FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012"

Transkripsi

1 1 HUBUNGAN PENGUASAAN BAHASA (ORAL DAN ISYARAT) TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA KELAS I SEKOLAH DASAR SLB N KOTA MAGELANG TAHUN AJARAN 2011/2012 Oleh: GIGIH WICAKSONO K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 HUBUNGAN PENGUASAAN BAHASA (ORAL DAN ISYARAT) i 1

2 2 TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA KELAS I SEKOLAH DASAR SLB N KOTA MAGELANG TAHUN AJARAN 2011/2012 oleh : GIGIH WICAKSONO K Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 ii

3 3 iii

4 4 iv

5 5 ABSTRAK Gigih Wicaksono. K HUBUNGAN PENGUASAAN BAHASA (ORAL DAN ISYARAT) TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA KELAS I SEKOLAH DASAR SLB N KOTA MAGELANG TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, April Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1) mengetahui hubungan pemahaman bahasa oral dengan kemampuan membaca permulaan; 2) mengetahui hubungan pemahaman bahasa isyarat dengan kemampuan membaca permulaan; dan 3) mengetahui hubungan pemahaman bahasa oral dan bahasa isyarat dengan kemampuan membaca permulaan.bentuk penelitian ini adalah kuantitatif. Strategi penelitian yang digunakan adalah strategi deskriptif korelasi. Sumber data penelitian ini berupa dokumen nilai tes oral, tes isyarat, dan tes membaca permulaan.. Pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi dan tes. Validitas data diperoleh melalui validitas tes dan realibilitas tes. Data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan teknik analisis Spearman Rank Order. Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan: 1) ada hubungan yang positif antara penguasaan bahasa oral dengan kemampuan membaca permulaan siswa kelas 1 Sekolah Dasar di SLB N Kota Magelang tahun ajaran 2011/2012" dapat diterima kebenarannya (t O 0,941 > t t 0,833); 2) ada hubungan yang positif antara penguasaan bahasa isyarat dengan kemampuan membaca permulaan siswa kelas 1 Sekolah Dasar di SLB N Kota Magelang tahun ajaran 2011/2012" dapat diterima kebenarannya (t O 0,958 > t t 0.833); 3) ada hubungan yang positif antara penguasaan bahasa oral dan penguasaan bahasa isyarat dengan kemampuan membaca permulaan siswa kelas 1 Sekolah Dasar di SLB N Kota Magelang tahun ajaran 2011/2012 " dapat diterima kebenarannya. (F 0 = > F t 5% = 5,79). v

6 6 ABSTRACT Gigih Wicaksono. K CONNECTION ABOUT LANGUAGE ABILITY (ORAL AND SIGNALING) PRIMARY READING SKILLS OF STUDENTS CLASS I CITY ELEMENTARY SCHOOL SLB MAGELANG ACADEMIC YEAR 2011/2012. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher and Education. Sebelas Maret University of Surakarta, April The purpose of this study were to: 1) determine the relationship of oral language comprehension with beginning reading skills, 2) determine the relationship of sign language comprehension with beginning reading skills, and 3) determine the relationship of oral language comprehension and the ability to read sign Primary Reading. Research this study is quantitative. Research strategy used is descriptive correlation strategy. Source of research data in the form of documents oral test scores, the test signal, and start reading tests.. The data was collected and the test documentation. The validity of the data obtained through test validity and reliability tests.the data collected were analyzed using Spearman Rank Order analysis techniques. Based on data analysis can be concluded: 1) there is a positive relationship between mastery of oral language with the ability to read the beginning of grade 1 students in special-ed Elementary School Magelang academic year 2011/2012 "can be accepted as true (t O 0,941 > t t 0,833); 2) there positive relationship between mastery of sign language with the ability to read the beginning of grade 1 students in special schools Primary School Magelang academic year 2011/2012 can be accepted as true (t O 0,958 > t t 0.833); 3) there is a positive relationship between oral language acquisition and mastery sign language with the ability to read the beginning of first grade elementary school students in special schools Magelang school year 2011/2012 "can be accepted as true. (F 0 = > F t 5% = 5,79). vi

7 7 MOTTO Imajinasi adalah Harapan dan kekuatan (Gigih Wicaksono) vii

8 8 PERSEMBAHAN Skripsi ini dipersembahkan kepada: 1. Ibu dan Bapakku yang bekerja lebih keras dan konsisten dengan idealisme; 2. Peni Tri Hastuti yang telah mengajarkan aku tentang dedikasi, sabar, dan mawas diri; 3. Para dhuafa yang hidup dalam kekurangan dan senantiasa bekerja sangat keras menafkahi diri dan keluarganya; dan 4. Teman-teman di gedung E FKIP UNS viii

9 9 KATA PENGANTAR Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-nya, skripsi ini dapat peneliti selesaikan. Skripsi ini peneliti tulis dan ajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Banyak hambatan dalam penyelesaian skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak, akhirnya kesulitan-kesulitan tersebut dapat teratasi. Untuk itu, peneliti menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penyusunan skripsi ini; 2. Drs. R. Indianto, M. Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan persetujuan penyusunan skripsi ini; 3. Drs. Hermawan, M. Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta yang juga telah memberikan persetujuan penyusunan skripsi ini; 4. Drs. Hermawan, M. Si. selaku Pembimbing Akademik yang senantiasa memantau kegiatan akademik dan memberikan nasihat, saran, dan bimbingan kepada peneliti selama kuliah; 5. Drs. Gunarhadi, MA, Ph. D. selaku Pembimbing I dan Priyono S.Pd, M.Si selaku Pembimbing II atas bimbingan yang diberikan; 6. Dra. Siti Asnah. Selaku kepala sekolah SLB Negeri Kota Magelang. 7. Keluargaku (Bapak, Ibu, dan adikku) yang menjadi naungan dan pelarianku; 8. Perpustakaan di lingkup UNS, bapak Arif bagian pendidikan FKIP; 9. Berbagai pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, namun tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. ix

10 10 Semoga kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan balasan terbaik dari Tuhan yang Maha Esa. Surakarta, April 2012 Penulis x

11 11 DAFTAR ISI Halaman JUDUL... i PENGAJUAN... ii PERSETUJUAN... iii PENGESAHAN... iv ABSTRAK... v MOTTO... vii PERSEMBAHAN... viii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 5 C. Pembatasan Masalah... 6 D. Perumusan Masalah... 6 E. Tujuan Penelitian.. 7 F. Manfaat Penelitian.. 7 BAB II LANDASAN TEORI... 8 A. Tinjauan Pustaka Tinjauan Tentang Metode Oral... 8 a. Pengertian Metode Oral... 8 b. Jenis-jenis Metode Oral c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Oral Tinjauan Tentang Metode Isyarat a. Pengertian Metode Isyarat b. Tujuan Bahasa Isyarat Pada anak tunarungu.. 12 c. Jenis Bahasa Isyarat 12 d. Kelebihan dan Kekurangan bahasa Isyarat Tinjauan Tentang anak Tunarungu. 15 a. Pengertian Anak Tunarungu... 5 xi

12 12 b. Klasifikasi Anak Tunarungu... 6 c. Karakteristik Pembelajaran Bagi anak Tunarungu Proses Pembelajaran Membaca Permulaan 22 a. Penyusunan Program Pengajaran... 2 b. Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Permulaan.. 5 c. Metode Pembelajaran Membaca Permulaan.. 5 B. Kerangka Berpikir... 0 C. Perumusan Hipotesis 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Metode Penelitian C. Populasi dan Sampel D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data E. Penentuan Validitas dan Rehabilitas 34 F. Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penguasaan Bahasa Oral Penguasaan Bahasa Isyarat Kemampuan Membaca Permulaan B. Pengujian Hipotesis Hasil Uji Hipotesis Kesatu, Kedua Hasil Uji Hipotesis Ketiga Kesimpulan Pengujian Hipotesis C. Pembahasan Hasil Penelitian DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara Pasal 5 ayat (1 dan 2) (1) Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, (2) Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Berdasarkan undang-undang di atas, maka setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan, termasuk juga anak tunarungu. Permanarian Somad & Tati Hernawati, (1996: 14) berpendapat bahwa Pemerintah mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelayanan pendidikan, karena pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap semua warganya. Mereka juga menerangkan bahwa Pendidikan anak tunarungu di Indonesia saat ini masih menghadapi berbagai kendala diantaranya yaitu kesulitan dalam pengadaan sarana dan prasarana, terutama kebutuhannya dalam upaya rehabilitasi kelainannya. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat terus berusaha meningkatkan pendidikan anak tunarungu. Anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan pendengaran. Sastrawinata (1977: 10) menyebutkan secara medis ketunarunguan berarti kekurangan/kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan seluruh alat pendengaran. Secara pedagogis ketunarunguan mengakibatkan hambatan dalam perkembangan sehingga memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus baik metode, media yang digunakan, maupun sistem penilaiannya. Seseorang dikatakan tunarungu jika orang tersebut mengalami kelainan dalam pendengarannya. Akibat dari kelainan pendengaran dapat menghambat perkembangan bahasanya. Perkembangan bahasa anak tunarungu mengalami hambatan karena kurang berfungsinya atau bahkan tidak berfungsinya indra 1

14 2 pendengaran. Indra pendengaran sebagai media auditif berfungsi sebagai salah satu saluran dalam perkembangan bahasa. Perkembangan bahasa anak tunarungu wicara terhenti saat sampai pada fase merespon suara dari lingkungan sekitar. Pada awalnya, anak tunarungu yang tidak disertai ketunaan lain mampu mengikuti irama perkembangan bicara dan bahasa sama seperti pada anak yang mampu mendengar. Anak tunarungu sejak lahir sama seperti bayi normal, mengeluarkan bunyi-bunyi reflek, tak beraturan, dan tak bermakna. Pada anak normal hal ini terus berlanjut, anak normal senang mendengar suaranya sendiri sehingga ia mengulangi terus-menerus apa yang diucapkannya. Selanjutnya, hal ini berkembang saat ia mulai merespon suarasuara dari lingkungan sekitar. Dari lingkungan ini, anak normal mulai belajar menirukan suara-suara yang didengarnya. Dari situlah anak normal mulai berlatih berbicara dengan menirukan suara yang didengarnya. Pada anak tunarungu, tahap menirukan suara yang ada di sekitarnya tidak dapat dilakukan karena suara-suara tersebut tidak dapat atau kurang dapat didengar secara sempurna. Anak tunarungu tidak bereaksi terhadap suara dan tidak dapat menirukan suara-suara yang ada di sekitarnya. Ketidakmampuan mendengar ini menyebabkan perkembangan bahasa dan bicara anak tunarungu menjadi terhambat. Anak tunarungu kehilangan salah satu media yang sangat penting untuk mengembangkan kemampuan berbicara dan berbahasa. Kemampuan bicara dan bahasa merupakan media utama untuk mengadakan interaksi dengan lingkungannya. Selain itu, bahasa merupakan kunci utama untuk mengikuti pendidikan. Tanpa pemahaman yang cukup tentang bahasa, sulit untuk memahami pelajaran yang disampaikan. Keterkaitan yang erat antara bahasa sebagai sarana berpikir dan alat penyampai pengetahuan dalam pendidikan menyebabkan bahasa mau tidak mau harus dikuasai oleh setiap peserta didik, tak terkecuali anak tunarungu wicara. Salah satu upaya membelajarkan bahasa bagi anak tunarungu adalah menjadikan bahasa Indonesia sebagai materi wajib di sekolah luar biasa. Dengan menjadikan bahasa Indonesia sebagai materi pembelajaran di SLB B, diharapkan dapat meningkatkan kualitas berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.

15 3 Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan berbahasa. Keempat aspek itu adalah keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Setiap aspek keterampilan mendukung keterampilan lainnya. Pembelajaran bahasa Indonesia di kelas rendah, yaitu di kelas I dan II Sekolah Dasar dikatakan sebagai pembelajaran tahap permulaan. Pada tahap ini siswa diperkenalkan pada kemampuan dasar berbahasa sebagai dasar bagi pembelajaran di kelas selanjutnya. Salah satu pembelajaran bahasa yang bersifat permulaan di kelas rendah adalah pembelajaran membaca yang dikenal dengan pembelajaran membaca permulaan. Kedudukan membaca permulaan menjadi sangat penting karena sebagai landasan bagi kemampuan membaca pada tingkat lanjut. Landasan yang kuat akan mempermudah siswa dalam tingkat pendidikan selanjutnya. Sebaliknya, jika kemampuan dasar tidak kuat, akan sangat terasa pengaruhnya, baik bagi siswa maupun bagi guru. Jelaslah di sini bahwa kemampuan dasar membaca melalui pembelajaran membaca permulaan memegang peranan yang penting. Pembelajaran membaca permulaan lebih ditekankan pada pengembangan kemampuan dasar membaca. Siswa dituntut untuk dapat menyuarakan kalimat-kalimat yang disajikan dalam bentuk tulisan. Dengan kata lain, siswa dituntut untuk mampu menerjemahkan bentuk tulisan ke dalam bentuk lisan. Dalam hal ini tercakup aspek kelancaran membaca. Siswa harus dapat membaca wacana dengan lancar, bukan hanya membaca kata-kata ataupun mengenali huruf-huruf yang tertulis (Sabarti Akhadiah M. K, 1992: 11). Terkait dengan pembelajaran membaca permulaan bagi anak tunarungu di SLB B, terdapat beberapa permasalahan dalam proses pengajarannya. Seperti telah disebutkan di atas, anak tunarungu memiliki ketunaan dalam pendengarannya. Akibat dari ketunaannya ini, anak tunarungu mengalami gangguan dalam berbahasa karena berkurangnya atau hilangnya fungsi indra pendengaran sebagai salah salah satu input dalam perkembangan bahasa. Gangguan bahasa ini menyebabkan kompetensi bahasa anak tunarungu menjadi rendah.

16 4 Guna membantu mengatasi hambatan kemampuan komunikasi kaum tunarungu sejak 300 tahun yang lalu sampai sekarang, telah dikembangkan dan digunakan berbagai metode, yaitu metode oral yang menggunakan kemampuan membaca ujaran sebagai sarana penerimaan, serta bicara sebagai cara pengungkapan diri dan metode manual yang menggunakan isyarat serta ejaan jari untuk sarana penerimaan dan pengungkapan diri. Untuk jelasnya dikemukakan pendapat tokoh mengenai Bahasa oral dan bahasa isyarat. Salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah metode oral. Menurut Lani Bunawan (1989: 1) Metode oral aural yaitu metode dimana anak diharapkan agar dapat mengungkapkan diri dengan bicara dan menangkap pesan orang lain lewat membaca ujaran serta memanfaatkan sisa pendengarannya. Menurut Corrow (1996: 374) Oralism is the combined use of amplification, auditory training speech, lip reading, and written language in the instructional approach, yaitu kurang lebih menyatakan metode oral adalah gabungan dari penerapan latihan mendengar, bicara, membaca ujaran dan bahasa tulisan di dalam proses pembelajaran. Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode oral merupakan salah satu cara untuk melatih anak tunarungu dapat berkomunikasi secara lisan (verbal) dengan lingkungan orang mendengar. Agar anak tunarungu mampu bicara dituntut adanya partisipasi dari orang-orang di sekelilingnya, yaitu dengan melibatkan anak tunarungu bicara secara lisan dalam setiap kesempatan. Selain metode oral, digunakan juga metode isyarat. pengertian metode isyarat Yaitu suatu cara mengajar atau melatih anak tunarungu berkomunikasi dengan isyarat yang biasanya disertai dengan ejaan jari. Bahasa manual atau isyarat mempunyai unsur gesti atau gerakan tangan yang ditangkap melalui atau suatu bahasa yang menggunakan modalitas gesti-visual. Metode isyarat dapat membantu komunikasi sesama anak tunarungu ataupun komunikasi sesama kaum tunarungu dalam masyarakat luas. Dengan metode isyarat anak dapat menerima penjelasan sehingga memperoleh kebahagiaan dan bukan membuat anak tunarungu sebagai tiruan dari anak normal.

17 5 Salah satu upaya mengatasi gangguan bahasa anak tunarungu adalah melalui pendidikan. Dalam pembelajaran, digunakan metode oral dan isyarat. Melalui kedua metode ini diharapkan mampu meningkatkan pemahaman dan kemampuan berkomunukasi bagi anak tunarungu. Selain kemampuan berkomunikasi yang meningkat, yang tidak kalah penting dari metode oral dan isyarat ini adalah peningkatan kompetensi bahasa yang memadai. Dengan kompetensi bahasa yang memadai, kemampuan berkomunikasi akan meningkat, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan anak dalam pembelajaran membaca permulaan. Bertolak dari hal di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penguasaan bahasa oral terhadap kemampuan membaca permulaan, hubungan antara penguasaan bahasa isyarat terhadap kemampuan membaca permulaan, dan penguasaan bahasa oral dan bahasa isyarat terhadap kemampuan membaca permulaan. B. Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Anak tunarungu adalah anak yang kehilangan kemampuan pendengaran. Akibat dari Ketidakmampuan mendengar ini menyebabkan perkembangan bahasa dan bicara anak tunarungu menjadi terhambat. 2. Akibat dari ketunaannya, kompetensi bahasa anak tunarungu menjadi rendah.. 3. Tanpa pemahaman yang cukup tentang bahasa, maka anak tunarungu akan sulit untuk memahami pelajaran yang disampaikan. 4. Pembelajaran membaca permulaan, Siswa dituntut untuk dapat menyuarakan kalimat-kalimat yang disajikan dalam bentuk tulisan. Padahal anak tunarungu telah mengalami keterbatasan dalam kemampuan komunikasi dan bahasanya. 5. Pendekatan komunikasi di SLB B hanya menggunakan metode oral saja, sehingga hasil pengajaran bahasanya tidak maksimal.

18 6 6. Bahasa isyarat adalah bahasa yang identik dengan dunia anak tunarungu, namun kenyataannya bahasa isyarat kurang efisien, karena banyak isyarat yang harus dipelajari dan tidak semua pengerian dapat diisyaratkan. C. Pembatasan Masalah Untuk mengarahkan kegiatan penelitian yang akan dilakukan, maka permasalahan perlu dibatasi. Masalah yang akan diteliti hanya terbatas pada masalah berikut ini: 1. Obyek Penelitian a. Pengajaran membaca permulaan Kelas I Sekolah Dasar semester 1 tentang berbicara dan berisyarat dalam memperkenalkan diri sendiri, dan fungsi anggota tubuh serta benda-benda di sekitar. b. Bahasa oral meliputi kemampuan ekspresif (berbicara) maupun reseptif (membaca ujaran) dalam proses pembelajaran membaca permulaan anak tunarungu sekolah dasar. c. Bahasa isyarat meliputi kemampuan ekspresif (berisyarat) dan reseptif (membaca isyarat) dalam proses pembelajaran membaca permulaan anak tunarungu sekolah dasar. 2. Subyek Penelitian Siswa kelas I Sekolah Dasar di SLB N Magelang tahun ajaran 2011/2012 D. Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah ada hubungan antara penguasaan bahasa oral dengan kemampuan membaca permulaan? 2. Apakah ada hubungan antara penguasaan bahasa isyarat dengan kemampuan membaca permulaan? 3. Apakah ada hubungan antara penguasaan bahasa oral dan pemahaman bahasa isyarat dengan kemampuan membaca permulaan?

19 7 E. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui hubungan pemahaman bahasa oral dengan kemampuan membaca permulaan. 2. Mengetahui hubungan pemahaman bahasa isyarat dengan kemampuan membaca permulaan. 3. Mengetahui hubungan pemahaman bahasa oral dan bahasa isyarat dengan kemampuan membaca permulaan. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat teoretis maupun manfaat praktis sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Menambah wawasan bagi peneliti tentang metode pengajaran bahasa bagi anak tunarungu. b. Memperkenalkan penggunaan bahasa oral dan isyarat bagi pembelajaran anak tuna rungu terkait dengan kemampuan membaca permulaan. 2. Manfaat Praktis Menyelenggarakn pembelajaran yang memadukan bahasa oral dan isyarat untuk kepentingan peningkatan kemampuan membaca permulaan di SLB Negeri Magelang.

20 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan tentang Metode Oral a. Pengertian Metode Oral Metode oral yang dipelopori Samuel Heinicke di Jerman. Metode ini bertitik tolak dari pandangan bahwa Anak tuli memiliki potensi untuk berbicara, dan dapat diajar dengan baik (Sardjono & Samsidar, 1990: 35). Pandangan ini didukung adanya kebutuhan anak tuli (tunarungu berat) untuk: 1) Diakui sebagai anggota masyarakat seperti halnya anak-anak normal 2) Mendapat kesempatan berpribadi (memperoleh pengakuan harga diri) 3) Menyesuaikan diri dalam sosial dan vocational (Sardjono, 2000: 3) Kata oral berasal dari bahasa Inggris yang artinya sama dengan lisan (Wojowasito & Purwadarminta, 1991: 131). Menurut Lani Bunawan (1989:1) Metode oral aural yaitu metode dimana anak diharapkan agar dapat mengungkapkan diri dengan bicara dan menangkap pesan orang lain lewat membaca ujaran serta memanfaatkan sisa pendengarannya. Menurut Corrow (1996:374) Oralism is the combined use of amplification, auditory training speech, lip reading, and written language in the instructional approach, yaitu kurang lebih menyatakan metode oral adalah gabungan dari penerapan latihan mendengar, bicara, membaca ujaran dan bahasa tulisan didalam proses pembelajaran. Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode oral merupakan salah satu cara untuk melatih anak tunarungu dapat berkomunikasi secara lisan (verbal) dengan lingkungan orang mendengar. Agar anak tunarungu mampu bicara dituntut adanya partisipasi dari orang-orang di sekelilingnya, yaitu dengan melibatkan anak tunarungu bicara secara lisan dalam setiap kesempatan. b. Syarat-syarat Penunjang keberhasilan penerapan metode oral Menurut Lani Bunawan (1989: 23) Berhasil atau tidaknya penerapan suatu metode bukan semata-mata tergantung dari faktor anak didiknya tetapi dapat 8

21 9 pula dari guru dan atau keadaan lingkungan. Adapun syarat-syarat yang dapat menunjang keberhasilan penerapan metode oral yaitu: 1) Terselenggaranya kegiatan diagnosa secara menyeluruh untuk mendapatkan gambaran kemampuan serta ketidakmampuan. 2) Terlaksananya pengukuran/ penilaian secara rutin dan berkesinambungan terhadap siswa terutama mengenai keterampilan, membaca, ujaran, bicara, perkembangan kosakata, kemampuan membaca dan sebagainya. 3) Tersedianya guru dan pendidik yang memenuhi persyaratan. Pendidik seperti pengasuh asramapun memerlukan bimbingan agar dapat menangani anak tunarungu dengan benar, terutama yang menyangkut perkembangan bahasa anak. 4) Terselenggaranya pelayanan pendidikan yang terpisah antara berbagai siswa tunarungu sesuai kebutuhannya. 5) Terlaksananya program bimbingan orang tua siswa yang terutama dapat menunjang perkembangan bahasa anak. 6) Tersedianya program bimbingan diri sehingga anak sejak usia balita telah menggunakan alat bantu mendengar, dilatih cara bicara dan ketrampilan baca ujarannya dan pihak keluarga belum sempat mengembangkan suatu sistem isyarat yang hanya dimengerti dalam lingkungan terbatas. 7) Terlaksananya pelayanan pendidikan yang bercirikan hal-hal sebagai berikut: a) Di seluruh SLB-B diterapkan metode pengajaran bahasa yang homogen berdasarkan percakapan oral sejak program bimbingan dini sampai tingkat lanjutan. b) Setiap hari siswa diberikan latihan bicara dengan sasaran agar siswa berbicara dengan kecepatan dan irama yang wajar. c) Terselenggaranya bina persepsi bunyi dan irama secara berkesinambungan. d) Tersedianya peralatan elektronik yang digunakan secara efektif serta dirawat dan dipelihara secara teratur.

22 10 c. Jenis-jenis Metode Oral Metode oral dapat juga dibedakan dalam beberapa kategori: 1) Metode oral dengan menggunakan pendekatan kinestetis, yaitu metode oral dengan mengandalkan membaca ujaran, peniruan melalui penglihatan, serta rangsangan perabaan dan kinestetis tanpa pemanfaatan sisa pendengaran. 2) Metode oral dengan menggunakan pendekatan unisensory atau akupedik, yaitu metode komunikasi yang memberikan penekanan pada pemberian Alat Bantu Dengar (ABD) yang bermutu tinggi serta latihan mendengar serta menomorduakan bahasa ujaran terutama pada tahap permulaan pendidikan anak. 3) Metode oral dengan menggunakan pendekatan oral grafik (Graphic-oral) yaitu metode komunikasi dengan menggunakan tulisan sebagai sarana guna mengembangkan kemampuan komunikasi oral (Permanarian Somad & Tati hernawati, 1995:47) d. Kelebihan dan Kekurangan Metode Oral Walaupun metode oral banyak digunakan orang dan paling disukai oleh orang tua anak tunarungu, tetapi dalam kenyataannya masih ditemui kekurangankekurangan disamping memiliki kelebihan. Menurut Sardjono (2003: 3-4) kelebihan dan kekurangan metode oral pada sistem komunikasi oral adalah sebagai berikut: 1) Kelebihan-kelebihan metode oral Beberapa kelebihan atau keunggulan metode oral diantaranya sebagai berikut: a) Dengan latihan berbicara akan memberikan penjelasan yang lebih mudah ke dunia sekitarnya, sehingga memperoleh penyesuaian dan sekaligus menghindarkan anak tuli (tunarungu) dari perasaan terisolir dan tekanan batin. b) Bicara merupakan media komunikasi yang bersifat universal. c) Pergaulan anak tuli (tunarungu) tidak terbatas pada dunia anak tuli (tunarungu) yang berisyarat saja.

23 11 d) Anak normalpun akan lebih mudah bergaul dengan anak tuli (tunarungu) yang berbicara. e) Oralisme menitikberatkan pada kebutuhan berpartisipasi dalam kehidupan normal. 2) Kekurangan-kekurangan metode oral a) Banyak ucapan yang bentuknya dalam bibir hampir sama tetapi memiliki makna yang berbeda, sehingga menyulitkan anak tunarungu untuk mendapatkan makna. b) Sulit menerima anak tunarungu jika diucapkan pada jarak jauh (tidak terjangkau pandangan) c) Apabila yang berbicara berkumis tebal, maka akan sulit ditangkap makna ucapannya karena gerak bibir tertutup kumis. d) Merupakan pemaksaan bagi anak tunarungu jika metode oral digunakan karena bukan dunianya. Kelemahan utama disini adalah terletak pada keterbatasan kemampuan anak tunarungu dalam menangkap dan mengeluarkan bahasa lisan, lebih-lebih lagi pada tunarungu wicara yang disertai kelainan atau double handicapped (Sardjono & Samsidar, 1990: 36). 2. Tinjauan tentang Metode Isyarat a. Pengertian Metode Isyarat Metode isyarat merupakan suatu metode komunikasi untuk menyampaikan dan menerima pesan, gagasan, pikiran, isi kandungan jiwa mengenai bahasa isyarat (sign language), dan ejaan jari (finger spelling) atau gesti atau panto mimik, atau anggota badan lainnya. Melalui isyarat anak tunarungu akan belajar memahami bahasa lewat membaca isyarat yaitu dengan melihat gerakan gerakan tangan yang merupakan pengisyaratan dari tiap kata atau kalimat. Tokoh terbesar di antara pengembang metode manual/isyarat adalah CM de L EPEE. Menurut CM de L EPEE yang dikutip Sardjono bahasa isyarat merupakan bahasa alamiah bagi penyandang tunarungu.

24 12 Secara harfiah menurut A. Van Uden yang dikutip Bunawan (1989: 11) bahasa isyarat artinya bahasa dengan menggunakan tangan walaupun dalam kenyataan, ekspresi muka dan lengan juga digunakan atau berperan. Isyarat (signal) adalah bunyi atau gerakan yang mengandung arti alamiah atau biologis (Haviland, 1995: 161). b. Tujuan Bahasa Isyarat Pada Anak Tunarungu Menurut aliran Manualisme yang dikutip oleh Sardjono (1991: 55) dalam bukunya Orthopedagogik-B menyebutkan bahwa : Anak tunarungu-wicara mempunyai dunia kepribadian dan bahasa tersendiri, yaitu bahasa isyarat. Supaya mereka dapat hidup bahagia dan sempurna kalau mereka dididik menurut kodratnya, yaitu memakai metode manual bahasa yang memakai gerakan dan isyarat sebagai alat komunikasi. Selanjutnya aliran ini juga berpendapat bahwa tujuan bahasa isyarat bagi anak tunarungu adalah untuk melahirka pikiran, perasaan, dan kemauannya. Baik untuk melukiskan benda dan bentuk pikiran lainnya. Jadi menurut aliran manualisme bahasa isyarat merupakan alat komunikasi yang utama bagi anak tunarungu. Oleh karenanya mereka harus dididik dan diajar dengan bahasa isyarat. c. Jenis Metode Isyarat Menurut Lani Bunawan (1989: 12-14) terdapat beberapa jenis metode isyarat yang digunakan di dalam dunia pendidikan anak tunarungu. Jenis-jenis metode isyarat sebagai berikut: 1) Bahasa isyarat dapat diartikan sebagai dactilogy atau bahasa jari atau juga lebih dikenal dengan sebutan abjad jari (finger spelling). Sistem ini masih pula dibedakan antara lain: a) gerak/posisi jari yang menggambarkan abjad/ejaan

25 13 b) gerak/posisi jari yang menggambarkan bunyi bahasa 2) Istilah isyarat juga sering digunakan untuk menunjukkan bahasa tubuh atau body language. Bahasa tubuh meliputi keseluruhan ekspresi tubuh, seperti sikap tubuh, ekspresi muka, pantomimic, dan gesti/gerak (gesture) yang dilakukan oleh seseorang secara wajar dan alami. Menurut Hirsch yang dikemukakan Bunawan (1989: 13) seorang guru anak tunarungu pernah mengadakan suatu inventerisasi mengenai gesti yang dilakukan orang Jerman dan menyimpulkan bahwa jumlahnya mencapai 853 gesti diantaranya telah dikenal dan digunakan anak sejak usia balita. Gesti ini ternyata tidak sama untuk setiap masyarakat atau kebudayaan. Bahasa tubuh ini tidak bisa digolongkan sebagai suatu bahasa dalam arti sesungguhnya walaupun gerak/isyaratnya berfungsi sebagai media komunikasi. 3) Bahasa isyarat Alami/Asli Suatu isyarat sebagaimana digunakan anak tunarungu berbeda dari bahasa tubuh, merupakan ungkapan manual (dengan tangan) yang disepakati bersama antara pemakai (konvensional) dikenal secara terbatas dalam kelompok tertentu (esetoris)dan merupakan pengganti kata. Istilah bahasa isyarat juga digunakan untuk menunjukkan tiga maksud, yaitu: a) Bahasa isyarat yang berkembang secara alami di antara kaum tunarungu dan terbatas pengenalan serta penggunaannya dalam artinya, dikenal dan digunakan dalam lingkungan keluarga tertentu, lingkungan Sekolah Luar Biasa atau daerah tertentu seperti dialek (isyarat lokal), isyarat seperti ini tidak diajarkan secara resmi. b) Di Negara yang menerapkan metode manual berkembang suatu bahasa isyarat yang terdiri dari kumpulan isyarat yang sudah dikenal dan digunakan serta merupakan bahasa pengantar resmi di SLB B yang menggunakan metode tersebut.

26 14 4) Bahasa Isyarat Formal Dalam mengatasi kelemahan bahasa isyarat konseptual, sejak tahun 1970 makin banyak diusahakan pengembangan bahasa isyarat yang memiliki struktur yang sama dengan bahasa lisan masyarakat atau disebut dengan bahasa isyarat formal. d. Kelebihan dan Kekurangan Metode Isyarat Menurut Emon Sastrawinata (1976: 32) Keuntungan metode isyarat ialah sesuai dengan dunia anak tunarungu yaitu dunia tanpa suara, sesuai dengan kemampuan anak tunarungu menerima dan mengeluarkan pikiran-pikiran melalui lambing visual sesuai dengan bahasa ibunya. Menurut Sardjono & Samsidar (1990: 34), kelebihan dan kekurangan metode isyarat antara lain: 1) Keuntungan Metode Isyarat a) penggunaan isyarat lebih mudah daripada bahasa lisan b) anak tuli yang organ bicaranya berlainan akan mengalami kesulitan dalam membuat bunyi bicara c) anak tuli lebih menyukai berkomunikasi dengan anak tuli lain sehingga tidak perlu dapat berbicar lisan d) tujuan yang diutamakan adalah anak dapat menerima pelajaran sehingga memperoleh kebahagiaan dan bukan membuat anak tuli sebagai tiruan anak normal 2) Kekurangan metode isyarat a) Kurang efisien, karena banyak isyarat yang harus dipelajari b) Tidak semua pengertian dapat diisyaratkan, lebih-lebih pengertian yang abstrak c) Menyiapkan orang-orang normal untuk dapat menangkap isyarat d) Kurang praktis bagi anak yang sedang membawa barang

27 15 a. Pengertian Anak Tuna Rungu 3. Tinjauan Tentang Anak Tuna Rungu Biasanya orang mendengar kata anak tuna rungu asumsinya adalah anak yang tidak dapat bicara dan tidak dapat mendengar. Anggapan ini sebenarnya salah, sebab anak tuna rungu wicara dengan sisa-sisa pendengarannya, mereka masih mampu mendengar walaupun tidak sebaik pendengaran mereka yang tergolomg normal. Oleh karena itu perhatian dan pemberian layanan bimbingan terhadap anak tuna rungu wicara sangat diperlukan untuk mengembangkan sisa potensi yang ada pada mereka baik berupa pendengaran maupun kemampuan bicaranya. Orang tuli adalah seseorang yang kehilangan kemampuan mendengar sehingga menghambat proses informasi bahasa melalui pendengaran, baik memakai ataupun tidak memakai alat bantu mendengar, yang meliputi keseluruhan kesulitan mendengar. Sedangkan seseorang yang kurang dengar adalah seseorang yang biasanya dengan menggunakan alat bantu mendengar, sisa pendengarannya cukup memungkinkan keberhasilan proses informasi bahasa melalui pendengaran (Permanarian Somad & Tati Hernawati, 1996: 26). Andreas Dwidjosumarto (dalam Permanarian Somad & Tati Hernawati, 1996: 27) menyatakan bahwa tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai perangsang terutama melalui indra pendengaran. Menurut Sardjono dan Samsidar (1988 : 6) menyatakan bahwa: Anak tuna rungu wicara adalah mereka yang sejak lahir kurang pendengarannya sehingga memustahilkan mereka dapat belajar bahasa dan bicara dengan cara cara normal atau mereka yang sekalipun lahir dengan pendengaran normal tetapi sebelum dapat berbicara mendapat hambatan tarap berat pada pendengarannya dan atau mereka yang sekalipun sudah mulai dapat berbicara, tetapi saat terjangkitnya gangguan pendengaran sebelum umur kira kira 2 tahun, maka kesan-kesan yang diterima mengenai suara dan bahasa seolah-olah hilang

28 16 Sedangkan pengertian anak tuna rungu wicara menurut Departemen Pendidikan dan kebudayaan (1994 : 3) adalah: Tuna rungu wicara adalah istilah yang menggambarkan keadaan kemampuan dengar yang kurang atau tidak berfungsi secara normal sehingga tidak mungkin lagi diandalkan untuk belajar bahasa dan wicara tanpa bantuan metode dan peralatan khusus. Dari pendapat-pendapat tersebut di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa anak tuna rungu wicara adalah anak yang kehilangan sebagian atau seluruh daya pendengarannya, sehingga mengalami kesulitan dalam melakukan komunikasi dan hal ini dapat mengakibatkan hambatan dalam perkembangannya, maka anak tuna rungu wicara memerlukan bimbingan sosial atau pendidikan khusus. b. klasifikasi anak tunarungu Selain beberapa pendapat mengenai anak tunarungu di atas, ada beberapa klasifikasi anak tunarungu yang diklasifikasikan oleh beberapa ahli. Klasifikasi anak tunarungu menurut Samuel A. Kirk (dalam Permanarian Somad & Tati Hernawati, 1996: 29) antara lain sebagai berikut: 1) 0 db : menunjukkan pendengaran yang optimal 2) 0-26 db : menunjukkan seseorang masih mempunyai pendengaran yang normal 3) db : mempunyai kesulitan mendengar bunyi-bunyi yang jauh, membutuhkan tempat duduk yang strategis letaknya dan memerlukan terapi bicara (tergolong tunarungu ringan) 4) db : mengerti bahasa percakapan, tidak dapat mengikuti diskusi kelas, membutuhkan alat bantu dengar dan terapi bicara (tergolong tunarungu sedang) 5) db : hanya bisa mendengar suara dari jarak yang dekat, masih mempunyai sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan bicara dengan menggunakan alat bantu mendengar serta dengan cara yang khusus (tergolong tunarungu agak berat)

29 17 6) db : hanya bisa mendengar bunyi yang sangat dekat, kadang-kadang dianggap tuli, membutuhkan pendidikan luar biasa yang intensif, membutuhkan alat bantu dengar dan latihan bicara secara khusus (tergolong tunarungu berat) 7) 91 db ke atas : mungkin sadar akan adanya bunyi atau suara dan getaran, banyak bergantung pada penglihatan daripada pendengaran untuk proses menerima informasi, dan yang bersangkutan dianggap tuli (tergolong tunarungu berat sekali) (Permanarian Somad & Tati Hernawati, 1996: 29). Klasifikasi menurut Streng (dalam Permanarian Somad & Tati Hernawati, 1996: 29-32), antara lain sebagai berikut: 1) kehilangan kemampuan mendengar decibell atau db (Mild Losses) mempunyai ciri-ciri: a) sukar mendengar percakapan yang lemah, percakapan melalui pendengaran, tidak mendapat kesukaran mendengar dalam suasana kelas biasa asalkan tempat duduk diperhatikan b) mereka menuntut sedikit perhatian dari sistem sekolah dan kesadaran dari pihak guru tentang kesulitannya c) tidak mempunyai kelainan bicara d) kebutuhan dalam pendidikan perlu latihan membaca ujaran, perlu diperhatikan mengenai perkembangan penguasaan perbendaharaan kata e) jika kehilangan pendengaran melebihi 20 db da mendekati 30 db, perlu alat bantu dengar 2) kehilangan kemampuan mendengar decibell atau db (Marginal Losses) mempunyai ciri-ciri: a) mereka mengerti percakapan biasa pada jarak satu meter. Mereka sulit menangkap percakapan dengan pendengaran pada jarak normal dan kadang-kadang mereka mendapat kesulitan dalam menangkap percakapan kelompok b) percakapan lemah hanya bisa ditangkap 50%, dan bila si pembicara tidak terlihat yang ditangkap akan lebih sedikit atau di bawah 50%

30 18 c) mereka akan mengalami sedikit kelainan dalam bicara dan perbendaharaan kata terbatas d) kebutuhan dalam program pendidikan antara lain membaca ujaran, latihan mendengar, penggunaan alat bantu dengar, latihan bicara, latihan artikulasi, dan perhatian dalam perkembangan perbendaharaan kata e) bila kecerdasannya di atas rata-rata, dapat ditempatkan di kelas biasa asalkan tempat duduk diperhatikan. Bagi yang kecerdasannya kurang memerlukan kelas khusus 3) kehilangan kemampuan mendengar decibell atau db (Moderat Losses) mempunyai ciri-ciri: a) mereka mempunyai pendengaran yang cukup untuk mempelajari bahasa dan percakapan, memerlukan alat bantu mendengar b) mereka mengerti percakapan yang keras pada jarak satu meter c) mereka sering salah paham, mengalami kesukaran-kesukaran di sekolah umum, mempunyai kelainan bicara d) perbendaharaan kata terbatas e) dalam program pendidikan mereka memerlukan alat bantu dengar untuk menguatkan sisa pendengaran dan menambah alat-alat bantu pengajaran yang sifatnya visual, perlu latihan artikulasi dan membaca ujaran serta perlu pertolongan khusus dalam bahasa f) mereka perlu masuk SLB B 4) kehilangan kemampuan mendengar decibell atau db (Severe Losses) mempunyai ciri-ciri: a) mereka mempunyai sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan bicara dengan alat bantu mendengar dan dengan alat khusus b) karena mereka tidak belajar bahasa dan percakapan secara spontan pada usia muda, kadang-kadang mereka disebut tuli secara pendidikan (educationally deaf), yang berarti mereka dididik seperti orang yang sungguh-sungguh tuli c) mereka diajar dalam suatu kelas khusus untuk anak-anak tunarungu, karena sisa pendengaran mereka tidak cukup untuk belajar bahasa dan

31 19 bicara melalui telinga, walaupun masih mempunyai sisa pendengaran yang digunakan dalam pendidikan d) kadang-kadang mereka dapat dilatih untuk mendengar dengan alat bantu dengar dan selanjutnya dapat digolongkan kelompok kurang dengar e) mereka masih bisa mendengar suara yang keras dari jarak dekat, misalnya mesin pesawat terbang, klakson mobil, dan lolongan anjing f) karena masih mempunyai sisa pendengaran, mereka dapat dilatih melalui latihan pendengaran (Auditory tranning) g) mereka dapat membedakan huruf hidup tetapi tidak dapat membedakan bunyi-bunyi huruf konsonan h) diperlukan latihan membaca ujaran dan pelajaran yang dapat mengembangkan bahasa dan bicara dari guru khusus, karena itu mereka harus dimasukkan ke SLB B, kecuali bagi anak jenius dapat mengikuti kelas normal 5) kehilangan kemampuan mendengar 57 decibell atau db ke atas (Profound Losses) mempunyai ciri-ciri a) mereka dapat mendengar suara yang keras dari jarak satu inci (2, 54 cm) atau sama sekali tidak mendengar b) mereka tidak sadar akan bunyi-bunyi keras, tetapi mungkin ada reaksi kalau dekat dengan telinga, meskipun menggunakan pengeras suara mereka tidak dapat menggunakan pendengarannya untuk menangkap dan memahami bahasa c) mereka tidak belajar bahasa dan bicara melalui pendengaran, walaupun menggunakan alat bantu dengar d) mereka memerlukan pengajaran khusus yang intensif di segala bidang, tanpa menggunakan mayoritas indra pendengaran e) yang perlu mendapat perhatian khusus dalam pendidikan ialah membaca ujaran, latihan mendengar, fungsinya untuk mempertahankan sisa pendengaran yang masih ada, meskipun hanya sedikit

32 20 f) diperlukan teknik khusus untuk mengembangkan bicara dengan metode visual, taktil, kinestetik, serta semua hal yang dapat membantu terhadap perkembangan bicara dan bahasanya Selain itu, ketunarunguan diklasifikasikan secara fisiologis, antara lain (Permanarian Somad & Tati Hernawati, 1996: 32): 1) tunarungu hantaran (konduksi) : ketunarunguan disebabkan kerusakan atau tidak berfungsinya alat-alat penghantar getaran suara pada telinga bagian tengah. 2) Tunarungu syaraf (Sensorineural): tunarungu yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya alat-alat pendengaran bagian dalam syaraf pendengaran yang menyalurkan getaran ke pusat pendengaran. 3) Tunarungu campuran: kelainan pendengaran yang disebabkan kerusakan pada penghantar suara dan kerusakan pada syaraf pendengaran. Klasifikasi tingkat ketunarunguan ini merupakan pedoman untuk melaksanakan pembelajaran bahasa yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan kemampuan individu anak tunarungu. Pelayanan pendidikan bagi anak tunarungu tidak dapat disamaratakan. Kondisi anak harus dipahami secara individual, agar apa yang dibutuhkan anak dapat tepat diberikan. Menurut Totok Bintoro (2008), karakteristik kognisi dan karakteristik bahasa anak tunarungu antara lain: 1) kognisi anak tunarungu a) kemampuan verbal (verbal IQ) anak tunarungu lebih rendah dibandingkan kemampuan verbal anak mendengar b) performance IQ anak tunarungu sama dengan anak mendengar c) daya ingat jangka pendek anak tunarungu lebih rendah daripada anak dengar terutama pada informasi yang bersifat suksesi/berurutan d) pada informasi serempak antara anak tunarungu dan anak mendengar tidak ada perbedaan e) daya ingat jangka panjang hampir tidak ada perbedaan, walaupun prestasi akhir biasanya tetap lebih rendah 2) karakteristik di bidang bahasa

33 21 a) miskin dalam kosakata b) terganggu bicaranya c) dalam berbicara dipengaruhi emosional/visual order (apa yang dirasakan dan apa yang dilihat) d) tunarungu cenderung pemata e) bahasa merupakan hasil interaksi mereka dengan hal-hal yang konkret c. Karakteristik Pembelajaran Bagi Anak Tunarungu Anak luar biasa mengalami kelainan dalam pertumbuhan dan perkembangan baik fisik, mental, sosial maupun emosinya bila dibandingkan dengan anak normal yang sebaya. Sehingga dalam memberikan bimbingan bagi anak yang mengalami kelainan harus memperhatikan dasar-dasar bimbingan khusus. Menurut Sardjono dan Samsidar ( 1998 : 22 ) dasar-dasar bimbingan khusus bagi anak luar biasa meliputi : 1) Dasar psikologis Tiap-tiap anak mempunyai pola-pola perkembangan yang berbeda. Jarak perbedaan pola perkembangan tersebut semakin besar kalau anak didik mengalami gangguan atau kelainan dalam segi psikis maupun fisik. 2) Dasar didaktis Dalam mengajar anak guru wajib memperhatikan perbedaan pola-pola perkembangan yang bersifat personal. 3) Dasar paedagogik Dari dasar-dasar pendidikan khusus jelas bahwa anak tunarungu wicara mempunyai kelainan pendengaran dan bicaranya sehingga guru dalam memberikan bimbingan harus memperhatikan keterbatasan masingmasing individu. Membaca permulaan diberikan di kelas I dan kelas II Sekolah Dasar Sabarti Akhadiah et al ( 1992: 31). Pembelajaran membaca di kelas I dan II merupakan pembelajaran membaca tahap awal. Kemampuan membaca yang diperoleh siswa di kelas I dan II tersebut akan menjadi dasar pembelajaran membaca di kelas berikutnya (Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 2001: 57).

34 22 Pembelajaran membaca di SD/MI yang dilaksanakan pada jenjang kelas I dan kelas II merupakan pembelajaran membaca tahap awal atau disebut membaca permulaan (Winihasih, 2005) Pengajaran membaca permulaan lebih ditekankan pada menggambarkan kemampuan dasar membaca (Sabarti Akhadiah M. K, Maidar C. Arsjad, Sakura H. Ridwan, Zulfahnur Z.F., Mukti U. S. 1992: 11). Lebih lanjut dikemukakan bahwa dalam pembelajaran membaca permulaan siswa dituntut untuk dapat menyuarakan kalimat-kalimat yang disajikan dalam bentuk tulisan. Dengan kata lain siswa dituntut untuk mampu menerjemahkan bentuk tulisan ke dalam bentuk lisan. Dalam hal ini, tercakup pula aspek kelancaran membaca. Siswa harus dapat membaca wacana dengan lancar, bukan hanya membaca kata-kata ataupun mengenali huruf-huruf yang tertulis. Pengajaran membaca permulaan bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan dasar yang dapat digunakan sebagai dasar untuk membaca bahasa Indonesia. Pengajaran diarahkan untuk memperkuat kemampuan berbahasa lisan siswa (Supriyadi, dkk, 1996: 180). Pengajaran membaca permulaan berlangsung selama dua tahun. Tujuan pengajaran membaca permulaan ialah agar siswa mampu memahami dan menyuarakan kalimat sederhana yang ditulis dengan intonasi yang wajar Sabarti Akhadiah et al ( 1992: 33). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca permulaan adalah membaca tahap awal yang diajarkan di kelas rendah, yaitu pada kelas I dan II Sekolah Dasar. Sedangkan pembelajaran membaca permulaan bertujuan agar siswa mampu memahami dan menyuarakan kalimat sederhana yang ditulis dengan intonasi yang wajar. 1. Proses Pembelajaran Membaca Permulaan Di dalam proses pembelajaran membaca permulaan ini meliputi: (1) penyusunan program pengajaran; (2) pelaksanaan pembelajaran; (3) evaluasi dan (4) peran guru dalam pembelajaran. a. Penyusunan Program Pengajaran Program pengajaran adalah persiapan mengajar yang dibuat guru (dalam bentuk tertulis) sebelum mengajar. Dalam program itu harus termuat judul/topik/pokok bahasan, tujuan, sarana dan alat bantu belajar mengajar,

35 23 kegiatan inti, kegiatan tindak lanjut dan evaluasi (penilaian) (Muchlisoh 1996: 83). Selanjutnya, Muchlisoh mengemukakan program mengajar atau persiapan mengajar yang baik adalah yang terurai, yang menjabarkan langkah kegiatan inti guru satu persatu. Di dalamnya tersaji pula cara pengorganisasian kelas (untuk belajar kelompok, pasangan, individual, atau klasikal), metode mengajar, dan sarana serta sumber belajar. Dalam konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian dalam alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan Abdul Majid (2007: 17). Perencanaan pengajaran tercakup dalam penyusunan program pengajaran. Menurut Abdul Majid (2007: 17-18), perencanaan pengajaran dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, antara lain: 1) perencanaan pengajaran sebagai teknologi adalah suatu perencanaan yang mendorong teknik-teknik yang dapat mengembangkan tingkah laku kognitif dan teori-teori konstruktif terhadap solusi dan problem-problem pengajaran, 2) perencanaan pengajaran sebagai suatu sistem adalah sebuah susunan dari sumber-sumber dan prosedur-prosedur untuk menggerakkan pembelajaran. Pengembangan sistem pengajaran melalui proses sistemik selanjutnya diimplementasikan dengan mengacu pada sistem perencanaan itu, 3) perencanaan pengajaran sebagai sebuah disiplin adalah cabang dari cabang pengetahuan yang senantiasa memperhatikan hasil-hasil penelitian dan teori tentang strategi pengajaran dan implementasinya terhadap strategi tersebut, 4) perencanaan pengajaran sebagai sains (science) adalah mengkreasi secara detail spesifikasi dari pengembangan, implementasi, evaluasi, dan pemeliharaan akan situasi maupun fasilitas pembelajaran terhadap unit-unit yang luas maupun yang lebih sempit dari materi pelajaran dengan segala tingkat kompleksitasnya, 5) perencanaan pengajaran sebagai proses adalah pengembangan pengajaran secara sistemik yang digunakan secara khusus atas dasar teori-teori pembelajaran dan pengajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran. Dalam

36 24 perencanaan ini dilakukan analisis kebutuhan dari proses belajar dengan alur yang sistematik untuk mncapai tujuan pembelajaran. Termasuk di dalamnya melakuka evaluasi terhadap materi pelajaran dan aktivitas-akivitas pengajaran, 6) perencanaan pengajaran sebagai sebuah realitas adalah ide pengajaran dikembangkan dengan memberikan hubungan pengajaran dari waktu ke waktu dalam suatu proses yang dikerjakan perencana dengan mengecek secara cermat bahwa semua kegiatan telah sesuai dengan tuntutan sains dan dilaksanakan secara sistematik. Rencana/program ini akan menjadi acuan (pedoman) untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Dengan adanya perencanaan yang baik guru dapat bekerja dengan teratur, langkah demi langkah, dan sesuai rencana (target) yang telah ditentukan sehingga guru akan dapat mengetahui rencana/program yang belum dan yang sudah dikerjakan (Muchlisoh 1996: 83). Menurut PP NO 19 Tahun 2005 pasal 20 yang menjadi landasan rencana pelaksanaan pembelajaran disebutkan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurangkurangnya tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 141). Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Lingkup rencana pembelajaran paling luas mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri atas satu atau beberapa indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 142). Dari beberapa pendapat mengenai penyusunan program pengajaran dapat dikatakan bahwa kegiatan program penyusunan ini dilakukan oleh guru, berdasarkan pada kurikulum yang berlaku. Program pembelajaran ini disusun dalam bentuk silabus, setelah adanya pemetaan kompetensi kurikulum. Selanjutnya, program pengajaran bahasa pada tiap kali pertemuan secara rinci tertuang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun oleh guru.

SISTEM KOMUNIKASI TUNARUNGU

SISTEM KOMUNIKASI TUNARUNGU SISTEM KOMUNIKASI TUNARUNGU Konsep Komunikasi dan Bahasa Komunikasi dan Bahasa SEJARAH PERKEMBANGAN METODE KOMUNIKASI METODE KOMUNIKASI ATR SISTEM ISYARAT BAHASA INDONESIA METODE KOMUNIKASI ANAK TUNARUNGU

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI METODE INVENTORI MEMBACA INFORMAL BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS II PADA SEMESTER 1 SLB N KENDAL TAHUN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: SUMINAH X5211211 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MENGENAL BENTUK BANGUN DATAR ANAK AUTIS SKRIPSI

PENGGUNAAN METODE DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MENGENAL BENTUK BANGUN DATAR ANAK AUTIS SKRIPSI PENGGUNAAN METODE DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MENGENAL BENTUK BANGUN DATAR ANAK AUTIS SKRIPSI Disusun oleh: NOVIA LINAWATI K5110044 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA EFEKTIVITAS METODE PICTURE EXCHANGE COMMUNICATION SYSTEM (PECS) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUN KALIMAT BERBASIS EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD) PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIb SLB-B YRTRW SURAKARTA

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA FLASHCARD PADA ANAK AUTIS KELAS I DI SLB AUTIS ALAMANDA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA FLASHCARD PADA ANAK AUTIS KELAS I DI SLB AUTIS ALAMANDA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA FLASHCARD PADA ANAK AUTIS KELAS I DI SLB AUTIS ALAMANDA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Skripsi Oleh : TRI RETNO HASTUTI NIM : X5212229 FAKULTAS

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: WAHYU DWIANA SAFITRI X

SKRIPSI. Oleh: WAHYU DWIANA SAFITRI X PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL PADA SISWA LAMBAN BELAJAR KELAS IV SD PURBA ADHI SUTA PURBALINGGA TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA FILM ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN

PENGGUNAAN MEDIA FILM ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN SKRIPSI PENGGUNAAN MEDIA FILM ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI CERITA PENDEK PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS V DI SLB-ABC PUTRA MANUNGGAL TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA BOLA DAN BALOK UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP BANGUN RUANG SISWA KELAS I TUNAGRAHITA SLB NEGERI KENDAL TAHUN 2009 / 2010

PENGGUNAAN MEDIA BOLA DAN BALOK UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP BANGUN RUANG SISWA KELAS I TUNAGRAHITA SLB NEGERI KENDAL TAHUN 2009 / 2010 PENGGUNAAN MEDIA BOLA DAN BALOK UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP BANGUN RUANG SISWA KELAS I TUNAGRAHITA SLB NEGERI KENDAL TAHUN 2009 / 2010 SKRIPSI Oleh SUDILAH NIM :X5108529 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBILANG MATEMATIKA DENGAN KARTU BILANGAN TERHADAP SISWA TUNARUNGU KELAS 1 SEMESTER I DI SLB N KENDAL TAHUN 2012/2013

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBILANG MATEMATIKA DENGAN KARTU BILANGAN TERHADAP SISWA TUNARUNGU KELAS 1 SEMESTER I DI SLB N KENDAL TAHUN 2012/2013 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBILANG MATEMATIKA DENGAN KARTU BILANGAN TERHADAP SISWA TUNARUNGU KELAS 1 SEMESTER I DI SLB N KENDAL TAHUN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: MURGIYANTO X5211207 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: K

SKRIPSI. Oleh: K PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS AKSARA JAWA DENGAN MEDIA FLASH CARD AKSARA JAWA PADAA ANAK TUNALARAS KELAS III SLB E BHINA PUTERA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Oleh: RISNA PRIMANINGTYAS

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG LUAS DUA BANGUN DATAR SEDERHANA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA REALIA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS VI SLB ABC GIRI WIYATA DARMA WONOGIRI TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU (SLB/B) MELALUI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU (SLB/B) MELALUI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU (SLB/B) MELALUI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi kasus di Kelas VIII SMPLB-B Yayasan Rehabilitasi Tuna Rungu Wicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI MEMBILANG BENDA 1-10 MELALUI MEDIA GRAFIS PADA SISWA TUNAGRAHITA KELAS DASAR II SEMESTER I DI SLB BC BINADSIH KARANGANOM KLATEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Lebih terperinci

Pengembangan Komunikasi Verbal pada Anak Tunarungu

Pengembangan Komunikasi Verbal pada Anak Tunarungu Riset» Pengembangan Komunikasi Verbal* Deis Septiani, Neni, Musjafak Pengembangan Komunikasi Verbal pada Anak Tunarungu Deis Septiani, Neni Meiyani, Musjafak Assjari Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya selaku warga negara, mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan

Lebih terperinci

: TRI ESTU HAYUNINGTYAS X

: TRI ESTU HAYUNINGTYAS X PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBEDAKAN BANGUN DATAR MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA TUNAGRAHITA KELAS V SLB C IMMANUEL TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh : TRI ESTU HAYUNINGTYAS

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU ANGKA DAN GAMBAR SISWA KELAS PERSIAPAN TUNARUNGU WICARA SLBN KENDAL TAHUN 2009 / 2010

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU ANGKA DAN GAMBAR SISWA KELAS PERSIAPAN TUNARUNGU WICARA SLBN KENDAL TAHUN 2009 / 2010 PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU ANGKA DAN GAMBAR SISWA KELAS PERSIAPAN TUNARUNGU WICARA SLBN KENDAL TAHUN 2009 / 2010 SKRIPSI Oleh SUHARDIYANA NIM : X5108532 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA TUNA RUNGU WICARA KELAS I SLB ABCD YPALB CEPOGO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA TUNA RUNGU WICARA KELAS I SLB ABCD YPALB CEPOGO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA TUNA RUNGU WICARA KELAS I SLB ABCD YPALB CEPOGO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2008/2009 Skripsi Oleh : Etik Masfufah NIM: X.5107526 FAKULTAS

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BIG BOOKS TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR I DI SLB WIDYA MULIA PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BIG BOOKS TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR I DI SLB WIDYA MULIA PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BIG BOOKS TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR I DI SLB WIDYA MULIA PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

AGUS WURYANTO NIM: X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

AGUS WURYANTO NIM: X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SENSOMOTORIK MELALUI PEMBELAJARAN OLAHRAGA KESEHATAN PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS III SEMESTER I SLB/C YPCM BANYUDONO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 S K R I P S I Oleh:

Lebih terperinci

NADIA DEVINA ARYA PUTRI K

NADIA DEVINA ARYA PUTRI K EFEKTIVITAS METODE COURSE REVIEW HORAY (CRH) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG PEMBAGIAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS IV DI SLB NEGERI SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: NADIA

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : AULIA DIAN PERTIWI K

SKRIPSI. Oleh : AULIA DIAN PERTIWI K PENGARUH PENGGUNAAN PERMAINAN TEKA-TEKI SILANG (TTS) TERHADAP PENINGKATAN KETEPATAN MENULIS KATA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS IX SLB C SETYA DARMA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012-2013 SKRIPSI Oleh : AULIA

Lebih terperinci

SISTEM KOMUNIKASI PENGAMPU ENDANG RUSYANI

SISTEM KOMUNIKASI PENGAMPU ENDANG RUSYANI SISTEM KOMUNIKASI TUNARUNGU PENGAMPU ENDANG RUSYANI Agar Anak Gangguan Pendengaran (AGP) Berkembang Kemampuan berbahasanya AGP berat diperlukan cara komunikasi yang berbeda, yaitu dengan isyarat. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh anak baik sebagai mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai anak adalah

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SLB-A YKAB SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI.

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SLB-A YKAB SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI. PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SLB-A YKAB SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Oleh : M A R Y U N I NIM: X.5107549 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS III SDN 1 KROBOKAN JUWANGI BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh: Antonius Hari Suharto X7109126 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN REKA CERITA GAMBAR

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN REKA CERITA GAMBAR PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN REKA CERITA GAMBAR (Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas III SD Negeri 03 Tunggulrejo Kecamatan Jumantono kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011)

Lebih terperinci

GALIH PRIAMBADA NIM K

GALIH PRIAMBADA NIM K PENGARUH PEMBELAJARAN VIDEO ANIMASI PANCA INDERA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS XII DI SLB C YPSLB SURAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 SKRIPSI Disusun oleh : GALIH PRIAMBADA

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION

PENERAPAN PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION PENERAPAN PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION BERBANTUAN MEDIA PRESENTASI POWER POINT DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA TUNAGRAHITA KELAS IV SDLB BINA PUTRA SALATIGA SEMESTER II TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia berharap dilahirkan dalam keadaan yang normal dan sempurna, akan tetapi tidak semua manusia mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI GESIKAN TAHUN AJARAN 2013/2014

PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI GESIKAN TAHUN AJARAN 2013/2014 PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI GESIKAN TAHUN AJARAN 2013/2014 Agil Mirdiyanto¹, Joharman 2, Kartika Chrysti S 3 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA TUNARUNGU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DIDASARKAN PADA TEORI SCHOENFELD

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA TUNARUNGU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DIDASARKAN PADA TEORI SCHOENFELD KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA TUNARUNGU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DIDASARKAN PADA TEORI SCHOENFELD DI SMALB DHARMA BAKTI DHARMA PERTIWI BANDAR LAMPUNG MUJIB Pendidikan Matematika, IAIN Raden Intan Lampung,

Lebih terperinci

PENGARUH ALAT PERAGA TANGRAM TERHADAP PEMAHAMAN

PENGARUH ALAT PERAGA TANGRAM TERHADAP PEMAHAMAN PENGARUH ALAT PERAGA TANGRAM TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA PECAHAN UNTUK ANAK TUNARUNGU KELAS III SD DI SLB NEGERI UNGARAN TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh : HAKSARI WIJAYANTI S K5109023 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KEMASAN I KECAMATAN SERENGAN KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh : SITI RASYIDAH

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh DALIMIN X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Nopember 2013.

SKRIPSI. Oleh DALIMIN X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Nopember 2013. PENGGUNAAN ALAT PERAGA SEMPOA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN KELAS IV TUNAGRAHITA SEDANG DI SDLB DAWE KUDUS SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh DALIMIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang diciptakan ke dunia ini mempunyai keadaan fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang berbeda-beda pula. Kesempurnaan

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh: Gilang Ramadhan K

Skripsi. Oleh: Gilang Ramadhan K PEMBELAJARAN FISIKA GASING MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DAN DISKUSI PADA MATA PELAJARAN FISIKA SMA KELAS X MATERI GERAK LURUS DITINJAU DARI MINAT SISWA Skripsi Oleh: Gilang Ramadhan K 2310046 FAKULTAS

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : Atut Yuliarni NIM : X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2015

SKRIPSI. Disusun Oleh : Atut Yuliarni NIM : X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2015 UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGUASAAN KOSA KATA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA GAMBAR DAN KARTU KATA PADA SISWA KELAS II SEMESTER II TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB NEGERI BANJARNEGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

S K R I P S I. Oleh: Slamet Utomo NIM. X

S K R I P S I. Oleh: Slamet Utomo NIM. X PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KETERAMPILAN KOLASE PADA SISWA TUNAGRAHITA KELAS I SEMESTER I DI SLB BC BINADSIH KARANGANOM KLATEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 S K R I P S I Oleh: Slamet Utomo

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI GAYA

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI GAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI GAYA MAGNIT MELALUI ALAT PERAGA KIT IPA BAGI SISWA TUNADAKSA KELAS V SEMESTER II SLB/D YPAC SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: Sri Rahayuningsih

Lebih terperinci

Antok Dian Pranadi, Dr. H. Roemintoyo. S.T., M.Pd., Drs. Bambang Sulistyo Budhi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP Universitas Sebelas Maret

Antok Dian Pranadi, Dr. H. Roemintoyo. S.T., M.Pd., Drs. Bambang Sulistyo Budhi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP Universitas Sebelas Maret HUBUNGAN MEDIA PEMBELAJARAN, PERAN ORANG TUA DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS X RUMPUN BANGUNAN SMK NEGERI 1 BENDO MAGETAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Antok Dian Pranadi, Dr.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : SITI FATIMAH NIM K

SKRIPSI. Oleh : SITI FATIMAH NIM K KONTRIBUSI IQ (INTELLIGENCE QUOTIENT) DAN EQ (EMOTIONAL QUOTIENT) TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : SITI FATIMAH NIM

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SOMATIC AUDITORY VISUALIZATION INTELLECTUALY (SAVI) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI MANGKUYUDAN NO.2 TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN TENTANG WAKTU PADA JAM

PENINGKATAN PEMAHAMAN TENTANG WAKTU PADA JAM PENINGKATAN PEMAHAMAN TENTANG WAKTU PADA JAM DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI SIMULASI PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS IV SEMESTER I SLB NEGERI KENDAL TAHUN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: SUNARYO NIM

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: TYAR RACHMATUN NISA K

SKRIPSI. Oleh: TYAR RACHMATUN NISA K UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA DENGAN TEKNIK FREEWRITING MELALUI MEDIA DONGENG BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS IX SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: TYAR RACHMATUN NISA K5112071

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: APRIANA SRI HARTANTI K

SKRIPSI. Oleh: APRIANA SRI HARTANTI K PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA TIMBANGAN BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA OPERASI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS III C SLB NEGERI KARANGANYAR TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

: RISMAYA WINIASIH K

: RISMAYA WINIASIH K KONTRIBUSI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEMAMPUAN MEMORI TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA MATERI IKATAN KIMIA KELAS X IPA SEMESTER 1 SMAN 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2016/2017 SKRIPSI Oleh : RISMAYA WINIASIH

Lebih terperinci

PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN. Oleh : Dra. Tati Hernawati, M.Pd.

PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN. Oleh : Dra. Tati Hernawati, M.Pd. PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN Oleh : Dra. Tati Hernawati, M.Pd. ============================================================== Pendekatan dan Metode

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS X SMA NEGERI I GODEAN, SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015 TESIS Oleh : SULASTRI NPM. 122551400032

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: AYU PRATIWI HANDAYANI K

SKRIPSI. Oleh: AYU PRATIWI HANDAYANI K PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA BLOCK DIENES SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS IV DI SLB-C SETYA DARMA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI DENGAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI DENGAN MEDIA ANIMASI POWTOON UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI KEUANGAN SISWA KELAS XI AK 2 SMK NEGERI I SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2015

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2015 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DIGITAL TALKING BOOK TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA TUNANETRA DI SLB-A YAAT KLATEN TAHUN AJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI Oleh : AYU DEWI CAHYANI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATA PLAJARAN FISIKA KELAS X SMA NEGERI KEBAKKRAMAT

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATA PLAJARAN FISIKA KELAS X SMA NEGERI KEBAKKRAMAT HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATA PLAJARAN FISIKA KELAS X SMA NEGERI KEBAKKRAMAT Skripsi Oleh : May Shofiana Amalia K2308101 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MEDIA PERMAINAN SMART

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MEDIA PERMAINAN SMART SKRIPSI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MEDIA PERMAINAN SMART MONOPOLI UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA KELAS V SD NEGERI TUMENGGUNGAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh: AHMAD JAWANDI NIM K3109006 FAKULTAS

Lebih terperinci

SKRIPSI Oleh : K

SKRIPSI Oleh : K digilib.uns.ac.id KETERKAITAN EQ ( Emotional Quotient ), POLA BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR KIMIA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT SISWA KELAS X SEMESTER GENAP SMAN

Lebih terperinci

Diajukan oleh: Dyah Novitasari A

Diajukan oleh: Dyah Novitasari A PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI STRATEGI MODELING THE WAY DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN 3 CANDISARI TAHUN AJARAN 2015/2016 Skripsi Diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah secara umum agar

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah secara umum agar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah secara umum agar peserta didik terampil berbahasa Indonesia dengan benar, yaitu dalam kecakapan menyimak, berbicara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran dan pasal 31 ayat 2 yang berbunyi Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya pendidikan di Indonesia telah dijamin seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa : Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: NURYANTI K

SKRIPSI. Oleh: NURYANTI K HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI (SELF ESTEEM) DAN PERGAULAN TEMAN SEBAYA DENGAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SKRIPSI Oleh: NURYANTI K8413057

Lebih terperinci

penelitian serta beberapa saran perbaikan untuk pihak

penelitian serta beberapa saran perbaikan untuk pihak BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan mengetengahkan mengenai intisari hasil penelitian serta beberapa saran perbaikan untuk pihak terkait setelah mendapatkan kejelasan dari hasil peneli tian.

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MENGELOLA SISTEM KEARSIPAN KELAS XI ADMINISTRASI PERKANTORAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Isna Rahmiyati

SKRIPSI. Oleh: Isna Rahmiyati UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS I SD MUHAMMADIYAH BANGUNTAPAN BANTUL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: Isna Rahmiyati 10144600106

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh : ESTY SETYARSIH

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONAL DAN PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS X SMA

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONAL DAN PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS X SMA KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONAL DAN PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS X SMA SKRIPSI Oleh: Dwi Yuliani K2309017 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: KUKUH FAJAR TRAWOCO (K ) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 commit to user

SKRIPSI. Oleh: KUKUH FAJAR TRAWOCO (K ) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 commit to user PENINGKATAN SIKAP DAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI MELALUI PENERAPAN MODEL EXAMPLE NON-EXAMPLE PADA SISWA KELAS XI KP SMK MURNI 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: KUKUH FAJAR TRAWOCO

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN FISIKA DENG

PEMBELAJARAN FISIKA DENG PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL CTL MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI ILMIAH SISWA PADA MATERI FLUIDA KELAS XI SMA NEGERI KEBAKKRAMAT Skripsi Oleh : Emilia Nur

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE (5E) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS BIOLOGI SISWA KELAS X SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE (5E) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS BIOLOGI SISWA KELAS X SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE (5E) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS BIOLOGI SISWA KELAS X SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA SKRIPSI Oleh : LATIF SOFIANA NUGRAHENI K4308096 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN SOAL CERITA DALAM MATEMATIKA KELAS III SDN MOJOREJO 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tematik 2.1.1 Pengertian Tematik Menurut Hadi Subroto (2000:9), pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu tema tertentu yang mengaitkan dengan pokok

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS Program Khusus : Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama Paket Keterampilan : Kekhususan SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA TUNARUNGU (SMPLB-B) DEPARTEMEN

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI TINGKAT PEROLEHAN KOSAKATA

STUDI KOMPARASI TINGKAT PEROLEHAN KOSAKATA STUDI KOMPARASI TINGKAT PEROLEHAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU KELAS PERSIAPAN ANTARA YANG MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR DENGAN MEDIA MODEL DI SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh : AYU WIJAYANTI

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : WULAN IKA ASHARI K

SKRIPSI. Oleh : WULAN IKA ASHARI K PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PERJUANGAN BANGSA INDONESIA MELAWAN PENJAJAHAN JEPANG DENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN SAVI (SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, AND INTELLECTUAL) (Penelitian Tindakan Kelas pada Peserta

Lebih terperinci

Disusun Oleh: ENDANG HARIYANTI X

Disusun Oleh: ENDANG HARIYANTI X UPAYA PENINGKATAN PENGUASAAN KOSA KATA MELALUI MEDIA GAMBAR DAN KARTU KATA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS III SDLB SARTIKA NGAWEN BLORA TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA ANAK TUNARUNGU KELAS V DI SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI Oleh: ADHI SYAHPUTRA K5110002 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PENGARUH METODE MULTISENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS V DI SLB - C YPSLB GEMOLONG TAHUN AJARAN

PENGARUH METODE MULTISENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS V DI SLB - C YPSLB GEMOLONG TAHUN AJARAN ii PENGARUH METODE MULTISENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS V DI SLB - C YPSLB GEMOLONG TAHUN AJARAN 2016/2017 OLEH : MERANI WIDIYASTUTI K5113052 Skripsi diajukan

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETRAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETRAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETRAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SKRIPSI Oleh: SRI MEKARWATI K2309074 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA DAN BERBICARA ANAK TUNARUNGU

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA DAN BERBICARA ANAK TUNARUNGU JASSI_anakku Volume 7 Nomor 1 Juni 007 hlm 101-110 PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA DAN BERBICARA ANAK TUNARUNGU Tati Hernawati Jurusan PLB FIP Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Tulisan ini memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah sudah menjadi sempit. Interaksi antar manusia dalam wujud tertentu sudah tidak dapat dibatasi

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MEDIA ALAM SEKITAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MEDIA ALAM SEKITAR PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MEDIA ALAM SEKITAR UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM SISWA TUNADAKSA KELAS III SDLB YPAC SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: WARJIYAH

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA WORD WALL UNTUK MENINGKATKAN KOSAKATA BERBASIS PELAJARAN IPA PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III SDLB SLB B YRTRW

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA WORD WALL UNTUK MENINGKATKAN KOSAKATA BERBASIS PELAJARAN IPA PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III SDLB SLB B YRTRW EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA WORD WALL UNTUK MENINGKATKAN KOSAKATA BERBASIS PELAJARAN IPA PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III SDLB SLB B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: YASI RAHAJENG ANINDYAJATI

Lebih terperinci

: LELY IKA KUSUMAWATI K

: LELY IKA KUSUMAWATI K PENGARUH PENERAPAN METODE MATERNAL REFLEKTIF TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN ANAK TUNARUNGU KELAS IV DI SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SKRIPSI Oleh : LELY IKA KUSUMAWATI

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS DAN RESITASI

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS DAN RESITASI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS DAN RESITASI DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SURAT SISWA KELAS X D ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK WIKARYA KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI

Lebih terperinci

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT (EQ) DAN KESIAPAN BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : RESTY HERMITA NIM K4308111 FAKULTAS

Lebih terperinci

: AYU PERDANASARI K

: AYU PERDANASARI K UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI MELALUI PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK BATIK 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 SKRIPSI Oleh : AYU PERDANASARI K7413024

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI PENERAPAN SCIENTIFIC APPROACH PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS 5 SDN KARANGASEM IV NO. 204 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI OLEH: SETYARI HERLIA

Lebih terperinci

HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI METODE PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW (PQ4R)

HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI METODE PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW (PQ4R) HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI METODE PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW (PQ4R) DAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KEBAKKRAMAT TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012 Skripsi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MIND MAPPING

PENERAPAN METODE MIND MAPPING PENERAPAN METODE MIND MAPPING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PENGANTAR EKONOMI BISNIS DI SMK N 1 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Oleh: DWI SAFRUDIN

Lebih terperinci

TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Prasyarat Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Sains

TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Prasyarat Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Sains PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA MATERI SIFAT MEKANIK ZAT MELALUI MEDIA EDMODO PADA SISWA KELAS X TKJ B SMK NEGERI 2 SURAKARTA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2013/2014 TESIS Disusun untuk

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN BAGI SISWA KELAS V SD

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN BAGI SISWA KELAS V SD PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN BAGI SISWA KELAS V SD Oleh: Imam Syah H.R. 1), Suhartono 2), Warsiti 3) e-mail: imamsyah12@gmail.com Abstract: The using of

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN PARTISIPASI SISWA KELAS VIII.I SMP NEGERI 3 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Salah satu keterampilan yang sangat penting dan harus

Lebih terperinci

Merayakan Ulangtahun Sebagai Strategi Pembelajaran Kosakata Abstrak (Tanggal, Bulan, Tahun) Lisza Megasari, S.Pd

Merayakan Ulangtahun Sebagai Strategi Pembelajaran Kosakata Abstrak (Tanggal, Bulan, Tahun) Lisza Megasari, S.Pd Merayakan Ulangtahun Sebagai Strategi Pembelajaran Kosakata Abstrak (Tanggal, Bulan, Tahun) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Tunarungu kelas 3 SLB Negeri Binjai Oleh: Pendahuluan Anak berkebutuhan

Lebih terperinci

PENERAPAN READING WORKSHOP

PENERAPAN READING WORKSHOP PENERAPAN READING WORKSHOP UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN CERITA ANAK PADA SISWA KELAS V SDN TUNGGULSARI I NO. 72 LAWEYAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI OLEH : FAIQOH DAMAYANTI

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKABANGUN

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKABANGUN UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKABANGUN RUANG MELALUI MODELBANGUN RUANG BAGI SISWA TUNARUNGU-WICARA KELAS IV SLB NEGERI SALATIGA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: NUNIK SUPRIYATMI

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEPUASAN SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI (Studi Kasus Pada Siswa Kelas XII Jurusan IPS SMA N 1 Ngemplak Tahun Ajaran 2011/2012) SKRIPSI Oleh : Puji Wahono K7408252 FAKULTAS

Lebih terperinci

TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 MATESIH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 MATESIH TAHUN PELAJARAN 2013/2014 TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 MATESIH TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh : TRI YUNIATI K3109077 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci