupan. Tokoh pendidikan di Indonesia Ki Hajar Dewantara nenuturkan: Teater merupakan alat pendidikan yang sangat baik karena di dalam sandiwara (teater) itu terdapat dasar-dasar pendidikan yang bersifat kesenian (estetis), kebajikan (etis), religius (untuk mengajarkan agama) dan sosial (untuk mengajarkan laku kemasyarakatan), kemudian didalam pengajaran sandiwara (teater) dapat membantu bermacam-macam kepandaian dan pengetahuan seperti: kesusasteraan, berdialog (berirama), menghafalkan, menghilangkan tabiat malu, menggembirakan karena bersifat permainan, memberikan pelajaran gerak irama, juga menyesuaikan kata dengan pikiran, perasaan dan kemauan serta kemampuan. 2 Dengan demikian kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh UKM Teater Zenith mempunyai nilai-nilai pendidikan karakter, selain itu juga 2 Brahim, Drama Dalam Pendidikan, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1968), Hlm. 155

4 79 dapat membangkitkan dan mengembangkan rasa keindahan dan penghargaan terhadap seni. 2. Proses Pementasan (Produksi) Naskah Teater Teater sebagai sebuah seni pertunjukan tidak terlepas dari aspek tanda dan simbol kehidupan manusia. Kehidupan manusia yang merupakan bahan penciptaan bagi penulis maupun pekerja seni teater lainnya akan membangun karya seni pertunjukan penuh dengan tanda dan simbol-simbol kehidupan. Tanda dan simbol yang sifatnya universal tersebut diyakini sebagai dasar dari komunikasi teater. John Powers, dalam Littlejohn (1995) menegaskan bahwa yang paling penting dalam komunikasi adalah pesan. Menurut Powers, pesan memiliki tiga unsur yaitu: tanda dan simbol, bahasa, dan wacana. Teater sebagai sebuah karya seni pertunjukan akan mengangkat pesan tentang kehidupan, tentang norma, tentang kebaikan, keburukan, kejahatan, dan berbagai watak karakter manusia untuk ditampilkan di atas panggung. Simbol-simbol dari penulis naskah yang dibawakan oleh aktor melalui interpretasi sutradara berfungsi untuk mengomunikasikan konsep, gagasan umum, pola, atau bentuk. Konsep disebut makna yang dipegang bersama antara para komunikator, tetapi masing-masing komunikator juga akan memiliki kesan atau makna pribadi yang mengisi gambaran umum tersebut. Kesan pribadi merupakan konsepsi orang tersebut. Makna terdiri atas konsepsi pribadi individu dan konsep umum yang dipegang bersamasama dengan orang-orang lain.

5 80 Tokoh atau pelaku dalam sebuah cerita menunjuk pada orangnya atau pelakunya. Sedangkan lakuan akan berkaitan dengan bagaimana tokoh tersebut berlaku atau berperilaku, menunjuk pada sifat sehingga bisa juga disebut watak, perwatakan, dan karakter. 3 Proses pementasan naskah Surat untuk Gubernur yang telah dijalani oleh anggota Teater Zenith selama ± 6 bulan, selain mempunyai tujuan untuk menyampaikan pesan naskah kepada penonton, internalisasi pendidikan karakter melalui kegiatan tersebut juga diterapkan. Sebagai sebuah organisasi, manajemen pertunjukan pun harus dipelajari dan dijalankan dengan baik, sehingga anggota dapat menguasai kemampuan dalam bidang teater maupun manajemen pertunjukan, oleh karena itu, pada proses pementasan terdapat beberapa tahapan yang dilalui, tahapan tersebut meliputi; tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi telah berjalan dengan lancar sesuai dengan yang sudah direncanakan oleh tim produksi UKM Teater Zenith. Manajemen yang di jalankan dengan baik akan membantu organisasi teater untuk dapat mencapaai tujuan dengan efektif dan efesien. Efektif artinya dapat menghasilkan karya seni yang berkualitas sesuai dengan keinginan pelaku atau penontonnya. Efisien berarti menggunakan sumberdaya secara rasional dan hemat, tidak ada pemborosan atau penyimpangan. 3 Diakses, 9 September 2014

6 81 Perencanaan merupakan tahapan pertama yang harus dilakukan oleh anggota UKM Teater Zenith dalam menentukan arah dari kegiatan yang akan dilaksanakan, dengan perencanaan yang baik maka perjalanan menuju tujuan yang hendak dicapai akan semakin mudah. Tahap selanjutnya yaitu pelaksanaan, dalam pelaksanaan proses pementasan Surat untuk Gubernur yang mempunyai serangkaian tahapan membutuhkan kerja kelompok yang baik, dari tahap bedah naskah hingga pementasan berlangsung tim produksi mengalami beberapa kendala yang harus dilewati, baik kendala pribadi maupun cuaca dan sebagainya. Pada tahap ini masing-masing anggota atau tim produksi menjalankan tugas sesuai dengan yang menjadi tugasnya, aktor berusaha memerankan lakon yang dimainkan ataupun sutradara yang mengarahkan semua tim untuk mengatur kerja kelompok produksi. Dengan demikian melalui proses ini anggota dapat mengambil pelajaran yang sangat berharga, baik dari pesan naskah maupun dari proses yang dijalani, sehingga karakter-karakter yang diperankan ataupun karakter yang secara tidak langsung terdapat pada proses tersebut dapat menjadi bahan pembelajaran dan karakter-karakter tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan tersebut. Tahap yang terkahir yaitu evaluasi, tahap ini merupakan kesempatan yang tepat untuk anggota atau tim produksi untuk menilai bagaimana jalannya proses yang telah direncanakan. Masukan, kritik dan saran dari sesama anggota maupun penonton umum menjadi bahan

7 82 pembelajaran yang dapat digunakan untuk perbaikan proses yang selanjutnya. Berdasarkan serangkaian atau tahapan yang telah dilaksanakan dalam proses tersebut, tidak hanya bidang teater saja yang dipelajari, akan tetapi dari segi kemanusiaanpun di asah melalui pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan oleh anggota. B. Analisis nilai-nilai pendidikan karakter dari kegiatan UKM Teater Zenith STAIN Pekalongan Dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh UKM Teater Zenith, seperti proses latihan rutin dan proses pementasan naskah teater, dapat diambil beberapa nilai pendidikan karakter, yaitu: a) Latihan Rutin 1). Nilai Bersahabat atau komunikatif Bersahabat atau komunikatif, yaitu tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Persahabatan dan komunikasi sangat erat kaitannya. Untuk dapat bersahabat dengan baik maka dibutuhkan komunikasi yang baik pula. 4 Kegiatan yang dilaksanakan oleh UKM Teater Zenith membantu mahasiswa dalam berlatih komunikasi dan persahabatan. Hal tersebut dapat ditemukan pada kegiatan latihan rutin, terutama saat latihan olah vocal. 4 Muhammad Fadlillah & lilif Mualifatu Khorida. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini.. Cetakan I. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), Hlm. 200

8 83 Olah vocal mengajarkan anggota tentang bagaimana cara mengucapkan kata atau kalimat dengan benar. Dimulai dari mengeja huruf vocal a i u e o, sampai berlatih mengeja kata dan kalimat. Sedikit demi sedikit anggota akan terbiasa berkomunikasi dengan tenang, baik berkomunikasi antar anggota maupun komunikasi di depan umum, sehingga latihan vocal ini bermanfaat bagi kemampuan berkomunikasi anggota yang dapat dipraktekkan langsung dalam kehidupan sehari-hari. 2). Nilai Kesederhanaan Kesederhanaa merupakan hal dibutuhakan oleh manusia, supaya tidak menjadi pribadi yang berlebihan. Nilai kesederhanaan ini dapat dilatih dengan banyak cara, diantaranya malalui kegiatan teater. Kesederhanaan dapat dilihat dari penampilan, saat melakukan latihan teater, anggota Teater Zenith menggunakan pakaian yang sederhana, celana panjang dan kaos, yang penting nyaman untuk digunakan. Saat pentas berlangsung juga sering menggunakan pakaian yang sederhana, pakaian atau kostum yang digunakan berasal dari pakaian anggota yang oleh tim kostum diubah sedemikian rupa sesuai kebutuhan pementasan. Sikap sederhana muncul dalam kegiatan yang berguna dan bermanfaat, misalnya menggunakan barang-barang sesuai kebutuhan dan bukan untuk mencari perhatian, konsumsi saat latihan secukupnya,

9 84 memanfaatkan waktu untuk serius melakukan hal-hal yang sangat bermakna, hal tersebut yang dilatih dalam teater. 3). Nilai Percaya Diri Menurut Lauster kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri, sehingga dalam tindakantindakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri. 5 Kepercayaan diri akan di dapatkan bukan saat seseorang merasa menguasai sesuatu akan tetapi kepercayaan diri akan tumbuh jika sering dilakukan, percaya diri bukanlah sesuatu yang statis, yang tidak bisa berubah. Percaya diri dapat tumbuh dan berkembang pada diri seseorang jika ia memiliki niat untuk melakukannya. Dengan latihan yang intensif dilakukan, baik saat latihan olah tubuh, olah rasa maupun olah rasa, kepercayaan diri anggota untuk menyampaikan perasaan dan pemikiran dalam bentuk perkataan maupun perbuatan akan dapat direalisasikan. 4). Nilai Kemandirian Mandiri yaitu sikap yang tidak mudah tergantung pada orang lain. Di dalam kegiatan teater, diajarkan bagaimana mahasiswa dapat belajar mandiri. Mandiri yaitu contohnya ketika anggota harus 5 Diakses pada tanggal 9 September 2014

10 85 menjalankan apa yang sudah menjadi tanggung jawabnya tanpa mengharapkan bantuan dari anggota lain. Kemandirian di UKM Teater Zenith dipraktekkan dalam kegiatan-kegiatan ringan yang bertujuan untuk kemandirian anggotanya, seksi konsumsi dalam kepanitian latihan rutin yang menyiapkan konsumsi dengan melakukan proses memasak sendiri, dalam proses pementasan aktor dibebaskan untuk mencari sendiri karakternya, hingga ia menemukan sebuah kenyamanan terhadap karakter yang dimainkan. Pembiasaan bersikap mandiri ketika latihan teater, akan membawa dampak bagi masing-masing anggota, dapat menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik, berusaha menambah kemampuan diri supaya mengerti banyak hal dan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. 5) Nilai Disiplin Kedisiplinan seseorang akan mempengaruhi perilaku dalam kehidupan. Orang yang disiplin akan mudah dalam mengatur waktu dalam aktifitasnya, sedangkan orang yang tidak bisa disiplin akan terbuai oleh ketidak disiplinannya sehingga bisa membuat rugi bagi diri sendiri. Teater melatih kedisiplinan melalui pola latihan yang secara berkesinambungan dilakukan. Pada latihan rutin yang dilaksanakan oleh UKM Teater Zenith, meskipun dalam prakteknya kurang berjalan

11 86 dengan lancar, karena berbagai kendala yang dihadapi, untuk kedisplinan dalam hal waktu, pakaian dan tempat tetap diperhatikan. b) Proses Pementasan 1). Nilai Bersahabat atau komunikatif Aktor sebagai objek utama di atas panggung mempunyai kewajiban untuk menyampaikan pesan naaskah kepada penonton, melalui olah vocal dan proses yang bertahap harapan akan suksesnya pementasan terletak pada benak aktor. Untuk itu kemampuan vocal aktor sangat dibutuhkan saat pentas berlangsung. Kebiasaan untuk berlatih vocal tersebut, mempunyai manfaaat tersendiri buat aktor setelah pementasan, aktor menjadi terbiasa berkomunikasi dengan baik dengan lawan bicaranya. Juga kebiasaan anggota bekerja dalam tim produksi saat pementasan, kerja kelompok untuk menghasilkan karya yang baik dijalankan dengan sikap saling menghargai, antara kru yang satu dan yang lain saling memberikan motivasi guna kesuksesan proses tersebut. 2). Nilai Kesederhanaan Dalam menghadapi sebuah masalah, kemampuan untuk berfikir sederhana sangat di butuhkan. Tidak muluk-muluk mempunyai harapan membunyai ide yang besar, ide brilian, tetapi dengan ide yang sederhana justru membuat hal yang bermakna. Contohnya dalam menggarap naskah teater, diperlukan fikiran-fikiran yang sederhana

12 87 untuk menampilkan naskah menjadi sebuah pementasan yang hidup dan bermanfaat bagi anggota maupun penonton yang menyaksikan. Dari segi inteprestasi naskah, kesederhanaan sutradara dalam mengambil keputusan sangat dibutuhkan guna konsep pementasan yang baik dan tidak keluar dari pesan naskah, begitu pula kesederhanaan aktor dan tim artistik lainnya. Sebagai contom untuk tim kostum, dalam menyajikan kostum yang sesuai dengan lakon yang diperankan, tidak harus membeli kostum, tetapi bisa menggunakan kostum yang ada dan dibuat sedemikian rupa sesuai kebutuhan. Misal pada kostum yang dikenakan oleh lakon Patemah dalam pementasan Surat untuk Gubernur, baju yang dikenakan dan asesoris lainnya terlihat sangat sederhana, sebagai acuan untuk kostum pementasan yaitu aktor bisa nyaman menggunakan kostum tersebut dan tidak menghilangkan karakter lakon yang diperankan. 3). Nilai Kreatif Pada sebuah produksi naskah teater, aktor menghidupkan dialog yang terdapat dalam naskah menggunakan tubuh dan dialog yang ucapkan, kreatifitas aktor di atas panggung membutuhkan imajinasi yang kuat dari aktor dan memunculkan hasil imajinasinya ke dalam gerak tubuh di atas panggung. Lakon Patemah yang diperankan oleh afauna pada naskah Surat untuk Gubernur misalnya, untuk memerankan tokoh dengan karakter yang lemah lembut, mengamati wanita yang mempunyai karakter nyaris

13 88 mirip dengan lakon yang diperankan adalah keharusan. Dengan mengamati kemudian mengmbangkannya dalam suatu permainan adegan, lakon tersebut menjadi hidup di atas panggung, meskipun masih terdapat pula kekurangan dalam hal teknis, seperti cara berbicara yang masih kurang menunjukkan karakter lakon yang di mainkan. Kreatifitas tim artistik juga diuji dalam sebuah pementasan. Bagaimana tim artistik menampilkan sebuah dimensi ruang yang mudah untuk diterima oleh penonton. Dalam naskah Surat pada Gubernur tersebut tim artistik menampilkan sebuah panggung yang berisi 3 ruang sekaligus, yaitu ruang dapur, ruang makan dan ruang tamu. Properti yang ditampilkan tentunya membutuhkan harus sesuai dengan pesan naskah, dengan begitu kreatifitas sangat dibutuhkan untuk kesuksesan sebuah pementasan. 4). Nilai Percaya Diri Sebuah pementasan teater apabila aktor maupun kru tidak mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, pementasan akan berjalan kurang menarik, bisa saja dialog yang seharusnya dikatakan oleh aktor jadi lupa ataupun tim panggung yang tanggung dalam menampilkan propertinya. Dalam kehidupan di luar pementasan, kepercayaan diri untuk menyampaikan pendapat, untuk melakukan aktivitas tertentu juga perlu di latih, karena baik di lingkungan kampus maupun lingkungan masyarakat, kepercayaan diri sangat dibutuhkan. Untuk itu melalui

14 89 latihan-latihan yang terdapat pada kegiatan UKM Teater Zenith, kepercayaan diri dapat secara rutin untuk dilatih dan dikembangkan supaya bermanfaat bagi sendiri dan masyarakat. 5). Nilai Kemandirian Kelompok merupakan wadah bagi orang-orang yang mempunyai tujuan yang sama. Pada sebuah pementasan membutuhkan kerja kelompok proporsional, sehingga proses pementasan dapat berjalan dengan lancar. Untuk itu kemampuan masing-masing anggota harus berimbang, dengan melatih kemandirian anggota, lama-lama kemampuan anggota akan meningkat. Kemandirian tersebut meliputi bagaimana anggota menjalankan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya, aktor secara mandiri menghidupkan lakon yang diperankan, tim artistik secara mendiri menyajikan bentuk panggung dan propertinya dan tim non artistik secara mandiri mendukung kesuksesan acara melalui publikasi dan lain sebagainya. Melalui kemandirian dari masing-masing anggota tim tersebut, sebuah pementasan yang utuh akan berjalan dengan baik, dari proses perencanaan, penggarapan maupun proses pementasan dan evaluasi. 6). Nilai Disiplin Pada proses produksi naskah, dimana latihan yang dilakukan memerlukan waktu yang lama dan membutuhkan energi dari kelompok yang cukup besar, maka kedisiplinan menjadi kunci utama untuk

15 90 kesuksesan proses tersebut. Mulai dari tahap bedah naskah, casting atau pemilihan tim produksi, reading (membaca naskah), lepas naskah, blocking (latihan penempatan ruang), eksplorasi panggung, penghalusan, gladi dan pementasan harus berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dengan pola latihan tersebut, kebiasaan untuk hidup disiplin diharapkan bisa menjadi karakter yang membekas, bukan hanya saat proses teater, tetapi dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun dalam pelaksanaan khususnya kedisiplinan anggota untuk datang tepat waktu saat latihan masih mengalami kesulitan, karena kesibukan masing-masing yang tidak bisa ditunda, secara umum proses yang memakan waktu ± 6 bulan ini dapat berjalan dengan baik.

16 91 C. Analisis peran UKM Teater Zenith STAIN Pekalongan dalam membentuk karakter mahasiswa. Teater adalah media yang tepat untuk mahasiswa menampilkan kreativitas kesenian secara kompetitif sehingga mendidik generasi muda untuk menyeimbangkan logika, etika dan dan estetika. Pada kegiatan teater tidak hanya belajar untuk menampilkan pertunjukan saja, tetapi di pada kegiatan teater juga diajarkan nilai-nilai kemanusian, seperti bagaimana menghargai peran yang akan dibawakan. Dengan berlatih teater, seseorang bisa mengenal berbagai karakter yang dimiliki manusia dan memilih mana yang pantas dan tidak pantas untuk dilkukan. Oleh sebab itu selaras dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada UKM Teater Zenith, Peran Teater Zenith dalam membentuk karakter mahasiswa di STAIN Pekalongan adalah sebagai fasilitas dan wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan beberapa karakter, yaitu karakter komunikatif atau bersahabat, kesederhanaan, kreatif, percaya diri, kemandirian dan disiplin.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Yang Relevan Sebelumnya Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Terhadap pentas drama Drakula intelek

