BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
|
|
- Suparman Agusalim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 33 BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Right Issue Right issue yang dalam bahasa Indonesia disebut Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) adalah sebuah aksi korporasi dalam pasar modal Indonesia yang memberi hak kepada para pemegang saham lama (underlying stocks) yang namanya telah terdaftar untuk menerima penawaran terlebih dahulu apabila perusahaan melakukan proses emisi atau pengeluaran saham-saham dari saham portepel atau saham simpanan (treasury stocks) dimana jumlah saham yang berhak ditebus seimbang dengan jumlah saham yang mereka miliki secara proporsional. Right issue atau HMETD ini ditawarkan kepada pemegang saham lama terlebih dahulu karena pemegang saham lama memiliki hak preemptive yaitu hak yang memberikan kesempatan bagi pemegang saham lama untuk membeli saham baru agar kepemilikannya pada emiten tidak terdilusi. Hak ini tidak mengikat karena pemegang saham dapat menjual HMETD tersebut kepada pemegang saham lain atau kepada investor baru. Selanjutnya HMETD yang tidak ditebus atau tidak dimanfaatkan oleh yang berhak akan hangus. Sedangkan saham baru yang ditebus oleh pemegang saham memiliki hak yang sama dan sederajat dalam segala hal dengan saham lama yang telah dikeluarkan sebelumnya termasuk kesamaan hak atas dividend. Saham baru yang diterbitkan dalam right issue ini umumnya dijual di bawah harga pasar, dengan discount tertentu, tujuannya agar pemegang saham lama tertarik untuk menggunakan haknya membeli saham baru. Yang perlu menjadi
2 34 strategi dari emiten adalah menentukan discount dari harga HMETD ini karena jika harga saham di pasar lebih rendah dari pada harga HMETD, tentu saja HMETD ini tidak akan berhasil karena pemegang saham lama akan memilih membeli saham di pasar sekunder dibandingkan menebus HMETD. Jika demikian yang terjadi gagalah rencana emiten dalam memperoleh dana dengan menerbitkan saham baru. Ada kecenderungan harga saham naik sebelum right issue. Setelah right issue diumumkan, harga saham akan turun mendekati harga Execution Price atau harga pelaksanaan Istilah-Istilah Penting dalam Right Issue Perlu difahami beberapa istilah penting yang sering muncul dalam aksi right issue. Istilah-istilah penting yang dimaksud antara lain adalah: 1) Saham Baru. Istilah saham baru dalam aksi right issue bukan berarti saham yang pertama kali dijual, melainkan saham yang dijual pada periode berikutnya, bisa yang kedua (second issued) atau ketiga (third issued). 2) Hak. Istilah hak berarti kebebasan investor pemilik saham lama untuk membeli atau tidak membeli saham baru pada right issue. 3) Exercise the Rights (penggunaan hak) adalah investor menggunakan hak tebusnya untuk membeli saham baru sesuai dengan term of rights yang sudah ditetapkan dengan demikian investor membutuhkan modal tambahan. 4) Let the Exercise Expired (tidak menggunakan hak) adalah apabila investor pemilik saham lama tidak menggunakan haknya untuk membeli saham baru hasil right issue, maka peluang itu akan hangus.
3 35 5) Sell the Rights (penjualan hak) adalah jika investor tidak menggunakan haknya, baik dengan alasan tidak ingin menambah portofolio atau karena tidak memiliki modal tambahan, maka investor bisa menjual haknya tersebut. Dimana yang dijual adalah haknya saja, tidak termasuk saham. 6) Term of Rights (persyaratan pelaksanaan hak). Untuk dapat menggunakan hak membeli saham baru hasil right issue diperlukan persyaratan, yaitu harus memiliki saham lama pada batas tanggal cum date, kecuali investor tersebut adalah pembeli hak dari pemilik saham lama. 7) Market Price (harga pasar) adalah harga saham lama yang terjadi di bursa. 8) Execution Price / Subscription Price atau harga eksekusi adalah harga saham baru yang berasal dari pelaksanaan right issue, dimana harga ini berlaku bagi pemegang HMETD yang akan menebus haknya. Execution Price atau harga eksekusi biasanya lebih rendah dari market price, sebab apabila lebih tinggi maka tidak ada investor yang bersedia menggunakan haknya dan lebih memilih membeli saham lama di pasar sekunder. 9) Ex Rights Price atau harga teoritis saham right issue merupakan harga bersih, yaitu harga yang memperhitungkan total investasi yang ditanamkan di dalam pembelian saham lama dan saham baru. Harga ini diperoleh dengan menggunakan rumus: Harga Teoritis = Dimana: (MP Σ Saham Lama)+ (EP Σ Saham Baru) (Σ Saham Lama+Σ Saham Baru) (3.1) MP EP = Market price = Execution price
4 36 10) Harga Rights. Harga ini terjadi jika pemegang saham lama tidak menggunakan haknya, kemudian menjual hak tersebut kepada orang lain. Dalam hal ini harga rights adalah harga haknya saja tidak termasuk harga sahamnya. Harga rights dihitung dengan rumus dibawah ini: Harga Rights = Harga Teoritis Execution Price (3.2) 11) Underlying Stocks di dalam persyaratan pelaksanaan hak disebutkan bahwa untuk bisa membeli saham baru hasil right issue, investor harus memiliki saham lama. Saham lama inilah yang disebut underlying stocks. 12) Dillution Effect atau efek dilusi. Adalah dampak yang diakibatkan oleh meningkatnya jumlah saham yang beredar setelah dilaksanakan right issue. Dengan adanya kebijakan right issue maka jumlah saham yang beredar akan meningkat signifikan. Hal ini berakibat pada penurunan persentase kepemilikan absolut dari pemegang saham yang tidak menebus haknya. Sehingga menurunkan pula hak klaim terhadap keuntungan perusahaan Tujuan Right Issue Right issue dilaksanakan dengan tujuan memperoleh pendanaan atau tambahan modal, yang antara lain digunakan untuk: 1) Ekspansi atau pengembangan perusahaan atau untuk memperkuat struktur permodalan. Ini adalah alasan terbaik dalam aksi right issue. 2) Membayar utang yang jatuh tempo. Hal ini adalah alasan yang kurang baik dalam aksi right issue. 3) Bonus kepada manajemen atau karyawan perusahaan dalam bentuk saham, biasanya tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.
5 37 4) Menambah kepemilikan saham/membeli saham-saham pada anak usahanya. 5) Menambah jumlah saham beredar di bursa juga untuk menambah likuiditas dan kapitalisasi saham yang bersangkutan. 6) Backdoor listing, adalah strategi yang dilakukan oleh perusahaan tertutup untuk go public dengan mengakuisisi ataupun bergabung (merger) dengan perusahaan terbuka. Perusahaan terbuka yang sudah go public tersebut melakukan akuisisi terhadap perusahaan yang sudah disiapkan melakukan backdoor listing. Untuk pembiayaan akuisisi itu perusahaan terbuka tadi akan melakukan penawaran saham terbatas (right issue) Dengan demikian, perusahaan tertutup tadi akan memperoleh dana segar dari masyarakat, sekaligus berubah status sebagai perusahaan publik Mekanisme Right Issue Mekanisme right issue atau HMETD diawali dengan emiten mengumumkan kepada publik mengenai rencana untuk HMETD tersebut melalui media koran dalam bentuk prospektus. Di dalam prospektus, hal-hal penting yang diumumkan antara lain: 1) Rencana penggunaan dana. Rencana penggunaan dana ini penting untuk diketahui karena jika dipakai untuk melunasi hutang, tentu saja manfaat bagi pemegang saham kurang maksimal. Perusahaan yang dalam masalah, dapat memakai right issue untuk membayar hutang-hutangnya terutama untuk perusahaan yang tidak mampu untuk meminjam uang dari lembaga keuangan. Perlu diwaspadai jika emiten bertujuan seperti ini harga saham pasca right issue berpotensi turun. Lain halnya jika dipakai untuk ekspansi karena potensi
