IDENTIFIKASI HUBUNGAN PERILAKU VANDALISME TERHADAP SETTING PADA KEBUN RAYA CIBODAS, KABUPATEN CIANJUR ANNISAA ELOK PERMATASARI A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IDENTIFIKASI HUBUNGAN PERILAKU VANDALISME TERHADAP SETTING PADA KEBUN RAYA CIBODAS, KABUPATEN CIANJUR ANNISAA ELOK PERMATASARI A"

Transkripsi

1 IDENTIFIKASI HUBUNGAN PERILAKU VANDALISME TERHADAP SETTING PADA KEBUN RAYA CIBODAS, KABUPATEN CIANJUR ANNISAA ELOK PERMATASARI A DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

2 INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 ABSTRACT ANNISAA ELOK PERMATASARI. Identification of Relationship between Vandalism Behavior and Setting in The Botanical Garden at Cibodas, Cianjur. Under direction of ARIS MUNANDAR. The appropriate design of setting can create the comfort and the harmony between human and its surrounding. However, if there is inexpediency of that setting design, it will give a chance for the candidate of vandalism behavior agent to do vandalism behavior. This study aims to identify relationship between vandalism behavior and location setting, and also to learn about sustainable design system so that behavior can be made out and decreased. This research done toward two settings which contained in KRC, that is collection setting (which is representated by Sakura Garden) and recreation setting (representated by lawn), setting generated the existence of vandalism action done by KRC visitors. Data was also generated by questionnaire to vandalism agents. Field observation done in ten times repetition which is in one repetition there is observation in 30 minutes toward each settings. There are four vandalism actions which observed, that are writing or drawing at facilities, moving the facilities, broking or taking a part of plants, and throwing garbage carelessly. There are only three vandalism actions which observed in Sakura Garden setting, i.e. writing or drawing at facilities, broking or taking a part of plants, and throwing garbage carelessly. While in Lawn setting, all of the vandalism actions can be observed. Recommendation for landscape managements were elaborated through form, function and organization aspects. Keywords : vandalism, behavior, setting, and landscape management.

3 RINGKASAN ANNISAA ELOK PERMATASARI. Identifikasi Perilaku Vandalisme terhadap Setting pada Kebun Raya Cibodas, Kabupaten Cianjur. Dibimbing oleh ARIS MUNANDAR. Kebun Raya adalah suatu kawasan yang mengkoleksi berbagai jenis tumbuhan, baik untuk tujuan penelitian maupun sebagai tempat wisata (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989). Di Indonesia terdapat sebanyak 17 lokasi kebun raya yang salah satunya adalah Kebun Raya Cibodas. KRC dengan beragam fungsi yang dimiliki, sudah seharusnya memiliki setting yang dapat mewadahi setiap aktivitas yang dilakukan didalamnya. Perancangan setting yang tepat akan menciptakan kenyamanan dan keselerasan antara manusia dengan lingkungannya, namun apabila dalam perancangan setting lokasi tersebut terdapat ketidaksesuaian maka akan dapat memicu timbulkan aktivitas vandalisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keterkaitan antara perilaku vandalisme dengan setting lingkungan, mempelajari faktor lingkungan yang mendorong pelaku vandalisme, dan mempelajari sistem pengelolaan yang dilakukan untuk mengurangi dan mengatasi perilaku vandalisme serta kerusakan yang disebabkannya. Penelitian yang dilaksanakan terbagi atas tiga tahapan utama. Tahap pertama adalah tahap pra survei untuk menentukan landasan penelitian. Pada tahap pra survei, penelitian pada kawasan KRC dibagi dalam dua zona yang pembagiannya didasarkan oleh penetapan zona yang telah ditentukan oleh pengelola, dimana zona tersebut adalah setting koleksi (diwakili setting taman sakura) dan setting rekreasi (diwakili setting lawn). Tahap kedua yakni tahap survei lapang untuk mengumpulkan data (data primer dan data sekunder) serta pengecekan di lapang. Data primer diperoleh dari pengecekan lapang melalui pengamatan langsung dan perekaman aktifitas pelaku vandalisme melalui video (30 menit untuk tiap setting), kuesioner, serta wawancara. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka. Dalam penelitian ini terdapat empat aktifitas vandalisme yang diamati, yaitu: menulis atau menggambar pada bagian fasilitas, memindahkan fasilitas, mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman, membuang sampah tidak pada tempatnya. Terdapat sepuluh obyek dari tindakan vandalisme yang diamati pada kedua setting tersebut, yaitu gazebo, bangku taman, media informasi, jembatan, tempat sampah, besi penyanggah tanaman, dan papan nama tanaman, pohon, semak, dan ground cover. Tahap yang terakhir adalah tahap pasca survei yaitu tahap untuk mengelola dan menganalis data yang telah dikompilasi. Setting lawn memiliki jumlah aksi vandalisme yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan setting taman sakura. Pada setting taman sakura ditemukan sebesar 114 perilaku vandalisme dan pada setting lawn ditemukan sebanyak 150 perilaku vandalisme. Jumlah kombinasi vandalisme yang dilakukan pada setting lawn juga lebih beragam dibandingkan dengan setting taman sakura yang cenderung stabil dengan kombinasi 2 aksi vandalisme. Aksi vandalisme pada setting taman sakura

4 yang terlihat dalam penelitian ini adalah menulis atau menggambar pada fasilitas, mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman, dan membuang sampah tidak pada tempatnya. Sedangkan aksi vandalisme yang terlihat pada setting lawn adalah menulis atau menggambar pada fasilitas, memindahkan fasilitas, mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman, dan membuang sampah tidak pada tempatnya. Faktor yang mendorong pelaku vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas pada taman sakura adalah karena terdorong oleh adanya fasilitas yang terletak pada lokasi yang sepi dan karena sebelumnya sudah didapati adanya tulisan ataupun gambar pada fasilitas tersebut. Sedangkan faktor yang mendorong pelaku vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas pada lawn adalah karena sebelumnya sudah didapati adanya tulisan ataupun gambar pada fasilitas tersebut. Pelaku aksi vandalisme memindahkan fasilitas pada setting lawn terdorong oleh terdorong oleh struktur dari fasilitas tersebut yang tidak permanen. Aksi vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman pada setting taman sakura, dilakukan karena dorongan dari penempatan dan ukuran tanaman yang mudah dijangkau oleh tangan serta karena terdapat beberapa tanaman yang memiliki bagian yang menarik untuk dimiliki. Aksi vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman pada setting lawn, dilakukan atas dasar rasionalitas yang sama dengan rasionalitas pad setting taman sakura. Aksi vandalisme membuang sampah tidak pada tempatnya pada setting taman sakura, dilakukan karena dorongan dari minimnya ketersediaan tempat sampah pada setting ini. Aksi vandalisme membuang sampah tidak pada tempatnya pada setting taman sakura, dilakukan karena dorongan dari minimnya ketersediaan tempat sampah pada setting ini dan karena sudah terdapat sampah yang dibuang pada lokasi tersebut. Untuk mengatasi permasalahan vandalisme ini hendaknya dilakukan suatu sistem pengelollan kawasan yang memperhatikan function (fungsi), form (bentukan), dan organization (kelembagaan). Kata kunci : vandalisme, perilaku, setting, dan pengelolaan lanskap

5 Hak Cipta Milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

6 IDENTIFIKASI HUBUNGAN PERILAKU VANDALISME TERHADAP SETTING DI KEBUN RAYA CIBODAS, KABUPATEN CIANJUR ANNISAA ELOK PERMATASARI A Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

7 2011

8 Judul Nama NRP Departemen : Identifikasi Hubungan Perilaku Vandalisme terhadap Setting pada Kebun Raya Cibodas, Kabupaten Cianjur : Annisaa Elok Permatasari : A : Arsitektur Lanskap Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Aris Munandar, MS NIP Mengetahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP

9 Tanggal disetujui:

10 PRAKATA Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Identifikasi Hubungan Perilaku Vandalisme dengan Setting pada Kebun Raya Cibodas, Kabupaten Cianjur. Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan dan merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada pihak-pihak yang telah memberikan motivasi, saran, dan nasehat yang membantu penulis kepada: 1. Keluarga besar penulis; 2. Dr. Ir. Aris Munandar, MS selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan, masukan, dan arahannya selama perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini; 3. Prof. Dr. Ir. Wahyu Qamara Mugnisjah, M.Agr dan Dr. Ir. Nurhayati H.S. Arifin, M.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan masukan hingga terbentuknya skripsi ini; 4. Peneliti dan staff Kebun Raya Cibodas; 5. Responden penelitian; 6. Dan seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan pada skripsi ini, sehingga kritik dan saran sangat dibutuhkan dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan karya ilmiah selanjutnya. Penulis berharap semoga karya ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Bogor, Januari 2011 Penulis

11 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Ujung Pandang pada tanggal 6 Juli Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari Ayahanda Tenang Suripto, S.Sos dan Ibunda Ir. Suharsini. Tahun 2006 penulis lulus SMA Negeri 10 Surabaya dan pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2006 melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Setahun setelah itu, yaitu tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Selama menjalankan studi di IPB, penulis juga mengikuti kegiatan-kegiatan di luar akademik, seperti menjadi pengurus Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor divisi Media dan Informasi periode 2006/2007, pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor divisi Sosial dan Lingkungan periode 2007/2008, dan pengurus Himpunan Profesi Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) divisi HIMASKAP Coorporation periode 2008/2009. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan magang di PERUM PERHUTANI pada tahun Pada tahun 2010 penulis menjadi asisten mahasiswa mata kuliah Dasar-dasar Arsitektur Lanskap. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti berbagai pelatihan, sarasehan, dan seminar yang mendukung kegiatan akademis.

12 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat Penelitian Kerangka Pemikiran... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA Vandalisme Setting pada Suatu Lanskap Kebun Raya Tugas Pokok Fungsi Pengelolaan Taman dan Kawasan Wisata... 9 III. METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelitian Alat dan Bahan Tahapan Penelitian Pra Survei Survei Lapang Pasca Survei Ruang Lingkup Penelitian IV. KONDISI UMUM Halaman

13 4.1. Sejarah Kebun Raya Cibodas Lokasi Kebun Raya Cibodas Kedudukan Sarana dan Prasarana Daya Tarik Kebun Raya Cibodas Koleksi Flora dan Fauna Obyek Wisata Pengunjung Kebun Raya Cibodas Pengelolaan Kebun Raya Cibodas Pemeliharaan Pengelolaan Sampah Perlindungan dan Pengawasan Kawasan V. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Setting Taman Sakura Lawn Karakteristik Pelaku Vandalisme Hubungan Setting Taman dengan Frekuensi Obyek Vandalisme Hubungan Setting Taman Sakura dengan Obyek Vandalisme Hubungan Setting Lawn dengan Frekuensi Vandalisme Hubungan Setting Taman dengan Aktivitas Vandalisme Hubungan Setting Taman Sakura dengan Aktivitas Vandalisme Hubungan Setting Lawn dengan Aktivitas Vandalisme Implementasi Pengelolaan Fungsi Bentuk... 67

14 Kelembagaan VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 74

15 DAFTAR TABEL 1. Jumlah Responden Kuesioner Sarana dan Prasarana KRC Koleksi Flora KRC Tujuan dan Jumlah Pengunjung KRC Karakteristik Pelaku Vandalisme Tata Urut Obyek Vandalisme pada Setting Taman Sakura Tata Urut Obyek Vandalisme pada Setting Lawn Sikap Pelaku Vandalisme pada Setting Taman Sakura Sikap Pelaku Vandalisme pada Setting Lawn... 61

16 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Kerangka Pikir Penelitian Hubungan Integratif Manusia dengan Setting Lokasi Penelitian Bentuk Boxplot secara Horisontal Setting Penelitian Lokasi Taman Sakura Penyebaran pengunjung pada Setting Taman Sakura Peta Taman Sakura Lokasi Lawn Peta Lawn Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Frekuensi Obyek Vandalisme Boxplot Jenis Obyek Vandalisme pada Taman Sakura Boxplot Jenis Obyek Vandalisme pada Lawn Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Jumlah Pelaku Vandalisme Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Frekuensi Jumlah Jenis Aktivitas Vandalisme Boxplot Jenis Aktivitas Vandalisme pada Taman Sakura Boxplot Jenis Aktivitas Vandalisme pada Lawn... 60

17 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Obyek Vandalisme Tiap Ulangan Aktivitas Vandalisme Tiap Ulangan Uraian Deskriptif Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Frekuensi Obyek Vandalisme Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun pada Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Frekuensi Obyek Vandalisme Uraian Deskriptif Boxplot Jenis Obyek Vandalisme pada Taman Sakura Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun pada Boxplot Jenis Obyek Vandalisme pada Taman Sakura Uraian Deskriptif Boxplot Jenis Obyek Vandalisme pada Lawn Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun pada Boxplot Jenis Obyek Vandalisme pada Lawn Uraian Deskriptif dari Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Jumlah Pelaku Vandalisme Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun pada Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Jumlah Pelaku Vandalisme Uraian Deksritif dari Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Frekuensi Jumlah Jenis Aktivitas Vandalisme Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun dari Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Frekuensi Jumlah Jenis Aktivitas

18 Vandalisme Uraian Deksritif dari Boxplot Jenis Aktivitas Vandalisme pada Taman Sakura Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun dari Boxplot Jenis Aktivitas Vandalisme pada Taman Sakura Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun dari Boxplot Jenis Aktivitas Vandalisme pada Lawn Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun pada Boxplot Jenis Aktivitas Vandalisme pada Lawn Kuesioner Menggambar atau Menulis pada Fasilitas di Taman Sakura Kuesioner Menggambar atau Menulis pada Fasilitas di Lawn Kuesioner Memindahkan Fasilitas di Taman Sakura Kuesioner Memindahkan Fasilitas di Lawn Kuesioner Mematahkan atau Mengambil Bagian Tanaman di Taman Sakura Kuesioner Mematahkan atau Mengambil Bagian Tanaman di Lawn Kuesioner Membuang Sampat Tidak pada Tempatnya pada Taman Sakura Kuesioner Membuang Sampat Tidak pada Tempatnya di Lawn Gambar Perilaku dan Obyek Vandalisme pada Taman Sakura Gambar Perilaku dan Obyek Vandalisme pada Lawn

19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebun Raya didefinisikan sebagai suatu kawasan yang mengkoleksi berbagai jenis tumbuhan dengan dasar ilmiah, yang informasi ilmiah mengenai koleksinya terdokumentasi dengan baik (LIPI, 2010). Di Indonesia terdapat sebanyak 17 lokasi kebun raya yang salah satunya adalah Kebun Raya Cibodas. Sebagai salah satu dari enam cagar biosfer yang ada di Indonesia, Kebun Raya Cibodas (KRC) tidak hanya mengemban tugas sebagai kawasan konservasi ex-situ yang sangat ideal bagi pertumbuhan tanaman dataran tinggi basah, tetapi juga sebagai tempat penelitian, tempat pendidikan lingkungan, dan tempat wisata. Sebagai kawasan wisata, KRC telah dinobatkan sebagai salah satu daerah tujuan wisata dan sebagai The Second Tourist Wonder of West Java dari The Seven Tourist Wonder of West Java oleh Kementerian Pariwisata dan Budaya. Hal ini menyebabkan jumlah wisatawan yang berkunjung di KRC tetap memiliki angka kunjungan yang tinggi dari tahun ke tahun. Namun di sisi lain, tingginya jumlah kunjungan wisatawan ini justru menyebabkan terganggunya tugas lain dari KRC. KRC dengan beragam fungsi yang dimiliki, sudah seharusnya memiliki setting yang dapat mewadahi setiap aktivitas yang dilakukan di dalamnya. Menurut Haryadi dan Setiawan (1995), setting adalah lokasi-lokasi pada tapak atau areal tertentu yang telah diplotkan sebelumnya. Perancangan setting yang tepat akan menciptakan kenyamanan dan keselarasan antara manusia dan lingkungannya, tetapi jika dalam perancangan setting lokasi tersebut terdapat ketidaksesuaian, akan dapat memicu timbulkan aktivitas vandalisme. Vandalisme menurut Canter (1984) adalah segala jenis perilaku yang menyebabkan kerusakan atau kehancuran benda pribadi dan publik. Studi ini menjadi penting untuk dilakukan karena minimnya studi mengenai perilaku vandalisme dan juga mengingat bahwa perilaku vandalisme tidak hanya menyebabkan penurunan kualitas estetika tapak, tetapi juga berdampak pada

20 penurunan kualitas lanskap kawasan ini. Perilaku vandalisme yang dilakukan oleh pengunjung telah menjadi permasalahan kawasan yang harus ditangani. Kerusakan yang diakibatkan oleh perilaku vandalisme pengunjung juga menyebabkan meningkatnya pengeluaran biaya pemeliharaan yang cukup tinggi sehingga dibutuhkan suatu sistem pengelolaan yang dapat mengurangi dan mengatasi permasalahan ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan Laurens (2004) yang menyatakan bahwa perancangan dan pengelolaan kawasan yang kurang memperhatikan desain perilaku penggunanya dapat menyebabkan meningkatkan biaya pemeliharaan dan kerusakan fasilitas. 1.2 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. mengidentifikasi keterkaitan antara perilaku vandalisme dan setting lingkungan pada KRC; 2. mempelajari faktor lingkungan yang mendorong pelaku vandalisme; 3. mempelajari sistem pengelolaan yang dilakukan untuk mengurangi dan mengatasi perilaku vandalisme serta kerusakan yang disebabkannya. 1.3 Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi pengelola kawasan dalam menentukan setting lokasi yang sesuai serta sistem pengelola kawasan yang tepat agar dapat mengurangi atau bahkan mengatasi kerusakan yang ditimbulkan akibat dari perilaku vandalisme yang dilakukan pengunjung. 1.4 Kerangka Pikir KRC memiliki tugas sebagai kawasan konservasi ex-situ, kawasan penelitian, kawasan pendidikan lingkungan, dan sebagai kawasan rekreasi. Sebagai kawasan wisata, KRC memiliki beberapa vantage point yang menjadi daya tarik kawasan ini. Terdapat dua tipe perancangan vantage point yang ada di KRC, yaitu kawasan

21 koleksi dan kawasan rekreasi. Vandalisme yang terdapat pada vantage point di KRC disebabkan oleh kekurangtepatan setting. Untuk mengurangi atau bahkan mengatasi permasalahan ini diperlukan suatu pengelolaan kawasan yang tepat, yang dapat diperoleh dengan mempertimbangkan faktor yang mendorong para pelaku untuk melakukan aksi vandalisme (Gambar 1). Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Vandalisme Definisi mengenai vandalisme diterapkan untuk segala macam perilaku yang menyebabkan kerusakan atau penghancuran benda pribadi atau publik (Haryadi dan Setiawan, 1995). Canter (1984) menekankan tidak adanya definisi yang jelas tentang vandalisme secara khusus. Meskipun sebagian besar ahli melihat bahwa vandalisme pada dasarnya adalah perilaku yang membahayakan, para ahli tidak menemukan kesepakantan dalam mendefinisikan vandalisme secara spesifik. Istilah vandalisme tidak hanya mengacu mengacu pada perilaku pelaku, tetapi juga mencakup motivasi dari masing-masing pelaku. Beberapa ahli yang lainnya menyarankan klasifikasi yang berbeda dengan mempertimbangkan jenis vandalisme yang mengacu pada motivasi para pelaku dan tingkat kerusakan yang diperoleh oleh obyek vandalisme. Untuk itulah para ahli sepakat untuk melakukan pendefinisian vandalisme melalui tiga pendekatan, yaitu definisi vandalisme berdasarkan pelaku, nilai, dan kerusakan (Moser, 1987). Definisi vandalisme berdasarkan pelaku merupakan pendekatan yang berorientasi pada bidang psikologi (psikologi klinis). Definisi ini menekankan pada latar belakang pelaku untuk menghancurkan, dengan mengacu pada faktor kejiwaan yang mempengaruhi mereka dalam melakukan vandalisme. Dengan pendekatan ini, dapat diberikan pemahaman bahwa vandalisme merupakan suatu tindakan yang disengaja dengan tujuan untuk merusak atau menghancurkan suatu obyek. Definisi ini menegaskan bahwa suatu tindakan dapat dikatakan vandalisme apabila ada niat dari pelaku vandalisme untuk merusak. Pendekatan kedua untuk mendefinisikan vandalisme adalah dengan mendasarkan pada nilai sosial yang berlaku. Definisi ini melakukan pendekatan yang mengacu pada bidang sosiologi untuk mengetahui penyebab sosial dari vandalisme. Dalam penelitian Moser (1987) serta Bideaud dan Coslin (1984) telah dikemukakan bahwa perbuatan itu dapat memenuhi syarat sebagai vandalisme hanya melalui penilaian pengamat (masyarakat) yang

23 mengidentifikasi perilaku sebagai pelanggaran dari nilai dan atau norma. Dalam penelitian ini pendefinisian vandalisme mengacu pada pendekatan terakhir yang berorientasi pada bidang psikologi lingkungan. Pendekatan ini mendefinisikan vandalisme berdasarkan pada tingkat kerusakan yang terjadi pada sasaran vandalisme akibat pengaruh lingkungan. Levy dan Leboyer (1984) mengemukakan bahwa kerusakan yang dialami dalam suatu lingkungan tidak semuanya dapat dijelaskan dengan menggunakan kedua pendekatan sebelumnya sehingga dikemukannya pendekatan lainnya yang dapat menjelaskan tingkat kerusakan obyek vandalisme dengan memperhitungkan hubungan individu terhadap lingkungan. Definisi vandalisme berdasarkan pengaruh lingkungan mendalami lebih spesifik terhadap identifikasi obyek yang menjadi sasaran vandalisme, mengapa vandalisme dapat terjadi di lingkungan tersebut, dan apa yang mempengaruhi pelaku untuk melakukan vandalisme terhadap obyek tersebut. Pendekatan ini tidak dapat disamaratakan terhadap seluruh lingkungan tempat terjadinya vandalisme karena terkadang faktor lingkungan yang mempengaruhi di suatu tapak tidak mempengaruhi di tapak lainnya dan begitu pula sebaliknya. Pengorganisasian pengelolaan tapak tersebut turut menentukan hubungan antara pengguna dan lingkungan. Hal inilah yang menyebabkan terdapatnya beberapa lingkungan yang dirusak sedang yang lain tetap terjaga. Untuk menjelaskan fenomena keterkaitan kerusakan obyek vandalisme dengan faktor lingkungan ditetapkan tiga hipotesis yang dapat menjawab hal tersebut, yaitu terdapat ketidak sesuaian dalam perancangan setting dengan lingkungannya, lingkungan tidak dapat mengakomodir kebutuhan penggunanya, dan karena adanya akumulasi dari kerusakan (Christensen dan Harries, 1981, diacu dalam Levy dan Leboyer, 1984). 1. Tidak sesuainya perancangan setting dengan lingkungannya. Vandalisme yang terjadi karena didorong oleh ketidaksesuaian setting terhadap lingkungannya disebabkan oleh perancang yang kurang memperhatikan faktor lingkungan dan penggunanya sehingga ditemukannya kerusakan terhadap fasilitas. Salah satu contoh perancangan setting yang kurang tepat adalah penggunaan material kaca pada fasilitas yang berada di

24 taman bermain anak-anak. Hal ini dapat menyebabkan tingginya kemungkinan kehancuran fasilitas tersebut akibat dari pemilihan material yang rentan untuk taman dengan pengunjung anak-anak. 2. Lingkungan tidak dapat mengakomodir kebutuhan penggunanya Vandalisme yang dilakukan karena lingkungan tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan dari penggunanya yang menyebabkan kelebihan kapasitas sehingga menimbulkan perilaku yang dilakukan secara sadar atau tidak dapat merusak obyek dan lingkungan sekitarnya. Salah satu contohnya adalah kerusakan yang dialami oleh boks tanaman akibat dari minimnya tempat duduk pada taman publik sehingga pengguna taman menggunakan boks tanaman sebagai tempat duduk. 3. Akumulasi kerusakan Vandalisme mengalami peningkatan pesat pada lingkungan yang tampaknya diabaikan. Lingkungan yang dirusak cenderung memberikan kesan ditinggalkan dan tidak terawat sehingga memberikan kesan diizinkan untuk dirusak (Lavrakas, 1982). Kerusakan tidak hanya dihasilkan oleh perilaku perusakan yang berat yang dapat menyebabkan degradasi kualitas lingkungan secara drastis, tetapi juga dapat dihasilkan oleh akumulasi perilaku-perilaku merusak ringan sehingga kemudian menarik pelaku vandalisme lainnya untuk melakukan perusakan dan pada akhirnya menyebabkan degradasi kualitas lingkungan yang tidak jauh berbeda dengan perilaku perusakan yang berat. 2.2 Setting pada Suatu Lanskap Menurut Haryadi dan Setiawan (1995), setting adalah suatu lokasi pada tapak atau areal tertentu yang telah diplotkan sebelumnya. Setting merupakan suatu satuan lingkungan spesifik yang menunjukkan makna lingkungan tersebut untuk suatu kegiatan. Setting sendiri meliputi bangunan dan lingkungan ruang luar yang dirancang serta organisasi yang akan menempati lingkungan binaan tersebut (Laurens, 2004). Gagasan, sasaran, kendala, dan kebiasaan organisasi harus dipertimbangkan seperti juga persyaratan fisik, seperti luas, penerangan, suara,

25 penataan ruang secara spesifik, dan dekorasi. Dalam perjalanannya, telah banyak penelitian dan pengembangan teori untuk menggambarkan hubungan manusia dengan setting, dan salah satu model tersebut adalah model seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3 (Gifford, 1987, diacu dalam Laurens, 2004). Gambar 2. Hubungan Integratif Manusia dengan Setting Karakteristik individu (M), kualitas setting (S), dan norma sosial budaya (SB) secara bersama-sama mempengaruhi rencana seseorang ketika memasuki setting dan juga apa yang akan terjadi di dalamnya. Dalam setting, seseorang berperilaku (misalnya menghayati atau berinteraksi), berpikir (misalnya mengenali, menghitung, atau mengumpulkan informasi), dan merasa (misalnya bahagia, gembira, atau sedih), dalam keadaan sehat atau sakit secara fisik. Hasil dari transaksi dalam setting dapat berlangsung ataupun tidak langsung terlihat. Seseorang dapat menjadi lebih baik (misalnya lebih gembira atau lebih terampil) atau dapat pula menjadi lebih buruk (misalnya menjadi sedih atau menjadi sakit). Perancangan setting yang kurang mewadahi aktivitas penggunanya seringkali menyebabkan kerusakan terhadap fasilitas, meningkatnya biaya pemeliharaan, atau bahkan mubazirnya fasilitas tersebut

26 karena tidak digunakan seperti yang diprediksikan oleh perancang dalam hasil rancangannya (Laurens, 2004). 2.3 Kebun Raya Kebun raya adalah suatu kawasan yang mengkoleksi berbagai jenis tumbuhan, baik untuk tujuan penelitian maupun sebagai tempat wisata (Depdikbud 2008). Menurut LIPI (2010), Kebun raya didefinisikan sebagai suatu kawasan yang mengkoleksi berbagai jenis tumbuhan dengan dasar ilmiah, yang informasi ilmiah mengenai koleksinya terdokumentasi dengan baik. Kebun raya juga didefinisikan sebagai lembaga independen, badan pemerintah, atau suatu badan yang berkerja sama dengan institusi pendidikan atau universitas. Tujuan utamanya bukan hanya sebagai area wisata ataupun sebagai tempat untuk menanam spesimen koleksi tumbuhan, yang terpenting adalah perannya dalam menyebarkan pengetahuan botani dan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap arti penting tumbuhan bagi kehidupan (Bailey et al., 1978). Dalam Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (2002), kebun raya memiliki tugas pokok dan fungsinya sebagai berikut Tugas Pokok Kebun raya mempunyai tugas pokok melakukan inventarisasi, eksplorasi, koleksi, penanaman, dan pemeliharaan tumbuhan yang memiliki nilai ilmu pengetahuan dan potensi ekonomi untuk dikoleksi dalam bentuk kebun botani serta melakukan pendataan, pendokumentasian, pengembangan, pelayanan jasa dan informasi, pemasyarakatan ilmu pengetahuan di bidang konservasi, introduksi dan reintroduksi tumbuhan. Adapun tugas-tugas kebun raya adalah sebagai kawasan konservasi, penelitian, pendidikan lingkungan, serta pariwisata dan pelayanan umum Fungsi Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas, kebun raya menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

27 1. pelayanan, inventarisasi, eksplorasi, konservasi, dan reintroduksi jenis tumbuhan yang memiliki nilai ilmu pengetahuan dan potensi ekonomi, pengembangan dan pendokumentasian biodata jenis tumbuhan koleksi yang berkaitan dengan konservasi ex-situ; 2. pemberian pelayanan jasa ilmiah, pemasyarakatan ilmu pengetahuan dalam bidang konservasi tumbuhan dan introduksi tumbuhan; 3. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. Seperti yang telah dijabarkan di atas, kebun raya memiliki beragam tugas dan fungsi yang salah satunya adalah sebagai tempat konservasi ex-situ yang memiliki beragam tanaman koleksi di dalamnya. Tanaman koleksi yang akan ditanam di kebun raya mempunyai kriteria tertentu dengan melalui tahapan-tahapan pemilihan serta memiliki kelengkapan data sehingga mempunyai nilai di bidang ilmu pengetahuan. Selain sebagai kebun pengembangan tanaman berpotensi ekonomi, kebun raya juga berkembang menjadi sebuah lembaga ilmiah yang berperan penting dalam konservasi tumbuhan. Tanaman-tanaman koleksi ini ditanam dengan memperhatikan penataan berdasarkan pada kaidah-kaidah ilmu pertamanan sehingga memberikan keindahan. Keindahan dan muatan ilmiah yang dimiliki oleh kebun raya menarik minat masyarakat luas untuk mengunjunginya dan menjadikannya sebagai tempat rekreasi dan tempat untuk mempelajari botani. 2.4 Pengelolaan Taman dan Kawasan Wisata Pengelolaan taman dan kawasan wisata dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk menjaga taman dan area rekreasi serta fasilitas yang berada di dalamnya atau di sekitarnya setepat mungkin (Sternloff dan Warren, 1984). Pengertian pengelolaan kawasan menurut Mackinnon (1990) dalam Murtiartini (1999) adalah suatu tindakan baik fisik maupun administrasi yang dilakukan guna mempertahankan, mengamankan, dan melestarikan lanskap suatu kawasan. Dalam Murtiartini (1999) sistem pengelolaan kawasan perlu dilakukan untuk mendukung keberadaan kawasan wisata agar dapat.

28 1. menciptakan suasana yang menyenangkan, aman, nyaman, dan menyajikan kemudahan bagi para wisatawan. 2. menciptakan dan melindungi nilai estetika dari lanskap kawasan. 3. memelihara kelangsungan hidup tradisi dan seni budaya yang berada didalamnya maupun disekitarnya. 4. menciptakan suatu kondisi yang menghindari/melestarikan pengaruh negatif dari kegiatan wisata. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada obyek wisata alam dalam jumlah besar dan kontinyu akan mengganggu atau merusak ekosistem dan nilai estetika kawasan sehingga diperlukan suatu sistem pengelolaan yang dapat menangani hal ini (Mariana, 1992). Penetapan sistem pengelolaan taman dan kawasan wisata tidak dapat persis dilaksanakan sama pada setiap taman dan kawasan wisata yang lainnya. Pada setiap taman dan kawasan wisata terdapat suatu sistem pengelolaan yang tepat dan spesifik untuk dilaksanakan di kawasan tersebut. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan letak geografi, fasilitas yang akan dikelola, program wisata yang ditawarkan, dan karakteristik wisatawan yang berkuunjung (Sternloff dan Warren, 1984). Meskipun terdapat beberapa perbedaan yang mempengaruhi penetapan sistem pengelolaan masing-masing kawasan namun terdapat prinsip dasar yang menjadi landasan utama untuk menetapkan sistem pengelolaan yang efektif. Prinsip pengelolaan dan pemeliharaan kawasan wisata tersebut adalah sebagai berikut. 1. tujuan dan standar pengelolaan yang ditetapkan. 2. pemeliharaan harus memperhatikan pertimbangan ekonomi dalam hal waktu, tenaga kerja, peralatan, dan bahan. 3. pelaksanaan program pemeliharaan harus berdasarkan pada rencana pengelolaan. 4. penjadwalan rencana kerja pengelolaan harus berdasarkan pada prioritas dan memperhatikan kepentingan politik. 5. semua divisi yang terlibat dalam pengelolaan harus menempatkan perhatian lebih terhadap sistem pengelolaan pencegahan. 6. departemen pengelola harus terorganisir dengan baik.

29 7. departemen pengelola taman dan kawasan wisata harus didukung oleh sumber daya fiskal yang memadai untuk mendukung program pemeliharaan. 8. departemen pengelola taman dan kawasan wisata harus didukung oleh sumber daya manusia untuk melaksanakan program pemeliharaan. 9. program pengelolaan harus dirancang untuk melindungi lingkungan. 10. departemen pengelolaan memiliki tanggung jawab untuk menjaga keselamatan publik dan pekerjannya. 11. desain dan kostruksi dari fasilitas menjadi pertimbangan utama dalam pemeliharaan taman dan kawasan wisata. 12. para pegawai bertanggung jawab terhadap pencitraan taman dan kawasan wisata. Prinsip-prinsip di atas dapat memberikan masukan untuk menetapkan garis besar dari program pengelolaan. Prinsip tersebut juga dapat digunakan sebagai standar ukuran keefektifan dari program pengelolaan yang telah berjalan. Jika salah satu dari prinsip pengelolaan tidak ditepati, akan menyebabkan timbulnya gangguan serius dalam menyediaan pelayanan yang berkualitas oleh pengelolaan taman dan kawasan wisata. Secara umum, program pengelolaan kawasan dapat direncanakan dengan melakukan inventarisasi dan identifikasi fasilitas dan peralatan kawasan wisata, penyusunan perencanaan pemeliharaan rutin, penyusunan perencanaan peralatan untuk pemeliharaan intensif, dan penyusunan jadwal serta cara pemeliharaan preventif. Dilakukan tiga pendekatan untuk menetapkan masukan bagi pengelolaan yang berdasarkan pada Zahnd (1999), yaitu pendekatan bentuk, fungsi, dan kelembagaan atau organisasi. Pendekatan pertama adalah dalam hal bentuk (form), pendekatan ini mengarahkan pengelolaan untuk memelihara bentukan fisik dari desain kawasan agar tidak berubah dari perancangan awal. Pendekatan kedua adalah dalam hal fungsi (function) yang mengarahkan pengelolaan agar mengacu pada tujuan dari perencanaan kawasan. Pendekatan ini berusaha untuk menjaga dan memelihara agar tujuan dan fungsi dari kawasan ini tidak berubah. Pendekatan yang

30 terakhir adalah dalam hal kelembagaan (organization) dengan tujuan untuk mengarahkan pengelolaan agar pengelola kawasan dapat terorganisir dengan baik sehingga program pengelolaan ini dapat berjalan.

31 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dimulai dari bulan Februari hingga bulan Agustus Penelitian dilakukan di Kebun Raya Cibodas (KRC) yang secara administratif terletak di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat (Gambar 3). Gambar 3. Lokasi Penelitian

32 3.2 Alat dan Bahan Alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kertas pertanyaan kuesioner, kamera digital, komputer, dan software pengelolaan data (Microsoft Excel dan SPSS). Bahan yang dibutuhkan untuk keperluan adalah data primer (umur pelaku vandalisme, tingkat pendidikan pelaku vandalisme, pekerjaan pelaku vandalisme, jumlah pelaku vandalisme, aktivitas vandalisme yang dilakukan, obyek yang dikenai vandalimse, peralatan yang digunakan untuk melakukan vandalisme, dan faktor yang mendorong untuk melakukan vandalisme) dan data yang dimiliki oleh pihak pengelola kawasan berupa data sekunder (kondisi umum kawasan dan setting penelitian, sistem pengelolaan kawasan, peta dasar, peta titik tanam, dan peta fasilitas). 3.3 Tahapan Penelitian Penelitian yang dilaksanakan terbagi atas tiga tahapan utama. Tahap pertama adalah tahap prasurvei untuk menentukan landasan penelitian, dilanjutkan dengan tahap kedua, yakni tahap survei lapang untuk mengumpulkan data dan pengecekan di lapang. Tahap yang terakhir adalah tahap pascasurvei, yaitu tahap untuk mengelola dan menganalis data yang telah dikompilasi Prasurvei Tahap prasurvei bertujuan menentukan landasan utama penelitian yang mencakup penetapan tujuan penelitian, penyusunan rencana kerja, penentuan lokasi penelitian, penyusunan anggaran biaya, dan pengumpulan informasi yang diperlukan untuk memulai penelitian. Setelah menentukan landasan utama penelitian, dilakukan penyusunan proposal penelitian, dan pengurusan izin penelitian. Pada tahap prasurvei, penelitian pada kawasan KRC dibagi dalam dua setting yang pembagiannya didasarkan pada penetapan kawasan yang telah ditentukan oleh pengelola, yaitu kawasan koleksi dan kawasan rekreasi. Setting yang akan dipilih mewakili kriteria tersebut harus merupakan areal yang memiliki kemiripan obyek yang diamati dengan intensitas kunjungan tinggi dan berpotensi terhadap vandalisme

33 yang akan dilakukan oleh pengunjung. Berdasarkan kriteria tersebut, terpilihlah dua vak didalam KRC, yaitu : 1. Setting Koleksi Setting ini merupakan lokasi yang peruntukan utamanya untuk koleksi tanaman tertentu. Lokasi yang terpilih untuk mewakili setting ini adalah Taman Sakura. Lokasi setting ini berada pada vak XX.B, yaitu di sebelah selatan Taman Rhododendron, di sebelah timur Jalan Air, dan di sebelah barat laut Air Terjun Ciismun. 2. Setting Rekreasi Setting ini merupakan lokasi yang peruntukkan utamanya sebagai area rekreasi yang berada di dalam KRC. Setting yang terpilih untuk mewakili zona ini adalah setting lawn. Setting ini berada pada vak VI.B, yaitu di sebelah barat kolam besar Survei Lapang Tahap survei lapang merupakan tahap pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengecekan lapang melalui pengamatan langsung dan perekaman aktivitas pelaku vandalisme melalui video, kuesioner, serta wawancara. Survei lapang dilaksanakan selama 3,5 bulan mulai dari bulan Maret hingga Juni Pelaksanaannya dilakukan pada akhir pekan dan hari libur. Pemilihan waktu penelitian pada akhir pekan dan hari libur didasarkan karena tingginya intensitas pengunjung pada hari tersebut sehingga dapat diasumsikan bahwa peluang tindakan vandalisme akan lebih besar. Data sekunder yang dikumpulkan mengacu pada data yang dimiliki oleh pihak pengelola kawasan berupa data fisik (peta dasar, peta titik tanam, jenis dan jumlah vegetasi penyusun, serta peta fasilitas dan utilitas) dan data sosial (keadaan umum lokasi, jumlah pengunjung, dan sistem pengelolaan). Data sekunder juga diperoleh melalui studi pustaka untuk mendapatkan data yang dapat menunjang data primer.

34 1. Pengamatan Lapang Pengamatan lapang dalam penelitian ini merupakan metode pengamatan melalui pengambilan video dan turun lapang. Pengambilan video dilakukan dengan cara merekam aktivitas yang dilakukan oleh para pengunjung melalui kamera digital pada spot tertentu yang dapat mencakup view ke arah obyek penelitian. Perekaman video dilakukan agar aktivitas vandalisme yang dilakukan secara spontan dan dalam waktu yang cepat dapat terdata. Selain itu dengan melakukan pengamatan langsung akan diperolehnya data jumlah pelaku vandalisme, tindakan vandalisme yang dilakukan, dan obyek yang dikenai perilaku vandalisme meskipun subyek tidak mau berkomunikasi baik karena takut, tidak ada waktu, maupun enggan. Dalam penelitian ini terdapat empat aktivitas vandalisme yang diamati, yaitu: 1. menulis atau menggambar pada bagian fasilitas, 2. memindahkan fasilitas, 3. mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman, dan 4. membuang sampah tidak pada tempatnya. Terdapat sepuluh obyek dari tindakan vandalisme yang diamati pada kedua setting tersebut. Obyek yang diamati dalam penelitian ini adalah pohon, semak, ground cover, gazebo, jembatan, media informasi, papan nama tanaman, besi penyanggah, bangku taman, dan tempat sampah. Pada setting taman sakura tidak terdapat bangku taman yang dapat diamati pada setting ini. Sedangkan pada setting lawn tidak ditemukannya semak, gazebo, dan jembatan yang berada pada setting ini. Prosedur pengamatan lapang dilakukan selama 10 kali ulangan yang diambil pada akhir pekan dan hari libur, tepatnya pada tanggal 20, 21, 27, dan 28 Maret, 2, 3, 4, 17, dan 18 April, dan 1 Mei Pengamatan lapang dilakukan pada jam dengan tingkat kunjungan teramai, yaitu pada pukul WIB. Pengambilan video dilakukan selama ± 30 menit pada tiap vak yang dibagi dalam tiga spot pengamatan dengan waktu pengambilan video di tiap spotnya dilakukan selama kurang lebih 10 menit. Untuk menunjang data yang diperoleh dalam pengamatan lapang, juga dilakukan pengamatan secara langsung yang dilakukan setelah pengambilan video.

35 Pengamatan langsung dilakukan selama 10 menit dengan berkeliling di dalam areal dan mengamati perilaku vandalisme yang dilakukan oleh pengunjung. Pengamatan langsung dilakukan untuk mendata perilaku vandalisme yang dilakukan pada lokasi yang mungkin tidak terekam oleh kamera dan untuk mendata perilaku vandalisme yang dilakukan pada lokasi yang terekam, tetapi kurang begitu jelas terlihat dalam video. 2. Kuesioner Penyebaran kuesioner dilakukan dengan tujuan utama untuk mengetahui faktor lingkungan yang mendorong para pengunjung dalam melakukan tindakan vandalisme. Pembagian kuesioner juga dilakukan untuk memperoleh data mengenai latar belakang pengunjung (umur, jenis kelamin, dan pendidikan terakhir) dan faktor lingkungan yang mempengaruhi. Teknik sampling yang digunakan dalam pembagian kuesioner adalah nonprobability sampling, yaitu anggota dalam populasi tidak memiliki peluang atau kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Teknik nonprobability sampling yang dipilih adalah sampling kuota, yaitu dengan menentukan jumlah sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan (Sugiyono, 2009). Pembagian kuesioner dilakukan di dua zona yang telah ditetapkan sebagai areal penelitian, yaitu Taman Sakura dan Lawn. Jumlah keseluruhan kuesioner yang dibagikan sebanyak 80 kuesioner yang pada masing-masing zona dibagikan sebanyak 40 kuesioner yang terdiri dari 10 kuesioner untuk mengetahui faktor lingkungan yang mendorong pelaku tindakan vandalisme yang menulis atau menggambar pada bagian fasilitas, 10 kuesioner untuk mengetahui faktor lingkungan yang mendorong pelaku tindakan vandalisme yang memindahkan fasilitas, 10 kuesioner untuk mengetahui faktor lingkungan yang mendorong pelaku tindakan vandalisme yang mematahkan atau mengambil bagian tanaman, dan 10 kuesioner untuk mengetahui faktor lingkungan yang mendorong pelaku tindakan vandalisme yang membuang sampah tidak pada tempatnya (Tabel 1).

36 Tabel 1. Jumlah Responden Kuesioner No. Aktifitas Vandalisme Taman Sakura Lawn Jumlah (reponden) (responden) (responden) 1 Menulis atau menggambar pada fasilitas atau tanaman 2 Memindahkan fasilitas Mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman 4 Membuang sampah tidak pada tempatnya Jumlah Dalam pembagian kuesioner, terlebih dahulu dilakukan pengamatan lapang untuk mengetahui calon responden yang memenuhi kriteria untuk mengisi kuesioner. Kriteria responden yang dapat mengisi kuesioner adalah orang yang didapati sedang melakukan tindakan vandalisme dalam pengamatan lapang dengan batasan usia 10 tahun ke atas dan dapat menulis serta membaca. Setelah diketahui bahwa subjek tersebut melakukan tindakan vandalisme, kuesioner kemudian diserahkan kepada responden untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Untuk mengetahui faktor lingkungan yang mendorong pelaku aksi vandalisme memindahkan fasilitas pada setting taman sakura diambil responden yang berasal dari pelaku vandalisme pada setting lawn yang pernah berkunjung ke setting taman sakura. Pemilihan calon responden yang berbeda untuk aksi vandalisme memindahkan fasilitas pada taman sakura disebabkan karena tidak ditemukannya pelaku vandalisme yang memindahkan fasilitas pada setting taman sakura selama kegiatan survei ini berlangsung. Untuk aksi vandalisme ini, ingin diketahui faktor lingkungan yang mendorong pelaku vandalisme ini tidak melakukan aksi vandalisme di taman sakura.

37 3.3.3 Pascasurvei Dalam penelitian ini, dilakukan metode analisis dengan menggunakan analisis data eksploratif dari submenu statistik deskriptif. Analisis data eksploratif dilakukan untuk menganalisis data yang berasal dari pengamatan lapang dengan tujuan untuk memeriksa lebih teliti sekelompok data. Proses penyajian data dilakukan dengan pengidentifikasi perilaku dan obyek yang dikenai vandalisme dalam pengamatan langsung dan video ke dalam bentuk data kuantitatif. Data ini kemudian dimasukkan ke dalam Microsoft Excel untuk memperoleh keluaran berupa tabel jumlah dan ragam aktifitas vandalisme serta tabel jumlah dan ragam obyek yang dikenai vandalisme. Data juga diolah ke dalam SPSS untuk memperoleh keluaran berupa boxplot. Boxplot merupakan teknik penyajian data yang dapat menyajikan kesimetrikan penyebaran data dan keanehan data walaupun data aslinya tidak ditampilkan (Santoso, 2003). Boxplot memiliki sifat yang tahan terhadap gangguan beberapa data besar tanpa merusak nilai median, nilai kuartil, dan bentuk kotak dalam boxplot. Sifat ketahanan ini menyebabkan boxplot menarik untuk digunakan dalam analisis data eksplorasi. Tampilan dari beberapa boxplot secara bersamaan dapat mempermudah proses perbandingan beberapa kelompok data sehingga dapat langsung diketahui perbedaan dan persamaannya. Boxplot disajikan dalam lima buah batas, yaitu nilai terkecil (min), Kuartil 1, Kuartil 2 (median), Kuartil 3, dan nilai terbesar (maks) sebagai pada gambar dibawah ini (Gambar 4). BB Q1 Q2 Q3 BA Gambar 4. Bentuk Boxplot secara Horizontal Keterangan : Q1, Q2, Q3 adalah kuartil 1, 2, dan 3. BB = Batas Bawah (Q3- (Q3-Q1)).

38 BA = Batas Atas (Q3+ (Q3-Q1)). Boxplot dapat memberikan informasi tentang lokasi pemusatan data, rentang penyebaran, kemiringan, atau kecondongan pola sebaran, kemenjuluran data atau panjang ekor, dan data pencilan (Emerson dan Strenio, 1983). Penciri numerik yang penting adalah ukuran pemusatan data yang berupa nilai tempat sebagian besar data mengumpul dan ukuran penyebaran data yang menunjukkan besarnya rentangan dari titik pusatnya. Lokasi pemusatan data diwakili oleh nilai median yang dapat dilihat dari nilai garis yang berada dalam kotak, sedangkan rentangan penyebaran dapat dilihat dari panjangnya kotak yang merupakan jarak antarkuartil. Pada umumnya kumpulan data yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap suatu peubah memiliki nilai yang tidak persis sama satu dengan lainnya. Variasi atau keberagaman nilai-nilai pengamatan dapat kita lihat melalui pola sebaran datanya (Aunuddin, 1989). Kemiringan atau kecondongan dari pola sebaran data dapat dilihat dari posisi median di dalam kotak. Apabila median terletak lebih dekat dengan Kuartil 1 (Q1), menunjukkan adanya suatu sebaran dengan kemiringan positif atau memanjang ke arah nilai-nilai yang besar dan kemiringan negatif terjadi bila posisi median lebih dekat dengan Kuartil 3 (Q3). Kemenjuluran data atau panjang ekor diwakili oleh panjang garis yang menjulur keluar dari kotak dan menjadi petunjuk adanya data yang agak jauh dari kumpulannya. Pencilan data merupakan data-data yang berada di luar batas dan dapat menunjukkan adanya nilai yang memencil. Pencilan data dapat dilihat dengan apakah terdapat melihat data yang terletak di batas bawah (BB), sedangkan nilai yang berada di luar batas atas (BA) merupakan nilai ekstrim. Apabila kotak dalam boxplot tersebut tidak terbentuk, terdapat dua kemungkinan, yaitu data tersebut terpusat pada nilai nol atau data tersebut menyebar berupa nilai pencilan. Langkah dilakukan untuk membuat boxplot dengan menggunakan program SPSS, sebagai berikut. 1. buka lembaran kerja (worksheet) baru pada program SPSS. 2. masukkan data ke dalam lembar kerja SPSS.

39 3. pilih menu Analyze kemudian pilih submenu Descriptive Statistics dan pilih Explore. 4. isikan variable yang akan dijadikan Dependent List dan Factor List. 5. pilih Statistics kemudian pilih Descriptives, M-estimator dan Outliners, lalu pilih Continue. 6. kemudian pilih Plot, pada Box-Plot pilih Factor Levels Together, lalu pilih Continue. 7. pada Display, tandai pilihan Both lalu pilih OK. 3.4 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup yang menjadi pembatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. setting yang diamati dalam penelitian ini terdiri atas setting taman sakura dan setting lawn. 2. aktivitas vandalisme yang diamati adalah menggambar atau menulis pada fasilitas, memindahkan fasilitas, mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman, dan membuang sampah tidak pada tempatnya. 3. obyek vandalisme yang diamati terdiri dari 10 obyek, yaitu pohon, semak, ground cover, gazebo, jembatan, media informasi, papan nama tanaman, besi penyanggah, bangku taman, dan tempat sampah. 4. responden yang dapat mengisi kuesioner adalah orang yang didapati sedang melakukan tindakan vandalisme dalam pengamatan dengan batasan usia 10 tahun ke atas dan dapat menulis serta membaca. 5. faktor lingkungan yang diidentifikasi untuk aksi vandalisme menggambar atau menulis pada fasilitas adalah setting berada pada lokasi yang sepi dan sudah didapati gambar atau tulisan yang berada pada setting tersebut. 6. faktor lingkungan yang diidentifikasi untuk aksi vandalisme memindahkan fasilitas adalah struktur yang tidak permanen dan material yang rentan.

