BAB 4 ANALISIS RISIKO BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 ANALISIS RISIKO BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG"

Transkripsi

1 BAB 4 ANALISIS RISIKO BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat risiko bencana tsunami di Kota Padang berdasarkan atas faktor-faktor yang mempengaruhi risiko bencana tsunami. Faktor-faktor ini akan digunakan dalam analisis dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG), sehingga diperlukan indikator-indikator yang dapat diterapkan dalam analisa SIG ini. Indikator indikator ini diperoleh dari kajian mengenai faktor-faktor risiko bencana tsunami tersebut. 4.1 Analisis Faktor-faktor Bencana Cara yang digunakan dalam untuk menganalisa setiap faktor risiko bencana adalah: 1. Peta peta dasar dari indikator risiko bencana dikonversikan dari sharpfile menjadi peta dalam bentuk raster, dengan Fitur Arctoolbox Conversion Tools Features to Raster. 2. Cara yang dilakukan pada nomor 1 diatas dilakukan pada setiap indikator risiko bencana tsunami tersebut. 3. Peta raster hasil langkah no.1 kemudian dilakukan pengklasifikasian kembali dengan menggunakan fitur: Arctoolboxs - Spatial Analyst tools Reclassify Nature breaks. 4. Penentuan tingkat risiko untuk setiap komponen sub faktor faktor bencana dilakukan melalui fitur Spatial Analyst Tools Overlay Weighted sum terhadap indikator indikator faktor risiko bencana, sehingga menghasilkan output peta tingkat risiko bencana untuk setiap sub faktor risiko bencana. Penggunaan bobot terhadap setiap indikator bencana ada pada tahap ini, dimana diberikan saat Fitur Weighted sum digunakan untuk mendapatkan peta tingkat risiko sub faktor bencana. 62

2 5. Langkah nomor 4 diulangi kembali untuk setiap komponen sub faktor bencana, sehingga menghasilkan output peta tingkat risiko bencana untuk setiap faktor bencana. Secara umum langkah langkah untuk menentukan tingkat risiko untuk setiap faktor faktor bencana dapat terlihat seperti gambar berikut: Gambar. 4.1 Tahapan proses analisis setiap indikator bencana 4.2 Analisis tingkat risiko bencana Setelah tingkat risiko bencana untuk setiap faktor bencana alam tsunami didapatkan, maka dilakukan analisis untuk menentukan tingkat risiko bencana tsunami untuk setiap wilayah di Kota Padang. Cara yang digunakan dalam untuk menghitung nilai setiap faktor risiko bencana adalah: 1. Peta raster tingkat risiko untuk faktor faktor bencana yang didapat dari hasil langkah pada sub bab sebelumnya, digunakan kembali, dan dilakukan pembobotan kembali pada Spatial Analyst Tools sesuai dengan bobot yang telah ditetapkan. 2. Penentuan tingkat risiko bencana untuk setiap wilayah di Kota Padang ini merupakan interaksi antara komponen komponen bahaya (hazard), kerentanan (vulnerability), dan kapasitas/ ketahanan. 3. Penentuan tingkat risiko bencana dilakukan melalui fitur Spatial Analyst Tools Overlay Weighted sum terhadap faktor faktor risiko bencana, 63

3 sehingga menghasilkan output peta tingkat risiko bencana untuk setiap wilayah di Kota Padang. 4.3 Analisis Bahaya Run Up Tsunami Sebagai faktor utama dari kajian risiko, maka hazard diidentifikasi dengan tinggi tsunami dan jarak rendaman tsunami ke darat. Sebagai sumber perhitungan tsunami digunakan hasil riset dengan pemodelan tsunami yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kelautan (PPK) ITB. Pemodelan ini dilakukan berdasarkan kejadian gempa 1797 dan 1833, dengan beberapa skenario posisi dan kedalaman sumber gempa. Dalam studi ini digunakan simulasi gempa Dari simulasi ini didapatkan tinggi tsunami di pantai Kota Padang dan sekitarnya, seperti yang terlihat pada gambar 4.2 dan tabel 4.2. Gambar. 4.2 Peta ketinggian tsunami di pantai Kota Padang 64

4 4.3.2 Jarak Genangan Tsunami Untuk memperkiraan rendaman tsunami ke darat dilakukan dengan menggunakan rumusan yang disusun oleh Natural Environment Research Council, Conventry University, London. Rumusannya adalah: dimana: Xmax = Jarak rendaman maksimum Ho = Tinggi tsunami di pantai n = koefisien kekasaran permukaan Tabel Koefisien Kekasaran Permukaan Untuk beberapa Penggunaan Lahan Sumber : Natural Environment Research Council, Conventry University, London Pada studi ini digunakan asumsi bahwa koefisien yang dipakai adalah koefisien dataran terbuka. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Natural Environment Research Council, Conventry University gelombang pertama dari beberapa gelombang yang sampai ke darat telah mengurangi hambatan kekasaran permukaan secara efektif, sehingga gelombang berikutnya tidak mengalamai hambatan berarti. Selain itu dengan asumsi ini, maka didapatkan kondisi terburuk yang mungkin terjadi terhadap Kota Padang. Berdasarkan pemodelan yang dilakukan Pusat Penelitian Kelautan (PPK) ITB, terdapat 28 titik ketinggian tsunami di sepanjang pantai Kota Padang dan sekitarnya. Sesuai dengan wilayah studi, maka hanya 65

5 14 titik yang dipakai dalam perhitungan rendaman tsunami, yaitu dari Kecamatan Koto Tangah di utara sampai Kecamatan Padang Selatan. Dari rumusan ini didapatkan jarak maksimum rendaman tsunami untuk wilayah studi adalah meter dengan tsunami di pantai setinggi 5,06 meter. Jarak terjauh ini terjadi di Kelurahan Ulak Karang Utara, Ulak Karang Selatan serta Lolong Belanti. Sedangkan jarak rata rata tsunami ke darat sekitar meter. Tabel Ketinggian Tsunami di Pantai dan jarak rendaman ke darat di Kota Padang 66

6 4.3.3 Tingkat Bahaya Gambar Peta Daerah Rendaman tsunami di wilayah Kota Padang Peta hasil analisis dengan menggunakan Spatial Analyst Tools hanya menunjukkan wilayah Kota Padang berdasarkan tingkat risikonya, tetapi tidak bisa menjelaskan secara details atribut yang ada pada wilayah tersebut, karena peta ini masih dalam bentuk raster. Untuk mengetahui secara details atribut yang ada pada wilayah tersebut, maka peta hasil analisis ini di overlay dengan peta administrasi Kota Padang. Gambar 4.5 menunjukkan tingkat bahaya tsunami di wilayah Kota Padang: 67

7 Gambar. 4.4 Tahapan proses analisis setiap sub faktor bencana Gambar Peta tingkat bahaya tsunami di wilayah Kota Padang Pada gambar 4.5. ditunjukkan bahwa wilayah Kota Padang bahagian sebelah Barat (arah pantai) umumnya memiliki tingkat bahaya yang tinggi untuk sub faktor genangan air. Ini disebabkan karena, daerah daerah di bagian Barat Kota Padang ini umumnya merupakan daerah 68

8 datar yang mempunyai elevasi yang rendah (umumnya < 2 m di atas permukaan laut). Selain mempunyai elevasi yang rendah, wilayah ini umumnya juga berjarak sangat dekat dengan pantai Padang, selain juga dilewati oleh beberapa sungai besar di Kota Padang. Dalam melihat daerah yang mempunyai tingkat bahaya yang tinggi terhadap tsunami yang digunakan adalah batas administrasi daerah, karena ketersediaan data yang tersedia. Dari Peta tingkat bahaya tsunami Kota Padang dapat diketahui, bahwa ada 14 (empat belas) kelurahan yang mempunyai tingkat bahaya yang tinggi terhadap tsunami. Desa yang mempunyai tingkat risiko tinggi tersebut terletak pada 4 (empat) kecamatan dan umumnya justru terletak di bahagian pusat Kota Padang Gambar 4.6 di bawah ini menunjukkan daerah yang mempunyai tingkat bahaya tinggi terhadap tsunami: Gambar.4.6. Peta bahaya tinggi tsunami di wilayah Kota Padang 69

9 Apabila dilihat dari luas dari wilayah yang mempunyai tingkat bahaya tinggi terhadap tsunami (daerah genangan) ini mencapai km 2 (sekitar 8% dari seluruh wilayah di Kota Padang). Kelurahan yang mempunyai luas daerah genangan paling kecil adalah kelurahan Belakang Pondok (di kecamatan Padang Selatan), sedangkan daerah genangan paling luas ada di kelurahan Batipuh Panjang (di kecamatan Koto Tangah). Sedangkan apabila dilihat dari populasi penduduk yang tinggal pada kawasan yang mempunyai tingkat bahaya tinggi terhadap tsunami tersebut mencapai jiwa, yaitu mencapai hampir dari 18% populasi penduduk di Kota Padang. Dari tabel juga terlihat bahwa, kelurahan Parupuk Tabing (di kecamatan Koto Tangah) merupakan kelurahan yang mempunyai tingkat bahaya tinggi dan mempunyai penduduk paling banyak, sedangkan kelurahan yang mempunyai risiko bahaya tinggi, tapi mempunyai populasi penduduk yang paling sedikit adalah kelurahan Belakang Pondok yang terletak di kecamatan Padang Barat. Untuk jelasnya kelurahan kelurahan yang mempunyai bahaya tinggi terhadap tsunami di Kota Padang ditunjukkan pada tabel 4.3 berikut ini: 70

10 Tabel Kelurahan yang mempunyai tingkat bahaya tinggi terhadap Tsunami di Kota Padang 4.4 Analisis kerentanan Kerentanan fisik Komponen sub faktor kerentanan fisik ini terdiri dari indikator indikator sebagai berikut: Persentase kawasan terbangun Persentase bangunan semi permanen. Penentuan tingkat kerentanan fisik dilakukan dengan menggunakan peta raster indikator indikator dari sub faktor kerentanan fisik bencana tersebut. Peta ini kemudian digunakan pada fitur Weight sum yang merupakan sub fitur dari overlay yang terdapat pada toolbox Spatial data Analisis. Setelah proses analisis data spatial ini dilakukan maka akan dihasilkan peta tingkat kerentanan fisik bencana tsunami. Gambar 4.7 berikut ini menunjukkan tingkat kerentanan fisik yang tinggi terhadap bencana tsunami di wilayah Kota Padang: 71

11 Gambar Peta tingkat kerentanan fisik yang tinggi terhadap bencana tsunami di wilayah Kota Padang Dari peta tingkat kerentanan fisik terhadap tsunami wilyah Kota Padang diatas dapat diketahui, bahwa ada 6 (enam) kelurahan yang mempunyai tingkat kerentanan fisik yang tinggi terhadap tsunami. Kelurahan yang mempunyai tingkat kerentanan fisik yang tinggi tersebut terletak pada 4 (empat) kecamatan dan umumnya justru terletak di bahagian pusat Kota Padang. Apabila dilihat dari luas dari wilayah yang mempunyai tingkat kerentanan fisik yang tinggi terhadap tsunami ini mencapai km 2 (sekitar 2.5% dari seluruh wilayah di Kota Padang). Kelurahan terkecil yang mempunyai kerentanan fisik yang tinggi adalah kelurahan Mata Air (di kecamatan Padang Selatan), sedangkan kelurahan paling luas 72

12 yang mempunyai kerentanan fisik paling tinggi ada di kelurahan Parupuk Tabing (di kecamatan Koto Tangah). Sedangkan apabila dilihat dari populasi penduduk yang tinggal pada kawasan yang mempunyai tingkat kerentanan fisik tinggi terhadap tsunami tersebut mencapai jiwa, yaitu mencapai sekitar 8% populasi penduduk di Kota Padang. Dari tabel juga terlihat bahwa, kelurahan Parupuk Tabing (di kecamatan Koto Tangah) merupakan kelurahan yang mempunyai tingkat kerentanan fisik yang tinggi dan mempunyai penduduk paling banyak, sedangkan kelurahan yang mempunyai kerentanan fisik yang tinggi, tapi mempunyai populasi penduduk yang paling sedikit adalah kelurahan Kampung Jawa yang terletak di kecamatan Padang Barat. Untuk jelasnya kelurahan kelurahan yang mempunyai kerentanan fisik yang tinggi terhadap tsunami di Kota Padang ditunjukkan pada tabel 4.4 di bawah ini: Tabel Kelurahan yang mempunyai tingkat kerentanan fisik yang tinggi terhadap Tsunami di Kota Padang Kerentanan Sosial Kependudukan Komponen sub faktor kerentanan sosisal kependudukan ini terdiri dari indikator-indikator sebagai berikut: Kepadatan penduduk 73

13 Persentase penduduk usia tua dan balita Persentase penduduk wanita Penentuan tingkat kerentanan sosial kependudukan dilakukan dengan menggunakan peta raster indikator indikator dari sub faktor kerentanan sosial kependudukan tersebut. Peta ini kemudian digunakan pada fitur Weight sum yang merupakan sub fitur dari overlay yang terdapat pada toolbox Spatial data Analisis. Setelah proses Spatial Data Analisis ini dilakukan, maka akan dihasilkan peta tingkat kerentanan sosial kependudukan terhadap bencana tsunami. Gambar 4.8 berikut ini menunjukkan tingkat kerentanan sosial kependudukan yang tinggi terhadap bencana tsunami di wilayah Kota Padang. Dari peta tingkat kerentanan sosial kependudukan terhadap tsunami di Kota Padang diatas, dapat diketahui, bahwa ada 7 (tujuh) kelurahan yang mempunyai tingkat kerentanan sosial kependudukan yang tinggi terhadap tsunami. Kelurahan yang mempunyai tingkat kerentanan sosial tinggi tersebut terletak pada 3 (tiga) kecamatan. Apabila dilihat dari luas dari wilayah yang mempunyai tingkat kerentanan sosial yang tinggi terhadap tsunami ini mencapai km 2 ( sekitar 2.6% dari seluruh wilayah di Kota Padang). Kelurahan terkecil yang mempunyai kerentanan sosial kependudukan yang tinggi adalah kelurahan Ujung Gurun (di kecamatan Padang Barat), sedangkan kelurahan paling luas yang mempunyai kerentanan sosial kependudukan paling tinggi ada di kelurahan Air Tawar Barat (di kecamatan Padang Utara). 74

14 Gambar Peta tingkat kerentanan sosial yang tinggi terhadap Tsunami di wilayah Kota Padang Sedangkan apabila dilihat dari populasi penduduk yang tinggal pada kawasan yang mempunyai tingkat kerentanan fisik tinggi terhadap tsunami tersebut mencapai jiwa, yaitu mencapai sekitar 9.5% populasi penduduk di Kota Padang. Dari tabel juga terlihat bahwa, kelurahan Air Tawar Barat (di kecamatan Padang Utara) merupakan kelurahan yang mempunyai tingkat kerentanan sosial kependudukan yang tinggi dan mempunyai penduduk paling banyak, sedangkan kelurahan yang mempunyai kerentanan soisal kependudukan yang tinggi, tapi mempunyai populasi penduduk yang paling sedikit adalah kelurahan Ujung Gurun yang terletak di kecamatan Padang Barat. 75

15 Untuk jelasnya kelurahan-kelurahan yang mempunyai kerentanan sosial kependudukan yang tinggi terhadap tsunami di Kota Padang ditunjukkan pada tabel 4.5 di bawah ini: Tabel Kelurahan yang mempunyai tingkat kerentanan sosial yang tinggi terhadap Tsunami di Kota Padang Kerentanan ekonomi Komponen sub faktor kerentanan sosisal kependudukan ini terdiri dari indikator indikator sebagai berikut: Persentase rumah tangga bekerja pada sektor rentan Persentase rumah tangga miskin Penentuan tingkat kerentanan ekonomi dilakukan dengan menggunakan peta raster indikator-indikator dari sub faktor kerentanan sosial kependudukan tersebut. Peta ini kemudian digunakan pada fitur Weight sum yang merupakan sub fitur dari overlay yang terdapat pada toolbox Spatial data Analisis. Setelah proses Spatial Data Analisis ini dilakukan maka akan dihasilkan peta tingkat kerentanan sosial kependudukan terhadap bencana tsunami. Gambar 4.9 di bawah ini menunjukkan tingkat kerentanan ekonomi terhadap bencana tsunami di wilayah Kota Padang: 76

16 Gambar Peta tingkat kerentanan ekonomi yang tinggi terhadap Tsunami di wilayah Kota Padang Dari Peta tingkat kerentanan ekonomi terhadap tsunami Kota Padang dapat diketahui, bahwa ada 8 (delapan) kelurahan yang mempunyai tingkat kerentanan ekonomi yang tinggi terhadap tsunami. Kelurahan yang mempunyai tingkat kerentanan ekonomi tinggi tersebut terletak pada 4 (empat) kecamatan di Kota Padang. Apabila dilihat dari luas dari wilayah yang mempunyai tingkat kerentanan ekonomi yang tinggi terhadap tsunami ini sekitar km 2 (sekitar 4.3% dari seluruh wilayah di Kota Padang). Kelurahan terkecil yang mempunyai kerentanan ekonomi yang tinggi adalah kelurahan Seberang Palinggam (di kecamatan Padang Selatan), sedangkan kelurahan paling luas yang mempunyai kerentanan ekonomi 77

17 yang tinggi adalah kelurahan Pasir Nan Tigo (di kecamatan Koto Tangah). Sedangkan apabila dilihat dari populasi penduduk yang tinggal pada kawasan yang mempunyai tingkat kerentanan ekonomi yang tinggi terhadap tsunami tersebut adalah jiwa, yaitu sekitar 10.5% populasi penduduk di Kota Padang. Dari tabel juga terlihat bahwa, kelurahan Parupuk Tabing (di kecamatan Koto Tangah) merupakan kelurahan yang mempunyai tingkat kerentanan ekonomi yang tinggi dan mempunyai penduduk paling banyak sekaligus terpadat, sedangkan kelurahan yang mempunyai kerentanan ekonomi yang tinggi, tapi mempunyai populasi penduduk yang paling sedikit adalah kelurahan Seberang Palinggam yang terletak di kecamatan Padang Selatan. Untuk jelasnya kelurahan kelurahan yang mempunyai kerentanan ekonomi yang tinggi terhadap tsunami di Kota Padang ditunjukkan pada tabel di bawah ini: Tabel Kelurahan yang mempunyai tingkat kerentanan ekonomi yang tinggi terhadap Tsunami di Kota Padang 78

18 4.5.4 Tingkat kerentanan Tingkat kerentanan merupakan gabungan atau kombinasi dari kerentanan fisik, kerentanan sosial kependudukan, dan kerentanan ekonomi. Penentuan tingkat kerentanan dilakukan dengan menggunakan peta raster sub faktor kerentanan yang dihasilkan dalam menentukan tingkat kerentanan dari masing masing sub faktor risiko bencana tersebut. Peta ini kemudian digunakan pada fitur Weight sum yang merupakan sub fitur dari overlay yang terdapat pada toolbox Spatial data Analisis. Setelah proses Spatial Data Analisis ini dilakukan maka akan dihasilkan peta tingkat kerentanan terhadap bencana tsunami. Gambar 4.10 di bawah ini menunjukkan tingkat kerentanan terhadap bencana tsunami di wilayah Kota Padang: Gambar Peta tingkat kerentanan Tsunami di wilayah Kota Padang 79

19 Peta hasil analisis dengan menggunakan Spatial Analyst Tools hanya menunjukkan wilayah Kota Padang berdasarkan tingkat risikonya, tetapi tidak bisa menjelaskan secara details atribut yang ada pada wilayah tersebut, karena peta ini masih dalam bentuk raster. Untuk mengetahui secara details atribut yang ada pada wilayah tersebut, maka peta hasil analisis ini di overlay dengan peta administrasi Kota Padang. Gambar 4.11 di bawah ini menunjukkan wilayah di kota Padang yang memiliki tingkat kerentanan yang tinggi terhadap bencana tsunami. Gambar Peta wilayah dengan tingkat kerentanan yang tinggi terhadap Tsunami di Kota Padang Dalam melihat daerah yang mempunyai tingkat kerentanan yang tinggi terhadap tsunami yang digunakan adalah batas administrasi daerah, karena ketersediaan data yang tersedia. Dari Peta tingkat kerentanan 80

20 terhadap tsunami Kota Padang dapat diketahui, bahwa ada 4 (empat) kelurahan yang mempunyai tingkat kerentanan yang tinggi terhadap tsunami. Kelurahan yang mempunyai tingkat kerentanan tinggi tersebut terletak pada 3 (tiga) kecamatan di Kota Padang. Apabila dilihat dari luas dari wilayah yang mempunyai tingkat kerentanan yang tinggi terhadap tsunami ini sekitar 12.3 km 2 (sekitar 1.8% dari seluruh wilayah di Kota Padang). Kelurahan terkecil yang mempunyai kerentanan yang tinggi adalah kelurahan Olo (di kecamatan Padang Barat), sedangkan kelurahan paling luas yang mempunyai kerentanan yang tinggi ada di kelurahan Pasir Sebelah dan kelurahan Parupuk Tabing (di kecamatan Koto Tangah). Sedangkan apabila dilihat dari populasi penduduk yang tinggal pada kawasan yang mempunyai tingkat kerentanan yang tinggi terhadap tsunami tersebut adalah jiwa, yaitu sekitar 7% (tujuh persen) dari populasi penduduk di Kota Padang. Dari tabel juga terlihat bahwa, kelurahan Parupuk Tabing (di kecamatan Koto Tangah) merupakan kelurahan yang mempunyai tingkat kerentanan yang tinggi dan mempunyai penduduk paling banyak sekaligus terpadat, sedangkan kelurahan yang mempunyai kerentanan yang tinggi, tapi mempunyai populasi penduduk yang paling sedikit adalah kelurahan Olo yang terletak di kecamatan Padang Barat. Untuk jelasnya kelurahan kelurahan yang mempunyai kerentanan yang tinggi terhadap tsunami di Kota Padang ditunjukkan pada tabel 4.7 berikut ini: 81

21 Tabel Kelurahan yang mempunyai tingkat kerentanan tinggi terhadap Tsunami di Kota Padang 4.5 Analisis ketahanan / kapasitas Dalam faktor ketahanan/kapasitas, tedapat pembacaan yang berbeda antara nilai baku dan pengertian kapasitas/ketahanan itu sendiri. Nilai baku indikator-indikator ketahanan/kapasitas berkebalikan dengan nilai rasio. Maksudnya adalah, apabila rasio tinggi maka nilai baku indikator rendah, karena semakin kecil risikonya terhadap bencana tsunami Sub Faktor Sumber Daya Komponen sub faktor sumber daya ini terdiri dari indikator-indikator sebagai berikut: Rasio jumlah fasilitas kesehatan terhadap jumlah penduduk Rasio jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk Penentuan tingkat ketahanan/kapasitas sub faktor sumber daya dilakukan dengan menggunakan peta raster indikator indikator dari sub faktor sumber daya tersebut. Peta ini kemudian digunakan pada fitur Weight sum yang merupakan sub fitur dari overlay yang terdapat pada toolbox Spatial data Analisis. Setelah proses analisis data spatial ini dilakukan maka akan dihasilkan peta tingkat ketahanan/kapasitas sumber daya terhadap bencana tsunami Gambar 4.10 berikut ini menunjukkan tingkat kapasitas rendah sumber daya terhadap bencana tsunami di wilayah Kota Padang: 82

22 Gambar Peta wilayah dengan tingkat kapasitas sumber daya yang rendah terhadap Tsunami di Kota Padang Dari peta tingkat kapasitas sumber daya terhadap tsunami Kota Padang pada gambar 4.12 diatas, dapat diketahui, bahwa ada 5 (lima) kelurahan yang mempunyai tingkat kapasitas sumber daya yang rendah terhadap tsunami. Kelurahan yang mempunyai tingkat kapasitas sumbaer daya yang rendah ini terletak pada 2 (dua) kecamatan di Kota Padang. Apabila dilihat dari luas dari wilayah yang mempunyai tingkat kapasitas sumber daya yang rendah terhadap tsunami ini sekitar km 2 (sekitar 6.2% dari seluruh wilayah di Kota Padang). Kelurahan terkecil yang mempunyai kapasitas sumber daya yang rendah adalah kelurahan Kurao Pagang (di kecamatan Nanggalo), sedangkan kelurahan paling luas yang mempunyai kapasitas sumber daya yang rendah ada di kelurahan Pasir Nan Tigo (di kecamatan Koto Tangah). 83

23 Sedangkan apabila dilihat dari populasi penduduk yang tinggal pada kawasan yang mempunyai tingkat kapasitas sumber daya yang rendah terhadap tsunami tersebut adalah jiwa, yaitu sekitar 9% (sembilan persen) dari populasi penduduk di Kota Padang. Dari tabel juga terlihat bahwa, kelurahan Parupuk Tabing (di kecamatan Koto Tangah) merupakan kelurahan yang mempunyai tingkat kapasitas sumber daya yang rendah dan mempunyai penduduk paling banyak, sedangkan kelurahan yang mempunyai kapasitas sumber daya yang rendah, tapi mempunyai populasi penduduk yang paling sedikit adalah kelurahan Kurao Pagang yang terletak di kecamatan Nanggalo. Untuk jelasnya kelurahan-kelurahan yang mempunyai kapasitas sumber daya yang rendah terhadap tsunami di Kota Padang ditunjukkan pada tabel di bawah ini: Tabel Kelurahan yang mempunyai tingkat kapasitas sumber daya yang rendah terhadap Tsunami di Kota Padang Sub Faktor Mobilitas/aksessibilitas Komponen sub faktor mobilitas/aksesibilitas ini terdiri dari indikator indikator sebagai berikut: Rasio panjang jalan terhadap jumlah penduduk Rasio sarana angkutan terhadap jumlah penduduk 84

24 Penentuan tingkat ketahanan/kapasitas sub faktor sumber daya dilakukan dengan menggunakan peta raster indikator indikator dari sub faktor sumber daya tersebut. Peta ini kemudian digunakan pada fitur Weight sum yang merupakan sub fitur dari overlay yang terdapat pada toolbox Spatial data Analisis. Setelah proses Spatial Data Analisis ini dilakukan maka akan dihasilkan peta tingkat ketahanan/kapasitas sumber daya terhadap bencana tsunami. Gambar 4.13 di bawah ini menunjukkan tingkat kapasitas mobilitas yang rendah terhadap bencana tsunami di wilayah Kota Padang: Gambar Peta wilayah dengan tingkat kapasitas mobilitas yang rendah terhadap Tsunami di Kota Padang Dari Peta tingkat kapasitas mobilitas terhadap tsunami Kota Padang dapat diketahui, bahwa ada 4 (empat) kelurahan yang mempunyai tingkat kapasitas mobilitas yang rendah terhadap tsunami. Kelurahan 85

25 yang mempunyai tingkat kapasitas mobilitas yang rendah ini terletak pada 2 (dua) kecamatan di Kota Padang. Apabila dilihat dari luas dari wilayah yang mempunyai tingkat kapasitas mobilitas yang rendah terhadap tsunami ini sekitar km 2 (sekitar 4% dari seluruh wilayah di Kota Padang). Kelurahan terkecil yang mempunyai kapasitas mobilitas yang rendah adalah kelurahan Air Tawar Barat (di kecamatan Padang Timur), sedangkan kelurahan paling luas yang mempunyai kapasitas mobilitas yang rendah ada di kelurahan Padang Sarai (di kecamatan Koto Tangah) Data kapasitas mobilitas yang rendah ditunjukkan pada tabel 4.9 berikut: Tabel Kelurahan yang mempunyai tingkat kapasitas mobilitas yang rendah terhadap bencana Tsunami di Kota Padang Sedangkan apabila dilihat dari populasi penduduk yang tinggal pada kawasan yang mempunyai tingkat kapasitas mobilitas yang rendah terhadap tsunami tersebut adalah jiwa, yaitu sekitar 9% (sembilan persen) dari populasi penduduk di Kota Padang. Dari tabel juga terlihat bahwa, kelurahan Parupuk Tabing (di kecamatan Koto Tangah) merupakan kelurahan yang mempunyai tingkat kapasitas mobilitas daya yang rendah dan mempunyai penduduk paling banyak, sedangkan kelurahan yang mempunyai kapasitas mobilitas yang rendah, tapi mempunyai populasi penduduk yang paling sedikit adalah kelurahan Padang Sarai yang terletak di kecamatan Koto Tangah. 86

26 4.5.3 Tingkat Faktor ketahanan / kapasitas Tingkat kapasitas merupakan gabungan atau kombinasi dari ketahanan /kapasitas sumber daya dan ketahanan/kapasitas mobilitas/ aksessibilitas. Penentuan tingkat kapasitas dilakukan dengan menggunakan peta raster sub faktor ketahanan/kapasitas yang dihasilkan dalam menentukan tingkat ketahanan/kapasitas dari masing masing sub faktor risiko bencana tersebut. Peta ini kemudian digunakan pada fitur Weight sum yang merupakan sub fitur dari overlay yang terdapat pada toolbox Spatial data Analisis. Setelah proses Spatial Data Analisis ini dilakukan maka akan dihasilkan peta tingkat ketahanan/kapasitas terhadap bencana tsunami Gambar 4.14 di bawah ini menunjukkan tingkat kapasitas terhadap bencana tsunami di wilayah Kota Padang: Gambar Peta tingkat kapasitas terhadap bencana Tsunami di Kota Padang 87

27 Dari Peta tingkat kapasitas terhadap tsunami Kota Padang yang ditunjukkan pada gambar 4.15 berikut ini dapat diketahui, bahwa ada 2 (dua) kelurahan yang mempunyai tingkat kapasitas yang rendah terhadap tsunami. Kelurahan yang mempunyai tingkat kapasitas yang rendah ini terletak pada 1 (satu) kecamatan di Kota Padang. Gambar Peta wilayah dengan tingkat kapasitas yang rendah terhadap Tsunami di Kota Padang Apabila dilihat dari luas dari wilayah yang mempunyai tingkat kapasitas yang rendah terhadap tsunami ini sekitar ha (sekitar 3% dari seluruh wilayah di Kota Padang). Kelurahan terkecil yang mempunyai kapasitas yang rendah adalah kelurahan Parupuk Tabing (di kecamatan Koto Tangah), sedangkan kelurahan paling luas yang mempunyai kapasitas yang rendah ada di kelurahan Padang Sarai. 88

28 Sedangkan apabila dilihat dari populasi penduduk yang tinggal pada kawasan yang mempunyai tingkat kapasitas yang rendah terhadap tsunami tersebut adalah jiwa, yaitu sekitar 5% (lima persen) dari populasi penduduk di Kota Padang. Dari tabel juga terlihat bahwa, kelurahan Parupuk Tabing (di kecamatan Koto Tangah) merupakan kelurahan yang mempunyai tingkat kapasitas yang rendah dan mempunyai penduduk paling banyak, sedangkan kelurahan yang mempunyai kapasitas yang rendah, tapi mempunyai populasi penduduk yang paling sedikit adalah kelurahan Padang Sarai juga yang terletak di kecamatan Koto Tangah. Untuk jelasnya kelurahan-kelurahan yang mempunyai kapasitas yang rendah terhadap tsunami di Kota Padang ditunjukkan pada tabel di bawah ini: Tabel Kelurahan yang mempunyai tingkat kapasitas yang rendah terhadap Tsunami di Kota Padang 4.6 Analisis Risiko Bencana Tsunami Analisis risiko bencana tsunami mengkombinasikan faktor-faktor bahaya, faktor kerentanan, dan faktor kapasitas.ketahanan. Penentuan tingkat risiko bencana tsunami ini dilakukan dengan menggunakan peta raster faktor bahaya, faktor kerentanan, dan faktor ketahanan/kapasitas yang dihasilkan dalam menentukan tingkat ketahanan/kapasitas dari masing masing faktor risiko bencana tersebut. Peta ini kemudian digunakan pada 89

29 fitur Weight sum yang merupakan sub fitur dari overlay yang terdapat pada toolbox Spatial data Analisis. Tahapan dari penentuan risiko bencana tsunami ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar Tahap Analisis Risiko Bencana dengan Sistim Informasi Geografis 90

30 Setelah proses Spatial Data Analisis ini dilakukan maka akan dihasilkan peta tingkat risiko terhadap bencana tsunami Gambar 4.17 di bawah ini menunjukkan tingkat risiko bencana tsunami di wilayah Kota Padang: Gambar Peta tingkat risiko bencana Tsunami di Kota Padang Dalam melihat daerah yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi terhadap tsunami yang digunakan adalah batas administrasi daerah, karena ketersediaan data yang tersedia Dari peta tingkat risiko tinggi bencana tsunami yang ditunjukkan pada gambar 4.18 berikut ini dapat diketahui, bahwa ada 3 (tiga) kelurahan yang mempunyai tingkat risiko bencana yang tinggi terhadap tsunami. Kelurahan yang mempunyai tingkat risiko bencana yang tinggi ini terletak pada 3 (tiga) kecamatan di Kota Padang. 91

31 Gambar Peta wilayah dengan tingkat risiko yang tinggi terhadap Tsunami di Kota Padang Apabila dilihat dari luas dari wilayah yang mempunyai tingkat risiko bencana yang tinggi terhadap tsunami ini sekitar km 2 ( sekitar 2% dari seluruh wilayah di Kota Padang). Kelurahan terkecil yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi adalah kelurahan Purus (di kecamatan Padang Barat), sedangkan kelurahan paling luas yang mempunyai risiko bencana yang tinggi ada di kelurahan Parupuk Tabing (kecamatan Koto Tangah). Sedangkan apabila dilihat dari populasi penduduk yang tinggal pada kawasan yang mempunyai tingkat risiko bencana yang tinggi terhadap tsunami tersebut adalah jiwa, yaitu sekitar 6% (enam persen) dari populasi penduduk di Kota Padang. Dari tabel juga terlihat bahwa, kelurahan Parupuk 92

32 Tabing (di kecamatan Koto Tangah) merupakan kelurahan yang mempunyai tingkat risiko bencana yang tinggi dan mempunyai penduduk paling banyak, sedangkan kelurahan yang mempunyai risiko bencana yang tinggi, tapi mempunyai populasi penduduk yang paling sedikit adalah kelurahan Purus yang terletak di kecamatan Padang Barat. Untuk jelasnya kelurahan kelurahan yang mempunyai risiko bencana yang tinggi terhadap tsunami di Kota Padang ditunjukkan pada tabel 4.11 di bawah ini: Tabel Kelurahan yang mempunyai tingkat risiko tinggi terhadap bencana Tsunami di Kota Padang 4.7 Mitigasi Bencana Terkait dengan Penataan Ruang Kebijakan penanganan bencana tsunami melalui penataan ruang akan sangat penting dilakukan guna menghindari terjadinya kerusakan yang lebih parah akibat terjadinya bencana tsunami yang dahsyat. Adapun kebijakan yang dilakukan pada suatu wilayah yang mempunyai risiko tinggi terhadap bencana tsunami tidak terlepas dari pembangunan seluruh aspek yang menjadi pelengkap dari wilayah tersebut. Dengan memperhatikan kondisi eksisting daerah yang mempunyai risiko tinggi bencana tsunami tersebut seperti : morfologi pantai yang landai, sebaran permukiman padat dan kawasan terbangun di kawasan pesisir dengan ketinggian < 5 mpl, kerusakan pada sebagian krib di kawasan pantai Padang, serta belum tersedianya tempat-tempat dan jalur evakuasi yang memadai pada kawasan-kawasan 93

33 yang diidentifikasi sebagai wilayah red zone, telah menyebabkan rendahnya ketahanan wilayah tersebut rendah dalam menghadapi bencana tsunami. Dari peta risiko bencana tsunami di atas, dapat ditentukan tindakan mitigasi bencana tsunami yang berkaitan dengan penataan ruang pada kawasan rawan bencana di Kota Padang, yaitu: A. Masih terdapat daerah yang termasuk dalam risiko tinggi bencana tsunami yang termasuk dalam wilayah pengembangan pusat pusat pelayanan Kota Padang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang tahun 2004 tahun 2013, seperti terlihat pada tabel dibawah ini: 94

34 B. Menentukan jalur dan tempat untuk evakuasi jika terjadi bencana tsunami di Kota Padang. Dengan ditentukannya jalur evakuasi, maka diperlukan pengembangan pola jaringan jalan untuk jalur evakuasi. Dengan dilakukan penentuan konsep jaringan jalan tersebut yang memperhatikan kondisi geometric dan perkerasan jaringan jalan yang ada, maka akan dapat dibuat rencana program peningkatan kualitas jalan dan jembatan untuk mitigasi tsunami di Kota Padang. C. Melakukan pengelolaan kawasan pantai. Pengelolaan kawasan pantai di Kota Padang dibutuhkan untuk meningkatkan ketahanan pantai dalam mengantisipasi bencana tsunami. Kondisi morfologi pantai kota Padang saat ini relatif landai sehingga sering menimbulkan abrasi yang juga merusak bangunan permukiman penduduk. Secara eksisting, kondisi sea wall dan krib pantai yang ada saat ini diperlihatkan pada gambar Dalam rangka peningkatan ketahanan pantai terhadap bencana tsunami dan abrasi pantai, diperlukan kegiatan pengelolaan pantai berupa perbaikan dan penambahan krib pantai dan penambahan sea wall, khususnya sepanjang pesisir pantai Kecamatan Padang Barat dan Kecamatan Padang Utara yang mempunyai risiko tinggi terhadap bahaya tsunami. D. Mengurangi kepadatan dan aktivitas penduduk yang bermukim di daerah yang berisiko tinggi terhadap bencana tsunami. Dengan berkurangnya kepadatan dan aktifitas penduduk di daerah berisiko tinggi, maka tingkat risiko yang dihadapi akan dapat ditekan seminimal mungkin. 95

BAB 3 PERUMUSAN INDIKATOR - INDIKATOR BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG

BAB 3 PERUMUSAN INDIKATOR - INDIKATOR BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG BAB 3 PERUMUSAN INDIKATOR - INDIKATOR BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG Pada bahagian ini akan dilakukan perumusan indikator indikator dari setiap faktor faktor dan sub faktor risiko bencana yang sudah dirumuskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng/kulit bumi aktif yaitu lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Euro-Asia di bagian utara dan Lempeng Pasifik

Lebih terperinci

Alhuda Rohmatulloh

Alhuda Rohmatulloh Dosen Pembimbing: Dr. ing. Ir. Haryo Sulistyarso Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012 Alhuda Rohmatulloh 3608100061

Lebih terperinci

BAB IV. Kajian Analisis

BAB IV. Kajian Analisis 97 BAB IV KAJIAN BAB IV ANALISIS Kajian Analisis 4.1 Analisis Karakteristik Kawasan Pesisir 4.1.1 Karakteristik Kebijakan Kawasan Pesisir 4.1.1.1 Keterkaitan Kebijakan Pemanfaatan Ruang/Peraturan Zonasi,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TINGKAT RISIKO BENCANA GEMPA BUMI DI WILAYAH KOTA BENGKULU

BAB IV ANALISIS TINGKAT RISIKO BENCANA GEMPA BUMI DI WILAYAH KOTA BENGKULU 135 BAB IV ANALISIS TINGKAT RISIKO BENCANA GEMPA BUMI DI WILAYAH KOTA BENGKULU Pada bab ini akan dilakukan analisis untuk menilai tingkat risiko bencana gempa bumi di Wilayah Kota Bengkulu. Pada bagian

Lebih terperinci

BAB VI BAB KESIMPULAN VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI BAB KESIMPULAN VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 203 BAB VI BAB KESIMPULAN VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI DAN REKOMENDASI Dalam bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan yang didapat dari hasil pembahasan sebelumnya, yang selanjutnya diberikan rekomendasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai merupakan salah satu kawasan hunian atau tempat tinggal paling penting di dunia bagi manusia dengan segala macam aktifitasnya. Awal tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Indonesia merupakan salah satu negara dengan kondisi geologis yang secara tektonik sangat labil karena dikelilingi oleh Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan dengan tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah penduduk lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dinamika bentuk dan struktur bumi dijabarkan dalam berbagai teori oleh para ilmuwan, salah satu teori yang berkembang yaitu teori tektonik lempeng. Teori ini

Lebih terperinci

Pemintakatan Risiko Bencana Banjir Bandang di Kawasan Sepanjang Kali Sampean, Kabupaten Bondowoso

Pemintakatan Risiko Bencana Banjir Bandang di Kawasan Sepanjang Kali Sampean, Kabupaten Bondowoso JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 C-58 Pemintakatan Risiko Bencana Banjir Bandang di Kawasan Sepanjang Kali Sampean, Kabupaten Bondowoso Bambang Budi Utomo dan Rima Dewi Supriharjo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota yogyakarta merupakan ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang memiliki luas wilayah sekitar 3.250 Ha atau 32.5 km 2 atau 1,025% dari luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surabaya merupakan kota yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat dan menyumbang pendapatan Negara yang sangat besar. Surabaya juga merupakan kota terbesar kedua

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 186 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdaasarkan hasil analisis dari tingkat risiko bencana dapat disimpulkan bahaya faktor utama dalam menentukan risiko bahaya gempa bumi di kota bengkulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota padang adalah Kota terbesar dipantai barat Pulau Sumatera sekaligus Ibukota dari Provinsi Sumatera Barat. Kota ini memiliki luas wilayah 694,96 km 2 dengan kondisi

Lebih terperinci

PEMINTAKATAN TINGKAT RISIKO BENCANA TSUNAMI DI PESISIR KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN

PEMINTAKATAN TINGKAT RISIKO BENCANA TSUNAMI DI PESISIR KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 PEMINTAKATAN TINGKAT RISIKO BENCANA TSUNAMI DI PESISIR KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN Alhuda Rohmatulloh dan Haryo Sulistyarso Program

Lebih terperinci

PERUMUSAN ZONASI RISIKO BENCANA BANJIR ROB DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR ARIFIN

PERUMUSAN ZONASI RISIKO BENCANA BANJIR ROB DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR ARIFIN PERUMUSAN ZONASI RISIKO BENCANA BANJIR ROB DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR ARIFIN 3607100 020 LATAR BELAKANG Banjir rob melanda 27 desa pesisir Kabupaten Demak Kejadian banjir rob terus

Lebih terperinci

C I N I A. Pemetaan Kerentanan Tsunami Kabupaten Lumajang Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Dosen, FTSP, Teknik Geofisika, ITS 5

C I N I A. Pemetaan Kerentanan Tsunami Kabupaten Lumajang Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Dosen, FTSP, Teknik Geofisika, ITS 5 C I N I A The 2 nd Conference on Innovation and Industrial Applications (CINIA 2016) Pemetaan Kerentanan Tsunami Kabupaten Lumajang Menggunakan Sistem Informasi Geografis Amien Widodo 1, Dwa Desa Warnana

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 3 1.3 Tujuan & Sasaran... 3 1.3.1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil penelitian yang pernah dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil penelitian yang pernah dilakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil penelitian yang pernah dilakukan Penelitian tentang analisis tingkat bahaya dan kerentanan wilayah terhadap bencana banjir banyak dilakukan sebelumnya, tetapi dengan menggunakan

Lebih terperinci

KERANGKA RAPERMEN TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN BATAS SEMPADAN PANTAI

KERANGKA RAPERMEN TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN BATAS SEMPADAN PANTAI KERANGKA RAPERMEN TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN BATAS SEMPADAN PANTAI BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V : KETENTUAN UMUM : PENGHITUNGAN BATAS SEMPADAN PANTAI Bagian Kesatu Indeks Ancaman dan Indeks Kerentanan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TINGKAT RISIKO BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG

IDENTIFIKASI TINGKAT RISIKO BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG IDENTIFIKASI TINGKAT RISIKO BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG TESIS MAGISTER Oleh : HARISMAN NIM. 25406021 PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PADANG

PEMERINTAH KOTA PADANG 409 PEMERINTAH KOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KELURAHAN KOTA PADANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG Oleh : Muhammad 3615100007 Friska Hadi N. 3615100010 Muhammad Luthfi H. 3615100024 Dini Rizki Rokhmawati 3615100026 Klara Hay 3615100704 Jurusan Perencanaan

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA PADANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Analisis Kerentanan 3.1.1 Kerentanan wilayah Secara keseluruhan, diagram alir pada analisis kerantanan wilayah dilakukan berdasarkan diagram alir pada gambar 3.1 Peta

Lebih terperinci

5 GENANGAN AKIBAT TSUNAMI

5 GENANGAN AKIBAT TSUNAMI 5 GENANGAN AKIBAT TSUNAMI 5.1 Tsunami Pulau Weh Kejadian gempabumi yang disertai tsunami dengan kekuatan 9,1-9,3 MW atau 9,3 SR (Lay et al. 2005; USGS 2004) mengakibatkan terjadi kerusakan ekosistem mangrove,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana alam. Salah satu bencana paling fenomenal adalah terjadinya gempa dan tsunami pada tahun 2004 yang melanda

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi, yang mencakup mengenai kondisi fisik wilayah yang terdiri dari kondisi geografis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang relatif tinggi dan tidak dapat ditampung oleh saluran drainase atau sungai, sehingga melimpah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN.. TENTANG PEMINDAHAN PUSAT PEMERINTAHAN KOTA PADANG DARI WILAYAH KECAMATAN PADANG BARAT KE WILAYAH KECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gempa bumi sebagai suatu kekuatan alam terbukti telah menimbulkan bencana yang sangat besar dan merugikan. Gempa bumi pada skala kekuatan yang sangat kuat dapat menyebabkan

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN BENCANA TSUNAMI DI KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN BENCANA TSUNAMI DI KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN BENCANA TSUNAMI DI KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Febi Romanza, Ir. Haryani, MT, Ir. Hamdi Nur, MT Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota,

Lebih terperinci

PETA MIKROZONASI PENGARUH TSUNAMI KOTA PADANG

PETA MIKROZONASI PENGARUH TSUNAMI KOTA PADANG PETA MIKROZONASI PENGARUH TSUNAMI KOTA PADANG Nama : I Made Mahajana D. NRP : 00 21 128 Pembimbing : Ir. Theodore F. Najoan, M. Eng. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL BANDUNG ABSTRAK Pesisir pantai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam, maupun faktor

Lebih terperinci

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA Oleh 1207055018 Nur Aini 1207055040 Nur Kholifah ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS MULAWARMAN

Lebih terperinci

PEMODELAN GENANGAN BANJIR PASANG AIR LAUT DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN CITRA ALOS DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

PEMODELAN GENANGAN BANJIR PASANG AIR LAUT DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN CITRA ALOS DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI PEMODELAN GENANGAN BANJIR PASANG AIR LAUT DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN CITRA ALOS DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI Moh Holli Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura Email :mohholli@ymail.com

Lebih terperinci

Penyebab Tsunami BAB I PENDAHULUAN

Penyebab Tsunami BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana adalah peristiwa/rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT BAHAYA TSUNAMI DI DESA ULEE LHEUE KECAMATAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH

ANALISIS TINGKAT BAHAYA TSUNAMI DI DESA ULEE LHEUE KECAMATAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH ANALISIS TINGKAT BAHAYA TSUNAMI DI DESA ULEE LHEUE KECAMATAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH Siti Nidia Isnin Dosen Program Studi Geografi FKIP Universitas Almuslim ABSTRAK Tsunami yang terjadi di Aceh pada 26

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMINDAHAN PUSAT PEMERINTAHAN KOTA PADANG DARI WILAYAH KECAMATAN PADANG BARAT KE WILAYAH KECAMATAN KOTOTANGAH KOTA PADANG

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di sepanjang pesisir barat pulau Sumatera bagian tengah. Provinsi ini memiliki dataran seluas

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini dirumuskan dengan menentukan tingkat bahaya banjir kemudian menentukan kerentanan wilayah terhadap bencana banjir. Penentuan kelas kerentanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam yang terjadi tidak bisa diprediksi dengan pasti. Diperlukan perencanaan tanggap darurat untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana yang muncul.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang sering terjadi bencana, seperti bencana banjir, tanah longsor, kekeringan, gempa bumi, dan lain-lainnya. Bencana yang terjadi di kota-kota

Lebih terperinci

Gambar 4.12 Alternatif Alternatif rute evakuasi kelurahan Purus, Ujung Gurun dan Padang Pasir

Gambar 4.12 Alternatif Alternatif rute evakuasi kelurahan Purus, Ujung Gurun dan Padang Pasir Arah rute evakuasi Waktu Evakuasi Kel. Purus: t min = 22 menit t max = 27 menit Kel. Ujung Gurun: t min = 20 menit t max = 23 menit Kel. Padang Pasir: t min = 21 menit t max = 22 menit Gambar 4.12 Alternatif

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 232 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Setelah data dan hasil analisis penelitian diperoleh kemudian di dukung oleh litelature penelitian yang relevan, maka tiba saatnya menberikan penafsiran dan pemaknaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN KAJIAN

BAB IV HASIL DAN KAJIAN BAB IV HASIL DAN KAJIAN 4.1 Analisis Kerentanan 4.1.1 Kerentanan Wilayah Kecamatan Padang Barat yang terletak pada 0 o 58 LS dan 100 o 21 11 BT merupakan daerah yang relatif landai dengan ketinggian wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus Kota di samping empat daerah

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.113, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAHAN. WILAYAH. NASIONAL. Pantai. Batas Sempadan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang tergolong rawan terhadap kejadian bencana alam, hal tersebut berhubungan dengan letak geografis Indonesia yang terletak di antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat memiliki garis pantai sepanjang lebih kurang 375 km, berupa dataran rendah sebagai bagian dari gugus kepulauan busur muka. Perairan barat Sumatera memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang mempunyai 13.466 pulau dan mempunyai panjang garis pantai sebesar 99.093 km. Luasan daratan di Indonesia sebesar 1,91 juta

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berpotensi rawan terhadap bencana longsoranlahan. Bencana longsorlahan akan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berpotensi rawan terhadap bencana longsoranlahan. Bencana longsorlahan akan 230 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Wilayah Kecamatan Nglipar mempunyai morfologi yang beragam mulai dataran, perbukitan berelief sedang sampai dengan pegunungan sangat curam yang berpotensi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMINDAHAN PUSAT PEMERINTAHAN KOTA PADANG DARI WILAYAH KECAMATAN PADANG BARAT KE WILAYAH KECAMATAN KOTOTANGAH KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penyusunan penelitian ini dilakukan dengan menentukan tingkat bahaya banjir yang kemudian dilanjutkan dengan menentukan tingkat kerentanan wilayah terhadap

Lebih terperinci

Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten Sinjai)

Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten Sinjai) Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten ) Risma, Paharuddin, Sakka Program Studi Geofisika Jurusan Fisika FMIPA Unhas risma.fahrizal@gmail.com Sari Penelitian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala Richter sehingga dapat menyebabkan terjadinya tsunami. Halini

Lebih terperinci

ANALISIS KERENTANAN WILAYAH PESISIR PANTAI DI PERKOTAAN TERNATE

ANALISIS KERENTANAN WILAYAH PESISIR PANTAI DI PERKOTAAN TERNATE ANALISIS KERENTANAN WILAYAH PESISIR PANTAI DI PERKOTAAN TERNATE Muhammad Jusnardi Hardyan Westplat 1, Dr.Ir Linda Tondobala,DEA 2, Ir. Vicky H.Makarau,M.Si 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam geologi merupakan kejadian alam ekstrim yang diakibatkan oleh berbagai fenomena geologi dan geofisika. Aktivitas tektonik di permukaan bumi dapat menjadi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

ARAHAN PEMANFAATAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN FAKTOR KEBENCANAAN (Wilayah Studi Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah)

ARAHAN PEMANFAATAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN FAKTOR KEBENCANAAN (Wilayah Studi Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah) ARAHAN PEMANFAATAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN FAKTOR KEBENCANAAN (Wilayah Studi Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah) Agisti Amelia Putri 1), Haryani 2), Tomi Eriawan 3) Jurusan Perencanaan

Lebih terperinci

Mitigasi Bencana Banjir Rob di Jakarta Utara

Mitigasi Bencana Banjir Rob di Jakarta Utara JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-25 Mitigasi Bencana Banjir Rob di Jakarta Utara Rangga Chandra K dan Rima Dewi Supriharjo Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL UNTUK MENENTUKAN ZONA RISIKO BANJIR BANDANG (STUDI KASUS KABUPATEN SINJAI)

ANALISIS SPASIAL UNTUK MENENTUKAN ZONA RISIKO BANJIR BANDANG (STUDI KASUS KABUPATEN SINJAI) ANALISIS SPASIAL UNTUK MENENTUKAN ZONA RISIKO BANJIR BANDANG (STUDI KASUS KABUPATEN SINJAI) Risma 1, Paharuddin 2,Sakka 3 Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki potensi bencana alam yang tinggi. Jika dilihat secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang berada pada pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dengan morfologi yang beragam, dari daratan sampai pegunungan serta lautan. Keragaman ini dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki wilayah yang luas dan terletak di garis khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudera, berada dalam

Lebih terperinci

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR Oleh: NUR HIDAYAH L2D 005 387 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Gorontalo merupakan salah satu kota di Indonesia yang rawan terjadi banjir. Hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi berkisar antara 106 138mm/tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geografis kepulauan Indonesia merupakan daerah yang rawan bencana karena termasuk dalam wilayah Pacific Ring of Fire (deretan gunung berapi Pasifik) yang bentuknya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai karakteristik alam yang beragam. Indonesia memiliki karakteristik geografis sebagai Negara maritim,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerusakan. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan bumi yang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerusakan. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan bumi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia disebut sebagai Negara kaya bencana gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi (Prasetya dkk., 2006). Di antara semua bencana alam, gempa bumi biasanya

Lebih terperinci

Prosiding Seminar ACE 22-23

Prosiding Seminar ACE 22-23 ACE 3-001 Pemodelan Optimasi Evakuasi Tsunami di Kota Padang Siska Anggria 1, Mahdhivan Syafwan 1, Efendi 1 1 Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan

Lebih terperinci

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab.

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab. C6 Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab. Lumajang) Zahra Rahma Larasati, Teguh Hariyanto, Akbar Kurniawan Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. Konsekuensi tumbukkan lempeng tersebut mengakibatkan negara

Lebih terperinci

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN PESISIR KECAMATAN LABUAN KABUPATEN PANDEGLANG UNTUK MITIGASI BENCANA TSUNAMI.

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN PESISIR KECAMATAN LABUAN KABUPATEN PANDEGLANG UNTUK MITIGASI BENCANA TSUNAMI. i KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Alhamdulillahi Rabbil Aalamiin, segala puji bagi Allah SWT. Dengan kesabaran dan kesungguhan untuk mewujudkan impian akhirnya sebuah pemikiran yang memerlukan tanggung

Lebih terperinci

PEMETAAN TINGKAT RESIKO TSUNAMI DI KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PEMETAAN TINGKAT RESIKO TSUNAMI DI KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN TINGKAT RESIKO TSUNAMI DI KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh : Ernawati Sengaji C64103064 DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia, sehingga

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia, sehingga BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Konsep Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Konsep Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini dirumuskan dengan menentukan tingkat bahaya banjir kemudian menentukan kerentanan wilayah terhadap banjir. Penentuan kelas kerentanan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir (coast) dan pantai (shore) merupakan bagian dari wilayah kepesisiran (Gunawan et al. 2005). Sedangkan menurut Kodoatie (2010) pesisir (coast) dan pantai (shore)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dilintasi lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dilintasi lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dilintasi lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik. Pergerakan lempeng tersebut menimbulkan patahan/tumbukan sehingga terjadinya gempa

Lebih terperinci

menyiratkan secara jelas tentang perubahan paradigma penanggulangan bencana dari

menyiratkan secara jelas tentang perubahan paradigma penanggulangan bencana dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana telah menyiratkan secara jelas tentang perubahan paradigma penanggulangan bencana dari upaya responsif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kawasan pesisir merupakan prioritas utama sebagai pusat pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kawasan pesisir merupakan prioritas utama sebagai pusat pengembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir merupakan prioritas utama sebagai pusat pengembangan kegiatan industri, pariwisata, agribisnis, agroindustri, permukiman, transportasi, dan pelabuhan.

Lebih terperinci

KETENTUAN PERANCANGAN KAWASAN PESISIR SEBAGAI MITIGASI TSUNAMI (Studi Kasus: Kelurahan Weri-Kota Larantuka-Kab. Flotim-NTT) TUGAS AKHIR

KETENTUAN PERANCANGAN KAWASAN PESISIR SEBAGAI MITIGASI TSUNAMI (Studi Kasus: Kelurahan Weri-Kota Larantuka-Kab. Flotim-NTT) TUGAS AKHIR KETENTUAN PERANCANGAN KAWASAN PESISIR SEBAGAI MITIGASI TSUNAMI (Studi Kasus: Kelurahan Weri-Kota Larantuka-Kab. Flotim-NTT) TUGAS AKHIR Oleh: GRASIA DWI HANDAYANI L2D 306 009 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

MODEL GEOSPASIAL POTENSI KERENTANAN TSUNAMI KOTA PADANG

MODEL GEOSPASIAL POTENSI KERENTANAN TSUNAMI KOTA PADANG MODEL GEOSPASIAL POTENSI KERENTANAN TSUNAMI KOTA PADANG Dian Oktiari 1), Sudomo Manurung 2) 1) Sub Bidang Mitigasi Gempabumi BMKG 2) PT Exsa Internasional ABSTRACT Kota Padang s topography show that there

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa II. TINJAUAN PUSTAKA Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa penelitian dan kajian berkaitan dengan banjir pasang antara lain dilakukan oleh Arbriyakto dan Kardyanto (2002),

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN DEM (Digital Elevation Model) Wilayah Penelitian Proses interpolasi beberapa data titik tinggi yang diekstraksi dari berbagai sumber dengan menggunakan metode semivariogram tipe ordinary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi 6 0 12 Lintang Selatan dan 106 0 48 Bujur Timur. Sebelah Utara Propinsi DKI Jakarta terbentang pantai dari Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah yang sangat dinamis dan mempunyai karakteristik yang beragam di setiap tempatnya. Hal tersebut disebabkan oleh interaksi antara litosfer,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Padang secara geografis berada dipertemuan patahan Lempeng Indo dan Eurasia yang menyebabkan aktivitas tektonik sangat aktif. Peristiwa gempa September 2009 di

Lebih terperinci

STUDI RISIKO TSUNAMI DI WILAYAH PESISIR SELATAN KABUPATEN MALANG

STUDI RISIKO TSUNAMI DI WILAYAH PESISIR SELATAN KABUPATEN MALANG STUDI RISIKO TSUNAMI DI WILAYAH PESISIR SELATAN KABUPATEN MALANG Arwi Yudhi Koswaraa 1,*), Wahyudi 2), dan Kriyo Sambodho 3) 1) Program Magister Teknik dan Manajemen Pantai, Jurusan Teknik Kelautan, Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bencana alam adalah salah satu fenomena yang dapat terjadi setiap saat, dimanapun dan kapanpun sehingga menimbulkan risiko atau bahaya terhadap kehidupan manusia, baik

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI Administrasi Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Sukabumi dibagi ke dalam 45 kecamatan, 345 desa dan tiga kelurahan. Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

Pemodelan Aliran Permukaan 2 D Pada Suatu Lahan Akibat Rambatan Tsunami. Gambar IV-18. Hasil Pemodelan (Kasus 4) IV-20

Pemodelan Aliran Permukaan 2 D Pada Suatu Lahan Akibat Rambatan Tsunami. Gambar IV-18. Hasil Pemodelan (Kasus 4) IV-20 Gambar IV-18. Hasil Pemodelan (Kasus 4) IV-2 IV.7 Gelombang Menabrak Suatu Struktur Vertikal Pemodelan dilakukan untuk melihat perilaku gelombang ketika menabrak suatu struktur vertikal. Suatu saluran

Lebih terperinci