6 38 pertumbuhan di masa mendatang akan lebih tinggi sehingga memberikan manfaat bagi pemegang saham baik dalam bentuk dividend atau capital gain. 2) Rasio right issue memberi informasi mengenai perbandingan jumlah saham lama yang mengandung HMETD dimana satu HMETD memperoleh hak untuk menebus berapa saham baru. Rasio ini berguna dalam menghitung ex right price saham setelah pelaksanaan right issue. 3) Tanggal pelaksanaan right issue. Tanggal pelaksanaan right issue penting diperhatikan karena menentukan pemegang saham mana yang berhak untuk mendapat right issue. Tanggal-tanggal penting tersebut adalah: a) Cum Date merupakan tanggal terakhir perdagangan saham HMETD. b) Ex Date yaitu tanggal dimana perdagangan saham tanpa HMETD. c) Tanggal perdagangan dan pelaksanaan HMETD Analisis Fundamental Analisis fundamental yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan apakah kinerja keuangan PT. Adhi Karya (Persero) dalam kondisi bagus dan akan terus bertumbuh? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, digunakan metode analisis fundamental yang menerapkan tujuh kriteria sebagaimana dijabarkan di bawah ini: Kriteria Pertama: Sejarah Peningkatan Pendapatan, Laba dan Arus Kas Meningkat Secara Konsisten Metode pertama untuk menentukan apakah PT. Adhi Karya (Persero) mampu meningkatkan labanya secara konsisten adalah dengan melihat sejarah kinerjanya di masa lalu. Jika PT. Adhi Karya (Persero) menunjukkan sejarah peningkatan
7 39 penjualan dan laba secara konsisten setidaknya selama lima tahun terakhir, khususnya saat masa resesi, maka ada peluang besar PT. Adhi Karya (Persero) mampu terus mempertahankan kinerjanya. Demikian pula, jika laba PT. Adhi Karya (Persero) di masa lalu menunjukkan konsistensi, maka laba di masa depan akan lebih mudah diprediksi. Selain memastikan bahwa laba di masa lalu terus meningkat, juga harus dipastikan bahwa penjualannya juga meningkat seiring dengan peningkatan laba. Jika sebuah perusahaan menunjukkan laba yang meningkat dengan penjualan yang stagnan atau turun, hal ini menunjukkan kecenderungan bahwa perusahaan tersebut tidak berkinerja baik. Di samping kedua hal di atas, penting untuk dipastikan bahwa arus kas meningkat secara konsisten. Karena ada kemungkinan sebuah perusahaan menunjukkan penjualan dan laba yang meningkat tapi arus kasnya menurun. Hal ini dapat terjadi apabila perusahaan tersebut tidak efisien dalam menagih utang dan apabila ada perusahaan yang untung tapi terkendala dalam menyelesaikan piutangnya, maka hal ini dapat mengakibatkan kebangkrutan (Khoo, 2013) Kriteria Kedua: Memiliki Keunggulan Kompetitif yang Berkelanjutan Meskipun PT. Adhi Karya (Persero) mungkin mampu meningkatkan labanya di masa lalu, namun tidak ada jaminan ia mampu mempertahankan atau tetap memperolehnya di masa depan. Pesaing dapat mengungguli, atau menyebabkan harga jatuh dan menekan PT. Adhi Karya (Persero) sehingga penjualan dan labanya menurun. Untuk unggul dalam persaingan, walaupun terjadi perang harga, maka harus memiliki keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Sehingga keunggulan kompetitif sebuah perusahaan dapat didefinisikan sebagai sebuah economic moat
8 40 (benteng ekonomi) yang melindungi laba masa depan perusahaan dari ancaman pesaing yang akan merebut pangsa pasar dan mengalahkannya dalam persaingan. Keunggulan kompetitif sebuah perusahaan diidentifikasi dari hal-hal berikut ini (Khoo, 2013): 1) Memiliki merek dagang yang kuat. 2) Memiliki hak paten dan rahasia penjualan. 3) Memiliki skala ekonomi raksasa. 4) Menjadi pemimpin pasar yang sangat sulit dikalahkan oleh pesaingnya dalam dekade berikutnya. 5) Biaya transfer yang mahal yang mempertahankan pelanggan. 6) Menjadi perusahaan monopoli dalam sebuah industri Kriteria Ketiga: Memilik Pendorong Pertumbuhan Di Masa Depan Apabila PT. Adhi Karya (Persero) telah memenuhi kedua kriteria di atas, tidak akan otomatis berarti dapat memiliki penjualan dan laba yang lebih tinggi di masa depan kecuali telah tersedia pasar potensial yang berkembang untuk produk dan jasa perusahaan yang akan dijual. Dengan demikian perusahaan harus memiliki rencana untuk menciptakan produk baru atau secara agresif menembus pangsa pasar baru sehingga pertumbuhan penjualan di masa depan dapat berkembang. Menurut Khoo (2013) beberapa hal dibawah termasuk pendorong pertumbuhan perusahaan, yaitu: 1) Pertumbuhan lini produk baru. 2) Inovasi produk terkini. 3) Aplikasi hak paten baru.
9 41 4) Ekspansi dalam kapasitas. 5) Ekspansi dalam pasar atau pembangunan toko baru. Untuk mengetahui ada dan tidaknya pendorong pertumbuhan perusahaan dan potensi pasar, dapat dilakukan observasi terhadap dokumen-dokumen berikut: 1) Prospektus Perusahaan yang diterbitkan sebelum aksi korporasi. 2) Laporan Tahunan Perusahaan yang diterbitkan setahun sekali. 3) Laporan Analis. Pada laporan analis akan dilengkapi rangkuman tentang potensi pasar perusahaan dan rencana pertumbuhannya. Laporan analis biasanya juga meliputi proyeksi pendapatan dan arus kas di masa depan. 4) Hasil penelitian tentang proyeksi pertumbuhan jangka panjang. Penelitian ini bisa dilihat di situs-situs finance seperti dan Dari situs-situs tersebut dapat diobservasi apakah perusahaan yang dianalisis mampu bertumbuh setidaknya 10% per tahun sebagai ukuran perusahaan tersebut memiliki kemampuan dan pendorong pertumbuhan di masa depan Kriteria Keempat: Memiliki Utang yang Konsevatif Bagaimanapun, utang merupakan strategi yang baik untuk mengumpulkan uang dengan tujuan ekspansi. Tetapi apabila utang terlampau banyak akan dapat menyebabkan perusahaan bangkrut. Utang perusahaan harus bersifat konservatif dengan syarat dapat dengan mudah dibayar kembali dalam waktu tiga hingga empat tahun. Jadi ketentuannya adalah: Utang jangka panjang kurang dari tiga hingga empat kali laba bersih terkini setelah pajak (Khoo dan Lim, 2009). Kriterianya adalah: Utang Jangka Panjang (3 4) X Laba Bersih
10 Kriteria Kelima: Return On Equity (ROE) Harus Di Atas Rata-Rata Return on equity (ROE) menunjukkan seberapa besar laba yang dihasilkan dengan uang yang diinvestasikan oleh pemegang saham. ROE dihitung dari pembagian laba bersih dengan modal. Menurut Khoo (2013) ROE adalah angka yang sangat penting untuk diobservasi karena sebuah perusahaan yang menunjukkan ROE yang tinggi dan konsisten mengindikasikan bahwa: 1) Perusahaan meiliki keunggulan dalam kinerja keuangan. 2) Potensi pertumbuhan harga saham per tahun akan meningkat dikemudian hari. Umumnya, sebuah perusahaan yang memiliki ROE sebesar 12% sudah dianggap cukup baik. Namun jika perusahaan tersebut mampu menghasilkan ROE lebih dari 15% secara konsisten maka termasuk perusahaan yang di atas rata-rata Kriteria Keenam: Manajemen Perusahaan Terus Menahan / Membeli Saham Tersebut atau Manajemen yang Akuntabel dan Cakap dalam Melaksanakan Good Corporate Governance Faktor selanjutnya yang harus menjadi perhatian adalah apakah institusi keuangan, fund manager atau para direktur perusahaan terkait ikut membeli, menahan atau menjual saham perusahaan tersebut. Jika para pihak terkait membeli dalam jumlah besar saham tersebut, hal ini berarti mereka yakin bahwa mereka mendapatkan harga yang bagus di saat itu dan saham tersebut akan bertumbuh dan naik harganya (Khoo dan Lim, 2009). Di samping itu harus diteliti apakah manajemen PT. Adhi Karya (Persero) termasuk manajemen yang akuntabel dan cakap dalam melaksanakan Good Corporate Governance. Hal ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: 1) Apakah manajemen bertindak demi kepentingan para pemegang saham?