40 7. faktor lingkungan yang diidentifikasi untuk aksi vandalisme mematahkan dan mengambil bagian dari tanaman adalah kemudahan untuk dijangkau dan keindahan atau keunikan dari bagian tanaman. 8. faktor lingkungan yang diidentifikasi untuk aksi vandalismemembuang sampah sembarangan adalah minimnya tempat sampah dan sampah yang telah dibuang sembarangan sebelumnya.

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dimulai dari bulan Februari hingga bulan Agustus 2010. Penelitian dilakukan di Kebun Raya Cibodas (KRC) yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Vandalisme Definisi mengenai vandalisme diterapkan untuk segala macam perilaku yang menyebabkan kerusakan atau penghancuran benda pribadi atau publik (Haryadi dan Setiawan,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Setting Pengamatan dilakukan terdapat dua setting yang terdapat di KRC. Kedua setting tersebut berada pada dua kawasan yang berbeda. Setting pertama merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 Judul Nama NRP : Pengaruh

Lebih terperinci

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN ARSYAD KHRISNA A44052252. Kajian Pencahayaan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Keadaan Fisik Fungsi

KONDISI UMUM Keadaan Fisik Fungsi 19 KONDISI UMUM Keadaan Fisik Kebun Raya Cibodas (KRC) merupakan salah satu kebun raya yang terdapat di Indonesia. KRC terletak di Desa Cimacan, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pintu gerbang

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian Kebun Raya Cibodas

METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian Kebun Raya Cibodas 10 METODE Waktu dan Tempat penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga Juli 2010. Penelitian dilakukan di Kebun Raya Cibodas, Desa Cimacan, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG (Studi Kasus Wilayah Seksi Bungan Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun di Provinsi

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR Oleh SEPTA ARI MAMIRI A34203047 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN Disusun oleh: DENI HERYANI A34203018 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN DENI

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A34203058 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Dengan ini

Lebih terperinci

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO Oleh DIDIK YULIANTO A34202008 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTIT UT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A34203015 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERENCANAAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA OLEH: MOCH SAEPULLOH A44052066 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA. Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A

PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA. Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A34201037 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR Oleh : YAYAT RUHIYAT A34201018 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YAYAT RUHIYAT. Studi

Lebih terperinci

EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A

EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A34204036 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Tanpa Skala. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian. Gambar 2 Lokasi Penelitian

BAB III METODOLOGI. Tanpa Skala. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian. Gambar 2 Lokasi Penelitian 15 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ini yaitu dimulai pada bulan Maret 2011 sampai dengan bulan September 2011. Lokasi yang dipilih

Lebih terperinci

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG DIAR ERSTANTYO DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP DAN PEMELIHARAAN TAMAN MENTENG JAKARTA PUSAT PADA DINAS PERTAMANAN PROVINSI DKI JAKARTA. Oleh : Mustika Retno Arsyanur A

PENGELOLAAN LANSKAP DAN PEMELIHARAAN TAMAN MENTENG JAKARTA PUSAT PADA DINAS PERTAMANAN PROVINSI DKI JAKARTA. Oleh : Mustika Retno Arsyanur A PENGELOLAAN LANSKAP DAN PEMELIHARAAN TAMAN MENTENG JAKARTA PUSAT PADA DINAS PERTAMANAN PROVINSI DKI JAKARTA Oleh : Mustika Retno Arsyanur A34204025 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

Laporan Survei Indeks Kepuasan Masyarakat Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas LIPI Tahun 2016

Laporan Survei Indeks Kepuasan Masyarakat Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas LIPI Tahun 2016 Laporan Survei Indeks Kepuasan Masyarakat Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas LIPI Tahun 2016 A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas (KRC) - LIPI, merupakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Oleh: GIN GIN GINANJAR A34201029 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA

STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN HADRIAN PRANA PUTRA.

Lebih terperinci

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh data tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh data tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber. @ Hak cipta milik UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas - LIPI Hak Cipta dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh data tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN LANSKAP PADANG GOLF KOTA ARAYA, MALANG KARTIKA NURHAYATI

PEMELIHARAAN LANSKAP PADANG GOLF KOTA ARAYA, MALANG KARTIKA NURHAYATI PEMELIHARAAN LANSKAP PADANG GOLF KOTA ARAYA, MALANG KARTIKA NURHAYATI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN KARTIKA NURHAYATI. Pemeliharaan Lanskap Padang

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA HARY RACHMAT RIYADI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK Oleh: Medyuni Ruswan A34201045 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT Oleh : RINRIN KODARIYAH A 34201017 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A

ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A34203009 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN LANSKAP CLUSTER PADMA NIRWANA DAN ORCHARD WALK PADA KAWASAN PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE, BOGOR. Oleh : Hendy Satrio Aji A

PEMBANGUNAN LANSKAP CLUSTER PADMA NIRWANA DAN ORCHARD WALK PADA KAWASAN PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE, BOGOR. Oleh : Hendy Satrio Aji A PEMBANGUNAN LANSKAP CLUSTER PADMA NIRWANA DAN ORCHARD WALK PADA KAWASAN PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE, BOGOR Oleh : Hendy Satrio Aji A34204030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH INTAN KUSUMA JAYANTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

Gambar 12. Lokasi Penelitian

Gambar 12. Lokasi Penelitian III. METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalur wisata Puncak, terletak di Kabupaten Bogor. Jalur yang diamati adalah jalur pemasangan reklame yang berdasarkan data

Lebih terperinci

PENYUSUNAN BASIS DATA POHON KEBUN RAYA BOGOR DENGAN VISUALISASI KOMPUTER

PENYUSUNAN BASIS DATA POHON KEBUN RAYA BOGOR DENGAN VISUALISASI KOMPUTER PENYUSUNAN BASIS DATA POHON KEBUN RAYA BOGOR DENGAN VISUALISASI KOMPUTER 88 ZAENAL ARIFIN A34202011 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENYUSUNAN BASIS DATA

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A34204018 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,

Lebih terperinci

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang C534 Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang Dian Fajar Novitasari dan Ardy Maulidy Navastara Departemen Perencanaan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR Oleh : TEMMY FATIMASARI L2D 306 024 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA PROGRAM STUDI ILMU PERENCANAAN WILAYAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA Oleh: PUTERA RAMADHON A34204046 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A

PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A34203044 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON

Lebih terperinci

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-188 Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA Oleh : RIDHO DWIANTO A34204013 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN

PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN (Kasus Kampung Cimenteng, Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten)

Lebih terperinci

PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH

PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (Kasus Sekolah Dasar Negeri 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat)

HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (Kasus Sekolah Dasar Negeri 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat) HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (Kasus Sekolah Dasar Negeri 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat) Oleh : VIORA TORIZA I34063121 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN PENGUNJUNG ATAS KESEJAHTERAAN SATWA DI KEBUN BINATANG SKRIPSI

ANALISIS KEPUASAN PENGUNJUNG ATAS KESEJAHTERAAN SATWA DI KEBUN BINATANG SKRIPSI ANALISIS KEPUASAN PENGUNJUNG ATAS KESEJAHTERAAN SATWA DI KEBUN BINATANG (Studi Kasus: Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan Bukittinggi, Sumatera Barat) SKRIPSI Oleh: SEFTIAWAN 051201022 MANAJEMEN HUTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA

PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A i SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A34203053 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA SKRIPSI MUHAMMAD SALIM R H34076107 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMELIHARAAN POHON PENGISI JALUR HIJAU JALAN DI KOTAMADYA JAKARTA TIMUR OLEH : RR. RIALUN WULANSARI A

PENYUSUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMELIHARAAN POHON PENGISI JALUR HIJAU JALAN DI KOTAMADYA JAKARTA TIMUR OLEH : RR. RIALUN WULANSARI A PENYUSUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMELIHARAAN POHON PENGISI JALUR HIJAU JALAN DI KOTAMADYA JAKARTA TIMUR OLEH : RR. RIALUN WULANSARI A 34201036 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA ISLAM SUNAN BONANG. Oleh Mufidah Atho Atun A

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA ISLAM SUNAN BONANG. Oleh Mufidah Atho Atun A PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA ISLAM SUNAN BONANG Oleh Mufidah Atho Atun A34204020 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN MUFIDAH ATHO ATUN.

Lebih terperinci

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber :

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber : BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penulis mengambil lokasi penelitian di Desa Sakti Pulau Nusa Penida Provinsi Bali. Untuk lebih jelas peneliti mencantumkan denah yang bisa peneliti dapatkan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH

KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH DEPARTEMEN KONSERVASI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Pariwisata telah menjadi bagian

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI. Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A

PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI. Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A Skripsi PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A34203012 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Sumber: Anonim (2011) Gambar 2. Peta Lokasi Ocean Ecopark Ancol

Sumber: Anonim (2011) Gambar 2. Peta Lokasi Ocean Ecopark Ancol 10 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Ocean Ecopark Ancol yang terletak di Jalan Lodan Timur No.7, Jakarta Utara (Gambar 2). Ocean Ecopark yang terletak

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Umum Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau tahapan-tahapan dalam merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN TAMAN MARGASATWA MEDAN SEBAGAI HUTAN KOTA DAN SARANA REKREASI SKRIPSI. Oleh : HIRAS ANDREW A LUMBANTORUAN /MANAJEMEN HUTAN

STUDI PENGEMBANGAN TAMAN MARGASATWA MEDAN SEBAGAI HUTAN KOTA DAN SARANA REKREASI SKRIPSI. Oleh : HIRAS ANDREW A LUMBANTORUAN /MANAJEMEN HUTAN STUDI PENGEMBANGAN TAMAN MARGASATWA MEDAN SEBAGAI HUTAN KOTA DAN SARANA REKREASI SKRIPSI Oleh : HIRAS ANDREW A LUMBANTORUAN 031201002/MANAJEMEN HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

3 METODE Jalur Interpretasi

3 METODE Jalur Interpretasi 15 2.3.5 Jalur Interpretasi Cara terbaik dalam menentukan panjang jalur interpretasi adalah berdasarkan pada waktu berjalan kaki. Hal ini tergantung pada tanah lapang, jarak aktual dan orang yang berjalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Menurut Tika (2005:4) metode deskriptif adalah metode yang

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Menurut Tika (2005:4) metode deskriptif adalah metode yang BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Tika (2005:4) metode deskriptif adalah metode yang mengarah pada pengungkapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Suatu rencana tentang cara mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat terlaksana secara efektif dan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG

IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG SKRIPSI HESTI FANNY AULIA SIHALOHO H34066060 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR SKRIPSI EGRETTA MELISTANTRI DEWI A 14105667 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian yaitu Kebun Raya Cibodas, Kecamatan Pacet, Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian yaitu Kebun Raya Cibodas, Kecamatan Pacet, Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yaitu Kebun Raya Cibodas, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. 2. Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh MENDUT NURNINGSIH E01400022 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Ide Perancangan Dalam penentuan ide perancangan Kawasan wisata pantai Camplong menggunakan ayat Al-Qur an Surat Al-Baqarah Ayat 11: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka

Lebih terperinci

MG XIV PRINSIP PENGELOLAAN LANSKAP BERKELANJUTAN

MG XIV PRINSIP PENGELOLAAN LANSKAP BERKELANJUTAN MG XIV PRINSIP PENGELOLAAN LANSKAP BERKELANJUTAN Dr KASWANTO M.K. PENGELOLAAN LANSKAP BERKELANJUTAN (ARL 521) DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN - INSTITUT PERTANIAN BOGOR Senin, 23 Mei 2016

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tentang kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

Prosiding SN SMAP 09 ABSTRAK PENDAHULUAN. FMIPA UNILA, November

Prosiding SN SMAP 09 ABSTRAK PENDAHULUAN. FMIPA UNILA, November Prosiding SN SMAP 09 UJI SCENIC BEAUTY ESTIMATION TERHADAP KONFIGURASI TEGAKAN-TEGAKAN VEGETASI DI KEBUN RAYA BOGOR Imawan Wahyu Hidayat 1 1 Kebun Raya Cibodas, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pacet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pariwisata sekarang sudah merupakan suatu tuntutan hidup dalam zaman modern ini. Permintaan orang-orang untuk melakukan perjalanan wisata, dari tahun ke tahun terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Berlakunya Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, memiliki implikasi yang sangat luas dan menyeluruh dalam kebijaksanaan dan pengelolaan daerah. Wilayah

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. untuk mencapai tujuan penelitian dilaksanakan untuk menemukan,

BAB III METODE PERANCANGAN. untuk mencapai tujuan penelitian dilaksanakan untuk menemukan, BAB III METODE PERANCANGAN Metode pada dasarnya diartikan suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Penelitian adalah suatu penyelidikan dengan prosedur ilmiah untuk mengetahui dan mendalami suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hutan kota adalah kawasan yang ditutupi pepohonan yang dibiarkan tumbuh secara alami menyerupai hutan, tidak tertata seperti taman, dan lokasinya berada di dalam atau

Lebih terperinci

agrowisata ini juga terdapat pada penelitian Ernaldi (2010), Zunia (2012), Machrodji (2004), dan Masang (2006). Masang (2006) yang dikutip dari

agrowisata ini juga terdapat pada penelitian Ernaldi (2010), Zunia (2012), Machrodji (2004), dan Masang (2006). Masang (2006) yang dikutip dari II TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata didefinisikan sebagai kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas manusia, pariwisata

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Studi Hubungan Vandalisme dengan Setting Taman Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung Denpasar - Bali

Studi Hubungan Vandalisme dengan Setting Taman Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung Denpasar - Bali Studi Hubungan Vandalisme dengan Setting Taman Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung Denpasar - Bali ANNISA UTAMININGTYAS*) A.A.MADE ASTININGSIH IDA AYU MAYUN Program Studi Agroekoteknologi,

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP OBJEK WISATA PEMANCINGAN FISHING VALLEY BOGOR. Oleh DEVI FITRIYANA H

ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP OBJEK WISATA PEMANCINGAN FISHING VALLEY BOGOR. Oleh DEVI FITRIYANA H ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP OBJEK WISATA PEMANCINGAN FISHING VALLEY BOGOR Oleh DEVI FITRIYANA H24066045 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sedang digalakkan oleh pemerintah dan merupakan andalan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sedang digalakkan oleh pemerintah dan merupakan andalan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata sedang digalakkan oleh pemerintah dan merupakan andalan bagi Indonesia dalam meningkatkan devisa negara. Potensi sumber daya alam Indonesia menjadi

Lebih terperinci

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU INDAH HERAWANTY PURWITA DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA AGROWISATA RUMAH SUTERA ALAM KECAMATAN PASIR EURIH, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA AGROWISATA RUMAH SUTERA ALAM KECAMATAN PASIR EURIH, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA AGROWISATA RUMAH SUTERA ALAM KECAMATAN PASIR EURIH, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Oleh : FANDY AKHDIAR A14104101 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari pembahasan pada bab

BAB V KESIMPULAN. Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari pembahasan pada bab BAB V KESIMPULAN Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari pembahasan pada bab sebelumnya. Pada bab ini juga terdapat implikasi penelitian secara manajerial, serta akan menjabarkan mengenai keterbatasan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BUMI PERKEMAHAN PENGGARON KABUPATEN SEMARANG

PENGEMBANGAN BUMI PERKEMAHAN PENGGARON KABUPATEN SEMARANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah kegiatan seseorang dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan perbedaan waktu kunjungan dan motivasi kunjungan. Menurut Pendit

Lebih terperinci

Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH

Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 Kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aset yang menguntungkan bagi suatu negara. Dalam UU

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aset yang menguntungkan bagi suatu negara. Dalam UU BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan sebuah industri yang memiliki jaringan yang luas. Pariwisata adalah kegiatan dinamis yang melibatkan banyak manusia serta menghidupkan berbagai

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

PERENCANAAN EKOWISATA DI ZONA PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON (TNUK), BANTEN (Kasus Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang)

PERENCANAAN EKOWISATA DI ZONA PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON (TNUK), BANTEN (Kasus Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang) PERENCANAAN EKOWISATA DI ZONA PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON (TNUK), BANTEN (Kasus Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang) AINI HARTANTI A34204035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H44050654 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR Oleh : Dini Vidya A14104008 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERUBAHAN DARATAN PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN PASCA TSUNAMI SECARA SPASIAL DAN TEMPORAL DI PANTAI PANGANDARAN, KABUPATEN CIAMIS JAWA BARAT

PERUBAHAN DARATAN PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN PASCA TSUNAMI SECARA SPASIAL DAN TEMPORAL DI PANTAI PANGANDARAN, KABUPATEN CIAMIS JAWA BARAT PERUBAHAN DARATAN PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN PASCA TSUNAMI SECARA SPASIAL DAN TEMPORAL DI PANTAI PANGANDARAN, KABUPATEN CIAMIS JAWA BARAT YUNITA SULISTRIANI SKRIPSI DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A34203031 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci