BAB I PENDAHULUAN. yang mendapatkan perhatian berbagai pihak adalah mengenai kawasan peruntukan. kali gagal disahkan di Paripurna DPRD.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. yang mendapatkan perhatian berbagai pihak adalah mengenai kawasan peruntukan. kali gagal disahkan di Paripurna DPRD."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Paska ditetapkannya UU No. 26/2007 mengenai Tata Ruang Nasional, seluruh Provinsi, Kabupaten/Kota di Indonesia memiliki kewajiban menyusun Perda RTRW baru untuk menyesuaikan penataan ruang daerah dengan penataan ruang nasional. Dalam proses legislasi Raperda RTRW Kabupaten Subang tahun , isu kontroversial yang mendapatkan perhatian berbagai pihak adalah mengenai kawasan peruntukan industri. Kemuncuan isu kontroversial tersebut menyebabkan Raperda RTRW beberapa kali gagal disahkan di Paripurna DPRD. Di dalam Perda RTRW No. 2 tahun 2004, kawasan peruntukan industri di Kabupaten Subang dikembangkan di 7 Kecamatan, yaitu; Kecamatan Pabuaran, Cipeundey, Kalijati, Purwadadi, Cibogo, Pagaden dan Cipunagara. Sementara di dalam Raperda RTRW yang baru, Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), melalui Ketua Fraksinya Ating Rusnatim, mengusulkan penambahan 3 kawasan peruntukan industri baru, yaitu; Kecamatan Patokbeusi, Ciasem dan Dawuan, sehingga di Kabupaten Subang nantinya akan ada 10 kawasan peruntukan industri. Usulan Fraksi PDIP tersebut mendapatkan dukungan dari Fraksi Partai Golkar dan Fraksi Gabungan Gerakan Nurani Kebangsaan; terdiri dari: Partai Gerakan Indonesia Raya (GRINDRA), Hati Nurani Rakyat (HANURA), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK). 1

2 Ating Rusnatim menjelaskan bahwa perlunya penambahan kawasan peruntukan industri baru di Kabupaten Subang dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pengurangan angka pengangguran, penyediaan lapangan pekerjaan dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Selain itu penambahan kawasan peruntukan industri baru pun dimaksudkan untuk mendekatkan lapangan pekerjaan kepada calon tenaga kerja (tintahijau.com, (/02/07/2012)). Namun berbagai pihak melihat, keinginan Fraksi PDIP menambahkan 3 kawasan peruntukan idustri baru, tidak terlepas dari kepentingan untuk menyelamatkan Pemerintah Daerah Kabupaten Subang yang telah memberikan izin kepada 5 Perusahaan yang berada di 3 Kecamatan tersebut, padahal ketiganya bukan merupakan kawasan peruntukan industri sesuai dengan Perda RTRW No. 2 tahun Di sisi lain, Pabrik- Pabrik itu berdiri di lahan pertanian pangan berkelanjutan (tintahijau.com, (11/07/2012)). Izin- izin pendirian pabrik diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Subang yang sudah 2 periode Kepala Daerahnya berasal dari PDIP. Hal ini jelas telah melanggar UU No. 26/2007, UU No. 41/2009 dan Perda RTRW Subang No. 2/2004, dimana izin pabrik tidak boleh diberikan di luar kawasan peruntukan industri dan di lahan pertanian pangan berkelanjutan. 2

3 Tabel Pabrik- Pabrik Berizin di Luar Kawasan Peruntukan Industri No Nama Perusahaan Lokasi Lahan yang Digunakan Desa Kecamatan Luas Status 1 PT Bumi Vitek Indonesia Ciberas Patokbeusi 3,9 Ha Sawah Teknis 2 PT SJ. Mode Indonesia Ciasem Baru Ciasem 3 Ha Lahan Pertanian 3 PT SJ. Situ Texpia Ciasem Baru Ciasem PT Mpan Pasifik Ciasem Hilir Ciasem 3 Ha Lahan Sawah 5 PT Daenong Global Manyeti Dawuan - - Sumber: Hasil Pengolahan dari Tintahijau.com (11/07/2012) Usulan penambahan 3 kawasan peruntukan industri baru tersebut, di DPRD mendapatkan resistensi dari Fraksi Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang juga didukung oleh Fraksi Gabungan Karya Peduli Amanat Persatuan; terdiri dari Partai Amanat Nasional (PAN) Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Wakil Ketua DPRD dari Fraksi Demokrat, Ahmad Rizal, menyampaikan bahwa perubahan alih fungsi lahan dengan menjadikannya sebagai kawasan industri akan berpreseden buruk terhadap kondisi sosial masyarakat. Di daerah pemukiman dan lahan pertanian yang berdekatan dengan pabrik sering terjadi kelangkaan air dan pencemaran limbah (inilah.com, (11/6/2012)). Bahkan Ahmad Rizal mengancam akan memperkarakan keberadaan Pabrik- pabrik di luar kawasan peruntukan industri ke tingkat Provinsi dan Pemerintah Pusat (inilah.com, (11/07/2012)). Di sisi lain, menurut Lutfi Israr Al Farabi, dari PAN, secara keruangan lahan di 7 kawasan peruntukan industri yang telah ditetapkan dalam Perda No 2 tahun 2004 adalah seluas Ha, sementara yang baru digunakan hanya 30 persennya saja, 3

4 penggunaannya belum maksimal. Dalih industrialisasi sebagai upaya penyediaan lapangan pekerjaan, pada kenyataannya hanya sedikit masyarakat lokal yang dipekerjakan karena terhambat keterampilan (inilah.com, (10/07/2012)). Ketua Umum DPC PAN Kabupaten Subang, Asep R Dimyati, menginstruksikan kepada 3 anggota DPRD dari PAN untuk konsisten menolak Raperda RTRW apabila masih mencantumkan 3 kawasan peruntukan industri baru (tintahijau.com, (16/07/2012)). Di luar Fraksi- Fraksi Partai Politik yang berada di DPRD, penolakan datang dari gabungan 23 Kelompok Kepentingan yang tergabung dalam Koalisi Rakyat untuk Konstitusi (KORSI); yang merupakan gabungan dari unsur Organisasi Kemasyarakatan, Kepemudaan (OKP), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Organisasi- organisasi mahasiswa (radar- karawang.com, (13/07/2012)). Indra Gumilang sebagai Koordinator KORSI menyampaikan bahwa secara hukum apabila terjadi penambahan 3 kawasan peruntukan industri baru akan bertentangan dengan peraturan perundangan yang lebih tinggi (pikiran- rakyat.com, 5/7/2012). Tabel Peraturan Perundangan yang Terancam Dilanggar No Perundangan No dan Tahun Tentang 1 UU 37 tahun 2007 Tata Ruang Nasional 2 UU 41 tahun 2009 Lahan Pangan Berkelanjutan 3 UU 32 tahun 2009 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 4 PP 68 tahun 2002 Ketahanan Pangan 5 PP 24 tahun 2009 Kawasan Industri 6 PP 01 tahun 2011 Alih Fungsi Lahan Pangan Berkelanjutan 7 PP 12 tahun 2012 Insentive Lahan Pangan Berkelanjutan 4