11 43 2) Apakah manajemen mengambil langkah-langkah yang akan memaksimumkan laba jangka panjang dan nilai para pemegang saham? Kriteria Ketujuh: Tujuan Penggunaan Dana Right Issue untuk Ekspansi Faktor yang cukup penting diperhatikan, apabila menganalisis saham right issue adalah meneliti tujuan perolehan dana hasil penjualan saham tersebut. Informasi mengenai tujuan penggunaan dana dapat diketahui dari prospektus perusahaan. Secara umum tujuan penggunaan dana hasil penjualan saham right issue adalah: 1) Ekspansi perusahaan atau untuk memperkuat struktur permodalan. 2) Membayar utang yang jatuh tempo. 3) Bonus kepada manajemen atau karyawan perusahaan dalam bentuk saham. 4) Menambah kepemilikan/membeli saham-saham pada anak usahanya. 5) Menambah jumlah saham beredar di bursa. 6) Backdoor listing. Dari beberapa tujuan di atas, penggunaan dana hasil penjualan saham right issue untuk ekspansi atau pengembangan perusahaan dalam rangka untuk memperkuat struktur permodalan adalah yang terbaik Intrinsic Value Intrinsic value dapat disebut fair value atau true value adalah harga saham yang dianggap benar-benar mewakili performa suatu perusahaan. Oleh karena itu harga saham di bursa dapat lebih mahal atau lebih murah dari harga sebenarnya. Jika harga pasar suatu saham berada di bawah harga sebenarnya, maka saham
12 44 tersebut disebut undervalued. Sedangkan bila harga pasar berada di atas harga sebenarnya disebut overvalued. Calon investor biasanya menghitung intrinsic value saham untuk memutuskan strategi investasinya. Apabila nilai pasar lebih besar dari pada intrinsic value, maka saham tersebut dalam kondisi overvalued dan keputusan investasinya adalah saham tersebut layak jual, sedangkan jika nilai pasarnya lebih kecil daripada intrinsic value, maka saham tersebut dalam kondisi undervalued dan keputusan investasinya adalah saham tersebut layak dibeli. Menurut Tandelilin (2010) dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai yaitu nilai buku, nilai pasar dan nilai intrinsik saham. Nilai buku merupakan nilai yang dihitung berdasarkan jumlah ekuitas yang dimiliki perusahaan. Nilai pasar adalah nilai saham di pasar, yang ditunjukan oleh harga saham tersebut di bursa. Sedangkan nilai intrinsik adalah nilai saham yang sebenarnya atau yang seharusnya terjadi. Investor perlu mengetahui nilai tersebut sebagai informasi penting dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan investasi yang tepat. Putra (2009), menulis bahwa analisis saham bertujuan untuk menafsir nilai saham kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat ini (current market price). Intrinsic value menunjukkan present value arus kas yang diharapkan dari saham tersebut. Pedoman yang digunakan adalah sebagai berikut : 1) Intrinsic Value < Market Price adalah Overvalued 2) Intrinsic Value > Market Price adalah Undervalued 3) Intrinsic Value = Market Price adalah Fairvalue
13 45 Informasi tentang market price, investor dengan mudah dapat mengetahuinya secara langsung dan akurat dari bursa, sedangkan untuk menilai berapa intrinsic value) suatu saham maka diperlukan analisis Valuasi Saham Valuasi saham adalah suatu cara untuk menghitung intrinsic value saham. Menurut Damodaran (2006) terdapat tiga metode valuasi saham yang umumnya digunakan oleh para analis keuangan, yaitu: 1) Relative Valuation Metode ini melakukan penilaian aset perusahaan dengan cara membandingkan nilai aset lain yang sejenis baik itu dari sisi laba bersih (price/earning ratio), arus kas (price/cash flow ratio), nilai buku (price/book value ratio), dan penjualan (price/sales ratio). Penggunaan metode ini dapat dilakukan bila terdapat aset sejenis di pasar yang bisa dijadikan sebagai pembandingnya. 2) Contingent Claim Valuation Metode yang menggunakan option pricing model dalam menilai aset/aktiva suatu perusahaan yang memiliki karakter seperti option. Aset yang dimaksudkan misalnya paten atau suatu aset yang dalam tahap pengembangan, sehingga nilainya di masa mendatang bisa lebih tinggi atau lebih rendah. Penerapan metode ini untuk menghindari kondisi understate/overstate atas aset yang divaluasi. 3) Discounted Cash Flow (DCF) Valuation Merupakan metode valuasi yang paling umum digunakan di dunia. Damodaran (2006) menyebutkan bahwa dalam DCF nilai suatu aset adalah nilai saat ini dari arus kas yang akan dihasilkan oleh aset tersebut di masa mendatang yang didiskontokan dengan tingkat suku bunga yang mencerminkan risiko dari aset
14 46 tersebut. Hal ini dilakukan karena nilai arus kas yang diterima di masa mendatang berbeda dengan masa sekarang akibat perubahan nilai mata uang. Menurut Damodaran (2006), metode DCF ini digunakan untuk menilai ekuitas dalam bisnis, menilai perusahaan secara keseluruhan, dan untuk menilai bagian kecil dari perusahaan sehingga ada beberapa metode diskonto yang sering kali digunakan yaitu Free Cash Flow to Firm (FCFF) dan Free Cash Flow to Equity (FCFE). Valuasi dengan menggunakan FCFF, mengukur nilai arus kas perusahaan termasuk klaim dalam perusahaan tersebut, seperti bondholder, kreditur dan pemegang saham preferen, sedangkan valuasi dengan metode FCFE lebih spesifik hanya mengukur dari sisi ekuitas perusahaan untuk kepentingan pemegang saham saja. Rumus dasar dari discounted cash flow (DCF) Valuation menurut Damodaran (2006) adalah sebagai berikut: t=n Value = Expected Cash Flow t (1 + r) t + Dimana: t=1 Terminal Value (1 + r) n (3.3) Expected Cash Flow dimodelkan sebagai Free Cash Flow to Equity (FCFE) yang bertumbuh sampai periode n r = Cost of equity, dimodelkan dengan Capital Asset Pricing Model (CAPM) Free Cash Flow to Equity (FCFE) Dalam penyusunan tesis ini digunakan metode Free Cash Flow to Equity (FCFE). Hal ini didasarkan karena metode FCFE lebih spesifik dibandingkan FCFF, dimana menurut Damodaran (2006) FCFE adalah besarnya kas yang dapat dibayarkan oleh suatu perusahaan kepada pemegang saham setelah dikurangi
15 47 semua pengeluaran, reinvestment dan pembayaran utang. FCFE dihitung dengan mengurangi laba bersih dengan kebutuhan investasi dan menjumlahkan semua transaksi non-kas seperti depresiasi, kemudian dikurangi modal kerja non-kas dan ditambahkan dengan kas bersih dari penerbitan utang. Dengan kata lain FCFE adalah cash flow potensial dividend yang akan diterima oleh pemegang saham. Terdapat 2 pendekatan untuk mengitung Free Cash Flow to Equity (FCFE) sebagaima dijelaskan di bawah ini: 1) FCFE dengan Pendekatan Equity Earnings (Damodaran, 2006) : FCFE = NI Net Capex NCWC + Net Debt (3.4) Dimana: NI Net CapEx NCWC Net Debt = Net Income = (Capital Expenditure Depreciation) = Change in Non Cash Working Capital = (New Debt Issued Debt Repayment) 2) FCFE dengan Pendekatan Operating Income (Damodaran, 2006): FCFE = EBIT (1 Tax rate) Interest Exp (1 Tax rate) Net CapEx NCWC + Net Debt (3.5) Dimana: EBIT Net CapEx NCWC Net Debt = Earning Before Interest and Tax = (Capital Expenditure Depreciation) = Change in Non Cash Working Capital = (New Debt Issued Debt Repayment)
16 Discounted Free Cash Flow to Equity Terdapat dua model yang menjadi dasar dalam menghitung value of equity atau menghitung nilai diskonto FCFE, yaitu Constant Growth FCFE Model dan Two Stage Discounted FCFE Model. Berikut penjelasan dari keduanya: 1) Constant Growth FCFE Model. Model ini mengasumsikan bahwa arus kas yang akan diterima oleh pemegang saham akan terus tumbuh selamanya dengan tingkat pertumbuhan yang tetap. Rumus Constant Growth FCFE Model adalah sebagai berikut (Damodaran, 2006): Value of Equity = FCFE t K e g (3.6) Dimana: FCFE t = Free Cash Flow to Equity periode t K e = Cost of Equity g = growth rate 2) Two Stage Discounted FCFE Model Model ini mengasumsikan bahwa arus kas yang diterima oleh pemegang saham akan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi selama periode tertentu dan kemudian tingkat pertumbuhan tersebut akan turun dan menjadi konstan untuk selama-lamanya. Rumus Two Stage Discounted FCFE Model adalah sebagai berikut (Damodaran, 2006): Value of Equity = Dimana: t=n t=1 FCFE (1 + K e ) t + P n (3.7) (1 + K e ) n FCFE = Free Cash Flow to Equity
17 49 P n K e = Terminal Value = Cost of Equity Terminal value dihitung mengunakan constant growth model melalui persamaan berikut (Damodaran, 2006): P n = FCFE n+1 r g n (3.8) Dimana: r - g n = Cost of equity pada stble growth r g n n = Cost of equity = Tingkat pertumbuhan setelah terminal value = Periode Expected Growth Rate Dalam menghitung proyeksi nilai FCFE ke masa depan, tentunya dibutuhkan estimasi nilai pertumbuhan (growth rate) pada periode analisis tersebut. Menurut Damodaran (2006) estimasi tingkat pertumbuhan di masa depan tersebut dapat dihitung dengan 2 (dua) pendekatan. Pendekatan yang pertama adalah equity earnings, digunakan untuk menganalisis perusahaan yang senantiasa memberikan dividend kepada para pemegang sahamnya. Pendekatan yang kedua adalah operating income, digunakan untuk menganalisis perusahaan yang tidak teratur, jarang atau tidak memberikan dividend kepada pemegang sahamnya. 1) Expected Growth Rate dengan Metode Equity Earnings : Dari Gambar 3.1. dibawah ini, dapat diketahui bahwa estimasi expected growth rate FCFE dengan pendekatan equity earnings dapat digunakan untuk menganalisis
18 50 perusahaan yang senantiasa memberikan dividend kepada para pemegang sahamnya. Metode ini digunakan apabila sudah diketahui berapa nilai Dividend Payout Ratio-nya (DPR). Selanjutnya, dilihat apakah Return On Equity (ROE) perusahaan stabil atau tidak, sehingga dapat diketahui dengan rumus manakah akan digunakan untuk mencari nilai growth rate tersebut. Expected Growth Rate Equity Earnings Stable ROE Changing ROE ROE x RR (ROE x RR) + {(ROEt - ROEt-1)/ (ROEt-1)} Gambar 3.1. Expected Growth Rate dengan Metode Equity Earnings Sumber: Damodaran (2006) 2) Expected Growth Rate dengan Metode Operating Income Dari Gambar 3.2. di bawah ini, Damodaran (2006) dapat diketahui bahwa estimasi expected growth rate FCFE dengan pendekatan operating income dapat digunakan untuk menganalisis perusahaan yang tidak teratur, jarang dan atau tidak memberikan dividend kepada para pemegang sahamnya. Terdapat perbedaan dalam
