Perempuan dalam Perjalanan Teater Modern Indonesia. M. Yoesoef, M.Hum.
|
|
- Glenna Lie
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Perempuan dalam Perjalanan Teater Modern Indonesia M. Yoesoef, M.Hum.
2 Perempuan dalam Perjalanan Teater Modern Indonesia M. Yoesoef, M. Hum. [1] SEJARAH panggung pertunjukan sandiwara di Indonesia terbilang lumayan tua, setidaknya sejak akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Catatan awal hadirnya panggung pertunjukan sandiwara tidak akan pernah lepas dari nama August Mahieu yang memimpin Komedie Stamboel, Willy Klimanov (A. Piedro) yang mendirikan kelompok sandiwara The Malay Opera Dardanella di Sidoardjo, Jawa Timur. Rombongan sandiwara ini berkeliling dari satu kota ke kota lain, bahkan ke luar negeri seperti yang dilakukan Dardanella. Dalam masa-masa itu, kehadiran kelompok sandiwara di suatu kota dapat dikatakan menjadi salah satu simbol perkembangan kota itu karena di kota itulah budaya kota telah tumbuh. Selain Dardanella, pada masa itu populer juga rombongan sandiwara Miss Riboet s Orion yang didirikan oleh TD Tio Jr. Kehadiran rombongan sandiwara Komedie Stamboel, Dardanella, atau Miss Riboet s Orion kemudian mengukuhkan lahirnya sandiwara profesional yang tidak lagi bertopang pada tradisi sandiwara konvensional. Mahieu, Klimanov, dan Tio melakukan berbagai pembaruan dalam hal pertunjukan dan cerita. Bahkan Tio kemudian membuat film dengan Miss Riboet sebagai primadona. 1 Di lingkungan budaya tradisional, muncul rombongan Sandiwara Miss Tjitjih yang berbahasa Sunda dengan primadonanya Miss Tjitjih. Dunia panggung sandiwara menjadi populer di masyarakat perkotaan pada masa itu 2 terangkat oleh berbagai unsur pembaruan, baik dari segi cerita, pemanggungan, dan yang terpenting adalah oleh pemain yang menjadi idola masyarakat, khususnya para primadona. Mereka menjadi simbol dan bernilai jual bagi rombongan 1 Salim Said. Profil Dunia Film Indonesia (Jakarta: Pustakakarya Grafikatama, 1991), hlm Kepopuleran tersebut dipengaruhi oleh timbulnya kebudayaan mestizo di perkotaan yang perlahan tapi pasti menggeser kebudayaan feodal yang berpusat pada keraton. Cerita-cerita Dardanella tidak mengagungkan feodalisme, tetapi cerita tentang orang biasa yang ditempatkan pada pusat peristiwa. Di Dardanella itu sendiri terlibat orang-orang dari berbagai suku dan bangsa, berbeda dengan sandiwara tradisional yang homogen.
3 sandiwara, sehingga tidak aneh rasanya nama-nama mereka kemudian identik dengan kejayaan rombongan sandiwara itu sendiri. Dalam sejarah pertunjukan sandiwara tercatat antara lain Dewi Dja, Riboet II, Fifi Young, dan Miss Riboet yang kemudian berkiprah di layar lebar pada masa itu. Beberapa bintang panggung pria pun, seperti seperti Tan Tjeng Bok dan Astaman kemudian menjadi terkenal seiring dengan popularitas cerita atau tokoh cerita yang dimainkannya. Kehadiran wartawan yang mengulas permainan Tan Tjeng Bok dan Astaman ketika bermain anggar pada sebuah lakon Alexander Dumas, turut pula menaikkan pamor mereka. Pertumbuhan kota yang pesat dan disertai dengan semakin kuatnya budaya mestizo pada masa itu merupakan hal yang mematangkan pertumbuhan sandiwara profesional. Namun demikian, munculnya teknologi pembuatan film di tahun 20-an dan orang-orang yang melihat film sebagai ladang yang menjanjikan menyebabkan dunia sandiwara profesional mendapat saingan kuat. Hal itu menyebabkan pamor sandiwara profesional sedikit demi sedikit luntur. Dalam kondisi demikian, para primadona panggung pun turut berkurang pamornya. Mereka mundur dan tertelan zaman, atau mereka sudah beralih ke dunia film yang mulai marak pada tahun 30- an. Ketika sandiwara dijadikan salah satu media propaganda pada zaman Jepang, tidak tercatat seorang pun primadona yang menonjol walaupun kelompok sandiwara profesional pada masa itu menuai panen yang tidak sedikit. Di lain pihak, muncul pula rombongan-rombongan sandiwara amatir yang lebih menekankan gagasangagasan tentang kebangsaan, ideologi, dan sebagainya. Rombongan sandiwara amatir yang muncul ke permukaan adalah Sandiwara Penggemar Maya yang didirikan oleh Usmar Ismail, D. Djajakusuma, dan Abu Hanifah. Armijn Pane membentuk rombongan sandiwara Pantjawarna yang mengangkat karya-karya yang ditulis Armijn Pane, lalu Sri Murtono mendirikan Murni. 3 Pertumbuhan teater modern di Indonesia semakin menemukan bentuknya melalui rombongan sandiwara amatir ini. Untuk mengawal perkembangannya kemudian, tahun 1955 didirikanlah Akademi 3 Jakob Sumardjo, Teater Indonesia Era , dalam Tommy F. Awuy (ed.). Teater Indonesia: Konsep, Sejarah, Problem (Jakarta:, 1999), hlm ).
4 Teater Nasional Indonesia antara lain oleh Usmar Ismail, Asrul Sani, dan D. Djajakusuma. Generasi ATNI inilah yang kemudian menjadi ujung tombak teater modern Indonesia. Hal itu terlihat pada Teguh Karya dan Teater Populernya. Sejalan dengan itu, para perempuan yang memilih teater melalui ATNI--antara lain Tatiek Maliyati, Mieke Wijaya, dan R.A. Tahir. Mereka kemudian mengembangkan diri dalam posisinya masing-masing, Tatiek Maliyati memilih sebagai dosen teater, Mieke Wijaya memilih sebagai pemain teater dan artis film. Sementara itu, R.A. Tahir tidak diketahui apa pilihannya kemudian. Dalam pada itu, perkembangan rombongan sandiwara tradisional terus berlangsung walaupun harus mengalami degradasi kontinuitas pertunjukan dan semakin tersisih oleh munculnya media-media hiburan yang lebih menarik. Sandiwara Sunda Miss Tjitjih di Jakarta atau Srimulat di Surabaya akhirnya menemukan publiknya di lingkungan budayanya sendiri. Demikian juga sejumlah grup sandiwara di daerah Indramayu. Ketika kegairahan berteater muncul secara menggebu-gebu pada pertengahan tahun 70-an, muncul begitu banyak grup teater modern yang dimotori antara lain oleh W.S. Rendra, Teguh Karya, Jim Lim Adilimas, dan Suyatna Anirun. Kendati demikian, perempuan pemain teater pada tahun 1970-an sejalan dengan kegairahan berteater--ternyata juga tidak muncul. Hal itu, tentu disebabkan oleh karakter teater modern yang lain dengan karakter teater (sandiwara) profesional maupun sandiwara tradisional. Sejumlah perempuan pemain teater yang lahir dari kancah teater modern Indonesia pada masa itu adalah mereka yang muncul dari Teater Populer, seperti Tuti Indra Malaon, Rahayu Effendi, Deliana Soerawijaya, Sylvia Nainggolan, Dewi Matindas, Ninik L. Karim, Ratna Madjid, dari Teater Kecil antara lain Jajang S. Pamoentjak, Cini Gunarwan. Dari Teater Mandiri Renny Djayusman. Dari Bengkel Teater Yogya muncul Sitoresmi dan Ken Zuraida. Mereka itu berkiprah sebagai pemain andalan masing-masing grup teaternya. Kontribusi yang cukup bermakna dalam hal perempuan pemain teater didominasi oleh Teater Populer. Apabila kita menengok pada perempuan penulis sastra drama di Indonesia sejak awal pertumbuhan, perkembangan hingga sekarang masih dapat dihitung sebelah tangan alias sangat langka. Kelangkaan itu kemungkinan besar disebabkan
5 oleh sulitnya menulis sastra drama yang tidak sekadar layak baca, tetapi juga layak panggung. Lalu pada tahun 1974 muncullah Ratna Sarumpaet yang kala itu menulis dan menyutradarai lakon Rubayat Omar Kayam sekaligus menjadi pemimpin grup teater Satu Merah Panggung. Kehadiran Ratna Sarumpaet dalam dunia teater modern Indonesia tidaklah tiba-tiba, karena sebelumnya ia bergabung dengan Bengkel Teater Yogya yang dipimpin W.S. Rendra. Sampai saat ini Ratna Sarumpaet masih menempati posisi satu-satunya perempuan yang menulis sastra drama, menyutradarai, memainkan peran, dan memimpin grup teater. Karya-karya Ratna pun senantiasa bersentuhan dengan masalah perempuan dan lingkungannya, seperti pada karyanya Marsinah: Nyanyian dari Bawah Tanah, Marsinah Menggugat, dan Dara Muning. Melalui karya dan pentasnya itu, Ratna Sarumpaet tidak saja mengangkat masalah perempuan tetapi juga bagaimana posisi perempuan dilihat dari sudut pandang perempuan itu sendiri. Selama ini, banyak sastra drama yang berbicara tentang perempuan, akan tetapi tokoh-tokoh perempuan dalam drama itu kebanyakan berbicara bukan atas nama perempuan. Mereka umumnya berada dalam tataran sosial, sebagai objek dan bukan subjek. Hal itu berbeda dengan karya Ratna Sarumpaet yang berteriak lantang mengangkat suara-suara perempuan ke permukaan. Memang tidak ada keharusan, seorang perempuan penulis sastra drama senantiasa menyuarakan dunia perempuan semata. Setidaknya, perempuan penulis sastra drama akan lebih rigid mengemukakan perempuan dan dunianya dibandingkan yang ditulis oleh laki-laki. Dunia teater Indonesia dan penulisan drama lebih didominasi oleh laki-laki. Dunia teater dan penulisan drama Indonesia sangat miskin dengan perempuan penulis drama. Apakah ini menandakan bahwa menulis drama bagi perempuan sangat sulit dibandingkan dengan menulis puisi, cerpen, atau novel? Pertanyaan ini terpulang pada sikap budaya perempuan Indonesia sendiri. Perjalanan teater modern Indonesia sejak awal pertumbuhan dan perkembangan sekarang memang tidak terlepas dari peran perempuan di dalamnya. Namun demikian, tidak banyak perempuan penulis drama di Indonesia ini, tidak
6 banyak primadona panggung, tetapi begitu banyak perempuan pemain drama dan perempuan pekerja teater. [2] PEREMPUAN pekerja teater, istilah ini merujuk pada para perempuan yang memilih teater sebagai salah satu pilihan kegiatannya, selain sebagai pegawai atau ibu rumah tangga. Memilih teater bagi perempuan sampai sekarang ini dapat dikatakan masih tergolong aktivitas sampingan. Hal itu, disebabkan teater belum (tidak) menjanjikan kelimpahruahan materi, justru sebaliknya menyedot kantong orang-orang yang terlibat di dalamnya. Kuncinya adalah teater belum (tidak) dilihat atau digarap sebagai lahan produktif. Agar menjadi lahan produktif, diperlukan sebuah suasana timbal-balik antara masyarakat (penonton), pekerja teater (seniman), dan juga produser atau yang disebut maecenas oleh Umar Kayam. 4 Masing-masing unsur itu harus pula menunjukkan tingkat kebutuhan yang bersinergi secara maksimal. Kenyataannya, teater adalah sebuah dunia yang jauh dari masyarakat, bahkan dapat dikatakan sebuah kemewahan. Kendati demikian, sejumlah perempuan justru secara konsisten tetap berada di lingkungan dunia teater. Mereka antara lain adalah Mutiara Sani, Ratna Riantiarno, Sari Manumpil, Dewi Matindas, Ninik L. Karim,, dan Margesti. Dahulu tercatat Tuti Indra Malaon (almarhumah) dan Tarida Gloria (almarhumah). Konsistensi itu tentu sangat bergantung pada produktivitas pertunjukan grup teaternya. Sejak tahun 70-an Teater Populer telah mengawali pertunjukan-pertunjukan rutinnya di Hotel Indonesia. Kemudian Teater Koma yang sampai saat ini menjadi satu-satunya grup yang tingkat produktivitasnya tinggi jika dibandingkan dengan grup-grup teater yang lahir sezamannya, seperti Teater Mandiri, Teater Saja, Bengkel Teater Rendra, Studi Teater Bandung, Teater Kecil, dan Teater Populer. Apabila kita menengok pada grup teater yang lebih kemudian, antara lain seperti Teater Sae, Art Study Club, GRJT, Teater Luka, Teater Tetas, maka kita akan menjumpai sejumlah perempuan pekerja teater yang berteater sebagai bagian dari 4 Umar Kayam. Seni, Tradisi, Masyarakat. (Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, 1981).
7 proses pencarian dirinya. Dengan kata lain, dunia teater bagi mereka sekadar bergiat di luar rumah sebagai pengisi waktu; tidak terlihat dunia teater sebagai pilihan profesinya. Secara sosial, masyarakat kita masih terkukung dengan stigma bahwa menjadi anak wayang bagi perempuan bukan hal yang bagus. Panggung adalah dunia lakilaki dan memiliki moralitas penghibur yang berkesan negatif. Kesan negatif yang dilekatkan pada dunia panggung itu tentu menjauhkan perempuan untuk bergaul lebih intens dengan kehidupan panggung. Oleh karena itu, jelas sudah bahwa dunia panggung bukanlah pilihan yang bagus untuk digeluti oleh perempuan. Akan tetapi, di era sekarang ini apakah kita masih dan akan tetap memandang bahwa dunia panggung tidak cocok untuk perempuan? Bukankah begitu banyak dan luas bidang yang memungkinkan ditangani oleh perempuan di dunia panggung? Di sisi lain, ada masalah besar yang sampai saat ini belum ditangani dengan baik mengenai dunia panggung, bahwa dunia panggung ini tidak dieksplorasi secara maksimal oleh kita. Padahal di sana tersedia sejumlah lapangan kerja kreatif yang bisa digarap secara profesional oleh perempuan. Di sana ada sejumlah unsur yang harus dikerjakan secara sungguh-sungguh yang berkaitan dengan kreativitas dan estiteka seni, bahkan sebuah dapat diarahkan pada industri seni pertunjukan (teater). Keterlibatan perempuan dalam produksi pertunjukan teater tidak harus berada di atas panggung, pekerjaan-pekerjaan yang menuntut kerja profesional pun sangat diperlukan di belakang panggung. Masalahnya kemudian adalah sinergi antara seniman (sutradara), produser dengan bidang-bidang profesional, seperti untuk urusan penataan busana, penataan rias, penataan gerak, pemasaran dan publisitas, serta urusan lainnya dalam bidang produksi tentu dapat dikerjakan oleh perempuan. Sumber daya dan tingkat profesionalisme perempuan dalam bidang-bidang itu sekarang ini bukan lagi hal yang langka. Sejauh ini, semua urusan tadi dikerjakan secara kurang profesional dengan mengandalkan orang-orang di dalam grup itu sendiri. Manajemen seni pertunjukan seharusnya dimiliki oleh setiap grup teater, sehingga terjadi penataan dan pemfokusan dalam pembagian kerja secara profesional. Jelas, bahwa selama grup teater itu tidak memiliki sistem manajemen
8 yang solid dan profesional, selama itu pula produksi pertunjukan teater tidak akan lebih baik. Sistem manajemen yang dilakukan di Teater Koma, misalnya, sementara ini dapat dijadikan acuan. Ada pembedaan yang jelas siapa yang terlibat dalam manajemen (sebagai produser dan tenaga administrasi) dan siapa yang berproses dalam kerja kreatif (artis dan kelompok kerja yang membantu sutradara menerjemahkan lakon dari segi artistik, seperti tata busana, tata rias, tata cahaya, tata panggung), kendati terlihat juga ketumpangtindihan pada beberapa orang yang terlibat di dua bagian. Dengan memperhatikan hal-hal di atas, campur tangan perempuan dalam dunia teater modern Indonesia seharusnya bisa lebih maksimal. Menyelenggarakan sebuah pertunjukan teater pada dasarnya memerlukan sinergi berbagai profesi yang sebagian besar dimiliki oleh perempuan. [3] Perjalanan teater Indonesia, baik tradisional maupun modern, memang dimotori oleh kaum laki-laki. Namun demikian, kontribusi kaum perempuan pun tidak dapat dikatakan sedikit, sekurang-kurangnya kaum perempuan ini jika tidak sebagai pemain, maka ia bekerja di belakang panggung. Di mana pun tempatnya, perempuan pekerja teater bernilai dalam proses tumbuh kembangnya teater modern Indonesia. Sebuah tantangan besar ada di hadapan kita, yaitu dicari perempuan penulis sastra drama. Daftar Pustaka Kayam, Umar Seni, Tradisi, Masyarakat. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan. Said, Salim Profil Dunia Film Indonesia.Jakarta: Pustakakarya Grafikatama. Sumardjo, Jakob. 1999, Teater Indonesia Era , dalam Tommy F. Awuy (ed.). Teater Indonesia: Konsep, Sejarah, Problem. Jakarta:.
BAB I PENDAHULUAN. zaman/waktu. Baik itu seni bahasa atau sastra, seni gerak (acting), seni rias
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap segi kehidupan manusia tidak terlepas dari kesenian. Dan kesenian itu sendiri tidak pernah mati dan menghilang atau pun habis termakan zaman/waktu. Baik
Lebih terperinciArifin C Noer Telah Tiada
Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : SUMBER : KOMPAS, 29 Mei 1995 Arifin C Noer Telah Tiada Jakarta, Kompas Arifin C Noer (54), salah satu tokoh terpenting dalam dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesenian pada dasarnya adalah salah satu cara seseorang memasyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian pada dasarnya adalah salah satu cara seseorang memasyarakat. Kesenian adalah ekspresi seseorang untuk berhubungan dengan orang lain (Sumardjo, 1992:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Berbicara adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa yang dipelajari siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Payung, 06 Juni Penyusun,
KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb. Segala puji bagi Allah yang telah menolong hamba-nya menyelesaikan tugas ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai berbagai suku bangsa dan warisan budaya yang sungguh kaya, hingga tahun 2014 terdapat 4.156 warisan budaya tak benda yang
Lebih terperinciTeater Ketjil Wadah Penggemblengan Aktor
Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : SUMBER : SUARA PEMBARUAN, 19 Maret 1993 Teater Ketjil Wadah Penggemblengan Aktor JAKARTA Arifin C. Noer, sutradara Teater Ketjil,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang kulit purwa. Kesenian wayang kulit purwa hampir terdapat di seluruh Pulau Jawa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk sebagai kesenian tradisional Jawa Timur semakin terkikis. Kepopuleran di masa lampau seakan hilang seiring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara maju dan modern, tetapi negara Jepang tidak pernah meninggalkan tradisi dan budaya mereka serta mempertahankan nilai-nilai tradisi yang ada sejak
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. sebagai apresiator. Proses perancangan tokoh Nunung dalam naskah Tiga Dara
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setiap proses kreatif tentu menemui tahapan-tahapan yang berawal dari penelitian, observasi, eksplorasi dan aplikasi. Banyak hal yang ditemukan dalam proses penciptaan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan
BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan bangsa dengan warisan kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan aset tidak ternilai
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Karya penyutradaraan Beauty and The Beast ini menjadi sebuah proses
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Karya penyutradaraan Beauty and The Beast ini menjadi sebuah proses kreatif yang memberi banyak pelajaran. Bagaimana cara kerja seni drama musikal dan penyutradaraannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fotografi merupakan teknik yang digunakan untuk mengabadikan momen penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena melalui sebuah foto kenangan demi kenangan dalam
Lebih terperinciBAB I. Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk
BAB I Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk 1.1 Bagaimana Kabar Seni Pertunjukan Dulmuluk Dewasa Ini? Seni adalah bagian dari kebudayaan. Sebagai bagian dari kebudayaan, sebagai perwujudan keberakalan manusia,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat kental kehidupannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat kental kehidupannya dengan seni. Salah satu seni yang cukup berkembang saat ini adalah seni teater. Perkembangan ini terlihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketoprak adalah teater yang amat populer di Jawa Tengah khususnya Yogyakarta ini dan berusia cukup tua. Sekurang-kurangnya embrio teater ini sudah muncul, meskipun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Drama merupakan karya yang memiliki dua dimensi karakter (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran atau seni pertunjukan.
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. pertunjukan yang mewakili kesukaan pada lagu-lagu lama, memilih naskah
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Tiga Dara adalah proses kerja teater kolektif yang melibatkan banyak unsur dalam berbagai tahapan didalamnya. Mulai dari aplikasi ide pertunjukan yang mewakili
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Drama sebagai salah satu bagian dari pembelajaran sastra memiliki peranan penting dalam membentuk watak peserta didik yang berkarakter. Peranan penting
Lebih terperinci2015 TARI KREASI DOGDOG LOJOR DI SANGGAR MUTIARA PAWESTRI PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni pertunjukan merupakan ekspresi dan kreasi seniman serta masyarakat pemiliknya yang senantiasa hidup dan berkembang seiring dinamika atau perubahan zaman. Mengingat
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Kehadiran dan kepiawaian Zulkaidah Harahap dalam. memainkan instrumen musik tradisional Batak Toba, secara tidak
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kehadiran dan kepiawaian Zulkaidah Harahap dalam memainkan instrumen musik tradisional Batak Toba, secara tidak langsung membawa Opera Batak kepada perubahan yang berarti.
Lebih terperinciLAMPIRAN RENCANA PROGRAM PENGAJARAN (RPP)
LAMPIRAN RENCANA PROGRAM PENGAJARAN (RPP) Judul Mata Kuliah : Pengetahuan Teater No/ Kode/ SKS Diskripsi Singkat Penyusun : MKK 05101 / 3 SKS : Pemahaman seputar pengetahuan dasar teater seperti asal mula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan karya sastra tidak dapat dilepaskan dari gejolak dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Karena itu, sastra merupakan gambaran kehidupan yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi merupakan tempat tinggal seluruh makhluk di dunia. Makhluk hidup di bumi memiliki berbagai macam bentuk dan jenis yang dipengaruhi oleh tempat tinggal masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat
Lebih terperinciTEKNIK PENYUTRADARAAN DRAMA MUSIKAL ABU DZAR AL GHIFARI KARYA AGUNG WASKITO SUTRADARA WELLY SURYANDOKO. Welly Suryandoko
TEKNIK PENYUTRADARAAN DRAMA MUSIKAL ABU DZAR AL GHIFARI KARYA AGUNG WASKITO SUTRADARA WELLY SURYANDOKO Welly Suryandoko DLB Jurusan Sendrasaik, FBS Universitas Negeri Surabaya Abstrak Teknik penyutradaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil cipta yang mengungkapkan pribadi manusia berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu gambaran konkret yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kesenian tradisional daerah dengan kekhasannya masing-masing senantiasa mengungkapkan alam pikiran dan kehidupan kultural daerah yang bersangkutan. Adanya berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra pada dasarnya adalah seni bahasa. Perbedaan seni sastra dengan cabang seni-seni yang lain terletak pada mediumnya yaitu bahasa. Seni lukis menggunakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. karya yang maksimal, diadakan Festival Film Indonesia (FFI) sebagai ajang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi, media massa pun berkembang dengan pesat. Begitu pula dengan film. Di Indonesia, film tidak hanya merupakan sebuah karya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia kaya akan keragaman seni kebudayaan yang perlu dilestarikan oleh generasi selanjutnya. Salah satunya yang berhubungan dengan pementasan yaitu seni teater.
Lebih terperinciHasil Ketik Ulang dari Dokumen Asli (Dokumen asli terlampir di bawah) : Terbit, 19 Maret 1980. MAKBET Tantangan Buat Anggota PARFI
Hasil Ketik Ulang dari Dokumen Asli (Dokumen asli terlampir di bawah) : Terbit, 19 Maret 1980 MAKBET Tantangan Buat Anggota PARFI Jakarta, TERBIT: Karya novelis besar dunia William Shakespears, Makbet,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi di kehidupan masyarakat. Pada karya tersebut terdapat adanya suatu peristiwa,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan dokumentasi sosial budaya karena ia memuat peristiwa yang terjadi di kehidupan masyarakat. Pada karya tersebut terdapat adanya suatu peristiwa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keyakinan pengarang. Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang dan menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang, dan keyakinan pengarang. Karya sastra lahir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kebanggaan dari suatu Bangsa. Setiap Negara atau daerah pada umumnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesusastraan adalah salah satu bagian dari ilmu dan juga salah satu kebanggaan dari suatu Bangsa. Setiap Negara atau daerah pada umumnya memiliki seni drama
Lebih terperinciLAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER. Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP 197201232005011001 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA 2014 1
Lebih terperinciMENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel
MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel Yudiaryani PENDAHULUAN Unsur yang paling mendasar dari naskah adalah pikiran termasuk di dalamnya gagasan-gagasan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembagian tersebut. Sastra pada hakikatnya memberikan banyak pengajaran,
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena dalam pembahasan pembuatan sebuah karya sastra selalu mengaitkan
Lebih terperinciBAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan
BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES A.Pengertian Drama atau Bermain Peran Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan bentuk lain (prosa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenal ketoprak. Ketoprak berasal dari kata tok dan prak yaitu bunyi dari kentongan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ketoprak merupakan teater rakyat yang paling populer di Jawa Tengah, namun terdapat juga di Jawa Timur. Masyarakat Jawa Tengah/Timur umumnya sangat mengenal
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING STRUKTUR DAN ESTETIKA HUMOR SEBAGAI MODAL DASAR PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN LUDRUK DI JAWA TIMUR
Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 672/Seni Teater LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING STRUKTUR DAN ESTETIKA HUMOR SEBAGAI MODAL DASAR PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN LUDRUK DI JAWA TIMUR Tim Peneliti : Dra. Trisno
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perasaan, pengalaman, kreatifitas imajinasi manusia, sampai pada penelaahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra ibarat bunga bahasa. Di dalamnya bahasa diracik dan dirangkai agar lebih indah, memukau dan ekspresif. Maka fungsinya secara umum sama dengan bahasa. Namun secara
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Seni yang berkembang di masyarakat merupakan sebuah aspek penting dalam pengembangan berbangsa dan bernegara. Seni berkembang sesuai perkembangan masyarakat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perempuan menjadi pembicaraan yang sangat menarik. Terlebih lagi dengan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Membicarakan masalah perempuan tidak ada habisnya, sejak dulu wacana tentang perempuan menjadi pembicaraan yang sangat menarik. Terlebih lagi dengan munculnya
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa
BAB V KESIMPULAN Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa topeng (meski sebagian tokoh mengenakan topeng, terminologi ini digunakan untuk membedakannya dengan wayang topeng) yang
Lebih terperinciMODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA
MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DISUSUN OLEH Komang Kembar Dana Disusun oleh : Komang Kembar Dana 1 MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA STANDAR KOMPETENSI Mengapresiasi karya seni teater KOMPETENSI DASAR Menunjukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya tertentu. Sebuah pernyataan tentang kesenian Jawa, kesenian Bali, dan kesenian flores, semuanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, tidak hanya suku yang berasal dari nusantara saja, tetapi juga suku yang berasal dari luar nusantara.
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni yang kolektif, pertunjukan drama memiliki proses kreatifitas yang bertujuan agar dapat memberikan
Lebih terperinci2015 ANANLISIS NILAI MORAL PAD A TOKOH UTAMA RED A D ALAM FILM LE GRAND VAJAGE(LGU) KARYA ISMAEL FERROUKHI
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Peran bahasa asing sangatlah penting dalam menunjang eksistensi para insan pendidikan di era globalisasi ini. Tidak bisa dipungkiri, agar menjadi pribadi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan menjadi salah satu objek pembahasan yang menarik di dalam karya sastra. Perempuan bahkan terkadang menjadi ikon nilai komersil penjualan karya sastra. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang memberi pengaruh pada budaya asli. Ketertarikan komersial semua bangsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jauh sebelum kedatangan bangsa Belanda di kepulauan Indonesia, di Pulau Jawa telah ada pendatang yang berasal dari India, Cina, Arab, dan Portugis yang memberi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bentuk karya sastra mempunyai bahasa yang khas salah satunya yaitu puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan oleh penulisnya. Menulis
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Seni tradisi Gaok di Majalengka, khususnya di Dusun Dukuh Asem Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di wilayah tersebut. Berbeda dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di jaman sekarang ini budaya asing sangat besar pengaruhnya terhadap kebudayaan di Indonesia. Salah satunya adalah budaya Barat. Tetapi seiring berubahnya waktu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahkluk sosial yang selalu hidup bersama dan saling tergantung sama lainya. Di dunia ini, tidak ada satu pun manusia yang dapat hidup sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Indonesia merupakan negara yang kaya akan produk seni. Berbagai produk seni yang khas dapat ditemukan di hampir seluruh daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah sarana komunikasi massa yang digunakan untuk menghibur, memberikan informasi, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, komedi, dan sajian teknisnya
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melalui beberapa pembahasan di bagian terdahulu, maka sekarang kita
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melalui beberapa pembahasan di bagian terdahulu, maka sekarang kita sampai pada kesimpulan dariseluruh pembahasan tersebut. Penulis yang merupakan sutradara
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni
147 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni tradisional wayang kulit purwa di Kabupaten Tegal, maka terdapat empat hal yang ingin penulis
Lebih terperincipenerbit dan penyusun menyelesaikan buku Biografi dari WS. Rendra.
BAB I Batasan Masalah : penerbit dan penyusun menyelesaikan buku Biografi dari WS. Rendra. Plot cerita akan disadur berdasarkan literatur kliping, naskah dan segala media yang sempat menyampaikan pemikiran,
Lebih terperinciSUMBER : SUARA KARYA MINGGU, 28 Pebruari 1982 Hal. 1
Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) SUMBER : SUARA KARYA MINGGU, 28 Pebruari 1982 Hal. 1 Djadoeg Djajakusuma Kebetulan ia gondrong, tetapi tak ada maksud untuk sok nyentrik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kebanyakan orang mendefinisikan karya sastra sebagai karangan dalam bentuk prosa tertulis yang hanya terdiri dari puisi, novel, cerpen, naskah drama dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah bagian dari budaya serta merupakan sarana untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesenian adalah bagian dari budaya serta merupakan sarana untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain mengekspresikan rasa keindahan dari dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dunia seni saat ini semakin banyak jumlah dan beragam bentuknya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia seni saat ini semakin banyak jumlah dan beragam bentuknya. Berbagai jenis seni yang dimiliki Indonesia sangat beragam mulai dari bentuk, ciri khas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan aneka ragam kebudayaan dan tradisi. Potensi merupakan model sebagai sebuah bangsa yang besar. Kesenian wayang
Lebih terperinciStandar Kompetensi Guru SI/SK Kompetensi Guru Mapel KD Indikator Esensial
Kisi-kisi Soal SMK Seni Teater Kompetensi PEDAGOGIK 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik,moral, spiritual, sosial, kultural,emosional, dan intelektual. 1.1 Memahami karakteristik peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menulis cerpen merupakan salah satu kompetensi yang diajarkan di SMA.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis cerpen merupakan salah satu kompetensi yang diajarkan di SMA. Pembelajaran menulis cerpen dituangkan dalam dua Standar Kompetensi (1) mengungkapkan pengalaman
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Perjalanan proses teater pada kali ini, menggunakan naskah Jeblog karya
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Perjalanan proses teater pada kali ini, menggunakan naskah Jeblog karya Nazarudin Azhar sebagai naskah yang dipilih untuk garapan tugas akhir dengan menggunakan gagasan surealisme.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
Lebih terperinciPrakata. iii. Bandung, September Penulis
Prakata Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual, sosial, dan emosional. Selain itu,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Batasan Masalah Karya seni mempunyai pengertian sangat luas sehingga setiap individu dapat mengartikannya secara berbeda. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, karya
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ).
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI 2.1. Masyarakat Agraris Sejak zaman tokugawa sampai akhir perang dunia II, sistem keluarga Jepang diatur oleh konsep Ie dan bahkan mendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga
Lebih terperinciBAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah
14 BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori/Metode 4.1.1 Teori membuat Komik Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah Gambar-gambar dan lambing-lambang yang terjukstaposisi dalam turutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan dan lain sebagainya yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang di gelarkan disebuah panggung dengan mengambil cerita tentang kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Ujungberung yang terletak di Kota Bandung ini memiliki beragam kesenian, salah satunya adalah kesenian yang berkembang saat perjuangan kemerdekaan Indonesia. menurut
Lebih terperinciMenguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global
Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global Oleh: Dyah Kustiyanti Tradisi biasanya didefinisikan sebagai cara mewariskan pemikiran, pandangan hidup, kebiasaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan informasi di era globalisasi ini, komunikasi menjadi sebuah kegiatan penting. Informasi sangat dibutuhkan dalam mendukung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jazz, blues, rock, dan lain sebagainya. Diantara sekian banyak aliran musik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terdapat keberagaman jenis aliran musik yang ada didunia, seperti pop, jazz, blues, rock, dan lain sebagainya. Diantara sekian banyak aliran musik tersebut salah satunya
Lebih terperinci2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional
Lebih terperinciBarangkali, 40 pct Manusia di Dunia Hasil Keisengan
Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) Sumber: SINAR PAGI MIGGU, 6 SEPTEMBER 1987, HALAMAN 4 Percakapan dengan D. Djajakusuma Barangkali, 40 pct Manusia di Dunia Hasil Keisengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia menjadi salah satu mata pelajaran yang saat ini cukup banyak mendapat perhatian. Hal tersebut salah satunya dikarenakan masuknya bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seni atau salah satu jenis kesenian sebagai hasil karya manusia, seringkali
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni atau salah satu jenis kesenian sebagai hasil karya manusia, seringkali mempunyai perjalanan yang tidak diharapkan sesuai dengan perkembangan zaman. Tumbuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan berkomunikasi, karena untuk mencapai segala tujuanya, manusia memerlukan sebuah alat atau
Lebih terperincipergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Gending Karatagan wayang adalah gending pembuka pada pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH MASYARAKAT & KESENIAN INDONESIA 2 (SA) KODE / SKS : KD / 2 SKS
Sub dan Sasaran 1 Teater Permbangan teater : a. Periode Abdoel Moeloek b. Periode Komidi Stambul c. Periode Dardanela d. Periode Maya 2 Teater 1. Seni Pertunjukan 2. Fungsi teater masyarakat 3 Teater Daerah-Wayang
Lebih terperinciINTISARI BAB I PENDAHULUAN
INTISARI Novel teenlit menjadi fenomena menarik dalam perkembangan dunia fiksi di Indonesia. Hal itu terbukti dengan semakin bertambahnya novel-novel teenlit yang beredar di pasaran. Tidak sedikit pula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra adalah rekaan, sebagai terjemahan fiksi secara etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura. Dalam novel baik pengarang
Lebih terperinciARTIKEL TENTANG SENI TARI
NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi
Lebih terperinci2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat memiliki jenis yang beragam. Keanekaragaman jenis kesenian tradisional itu dalam perkembangannya
Lebih terperinci