BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal Pengertian Komunikasi Interpersonal Komunikasi Interpersonal yakni kegiatan komunikasi yang dilakukan secara langsung antara seseorang dengan orang lainnya. Misalnya percakapan tatap muka, korespondensi, percakapan melalui telepon, dan sebagainya. Pentingnya situasi komunikasi interpersonal ialah karena prosesnya memungkinkan berlangsung secra dialogis. Komunikasi yang berlangsung secara dialogis selalu lebih baik daripada secara monologis. Monolog menunjukan suatu bentuk komunikasi dimana seorang bicara yang lain mendengarkan, jadi tidak ada interaksi. Yang aktif hanya komunikatornya saja, sedangkan komunikan bersifat pasif. Komunikasi interpersonal didefinisikan oleh Joseph A. Devito dalam bukunya The Interpersonal Communicationtau Book. (Devito 1889:4) sebagai: proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik secara seketika. (The process of sending and receiving messages betwen two persons, or among a small group of person, with some effect and some immediate feedback). Jadi, Komunikasi merupakan proses pemindahan informasi dan 8

2 9 pengertian antara dua orang atau lebih, dimana masing-masing berusaha untuk memberikan arti pada pesan-pesan simbolik yang dikirim melalui suatu media yang menimbulkan umpan balik. 2.2 Komunikasi Verbal Kata-Kata Dan Makna kata-kata memiliki kekuatan yang sangat besar. Mereka yang dapat menggunakannya dengan baik dapat mempengaruhi orang di sekitarnya hanya dengan beberapa kata saja. Kata-kata juga memiliki kekuatan yang besar dalam hidup kita. a. Kata-kata adalah simbol Kalimat yang tercetak memicu sebuah gambar, suara, konsep, atau pengalaman, ambil contoh kata kucing, kata tersebut memunculkan gambaran di pikiran kita sebagai suatu makhluk yang memiliki taring dan cakar, atau mungkin menampikan gambaran bintang peliharaan yang lucu, berbulu lebat dan sedang duduk di pangkuan tuannya. Contohnya: Hotdog bukan berarti anjing panas, sedangkan dalam bahasa Indonesia tahu dapat dimaknai sebagai mengerti atau tahu dan dapat juga dimaknai sebagai tahu makanan. b. Kata membatasi konteks Guru bahasa kita sering mengingatkan kita, bahwa dalam memilih katakata kita harus hati-hati, karena pemakaian kata-kata yang kurang tepat atau diluar konteks yang sesungguhnya akan dapat mengubah arti

3 10 keseluruhan kata. Karenanya, suatu kata merupakan simbol juga dapat membelokan arti dari suatu pemakaian kata lainnya. c. Kata dibatasi budaya Budaya memiliki berbagai peraturan, norma, dan sekumpulan orang yang telah belajar dan terbentuk dari generasi ke generasi lainnya. Beberapa tahun lalu general motors menjual mobil yang disebut Nova. Dalam bahasa Inggris Nova berarti bintang yang terang, namun dalam bahasa Spanyol kalimat nova terkenal seperti No Va, yang diterjemahkan, tidak dapat berjalan. Seperti yang dapat anda bayangkan, nama tersebut bukanlah alat jual yang baik bagi pasar berbahasa Spanyol. d. Kata memiliki arti konotasi dan denotasi Bahasa adalah kendaraan bagi kita membagi indera kita tentang dunia kepada orang lain. Lewat bahasa kita menyalurkan pengalaman kita melalui simbol dan kemudian kita menggunakan simbol tersebut untuk membagi pengalaman kita. Proses penyaluran melalui bahasa bukanlah proses yang sederhana seperti mengucapkan kata dan kemudian dimengerti oleh orang lain. Pesan mengalir di dalamnya berisi konten dan perasaan. Jadi bahasa kita memiliki arti dalam dua tingkatan; Denotasi dan Konotasi. Sebagai contoh kita ambil kata sekolah dalam arti denotasi, berarti tempat atau lembaga pendidikan. Sedangkan dalam arti konotasi dapat diartikan sebagai tempat menyenangkan dimana kita dapat bertemu dengan teman, bersenang-senang, dan pada suatu waktu

4 11 juga mendapatkan tugas dan pekerjaan lain yang menghilangkan kesenangan anda. e. Kata memiliki arti konkret dan abstrak Kata dapat diletakkan dalam kesatuan hubungan mulai dari abstrak hingga berarti konkret. Kita menyebut jika kita mengalaminya dengan salah satu indera kita, maka itu dapat disebut konkret. Jika kita tidak dapat melakukan, maka kata tersebut adalah abstrak Komunikasi Non Verbal Fungsi Pesan Non Verbal Bahasa telah sanggup menyampaikan informasi kepada orang lain. Dalam hubungannya dengan bahasa, mengapa pesan nonverbal masih digunakan? Apa fungsi pesan nonverbal? Menurut Jalaluddin Rakhmat menyebutkan fungsi pesan nonverbal: 1. Repetisi. Mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya, setelah saya menjelaskan penolakan saya, saya menggelengkan kepala berkali-kali. 2. Substitusi. Menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya, tanpa sepatah kata pun Anda berkata, Anda dapat menunujukkan persetujuan dengan mengganguk-angguk. 2 Rosmawaty. Mengenal Ilmu Komunikasi. Widya Padjadjaran. Bandung 2010 hal 42

5 12 3. Kontradiksi. Menolak pesan verbal atau memberikan makna lain terhadap pesan verbal. Misalnya. Anda memuji prestasi kawan Anda dengan mencibirkan bibir Anda, Hebat, kau memang hebat, 4. Komplemen. Melengkapi dan memperkaya makna pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya, air muka Anda menunjukkan tingkat penderitaanyang tidak terungkap kata-kata. 5. Aksentuasi. Menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Anda mengungkapkan betapa jengkelnya Anda dengan memukul mimbar. Jalaluddin Rakhmat membahas fungsi pesan nonverbal dalam hubungannya dengan pesan verbal. Yang lebih penting kita ketahui ialah tinjauan psikologis terhadap peranan pesan nonverbal dam perilaku komunikasi. Mengapa kita harus memperhatikannya? Sejauh mana pesan nonverbal melancarkan atau menghambat efektivitas komunikasi? Berikut enam alasan mengapa pesan nonverbal sangat penting: 1. Faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal. Ketika kita mengobrol atau berkomunikasi tatap muka, kita banyak menyampaikan gagasan dan pikiran kita lewat pesan-pesan nonverbal. Pada gilirannya orang lain pun lebih banyak membaca pikiran kita lewat petunjuk-petunjuk nonverbal. 2. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan verbal ketimbang pesan verbal. Anda boleh menulis surat kepada pacar Anda dan mengungkapkan gelora kerinduan Anda. Anda akan tertegun Amanda tidak menemukan kata-kata yang tepat untuk menyatakan

6 13 sesuatu yang begitu mudah diungkapkan melalui pesan nonverbal. Bagaimana harus Anda tuliskan dalam surat Anda getaran suara, tarikan napas, kesayuan mata, dan detak jantung? Menurut Mahrabian (1967), hanya 7% perasaan kasih sayang dapat dikomunikasikan dengan katakata. Selebihnya, 38% dikomunikasikan lewat suara, dan 55% dikomunikasikan melalui ungkapan wajah (senyum, kontak mata, dan sebagainya) 3. Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan, distorsi, dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar. Sejak Zaman Prasejarah, wanita selalu mengatakan tidak dengan lambang verbal, tetapi pria jarang tertipu. Mereka tahu ketika tidak diucapkan seluruh anggotanya mengatakan ya. Kecuali aktor-aktor yang terlatih, kita semua lebih jujur berkomunikasi melalui pesan nonverbal. Komunikator pada giliranya juga lebih percaya pada pesan nonerbal ketimbang pesan verbal. Dalam situasi komunikasi yang disebut double binding ketika pesan noverbal bertentangan dengan pesan verbal orang bersandar pada pesan nonvebal. 4. Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi metakomunikatif artinya memberikan informasi tambahan yang memperjelas maksud dan makna pesan. Di atas telah kita sebutkan bahwa pesan nonverbal mempunyai fungsi repetisi, substitusi,

7 14 kontradiksi, komplemen, dan aksentuasi. Semua ini menambah kadar informasi dalam penyampain pesan. 5. Pesan noverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien dibandingkan pesan verbal. Dari segi waktu, pesan verbal sangat tidak efisien dalam paparan verbal selalu terdapat redundansi (lebih banyak lambang dari yang diperlukan), repetisi, ambiguity (kata-kata yang berarti ganda), dan abstraksi. Diperlukan lebih banyak waktu untuk mengungkapkan pikiran kita secara verbal daripada secara nonverbal. 6. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Ada situasi komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan atau emosi secara tidak langsung. Sugesti di sini dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada orang lain secara implisit ( secara tersirat). Sugesti paling efektif disampaikan melalui pesan-pesan nonverbal. Leathers (1976) menulis jika Anda meminta pelayanan seksual dari anak di bawah umur secara verbal, Anda dapat menerima hukuman penjara. Jika Anda melakukan hal yang sama secara verbal, Anda bebas hukuman. Ini salah satu contoh. Kita dapat meguji orang secara verbal, tetapi mengecamnya secara nonverbal. Ini pun sukar dituntut secara hukum 3 3 Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. Rosdakarya. Bandung 2009 hal 289

8 Komunikasi Instruksional Pengertian Komunikasi Instruksional Istilah instruksional berasal dai kata instruction. Ini bisa berarti pengajaran, pelajaran, atau bahkan perintah atau instruksi. Hal ini bisa dilihat pada kamuskamus bahasa, baik yang umum dalam satu bahasa maupun yang dalam dua bahasa. Memang terdapat beberapa kemungkinan makna dari kata instruksional tersebut karena bergantung pada bidang dan konteks pembahasannya. Webster s Third International Dictionary of The English Language mencantumkan kata instructional (dari kata to instruct) dengan arti memberikan pengetahuan atau informasi khusus dengan maksud melatih berbagai bidang seni atau spesialisasi tertentu. Di sini juga dicantumkan makna lain yang berkaitan dengan komando atau perintah. Di dalam dunia pendidikan, kata instruksional tidak diartikan perintah, tetapi lebih mendekati kedua arti yang pertama, yakni pengajaran dan atau pelajaran. Bahkan, belakangan ini kata tersebut diartikan sebagai pembelajaran. Memang ketiga kata tersebut bisa berlainan maknanya karena asing-masing menitikberatkan pada faktor-faktor tertentu yang menjadi perhatiannya. Istilah pengajaran lebih bermakna pemberian ajar. Mengajar artinya memindahkan sebagaian pengetahuan guru (pengajar) kepada murid-muridnya. Ibarat seseorang yang hendak mengisi air ke dalam botol, botol diibaratkan seorang murid, dan orang yang akan menuangkan air ke dalam botol tadi diibaratkan sebagai seorang guru (guru dalam konteks komunikasi ini bisa dianggap komunikator atau

9 16 pemberi atau penyampai pesan). Orang tersebut bepandangan bahwa fungsi murid sama dengan botol (kosong). Ia dapat menuangkan air (miliknya) sekehendak hatinya tanpa memerhatikan hal-hal lain yang menyangkut manusia sebagai pribadi. Sang murid dipandang sebagai objek, objek pengajaran, bahkan dianggap sebagai benda mati yang tidak tahu apa-apa. Gurulah yang mengisikan ilmu kepada murid tanpa berpandangan bahwa pada zaman sekarang, tanpa guru secara langsung pun proses belajar bisa terjadi Tuna Rungu Pengertian Tuna Rungu Istilah tuna rungu diambil dari kata tuna dan rungu, tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. Orang dikatakan tuna rungu apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara. Tuna rungu atau istilah umum yang menunjukkan ketidakmampuan mendengar dari yang ringan sampai yang berat sekali yang digolongkan kepada tuli (deaf) dan kurang dengar (a hard of haring person). Orang yang tuli (a deaf person) adalah seseorang yang mengalami ketidakmampuan mendengar sehingga mengalami hambatan dalam memproses informasi bahasa melalui pendengarannya dengan atau tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aid), sedangkan yang kurang dengar (a hard of haring person) adalah seorang yang biasanya menggnakan alat dengar, sisa pendengaannya cukup memungkinkan untuk keberhasilan memproses informasi bahasa melalui pendengarannya, artinya apabila orang yang 4 Pawit M. Yusup. Komunikasi Instruksional. Bumi Aksara. Jakarta 2010 hal 57

10 17 kurang dengar tersebut menggunakan hearing aid masih dapat menangkap pembicaraan melalui pendengarannya Anak Tunarungu. Dalam masyarakat, terdapat anggapan bahwa apabila seseorang tidak bereaksi terhadap suara, maka orang tersebut pastilah tuli. Anggapan ini, tidaklah selalu benar, karena pengertian tuli itu sendiri masih sangat kabur dan tidak menggambarkan keadaan sebenarnya. Berikut adalah batasan yang umum digunakan di kalangan pendidikan luar biasa mengenai definisi tunarungu: a. Secara medis tunarungu berarti: kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat-alat pendengaran b. Secara pedagogis tunarungu berarti: kekurangan atau kehilangan pendengaran yang mengakibatkan hambatan dalam perkembangan bahasa sehingga memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus Sehingga bila disimpulkan, yang dimaksud dengan anak tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak befungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa. 6 5 Jurnal Psikologi.2008 Latihan Bina Persepsi Bunyi dan Irama. Surakarta. Universitas Sebelas Maret. Hal Engkus Kuswarno. Etnografi komunikasi. Widya padjajaran. Bandung 2008 hal 103

11 Klasifikasi Tuna Rungu Ketunarunguan dapat diklasifikasikan berdasarkan empat hal, yaitu tingkat kehilangan pendengaran saat terjadinya ketunarunguan, letak gangguan pendngaran secara anamotis, serta etimologis. 1. Berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran yang diperoleh melalui tes dengan menggunakan audiometer ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagi berikut: a. Tunarungu ringan (mild hearing loss) b. Tunarungu sedang (moderat haring loss) c. Tunarungu agak berat (moderately scerve hearing loss) d. Tungarungu berat (severe hearing loss) e. Tunarungu berat sekali (profound hearing loss) 2. Berdasarkan saat terjadinya ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Ketunarunguan prabahasa (prelingual deafness), yaitu kehilangan pendengaran yang terjadinya sebelum kemampuan bicara dan bahasa berkembang b. Ketunarunguan pascabahasa (Post linguis deafness), yaitu kehilangan pendengaran yang terjadi beberapa tahun setelah kemampuan bahasa dan bicara berkembang. 3. Berdasarkan letak gangguan pendengaran secara anatomis, ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

12 19 a. Tunarungu tipe konduktif, yaitu kehilangan pendengaran disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada telinga bagian luar dan tengah, yang berfungsi sebagai alat konduksi atau pengantar getaran suara menuju telinga bagian dalam b. Tunarungu tipe sensorinueral, yaitu tnarungu yang disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada telinga dalam serta saraf pendengaran (nervus chochlearis) 4. Berdarakan etimologi atau usul ketunarunguan diklasifikasikan sebagai berikut: a. Tunarungu endogen, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh faktor genetik (keturunan) b. Tunarungu eksogen yaitu tunarungu yang disebabkan oleh faktor nongenetik (bukan keturunan). Klasifikasi ketunarunguan sangat bervariasi menurut BOOThroyd, klasifikasi dan karakteristik ketunarunguan diantaranya didasarkan sebagai pada: a. Kelompok I Kehilangan db: Mid hearing loses atau ketunarunguan ringan, daya tangkap suara cakapan manusia normal. b. Kelompok II Kehilangan 31-60dB: moderat hearing losses atau ketunarunguan sedang, daya tangkap terhadap cakapan manusia hanya sebagaian. c. Kelompok III

13 20 Kehilangan 61-90dB: severe hearing losses atau ketunarunguan berat, daya tangkap terhadap cakapan manusia tidak ada d. Kelompok IV Kehilangan dB: profound hearing losses atau ketunarunguan sangat berat, daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada sama sekali. e. Kelompok V Kehilangan lebih dari 120 db: total hearing losses atau ketunarunguan total, daya tangkap terhadap suara manusia tidak ada sama sekali 7 Uden (1997) membagi klasifikasi ketunarunguan menjadi tiga, yakni berdasarkan saat terjadinya ketunarunguan, berdasarkan tempat kerusakan pada organ pendengaran dan berdasarkan pada taraf penguasaan bahasa Penyebab Terjadinya Tunarungu Diantara lain, Banyak pendapat yang mengemukakan penyebab terjadinya tunarungu. 1. Penyebab terjadinya tunarungu tipe konduktif a. Kerusakan/gangguan yang terjadi pada telinga luar b. Kerusakan/gangguan yang terjadi pada telinga tengah 2. Penyebab terjadinya tunarungu tipe sensorincural 7 Frieda Mangusong. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. LPSP3 UI. Depok 2013 hal 83

14 21 a. Ketunarunguan yang disebabkan oleh faktor genetis (keturunan), maksudnya bahwa keturunan tersebut disebabkan oleh gen ketunarunguan yang menurun dari orang tua pada anak Pendapat lain menyatakan terjadinya tunarungu adalah : 1. Faktor internal diri anak a. Faktor keturunan b. Penyakit campak c. Keracunan darah 2. Faktor eksternal diri anak a. Bagaimana fonem atau bunyi bahasa yang telah dirangkai dalam bentuk kata menjadi bermakna, sehingga perilaku komunikasi (penyampaian dan penerima pesan) dapat memahaminya. b. Bagaimana kalimat yang tersusun secara efektif dan efisien bagi pemakai bahasa Ciri-Ciri Khas Anak Tunarungu Ketunarunguan akan memghambat perkembangan anak, terutama perkembangan komunikasi dan emosinya, sehingga akan berpengaruh juga pada jiwa dan kepribadiannya. Uraian berikut adalah perkembangan dan ciri-ciri umum yang ditemukan pada anak tunarungu. a. Perkembangan fisik Dalam segi fisik, anak tunarungu tidak mengalami hambatan, bahkan boleh dikatakan sama normalnya dengan anak normal lain. Kecuali pada

15 22 ketunarunguan yang disebabkan oleh gangguan pada sistem keseimbangan di telinga bagian dalam Ciri-ciri fisik yang dapat ditemukan pada anak tunarungu adalah: 1. Cara berjalannya kaku dan membungkuk, terutama bagi mereka yang mengalami gangguan pada sistem keseimbangan. 2. Gerakan matanya cepat dan agak beringas. 3. Gerakan kaki dan tangannya sangat lincah dan cepat. 4. Pernapasannya pendek dan agak terganggu. Hal ini disebabkan pernapasannya tidak terlatih dengan baik, terutama pada masa menangis dan masa merawan (peniruan suara). 5. Mengalami kesulitan dalam kecepatan motorik, terutama yang bersifat kompleks dalam melaksanakan suatu perbuatan, karena anak tunarungu mengalami kesukaran dalam konsep waktu. 6. Mengalami kesulitan dalam simultan movement atau menggunakan dua atau lebih komponen motorik, seperti menyegerakan tangan dan kaki untuk dua kegiatan yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. b. Perkembangan Bahasa Berbeda dengan fisik, pada segi bahasa anak tunarungu banyak sekali mengalami hambatan. Hal ini disebabkan perkembangan bahasa banyak memerlukan kemampuan mendengar. Pusat kesadaran bertugas menghubungkan rangsangan suara dan rangsangan penglihatan, sehingga terbentuk pengertian pada manusia. Karena anak tunarungu tidak mengalami apa yang dinamakan sebagai rangsangan suara, maka timbullah kekosongan bahasa yang menggunakan medium

16 23 suara. Oleh karena itu sering terjadi anak tunarungu mengetahui suatu benda tetapi tidak mengetahui apa nama benda tersebut. Pada umumnya dalam segi bahasa anak tunarungu mempunyai ciri sebagai berikut: a. Miskin dalam kosa kata b. Sulit mengartikan ungkapan-ungkapan bahasa yang mengandung arti kiasan c. Sulit mengartikan kata-kata abstrak d. Kurang menguasai irama dan gaya bahasa Kekurangmampuan dalam menguasai bahasa juga berdampak besar pada alat-alat bicara anak tunarungu (tunawicara). Sulit dipahaminya bicara anak tunarungu merupakan hasil dari berbagai faktor yang saling berkaitan. Faktor tersebut adalah masalah dalam menghasilkan suara, kualitas suara yang buruk, ketidakmampuan dalam membedakan nada, dan masalah yang berkaitan dengan struktur dan makna dalam bahasa. Hal ini terjadi, karena anak tunarungu tidak terbiasa menggunakan bahasa layaknya orang normal. Oleh karena itu, penggunaan struktur bahasa yang sederhana pada anak tunarungu akan sangat membantu anak tunarungu dalam memahami dan berlatih menggunakan bahasa. c. Perkembangan Intelegensi Perkembangan intelegensi sangat dipengaruhi oleh perkembangan bahasa. Jadi, sebenarnya, tingkat intelegensi anak tunarungu tidak disebabkan oleh

17 24 kemampuan intelektual yang rendah, tetapi karena intelektualnya tidak mendapat kesempatan untuk berkembang, yaitu melalui bahasa. Aspek intelegensi yang banyak terhambat adalah yang bersifat verbal, seperti merumuskan pengertian, menghubungan pengertian, menarik kesimpulan, dan meramalkan kejadian. Sebaliknya, aspek intelegensi yang bersumber dari penglihatan dan yang bersifat motorik, tidak banyak mengalami hambatan, malah justru berkembang lebih cepat. d. Perkembangan Emosi Keterbatasan kecakapan berbahasa mengakibatkan kesukaran dalam berkomunikasi, sehingga akan menghambat perkembangan emosi. Hal ini terjadi karena emosi itu berkembang dari pengalaman berkomunikasi dengan orang lain. Anak tunarungu mengalami hambatan dalam memahami aspekaspek emosional yang dikomunikaskan orang lain secara verbal, sehingga ia pun tidak mengenal dan kurang bisa mengungkapkan perasannya. Sikap masyarakat pada umumya yang sering menganggap rendah penyandang cacat, turut memperburuk keseimbangan emosi anak tunarungu Anak tunarungu mampu untuk melihat semua kejadian tetapi ia tidak mampu untuk mengikuti dan memahami kejadian itu secara menyeluruh, sehingga menimbulkan perkembangan emosi yang tidak stabil, selalu raguragu, tidak percaya diri, agresif, dan curiga berlebihan. Anak tunarungu juga biasanya memiliki temperamen yang tinggi, mudah tersinggung dan frustrasi yang bersifat fisik. Hal ini sering mereka tunjukkan

18 25 karena mereka kekurangan penyaluran emosinya (bahasa). Masalah ini akan bertambah besar, ketika anak mulai memasuki dunia yang lebih luas di luar lingkungan keluarga. e. Perkembangan Kepribadian Kepribadian anak tunarungu dapat berkembang dengan wajar apabila ada pengertian, perhatian, dan sikap ingin membantu pada orang-orang di sekitarnya, terutama sekali dari orang tuanya. Hal ini penting, karena pengembangan kepribadian terjadi dalam pergaulan atau perluasan pengalaman dari diri anak itu sendiri. Pertemuan dari faktor dalam diri anak, yaitu ketidak mampuan mendengar, dan memahami bahasa-bicara, kemiskinan bahasa dan bicara dari dalam dirinya, ketidakstabilan emosi dengan sikap lingkungan yang kurang tanggap terhadapnya akan menghambat perkembangan kepribadian anak tunarungu. Anak tunarungu juga kurang mempunyai konsep tentang relasi sosial, khusunya yang meliputi pengertian yang luas mengenai lingkungan hidup, tempat manusia berinteraksi dengan sesamanya. Dalam pergaulan, ia cenderung untuk menarik diri, egosentris, kaku, kurang dapat bergaul, selalu berprasngka, mudah marah, agresif, kurang kreatif, kurang mampu berempati, dan rendah diri. 8 8 Engkus Kuswarno. Etnografi Komunikasi. Opcit hal 109

19 Masalah yang Ditimbulkan Oleh Ketunarunguan Ketunarunguan akan menimbulkan masalah tersendiri, baik pada penderita, orang tua dan keluarganya serta pada masyarakat. Masalah yang timbul cukup kompleks dan saling mempengaruhi, sehingga membutuhkan penanganan yang serius. 1. Bagi Anak Tunarungu Sendiri Sehubungan dengan karakteristik tunarungu yaitu miskin dalam kosakata, sulit memahami kata-kata abstrak, sulit mengartikan kata-kata yang mengandung kiasan, adanya anggun bicara, maka hal-hal ini merupakan sumber masalah pokok bagi anak tersebut. 2. Bagi Keluarga Lingkungan keluarga merupakan faktor yang mempunyai pengaruh penting dan kuat terhadap perkembangan anak terutama anak luar biasa. Anak ini mengalami hambatan sehingga mereka akan sulit menerima norma lingkungannya. Berhasil tidaknya anak tunarungu melaksanakan tugasnya sangat tergantung pada bimbingan dan pengaruh keluarga. Tidaklah mudah bagi orang tua untuk menerima kenyataan bahwa anaknya menderita kelainan atau cacat. Reaksi pertama orang tua mengetahui bahwa anaknya menderita tunarungu adalah merasa terpukul dan bingung. Reaksi ini kemudian diikuti dengan reaksi lain. Reaksi-reaksi yang tampak biasanya dapat dibedakan atas bermacammacam pola, yaitu:

20 27 a. Timbulnya rasa bersalah atau berdosa. b. Orang tua menghadapi cacat anaknya dengan perasaan kecewa karena tidak memenuhi harapanya. c. Orang tua malu menghadapi kenyataan bahwa anaknya berbeda dari anak-anak lain. d. Orang tua menerima anaknya beserta keadaanya sebagaimana mestinya. Sikap orang tua sangat tergantung pada reaksinya terhadap kelainan anaknya itu. Sebagai reaksi dari orang tua atas sikap-sikapnya itu maka: a. Orang tua ingin menebus dosa dengan jalan mencurahkan kasih sayangnya secara berlebih-lebihan kepada anaknya. b. Orang tua cenderung menyembunyikan anaknya atau menahannya di rumah. c. Orang tua bersikap realistis terhadap anaknya. Sikap-sikap orang tua ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan kepribadian anaknya. Sikap-sikap yang kurang mendukung keadaan anaknya tentu saja menghambat perkembangan anak, misalnya dengan melinduginya atau dengan mengabaikannya. 3. Bagi masyarakat Pada umumnya orang masih berpendapat bahwa anak tunarungu tidak dapat berbuat apapun. Pandangan yang semacam ini sangat merugikan anak tunarungu. Karena adanya pandangan ini biasanya dapat kita lihat sulitnya anak tunarungu

21 28 untuk memperoleh lapangan pekerjaan. Disamping pandangan karena ketidakmampuan tadi, ia sulit untuk bersaing dengan orang normal. Kesulitan memperoleh pekerjaan di masyarakat mengakibatkan timbulnya kecemasan, baik dari anak itu sendiri maupun dan keluarganya, sehingga lembaga pendidikan dianggap tidak dapat berbuat sesuatu karena anak tidak dapat bekerja sebagaimana biasanya. Oleh karena itu, masyarakat hendaknya dapat memperhatikan kemampuan yang dimiliki anak tunarungu walaupun hanya merupakan sebagian kecil dari pekerjaan yang telah lazim dilakukan orang normal. 4. Bagi Penyelenggara Pendidikan Perhatian akan kebutuhan pendidikan bagi anak tunarungu tidaklah dapat dikatakan kurang karena terbukti bahwa anak tunarungu telah banyak mengikuti pendidikan sepanjang lembaga pendidikan itu dapat dijangkaunya. Persoalan yang perlu mendapat perhatian jika anak tunarungu tetap saja harus sekolah pada sekolah khusus (SLB) adalah jika anak-anak tunarungu itu tempat tinggalnya jauh dari SLB, maka tentu saja mereka tidak akan dapat bersekolah. Usaha lain muncul dengan didirikannya asrama disamping sekolah khusus itu. Rupanya usaha itu tidak dapat diandalkan sebagai satu-satunya cara untuk menyekolahkan mereka. Usaha lainnya yang mungkin akan dapat mendorong anak tunarungu dapat bersekolah dengan cepat adalah mereka mengikuti pendidikan pada sekolah

22 29 normal/biasa dan disediakan program-program khusus bila mereka tidak mampu mempelajari bahan pelajaran seperti anak normal Metode Pengajaran Anak Tunarungu 1. Metode Isyarat Sebagai Bahasa Kodrat Pelopor dari metode ini adalah Abbe Ed L. Eooe ada abad ke-18, sehingga boleh dikatakan, metode ini merupakan metode pendidikan dan komunikasi anak tunarungu yang paling tua. Metode ini mengalihkan bahasa ke dalam gerakan isyarat tertentu, dan digambarkan seperti tulisan Kanji di Cina. Karena banyaknya gambar yang dibutuhkan, metode ini disederhanakan menjadi isyarat jari, dengan menyesuaikan bentuk jari pada huruf-huruf latin. Pada awalnya isyarat jari ini menggunakan dua tangan, tetapi kemudian disederhanakan lagi menjadi hanya satu tangan. Keuntungan menggunakan metode isyarat adalah: a. Lebih mudah daripada bahasa lisan, apalagi bagi anak tunarungu yang mengalami gangguan dalam organ bicaranya. b. Tujuan yang diutamakan adalah anak dapat menerima pelajaran sehingga memperoleh kebahagiaan (bukan membuat anak tunarungu sebagai tiruan anak normal). Akan tetapi metode ini juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu: a. Kurang efisien, karena banyak sekali isyarat yang harus dipelajari. 9 Sutjihati Somantri. Psikologi Anak Luar Biasa. Refika aditama. Banudung 2012 hal 100

23 30 b. Tidak semua pengertian dapat diisyaratkan, terutama untuk pengertianpengertian abstrak. c. Abjad jari perlu dikenalkan dahulu pada masyarakat. d. Tidak semua orang dapat membaca huruf latin. e. Tidak praktis bagi anak yang sedang membawa sesuatu. f. Tidak bisa dilakukan di tempat yang gelap. g. Kecepatan menangkap abjad jari tidak secepat membaca tulisannya, jadi harus sering diulang atau perlahan h. Tidak bisa untuk memanggil dengan segera bila terjadi kecelakaan i. Hanya bisa dipergunakan bila lawan bicara berhadapan. Bagi anak tunarungu, metode ini lebih menghindarkan mereka dari rasa frustrasi, karena mampu untuk mengungkapkan keinginan dan isi hatinya. Namun tidak demikian dengan manusia normal, yang terbiasa dengan pengucapan atau oral. Sehingga komunikasi jenis ini sering dianggap menyalahi penggunaan tata bahasa, karena terlalu sederhana dan kurang dapat diterima di masyarakat. 2. Metode Oral Sebagai Jalan Untuk Persamaan Ketika metode isyarat digunakan di sekolah-sekolah anak tunarungu, para ahli sudah mulai memikirkan cara berkomunikasi yang lebih efektif, yaitu cara komunikasi yang lebih memungkinkan terciptanya komunikasi dua arah. Salah satunya adalah dengan menyamakan alat komunikasi yang dipergunakan dengan alat komunikasi yang lazim di masyarakat. Didukung oleh pengalaman bahwa anak tunarungu mampu berbicara aku mendapat perhatian dan latihan intensif, maka

24 31 metode oral (berbicara) dipandang lebih memungkinkan. Pendekatan ini dipelopori oleh Samuel Heinecke, dan dikembangkan pertama kali di Jerman. Pada pelaksanaanya, metode ini terdiri dari: a. Analisa kemampuan berbicara pada anak tunarungu. b. Pemeriksaaan kemampuan psikis dan keadaan alat ujar (speech organ). c. Pemebntukan dan latihan bicara (speech Building and speech Training). d. Membaca ujaran dan bibir (lip reading and speech reading). e. Latihan mendengar (hepar Training). Berhasil tidaknya komunikasi dengan pendekatan ini, bergantung kepada sisa pendengaran yang dimiliki, intelegensi, frekuensi latihan, ketersediaan alat-alat bantu yang diperlukan, seperti alat bantu dengar dan alat latihan bicara (speech trainer). Walaupun pendekatan ini dipandang dapat membuat anak tunarungu lebih bermasyarakat, namun masih terdapat beberapa kelemahan, yaitu: a. Keterbatasan kemampuan anak tunarungu dalam menangkap dan mengeluarkan bahasa lisan. b. Komunikasi awal hanya bisa dilaksanakan dalam keadaan terang (ada cahaya) dan saling berhadapan. c. Ketidak fasihan bicara anak tunarungu kadang-kadang menganggu konsentrasi lawan bicara. d. Bagi orang yang tidak biasa berhubungan dengan anak tunarungu. Akan banyak mengundang hal yang aneh.

25 32 e. Memerlukan latihan mental untuk berkomunikasi dengan organ lain bagi anak tunarungu yang kurang fasih ucapannya. berikut beberapa keuntungan dari metode oral: a. Memberikan penyelarasan yang lebih mudah bagi anak tunarungu di masyarakat. b. Bicara merupakan media komunikasi yang paling universal. c. Pergaulan anak tunarungu tidak terbatas pada dunia tanpa suara sak. d. Anak dan orang normal pun akan lebih mudah berkomunikasi dengan mereka. 3. Sistem Komunikasi Total Dari kedua metode yang selalu dipertentangkan ini, dap ditemukan kelebihan dan kekurangan asing-masing. Untuk menyempurnakannya, maka para pendidik bersama dengan menempuh jalan tengah, yaitu dengan memadukan keduanya. Abjad jari dengan oral sama-sama dipergunakan untuk memperluas dan memperlancar komunikasi anak tunarungu. Dalam sistem ini tercakup gerakan-gerakan, suara yang diperkeras dan jelas, berbicara, membaca ujaran abjad jari, bahasa isyarat, membaca dan mengembangkan potensi anak unarungu secara maksimal. Selain itu, metode ini sangat berguna bagi anak tunarungu yang memiliki gangguan pendengaran berat.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik antarindividu maupun dengan kelompok. Selama proses komunikasi, komunikator memiliki peranan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia berharap dilahirkan dalam keadaan yang normal dan sempurna, akan tetapi tidak semua manusia mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan,

Lebih terperinci

Lanjutan...Non Verbal, (Psikom part-4, 15 okt 2013) By : Khey M.Boer

Lanjutan...Non Verbal, (Psikom part-4, 15 okt 2013) By : Khey M.Boer Lanjutan...Non Verbal, (Psikom part-4, 15 okt 2013) By : Khey M.Boer Fungsi nonverbal dalam hubunganya dgn pesan verbal (Mark L.Knapp,1972:9-12) ada lima yaitu: 1. Repitisi yaitu mengulang kembali pesan

Lebih terperinci

BIMBINGAN PADA SISWA DENGAN HAMBATAN. Sosialisasi KTSP

BIMBINGAN PADA SISWA DENGAN HAMBATAN. Sosialisasi KTSP BIMBINGAN PADA SISWA DENGAN HAMBATAN 1 DEFINISI HEARING IMPAIRMENT (TUNARUNGU) TERKANDUNG DUA KATEGORI YAITU: DEAF (KONDISI KEHILANGAN PENDENGARAN YANG BERAT) DAN HARD OF HEARING (KEADAAN MASIH MEMILIKI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan Banyak sekali penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai etnografi komunikasi. Untuk mendukung penelitian ini, penelitian yang sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan sesamanya dengan salah satunya berkomunikasi. Komunikasi merupakan suatu hal yang saling mengirim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan kebutuhan yang berbeda-beda. Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut manusia memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya selaku warga negara, mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan

Lebih terperinci

PENTINGNYA KOMUNIKASI

PENTINGNYA KOMUNIKASI KOMUNIKASI Peran Komunikasi Pengertian Komunikasi Proses Komunikasi Kontinum Komunikasi Dalam Perilaku Organisasi Media Komunikasi Komunikasi Nonverbal Komunikasi Antar Pribadi PENTINGNYA KOMUNIKASI Barnard

Lebih terperinci

MENDENGARKAN DAN KOMUNIKASI NONVERBAL DI TEMPAT KERJA

MENDENGARKAN DAN KOMUNIKASI NONVERBAL DI TEMPAT KERJA MENDENGARKAN DAN KOMUNIKASI NONVERBAL DI TEMPAT KERJA A. Mendengarkan di Tempat Kerja Keterampilan mendengarkan adalah penting bagi kesuksesan karier, efektivitas organisasi dan kepuasan karyawan. Sejumlah

Lebih terperinci

Perancangan buku visual untuk anak tuna rungu usia tahun sebagai media alternatif pembelajaran bahasa. oleh Dany A.B.

Perancangan buku visual untuk anak tuna rungu usia tahun sebagai media alternatif pembelajaran bahasa. oleh Dany A.B. SELAMAT SORE Perancangan buku visual untuk anak tuna rungu usia 10 12 tahun sebagai media alternatif pembelajaran bahasa oleh Dany A.B.Utono 3406100049 Rumusan masalah Bagaimana merancang buku visual untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sisi lain. Orang mempunyai kecacatan fisik belum tentu lemah dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. sisi lain. Orang mempunyai kecacatan fisik belum tentu lemah dalam hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan dengan kesempurnaan yang berbeda-beda, kesempurnaan tidak dapat hanya dilihat dari keadaan fisiknya saja. Melainkan kita harus melihat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang beralamat di Jl. Rajekwesi 59-A Perak Bojonegoro. Di SLB-B Putra

BAB I PENDAHULUAN. yang beralamat di Jl. Rajekwesi 59-A Perak Bojonegoro. Di SLB-B Putra 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang SLB-B Putra Harapan Bojonegoro merupakan salah satu sekolah luar biasa khusus penyandang cacat tunarungu yang ada di Bojonegoro yang berada di bawah naungan yayasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN 12 BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu Peneliti mencoba menggali informasi terhadap skripsi atau karya ilmiah lainnya yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, diantaranya sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, tidak semua orang berada pada kondisi fisik yang sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi merupakan aktivitas makhluk sosial. Menurut Carl I. Hovland (dalam Effendy, 2006: 10) komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain. Dalam praktik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan dengan berbagai kesempurnaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan dengan berbagai kesempurnaan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan dengan berbagai kesempurnaan. Kesempurnaan yang diciptakan tidak hanya dilihat dari segi fisik namun kelebihaannya yang dimilikinya. Pada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMUNIKASI SISTEM ISYARAT BAHASA

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMUNIKASI SISTEM ISYARAT BAHASA 92 BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMUNIKASI SISTEM ISYARAT BAHASA INDONESIA (SIBI) BAGI PENYANDANG TUNARUNGU DI SMALB-B KARYA MULIA SURABAYA A. Bagaimana proses

Lebih terperinci

KOMUNIKASI BISNIS DALAM ORGANISASI

KOMUNIKASI BISNIS DALAM ORGANISASI KOMUNIKASI BISNIS DALAM ORGANISASI KUSTIADI BASUKI SENIN,22MEI 2017 PERTEMUAN 10 Pendahuluan Organisasi adalah sekelompok masyarakat kecil yang bekejasama untuk mencapai tujuan. Komunikasi adalah perekat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan Hawa sebagai pendamping bagi Adam. Artinya, manusia saling

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan Hawa sebagai pendamping bagi Adam. Artinya, manusia saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak awal adanya kehidupan manusia, kodrati manusia sebagai makhluk sosial telah ada secara bersamaan. Hal ini tersirat secara tidak langsung ketika Tuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari di negara

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari di negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari di negara Inggris untuk berkomunikasi serta bahasa Inggris dijadikan sebagai bahasa Internasional,

Lebih terperinci

Session 5 Pengantar Komunikasi

Session 5 Pengantar Komunikasi Session 5 Pengantar Komunikasi Session 5 Pengantar Komunikasi Sasaran Sesi Diharapkan para manajer kampanye mampu : Memahami proses komunikasi Menjelaskan perbedaan komunikasi verbal dan non verbal Module

Lebih terperinci

Komunikasi Bisnis Kelompok 7 1

Komunikasi Bisnis Kelompok 7 1 1.1 Pengertian Komunikasi bisnis adalah komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis ynag mencakup berbagai macam bentuk komunikasi baik komunikasi verbal maupun non verbal. Berikut ini merupakan beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication) Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication) Pengertian Komunikasi Antar Pribadi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication) 2.1.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi Menurut Joseph De Vito, dalam bukunya The Interpersonal Communication

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang. Anak yang dilahirkan secara sehat baik dalam hal fisik dan psikis

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang. Anak yang dilahirkan secara sehat baik dalam hal fisik dan psikis 14 BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Anak yang dilahirkan secara sehat baik dalam hal fisik dan psikis merupakan harapan bagi semua orangtua yang sudah menantikan kehadiran anak dalam kehidupan perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Mulyana (2010:108), salah satu prinsip komunikasi adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Mulyana (2010:108), salah satu prinsip komunikasi adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Mulyana (2010:108), salah satu prinsip komunikasi adalah setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi. Oleh karena itu, manusia tidak dapat tidak berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang diciptakan ke dunia ini mempunyai keadaan fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang berbeda-beda pula. Kesempurnaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu fase dalam perkembangan individu adalah masa remaja. Remaja yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak ke

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, seperti yang tercantum dalam Undang Undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant 1. Definisi Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant Komunikasi interpersonal (interpersonal communication)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tunarungu 1. Pengertian Anak Tunarungu Anak tunarungu merupakan anak yang mempunyai gangguan pada pendengarannya sehingga tidak dapat mendengar bunyi dengan sempurna atau bahkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari masalah belajar. Pada dasarnya, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai

Lebih terperinci

Materi Minggu 1. Komunikasi

Materi Minggu 1. Komunikasi T e o r i O r g a n i s a s i U m u m 2 1 Materi Minggu 1 Komunikasi 1.1. Pengertian dan Arti Penting Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa bertambah, begitu juga halnya di Indonesia (www.pikiran-rakyat.com).

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa bertambah, begitu juga halnya di Indonesia (www.pikiran-rakyat.com). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Penyandang cacat terdapat di semua bagian dunia, jumlahnya besar dan senantiasa bertambah, begitu juga halnya di Indonesia (www.pikiran-rakyat.com). Menurut

Lebih terperinci

HAMBATAN BELAJAR ANAK TUNARUNGU

HAMBATAN BELAJAR ANAK TUNARUNGU HAMBATAN BELAJAR ANAK TUNARUNGU Anak tunarungu di dalam mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya seringkali dihadapkan kepada berbagai masalah dalam kehidupannya. Anak tunarungu adalah seseorang yang

Lebih terperinci

Dasar Komunikasi dan Keterampilan Dasar Mengajar

Dasar Komunikasi dan Keterampilan Dasar Mengajar Dasar Komunikasi dan Keterampilan Dasar Mengajar Afid Burhanuddin, M.Pd. Komunikasi? Proses penyampaian atau penerimaan pesan dari satu orang kepada orang lain, baik langsung maupun tidak langsung, secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini terbagi atas empat sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai komunikasi sebagai media pertukaran informasi antara dua orang atau lebih. Sub bab kedua membahas mengenai

Lebih terperinci

BAB II METODE MATERNAL REFLEKTIF (MMR) SEBAGAI METODE MENGEMBANGKAN KOMUNIKASI SISWA TUNARUNGU. penguasaan struktur dan tata bahasa.

BAB II METODE MATERNAL REFLEKTIF (MMR) SEBAGAI METODE MENGEMBANGKAN KOMUNIKASI SISWA TUNARUNGU. penguasaan struktur dan tata bahasa. 9 BAB II METODE MATERNAL REFLEKTIF (MMR) SEBAGAI METODE MENGEMBANGKAN KOMUNIKASI SISWA TUNARUNGU A. DESKRIPSI TEORI Ada beberapa macam metode dalam penerapan pembelajaran kepada anak tunarungu, diantaranya:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pengetahuan Komunikasi Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan suatu proses atau kegiatan yang sukar dihindari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan suatu proses atau kegiatan yang sukar dihindari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu proses atau kegiatan yang sukar dihindari dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi merupakan suatu hal yang penting dalam berbagai strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mental. Hal ini seringkali membuat orangtua merasa terpukul dan sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. mental. Hal ini seringkali membuat orangtua merasa terpukul dan sulit untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa pasangan suami istri menginginkan keturunan sebagai bagian dari keluarga mereka. Pasangan suami istri pasti berharap untuk mendapatkan anak yang sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (verbal communication) dan komunikasi nonverbal (non verbal communication).

BAB I PENDAHULUAN. (verbal communication) dan komunikasi nonverbal (non verbal communication). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dan kompleks bagi kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya dengan manusia

Lebih terperinci

Komunikasi. Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain (Handoko, 2002 : 30).

Komunikasi. Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain (Handoko, 2002 : 30). Komunikasi I. PENGERTIAN Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyandang tuna rungu adalah bagian dari kesatuan masyarakat Karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyandang tuna rungu adalah bagian dari kesatuan masyarakat Karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyandang tuna rungu adalah bagian dari kesatuan masyarakat Karena adanya keterbatasan atau kekurangan pada fisiknya, membuat individu umumnya kurang mampu

Lebih terperinci

DASAR KOMUNIKASI DAN PERAN PEMIMPIN KRISTEN DI DALAMNYA

DASAR KOMUNIKASI DAN PERAN PEMIMPIN KRISTEN DI DALAMNYA DASAR KOMUNIKASI DAN PERAN PEMIMPIN KRISTEN DI DALAMNYA Berangkat dari teori Multiple Intelligence, Howard Gardner dari Universitas Harvard menemukan bahwa seorang pemimpin memiliki "lingustic intelligence"

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh anak baik sebagai mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai anak adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan saling membutuhkan satu sama lain, selain makhluk sosial manusia juga membutuhkan yang namanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting bagi kehidupan manusia. Menurut UU No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat. Ia banyak memperlihatkan, membicarakan atau menanyakan tentang berbagai hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana atau alat komunikasi yang sangat menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat penting sebagai sarana ilmu dan budaya

Lebih terperinci

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA TUNARUNGU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DIDASARKAN PADA TEORI SCHOENFELD

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA TUNARUNGU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DIDASARKAN PADA TEORI SCHOENFELD KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA TUNARUNGU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DIDASARKAN PADA TEORI SCHOENFELD DI SMALB DHARMA BAKTI DHARMA PERTIWI BANDAR LAMPUNG MUJIB Pendidikan Matematika, IAIN Raden Intan Lampung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan sarana paling utama dalam kehidupan manusia, yang berarti tak ada seorangpun yang dapat menarik diri dari proses ini baik dalam fungsinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Interaksi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola adalah gambar yang dibuat contoh/model ataupun bentuk (struktur) yang tetap. Jika dihubungkan dengan interaksi, maka

Lebih terperinci

Merayakan Ulangtahun Sebagai Strategi Pembelajaran Kosakata Abstrak (Tanggal, Bulan, Tahun) Lisza Megasari, S.Pd

Merayakan Ulangtahun Sebagai Strategi Pembelajaran Kosakata Abstrak (Tanggal, Bulan, Tahun) Lisza Megasari, S.Pd Merayakan Ulangtahun Sebagai Strategi Pembelajaran Kosakata Abstrak (Tanggal, Bulan, Tahun) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Tunarungu kelas 3 SLB Negeri Binjai Oleh: Pendahuluan Anak berkebutuhan

Lebih terperinci

KBBI, Effendy James A. F. Stoner Prof. Drs. H. A. W. Widjaya

KBBI, Effendy James A. F. Stoner Prof. Drs. H. A. W. Widjaya DEFINISI KBBI, Pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami Effendy, proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan kemampuan bicara (Somantri, 2006). selayaknya remaja normal lainnya (Sastrawinata dkk, 1977).

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan kemampuan bicara (Somantri, 2006). selayaknya remaja normal lainnya (Sastrawinata dkk, 1977). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuna rungu wicara adalah kondisi realitas sosial yang tidak terelakan didalam masyarakat. Penyandang kecacatan ini tidak mampu berkomunikasi dengan baik selayaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal, seorang bayi mulai bisa berinteraksi dengan ibunya pada usia 3-4 bulan. Bila ibu merangsang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya pendidikan di Indonesia telah dijamin seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa : Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini tidak ada sesuatu yang sempurna. Ada sebuah. ungkapan yang mengatakan bahwa manusia tidak ada yang sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini tidak ada sesuatu yang sempurna. Ada sebuah. ungkapan yang mengatakan bahwa manusia tidak ada yang sempurna dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini tidak ada sesuatu yang sempurna. Ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa manusia tidak ada yang sempurna dan kesempurnaan hanya dimiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tematik 2.1.1 Pengertian Tematik Menurut Hadi Subroto (2000:9), pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu tema tertentu yang mengaitkan dengan pokok

Lebih terperinci

MENGAJARKAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

MENGAJARKAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS MENGAJARKAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Asuhan: H i d a y a t (Dosen PLB & Psikiologi FIP UPI) Satu kemampuan dari berbagai berbagai kemampuan lain yang sangat penting bagi anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siswa tunarungu adalah salah satu anak berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan dalam pendengaran, sehingga untuk mengoptimalkan kemampuan yang dimilikinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru bahasa Sunda memiliki cara tersendiri dalam berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru bahasa Sunda memiliki cara tersendiri dalam berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang Guru bahasa Sunda memiliki cara tersendiri dalam berinteraksi kepada muridnya. Karena seorang guru bahasa sunda harus menyampaikan pesan yang disengaja dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang satu sama lainnya saling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang satu sama lainnya saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yang satu sama lainnya saling berinteraksi, dan dalam proses interaksi tersebut dibutuhkan suatu komunikasi yang baik diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memahami sebuah karya sastra pada dasarnya bukanlah persoalan mudah, karena pemahaman sastra berkaitan erat dengan proses sifat karya sastra itu sendiri. Maka

Lebih terperinci

II. Deskripsi Kondisi Anak

II. Deskripsi Kondisi Anak I. Kondisi Anak 1. Apakah Anak Ibu/ Bapak termasuk mengalami kelainan : a. Tunanetra b. Tunarungu c. Tunagrahita d. Tunadaksa e. Tunalaras f. Tunaganda g. Kesulitan belajar h. Autisme i. Gangguan perhatian

Lebih terperinci

APLIKASI KOMUNIKASI NON-VERBAL DI DALAM KELAS

APLIKASI KOMUNIKASI NON-VERBAL DI DALAM KELAS APLIKASI KOMUNIKASI NON-VERBAL DI DALAM KELAS Maisarah, S.S., M.Si Inmai5@yahoo.com Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang Abstrak Artikel ini berisi tentang pentingnya komunikasi non verbal di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung pada kemampuan dan keterampilannya dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa terdiri dari empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tunarungu kelas satu SDLB sebanyak enam orang belum mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. tunarungu kelas satu SDLB sebanyak enam orang belum mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berdasarkan hasil studi pendahuluan, diperoleh data bahwa siswa tunarungu kelas satu SDLB sebanyak enam orang belum mempunyai keterampilan membaca permulaan.

Lebih terperinci

KONSEP DASAR KOMUNIKASI

KONSEP DASAR KOMUNIKASI KONSEP DASAR KOMUNIKASI Komunikasi adalah kebutuhan dasar manusia untuk saling berinteraksi. Melalui komunikasi kita dapat memperoleh kepuasan psikologis seperti terpenuhinya perasaan cinta, perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Autis merupakan gangguan perkembangan yang menghambat berbagai aspek dalam kehidupan anak dengan gangguan autis. Anak autis rata-rata mengalami gangguan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persada,2007), p.1 2 Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern, pendekatan praktis (Bandung ; PT. Remaja Rosdakarya, 2011), p.1.

BAB I PENDAHULUAN. Persada,2007), p.1 2 Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern, pendekatan praktis (Bandung ; PT. Remaja Rosdakarya, 2011), p.1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya hidup, berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya hidup, berkembang, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya hidup, berkembang, dan berperan sebagai manusia dengan berhubungan dan bekerja sama dengan manusia lain. Salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres pada Wanita Karir (Guru) 1. Pengertian Istilah stres dalam psikologi menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi

Lebih terperinci

BAB IV INTERPRESTASI HASIL PENELITIAN. telah dipilih selama penelitian berlangsung. Selain itu juga berguna untuk

BAB IV INTERPRESTASI HASIL PENELITIAN. telah dipilih selama penelitian berlangsung. Selain itu juga berguna untuk BAB IV INTERPRESTASI HASIL PENELITIAN A. ANALISIS DATA PENELITIAN Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan tahap yang bermanfaat untuk menelaah data yang diperoleh dari beberapa informan yang

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN PENERAPAN TEKNIK RANGSANG GAMBAR DAN SUMBANG KATA PADA SISWA KELAS VII E DI SMP NEGERI 1 JATEN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Pendahuluan Setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda. Proses utama perkembangan anak merupakan hal

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BUKU CERITA SIBI BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN MINAT BACA DAN PENGETAHUAN ANAK TUNARUNGU. Oleh: Dariman 1

PEMANFAATAN BUKU CERITA SIBI BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN MINAT BACA DAN PENGETAHUAN ANAK TUNARUNGU. Oleh: Dariman 1 PEMANFAATAN BUKU CERITA SIBI BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN MINAT BACA DAN PENGETAHUAN ANAK TUNARUNGU Oleh: Dariman 1 1. PENGANTAR Berbahasa menjadi sebuah kemampuan yang perlu di kembangkan sejak dini terutama

Lebih terperinci

Komunikasi Pendidikan

Komunikasi Pendidikan Komunikasi Pendidikan Afid Burhanuddin, M.Pd. Kompetensidasar: Mahasiswa mampu memahami komunikasi pendidikan Indikator: Mengetahui pengertian komunikasi Menjabarkan proses komunikasi Melaksanakan teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki buah hati tentunya merupakan dambaan bagi setiap orang yang telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah terbesar nan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Istilah tunarungu berasal dari dua kata yaitu tuna dan rungu. Tuna berarti

BAB II KAJIAN TEORITIS. Istilah tunarungu berasal dari dua kata yaitu tuna dan rungu. Tuna berarti BAB II KAJIAN TEORITIS A. KONSEP DASAR ANAK TUNARUNGU 1. Pengertian Anak Tunarungu Istilah tunarungu berasal dari dua kata yaitu tuna dan rungu. Tuna berarti kekurangan atau ketidakmampuan dan rungu berarti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perkembangan Sosial 2.1.1 Pengertian Perkembangan Sosial Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Pada dasarnya komunikasi interpersonal digunakan pada keseharian umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat berkomunikasi di sekolah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Perilaku Asertif Perilaku assertif adalah perilaku antar perorangan yang melibatkan aspek kejujuran dan keterbukaan pikiran dan perasaan. Perilaku assertif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan merupakan pola perubahan yang dimulai sejak pembuahan, yang berlanjut sepanjang rentang hidup (Santrock, 2007 : 7). Perkembangan adalah hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilihat dari fisik, tetapi juga dilihat dari kelebihan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilihat dari fisik, tetapi juga dilihat dari kelebihan yang dimiliki. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan dengan kesempurnaan yang berbeda. Kesempurnaan tidak hanya dilihat dari fisik, tetapi juga dilihat dari kelebihan yang dimiliki. Umumnya seseorang

Lebih terperinci

MENYIMAK SEBAGAI SUATU PROSES KEGIATAN RESEPTIF AKTIF

MENYIMAK SEBAGAI SUATU PROSES KEGIATAN RESEPTIF AKTIF MENYIMAK SEBAGAI SUATU PROSES KEGIATAN RESEPTIF AKTIF Oleh Dosen Tetap Yayasan FKIP Universitas PGRI Palembang Abstrak Pembelajaran bahasa Indonesia yang diberikan kepada para siswa meliputi empat aspek,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Allah kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga bisa menjadi sebuah impian setiap orang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang disebabkan penyakit, kecelakaan, atau sebab lain yang tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang disebabkan penyakit, kecelakaan, atau sebab lain yang tidak BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Tunarungu 1. Pengertian Anak Tunarungu Anak berkelainan pendengaran atau tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan atau kerusakan pada satu atau lebih organ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan mutlak manusia untuk berinteraksi dengan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BIG BOOKS TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR I DI SLB WIDYA MULIA PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BIG BOOKS TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR I DI SLB WIDYA MULIA PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BIG BOOKS TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR I DI SLB WIDYA MULIA PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran dan pasal 31 ayat 2 yang berbunyi Pemerintah

Lebih terperinci

2015 PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN ANAK TUNARUNGU YANG DISERTAI CEREBRAL PALSY KELAS VII DI SLB-B YPLB MAJALENGKA

2015 PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN ANAK TUNARUNGU YANG DISERTAI CEREBRAL PALSY KELAS VII DI SLB-B YPLB MAJALENGKA A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Setiap manusia mendapatkan pengetahuan salah satunya dari indera pendengaran. Melalui pendengaran manusia meniru apa yang dikatakan oleh manusia lain. Dari hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi. Setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini telah dianugerahi oleh Tuhan dengan pancaindera yang berfungsi

Lebih terperinci