19 51 menentukan rumus untuk mencari growth rate dengan pendekatan operating income sebagaimana dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Expected Growth Rate Operating Income Stable ROC Changing ROC Laba Perusahaan Negatif (Rugi) ROC x RR ROC x RR + {(ROCt - ROCt-1)/ROCt-1} 1. Revenue Growth 2. Operating Margins 3. Reinvestment Needs Gambar 3.2. Expected Growth Rate dengan Metode Operating Income Sumber: Damodaran (2006) Langkah pertama dilihat dahulu apakah pada laporan keuangan perusahaan terdapat laba negatif (rugi) atau tidak. Apabila tidak terdapat laba negatif (rugi) maka langkah kedua adalah melihat Return On Capital (ROC) perusahaan stabil atau tidak. Kondisi ini akan menentukan rumus yang akan digunakan dalam menghitung expected growth rate FCFE perusahaan tersebut, dimana masing-masing rumus merupakan perkalian antara ROC dan faktor Reinvestment Rate (RR) yang belum diketahui DPR-nya. Sedangkan rumus Return On Capital (ROC) dan Reinvestment Rate (RR) adalah sebagai berikut (Damodaran, 2006):
20 52 ROC = EBIT (1 t) BV of Debt + BV of Equity (3.9) RR = (Net Capex + Change in Working Capital) EBIT (1 t) (3.10) Discount Rate, Cost of Equity dan Capital Asset Pricing Model. Estimasi discount rate atau faktor diskonto merupakan salah satu tahap yang penting dalam Discounted Cash Flow Valuation. Faktor ini menggambarkan risiko dari arus kas di masa depan yang akan didiskontokan. Karena itu penentuan discount rate harus sesuai dengan jenis kas masa depan yang akan didiskon ke nilai sekarang. Apabila melakukan valuasi terhadap arus kas masa depan untuk perusahaan atau Free Cash Flow to Firm (FCFF) maka faktor diskonto yang digunakan adalah cost of capital yaitu imbal balik minimal yang diharapkan setelah dilakukan pendanaan untuk investasi perusahaan atau disebut juga Weighted Average Cost of Capital (WACC) dimana dalam parameter WACC terdapat komponen cost of equity dan cost of debt. Sedangkan jika melakukan valuasi terhadap arus kas masa depan untuk ekuitas atau Free Cash Flow to Equity (FCFE), maka faktor diskonto yang digunakan adalah cost of equity. Cost of equity (Ke) adalah tingkat pengembalian yang diinginkan oleh investor dalam melakukan investasi pada ekuitas di suatu perusahaan. Model ini menerangkan hubungan antara expected return dari suatu aset investasi dengan aset bebas risiko dan risiko premium aset itu sendiri. Menurut Damodaran (2006) terdapat dua pendekatan utama dalam menghitung cost of equity yaitu dengan cara menggunakan risk and return model dan dividend growth model. Secara umum cost
21 53 of equity dengan risk and return model dapat diperoleh berdasarkan rumus Capital Asset Pricing Model (CAPM) sebagai berikut (Damodaran, 2006): K e = R f + β(r m R f ) (3.11) Dimana: Ke = Cost of Equity (Expected return dari aset) Rf = Risk-free rate Rm = Expected return on market index Rm Rf = Market risk premium β = Systematic risk of equity Ada beberapa hal penting dalam menggunakan rumus CAPM, yaitu bagaimana menilai market risk premium yang akan digunakan dalam perhitungan expected return on market index, besarnya risk free rate dan nilai beta yang tepat. Berikut ini adalah penjelasannya: 1) Risk Free Rate (Rf) Menurut Damodaran (2006) investasi yang dapat dikategorikan risk free adalah apabila tingkat pengembalian investasi tersebut sudah dapat diketahui dengan pasti, dimana tingkat pengembalian yang aktual sesuai dengan tingkat pengembalian yang diharapkan. Hal ini dapat terjadi jika memenuhi dua syarat, yaitu: Pertama adalah aset tersebut tidak boleh memiliki risiko gagal bayar dan yang kedua adalah aset tersebut tidak memiliki risiko reinvestasi dalam jangka waktu yang cukup lama. Surat berharga yang biasanya dianggap risk free adalah surat berharga yang diterbitkan oleh negara, hal tersebut dikarenakan walau dalam kondisi krisis sekalipun, negara dapat saja mencetak uang untuk melunasi kewajiban mereka.
22 54 Contoh surat berharga negara di antaranya adalah Surat Utang Negara (SUN) dan Obligasi Negara Republik Indonesia. 2) Market Risk Premium Market Risk premium menurut Damodaran (2006) merupakan tingkat pengembalian suatu saham di atas tingkat pengembalian risk free investment. Perhitungan market risk premium dapat bervariasi, namun yang umum diterapkan adalah dengan pendekatan average expected return, yaitu dilakukan dengan data historis, dimana market risk premium didefinisikan sebagai selisih antara tingkat pengembalian rata-rata atas IHSG (dalam hal ini adalah expected return on market index, Rm) dengan tingkat pengembalian rata-rata atas risk free investment dalam beberapa periode waktu. Dalam menentukan market risk premium dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tingkat variance dalam ekonomi suatu negara, situasi politik serta struktur pasar. Market risk premium pada emerging market dapat saja lebih tinggi, karena itu dengan pertumbuhan yang lebih tinggi, tentunya lebih volatile sehingga mengakibatkan investasi berisiko lebih tinggi. Selain itu pada negara dengan instabilitas politik yang tinggi maka kecenderungan untuk instabilitas pada ekonomi juga lebih tinggi sehingga dapat berakibat pada semakin besar risiko perekonomian negara tersebut. Selain itu, jika perusahaan yang bermain di pasar modal merupakan perusahaan yang besar, terdiversifikasi dan stabil, maka market risk premium suatu negara juga akan semakin kecil. 3) Systematic Risk of Equity Systematic risk of equity atau beta (β) merupakan nilai sensitivitas sebuah surat berharga, sehingga dapat menunjukkan risiko dalam suatu invetasi. Menurut Damodaran (2006), dalam menghitung nilai beta ada beberapa cara, yaitu dengan
23 55 menggunakan data historis, estimasi berdasarkan fundamental perusahaan dan/atau dengan menggunakan data akunting. Estimasi nilai beta dengan menggunakan data historis adalah dengan cara meregresi return individual saham dengan return pasar, sedangkan estimasi beta berdasarkan fundamental dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : a) Jenis usaha perusahaan. Karena beta mengukur risiko perusahaan secara relatif dengan indeks pasar, maka semakin tinggi risiko suatu jenis usaha terhadap kondisi pasar, maka semakin tinggi pula nilai beta-nya, begitu pula sebaliknya. b) Operating Leverage perusahaan. Adalah mengukur perbandingan antara biaya tetap terhadap total biaya produksi. Semakin besar nilai operating leverage, maka akan semakin besar pula variabilitas laba perusahaan, sehingga menyebabkan beta menjadi semakin besar dengan asumsi faktor-faktor lainnya dianggap sama. c) Financial Leverage perusahaan. Yaitu hubungan antara risiko perusahaan dengan komposisi utang terhadap modal, sehingga semakin tinggi financial leverage-nya, maka akan semakin besar pula nilai beta dari perusahaan tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembayaran bunga utang akan meningkatkan variance dari pendapatan bersih, sehingga jika financial leverage-nya lebih tinggi, maka pendapatan akan meningkat selama kondisi ekonomi baik dan pendapatan akan turun selama kondisi ekonomi buruk. Selain itu, dalam menghitung koefisien beta, dibedakan apakah untuk perusahaan terbuka atau tertutup. Penjelasan keduanya dapat diuraikan sebagai berikut: a) Untuk perusahaan terbuka koefisien beta dihitung dengan cara melakukan regresi atas data historis berupa pendapatan (return) pasar di Indonesia, yaitu
24 56 IHSG, terhadap pendapatan return individual saham. Sehingga didapatkan persamaan Ri = α + (Rm). Pemilihan beta dapat dipengaruhi oleh periode observasi, dimana semakin panjang periode observasi, maka data yang diperoleh semakin besar dan nilai beta juga akan semakin baik, namun karakteritik risiko yang ada juga dapat berubah-ubah karena jika dalam periode tersebut perusahaan banyak melakukan corporate action. b) Untuk perusahaan private (tertutup) penentuan koefisien beta menurut Tandelilin (2010) terdapat dua pendekatan, yaitu beta akuntansi dan beta yang disesuaikan dengan teknik Hamada. Berikut penjelasannya: (i) Beta akuntansi, merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk perusahaan private dengan cara menggunakan Return On Equity industri sebagai proksi return pasar, dengan rumus sebagai berikut (Damodaran, 2006): ROE j = α + β j. RM + e (3.12) Dimana: ROE j = Return on equity perusahaan privat individual. RM = Return on equity pasar (diproksi dari IHSG atau LQ 45) (ii) Beta dengan teknik Hamada dihitung dengan pendekatan berdasarkan unsurunsur fundamentalnya. Langkah pertama adalah mencari unlevered beta perusahaan yang sejenis. Kemudian unlevered beta tersebut kemudian diubah menjadi levered beta dengan rumus Hamada s Equation sebagai berikut (Damodaran, 2006). β L = β U { 1 + (1 t) D E } (3.13)
25 57 Dimana: β L β U t D E = Beta perusahaan yang memiliki leverage = Beta perusahaan yang tidak memiliki leverage = tingkat pajak perusahaan = rasio utang terhadap ekuitas 3.4. Analisis Teknikal Analisis teknikal saham adalah metode yang untuk menganalisis pola dan grafik harga saham yang terjadi berulang kali dimasa lalu (Bodie at. al, 2006). Analisis teknikal juga dapat digunakan sebagai teknik untuk memprediksi arah pergerakan harga saham berdasarkan data historis (Tandelilin, 2010) Definisi lain dari analisis teknikal adalah suatu metode evaluasi pergerakan harga saham, komoditas, forex, atau jenis sekuritas lainnya di masa lampau dengan menggunakan bantuan grafik beserta indikator-indikator teknikal untuk meramalkan pergerakan harga sekuritas di masa yang akan datang (Ong, 2010) Variabel yang digunakan pada analisis teknikal adalah data harga, volume transaksi dan indeks harga saham secara individual maupun gabungan. Pada prinsipnya analisis teknikal mencakup tiga aspek berikut ini: 1) Aksi pasar mempunyai banyak arti, konsekuensinya bahwa harga saham pada saat ini mencerminkan segala sesuatu yang diketahui oleh pelaku pasar dan akan berpengaruh pada pasar dan berakibat pada harga saham. Misalnya faktor makro ekonomi, faktor politik dan sentimen harga. Analis teknikal hanya berkonsentrasi pada perubahan harga saham, bukan pada faktor-faktor yang menyebabkan pergerakan harga saham tersebut.
26 58 2) Eksistensi pola. Analisis teknikal digunakan untuk mengidentifikasi pola-pola yang dapat dikenali dan dipercaya. Banyak pola yang mampu memprediksi arah pergerakan saham dan pola tersebut selalu menggunakan basis yang konsisten 3) Sejarah selalu berulang. Pola-pola grafik yang telah terjadi bahkan untuk jangka waktu yang sangat lamapun akan terulang kembali di masa yang akan datang sebagai cerminan psikologi manusia. Bagaimanapun juga bursa adalah pertemuan antara pembeli dan penjual sehingga selalu ada permintaan dan penawaran yang mempengaruhi harga saham. Aplikasi analisis teknikal didukung oleh 2 jenis indikator, yaitu Trendline Indicator dan Mometum Indicator atau Oscillator yang dapat dijadikan panduan dalam memprediksi harga dan trend saham melalui grafik yang telah terbentuk, sehingga para pelaku pasar mendapatkan suatu indikasi dan sinyal negatif, positif dan netral. Trendline Indicator dapat digunakan ketika market sedang trending dan memiliki kegunaan utama untuk mengetahui trend yang sedang berlangsung pada periode tertentu, di samping itu indikator ini juga dapat digunakan untuk mengetahui titik support dan resistance. Termasuk jenis trendline indicator di antaranya adalah: Moving Average, Bollinger Band dan Price Channels Index dan lain lain. Sedangkan Mometum Indicator atau Oscillator digunakan sebagai alat pengukur kekuatan trend pada suatu periode tertentu. Indikator ini tidak dapat menunjukkan apakah trend sedang naik atau turun, tetapi hanya mengukur seberapa kuat atau lemah trend yang terjadi. Sehingga dapat digunakan pada saat market non trending. Termasuk jenis Oscillator, di antaranya adalah: Stochastic, Moving Average Convergence Divergence (MACD), Relative Strength Index (RSI), Average Directional Index (ADX).
27 Trendline Trendline adalah garis yang menghubungkan dua buah titik atau lebih dari harga saham yang menunjukkan kecenderungan (trend) pergerakan harga saham. Ada tiga macam trendline, yaitu: Uptrend, dibuat dengan menghubungkan dua buah titik support (batas bawah). Downtrend, dibuat dengan menghubungkan dua buah titik resistance (batas atas). Sideways trend, yaitu garis mendatar yang menghubungkan dua buah titik harga yang sedang dalam kondisi konsolidasi Support and Resistance Lines Gambar 3.3. Support and Resistance Line Sumber: ChartNexus dan Olahan Penulis (2016) Support and resistance lines merupakan salah satu unsur penting dalam analisis teknikal dan dasar untuk mengetahui hubungan trend yang telah terjadi
28 60 dengan pola keberlanjutan atau pola pembalikan dari trend tersebut. Pada prakteknya support dan resistance merupakan momentum dimana kekuatan penawaran/penjualan dan permintaan/pembelian bertemu. Support adalah suatu level pada grafik harga saham, dimana permintaan atau minat beli cukup kuat dibanding tekanan jual, sehingga harga tidak turun dibawah level ini. Pada prakteknya, saat harga mengalami penurunan dan menjadi lebih murah, maka para buyer cenderung membeli dan seller menjadi berkurang, sehingga ketika harga mencapai level support, diyakini bahwa akan terjadi kondisi dimana permintaan/pembelian lebih besar dari penawaran/ penjualan sehingga dapat mencegah harga jatuh di bawah level support. Sedangkan Resistance adalah kebalikan dari support, dimana penawaran atau minat jual lebih kuat dibanding hasrat beli dan akibatnya harga pasar tidak akan melebihi level ini. Pada prakteknya di pasar para seller lebih banyak dan cenderung untuk menjual dan buyyer semakin berkurang. Pada saat harga mencapai level resistance, diyakini bahwa supply akan mengatasi demand sedemikian sehingga mencegah harga naik di atas resistance Moving Average Moving Average (MA) adalah salah satu Trendline Indicator yang digunakan untuk mengetahui trend yang sedang berlangsung pada periode tertentu dan memberi prediksi arah pergerakan trend. Di samping itu indikator ini juga dapat digunakan untuk mengetahui titik support dan resistance serta menemukan sinyal jual ataupun sinyal beli. Moving Average dihitung dengan menjumlahkan data seri dari harga penutupan saham (closing price) dalam periode tertentu lalu dibagi
29 61 dengan angka yang dijadikan periodenya. Periode moving average dapat disesuaikan dengan kebutuhan analis. Moving Average terdiri dari 3 macam, yaitu: 1) Simple Moving Average (SMA) Adalah rata-rata bergerak sederhana, dihitung dengan menjumlahkan harga saham selama n periode kemudian membaginya dengan n. Rumusnya: SMA n = ( P 1 + P 2 + P n ) n (3.14) Dimana: SMA n P 1 P n n : Rata-rata bergerak sederhana n periode : Harga saham pada hari ke-1 sampai hari ke-n : Periode yang diamati 2) Weighted Moving Average (WMA) Adalah rata-rata bergerak tertimbang, dihitung dengan mengalikan harga pada n hari yang lalu dengan bobot 1, kemudian ditambah dengan perkalian harga pada n -1 hari yang lalu dengan bobot 2 dan seterusnya, kemudian dibagi dengan penjumlahan n periode pengamatan. Rumusnya: WMA n = ( P P P n n ) ( n ) (3.15) Dimana: WMA n P 1 P n : Rata-rata bergerak tertimbang n periode : Harga saham pada hari ke-1 sampai hari ke-n 3) Exponential Moving Average (EMA) EMA merupakan penyempurnaan dari metode WMA. Sebagaimana diketahui, pembobotan WMA merupakan penyebab yang mengakibatkan terjadinya
30 62 keterlambatan sinyal perubahan trend. Pemberian bobot pada EMA sama seperti pada WMA, juga melibatkan periode. Hanya saja perbedaannya jika pada WMA semakin panjang periode, maka bobot yang digunakan semakin besar, sedangkan pada EMA terjadi sebaliknya yaitu semakin panjang periode yang dipakai maka semakin kecil pembobotan nilai terakhir Moving Average Crossovers Adalah suatu keadaan dimana garis moving average periode pendek memotong / menyilang ke atas moving average periode lebih panjang. Dan kedua garis moving average tersebut sedang berada dalam trend mengarah atau mulai mengarah ke atas. Pada kondisi ini diprediksi merupakan sinyal beli. Gambar 3.4. Moving Averages Crossovers Antara MA20 dan MA50 Sumber: ChartNexus dan Olahan Penulis (2016)
31 Stochastic Indikator stochastic merupakan salah satu indikator momentum yang dapat mengidentifikasi titik ekstrem oversold/overbought (titik jenuh jual dan jenuh beli) yang memicu uptrend dan downtrend yang berguna untuk titik masuk dan keluar pasar. Titik ekstrim ini merupakan sinyal akan adanya perubahan harga. Namun sinyal jual dan beli tersebut membutuhkan konfirmasi terhadap saham dan indikator pendukung lainnya. Gambar 3.5. Indikator Stochastic Sumber: ChartNexus dan Olahan Penulis (2016) Breakout Breakout adalah sinyal beli saham ketika grafik harga saham menembus ke atas garis resistance yang kuat setelah sebelumnya berada dalam pola konsolidasi.
32 64 Posisi breakout dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan posisi buy. Dalam menetapkan apakah grafik harga saham terjadi breakout atau hanya terjadi breakout palsu, dibutuhkan suatu kecermatan tersendiri sebagaimana akan dijelaskan pada bab lima. Gambar 3.6. Breakout dan Entry Buy Point Sumber: ChartNexus dan Olahan Penulis (2016) 3.5. Penelitian Terdahulu Hauwtan (2010) dalam penelitian yang bertujuan untuk menentukan intrinsic value dan perkiraan harga yang tepat untuk membeli dan menjual saham PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk. menggunakan analisis fundamental dan teknikal, dimana untuk analisis fundamental dilakukan dengan top-down analysis, yang diawali dengan analisis ekonomi makro, analisis sektor industri dan yang terakhir analisis perusahaan itu sendiri, untuk menilai bagaimana kinerja perusahaan dan prospeknya di masa depan termasuk memprediksi nilai intrinsik perusahaan dengan
33 65 menggunakan metode analisis Discounted Cash Flow dengan pendekatan Free Cash Flow to The Firm. Hasil dari analisa ini menunjukkan bahwa nilai intrinsik dari saham PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk. undervalued terhadap intrinsic value. Hal tersebut diperkuat oleh hasil analisis teknikal dengan menggunakan fibonnaci retracement dan fibonnaci extention. Dengan hasil perhitungan analisis fundamental dan teknikal tersebut, maka disarankan investor untuk melakukan buy untuk saham tersebut pada level harga Rp7.500,- dan menjual kembali pada level harga Rp9.224,- Sementara harga pasar disaat tersebut adalah Rp 7.400,- Mangatur (2010) dalam penerapan analisis fundamental dan teknikal pada penentuan nilai intrinsik harga saham PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Dimana pada penerapan analisis fundamental dengan pendekatan top-down yaitu analisis yang dimulai dari kondisi ekonomi makro kemudian analisis industri atau sektor perusahaan sampai terakhir analisis kinerja keuangan perusahaan itu sendiri. Dari analisis kuantitatif untuk memprediksi intrinsic value saham yang menggunakan metode Discounted Cash Flow (DCF) dengan Free Cash Flow to the Firm (FCFF) diperoleh nilai saham PGAS adalah Rp 4.725,- Kemudian dari analisis teknikal diketahui bahwa saham ini sedang dalam kondisi uptrend dengan target harga Rp Rp 4.800,- Dengan demikian, bila dibandingkan dengan kondisi harga saham PGAS di market saat analisis dilakukan, yaitu Rp 3.850,- adalah undervalued sementara kondisi trendline nya adalah bullish. Maka penulis memberi rekomendasi buy atas saham PGAS. Gardner et al. (2010) dalam Journal of Business Case Studies yang berjudul Calculating the Beta Coefficient and Required Rate of Return for Coca-Cola menunjukkan bagaimana metode perhitungan Required Rate of Return
34 66 menggunakan teori portofolio modern dengan data download dari internet. Dalam jurnal ini ditunjukkan bagaimana menghitung return bulanan indeks S&P 500 dan return Coca-Cola, dimana datanya digunakan kembali untuk menghitung koefisien beta dan Required Rate of Return. Di samping itu dalam jurnal ini ditunjukkan bagaimana memvalidasi data indeks pasar dan company return, kemudian ditunjukkan bagaimana membuat characteristic line Coca-Cola dan menggunakan garis tersebut untuk memeriksa apakah hasil regresi telah sesuai. Harper et al. (2010) menulis dalam Journal of Business Case Studies yang berjudul Using Hyperlinks to Create a Lecture on Calculating Beta and the Required Rate of Return for Dow Chemical Company. Pada jurnal ini diperlihatkan bagaimana cara menghitung koefisien beta untuk perusahaan Dow Chemical Company dengan menggunakan market index S&P500. Paper ini menuntun bagaimana cara memperoleh data Dow Chemical dan data Indeks S&P500, cara menghitung monthly return dan bagaimana meregresi data tersebut untuk memperoleh nilai beta. Baik data Dow Chemical maupun S&P500 selama 50 bulan di download dari Yahoo! Finance kemudian diolah dengan Excel Worksheet untuk menghitung monthly returns, kemudian di-regres dengan S&P500 index return sebagai independent variable sedangkan Dow Chemical returns sebagai dependent variable. Sehgal, Sanjay and Asheesh Pandey (2010) dalam Asian Journal of Finance & Accounting. Vol.2. No.1 yang berjudul Equity Valuation Using Price Multiples: A Comparative Study for BRICKS. Melakukan evaluasi terhadap efektifitas tiga value drivers, yaitu Earning per Share, Price to Book Value dan Discounted Cash flows untuk menghitung perkiraan harga wajar saham berdasarkan dua kriteria,
35 67 yaitu: Root Mean Squared Error dan Thail Inequality Coefficient terhadap datadata tahun pada negara BRICKS (Brazil, Rusia, India, China dan South Korea). Analisis dilakukan dalam tiga fase, dalam fase pertama ditemukan bahwa price to book value adalah yang terbaik untuk India, China dan Korea Selatan, sementara Earning per Share menghasilkan penilaian terbaik untuk nilai ekuitas dalam kasus Brazil dan Korea Selatan. Pada tahap berikutnya diperoleh bahwa kombinasi antara ketiga drivers tidak signifikan meningkatkan proyeksi harga dibandingkan dilakukan secara mandiri. Gardner et al. (2011) dalam jurnal yang berjudul Using Accounting Information for Financial Planning and Forecasting: An Application of the Sustainable Growth Model Using of Coca-Cola Mengangkat sebuah contoh kasus untuk memprediksi sustainable growth perusahaan dengan menggunakan analisis Dupont. Keunggulan dari analisis Dupont adalah memudahkan analisis keuangan mengetahui secara sekaligus berbagai rasio yang mendukung perhitungan ROE, di antaranya Net Profit Margin (NPM), Total Asset Turnover (TAT) dan Equity Multiplier (EM). Dalam jurnal ini Sistem Dupont dikembangkan penggunaannya dengan mengalikan ROE dan Earning Retention Rate (ERR) untuk memperoleh sustainable growth dimana tingkat pertumbuhan yang diperoleh merupakan level tertinggi yang mampu dicaapai perusahaan dengan hanya menggunakan pertumbuhan penjualan dan dana internal saja. Imanuel (2011) melakukan kajian penilaian harga terhadap saham subsektor perbankan kelompok LQ45 menggunakan analisis teknikal dan fundamental periode Februari Januari 2011 dengan tujuan membandingkan pergerakan harga saham perbankan yang terdaftar dalam indeks LQ45 menggunakan analisis
36 68 teknikal, menggunakan analisis fundamental untuk melihat kondisi emiten perbankan, membandingkan nilai intrinsik saham perusahaan-perusahaan perbankan periode Februari Januari 2011 yang terdaftar dalam indeks LQ45 dengan menggunakan analisis fundamental. Hasil penelitian, pada triwulan I tahun 2010 kelima emiten kecuali bank Danamon mengalami uptrend, dimana saham bank Danamon ketika itu mengalami trend yang cenderung mendatar atau sideways. Pada triwulan II tahun 2010 saham Bank BCA, BNI dan Danamon berada dalam kondisi mendatar sedangkan saham BRI dan Mandiri mengalami kondisi uptrend. Pada triwulan III tahun 2010 kondisi uptrend ditunjukkan oleh pergerakkan saham Bank BNI, Danamon, dan Mandiri, sedangkan Bank BCA dan BNI mengalami kondisi uptrend. Kelima emiten mengalami kondisi yang cenderung menurun pada triwuan IV. Secara fundamental kondisi kelima emiten selama tahun mengalami pertumbuhan laba bersih tiap tahunnya. Harga aktual rata-rata saham Bank BCA yang tercatat di bursa efek adalah sebesar Rp 5.914,- per lembar sedangkan nilai intrinsik saham BCA setelah dihitung menggunakan metode Capital Asset Pricing Model dengan perhitungan Dividend Discounted Model adalah sebesar Rp 5.942,58. Hal ini berarti saham bank BCA dijual undervalued karena harga pasar lebih kecil dari nilai intrinsik. Hal serupa juga terjadi pada keempat emiten lainnya, nilai intrinsik saham keempat emiten lainnya juga lebih tinggi dari pada harga pasar yang diperjual belikan di bursa efek. Oleh karena itu saham kelima emiten tersebut layak untuk dibeli. Benaji (2011) membahas intrinsic value saham Perum Pegadaian yang berencana melakukan IPO pada tahun Valuasi menggunakan metode Discounted Free Cash Flow to Equity dengan pendekatan Two Stage Discounted
37 69 Free Cash Flow to Equity yang menggunakan empat kemungkinan pertumbuhan dalam menghitung terminal value-nya berdasarkan estimasi pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Marasovićet, Branka and Tea Poklepović (2011) di dalam jurnal yang berjudul Markowitz Model With Fundamental and Technical Analysis Complementary Methods Or Not menyimpulkan bahwa analisis fundamental dan teknikal adalah dua jenis analisis yang saling melengkapi, oleh karena itu di dalam proses pemilihan saham dan penyusunan portofolio akan lebih optimal melakukan analisis fundamental terlebih dahulu kemudian diikuti dengan analisis teknikal untuk memprediksi momentum yang tepat dalam membeli atau menjual saham tersebut, kedua metode tersebut diperlukan dalam rangka memperhitungkan faktor-faktor yang relevan dan berpengaruh terhadap perubahan harga saham. Ariyanto (2012) menguji metode Discounted Cash Flow Model (DCF) dengan pendekatan valuasi Free Cash Flow to Equity (FCFE) terhadap saham-saham di Bursa Efek Indonesia dengan tujuan untuk melihat apakah hasil valuasi dengan pendekatan FCFE telah mencerminkan ekspektasi dari 33 saham yang masuk dalam Jakarta Islamic Index (JII). Hasil penelitian dengan melakukan uji statistik regresi, didapat hasil bahwa nilai intrinsik mempunyai hubungan yang signifikan dalam menjelaskan harga saham yang tercatat pada indeks JII. Fathi et al. (2012) dalam Journal of Basic and Applied Scientific Research yang berjudul Profitability Assessment of Fundamental Analysis in Stock Selection menulis bahwa masalah keuangan dan metode investasi adalah hal penting bagi para peneliti dan eksekutif. Investasi di pasar modal membutuhkan analisis atas saham dan menetapkan momentum waktu pembelian dan penjualan saham tersebut.
BAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Disain Penelitian Jenis penelitian pada tesis ini bukan merupakan penelitian dasar, namun merupakan penelitian terapan/aplikatif yaitu analisis fundamental dan teknikal saham
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan 30 Juni 2009 sampai 30 Juni 2014, untuk
64 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada 2 (dua) Badan Usaha Milik Negara bidang perbankan yang terdaftar di BEI yaitu PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.. Penelitian
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Untuk melakukan penilaian atas nilai wajar dari suatu saham, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan analisis
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Berdasarkan jenisnya, data yang disajikan dalam penelitian ini adalah data aplikatif kuantitatif. Seperti disampaikan oleh peneliti dimuka bahwa penelitian
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis/Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Hermawan (2009 :17), penelitian deskriptif adalah penelitian yang memusatkan perhatian
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisa Kinerja Operasi PT. Acset Indonusa Tbk Depresiasi dari Rupiah telah menyebabkan memburuknya defisit neraca berjalan. Bank Indonesia memprediksi defisit
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang. dan dampaknya terhadap harga surat berharga tersebut.
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Valuasi II.1.1 Konsep Investasi merupakan suatu komitmen penempatan dana pada periode waktu tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang diinginkan.
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Objek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menghitung nilai akuisisi PT. Indosat Tbk jika dibuyback oleh pemerintah. Dengan menggunakan Empat metode yang saling keterkaitan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Saham / Sekuritas. untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang
BAB II LANDASAN TEORI II Kerangka Teori dan Literatur II.1 Saham / Sekuritas II.1.1 Pengertian Saham / Sekuritas Menurut Suad Husnan (2005 : 29), sekuritas merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak
Lebih terperinciPenilaian Nilai Intrinsik Saham (Valuation)
Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD Penilaian Nilai Intrinsik Saham (Valuation) Ada beragam cara yang digunakan manajemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa mendatang.
Lebih terperinciIII.METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder
38 III.METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memiliki masalah dengan modal pembiayaan Kredit Kepemilikan Rumah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tanggal 10 April 2014 PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah salah satu bank yang memiliki masalah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ketiga perusahaan tersebut adalah PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Penelitian ini mengambil objek perusahaan yang tergolong ke dalam sektor industri telekomunikasi yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dari perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini persaingan dalam dunia bisnis semakin tinggi. Semakin banyak perusahaan baru yang muncul untuk bersaing dengan perusahaan lama. Tujuan perusahaan
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS. Parwati (2005) melakukan penelitian yang berjudul: Faktor-Faktor yang
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Parwati (2005) melakukan penelitian yang berjudul: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Pada Saham LQ45 di Bursa Efek Jakarta Tahun 2000-2002.
Lebih terperinciBAB II TIMJAUAN PUSTAKA
BAB II TIMJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pasar Modal Secara umum, pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran arus instrumen keuangan jangka panjang, umumnya
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
18 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Pasar modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien. Oleh karena itu investor dapat melakukan investasi pada beberapa perusahaan melalui
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga Saham Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan atas perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara dalam sebuah perekonomian modern bergantung pada adanya sektor keuangan yang efisien. Salah satu komponen penting dari sektor keuangan tersebut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANALISIS FUNDAMENTAL 1. Definisi Analisis Fundamental Menurut Sulistiawan dan Liliana (2007:8) mengemukakan bahwa analisis fundamental adalah analisis sekuritas yang menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Pembiayaan pendanaan perusahaan merupakan suatu hal yang tidak dapat
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembiayaan pendanaan perusahaan merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari dari suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya. Hal ini dapat dipenuhi dengan pembiayaan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal Ada bermacam-macam pengertian pasar modal, namun pada dasarnya pengertian pasar modal adalah sama. Dibawah ini ada
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu landasan teori dan pengembangan hipotesis.
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu landasan teori dan pengembangan hipotesis. II.1 Landasan Teori Untuk mencapai sasaran studi diperlukan landasan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
46 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penlitian Jenis penelitian ini yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan, kemudian dianalisa menggunakan analisis
Lebih terperinciSaham. Bukti kepemilikan Tidak ada waktu jatuh tempo Ada dua macam: Saham biasa Saham preferen
Saham Saham Bukti kepemilikan Tidak ada waktu jatuh tempo Ada dua macam: Saham biasa Saham preferen Analisis Fundamental Pendekatan present value Mengkapitalisasi pendapatan yang diharapkan Nilai intrinsik
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENGHITUNGAN. yang paling lazim digunakan ialah Dividend Discounted Model (DDM).Metode ini
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENGHITUNGAN IV. 1 Penentuan Skenario Penelitian Ada beberapa metode yang dapat dipakai jika kita sebagai peneliti ataupun analis keuangan di pasar dalam menilai suatu kewajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat kegiatan perusahaan mencari dana untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal merupakan tempat kegiatan perusahaan mencari dana untuk membiayai kegiatan usahanya. Selain itu, pasar modal juga merupakan suatu usaha penghimpunan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran
III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Tahapan awal yang dilakukan untuk menganalisis optimasi struktur modal pada PT Pusri adalah dengan menganalisis laporan keuangan. Selain itu melihat rencana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pasar modal merupakan sarana untuk memobilisasi dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi. Syarat utama yang diinginkan oleh
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. keuangan yang diperlukan, data ini diperlukan untuk penganalisisan secara
BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/subyek Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data keuangan perusahaan dan data pergerakan saham pada perusahaan yang menjadi sampel. Data keuangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penentuan nilai..., Ivalandari, FE UI, 2010.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, pilihan berinvestasi masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito, emas, ataupun properti mulai bergeser ke dalam bentuk saham. Sebagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi adalah salah satu aspek penting di dalam suatu negara dalam
BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi adalah salah satu aspek penting di dalam suatu negara dalam menjaga stabilitasnya. Dengan pembangunan ekonomi yang tinggi, maka masyarakat suatu
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2012:13) penelitian kuantitatif adalah
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif deskriptif. Menurut Sugiyono (2012:13) penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang
Lebih terperinciAnalisa Investasi. Analisa Fundamental. Analisa Fundamental. Objek Analisa. Laporan Keuangan 3/19/2015. Analisa Teknikal. Analisa Fundamental
Analisa Investasi Analisa Fundamental Analisa Teknikal Laporan Keuangan Grafik Harga Saham Analisa Investasi Operation Team of Phintraco Securities Jangka Panjang Dividend Pasar Efisien Jangka Pendek Capital
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini pasar modal memiliki peran yang cukup penting dalam suatu perekonomian suatu negara. Dianggap demikian karena pasar modal dapat menjalankan dua
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengakibatkan perusahaan dituntut untuk meningkatkatkan daya saingnya dalam
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kondisi persaingan usaha yang semakin ketat dan kompetitif, mengakibatkan perusahaan dituntut untuk meningkatkatkan daya saingnya dalam industri maupun strategi keunggulan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dunia khususnya dalam bidang investasi saham. Pasar modal merupakan sarana
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian dunia khususnya dalam bidang investasi saham. Pasar modal merupakan sarana alternative
Lebih terperinciPENILAIAN SAHAM DAN STRATEGI PORTFOLIO SAHAM. Andri Helmi M, SE., MM Manajemen Investasi dan Portofolio
PENILAIAN SAHAM DAN STRATEGI PORTFOLIO SAHAM Andri Helmi M, SE., MM Manajemen Investasi dan Portofolio NILAI INTRINSIK DAN NILAI PASAR Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu: Nilai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pasar Modal Menurut Tandelilin (2001) pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan
Lebih terperinciPENILAIAN SAHAM. Nilai nominal Nilai nominal adalah nilai per lembar saham yang berkaitan dengan hukum. Nilai yang tercantum dalam lembar saham.
PENILAIAN SAHAM Tujuan penilaian saham Saham adalah aset finansial yang dapat dijadikan investasi Penilaian saham dilakukan untuk menentukan apakah saham yang akan dibeli/ jual akan memberikan tingkat
Lebih terperinciAnalisis Fundamental untuk menentukan nilai intrinsik saham sebagai dasar pengambilan keputusan investasi saham pada PT. Kimia Farma, Tbk.
Analisis Fundamental untuk menentukan nilai intrinsik saham sebagai dasar pengambilan keputusan investasi saham pada PT. Kimia Farma, Tbk. BAB I Latar Belakang Dalam mempertimbangkan investasi, para investor
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Dalam bab 4 ini dilakukan pembahasan mengenai valuasi harga saham P.T TELKOM Tbk, dengan menggunakan metode discounted cash flow valuation. Dari beberapa macam metode discounted
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pengambilan keputusan untuk melakukan investasi diawali dengan penentuan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengambilan keputusan untuk melakukan investasi diawali dengan penentuan tujuan investasi yang dinyatakan dalam risiko maupun return. Investor harus memahami bahwa ada
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut. Horne
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka 1. Manajemen Keuangan Riyanto (2013) Pengertian Manajemen Keuangan adalah keseluruhan aktivitas yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah data sekunder yang didapat dari PT.Kimia Farma Tbk, Bursa Efek Indonesia (BEI), www.kimiafarma.co.id
Lebih terperinciANALISIS FUNDAMENTAL UNTUK INVESTASI SAHAM
ANALISIS FUNDAMENTAL UNTUK INVESTASI SAHAM Iman Murtono Soenhadji 1 Dalam melakukan analisis dan memilih saham ada 2 aspek yang sering digunakan yaitu: 1. AspekFundamental 2. AspekTeknikal Iman Murtono
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar keuangan terbagi menjadi dua jenis segmen pasar yang berbeda yaitu pasar uang dan pasar modal dimana pasar uang merupakan pasar untuk efek utang jangka pendek
Lebih terperinciBAB III KAJIAN PUSTAKA
BAB III KAJIAN PUSTAKA 3.1. Landasan Teori 3.1.1. Harga Saham Harga saham yang digunakan dalam melakukan transaksi dipasar modal merupakan harga yang terbentuk dari mekanisme pasar yaitu permintaan dan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang
III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersifat sekunder, yaitu data yang berasal dari pihak lain yang telah dikumpulkan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENGUJIAN
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENGUJIAN IV.1 Penentuan Skenario Penilaian Model penilaian perusahaan yang lazim digunakan adalah dividend discounted model (DDM). Model ini menilai suatu perusahaan berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditebak (Fahmi, 2006:14). Oleh karena itu, saham dikenal dengan karakteristik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pergerakan harga dipasar saham sangat sulit untuk ditebak sehingga para pakar pasar modal mengatakan bahwa harga suatu saham, pada suatu saat telah mencerminkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperjualbelikan, salah satunya dalam bentuk ekuitas (saham). Pasar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun pemerintah jangka panjang dalam berbagai instrumen keuangan yang diperjualbelikan, salah satunya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Harga Saham 1. Pengertian Harga Saham Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. menumbuhkan perusahaan. Merger berasal dari kata mergere yang berarti. (1) bergabung, bersama, menyatu, berkombinasi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Merger Merger merupakan salah satu strategi perusahaan dalam mengembangkan dan menumbuhkan perusahaan. Merger berasal dari kata mergere yang berarti (1)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasar Modal adalah pasar untuk tempat jual beli surat berharga saham dan surat berharga hutang berjangka panjang dan produk derivatif lainnya. Kegiatan
Lebih terperinciPEMBAHASAN. 1. Nilai Intrinsik dan Nilai Pasar
PEMBAHASAN 1. Nilai Intrinsik dan Nilai Pasar Dalam penilaian saham dikenal adanya 3 nilai, yaitu : nilai buku, nilai pasar dan nilai intrinsik saham. Nilai buku merupakan nilai yang dihitung berdasarkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber dana jangka pendek
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Return Saham Menurut Jogiyanto (2000:107), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa : 1. Return realisasi (realized
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Konsep Saham dan Return Saham Pada sebuah perusahaan publik, tujuan dari manajemen adalah memaksimalkan harga saham perusahaan,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN LITERATUR
BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1. PENILAIAN PERUSAHAAN BERDASARKAN PER, PBV, DAN EV/EBITDA Menurut Damodaran (2002), ada tiga pendekatan untuk menilai suatu perusahaan, yaitu: penilaian menggunakan discounted
Lebih terperinciANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS PERUSAHAAN
ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS PERUSAHAAN CAKUPAN PEMBAHASAN Overview analisis perusahaan EPS dan laporan keuangan perusahaan Price Earning Ratio Estimasi nilai intrinsik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Sejak dahulu, manusia selalu mencari cara untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya. Salah satu cara sederhana yang biasanya dilakukan manusia adalah
Lebih terperinciNadya Destiyanti Putri
PENENTUAN NILAI HARGA WAJAR SAHAM PADA PT. ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE TBK, DENGAN MENGGUNAKAN METODE GORDON GROWTH MODEL. Nadya Destiyanti Putri 26213293 Latar Belakang Masalah 1. Investasi saham merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori Teori Modigliani Miller (MM) Teori struktur modal modern dimulai pada tahun 1958, ketika Profesor Franco Modigliani dan Merton Miller (MM) menerbitkan apa yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Nilai Perusahaan Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (Salvatore, 2005).
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
14 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pasar modal merupakan suatu sarana yang mempertemukan masyarakat yang kelebihan modal dengan perusahaan yang membutuhkan modal. Investor dapat melakukan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
55 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa dan Pembahasan Dalam bab ini akan dilakukan pembahasan mengenai valuasi harga saham PT. Bank Mandiri Tbk, dengan menggunakan metode discounted cash flow valuation.
Lebih terperinciANALISA UNTUK INVESTOR
1 Pertemuan 11 ANALISA UNTUK INVESTOR Salah satu keputusan yang harus diambil oleh para investor adalah keputusan portfolio pada sekuritas. Ada tiga tipe investor, yaitu investor jangka pendek, investor
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Saham Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas
Lebih terperinciprofitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal atau pasar ekuitas (equity market) adalah tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan risiko untung dan rugi. Pasar modal merupakan sebuah
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu komponen pembiayaan struktur modal
Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu komponen pembiayaan struktur modal perusahaan yang sudah terdaftar untuk mengelola assetnya, disamping dengan pembiayaan melalui hutang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sejarah Bursa Efek Indonesia Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga saham a. Pengertian saham Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:
Lebih terperinciMATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN
MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN Prof. DR. H. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OVERVIEW Analisis sekuritas berdasarkan analisis fundamental. Analisis perusahaan merupakan tahap ketiga dari analisis fundamental,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara teoritis pasar modal (capital market) didefinisikan sebagai perdagangan
Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara teoritis pasar modal (capital market) didefinisikan sebagai perdagangan instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peranan sangat penting dalam perekonomian suatu negara, sebagai sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam bentuk aktiva keuangan yang dapat diperjual-belikan dipasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi dalam bentuk aktiva keuangan yang dapat diperjual-belikan dipasar modal (capital market) merupakan salah satu bentuk investasi yang banyak diminati oleh para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut (Gumanti, 2011:9) Investasi adalah penggunaan modal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut (Gumanti, 2011:9) Investasi adalah penggunaan modal keuangan sebagai suatu upaya untuk menciptakan uang lebih banyak (the use of financial capital in
Lebih terperinciBAB II TINJUAN PUSTAKA. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. antara pembeli dan penjual dengan resiko untung atau rugi.
BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal Menurut Undang Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, Pasar Modal adalah kegiatan yang berkaitan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
Lebih terperinciANALISIS FUNDAMENTAL DENGAN PENDEKATAN PRICE EARNING RATIO
ANALISIS FUNDAMENTAL DENGAN PENDEKATAN PRICE EARNING RATIO UNTUK MENILAI KEWAJARAN HARGA SAHAM DAN KEPUTUSAN INVESTASI (Studi Pada Perusahaan Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga yang Listing Di
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Penawaran Umum Saham Perdana Penawaran Perdana Saham atau Initial Public Offerings (IPO) adalah penjualan saham kepada masyarakat untuk pertama kalinya oleh suatu perusahaan
Lebih terperinciMiranti Harwaningrum. Fakutas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mercu Buana ABSTRAK
PERBANDINGAN PENILAIAN SAHAM DENGAN METODE ANALISIS FUNDAMENTAL DAN ANALISIS TEHKNICAL, PENGGORENGAN SAHAM, SERTA KEPUTUSAN PENILAIAN SAHAM JIKA HASIL BERLAWANAN ARAH UNTUK KEDUA METODE ANALISIS PADA SAHAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis keuangan di Amerika Serikat yang bermula dari krisis kredit perumahan (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara global.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebelum para investor mengambil keputusan untuk berinvestasi saham di pasar modal,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum para investor mengambil keputusan untuk berinvestasi saham di pasar modal, sebaiknya ada beberapa analisis yang penting investor lakukan. Alasannya agar investor
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, yang termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum, pasar modal adalah tempat pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah para pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Telah melakukan penelitian yang berjudul Analisis Perbandingan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini berdasarkan atas penelitian-penelitian yang terdahulu, natara lain : 1.1.1 Penelitian Raja Lambas (2005) Telah melakukan penelitian yang
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Situmorang (2008) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Econonic Value Added dan Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Perusahaan Properti Yang terdaftar
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. ekspansi dengan lingkup ekonomi global seiring perkembangan ekonomi dunia.
Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini berbagai sektor korporasi melakukan ekspansi dengan lingkup ekonomi global seiring perkembangan ekonomi dunia. Hal ini sejalan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijadikan cerminan kekuatan ekonomi suatu bangsa. Secara formal, pasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting di dalam kegiatan perekonomian sehingga efektivitas pasar modal seringkali dijadikan cerminan kekuatan ekonomi suatu
Lebih terperinciBAB V. KESIMPULAN dan SARAN. dengan pendekatan discounted cash flow dapat ditarik beberapa
BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penghitungan dan analisis penilaian perusahaan dengan pendekatan discounted cash flow dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Estimasi
Lebih terperinciNILAI INTRINSIK DAN NILAI PASAR
MATERI 9 PENILAIAN SAHAM DAN STRATEGI PORTFOLIO SAHAM Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. NILAI INTRINSIK DAN NILAI PASAR Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu: Nilai buku. Nilai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemegang saham maupun calon investor sangat berkepentingan terhadap
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Pemegang saham maupun calon investor sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan yang diumumkan secara periodik oleh pihak manajemen. Laporan keuangan ini
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Saham a. Pengertian Saham Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. biasanya mereka akan mendasarkan keputusannya pada beberapa informasi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat awal seorang investor berniat melakukan transaksi di pasar modal, biasanya mereka akan mendasarkan keputusannya pada beberapa informasi yang dimilikinya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang cukup pesat khususnya pada perusahaan go public. Hal ini ditandai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa sekarang ini dalam dunia usaha mengalami perkembang yang cukup pesat khususnya pada perusahaan go public. Hal ini ditandai dengan berlakunya perdagangan bebas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan istilah Initial Public Offering (IPO). IPO merupakan simbol
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketersediaan dana untuk mengembangkan bisnis dalam suatu perusahaan menjadi prasyarat yang harus dipenuhi agar target pengembangan bisnis tercapai. Perolehan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa mendatang
Lebih terperinciANALISIS FUNDAMENTAL. 1
ANALISIS FUNDAMENTAL ririkyunita@yahoo.co.id 1 Your Investment options 2 Determine value without reference to price Analisis Fundamental # Sentimen #Likuiditas #Fundamental Overvalued NILAI Sekuritas Tumbuh
Lebih terperinci