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Menyikapi Kompetensi Dasar tentang Drama pada Kurikulum 2013

HASIL DAN PEMBAHASAN Menyikapi Kompetensi Dasar tentang Drama pada Kurikulum 2013 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas lima hal sesuai dengan hasil penelitian. Lima hal tersebut yaitu 1) pembahasan terhadap upaya menyikapi kompetensi dasar tentang drama pada kurikulum 2013,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Drama merupakan karya yang memiliki dua dimensi karakter (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran atau seni pertunjukan.

Lebih terperinci

SOAL UAS SENI BUDAYA KLS XI TH Kegiatan seseorang atau sekelompok dalam upaya mempertunjukan suatu hasil karya atau produknya kepada

SOAL UAS SENI BUDAYA KLS XI TH Kegiatan seseorang atau sekelompok dalam upaya mempertunjukan suatu hasil karya atau produknya kepada SOAL UAS SENI BUDAYA KLS XI TH 2016 2017 1 Kegiatan seseorang atau sekelompok dalam upaya mempertunjukan suatu hasil karya atau produknya kepada orang laindan secara terorganisir dinamakan a katalog b

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fotografi merupakan teknik yang digunakan untuk mengabadikan momen penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena melalui sebuah foto kenangan demi kenangan dalam

Lebih terperinci

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK 48. KOMPETENSI INTI DAN SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK KELAS: X A. SENI RUPA 3. memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni yang kolektif, pertunjukan drama memiliki proses kreatifitas yang bertujuan agar dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sebagai suatu proses merupakan suatu sistem yang melibatkan berbagai komponen antara lain komponen pendidik (guru), peserta didik (siswa), materi,

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan 1 BAB I DEFINISI OPERASIONAL A. LATAR BELAKANG MASALAH Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan karya yang dapat menyentuh jiwa spiritual manusia, karya seni merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Drama sebagai salah satu bagian dari pembelajaran sastra memiliki peranan penting dalam membentuk watak peserta didik yang berkarakter. Peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah The theatre berasal dari kata Yunani Kuno, Theatron yang berarti seing place atau tempat menyaksikan atau tempat dimana aktor mementaskan lakon dan orangorang

Lebih terperinci

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel Yudiaryani PENDAHULUAN Unsur yang paling mendasar dari naskah adalah pikiran termasuk di dalamnya gagasan-gagasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu. Tari juga merupakan ekspresi jiwa

Lebih terperinci

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik,

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik, NO KOMPETENSI UTAMA KOMPETENSI INTI 1 Pedagogik 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. 2. Menguasai teori belajar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Drama merupakan bagian dari kajian sastra. Maka muatan-muatan subtstansial yang ada dalam drama penting untuk digali dan diungkapkan serta dihayati. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Melalui bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu,

Lebih terperinci

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK) DRAF EDISI 27 FEBRUARI 2016 KOMPETENSI INTI DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK) Dokumen ini telah disetujui Pada tanggal: Kepala

Lebih terperinci

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI Mata Pelajaran KESENIAN SEKOLAH MENENGAH ATAS dan MADRASAH ALIYAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL Jakarta, Tahun 2003 Katalog dalam Terbitan Indonesia. Pusat Kurikulum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbatas oleh usia, ruang, dan waktu. Dalam situasi dan kondisi apapun apabila

BAB I PENDAHULUAN. terbatas oleh usia, ruang, dan waktu. Dalam situasi dan kondisi apapun apabila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan selalu terjadi adanya proses belajar mengajar, baik itu disengaja maupun tidak disengaja, baik disadari maupun tidak disadari. Belajar tidak

Lebih terperinci

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES A.Pengertian Drama atau Bermain Peran Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan bentuk lain (prosa

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA. Kata Kunci : Metode Bermain Peran dan Pemeranan Drama

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA. Kata Kunci : Metode Bermain Peran dan Pemeranan Drama PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA R. ArnisFahmiasih 1 ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah kemampuan pembelajaran sastra dalam memerankan drama

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan dalam pembelajaran berpengaruh pada tingkat pencapaian hasil belajar. Hasil belajar yang dicapai tentu harus melalui proses pembelajaran secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil cipta yang mengungkapkan pribadi manusia berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu gambaran konkret yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Drama hadir atas proses yang panjang dan tidak hanya terhenti sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Drama hadir atas proses yang panjang dan tidak hanya terhenti sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Drama hadir atas proses yang panjang dan tidak hanya terhenti sebagai seni pertunjukan, akan tetapi berlanjut dengan menunjukan fungsinya dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

Standar Kompetensi Guru SI/SK Kompetensi Guru Mapel KD Indikator Esensial

Standar Kompetensi Guru SI/SK Kompetensi Guru Mapel KD Indikator Esensial Kisi-kisi Soal SMK Seni Teater Kompetensi PEDAGOGIK 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik,moral, spiritual, sosial, kultural,emosional, dan intelektual. 1.1 Memahami karakteristik peserta

Lebih terperinci

TEKNIK PENYUTRADARAAN DRAMA MUSIKAL ABU DZAR AL GHIFARI KARYA AGUNG WASKITO SUTRADARA WELLY SURYANDOKO. Welly Suryandoko

TEKNIK PENYUTRADARAAN DRAMA MUSIKAL ABU DZAR AL GHIFARI KARYA AGUNG WASKITO SUTRADARA WELLY SURYANDOKO. Welly Suryandoko TEKNIK PENYUTRADARAAN DRAMA MUSIKAL ABU DZAR AL GHIFARI KARYA AGUNG WASKITO SUTRADARA WELLY SURYANDOKO Welly Suryandoko DLB Jurusan Sendrasaik, FBS Universitas Negeri Surabaya Abstrak Teknik penyutradaraan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral, yang mengandung makna

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan

KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr. Wb. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan rahmatnya kita bisa membuat makalah ini dengan tepat waktu. Semoga makalah ini bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sugono, 2011: 159). Pembelajaran sastra

BAB I PENDAHULUAN. keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sugono, 2011: 159). Pembelajaran sastra 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra ialah karya tulis yang, jika dibandingkan dengan karya tulis yang lain, memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah karya imajinatif yang menggunakan media bahasa yang khas (konotatif) dengan menonjolkan unsur estetika yang tujuan utamanya berguna dan menghibur.

Lebih terperinci

9 SOLIDARITAS SOSIAL. A. Menyimpulkan Isi Khotbah

9 SOLIDARITAS SOSIAL. A. Menyimpulkan Isi Khotbah 9 SOLIDARITAS SOSIAL A. Menyimpulkan Isi Khotbah Aspek Mendengarkan Standar Kompetensi 13. Memahami isi pidato/khotbah/ceramah Kompetensi Dasar 13.1 Menyimpulkan pesan khotbah yang didengar Sumber SCTV

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN. Written by Checked by Approved by valid date. Muhammad Azhari, M.Pd. Tim Verifikasi Prof. Waspodo, Ph.D.

RENCANA PEMBELAJARAN. Written by Checked by Approved by valid date. Muhammad Azhari, M.Pd. Tim Verifikasi Prof. Waspodo, Ph.D. Written by Checked by Approved by valid date Muhammad Azhari, M.Pd. Tim Verifikasi Prof. Waspodo, Ph.D. Mata Kuliah : Pementasan Drama Semester : 5 Kode : 132K5401 Sks : 2 Program Studi : Bahasa Indonesia/ID5A

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER. Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER. Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP 197201232005011001 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA 2014 1

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan perkembangan yang terjadi pada peserta didik. Supaya perubahan pada peserta didik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membawakan peran atau akting dapat diartikan menampilkan atau mempertunjukan tingkah laku terutama diatas pentas. Berbuat seolaholah, berpura pura menjadi seseorang,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DISUSUN OLEH Komang Kembar Dana Disusun oleh : Komang Kembar Dana 1 MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA STANDAR KOMPETENSI Mengapresiasi karya seni teater KOMPETENSI DASAR Menunjukan

Lebih terperinci

Pagelaran Wayang Ringkas

Pagelaran Wayang Ringkas LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT NASIONAL XIV Jakarta, 12 16 Juni 2006 KODE : 33 NAS Bidang Lomba Keahlian Seni Pedalangan Pagelaran Wayang Ringkas Test Project DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Mendeskripsikan Perilaku Manusia Melalui

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Mendeskripsikan Perilaku Manusia Melalui BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kedudukan Pembelajaran Mendeskripsikan Perilaku Manusia Melalui Dialog Naskah Drama dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2.1.1 Standar Kompetensi Standar kompetensi mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyutradaraan merupakan hal yang berhubungan dengan proses yang dilakukan dari awal hingga tampilnya sebuah pementasan diatas panggung. Menurut Kamus Besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan kehidupan tingkat tinggi sehingga menuntut sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berangkat dari rasa keprihatinan atas kondisi bangsa kita dengan maraknya peristiwa-peristiwa yang mendera saat ini, antara lain tingginya tingkat kriminalitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat penting. Kualitas kinerja atau mutu guru dapat mempengaruhi proses pembelajaran dan mutu pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan arus informasi yang menyajikan kebudayaan barat sudah mulai banyak. Sehingga masyarakat pada umumnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Melihat perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Melihat perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi yang semakin BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melihat perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi yang semakin berkembang pesat dengan adanya sarana media pendidikan dan hiburan yang lebih banyak menggunakan media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif yang dibuat berdasarkan imajinasi dunia lain dan dunia nyata sangat berbeda tetapi saling terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah catur- tunggal. Keempat keterampilan tersebut yaitu : keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah catur- tunggal. Keempat keterampilan tersebut yaitu : keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berbahasa mempunyai empat komponen keterampilan. Keempat keterampilan ini pada dasarnya merupakan suatu kesatuan dan dikenal dengan istilah catur-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya pengalaman anak sehingga menjadikan anak lebih tanggap terhadap lingkungan di sekelilingnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Berbicara adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa yang dipelajari siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan pada hasil temuan penelitian dan analisis data mengenai struktur, pandangan dunia pengarang, struktur sosial pengarang, nilai edukatif, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teater berasal dari kata Yunani, theatron (bahasa Inggris, Seeing. Place) yang artinya tempat atau gedung pertunjukan.

BAB I PENDAHULUAN. Teater berasal dari kata Yunani, theatron (bahasa Inggris, Seeing. Place) yang artinya tempat atau gedung pertunjukan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teater berasal dari kata Yunani, theatron (bahasa Inggris, Seeing Place) yang artinya tempat atau gedung pertunjukan. Dalam perkembangannya, dalam pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa 1 BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Pembelajaran sastra dalam pelajaran bahasa Indonesia pada umumnya dibagi menjadi tiga jenis yaitu: prosa fiksi, puisi dan drama. Drama dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, pengalaman, kreatifitas imajinasi manusia, sampai pada penelaahan

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, pengalaman, kreatifitas imajinasi manusia, sampai pada penelaahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra ibarat bunga bahasa. Di dalamnya bahasa diracik dan dirangkai agar lebih indah, memukau dan ekspresif. Maka fungsinya secara umum sama dengan bahasa. Namun secara

Lebih terperinci

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) Mata Pelajaran : an Agama Islam Semester : 1 (Satu) Kelas : III (Tiga) Jumlah KD : 9 (Sembilan) Standar Al Qur an 1. Mengenal kalimat dalam Al Qur an 1.1 Membaca kalimat dalam Al Qur an 1.2 Menulis kalimat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Kedisiplinan merupakan aspek yang penting untuk mengontrol diri kita

BAB IV ANALISIS DATA. Kedisiplinan merupakan aspek yang penting untuk mengontrol diri kita 69 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan penelitian Kedisiplinan merupakan aspek yang penting untuk mengontrol diri kita untuk menjadi yang lebih baik dari sebelumnya. SLB ayodia tulada menggunakan pesan kedisiplinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional harus memberikan dasar bagi keberlanjutan kehidupan bangsa dengan segala aspek kehidupan bangsa yang mencerminkan karakter bangsa masa kini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembelajaran diartikan sebagai suatu sistem yang di

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembelajaran diartikan sebagai suatu sistem yang di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum pembelajaran diartikan sebagai suatu sistem yang di dalamnya terdiri dari berbagai komponen, mulai dari perencanaan pembelajaran sampai pada evaluasi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia mengarahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seni budaya merupakan penjelmaan rasa seni yang sudah membudaya, yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh orang banyak dalam rentang perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi merupakan tempat tinggal seluruh makhluk di dunia. Makhluk hidup di bumi memiliki berbagai macam bentuk dan jenis yang dipengaruhi oleh tempat tinggal masing-masing

Lebih terperinci

MODEL SILABUS MATA PELAJARAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs) MATA PELAJARAN SENI BUDAYA

MODEL SILABUS MATA PELAJARAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs) MATA PELAJARAN SENI BUDAYA MODEL SILABUS MATA PELAJARAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs) MATA PELAJARAN SENI BUDAYA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JAKARTA, 2017 DAFTAR ISI DAFTAR ISI i I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. terampil dan cekatan. Kata mampu mendapat imbuhan ke-an menjadi

BAB II LANDASAN TEORI. terampil dan cekatan. Kata mampu mendapat imbuhan ke-an menjadi BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Berbahasa Pada Anak Usia Dini 1. Pengertian kemampuan berbahasa Kemampuan berasal dari kata mampu yang bermakna cakap atau terampil dan cekatan. Kata mampu mendapat imbuhan

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI. Oleh : NI WAYAN PHIA WIDIARI EKA TANA