5 8 PP 25 tahun 2012 Sistem Informasi Lahan Pangan Berkelanjutan 9 PP 30 tahun 2012 Lahan Pangan Berkelanjutan 10 Perda Jabar 27 tahun 2010 Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Sumber: Diolah dari inilah.com, tintahijau.com, dan pikiran- rakyat.com Beberapa kali KORSI melakukan demonstrasi ke gedung DPRD sebagai bentuk tekanan politik supaya Gabungan Fraksi Partai Politik yang mengusulkan penambahan kawasan peruntukan industri baru mencabut usulannya. Dalam demonstrasi yang dilakukan 15 juli 2012, 40 orang perwakilan KORSI berhasil beraudiensi dengan Ketua Pansus (Panitia Khusus) RTRW, Hendra Purnawan, untuk menyampaikan penolakan terhadap penambahan 3 kawasan peruntukan industri baru. Kemudian pada tanggal 22 juli 2012 ormas Gabungan Inisiatif Barisan Siliwangi (GIBAS), yang juga merupakan bagian dari elemen KORSI, dalam pernyataan persnya mengancam akan melakukan sweeping terhadap pabrik- pabrik bermasalah di luar zona kawasan industri. Puncaknya demonstrasi kembali dilakukan oleh KORSI di gedung DPRD pada tanggal 16 Agustus 2012 bertepatan dengan paripurna RTRW. Dalam kesempatan tersebut masa KORSI membentangkan Dua spanduk yang bertuliskan Tolak Raperda RTRW Subang yang Disusupi Pasal Silmuan dan Ayat- Ayat Setan dan Raperda RTRW disahkan = Penghianatan Terhadap Lumbung Padi Nasional. Bahkan perwakilan orator dari PAGAS (Salah satu elemen KORSI) menyerukan untuk menembak mati terhadap mereka yang pro penambahan kawasan peruntukan industri baru (inilah.com, (11/06/2012); (22/07/2012); (16/08/2012); formatnews.com, (18/07/2012)). 5

6 Tabel Elemen Elemen KORSI No Segmen Kelompok No Kelompok Kepentingan 1 Organisasi Kepemudaan 1 Gerakan Pemuda Islam (GPI) 2 Gerakan Inisiative Barisan Muda Siliwangi (GIBAS) 3 Karang Taruna Cibogo 2 Organisasi Mahasiswa 4 HMI Cabang Subang 5 BEM Universitas Subang 6 BEM STIESA Subang 7 GEMA Keadilan Subang 8 Aliansi Mahasiswa Utusan Desa (AMUD- Subang) 3 Lembaga Swadya Masyarakat (LSM) 9 LSM GIVAL 10 LSM AKAR 11 LSM JARANG (Jaringan Aspirasi Rakyat Subang) 12 WALHI Purwasuka 13 Komite DAS dan LH 14 LSM LAP 4 Organisasi Petani 15 Gapoktan Subang (PAGAS) 16 Himpunan Petani Nanas 5 Lain- Lain 17 Masyarakat Peduli Alam Subang 18 KASBI Subang 19 Forum Masyarakat Subang 20 LIAR 21 GOSP 22 FAM Subang 23 Forum Masyarakat Marginal Sumber: Diflat Aksi KORSI Sebagai akibat dari penolakan yang dilakukan oleh Gabungan beberapa Fraksi Partai Politik dan aksi- aksi yang dilakukan KORSI, beberapa kali Raperda RTRW gagal disahkan. Bahkan saat Raperda RTRW Kabupaten Subang berhasil disahkan, di Kabupaten Subang tetap hanya ada 7 kawasan peruntukan industri yaitu; Kecamatan Pabuaran, Cipeundeuy, Kalijati, Purwadadi, Cibogo, Pagaden dan Cipunagara. Sehingga usulan penambahan 3 kawasan peruntukan industri baru yang diusung Fraksi PDIP tidak menjadi keputusan akhir dari paripurna DPRD Kabupaten Subang. 6

7 Hal ini jelas merupakan kemenangan bagi gerakan perlindungan terhadap lahan pertanian pangan berkelanjutan. Mengingat Kabupaten Subang merupakan salah satu lumbung padi di Jawa Barat setelah Kabupaten Karawang dan Indramayu (BPS, 2011; BPS, 2012; Soegeng Sarjadi Syndicated, 2001). Wilayah Kecamatan Patokbeusi, Ciasem dan Dawuan yang diusulkan sebagai 3 kawasan peruntukan industri baru, 90 persennya merupakan kawasan pertanian subur yang harus dipertahankan. Dan ironisnya di Kecamatan Ciasem yang merupakan Kecamatan dengan areal sawah berpengairan teknis terluas di Kabupaten Subang (6.364 Ha) (BPS, 2011), justru telah berdiri beberapa perusahaan seperti PT SJ Mode Indonesia, PT Site Texpia dan PT Mpan Pacific. Di Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Subang merupakan salah satu Kabupaten yang menjadi target perluasan pembangunan perusahaan- perusahaan industri manufaktur. Hal itu bisa dipahami karena adanya kemudahan bagi investor untuk memperoleh lahan murah tetapi tetap masih bisa menjangkau fasilitas- fasilitas yang ada di kota- kota besar (Firman, 2009). Selain itu telah terjadi pergeseran fungsi kawasan, dimana pusat kota di kota- kota besar telah berubah menjadi pusat kegiatan bisnis, keungan dan jasa, sementara industri manufaktur bergeser ke arah tepi kota (Firman, 2009). Ditambah dengan kemudahan perizinan pendirian perusahaan, sebagai konsekuensi dari kebijakan desentralisasi yang memberikan kewenangan perizinan dan penataan ruang kepada Pemerintah Daerah (PP 38/2007). Secara geo- ekonomi, posisi Kabupaten Subang sangat strategis, bersebelahan dengan daerah- daerah yang mengalami proses industrialisasi (ongoing), seperti; Kabupaten Karawang, Purwakarta dan Bekasi (BPPD Jabar, 2011). Dan juga dilalui jalur 7

8 Pantura yang menghubungkan Kabupaten Subang dengan tol Cikampek yang terhubung dengan pelabuhan internasional Tanjung Priuk dan Bandara Soekarno- Hatta. Sehingga wajar apabila dalam catatan FORMAL, di Kabupaten Subang telah terjadi alih fungsi lahan seluas 5 ribu Ha dari lahan pertanian menjadi kawasan industri dan perumahan (inilah.com, (19/06/2012)). Dengan berkembangnya proses industrialisasi, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Subang terus mengalami peningkatan. Dari 4,74 persen tahun 2008 menjadi 4,77 persen di tahun 2009, dimana 6,30 persennya disumbangkan oleh industri manufaktur, padahal di tahun 2007 industri manufaktur hanya menyumbangkan 3,03 persen. Namun sebaliknya, sektor pertanian tanaman pangan terus mengalami penurunan. Dari 3,26 persen di tahun 2007, menjadi 2,28 persen di tahun 2008, dan naik sedikit menjadi 2,73 persen di tahun 2009 (BPS, ). Hal ini jelas merupakan akibat dari berkurangnya lahan pertanian sawah yang telah berubah fungsi menjadi kawasan industri. Di tahun 2008 luas lahan sawah di Kabupaten Subang adalah seluas Ha, berkurang menjadi Ha di tahun 2009 dan menjadi Ha di tahun Begitupun untuk lahan sawah yang sudah beririgasi teknis, dari Ha pada tahun 2008 berkurang menjadi Ha pada tahun Produksi padi di Kabupaten Subang pun terus mengalami penurunan dari ton pada tahun 2009 menjadi ton pada tahun 2010 (BPS, 2011). Padahal kebutuhan akan pangan baik di tingkatan regional maupun nasional terus mengalami peningkatan sebagai konsekuensi logis dari pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi. 8

9 Selain terhadap sektor pertanian, industrialisasi yang tidak ramah pun berdampak terhadap kerusakan lingkungan, karena tidak semua industri di Kabupaten Subang mengikuti petunjuk pemerintah dalam pemanfaatan Instalasi Pemanfaatan Limbah (IPAL); sebagaimana pencemaran sungai Cilamaya di Kecamatan Blanakan yang tercemari oleh limbah B3. Berdasarkan catatan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Kabupaten Subang, limbah tersebut berasal dari 2 perusaahan yang berada di Kabupaten Subang, 2 perusahaan di Kabupaten Purwakarta dan 1 Perusahaan di Kabupaten Karawang. Akibat sungai yang tercemar limbah selama 5 tahun, banyak petani Bandeng yang berada di Kecamatan Blanakan mengalami gulung tikar (inilahkora.com, 01/04/2013); tribunnews.com, 01/04/2013). Dengan strategisnya posisi Pemerintah Daerah dalam merumuskan kebijakan Perda RTRW, maka menjadi keniscayaan bagi Kelompok Kepentingan, sebagai representasi dari kepentingan masyarakat, untuk ikut terlibat dalam proses perumusannya. Tanpa adanya agregasi nilai yang dilakukan KORSI, bisa saja kepentingan Koalisi Fraksi Partai Politik yang mengusung penambahan 3 kawasan peruntukan industri baru menjadi keputusan akhir dari kebijakan zonasi. Padahal dilihat dari sisi urgensitas pembangunan, hal yang terpenting bagi penataan ruang di Kabupaten Subang adalah bagaimana Pemerintah Daerah melalui Perda RTRW mampu memberikan perlindungan terhadap lahan pertanian pangan berkelanjutan supaya tetap tersedianya kebutuhan manusia hari ini dan di masa yang akan datang (UNECE, 2008: vi, 1; Nichersu & Iacohoaea, 2011: 67). 9

10 1.2. Rumusan Masalah Secara teoritis di dalam studi stakeholders dalam proses perumusan kebijakan publik, Partai Politik dan Kelompok Kepentingan memiliki kemampuan yang sangat kuat untuk mempengaruhi proses perumusan kebijakan publik (Burstein & Linton, 2002:381). Keduanya merupakan bagian dari Nongovernmental Participan selain dari Media Masa, Think Thank dan Individu (Anderson, 2003: 56-64). Baik Partai Politik maupun Kelompok Kepentingan merupakan penjembatan kepentingan individu dengan pemerintah (Zeigler, 1992; Lapalombara & Anderson, 1992; Berry, 1995; Dye, 2002). Hanya saja Kelompok Kepentingan tidak memiliki perwakilan yang secara resmi bisa menduduki kursi legislative, sementara Partai Politik melalui fungsi rekrutmennya menjadi institusi resmi yang bisa menempatkan perwakilannya sebagai anggota legislatif (Amal et.al., 1988:xviii; UU No. 2/2008). Sehingga dalam proses perumusan kebijakan, Partai Politik lebih memiliki power dan resources untuk jauh lebih bisa mempengaruhi proses perumusan kebijakan publik (Amal et.al., 1988; Burstein & Linton, 2002). Idealnya bahwa dengan legitimasi, power dan resources yang jauh lebih besar alternatif penambahan 3 kawasan peruntukan industri baru yang diusung Fraksi PDIP dengan dukungan Fraksi Partai Golkar dan Fraksi Gabungan Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) akan mampu menjadi keputusan akhir (decision making) dari Paripurna DPRD. Namun justru keputusan akhir dari paripurna DPRD memutuskan di Kabupaten Subang tetap hanya ada 7 zona sesuai dengan agregasi nilai yang diusung koalisi Fraksi Partai Demokrat, Fraksi PKS, Fraksi Gabungan Karya Peduli Amanat Persatuan (KPAP). Padahal ketiga Fraksi ini hanya mememiliki 23 kursi di DPRD. Partai Demokrat sendiri sebagai 10

11 penentang utama hanya memiliki 9 kursi. Sementara Koalisi pengusung penambahan 3 kawasan peruntukan industri baru menguasai lebih banyak kursi dengan total keseluruhan 27 kursi. PDIP sebagai inisiator merupakan partai pemenang Pemilu 2009 dengan perolehan 14 kursi atau menguasai hampir 30 persen dari total kursi DPRD Kabupaten Subang. Selain itu usulan penambahan 3 kawasan peruntukan industri baru yang diusung oleh Fraksi PDI pun dari Birokrasi mendapatkan dukungan dari BPMP (Badan Penanaman Modal dan Perijinan) Kabupaten Subang yang selama ini menjadi salah satu SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daerah) berpengaruh dalam pembangunan di Kabupaten Subang. Hal itu tidak terlepas dari Tugas Pokok dan Fungsi BPMP sebagai pintu masuk bagi investor- investor yang akan menanaman investasi di Kabupaten Subang. Sekalipun ada SKPD lain seperti Dinas Tata Ruang Permukiman dan Kebersihan (TARKIMSIH) dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan, tetapi basis argumentasi kedua Dinas ini berdasar pada regulasi, padahal proses pengambilan kebijakan di DPRD sifatnya sangat politis yang berbasis pada transaksi kepentingan, sehingga penolakan yang disampaikan kedua Dinas ini tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap peta kekuatan politik di DPRD Kabupaten Subang. 11

12 Tabel Aktor- Aktor dalam Isu Penambahan 3 Kawasan Peruntukan Industri Baru Institusi Pihak yang Mendukung Pihak yang Menolak DPRD/ Fraksi Parpol Fraksi PDIP Fraksi Golkar Fraksi Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) (GRINDRA, HANURA, PKB dan PDK) Birokrasi Badan Penanaman Modal dan Perijinan (BPMP) CSO/ Gabungan Kelompok Kepentingan Sumber: Hasil Pengolahan dari Tintahijau.com Fraksi Demokrat Fraksi PKS Fraksi Gabungan Karya Peduli Amanat Persatuan (KPAP) (PKPB, PAN, dan PPP) Dinas Tata Ruang Permukiman dan Kebersihan (TARKIMSIH) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Koalisi Rakyat Subang untuk Konstitusi (KORSI) Forum Mantan Anggota Legislatif (FORMAL) Di sinilah letak strategis penolakan yang dilakukan KORSI terhadap penambahan 3 kawasan peruntukan industri baru. Tanpa adanya tekanan- tekanan politik yang dilakukan KORSI, agregasi nilai yang diusung Koalisi Fraksi Demokrat, Fraksi PKS, dan Fraksi Gabungan KPAP dan Dinas TARKIMSIH dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan tidak akan memiliki legitimasi dan kekuatan secara politik. Tekanan- tekanan politik yang dilakukan KORSI, baik secara langsung maupun tidak langsung, mampu merubah peta kekuatan koalisi Fraksi Partai Politik di DPRD, sehingga keputusan akhir Paripurna menjadi sesuai dengan agregasi nilai yang diperjuangkan oleh KORSI. Di sisi lain, media lokal, seperti; Pikiran Rakyat, Radar Karawang, tinjahijau.com dan inilah.com, sering memuat pemberitaan mengenai KORSI. Dari keempat media masa tersebut yang selalu update memberitakan peristiwa- peristiwa yang terjadi di wilayah 12

13 Kabupaten Subang adalah tintahijau.com, inilah.com dan Radar Karawang 1. Baik tintahijau.com, inilah.com maupun Radar Karawang secara khusus selalu memuat aktivitas- aktivitas yang berkaitan dengan KORSI, seperti Konsolidasi, pernyataan pers, Demonstrasi dan aktivitas- aktivitas yang dilakukan oleh Kelompok Kepentingan bagian dari elemen KORSI di luar agenda KORSI. Sehingga KORSI pun mampu membangun opini publik atas nilai yang diperjuangkannya melalui media masa. Maka berdasarkan kegelisahan tersebut, Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah Mengapa KORSI mampu mempengaruhi keputusan akhir dari kebijakan kawasan peruntukan industri di Kabupaten Subang, sehingga kawasan peruntukan industri pada Raperda RTRW Kabupaten Subang tetap hanya berada di 7 Kecamatan? Rumusan masalah tersebut akan diturunkan ke dalam beberapa pertanyaan berikut ini: 1. Bagaimanakah KORSI terbentuk dan nilai- nilai apakah yang menjadi pemersatu sehingga 23 elemen Kelompok Kepentingan yang berbeda bisa bersatu di dalam KORSI? 2. Bagaimanakah upaya- upaya politik yang dilakukan KORSI untuk mempengaruhi Fraksi- Fraksi Partai Politik di DPRD dan Pemberitaan Media Masa? 1 Pikiran Rakyat jangkauannya cukup luas untuk seluruh Wilayah Jawa Barat. Sementara Radar Purwakarta lebih banyak memuat peristiwa- persitiwa yang terjadi di Kabupaten Purwakarta. 13

14 3. Faktor apakah yang menyebabkan keberhasilan KORSI sehingga keputusan akhir dari penetapan kebijakan kawasan peruntukan industri pada Raperda RTRW Kabupaten Subang tetap hanya berada di 7 Kecamatan? 1.3. Tujuan Penelitian Dengan menjawab berbagai pertanyaan sebagaimana dirumuskan di dalam rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah akan berusaha memahami keberhasilan Koalisi Kelompok Kepentingan yang tergabung di dalam KORSI dalam mengartikulasikan kepentingan politiknya, sehingga keputusan akhir dari kebijakan kawasan peruntukan industri di dalam Perda RTRW Kabupaten Subang sesuai dengan artikulasi nilai yang diperjuangkannya. Secara teoritis hal ini tentunya akan menjadi temuan baru di dalam studi proses perumusan kebijakan publik. Dimana di dalam kesimpulan- kesimpulan sebelumnya, para ahli melihat bahwa dalam sistem politik demokrasi melalui mekanisme perwakilan, Partai Politik dengan suara mayoritas, melalui legitimasi, power dan resources yang dimilikinya, akan sangat menentukan keputusan akhir dari suatu proses perumusan kebijakan publik. Namun justru di dalam kasus ini, nilai yang diartikulasikan Koalisi Kelompok Kepentingan mampu menjadi keputusan akhir dari proses perumusan kebijakan, padahal nilai yang diartikulasikannya bertolak belakang dengan kepentingan Partai Politik yang memiliki suara mayoritas di DPRD. Oleh karenanya penelitian ini berkeinginan untuk mengetahui: 14

15 1. Terbentuknya KORSI dan nilai- nilai yang menjadi pemersatu di dalam KORSI, sehingga 23 elemen Kelompok Kepentingan yang berbeda bisa bersatu di dalamnya 2. Upaya- upaya politik yang dilakukan KORSI untuk mempengaruhi Fraksi- Fraksi Partai Politik di DPRD dan Pemberitaan Media Masa 3. Faktor yang menyebabkan keberhasilan KORSI sehingga keputusan akhir dari kebijakan kawasan peruntukan industri pada Perda RTRW Kabupaten Subang tetap hanya berada di 7 Kecamatan. Adapun secara akademik, penilitian ini merupakan prasyarat untuk meraih gelar MPA (Master of Public Administration) dengan konsentrasi Governance dan Kebijakan Publik pada program Pascasarjana Magister Adiministrasi Publik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 15

BAB VII KESIMPULAN. Terbentuknya KORSI terjadi dalam 3 (Tiga) Fase yaitu; Fase Inisiasi, Fase

BAB VII KESIMPULAN. Terbentuknya KORSI terjadi dalam 3 (Tiga) Fase yaitu; Fase Inisiasi, Fase BAB VII KESIMPULAN 7.1. Kesimpulan Terbentuknya KORSI terjadi dalam 3 (Tiga) Fase yaitu; Fase Inisiasi, Fase Konsolidasi dan Fase Perlawanan. Di Fase Inisiasi, 4 (Empat) Elemen Kelompok Kelompok Kepentingan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v i DAFTAR ISI Daftar isi... i Daftar Tabel....... iv Daftar Gambar... v I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 12 C. Tujuan Penelitian... 12 D. Kegunaan Penelitian... 12 II.

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at SEJARAH PEMILU DI INDONESIA Muchamad Ali Safa at Awal Kemerdekaan Anggota KNIP 200 orang berdasarkan PP Nomor 2 Tahun 1946 tentang Pembaharuan KNIP (100 orang wakil daerah, 60 orang wakil organisasi politik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paradigma Good Governance, dimana keterlibatan pihak-pihak selain pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. paradigma Good Governance, dimana keterlibatan pihak-pihak selain pemerintah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntabilitas (accountability) merupakan salah satu prinsip atau asas dari paradigma Good Governance, dimana keterlibatan pihak-pihak selain

Lebih terperinci

Gambaran Umum BAB I GAMBARAN UMUM

Gambaran Umum BAB I GAMBARAN UMUM BAB I GAMBARAN UMUM Pengertian pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti

Lebih terperinci

Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD

Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD September 2014 Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada Oleh DPRD Bandul RUU Pilkada kini

Lebih terperinci

BAB IX POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN

BAB IX POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN BAB IX POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN Dengan meningkatnya keberadaaan badan legislatif yang menjadi mitra sejajar dengan badan eksekutif, akan memberikan dampak yang besar bagi masyarakat jika fungsi badan

Lebih terperinci

2. PEMERINTAHAN,HANSIP, PERANGKAT DESA, PERTANAHAN DAN HASIL PEMILU

2. PEMERINTAHAN,HANSIP, PERANGKAT DESA, PERTANAHAN DAN HASIL PEMILU 2. PEMERINTAHAN,HANSIP, PERANGKAT DESA, PERTANAHAN DAN HASIL PEMILU 2.1. PEMERINTAHAN Jumlah kecamatan pada tahun 2012 masih tetap sebanyak 30 kecamatan sesuai Peraturan Daerah Tingkat II (Perda) Nomor

Lebih terperinci

REKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI PROVINSI...

REKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI PROVINSI... Lampiran 2 Model F6-Parpol REKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI 1 PARTAI AMANAT NASIONAL (PAN) 2 PARTAI BULAN BINTANG (PBB) TAHAP I TAHAP II TAHAP I TAHAP II TAHAP I TAHAP

Lebih terperinci

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik Koalisi Pemantauan Dana Kampanye Transparansi Internasional Indonesia dan Indonesia Corruption Watch Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk mempertahankan eksistensinya. Penggunaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah

Lebih terperinci

Pemerintahan Subang Dalam Angka Tahun PEMERINTAHAN, HANSIP, PERANGKAT DESA, PERTANAHAN DAN HASIL PEMILU

Pemerintahan Subang Dalam Angka Tahun PEMERINTAHAN, HANSIP, PERANGKAT DESA, PERTANAHAN DAN HASIL PEMILU 2. PEMERINTAHAN, HANSIP, PERANGKAT DESA, PERTANAHAN DAN HASIL PEMILU 2.1. PEMERINTAHAN DESA Pada tahun 2009 jumlah Kecamatan yang ada di Kabupaten Subang ada sebanyak 30 Kecamatan. Jumlah ini berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 39 BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 4.1 KARAKTERISTIK UMUM KABUPATEN SUBANG 4.1.1 Batas Administratif Kabupaten Subang Kabupaten Subang berada dalam wilayah administratif Propinsi Jawa Barat dengan luas wilayah

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan Pertanian merupakan pembangunan yang terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi yang ada di Indonesia, apalagi semenjak sektor pertanian menjadi penyelamat

Lebih terperinci

Pemerintahan Subang Dalam Angka Tahun PEMERINTAHAN, HANSIP, PERANGKAT DESA, PERTANAHAN DAN HASIL PEMILU

Pemerintahan Subang Dalam Angka Tahun PEMERINTAHAN, HANSIP, PERANGKAT DESA, PERTANAHAN DAN HASIL PEMILU 2. PEMERINTAHAN, HANSIP, PERANGKAT DESA, PERTANAHAN DAN HASIL PEMILU 2.1. PEMERINTAHAN DESA Komposisi Kecamatan pada tahun 2010 masih sama dengan tahun 2009 yaitu ada sebanyak 30 Kecamatan. Jumlah ini

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring dengan laju pertambahan penduduk yang terus meningkat. Pertambahan penduduk ini menjadi ancaman

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Luas dan Potensi Wilayah Luas fungsional daerah penelitian adalah 171.240 ha, secara administratif meliputi 3 (tiga) kabupaten, yaitu Kabupaten Subang, Sumedang,

Lebih terperinci

PROFIL DPRD KABUPATEN SUMENEP PERIODE Disusun oleh: Bagian Humas & Publikasi Sekretariat DPRD Sumenep

PROFIL DPRD KABUPATEN SUMENEP PERIODE Disusun oleh: Bagian Humas & Publikasi Sekretariat DPRD Sumenep PROFIL DPRD KABUPATEN SUMENEP PERIODE 2009-2014 Disusun oleh: Bagian Humas & Publikasi Sekretariat DPRD Sumenep 1 SEKILAS DPRD KABUPATEN SUMENEP DPRD Kabupaten Sumenep merupakan lembaga perwakilan rakyat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI CABANG DINAS DAERAH KABUPATEN SUBANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI CABANG DINAS DAERAH KABUPATEN SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI CABANG DINAS DAERAH KABUPATEN SUBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUBANG Menimbang : a. Bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU

ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU 1. Sistem Pemilu Rumusan naskah RUU: Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota dilaksanakan dengan sistem proporsional dengan daftar calon

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Desember 2008 sampai dengan Agustus 2009 di Laboratorium Pengindraan Jauh dan Intepretasi Citra, Departemen Ilmu Tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pemilu merupakan salah satu arena ekspresi demokrasi yang dapat berfungsi sebagai medium untuk meraih kekuasaan politik. Karenanya, berbagai partai politik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 164 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan membahas mengenai kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, serta memberikan beberapa rekomendasi baik rekomendasi secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemerintah pusat telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun

I. PENDAHULUAN. pemerintah pusat telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah sebagai bagian dari adanya reformasi atas kehidupan bangsa termasuk reformasi pengelolaan pemerintahan di daerah, oleh pemerintah pusat telah diatur

Lebih terperinci

STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN

STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN Oleh: Ignatius Mulyono 1 I. Latar Belakang Keterlibatan perempuan dalam politik dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan. Salah satu indikatornya adalah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke

GAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke IV. GAMBARAN UMUM A. Jurusan Ilmu Pemerintahan Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke governance pada dekade 90-an memberi andil dalam perubahan domain Ilmu Pemerintahan.

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/729/KEP/ /2012

BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/729/KEP/ /2012 BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/729/KEP/429.011/2012 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK HASIL PEMILU PERIODE TAHUN 2009-2014 YANG MENDAPATKAN KURSI DI DPRD KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses. partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya dan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses. partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya dan dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca reformasi bangsa kita sudah berhasil melaksanakan pemilihan umum presiden yang di pilih langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses pengambilan hak suara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang memperoleh sekitar 11, 98 persen suara dalam Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 9 april 2014 tidak mampu mengajukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum adalah suatu proses dari sistem demokrasi, hal ini juga sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan penuh untuk memilih

Lebih terperinci

ANGGOTA DPRD. Pembekalan Anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Selayar MEP-UGM, 5 September Dr. Wahyudi Kumorotomo, MPP

ANGGOTA DPRD. Pembekalan Anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Selayar MEP-UGM, 5 September Dr. Wahyudi Kumorotomo, MPP SUSUNAN DAN KEDUDUKAN ANGGOTA DPRD Pembekalan Anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Selayar MEP-UGM, 5 September 2009 Dr. Wahyudi Kumorotomo, MPP Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PEMBANGUNAN DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PEMBANGUNAN DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PEMBANGUNAN DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2011-2015 DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah tak henti hentinya

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. Muchamad Ali Safa at

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. Muchamad Ali Safa at DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Muchamad Ali Safa at DPRD Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah Unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah FUNGSI: Legislasi; Anggaran; Pengawasan; Representasi RAKYAT DI DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat,

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat, BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi. Di negara yang menganut sistem demokrasi rakyat merupakan pemegang kekuasaan, kedaulatan berada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian

I. PENDAHULUAN. Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian pemimpin pada tingkatan daerah sebagai syarat meneruskan estafet pemerintahan. Pemilu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih

I. PENDAHULUAN. utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menggantungkan hidupnya pada

Lebih terperinci

PT. Universal Broker Indonesia 1 MARKET OUTLOOK MEI: PILPRES. Oleh: Satrio Utomo PT. Universal Broker Indonesia. 26 April 2014

PT. Universal Broker Indonesia 1 MARKET OUTLOOK MEI: PILPRES. Oleh: Satrio Utomo PT. Universal Broker Indonesia. 26 April 2014 1 MARKET OUTLOOK MEI: KONSOLIDASI MENJELANG PILPRES Oleh: Satrio Utomo Jadwal Pemilu 2 11 Januari 05 April Pelaksanaan Kampanye 06 April - 08 April Masa Tenang 09 April Pemungutan dan Penghitungan Suara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada Bab 1 pasal 1 dijelaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara hukum dan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kepedulian sebuah Negara terhadap rakyatnya. Di Indonesia sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kepedulian sebuah Negara terhadap rakyatnya. Di Indonesia sendiri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan sosial adalah impian bagi setiap Negara dibelahan dunia termasuk di Indonesia. Upaya untuk mencapai mimpi tersebut adalah bentuk kepedulian sebuah Negara

Lebih terperinci

Kinerja rendah, DPRA harus berbenah!

Kinerja rendah, DPRA harus berbenah! Kinerja rendah, DPRA harus berbenah! (Pandangan Komponen Masyarakat Sipil Untuk Parlemen yang lebih baik terhadap Kinerja DPRA) DPRA merupakan lembaga legislatif di Aceh. Berdasarkan UU No. 11 tahun 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Founding fathers bangsa Indonesia telah memberikan ketegasan di dalam perumusan dasar pembentukan negara dimana Indonesia harus dibangun dan dikelola salah satunya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam negara demokrasi, Pemilu dianggap lambang, sekaligus tolak ukur, dari demokrasi. Hasil Pemilu yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan adalah dimensi penting dari usaha United Nations Development Programme (UNDP) untuk mengurangi separuh kemiskinan dunia

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR. NOMOR : 13 /Kpts-K/KPU-Kab-012.

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR. NOMOR : 13 /Kpts-K/KPU-Kab-012. KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR : 13 /Kpts-K/KPU-Kab-012.329506/2013 T E N T A N G PENETAPAN JUMLAH KURSI ATAU SUARA SAH PARTAI POLITIK

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Inspektorat Daerah Kabupaten Subang telah dibentuk dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Abstrak... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... viii Daftar Gambar... xii

DAFTAR ISI. Abstrak... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... viii Daftar Gambar... xii DAFTAR ISI Abstrak... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... viii Daftar Gambar... xii BAB 1 BAB 2 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1-1 1.2 Perumusan Masalah... 1-3 1.2.1 Permasalahan

Lebih terperinci

KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SEMARANG

KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SEMARANG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NO : 8/Kpts/KPU-Kota-012 329521/2015 TENTANG PENETAPAN HASIL PEROLEHAN SUARA SAH PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TAHUN 2014

Lebih terperinci

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama.

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama. BAB VI. KESIMPULAN Perubahan-perubahan kebijakan sektor beras ditentukan oleh interaksi politik antara oligarki politik peninggalan rezim Orde Baru dengan oligarki politik reformis pendatang baru. Tarik

Lebih terperinci

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF. Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF. Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda YURISKA, VOL. 2, NO. 1, AGUSTUS 2010 72 PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda ABSTRAK Hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan basis perekonomiannya berasal dari sektor pertanian. Hal ini disadari karena perkembangan pertanian merupakan prasyarat

Lebih terperinci

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 59 /Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 59 /Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NOMOR : 59 /Kpts/KPU Kab 014329920/2010 TENTANG PENETAPAN PEROLEHAN KURSI DAN SUARA SAH POLITIK DALAM PEMILU ANGGOTA DPRD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan politik di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat, diawali dengan politik pada era orde baru yang bersifat sentralistik dan

Lebih terperinci

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin Jakarta, 14 Desember 2010 Mengapa Keterwakilan Perempuan di bidang politik harus ditingkatkan? 1. Perempuan perlu ikut

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR: 5 TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR: 5 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR: 5 TAHUN 2013 TENTANG IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa sebagai upaya pengendalian agar penggunaan tanah dalam

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 15A TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 15A TAHUN 2009 TENTANG BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 15A TAHUN 009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 6 TAHUN 009 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Prasyarat Gelar... ii Persetujuan... iii Penetapan Panitia Penguji... iv Ucapan Terima Kasih... v Ringkasan... vii Sumary... viii Abstrak... ix Daftar Isi... x Daftar

Lebih terperinci

MODEL C 1 DPR UKURAN PLANO

MODEL C 1 DPR UKURAN PLANO MODEL C 1 DPR UKURAN PLANO CATATAN PENGHITUNGAN SUARA TIAP PARTAI POLITIK DAN CALON ANGGOTA DPR DALAM PEMILU TAHUN 2014 DI TEMPAT PEMUNGUTAN SUARA Tempat Pemungutan Suara (TPS).. Desa/Kelurahan *). Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terakhir partai terlibat dalam proses advokasi kebijakan melalui wakil-wakil

BAB I PENDAHULUAN. Terakhir partai terlibat dalam proses advokasi kebijakan melalui wakil-wakil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi modern terwujud melalui demokrasi perwakilan. Dalam demokrasi perwakilan, terdapat sebuah lembaga yang menjadi pilar berdirinya demokrasi yaitu partai politik.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK. MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan

PEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK. MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan PEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan Tujuan Indonesia Merdeka 1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia 2. Memajukan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law Modul ke: 07 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law Fakultas PSIKOLOGI Program Studi PSIKOLOGI Rizky Dwi Pradana, M.Si Sub Bahasan 1. Pengertian dan Definisi Konstitusi 2. Hakikat dan Fungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen

I. PENDAHULUAN. Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen penting dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Partai politik diberikan posisi penting

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. A. Simpulan

BAB 6 PENUTUP. A. Simpulan BAB 6 PENUTUP A. Simpulan Kebijakan pengembangan kawasan industri merupakan kewenangan pemerintah daerah Kabupaten Karawang dalam menciptakan pusat-pusat pertumbuah ekonomi daerah yang menyediakan lahan

Lebih terperinci

RechtsVinding Online. RUU tentang Penyelenggaraan Pemilu. bersikap untuk tidak ikut ambil bagian. dalam voting tersebut.

RechtsVinding Online. RUU tentang Penyelenggaraan Pemilu. bersikap untuk tidak ikut ambil bagian. dalam voting tersebut. BATAS PENCALONAN PRESIDEN DALAM UU NO. 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah Diterima: 2 Oktober 2017, Disetujui: 24 Oktober 2017 RUU tentang Penyelenggaraan Pemilu yang disetujui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi merupakan suatu proses dalam pembentukan dan pelaksanaan pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu negara yang menjalankan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan yang menganut asas

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan yang menganut asas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan yang menganut asas desentralisasi yaitu penyerahan wewenang Pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom.

Lebih terperinci

Pelajaran dari Kasus Pansus Bank Century

Pelajaran dari Kasus Pansus Bank Century INSENTIF POLITIK PARTAI OPOSISI: Pelajaran dari Kasus Pansus Bank Century Jl. Lembang Terusan D-57, Menteng Jakarta Pusat 10310, Indonesia Telp. (021) 391 9582, Fax (021) 391 9528 Website: www.lsi.or.id

Lebih terperinci

BAB IX PENUTUP IX.1. Kesimpulan

BAB IX PENUTUP IX.1. Kesimpulan BAB IX PENUTUP IX.1. Kesimpulan Studi ini mengkaji dinamika terbentuknya pemerintahan divided atau unified yang dikaitkan dengan pembuatan kebijakan APBD pada satu periode pemerintahan. Argumen yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi persyaratan (Sumarno, 2005:131). pelaksanaan pemilihan kepala daerah ( pilkada ).

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi persyaratan (Sumarno, 2005:131). pelaksanaan pemilihan kepala daerah ( pilkada ). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pilkada merupakan pesta demokrasi rakyat dalam memilih kepala daerah beserta wakilnya yang berasal dari usulan partai politik tertentu, gabungan partai politik

Lebih terperinci

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG Oleh : Nurul Huda, SH Mhum Abstrak Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, yang tidak lagi menjadi kewenangan

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT. Nomor 11/Kpts/ /III/2014

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT. Nomor 11/Kpts/ /III/2014 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN Nomor 11/Kpts/022.658791/III/2014 TENTANG JADWAL KAMPANYE RAPAT UMUM PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

KPK juga hampir KO di Era SBY

KPK juga hampir KO di Era SBY KPK juga hampir KO di Era SBY Presiden SBY pernah sangat kesal kepada KPK lalu mediskriditkan KPK melalui pernyataan-nya pada bulan Juni 2009: Terkait KPK, saya wanti-wanti benar. Power must not go uncheck.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memperoleh dan menambah dukungan suara bagi para kandidat kepala daerah. Partai politik

I. PENDAHULUAN. memperoleh dan menambah dukungan suara bagi para kandidat kepala daerah. Partai politik I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis sering kali dijadikan isu atau komoditi utama untuk mencapai suatu tujuan dalam masyarakat. Dalam konteks Pilkada, etnis dimobilisasi dan dimanipulasi sedemikian

Lebih terperinci

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik Kuliah ke-11 suranto@uny.ac.id 1 Latar Belakang Merajalelanya praktik KKN pada hampir semua instansi dan lembaga pemerintahan DPR dan MPR mandul, tidak mampu

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 16 BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1.Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1. Lokasi Wilayah Kabupaten Subang secara geografis terletak pada batas koordinat 107 o 31-107 o 54 BT dan di antara 6 o

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS 3.1 Identifikasi Faktor Lingkungan Berdasarkan Kondisi Saat Ini sebagaimana tercantum dalam BAB II maka dapat diidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan salah satu partai politik dengan basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004 mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permukiman, dan air merupakan elemen sangat penting dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. permukiman, dan air merupakan elemen sangat penting dalam proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masakah Infrastruktur memiliki peranan yang penting sebagai roda penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. Komponen infrastruktur yang meliputi transportasi, komunikasi

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK)

DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK) DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK) JAKARTA, 3 APRIL 2014 UUD 1945 KEWAJIBAN NEGARA : Memenuhi, Menghormati dan Melindungi hak asasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah. Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi yang bergulir tahun 1998 telah membuat perubahan politik dan administrasi, salah satu bentuk reformasi tersebut adalah perubahan bentuk pemerintahan yang

Lebih terperinci

KONSEPSI REVISI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2009 TTG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK

KONSEPSI REVISI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2009 TTG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK KONSEPSI REVISI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2009 TTG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK OLEH DRS. SYAMSUDDIN, M.Si DIREKTORAT POLITIK DALAM NEGERI DITJEN POLITIK DAN PEMERINTAHAN UMUM 1 UU NO

Lebih terperinci

PEROLEHAN KURSI PARTAI DAN PETA KOALISI CAPRES Lingkaran Survei Indonesia Jumat, 11 April 2014

PEROLEHAN KURSI PARTAI DAN PETA KOALISI CAPRES Lingkaran Survei Indonesia Jumat, 11 April 2014 PEROLEHAN KURSI PARTAI DAN PETA KOALISI CAPRES 2014 Lingkaran Survei Indonesia Jumat, 11 April 2014 Kata Pengantar PEROLEHAN KURSI PARTAI DAN PETA KOALISI CAPRES 2014 Pemilu Legislatif 2014 telah selesai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perjalanan politik di Indonesia selama ini telah menorehkan sejarah panjang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perjalanan politik di Indonesia selama ini telah menorehkan sejarah panjang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perjalanan politik di Indonesia selama ini telah menorehkan sejarah panjang di tanah air. Setiap perubahan regulasi yang menyangkut kebijakan tentang partai

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 17 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Kabupaten Subang merupakan salah satu kabupaten di kawasan utara provinsi Jawa Barat terletak diantara 107º 31' sampai dengan 107º 54' Bujur

Lebih terperinci

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 http://kesbangpol.kemendagri.go.id I. PENDAHULUAN Dana kampanye adalah sejumlah biaya berupa uang, barang, dan jasa yang digunakan

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan Analisis yang telah peneliti lakukan, maka dapat

VI. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan Analisis yang telah peneliti lakukan, maka dapat 109 VI. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan Analisis yang telah peneliti lakukan, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai Analisis Proses Perumusan dan Penetapan Kebijakan Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di kebanyakan negara demokrasi, pemilihan umum dianggap lambang sekaligus tolok ukur, dari demokrasi itu (Budiardjo, 2009:461). Pemilihan umum dilakukan sebagai

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MANDAILING NATAL

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MANDAILING NATAL KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MANDAILING NATAL KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MANDAILING NATAL NOMOR : /Kpts/KPU-Kab-002.43 4826 / 2010 TENTANG PENETAPAN PASANGAN CALON BUPATI DAN WAKIL BUPATI

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari temuan dan pembahasan hasil penelitian, maka disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1. Interaksi dan kontribusi koalisi Partai PAN dan Golkar dengan Walikota

Lebih terperinci

Legacy SBY Di Bidang Politik dan Demokrasi. LSI DENNY JA Oktober 2014

Legacy SBY Di Bidang Politik dan Demokrasi. LSI DENNY JA Oktober 2014 Legacy SBY Di Bidang Politik dan Demokrasi LSI DENNY JA Oktober 2014 Legacy SBY di Bidang Politik dan Demokrasi Selamat Jalan Presiden SBY. Selamat datang presiden baru Joko Widodo. Selama 10 tahun menjabat

Lebih terperinci

Struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial suatu masyarakat dapat menciptakan atau melanggengkan demokrasi, tetapi dapat pula mengancam dan mele

Struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial suatu masyarakat dapat menciptakan atau melanggengkan demokrasi, tetapi dapat pula mengancam dan mele Struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial suatu masyarakat dapat menciptakan atau melanggengkan demokrasi, tetapi dapat pula mengancam dan melemahkannya. Birokrasi, misalnya dapat menjadi sarana

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 41B/DPR RI/I/ TENTANG

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 41B/DPR RI/I/ TENTANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT NOMOR : 41B/ RI/I/2009-2010 TENTANG PROGRAM LEGISLASI NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG PRIORITAS TAHUN 2010 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Situasi perkembangan politik yang berkembang di Indonesia dewasa ini telah membawa perubahan sistem yang mengakomodasi semakin luasnya keterlibatan masyarakat dalam

Lebih terperinci

ISU-ISU KRUSIAL DALAM UU NO 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILU

ISU-ISU KRUSIAL DALAM UU NO 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILU ISU-ISU KRUSIAL DALAM UU NO 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILU Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si (Dekan FISIP UNJANI Cimahi) Disampaikan dalam kegiatan Bimtek DPRD Kabupaten Bandung Barat, yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KABUPATEN MAGELANG

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KABUPATEN MAGELANG BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci