PERILAKU TENTANG PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI SERTA KELUHAN KESEHATAN PETUGAS PENYAPU JALAN DI KECAMATAN MEDAN AMPLAS, KOTA MEDAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERILAKU TENTANG PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI SERTA KELUHAN KESEHATAN PETUGAS PENYAPU JALAN DI KECAMATAN MEDAN AMPLAS, KOTA MEDAN"

Transkripsi

1 HASSIILL PPEENEELLIITTIIAN PERILAKU TENTANG PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI SERTA KELUHAN KESEHATAN PETUGAS PENYAPU JALAN DI KECAMATAN MEDAN AMPLAS, KOTA MEDAN Departemen Kesehatan Lingkungan FKM USU Jl. Universitas No.21 Kampus USU Medan, ABSTRACT The waste management in Medan is organized by Dinas Kebersihan. The carrying out of waste management doing by Melati daily workers who have the duty as street sweeper. All of them are women. While they are sweeping the street directly and indirectly, the workers will be exposed to the pollutant materials from vehicles and street sweeping dust. This research were aimed to know the knowledge, attitude and practice of the use of personal protection equipment and the workers health disorder. The sample of this descriptive research were street sweepers who gets a task in Kelurahan Sitirejo I, II, and III. The result showed that the low level of education workers were low in rank. Meanwhile, the workers had good attitude about using personal protection equipments. They didn t use personal protection because it wasn t available. Also, they had no money to buy them. I suggested that the workers be facilitated with personal protection equipments. Also, they need to have an health extension frequently in order to increase their knowledge, attitude, and practice about health. Keywords: Using personal protection equipment, Street sweeper PENDAHULUAN Limbah padat atau sampah padat merupakan salah satu bentuk limbah yang terdapat di lingkungan. Sampah padat yang tidak dikelola sebagaimana mestinya dapat menyebabkan masalah lingkungan dan kesehatan pada masyarakat. Masalah pengelolaan sampah padat menjadi suatu hal yang sangat penting untuk diselesaikan. Pengelolaan sampah di kota-kota besar termasuk kota Medan dilaksanakan oleh dinas kebersihan yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan umum kebersihan kota yang meliputi kegiatan-kegiatan berupa penyapuan jalan-jalan protokol, pengumpulan sampah, pengangkutan sampah, pemusnahan sampah dan pengelolaan tempat pembuangan akhir sampah serta pemungutan retribusi. Dalam pelaksanaan pengelolaan sampah jumlah tenaga kerja yang ada di Dinas Kebersihan Kota Medan sebanyak 1815 orang yang terdiri dari 1756 orang tenaga harian lepas (96,75%) dan 59 orang pegawai negeri sipil (3,25%). Di antara 1756 orang tenaga harian lepas terdapat 382 orang tenaga harian lepas melati yang bertugas sebagai penyapu jalan protokol yang semuanya adalah pekerja wanita. Penyapuan dilakukan pada badan jalan, trotoar dan pada jalan protokol dan jalan penghubung dengan frekuensi penyapuan tiga shift yaitu shift I (Pukul WIB), shift II (Pukul WIB) dan shift III (Pukul WIB). Setiap penyapu jalan ini membersihkan jalan sepanjang 2500 meter per hari pada sisi kanan dan kiri jalan (Dinas Kebersihan Kota Medan, 2005). Jika dilihat dari beban tugas yang dilaksanakan oleh petugas penyapu jalan baik dari waktu dan luas wilayah kerja, hal ini merupakan tugas yang berat dan mempunyai risiko yang tinggi. Dalam melakukan penyapuan jalan secara langsung maupun tidak 167

2 langsung para petugas akan terpapar oleh bahan-bahan polutan yang terdapat di jalan raya baik yang berasal dari kendaraan bermotor maupun dari debu penyapuan jalan, apalagi berdasarkan hasil pengamatan penulis sebagian besar petugas dalam bekerja tidak dilengkapi dengan alat pelindung diri yang disediakan oleh dinas kebersihan maupun oleh pekerja itu sendiri. Kota Medan, pada peringatan hari lingkungan hidup sedunia tanggal 6 Juni 2005 memperoleh penghargaan piala Adipura oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono sebagai kota terindah dan terbersih. Keberhasilan Kota Medan dalam memperoleh penghargaan ini tidak terlepas dari peran serta masyarakat dalam membangun dan memelihara taman-taman kota. Di samping itu yang paling berperan dalam keberhasilan ini adalah petugas kebersihan kota. Petugas kebersihan seperti penyapu jalan merupakan ujung tombak dalam kebersihan kota. Tanpa peran serta petugas penyapu jalan mustahil Medan mendapat Adipura. Berdasarkan hasil pengukuran dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2005, didapati hasil analisis sampel udara ambient, rata-rata kadar Pb di Kota Medan adalah 3,5 μ g/nm 3, sedangkan baku mutu kadar Pb di udara adalah 2,0 μ g/nm 3. Hal ini menunjukkan bahwa kadar Pb di udara Kota Medan telah melewati nilai ambang batas. Bahan pencemar yang ada di udara ini akan masuk ke dalam tubuh petugas kebersihan apabila dalam melaksanakan tugasnya tidak dilengkapi dengan alat pelindung diri. Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan dapat berupa gangguan penglihatan, kulit dan dapat juga gangguan fungsi paru-paru. Ada beberapa logam yang terkandung dalam udara yang tercemar, di antaranya ada 4 jenis logam berat yang berbahaya bagi kesehatan yaitu timah hitam (Pb), cadmium (Cd), nikel (Ni) dan merkuri (Hg). Umumnya partikel logam tersebut dalam kadar yang cukup tinggi akan mengganggu saluran pernafasan, menyebabkan penyakit paru-paru dan kanker paru-paru, serta radang otak (Palar, 1997). Berdasarkan hal- hal di atas maka perlu diketahui perilaku tentang pemakaian alat pelindung diri serta keluhan kesehatan petugas penyapu jalan. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan bertujuan: 1. Untuk mengetahui karakteristik petugas penyapu jalan. 2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang pemakaian alat pelindung diri petugas penyapu jalan. 3. Untuk mengetahui sikap tentang pemakaian alat pelindung diri petugas penyapu jalan. 4. Untuk mengetahui tindakan tentang pemakaian alat pelindung diri petugas penyapu jalan. 5. Untuk mengetahui keluhan kesehatan petugas penyapu jalan. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan bahan masukan bagi pihak yang terkait dalam upaya pencegahan, pengurangan dan penanggulangan pencemaran udara dan sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi dinas kebersihan. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk jenis penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan sampel adalah total populasi sebanyak 35 orang yaitu seluruh petugas penyapu jalan yang menjalankan tugasnya sepanjang hari di jalan raya di Kelurahan Sitirejo I, II, dan III Kecamatan Medan Amplas yang bertugas pada shift I, II, dan III. Alasan pemilihan adalah karena lokasi ini merupakan wilayah kerja Dinas Kebersihan Kota Medan yang merupakan jalan lintas Medan-Jakarta, dekat dengan pasar dan padat penduduknya. Waktu penelitian dilakukan selama lebih kurang 4 bulan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data diperoleh dari hasil jawaban petugas penyapu jalan. Selain itu data juga diperoleh dari Dinas Kebersihan Kota Medan, Kantor Dinas Kesehatan dan instansi resmi lainnya. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. 168

3 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kota Medan Kota Medan merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang merupakan ibukota propinsi Sumatera Utara. Secara geografis Kota Medan terletak antara Lintang Utara dan Bujur Timur dengan ketinggian 2,5 m di atas permukaan laut di bagian Utara dan 37,5 m di atas permukaan laut pada bagian Selatan. Kota Medan berbatasan dengan sebelah Utara, Selatan, Barat, dan Timur Kabupaten Deli Serdang. Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut stasiun Polonia berkisar antara 22,5 o C-23,9 o C dan suhu maksimum berkisar antara 30,8 o C-33,7 o C serta menurut stasiun Sampali suhu minimum berkisar antara 23,4 o C-24,1 o C dan suhu maksimum berkisar antara 30,9 o C- 33,8 o C. Kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata berkisar antara 84-85%, kecepatan angin rata-rata sebesar 0,48 m/sec sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 112,2 mm. Hari hujan di Medan rata-rata per bulan 16 hari dengan rata-rata curah hujan menurut stasiun Sampali per bulannya 120,9 mm pada stasiun Polonia per bulannya 169,6 mm. Kota Medan merupakan salah satu dari 19 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km 2. Administrasi pemerintahan Kota Medan, yang dipimpin oleh seorang walikota pada saat ini terdiri dari 21 kecamatan dengan 151 kelurahan yang terbagi dalam 1897 lingkungan. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Medan (2005) diperoleh data 10 penyakit terbesar di Kota Medan, seperti yang tertera pada Tabel 1. Organisasi pelaksana pengelola sampah secara keseluruhan di Kota Medan merupakan tanggung jawab dari Dinas Kebersihan Kota Medan sedangkan unit seperti pasar merupakan tanggung jawab dari dinas pasar. Dinas Kebersihan Kota Medan adalah unsur pelaksana teknis pemerintah Kota Medan dalam pengelolaan kebersihan yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada walikota melalui sekretaris daerah kota, sebagaimana yang telah ditetapkan dengan Perda Kota Medan Nomor 4 Tahun Tugas pokok Dinas Kebersihan Kota Medan adalah melaksanakan sebagian urusan rumah tangga dalam bidang kebersihan dan melaksanakan tugas-tugas pembantu lainnya yang sesuai dengan bidang tugasnya. Tabel 1. Data sepuluh penyakit terbesar di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2005 No Nama Penyakit 1 Infeksi akut lain pada saluran pernafasan ,3 2 Penyakit lain pada ,0 saluran pernafasan atas 3 Hipertensi ,4 4 Penyakit pada sistem ,6 otot dan jaringan pengikat 5 Penyakit kulit infeksi ,2 6 Tosilitas ,6 7 Diare ,4 8 Penyakit kulit alergi ,8 9 Gingivitas dan ,6 penyakit periodontal 10 Penyakit kulit karena jamur ,2 Sumber: Kantor Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2005 Dalam mengoptimalkan jalannya roda organisasi Dinas Kebersihan Kota Medan sehari-hari, kepala dinas dibantu 2 (dua) unsur staf dan teknis antara lain, bidang administrasi yang dikepalai oleh seorang kepala bagian tata usaha dan membawahi 4 subbagian yang dikepalai masing-masing oleh kepala subbagian. ketenagaan yang ada di Dinas Kebersihan Kota Medan sebanyak 1815 orang yang terdiri dari 1756 orang tenaga harian lepas (96,75%) dan 59 orang pegawai negeri sipil (3,25%). Di antara 1756 orang tenaga harian lepas terdapat 382 orang tenaga harian lepas melati yang bertugas sebagai penyapu jalan protokol yang semuanya adalah pekerja wanita (Dinas Kebersihan, 2005). Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan kelompok umur No. Umur Responden (tahun) , , , Karakteristik Petugas Penyapu jalan Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar petugas penyapu jalan Dinas Kebersihan Kota Medan pada kelompok 169

4 umur tahun (45,72%). Semua responden berjenis kelamin perempuan. Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan No. Tingkat Pendidikan 1 Tidak Tamat SD 10 28,57 2 SD 20 57,14 3 SLTP 4 11,43 4 SLTA 1 2, Pada Tabel 3, sebagian besar petugas penyapu jalan berpendidikan SD (57,14%), namun ditemukan juga petugas yang berpendidikan SLTA sebanyak 1 orang (2,86%). Petugas penyapu jalan Dinas Kebersihan Kota Medan pada umumnya telah bekerja selama lebih dari 2 tahun yaitu 32 orang (91,42%) dan hanya 1 orang yang bekerja selama < 1 tahun (2,86%) (Tabel 4). jam kerja petugas penyapu jalan rata-rata 4-8 jam dalam sehari (100%). Mereka bekerja pada pagi ( WIB), siang ( WIB) dan sore hari ( WIB). Hanya 18 orang (51,43%) petugas yang bekerja hanya pada shift I atau pagi saja. Selebihnya 9 orang (25,71%) bekerja pada pagi dan siang hari dan 8 orang (22,86%) bekerja pada pagi dan sore hari (Tabel 5). Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan lama bekerja sebagai petugas penyapu jalan No. Lama Bekerja 1 < 1 tahun 1 2, tahun 2 5,72 3 > 2 tahun 32 91, Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan waktu melaksanakan penyapuan jalan No. Waktu Menyapu Jalan 1 Pagi 18 51,43 2 Pagi dan Siang 9 25,71 3 Pagi dan Sore 8 22, Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan penyuluhan kesehatan yang diterima No. Penyuluhan Kesehatan 1 Pernah 10 28,57 2 Tidak Pernah 25 71, Berdasarkan Tabel 6, sebahagian besar responden (71,43%) menyatakan tidak pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan tentang cara melindungi diri terhadap pemaparan debu sewaktu melaksanakan penyapuan jalan, sedangkan selebihnya menyatakan pernah mendapatkan penyuluhan dari Dinas Kebersihan Kota Medan. Petugas penyapu jalan adalah tenaga harian lepas yang digaji oleh Dinas Kebersihan Kota Medan melalui kelurahan. Mereka memperoleh penghasilan sebesar Rp per hari. Pemakaian alat pelindung diri yang lengkap hanya digunakan oleh 4 orang responden (11,44%), 20 orang responden (57,14%) tidak menggunakan alat pelindung diri yang lengkap dan kadang-kadang tidak menggunakannya sama sekali, selebihnya sebanyak 11 orang responden (31,42%) tidak memakai alat pelindung diri (Tabel 7). Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan pemakaian alat pelindung diri No. Pemakaian APD 1 Ya 4 11,44 2 Kadang-kadang 20 57,14 3 Tidak 11 31, Perilaku Petugas Penyapu Jalan tentang Pemakaian Alat Pelindung Diri Tingkat pengetahuan petugas penyapu jalan tentang polutan di udara yang mengganggu kesehatan, cara masuknya bahan polutan ke dalam tubuh, gejala keracunan terhadap bahan pencemar udara, sumber pencemaran di jalan raya, tata cara melindungi diri agar tidak terpapar bahan pencemar sewaktu bekerja, kegiatan yang tidak diperbolehkan sewaktu bekerja dan kegiatan yang harus dilakukan setelah bekerja dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 8. Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan petugas penyapu jalan No. Tingkat Pengetahuan Petugas 1 Baik 2 5,72 2 Sedang 29 82,86 3 Kurang 4 11, Tingkat pengetahuan petugas pada umumnya sedang 29 orang (82,86%), hanya 2 orang (5,72%) tingkat pengetahuannya 170

5 baik. Selanjutnya sikap petugas penyapu jalan tentang pencemaran udara di jalan raya, cara masuknya bahan polutan ke dalam tubuh, pemakaian alat pelindung diri dan dilarang makan, minum, dan merokok selama bekerja, secara umum petugas bersikap baik (100%). Tabel 9. Distribusi responden berdasarkan tindakan petugas penyapu jalan No. Tindakan Petugas Penyemprot 1 Baik 8 22,86 2 Sedang 27 77, Tindakan petugas penyapu jalan dalam pemakaian APD, setelah bekerja membersihkan diri, tidak bekerja sambil makan, minum, merokok, menyapu jalan searah dengan arah angin dan luka ditutup sewaktu bekerja menunjukkan 8 orang (22,86%) tindakannya baik dan 27 orang (77,14%) tindakannya sedang. Keluhan Kesehatan Petugas Penyapu Jalan Hasil penelitian diperoleh data 28 orang responden (80%) mengalami keluhan kesehatan. Jenis keluhan yang mereka alami seperti pusing, mual, sakit kepala, sesak nafas, dan mata berair. Hampir semua responden (96,43%) menyatakan bahwa keluhan kesehatan dirasakan setelah mereka bekerja sebagai petugas penyapu jalan dan keluhan itu mereka rasakan sudah lebih dari 2 tahun (82,14%). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 10, 11, dan 12. Tabel 10. Distribusi responden berdasarkan keluhan kesehatan petugas penyapu jalan No. Keluhan Kesehatan 1 Ada Tidak Ada Tabel 11. Distribusi responden berdasarkan mulai merasakan keluhan No. Mulai Merasakan Keluhan 1 Sebelum bekerja 1 3,57 sebagai penyapu 2 Sesudah bekerja 27 96,43 sebagai penyapu Tabel 12. Distribusi responden berdasarkan lama merasakan keluhan No. Lama Merasakan Keluhan tahun 5 17,86 2 > 2 tahun 23 82, Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian ditemukan responden pada kelompok umur terbanyak yaitu tahun. Kelompok ini merupakan kelompok umur produktif. Di mana biasanya pada usia ini orang masih kuat dan mampu bekerja keras. Namun mengingat petugas penyapu jalan umumnya adalah wanita maka pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang sangat rentan terhadap berbagai penyakit terutama yang disebabkan oleh pemaparan polutan dari udara di jalan raya. Tingkat pendidikan petugas penyapu jalan secara umum adalah tamat SD. Pada penelitian ini tingkat pendidikan sangat berkaitan dengan tingkat pengetahuan dan tindakan petugas penyapu jalan dalam pemakaian alat pelindung diri. Tingkat pendidikan yang hanya tamat SD dan penyuluhan yang tidak diberikan oleh dinas kebersihan pada petugas menyebabkan petugas secara umum tidak mengetahui tentang pemakaian alat pelindung diri, tata cara melaksanakan penyapuan jalan yang baik, dan pengaruh polutan terhadap kesehatan. Hal ini juga diikuti dengan tindakan mereka yang kurang baik dalam melindungi diri selama melaksanakan tugas menyapu jalan. Sebaliknya pada responden yang tamat SLTA, tingkat pengetahuannya cukup baik dan dalam bekerja petugas selalu memakai alat pelindung diri yang lengkap, tidak makan dan minum selama bekerja, menyapu searah dengan angin dan membersihkan diri segera setelah bekerja. Menurut Notoatmodjo (1997), semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka tingkat pengetahuannya akan semakin baik pula. Sembilan puluh satu koma empat puluh dua persen (32 orang) responden telah bekerja lebih dari 2 tahun dan hanya 1 orang yang bekerja kurang dari 1 tahun. Mereka umumnya bekerja 4 8 jam sehari pada pagi, siang atau sore hari. Semakin banyak pengalaman kerja yang dimiliki seseorang maka ia akan bekerja lebih berhati-hati terhadap kemungkinan dampak negatif dari 171

6 pekerjaannya. Menurut Achmadi (1999) pengalaman kerja bagi seseorang akan berpengaruh terhadap pemaparan bahan polutan. Pemakaian alat pelindung diri yang lengkap hanya digunakan oleh 4 orang responden. Banyaknya responden yang tidak memakai alat pelindung diri yang lengkap bahkan tidak memiliki sama sekali disebabkan karena rensponden tidak mengetahui manfaat dari alat pelindung diri. Responden beranggapan alat pelindung diri cukup hanya dengan menggunakan topi dan penutup mulut karena alat pelindung diri hanya bermanfaat melindungi diri dari sengatan cahaya matahari. Di samping itu dinas kebersihan juga tidak menyediakan alat pelindung diri kepada penyapu jalan, dinas kebersihan hanya menyediakan baju kaos seragam dinas kebersihan. Jika responden merasa perlu untuk menggunakan alat pelindung diri maka mereka harus menyediakan sendiri APD tersebut. Hal ini sangat menyedihkan mengingat gaji mereka hanya Rp ,- per hari di mana hal ini tentu saja tidak mencukupi apabila harus membeli APD. Tindakan responden ini dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap, akan tetapi suatu pengetahuan dan sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Menurut Notoatmodjo (1997), terwujudnya suatu pengetahuan dan sikap menjadi tindakan perlu faktor pendukung antara lain fasilitas dan dukungan keluarga. Pada umumnya responden mengalami keluhan kesehatan setelah mereka bekerja sebagai tukang sapu jalan, keluhan yang mereka rasakan sudah lebih dari 2 tahun atau selama mereka bekerja. Jenis keluhan yang mereka alami seperti pusing, mual, sakit kepala, sesak nafas dan mata berair kemungkinan besar disebabkan petugas tidak menggunakan APD yang lengkap sewaktu bekerja. Seharusnya petugas penyapu jalan menggunakan perlengkapan khusus seperti pakaian lengan panjang dan celana panjang, sarung tangan, sepatu kebun, kacamata, penutup hidung dan rambut serta atribut lain yang diperlukan. Pemakaian APD yang lengkap dapat melindungi diri dari polutan, karena APD dapat mencegah masuknya polutan ke dalam tubuh. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petugas penyapu jalan yang rendah menyebabkan tingkat pengetahuan mereka tentang APD rendah, tetapi ternyata sikap responden tentang APD cukup baik namun karena keterbatasan dana dan tidak ketersediaan APD oleh dinas kebersihan menyebabkan mereka tidak menggunakan APD yang lengkap selama bekerja. Hal ini tentu saja menyebabkan terjadinya pemaparan bahan-bahan polutan dari kendaraan bermotor maupun debu yang berasal dari jalan raya sehingga petugas penyapu jalan merasakan keluhan pusing, mual, sakit kepala, sesak nafas dan mata berair setelah mereka bekerja. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Petugas penyapu jalan berada pada kelompok umur tahun sebanyak 16 orang (45,72%), pendidikan terakhir umumnya tamat SD (57,14%), sudah bekerja lebih dari 2 tahun (91,42%), jumlah jam kerja 4 8 jam sehari (94,28%) dan yang memakai alat pelindung diri yang lengkap hanya 4 orang (11,44%). 2. Pengetahuan responden tentang pemakaian alat pelindung diri hanya 2 orang yang baik (5,72%) selebihnya berpengetahuan sedang dan kurang. 3. Sikap resonden 100% baik. 4. Tindakan responden tentang pemakaian alat pelindung diri yang baik hanya 8 orang (22,86%) dan sedang (77,14%). 5. Delapan puluh persen responden menyatakan mengalami keluhan pusing, mual, sakit kepala, sesak nafas dan mata berair setelah mereka bekerja sebagai penyapu jalan. Saran Petugas penyapu jalan sebaiknya diberi pembinaan berkelanjutan agar dapat mengikuti seluruh peraturan dalam tata cara melindungi diri yang baik dan pemakaian alat pelindung diri yang lengkap. Seharusnya Dinas Kebersihan Kota Medan menyediakan alat pelindung diri yang lengkap untuk petugas penyapu jalan. DAFTAR PUSTAKA Achmadi, Umar Fahmi Strategi Pengamanan Penggunaan Pestisida Sektor Pertanian di Indonesia. Jakarta: UI. 172

7 Anonimus Ringkasan Profil Dinas Kebersihan Kota Medan. Fardiaz, Srikandi Polusi Air dan Udara. Jakarta: Kanisius. Kusnoputranto, H Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Notoadmodjo, S Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Palar, Heryando Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Edisi 2 Rineka Cipta. Slamet, J. S Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press. Slamet, J.S Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press. Suma mur, P.K Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Gunung Agung. Wardhana, W A Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Yayasan Andi. 173

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN th > 49 th 2 9. Tidak Tamat SD - - Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademi/PT - -

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN th > 49 th 2 9. Tidak Tamat SD - - Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademi/PT - - 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Responden Tabel 4.1 Tabel Karakteristik Responden Petugas Kebersihan Jalan Kabupaten Madiun Tahun 2017 Variabel Frekuensi Persentase Umur 17 48

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN AKTIVITAS CHOLINESTERASE DARAH PETUGAS PENYEMPROT PESTISIDA JENIS MALATHION DI KOTA MEDAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN AKTIVITAS CHOLINESTERASE DARAH PETUGAS PENYEMPROT PESTISIDA JENIS MALATHION DI KOTA MEDAN HASSIILL PPEENEELLIITTIIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN AKTIVITAS CHOLINESTERASE DARAH PETUGAS PENYEMPROT PESTISIDA JENIS MALATHION DI KOTA MEDAN Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR

PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR 62 PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR A. Data Umum 1. Nomor Responden : 2. Nama : 3. Umur : 4. Jenis Kelamin : a.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa kesehatan lingkungan merupakan suatu keseimbangan yang harus ada antara manusia dengan lingkungannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) Kelompok Intervensi O1 X O2

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) Kelompok Intervensi O1 X O2 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) dengan rancangan Separate Sample Pretest-Postest (Notoatmodjo, 2005). Pretest Intervensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani dan didukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Wilayah Penelitian Kota Gorontalo merupakan Ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara mempunyai fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup terutama manusia. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan keadaan kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya. Derajat kesehatan yang setinggitingginya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yang terganggu kesehatannya (Faris, 2009). masyarakat untuk mempertahankan hidupnya dan kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yang terganggu kesehatannya (Faris, 2009). masyarakat untuk mempertahankan hidupnya dan kehidupan. 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar (asasi) manusia dan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Pekerja yang sehat memungkinkan tercapainya hasil

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pembangunan di berbagai bidang yang semakin meningkat apabila tidak disertai oleh upaya pengelolaan lingkungan yang baik, maka dapat mengakibatkan terjadinya

Lebih terperinci

PENGUKURAN KADAR DEBU DAN PERILAKU PEKERJA SERTA KELUHAN KESEHATAN DI TEMPAT PERTUKANGAN KAYU DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN TAHUN 2010

PENGUKURAN KADAR DEBU DAN PERILAKU PEKERJA SERTA KELUHAN KESEHATAN DI TEMPAT PERTUKANGAN KAYU DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN TAHUN 2010 PENGUKURAN KADAR DEBU DAN PERILAKU PEKERJA SERTA KELUHAN KESEHATAN DI TEMPAT PERTUKANGAN KAYU DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN TAHUN 2010 SKRIPSI OLEH : KIKI MAYASARI NIM. 051000128 FAKULTAS KESEHATAN

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 5 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH LINGKUNGAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH, PERSONAL HYGIENE DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) TERHADAP KELUHAN KESEHATAN PADA PEMULUNG DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo diawali dengan berkembangnya aspirasi masyarakat terutama dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo diawali dengan berkembangnya aspirasi masyarakat terutama dari BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Kota Tengah Kecamatan Kota Tengah merupakan pemekaran dari Kecamatan Kota Utara, yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri mempunyai peranan penting yang sangat besar dalam menunjang pembangunan di Indonesia. Banyak industri kecil dan menengah baik formal maupun informal mampu menyerap

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 111 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis DKI Jakarta terletak di 6 0 12 lintang selatan dan 106 0 48 bujur timur dengan luas wilayah 661,26 km2, berupa daratan 661.52 km2 dan lautan 6,977,5

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR CO dan NO 2 SERTA KELUHAN KESEHATAN PEDAGANG ASONGAN DI TERMINAL AMPLAS TAHUN 2014 SKRIPSI. Oleh : IRMAYANTI NIM.

ANALISIS KADAR CO dan NO 2 SERTA KELUHAN KESEHATAN PEDAGANG ASONGAN DI TERMINAL AMPLAS TAHUN 2014 SKRIPSI. Oleh : IRMAYANTI NIM. ANALISIS KADAR CO dan NO 2 SERTA KELUHAN KESEHATAN PEDAGANG ASONGAN DI TERMINAL AMPLAS TAHUN 2014 SKRIPSI Oleh : IRMAYANTI NIM. 081000069 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

No. kuesioner. I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Pendidikan : 4. Lama Bekerja : 5. Sumber Informasi :

No. kuesioner. I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Pendidikan : 4. Lama Bekerja : 5. Sumber Informasi : No. kuesioner KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN KARYAWAN PABRIK KARET TENTANG POLUSI UDARA DI DALAM RUANGAN PABRIK DAN KELUHAN KESEHATAN DI PABRIK KARET KEBUN LIMAU MUNGKUR PTPN II TANJUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi memberikan dampak yang besar bagi kelangsung hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling banyak terjadi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan tenaga kerja sebagai sumber daya manusia sangat penting. Oleh karena itu, upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan produksi pertanian.

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan produksi pertanian. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap hasil pertanian berupa buah dan sayur semakin tinggi sejalan dengan pertambahan penduduk. Untuk mengantisipasi kebutuhan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang maksimalnya kinerja pembangunan kesehatan (Suyono dan Budiman, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kurang maksimalnya kinerja pembangunan kesehatan (Suyono dan Budiman, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidup sehat adalah kebutuhan yang sangat pokok dan mendasar bagi manusia, namun masih banyak faktor yang menimbulkan berbagai gangguan kesehatan dan kurang maksimalnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penggunaan sumber daya alam (Wardhani, 2001).

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penggunaan sumber daya alam (Wardhani, 2001). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di bidang industri merupakan perwujudan dari komitmen politik dan pilihan pembangunan yang tepat oleh pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan bagi segenap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara adalah campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitarnya. Udarajuga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jakarta sebagai kota metropolitan di Indonesia memiliki berbagai masalah, salah satu isu yang sedang hangat diperbincangkan adalah masalah pencemaran udara. Menurut

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berwawasan lingkungan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat dengan sesedikit mungkin memberikan dampak negatif pada lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disimpan sebagai cadangan di dalam tubuh. Proses biologis di dalam tubuh

BAB I PENDAHULUAN. disimpan sebagai cadangan di dalam tubuh. Proses biologis di dalam tubuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air sangat vital bagi kehidupan karena air adalah komponen utama cairan tubuh. Seseorang dapat bertahan hidup selama 8 minggu tanpa makan, tetapi tanpa air hanya dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks, yang berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penyakit tidak menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang, mempunyai durasi yang panjang dan umumnya berkembang lambat. Empat jenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Tuberkulosis adalah penyakit menular yang ditularkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, merupakan penyebab kematian terutama di negaranegara berkembang di seluruh

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. lainnya baik dalam bidang ekonomi, politik dan sosial. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. lainnya baik dalam bidang ekonomi, politik dan sosial. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan industri saat ini menjadi sektor yang tidak dapat dipisahkan dalam pembangunan ekonomi suatu negara atau bahkan roda perekonomian dunia. Sektor industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan

Lebih terperinci

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO SUMMARY ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO Oleh : Yuliana Dauhi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penambangan Emas Desa Hulawa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penambangan Emas Desa Hulawa BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Penambangan Emas Desa Hulawa Lokasi penambangan Desa Hulawa merupakan lokasi penambangan yang sudah ada sejak zaman Belanda.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pembangunan yang dilakukan manusia semakin meningkat yang akan

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pembangunan yang dilakukan manusia semakin meningkat yang akan I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pembangunan yang dilakukan manusia semakin meningkat yang akan menimbulkan resiko pencemaran terhadap lingkungan dan akhirnya merugikan manusia itu sendiri oleh

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia ABSTRACT

Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia   ABSTRACT ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO 2 ) DAN PARTICULATE MATTER 10 (PM 10 ) UDARA AMBIEN DAN KELUHAN KESEHATAN PADA PEDAGANG KAKI LIMA DI SEPANJANG JALAN RAYA KELURAHAN LALANG KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

ANALISIS KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA JAJANAN PINGGIRAN JALAN KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Oleh Zulyaningsih Tuloly NIM :

ANALISIS KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA JAJANAN PINGGIRAN JALAN KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Oleh Zulyaningsih Tuloly NIM : ANALISIS KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA JAJANAN PINGGIRAN JALAN KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO Oleh Zulyaningsih Tuloly NIM : 811 409 019 ABSTRAK Zulyaningsih Tuloly. 2013. Analisis Kandungan Timbal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM PENELITIAN 33 IV. KONDISI UMUM PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Peta Lokasi Penelitian a. Letak Geografis Jakarta Timur Kecamatan Ciracas dan Jatinegara merupakan salah satu kecamatan yang terletak di jakarta

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas udara perkotaan di Indonesia menunjukkan kecenderungan menurun dalam beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP PENELITIAN DAN HIPOTESIS. keselamatan kerja yaitu : (1) lingkungan kerja, (2) pekerjaan, dan (3) manajemen

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP PENELITIAN DAN HIPOTESIS. keselamatan kerja yaitu : (1) lingkungan kerja, (2) pekerjaan, dan (3) manajemen 43 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP PENELITIAN DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Berpikir Di tempat kerja terdapat tiga sumber utama bahaya potensial kesehatan dan keselamatan kerja yaitu : (1) lingkungan kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kerja serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kerja serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu kesehatan dan penerapannya yang bertujuan mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif dalam bekerja, berada dalam keseimbangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan industri dapat memberikan dampak positif bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan industri dapat memberikan dampak positif bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan industri dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional. Namun pembangunan industri dengan berbagai macam jenisnya tentunya memiliki dampak positif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, khususnya di negara berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa

BAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin bertambahnya aktivitas manusia di perkotaan membawa dampak semakin sulitnya pemenuhan tuntutan masyarakat kota akan kesejahteraan, ketentraman, ketertiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah salah satu negara berkembang dan negara agraris yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah salah satu negara berkembang dan negara agraris yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang dan negara agraris yang sebagian penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Petani merupakan kelompok kerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini disebabkan tingginya permintaan atas Crude Palm Oil

Lebih terperinci

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN LAMPIRAN 1 SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth: Bapak/Ibu/Sdr/i Calon Responden Di Tempat Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat dapat dilihat dari tingginya jumlah kendaraan seiring dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pesat dapat dilihat dari tingginya jumlah kendaraan seiring dengan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Percepatan pertumbuhan di sektor transportasi dapat dilihat dan dirasakan dampaknya terhadap kehidupan manusia. Perkembangan transportasi yang semakin pesat dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia saat ini dan sering terjadi pada anak - anak. Insidens menurut kelompok umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Petani merupakan kelompok kerja terbesar di Indonesia. Perkembangan jaman mengakibatkan semakin menurunnya jumlah angkatan kerja yang bekerja pada sektor pertanian.

Lebih terperinci

karena corong plastik yang digunakan tidak tahan terhadap benturan pada saat transportasi di lapangan. Model kedua yang digunakan terbuat dari bahan

karena corong plastik yang digunakan tidak tahan terhadap benturan pada saat transportasi di lapangan. Model kedua yang digunakan terbuat dari bahan 33 karena corong plastik yang digunakan tidak tahan terhadap benturan pada saat transportasi di lapangan. Model kedua yang digunakan terbuat dari bahan polimer yang lebih kuat dan tebal. Canister model

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera. Secara geografis Kota Medan terletak pada 3 30'

Lebih terperinci

Paparan Pestisida. Dan Keselamatan Kerja

Paparan Pestisida. Dan Keselamatan Kerja Paparan Pestisida Peranan CropLife Indonesia Dalam Meminimalkan Pemalsuan Pestisida Dan Keselamatan Kerja CROPLIFE INDONESIA - vegimpact Deddy Djuniadi Executive Director CropLife Indonesia 19 Juni 2012

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Pemerintah Kota Medan Gambaran umum kondisi kota Medan memuat perkembangan kondisi Kota Medan sampai saat ini, capaian hasil pembangunan kota sebelumnya

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Analisis Univariat 5.1.1 Konsentrasi Partikulat yang Diukur Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan di lokasi pertambangan Kapur Gunung Masigit, didapatkan bahwa total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan hidup merupakan masalah yang penting karena memberikan pengaruh bagi kesehatan individu dan masyarakat. Faktor yang menyebabkan penurunan kualitas

Lebih terperinci

Medan Dalam Angka Medan In Figure,

Medan Dalam Angka Medan In Figure, 1. L E T A K Kota Medan terletak antara : - 2º.27' - 2º.47' Lintang Utara - 98º.35' - 98º.44' Bujur Timur Kota Medan 2,5 37,5 meter di atas permukaan laut. 1.Geography Position Medan lies between : - 2º.27'

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan salah satu unsur atau zat yang sangat penting setelah air. Seluruh makhluk hidup membutuhkan udara sebagai oksigen demi kelangsungan hidupnya di muka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah timbulnya masalah kebisingan akibat lalu lintas.

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah timbulnya masalah kebisingan akibat lalu lintas. 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya mobilitas orang memerlukan sarana dan prasarana transportasi yang memadai, aman, nyaman dan terjangkau bagi masyarakat. Dinamisnya mobilitas penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan suatu bangsa dan negara tentunya tidak bisa lepas dari peranan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan suatu bangsa dan negara tentunya tidak bisa lepas dari peranan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki AFTA, WTO dan menghadapi era globalisasi seperti saat ini pertumbuhan suatu bangsa dan negara tentunya tidak bisa lepas dari peranan sektor industri,pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan pertanian sebagai leading sector melalui suatu

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan pertanian sebagai leading sector melalui suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Petani adalah sektor yang sangat penting di Indonesia dalam rangka mewujudkan pertanian sebagai leading sector melalui suatu proses yang berencana, sistematis, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan komponen hidup yang sangat penting untuk manusia maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa hari, tanpa minum manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini tentunya berdampak langsung pula pada

Lebih terperinci

S ALAH satu masalah yang timbul di

S ALAH satu masalah yang timbul di Pencemaran Udara di OKI Jakarta (Review) Oleh Bambang Sukana, SKM ; Syahrudji Naseh, Dip! MS Staf Peneliti pada Puslit Ekologi Kesehatan, Badan Litbangkes PENDAHULUAN S ALAH satu masalah yang timbul di

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Geografis dan Demografis Kota Pekanbaru

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Geografis dan Demografis Kota Pekanbaru BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Geografis dan Demografis Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru mempunyai Visi yang dirumuskan oleh aparat penyelenggara pemerintah kota Pekanbaru menuju

Lebih terperinci

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058 Hubungan Antara Karakteristik Pekerja Dan Pemakaian Alat Pelindung Pernapasan (Masker) Dengan Kapasitas Fungsi Paru Pada Pekerja Wanita Bagian Pengampelasan Di Industri Mebel X Wonogiri Rimba Putra Bintara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keadaan lingkungan dapat memengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Selama ribuan tahun telah disadari bahwa aktivitas manusia dan urbanisasi

I. PENDAHULUAN. Selama ribuan tahun telah disadari bahwa aktivitas manusia dan urbanisasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ribuan tahun telah disadari bahwa aktivitas manusia dan urbanisasi dapat menyebabkan polusi udara. Banyak kota di seluruh dunia sekarang menghadapi masalah pencemaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari masyarakat karena mempunyai fungsi sebagai tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari masyarakat karena mempunyai fungsi sebagai tempat Keterp aparan 1. La BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari masyarakat karena mempunyai fungsi sebagai tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. bernama Tanjungkarang-Teluk Betung, yang kemudian diganti menjadi Bandar

BAB IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. bernama Tanjungkarang-Teluk Betung, yang kemudian diganti menjadi Bandar BAB IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung. Kota ini dahulu bernama Tanjungkarang-Teluk Betung, yang kemudian

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, banyak terjadi perubahan dalam berbagai hal, khususnya dalam hal peningkatan jumlah kendaraan bermotor sebagai sarana transportasi. Seiring dengan kenaikan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

Efek Asap Bakaran Sate terhadap Kesehatan Pernapasan Penjual Sate yang Diukur dengan Peak Flow Meter di Kota Medan tahun 2012

Efek Asap Bakaran Sate terhadap Kesehatan Pernapasan Penjual Sate yang Diukur dengan Peak Flow Meter di Kota Medan tahun 2012 i Efek Asap Bakaran Sate terhadap Kesehatan Pernapasan Penjual Sate yang Diukur dengan Peak Flow Meter di Kota Medan tahun 2012 KARYA TULIS ILMIAH Oleh : Lamhot SF 090100192 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Utara 1. Kondisi Geografis Kabupaten Lampung Utara merupakan salah satu dari 14 kabupaten/kota yang ada di Propinsi Lampung. Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama tanaman. Penggunaannya yang sesuai aturan dan dengan cara yang tepat adalah hal mutlak yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. gambaran kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

BAB III METODE PENELITIAN. gambaran kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat survai yang bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan terus diupayakan untuk mencapai tujuan nasional. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan terus diupayakan untuk mencapai tujuan nasional. Adapun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia secara berencana, komprehensif, terpadu, terarah dan berkesinambungan terus diupayakan untuk mencapai tujuan nasional. Adapun tujuan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman yang semakin modern ini pembangunan pesat terjadi pada berbagai bidang yang memberikan kemajuan pada sektor ekonomi, kesehatan, teknologi maupun berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, termasuk perkebunan sebagai sumber penghasilan utama daerah.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, termasuk perkebunan sebagai sumber penghasilan utama daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu Negara berkembang dan Negara Agraris yang sebagian penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Petani merupakan kelompok kerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kota-kota seluruh dunia.

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kota-kota seluruh dunia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak kota di dunia dilanda oleh permasalahan lingkungan, paling tidak adalah semakin memburuknya kualitas udara. Terpapar oleh polusi udara saat ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polusi udara merupakan masalah lingkungan global yang terjadi di seluruh dunia. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), polusi udara menyebabkan kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan jalan memiliki fungsi yang sangat penting yaitu sebagai prasarana untuk memindahkan/transportasi orang dan barang, dan merupakan urat nadi untuk mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia setiap detik selama hidupnya akan membutuhkan udara. Secara ratarata manusia tidak dapat mempertahankan hidup tanpa udara lebih dari tiga menit. Udara tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi telah terjadi perkembangan di berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi telah terjadi perkembangan di berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi telah terjadi perkembangan di berbagai aspek kehidupan yang bisa memberikan pengaruh dan dampak penting terhadap kehidupan manusia. Perkembangan

Lebih terperinci