PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PETANI TERHADAP PENYAKIT KUNING PADA TANAMAN LADA DI KABUPATEN BANGKA DAN BANGKA TENGAH ITA SULISTIAWATI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PETANI TERHADAP PENYAKIT KUNING PADA TANAMAN LADA DI KABUPATEN BANGKA DAN BANGKA TENGAH ITA SULISTIAWATI"

Transkripsi

1 i PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PETANI TERHADAP PENYAKIT KUNING PADA TANAMAN LADA DI KABUPATEN BANGKA DAN BANGKA TENGAH ITA SULISTIAWATI DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 ii ABSTRAK ITA SULISTIAWATI. Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani terhadap Penyakit Kuning pada Tanaman Lada di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah. Dibimbing oleh Abdul Munif. Lada merupakan salah satu tanaman perkebunan yang cukup penting bagi Indonesia. Serangan oleh Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dapat menyebabkan penurunan kualitas maupun kuantitas produksi lada. Penyakit kuning yang disebabkan oleh nematoda parasit Meloidogyne incognita dan Radopholus similis hingga kini masih menjadi masalah utama pada pertanaman lada di daerah Provinsi Bangka Belitung. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan petani dalam pengelolaan tanaman lada dan organisme penganggu tanaman khususnya penyakit kuning serta kendala-kendala yang dihadapi oleh petani lada di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei, yaitu pengamatan di lapangan dan wawancara secara langsung terhadap para petani lada di Kabupaten Bangka dan Kabupaten Bangka Tengah dengan menggunakan kuisioner. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik petani, sistem budidaya yang digunakan, serta pengelolaan OPT khususnya penyakit kuning. Pengamatan lapangan dilakukan untuk mengetahui persentase kejadian penyakit kuning di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik petani yang meliputi umur, tingkat pendidikan, dan pengalaman Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) sangat mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan tindakan petani dalam pengelolaan tanaman lada serta pengendalian hama dan penyakit khususnya penyakit kuning. Kurangnya informasi yang dimiliki serta tidak ada penyuluhan khusus mengenai penyakit kuning menyebabkan semakin sulitnya pengendalian penyakit ini. Pengendalian yang banyak dilakukan oleh petani yaitu pencabutan dan pembakaran tanaman terserang atau dengan pemberian kapur. Hama dan penyakit khususnya penyakit kuning merupakan permasalahan utama yang masih sulit diatasi oleh petani lada di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah hingga saat ini. Permasalahan lain yang dihadapi petani diantaranya adalah biaya produksi yang cukup besar serta harga lada yang fluktuatif. Kata kunci: Penyakit kuning, lada, nematoda parasit

3 iii PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PETANI TERHADAP PENYAKIT KUNING PADA TANAMAN LADA DI KABUPATEN BANGKA DAN BANGKA TENGAH ITA SULISTIAWATI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

4 iv Judul penelitian Nama mahasiswa Nomor pokok : Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani terhadap Penyakit Kuning pada Tanaman Lada di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah : Ita Sulistiawati : A Disetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Abdul Munif, M.Sc. NIP Diketahui, Ketua Departemen Proteksi Tanaman Dr. Ir. Dadang, M.Sc. NIP Tanggal lulus:

5 v RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 25 Januari 1989 di Cilacap, Jawa Tengah. Penulis adalah anak ke-2 dari tiga bersaudara dari ayah bernama Jawadi dan ibu bernama Sutiyah. Pada tahun 1994, penulis memasuki pendidikan di Sekolah Dasar Negeri II Siak, Riau dan pada tahun 2000 melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Negeri I Siak. Pada tahun 2003 penulis melanjutkan ke Madrasah Aliyah Sultan Syarif Qasim Siak, Riau. Penulis selanjutnya diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 melalui jalur BUD (Beasiswa Utusan Daerah) dan sejak tahun 2007 penulis tercatat sebagai mahasiswa Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama di IPB penulis pernah aktif di dalam kepengurusan Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (Himasita) sebagai staf divisi PSDM periode dan Selain itu, penulis juga pernah aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Dasar-Dasar Proteksi Tanaman dari Departemen Proteksi Tanaman IPB pada tahun ajaran 2009/2010.

6 vi PRAKATA Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rakhmat dan karunia- Nya sehingga penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani terhadap Penyakit Kuning pada Tanaman Lada di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua serta kedua saudara penulis Asminah dan Sri Mulyani yang telah memberikan segala do a, bantuan, dan dukungannya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Siak yang telah memberikan kesempatan melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor. Terima kasih kepada Dr. Ir. Abdul Munif M.Sc. atas segala bantuan selama penelitian hingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir, terima kasih juga kepada Dra. Dewi Sartiami, M.Si. sebagai dosen penguji tamu atas saran dan masukannya dalam penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga kepada para petani lada di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah atas partisipasinya sebagai responden untuk menunjang penelitian ini. Terima kasih kepada Dr. Agus (Kepala BPTP Bangka Belitung), Bapak Sudrajat, Kristiana, dan Bapak Gatut Heru Bromo atas bantuan dan dukungannya selama penelitian, terima kasih kepada Zumi, Dilah, Elis, Ina, Lara, Yayan, Yeyen, Yuni, Ratri, Elham, Wahyu J., Redi, Ishol, Candra, Ade M., serta teman-teman di Departemen Proteksi Tanaman IPB terutama angkatan 43 atas kebersamaan, bantuan, dan dukungannya selama ini. Penulis berharap karya ini memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca. Kritik dan saran membangun sangat diharapkan penulis untuk perbaikan di masa mendatang. Bogor, Februari 2011 Penulis

7 vii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN.... Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Lada (Piper nigrum L.)... 3 Sejarah Tanaman Lada... 3 Botani Lada... 3 Jenis Lada... 5 Manfaat Lada... 6 Syarat Tumbuh Lada... 7 Hama dan Penyakit Lada... 7 Penyakit Kuning Gejala Penyakit Kuning Penyebab Penyakit Kuning Pengendalian Penyakit Kuning Pengendalian Hama Terpadu (PHT) BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Wawancara dengan Petani Pengamatan Penyakit Kuning Analisis Usahatani Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Karateristik Petani Lada Budidaya Tanaman Lada Varietas dan bibit Pengolahan tanah dan pemupukan Pengendalian gulma Pengendalian hama dan penyakit Permasalahan dalam usaha tani ix x xii

8 viii Pengelolaan Penyakit Kuning Pengamatan Penyakit Kuning Analisis Usahatani Hubungan Karakteristik Petani dengan Tindakan Pengendalian KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

9 ix DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Penggunaan pupuk anorganik oleh petani lada di kabupaten Bangka dan Bangka Tengah Rata-rata kejadian penyakit kuning pada tanaman lada di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah... 32

10 x DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Umur petani lada di Kabupaten Bangka dan Kabupaten Bangka Tengah Tingkat pendidikan petani lada di Kabupaten Bangka dan Kabupaten Bangka Tengah Luas lahan yang digarap oleh petani (per tahun) di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah Pola tanam yang dilakukan petani lada di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah Varietas lada yang digunakan petani di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah Penggunaan pupuk organik oleh petani lada di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah Cara pengendalian hama dan penyakit oleh petani lada di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah Sikap petani dalam mengambil keputusan pengendalian hama dan penyakit tanaman lada Sikap petani terhadap penggunaan pestisida dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman lada Permasalahan yang sering dihadapi petani lada di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah Jenis penyakit yang sering dihadapi oleh petani lada di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah Penyebab penyakit kuning menurut persepsi petani Sikap petani terhadap penyakit kuning di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah Upaya pengendalian penyakit kuning oleh petani lada di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah Pengalaman petani lada di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah dalam mengikuti SLPHT. 30

11 16. Keikutsertaan petani lada dalam kelompok tani di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah Rasio R/C usahatani lada di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah Hubungan antara umur petani dengan tindakan pengendalian Hubungan antara tingkat pendidikan dengan tindakan pengendalian Hubungan antara pengalaman SLPHT dengan tindakan pengendalian.. 34 xi

12 xii DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Kuisioner Wawancara Petani Gambar Pengamatan di Lapangan dan Wawancara Petani... 44

13 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Lada merupakan salah satu tanaman budidaya yang tertua dan produk pertama yang diperdagangkan antara daerah Timur dan Eropa. Lada merupakan jenis rempah yang paling sering digunakan di Eropa dan Amerika dibandingkan dengan rempah-rempah lainnya (Purseglove et al. 1981). Sejarah mencatat bahwa lada pulalah yang mendorong bangsa Eropa seperti Belanda dan Portugis berlayar ke Indonesia. Pada tahun 1720 keuntungan dari lada merupakan sepertiga bagian dari seluruh keuntungan yang diperoleh VOC di Indonesia. Indonesia bahkan mampu memasok 8 kebutuhan lada dunia sebelum Perang Dunia II (Wahid & Soetopo 1990). Daerah utama penghasil lada di Indonesia adalah daerah Lampung yang terkenal sebagai penghasil lada hitam yang sering disebut Lampung black pepper dan Bangka yang terkenal sebagai penghasil lada putih atau Muntok white pepper. Daerah lain yang menjadi penghasil lada adalah Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur. Hingga saat ini Indonesia masih menjadi salah satu produsen lada yang diperhitungkan di pasar dunia, namun produktivitas lada nasional terus menurun. Pada tahun 2000 produktivitas lada Indonesia sebesar 800,45 kg/ha, dan terus menurun hingga pada tahun 2008 produktivitasnya hanya 678 kg/ha. Produksi lada Bangka sendiri pada tahun 2000 mencapai ton namun terus mengalami penurunan. Pada tahun 2008 produksi lada Bangka hanya mencapai ton (Deptan 2010). Salah satu kendala yang dihadapi dalam budidaya lada adalah serangan hama dan penyakit khususnya penyakit kuning. Penyakit kuning merupakan salah satu penyakit penting pada pertanaman lada, karena dapat menyebabkan tanaman berhenti berkembang sehingga menurunkan hasil panen. Penyakit ini dilaporkan merusak pertanaman lada di Bangka sebesar 32% pada Penyebab penyakit tersebut adalah nematoda Meloidogyne incognita dan Radopholus similis (Mustika 2005). Deteksi awal penyakit ini relatif sulit, biasanya tanaman diketahui sakit setelah menampakkan gejala kuning. Tanaman yang menguning menunjukkan bahwa tanah dan perakaran tanaman tersebut telah terinfestasi nematoda, bahkan kemungkinan

14 2 nematoda telah menyebar ke lahan tersebut meskipun belum semua tanaman menampakkan gejala kuning. Sistem budidaya yang dilakukan petani sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan keberadaan penyakit ini, sehingga perlu diketahui tingkat pemahaman, sikap dan tindakan petani dalam pengelolaan tanaman lada. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan petani dalam pengelolaan tanaman lada dan organisme penganggu tanaman khususnya penyakit kuning serta kendala-kendala yang dihadapi oleh petani lada di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai pengelolaan penyakit kuning di daerah Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah. Informasi tersebut diharapkan dapat menjadi salah satu dasar pertimbangan oleh petani dan pihak terkait dalam pengendalian penyakit kuning secara tepat serta upaya mempertahankan dan meningkatkan produksi lada Bangka.

15 3 TINJAUAN PUSTAKA Lada (Piper nigrum L.) Sejarah Tanaman Lada Lada ditemukan pertama kali di daerah Western Ghast, India. Lada ditemukan tumbuh liar di daerah pegunungan Assam (India) dan utara Burma. Tumbuhan ini kemudian mulai dibudidayakan dan menjadi barang berharga ketika mulai diintroduksi ke Eropa dan dikenal oleh bangsa Yunani dan Romawi kuno. Theophratus ( B.C), seorang filsaat Yunani yang dikenal sebagai Bapak Botani menyebutkan dua tipe lada yang digunakan di Yunani dan Romawi yaitu black pepper (lada hitam), Piper nigrum dan long pepper (lada panjang), Piper longum. Lada kemudian menyebar dari Malabar (India) ke daerah-daerah Eropa dan Asia termasuk Indonesia. Lada kemungkinan dibawa masuk ke Indonesia oleh masyarakat Hindu ke daerah Jawa antara 100 B.C dan 600 A.D (Purseglove et al. 1981). Sentra produksi lada di Indonesia adalah di daerah Lampung, Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung. Kedua daerah ini memproduksi kurang lebih 9 dari produksi lada di Indonesia. Daerah penghasil lada lainnya yaitu Bengkulu, Aceh, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan (Mustika 1990). Botani Lada Lada berasal dari bahasa sanskerta pippali, dalam bahasa Inggris disebut pepper, dalam bahasa Yunani disebut peperi, dan bahasa latin piper. Lada dikelompokkan dalam famili Piperaceae, genus Piper, spesies Piper nigrum. Tanaman lada merupakan tanaman tahunan yang memanjat dan berbuku-buku. Ketinggian tanaman ini dapat mencapai 10 m, namun dalam budidaya dibatasi hingga ketinggian 4 m dan melekat pada tiang panjat (tajar) agar memudahkan dalam pemeliharaan. Tanaman lada termasuk tanaman kelompok dikotil yang memiliki akar tunggang. Akar utama terletak pada dasar batang dengan panjang 3-4 m, sedangkan akar-akar dari buku di atas permukaan tanah panjangnya hanya 3-5 cm yang berfungsi untuk menempel pada tiang panjat yang sering disebut

16 4 sebagai akar panjat atau akar lekat. Akar lekat hanya tumbuh di buku-buku batang utama dan cabang ortotrop, sedangkan di cabang produksi (plagiotrop) tidak muncul akar lekat (Purseglove et al. 1981). Batang atau cabang tanaman lada berupa sulur panjat yang berbuku-buku dengan panjang buku berkisar antara 5-12 cm, batang berbentuk silindris serta mempunyai akar lekat. Warna batang bervariasi antara hijau muda, hijau tua, hijau keungu-unguan atau hijau keabu-abuan. Batang yang sudah tua berwarna kehitaman dengan diameter 4-6 cm. Selain mempunyai sulur panjat, tanaman lada juga mempunyai sulur (cabang) buah, sulur gantung, dan sulur tanah. Sulur panjat atau cabang panjat dikenal juga sebagai cabang ortotrop, sedangkan cabang buah sering dikenal sebagai cabang plagiotrop. Cabang plagiotrop muncul baik dari batang primer maupun cabang ortotrop. Cabang ini berukuran relatif pendek, agak kecil, dan tidak dilengkapi dengan akar di buku-bukunya, selalu tumbuh menyamping dan dari cabang ini masih bisa muncul beberapa ranting. Sulur gantung sebenarnya adalah cabang ortotrop, tetapi akar lekatnya tidak menemukan tempat untuk melekat sehingga posisinya menggantung. Sulur tanah sama dengan sulur gantung tetapi posisinya merambat di permukaan tanah (Purseglove et al. 1981, Sutarno & Andoko 2005). Tanaman lada berdaun tunggal, tidak berpasangan, berseling dan tumbuh pada setiap buku. Daun muda berwarna hijau muda, ungu, atau coklat muda, sedangkan daun tua berwarna hijau tua mengkilat pada permukaan atas. Bentuk daun bervariasi dari bulat telur hingga bentuk jantung, ukuran daun bervariasi dengan panjang berkisar antara 8-20 cm dan lebar berkisar antara 4-12 cm, sedangkan panjang tangkai daun 1,8-2,6 cm. Bunga lada terdapat pada cabang plagiotrop (cabang buah), tersusun dalam bulir (spike) dengan panjang bulir antara 3-15 cm. Buah lada termasuk buah buni atau buah batu dengan dinding buah yang terdiri dari tiga bagian yaitu lapisan luar (exocarp), lapisan tengah (mesocarp), dan lapisan dalam (endocarp). Buah lada berbentuk bulat, pada waktu muda berwarna hijau tua dan ketika masak berwarna merah, dengan diameter ± 4-6 mm (Laba 2005, Purseglove et al. 1981).

17 5 Jenis Lada Lada berdasarkan sosok tanamannya dapat dibedakan menjadi lada panjat dan lada perdu. Perbedaan keduanya bukan terletak pada jenis atau varietas lada, namun pada cara perbanyakan tanaman. Tanaman lada yang diperbanyak dengan stek cabang ortotrop akan tumbuh menjadi lada panjat, sedangkan tanaman yang diperbanyak dengan stek cabang plagiotrop akan tumbuh menjadi lada perdu. Lada panjat memerlukan tajar atau tiang panjat dalam teknik budidayanya. Tiang panjat yang digunakan dapat berupa tiang panjat hidup atau tiang panjat mati. Tegakan hidup yang populer adalah tanaman gamal (Gliricidia maculata) dan dadap cangkring (Erythrina fusca). Kedua jenis tanaman ini termasuk famili Leguminoseae yang toleran terhadap hama dan penyakit yang menyerang tanaman lada. Tegakan mati yang baik diantaranya adalah kayu besi, melangir, dan mendaru (Syakir 2010, Sutarno & Andoko 2005). Lada juga dibedakan berdasarkan varietasnya. Beberapa varietas yang menjadi varietas unggul diantaranya adalah varietas Natar 1, Natar 2, Lampung Daun Lebar (LDL) atau Petaling 1, dan varietas Jambi atau Petaling 2. Selain itu, di daerah-daerah penghasil lada dikenal pula lada jenis Kerinci, Bangka, dan Bulok Belantung (Deptan 1980, Hamid & Rahayuningsih 1990, Mansjur 1980). Varietas Natar 1 memiliki daun muda berwarna kuning pucat keunguan, daun tua berwarna berwarna hijau hingga hijau tua, tulang daun bersirip ganjil, anak tulang daun empat, permukaan daun licin mengkilat. Sulur gantung dan sulur buah banyak, sifat pembungaan teratur dan agak lambat berbunga. Panjang bulir 8,71 cm, daya hasil ± 2,50 kg/pohon lada hitam kering, derajat toleransi terhadap penyakit busuk pangkal batang medium atau toleran. Varietas Natar 2 memiliki daun muda berwarna kuning pucat keunguan, daun tua berwarna hijau tua, memiliki tulang daun bersirip ganjil, jumlah anak tulang daun enam, permukaan berombak. Batang muda berwarna ungu kehijauan, berbentuk pipih agak bulat. Sulur gantung sedikit, panjang bulir ± 8,1 cm, sifat pembungaan teratur dimulai pada umur 12 bulan. Daya hasil varietas ini mencapai ± 2,20 kg/pohon lada hitam kering (Hamid & Rahayuningsih 1990). Varietas Petaling 1 atau LDL memiliki daun muda berwarna hijau pucat mosaik, daun tua berwarna hijau tua, tulang daun bersirip ganjil, anak tulang daun

18 6 berjumlah enam, permukaan daun licin mengkilat. Daun berukuran besar dan agak tipis terutama pada tanaman yang masih muda. Warna batang muda ungu kehijauan, berbentuk pipih, percabangan simpodial dengan kedudukan tegak, dan sulur gantung banyak. Sifat pembungaan teratur, dimulai pada umur 10 bulan. Panjang bulir 8,7 cm, daya hasil lebih tinggi dibandingkan varietas Natar 1 dan Natar 2, yaitu ± 2,80 kg/pohon lada putih kering. Derajat toleransi terhadap penyakit kuning medium, tetapi derajat toleransi terhadap penyakit busuk pangkal batang rendah (Hamid & Rahayuningsih 1990). Varietas petaling 2 atau Jambi memiliki daun muda berwarna kuning pucat kehijauan, daun tua berwarna hijau tua, bersirip ganjil dengan anak tulang daun berjumlah enam, dan berbentuk lebih besar ke tangkai. Batang muda berwarna ungu kehijauan hingga hijau kecoklatan, berbentuk pipih, sulur gantung sedikit. Sifat pembungan teratur, dimulai pada umur 11 bulan. Panjang bulir 7-11,5 cm, daya hasil mencapai ± 3,0 kg/pohon. Varietas ini menghasilkan buah lada paling besar dibandingkan tiga varietas diatas. Buah berbentuk telur, kulit buah tebal, dan berbiji kecil. Derajat toleransi terhadap penyakit kuning kurang tahan, sedangkan derajat toleransi terhadap penyakit busuk pangkal batang rendah sampai sedang (Deptan 1980, Hamid & Rahayuningsih 1990). Lada juga dapat dibedakan berdasarkan produk akhirnya yaitu lada hitam lada putih, dan lada hijau. Beberapa jenis lada hitam dan lada putih yang dikenal di dunia diantaranya adalah Indian black pepper, Lampong black pepper, Sarawak black pepper, Brazilian black pepper, Sri Lankan black pepper, Muntok white pepper, Sarawak white pepper, Brazilian white pepper (Purseglove et al. 1981). Manfaat Lada Lada selain digunakan sebagai bumbu atau rempah-rempah berbagai masakan seperti sop, daging, ikan serta campuran beberapa produk seperti saus dan kecap, juga dimanfaatkan dalam bidang kesehatan, serta industri kosmetik dan parfum. Pada abad XIV dan XV, di Jerman lada lada bahkan dipergunakan sebagai nilai tukar seperti halnya uang (Purseglove et al. 1981).

19 7 Syarat Tumbuh Lada Lada sangat cocok ditanam di daerah tropis dengan curah hujan mm per tahun dan temperatur optimum C. Lada dapat tumbuh hingga ketinggian 1500 m di atas permukaan laut, tetapi paling baik pada ketinggian sekitar 500 m dpl. Lada dapat tumbuh dengan subur pada tanah-tanah yang subur secara fisik dan kimia serta drainase yang baik. Tanah-tanah liat berpasir, tanah lateritis-podsolik komplek dan tanah latosol dengan ph tanah berkisar antara 5,5-6,5 sangat baik untuk pertumbuhan tanaman lada. (Deptan 1980, Mansjur 1980, Purseglove et al. 1981). Hama dan Penyakit Lada Hama utama yang menyerang tanaman lada diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Hama penggerek batang Hama penggerek batang Lophobaris piperis (Coleoptera: Curculionidae) tersebar hampir di seluruh daerah pertanaman lada di Indonesia. Penggerek batang merupakan hama yang paling merugikan. Larvanya menggerek batang dan cabang dekat buku-buku, dan pada serangan berat dapat menyebabkan kematian tanaman. Serangga dewasa menyerang pucuk, bunga, dan buah sehingga dapat menurunkan produksi dan kualitas buah (Balittri 2007). Kumbang ini aktif dari pukul , perkembangannya sangat cepat karena kumbang betina mampu bertelur butir telur per betina setiap kali musim berkembang biak. Spesies lain yang menyerang tanaman lada yaitu Lophobaris seretipes yang di daerah lampung dikenal dengan sebutan gagadja (Kalshoven 1981, Sutarno dan Andoko 2005). Salah satu musuh alami hama ini yaitu Spathius piperis yang merupakan parasitoid larva Lophobaris piperis (Deptan 2002). 2. Hama pengisap bunga Hama pengisap bunga, Diconocoris hewetti (Hemiptera: Tingidae) di Bangka dikenal dengan sebutan kapal terbang. Daerah persebarannya meliputi daerah Sumatera dan Kalimantan, dan pada tahun 1930 hama ini dilaporkan menjadi masalah serius di daerah Bangka. Hama pada stadia nimfa maupun dewasa dapat merusak bunga dan tandan bunga. Serangan ringan menyebabkan

20 8 tandan rusak, salah bentuk, dan buah sedikit. Bila tanaman terserang berat, seluruh bunga akan rusak, tangkai bunga menjadi hitam dan akhirnya bunga gugur sebelum waktunya. Hama ini juga menyerang buah lada yang masih muda. Serangan hama ini dapat menyebabkan kehilangan hasil hingga 3 (Balittri 2007, Kalshoven 1981). Pengendalian dengan menanam varietas lada berbunga semusim, penyemprotan dengan cendawan Beauveria bassiana, Spicaria sp. sebanyak 2 kali setiap bulan pada musim bunga (Deptan 2002). 3. Hama pengisap buah Hama pengisap buah, Dasynus piperis (Hemiptera: Coreidae) dikenal dengan berbagai nama seperti kepik, kepinding, walang sangit, dan di Bangka disebut semunyung atau bilahu (Kalimantan). Hama pada stadium nimfa maupun dewasa mengisap cairan buah. Serangan pada buah muda menyebabkan tandan buah banyak yang kosong, sedangkan pada buah tua mengakibatkan buah hampa, kering, dan gugur (Balittri 2007). Pengendalian dapat dilakukan dengan memanfaatkan cendawan antagonis Beauveria bassiana dan Spicaria sp. (Deptan 2002). Penyakit yang banyak menyerang tanaman lada diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Penyakit kuning Penyakit kuning merupakan penyakit tular tanah yang disebabkan oleh nematoda Radopholus similis dan Meloidogyne incognita, kesuburan tanah yang rendah dan serangan cendawan Fusarium solani dan F. oxysporum. Tanaman yang terserang penyakit kuning tidak segera mati, tetapi produktivitas menurun dengan drastis. Gejala yang nampak yaitu terjadinya penghambatan pertumbuhan tanaman, daun menjadi kuning, kaku tergantung tegak lurus dan semakin lama daun akan semakin mengarah ke batang. Daun-daun yang menguning tidak layu, tetapi sangat rapuh sehingga secara bertahap daun-daun tersebut gugur (Mustika et al. 2003). 2. Penyakit busuk pangkal batang Busuk pangkal batang atau busuk kaki (foot rot) disebabkan oleh cendawan Phytophthora capsici. Gejala yang paling mencolok adalah tanaman menunjukkan gejala layu. Daun menjadi kuning, layu, dan sering kali menjadi

21 9 hitam mulai dari ujungnya. Daun kemudian akan gugur dari mulai cabang-cabang yang paling bawah dan menjalar ke atas. Setelah tampak gejala layu, biasanya penyakit berkembang dengan lebih cepat, sehingga tanaman dapat mati dalam waktu 10 hari (Semangun 2000). 3. Penyakit kerdil Penyakit kerdil disebabkan oleh oleh dua jenis virus, yaitu Piper Yellow Mottle Virus (PYMV) yang ditularkan oleh kutu putih Planococcus minor (Hemiptera: Pseudococcidae) dan Ferrisia virgata (Hemiptera: Pseudococcidae); serta Cucumber Mosaic Virus (CMV) yang pernah dilaporkan ditularkan oleh Aphis gossypii (Hemiptera: Aphididae) (Balfas et al. 2007). Gejala penyakit ini awalnya terjadi pada daun-daun pucuk dan tunas-tunas muda yang mengalami perubahan bentuk (malformasi), sementara daun-daun bawah masih tampak normal. Pada tanaman yang terserang lanjut daun-daun pucuk menunjukkan gejala mosaik, bentuknya berubah, kecil-kecil, sempit, tidak setangkup (simetris), ada yang berbentuk sabit, berkerut atau keriting, dan umumnya rapuh. Daun-daun yang tumbuh normal mempunyai bercak-bercak klorosis bersudut tidak teratur. Tunas-tunas baru yang terbentuk mempunyai ruas-ruas yang pendek (Semangun 2000). 4. Penyakit akar Penyakit akar yang dimaksud adalah penyakit akar yang disebabkan oleh patogen dari kelompok cendawan. Cendawan akar yang dapat menyerang tanaman lada diantaranya adalah Fomes lignosus Klotzch penyebab penyakit akar putih, Ganoderma lucidium penyebab penyakit akar merah, dan penyakit akar hitam yang disebabkan cendawan Rosellinia bunodes (Purseglove et al. 1981). 5. Mati pucuk (die back) Mati pucuk sering terjadi pada cabang-cabang tanaman yang dalam keadaan lemah. Ujung-ujung cabang mati dan kematian meluas ke pangkal (Semangun 2000). Purseglove et al. (1981) menyebutkan bahwa penyakit ini disebabkan oleh Cortisium salmonicolor Berk. & Br., penyebab penyakit jamur upas (pink disease) atau disebabkan oleh cendawan Marasmius scandens Massee. Penyakit-penyakit lain yang menyerang tanaman lada diantaranya adalah penyakit karat merah yang disebabkan oleh alga Cephaleuros parasiticus Karst,

22 10 penyakit antraknosa yang disebabkan cendawan Colletotrichum sp., hawar rambut kuda yang disebabkan Marasmius crinisequi F. Muell. Ex. Kalch., dan bercak daun yang dapat disebabkan oleh berbagai macam cendawan seperti Pestalotia, Colletotrichum, Curvularia, dan Fusarium (Purseglove et al. 1981, Semangun 2000). Penyakit Kuning Gejala Penyakit Kuning Gejala pertama tampak dengan terhambatnya pertumbuhan tanaman, tetapi gejala menguning yang khas dan gugurnya daun-daun pada umumnya terjadi setelah tanaman berbuah pertama kali, selanjutnya diikuti dengan perubahan warna daun dan dahan menjadi kuning secara bertahap. Kadang-kadang perubahan tersebut tidak dapat dibedakan lagi, sehingga kelihatannya proses menguningnya daun dan batang tersebut terjadi secara serentak. Jika tanaman yang terserang telah menghasilkan buah maka daun-daun gugur lebih cepat, sedangkan bulir-bulir lada tidak cepat gugur seperti daun. Tanaman yang tua juga dapat terserang nematoda dan mati dalam waktu yang pendek karena lignifikasi akar-akar pohon berlangsung lambat. Kerusakan terjadi pada jari-jari empulur yang lebar karena dimasuki oleh nematoda dan menyebabkan kematian akar. Jika akar tanaman yang terserang diamati terlihat adanya luka-luka nekrosis yang disebabkan oleh nematoda Radopholus similis dan puru yang disebabkan oleh nematoda Meloidogyne incognita (Mustika 1990, 2005, Semangun 2000). Penyebab Penyakit Kuning Penyakit kuning disebabkan oleh keadaan yang sangat kompleks yaitu adanya serangan nematoda Radopholus similis dan Meloidogyne incognita, cendawan Fusarium solani dan Fusarium oxysporum, serta kesuburan dan kadar air tanah mempengaruhi terjadinya penyakit kuning. Walaupun demikian, nematoda adalah faktor utama penyebab penyakit kuning, sedangkan faktor lainnya memperlemah kondisi tanaman yang telah terserang nematoda tersebut (Mustika 1990, 2005).

23 11 Nematoda adalah binatang yang bergerak aktif, lentur dan berbentuk seperti pipa, hidup pada permukaan yang lembab atau lingkungan yang berair (Dropkin 1992). Nematoda R. similis masuk ke dalam akar tanaman lada 24 jam setelah inokulasi. Sel-sel sekitar tempat penetrasi nematoda berubah menjadi coklat tua, dan 72 jam setelah penetrasi terbentuk luka-luka pada akar. Nematoda betina meletakkan telur diantara korteks akar. Nematoda tersebut tidak menyerang empulur akar, tetapi xylem tersumbat oleh zat seperti getah (Mustika 1990). Bagian yang disukai untuk penetrasi adalah daerah ujung akar, namun ada pula yang melakukan penetrasi 1-1,5 cm di atas daerah ujung akar. Nematoda kemudian membentuk terowongan hingga ke bagian korteks akar melalui proses lisis (Mustika 2005). Radopholus similis adalah nematoda luka akar yang semi-endoparasit, terutama hidup di dalam akar, tetapi dapat bermigrasi melalui tanah ke tanaman lain. Nematoda betina dewasa dapat hidup lama di dalam tanah yang lembab, tetapi dalam kondisi ini larva akan segera mati. Infestasi primer dilakukan oleh nematoda betina yang memasuki ujung akar rambut, kemudian membuat terowongan longitudinal melalui parenkim. Nematoda bergerak di dalam akar melalui sel-sel korteks. Sel-sel yang terserang segera mati dan tampaklah bercakbercak luka yang gelap. Jika bagian akar tersebut membusuk, maka nematoda akan berpindah-pindah mencari akar yang masih sehat dengan menyerang semua jaringan parenkim. Infestasi nematoda ini segera diikuti oleh kerusakan sekunder oleh serangan bakteri dan cendawan saprofit yang menyebabkan busuk akar. Pada suhu C, siklus hidup R. similis berlangsung 35 hari. Temperatur optimum untuk perkembangbiakan nematoda ini adalah 27 C (Mustika 1990, Semangun 2000). Stadia larva 2 nematoda Meloidogyne incognita, menyerang tanaman lada dengan cara masuk ke dalam akar dan makan pada jaringan parenkim. Serangan nematoda ini menyebabkan sel-sel di sekitar kepala nematoda membengkak dan disebut sel raksasa (giant cells). Sel-sel raksasa tersebut kemudian menjadi sumber makanan bagi nematoda. Nematoda tidak berpindah selama di dalam akar, tetapi tetap makan pada sel-sel raksasa hingga menyelesaikan siklus hidupnya. Terjadinya sel-sel raksasa menyebabkan akar membengkak dan ukurannya

24 12 berbeda-beda tergantung pada kepekaan tanaman. Akar yang membengkak berisi nematoda betina beserta kelompok telur. Satu kelompok telur berisi sekitar telur. Satu siklus nematoda ini berlangsung sekitar hari (Mustika 2005). Pengendalian penyakit Pengendalian yang tepat adalah dengan pengendalian terpadu, mengingat kompleksnya penyebab penyakit kuning pada lada. Komponen pengendaliannya antara lain adalah penggunaan varietas tahan, teknik budidaya, pengendalian hayati, serta penggunaan pestisida. Mustika et al (1993) menyebutkan bahwa penggunaan bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan lada dan mengurangi populasi nematoda. Mustika et al. (2000) mengungkapkan penggunaan agens hayati Pasteuria penetrans yang dikombinasikan dengan pemberian kapur pertanian juga dapat menekan penyakit kuning. Selain itu, ekstrak biji mimba diketahui bersifat toksik terhadap nematoda lada, dan pemberian bahan organik serta kapur pertanian dapat menurunkan ph tanah dan mendukung perkembangan agens antagonis dalam tanah khususnya cendawancendawan perangkap nematoda (Mustika et al 1993, 2000, 2003, 2005). Pengendalian Hama Terpadu (PHT) PHT atau IPM (Integrated Pest Management) merupakan suatu sistem pengelolaan populasi OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) yang memanfaatkan semua teknik pengendalian yang sesuai, sekompatibel mungkin untuk tujuan mengurangi populasi OPT dan mempertahankannya agar tetap berada di bawah jumlah populasi hama yang dapat mengakibatkan kerusakan ekonomi. Tujuan PHT sendiri adalah memantapkan hasil dalam taraf yang telah dicapai oleh teknologi pertanian maju, mempertahankan kelestarian lingkungan, melindungi kesehatan produsen dan konsumen, meningkatkan efisiensi masukan dalam produksi, serta meningkatkan kesejahteraan/ pendapatan petani. Penerapan PHT merupakan alternatif pengendalian OPT tanpa memakai pestisida yang berlebihan, yang dikeluarkan pemerintah melalui Inpres No.3/1986, yakni usaha menurunkan tingkat populasi hama di bawah ambang ekonomi, yang beresensi menciptakan sistem pertanian yang berwawasan lingkungan, dengan cara antara

25 13 lain: Pengaturan pola tanam, penanaman varietas unggul tahan hama, eradikasi dan sanitasi, penggunaan pestisida secara bijaksana. Beberapa teknik dasar PHT lain yaitu pemanfaatan pengendalian hayati yang asli di tempat tersebut, pengoptimalan pengelolaan lingkungan melalui penerapan kultur teknik yang baik, dan penggunaan pestisida secara selektif (Oka 1995). Faktor kunci dalam penerapan PHT yang harus diperhatikan diantaranya adalah pemahaman mengenai ekosistem pertanian, perencanaan ekosistem pertanian, perhitungan rasio biaya/keuntungan dan keuntungan/resiko, kerusakan yang dapat ditoleransi, upaya meninggalkan residu OPT, waktu aplikasi pestisida yang tepat, serta pengertian dan penerimaan oleh masyarakat. Implementasi PHT di lapangan sangat dipengaruhi oleh pemahaman masyarakat terhadap konsep PHT itu sendiri. Salah satu upaya untuk mengatasi rendahnya implementasi PHT di lapangan yaitu melalui SL-PHT (Sekolah Lapang-PHT). Azas-azas penting pelatihan PHT diterapkan dalam SL-PHT diantaranya yaitu lahan sebagai sarana belajar utama, belajar dari pengalam sendiri menyelesaikan permasalahan di lapangan, pengkajian agroekosistem untuk pengambilan keputusan pengelolaan lahan, metode dan bahan yang digunakan praktis serta tepat guna, kurikulum berdasarkan ketrampilan yang dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi setempat, pemandu lapang merupakan teman belajar dan fasilitator, petani merupakan pengambil keputusan di lahannya sendiri, dan petani mampu menerapkan 4 prinsip dasar PHT yang meliputi budidaya tanaman sehat, melestarikan dan memanfaatkan musuh alami, pengamatan secara periodik, serta petani sebagai ahli PHT (Dirjen Tanaman Pangan 1993, Elizabeth & Hendayana 2010). Sebagian besar orientasi komoditi perkebunan termasuk lada umumnya adalah terhadap pasar baik dalam negeri maupun luar negeri (ekspor). Seiring dengan era globalisasi ekonomi, permintaan terhadap produk yang ramah lingkungan semakin meningkat. Untuk mempertahankan eksisitensi lada sebagai komoditi ekspor non migas yang cukup penting, dilakukan upaya antisipatif tidak hanya pada peningkatan produksi dan produktivitas, tetapi difokuskan pada perbaikan mutu dan teknologi yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif dengan kualifikasi yang mengarah pada eco labeling, dimana proses produksinya diupayakan agar ramah lingkungan, sehingga lada Indonesia mampu

26 14 bersaing di pasar dunia. Salah satu upaya untuk menghasilkan produk yang ramah lingkungan yaitu dengan menerapkan PHT dalam mengatasi serangan OPT pada tanaman lada. Penerapan PHT melalui program SL-PHT tanaman lada diharapkan berperan penting dan menjadi pembuka peluang strategis sebagai upaya menuju pengembangan produksi yang ramah lingkungan serta mendorong agribisnis lada yang mampu dan berdaya saing di pasar lada dunia (Elizabeth & Hendayana 2010).

27 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bangka yaitu di Kecamatan Mendo Barat (Desa Petaling, Kemuja, dan Cengkong Abang) dan Kabupaten Bangka Tengah yaitu di Kecamatan Simpang Katis (Desa Sungkap, Celuak, dan Teru). Penelitian dilaksanakan dari bulan November sampai Desember Metode Penelitian Wawancara dengan petani Wawancara dengan petani dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang pengelolaan petani terhadap penyakit kuning. Wawancara langsung dilakukan terhadap 40 petani di Kabupaten Bangka dan Kabupaten Bangka Tengah dengan menggunakan kuisioner. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik petani, pengetahuan, sikap dan tindakan petani selama ini dalam hal pengelolaan penyakit kuning serta kendala yang dihadapi petani dalam budidaya lada. Pengamatan penyakit kuning Pengamatan penyakit kuning dilakukan pada lahan tanaman petani yang memungkinkan untuk diamati. Pengamatan dilakukan pada tanaman contoh yang ditentukan dengan menarik garis horizontal pada lahan tersebut. Tanaman contoh diamati dan jumlah tanaman yang terserang dicatat untuk menentukan kejadian penyakit kuning pada lahan tersebut. Kejadian penyakit dihitung dengan rumus: n N = jumlah tanaman yang terserang penyakit kuning = jumlah tanaman yang diamati Analisis usahatani Analisis yang dilakukan yaitu analisis R/C atau Return Cost Ratio yaitu perbandingan antara penerimaan dan biaya. Rumus menurut Soekartawi (2002):

28 Py.Y R/C ratio = FC+VC R C Py Y FC VC = penerimaan = biaya = harga output = output = biaya tetap = biaya variable Apabila nilai R/C ratio > 1 berarti usahatani tersebut menguntungkan karena penerimaan yang diperoleh lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Apabila nilai R/C ratio < 1 berarti usahatani tersebut merugikan karena biaya yang dikeluarkan akan lebih besar daripada penerimaan yang diperoleh, sedangkan untuk kegiatan usaha yang memiliki R/C ratio = 1, berarti kegiatan usahatani tidak untung dan tidak pula rugi. 16 Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil wawancara dianalisis dengan menghitung persentase dan rataannya, kemudian disajikan dalam bentuk diagram batang dengan menggunakan program Microsoft Office Excel Berdasarkan diagram tersebut dijelaskan beberapa kriteria yang meliputi karakteristik petani, permasalahan dalam budidaya lada, serta hubungan antara karakteristik petani dengan tindakan pengendalian penyakit kuning.

29 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Karateristik Petani Lada di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah Hasil wawancara terhadap 40 petani di Kabupaten Bangka dan Kabupaten Bangka Tengah menunjukkan bahwa 5 petani lada di Kabupaten Bangka berumur lebih dari 50 tahun, sedangkan di Kabupaten Bangka Tengah 42% petani berumur lebih dari 50 tahun. Angka tersebut menunjukkan bahwa dari kedua kabupaten tersebut hanya 5 dan 58% petani responden yang masih tergolong usia produktif (Gambar 1). Menurut data statistik Indonesia (2010), usia produktif berkisar antara tahun. Petani yang berumur lebih dari 50 tahun tergolong dalam usia kurang produktif. Petani responden di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah pada umumnya pernah mendapatkan pendidikan formal. Meskipun demikian rata-rata pendidikan terakhir petani di kedua kabupaten tersebut hanya tamat Sekolah Dasar (Gambar 2). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal petani masih terbilang kurang. 6 Jumlah petani % 37% 18% 18% 16% 5 42% Bangka Bangka Tengah 1 Gambar 1 5% tahun tahun tahun >50 tahun Umur Umur petani lada di Kabupaten Bangka dan Kabupaten Bangka Tengah

30 18 Jumlah petani % 14% 23% 16% 14% 11% 11% Tingkat pendidikan Gambar 2 Tingkat pendidikan petani lada di Kabupaten Bangka dan Kabupaten Bangka Tengah Luas lahan yang digarap petani baik di Kabupaten Bangka maupun Kabupaten Bangka Tengah rata-rata adalah 1-2 ha per tahun (Gambar 3). Menurut beberapa petani yang diwawancarai luas ini menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dikarenakan adanya pergantian komoditi yang ditanam menjadi karet atau sawit. Penurunan luas areal perkebunan lada ini tidak hanya terjadi di kedua kabupaten, tetapi juga terjadi di Kepulauan Bangka Belitung secara umum. Pada tahun 2000 luas areal tanaman lada di Bangka Belitung adalah 57,388 ha, namun pada tahun 2008 luas areal yang ditanami lada hanya 33,379 ha (Deptan 2010). SD SMP SMA PT Tidak tamat SD Bangka Bangka Tengah

31 % 6 Jumlah petani % 47% 37% Bangka Bangka Tengah 2 16% 1 9% <1 ha 1-2 ha >2 ha Luas lahan yang digarap Gambar 3 Luas lahan yang digarap oleh petani (per tahun) di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah Pola tanam yang dilakukan 82% petani Bangka dan 79% petani Bangka Tengah adalah dengan cara tumpangsari (Gambar 4). Tumpangsari dilakukan dengan tujuan efisiensi lahan dan biaya serta penunjang kebutuhan sehari-hari. Tanaman yang ditanam pada umumnya adalah karet, sawit, kunyit, serai atau pisang. Tanaman karet atau sawit biasanya ditanam setelah tanaman lada berumur satu tahun atau setelah mencapai ujung tiang panjat. Tumpangsari dengan karet dan sawit dilakukan karena menurut petani hal ini dapat memperkecil biaya yang dikeluarkan terutama biaya pupuk dan pembersihan lahan. Tanaman yang paling umum ditanam adalah karet karena dapat dipanen setiap hari, sehingga petani memperoleh pemasukan per hari dari karet.

32 % 79% 7 Jumlah petani % 21% Bangka Bangka Tengah 1 Tumpangsari Monokultur Pola tanam Gambar 4 Pola tanam yang dilakukan petani lada di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah Varietas dan bibit Budidaya Tanaman Lada Varietas lada yang biasa digunakan petani lada di Bangka dan Bangka tengah diantaranya adalah varietas Lampung Daun Lebar (LDL), Merapin, dan Jambi. Varitas yang paling banyak digunakan adalah varietas LDL yaitu sebanyak 73% petani Bangka dan 79% petani Bangka Tengah menggunakan varietas tersebut (Gambar 5). Varietas LDL dipilih karena menurut petani varietas ini dapat menghasilkan buah yang cukup banyak, mudah perawatan, dan terbiasa digunakan sehingga bibitnya mudah diperoleh dibandingkan dengan varietas Merapin atau Jambi. Varietas LDL atau nama lainnya yaitu Petaling 1 memiliki daun muda berwarna hijau pucat mosaik, daun tua berwarna hijau tua, tulang daun bersirip ganjil dengan anak tulang sebanyak enam buah. Permukaan daun licin mengkilat. Warna batang muda ungu kehijauan, berbentuk pipih, percabangan simpodial dengan kedudukan tegak. Jumlah sulur gantung banyak, jumlah akar lekat banyak, dan daya lekatnya kuat. Sifat pembungaan teratur, dimulai pada umur 10 bulan. Varietas ini berumur genjah, mulai berproduksi saat berumur sekitar setahun setelah tanam. Panjang bulir 8,7 cm, jumlah buah jadi kurang lebih 60/ bulir atau

33 21 kurang lebih 64,8%. Daya hasil lebih tinggi dibandingkan varietas Natar 1 dan Natar 2, yaitu kurang lebih 2,8 kg/pohon lada putih kering. Toleransi terhadap penyakit kuning medium, tetapi terhadap penyakit busuk pangkal batang rendah (Hamid dan Rahayuningsih 1990, Sutarno dan Andoko 2005). Bibit yang digunakan oleh petani pada umumnya adalah dengan membibitkan sendiri, namun jika bibit yang digunakan kurang maka petani akan membeli dari petani lain sebagai tambahan. Begitu pula dengan varietas lada yang digunakan, meskipun pada umumnya petani menggunakan varietas LDL namun jika pada saat penanaman bibit yang digunakan kurang maka petani akan menambahkan dengan bibit lain walaupun bukan varietas LDL. Petani pada umumnya membuat bibit berupa stek lada dari tanaman yang ditanam sebelumnya. Stek ini biasanya langsung ditanam pada lubang tanam yang telah disiapkan tanpa penyemaian terlebih dahulu. Jarak tanam yang digunakan biasanya kurang lebih 150 cm 170 cm % 73% Jumlah petani % 14% 14% Bangka Bangka Tengah 1 LDL Merapin Jambi Varietas lada Gambar 5 Varietas lada yang digunakan petani di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah Pengolahan tanah dan pemupukan Petani lada di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah pada umumnya tidak melakukan pengolahan tanah sebelum tanam. Persiapan lahan yang akan

34 22 digunakan hanya berupa tebas, bakar, dan pembuatan lubang tanam. Lubang tanam yang digunakan juga bermacam-macam tergantung masing-masing petani. Beberapa petani membuat lubang tanam dengan cara ditugal (hanya dengan kayu), namun ada pula yang membuat lubang tanam sesuai anjuran yaitu berukuran kurang lebih 50 cm x 50 cm x 50 cm dengan menggunakan cangkul atau sekop. Penggunaan pupuk organik oleh petani di Kabupaten Bangka sangat sedikit yaitu hanya 36%, berbeda dengan petani di Kabupaten Bangka Tengah yang 58% petani lada menggunakan pupuk organik (Gambar 6). Penggunaan pupuk organik ini dipengaruhi oleh kebiasaan petani serta ketersediaan pupuk organik tersebut. Petani di Kabupaten Bangka pada umumnya tidak menggunakan pupuk organik, sehingga permintaan pupuk organik juga tidak banyak. Pupuk organik yang digunakan oleh petani biasanya adalah pupuk subsidi pemerintah yaitu petroganik atau pupuk kandang berupa kotoran sapi. Aplikasi pupuk organik biasanya dilakukan sebelum penanaman yaitu dengan cara dicampurkan pada tanah di sekitar lubang tanam % 64% Jumlah petani % 42% Bangka Bangka Tengah 1 Menggunakan pupuk organik Tidak menggunakan pupuk organik Gambar 6 Penggunaan pupuk organik oleh petani lada di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah Pemupukan yang biasa dilakukan oleh petani di Kabupaten Bangka maupun Kabupaten Bangka Tengah adalah dengan menggunakan pupuk sintetik. Pupuk yang digunakan antara lain adalah NPK, Urea, TSP, dan KCl. Pupuk NPK

35 biasanya digunakan petani selama tanaman masih kecil hingga berumur kurang lebih 1 tahun, dengan frekuensi 3-4 bulan sekali dan dosis yang digunakan disesuaikan dengan umur tanaman. Urea, TSP, dan KCl biasanya digunakan ketika tanaman mulai menghasilkan (berumur 1 tahun keatas). Pemupukan tanaman yang telah dewasa (telah menghasilkan) biasanya dilakukan 1-2 kali setahun. Penggunaan pupuk anorganik yang biasa dilakukan oleh petani di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah terlihat pada Tabel 1. Penggunaan pupuk anorganik yang dilakukan oleh petani tersebut tergolong berlebih jika dibandingkan dosis yang dianjurkan, selain itu sebaiknya petani memberikan pupuk organik/ pupuk kandang dengan dosis 5-10 kg per lubang tanam yang dicampur dengan tanah galian lubang bagian atas sebagai pupuk pendahuluan (Deptan 1980). Tabel 1 Penggunaan pupuk anorganik oleh petani lada di kabupaten Bangka dan Bangka Tengah Jenis pupuk Frekuensi Waktu Pemupukan Dosis/ha NPK 3-4 kali/tanam umur 1-12 bulan 60 kg, 100 kg, 200 kg Urea 1-2 kali/tahun umur > 1 tahun 500 kg-1ton TSP 1-2 kali/tahun umur > 1 tahun kg KCl 1-2 kali/tahun umur > 1 tahun kg 23 Pengendalian gulma Pengendalian gulma biasanya dilakukan dengan penggunaan herbisida yang dikombinasi dengan pengendalian secara mekanik dengan tangan. Gulma yang berada di sekeliling tanaman lada biasanya dibersihkan dengan tangan kemudian dikumpulkan dan disemprot dengan herbisida. Pengendalian hama dan penyakit Pengendalian hama dan penyakit yang biasa dilakukan oleh petani lada di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah adalah pengendalian secara kimiawi (Gambar 7), yaitu dengan menggunakan pestisida sintetik. Penggunaan pestisida sintetik ini dipilih karena efektif, mudah aplikasinya, dan mudah diperoleh. Aplikasi pestisida oleh petani di Kabupaten Bangka pada umumnya dilakukan ketika hama atau penyakit telah muncul di lapangan (59%), sedangkan di

36 24 Kabupaten Bangka Tengah sebagian petani melakukan penyemprotan ketika serangan hama dan penyakit cukup tinggi (menimbulkan kerugian). Sebagian petani lain di Kabupaten Bangka Tengah melakukan penyemprotan terjadwal yaitu ketika tanaman mulai berbunga karena pada saat tersebut intensitas serangan hama biasanya meningkat, sedangkan beberapa petani lain melakukan penyemprotan dengan melihat ada atau tidak adanya hama dan penyakit di lapangan (Gambar 8) % Jumlah petani Kimiawi 5% Non kimiawi Bangka Bangka Tengah Cara pengendalian Gambar 7 Cara pengendalian hama dan penyakit oleh petani lada di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah % Jumlah petani % 33% 28% 27% 39% Bangka Bangka Tengah terjadwal ada/tidak ada gejala tingkat serangan Sikap dalam pengendalian hama dan penyakit Gambar 8 Sikap petani dalam mengambil keputusan pengendalian hama dan penyakit tanaman lada

37 25 Sikap petani dalam penggunaan pestisida juga beragam, namun pada umumnya sebagian petani melakukan penyemprotan kembali dengan konsentrasi yang sama ketika hama atau penyakit masih tetap ada, dan sebagian petani lain membiarkan karena berpendapat hama dan penyakit pasti akan berkurang atau karena biaya pestisida yang cukup tinggi (Gambar 9) % 45% 44% Jumlah petani Bangka Bangka Tengah 1 Sikap petani terhadap penggunaan pestisida Gambar 9 Sikap petani terhadap penggunaan pestisida dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman lada Hama yang sering menyerang yaitu Diconocoris hewetti (Hemiptera: Tingidae) dan Dasynus piperis (Hemiptera: Coreidae), namun kedua hama ini tidak terlalu bermasalah karena masih dapat ditanggulangi dan biasanya tidak muncul lagi setelah petani melakukan aplikasi insektisida. Penyakit yang sering menyerang yaitu penyakit kuning, busuk pangkal batang, dan penyakit cendawanakar yang saat ini mulai banyak menyerang di kabupaten Bangka Tengah. Pengendalian ketiga penyakit ini masih sulit karena kurangnya informasi dan pengetahuan petani. Penyakit lain yang menyerang diantaranya adalah bercak daun dan hawar rambut kuda, namun menurut petani kedua penyakit ini belum merugikan. dibiarkan konsentrasi sama Permasalahan dalam usahatani lada Permasalahan yang paling sering dihadapi petani adalah permasalahan hama dan penyakit tanaman (Gambar 10), terutama permasalahan penyakit busuk 5% meningkatkan konsentrasi 6% 6% pestisida baru

38 26 pangkal batang, penyakit kuning, dan cendawan akar (Gambar 11). Permasalahan ini belum menemui solusi yang tepat karena hingga saat ini petani belum mengetahui cara pengendalian yang tepat terutama untuk penyakit kuning dan penyakit cendawan akar. Pengetahuan petani tentang kedua penyakit tersebut hingga kini masing kurang dan informasi yang masuk ke petani juga sangat sedikit. Jumlah petani % 95% 14% 5% Bangka Bangka Tengah Hama dan Penyakit Modal Permasalahan yang sering dihadapi Gambar 10 Permasalahan yang sering dihadapi petani lada di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah Jumlah petani % 56% 5% 22% 22% Bangka Bangka tengah Penyakit kuning BPB Jenis penyakit Cendawan akar Gambar 11 Jenis penyakit yang sering dihadapi oleh petani lada di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah

TINJAUAN PUSTAKA Lada ( Piper nigrum L.) Sejarah Tanaman Lada Botani Lada

TINJAUAN PUSTAKA Lada ( Piper nigrum L.) Sejarah Tanaman Lada Botani Lada 3 TINJAUAN PUSTAKA Lada (Piper nigrum L.) Sejarah Tanaman Lada Lada ditemukan pertama kali di daerah Western Ghast, India. Lada ditemukan tumbuh liar di daerah pegunungan Assam (India) dan utara Burma.

Lebih terperinci

Oleh Kiki Yolanda,SP Jumat, 29 November :13 - Terakhir Diupdate Jumat, 29 November :27

Oleh Kiki Yolanda,SP Jumat, 29 November :13 - Terakhir Diupdate Jumat, 29 November :27 Lada (Piper nigrum L.) merupakan tanaman rempah yang menjadi komoditas ekspor penting di Indonesia. Propinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadi salah satu sentra produksi utama lada di Indonesia dan dikenal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi

I. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Lada (Piper nigrum L.) merupakan salah satu jenis rempah yang paling penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi perannya dalam menyumbangkan

Lebih terperinci

KUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA

KUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA 38 LAMPIRAN Lampiran 1 KUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA Kabupaten : Bangka/Bateng Pewawancara :. Kecamatan :. Tgl. Wawancara :.. Desa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar 4 TINJAUAN PUSTAKA Pepaya (Carica papaya L.) Asal-usul Pepaya Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba yang diduga berasal dari Amerika Tropis, diantaranya Meksiko dan Nikaragua. Penyebaran tanaman pepaya

Lebih terperinci

Pengelolaan Penyakit Kuning pada Tanaman Lada oleh Petani di Wilayah Bangka. Management of Yellow Diseases on Pepper by Farmers in Bangka Region

Pengelolaan Penyakit Kuning pada Tanaman Lada oleh Petani di Wilayah Bangka. Management of Yellow Diseases on Pepper by Farmers in Bangka Region ISSN: -7 Volume 1, Nomor 1, Februari 1 Halaman 16 DOI: 1.16/jfi.1.1. Pengelolaan Penyakit Kuning pada Tanaman Lada oleh Petani di Wilayah Management of Yellow Diseases on Pepper by Farmers in Region Abdul

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Pisang Sistem Perakaran Tanaman Pisang Sistem Bercocok Tanam Pisang

TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Pisang Sistem Perakaran Tanaman Pisang Sistem Bercocok Tanam Pisang 3 TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Pisang Tanaman pisang tumbuh subur di daerah tropis dataran rendah yang curah hujannya lebih dari 1250 mm per tahun dan rata-rata suhu minimum 15 0 C (Simmonds

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor.

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor. Sebagai salah satu tanaman rempah yang bernilai ekonomi tinggi, tanaman lada dijadikan komoditas

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK ( Piper ningrum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lada. mengembangkannya (Ahli Pengobatan, 2014). Lada merupakan tumbuhan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lada. mengembangkannya (Ahli Pengobatan, 2014). Lada merupakan tumbuhan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lada Lada atau merica adalah salah satu tanaman yang berkembang biak dengan biji, namun banyak para petani lebih memilih melakukan penyetekan untuk mengembangkannya (Ahli Pengobatan,

Lebih terperinci

Upaya pengendalian Hama pengerek batang (Lophobaris piperis Marsh.) Tanaman lada dengan menggunakan jamur. Beauveria bassiana. Oleh ;Umiati.

Upaya pengendalian Hama pengerek batang (Lophobaris piperis Marsh.) Tanaman lada dengan menggunakan jamur. Beauveria bassiana. Oleh ;Umiati. Upaya pengendalian Hama pengerek batang (Lophobaris piperis Marsh.) Tanaman lada dengan menggunakan jamur Beauveria bassiana Oleh ;Umiati.SP Hama merupakan salah satu kendala produksi lada di Indonesia.

Lebih terperinci

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS TUGAS LINGKUNGAN BISNIS Budiaya Cabai Rawit Disususn Oleh: Nama : Fitri Umayasari NIM : 11.12.6231 Prodi dan Jurusan : S1 SISTEM INFORMASI 11-S1SI-12 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK

Lebih terperinci

Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung

Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung Oleh: Agus Wahyudi (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (Sumber : SINAR TANI Edisi 17 23 November 2010)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cabai Merah Besar Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu namun pada batang muda berambut halus berwarna hijau. Tinggi tanaman mencapai 1 2,5 cm dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK

MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK Rosihan Rosman Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Jalan Tentara Pelajar No. 3 Bogor rosihan_rosman@yahoo.com ABSTRAK Dalam upaya mendukung

Lebih terperinci

PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015

PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015 PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015 DESKRIPSI VARIETAS LADA LADA VAR. NATAR 1 SK Menteri Pertanian nomor : 274/Kpts/KB.230/4/1988 Bentuk Tangkai

Lebih terperinci

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI PTT menerapkan komponen teknologi dasar dan pilihan. Bergantung kondisi daerah setempat, komponen teknologi pilihan dapat digunakan sebagai komponen teknologi : Varietas

Lebih terperinci

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang 1 Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang Kelompok penyakit tanaman adalah organisme pengganggu tumbuhan yang penyebabnya tidak dapat dilihat dengan mata telanjang seperti : cendawan, bakteri,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH Nurbaiti Pendahuluan Produktifitas cabai di Aceh masih rendah 10.3 ton/ha (BPS, 2014) apabila dibandingkan dengan potensi produksi yang

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Ubi Jalar

Teknologi Produksi Ubi Jalar Teknologi Produksi Ubi Jalar Selain mengandung karbohidrat, ubi jalar juga mengandung vitamin A, C dan mineral. Bahkan, ubi jalar yang daging umbinya berwarna oranye atau kuning, mengandung beta karoten

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat Agro inovasi Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat 2 AgroinovasI PENANAMAN LADA DI LAHAN BEKAS TAMBANG TIMAH Lahan bekas tambang timah berupa hamparan pasir kwarsa, yang luasnya terus bertambah,

Lebih terperinci

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO DINAS PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN JL. RAYA DRINGU 81 TELPON 0335-420517 PROBOLINGGO 67271 MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU Oleh

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati Tanaman jagung disamping sebagai bahan baku industri pakan dan pangan pada daerah tertentu di Indonesia dapat juga sebagai makanan pokok. Karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang cukup besar di dunia. Pada masa zaman pemerintahan Hindia-Belanda, Indonesia merupakan negara terkenal yang menjadi pemasok hasil

Lebih terperinci

Teknik budidaya tanaman pisang (Musa sp)

Teknik budidaya tanaman pisang (Musa sp) Teknik budidaya tanaman pisang (Musa sp) Pengantar Pisang merupakan tanaman hortikultura yang memiliki kaya akan nilai gizi dan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Tanaman ini juga dapat diolah menjadi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family Oryzoideae dan Genus Oryza. Organ tanaman padi terdiri atas organ vegetatif dan organ generatif.

Lebih terperinci

Strategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada

Strategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada Strategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada Lada merupakan salah satu komoditas ekspor tradisional andalan yang diperoleh dari buah lada black pepper. Meskipun

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Durian

Teknik Budidaya Tanaman Durian Teknik Budidaya Tanaman Durian Pengantar Tanaman durian merupakan tanaman yang buahnya sangat diminatai terutama orang indonesia. Tanaman ini awalnya merupakan tanaman liar yang hidup di Malaysia, Sumatera

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT Oleh: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Tanaman cabai (Capsicum annum) dalam klasifikasi tumbuhan termasuk ke dalam family Solanaceae. Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk famili Clusiaceae yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara khususnya di semenanjung Malaya, Myanmar, Thailand, Kamboja,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Antraknosa Cabai Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan Colletotrichum yaitu C. acutatum, C. gloeosporioides, dan C. capsici (Direktorat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

(Piper retrofractum VAHL.) DAN CABE JAWA PERDU DARI TIGA SENTRA PRODUKSI DENGAN KERAGAMAN INTENSITAS CAHAYA DAN PEMUPUKAN.

(Piper retrofractum VAHL.) DAN CABE JAWA PERDU DARI TIGA SENTRA PRODUKSI DENGAN KERAGAMAN INTENSITAS CAHAYA DAN PEMUPUKAN. STUDI CABE JAWA BIASA (Piper retrofractum VAHL.) DAN CABE JAWA PERDU DARI TIGA SENTRA PRODUKSI DENGAN KERAGAMAN INTENSITAS CAHAYA DAN PEMUPUKAN (Hibah Bersaing) 1. Dr. Ir. Maya Melati, MS, MSc (Peneliti

Lebih terperinci

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09 Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran

Lebih terperinci

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN Saat ini, permintaan dan harga durian tergolong tinggi, karena memberikan keuntungan menggiurkan bagi siapa saja yang membudidayakan. Sehingga bertanam durian merupakan sebuah

Lebih terperinci

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG Oleh : Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda A. PENDAHULUAN Tanaman nilam merupakan kelompok tanaman penghasil

Lebih terperinci

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang Kehilangan hasil yang disebabkan gangguan oleh serangga hama pada usaha tani komoditas hortikultura khususnya kentang, merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

PEMETAAN LOKASI PENANAMAN LADA DAN SERANGAN PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG (BPB) DI PROPINSI LAMPUNG DAN PROPINSI BANGKA BELITUNG

PEMETAAN LOKASI PENANAMAN LADA DAN SERANGAN PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG (BPB) DI PROPINSI LAMPUNG DAN PROPINSI BANGKA BELITUNG PEMETAAN LOKASI PENANAMAN LADA DAN SERANGAN PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG (BPB) DI PROPINSI LAMPUNG DAN PROPINSI BANGKA BELITUNG Oleh Syahnen dan Ida Roma Tio Uli Siahaan Laboratorium Lapangan Balai Besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

PEDOMAN. Budidaya Merica BALAI PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT (BALITTRO) bekerja sama dengan AGFOR SULAWESI

PEDOMAN. Budidaya Merica BALAI PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT (BALITTRO) bekerja sama dengan AGFOR SULAWESI PEDOMAN Budidaya Merica BALAI PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT (BALITTRO) bekerja sama dengan AGFOR SULAWESI 2013 PEDOMAN Budidaya Merica Penulis: Dyah Manohara (Peneliti Balittro) Dono Wahyuno (Peneliti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr.) merupakan komoditas andalan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr.) merupakan komoditas andalan yang sangat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang dan Masalah Nanas (Ananas comosus [L.] Merr.) merupakan komoditas andalan yang sangat berpotensi dalam perdagangan buah tropik yang menempati urutan kedua terbesar setelah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (coffea sp.) adalah tanaman yang berbentuk pohon termasuk dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (coffea sp.) adalah tanaman yang berbentuk pohon termasuk dalam famili 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kopi Kopi (coffea sp.) adalah tanaman yang berbentuk pohon termasuk dalam famili Rubiceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang, dan bila dibiarkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Walang Sangit (Leptocorisa acuta T.) berikut : Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai Kelas Ordo Famili Genus Species : Insekta : Hemiptera

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN HUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN HUTAN LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN HUTAN ACARA 1 PENGENALAN GEJALA DAN TANDA PENYAKIT PADA HUTAN DISUSUN OLEH : NAMA NIM SIFT CO.ASS : SIWI PURWANINGSIH : 10/301241/KT/06729 : Rabu,15.30 : Hudiya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kitin dan Bakteri Kitinolitik Kitin adalah polimer kedua terbanyak di alam setelah selulosa. Kitin merupakan komponen penyusun tubuh serangga, udang, kepiting, cumi-cumi, dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae,

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman: Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo : Euphorbiales, Famili

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT TEKNIK BUDIDAYA TOMAT 1. Syarat Tumbuh Budidaya tomat dapat dilakukan dari ketinggian 0 1.250 mdpl, dan tumbuh optimal di dataran tinggi >750 mdpl, sesuai dengan jenis/varietas yang diusahakan dg suhu

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN LADA RAMAH LINGKUNGAN BERBASIS TEKNOLOGI Bio~FOB Wednesday, 12 December :41 - Last Updated Thursday, 13 December :11

BUDIDAYA TANAMAN LADA RAMAH LINGKUNGAN BERBASIS TEKNOLOGI Bio~FOB Wednesday, 12 December :41 - Last Updated Thursday, 13 December :11 Budidaya Tanaman Lada Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi Bio~FOB PENDAHULUAN Lada (Piper nigrum L.) merupakan tanaman rempah-rempah yang potensial dan mempunyai nilai ekonomi tinggi dalam perdagangan

Lebih terperinci

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN Ubi kayu menghasilkan biomas yang tinggi sehingga unsur hara yang diserap juga tinggi. Jumlah hara yang diserap untuk setiap ton umbi adalah 4,2 6,5 kg N, 1,6 4,1 kg 0 5 dan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA. Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA. Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Hama Penting Semangka Hama penting pada semangka: 1. Thrips (Thrips parvispinus Karny) 2. Ulat perusak daun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman mentimun berasal dari kaki pegunungan Himalaya. Domestikasi dari tanaman liar ini berasal dari India utara dan mencapai Mediterania pada 600 SM. Tanaman ini dapat tumbuh

Lebih terperinci

ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Rosihan Rosman dan Hermanto Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat ABSTRAK Nilam merupakan salah satu komoditi ekspor

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jarak pagar berupa perdu dengan tinggi 1 7 m, daun tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jarak pagar berupa perdu dengan tinggi 1 7 m, daun tanaman TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Jarak Pagar Tanaman jarak pagar termasuk famili Euphorbiaceae, satu famili dengan karet dan ubi kayu. Klasifikasi tanaman jarak pagar sebagai berikut (Hambali, dkk.,

Lebih terperinci

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA NUR HIDAYATI BALAI BESAR PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN PEMULIAAN TANAMAN HUTAN KONSEP PENYAKIT TANAMAN Penyakit tumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT Budidaya konvensional merupakan budidaya cabai yang menggunakan pestisida kimia secara intensif dalam mengendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS PENGENDALI HAYATI (APH)

PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS PENGENDALI HAYATI (APH) PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS PENGENDALI HAYATI (APH) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lahan HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lahan Kecamatan Pangalengan berada pada ketinggian sekitar 1500 m di atas permukaan laut (dpl). Keadaan iklim di lokasi ini adalah sebagai berikut meliputi curah hujan rata-rata

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. optimal, dan yang tidak dipupuk

DAFTAR GAMBAR. optimal, dan yang tidak dipupuk DAFTAR ISI DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL.... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN.... ix PRAKATA... xi KATA PENGANTAR... xiii I. PENDAHULUAN... 1 II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI... 5 Iklim... 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan tanaman serealia penting dan digunakan sebagai makanan pokok oleh bangsa Indonesia. Itulah sebabnya produksi padi sangat perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Tanah Kacang tanah tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm dan mengeluarkan daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

Lebih terperinci

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Masalah yang sering dihadapi dan cukup meresahkan petani adalah adanya serangan hama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Komoditi Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosa. Kedudukan tanaman kacang hijau dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Survei Kecamatan Rancabungur dan Kecamatan Kemang termasuk dalam Kabupaten Bogor, yang secara geografis terletak antara 6.9 o 6.4 o Lintang Selatan dan 6. o.3 o

Lebih terperinci

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon sp.) merupakan salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri (essential oil). Di dalam dunia perdagangan Intemasional minyak nilam sering

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun Papasan Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Tanaman mentimun papasan memiliki

Lebih terperinci

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51 Kakao (Theobroma cacao L) merupakan satu-satunya diantara 22 spesies yang masuk marga Theobroma, Suku sterculiacecae yang diusahakan secara komersial. Kakao merupakan tanaman tahunan yang memerlukan lingkungan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis KATA PENGANTAR Buah terung ini cukup populer di masyarakat, bisa di dapatkan di warung, pasar tradisional, penjual pinggir jalan hingga swalayan. Cara pembudidayaan buah terung dari menanam bibit terung

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1993). Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan

BAB I PENDAHULUAN. 1993). Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kerusakan tanaman akibat serangan hama menjadi bagian budidaya pertanian sejak manusia mengusahakan pertanian ribuan tahun yang lalu. Mula-mula manusia membunuh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tembakau adalah: Menurut Murdiyanti dan Sembiring (2004) klasifikasi tanaman tembakau Kingdom Divisi Sub divisi Class Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

PREFERENSI PETANI SAYURAN DAN JAGUNG DALAM PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DI WILAYAH BOGOR DAN CIANJUR DAN ANALISIS EKONOMINYA

PREFERENSI PETANI SAYURAN DAN JAGUNG DALAM PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DI WILAYAH BOGOR DAN CIANJUR DAN ANALISIS EKONOMINYA PREFERENSI PETANI SAYURAN DAN JAGUNG DALAM PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DI WILAYAH BOGOR DAN CIANJUR DAN ANALISIS EKONOMINYA ANDES HERYANSYAH PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS

Lebih terperinci

KISARAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA BOTANI FTI-1 DAN KEAMANANNYA PADA BIBIT BEBERAPA FAMILI TANAMAN

KISARAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA BOTANI FTI-1 DAN KEAMANANNYA PADA BIBIT BEBERAPA FAMILI TANAMAN 1 KISARAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA BOTANI FTI-1 DAN KEAMANANNYA PADA BIBIT BEBERAPA FAMILI TANAMAN R. PANJI FERDY SURYA PUTRA A44101063 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sekunder, cabang kipas, cabang pecut, cabang balik, dan cabang air

TINJAUAN PUSTAKA. sekunder, cabang kipas, cabang pecut, cabang balik, dan cabang air TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kopi (Coffea sp.) Adapun klasifikasi tanaman kopi (Coffea sp.) dari literatur Hasbi (2009) adalah sebagai berikut : Kingdom Divisi Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA. disusun oleh: Vishora Satyani A Listika Minarti A

LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA. disusun oleh: Vishora Satyani A Listika Minarti A LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA disusun oleh: Lutfi Afifah A34070039 Vishora Satyani A34070024 Johan A34070034 Listika Minarti A34070071 Dosen Pengajar:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga

TINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga TINJAUAN PUSTAKA Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga hama utama pada tanaman kopi yang menyebabkan kerugian

Lebih terperinci

Ketergantungan kebutuhan karbohidrat pada padi seperti yang terjadi saat ini sangat tidak menguntungkan bagi kelangsungan ketahanan pangan nasional.

Ketergantungan kebutuhan karbohidrat pada padi seperti yang terjadi saat ini sangat tidak menguntungkan bagi kelangsungan ketahanan pangan nasional. Ketergantungan kebutuhan karbohidrat pada padi seperti yang terjadi saat ini sangat tidak menguntungkan bagi kelangsungan ketahanan pangan nasional. Luas sawah yang relatif tetap bahkan cenderung berkurang,

Lebih terperinci

PREFERENSI PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN PADA BUDIDAYA ANGGREK DAN ANALISIS EKONOMINYA: STUDI KASUS DI BOGOR KADE KUSUMA DEWI

PREFERENSI PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN PADA BUDIDAYA ANGGREK DAN ANALISIS EKONOMINYA: STUDI KASUS DI BOGOR KADE KUSUMA DEWI PREFERENSI PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN PADA BUDIDAYA ANGGREK DAN ANALISIS EKONOMINYA: STUDI KASUS DI BOGOR KADE KUSUMA DEWI DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya

I. PENDAHULUAN. memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki abad 21, masyarakat dunia mulai sadar akan bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian. Orang semakin arif dalam memilih bahan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PENYAKIT PADA TANAMAN LADA

IDENTIFIKASI PENYAKIT PADA TANAMAN LADA IDENTIFIKASI PENYAKIT PADA TANAMAN LADA (Piper nigrum L.) BERDASARKAN PENGAMATAN SECARA VISUAL DI KEBUN PERCONTOHAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA Oleh WANDI FAHRIN NIM. 100500122 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) termasuk dalam keluarga Leguminoceae dan genus Arachis. Batangnya berbentuk

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kegunaan utama rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) adalah sebagai bahan baku obat, karena dapat merangsang

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN JENIS-JENIS TANAMAN REMPAH DI INDONESIA

POKOK BAHASAN JENIS-JENIS TANAMAN REMPAH DI INDONESIA POKOK BAHASAN JENIS-JENIS TANAMAN REMPAH DI INDONESIA Perbanyakan tanaman lada menggunakan setek dpt dilakukan dgn 2 cara: (1) menggunakan setek panjang (5 7 buku) dapat langsung ditanam di kebun (2) setek

Lebih terperinci