PERBEDAAN POLA PIKIR KEWIRAUSAHAAN DAN ADVERSITY QUOTIENT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBEDAAN POLA PIKIR KEWIRAUSAHAAN DAN ADVERSITY QUOTIENT"

Transkripsi

1 PERBEDAAN POLA PIKIR KEWIRAUSAHAAN DAN ADVERSITY QUOTIENT PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI MALANG YANG BERORIENTASI TERHADAP PENCIPTA LAPANGAN KERJA DAN PENCARI KERJA Rovi Andriyanto.R Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang ABSTRAK Lulusan Perguruan Tinggi di Indonesia, pada umumnya lebih memilih sebagai pencari kerja daripada pencipta lapangan pekerjaan. Kewirausahaan merupakan proses dalam menciptakan sesuatu yang berbeda dan bernilai,. Pola pikir kewirausahaan menggambarkan cara berpikir inovatif dan energik yang memanfaatkan peluang dan bertindak untuk mewujudkan peluang tersebut. Adversity quotient merupakan suatu kemampuan untuk mengubah hambatan menjadi peluang keberhasilan untuk mencapai tujuan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya perbedaan pola pikir kewirausahaan dan adversity quotient antara mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Malang sebagai pencipta lapangan kerja dan pencari kerja. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan metode penelitian ANOVA (F-test). Terdapat 2 populasi yang digunakan sebagai penelitian, yakni populasi 1 yaitu pencipta lapangan kerja dan populasi 2 yaitu pencari kerja di kalangan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Negeri Malang. Dalam penelitian ini, variabel pola pikir kewirausahaan diperoleh keputusan terima H 0, karena Sig (0,164) > α (0,05) sedangkan adversity quotient adalah terima H 0, karena Sig (0,392) > α (0,05). Sehingga Pola pikir kewirausahaan dan adversity quotient antara mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Malang yang berorientasi sebagai pencipta lapangan kerja dan pencari kerja adalah tidak memiliki perbedaan atau dapat dikatakan sama. Kata kunci: pola pikir kewirausahaan, adversity quotient. ABSTRACT Graduates of universities in Indonesia, generally prefer as job seekers rather than job creators. Entrepreneurship is the process of creating something different and worthwhich bear the financial risk, psychological, and social. Entrepreneurial mindset illustrates how innovative thinking and energetic exploit opportunities and act to realize these opportunities. Adversity Quotient is the ability to turn obstacles into opportunities achieve success. The research is conducted to determine the differences entrepreneurial mindset among students and adversity quotient of Psychology, University of Malang as job creators and job seekers. This research is a quantitative research method design ANOVA (F-test). There are two populations used as a study, which the creator of the population 1 and population 2 job seekers among the students of the Faculty of Psychology, University of Malang. In this study, the variables obtained entrepreneurial mindset thank decision H0, since Sig (0.164)> α (0.05) while the adversity quotient H0 is accepted, since Sig (0,392)> α (0,05). So that the entrepreneurial mindset and adversity quotient among students of Psychology, State University of Malang-oriented as job creators and not job seekers are having a difference or can say the same. Keywords: Entrepreneurial Mindset, Adversity Quotient

2 Pekerjaan merupakan salah satu ranah kehidupan yang penting bagi individu. Selain sebagai sumber identitas, menurut Hulin (2002) pekerjaan juga berfungsi sebagai sumber otonomi, memberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan dan kreativitas, sumber tujuan dalam hidup, sumber penghasilan dan rasa aman. Upaya pemerintah dengan mengurangi jumlah pengangguran yang ada di Indonesia dengan merekrut calon pegawai negeri sipil (PNS) tentu tidak cukup. Sehingga salah satu alternatif untuk mengurangi angka pengangguran adalah dengan berwirausaha. Menurut Sudradjad (1999) salah satu kiat mengentaskan pengangguran adalah dengan menciptakan lapangan kerja baru yaitu dengan berwirausaha, permasalahannya adalah kewirausahaan di Indonesia juga masih rendah. Umumnya masyarakat Indonesia lebih memilih menjadi pencari kerja (job seeker) ketimbang menjadi pencipta lapangan kerja (jobcreator). Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil-Menengah (UKM) pada tahun 2011 menyebutkan bahwa hanya sekitar 6,82% lulusan sarjana yang berminat menjadi wirausahawan (job creator), selebihnya 93,18% lebih berminat menjadi pegawai (job seeker). Hal ini menjadi sebuah fenomena yang mengkhawatirkan, karena pola pikir para sarjana umumnya berorientasi menjadi pegawai negeri atau karyawan swasta, padahal jumlah lapangan kerja baik di swasta dan negeri sangat terbatas dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja yang ada. Hal ini dapat menunjukkan bahwa sistem pendidikan di Indonesia justru melahirkan para pencari kerja baru bukan pencipta lapangan kerja. Saat ini jumlah sarjana yang menganggur di Indonesia sedikitnya tercatat orang. Untuk mendorong tujuan pemerintah dalam meningkatkan perekonomian nasional yang bisa mensejahterahkan rakyat, maka jumlah wirausahawan ditargetkan minimal 2% dari sekitar 235 juta penduduk Indonesia saat ini (Sahnan, 2010), sehingga menjadi sangat wajar jika sampai saat ini dunia wirausaha belum menjadi sebuah lapangan pekerjaan yang diinginkan dan dinanti bagi para sarjana yang sedang putus asa mencari pekerjaan. Padahal kewirausahaan merupakan salah satu pendukung yang menentukan maju mundurnya perekonomian, karena bidang wirausaha mempunyai kebebasan untuk berkarya dan mandiri. Menurut seorang pakar kewirausahaan McClelland, suatu negara akan maju jika terdapat entrepreneur sedikitnya sebanyak 2% dari jumlah penduduk maka dapat dipastikan bahwa negara itu akan sejahtera (Anonymous,2009). Membangun jiwa wirausaha perlu dilakukan, khususnya bagi mahasiswa yang mempunyai potensi untuk berwirausaha dan juga peran serta pengelolaan pendidikan sangat diharapkan terutama dalam memberikan motivasi sekaligus memberikan fasilitas yang

3 dibutuhkan baik berupa materi kewirausahaan yang aplikatif maupun sarana prasarana yang diperlukan dalam melakukan praktek kewirausahaan (Kurniawan, 2007). Wirausahawan yang sukses tentunya memiliki kerangka berpikir (mindset) yang lebih maju dari orang biasa. Pentingnya kerangka berpikir kewirausahaan digambarkan dalam arti memungkinkan ada pendukung ide-ide baru untuk mendirikan lapangan kerja dengan ide-ide baru yang berharga, lalu adanya sumber daya yang dikembangkan untuk mendorong kegiatan wirausaha (Thompson, 2004). Cara yang dapat dilakukan adalah dengan membentuk pola pikir kewirausahaan untuk mempertahankan daya saing organisasi ekonomi. Pola pikir kewirausahaan menunjukkan cara berpikir tentang bisnis dan peluang, guna menghadapi ketidakpastian (Dhliwayo dan Vuuren, 2007). Menurut Senges (2007), pola pikir kewirausahaan itu menggambarkan pencarian pola yang bersifat inovatif dan energik, memanfaatkan peluang serta bertindak untuk mewujudkan peluang yang ada. Membentuk pola pikir kewirausahaan sangat penting untuk mempertahankan persaingan ekonomi (McGrath dan MacMillan, 2000). Kreativitas merupakan sarana untuk membuka potensi terpendam dalam diri seseorang, karena kreativitas adalah cara utama untuk menggali potensi kewirausahaan. Atkinson (1957) berpendapat bahwa, individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih memilih kegiatan berisiko yang menantang tapi dapat dicapai. Risiko menurut Forlani dan Mullin (2000) mencerminkan tingkat ketidakpastian prospektif yang terkait dengan hasil. Menurut Johnson (2009) individu dengan pola pikir tetap memiliki kepercayaan diri rendah, mereka cenderung mengadopsi tujuan kinerja yang rendah, yang selanjutnya menyebabkan mereka menjadi seseorang yang cenderung biasa-biasa saja. Namun, ketika dihadapkan dengan tantangan individu dengan pola pikir berkembang, di sisi lain percaya bahwa suatu "kemampuan dan keberhasilan dapat dimiliki karena belajar, pemikiran yang dapat tumbuh dan berubah dengan usaha dan percaya dengan dirinya akan membuat seseorang terbiasa dalam menghadapi kesulitan dan cenderung menjadikannya pembelajaran untuk bekal dalam kegiatan berwirausaha. Nyatanya orang dengan pola pikir kewirausahaan saja tidak cukup untuk sukses dikarenakan banyak yang masih belum mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dalam mengatasi masalah. Kecenderungan rendahnya kemampuan seseorang untuk mengatasi kesulitan adalah suatu kesalahan yang dapat berubah menjadi kegagalan, sehingga besarnya rintangan dalam berwirausaha dengan resiko gagal akan berdampak pada keinginan seorang dalam berwirausaha. Tanpa adanya adversity quotient (AQ) yang tinggi maka dikhawatirkan seseorang akan mengalami frustasi dan kemunduran dalam menjalani proses banting tulangnya menjadi seorang wirausahawan kelak. Istilah AQ (Adversity Quotient) ini

4 dipopulerkan oleh Poul Stoltz (2000) dalam bukunya yang berjudul Adversity Quotient, menurutnya AQ suatu kemampuan untuk mengubah hambatan menjadi peluang keberhasilan mencapai tujuan. Adversity quotient merupakan hasil riset penting dari tiga cabang ilmu pengetahuan yaitu psikologi kognitif, psikoneuroimunologi (ilmu kesehatan baru) dan neurofisiologi (ilmu otak). Menurut Djati Sutomo (2008) dalam penelitian Dianita (2010), adversity quotient dipengaruhi oleh beberapa dimensi disingkat CORE yaitu Control (kendali), Origin dan Ownership (asal usul dan pengakuan), Reach (jangkauan), Endurance (daya tahan). Kendali diri (Control) atau kendali, kemampuan individu dalam mempengaruhi secara positif suatu situasi, serta mampu mengendalikan respon terhadap situasi. Asal- usul dan pengakuan (Origin dan Ownership), yaitu suatu kemampuan individu dalam menenmpatkan perasaan dirinya dengan berani menaggung akibat dari situasi yang ada, sehingga menciptakan pembelajaran dalam melakukan perbaikan atas masalah yang terjadi. Jangkauan (Reach), kemampuan individu dalam menjangkau dan membatasi masalah agar tidak menjangkau bidang-bidang yang lain dimensi ini melihat sejauh mana individu membiarkan kemalangan menjangkau bidang lain pekerjaan dan hidup individu. Daya tahan (Endurance), yaitu kemampuan individu dalam mempersepsi kesulitan, dan kekuatan dalam menghadapi kesulitan tersebut dengan menciptakan ide dalam pengatasan masalah sehingga ketegaran hati dan keberanian dalam penyeleasaian masalah dapat terwujud dimensi ini berupaya melihat berapa lama seseorang mempersepsi kemalangan ini akan berlangsung. Hal ini juga dibenarkan oleh Stoltz (2000), komponen-komponen CO2RE ini akan menentukan kecerdasan adversity individu secara menyeluruh. Selanjutnya ada dua tipe pekerjaan yang ada di dunia ini, yaitu pencipta lapangan pekerjaan dan pencari kerja. Pencipta lapangan pekerjaan adalah pengusaha atau wirausahawan. Dalam ilmu ekonomi, seorang pengusaha berarti seorang pemimpin ekonomi yang memiliki kemampuan mendapatkan peluang secara berhasil dengan memperkenalkan komoditi, teknik baru, sumber pemasukan, serta pabrik, peralatan, manajemen, tenaga buruh yang diperlukan dan mengorganisasikannya ke dalam perusahaan. Pengertian entrepreneur adalah mereka yang memulai sebuah usaha baru dan berani menanggung segala macam serta untuk mendapatkan keuntungan. Sedangkan pencari kerja diartikan sebagai karyawan atau pegawai. Hasibuan (2005) menjelaskan bahwa pencari kerja adalah penjual jasa (pikiran dan tenaganya) dan mendapat kompensasi yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu. Oleh organisasi atau perusahaan, karyawan memiliki kewajiban dan keterikatan untuk

5 mengerjakan pekerjaan yang diberikan dan berhak memperoleh kompensasi sesuai dengan perjanjian. METODE Subjek Subjek dalam penelitian ini sebanyak 60 orang mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Malang, dengan rincian sebanyak 30 orang mahasiswa yang termasuk dalam subjek pertama yaitu pencipta lapangan kerja, dan 30 orang mahasiswa yang termasuk dalam subjek kedua yaitu pencari kerja. Desain Penelitian Rancangan penelitisn ini adalah penelitian komparatif, yaitu suatu penelitian yang bersifat membedakan. Menguji hipotesis komparatif berarti menguji parameter populasi yang berbentuk perbedaan (Sugiyono, 2005). Menurut Nazir (2005) penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebabakibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu yang bertujuan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu.. Penelitian ini mengelompokkan responden menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah mahasiswa yang berorientasi sebagai pencipta lapangan kerja dan kelompok kedua adalah kelompok mahasiswa yang berorientasi sebagai pencari kerja. Tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai perbedaan pola pikir kewirausahaan dan adversity quotient diantara kedua kelompok tersebut. Alat Ukur Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ialah menggunakan skala pola pikir kewirausahaan dan skala adversity quotient yang berupa pernyataan-pernyataan favorable dan unfavorable. Penelitian ini menggunakan skala sikap berbentuk model Likert yang mengukur pola pikir kewirausahaan dan adversity quotient. Pada tiap skala dan masingmasing pernyataan terdiri dari empat alternatif jawaban, yaitu; Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Untuk mengetahui tingkat validitas item pola pikir kewirausahaan digunakan bantuan komputer program SPSS 17.0 for windows, dengan taraf signifikansi 10% dengan r tabel = 0,296. Sehingga dapat diketahui bahwa dari sebanyak 64 item variabel pola pikir

6 kewirausahaan, terdapat sebanyak 19 aitem yang tidak valid, sedangkan sisanya sebanyak 45 aitem yang valid. Sedangkan variabel adversity quotient dapat diketahui bahwa dari sebanyak 54 item variabel adversity quotient, terdapat sebanyak 12 aitem yang tidak valid, sedangkan sisanya sebanyak 42 aitem yang valid. Setelah dilakukan pengujian validitas maka langkah berikutnya adalah mengetahui konsistensi suatu alat pengukur dalam mengukur gejala yang sama dengan menggunakan uji reliabilitas. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel pola pikir kewirausahaan sebesar dan adversity quotient sebesar sehingga menghasilkan nilai Cronbach's Alpha yang lebih besar dari 0.7 sehingga dapat dikatakan bahwa aitemaitem yang digunakan untuk menyusun variabel pola pikir kewirausahaan dan adversity quotient sudah reliable dengan sangat baik. Jenis Instrumen Data yang diperlukan dikumpulkan dengan menggunakan skala sebagai berikut: 1. Skala pola pikir kewirausahaan yang disusun berdasarkan Likert. Contoh: No Peryataan SS S TS STS 1 Saya mempunyai ide-ide baru untuk berbisnis 11 Saya selalu ragu-ragu dalam bertindak 2. Skala Adversity Quotient yang disusun berdasarkan Likert. Contoh: No Peryataan SS S TS STS 3 Saya ragu-ragu dalam mengungkapkan pendapat 18 Dalam bertindak saya melakukannya dengan konsisten

7 Prosedur Prosedur dalam penelitian ini adalah: 1. Menyiapkan instrumen skala pola pikir kewirausahaan dan adversity quotient. 2. Mengkonsultasikan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. 3. Menentukan subjek uji coba untuk menguji validitas dan reliabilitas alat ukur. Subjek yang sama dengan subjek penelitian. 4. Menyebarkan instrumen kepada subjek uji coba. 5. Menganalisis validitas dan reliabilitas pada instrumen yang telah diuji coba. 6. Menyusun kembali instrumen dan membuang peryataan yang tidak valid. 7. Menyebarkan instrumen yang valid kepada subjek penelitian. 8. Menganalisis hasil turun lapangan. Hasil Dari hasil statistika deskriptif dapat diperoleh informasi bahwa skor rata-rata variabel pola pikir kewirausahaan untuk keseluruhan responden adalah sebesar 137,38 dimana skor terendah adalah sebesar 112 dan skor tertinggi untuk variabel ini adalah sebesar 168. Sedangkan skor rata-rata untuk variabel adversity quotient adalah sebesar 122,18, skor terendah dan tertinggi adalah sebesar 104 dan 153. Skor yang diperoleh untuk variabel adversity quotient lebih baik daripada variabel pola pikir kewirausahaan, hal ini ditunjukkan oleh standar deviasi adversity quotient yang lebih rendah daripada variabel pola pikir kewirausahaan, sehingga skor yang diperoleh untuk keseluruhan responden menjadi lebih homogen. Berdasarkan pengujian kolmogorov-smirnov, H 0 ditolak jika Asym. Sig < α namun jika Asym. Sig > α maka H 0 diterima yang berarti data mengikuti distribusi normal. Pada variabel pola pikir kewirausahaan, nilai Asym. Sig sebesar 0,926 sehingga H 0 diterima karena Asym. Sig (0,926) > α (0,05), sedangkan nilai Asym. Sig untuk variabel adversity quotient adalah sebesar 0,347 sehingga H 0 diterima karena Asym. Sig (0,347) > α (0,05). Dapat disimpulkan bahwa variabel pola pikir kewirausahaan dan adversity quotient telah mengikuti distribusi normal, sehingga asumsi distribusi normal telah terpenuhi. Berdasarkan pengujian levene, H 0 ditolak jika Sig < α namun jika Sig > α maka H 0 diterima yang berarti varian data homogen. Pada variabel pola pikir kewirausahaan, nilai Sig

8 sebesar 0,337 sehingga H 0 diterima karena Sig (0,337 ) > α (0,05), sedangkan nilai Sig untuk variabel adversity quotient adalah sebesar 0,536 sehingga H 0 diterima karena Sig (0,536) > α (0,05). Dapat disimpulkan bahwa varians data untuk variabel pola pikir kewirausahaan dan adversity quotient antara mahasiswa psikologi Universitas Negeri Malang sebagai pencipta lapangan kerja dan pencari kerja telah homogen, sehingga asumsi homogenitas varians telah terpenuhi. Pengujian ANOVA ini dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS 17.0 for windows, Keputusan untuk variabel pola pikir kewirausahaan Tolak H 0 jika Sig < α, terima H 0 jika Sig > α. Sig (0,164) > α (0,05) maka Tidak ada perbedaan pola pikir kewirausahaan antara kelompok subjek yang berorientasi sebagai pencipta lapangan kerja dan pencari kerja pada mahasiswa psikologi Universitas Negeri Malang, sehingga dapat disimpulkan bahwa antara mahasiswa Psikologi yang memilih menjadi pencipta lapangan kerja dan pencari kerja memiliki pola pikir yang sama. Keputusan untuk variabel adversity quotient adalah terima H 0, karena Sig (0,392) > α (0,05) maka Tidak ada perbedaan adversity quotient antara kelompok subjek yang berorientasi sebagai pencipta lapangan kerja dan pencari kerja pada mahasiswa psikologi Universitas Negeri Malang, maka kesimpulannya adalah mahasiswa Psikologi yang memilih menjadi pencipta lapangan kerja dan pencari kerja memiliki adversity quotient yang sama. Kesimpulan : Pola pikir kewirausahaan dan adversity quotient antara mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Malang yang berorientasi sebagai pencipta lapangan kerja dan pencari kerja adalah tidak memiliki perbedaan atau dapat dikatakan sama.

9 Diskusi Seseorang yang memiliki pola pikir kewirausahaan pada dasarnya mempunyai karakteristik psikologik yang spesifik. Mereka gemar menghadapi tantangan, bergerak dalam dunia yang penuh persaingan dan menunjukkan kegigihannya dalam berjuang untuk akhirnya muncul sebagai pemenang. Dalam hal ini seorang yang memiliki pola pikir kewirausahaan tidak menyenangi kerja yang lamban, dan suka mengambil resiko serta mampu mempengaruhi orang lain agar kerja lebih giat. Disamping itu mereka menyenangi konsep, gagasan dan teknologi baru (Suryana, 2003). Tidak adanya perbedaan pola pikir kewirausahaan antara pencipta lapangan kerja dan pencari kerja jika dilihat dari pandangan psikologis yang menitikberatkan pada segi aktivitas manusianya. Setiap manusia dikaruniai bermacam-macam potensi, namun menurut para ahli banyak diantaranya yang belum digunakan atau dikembangkan dengan baik dan maksimal. Potensi yang dimiliki manusia seperti kerangka pemikiran, potensi, dan segala keahlian terpendamnya, yang pada sementara orang telah dikembangkan sedangkan banyak orang lain menyadari saja pun tidak bahwa potensi-potensi itu terdapat pada dirinya apabila menggunakan atau menggembangkannya (As ad, 1998). William James seorang psikolog Amerika memperkirakan bahwa orang biasa baru menggunakan kurang lebih sepuluh persen dari kemampuan-kemampuannya. Margareth Mead berpendapat sekitar enam persen, sedangkan Herbert Otto punya perkiraan yang lebih rendah, yaitu sekitar empat persen (As ad, 1998). Dari penjelasan para ahli psikologi tersebut maka dapat dijelaskan faktor tidak adanya perbedaan pola pikir kewirausahaan antara pencipta lapangan kerja dan pencari kerja dikarenakan subjek masih belum mengembangkan potensi pola pikir kewirausahaan. Semua subjeknya adalah mahasiswa, sehingga tidak dapat dibedakan pola pikir kewirausahaan antara pencipta lapangan kerja dan pencari kerjanya, kecuali subjek baru lulus kuliah dan terjun dimasyarakat untuk memulai karirnya. Intinya penyebab tidak dapat dibedakan pola pikir kewirausahaan dikarenakan mahasiswa belum mempunyai pengalaman kerja atau berbisnis. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut terdapat kaitannya dengan bidang kewirausahaan, dimana kewirausahaan tidak dapat dilepaskan dari sumberdaya manusia maka pengembangan pola pikir kewirausahaan perlu didiskusikan lebih lanjut apakah potensi-potensi manusianya dapat lebih dikembangkan lagi sehingga mencapai produktivitas dan efisiensi khususnya pada mahasiswa.

10 Adversity qoutient adalah kemampuan berfikir, mengelola dan mengarahkan tindakan yang membentuk suatu pola-pola tanggapan kognitif dan perilaku atas stimulus peristiwaperistiwa dalam kehidupan yang merupakan tantangan atau kesulitan. Dengan adversity qoutient seseorang bagai diukur kemampuannya dalam mengatasi setiap persoalan hidup untuk tidak berputus asa (Stoltz, 2000). Dengan demikian adversity qoutient mampu memprediksi seseorang atau individu pada tampilan motivasi, pemberdayaan, kreativitas, produktivitas, pembelajaran, energi, harapan, kegembiraan, vitalitas dan kesenangan, kesehatan mental, kesehatan jasmani, daya tahan, fleksibilitas, perbaikan sikap, daya hidup dan respon terhadap perubahan terutama dalam hal ini adalah mahasiswa yang mempunyai kelebihan khusus, baik intelegensi, kreatifitas, ataupun skill dan potensi lebih (Stoltz, 2000). Dalam penelitian ini adversity quotient antara pencipta lapangan kerja dan pencari kerja tidak ada perbedaan karena subjek belum menghadapi tantangan yang berat. Mahasiswa yang diukur adversity quotient belum terjun langsung ke dunia nyata dan belum menghadapi rintangan atau kesulitan berarti yang bisa mempengaruhi perubahan kehidupannya sehingga tidak terlihat terjadi perbedaan antara mahasiswa yang bertipe pada pencipta lapangan kerja dan pencari kerja. Dibawah ini ada piramida Tiga Tingkat Kesulitan yang di kembangkan oleh Paul Stoltz (2000). Masyarakat Tempat Kerja Individu Gambar 1.1 Tiga Tingkat Kesulitan Menurut Stoltz Tiga Tingkat Kesulitan memperlihatkan bahwa terdapat perubahan positif pada ketiga tingkatnya yang berawal dari individu, kemudian ke tempat kerja dan akhirnya di dalam masyarakat. Disinilah proses terbentuknya adversity quotient yang harus dikembangkan oleh diri sendiri. Di masyarakat tingkat kesulitan sangat tinggi, sedangkan di tempat kerja kesulitan mulai terlihat berarti, sedangkan di individu kesulitan belum terlihat secara signifikan. Inilah sebab tidak ada perbedaan adversity quotient antara mahasiswa yang bertipe pencipta lapangan kerja dan pencari kerja. Mereka saat ini pada fase paling bawah yang

11 belum nampak tingkat kesulitan berarti yang mereka alami, sehingga tidak dapat dibedakan adversity quotient nya antara pencipta lapangan kerja dan pencari kerja. Jika penelitian ini dilakukan pada fase kedua yaitu di tempat kerja atau orang yang sudah mempunyai pekerjaan maka hasilnya dapat dibedakan antara para pencipa lapangan pekerjaan dan pencari kerja, karena pada tingkatan ini manusia dihadapkan pada kesulitan-kesulitan yang berdampak pada proses kehidupannya baik positif atau negatif tergantung dari individu yang mampu menghadapi setiap tantangan pada proses kehidupan. Stoltz (2000) menyebutkan empat dimensi yang menyusun adversity quotient seseorang yaitu kendali diri, asal- usul dan pengakuan, jangkauan, dan daya tahan. Empat dimensi tersebut adalah faktor yang mendasari seseorang dalam menentukan tingkat advesity quotient, karena advesity quotient adalah variabel yang menentukan seseorang dalam menaruh harapan dan terus bertahan dalam menghadapi situasi yang sulit. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui kecerdasaan dalam menghadapi rintangan tidak hanya cukup mengetahui apa yang meningkatnya, tetapi apa yang perlu diperhatikan adalah dimensi-dimensi agar dapat memahami kecerdasaan dalam menghadapi rintangan sepenuhnya. Sehingga mahasiswa psikologi universitas negeri malang harus belajar lebih mendalam mengenai advesity quotient ini sehingga nantinya dapat mengatasi kesulitan dan tantangan baik di dalam maupun di dunia luar kampus. Karena dimensi-dimensi diatas masih belum menjadi hambatan yang berarti bagi mahasiswa sehingga menyebabkan advesity quotient tidak dapat dibedakan antara pencipta lapangan pekerjaan dan pencari kerja di kalangan mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Malang ini. Namun demikian tidak selamanya karakteristik tersebut mendorong seseorang untuk memilih bidang wirausaha meski antara advesity quotient dan karakteristik kewirausahaan memiliki kesamaan karena banyak faktor yang ikut mempengaruhi.

12 Daftar Pustaka As ad, Muhammad Psikolgi Industri. Yogyakarta: Liberty Diana, Nidau Study Deskriptif Tentang Adversity Quotient Pada SiswaKelas Akselerasi di Sekolah Menengah Atas NEGERI 1 MALANG (SMA N 1 MALANG) Skripsi tidak diterbitkan, Malang: Prodi Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Malang Fauzi, Hasmi Ardi Analisis Pengaruh Sikap Kewirausahaan, Orientasi Pasar dan Pembelajaran Organisasional Terhadap Kinerja Bisnis. Tesis tidak diterbitkan, Semarang: Prodi Magister Manajemen, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Hendra Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Perguruan Tinggi Negeri, (Online), ( diakses 9 November 2012 Helmi, Fadilla Kewirausahaan dari perspektif Psikologi, (Online), ( diakses pada 9 November Neneh, Brownhilder African Journal of Business Management Vol. 6(9), pp , 7 March, 2012 Available online at DOI: /AJBM ISSN Academic Journals, diakses pada 16 November Ruliana, Ambar Pranita Hubungan antara kecerdasan adversity dan harga diri pada mahasiswa. Skripsi tidak diterbitkan, Malang: Prodi Psikologi, Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang, Stoltz. G poul. Adversity Quotient Mengubah Hambatan Menjadi Peluang Shohib, Muhammad Adversity Quotient Dengan Minat Entrepreneurship (Online), (M_Shohib@Yahoo.Com), diakses 15 April 2013.

ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MINAT ENTREPRENEURSHIP. Muhammad Shohib Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MINAT ENTREPRENEURSHIP. Muhammad Shohib Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MINAT ENTREPRENEURSHIP Muhammad Shohib Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang m_shohib@yahoo.com Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan adversity quotient

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang asuransi jiwa, yaitu PT. Prudential Life Assurance (Prudential

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian 3.1.1. Pendekatan penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif yaitu menekankan analisisnya pada data data numerical (angka) yang diolah dengan metode

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Oleh : DIANITA WAHYU S. F100 040 259 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu variabel tergantung. Variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sampel, (D) Metode pengumpulan data, (E) Validitas dan Reliabilitas alat ukur, 1. Variabel bebas : Adversity Quotient

BAB III METODE PENELITIAN. sampel, (D) Metode pengumpulan data, (E) Validitas dan Reliabilitas alat ukur, 1. Variabel bebas : Adversity Quotient BAB III METODE PENELITIAN Berdasarkan metode penelitian ini akan menguraikan : (A) Identifikasi variabel-variabel penelitian, (B) Defenisi operasional penelitian, (C) Populasi dan sampel, (D) Metode pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan metode penelitian yang meliputi populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, instrument penelitian, serta teknik analisis data. 3.1 Pengambilan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN PT. X. Disusun Oleh. : Dyah Anggraini NPM :

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN PT. X. Disusun Oleh. : Dyah Anggraini NPM : HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN PT. X Nama Disusun Oleh : Dyah Anggraini NPM : 10507067 Jurusan : Psikologi Dosen Pembimbing : Intaglia Harsanti, S.Psi., M.Si Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks. Hal ini dapat diamati dari jumlah pengangguran yang terus meningkat dan terbatasnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuasi eksperimen, karena penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini membahas mengenai metode penelitian, dan dalam hal ini dibatasi secara sistematis sebagai berikut: Variabel penelitian, subjek penelitian, metode dan instrumen

Lebih terperinci

STUDI AWAL PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SURABAYA

STUDI AWAL PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SURABAYA STUDI AWAL PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SURABAYA Esti Dwi Rinawiyanti Jurusan Teknik Industri, Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut 1, Surabaya, Indonesia E-mail: estidwi@ubaya.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau perusahaan dapat melakukan berbagai kegiatan bisnis, operasi fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. atau perusahaan dapat melakukan berbagai kegiatan bisnis, operasi fungsi-fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi internet semakin banyak dimanfaatkan oleh berbagai organisasi terutama organisasi bisnis, kegiatan dunia usaha yang menggunakan teknologi internet

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian 68 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif. Penelitian ini menggunakan analisis komparatif atau analisis perbedaan yang artinya bentuk analisis variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuasi eksperimen, sebab penelitian ini adalah dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupan, manusia memerlukan berbagai jenis dan macam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupan, manusia memerlukan berbagai jenis dan macam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan, manusia memerlukan berbagai jenis dan macam barang serta jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah Korelasional. Menurut Azwar (2012) Penelitian Korelasional merupakan penelitian yang bertujuan menyelidiki

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 58 BAB 6 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bagian ini peneliti memaparkan mengenai kesimpulan yang digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian berdasarkan analisis data yang telah dilakukan; diskusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi untuk jaman sekarang sangat dibutuhkan oleh setiap perorangan

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi untuk jaman sekarang sangat dibutuhkan oleh setiap perorangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Asuransi untuk jaman sekarang sangat dibutuhkan oleh setiap perorangan maupun perusahaan, baik di Indonesia maupun diluar negeri. Definisi asuransi menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan yang terjadi pada era globalisasi saat ini menuntut adanya persaingan yang semakin ketat dalam dunia kerja. Hal ini mengakibatkan adanya tuntutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jl. Raya Ngebel Semanding, Jenangan, Ponorogo.

BAB III METODE PENELITIAN. Jl. Raya Ngebel Semanding, Jenangan, Ponorogo. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Jenangan dengan alamat Jl. Raya Ngebel Semanding, Jenangan, Ponorogo.. Waktu Waktu penelitian

Lebih terperinci

Entrepreneurship and Inovation Management

Entrepreneurship and Inovation Management Modul ke: Entrepreneurship and Inovation Management KEWIRAUSAHAAN DAN KARAKTER WIRAUSAHA (ENTREPRENEUR) Fakultas Ekonomi Dr Dendi Anggi Gumilang,SE,MM Program Studi Pasca Sarjana www.mercubuana.ac.id 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. orang tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pengangguran dan kemiskinan adalah sebuah fenomena yang masih menjadi permasalahan di Indonesia. Hal ini di sebabkan karena tidak seimbangnya antara lapangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha telah mencapai era globalisasi, dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha telah mencapai era globalisasi, dimana BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha telah mencapai era globalisasi, dimana persaingan semakin ketat dan perubahan yang terjadipun semakin cepat sehingga para pengusaha harus dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random,

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random, BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian (Usman, 1996: 16).

BAB III METODE PENELITIAN. peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian (Usman, 1996: 16). 46 BAB III METODE PENELITIAN Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam memperlajari peraturan-peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pengangguran yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini diakibatkan oleh jumlah penduduk yang tidak seimbang dengan keterbatasan lapangan pekerjaan sehingga

Lebih terperinci

Ani Khoerunni mah 1, Kriswandani 2, Wahyudi 2. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Ani Khoerunni mah 1, Kriswandani 2, Wahyudi 2. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT (AQ) DAN POLA ASUH DEMOKRATIS (AUTHORITATIVE) ORANGTUA DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA Ani Khoerunni mah 1, Kriswandani

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Menurut Sugiono (2010) adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu tentang data

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu tentang data III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran

Lebih terperinci

GAMBARAN ADVERSITY QUOTIENT PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN YANG BERWIRAUSAHA. Kelly Yo Filla

GAMBARAN ADVERSITY QUOTIENT PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN YANG BERWIRAUSAHA. Kelly Yo Filla GAMBARAN ADVERSITY QUOTIENT PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN YANG BERWIRAUSAHA Kelly Yo Filla Azhar El Hami, S.Psi., M.Psi. T Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian/ Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri obat-obatan, yang terletak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu BAB III METODE PENELITIAN Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam memperlajari peraturan-peraturan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai Adversity Quotient pada siswa/i SMP X kelas I di Bandung (Suatu Penelitian Survei yang dilakukan pada Siswa/i SMP Yayasan Badan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan deduktif yang berangkat dari permasalahan-permasalahan dari

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan deduktif yang berangkat dari permasalahan-permasalahan dari BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif, maksud dari metode penelitian ini adalah penelitian yang identik dengan pendekatan deduktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba membekali diri dengan berbagai keterampilan dan pendidikan yang lebih tinggi agar

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS i HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1 Diajukan oleh : DIYAH RETNO NING TIAS F

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel terikat : Learned Helplessness Variabel bebas : Status kelas: - Kelas Reguler - Kelas Unggulan B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fantastis dan memiliki potensi yang strategis jika dipandang sebagai potensi

BAB I PENDAHULUAN. fantastis dan memiliki potensi yang strategis jika dipandang sebagai potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar dan merupakan negara keempat di dunia dengan penduduk terbesar. Menurut BPS (2010), tercatat jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

PERANAN KAMPUS DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN MAHASISWA MELALUI KEGIATAN KEWIRAUSAHAAN

PERANAN KAMPUS DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN MAHASISWA MELALUI KEGIATAN KEWIRAUSAHAAN PERANAN KAMPUS DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN MAHASISWA MELALUI KEGIATAN KEWIRAUSAHAAN Dwi Wahyu Pril Ranto Akademi Manajemen Administrasi (AMA) YPK Yogyakarta ABSTRAK Peran kampus sangat dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari hubungan antar variabel. Variabel-variabel dalam penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari hubungan antar variabel. Variabel-variabel dalam penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel. Variabel-variabel dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Era Globalisasi dan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat ini, pemerintah sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang yang pada hakekatnya bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau angka yang diolah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional kuantitatif. Penelitian korealasional kuantitatif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui

Lebih terperinci

SKALA I. 1 Saya suka menawarkan barang baru dalam usaha saya. 3 Saya malas mencari ide ide baru untuk usaha saya

SKALA I. 1 Saya suka menawarkan barang baru dalam usaha saya. 3 Saya malas mencari ide ide baru untuk usaha saya SKALA I No Pernyataan SS S TS STS 1 Saya suka menawarkan barang baru dalam 2 Kondisi perekonomian yang sulit menyebabkan usaha saya gagal 3 Saya malas mencari ide ide baru untuk 4 Saya sendiri yang menentukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian ini melakukan kajian tentang perbedaan tingkat learned helplessness siswa yang memiliki prestasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Alasannya adalah peneliti ingin mengeneralisasikan suatu fenomena pada suatu kelompok. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel independent (X) : Iklim Organisasi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel independent (X) : Iklim Organisasi 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini menguji hubungan variabel x dan y, kedua variabel tersebut adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif yang menekankan analisisnya pada data numerical

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : Variabel Tergantung : Kematangan karir pada remaja Variabel Bebas : 1. Self-Esteem

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah penelitian yang bekerja dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif digunakan untuk meneliti

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGISIAN. #### Selamat Mengerjakan ####

PETUNJUK PENGISIAN. #### Selamat Mengerjakan #### Identitas Responden Jenis Kelamin : Kuliah di : Angkatan : Asal daerah : Tempat tinggal di Semarang : Lama tinggal di Jawa Tengah : Tidak pernah tinggal di Jawa Tengah sebelumnya: (Ya/ Tidak) PETUNJUK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. SUBJEK PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Laboratorium UPI Bandung di Jl. Senjaya Guru kampus Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pembahasan dalam bab ini akan difokuskan pada beberapa sub bab yang terdiri

BAB III METODE PENELITIAN. Pembahasan dalam bab ini akan difokuskan pada beberapa sub bab yang terdiri 113 BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan dalam bab ini akan difokuskan pada beberapa sub bab yang terdiri dari rancangan penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi penelitian, sampel penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka,

Lebih terperinci

ADVERSITY QUOTIENT PADA MAHASISWA BERPRESTASI

ADVERSITY QUOTIENT PADA MAHASISWA BERPRESTASI ADVERSITY QUOTIENT PADA MAHASISWA BERPRESTASI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sehingga persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh: Laksmi Fivyan Warapsari F100110088 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ditetapkan terlebih dahulu sebelum penelitian dilakukan. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. ditetapkan terlebih dahulu sebelum penelitian dilakukan. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang akan digunakan dalam penelitian, oleh karena itu rancangan penelitian harus ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah kota besar terdiri dari beberapa multi etnis baik yang pribumi maupun

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah kota besar terdiri dari beberapa multi etnis baik yang pribumi maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dimana terletak di garis katulistiwa ujung dari Sumatera hingga Papua. Salah satu keunikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang digunakan Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode yang menekankan analisisnya pada datadata numerical (angka)

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di PT Selamat Sempurna Tbk. yang beralamat di Jl. LPPU Curug no.88, Tangerang, Banten 3.1. Gambaran Umum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, I. PENDAHULUAN Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan ruang lingkup penelitian. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 15 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian komparatif. Menurut Sugiyono (006) penelitian komparatif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Variabel penelitian memiliki beberapa jenis, pada peneltian ini jenis

Lebih terperinci

: Mizha zhulqurnain NIM : Jurusan : S1.SI.M

: Mizha zhulqurnain NIM : Jurusan : S1.SI.M Nama : Mizha zhulqurnain NIM : 10.12.5327 Jurusan : S1.SI.M 1.Pendahuluan Harapan untuk diterima di dunia kerja tentunya tidaklah keliru, namun tidak dapat dipungkiri bahwa kesempatan kerja pun sangat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jauh lebih kecil dan tidak memerlukan modal, padahal mendirikan usaha tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. jauh lebih kecil dan tidak memerlukan modal, padahal mendirikan usaha tersebut BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah lapangan kerja yang tersedia di Indonesia lebih sedikit dibandingkan para pencari kerja. Lebih banyak orang memilih untuk bekerja dengan orang lain dibandingkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya kepemimpinan partisipatif dan Work

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran sinektik dalam mengembangkan perilaku kreatif siswa kelas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik

BAB 1 PENDAHULUAN. seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengangguran di Indonesia semakin hari semakin meningkat jumlahnya seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

PUBLIKASI ILMIAH. Oleh: KRISTINAWATI A

PUBLIKASI ILMIAH. Oleh: KRISTINAWATI A MOTIVASI BERWIRAUSAHA DALAM PERSPEKTIF PERAN PENDIDIKAN DAN LINGKUNGAN KELUARGA PADA MAHASISWA PENDIDIKAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ANGKATAN TAHUN 2013 PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel penelitian ini terdiri dari tiga variabel yang diamati, yaitu: b. Kecerdasan Adversitas

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel penelitian ini terdiri dari tiga variabel yang diamati, yaitu: b. Kecerdasan Adversitas BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel penelitian ini terdiri dari tiga variabel yang diamati, yaitu: 1. Variabel tergantung : Stres Kerja 2. Variabel bebas : a. Hardiness b. Kecerdasan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ADVERSTY INTELLIGENCE DENGAN SCHOOL WELL-BEING (Studi pada Siswa SMA Kesatrian 1 Semarang)

HUBUNGAN ANTARA ADVERSTY INTELLIGENCE DENGAN SCHOOL WELL-BEING (Studi pada Siswa SMA Kesatrian 1 Semarang) HUBUNGAN ANTARA ADVERSTY INTELLIGENCE DENGAN SCHOOL WELL-BEING (Studi pada Siswa SMA Kesatrian 1 Semarang) Imam Hidayatur Rohman, Nailul Fauziah Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Lokasi Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Eksperimen dapat diartikan sebagai proses penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dasarnya, pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial (dalam

BAB III METODE PENELITIAN. dasarnya, pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial (dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Peneliti dalam penelitian ini menggunakan bentuk penelitian kuantitatif eksplanatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisanya pada

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah pada

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah pada III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitan Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah pada tahun pelajaran 013/014. B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Proses Berpikir Berpikir selalu dihubungkan dengan permasalahan, baik masalah yang timbul saat ini, masa lampau dan mungkin masalah yang belum terjadi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, 33 BAB III METODE PENELITIAN Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena melalui proses tersebut dapat ditemukan apakah hasil dari suatu penelitian dapat dipertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau angka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 2.1. Identifikasi Variabel Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan obyek penelitian dan merupakan faktor-faktor yang berpengaruh dalam suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di wilayah Kota Bandung Jawa Barat.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di wilayah Kota Bandung Jawa Barat. 0 BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di wilayah Kota Bandung Jawa Barat.. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini menggunakan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini menggunakan metode 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini menekankan pada gambaran holistik terhadap kondisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah atau prosedur kerja sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. empat juta orang dibanding yang tercatat pada Februari 2005.

BAB I PENDAHULUAN. empat juta orang dibanding yang tercatat pada Februari 2005. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, yang saat ini sudah mencapai lebih dari 200 juta jiwa, bertambah pula kebutuhan pangan, papan, lapangan kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai dengan saat ini jumlah angkatan kerja berbanding terbalik dengan kesempatan kerja yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penelitian ini adalah teori perilaku terencana yang merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penelitian ini adalah teori perilaku terencana yang merupakan BAB II LANDASAN TEORI A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Pendekatan teoritis yang digunakan untuk menjelaskan intensi perilaku dalam penelitian ini adalah teori perilaku terencana yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara memecahkan persoalan dalam penelitian ilmiah tidaknya suatu penelitian sangat tergantung pada metodologi yang digunakan (Sumadi Suryabrata, 000:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru dapat dikatakan bermanfaat apabila dapat dikelola oleh sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru dapat dikatakan bermanfaat apabila dapat dikelola oleh sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu bangsa sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang berkualitas, bukan hanya kekayaan alam yang berlimpah. Sumber daya alam baru dapat

Lebih terperinci

Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta

Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta Sumber : Kementerian Pendidikan Nasional/Dirjen Dikti/Direktorat Kelembagaan 15 November 2008 Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta LATAR BELAKANG Hasil Survei Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006:12). hubungan Academic Self Concept dan Konformitas Terhadap Teman Sebaya

BAB III METODE PENELITIAN. penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006:12). hubungan Academic Self Concept dan Konformitas Terhadap Teman Sebaya BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian pada pendekatan ini adalah kuantitatif yaitu penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang dalam prosesnya banyak mengunakan angka-angka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah : 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Untuk membuktikan secara empiris hipotesis pada Bab II tersebut, maka variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Tergantung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sejak awal hingga akhir penelitian. Pendekatan kuantitatif yaitu penlitian tentang

BAB III METODE PENELITIAN. sejak awal hingga akhir penelitian. Pendekatan kuantitatif yaitu penlitian tentang BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini menggunkan metode pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuatitatif yaitu penelitian yang sistematis, jelas, terencana sejak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. inferensial atau dalam rangka pengujian hipotesis sehingga diperlukan. kuantitatif maupun kualitatif (Azwar, 2004).

BAB III METODE PENELITIAN. inferensial atau dalam rangka pengujian hipotesis sehingga diperlukan. kuantitatif maupun kualitatif (Azwar, 2004). BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun karakteristik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 58 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menyatakan bahwa variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang

BAB III METODE PENELITIAN. menyatakan bahwa variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Kerlinger (1973) menyatakan bahwa variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Di bagian lain Kerlinger menyatakan

Lebih terperinci