BAB I PENDAHULUAN. Bahasa pertama, bahasa kedua, dan bahasa asing yang digunakan di setiap

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Bahasa pertama, bahasa kedua, dan bahasa asing yang digunakan di setiap"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa pertama, bahasa kedua, dan bahasa asing yang digunakan di setiap negara mempunyai kedudukan yang berbeda-beda mengenai bahasa di setiap negara tersebut, khususnya pada bahasa Inggris yang berperan sebagai bahasa internasional. Di negara Indonesia terdapat berbagai macam bahasa, yang terdiri atas bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris yang berperan sebagai bahasa asing, sedangkan kedudukan bahasa daerah di Indonesia ialah sebagai bahasa ibu ( mother tongue) yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat. Bahasa kedua adalah bahasa Indonesia yang digunakan pada saat situasi formal pada saat pemakai bahasa tersebut berada di lingkungan pemerintahan atau sekolah, sedangkan bahasa Inggris merupakan bahasa asing, dalam hal ini bahasa Inggris dipandang sebagai bahasa asing di dalam mata pelajaran di tingkat sekolah taman kanak-kanak sampai pada jenjang yang lebih tinggi, yaitu universitas. Hal itu berbeda dengan negara tetangga, seperti Singapura yang lebih maju dalam penguasaan berbahasa Inggrisnya karena bahasa Inggris menjadi bahasa kedua di Singapura sehingga mereka lebih terbiasa dan fasih menggunakan bahasa tersebut (Richards, 1974). Bahasa Inggris di Indonesia juga bisa disebut sebagai bahasa asing yang merupakan suatu bentuk pemerolehan dan disertai dengan pembelajaran bahasa, dan setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda dalam berbahasa

2 2 Inggris karena bisa ditinjau dari latar belakang pemerolehan dan pembelajaran bahasa setiap individu tersebut. Berkaitan dengan pembelajaran struktur sintaksis bahasa Inggris, selain dari faktor latar belakang mengenai bahasa yang tersebut di atas, di dalam penggunaannya sering terdapat pengaruh dari bahasa Indonesia atau bahasa daerah untuk menerapkan pembentukan kalimat yang baik dan benar dalam bahasa Inggris. Perlu diketahui bahwa murid atau siswa sampai jenjang yang lebih tinggi pun, seperti mahasiswa sangat tidak mengerti atau mempunyai masalah dengan pembelajaran struktur frasa dan kalimat bahasa Inggris. Hal ini disebabkan oleh pondasi yang tidak kuat di awal pembelajaran bahasa asing tersebut, khususnya menyangkut semua hal yang berhubungan dengan struktur movement. Struktur movement adalah perpindahan suatu unsur kata di dalam kalimat yang beranjak dari pola awal bentuk aslinya atau deep structure ke dalam bentuk yang sudah diterapkan atau surface structure (Akmajian, 1975:230). Struktur movement atau perpindahan unsur kata di dalam kalimat akan terjadi menurut fungsi kalimat tersebut sebagai kalimat tanya, seru dan lain-lain. Hal ini disebabkan oleh pada saat pemakaian bahasa Inggris, secara tidak sadar mahasiswa mendapat pengaruh dari bahasa pertama mereka sehingga muncul adanya kesalahan berbahasa terhadap unsur-unsur kata yang dipakainya di dalam kalimat. Persoalan movement disebabkan oleh tidak mengertinya pengguna bahasa, khususnya bahasa Inggris dengan urutan susunan setiap unsur kata di dalam kalimat, misalkan pada unsur kata benda, kata kerja, kata sifatnya dan unsur-unsur kata lainnya. Contohnya, pada kalimat tanya bahasa Indonesia yang dikontraskan dengan kalimat tanya bahasa Inggris maka akan terlihat perbedaan

3 3 pola struktur kalimat yang berbeda, terutama ada unsur kata dalam bahasa Inggris yang tidak dimiliki bahasa Indonesia khususnya pada saat membuat kalimat tanya sebagai berikut, a. Apa hobimu? b. What is your hobby? Pada contoh kalimat di atas, kalimat tanya bahasa Indonesia ( a) tidak mempunyai unsur kata is seperti kalimat tanya bahasa Inggris (b), karena di dalam bahasa Inggris harus menyertakan to be atau kata kerja bantu di depan kalimat jika kalimat tersebut dalam bentuk negatif atau kalimat tanya. Secara universal bahasa Inggris mempunyai kedudukan sebagai bahasa kedua. Hal ini sering diungkapkan bahwa pembelajaran bahasa kedua adalah sama dengan pemerolehan bahasa pertama, pernyataan tersebut berdasarkan pada tiga pembelajaran yang paralel, yakni: (1) imitasi, pengulangan, dan latihan yang meliputi beberapa tingkatan bahasa pertama dan pembelajaran bahasa kedua; (2) pemahaman; (3) kemampuan mendengar dan berbicara, membaca da n menulis (Titone, 1984). Pernyataan terhadap pembelajaran bahasa kedua adalah sama halnya dengan pemerolehan bahasa pertama yang sudah dipengaruhi, terutama oleh model behavior pemerolehan bahasa. Model ini menekankan pada pentingnya lingkungan, latihan dihafalkan tanpa berpikir, pembiasaan, penguatan, mengondisikan, dan gabungan pengajaran dan pembelajaran bahasa kedua. Pada sisi lain, para ahli teori kognitif berpendapat bahwa ada banyak keganjilan antara perkembangan bahasa pertama dan pembelajaran bahasa kedua. Pembelajaran bahasa kedua merupakan proses kompleks yang meliputi lingkungan di dalam

4 4 ruangan kelas (atau konteks pembelajaran) yang berupa peniruan dan penghafalan, sebaik strategi dalam pembelajaran kognitif. Hal tersebut berkaitan dengan strategi dalam proses pemerolehan bahasa asing yang diterapkan dalam lingkungan sekolah di negara Indonesia. Bahasa selalu mengalami perkembangan dan perubahan. Perkembangan dan perubahan itu terjadi karena adanya perubahan sosial, ekonomi, dan budaya. Perkembangan bahasa yang cukup pesat terjadi pada bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kontak pada bidang politik, ekonomi, ilmu pengetahuan, dan lainnya dapat menyebabkan suatu bahasa terpengaruh oleh bahasa yang lain. Proses saling memengaruhi antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain tidak dapat dihindarkan. Bahasa sebagai bagian integral kebudayaan tidak dapat lepas dari masalah di atas. Saling memengaruhi antarbahasa pasti terjadi, misalnya, kosakata bahasa yang bersangkutan karena kosakata itu memiliki sifat terbuka. Berdasarkan pemikiran Weinrich yang termuat pada (Chaer dan Agustina 1995:159) kontak bahasa merupakan peristiwa pemakaian dua bahasa oleh penutur yang sama secara bergantian. Dari kontak bahasa itu terjadi transfer atau pemindahan unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain yang mencakup semua tataran. Sebagai konsekuensinya, proses pinjam-meminjam dan memengaruhi terhadap unsur bahasa yang lain tidak dapat dihindari. Suwito (1985:39-40) mengatakan bahwa apabila dua bahasa atau lebih digunakan secara bergantian oleh penutur yang sama, dapat dikatakan bahwa bahasa tesebut dalam keadaan saling kontak. Dalam setiap kontak bahasa terjadi proses saling

5 5 memengaruhi antara bahasa satu dan bahasa yang lain. Sebagai akibatnya, interferensi akan muncul, baik secara lisan maupun tertulis. Adanya kedwibahasaan juga akan menimbulkan adanya interferensi dan integrasi bahasa. Interferensi bahasa adalah penyimpangan norma kebahasaan yang terjadi dalam ujaran dwibahasawan karena keakrabannya terhadap lebih dari satu bahasa, yang disebabkan oleh adanya kontak bahasa. Selain kontak bahasa, faktor penyebab timbulnya interferensi berdasarkan Weinrich ( Sukardi 1999:4) adalah tidak cukupnya kosakata suatu bahasa dalam menghadapi kemajuan dan pembaharuan. Selain itu, juga menghilangnya kata-kata yang jarang digunakan, kebutuhan sinonim, dan prestise bahasa sumber. Kedwibahasaan peserta tutur dan tipisnya kesetiaan terhadap bahasa penerima juga merupakan faktor penyebab terjadinya interferensi. Oleh karena itu, penelitian ini sangat penting dan berguna untuk mengetahui bentuk atau memformat pikiran akan pola susunan bahasa asing. Untuk itu, peran psikolinguistik juga sangat berpengaruh dalam kegiatan berbahasa, khususnya dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa asing. Psikolinguistik bukan penyebab, melainkan menjadi faktor yang menentukan seseorang lancar dalam menggunakan bahasa, khususnya bahasa yang baru dipelajarinya. Dalam memaknai pokok penelitian yang terdapat beberapa permasalahan di atas, terdapat suatu ilmu yang menjembatani suatu kasus yang ada, khususnya dalam kegiatan pemerolehan dan pembelajaran bahasa asing, yang dimaksud adalah bidang ilmu psikolinguistik. Psikolinguistik sendiri merupakan ilmu yang

6 6 membahas perpaduan antara psikologi dan linguistik, bidang ilmu tersebut melihat dari segi perpaduan kegiatan yang berhubungan dengan mental dan dari segi bahasa. Hal itu adalah faktor eksternal bahasa, tetapi juga sangat memegang peranan penting dalam sebuah proses pendidikan bahasa, selain itu ilmu psikolinguistik juga berperan dalam menjelaskan faktor penyebab interferensi struktur bahasa yang diperoleh dari hasil wawancara dengan mahasiswa yang memiliki perbedaan motivasi di dalam proses pembelajaran bahasa asing. Selanjutnya, ilmu sintaksis juga sangat berperan penting di dalam menjelaskan struktur movement yang digunakan oleh mahasiswa dalam membuat struktur kalimat dengan kaidah sintaksis. Struktur movement terdiri atas noun phrase movement, I (subject auxiliary inversion) movement, dan verb movement, khususnya movement yang terjadi pada kalimat tanya bahasa Inggris atau WH- Questions yang mengacu pada I movement (subject verb inversion), yaitu pembalikan unsur kata antara subjek dan verba yang terjadi pada proses pembentukan kalimat tanya bahasa Inggris WH-Questions. Dalam pembelajaran bahasa ditemukan banyak hal yang berbeda antara bahasa yang satu dan bahasa lainnya. Perlu adanya suatu sistem pendekatan untuk mempermudah dalam pembelajaran bahasa asing. Proses berbahasa tersebut juga berkaitan dan dipengaruhi oleh kegiatan atau proses berpikir dalam otak atau mental. Peristiwa kontak bahasa dan kontak budaya dalam diri seorang individu bersama dampaknya dapat terlihat melalui kerangka proses di bawah ini. Peristiwa yang tergambar dalam kasus ini terdapat dalam diri setiap dwibahasawan. Sifat

7 7 kontak bahasa dan budaya dalam diri seorang dwibahasawan akan mudah terlihat melalui tindak tutur dan tindak aksinya. Interferensi dan kesalahan berbahasa, baik yang terjadi pada bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris dapat dijadikan indikator untuk menemukan perbedaan kaidah dan sistem pemakaian antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Pendekatan kontrastif dalam pembelajaran akan membantu kepada pemahaman dan ketrampilan guru. Interferensi sendiri lahir apabila pemakai suatu bahasa Inggris melakukan kesalahan di dalam penerapan strukturnya. Oleh karena itu, proses pembelajaran bahasa asing sangat penting terutama ketika pemelajar mempelajari mengenai strukur bahasa yang diterapkan dalam tulisan dan secara tidak langsung akan terjadi proses penerjemahan di dalamnya yang dapat menimbulkan interferensi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan rumusan masalah sebagai berikut. a. Bagaimana interferensi struktur bahasa Indonesia dalam penggunaan jenisjenis WH-Questions bahasa Inggris? b. Apa penyebab terjadinya interferensi struktur bahasa Indonesia dalam penggunaan WH-Questions bahasa Inggris?

8 8 1.3 Tujuan Penelitian Mengacu pada rumusan masalah di atas, ada dua tujuan yang perlu diformulasikan, yakni tujuan umum dan tujuan khusus, kedua tujuan tersebut dijelaskan seperti berikut Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan serta mempermudah proses penerapan struktur kalimat, khususnya pada struktur WH-Questions dalam pembelajaran bahasa Inggris dan menerapkan strategi atau pendekatan analisis kontrastif dalam proses tersebut dengan cara membandingkan atau mengontraskan antara struktur kalimat tanya bahasa Indonesia dan struktur kalimat tanya bahasa Inggris untuk menghindari interferensi penggunaan WH-Questions bahasa Inggris tersebut sehingga penggunaan struktur WH-Questions dapat dimengerti dan dipahami dengan mudah oleh mahasiswa Tujuan Khusus Penulisan tesis ini mempunyai tujuan sesuai dengan permasalahan yang diangkat. Tujuan khusus yang ingin dicapai melalui penelitian, seperti berikut. a. Dapat menjelaskan struktur WH-Questions bahasa Inggris yang mengalami interferensi bahasa Indonesia b. Untuk menjelaskan penyebab terjadinya interferensi penggunaan struktur WH-Questions bahasa Inggris.

9 9 1.4 Manfaat Penelitian Dalam manfaat penelitian ini terdapat dua manfaat yang meliputi manfaat praktis dan manfaat teoretis. Kedua manfaat penelitian itu diuraikan seperti berikut Manfaat Praktis Struktur sintaksis movement bahasa Inggris sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk mengetahui pola susunan yang merujuk pada pembentukan berbagai macam WH-Questions dalam struktur kalimat tanya bahasa Inggris agar terhindar dari adanya interferensi penggunaan struktur WH-Questions bahasa Indonesia. Bagi tenaga pengajar, baik guru maupun dosen sangat bermanfaat untuk bisa menerapkan dan memperluas pengetahuan terhadap struktur WH- Questions tersebut sebagai bahan ajar yang efektif Manfaat Teoretis Materi yang disajikan dalam tesis ini bermanfaat agar mahasiswa pemelajar bahasa Inggris lebih mengetahui mengenai penggunaan unsur kata yang terdapat dalam struktur kalimat tanya bahasa Inggris seperti pemakaian to be, auxiliary, dan modal yang tidak terdapat pada struktur kalimat tanya bahasa Indonesia. Selanjutnya, juga bermanfaat untuk meningkatkan motivasi mahasiswa dan meluruskan tujuan mereka dalam belajar bahasa Inggris agar terhindar dari hal-hal yang menjadi penyebab interferensi pada saat pemakaian struktur kalimat tanya WH-Questions bahasa Inggris.

10 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Pada bab kajian pustaka ini peneliti memberikan beberapa pernyataan yang berkaitan dengan interferensi yang terjadi pada pemelajar bahasa Inggris ketika pemelajar tersebut menerapkan pemakaian bahasa Inggris tulis dalam bentuk kalimat tanya. Bahan tulisan ilmiah dan hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya menjadi acuan dan mengilhami kembali untuk mengkaji masalah interferensi terhadap penggunaan bahasa Inggris. Berikut beberapa sumber pernyataan tersebut. Penelitian berjudul Interferensi Bahasa Ibu dalam Berkomunikasi Tulis Mahasiswa Sastra Inggris di Bali (Sudipa, dkk. 2010) yang menemukan bahwa interferensi bahasa ibu terjadi pada bidang-bidang kebahasaan: a. pemilihan kosakata secara sintaksis; b. pemakaian kosakata secara semantik; c. pengurutan kata; d. penyusunan kalimat; e. penggunaan kopula BE; f. penerapan kaidah bahasa; g. redundansi; h. terjemahan langsung. Selain temuan dalam bidang kebahasaan, hasil wawancara dengan para mahasiswa sebagai penulis karangan, terutama yang banyak mengalami deviasi penggunaan, pemakaian dan pengurutan kosakata, menunjukkan bahwa mereka merasa kurang pemahaman lack of knowledge pada beberapa aspek kebahasaan sehingga terjadi a. direct translation dan b. overgeneralization.

11 11 Hasil penelitian berjudul Interferensi Bahasa Indonesia dalam Penulisan Abstrak Bahasa Inggris pada Jurnal Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional (Sudipa, 2009). Dalam penelitian ini diamati 11 abstrak berbahasa Inggris yang dimuat dalam Jurnal Penelitian, Sejarah dan Nilai Tradisional, edisi Juni 2009, No. 31/X/2009. Pendekatan dalam analisis hasil penelitian tersebut adalah analisis kesalahan yang menemukan sejumlah kesalahan yang bisa dikategorikan 1). pemilihan dan penggunaan kosakata dalam kalimat yang kurang tepat secara sintaksis dan semantik sehingga mencirikan bahasa Inggris mereka yang substandar; 2). masih ditemukan menggunaan Preposisi bahasa Inggris yang berlebihan, yang sepantasnya tidak perlu sehingga bernuansa mubazir redundant; 3). ditemukan sejumlah kesalahan kecil minor mistakes seperti kealpaan menggunakan sufiks s, yang ternyata prinsip sekali sebagai indikasi terjadi interferensi bahasa Indonesia karena dalam bahasa Indonesia tidak dikenal sufiks s di akhir kata. Pada prinsipnya, secara umum hasil penelitian ini menggambarkan bahwa penggunaan bahasa Inggris oleh para penulis abstrak di Jurnal ini sudah cukup memadai, terbukti dari temuan kesalahan jumlahnya relatif sedikit. Penelitian ini tentu sangat relevan dan menjadi acuan untuk menggali lebih banyak interferensi yang terjadi pada pemakaian bahasa Inggris tulis. Hasil penelitian para pakar mengenai motivasi dalam pembelajaran bahasa kedua ini memang sangat berbeda dan berlainan. Gardner dan Lambert (1959) yang mengadakan penelitian di Monterial menyatakan bahwa motivasi integratif lebih penting dari motivasi instrumental. Namun dalam penelitian mereka yang lain (Gardner dan Lambert, 1972) terbukti tidak ada hubu ngan

12 12 signifikan antara motivasi integratif dengan penguasaan bahasa. Chihara dan Oller (1972) yang meneliti pembelajaran bahasa inggris di jepang, menyimpulkan adanya sedikit korelasi antara sikap dan kemampuan berbahasa. Sedangkan hasil penelitian Lukmani (1972) menyimpulkan bahwa motivasi instrumental lebih berperan dari pada motivasi integratif. Hasil penelitian Lukmani ini didukung oleh hasil penelitian Gardner dan Lambert (1972) di Philipina (Theresia Rettob, 1990). Ravem (1974) menjelaskan bahwa pembuktian hasil sebuah analisis mengenai penggunaan WH-Questions pada tuturan anak dan analisis yang dibuat untuk menetapkan tuturan secara spontan pada anak dan dikaji dengan menggunakan aturan transformasi, yang menyatakan bahwa tata bahasa transformasi telah membentuk kompetensi seorang anak. Pembahasan Kamal (2008) penelitian mengenai perlunya pengajaran bahasa Inggris pada generasi muda karena bahasa Inggris merupakan bahasa Internasional dan dipakai di berbagai jenjang pendidikan. Dengan demikian hasil penelitian ini berkaitan dengan munculnya metode pendekatan yang digunakan oleh pendidik untuk mempermudah proses pembelajaran bahasa Inggris. Untuk itu, sesuai dengan pendekatan kontrastif yang digunakan sangat baik bila diterapkan sejak dini kepada pembelajar bahasa Inggris agar mahasiswa lebih paham format struktur movement bahasa Inggris yang sangat berbeda dengan bahasa Indonesia. Selain itu, menurut Sanga (2008 ), penelitian mengenai proses pembelajaran bahasa kedua dalam hal ini bahasa Inggris diajarkan dengan menggunakan pendekatan analisis kontrastif, hasil dari penelitian tersebut yang

13 13 nantinya akan ada interferensi antara bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris pada proses pembelajaran khususnya pada masyarakat bilingual. Pembelajaran bahasa mengacu pada proses pemerolehan bahasa kedua (B2) setelah seorang kanak-kanak memperoleh bahasa pertamanya (B1). Para pakar menyebutnya dengan istilah pembelajaran bahasa ( language learning) dan pemerolehan bahasa (language acquisition) (Abdul Chaer, 2003:242). Interferensi berbeda dengan integrasi. Integrasi adalah unsur-unsur bahasa lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan dianggap sudah menjadi bagian dari bahasa tersebut, serta tidak dianggap sebagai unsur pinjaman atau pungutan (Chaer dan Agustina 1995:168). Senada dengan itu, Jendra (1991:115) menyatakan bahwa dalam proses integrasi unsur serapan itu telah disesuaikan dengan sistem atau kaidah bahasa penyerapnya, sehingga tidak terasa lagi sifat keasingannya. Dalam hal ini, jika suatu unsur serapan (interferensi) sudah dicantumkan dalam kamus bahasa penerima, dapat dikatakan bahwa unsur itu sudah terintegrasi. Jika unsur tersebut belum tercantum dalam kamus bahasa penerima, berarti bahasa tersebut belum terintegrasi. Suwito (1983:54), seperti halnya Jendra juga memandang bahwa interferensi pada umumnya dianggap sebagai gejala tutur (speech, parole), hanya terjadi pada dwibahasawan dan peristiwanya dianggap sebagai penyimpangan. Interferensi dianggap sebagai sesuatu yang tidak perlu terjadi karena unsur-unsur serapan yang sebenarnya telah ada padanannya dalam bahasa penyerap, sehingga cepat atau lambat sesuai dengan perkembangan bahasa penyerap, diharapkan makin berkurang atau sampai batas yang paling minim. Interferensi merupakan gejala perubahan terbesar, terpenting dan paling dominan dalam bahasa (Hockett dalam Suwito, 1983:54). Dari pendapat hockett tersebut perlu dicermati bahwa gejala kebahasaan ini perlu mendapatkan perhatian besar. Hal ini disebabkan interferensi dapat terjadi di semua komponen kebahasaan, mulai bidang tatabunyi, tatabentuk, tatakalimat, tatakata, dan tatamakna Berdasarkan hal tersebut

14 14 dapat dijelaskan bahwa dalam proses interferensi ada tiga hal yang mengambil peranan, yaitu: (1) bahasa sumber atau bahasa donor (2) bahasa penyerap atau resipien (3) unsur serapan atau importasi. Ellis (1986:215) da lam Abdul Chaer menyebutkan bahwa ada dua tipe pembelajaran bahasa, yaitu tipe naturalistik dan tipe formal di dalam kelas, sehubungan dengan tipe naturalistik terdapat sebuah pendekatan yang disebut pendekatan alamiah, pendekatan alamiah merupakan salah satu pendekatan dalam pengajaran bahasa yang bertujuan mengembangkan kemampuan pembelajaran dalam menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Dari hasil penelitian ini, peneliti akan membahas atau membatasi penulisan ini pada pembelajaran bahasa yang mengacu pada pendidikan formal, yakni khususnya pada mahasiswa. Salah satu cara yang tepat dalam melakukan proses pembelajaran B2 yang jauh berbeda susunan sintaksisnya dengan B1, yaitu dengan memakai pendekatan analisis kontrastif. Charles C. Fries (1945) menyarankan bahwa betapa pentingnya linguistik kontrastif dalam pengajaran bahasa asing. Konsep inilah yang mendorong Robert Lado (1957) mengembangkan analisis kontrastif dalam pengajaran bahasa. Konsep Robert Lado itu dituangkan dalam bukunya berjudul Linguistics A Cross Cultures; Applied Linguistics for Language Teachers (1957). Tiga tahun setelah terbitnya buku ini diadakan Konferensi Meja Bundar di Washington D.C. yang bertemakan Contrastive Linguistics and its Pedagogical Implication Jemas E. Alatis (1968). Kegiatan yang sama diulangi lagi pada tahun 1971 di Hawaii. Kegiatan-kegiatan ini memperkuat kedudukan Analisis Kontrastif dalam bidang linguistik, khususnya sebagai pendekatan dalam pengajaran bahasa di sekolah.

15 15 Robert Lado, dalam bukunya tersebut di atas (1957:59) menjelaskan bahwa berdasarkan kemiripan dan perbedaan B1 dan B2 maka tingkat kesulitan belajar siswa dapat dikelompokkan atas dua, yakni: sulit dan mudah. Jadi, untuk lebih mempermudah penguasaan B2 tersebut, diperlukan penerapan awal mengenai pendekatan kontrastif ini. Penulis menganalisis pentingnya penggunaan movement dalam struktur sintaksis pada mahasiswa sejak awal, karena bidang sintaksis atau struktur ini merupakan salah satu kesulitan utama yang dihadapi oleh pembelajar bahasa kedua B2, bertolak dari kesulitan, Carl James mencatat pendapat Stockwell dkk (1965) yang membicarakan dua kesulitan utama yakni kesulitan dalam bidang fonologi dan kesulitan dalam bidang struktur sintaksis. Peneliti menggarisbawahi perbedaan pada aspek pemerolehan bahasa yang ditinjau dari segi manfaat teori UG dan PB2 untuk membedakan konsep antara pemerolehan bahasa pertama PB1 dengan konsep pemerolehan bahasa kedua PB2. Secara intuitif bisa dikatakan proses PB1 tidaklah sama dengan proses PB2 (Nasanius, 2007:169). Misalnya, dapat dilihat bahwa semua anak yang normal pasti menguasai B1, sedangkan tidak semua pemelajar B2 menguasai B2. Seperti telah dibahas sebelumnya, linguis generatif berpandangan bahwa proses PB1 dipandu oleh UG. Kalau proses PB1 tidak sama dengan proses PB2, tentunya kesimpulan yang logis adalah di dalam proses PB2, UG tidak memegang peranan. Akan tetapi, ada juga pandangan bahwa proses PB2 mirip dengan proses PB1, yaitu kedua proses ini sama-sama bertujuan untuk membentuk mental grammar (yaitu mental grammar B2 dalam proses PB2 dan mental grammar B1 dalam

16 16 proses PB1). Dengan memperhatikan kedua pandangan ini, Cook (1988) berpendapat bahwa ada empat kemungkinan peranan UG dalam PB2. a. No access hypothesis Menurut hipotesis ini, PB2 tidak melibatkan UG. Pemelajar B2 memanfaatkan cara lain dalam proses PB2, misalnya keterampilan memecahkan masalah. b. Indirect access hypothesis Menurut hipotesis ini, UG tidak terlibat langsung dalam PB2. Pemelajar bahasa kedua mengakses UG lewat B1. c. Partial access hypothesis Menurut hipotesis ini, ada sejumlah aspek dari UG yang masih tersedia bagi pemelajar B2 dan ada yang tidak. Sejumlah asas mungkin masih tersedia, tetapi sejumlah setting dari parameter mungkin tak bisa dikutak-katik lagi. d. Full access hypothesis Menurut hipotesis ini UG diakses secara langsung dalam PB2. Dengan kata lain, sama halnya dengan PB1, PB2 juga dipandu oleh UG. Sejumlah peneliti PB2 (misalnya, Hawkins et al 1993; Schwartz and Sprouse 1996; Epstein et al. 1996; Grondin and White 1996; White 2003) berpendapat bahwa UG diakses secara penuh oleh para pemelajar B2 dalam upaya mereka membentuk mental grammar B2. Yang membedakan mereka dengan pemelajar B1 hanyalah masalah praktis, yaitu tidak seperti pemelajar B1, pemelajar B2 tidak mendapat waktu yang cukup untuk mengecap asupan data B2 sehingga mental grammar B2 yang dibangun dengan panduan UG tidaklah sesempurna mental grammar B1. Dengan

17 17 cara pandang seperti ini, penganut pendekatan UG dapat menjelaskan mengapa para pemelajar B2 banyak menggunakan properties sintaksis dari B1 mereka, yaitu karena kurang mengecap asupan data B2, para pemelajar B2 terpaksa harus mengandalkan mental grammar B1 mereka ketika berupaya membentuk kalimatkalimat B2. (Hawkins 2001: 71). Seperti disebutkan sebelumnya, salah satu perbedaan yang kasat mata antara proses PB1 dengan proses PB2 berkaitan dengan capaian pemelajar, yaitu anak yang normal pasti menguasai B1, sedangkan tidak semua pemelajar B2 menguasai B2. Masalah capaian pembelajar pada proses PB2 merupakan isu yang sangat penting untuk dikaji: Mengapa pemelajar tertentu lebih berhasil daripada pemelajar lainnya? Pendekatan UG harus dapat menawarkan kemungkinan jawaban bagi isu ini (Saville-Troike 2006). Misalnya: a). Apakah perbedaan capaian ini disebabkan oleh perbedaan tingkat pengaksesan UG oleh para pemelajar B2? b). Apakah perbedaan capaian ini disebabkan oleh perbedaan kualitas asupan data B2 yang diterima pemelajar B2? c). Apakah keberhasilan pemelajar B2 karena mereka ini lebih jeli dibandingkan rekannya dalam mengidentifikasi ketaksesuaian antara data B2 dengan setting parameter B1 sehingga B2 mereka terhindar dari fitur-fitur B1? d). Atau faktor-faktor lain seperti kadar motivasi atau strategi belajar yang menjadi sumber perbedaan capaian masing-masing pemelajar B2?

18 18 Penelitian dari beberapa ahli bahasa menghasilkan pernyataan yang sama mengenai pemerolehan dan pembelajaran bahasa, sama halnya dengan Piaget, Chomsky juga tidak pernah memperkenalkan teori pemerolehan dan pembelajaran bahasa secara khusus. Namun, karena teori linguistik yang diperkenalkannya (1957, 1965, 1968) dan juga artikel ulasannya mengenai buku Skinner ( Verbal Behavior, 1957) dalam Language (1959) telah mengubah secara drastis perkembangan psikolinguistik, maka satu teori pemerolehan dan pembelajaran bahasa telah dapat disimpulkan dari teori generatif transformasinya yang kini dikenal dengan nama teori genetik kognitif. Teori ini digolongkan ke dalam kelompok teori kognitif karena teori ini menekankan pada otak (akal, mental) sebagai landasan dalam proses pemerolehan dan pembelajaran bahasa. Chomsky (1959) dengan keras menentang teori pembiasaan operan dalam pemerolehan bahasa yang dikemukakan Skinner. Menurut Chomsky tidaklah ada gunanya sama sekali untuk menjelaskan proses pemerolehan bahasa tanpa mengetahui dengan baik apa sebenarnya bahasa sebagai benda yang sedang diperoleh itu. Untuk dapat menerangkan hakikat proses pemerolehan bahasa, di samping memahami apa sebenarnya bahasa itu, kita tidak boleh menyampingkan pengetahuan mengenai struktur-dalam organisme (manusia). Analisis yang digunakan dalam tesis ini juga menggunakan suatu pendekatan yang mengacu pada analisis kontrastif. Berikut merupakan pernyataan dari (William Nemser, 1971) mengenai sistem pendekatan bagi pembelajar bahasa asing. Sistem bahasa yang dijabarkan dalam hubungan situasi dapat diklasifikasikan menurut fungsinya sebagai berikut: Bahasa target atau sasaran

19 19 adalah bahasa yang mereka pelajari. Bahasa sumber merupakan bahasa asli dari pembelajar, yang menjadi sumber dari interferensi (penyimpangan dari aturan bahasa target). Sistem pendekatan ialah penyimpangan atau interferensi sistem linguistik yang digunakan oleh pembelajar untuk menggunakan bahasa target. Sistem pendekatan tersebut sangat bervariasi jenisnya sesuai dengan tingkat kepandaian pembelajar itu dan pengalaman pembelajar (meliputi sistem penulisan bahasa target), fungsi komunikasi, karakter pembelajaran. Kebiasaan tutur pembelajar bahasa telah disusun secara terstruktur dan hubungan situasi seharusnya diuraikan tidak hanya mengacu pada bahasa asli dan bahasa target pembelajar, tetapi mengacu pada sistem dari seorang pembelajar bahasa tersebut. Teori analisis kontrastif mencoba untuk memprediksi dan menerangkan kebiasaan pembelajar dengan mengacu pada persamaan dan perbedaan antara bahasa asli dan bahasa target dan dipandang dari sudut sistem ini. Teori ini juga menunjukkan suatu strategi bagi ilmu dalam pembelajaran bahasa. Dalam hal ini pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan analisis kontrastif yang mengacu pada analisis kesalahan, yaitu dua model bahasa yang berbeda dapat dijelaskan dengan fitur atau ciri tertentu dari bahasa berdasarkan struktur movement dalam sintaksis. Pada analisis kontrastif, secara tidak langsung membandingkan antara bahasa dan budaya. Dalam teori transformasi terdapat dua tingkatan struktur dalam sintaksis, yakni struktur lahir ( surface structure) dan struktur dalam ( deep structure) yang terdapat hubungan antara keduanya oleh aturan movement yang dikenal secara

20 20 teknik sebagai transformasi; dan akan terlihat pada argumen yang fokus dalam menempatkan sejumlah aturan transformasi, meliputi noun phrase movement, I (subject auxiliary inversion) movement, dan verb movement, juga termasuk pada wh-movement di dalam teori transformasi movement. Jadi, teori transformasi mengenai movement ini juga digunakan oleh penulis untuk menganalisis dan sekaligus menjawab pertanyaan dari rumusan masalah di atas. Proses pemerolehan bahasa kedua (bahasa asing) merupakan proses yang sangat rumit karena adanya banyak faktor yang menjadi kendala. Akan tetapi, berkat usaha para ahli psikolinguistik yang telah melakukan berbagai eksperimen dalam mencari pemecahan kerumitan tersebut, telah dihasilkan berbagai teori dan hipotesis mengenai pemerolehan bahasa kedua ataupun bahasa asing. Salah satu diantaranya adalah teori dan hipotesis yang dikemukakan oleh Krashen dan Tarrel (1983), yaitu teori yang berhubungan dengan pendekatan pengajaran bahasa yang disebut Pendekatan Alamiah. Hipotesis pemerolehan dan pembelajaran, menurut hipotesis ini proses penguasaan bahasa oleh orang dewasa terjadi melalui dua cara berbeda, yaitu pemerolehan dan pembelajaran. Pemerolehan merupakan formula dari aturanaturan gramatika yang dilakukan di bawah sadar, sedangkan pembelajaran adalah studi mengenai aturan-aturan gramatika yang dilakukan secara sadar. Proses alamiah yang dilakukan oleh anak-anak dalam penguasaan bahasa pertama (bahasa ibu) merupakan pemerolehan, sedangkan proses penguasaan bahasa kedua (asing) yang dilakukan oleh orang dewasa adalah pembelajaran.

21 21 Karena pemerolehan bahasa yang dilakukan secara tidak sadar, pengetahuan kebahasaan yang dimiliki melalui proses ini selalu bersifat implisit. 2.2 Konsep Pada bagian konsep ini peneliti memberikan beberapa pengertian yang berkaitan dengan interferensi yang terjadi pada pemelajar bahasa Inggris. Bahan tulisan ilmiah menjadi acuan konsep untuk interferensi struktur secara sintaksis pada pemakaian bahasa Inggris tulis. Berikut beberapa konsep yang telah peneliti paparkan Sintaksis Sintaksis merupakan tatabahasa yang membahas hubungan antar kata dalam tuturan, Verhaar (2006:161). Sintaksis itu berhubungan dengan tatabahasa di antara kata-kata di dalam tuturan atau kalimat. Kajian sintaksis meliputi kalimat, klausa, dan frasa. Movement merupakan suatu perpindahan atau pergerakan yang terjadi pada kategori sintaksis di dalam sebuah struktur kalimat Struktur Movement Movement adalah sebagian besar transformasi di dalam bahasa Inggris yang mempunyai pengaruh berpindahnya suatu konstituen atau unsur kata dalam kalimat dari satu tempat ke tempat lainnya (Akmajian, 1975: 230). Noun movement adalah perpindahan posisi suatu unsur kata benda di dalam kalimat dikarenakan adanya perubahan fungsi dari kalimat tersebut, verb movement

22 22 merupakan perpindahan posisi suatu kata kerja di dalam kalimat yang menyebabkan susunan kalimat tersebut berubah, sedangkan I movement atau subject verb inversion yaitu pembalikan atau perpindahan posisi kata kerja bantu to be atau auxiliary verb terhadap subjek di dalam kalimat. Pada WH movement, unsur suatu kata kerja bantu dalam kalimat akan mengalami perpindahan dikarenakan kalimat tanya bahasa Inggris diikuti dengan kata kerja bantu WH-Questions WH-Questions merupakan bentuk kalimat tanya bahasa Inggris yang mempunyai struktur sintaksis yang berbeda dalam penggunaan kalimat tanya. Berikut ini merupakan definisi setiap WH-Questions yang juga meliputi penerapannya di dalam kalimat (Cyssco, 2005), Question Word: How How berarti bagaimana dan sebagai question word (kata ganti tanya) digunakan untuk menanyakan keadaan. Pertanyaan yang dimulai dengan how dijawab dengan adverb of manner (slowly, politely, well, fluently, dan lain-lain). How does she speak English? How did they treat you? She speaks English fluently They treated me politely How + much diikuti uncountable noun dan digunakan untuk menanyakan jumlah How much money do you have? How + many diikuti plural form (bentuk jamak), benda yang dapat dihitung digunakan untuk menanyakan jumlah

23 23 How many books do you have? How + adjective How long is this skirt? How long did you stay there? How long will you stay here? How long have they lived here? How long do you want to stay there? How do you do? How are you? How about having lunch together? Question Word: What What berarti apa dan sebagai kata ganti tanya (question word) digunakan untuk menanyakan objek kalimat. What are you reading? What do you buy in the morning? What did you watch last night? What will you do next week? What have you done today? I am reading a novel I buy a newspaper I watch television I will finish my report I have done all my works Untuk menanyakan sesuatu, what bisa diikuti oleh kata benda. What book do you want to buy? What flower does she like? What report is she doing?

24 24 What time will you come here? Question Word: When When berarti kapan dan sebagai question word (kata ganti tanya), digunakan untuk menanyakan waktu dalam present tense, past tense, atau future tense. Pertanyaan yang dimulai dengan when biasanya dijawab dengan keterangan waktu (adverb of time). When is your flight? When did you post the letter? When will your father go to America? When do you usually read a newspaper? At 5 o clock This morning Next week In the afternoon Question Word: Where Where berarti di mana/ ke mana dan sebagai question word (kata ganti tanya), digunakan untuk menanyakan tempat ( place). Pertanyaan yang dimulai dengan where biasa dijawab dengan kalimat lengkap, frasa, atau keterangan waktu saja. Where is your father? Where did you buy these apples? Where do you study English? Where will you spend your holidays? Where are you from? Where does the man from? He is in the office I bought them at the market I study English at school I will spend my holidays in Bali I am from England He is from Spain

25 Question Word: Why Why berarti mengapa dan sebagai questions word (kata ganti tanya) digunakan untuk menanyakan alasan. Pertanyaan yang menggunakan why biasanya dijawab dengan because. Why do you study English? Why does the baby cry? I study English because it is very important The baby cries because he is hungry Why did he make it? Why don t/ doesn t digunakan untuk menyarankan sesuatu Why don t you take an English course? Why doesn t call me if he needs any help? Why doesn t she come to see me in the office? Why/ why not bisa diikuti oleh bare infinitive Why wait for him? Why not wait for him? Question Word: Who(m) Who(m) berarti siapa dan sebagai question word (kata ganti tanya) who(m) digunakan untuk menanyakan objek kalimat, biasanya nama seseorang baik maskulin maupun feminin, singular atau plural. Fredy met Brenda. Who(m) di Fredy meet? - Brenda Tommy is speaking to Jane. Who(m) is Tommy speaking to? - Jane Who will you invite to come to your wedding party?

26 26 Who digunakan untuk menanyakan subjek kalimat dan langsung diikuti kata kerja. Jika dalam pertanyaan terdapat auxiliary, auxiliary digunakan sebagai jawabannya. Sedangkan kalau tidak terdapat auxiliary, do/ does/ did digunakan sebagai jawaban pertanyaan. Who is absent today? Who was late yesterday? Who can speak English? Who helps your mother? John is Bob was Linda can I do Interferensi Bahasa Definisi dari A Dictionary of Linguistics and Phonetics (Crystal, 2008:249) disebutkan bahwa Interference is a term used in Sociolinguistics and Foreign Language Learning to refer to the Errors a speaker introduces into one language as a result of contact with another language. It is also called negative transfer. The most common source of errors is in the process of learning a foreign language, where the native tongue interferes, but interference may occur in other contact situations. Masalah ini juga disebut language transfer dengan kutipan is the effect of a language learner s first language on their production of the language they are learning. The effect can be on any aspect of language: grammar, voccabulary, accent, spelling, etc. Istilah ini sering disebut dengan language transfer yang merujuk pada penutur atau penulis yang menerapkan pengetahuan bahasa aslinya pada bahasa kedua, dalam kaitan dengan pembelajaran dan pengajaran bahasa Inggris, tetapi hal ini bisa juga terjadi pada setiap situasi manakala seseorang tidak memiliki

27 27 kemampuan berbahasa selevel penutur asli, juga pada saat menerjemahkan ke bahasa kedua. Interlanguage is the linguistic system created by someone in the course of learning a foreign language, different from either the speaker s first language or the target language being acquired. It reflects the learner s evolving system of rules, and results from a variety of processes, including the influence of the first language ( transfer ), contrastive interference from the target language, and the overgeneralization of newly encountered rules (Crystal, 2008:249). Dari definisi yang telah diurai bisa dikatakan bahwa interferensi adalah penggunaan unsur-unsur yang ada pada bahasa sendiri pada waktu memakai bahasa lain, dalam hal ini pengaruh unsur bahasa Indonesia pada waktu menggunakan bahasa Inggris. Unsur-unsur bahasa Indonesia ada yang sama, tetapi ada juga yang tidak, maka penggunaan unsur yang tidak sama inilah menimbulkan kesalahan. Kesalahan seperti inilah disebut interferensi sebagai penyebabnya. Interferensi perlu dicatat bahwa bisa terjadi pada bahasa lisan maupun tulis. Abdulhayi (1985:8) mengacu pada pendapat Valdman (1966) merumuskan bahwa interferensi merupakan hambatan sebagai akibat adanya kebiasaan pemakai bahasa ibu (bahasa pertama) dalam penguasaan bahasa yang dipelajari (bahasa kedua). Sebagai konsekuensinya, terjadi transfer atau pemindahan unsur negatif dari bahasa ibu ke dalam bahasa sasaran. Pendapat lain mengenai interferensi dikemukakan oleh Alwasilah (1985:131) mengetengahkan pengertian interferensi berdasarkan rumusan Hartman dan Stonk, bahwa interferensi merupakan kekeliruan yang disebabkan oleh adanya kecenderungan membiasakan pengucapan (ujaran) suatu bahasa

28 28 terhadap bahasa lain mencakupi pengucapan satuan bunyi, tata bahasa dan kosakata. Suhendra Yusuf (1994:67) menyatakan bahwa faktor utama yang dapat menyebabkan interferensi antara lain perbedaan antara bahasa sumber dan bahasa sasaran. Perbedaan itu hanya dalam struktur bahasa, tetapi juga keragaman kosakata. Pengertian lain dikemukakan oleh Jendra (1995:187) yang menyatakan bahwa interferensi sebagai gejala penyusupan sistem suatu bahasa ke dalam bahasa lain. Interferensi timbul karena dwibahasawan menerapkan sistem satuan bunyi (fonem) bahasa pertama ke dalam sistem bunyi bahasa kedua sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan atau penyimpangan pada sistem fonemik bahasa penerima. Interferensi merupakan gejala perubahan terbesar, terpenting dan paling dominan dalam perkembangan bahasa. Dalam bahasa besar, yang kaya akan kosakata seperti bahasa Inggris dan Arab pun, dalam perkembangannnya tidak dapat terlepas dari interferensi, terutama untuk kosakata yang berkenaan dengan budaya dan alam lingkungan bahasa donor. Gejala interferensi dari bahasa yang satu kepada bahasa yang lain sulit untuk dihindari. Terjadinya gejala interferensi juga tidak lepas dari perilaku penutur bahasa penerima. Alwasilah (1985:131) mengetengahkan pengertian interferensi berdasarkan rumusan Hartman dan Stonk bahwa interferensi merupakan kekeliruan yang disebabkan oleh adanya kecenderungan membiasakan pengucapan (ujaran) suatu b ahasa terhadap bahasa lain mencakup pengucapan satuan bunyi, tata bahasa, dan kosakata. Sementara itu, Jendra (1991:109) mengemukakan bahwa interferensi meliputi berbagai aspek kebahasaan, bisa

29 29 menyerap dalam bidang tata bunyi (fonologi), tata bentukan kata (morfologi), tata kalimat (sintaksis), kosakata (leksikon), dan tata makna (semantik) (Suwito,1985:55). Interferensi, menurut Nababan (1984), merupakan kekeliruan yang terjadi sebagai akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau dialek kedua. Senada dengan itu, Chaer dan Agustina (1995: 168) mengemukakan bahwa interferensi adalah peristiwa penyimpangan norma dari salah satu bahasa atau lebih. Untuk memantapkan pemahaman mengenai pengertian interferensi, berikut ini diketengahkan pokok-pokok pikiran para ahli di bidang sosiolinguistik yang telah mendefinisikan peristiwa ini. Menurut pendapat Chaer (1998:159) interferensi pertama kali digunakan oleh Weinrich untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan oleh penutur yang bilingual. Interferensi mengacu pada adanya penyimpangan dalam menggunakan suatu bahasa dengan memasukkan sistem bahasa lain. Serpihan-serpihan klausa dari bahasa lain dalam suatu kalimat bahasa lain juga dapat dianggap sebagai peristiwa interferensi. Menurut Hartman dan Stonk dalam Chair (1998:160) interferensi terjadi sebagai akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau dialek kedua.

30 Pemerolehan Bahasa Dari wikipedia, pemerolehan bahasa (bahasa Inggris: language acquisition) adalah proses manusia mendapatkan kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi. Kapasitas ini melibatkan berbagai kemampuan seperti sintaksis, fonetik, dan kosakata yang luas. Bahasa yang diperoleh bisa berupa vokal seperti pada bahasa lisan atau manual seperti pada bahasa isyarat. Pemerolehan bahasa biasanya merujuk pada pemerolehan bahasa pertama yang mengkaji pemerolehan anak terhadap bahasa ibu mereka dan bukan pemerolehan bahasa kedua yang mengkaji pemerolehan bahasa tambahan oleh anak-anak atau orang dewasa. Pemerolehan bahasa kedua adalah pemerolehan bahasa selain bahasa pertama (bahasa ibu). Proses pemerolehan bahasa kedua dapat terjadi dengan bermacam cara, pada usia berapa saja, untuk berbagai tujuan dan pada tingkat kebahasaan tertentu. Terdapat dua macam tipe pemerolehan bahasa kedua, yaitu secara terpimpin dan secara alamiah. Pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin adalah pemerolehan oleh pembelajar melalui proses belajar-mengajar yang dipimpin oleh guru, sedangkan pemerolehan bahasa kedua secara alamiah berlangsung tanpa melalui proses belajar-mengajar di kelas, tanpa bantuan guru Kedwibahasaan Kedwibahasaan adalah seseorang yang menggunakan setidaknya dua bahasa dengan beberapa tingkat atau level penguasaan. Kedwibahasaan atau bilingual dalam kamus Oxford Advanced Learner s Dictionary (2010), able to

31 31 speak two languages equally well and using two languages; written in two languages. Kedwibahasaan mengacu pada kompetensi seseorang di bidang bahasa dan yang menguasai dua bahasa dengan baik secara lisan maupun tulis Karangan Sebuah definisi yang dikutip dari kamus Oxford Advanced Learner s Dictionary (2010), a group of pieces of writing, especially by a particular person or on a particular subject. Karangan merupakan suatu bentuk dari penulisan dan kegiatan mengarang ini biasanya dilakukan oleh orang-orang tertentu yang berdasarkan pada kesukaan dan bidang yang ingin disampaikan melalui sebuah tulisan yaitu karangan. Dan ada banyak jenis karangan yang salah satu di antaranya berupa dialog atau percakapan. 2.3 Landasan Teori Beberapa konsep yang relevan menjadi landasan untuk menjelaskan mengenai kebahasaan yang mengalami interferensi sehingga mempengaruhi komunikasi mahasiswa dalam bahasa Inggris tulis. Teori yang dimaksud adalah Analisis Kesalahan Kajian ini pada dasarnya bertumpu pada pendekatan analisis kesalahan, khususnya konsep interlanguage bersumber dari tulisan Larry Selinker (Richards, 1974:31). Menurut Selinker untuk menggambarkan faktor-faktor terjadinya interferensi, selain faktor bersifat kebahasaan juga perlu dipertimbangkan struktur

32 32 psikologis orang dewasa pada waktu ia berusaha memahami atau memproduksi kalimat bahasa kedua. Selain faktor psikologis, sebagai tambahan dari aspek kebahasaan, analisis kesalahan secara garis besarnya akan memuat deviasi penggunaan bahasa akibat dari: addition, penambahan item yang tidak perlu, alteration, penggantian item yang tidak seharusnya terjadi, deletion, pengurangan atau penghilangan item yang tidak sewajarnya dan redundant penggunaan yang berlebihan. Teori analisis kontrastif mencoba untuk memprediksi dan menerangkan kebiasaan pembelajar dengan mengacu pada persamaan dan perbedaan antara bahasa asli dan bahasa target dan dipandang dari sudut sistem ini. Teori ini juga menunjukkan suatu strategi bagi ilmu dalam pembelajaran bahasa. Dalam hal ini pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan analisis kontrastif yang mengacu pada analisis kesalahan, yaitu dua model bahasa yang berbeda dapat dijelaskan dengan fitur atau ciri tertentu dari bahasa berdasarkan struktur movement dalam sintaksis. Pada analisis kontrastif, secara tidak langsung membandingkan antara bahasa dan budaya. Pada konsep analisis kontrastif beranjak dari konsep yang dimiliki oleh linguistik kontrastif yang merupakan cabang linguistik terapan. Dalam hal ini cabang linguistik tersebut memakai batasan konsep, metodologi, dan hasil analisis linguistik murni yang digunakan dalam bermacam-macam kepentingan, misalnya untuk pendidikan bahasa, penerjemahan, atau leksikografi. Seorang tokoh yang bernama Whitfield (2005) mengatakan bahwa kemahiran berbahasa Inggris tidak menjamin kelancaran komunikasi antarbudaya

33 33 jika tidak dilengkapi dengan kemahiran berkomunikasi antarbudaya. Sesungguhnya, pola pada setiap bahasa mempunyai bentuk yang rumit dan pengajaran bahasa selalu dihadapkan pada masalah lingkup materi sebagaimana berikut ini, apa yang diajarkan dan bagaimana caranya? Dalam banyak kasus semacam itu, pertanyaannya adalah bagaimana belajar komunikasi antarbudaya. Pada hal seperti ini telah menggiring konsep linguistik kontrastif berubah menjadi analisis kontrastif. Berkembangnya linguistik kontrastif atau analisis kontrastif didukung dalam proses pertumbuhan linguistik selanjutnya. Objek untuk analisis kontrastif bahasa terhadap analisis struktur kalimat mengacu pada bilingualisme atau dwibahasa seperti pernyataan Walters (2005:4) dalam bukunya yang berjudul Bilingualism mengutip bahwa my focus on structural as well as functional aspects of bilingualism is an attempt to integrate methods and findings in a model of bilingual processing. Bilingualisme berfokus pada bahasa dan struktur yang digunakannya, tujuan utama dalam mempelajari berbagai macam masalah bilingualisme yaitu untuk menentukan properti tata bahasa internal dari bilingual. Dan secara spesifik berkaitan dengan kendala interferensi yang terjadi pada grammar Interferensi Interferensi seperti dikemukakan oleh Richards (1975:36) didefinisikan sebagai penggunaan unsur dari satu bahasa pada waktu menggunakan/ berbicara bahasa lain dan hal ini bisa ditemukan pada aspek bunyi, morfologi, sintaksis dan kosakata, seperti kutipan berikut ini