ARTIKEL KARYA SENI. Oleh : NI WAYAN PHIA WIDIARI EKA TANA ARTIKEL KARYA SENI PENERAPAN METODE PRAKTIKUM BERDRAMA I JAYA PRANA DAN NI LAYON SARI UNTUK MENGGALI POTENSI SISWA BERMAIN DRAMA DI SMP NEGERI 1 SUKAWATI GIANYAR Oleh : NI WAYAN PHIA WIDIARI EKA TANA PROGRAM

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN : Seni Teater JENJANG PENDIDIKAN : Sekolah Menengah Kejuruan

MATA PELAJARAN : Seni Teater JENJANG PENDIDIKAN : Sekolah Menengah Kejuruan MATA PELAJARAN : Seni Teater JENJANG PENDIDIKAN : Sekolah Menengah Kejuruan Pedagogik Inti Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Menguasai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kebaikan serta mengandung nilai-nilai ajaran Islam. Teater Wadas

BAB V PENUTUP. kebaikan serta mengandung nilai-nilai ajaran Islam. Teater Wadas 82 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab terdahulu, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pementasan seni drama Teater Wadas memiliki karakteristik tersendiri yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan karya sastra tidak dapat dilepaskan dari gejolak dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Karena itu, sastra merupakan gambaran kehidupan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam pendidikan dituntut berperan

Lebih terperinci

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) 279 34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan keterampilan berbahasa siswa. Keterampilan berbahasa tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan keterampilan berbahasa siswa. Keterampilan berbahasa tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah menuntut siswa agar mampu berkomunikasi dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra pada dasarnya adalah seni bahasa. Perbedaan seni sastra dengan cabang seni-seni yang lain terletak pada mediumnya yaitu bahasa. Seni lukis menggunakan

Lebih terperinci

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB ARTIKEL OLEH: AJENG RATRI PRATIWI 105252479205 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA JURUSAN SENI DAN DESAIN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dipengaruhi oleh motivasi dari dalam dan luar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. belajar dipengaruhi oleh motivasi dari dalam dan luar siswa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan proses yang kompleks karena menyangkut berbagai faktor baik yang berasal dari diri guru, berasal dari diri siswa maupun yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurikulum pendidikan dasar salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD adalah bahasa Indonesia. Mata pelajaran bahasa Indonesia dimaksudkan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah sarana komunikasi massa yang digunakan untuk menghibur, memberikan informasi, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, komedi, dan sajian teknisnya

Lebih terperinci

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI Mata Pelajaran KESENIAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA dan MADRASAH TSANAWIYAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL Jakarta, Tahun 2003 Katalog dalam Terbitan Indonesia. Pusat Kurikulum,

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. pertunjukan yang mewakili kesukaan pada lagu-lagu lama, memilih naskah

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. pertunjukan yang mewakili kesukaan pada lagu-lagu lama, memilih naskah BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Tiga Dara adalah proses kerja teater kolektif yang melibatkan banyak unsur dalam berbagai tahapan didalamnya. Mulai dari aplikasi ide pertunjukan yang mewakili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipandang sebagai seni pertunjukan. Dalam hal ini drama dibangun melalui

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipandang sebagai seni pertunjukan. Dalam hal ini drama dibangun melalui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama hadir di tengah-tengah masyarakat sebagai sebuah karya seni yang memiliki dua dimensi. Selain dapat dipandang sebagai seni sastra drama juga dapat dipandang

Lebih terperinci

Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2

Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2 Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2 www.juraganles.com I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d di depan jawaban yang paling benar! 1. Bacalah penggalan pidato berikut! Hadirin yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur 5-10 tahun. Selain itu dongeng juga

BAB I PENDAHULUAN. SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur 5-10 tahun. Selain itu dongeng juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dongeng merupakan kisah yang disampaikan dengan cara bercerita. Dongeng biasanya disampaikan dan dibacakan oleh guru TK, SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

YUSRA D. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unja

YUSRA D. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unja YUSRA D. (yusradewi12@yahoo.com) Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unja Abstrak. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan sesama. Terciptanya interaksi dengan

Lebih terperinci

KRITIK SENI BUSANA LIKU DMA TARI ARJA

KRITIK SENI BUSANA LIKU DMA TARI ARJA KRITIK SENI BUSANA LIKU DMA TARI ARJA Oleh Ni NyomanAndra Kristina Susanti Program StudiSeni (S2) ProgramPascasarjanaInstitutSeni Indonesia Denpasar Email: andra.kristina@yahoo.co.id Abstrak Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum 2013 yang wajib dilaksanakan dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun tulisan. Disamping

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa 89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Mata pelajaran Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran sastra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci