BAB II METODE MATERNAL REFLEKTIF (MMR) SEBAGAI METODE MENGEMBANGKAN KOMUNIKASI SISWA TUNARUNGU. penguasaan struktur dan tata bahasa.
|
|
- Sugiarto Susanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 9 BAB II METODE MATERNAL REFLEKTIF (MMR) SEBAGAI METODE MENGEMBANGKAN KOMUNIKASI SISWA TUNARUNGU A. DESKRIPSI TEORI Ada beberapa macam metode dalam penerapan pembelajaran kepada anak tunarungu, diantaranya: a. Metode Konstruktif Metode ini menitik beratkan pada pengajaran bahasa terletak pada penguasaan struktur dan tata bahasa. Metode ini disebut juga Metode Gramatical, struktural, atau formal. Tokoh-tokoh pengembang metode ini antara lain: George Ewing (1887), Katarina Barry (1899), De L Epee (1771), Fitzgerald (1927), dan Chomsky (1968). b. Aliran Natural Ajaran bahasa dilaksanakan dengan mengikuti cara sebagaimana anak dengar belajar bahasa. Aliran ini juga dikenal dengan sebutan metode okasional, yaitu mengajar tanpa program melainkan dnegan menciptakan percakapan berdasarkan situasi hangat yang sedang dialai anak. Metode Imitatif. c. Metode Maternal Reflektif (MMR) adalah suatu cara atau proses pemberian pengalaman belajar berbahasa lisan yang mengadopsi cara 9
2 10 cara seorang ibu dalam memberikan pemerolehan berbahasa kepada anaknya yang belum berbahasa melalui percakapan. Menurut Bunawan dan Susila (2000:89) Maternal merupakan suatu proses penguasaan bahasa ibu dengan percakapan sebagai porosnya. 1. METODE KOMUNIKASI ANAK TUNARUNGU a. Pengertian komunikasi Menurut Barelson dan Steiner (1964) komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lainnya melalui penggunaan simbol-simbol, seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain. b. Pengertian Bahasa Menurut Newman dalam Jon Eisenson & Mardel Ogilvie (1971: 23 ) Bahasa adalah suatu kelompok pheomena yang dihasilkan serta dipertahankan dalam kehidupan masyarakat; suatu sistem lambanglambang dan isyarat yang di transfer dari generasi ke generasi. Pendapat Abdul Chaer ( 1994 : 32 ) Bahasa adalah sistem lambang bumi yang arbitrer (sewenangwenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka) adalah tidak adanya hubungan wajib antar lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut
3 11 yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial (untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri). Dari beberapa pendapat tersebut diatas pengertian bahasa adalah sistem lambang bunyi pada bahasa bunyi bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, berupa gerakan gerakan, isyarat, tanda atau simbol yang mempunyai maksud tertentu dan merupakan gambaran, kelahiran jiwa (Fikir, Perasaan, dan Kemauan). c. Pengertian Bahasa Lisan (Bicara) Menurut Newman dalam Jon Eisenson & Mardel Ogilvie (1971 : 23): Bicara adalah suatu aktifitas fisik individual yang tersusun ragam komunikasi sebagaimana dikenal dari arti bahasa. Menurut De Vreede Varekamp L.C (1973: 27) Bicara adalah sebagai suatu kemungkinan manusia mengucapkan bunyi-bunyi bahasa melalui organ-organ artikulasi dan merupakan perbuatan manusia yang sifatnya individual. Bahasa lisan merupakan bahasa primer. Bahasa lisan yang lebih ekpresif karena mimik muka, dan gerakan tubuh dapat berbaur menjadi satu dalam mendukung komunikasi yang dilakukan. Menurut Ensiklopedia bebas, Pengertian berbahasa lisan adalah suatu bentuk komunikasi yang unik yang dijumpai pada manusia yang menggunakan kata-kata yang diturunkan dari kosakata.
4 12 Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia, berbahasa lisan memiliki arti yang sama dengan bahasa percakapan. Berbahasa lisan adalah suatu bentuk komunikasi untuk yang dijumpai pada manusia yang menggunakan kata kata yang diturunkan dari kosakata yang besar bersamaan dengan berbagai macam nama yang diucapkan melalui atau mengunakan organ mulut. 2. METODE MATERNAL REFLEKTIF (MMR) Metode Maternal Reflektif (MMR) adalah suatu cara atau proses pemberian pengalaman belajar berbahasa lisan yang mengadopsi cara cara seorang ibu dalam memberikan pemerolehan berbahasa kepada anaknya yang belum berbahasa melalui percakapan. Menurut Bunawan dan Susila (2000:89) Maternal merupakan suatu proses penguasaan bahasa ibu dengan percakapan sebagai porosnya. Metode Maternal Reflektif Perdati Bebas yaitu percakapan yang bersifat sponta antara anak dengan orang tua, orang lain atau antar anak sendiri, dalam suasana santai, rileks, akrab terjadi subyektivitas, dalam kegiatana percakapan dikelas, setiap anak dilatih untuk saling memperhatikan isi hati lawan bicara, saling terbuka, tanpa rasa takut dan curiga, merasa aman, tanpa beban rasa bersalah; dan guru akan membantu dengan metode tangkap dan peran ganda, dengan menggunakan motto apa yang ingin kau katakan katakanlah begini....
5 13 Tahapan tahapan pelaksanaan metode maternal reflektif dalam pembelajaran, dikelompokkan kedalam tiga tahapan, yaitu: 1. Percakapan 2. Visualisasi (display) 3. Pembuatan deposit Percakapan merupakan poros pembelajaran dalam pemberian pengalaman berbahasa kepada anak tunarungu. Percakapan yang dikembangkan pada tahapan awal yaitu percakapan dari hati ke hati, dimana percakapan dilakukan secara wajar dengan menggunakan bahasa sehari hari, spontanitas guru memposisikan sebagai mitra dialog anak, menggunakan asas provokasi dan asas kontras dalam mengarahan materi percakapan dan memperjelas makna kata yang muncul, menggunakan teknik tangkapdan peran ganda, dan menghadirkan empati dalam memahami apa yang ada dalam perasaan dan pikiran anak. Visualisasi kosakata baru yang muncul dari hasil percakapan, divisualisasikan baik melaui tulisan dipapantulis maupun melalui penjelasan lisan dan gesti-gesti atau melalui peragaan-peragaan, isyarat, SIBI, dll. Sehingga terjadi pemahaman terhadap makna kata yang muncul tersebut. Pembuatan deposit, kosakata yang muncul dari hasil percakapan yang telah divisualisasikan dalam papan tulis, kemudian disusun sedemikianrupa sehingga menjadi cerita utuh, biasanya penyusunan kata-
6 14 kata tersebut disesuaikan dengan kompetensi yang terdapat dalam buku kurikulum atau dijadikan materi pelajaran. Deposit yang disusun biasanya dijadikan bahan-bahan belajar untuk pertemuan berikutnya. Deposit yang disusun dapat dijadikan bahan untuk latihan persepsi bunyi bahasa dan latihan pengucapan. Bahasa dipelajari dalam situasi percakapan Seperti percakapan ibu/ayah dengan anak Inisiatif anak mendapat tempat utama Termotivasi bercakap terus karena ada tanggapan Dibimbing oleh naluri Sikap wicara dalam percakapan Saling mendengarkan dimana antara anak dan orang tua atau guru saling bergantian dalam berbicara Timbal balik terjadi komunikasi dua arah tanpa instruksi dari guru atau orangtua Santai-terbuka-ramah, bercakap dengan perasaan senang sehingga materi percakapan yang didapat mudah diingat anak Tatap wajah Memanfaatkan saat yang tepat selama proses belajar bahasa: Sesuai dengan minat dan kebutuhan anak Membahasakan peristiwa/kejadian Memperkembangkan bahasa-budaya
7 15 Memperkembangkan pengetahuan Jika diungkapkan yang dipelajari tidak jelas dapat mempergunakan alat Bantu atau Peraga: Membuat gambar Menuliskan Memperagakan Melihat ke tempat kejadian Pendekatan Metode Maternal Reflektif memiliki kelebihan antara lain: 1. Memperlancar komunikasi anak dengan orang lain 2. Dapat melatih perkembangan bicara anak dan mengurangi penggunaan bahasa isyarat. 3. Cara penyampaian bahasa lebih sistematik 3. PELAKSANAAN METODE MATERNAL REFLEKTIF Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan metode maternal reflektif menurut Van Uden dalam Bunawan dan Susila, (2000). Secara garis besar terbagi kedalam empat fase. Fase-fase tersebut adalah sebagai berikut: a. Melakukan percakapan aktivitas percakapan dari hati ke hati (perdati) yaitu percakapan yang dilaksanakan secara spontanitas, menggunakan bahasa sehari-hari, ungkapan anak diujarkan seritmis mungkin, guru bertindak sebagai mitra dialog, guru menggunakan asas kontras dan
8 16 provokasi dalam mengarahkan dan menjelaskan pemahaman anak kepada topik yang ingin dikembangkan guru, kemudian menggunakan teknik (cara) tangkap dan peran ganda terhadap apa yang diungkapkan anak secara non verbal, oleh karena itu guru dengan metode tangkap dan peran ganda harus cepat membahasakan ungkapan anak tersebut menjadi kata, kemudian kalimat sederhana dan akhirnya menjadi kalimat yang benar. b. Melakukan visualisasi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan keyakinan atau pemahaman anak terhadap arti kata-kata yang digunakan dalam percakapan, atau kosakata baru yang muncul dalam percakapan. Visualisasi dapat berbentuk peragaan oleh guru atau siswa, penugasan atau penulisan.maksudnya setiap kata yang muncul selalu diucapkan, ditirukan oleh anak (diucap ulang oleh anak) dan dituliskan. Ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap arti kata-kata yang dipercakapkan. c. Penyusunan Deposit. Kata-kata yang muncul dalam percakapan biasanya banyak sekali, baik kata-kata yang sudah dipahami anak atau kata-kata yang muncul dalam percakapan. Kata-kata tersebut antara satu dan lainnya kadang-kadang tidak memiliki suatu hubungan dan belum menjadi suatau cerita yang utuh. Untuk itu, guru harus menyususn kata-kata tersebut menjadi sebuah cerita yang utuh. Dengan kata lain, guru membuat deposit dari kata-kata yang muncul
9 17 dalam percakapan. Dalam penyusunan deposit tersebut biasanya guru menyelaraskan dengan topik atau kompetensi yang ingin dicapai atau yang tertuang dalam buku kurikulum. Untuk itu, penyususnan deposit dapat dikatakan sebagai pengukuhan bahan. Bahan-bahan yang sedang disesuaikan dengan kompetensi dasar dalam buku kurikulum (deposit) kemudian dijelaskan kepada siswa sehingga dapat diukur seberapa jauh anak menguasai bahan atau mengetahui kompetensi yang telah ditentukan. Pembelajaran dengan MMR ini disatu sisi dirancang (by design) berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, tetapi pada sisi lain materi pembelajaran tidak dirancang atau ditentukan dalam perencanaan pembelajaran (non by design), kerena materi pembelajaran didasarkan kepada apa yang menjadi minat dan kebutuhan anak pada saat terjadi proses percakapan.percakapan seperti itu dinamakan sebagai percakapan yang spontan dan situasional dan merujuk kepada kondisi siswa. d. Menuntun anak agar dapat mengadakan refleksi (peninjauan kembali) atas bahasa yang sudah mereka miliki (melalui percakapan dan membaca) sehingga dapat menemukan sendiri aturan bahasa (discovery learning). Karena tidak dibenarkan bila anak tunarungu diberi latihan untuk menyusun kalimat serta bentuk bahasa lainnya berdasarkan suatu contoh yang belum ditemukannya sendiri melalui berbagai contoh pengalaman berbahasa.
10 18 4. ANAK TUNARUNGU A. Definisi Ketunarungan Tunarungu merupakan istilah umum yang di berikan kepada anak yang mengalami kehilangan atau gangguan pendengaran, sehingga ia mengalami hambatan dalam melaksanakan kehidupan sehari hari, dan membutuhkan pendidikan khusus. Andrea Dwidjosumarto (2006: 93) dalam Buku Psikologi Anak Luar Biasa, mengungkapkan bahwa seseorang yang tidak atau kurang mampu dengan suara dikatakan tunarungu. Dapat di simpulkan, bahwa anak tunarungu adalah Anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan pendengaran yang disebabkan kerusakan atau tidak berfungsi sebagian atau seluruh alat pendengarannya sehingga memerlukan bimbingan dan pendidikan yang khusus. B. Klasifikasi Anak Tunarungu 1. Secara Etiologis Berdasarkan sebab terjadinya, terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab ketunarunguan diantaranya sebagai berikut: Pada saat sebelum dilahirkan (pre natal), diantaranya adalah sebagai berikut :
11 19 - Adanya penurunan gen atau karena faktor keturunan - Karena serangan penyakit, seperti rubella, moribili, dan lainlain - Karena keracunan obat-obatan Pada saat proses kelahiran (Natal), diantaranya adalah sebagai berikut : - Pemakaian teknik penyedotan pada saat proses kelahiran - Prematuritas Pada saat kelahiran (post natal), diantaranya sebagai berikut : - Karena infeksi - Pemakaian obat-obatan - Karena kecelakaan 2. Berdasarkan Tarafnya Klasifikasi ketunarunguan berdasarkan tarafnya dapat diketahui melalui tes audiometris. Adapun batasan taraf ketunarunguan adalah sebagai berikut: - Sangat ringan db - Ringan db - Sedang db - Berat db - Berat sekali 91 db ke atas
12 20 C. Dampak Ketunarunguan 1. Intelegensi Dalam segi intelegensi pada dasarnya tidak berbeda dengan anak normal pada umumnya, tetapi sebagai dampak kehilangan fungsi pendengarannya, fungsional intelegensi anak tunarungu memang berbeda dibawah anak normal. Hal tersebut terjadi sebagai akibat dari kesulitan yang dialami anak tunarungu dalam memahami suatu bahasa. 2. Bahasa dan Bicara Dalam segi bahasa dan bicara, anak tunarungu memang mengalami hambatan. Hal tersebut terjadi karena terdapatnya hubungan yang erat antara bahasa dan bicara dengan fungsi pendengaran. Oleh sebab itu, anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam kosakata dan berbicara. 3. Emosi dan Sosial Anak tunarungu umumnya memiliki ketidakstabilan emosi, kurang percaya diri dan mudah curiga. Hal tersebut terjadi karena anak tunarungu maupun melihat seluruh kejadian tetapi tidak mampu untuk memahami dan mengikutinya secara keseluruhan.
13 21 D. Metode Komunikasi Bagi Anak Tunarungu Terdapat tiga metode yang dapat digunakan dalam Komunikasi bagi anak tunarungu, yaitu: Melalui Membaca Ujaran Memahami pembicaraan orang lain dengan membaca ujarannya melaui gerakan bibirnya. Tetapi, metode ini sulit bagi mereka yang mengalami ketunaan pada masa prabahasa. Kekurangan metode ini dapat diatasi dengan cara penggabungan dengan isyarat ujaran. Bila digabungkan dengan gerakan alami bibir pada saat berbicara, isyarat-isyarat ini membuat bahasa lisan menjadi lebih tampak (Caldwell, 1997). Melalui pendengaran Optimalisasi fungsi pendengaran dapat dilakukan dengan memakai alat bantu dengar. Ashman & Elkins (1994) Mengemukakan bahwa individu tunarungu dari semua tingkat keturunan dapat memperoleh manfaat dari alat bantu dengar tertentu. Secara Manual Anak tunarungu secara alamiah cenderung mengembangkan cara berkomunikasi manual atau bahasa isyarat. Ashman & Elkins (1994) mengemukakan bahwa komuniksi manual dengan bahasa isyarat yang baku memberikan gambaran
14 22 lengkap tentang bahasa kepada anak tunarungu, sehingga mereka perlu mempelajarinnya dengan baik. B. Kerangka Berfikir Anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam bahasa dan bicara. Bahasa dan Bicara merupakan hal yang penting dalam komunikasi. Dengan komunikasi manusia menyampaikan gagasan, keinginan, perasaan dalam rangka mencapai sesuatu yang dibutuhkannya, melalui komunkasi orang lain akan memahami apa yang diinginkan oleh seorang indiviidu. Namun, kenyataannya tidak semua mampu berkomunikasi lisan dengan baik, diantaranya anak tunarungu. Pada dasarnya anak tunarungu memiliki potensi komunikasi yang sama dengan anak pada umumnya. Untuk itu, maka diperlukan suatu pelayanan khusus untuk meningkatkan kemampuan komunikasi anak tunarungu. Aspek-aspek komunikasi diantaranya bahasa dan bicara. Sedangkan seperti kita ketahui bahwa bahasa menjadi suatu bidang pengajaran yang memegang peranan yang penting, begitu pula dengan aspek berbicara. Berbicara dan berbahasa merupakan modalitas utama dalam mengembangkan semua aspek dalam kehidupan. Komunikasi merupakan modal utama bagi anak tunarungu dalam mempelajari dan mengembangkan berbagai bidang pengetahuan. Hal tersebut sesuai dengan peran dan fungsi dari bahasa, yaitu sebagai wadah atau sarana
15 23 pengantar makna, alat komunikasi, dan alat pembinaan perkembangan bahasa itu sendiri. Komunikasi memegang peranan penting dalam perkembangan bahasa. Bicara merupakan media penyampaian. Dengan bicara, orang lain akan mengerti apa yang kita maksudkan. Bicara merupakan salah satu aspek komunikasi. Diperlukan pemilihan metode pembelajaran untuk meningkatan komunikasi anak tunarungu. Metode Maternal Reflektif adalah salah satu metode yang diharapkan dapat menghasilkan peningkatkan kemampuan komunikasi anak tunarungu melalui kegiatan percakapan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh A. Van Uden sebagai pencipta MMR guna mengembangkan suatu didaktik pengajaran bahasa yang dinamakan MMR (Metode Maternal Reflektif). Tokoh tersebut bertolak dari ilmu Psikolinguistik atau psikologi bahasa, suatu ilmu yang mempelajari hukum-hukum yang melandasi perilaku berbahasa seseorang, yaitu bagaimana proses-proses mental seseorang sehingga memperoleh bahasa dan menggunakan bahasa (Slobin: 1974). Sebagaimana yang diuraikan A Van Uden berdasarkan model tersebut mengembangkan suatu pengajaran untuk mengajar bahasa ibu kepada anak tunarungu dengan tekanan pada berlangsungnya percakapan, pemahaman bahasa secara fleksibel/luwes (termasuk belajar membaca) dan menuntun anak agar menemukan sendiri aturan/hukum bahasa.
16 24 Pelaksanaan percakapan ini adalah bahwa seorang ibu memakai metode yang menarik yang terjadi secara naluriah yaitu apa yang dinamakan Van Uden ( ) metode tangkap (Seizing method) dan memainkan suatu peran ganda (double role). Sang ibu menangkap dan kemudian menanggapi apa yang diungkapkan anak melalui tingkah lakunya yang belum berbahasa. Sehingga sedikit demi sedikit sampai pada satu percakapan yang sepihak antara ibu dan anak. Anak Tunarungu Penggunaan Metode Maternal Reflektif Terhadap peningkatan Kemampuan Komunikasi Kemampuan Berkomunikasi Kemampuan Berbahasa Lisan - Kemampuan Mendengar - Kemampuan Berbicara - Kemampuan Memberi Respon Metode Pembelajaran Hipotesis Penggunaan Metode Maternal Reflektif (MMR) dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa tunarungu.
penelitian serta beberapa saran perbaikan untuk pihak
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan mengetengahkan mengenai intisari hasil penelitian serta beberapa saran perbaikan untuk pihak terkait setelah mendapatkan kejelasan dari hasil peneli tian.
Lebih terperinciSISTEM KOMUNIKASI TUNARUNGU
SISTEM KOMUNIKASI TUNARUNGU Konsep Komunikasi dan Bahasa Komunikasi dan Bahasa SEJARAH PERKEMBANGAN METODE KOMUNIKASI METODE KOMUNIKASI ATR SISTEM ISYARAT BAHASA INDONESIA METODE KOMUNIKASI ANAK TUNARUNGU
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Metode eksperimen ini digunakan karena sesuai dengan permasalahan
Lebih terperinciPengembangan Komunikasi Verbal pada Anak Tunarungu
Riset» Pengembangan Komunikasi Verbal* Deis Septiani, Neni, Musjafak Pengembangan Komunikasi Verbal pada Anak Tunarungu Deis Septiani, Neni Meiyani, Musjafak Assjari Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera
Lebih terperinciSISTEM KOMUNIKASI PENGAMPU ENDANG RUSYANI
SISTEM KOMUNIKASI TUNARUNGU PENGAMPU ENDANG RUSYANI Agar Anak Gangguan Pendengaran (AGP) Berkembang Kemampuan berbahasanya AGP berat diperlukan cara komunikasi yang berbeda, yaitu dengan isyarat. Penggunaan
Lebih terperinciBAB IV INTERPRESTASI HASIL PENELITIAN. telah dipilih selama penelitian berlangsung. Selain itu juga berguna untuk
BAB IV INTERPRESTASI HASIL PENELITIAN A. ANALISIS DATA PENELITIAN Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan tahap yang bermanfaat untuk menelaah data yang diperoleh dari beberapa informan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat. bersosialisasi, bahasa juga merupakan suatu cara merespon orang lain.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan bahasa dipelajari dan diperoleh anak usia dini secara alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat bersosialisasi, bahasa juga merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Melalui komunikasi,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Metode yang akan dikembangkan pada penelitian di TK Tresna Bhakti Mulia Al Mabrur adalah dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang menjadikan peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan sesamanya dengan salah satunya berkomunikasi. Komunikasi merupakan suatu hal yang saling mengirim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk berkomunikasi secara lisan, tulisan ataupun gerakan (bahasa isyarat) dengan tujuan menyampaikan
Lebih terperinciKONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN
KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN Keterampilan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap individu. Melalui komunikasi individu akan merasakan kepuasan, kesenangan atau
Lebih terperinciKOMUNIKASI MATEMATIS SISWA TUNARUNGU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DIDASARKAN PADA TEORI SCHOENFELD
KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA TUNARUNGU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DIDASARKAN PADA TEORI SCHOENFELD DI SMALB DHARMA BAKTI DHARMA PERTIWI BANDAR LAMPUNG MUJIB Pendidikan Matematika, IAIN Raden Intan Lampung,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA DAN BERBICARA ANAK TUNARUNGU
JASSI_anakku Volume 7 Nomor 1 Juni 007 hlm 101-110 PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA DAN BERBICARA ANAK TUNARUNGU Tati Hernawati Jurusan PLB FIP Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Tulisan ini memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Melalui komunikasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan merupakan pola perubahan yang dimulai sejak pembuahan, yang berlanjut sepanjang rentang hidup (Santrock, 2007 : 7). Perkembangan adalah hal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Sudah berabad-abad yang lalu manusia menggunakan bahasa, baik bahasa tubuh, tulisan,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sudah berabad-abad yang lalu manusia menggunakan bahasa, baik bahasa tubuh, tulisan, maupun lisan. Bahasa sangat penting dalam perkembangan peradaban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan lembaga pendidikan tempat anak memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan. Salah satu keterampilan yang hendaknya dikuasai seorang anak adalah keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerolehan bahasa atau akuisisi adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis dan bahasa lisan. Variasi bahasa tulis tidak sedinamis variasi bahasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai salah satu alat interaksi sosial. Terdapat dua bahasa yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Variasi bahasa tulis tidak sedinamis variasi bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi oleh alat ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lain. Usia dini merupakan awal dari pertumbuhan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini dalam perjalanan umur manusia merupakan periode penting bagi pembentukan otak, intelegensi, kepribadian, memori, dan aspek perkembangan yang lain.
Lebih terperinciMETODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU (SLB/B) MELALUI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA
METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU (SLB/B) MELALUI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi kasus di Kelas VIII SMPLB-B Yayasan Rehabilitasi Tuna Rungu Wicara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Salah satu keterampilan yang sangat penting dan harus
Lebih terperinciPEMBELAJARAN BAHASA MELALUI METODE MATERNAL REFLEKTIF (MMR) UNTUK ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR III DI SLB B KARNNAMANOHARA TUGAS AKHIR SKRIPSI
PEMBELAJARAN BAHASA MELALUI METODE MATERNAL REFLEKTIF (MMR) UNTUK ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR III DI SLB B KARNNAMANOHARA TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana atau alat komunikasi yang sangat menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat penting sebagai sarana ilmu dan budaya
Lebih terperinciPENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN. Oleh : Dra. Tati Hernawati, M.Pd.
PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN Oleh : Dra. Tati Hernawati, M.Pd. ============================================================== Pendekatan dan Metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh anak baik sebagai mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai anak adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketunarunguan merentang dari yang ringan sampai yang sangat berat. Keadaan ini, dalam mengoptimalkan potensinya mengindikasikan perlu adanya suatu perlakuan
Lebih terperinciANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010
ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,
19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa mempunyai tujuan agar siswa terampil berbahasa yang meliputi keterampilan berbicara, keterampilan menyimak, keterampilan membaca dan keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya. Hal ini karena fungsi bahasa yang
Lebih terperinciNUGRAHENI NIM X
PENGGUNAAN METODE MATERNAL REFLEKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA BICARA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS PERSIAPAN SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI KOTAGAJAH LAMPUNG TENGAH TAHUN 2009 Skripsi Oleh HERI NUGRAHENI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari bahasa dalam kehidupan sehari-harinya karena bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi, mengungkapkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara
PENDAHULUAN Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang diciptakan ke dunia ini mempunyai keadaan fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang berbeda-beda pula. Kesempurnaan
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2012 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Berpikir mengenai diri sendiri adalah aktivitas manusia yang tidak dapat
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian Konsep Diri Berpikir mengenai diri sendiri adalah aktivitas manusia yang tidak dapat dihindari, secara harafiah orang akan berpusat pada dirinya
Lebih terperincimelakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11
BAB II LANDASAN TEORI A. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian Berbicara Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat(dengan perkataan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari membaca mempunyai makna yang. penting. Membaca bukan saja sekedar memandangi lambang-lambang tertulis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari membaca mempunyai makna yang penting. Membaca bukan saja sekedar memandangi lambang-lambang tertulis saja tetapi merupakan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan pendidikan diarahkan kepada
Lebih terperinciPANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS
PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS Program Khusus : Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama Paket Keterampilan : Kekhususan SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA TUNARUNGU (SMPLB-B) DEPARTEMEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratih Dwi Lestari,2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang dapat digunakan individu untuk saling menyampaikan dan menerima pesan. Pesan yang dimaksud akan sampai jika bahasa tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan maksud yang tersimpan di dalam pikirannya kepada orang lain. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepentingan bersama (Suwito dalam Aslinda dkk, 2010: 06). Bahasa sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya manusia merupakan suatu makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan bahasa baik lisan maupun tulisan guna bergaul dengan manusia lain,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMUNIKASI SISTEM ISYARAT BAHASA
92 BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMUNIKASI SISTEM ISYARAT BAHASA INDONESIA (SIBI) BAGI PENYANDANG TUNARUNGU DI SMALB-B KARYA MULIA SURABAYA A. Bagaimana proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi utama dalam kehidupan. Kemampuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi utama dalam kehidupan. Kemampuan berbahasa itu pada mulanya dikuasai manusia tanpa disadari. Selanjutnya terjadi perkembangan perbendaharaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan komunikasi lisan dianggap mencerminkan kemampuan komunikasi lisan seorang anak secara keseluruhan. Komunikasi lisan terdiri dari berbagai bunyi yang dibuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa itu sendiri terbagi menjadi empat komponen, yaitu: menyimak, berbicara, membaca,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari di negara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari di negara Inggris untuk berkomunikasi serta bahasa Inggris dijadikan sebagai bahasa Internasional,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berbicara manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Berbicara selalu tidak jauhjauh
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Pengertian Berbicara Berbicara merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki oleh manusia. Dengan berbicara manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang dapat bertutur dengan bahasa tertentu secara tiba-tiba dalam situasi penuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal. Mengganti bahasa diartikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berinteraksi antarindividu maupun kelompok.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu ciri khas manusia yang membedakan dari makhluk lain. Dengan bahasa, manusia dapat mengemukakan segala pengetahuan, perasaan, pikiran, gagasan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa digunakan manusia sebagai alat untuk berkomunikasi, bersosialisasi, dan beradaptasi. Melalui bahasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia berharap dilahirkan dalam keadaan yang normal dan sempurna, akan tetapi tidak semua manusia mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. kehidupan sehari-hari. Seseorang lebih sering memilih berbicara untuk
BAB II KAJIAN TEORI A. Diskripsi Teori 1. Hakikat Berbicara a. Definisi Berbicara Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang lebih sering memilih berbicara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebut bahasa lisan sedangkan yang digunakan secara tertulis yang disebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa adalah alat komunikasi yang dapat digunakan secara lisan yang disebut bahasa lisan sedangkan yang digunakan secara tertulis yang disebut bahasa tulis.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan (action research) dan bersifat kolaboratif, yaitu peneliti bersama guru bahasa Indonesia serta guru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN Berbicara adalah salah satu dari keterampilan bahasa yang ditekankan pencapaiannya melalui Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ada dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Chaer (2011: 1) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi, bersifat
Lebih terperinciGAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN
GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan bantuan orang lain untuk melangsungkan kehidupannya. Bahasa sangat penting untuk melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan ciri yang paling khas manusia yang membedakan dengan makhluk-makhluk lain. Dengan bahasa manusia dapat mengadakan komunikasi, sebab bahasa adalah alat
Lebih terperinciBAHASA INDONESIA. Karakteristik Bahasa Indonesia. Sri Rahayu Handayani, S.Pd. MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi
Modul ke: BAHASA INDONESIA Karakteristik Bahasa Indonesia Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sri Rahayu Handayani, S.Pd. MM Program Studi Akuntansi http://www.mercubuana.ac.id Secara umum bahasa Indonesia mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain dan meningkatkan
Lebih terperinciNENI DEWI ISNAENI,2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca adalah hal yang sangat penting dalam mendukung proses pembelajaran, terutama di sekolah. Ilmu pengetahuan akan mudah diperoleh salah satunya dengan membaca.
Lebih terperinciMerayakan Ulangtahun Sebagai Strategi Pembelajaran Kosakata Abstrak (Tanggal, Bulan, Tahun) Lisza Megasari, S.Pd
Merayakan Ulangtahun Sebagai Strategi Pembelajaran Kosakata Abstrak (Tanggal, Bulan, Tahun) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Tunarungu kelas 3 SLB Negeri Binjai Oleh: Pendahuluan Anak berkebutuhan
Lebih terperinciPEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK TUNARUNGU USIA 7-10 TAHUN ( STUDI KASUS PADA TINA DAN VIKI )
PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK TUNARUNGU USIA 7-10 TAHUN ( STUDI KASUS PADA TINA DAN VIKI ) Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mereka pahami (dalam ilmu dan aplikasi pendidikan, 2011: 19). Pengalaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah sejumlah pengalaman yang dengan pengalaman itu, seseorang atau kelompok orang dapat memahami sesuatu yang sebelumya tidak mereka pahami (dalam ilmu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi Rakhmat (1992) menjelaskan bahwa komunikasi berasal dari bahasa latin communicare, yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Thoha (1983) selanjutnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karakter dan kondisi masing-masing yang berbeda. Pada kondisi nyata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan siswa dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh pembicara melalui alat-alat artikulasi dan diterima melalui alat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan reseptif (decode) merupakan proses yang berlangsung pada pendengar yang menerima kode-kode bahasa yang bermakna dan berguna yang disampaikan oleh
Lebih terperinciE-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KOSAKATA BENDA ANAK TUNARUNGU MELALUI METODE MATERNAL REFLEKTIF DI KELAS D II B DI SDLBN TARANTANG LIMA PULUH KOTA Oleh : Sri Pujiwati ABSTRACT Against the background of this research
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan keterampilan yang melandasi pendidikan dasar serta
Lebih terperinciTINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS
TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA Oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Berdasarkan observasi penulis saat melakukan kegiatan PPL. Anak terlihat cenderung pasif melakukan kegiatan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis dan Hipotesis Tindakan a. Landasan Teoritis 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Dalam setiap kegiatan belajar memiliki suatu tujuan yang
Lebih terperinciMETODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*
METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* Hartono Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY e-mail: hartono-fbs@uny.ac.id Pemilihan metode pengenalan bahasa untuk anak usia dini perlu memperhatikan
Lebih terperinciPenggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad
Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad Manusia berinteraksi satu dengan yang lain melalui komunikasi dalam bentuk bahasa. Komunikasi tersebut terjadi baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siswa tunarungu adalah salah satu anak berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan dalam pendengaran, sehingga untuk mengoptimalkan kemampuan yang dimilikinya
Lebih terperincibagi manusia yang menyandang ketunarunguan, karena "Setiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dewasa ini menghendaki pendidikan yang lenkap, bulat, menyeluruh dan seimbang, yaitu pendidikan yang dapat mengembangkan potensi peserta didik secara
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Interaksi terasa semakin penting pada saat manusia membutuhkan eksistensinya diakui,
Lebih terperinciPublic Speaking. Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal. Sujanti, M.Ikom.
Public Speaking Modul ke: 03 Ety Fakultas ILMU KOMUNIKASI Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal Sujanti, M.Ikom. Program Studi
Lebih terperinciMENINGKATKAN PERFORMANSI BERBAHASA DENGAN MENERAPAKAN CONCEPT ATTAINMENT MODEL (MODEL PENCAPAIAN KONSEP) PADA KEMAMPUAN BERBICARA.
MENINGKATKAN PERFORMANSI BERBAHASA DENGAN MENERAPAKAN CONCEPT ATTAINMENT MODEL (MODEL PENCAPAIAN KONSEP) PADA KEMAMPUAN BERBICARA Aditya Permana STKIP Siliwangi, permanaadit@ymail.com Abstrak Keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya selaku warga negara, mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat
Lebih terperinciSistem Komunikasi Anak Tunarungu I. Konsep dasar sistem komunikasi anak tunarungu Program pendidikan yang dilaksanakan di lembaga-lembaga sekolah
Sistem Komunikasi Anak Tunarungu I. Konsep dasar sistem komunikasi anak tunarungu Program pendidikan yang dilaksanakan di lembaga-lembaga sekolah luar biasa bagian tunarungu (SLB-B), nampaknya belum dapat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya
Lebih terperinciPEMANFAATAN BUKU CERITA SIBI BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN MINAT BACA DAN PENGETAHUAN ANAK TUNARUNGU. Oleh: Dariman 1
PEMANFAATAN BUKU CERITA SIBI BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN MINAT BACA DAN PENGETAHUAN ANAK TUNARUNGU Oleh: Dariman 1 1. PENGANTAR Berbahasa menjadi sebuah kemampuan yang perlu di kembangkan sejak dini terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan siswa lainnya. Bagi siswa sekolah dasar, kadang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di sekolah dasar, karena dengan bahasa diharapkan siswa dapat berkomunikasi dengan siswa lainnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makhluk individu, tetapi juga makhluk hidup. sosial. Sebagai makhluk sosial manusia dalam kesehariannya selalu melakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Lalatar Belakang Masalah Manusia bukan hanya makhluk individu, tetapi juga makhluk hidup sosial. Sebagai makhluk sosial manusia dalam kesehariannya selalu melakukan interaksi komunikasi
Lebih terperincimemperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kemampuan keterampilan dan sikap. Seseorang dapat belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang sedang dikembangkan oleh pemerintah saat ini, karena usia dini berada pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan fenomena yang tidak dapat dilepaskan dari segala kegiatan manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat
Lebih terperinci