34 34 The problems happen is a matter of interference which may be defined as the use of elements from one language while using/ speaking another and may be found at the levels of pronunciation, morphology, syntax, and vocabulary. Dalam kaitan dengan komunikasi, pendapat David Crystal (1985:5) pantas dikemukakan, yakni bahwa belajar bahasa Inggris merupakan suatu proses pemerolehan kompetensi linguistik dan komunikasi, istilah akuisisi disini adalah tidak merujuk perkembangan bahasa pada anak tetapi digunakan dalam konteks pembelajaran bahasa asing. Seperti kutipan Learning English is an acquisition process of linguistic and communication competence. The term acquisition employed here does not refer to the growth of language in children but is used in the context of learning a foreign language. Menurut Bawa (1981: 8), ada tiga ciri pokok perilaku atau sikap bahasa. Ketiga ciri pokok sikap bahasa itu adalah (1) language loyality, yaitu sikap loyalitas/ kesetiaan terhadap bahasa, (2) language pride, yaitu sikap kebanggaan terhadap bahasa, dan (3) awareness of the norm, yaitu sikap sadar adanya norma bahasa. Jika wawasan terhadap ketiga ciri pokok atau sikap bahasa itu kurang sempurna dimiliki seseorang, berarti penutur bahasa itu bersikap kurang positif terhadap keberadaan bahasanya. Kecenderungan itu dapat dipandang sebagai latar belakang munculnya interferensi. Dari segi kemurnian bahasa, interferensi pada tingkat apa pun (fonologi, morfologi dan sintaksis) merupakan penyakit yang merusak bahasa, jadi perlu dihindari (Chaer dan Agustina (1998: 165). Jendra (1991:105) menyatakan bahwa dalam interferensi terdapat tiga unsur pokok, yaitu bahasa sumber atau bahasa donor, yaitu bahasa yang menyusup unsur-unsurnya atau sistemnya ke dalam bahasa lain; bahasa penerima

INTERFERENSI STRUKTUR WH-QUESTIONS PADA KARANGAN DIALOG MAHASISWA SEMESTER V DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG

INTERFERENSI STRUKTUR WH-QUESTIONS PADA KARANGAN DIALOG MAHASISWA SEMESTER V DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG INTERFERENSI STRUKTUR WH-QUESTIONS PADA KARANGAN DIALOG MAHASISWA SEMESTER V DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG Giovanni Irawan Universitas Kanjuruhan Malang Jl. S. Supriadi 48 Malang Ponsel +6281233066663

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat produktif dan dinamis. Selain itu perkembangan bahasa juga dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. bersifat produktif dan dinamis. Selain itu perkembangan bahasa juga dipengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa selalu mengalami perkembangan dan perubahan dalam kurun waktu tertentu. Perkembangan dan perubahan bahasa terjadi karena bahasa yang bersifat produktif dan dinamis.

Lebih terperinci

BAB VI KESALAHAN KESALAHAN SISWA DALAM MEMBUAT KALIMAT SEDERHANA

BAB VI KESALAHAN KESALAHAN SISWA DALAM MEMBUAT KALIMAT SEDERHANA 108 BAB VI KESALAHAN KESALAHAN SISWA DALAM MEMBUAT KALIMAT SEDERHANA 6.1 Kalimat Sederhana Siswa sekolah dasar dalam mempelajari bahasa Inggris selain mendengarkan, dan berbicara, siswa juga dituntut untuk

Lebih terperinci

I. MATERI : TENSES Tenses yaitu bentuk kata kerja Bahasa Inggris yang perubahannya berkaitan dengan waktu.

I. MATERI : TENSES Tenses yaitu bentuk kata kerja Bahasa Inggris yang perubahannya berkaitan dengan waktu. I. MATERI : TENSES Tenses yaitu bentuk kata kerja Bahasa Inggris yang perubahannya berkaitan dengan waktu. Misal: Verb 1 (infinitive), Verb 2, dan Verb 3. Contoh penggunaan tenses : 1. Saya belajar di

Lebih terperinci

INTERFERENSI BAHASA INDONESIA PADA WH- QUESTIONS KARANGAN DIALOG BAHASA INGGRIS MAHASISWA SEMESTER V SASTRA INGGRIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG

INTERFERENSI BAHASA INDONESIA PADA WH- QUESTIONS KARANGAN DIALOG BAHASA INGGRIS MAHASISWA SEMESTER V SASTRA INGGRIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG INTERFERENSI BAHASA INDONESIA PADA WH- QUESTIONS KARANGAN DIALOG BAHASA INGGRIS MAHASISWA SEMESTER V SASTRA INGGRIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG Tesis untuk memeroleh Gelar Magister pada Program Magister

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

Lebih terperinci

BAHASA INGGRIS PRESENT TENSE CHAPTER 1 CUT ITA ERLIANA,ST

BAHASA INGGRIS PRESENT TENSE CHAPTER 1 CUT ITA ERLIANA,ST BAHASA INGGRIS PRESENT TENSE CHAPTER 1 CUT ITA ERLIANA,ST 198111022008122002 DESCRIBING HABITS Topic : Daily Habits Last night i went to bed around 11.00. you know, i usually go to bed at 9.30 p.m. I do

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Esai merupakan karya tulis yang dibuat berdasarkan gagasan atau ide penulis.

BAB I PENDAHULUAN. Esai merupakan karya tulis yang dibuat berdasarkan gagasan atau ide penulis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Esai merupakan karya tulis yang dibuat berdasarkan gagasan atau ide penulis. Menulis esai dalam bahasa Inggris membutuhkan kemampuan dalam memilih kata dan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa sasaran, siswa sering menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa sasaran, siswa sering menghadapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa sasaran, siswa sering menghadapi kesulitan dan kesalahan. Hal itu terjadi akibat siswa tersebut masih menggunakan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Konsep dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiolinguistik

BAB II KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Konsep dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiolinguistik BAB II KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori Konsep dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiolinguistik dan teori tradisional. Teori sosiolinguistik yang digunakan adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, digunakan baik sebagai bahasa pengantar sehari-hari ataupun bahasa pengantar di lingkungan formal seperti bahasa pengantar sekolah,

Lebih terperinci

J.C. Sutoto Pradjarto

J.C. Sutoto Pradjarto INTERFERENSI GRAMATIKAL BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA INGGRIS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEMAMPUAN PRODUKTIF PEMBELAJAR BAHASA INGGRIS TINGKAT PEMULA J.C. Sutoto Pradjarto Program Studi Bahasa Inggris,

Lebih terperinci

Lesson 66: Indirect questions. Pelajaran 66: Pertanyaan Tidak Langsung

Lesson 66: Indirect questions. Pelajaran 66: Pertanyaan Tidak Langsung Lesson 66: Indirect questions Pelajaran 66: Pertanyaan Tidak Langsung Reading (Membaca) Could you tell me where she went? (Bisakah kamu beritahu aku kemana dia pergi?) Do you know how I can get to the

Lebih terperinci

PENGAJARAN NAHWU ANAKON. Oleh: Dr. Maman Abdurrahman, M. Ag

PENGAJARAN NAHWU ANAKON. Oleh: Dr. Maman Abdurrahman, M. Ag PENGAJARAN NAHWU ANAKON BERBASIS LESSON STUDY Oleh: Dr. Maman Abdurrahman, M. Ag Hakekat Analisis Kontrastif Aliran Linguistik Struktural berprinsip bahwa bahasa itu se-bagai suatu proses mekanis. bahasa

Lebih terperinci

THE MAP OF MUKO-MUKO DISTRICT

THE MAP OF MUKO-MUKO DISTRICT THE MAP OF MUKO-MUKO DISTRICT APPENDICES A. Questionnaires Form : Name (Nama) : Age (Usia) : Address (Alamat) : Job (Pekerjaan) : Tolong terjemahkan ke dalam Bahasa Muko-Muko! (Please translate to Muko-Muko

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi antar sesama, baik dalam kehidupan sehari-hari di keluarga maupun di lingkungan masyarakat tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan,

BAB I PENDAHULUAN. Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apa yang akan terjadi saat seseorang pertama kali belajar bahasa asing? Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan, ia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat pemakai bahasa membutuhkan satu

Lebih terperinci

Who are talking in the dialog? Bruce. Erick. Ericks sister. Bruce and Erick. E. Kunci Jawaban : D. Pembahasan Teks :

Who are talking in the dialog? Bruce. Erick. Ericks sister. Bruce and Erick. E. Kunci Jawaban : D. Pembahasan Teks : 1. SMP kelas 7 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 8LATIHAN SOAL CHAPTER 8 By the way, you are still going to look around, arent you? Who are talking in the dialog? Bruce Erick Ericks sister Bruce and Erick Kunci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari segi fonologi, gramatikal, dan semantik kemampuan seorang anak dalam memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa verbal/lisan atau berbicara. Manusia bisa berkomunikasi satu dengan lainnya dengan menggunakan bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

METODE TRADISIONAL BELAJAR BAHASA KEDUA

METODE TRADISIONAL BELAJAR BAHASA KEDUA METODE TRADISIONAL BELAJAR BAHASA KEDUA Bagaimana belajar bahasa kedua dilihat dari kemunculan metode yang dikategorikan sebagai metode tradisional? 7/19/11 Tadkiroatun Musfiroh 1 LIMA DIMENSI METODE BELAJAR

Lebih terperinci

Tips cara menjawab soal Bahasa Inggris Tertulis 2013

Tips cara menjawab soal Bahasa Inggris Tertulis 2013 Tips Cara Menjawab Test Tertulis Bahasa Inggris A. Membaca (Reading). 1. Menentukan gambaran umum (General Description). Jenis pertanyaannya adalah sebagai berikut: - What is the text about? - What does

Lebih terperinci

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang Oleh: Murliaty 1, Erizal Gani 2, Andria Catri Tamsin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEDWIBAHASAAN SISWA: IMPLEMENTASI STUDI KEBAHASAAN DI SEKOLAH DASAR. Gio Mohamad Johan 1 ABSTRAK

IDENTIFIKASI KEDWIBAHASAAN SISWA: IMPLEMENTASI STUDI KEBAHASAAN DI SEKOLAH DASAR. Gio Mohamad Johan 1 ABSTRAK IDENTIFIKASI KEDWIBAHASAAN SISWA: IMPLEMENTASI STUDI KEBAHASAAN DI SEKOLAH DASAR Gio Mohamad Johan 1 ABSTRAK Studi penelitian ini berupaya mengungkap fenomena kedwibahasaan yang terjadi pada siswa sekolah

Lebih terperinci

Lesson 32: Future tense expressed by. be going to, not going to. Pelajaran 32: Bentuk akan datang yang diungkapkan dengan be. going to, not going to

Lesson 32: Future tense expressed by. be going to, not going to. Pelajaran 32: Bentuk akan datang yang diungkapkan dengan be. going to, not going to Lesson 32: Future tense expressed by be going to, not going to be verb~ing, not + be verb~ing Pelajaran 32: Bentuk akan datang yang diungkapkan dengan be going to, not going to be verb~ing, not + be verb~ing

Lebih terperinci

Cabang Linguistik & Manfaat Linguistik Bagi Guru Bahasa. Pertemuan Ketiga-Munif 1

Cabang Linguistik & Manfaat Linguistik Bagi Guru Bahasa. Pertemuan Ketiga-Munif 1 Cabang Linguistik & Manfaat Linguistik Bagi Guru Bahasa Pertemuan Ketiga By Munif Pertemuan Ketiga-Munif 1 Cabang Linguistik Berdasarkan Pembidangannya Berdasarkan Sifat Telaahnya Beradasarkan Pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, menyatakan makna yang lengkap dan mengungkapkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, menyatakan makna yang lengkap dan mengungkapkan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat adalah gabungan dari beberapa kata yang dapat berdiri sendiri, menyatakan makna yang lengkap dan mengungkapkan suatu maksud dari pembicara. Secara tertulis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian serta kegunaan penelitian yang masing-masing peneliti bahas pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan. Akan tetapi penelitian tentang interferensi bahasa telah banyak dilakukan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan. Akan tetapi penelitian tentang interferensi bahasa telah banyak dilakukan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Kajian tentang penggunaan bahasa Suwawa khususnya di lingkungan masyarakat Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone Bolango belum pernah dilakukan. Akan tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran. Berdasarkan Undang - Undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 Bab I, bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran. Berdasarkan Undang - Undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 Bab I, bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menghadapi era globalisasi, bangsa yang memiliki kemampuan bersaing akan memperoleh keuntungan dan tidak akan tersingkir dari arena persaingan. Bangsa yang tidak

Lebih terperinci

METODE PENGAJARAN BAHASA BERBASIS KOMPETENSI

METODE PENGAJARAN BAHASA BERBASIS KOMPETENSI METODE PENGAJARAN BAHASA BERBASIS KOMPETENSI Berlin Sibarani Universitas Negeri Medan Abstract This paper discusses the concepts of competency based language teaching. The focus of the discussion is mainly

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian keadaan kelompok

Lebih terperinci

ERROR ANALYSIS ON THE ARGUMENTATIVE ESSAYS WRITTEN BY THE FOURTH SEMESTER STUDENTS OF STUDY PROGRAM OF ENGLISH THESIS

ERROR ANALYSIS ON THE ARGUMENTATIVE ESSAYS WRITTEN BY THE FOURTH SEMESTER STUDENTS OF STUDY PROGRAM OF ENGLISH THESIS ERROR ANALYSIS ON THE ARGUMENTATIVE ESSAYS WRITTEN BY THE FOURTH SEMESTER STUDENTS OF STUDY PROGRAM OF ENGLISH THESISS BY MAULIDA CAHYANING YUWANTI NIM. 0911110057 STUDY PROGRAM OF ENGLISH DEPARTMENT OF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi manusia yang paling hebat dan paling menakjubkan. Itulah sebabnya masalah ini mendapat perhatian besar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam lisan maupun tulisan. Tanpa bahasa, seseorang tidak dapat berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki status sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang kebanggaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata.

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi berupa sistem lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata. Kumpulan kata mempunyai

Lebih terperinci

SIMPLE PRESENT TENSE. Keterangan waktu yang dapat digunakan dalam Simple Present Tense adalah: No Keterangan Waktu Arti

SIMPLE PRESENT TENSE. Keterangan waktu yang dapat digunakan dalam Simple Present Tense adalah: No Keterangan Waktu Arti SIMPLE PRESENT TENSE Simple Present Tense adalah bentuk waktu yang digunakan untuk menyatakan suatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung atau terjadi pada waktu sekarang dalam bentuk sederhana, atau

Lebih terperinci

Lesson 33: Interrogative forms of be going to, be + verb~ing for expressing near future

Lesson 33: Interrogative forms of be going to, be + verb~ing for expressing near future Lesson 33: Interrogative forms of be going to, be + verb~ing for expressing near future Pelajaran 33: Bentuk Kata Tanya "be going to, be verb ~ ing" untuk Mengekspresikan Waktu yang Akan Segera Datang

Lebih terperinci

TAG QUESTION. Tag Question merupakan bentuk pertanyaan berekor yang fungsinya untuk mempertegas suatu pertanyaan.

TAG QUESTION. Tag Question merupakan bentuk pertanyaan berekor yang fungsinya untuk mempertegas suatu pertanyaan. TAG QUESTION Tag Question merupakan bentuk pertanyaan berekor yang fungsinya untuk mempertegas suatu pertanyaan. Syarat utama dalam membuat question tag adalah: Apabila kalimat utamanya / pernyataannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena interferensi bahasa sangat lumrah terjadi pada masyarakat yang menggunakan dua bahasa atau yang juga disebut dwibahasa. Fenomena tersebut dalam sosiolinguistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik melalui lisan maupun tulisan. Salah satu bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris. Bahasa

Lebih terperinci

Lesson 70: Questions. Pelajaran 70: Pertanyaan

Lesson 70: Questions. Pelajaran 70: Pertanyaan Lesson 70: Questions Pelajaran 70: Pertanyaan Reading (Membaca) Is your job easy? (Apakah pekerjaanmu mudah?) Has he finished eating? (Apakah dia sudah selesai makan?) Will it keep raining? (Akankah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa merupakan periode seorang individu memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa merupakan periode seorang individu memperoleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerolehan bahasa merupakan periode seorang individu memperoleh bahasa atau kosakata baru. Periode tersebut terjadi sepanjang masa. Permulaan pemerolehan bahasa terjadi

Lebih terperinci

Apa yang Dipelajari oleh Ilmu Bahasa (linguistik)? (Bahan Kuliah Sosiolinguistik)

Apa yang Dipelajari oleh Ilmu Bahasa (linguistik)? (Bahan Kuliah Sosiolinguistik) Bahasa dipelajari atau dikaji oleh disiplin ilmu yang disebut linguistik atau ilmu bahasa. Seperti halnya disiplin-displin yang lain, linguistik juga memiliki tiga pilar penyangga, yakni ontologi, epistemologi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Dalam bab ini dijelaskan mengenai kajian pustaka, konsep, dan landasan teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Dalam bab ini dijelaskan mengenai kajian pustaka, konsep, dan landasan teori 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Pendekatan yang dipakai dalam kajian ini adalah pendekatan sosiolinguistik. Dalam bab ini dijelaskan mengenai kajian pustaka, konsep, dan landasan teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Resti Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Resti Handayani, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama sekolah. Kegiatan belajar mengajar hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan halhal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi tersebut, manusia memerlukan

Lebih terperinci

Lesson 31: Interrogative form of Will. Pelajaran 31: Kalimat Tanya untuk Bentuk Akan

Lesson 31: Interrogative form of Will. Pelajaran 31: Kalimat Tanya untuk Bentuk Akan Lesson 31: Interrogative form of Will Pelajaran 31: Kalimat Tanya untuk Bentuk Akan Reading (Membaca) Will it be sunny tomorrow? ( Apakah akan cerah besok?) Will you lend her the car? (Apakah kamu akan

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 9LATIHAN SOAL CHAPTER 9

SMP kelas 7 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 9LATIHAN SOAL CHAPTER 9 SMP kelas 7 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 9LATIHAN SOAL CHAPTER 9 1. Gregy : What time do you go to bed every night? Isna : I usually go to bed at...(09.30) Nine oclock A half past nine A half past ten A half

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa selalu mengalami perubahan dan perkembangan.perkembangan dan perubahan itu terjadi karena adanya perubahan sosial, ekonomi, dan budaya.perkembangan bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan merupakan upaya untuk mengganti teks bahasa sumber ke dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan penerjemahan as changing

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berisi beberapa hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sangat penting, yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Di samping bahasa Indonesia, terdapat juga bahasa daerah

Lebih terperinci

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD DOREMI EXCELLENT SCHOOL. oleh: Ni Made Yethi suneli

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD DOREMI EXCELLENT SCHOOL. oleh: Ni Made Yethi suneli ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD DOREMI EXCELLENT SCHOOL oleh: Ni Made Yethi suneli Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis

Lebih terperinci

APPENDICES. Appendix A. Data 1 (Student A)

APPENDICES. Appendix A. Data 1 (Student A) APPENDICES Appendix A Data 1 (Student A) 48 No Sentence 1. *There so many place they can visiting. *There so many place they can visiting. Tidak mengerti struktur yang sebenarnya, mengira bahwa are atau

Lebih terperinci

Marilah kita lihat contoh berikut :

Marilah kita lihat contoh berikut : Sekarang kita menginjak ke tahapan penting kedua pelajaran kita. Dalam pelajaran IV ini, kita akan mempelajari pengungkapan kalimat yang TIDAK menggunakan AKAN, SUDAH, SEDANG. Kalimat yang kita buat disini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Wijana, 2009:1). Bahasa lisan atau ujaran yang dikirimkan secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. (Wijana, 2009:1). Bahasa lisan atau ujaran yang dikirimkan secara lisan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi verbal manusia berwujud ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia atau tulisan sebagai representasi ujaran tersebut (Wijana,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penulis mengambil beberapa jurnal, skripsi, disertasi dan bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan analisis kontrastif, adverbial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengantar Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah menjadi suatu wilayah yang kompleks masyarakatnya. Keadaan ini terjadi karena sekarang semakin

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Linguistik merupakan ilmu bahasa yang di perlukan sebagai dasar untuk meneliti

Bab 1. Pendahuluan. Linguistik merupakan ilmu bahasa yang di perlukan sebagai dasar untuk meneliti Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Linguistik merupakan ilmu bahasa yang di perlukan sebagai dasar untuk meneliti suatu bahasa. Ilmu linguistik terdapat dalam semua bahasa. Dalam The New Oxford Dictionary

Lebih terperinci

fonologi morfologi linguistik sintaksis semantik

fonologi morfologi linguistik sintaksis semantik Linguistik Terapan Objek kajian linguistik terapan tidak lain adalah, yakni manusia yang berfungsi sebagai sistem komunikasi yang menggunakan ujaran sebagai medianya; keseharian manusia, yang dipakai sehari-hari

Lebih terperinci

Journal Polingua Scientific Journal of Linguistic, Literature and Education

Journal Polingua Scientific Journal of Linguistic, Literature and Education ISSN : 2252-4797 Volume 2 No. 2 - Tahun 2013 Journal Polingua Scientific Journal of Linguistic, Literature and Education Pemerolehan bahasa kanak-kanak akibat pengaruh film kartun (suatu tinjauan psikolinguistik)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedudukan bahasa Indonesia saat ini semakin mantap sebagai wahana komunikasi, baik dalam hubungan sosial maupun dalam hubungan formal. Pemakaian bahasa Indonesia mulai

Lebih terperinci

Lesson 21: Who. Pelajaran 21: Siapa

Lesson 21: Who. Pelajaran 21: Siapa Lesson 21: Who Pelajaran 21: Siapa Reading (Membaca) Who are your friends? (Siapa temanmu?) Who is your new boss? (Siapa bos barumu?) Who is your English teacher? (Siapa guru Bahasa Inggrismu?) Who was

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN LISTENING COMPREHENSION MELALUI STRATEGI TOP-DOWN DAN BOTTOM-UP

PENINGKATAN KEMAMPUAN LISTENING COMPREHENSION MELALUI STRATEGI TOP-DOWN DAN BOTTOM-UP JURNAL PEDAGOGIA ISSN 2089-3833 Volume. 5, No. 2, Agustus 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN LISTENING COMPREHENSION MELALUI STRATEGI TOP-DOWN DAN BOTTOM-UP PENDAHULUAN Di Indonesia mata pelajaran Bahasa Inggris

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga 2.1 Kepustakaan yang Relevan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penulisan suatu karya ilmiah merupakan suatu rangkaian yang semuanya selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga penulis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tenses yang tepat. Kesulitan ini mungkin disebabkan adanya fakta bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. tenses yang tepat. Kesulitan ini mungkin disebabkan adanya fakta bahwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seringkali kita dihadapkan pada pilihan-pilihan yang sulit ketika mempelajari suatu bahasa, dalam konteks ini bahasa Inggris. Kita pun sering kesulitan dalam memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, baik secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, baik secara sosial, budaya, maupun linguistik. Berdasarkan aspek linguistik, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah pemerolehan bahasa kedua (PB2) (Second Language Acquisition)

BAB I PENDAHULUAN. Istilah pemerolehan bahasa kedua (PB2) (Second Language Acquisition) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah pemerolehan bahasa kedua (PB2) (Second Language Acquisition) mengacu pada proses pemerolehan bahasa ke dua, baik oleh orang muda maupun tua. Proses tersebut

Lebih terperinci

Lesson 20: Where, When. Pelajaran 20: Dimana, Kapan

Lesson 20: Where, When. Pelajaran 20: Dimana, Kapan Lesson 20: Where, When Pelajaran 20: Dimana, Kapan Reading (Membaca) Where is the City Hall? (Dimana City Hall?) Where are you now? (Dimana kamu sekarang?) Where is he working? (Dimana dia bekerja?) Where

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. haruslah digunakan ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi. Tetapi

BAB 1 PENDAHULUAN. haruslah digunakan ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi. Tetapi BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Berbahasa yang baik dan benar seperti dianjurkan pemerintah bukanlah berarti harus selalu menggunakan bahasa baku atau resmi dalam setiap kesempatan, waktu dan tempat

Lebih terperinci

Teori tindak tutur pertama kali disampaikan oleh John L.Austin (Inggris) pada tahun 1955 di Univer.Harvad, yang kemudian diterbitkan dengan judul How

Teori tindak tutur pertama kali disampaikan oleh John L.Austin (Inggris) pada tahun 1955 di Univer.Harvad, yang kemudian diterbitkan dengan judul How Teori tindak tutur pertama kali disampaikan oleh John L.Austin (Inggris) pada tahun 1955 di Univer.Harvad, yang kemudian diterbitkan dengan judul How to do things with word pada tahun 1965. Austin (1962)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

Mari Membaca. Ika Lestari Damayanti

Mari Membaca. Ika Lestari Damayanti Mari Membaca Ika Lestari Damayanti Brainstorming To get information from written sources To entertain yourself To meet someone s needs An activity which involves eyes, cognitive aspects, MEMBEDAKAN HURUF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media massa baik elektronik maupun cetak seperti novel, tabloid, koran, artikel,

BAB I PENDAHULUAN. media massa baik elektronik maupun cetak seperti novel, tabloid, koran, artikel, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini sering kali kita temukan banyak informasi yang dituliskan di berbagai media massa baik elektronik maupun cetak seperti novel, tabloid, koran, artikel,

Lebih terperinci

Bahasa sebagai Sistem. Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Dosen Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif

Bahasa sebagai Sistem. Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Dosen Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif Bahasa sebagai Sistem Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Dosen Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif Bahasa sebagai sebuah sistem Bahasa terdiri atas unsur-unsur yang tersusun secara teratur. Unsur-unsur

Lebih terperinci

INTERFERENSI BAHASA INDONESIA DALAM PEMAKAIAN BAHASA INGGRIS PADA WACANA TULIS SISWA

INTERFERENSI BAHASA INDONESIA DALAM PEMAKAIAN BAHASA INGGRIS PADA WACANA TULIS SISWA Interferensi Bahasa Indonesia dalam Pemakaian Bahasa (Lilik Uzlifatul Jannah) 81 INTERFERENSI BAHASA INDONESIA DALAM PEMAKAIAN BAHASA INGGRIS PADA WACANA TULIS SISWA Lilik Uzlifatul Jannah Alumni Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada dua faktor utama yang menyebabkan terjadinya kesulitan-kesulitan pada pembelajar BIPA. Faktor pertama adalah ciri khas bahasa sasaran. Walaupun bahasabahasa di

Lebih terperinci

Lesson 07: Verb + Not, Verb +? Pelajaran 07: Kata kerja + Tidak, kata kerja + "?"

Lesson 07: Verb + Not, Verb +? Pelajaran 07: Kata kerja + Tidak, kata kerja + ? Lesson 07: Verb + Not, Verb +? Pelajaran 07: Kata kerja + Tidak, kata kerja + "?" Reading (Membaca) I do not run. (Saya tidak berlari.) We do not go to the park. (Kami tidak pergi ke taman.) You do not

Lebih terperinci

Lesson 21: Who. Pelajaran 21: Siapa

Lesson 21: Who. Pelajaran 21: Siapa Lesson 21: Who Pelajaran 21: Siapa Reading (Membaca) Who are your friends? (Siapa temanmu?) Who is your new boss? (Siapa bos barumu?) Who is your English teacher? (Siapa guru Bahasa Inggrismu?) Who was

Lebih terperinci

MODULE 1 GRADE XI VARIATION OF EXPRESSIONS

MODULE 1 GRADE XI VARIATION OF EXPRESSIONS MODULE 1 GRADE XI VARIATION OF EXPRESSIONS Compiled by: Theresia Riya Vernalita H., S.Pd. Kompetensi Dasar 3.1 Menganalisis fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan pada ungkapan memberi saran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering didengar dan diketahui fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerolehan bahasa atau akuisisi adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.

Lebih terperinci

URUTAN PEMEROLEHAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH DASAR NURHAYATI FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA

URUTAN PEMEROLEHAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH DASAR NURHAYATI FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA URUTAN PEMEROLEHAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH DASAR NURHAYATI FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA. PENDAHULUAN bahasa adalah salah satu cara manusia untuk dapat menguasai dan menggunakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa Inggris sebagai salah satu media yang mutlak kebutuhannya. Tanpa kemampuan berbahasa Inggris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa mengalami perubahan signifikan seiring dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Banyaknya

Lebih terperinci

E VA D A E L U M M A H K H O I R, M. A B. P E R T E M U A N 2 A N A

E VA D A E L U M M A H K H O I R, M. A B. P E R T E M U A N 2 A N A HANDLING TAMU E VA D A E L U M M A H K H O I R, M. A B. P E R T E M U A N 2 A N A CARA PENERIMAAN TAMU Menanyakan nama dan keperluan (RESEPSIONIS) Good Morning. What can I do for you? Good morning, can

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 7LATIHAN SOAL CHAPTER 7

SMP kelas 8 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 7LATIHAN SOAL CHAPTER 7 SMP kelas 8 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 7LATIHAN SOAL CHAPTER 7 1. Grandpas Birthday What is the topic of the text? Birthday party Birthday cake Happy birthday Grandpas birthday Kunci Jawaban : D Bacaan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Joseph Priestley ( ): Language is a method of conveying our ideas

BAB I PENDAHULUAN. oleh Joseph Priestley ( ): Language is a method of conveying our ideas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki fungsi sebagai alat atau sarana untuk menyampaikan pesan berupa informasi, ide atau gagasan yang kita miliki kepada orang lain sebagai bagian dari proses

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) MATA KULIAH: BAHASA INGGRIS UNTUK MANAJEMEN I (*) PROGRAM STUDI: S1/ MANAJEMEN 2015 (*)MKK 3021- Bahasa Inggris untuk Manajemen I (Bahasa Inggris untuk Ekonomi)-Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan sarana perumusan maksud, melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan sesama manusia,.mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hendra Setiawan, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hendra Setiawan, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis karya ilmiah merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa. Hampir semua mata kuliah memberikan tugas besar berupa karya ilmiah, seperti

Lebih terperinci

ANALISIS INTERFERENSI BAHASA BATAK TOBA PEMANDU WISATA DESA SIALLAGAN TOBA SAMOSIR

ANALISIS INTERFERENSI BAHASA BATAK TOBA PEMANDU WISATA DESA SIALLAGAN TOBA SAMOSIR ANALISIS INTERFERENSI BAHASA BATAK TOBA PEMANDU WISATA DESA SIALLAGAN TOBA SAMOSIR Fitriani Lubis Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Bahasa Batak Toba merupakan salah satu bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Bahasa juga merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari dan menjadi jembatan dalam bersosialisasi dengan manusia

Lebih terperinci

Lesson 53 : Passive Interrogative Form of Passive Voice

Lesson 53 : Passive Interrogative Form of Passive Voice Entry Grammar Lesson 52 Lesson 53 : Passive Interrogative Form of Passive Voice Pelajaran 53 : Bentuk Pasif Interogatif dari Bunyi Pasif Reading (Membaca) Is that letter written by him? (Apakah surat itu

Lebih terperinci

INTERFERENSI SINTAKSIS BAHASA KATINGAN TERHADAP BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 1 KATINGAN TENGAH KABUPATEN KATINGAN KALIMANTAN TENGAH

INTERFERENSI SINTAKSIS BAHASA KATINGAN TERHADAP BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 1 KATINGAN TENGAH KABUPATEN KATINGAN KALIMANTAN TENGAH p-issn: 2088-6991 Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan) e-issn: 2548-8376 Desember 2017 INTERFERENSI SINTAKSIS BAHASA KATINGAN TERHADAP BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 1 KATINGAN TENGAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci