ANALISIS EFISIENSI ENERGI BAHAN BAKAR SEKAM DAN KAYU SENGON PADA PROSES STERILISASI MEDIA TUMBUH JAMUR TIRAM PUTIH TOUWIL UMRIH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS EFISIENSI ENERGI BAHAN BAKAR SEKAM DAN KAYU SENGON PADA PROSES STERILISASI MEDIA TUMBUH JAMUR TIRAM PUTIH TOUWIL UMRIH"

Transkripsi

1 ANALISIS EFISIENSI ENERGI BAHAN BAKAR SEKAM DAN KAYU SENGON PADA PROSES STERILISASI MEDIA TUMBUH JAMUR TIRAM PUTIH TOUWIL UMRIH DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 ABSTRAK TOUWIL UMRIH. Analisis Efisiensi Energi Bahan Bakar Sekam dan Kayu Sengon pada Proses Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih. Dibimbing oleh ABDUL DJAMIL HUSIN dan IRZAMAN. Telah dilakukan sterilisasi media tumbuh jamur tiram menggunakan bahan bakar sekam dan kayu sengon dengan variasi waktu masing-masing 6 jam, 8 jam, dan 10 jam serta variasi tingkat sterilisasi 1, 2, 3, dan 4. Efisiensi yang didapatkan pada proses sterilisasi media jamur tiram menggunakan bahan bakar sekam mencapai %. Sedangkan sterilisasi media jamur tiram menggunakan bahan bakar kayu sengon mencapai %. Massa panen per baglog terbaik pada sterilisasi berbahan bakar sekam dan kayu sengon masing-masing terdapat pada waktu pegukusan 6 jam. Secara keseluruhan perlakuan tegak lebih efektif menghasilkan massa panen per baglog dibandingkan perlakuan tidur. Hal tersebut dikarenakan penyebaran miselium pada perlakuan tegak miselium cepat menyebar ke seluruh permukaan baglog. Perbandingan efisiensi bahan bakar, kontaminasi, dan massa panen per baglog antara bahan bakar sekam dan kayu sengon tidak berbeda jauh sehingga bahan sekam padi dapat digunakan sebagai bahan alternatif pengganti kayu bakar. Perlakuan lamanya proses sterilisasi tidak berpengaruh nyata terhadap efisiensi. Artinya perubahan lamanya proses pengukusan tidak mengakibatkan perubahan efisiensi bahan bakar. Perlakuan lamanya proses sterilisasi berpengaruh nyata terhadap massa panen per baglog. Artinya perubahan lamanya proses pengukusan mengakibatkan perubahan massa panen per baglog yang dihasilkan. Pada batas tertentu menghasilkan massa panen per baglog tertinggi pada proses pengukusan 6 jam. Kata kunci: sterilisasi, jamur tiram putih, media tumbuh, sekam, kayu sengon

3 ANALISIS EFISIENSI ENERGI BAHAN BAKAR SEKAM DAN KAYU SENGON PADA PROSES STERILISASI MEDIA TUMBUH JAMUR TIRAM PUTIH TOUWIL UMRIH Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Fisika DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

4 LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Efisiensi Energi Bahan Bakar Sekam dan Kayu Sengon pada Proses Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih : Touwil Umrih : G Menyetujui : Pembimbing 1 Pembimbing 2 Abdul Djamil Husin, M.Si NIP Dr. Ir. Irzaman, M.Si NIP Mengetahui : Ketua Departemen Dr. Akhiruddin Maddu, M.Si NIP Tanggal Lulus :

5 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Analisis Efisiensi Energi Bahan Bakar Sekam dan Kayu Sengon pada Proses Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan program sarjana di Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Kedua orang tua saya Bapak Achmad Sabit dan Ibu Misfaroh yang selalu mendoakan, membimbing, menasehati dan banyak hal lainnya. 2. Kakak (Ahmad Saipul) Adik (Miftahul Aqil) yang selalu memberikan canda tawa dan semangat. 3. Bapak Abdul Djamil Husin selaku pembimbing I yang telah memberi bimbingan, motivasi, kritik, dan saran. 4. Bapak Dr. Irzaman selaku pembimbing II yang telah memberi bimbingan, motivasi, kritik, dan saran. 5. Ibu Mersi selaku dosen penguji atas masukan dan sarannya. 6. Keluarga Besar saya di Malang terima kasih doanya. 7. Ajeng Anggraeni Mujianto Putri yang selalu mendampingi serta memberikan ketenangan. 8. Tim peneliti jamur tiram Khafit Pratama dan Ella Rahmadani yang telah bekerja sama, kalian rekan tim paling top. 9. Program Hibah Kompetitif Penelitian Strategis Nasional 2010, DP2M Dikti, Republik Indonesia dengan nomor kontrak 550/SP2H/PP/DP2M/VII/2010 yang telah mendanai penelitian ini. 10. Beasiswa Karya Salemba Empat (KSE) dan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA). 11. Seluruh Dosen Pengajar, staf dan karyawan di Departemen Fisika FMIPA IPB. 12. Seluruh Staf dan Pegawai IPB di lingkungan kampus. 13. Ibu Maya yang telah membimbing serta memberikan ilmu tentang jamur tiram. 14. Bapak Maja dan Ibu maja telah membantu di lapangan. 15. Rekan-rekan satu tim bimbingan Bapak Irzaman terimakasih atas kerja sama dan semangatnya. 16. Teman-temanku angkatan 45 terimakasih atas kebersamaan kalian. 17. Kakak-kakak kelasku 43 dan Adik-adik angkatan 46 dan Rekan-rekan kontrakanku Indra, Andri, Dimas dan Arya terimakasih atas kebersamaannya. 20. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa penulis ucapkan satu persatu, terimakasih banyak atas dukungannya. Akhir kata, dengan adanya tulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan unutk kemajuan penelitian ini. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-nya untuk kita semua. Amin. Bogor, Maret 2012 Penulis

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Malang, Jawa Timur pada tanggal 21 November 1989 dari pasangan Bapak Achmad Sabit dan Ibu Misfaroh. Penulis merupakan putra kedua dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan masa studi di SDN Kademangan 01 Pagelaran Malang selama enam tahun, kemudian melanjutkan ke SLTPN 02 Bantur Malang selama tiga tahun dan melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas di SMAN 01 Gondanglegi Malang dan pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan sarjana strata satu di Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan sebagai Wakil Ketu HIMAFI , Ketua HIMAFI dan Badan Pengawas HIMAFI Selama perkuliahan penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi mahasiswa FMIPA IPB dan seminar-seminar baik di dalam maupun di luar kampus.

7 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 1 Perumusan Masalah... 1 Hipotesis... 1 TINJAUAN PUSTAKA... 1 Jamur... 1 Jamur Tiram... 1 Sterilisasi... 2 Sekam Padi... 3 Kayu Sengon... 3 Energi yang Terkandung dalam Bahan Bakar... 3 Proses Perpindahan Kalor... 3 Konduksi... 3 Konveksi... 4 Radiasi... 4 BAHAN DAN METODE... 4 Tempat dan Waktu Penelitian... 4 Alat dan Bahan... 4 Metode Penelitian... 5 Persiapan alat... 5 Tahapan budidaya jamur tiram... 5 Pembuatan baglog... 5 Sterilisasi media tumbuh... 5 Inokulasi... 5 Inkubasi... 6 Pemeliharaan... 6 Pemanenan... 6 Perhitungan efisiensi bahan bakar... 6 Analisis data menggunakan metode rancangan acak lengkap... 6 HASIL DAN PENBAHASAN... 7 Perbandingan Efisiensi Energi Bahan Bakar Sekam dan Kayu Sengon... 7 Perbandingan Hasil Sterilisasi Media Tumbuh Selama 6 jam, 8 jam, dan 10 jam... 8 Perbandingan Hasil Sterilisasi Media pada Tingkat 1, 2, 3, dan Analisis Statistik Menggunakan Rancangan Acak Lengkap KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vi

8 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Perbandingan kandungan gizi jamur dengan bahan makanan lain... 2 Tabel 2. Konversi energi dari sekam padi ke bahan bakar lain... 3 Tabel 3. Perbandingan efisiensi bahan bakar sekam dan kayu sengon pada masingmasing perlakuan lamanya pengukusan media tumbuh jamur tiram putih... 7 Tabel 4. Perbandingan jumlah baglog yang terkontaminasi dan jumlah panen per baglog pada masing-masing waktu pengukusan... 8 Tabel 5. Jumlah jamur yang tumbuh di dalam baglog dan massa jamur tiram per baglog pada bahan bakar sekam... 9 Tabel 6. Jumlah jamur yang tumbuh di dalam baglog dan massa jamur tiram per baglog pada bahan bakar kayu sengon Tabel 7. Sidik ragam pengaruh lamanya sterilisasi terhadap efisiensi bahan bakar sekam 10 Tabel 8. Sidik ragam pengaruh lamanya sterilisasi terhadap efisiensi bahan bakar kayu sengon Tabel 9. Sidik ragam pengaruh lamanya sterilisasi terhadap massa panen per baglog pada bahan bakar sekam dan kayu sengon vii

9 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Jamur tiram putih... 2 Gambar 2. Diagram alir penelitian... 4 Gambar 3. Desain tungku sekam... 5 Gambar 4. Efisiensi energi tiap waktu pengukusan dan ulangan... 8 Gambar 5. Massa panen per baglog tiap waktu pengukusan pada bahan bakar sekam... 9 Gambar 6. Massa panen per baglog tiap waktu pengukusan pada bahan bakar kayu sengon... 9 viii

10 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media a. Bahan bakar sekam Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 6 jam ulangan Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 6 jam ulangan Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 8 jam ulangan Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 8 jam ulangan Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 10 jam ulangan Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 10 jam ulangan b. Bahan bakar kayu sengon Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 6 jam ulangan Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 6 jam ulangan Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 8 jam ulangan Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 8 jam ulangan Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 10 jam ulangan Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 10 jam ulangan Lampiran 2. Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar a. Bahan bakar sekam Perhitungan efisiensi bahan bakar 6 jam ulangan Perhitungan efisiensi bahan bakar 6 jam ulangan Perhitungan efisiensi bahan bakar 8 jam ulangan Perhitungan efisiensi bahan bakar 8 jam ulangan Perhitungan efisiensi bahan bakar 10 jam ulangan Perhitungan efisiensi bahan bakar 10 jam ulangan b. Bahan bakar kayu sengon Perhitungan efisiensi bahan bakar 6 jam ulangan Perhitungan efisiensi bahan bakar 6 jam ulangan Perhitungan efisiensi bahan bakar 8 jam ulangan Perhitungan efisiensi bahan bakar 8 jam ulangan Perhitungan efisiensi bahan bakar 10 jam ulangan Perhitungan efisiensi bahan bakar 10 jam ulangan Lampiran 3. Analisis Statistik Menggunakan Rancangan Acak Lengkap a. Analisis efisiensi bahan bakar sekam b. Analisis efisiensi bahan bakar kayu sengon c. Analisis massa panen per baglog bahan bakar sekam dan kayu sengon ix

11 Latar Belakang PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki jenis komoditas pertanian yang beragam. Keberagaman tersebut merupakan aset yang mempunyai potensi untuk dikembangkan, salah satunya adalah subsektor holtikultura. Salah satu yang masuk dalam jenis holtikultura adalah jamur. 1 Dalam produksi jamur dunia, produksi jamur tiram menempati urutan ke dua setelah jamur kancing. 2 Jenis jamur tiram yang dapat dikonsumsi diantaranya adalah jamur tiram putih, jamur tiram merah jambu, jamur tiram abu-abu, jamur tiram coklat, jamur tiram hitam, dan jamur tiram kuning. Jamur yang sering dikonsumsi dan dibudidayakan oleh masyarakat adalah jamur tiram putih. Kendala yang dihadapi oleh petani saat ini ialah mahalnya peralatan sterilisasi media tumbuh jamur (baglog) yang memadai. Sebagian petani telah menggunakan bahan bakar minyak tanah, gas, dan kayu bakar. Tetapi, semakin lama bahan bakar tersebut akan semakin sukar didapatkan. Sebagai alternatifnya ialah menggunakan sekam sebagai bahan bakar penganti dan tungku sekam sebagai alatnya. Dengan tungku sekam, diharapkan sterilisasi baglog dapat optimal dengan waktu yang singkat. Tujuan Penelitian 1. Mempelajari efisiensi energi bahan bakar sekam dan kayu sengon pada proses sterilisasi baglog jamur tiram putih. 2. Mempelajari waktu sterilisasi baglog jamur tiram putih yang dapat menghasilkan kuantitas panen terbaik. Perumusan Masalah 1. Apakah bahan bakar sekam dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti kayu bakar pada sterilisasi baglog jamur tiram putih? 2. Berapa waktu pengukusan yang optimal untuk menghasilkan media yang berbuah serta kuantitas panen jamur tiram putih yang baik? 3. Bagaimana pengaruh perbedaan tingkat sterilisasi serta cara penyusunan baglog tegak dan tidur terhadap kuantitas panen jamur tiram putih yang dihasilkan? Hipotesis 1. Sekam dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti kayu bakar pada proses sterilisasi media tumbuh jamur tiram putih karena nilai efisiensi bahan bakar sekam tidak berbeda dengan nilai efisiensi bahan bakar kayu. 2. Kuantitas panen jamur tiram putih terbaik akan dihasilkan pada waktu pengukusan 8 jam. 3. Penyusunan baglog tegak cenderung menghasilkan kuantitas panen lebih baik dari perlakuan tidur. Jamur TINJAUAN PUSTAKA Jamur adalah tanaman yang mempunyai sel berspora tetapi tidak berklorofil dan dapat hidup diantara jasad hidup dan mati. Varietas jamur yang ada di alam ini sangat banyak, masing-masing memiliki ciri yang berbeda. Berdasarkan sifat hidupnya dapat dibagi menjadi jamur beracun dan jamur yang dapat dimakan. Ada ratusan jamur yang tergolong bisa dimakan, tetapi hingga saat ini hanya sekitar 10 spesies yang telah diusahakan secara komersial, namun hanya 6 spesies yang umum dikenal di Indonesia dan telah dikuasai teknologi budidayanya, sehingga potensial untuk dikembangkan baik dalam menembus pasar global maupun domestik. 3 Secara umum pertumbuhan jamur dibagi menjadi dua fase, yaitu fase vegetatif dan generatif. Fase vegetatif ditandai dengan pertumbuhan dan penyebaran miselium jamur di dalam media. Miselium ini akan mengeluarkan enzim yang dapat menguraikan senyawa kompleks seperti lignin menjadi senyawa yang lebih sederhana yang diperlukan untuk pertumbuhan. 4, 5 Jamur Tiram Awalnya jamur tiram merupakan jamur kayu yang tumbuh secara alami di batang-batang kayu di hutan. Baru pada

12 2 tahun 1935 upaya budidaya mulai disebarluaskan. Disebut jamur tiram karena bentuk tandungnya agak membulat, lonjong dan melengkung seperti ditunjukkan pada Gambar 1. 3 Menurut sistematika secara taksonami jamur tiram dibagi dalam: Kelas : Basidiomycetes Ordo : Agaricales Famili : Agaricaceae Genus : Pleurotus Spesies : Pleurotus ostreatus (Jacq. Ex. Fr.) Terdapat tiga jenis jamur tiram yang sering dibudidayakan, yaitu: a. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus (Jacq. Ex. Fr.)), warna tubuh buah putih. b. Jamur tiram coklat (Pleurotus cystidiosus (Mill.)), warna tubuh buah kecoklatan. c. Jamur tiram merah (Pleurotus flabellatus (Berk. & Br.)), warna tubuh buah merah. Dari ketiga jenis jamur tiram tersebut, jamur tiram putih dan coklat paling banyak dibudidayakan, karena mempunyai sifat adaptasi dengan lingkungan yang baik dan tingkat produktivitasnya cukup tinggi. 6, 7 Dibandingkan dengan komoditas sayuran yang lain, nutrisi jamur tiram lebih lengkap. Pada Tabel 1 terlihat bahwa jamur tiram memiliki protein dan karbohidrat yang lebih tinggi dibandingkan dengan daging sapi. Kadar lemaknya pun jauh lebih rendah daripada daging sapi. Jamur tiram memiliki kandungan asam amino yang hampir sama dengan telur ayam. Asam amino merupakan senyawa penyusun protein yang merupakan bahan pembentuk tubuh manusia dan hewan. Gambar 1. Jamur tiram putih Tabel 1. Perbandingan kandungan gizi jamur dengan bahan makanan lain 1 Bahan makanan Jamur merang Jamur tiram florida Jamur kuping Daging sapi Protein (%) Lemak (%) Karbohidrat (%) Bayam Kentang Kubis Seledri Buncis Sterilisasi Sterilisasi adalah proses mematikan mikroorganisme termasuk bakteri, spora bakteri, kapang dan virus. Sterilisasi umumnya menggunakan autoklaf. Cara lain kini dikembangkan adalah sterilisasi basah untuk produk-produk yang tidak tahan panas. Berikut adalah beberapa metode lain dari sterilisasi autoklaf: a. Sterilisasi dengan drum Drum yang digunakan berukuran tinggi 150 cm dengan diameter 60 cm lalu drum diletakkan di atas tungku pemanas. b. Sterilisasi basah Teknologi pengemasan aseptik untuk minuman yang sensitif terhadap asam kini telah dikembangkan. Konsep aseptik ini menggunakan larutan PAA (peracetic acid) sebagai medium, isolator mikrobial untuk pengendalian lingkungan. Sistem aseptik ini digunakan dalam botol PET yang saat ini banyak digunakan dalam industri makanan. c. Disinfectans Disinfectans atau disebut juga larutan sterilisasi dingin dapat merusak banyak mikroorganisme tetapi tidak dapat mematikan spora bakteri. Disinfectans tidak dapat menggantikan sterilisasi autoklaf. 4

13 3 Sekam Padi Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri dari dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses penggilingan beras sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan. Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak dan energi atau bahan bakar. Menurut Suharno, ditinjau dari komposisi kimia, sekam padi mengandung kadar air sebesar 9,02 %, protein kasar 3,03 %, lemak 1,18 %, serat kasar 35,68 %, abu 17,17 %, dan karbohidrat kasar 33,71 %. Sedangkan komposisi kimia sekam padi menurut DTC IPB yaitu karbon 1,33 %, hidrogen 1,54 %, oksigen 33,64 %, dan silika 16,98 %. 8 Kayu Sengon Kayu bakar merupakan sumber daya yang dapat diperbarui. Tetapi, permintaan kayu bakar melebihi kemampuannya untuk beregenerasi. Kayu bakar termasuk energi yang paling konvensional dan untuk memanfaatkannya tidak memerlukan teknologi pengolahan. Salah satu jenis kayu yang dapat digunakan sebagai kayu bakar adalah kayu sengon. 9 Kayu memiliki keragaman komposisi serta susunan kimia yang berbeda. Unsur yang terkandung pada kayu sengon sebagian besar adalah karbon 50 %, hidrogen 6 %, oksigen 44 %, dan sedikit unsur lain. 10 Energi yang Terkandung dalam Bahan Bakar Hampir semua jenis limbah dari pertanian, perkebunan, peternakan dan kehutanan serta sampah kota dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi berupa energi termal, listrik mupun mekanis. Contohnya adalah sekam dan kayu. 11 Setiap bahan bakar memiliki nilai pemanasan atau heat value fuel (HVF) yaitu energi yang terkandung dalam bahan bakar. Sekam memiliki nilai pemanasan hingga 3300 kcal/kg. Sedangkan kayu memiliki nilai pemanasan hingga 3355 kcal/kg. Tabel 2 menunjukkan konversi energi dari sekam padi ke bahan bakar lain. Perbandingan konversi energi sekam dengan kayu adalah 1.02 sehingga setiap satu ton sekam setara dengan kg kayu. Proses Perpindahan Kalor Konduksi Pada proses konduksi energi termal dipindahkan lewat tumbukan antara atomatom atau molekul, walaupun atom-atom atau molekunya sendiri tidak berpindah. 13 Ketika salah satu ujung sebuah benda dipanaskan molekul-molekul di ujung tersebut bergerak lebih cepat. Kemudian bertumbukan dengan molekul tetangganya yang bergerak lebih lambat, dan terjadi perpindahan sebagian energi sehingga lajunya semakin bertambah. 14 Tabel 2. Konversi Energi dari Sekam Padi ke Bahan Bakar Lain. 12 Ekuivalen bahan bakar Nilai pemanasan (kcal/kg) Perbandingan konversi* kg bahan bakar/kg sekam yang berasal dari beras Jumlah sekam padi per ton LPG tangki** Kayu kg Arang Kayu kg Minyak Tanah liter Bensin liter Diesel liter * Konversi langsung menggunakan nilai pemanasan dari 3300 kcal per kg ** 1 tangki = 140 kg

14 4 Konveksi Pada konveksi, kalor dipindahkan lewat perpindahan massa. Walaupun zat cair dan gas bukan merupakan penghantar kalor yang baik, namun dapat memindahkan kalor cukup cepat dengan konveksi. Konveksi melibatkan pergerakan molekul dalam jarak yang besar. 14 Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit jamur tiram putih, baglog terdiri atas serbuk gergaji, dedak, tepung jagung, kapur pertanian, gipsum, air serta bahan bakar berupa sekam dan kayu sengon. Mulai Radiasi Pada proses radiasi, energi dipancarkan dan diserap oleh benda-benda dalam bentuk radiasi gelombang elektromagnetik. Radiasi ini bergerak melalui ruang dengan kecepatan cahaya. Radiasi termal, gelombang cahaya, gelombang radio, gelombang televisi, dan sinar-x semuanya adalah bentuk radiasi elektromagnetik. Bila benda dalam keadaan kesetimbangan termal dengan sekitar, maka benda akan memancarkan dan menyerap energi pada laju yang sama. Namun, apabila benda dipanaskan sampai temperatur yang lebih tinggi dari pada sekitarnya, maka benda meradiasi keluar lebih banyak dari pada yang diserap jam 2 ulangan Persiapan alat dan bahan Pembuatan baglog Sterilisasi 8 jam 2 ulangan 10 jam 2 ulangan BAHAN DAN METODE Inokulasi Tempat dan Waktu Penelitian Inkubasi Penelitian dilakukan di desa Cibeureum, Dramaga - Bogor dan Bengkel Kayu, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli 2011 sampai dengan bulan Januari Pemanenan Perhitungan dan analisis data Alat dan Bahan Alat yang digunakan terdiri atas alat utama dan alat bantu. Alat utama berupa seperangkat tungku sekam, tungku kayu, drum dan penutup drum. Alat bantu berupa terpal, plastik, ring, kapas, koran bekas, karet, botol kaca, gunting, timbangan, penggaris, stopwatch, mini IR termometer SE-9785A, Rh-meter, spatula, lampu bunsen, label, dan sprayer. Penyusunan laporan Selesai Gambar 2. Diagram alir penelitian

15 5 Metode Penelitian Pada Gambar 2 memperlihatkan diagram alir dari penelitian. Tahapan penelitian ini meliputi persiapan alat dan bahan, tahapan budidaya jamur tiram putih, perhitungan efisiensi bahan bakar, serta analisis data menggunakan metode rancangan acak lengkap. Penjabaran tahapan penelitian dibahas dalam subbab selanjutnya. Persiapan alat Gambar 3 adalah desain tungku sekam yang merupakan alat utama pada penelitian ini. Jika sekam padi dibakar tanpa alat bantu, sekam akan membara pelan-pelan sambil mengeluarkan asap tebal yang terasa pedih di mata. Penggunaan tungku sekam dimaksudkan untuk mengurangi dampak tersebut. Tungku sekam harus dibuat sedemikian rupa sehingga tercipta suatu aliran udara secara alamiah yang dapat meningkatkan jumlah aliran zat asam melewati bahan bakar yang menyala agar dapat menghasilkan nyala yang bersih dan panas. 15 Tahapan Budidaya Jamur Tiram Putih Pembuatan baglog Pembuatan baglog dimulai dengan mengayak serbuk gergaji. Kemudian hasil ayakan tersebut dicampur dengan kapur pertanian dan diaduk hingga merata. Setelah itu diamkan campuran tersebut dan ditutup dengan terpal selama 6 7 hari. Proses ini biasa disebut pengomposan. Hasil komposan diaduk kemudian dicampur dengan dedak, tepung jagung, gipsum, dan air. Dengan komposisi: serbuk gergaji 81 %, kapur pertanian 2 %, dedak 15 %, tepung jagung 1 %, gipsum 1 % dan air secukupnya (kadar air 60 %). Setelah semua dicampur, komposisi tersebut dimasukkan dan dipadatkan ke plastik dengan massa sebesar 1 kg, tinggi dan diameter sama. Hal tersebut bertujuan supaya penyebaran panas pada saat sterilisasi baglog tersebar merata. Tahap terakhir tutup baglog menggunakan ring, kapas, koran bekas dan karet. Sterilisasi media tumbuh Metode yang digunakan adalah sterilisasi dengan drum. Lama sterilisasi yaitu 6 jam, 8 jam, dan 10 jam untuk masing-masing bahan bakar. Setiap variasi jam tersebut dilakukan ulangan sebanyak dua kali. Setelah baglog disterilisasi, tunggu hingga dingin selama semalam. Kemudian baglog siap diinokulasi. Inokulasi Gambar 3. Desain tungku sekam Keterangan : (A). Reservoir (tandon) sekam dalam bentuk kerucut terbalik. (B). Cerobong berlubang untuk membatasi aliran api. (C). Isolator kompor. (D). Badan kompor. (E). Ruang antara tatakan abu sementara dan ujung bawah kerucut. (F). Penampung abu sementara. 12 Inokulasi adalah proses memasukkan bibit jamur pada baglog dengan kondisi lingkungan steril, hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menyemprot daerah sekitar meja inokulasi menggunakan alkohol dan menggunakan lampu bunsen ketika memasukkan bibit. Apabila menggunakan spatula atau sendok logam untuk menginokulasi bibit, sebelumnya spatula atau sendok logam tersebut dibakar di atas api lampu bunsen. Setelah dingin baru dapat digunakan untuk mengambil bibit.

16 6 Inkubasi Inkubasi adalah proses penyimpanan baglog pada kondisi tertentu dan di ruang tertentu, biasa disebut ruang inkubasi. Inkubasi dilakukan hingga miselium jamur pada baglog menyebar merata dan keadaan ini akan berlangsung selama hari. Setelah masa inkubasi 7 14 hari baglog siap dibuka untuk pembentukan tubuh buah. Jika dalam satu minggu setelah inokulasi belum ada perubahan miselium berarti baglog terlalu kering atau terkontaminasi. Kontaminasi oleh cendawan lain tampak dari adanya koloni berwarna hijau, hitam, atau merah jambu dan sebagainya. 15 Pemeliharaan Kondisi lingkungan di kumbung dipertahankan agar diperoleh hasil panen yang optimal. Usahakan kelembaban ruang berkisar antara % dengan menyemprotkan air bersih secara berkala menggunakan sprayer. Suhu ruang dijaga pada suhu C agar tubuh buah jamur dapat terbentuk. Pemanenan Proses panen dilakukan setelah partumbuhan jamur optimal, biasanya 5 6 hari setelah kantung baglog dibuka. Cara memanennya ialah dengan mencabut jamur sampai akarnya, kemudian tempat tumbuhnya jamur tersebut dibersihkan hingga tidak ada akar bekas jamur yang dipanen. Hal tersebut bertujuan agar tidak menghambat pertumbuhan jamur selanjutnya. Pemanenan dapat dilakukan sampai 5 kali panen. Tetapi jika sering dipanen, kualitas jamur yang didapat akan semakin menurun. Perhitungan efisiensi bahan bakar Untuk menghitung efisiensi bahan bakar perlu dicari dahulu laju energi yang dibutuhkan untuk memasak dengan menggunakan persamaan: Qn = (m a x c a x T 1 )+(m u x L v ) +(m u x c u x T 2 ) t (3.1) Keterangan : Qn = laju energi yang dibutuhkan (kcal/hari) m a = massa air awal (kg) m u = massa air yang menguap (kg) c a = kalor jenis air (kcal/kg C ) c u = kalor jenis uap air (kcal/kg C ) L v = kalor laten uap air (kcal/kg) T 1,2 = perubahan suhu ( C ) t = waktu pemasakan (hari) Efisiensi bahan bakar dapat dihitung menggunakan persamaan berikut. 17,18 ζg = Qn HVF x FCR x 100% (3.2) Keterangan : ζg = efisiensi bahan bakar (%) FCR = (Fuel consumption rate) laju bahan bakar yang dibutuhkan (kg/hari) Qn = laju energi yang dibutuhkan (kcal/hari) HVF = (Heat value fuel) energi yang terkandung dalam bahan bakar (kcal/kg) Analisis data menggunakan metode rancangan acak lengkap Rumus untuk menghitung jumlah kuadrat dibedakan menjadi dua yaitu untuk percobaan dengan ulangan setiap perlakuan sama dan ulangan setiap perlakuan tidak sama. Untuk perlakuan sama dapat dirumuskan sebagai berikut. FK : Faktor koreksi FK = y 2 x t x r (3.3) JKT : Jumlah kuadrat total t t JKT = i=1 j =1 y 2 i FK (3.4) JKP : Jumlah kuadrat perlakuan JKP = r y i 2 FK (3.5) JKG : Jumlah kuadrat galat t JKT = i=1 t j =1(y ij y i ) 2 (3.6) JKG = JKT JKP (3.7) KTP : Kuadrat tengah perlakuan KTP = JKP DbP (3.8)

17 7 KTG : Kuadrat tengah galat KTG = JKG DbG F hit = KTP KTG Keterangan: t = perlakuan r = ulangan y = rata-rata umum Dbp = derajat bebas perlakuan DbG = derajat bebas galat HASIL DAN PEMBAHASAN (3.9) (3.10) Perbandingan Efisiensi Energi Bahan Bakar Sekam dan Kayu Sengon Pembakaran merupakan oksidasi cepat bahan bakar disertai dengan produksi panas dan cahaya. Pembakaran sempurna bahan bakar terjadi hanya jika ada gas oksigen yang cukup. 19 Dalam proses pembakaran komponen utama yang menimbulkan kalor adalah hidrogen dan karbon. Dua unsur tersebut bereaksi dengan gas oksigen maka akan menghasilkan energi yang dirumuskan sebagai berikut: 2H 2 + O 2 2H 2 O + energi C + O 2 CO 2 + energi 2C + O 2 2CO + energi Pada proses sterilisasi media jamur tiram terdapat tiga proses perpindahan kalor yaitu konduksi, konveksi dan radiasi. Peristiwa konduksi terjadi saat energi kalor dari api tungku sekam dipindahkan menuju drum. Peristiwa konveksi terjadi pada proses pemanasan air di dalam drum sedangkan radiasi terjadi dari api tungku sekam yang meradiasikan panasnya kelingkungan sekitar. 20 Nilai efisiensi bahan bakar sekam mencapai % pada pengukusan 6 jam, % pada pengukusan 8 jam, dan 12.6 % pada pengukusan 10 jam. Sedangkan bahan bakar kayu sengon mencapai % pada pengukusan 6 jam, % pada pengukusan 8 jam, dan % pada pengukusan 10 jam. Efisiensi bahan bakar sekam terbaik terdapat pada pengukusan 8 jam sebesar %. Menurut Nawafi, efisiensi bahan bakar sekam pada sistem nonboiler mencapai %. Sedangkan pada sistem boiler mencapai %. 12 Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa efisiensi bahan bakar dipengaruhi oleh energi yang dibutuhkan. Semakin besar energi yang dibutuhkan maka efisiensi bahan bakar akan semakin besar. Selain itu efisiensi bahan bakar juga dipengaruhi oleh bahan bakar yang dibutuhkan. Semakin banyak bahan bakar yang dibutuhkan maka efisiensi energinya semakin kecil. Tabel 3. Perbandingan efisiensi bahan bakar sekam dan kayu sengon pada masing- masing perlakuan lamanya pengukusan media tumbuh jamur tiram putih. Bahan bakar Sekam Kayu Sengon Lama pengukusan (jam) Ulangan HVF (kcal/kg) FCR (kg/hari) Qn (kcal/hari) Efisiensi (%) Rata-rata efisiensi (%)

18 8 Efisiensi (%) Ul 1 6 Ul 2 8 Ul 1 8 Ul 2 10 Ul 1 10 Ul 2 Waktu sterilisasi (jam) dan ulangan Keterangan: 6 ul 1 : 6 jam ulangan 1 6 ul 2 : 6 jam ulangan 2 8 ul 1 : 8 jam ulangan 1 8 ul 2 : 8 jam ulangan 2 10 ul 1 :10 jam ulangan 1 10 ul 2 : 10 jam ulangan 2 Sekam Kayu sengon Gambar 4. Efisiensi energi tiap waktu pengukusan dan ulangan Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat secara keseluruhan efisiensi bahan bakar kayu sengon lebih efisien dibandingkan bahan bakar sekam karena nilai pemanasan kayu sengon lebih besar dibandingkan pada sekam serta energi yang dibutuhkan pada proses sterilisasi menggunakan kayu sengon lebih besar dibandingkan menggunakan sekam. Perbandingan Hasil Sterilisasi Media Selama 6 jam, 8 jam, dan 10 jam Proses sterilisasi media tumbuh jamur tiram menggunakan bahan bakar sekam dan kayu sengon masih terdapat baglog yang terkontaminasi. Kontaminasi terbanyak pada bahan bakar sekam dan kayu sengon berturut-turut terdapat pada waktu pengukusan 6 jam ulangan 1 dan pengukusan 8 jam ulangan 1. Sedangkan jumlah baglog yang berbuah terbanyak untuk bahan bakar sekam terdapat pada waktu pengukusan 8 jam ulangan 2 dan untuk bahan bakar kayu sengon terdapat pada waktu pengukusan 8 jam ulangan 2. Selain dipengaruhi oleh lama pengukusan, banyaknya kontaminasi dipengaruhi oleh faktor lain yaitu bahan dari baglog itu sendiri ataupun dari proses inokulasi yang tidak steril sehingga media yang sudah steril dapat kembali terkontaminasi. Massa panen jamur tiram per baglog untuk bahan bakar sekam yang terbanyak terdapat pada waktu pengukusan 6 jam perlakuan tegak dengan massanya sebesar gram. Sedangkan pada bahan bakar kayu sengon terbanyak terdapat pada waktu pengukusan 6 jam perlakuan tidur dengan massanya sebesar gram. Sehingga waktu sterilisasi yang menghasilkan kuantitas panen terbaik terdapat pada waktu pengukusan 6 jam. Perbandingan jumlah baglog yang terkontaminasi dan jumlah panen per baglog pada masing-masing waktu pengukusan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perbandingan jumlah baglog yang terkontaminasi dan jumlah panen per baglog pada masing-masing waktu pengukusan Bahan bakar Sekam Kayu Sengon Lama pengukusan (jam) Perlakuan Baglog hasil sterilisasi Kontaminasi Jumlah jamur yang tumbuh di dalam baglog Massa jamur total (gram) Massa jamur per baglog (gram) Tegak Tidur Tegak Tidur Tegak Tidur Tegak Tidur Tegak Tidur Tegak Tidur

19 9 Massa panen per baglog (gram) Gambar 5. Massa panen per baglog (gram) Gambar Waktu pengukusan (jam) Tegak Tidur Massa panen per baglog tiap waktu pengukusan pada bahan bakar sekam Waktu pengukusan (jam) Tegak Tidur Massa panen per baglog tiap waktu pengukusan pada bahan bakar kayu sengon Berdasarkan Gambar 5 dan 6, perlakuaan tegak pada saat pemeliharaan akan memberikan massa panen per baglog lebih besar dari pada perlakuan tidur. Hal tersebut dikarenakan penyebaran miselium pada perlakuan tegak miselium cepat menyebar ke seluruh permukaan baglog. Sedangkan perlakuaan tidur terlihat sedikit lebih cepat di permukaan atas, hal ini kemungkinan disebabkan faktor gravitasi yang menyebabkan konsentrasi air bagian bawah baglog lebih besar sehingga pertumbuhan miselium lambat. 21 Perbandingan Hasil Sterilisasi Media pada Tingkat 1, 2, 3, dan 4 Pada Tabel 5 dan 6 dapat dilihat sterilisasi berbahan bakar sekam didapatkan jumlah jamur yang tumbuh di dalam baglog terbanyak terdapat pada baris 2 sebesar 112 baglog. Sedangkan pada sterilisasi berbahan bakar kayu sengon didapatkan jumlah jamur yang tumbuh di dalam baglog terbanyak terdapat pada baris 3 sebesar 111 baglog. Besar massa jamur tiram per baglog sterilisasi berbahan sekam pada baris 1, 2, 3, dan 4 masing-masing sebesar gram, gram, gram, dan gram. Sedangkan sterilisasi berbahan kayu sengon pada baris 1, 2, 3, dan 4 masing-masing sebesar gram, gram, gram, dan gram. Suhu sterilisasi pada tingkat 1 lebih besar dari pada tingkat 2, 3, dan 4 karena pada tingkat 1 posisinya lebih dekat dengan sumber kalor. Sehingga cenderung pada tingkat 1 akan dihasilkan kuantitas panen per baglog yang baik. Tabel 5. Jumlah jamur yang tumbuh di dalam baglog dan massa jamur tiram per baglog pada bahan bakar sekam Baris Baglog hasil sterilisasi 6, 8, 10 jam untuk ulangan 1 dan 2 Kontaminassi Jumlah jamur yang tumbuh di dalam baglog Massa jamur total (gram) Massa jamur per baglog (gram) Total

20 10 Tabel 6. Jumlah jamur yang tumbuh di dalam baglog dan massa jamur tiram per baglog pada bahan bakar kayu sengon Baris Baglog hasil sterilisasi 6, 8, 10 jam serta ulangan 1 dan 2 Kontaminassi Jumlah jamur yang tumbuh di dalam baglog Massa jamur total (gram) Massa jamur per baglog (gram) Total Tabel 7. Sidik ragam pengaruh lamanya sterilisasi terhadap efisiensi bahan bakar sekam Sumber Derajat Jumlah Kuadrat keragamaan bebas kuadrat tengah F.hitung F.tabel F.tabel Perlakuaan * Galat ** Total Tabel 8. Sidik ragam pengaruh lamanya sterilisasi terhadap efisiensi bahan bakar kayu sengon Sumber Derajat Jumlah Kuadrat keragamaan bebas kuadrat tengah F.hitung F.tabel F.tabel Perlakuaan * Galat ** Total Tabel 9. Sidik ragam pengaruh lamanya sterilisasi terhadap massa panen per baglog pada bahan bakar sekam dan kayu sengon Sumber Derajat Jumlah Kuadrat keragamaan bebas kuadrat tengah F.hitung F.tabel F.tabel Perlakuaan * 4.26 Galat ** 8.02 Total Analisis Statistik Menggunakan Rancangan Acak Lengkap Berdasarkan data yang ditunjukkan pada Tabel 7 dan perhitungan pada Lampiran 3.a dapat disimpulkan bahwa perlakuan lamanya proses sterilisasi tidak berpengaruh nyata terhadap efisiensi bahan bakar sekam, karena F hit < F tabel. Artinya perubahan lamanya proses pengukusan menggunakan bahan bakar sekam tidak mengakibatkan perubahan efisiensi bahan bakar. Berdasarkan data yang ditunjukkan pada Tabel 8 dan perhitungan pada Lampiran 3.b dapat disimpulkan bahwa perlakuan lamanya proses sterilisasi tidak berpengaruh nyata terhadap efisiensi bahan bakar kayu sengon, karena F hit < F tabel. Artinya perubahan lamanya proses pengukusan menggunakan bahan bakar kayu sengon tidak mengakibatkan perubahan efisiensi bahan bakar. Berdasarkan data yang ditunjukkan pada Tabel 9 dan perhitungan pada Lampiran 3.c dapat disimpulkan bahwa perlakuan lamanya proses sterilisasi berpengaruh nyata terhadap massa panen

21 11 per baglog, karena F hit > F tabel. Artinya perubahan lamanya proses pengukusan mengakibatkan perubahan massa panen per baglog yang pada batas tertentu menghasilkan massa panen per baglog tertinggi pada proses pengukusan 6 jam. berkurang. Pada batas tertentu menghasilkan massa panen per baglog tertinggi pada proses pengukusan 6 jam sehingga waktu pengukusan yang optimal menghasilkan panen terbaik adalah 6 jam. Saran KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Sterilisasi media tumbuh jamur tiram dapat dilakukan dengan metode menggunakan drum. Efisiensi bahan bakar sekam mencapai %. Sedangkan efisiensi bahan bakar kayu sengon mencapai %. Efisiensi bahan bakar kayu sengon lebih efisien dibandingkan bahan bakar sekam karena karena nilai pemanasan kayu sengon lebih besar dibandingkan pada sekam serta energi yang dibutuhkan pada proses sterilisasi menggunakan kayu sengon lebih besar dibandingkan menggunakan sekam. Massa panen per baglog terbaik pada sterilisasi berbahan bakar sekam dan kayu sengon masing-masing terdapat pada waktu pegukusan 6 jam. Secara keseluruhan perlakuan tegak lebih efektif menghasilkan massa panen per baglog dibandingkan perlakuan tidur. Hal tersebut dikarenakan oleh penyebaran miselium pada perlakuan tegak miselium cepat menyebar ke seluruh permukaan baglog. Sedangkan perlakuaan tidur terlihat sedikit lebih cepat di permukaan atas, hal ini kemungkinan disebabkan faktor gravitasi yang menyebabkan konsentrasi air bagian bawah baglog lebih besar sehingga pertumbuhan miselium lambat. Perbandingan efisiensi bahan bakar, kontaminasi, dan massa panen per baglog antara bahan bakar sekam dan kayu sengon tidak berbeda jauh sehingga bahan sekam dapat digunakan sebagai bahan alternatif pengganti kayu bakar. Perlakuan lamanya proses sterilisasi tidak berpengaruh nyata terhadap efisiensi. Artinya perubahan lamanya proses pengukusan tidak mengakibatkan perubahan efisiensi bahan bakar. Perlakuan lamanya proses sterilisasi berpengaruh nyata terhadap massa panen per baglog. Artinya perubahan lamanya proses pengukusan mengakibatkan perubahan massa panen per baglog yang dihasilkan, karena semakin lama pengukusan maka kandungan zat hara yang terkandung pada baglog akan semakin Untuk penelitian selanjutnya disarankan proses sterilisasi menggunakan ukuran drum yang berdiameter lebih besar sebab baglog yang terletak lebih dekat dengan sumber api menghasilkan panen per baglog lebih banyak dan perlakuan proses pembakaran bahan bakar sekam padi dan kayu sengon menggunakan alat bantu yang sama agar efisiensi yang dibandingkan lebih akurat. DAFTAR PUSTAKA 1. Martawijaya EI, Mochamad YN Bisnis Jamur Tiram di Rumah Sendiri. Bogor: IPB Press. 2. Yildiz, Abdunnas The effect of ferrum (FeSO 4 ) on culture mushroom: Pleurotus ostreatus (Jacq.) kumm. Turk J Biol (30): Pasaribu T, Djumhawan RP, Eisrin RA Aneka Jamur Unggulan yang Menembus Pasar. Jakarta: Grasindo. 4. Puspita RD Tungku sekam sebagai bahan bakar alternatif pada proses sterilisasi media jamur tiram [Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB. 5. Moore E, Landecker Fundamentalls of the Fung. Edisi IV. New Jersey: Prentice hall Inc. 6. Ahmad SA, Kadam JA, Mane VP, Patil SS, Baig MMV Biological efficienci and nutritional condents of Pleurotus florida (Mont) singer cultivication on different agro-waster. Nature and Science: 7(1); Desna Kajian lamanya proses sterilisasi media jamur tiram putih terhadap mutu bibit yang dihasilkan [Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB. 8. Anonim. Sekam padi sebagai sumber energi alternatif dalam rumah tangga petani. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

22 12 9. Anonim. Pengelolaan hutan tanaman kayu energi. Rencana Penelitian Integratif hal Sunyata, Agus. Sifat kimia kayu huru kuning. [Skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian (INTAN) Yogyakarta. 11. Abdullah, K Pengembangan teknologi energi terbarukan di Indonesia. Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 19, No.2 Agustus hal Nawafi F, RD Puspita, Desna, Irzaman Optimasi tungku sekam skala industri kecil dengan sistem boiler. Berkala Fisika, hal Tipler PA Physics for Scientists and Engineers, 3 rd Ed. Diterjemahkan oleh Prasetio L, Adi RW dengan judul: Fisika Untuk Sains dan Teknik Edisi Ke-3 Jilid 1. Jakarta: Erlangga. 14. Giancoli DC Physics Fifth Edition. Diterjemahkan oleh Yuhilza Hanum dengan judul: Fisika Edisi Kelima 1. Jakarta: Erlangga. 15. Irzaman, H. Darmasetiawan, H. Alatas, Irmansyah, AD Husin, MN Indro, C Arif Development of cooking stove with rice husk fuel. Workshop on renewable energy technology aplications to support E3 village (energy, economics, and eviroment). Universitas Persada Jakarta, hal 82 85, Juli (2008). 16. Sinaga, MS Jamur Merang dan Budidayanya. Jakarta: Penebar Swadaya. 17. Belonio Rice Huso Gas Store Handbook. Approriate Technology Centre. Departement of Agricultural Engineering and Environmental Management. Collage of Agricultura Central Philipine. University Iloilo City. Philipine. 18. Irzaman, H. Darmasetiawan, H. Alatas, Irmansyah, AD Husin, MN Indro, C Arif Optimization of energy efficiency of cooking stove with rice husk fuel. Japan-Indonesia Symposium and Expo, Jakarta. 19. Anonim. Pedoman efisiensi energi untuk industri di Asia: bahan bakar dan pembakaran. org. 20. Husin AD Pengembangan teknologi hemat energi pedesaan melalui tungku sekam padi sebagai energi alternatif terbarukan untuk budidaya jamur tiram (Pleurotus ostreatus). Laporan Akhir Hibah Kompetitif Penelitian Strategis Nasional. 21. Djarwanto, Sihati S Pengaruh sumber bibit terhadap pertumbuhan jamur tiram. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan: Bogor.

23 LAMPIRAN

24 14 Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media a. Bahan bakar sekam 1. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 6 jam ulangan 1 Suhu awal drum : 27 C Volume air awal : m 3 Volume air akhir : m 3 Volume air yang terpakai : m 3 Massa air awal : 39.6 kg Massa air menguap : 12.3 kg Massa sekam awal : 27.3 kg Massa arang sekam : 8.4 kg Sekam yang digunakan : 18.9 kg Mendidih (100 C) : 90 menit HVF : 3300 kcal/kg Suhu ( C) Waktu Di bagian (jam) Bawah Di bagian atas

25 15 Lanjutan Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media a. Bahan bakar sekam 2. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 6 jam ulangan 2 Suhu awal drum : 27 C Volume air awal : m 3 Volume air akhir : m 3 Volume air yang terpakai : m 3 Massa air awal : 39.6 kg Massa air menguap : 9.9 kg Massa sekam awal : 25.9 kg Massa arang sekam : 6.2 kg Sekam yang digunakan : 19.7 kg Mendidih (100 C) : 90 menit HVF : 3300 kcal/kg Suhu ( C) Waktu Di bagian (jam) bawah Di bagian atas

26 16 Lanjutan Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media a. Bahan bakar sekam 3. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 8 jam ulangan 1 Suhu awal drum : 27 C Volume air awal : m 3 Volume air akhir : m 3 Volume air yang terpakai : m 3 Massa air awal : 39.6 kg Massa air menguap : 26.1 kg Massa sekam awal : 44.8 kg Massa arang sekam : 10.5 kg Sekam yang digunakan : 34.3 kg Mendidih (100 C) : 90 menit HVF : 3300 kcal/kg Suhu ( C) Waktu Di bagian (jam) bawah Di bagian atas

27 17 Lanjutan Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media a. Bahan bakar sekam 4. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 8 jam ulangan 2 Suhu awal drum : 27 C Volume air awal : m 3 Volume air akhir : m 3 Volume air yang terpakai : m 3 Massa air awal : 39.6 kg Massa air menguap : 23.7 kg Massa sekam awal : 45.2 kg Massa arang sekam : 9.5 kg Sekam yang digunakan : 35.7 kg Mendidih (100 C) : 90 menit HVF : 3300 kcal/kg Suhu ( C) Waktu Di bagian (jam) bawah Di bagian atas

28 18 Lanjutan Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media a. Bahan bakar sekam 5. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 10 jam ulangan 1 Suhu awal drum : 27 C Volume air awal : m 3 Volume air akhir : m 3 Volume air yang terpakai : m 3 Massa air awal : 49.5 kg Massa air menguap : 24.3 kg Massa sekam awal : 56.1 kg Massa arang sekam : 14.6 kg Sekam yang digunakan : 41.5 kg Mendidih (100 C) : 112 menit HVF : 3300 kcal/kg Suhu ( C) Waktu Di bagian (jam) bawah Di bagian atas

29 19 Lanjutan Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media a. Bahan bakar sekam 6. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 10 jam ulangan 2 Suhu awal drum : 27 C Volume air awal : m 3 Volume air akhir : m 3 Volume air yang terpakai : m 3 Massa air awal : 49.5 kg Massa air menguap : 26.1 kg Massa sekam awal : 56.7 kg Massa arang sekam : 14.4 kg Sekam yang digunakan : 42.3 kg Mendidih (100 C) : 112 menit HVF : 3300 kcal/kg Suhu ( C) Waktu Di bagian (jam) bawah Di bagian atas

30 20 Lanjutan Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media b. Bahan bakar kayu sengon 1. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 6 jam ulangan 1 Suhu awal drum : 27 C Volume air awal : m 3 Volume air akhir : m 3 Volume air yang terpakai : m 3 Massa air awal : 39.6 kg Massa air menguap : 11.1 kg Massa sekam awal : 23.4 kg Massa arang sekam : 1.5 kg Sekam yang digunakan : 21.9 kg Mendidih (100 C) : 100 menit HVF : 3355 kcal/kg Suhu ( C) Waktu Di bagian (jam) bawah Di bagian atas

31 21 Lanjutan Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media b. Bahan bakar kayu sengon 2. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 6 jam ulangan 2 Suhu awal drum : 27 C Volume air awal : m 3 Volume air akhir : m 3 Volume air yang terpakai : m 3 Massa air awal : 39.6 kg Massa air menguap : 15 kg Massa sekam awal : 21.6 kg Massa arang sekam : 1.3 kg Sekam yang digunakan : 20.3 kg Mendidih (100 C) : 100 menit HVF : 3355 kcal/kg Suhu ( C) Waktu Di bagian (jam) bawah Di bagian atas

32 22 Lanjutan Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media b. Bahan bakar kayu sengon 3. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 8 jam ulangan 1 Suhu awal drum : 27 C Volume air awal : m 3 Volume air akhir : m 3 Volume air yang terpakai : m 3 Massa air awal : 39.6 kg Massa air menguap : 28.5 kg Massa sekam awal : 33.3 kg Massa arang sekam : 1.3 kg Sekam yang digunakan : 32 kg Mendidih (100 C) : 100 menit HVF : 3355 kcal/kg Suhu ( C) Waktu Di bagian (jam) bawah Di bagian atas

33 23 Lanjutan Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media b. Bahan bakar kayu sengon 4. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 8 jam ulangan 2 Suhu awal drum : 27 C Volume air awal : m 3 Volume air akhir : m 3 Volume air yang terpakai : m 3 Massa air awal : 39.6 kg Massa air menguap : 33.6 kg Massa sekam awal : 39.5 kg Massa arang sekam : 3.1 kg Sekam yang digunakan : 36.4 kg Mendidih (100 C) : 100 menit HVF : 3355 kcal/kg Suhu ( C) Waktu Di bagian (jam) bawah Di bagian atas

34 24 Lanjutan Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media b. Bahan bakar kayu sengon 5. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 10 jam ulangan 1 Suhu awal drum : 27 C Volume air awal : m 3 Volume air akhir : m 3 Volume air yang terpakai : m 3 Massa air awal : 49.5 kg Massa air menguap : 36.6 kg Massa sekam awal : 47.7 kg Massa arang sekam : 1.6 kg Sekam yang digunakan : 46.1 kg Mendidih (100 C) : 125 menit HVF : 3355 kcal/kg Suhu ( C) Waktu Di bagian (jam) bawah Di bagian atas

35 25 Lanjutan Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media b. Bahan bakar kayu sengon 6. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 10 jam ulangan 2 Suhu awal drum : 27 C Volume air awal : m 3 Volume air akhir : m 3 Volume air yang terpakai : m 3 Massa air awal : 49.5 kg Massa air menguap : 44.7 kg Massa sekam awal : 44.5 kg Massa arang sekam : 1.3 kg Sekam yang digunakan : 43.2 kg Mendidih (100 C) : 125 menit HVF : 3355 kcal/kg Suhu ( C) Waktu Di bagian (jam) bawah Di bagian atas

36 26 Lampiran 2. Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar a. Bahan bakar sekam 1. Perhitungan efisiensi bahan bakar 6 jam ulangan 1 Laju bahan bakar yang dibutuhkan FCR = FCR = 27.3 kg 6 jam kg hari Laju energi yang dibutuhkan Qn = (m a x c a x T 1 ) + (m u x L v ) + (m u x c u x T 2 ) t Qn = 39.6 x 1 x x (12.3 x 0.35 x 35.67) Qn = 0.25 Qn = Qn = Jadi Qn = laju energi yang dibutuhkan pada proses sterilisasi sebesar kcal/hari Efisiensi bahan bakar ζg = x 100% 3300 x ζg = 15.51%

Efisiensi Energi Bahan Bakar Sekam dan Kayu pada Proses Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih

Efisiensi Energi Bahan Bakar Sekam dan Kayu pada Proses Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), Agustus 2012 Vol. 17 (2): 5 9 ISSN 053 4217 Efisiensi Energi Bahan Bakar Sekam dan Kayu pada Proses Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih (Efficiency Energy

Lebih terperinci

Kajian Efesiensi Energi Tungku Sekam Berdasarkan Jumlah, Bentuk, dan Ukuran Sirip yang Dipasang

Kajian Efesiensi Energi Tungku Sekam Berdasarkan Jumlah, Bentuk, dan Ukuran Sirip yang Dipasang Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010 ISBN : 978 979 98010 6 7 Kajian Efesiensi Energi Tungku Sekam Berdasarkan Jumlah, Bentuk, dan Ukuran Sirip yang Dipasang H. Simorangkir 1, Irzaman 1, H. Darmasetiawan

Lebih terperinci

OPTIMASI EFISIENSI TUNGKU SEKAM DENGAN VARIASI LUBANG UTAMA PADA BADAN KOMPOR RIFKI MAULANA

OPTIMASI EFISIENSI TUNGKU SEKAM DENGAN VARIASI LUBANG UTAMA PADA BADAN KOMPOR RIFKI MAULANA OPTIMASI EFISIENSI TUNGKU SEKAM DENGAN VARIASI LUBANG UTAMA PADA BADAN KOMPOR RIFKI MAULANA DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ABSTRAK RIFKI MAULANA.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan lima kali

Lebih terperinci

KAJIAN EFISIENSI ENERGI TUNGKU SEKAM BERDASARKAN JUMLAH, BENTUK, DAN UKURAN SIRIP YANG DIPASANG HARTIP SIMORANGKIR

KAJIAN EFISIENSI ENERGI TUNGKU SEKAM BERDASARKAN JUMLAH, BENTUK, DAN UKURAN SIRIP YANG DIPASANG HARTIP SIMORANGKIR KAJIAN EFISIENSI ENERGI TUNGKU SEKAM BERDASARKAN JUMLAH, BENTUK, DAN UKURAN SIRIP YANG DIPASANG HARTIP SIMORANGKIR DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI ENERGI TERMAL TUNGKU MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BAGLOG JAMUR TIRAM DAN SEKAM PADI KHARIS MAWAN SUHAELI

ANALISIS EFISIENSI ENERGI TERMAL TUNGKU MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BAGLOG JAMUR TIRAM DAN SEKAM PADI KHARIS MAWAN SUHAELI ANALISIS EFISIENSI ENERGI TERMAL TUNGKU MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BAGLOG JAMUR TIRAM DAN SEKAM PADI KHARIS MAWAN SUHAELI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. UIN Suska Riau yang terletak di Jl. HR. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru,

III. BAHAN DAN METODE. UIN Suska Riau yang terletak di Jl. HR. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru, III. BAHAN DAN METODE 3.1.Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV. Ravi Nursery, di Jl. Kubang Raya Kab. Kampar, dan di Laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) UIN Suska Riau

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan sumber energi utama di dunia (sekitar 80% dari penggunaan total lebih dari 400 EJ per tahun).

Lebih terperinci

KAJIAN EFISIENSI ENERGI PADA PROSES STERILISASI MEDIA TUMBUH JAMUR TIRAM PUTIH BERBAHAN BAKAR KAYU SENGON ELLA RAHMADANI

KAJIAN EFISIENSI ENERGI PADA PROSES STERILISASI MEDIA TUMBUH JAMUR TIRAM PUTIH BERBAHAN BAKAR KAYU SENGON ELLA RAHMADANI KAJIAN EFISIENSI ENERGI PADA PROSES STERILISASI MEDIA TUMBUH JAMUR TIRAM PUTIH BERBAHAN BAKAR KAYU SENGON ELLA RAHMADANI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P.

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P. ostreatus)

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor dengan 5 taraf konsentrasi dengan lima kali ulangan, yaitu: Keterangan: M0 M1 M2 M3

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI. Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru.

III. BAHAN DAN METODE. Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI. Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru. III. BAHAN DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan AprilAgustus 2013, di Rumah Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI Kelurahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rancangan Acak Lengkap (RAL) merupakan rancangan yang paling

Lebih terperinci

KHAFIT PRATAMA HENDRATNO

KHAFIT PRATAMA HENDRATNO SEBARAN KALOR TUNGKU BERBAHAN BAKAR SEKAM PADI DAN CANGKANG KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN PENDEKATAN METODE BEDA HINGGA PADA STERILISAS JAMUR TIRAM PUTIH DALAM DRUM KHAFIT PRATAMA HENDRATNO DEPARTEMEN FISIKA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil.

Lebih terperinci

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Oleh Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. A. Latar Belakang Budidaya jamur merang di dalam kumbung merupakan teknik budidaya jamur yang dilakukan secara modern dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama diperkotaan. Budidaya jamur di Indonesia masih sangat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama diperkotaan. Budidaya jamur di Indonesia masih sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan letaknya yang sangat strategis yaitu pada zona khatulistiwa, maka termasuk salah satu negara yang memiliki kekayaan alam yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP Putro S., Sumarwan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Muhamadiyah Surakarta Jalan Ahmad Yani Tromol Pos I Pebelan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, karena adanya perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian eksperimen

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM NASKAH PUBLIKASI A 420090101 Disusun Oleh: NUNING PURI HANDAYANI

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Sejarah Yayasan Paguyuban Ikhlas Usaha jamur tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas didirikan oleh bapak Hariadi Anwar. Usaha jamur tiram putih ini merupakan salah

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. Widyaiswara Madya I. PENDHULUAN A. Latar Belakang Energi mempunyai peranan yan sangat penting dalam kehidupan manusia, karena

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN Sari Sehat Multifarm didirikan pada bulan April tahun 2006 oleh Bapak Hanggoro. Perusahaan ini beralamat di Jalan Tegalwaru No. 33 di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih dikenal sebagai jamur yang mudah dibudidayakan didaerah tropik dan subtropik. Jamur tiram ini juga termasuk dalam kelompok jamur yang sering

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. H.R. Soebrantas KM 15

I. METODE PENELITIAN. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. H.R. Soebrantas KM 15 I. METODE PENELITIAN 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juni sampai Oktober 2013 di CV. Ravi Nursery Kubang Raya Kampar Riau dan di Laboratorium Patologi, Entomologi,

Lebih terperinci

OPTIMASI TUNGKU BERBAHAN BAKAR SEKAM DAN TEMPURUNG KELAPA DAN ANALISIS TERMAL HADI ARDIANTO

OPTIMASI TUNGKU BERBAHAN BAKAR SEKAM DAN TEMPURUNG KELAPA DAN ANALISIS TERMAL HADI ARDIANTO OPTIMASI TUNGKU BERBAHAN BAKAR SEKAM DAN TEMPURUNG KELAPA DAN ANALISIS TERMAL HADI ARDIANTO DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 ABSTRAK HADI

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( )

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( ) TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN (10712002) JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN PROGRAM STUDY HORTIKULTURA POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG 2012 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang akan digunakan selama melakukan penelitian ini adalah di Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni dilaboratorium Agronomi (laboratorium jamur) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa-timur,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN Utilization of Oil Palm Empty Bunches as Media for Growth of Merang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH 5.1. Sejarah dan Perkembangan P4S Nusa Indah Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah adalah sebuah pusat pelatihan usaha jamur tiram dan tanaman hias

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 2 faktor dan 12 perlakuan kombinasi media tumbuh dengan 3 kali ulangan dan tiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah satu dengan yang lainnya. Menurut konsep geografi yang pernah diuraikan

I. PENDAHULUAN. daerah satu dengan yang lainnya. Menurut konsep geografi yang pernah diuraikan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap daerah memiliki potensi sumber daya yang berbeda, baik alam maupun manusia. Hal ini dapat mengakibatkan adanya hubungan atau keterkaitan antara daerah satu dengan

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM Oleh : Masnun, S.Pt, M.Si I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budidaya jamur tiram adalah salah satu usaha pertanian yang saat ini sangat prospektif karena beberapa faktor yaitu:

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015. III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di laksanakan di Sumatera Kebun Jamur, Budidaya Jamur, di Jalan, Benteng Hilir, No. 19. Kelurahan, Bandar Khalifah. Deli Serdang. Penelitian

Lebih terperinci

Optimasi Tungku Sekam Skala Industri Kecil Dengan Sistem Boiler

Optimasi Tungku Sekam Skala Industri Kecil Dengan Sistem Boiler Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 12, No. 3, Juli 2010, hal 77-84 Optimasi Tungku Sekam Skala Industri Kecil Dengan Sistem Boiler F. Nawafi, R. D. Puspita, Desna, dan Irzaman Departemen Fiska, FMIPA,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari)

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari) BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama satu bulan penanaman jamur tiram putih terhadap produktivitas (lama penyebaran miselium, jumlah badan buah dua kali

Lebih terperinci

OPTIMASI SEBARAN PANAS PADA RUANG STERILISASI JAMUR TIRAM PUTIH MENGGUNAKAN SATU PIPA KONVEKSI ROFIQUL UMAM

OPTIMASI SEBARAN PANAS PADA RUANG STERILISASI JAMUR TIRAM PUTIH MENGGUNAKAN SATU PIPA KONVEKSI ROFIQUL UMAM OPTIMASI SEBARAN PANAS PADA RUANG STERILISASI JAMUR TIRAM PUTIH MENGGUNAKAN SATU PIPA KONVEKSI ROFIQUL UMAM DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur. KALOR Tujuan Pembelajaran: 1. Menjelaskan wujud-wujud zat 2. Menjelaskan susunan partikel pada masing-masing wujud zat 3. Menjelaskan sifat fisika dan sifat kimia zat 4. Mengklasifikasikan benda-benda

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP Disusun oleh : SULARTO NIM : D200 08 0081 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI Yunus Zarkati Kurdiawan / 2310100083 Makayasa Erlangga / 2310100140 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur dikenal dalam kehidupan sehari-hari sejak 3000 tahun yang lalu, telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Di Cina, pemanfaatan jamur sebagai bahan obat-obatan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM disusun oleh : Nama : Fandi Hidayat Kelas : SI TI-6C NIM : 08.11.2051 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

KAJIAN LAMANYA PROSES STERILISASI MEDIA JAMUR TIRAM PUTIH TERHADAP MUTU BIBIT YANG DIHASILKAN DESNA

KAJIAN LAMANYA PROSES STERILISASI MEDIA JAMUR TIRAM PUTIH TERHADAP MUTU BIBIT YANG DIHASILKAN DESNA KAJIAN LAMANYA PROSES STERILISASI MEDIA JAMUR TIRAM PUTIH TERHADAP MUTU BIBIT YANG DIHASILKAN DESNA DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 ABSTRAK

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG

NASKAH PUBLIKASI INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG NASKAH PUBLIKASI INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG Ringkasan Tugas Akhir ini disusun Untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh derajat sarjana S1 Pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur Dusun Ngaran Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul dan lab. tanah Fakultas

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SB091358

TUGAS AKHIR SB091358 TUGAS AKHIR SB091358 EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DENGAN VARIASI MEDIA KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) DAN SABUT KELAPA (Cocos nucifera) Oleh: Hanum Kusuma Astuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh. manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh. manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan. Dalam protein terdapat sumber energi dan zat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake.

BAB I PENDAHULUAN. Jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur, biasanya orang menyebut jamur tiram sebagai jamur kayu karena jamur ini banyak tumbuh pada media kayu yang sudah lapuk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang terus bertambah di Indonesia. menyebabkan konsumsi bahan bakar yang tidak terbarukan seperti

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang terus bertambah di Indonesia. menyebabkan konsumsi bahan bakar yang tidak terbarukan seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pertumbuhan penduduk yang terus bertambah di Indonesia menyebabkan konsumsi bahan bakar yang tidak terbarukan seperti minyak bumi, gas alam dan batu bara semakin meningkat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia mampu mengolah limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Limbah merupakan sisa dari bahan yang telah mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan jenis jamur pangan dari kelompok Basidiomycota. Jamur ini dapat ditemui di alam bebas sepanjang tahun. Jamur

Lebih terperinci

BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH

BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH Disusun oleh : Andrianta Wibawa 07.11.1439 BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH I. PENDAHULUAN Jamur terdiri dari bermacam-macam jenis, ada yang merugikan dan ada yang menguntungkan bagi kehidupan manusia. Jamur

Lebih terperinci

OPTIMASI EFISIENSI TUNGKU SEKAM DENGAN VARIASI LUBANG UTAMA PADA BADAN KOMPOR RIFKI MAULANA

OPTIMASI EFISIENSI TUNGKU SEKAM DENGAN VARIASI LUBANG UTAMA PADA BADAN KOMPOR RIFKI MAULANA OPTIMASI EFISIENSI TUNGKU SEKAM DENGAN VARIASI LUBANG UTAMA PADA BADAN KOMPOR RIFKI MAULANA DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ABSTRAK RIFKI MAULANA.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga tidak bisa melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur digolongkan sebagai

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN DI SUSUN OLEH : NAMA : FAHDI ARDIYAN NIM : 11.11.5492 KELAS : 11-S1T1-12 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 ABSTRAK Jamur tiram merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus ) atau white mushroom ini merupakan salah satu jenis jamur edibel yang paling banyak dan popular dibudidayakan serta paling sering

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi.

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi. PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA SERBUK GERGAJI KAYU JATI (Tectona grandis L) DENGAN PENAMBAHAN SEKAM PADI (Oryza sativa) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sumatera Kebun Jamur, Budidaya Jamur, di Kecamatan Percut Sei TuanKabupaten Deli Serdang, Pemilihan lokasi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan keberadaannya banyak dijumpai, seperti pada kayu-kayu yang sudah lapuk ataupun di berbagai tanaman

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH PERTANIAN JERAMI PADI dan BATANG JAGUNG

PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH PERTANIAN JERAMI PADI dan BATANG JAGUNG PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH PERTANIAN JERAMI PADI dan BATANG JAGUNG NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: NOVITA DWI INDRIYANI A 420

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur merupakan bahan pangan alternatif yang disukai oleh semua lapisan masyarakat. Saat ini jamur yang sangat populer untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : LUCKY WILANDARI A 420 100 123 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR EDIBLE MUSHROOM 1. Mahasiswa berdiskusi secara aktif berbagi pengetahuan yang dimiliki 2. Berpendapat secara bebas dan bertanggung jawab untuk memberikan / mengemukakan persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang sempurna, dan diciptakannya manusia di bumi sebagai kholifah yang seharusnya kita memperhatikan,

Lebih terperinci

Pengumpulan daun apu-apu

Pengumpulan daun apu-apu 58 Lampiran 1. Pembuatan Tepung Daun Apu-apu Pengumpulan daun apu-apu Pencucian daun apu-apu menggunakan air mengalir untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada daun Penyortiran, daun dipisahkan dari

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah I. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah dibudidayakan. Jamur tiram termasuk familia Agaricaceae atau Tricholomataceae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak. Bentuk dari energi alternatif yang saat ini banyak dikembangkan adalah pada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) mulai Maret 2011 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia akan kayu sebagai bahan bangunan baik untuk keperluan konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi Diajukan oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Biakan murni merupakan tahapan awal di dalam pembuatan bibit jamur. Pembuatan biakan murni diperlukan ketelitian, kebersihan, dan keterampilan. Pertumbuhan miselium

Lebih terperinci

Tungku Sekam Padi IPB dalam Upaya Penyediaan Energi bagi Masyarakat Pedesaan Indonesia

Tungku Sekam Padi IPB dalam Upaya Penyediaan Energi bagi Masyarakat Pedesaan Indonesia Tungku Sekam Padi IPB dalam Upaya Penyediaan Energi bagi Masyarakat Pedesaan Indonesia IRZAMAN DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM IPB PEMBEKALAN KKN FEMA IPB, SABTU 13 MEI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang merupakan jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi dan ekonomis yang tinggi, serta permintaan pasar yang meningkat. Menurut Widyastuti

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA (LAPORAN ) PRAKTIKUM IPA SD PDGK 4107 MODUL 5. KALOR PERUBAHAN WUJUD ZAT dan PERPINDAHANNYA PADA SUATU ZAT

LEMBAR KERJA (LAPORAN ) PRAKTIKUM IPA SD PDGK 4107 MODUL 5. KALOR PERUBAHAN WUJUD ZAT dan PERPINDAHANNYA PADA SUATU ZAT LEMBAR KERJA (LAPORAN ) PRAKTIKUM IPA SD PDGK 4107 MODUL 5 KALOR PERUBAHAN WUJUD ZAT dan PERPINDAHANNYA PADA SUATU ZAT NAMA NIM : : KEGIATAN PRAKTIKUM A. PERCOBAAN TITIK LEBUR ES 1. Suhu es sebelum dipanaskan

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM 0 Pembuatan Kumbung 0 Peralatan dalam Pembuatan Baglog 0 Pembuatan Media Tanam 0 Pencampuran 0 Pengisian Media Ke Kantong Plastik 0 Sterilisasi 0 Inokulasi Bibit 0 Perawatan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BEJANA PENGUAP DENGAN PIPA API MENGGUNAKAN VARIASI DEBIT GELEMBUNG UDARA PADA TUNGKU PEMBAKARAN SEKAM PADI DENGAN AIR HEATER

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BEJANA PENGUAP DENGAN PIPA API MENGGUNAKAN VARIASI DEBIT GELEMBUNG UDARA PADA TUNGKU PEMBAKARAN SEKAM PADI DENGAN AIR HEATER NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BEJANA PENGUAP DENGAN PIPA API MENGGUNAKAN VARIASI DEBIT GELEMBUNG UDARA PADA TUNGKU PEMBAKARAN SEKAM PADI DENGAN AIR HEATER Abstraksi Tugas Akhir ini

Lebih terperinci

KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI

KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK LIRA BUDHIARTI. Karakterisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga dan Home industri jamur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan bakar adalah suatu materi yang dapat dikonversi menjadi energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan transportasi, industri pabrik, industri

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) E-144

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) E-144 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) E-144 Efektifitas Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) dengan Variasi Media Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya energi, manusia dapat menjalankan aktivitasnya dengan lancar. Saat

BAB I PENDAHULUAN. adanya energi, manusia dapat menjalankan aktivitasnya dengan lancar. Saat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi merupakan salah satu kebutuhan vital manusia karena dengan adanya energi, manusia dapat menjalankan aktivitasnya dengan lancar. Saat ini energi yang banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai masa depan baik untuk dikembangkan. Hingga kini semakin banyak orang mengetahui nilai gizi jamur

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari 28 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari 2010 yang bertempat di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR (PTH 1507) PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM (Pleurotus sp.)

MAKALAH SEMINAR (PTH 1507) PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM (Pleurotus sp.) MAKALAH SEMINAR (PTH 1507) PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM (Pleurotus sp.) Oleh HADIYANTO 10712018 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLETAKNIK NEGERI LAMPUNG

Lebih terperinci

LAMPIRAN I. Tes Hasil Belajar Observasi Awal

LAMPIRAN I. Tes Hasil Belajar Observasi Awal 64 LAMPIRAN I Tes Hasil Belajar Observasi Awal 65 LAMPIRAN II Hasil Observasi Keaktifan Awal 66 LAMPIRAN III Satuan Pembelajaran Satuan pendidikan : SMA Mata pelajaran : Fisika Pokok bahasan : Kalor Kelas/Semester

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alternatif penghasil energi yang bisa didaur ulang secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. alternatif penghasil energi yang bisa didaur ulang secara terus menerus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia terhadap energi setiap tahun cenderung meningkat, hal ini menyebabkan perlu adanya sumber bahan bakar alternatif penghasil energi yang bisa didaur

Lebih terperinci

KARAKTERISASI JAMUR TIRAM PUTIH DENGAN MEDIA JAGUNG BULAT MENGGUNAKAN FOURIER TRANSFORM INFRARED

KARAKTERISASI JAMUR TIRAM PUTIH DENGAN MEDIA JAGUNG BULAT MENGGUNAKAN FOURIER TRANSFORM INFRARED KARAKTERISASI JAMUR TIRAM PUTIH DENGAN MEDIA JAGUNG BULAT MENGGUNAKAN FOURIER TRANSFORM INFRARED Irlian Nurmaniah 1 *), Fitrah Hadi Firdaus 1, Ana Fitriana 1, Maya Risanti 2, Irmansyah 3, Irzaman 3 1 Departemen

Lebih terperinci

MARDIANA LADAYNA TAWALANI M.K.

MARDIANA LADAYNA TAWALANI M.K. KALOR Dosen : Syafa at Ariful Huda, M.Pd MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat pemenuhan nilai tugas OLEH : MARDIANA 20148300573 LADAYNA TAWALANI M.K. 20148300575 Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X Contoh soal kalibrasi termometer 1. Pipa kaca tak berskala berisi alkohol hendak dijadikan termometer. Tinggi kolom alkohol ketika ujung bawah pipa kaca dimasukkan

Lebih terperinci

ENERGI IPA UNTUK KELAS 7 SMP.

ENERGI IPA UNTUK KELAS 7 SMP. ENERGI www.funtutor.co.id PENGERTIAN ENERGI Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha (kerja) atau melakukan suatu perubahan. Kendaraan bermotor tidak akan berjalan tanpa ada bahan bakar Manusia membutuhkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Jamur Tiram. serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Jamur Tiram. serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Budidaya Jamur Tiram Jamur tiram dapat tumbuh dan berkembang dalam media yang terbuat dari serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013 Sejarah Biogas BIOGAS (1770) Ilmuwan di eropa menemukan gas di rawa-rawa. (1875) Avogadro biogas merupakan produk proses anaerobik atau proses fermentasi. (1884) Pasteur penelitian biogas menggunakan kotoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di seluruh dunia ada ribuan spesies jamur yang tersebar dari wilayah subtropis yang cenderung dingin sampai kawasan tropis yang hangat. Tradisi mengonsumsi jamur sudah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (± 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (± 45 hari), termasuk dalam famili Brassicaceae. Umumnya, pakchoy jarang dimakan mentah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bahan bakar fosil adalah termasuk bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik minyak bumi, gas alam, ataupun

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER TANPA SIRIP

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER TANPA SIRIP NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER TANPA SIRIP Disusun oleh : SUMARWAN NIM : D200 080 060 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dimulai pada bulan April

Lebih terperinci

1. Pengertian Perubahan Materi

1. Pengertian Perubahan Materi 1. Pengertian Perubahan Materi Pada kehidupan sehari-hari kamu selalu melihat peristiwa perubahan materi, baik secara alami maupun dengan disengaja. Peristiwa perubahan materi secara alami, misalnya peristiwa

Lebih terperinci