KAJIAN LAMANYA PROSES STERILISASI MEDIA JAMUR TIRAM PUTIH TERHADAP MUTU BIBIT YANG DIHASILKAN DESNA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN LAMANYA PROSES STERILISASI MEDIA JAMUR TIRAM PUTIH TERHADAP MUTU BIBIT YANG DIHASILKAN DESNA"

Transkripsi

1 KAJIAN LAMANYA PROSES STERILISASI MEDIA JAMUR TIRAM PUTIH TERHADAP MUTU BIBIT YANG DIHASILKAN DESNA DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 ABSTRAK Desna. KAJIAN LAMANYA PROSES STERILISASI JAMUR TIRAM PUTIH TERHADAP MUTU BIBIT YANG DIHASILKAN. Dibimbing oleh Hanedi Darmasetiawan dan Irzaman Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus (L.) Fries) merupakan jamur kayu famili Agaricaceae dan dibudidayakan oleh masyarakat. Jamur ini banyak dikonsumsi masyarakat karena kandungan gizi yang tinggi dan memberi manfaat bagi kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari waktu sterilisasi media tumbuh jamur tiram putih yang dapat menghasilkan bibit jamur tiram putih yang terbaik. Manfaat penelitian ini adalah dapat memberikan tambahan pengetahuan kepada petani tentang efisiensi waktu sterilisasi media tumbuh jamur tiram putih yang berproduksi paling tinggi. Telah dilakukan penelitian sterilisasi media yang dikemas dalam bentuk baglog dengan cara pengukusan menggunakan drum dengan variasi lama pengukusan 6 jam (2 jam pemanasan dan 4 jam sterilisasi), 8 jam (2 jam pemanasan, 6 jam sterilisasi), 10 jam (2 jam pemanasan dan 8 jam sterilisasi) Bahan bakar yang digunakan adalah LPG. Hasil efisiensi yang diperoleh dari perlakuan seperti yang dinyatakan diatas berturut-turut adalah 40,74%, 59,57% dan 53,14%. Massa jamur yang diperoleh pada proses pengukusan media 6 jam sebesar 7,003kg, sedangkan pada proses pengukusan media selama 8 jam dan10 jam menghasilkan masing-masing 14,035 kg dan 2,503 kg. Hasil penelitian secara fisik dan ekonomi ternyata proses pengukusan media jamur tiram selama 8 jam (2 jam pemanasan dan 6 jam sterilisasi) menghasilkan efisiensi dan massa yang tertinggi. Kata kunci: Media, jamur tiram putih, LPG, sterilisasi.

3 KAJIAN LAMANYA PROSES STERILISASI MEDIA JAMUR TIRAM PUTIH TERHADAP MUTU BIBIT YANG DIHASILKAN Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sajana Sains pada Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Oleh: DESNA G DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

4 Judul Nama NRP : Kajian Lamanya Proses Sterilisai Media Jamur Tiram Putih terhadap Mutu Bibit yang Dihasilkan : Desna : G Menyetujui Ir. Hanedi Darmasetiawan, MS Pembimbing I Dr. Ir. Irzaman, M.Si Pembimbing II Mengetahui Dr. Ir. Irzaman, M.Si Ketua Departemen Fisika FMIPA IPB

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 29 Desember 1988 dari pasangan Bapak A. Sianipar dan Ibu R. Purba. Penulis adalah putri pertama dari 4 bersaudara. Penulis menyelesaikan masa studi di SD Negeri Sindang Sari selama enam tahun, kemudian melanjutkan ke SLTPN 5 Bogor, selama tiga tahun dan melanjutkan ke jenjang menengah atas di SMAN 6 Bogor sampai tahun Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan sarjana strata satu di Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Fisika Dasar ( ). Penulis juga aktif dalam organisasi kemahasiswaan sebagai Staff Departemen Informasi dan Komunikasi (INFOKOM) HIMAFI dan Sekretaris Komisi Pelayanan Siswa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) PMK IPB Selama perkuliahan penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi mahasiswa FMIPA IPB dan seminar-seminar baik di dalam kampus maupun di luar kampus. Penulis juga pernah mengikuti Simposium Nasional Bioenergi pada tahun 2009 dan Seminar Nasional Himpunan Fisika Indonesia di Universitas Diponegoro Semarang pada tahun 2010 sebagai pemakalah.

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan karunia-nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Kajian Lamanya Proses Sterilisasi Jamur Tiram Putih Terhadap Mutu Bibit Yang Dihasilkan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada program sarjana di Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Kedua orang tua yang banyak berkorban demi keberhasilan penulis serta adik yang selalu memberikan doa, semangat kepada penulis. 2. Bapak Ir.Hanedi Darmasetiawan,MS selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan waktu, bimbingan, motivasi, serta arahan kepada penulis. 3. Bapak Dr.Ir.Irzaman,M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan waktu, bimbingan, motivasi, serta arahan kepada penulis. 4. Bapak Dr. Akhiruddin Maddu, Msi dan Bapak Dr. Agus Kartono,M,Si selaku dosen penguji atas masukan dan sarannya. 5. Teman-teman di Departemen fisika FMIPA IPB (Sastri, Nady, Dina, Uliz, Afni, Mufti, Ninin, Acca, Cheqi, Ridwan, Santi, Rudi, Wandi, Pandu, Ocid, Chamot, dll) dan rekan-rekan di IPB yang senantiasa mendukung dan membantu penulis untuk menyelesaikan usulan penelitian ini. 6. Program Hibah Kompetitif Penelitian Unggulan Strategis Nasional 2009, DP2M Dikti, Republik Indonesia dengan nomor kontrak 413/SP2H/PP/DP2M/VI/2009 dan program penelitian Ilmu Pengetahuan Terapan/Penelitian Strategis Nasional 2010, DIPA IPB, Republik Indonesia dengan nomor kontrak 2/I3.24.4/SPK/PSN/2010 yang telah mendanai penelitian ini. 7. Seluruh Dosen Pengajar, staf dan karyawan di Departemen Fisika FMIPA IPB. 8. Rekan penelitian Tungku Sekam (ratih, galih, k Sukma, k B L, k acoy, dll.) 9. Teman-teman di Komisi Pelayanan Siswa UKM Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB. 10. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa penulis ucapkan satu persatu, terimakasih banyak atas dukungannya. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-nya untuk kita semua. Amin. Bogor, Juni 2010 Desna

7 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...viii DAFTAR LAMPIRAN... ix PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Hipotesis... 1 Tujuan Penelitian... 1 Perumusan Masalah... 1 TINJAUAN PUSTAKA... 2 Jamur... 2 Jamur Tiram... 2 Budidaya Jamur Tiram Putih... 3 Syarat Tumbuh... 4 Rumah jamur (kubung)... 4 Penumbuhan miselium... 5 Penyiraman... 5 Pengendalian hama... 5 Pemanenan... 5 Sterilisasi Jamur Tiram... 5 Sterilisasi basah... 6 Disinfectants... 6 Sterilisasi dengan drum... 6 Bahan Baku Pembuatan Media Tumbuh Jamur Tiram... 6 Serbuk gergaji... 6 Kapur... 7 Tepung tapioka... 7 Dedak padi... 7 Bibit Jamur... 7 BAHAN DAN METODE... 7 Tempat dan Waktu Penelitian... 7 Bahan dan Alat... 7 Metode Penelitian... 8 Tahapan Budidaya Jamur Tiram... 8 Pembuatan media jamur tiram putih dan proses sterilisasi media... 8 Inkubasi... 8 Pemanenan... 8 Pengukuran Lama Pendidihan Air dengan Menggunakan Kompor Gas... 8 Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar Membandingkan Hasil Pengukusan Media Selama 6 Jam, 8 Jam, dan 10 Jam Analisis Data Menggunakan Metode Rancangan Acak Lengkap HASIL DAN PEMBAHASAN Perbandingan Hasil Pengukusan Media Selama 6 Jam, 8 Jam, dan 10 Jam Faktor Tumbuh Analisis Statistik Menggunakan Metode Rancangan Acak Lengkap KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 19

8 vii DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Kandungan gizi jamur tiram... 3 Tabel 2. Efisiensi bahan bakar setiap perlakuan sterilisasi media tumbuh Tabel 3. Pertumbuhan jamur tiram Tabel 4. Sidik ragam lamanya proses pengukusan terhadap energi yang dibutuhkan Tabel 5. Sidik ragam lamanya proses pengukusan terhadap efisiensi bahan bakar Tabel 6. Sidik ragam lamanya proses pengukusan terhadap pertumbuhan jamur tiram... 15

9 viii DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Jamur tiram (pleurotus ostreatus (l.) Fries.)... 2 Gambar 2 Rumah jamur... 4 Gambar 3 Rumah jamur... 4 Gambar 4 Rak untuk penataan baglog... 5 Gambar 5 Sterilisasi media dengan menggunakan drum... 6 Gambar 6 Serbuk gergaji... 6 Gambar 7 Bibit jamur tiram putih (pleurotus ostreatus (l.) Fries)... 7 Gambar 8 Diagram alir proses sterilisasi media... 9 Gambar 9 Diagram alir penelitian Gambar 10 Qn tiap ulangan lamanya sterilisasi media Gambar 11 Qn rata-rata tiap ulangan lamanya sterilisasi media Gambar 12 Efisiensi tiap ulangan lamanya sterilisasi media Gambar 13 Efisiensi rata-rata tiap ulangan lamanya sterilisasi media Gambar 14 Massa jamur tiap ulangan lamanya sterilisasi media Gambar 15 Massa jamur rata-rata tiap ulangan sterilisasi media... 14

10 ix DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media a. Proses pengukusan media dengan pengukusan selama 6 jam ulangan b. Proses pengukusan media dengan pengukusan selama 6 jam ulangan c. Proses pengukusan media dengan pengukusan selama 8 jam ulangan d. Proses pengukusan media dengan pengukusan selama 8 jam ulangan e. Proses pengukusan media dengan pengukusan selama 10 jam ulangan f. Proses pengukusan media dengan pengukusan selama 10 jam ulangan Lampiran 2 Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar a. Perhitungan pengukusan bahan bakar 6 jam ulangan b. Perhitungan pengukusan bahan bakar 6 jam ulangan c. Perhitungan pengukusan bahan bakar 8 jam ulangan d. Perhitungan pengukusan bahan bakar 8 jam ulangan e. Perhitungan pengukusan bahan bakar 10 jam ulangan f. Perhitungan pengukusan bahan bakar 10 jam ulangan Lampiran 3 Analisis Statistik Menggunakan Rancangan Acak Lengkap a. Analisis efisiensi bahan bakar menggunakan rancangan acak lengkap b. Analisis Qn (energi yang dibutuhkan) menggunakan rancangan acak lengkap c. Analisis massa jamur tiram putih menggunakan rancangan acak lengkap... 35

11 Latar Belakang PENDAHULUAN Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus (L.) Fries) merupakan jamur kayu famili Agaricaceae yang dibudidayakan oleh masyarakat. Jamur ini banyak dikonsumsi masyarakat karena kandungan gizi yang tinggi dan memberi manfaat bagi kesehatan. Pembudidayaan jamur tiram relatif mudah, karena mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan. Secara umum pertumbuhan jamur dibagi menjadi dua fase, yaitu fase vegetatif dan generatif. Fase vegetetatif ditandai dengan pertumbuhan dan penyebaran miselia jamur di dalam media. Miselia ini akan mengeluarkan enzim yang dapat menguraikan senyawa yang lebih sederhana yang diperlukan untuk pertumbuhan. Setelah beberapa waktu, miselium ini akan saling bertemu dan membentuk titik simpul. Simpul-simpul inilah yang selanjutnya berkembang menjadi tubuh buah yang disebut fase generatif. Media jamur merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan selain faktor lingkungan. Oleh karena itu media tanam jamur harus dibuat menyerupai kondisi tempat tumbuh jamur tiram di alam. Produksi yang baik pada budidaya jamur dapat dicapai apabila keadaan medium serta kandungan nutrisi yang terdapat di dalamnya sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan jamur. Selain itu macam isolat dan faktor lingkungan seperti suhu, PH, kelembaban, cahaya, aerasi juga turut berperan. Bahan dasar yang digunakan dalam media jamur tiram adalah serbuk gergaji, disamping itu terdapat bahan tambahan lain, misalnya bekatul, gips, kapur, dan lain-lain (Imtiaj 2008). Sterilisasi media merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam pembudidayaan jamur tiram. Media yang sudah dibuat biasanya masih mengandung banyak mikroba, khususnya jamur-jamur liar. Kegagalan panen banyak disebabkan oleh proses sterilisasi media yang kurang sempurna. Jamur-jamur liar yang masih ada dalam baglog akan tumbuh subur dan menghambat pertumbuhan jamur utama jika proses sterilisasi tidak sempurna. Beberapa teknik dapat dilakukan untuk sterilisasi media jamur tiram. Salah satu teknik tersebut dengan cara mengukus media jamur tiram tersebut dengan menggunakan drum. Sterilisasi media jamur tiram dengan teknik pengukusan, biasanya memakai kayu bakar, minyak tanah, atau LPG sebagai bahan bakarnya. Teknik pengukusan yang akan dilakukan pada penelitian ini menggunakan kompor gas. Penelitian ini mencoba membandingkan sterilisasi media jamur tiram dengan menggunakan lama pengukusan 6 jam (2 jam pemanasan dan 4 jam sterilisasi), 8 jam (2 jam pemanasan, 6 jam sterilisasi), 10 jam (2 jam pemanasan dan 8 jam sterilisasi) dengan menggunakan bahan bakar LPG. Pemanasan dilakukan pada suhu 27 o C - 80 o C, dan sterilisasi dilakukan pada suhu 80 o C - 95 o C. Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi kepada petani tentang efisiensi waktu sterilisasi media tumbuh jamur tiram yang berproduksi paling tinggi. Perumusan Masalah 1. Berapa lama proses sterilisasi media tumbuh jamur tiram putih supaya dapat menghasilkan mutu jamur tiram putih yang baik? 2. Apakah bibit jamur tiram yang dihasilkan dipengaruhi oleh lamanya proses sterilisasi media yang dicobakan? Hipotesis Lamanya proses sterilisasi mempengaruhi mutu bibit jamur tiram putih yang dihasilkan. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah mempelajari waktu sterilisasi media tumbuh jamur tiram yang dapat menghasilkan bibit jamur tiram putih yang terbaik. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi untuk memperoleh efisiensi waktu sterilisasi media tumbuh jamur tiram putih yang secara ekonomis menjadi lebih menguntungkan. 1

12 Jamur TINJAUAN PUSTAKA Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil, sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman berklorofil. Oleh karena itu jamur mengambil zat-zat makanan yang sudah jadi, yang dibuat dan dihasilkan oleh organisme lain untuk kebutuhan hidupnya, karena ketergantungannya terhadap organisme lain inilah maka jamur digolongkan sebagai tanaman heterotrof (Nasim 2001). Pertumbuhan jamur dibagi menjadi dua fase, yaitu fase vegetatif dan generatif. Fase vegetatif ditandai dengan pertumbuhan dan penyebaran miselia jamur didalam media. Miselia ini akan mengeluarkan enzim yang dapat menguraikan senyawa kompleks seperti lignin menjadi senyawa yang lebih sederhana yang diperlukan untuk pertumbuhan. Setelah beberapa waktu, miselium ini akan saling bertemu dan membentuk titik simpul. Simpul-simpul inilah yang selanjutnya akan berkembang menjadi tubuh buah atau fruiting body yang selanjutnya disebut fase generatif (Ibekwe 2008). Secara umum jamur dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu (1) jamur pangan (edible mushroom), jamur yang berdaging dan enak dimakan (2) jamur obat, yaitu jamur yang memiliki khasiat obat dan digunakan untuk pengobatan (3) jamur beracun (4) jamur yang tidak tergolong kategori sebelumnya dan umumnya beragam jenisnya. dibandingkan jamur tiram coklat maupun kuning. 2. Jamur tiram coklat mempunyai rumpun yang sangat sedikit tetapi tudungnya lebih tebal dan daya simpannya lebih lama. 3. Jamur tiram kuning mempunyai rumpun paling banyak dibandingkan dengan jamur tiram putih maupun coklat, tetapi jumlah cabangnya sedikit dan lebih tipis dibandingkan dengan jamur tiram coklat dan daya simpannya paling pendek. Dari tiga jenis jamur tiram tersebut, jamur tiram putih dan coklat paling banyak dibudidayakan, karena mempunyai sifat adaptasi dengan lingkungan yang baik dan tingkat produktifitasnya cukup tinggi (Achmad 2009). Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus (L.) Fries) merupakan jamur kayu famili Agaricaceae dan dibudidayakan oleh masyarakat. Kandungan gizi jamur tiram ini tinggi dan memberi manfaat bagi kesehatan (Hadar & Cohen 1986). Sistematika jamur tiram putih(pleurotus ostreatus (L.) Fries) digolongkan ke dalam: Kingdom : Fungi Kelas : Basidiomycota Sub kelas : HomoBasidiomycetes Ordo : Agaricales Family : Tricholomataceae Genus : Pleurotus Spesies : P. osteatus (Alexopoulos 1996). Jamur Tiram Terdapat tiga jenis jamur tiram yang sering dibudidayakan pekebun, antara lain; 1. Jamur tiram putih (Pleurouts ostreotus), warna tubuh buah putih. 2. Jamur tiram coklat (P. Abalonus), warna tubuh buah kecoklatan. 3. Jamur tiram kuning (Pleurotus sp), warna tubuh buah kuning. Ketiga jamur tiram tersebut mempunyai sifat pertumbuhan yang hampir sama, tetapi masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu: 1. Jamur tiram putih tumbuh membentuk rumpun dalam satu media. Setiap rumpun mempunyai percabangan yang cukup banyak. Daya simpannya lebih lama, meskipun tudungnya lebih tipis Gambar 1. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus (L.) Fries) 2

13 Disebut jamur tiram atau oyster mushroom karena bentuk tudung agak membulat, lonjong, dan melengkung seperti cangkang tiram. Batang atau tangkai tanaman ini tidak tepat berada pada tengah tudung, tetapi agak kesamping, seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Jamur tiram termasuk golongan jamur kayu yang hidup sebagai saprofit dan tumbuh secara luas pada limbah hasil hutan dan pertanian, seperti hampir semua kayu keras, produk samping kayu (gergajian, kertas), tongkol jagung, ampas batang tebu, limbah kopi, pelepah pisang, limbah biji kapas, dan semua jerami serealia (Achmad 2009). Jamur tiram memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur kayu lainnya. Jamur tiram mengandung protein, lemak, posfor, zat besi, thiamin dan riboflavin lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur lain. Jamur tiram mengandung 18 macam asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan tidak mengandung kolesterol. Tabel 1 menunjukkan bahwa jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur kayu yang enak dimakan serta mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi dibanding dengan jamur kayu lainnya. (Sumarmi 2006) Tabel 1. Kandungan gizi jamur per 100 gram Zat Gizi Energi (cal) Protein (%) Karbohidrat (%) Lemak (%) Tianin (mg) Riboflavin (mg) Niasin (mg) Kalsium (mg) Kalium (mg) Phosfor (mg) Natrium (mg) Zat besi (mg) Serat (%) Kandungan 367,0 10,5-30,4 56,6 1,7-2,2 0,2 4,7-4,9 77,2 314,0 3,8 717,0 837,0 3,4-18,2 7,5-8,7 Jamur tiram juga mengandung vitamin penting, terutama vitamin B, C, dan D. Vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), niasin dan provitamin D2 (ergosterol), dalam jamur tiram cukup tinggi. Mineral utama tertinggi adalah Zn, Fe, Mn, Mo, Co,Pb. Konsentrasi K, P, Na, Ca dan Me mencapai 56%-70% dari total abu dengan kadar K mencapai 45%. Mineral mikroelemen yang bersifat logam dalam jamur tiram kandungannya rendah, sehingga jamur ini aman dikonsumsi setiap hari (Widyastuti 2002). Budidaya Jamur Tiram Putih Ditinjau dari aspek biologinya, jamur tiram relatif lebih mudah dibudidayakan. Pengembangan jamur tiram tidak memerlukan lahan yang luas. Masa produksi jamur tiram relatif lebih cepat sehingga periode dan waktu panen lebih singkat. Secara umum pertumbuhan jamur dibagi menjadi dua fase, yaitu fase vegetatif dan fase generatif. Fase vegetatif ditandai dengan pertumbuhan dan penyebaran miselia jamur di dalam media. Miselia mengeluarkan enzim yang dapat menguraikan senyawa komplek seperti lignin menjadi senyawa yang lebih sederhana yang diperlukan untuk pertumbuhan. Setelah beberapa waktu, misellium ini akan saling bertemu yang selanjutnya akan berkembang menjadi tubuh buah yang disebut fase generatif (Moore & Landdecker 1996). Siklus hidup kelas basidiomycetes akan membentuk tubuh buah atau basidium. Basidiospora membentuk miselium monokariotik yang haploid. Pada awalnya monokarion tersebut tidak bersepta, namun terbagi-bagi dalam sejumlah sel berinti tunggal dalam waktu yang cukup singkat. Selanjutnya terjadi plasmogami dengan cara fusi dua hifa monokariotik yang terjadi secara timbal balik yaitu inti hifa yang satu mengalir ke hifa lainnya, kemudian hifa tersebut akan mempunyai dua tipe genetik (dikariotik), dimana masing-masing sel dikarion mempunyai dua inti haploid. Dikarion dibentuk selama plasmogami terus berlangsung, sementara kondisi binukleat terus dipertahankan. Pada umumnya usaha untuk mempertahankan kondisi binukleat tersebut dilakukan dengan membentuk clamp conection, yang menjadi ciri bagi Basidiomycetes. 3

14 Miselium dikariotik melakukan asimilasi tersembunyi jauh di dalam substrat. Saat kondisi sesuai untuk melakukan reproduksi, beberapa miselium dikariotik melakukan morfogenesis yang kompleks untuk membentuk basidiokarp, yang sudah dapat terlihat dengan mata telanjang. Beberapa sel basidiokarp, yang sudah dapat terlihat dengan mata telanjang. Beberapa basidiokarp ditransformasi menjadi tubuh buah. Syarat Tumbuh Budidaya jamur tiram dapat dilakukan secara optimal sepanjang tahun, jamur tiram seperti halnya tanaman lain yang dibudidayakan, memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai agar dapat tumbuh optimal. Kondisi lingkungan tersebut antara lain: suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan miselium 20 0 C-3O 0 C dengan kelembaban 80%-85%., cahaya, derajat keasaman, serta konsentrasi karbondioksida (CO 2 ) dan oksigen (O 2 ) (Imtiaj et al 2008). Faktor nutrisi juga diperlukan untuk pertumbuhan jamur tiram, beberapa nutrisi tersebut antara lain: sumber karbon, sumber nitrogen, vitamin, dan mineral. Ruang Inokulasi Ruang Inokulasi adalah ruangan yang berfungsi untuk menanam bibit pada media tanam, ruang ini harus mudah dibersihkan, tidak banyak ventilasi untuk menghindari kontaminasi (adanya mikroba lain). Ruang inkubasi Ruangan ini memiliki fungsi untuk menumbuhkan miselium jamur pada media tanam yang sudah di inokulasi (Spawning). Kondisi ruangan diatur pada suhu 22 0 C 28 0 C dengan kelembaban 60% 80%. Ruangan ini dilengkapi dengan rak-rak bambu untuk menempatkan media tanam dalam kantong plastik (baglog) yang sudah di inokulasi. Ruang penanaman : Ruang penanaman (growing) digunakan untuk menumbuhkan tubuh buah jamur. Ruangan ini dilengkapi juga dengan rak-rak penanaman dan alat penyemprot atau pengabutan. Pengabutan berfungsi untuk menyiram dan mengatur suhu udara pada kondisi optimal 16 0 C 22 0 C dengan kelembaban 80% 90%. Rumah jamur (kubung) Bangunan jamur sederhana dapat dibuat dari kerangka kayu (bambu) beratap daun rumbia, anyaman bambu atau anyaman jerami padi, seperti pada Gambar 2 dan Gambar 3. Kubung dianjurkan dibangun pada tempat yang teduh dan tidak terkena pancaran sinar matahari secara langsung. Ini dimaksudkan untuk menjaga suhu dan kelembaban ruang kubung. Ukuran kumbung yang ideal adalah 84 m 2 (panjang 12 m dan lebar 7 m) dan tinggi 3,5 m. Bentuk kumbung bisa bervariasi, bisa mirip gembong kereta api atau seperti rumah. Pada umumnya kumbung atau bangunan jamur terdiri dari beberapa ruangan, diantaranya: Ruang persiapan Ruang persiapan adalah ruangan yang berfungsi untuk melakukan kegiatan pengayakan, pencampuran, pewadahan, dan sterilisasi. Gambar 2. Rumah jamur Gambar 3. Rumah jamur 4

15 Gambar 4. Penumbuhan miselium Rak untuk penataan baglog Media tanam yang baru diinokulasikan dengan posisi baglog berdiri. Tumbuhnya miselium sekitar 40 hari, pada media taman ditandai adanya benang-benang putih diseluruh permukaan media tanam. (Parlindungan 2003). Kelembaban yang dibutuhkan adalah 60% 80%. Bila pertumbuhan miselium telah mencapai 90%-95%, baglog disusun mendatar pada rak-rak kubung seperti terlihat pada Gambar 4. Penyiraman Pengaturan suhu dan RH dalam ruangan dapat dilakukan dengan menyemprotkan air bersih ke dalam ruangan. Penyiraman dilakukan ke seluruh ruangan kubung dan dilakukan dua kali sehari. Suhu rumah jamur 16 C-22 C dan RH: 80%-90%. Apabila suhu terlalu tinggi, sedang RH terlalu rendah, maka primordia (bakal jamur) akan kering dan mati. Pengendalian hama Faktor penting yang harus diperhatikan dalam budidaya jamur tiram ini adalah masalah higienis. Menurut Suriawiria (2000) hama yang sering merusak media tanam jamur diantaranya adalah rayap, lalat, serangga tanah lainnya, cacing, tikus. Cara pengendalian yang biasa dilakukan dalam budidaya jamur tiram adalah menggunakan insektisisda Pengendalian penyakit yang disebabkan jenis jamur lain atau bakteri pengendaliaanya dengan membuang sedikit demi sedikit jamur penyakit agar pertumbuhan jamur penyakit terhambat. Pemanenan Kegiatan pemanenan menentukan kualitas jamur tiram. Menurut Cahyana et al (1999) pemanenan jamur tiram harus memperhatikan: a. Penentuan saat panen Panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur mencapai tingkat yang optimal yaitu cukup besar, tetapi belum mekar penuh. Biasanya dilakukan 5 hari setelah tumbuh bakal jamur. (Astuti & Nurbana 2006). Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk mempertahankan kesegarannya. b. Teknik pemanenan Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh rumpun jamur yang ada, jangan memotong cabang jamur yang ukurannya besar saja, sebab dalam satu rumpun jamur mempunyai pertumbuhan yang sama. Apabila pemanenan hanya dilakukan pada jamur yang ukurannya besar saja maka jamur yang berukuran kecil tidak akan bertambah besar, bahkan kemungkinan mati. c. Penanganan pascapanen Jamur yang sudah dipanen tidak perlu dipotong hingga menjadi bagian perbagian tudung, tetapi hanya perlu dibersihkan kotoran yang menempel di bagian akarnya saja, dengan cara tersebut, disamping kebersihannya lebih terjaga, daya tahan simpan jamur lebih lama. Sterilisasi Jamur Tiram Sterilisasi adalah proses mematikan semua mikroorganisme termasuk bakteri, spora bakteri, kapang dan virus. Sterilisasi yang tidak sempurna dapat menghasilkan penyebaran infeksi bakteri dan virus. Perebusan bukanlah metode sterilisasi. Sterilisasi umumnya dilakukan menggunakan autoklaf untuk yang menggunakan panas bertekanan tinggi. Cara lain yang kini dikembangkan adalah sterilisasi basah untuk produk-produk yang tidak tahan panas. 5

16 Sterilisasi basah Teknologi pengemasan aseptik untuk minuman yang sensitif terhadap asam kini telah dikembangkan. Konsep aseptis ini menggunakan larutan PAA (peracetic acid) sebagai medium sterilisasi, isolator mikrobial untuk pengendali lingkungan, Sistem aseptik ini digunakan dalam sterilisasi botol pet yang saat ini banyak digunakan dalam industri minuman. Dasar sterilisasi basah dengan dengan menggunakan PAA. Penggunaan PAA lebih baik daripada hidrogen peroksida (H 2 O 2 ) karena lebih efektif terhadap kontaminan. Suhu yang umum digunakan sekitar 65 0 C atau kurang jika produknya asam. Larutan PAA tidak bermigrasi ke dalam molekul pet selama sterilisasi sehingga digunakan sebagai alternatif pengganti hidrogen peroksida (H 2 O 2 ) yang dapat bermigrasi ke dalam matrik pet. Disinfectants Disinfectants atau disebut juga larutan sterilisasi dingin dapat merusak banyak mikroorganisme (bakteri, virus, kapang) tetapi tidak dapat mematikan spora bakteri. Cara ini tidak dapat menggantikan sterilisasi autoklaf. Sterilisasi dengan drum Sterilisasi media yang telah dikemas dalam bentuk baglog pada budidaya jamur tiram, salah satunya dapat dilakukan dengan teknik mengukus menggunakan drum yang divisualisasikan pada Gambar 5. Bahan Baku Pembuatan Media Tumbuh Jamur Tiram Serbuk gergaji Bahan utama media tanam jamur dapat mencapai diatas 70% dari total bobot media tanam (baglog). Bahan baku dipilih yang ramah lingkungan dan aman dikonsumsi manusia. Bahan tersebut adalah serbuk gergaji yang ditunjukkan pada Gambar 6 mengandung selulosa, karbohidrat, serat, dan lignin. Jamur mampu mengubah selulosa dan lignin menjadi karbohidrat, yang selanjutnya dirombak menjadi protein. Agar jamur tumbuh sempurna, sebaiknya menggunakan serbuk gergaji yang kering dan bersih, tidak mengandung minyak atau getah. Bila mengandung keduanya maka jamur akan terhambat pertumbuhannya. Kadar air serbuk gergaji sekitar 15%-20% agar tahan lama disimpan. Jamur tiram sebaiknya menggunakan jenis kayu yang berdaya tahan rendah, seperti albasia. Jenis kayu terlarang untuk media jamur ialah pinus (Pinus mercusii), karena mengandung zat terpenoid atau belerang. Senyawa tersebut akan menghalangi pertumbuhan jamur. Selain serbuk gergaji kayu, beberapa bahan dasar lain yang dapat digunakan untuk media tanam jamur tiram, yaitu ampas tebu, tongkol jagung, rumput kering, limbah kapas dan daun teh.. Gambar 6. Serbuk gergaji Gambar 5. Sterilisasi media dengan menggunakan drum 6

17 Kapur Merupakan sumber kalsium (Ca). untuk mengatur tingkat keasaman (ph) media tumbuh jamur. Gunakan kapur pertanian atau kalsium karbonat (CaCO 3 ). Unsur kalsium dan karbon memperkaya kandungan mineral media tanam, keduanya sangat diperlukan untuk pertumbuhan jamur (Chang & Miles 1989). Tepung tapioka Merupakan sumber kalsium atau karbohidrat tambahan, diperlukan untuk memperkuat dan memperkokoh media, agar media tanaman tidak mudah hancur atau rusak. Dedak padi Bekatul atau dedak ditambahkan untuk meningkatkan nutrisi media tanam, terutama sebagai sumber karbohidrat, karbon (C), serta nitrogen (N). Sebaiknya dipilih bekatul yang masih baru, belum berbau tengik dan tidak rusak. Selain bekatul juga ditambahkan tepung jagung. Jumlah bahan nutrisi ini yang ditambahkan tidak lebih dari 20%. Sebelum bekatul digunakan, perlu dilakukan pengujian dengan cara: Dedak asli beraroma khas, yaitu kulit padi yang tidak berbau apek. Jika dicampur bahan lain, bau khas itu tidak akan tercium. Bila dikepal dan diremas agak menggumpal, tidak pecah. Jika digenggam dan diletakkan di atas air, tidak seluruhnya tenggelam, sebagian ada yang mengapung di permukaan. (Sunarti 1998). Bibit Jamur Bibit yang ditanam berasal dari miselium jamur yang divisualisasikan pada Gambar 7. Agar miselium jamur dapat tumbuh dengan baik hingga berkembang menjadi tubuh buah jamur ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: Gambar 7. Bibit jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus (L.) Fries) a. Sanitasi, semua alat yang dipakai harus disterilisasi dan dicelup ke dalam alkohol, kemudian dipanaskan beberapa saat di api spirtus. Demikian juga dengan tangan harus dibasuh dan dicuci dengan alkohol. b. Bibit jamur, kualitas bibit merupakan kunci keberhasilan dari budidaya jamur. Bila bibit yang digunakan telah kadaluwarsa, maka dapat dipastikan hasilnya tidak akan maksimal. Oleh karena itu pilih bibit yang baik, yaitu: Bibit berasal dari strain atau varietas unggul. Umur bibit optimal hari. Warna bibit merata, tidak ada bercak-bercak warna lain. Belum terdapat tubuh buah jamur yang tumbuh pada bibit tersebut. Tidak terkontaminasi. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Serua Lama, Ciputat Tanggerang Selatan dan Bengkel Kayu, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan selama pada bulan September 2009 Mei

18 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit jamur, media yang terdiri atas serbuk gergaji, dedak, tepung jagung, kapur, air dan LPG sebagai bahan bakar. Alat yang digunakan terdiri dari alat utama dan alat bantu. Alat utama dalam penelitian ini adalah seperangkat alat sterilisasi dengan metode mengukus dengan menggunakan drum. Alat bantu terdiri dari timbangan, penggaris, plastik, stopwatch, botol berwarna bening, kapas, gunting, pipa, karet, thermometer. Metode Penelitian Tahapan penelitian ini meliputi tahap pembuatan media jamur tiram putih dan proses sterilisasi media, pengukuran lama pendidihan air, penghitungan efisiensi bahan bakar, membandingkan hasil media yang telah di sterilisasi dengan metode pengukusan dengan menggunakan drum selama 6 jam, 8 jam, dan 10 jam. Penjabaran tahapan penelitian dibahas dalam sub bab selanjutnya: Tahapan Budidaya Jamur Tiram Pembuatan media jamur tiram putih dan proses sterilisasi media Serbuk kayu yang diperoleh dari penggergajian mempunyai tingkat keseragaman yang kurang baik, hal ini berakibat tingkat pertumbuhan miselia kurang merata dan kurang baik. Mengatasi hal tersebut maka serbuk gergaji perlu di ayak. Ukuran ayakan sama dengan untuk mengayak pasir, pengayakan harus mempergunakan masker karena dalam serbuk gergaji banyak tercampur debu dan pasir. Media jamur tiram putih dibuat dengan komposisi 100 kg serbuk gergaji, 16 kg dedak, 1 kg tepung jagung, 1 kg kapur, 60 % air dari bobot total campuran. Bahan-bahan yang telah ditimbang sesuai dengan kebutuhan dicampur dengan serbuk gergaji selanjutnya disiram dengan air sekitar 50% 60% atau bila kita kepal serbuk tersebut menggumpal tapi tidak keluar air. Hal ini menandakan kadar air sudah cukup. Pembungkusan menggunakan plastik polipropilen (PP) dengan ukuran yang dibutuhkan. Cara membungkus yaitu dengan memasukkan media ke dalam plastik kemudian dipukul atau ditumbuk sampai padat dengan botol atau menggunakan filler (alat pemadat) kemudian disimpan Teknik sterilisasi yang digunakan yaitu dengan mengukus media dengan menggunakan drum yang bertujuan menginaktifkan mikroba, bakteri, kapang, maupun khamir yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur yang ditanam. Media baglog yang sudah dibuat kemudian disusun di dalam drum dengan kapasitas 84 baglog. Baglog tersebut dikukus hingga 6 jam (2 jam pemanasan dan 4 jam sterilisasi), 8 jam (2 jam pemanasan dan 6 jam sterilisasi), dan 10 jam (2 jam pemanasan dan 8 jam sterilisasi) dengan menggunakan kompor gas. Pemanasan dilakukan pada suhu 27 0 C C, dan sterilisasi dilakukan pada suhu 80 0 C C. Inokulasi Inokulasi adalah kegiatan memasukan bibit jamur ke dalam media jamur yang telah disterilisasi. baglog didinginkan selama satu malam setelah sterilisasi, kemudian media ditanami bibit diatasnya dengan menggunakan sendok makan atau sendok bibit kemudian diikat dengan karet dan ditutup dengan kapas. Inkubasi Inkubasi dilakukan dengan cara menyimpan di ruang inkubasi dengan kondisi tertentu. Inkubasi dilakukan hingga seluruh media berwarna putih merata, biasanya media akan tampak putih merata antara hari. Pemanenan Panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur mencapai tingkat yang optimal, pemanenan ini biasanya dilakukan 5 hari setelah tumbuh bakal jamur. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk mempertahankan kesegarannya dan mempermudah pemasaran. 8

19 Pengukuran Lama Pendidihan Air dengan Menggunakan Kompor Gas Air yang digunakan untuk proses penguapan ini sebanyak 28,26 liter air (10 cm dari dasar drum). Pengukuran yang dilakukan yaitu menghitung massa LPG yang dipakai selama proses penguapan sehingga dapat diketahui laju bahan bakar yang digunakan pada masing-masing bahan bakar. Pada tahap ini juga dilakukan pengukuran suhu bagianbagian kompor gas dan drum yang digunakan untuk proses penguapan tersebut. Diagram alir penelitian seperti pada Gambar 8 dan Gambar 9. Mulai Serbuk gergaji Dedak Air Kapur Tepung jagung Plastik ukuran 2 kg disaring, diaduk dan dimasukkan Plastik ditutup dengan ring Disumbat kapas Dilapisi plastik kembali Media siap disterilisasi Gambar 8. Diagram alir pembuatan media jamur tiram 9

20 Mulai Pembuatan media Media siap disterilisasi Drum berisi air ± 28 liter Karakterisasi dikukus 6 jam 8 jam 10 jam Pembibitan (inokulasi) (± 1 hari) Inkubasi (± 40 hari) Panen Membandingkan hasil dan analisis RAL Pengolahan data Penyusunan laporan Penghitungan Efisiensi Bahan Bakar Dalam penghitungan efisiensi kompor gas perlu mengetahui jumlah energi yang dibutuhkan untuk memasak dengan menggunakan persamaan (Desna 2010): Keterangan : (1) Qn = laju energi yang dibutuhkan (kcal/jam) M a M u = massa air awal (kg) = massa air yang menguap (kg) c = kalor jenis air (kcal/kg 0 C) ΔT = perubahan suhu ( 0 C) t 1,2 KU = waktu pemasakan (jam) = kalor uap (kcal/kg) Pemasukan energi mengacu pada jumlah energi yang diperlukan, dalam istilah bahan bakar, energi yang harus dimasukan ke dalam kompor. Hal ini dapat dihitung menggunakan persamaan berikut, (Belonio 1985, Irzaman 2008, Rifki 2008): Keterangan: (2) FCR = (Fuel Consumption Rate) laju bahan bakar yang dibutuhkan (kg/jam) Qn = laju energi yang dibutuhkan (kcal/jam) HVF = (Heat Value Fuel) energi yang terkandung dalam bahan bakar (kcal/kg) ξg = efisiensi kompor (%) Membandingkan Hasil Pengukusan Media Selama 6 Jam, 8 Jam, dan 10 Jam dengan Menggunakan Kompor Gas. Gambar 9. Selesai Diagram alir penelitian Setelah media disterilisasi dan suhu baglog turun hingga suhu kamar, inokulasikan bibit pada baglog tersebut. Setelah ± 40 hari, maka didapatkan data banyaknya media jamur yang masih terkontaminasi bakteri dan yang sudah benar-benar steril. Pada tahap ini pula, dapat dibandingkan 10

21 banyaknya jamur yang dihasilkan pada proses sterilisasi 6 jam, 8 jam dan 10 jam dengan menggunakan kompor gas. Analisis Data Menggunakan Metode Rancangan Acak Lengkap Perlakuan merupakan suatu prosedur atau metode yang diterapkan pada unit percobaan. Unit percobaan adalah unit terkecil dalam suatu percobaan yang diberi suatu perlakuan. Suatu percobaan yang dirancang dengan hanya melibatkan beberapa taraf sebagai perlakuan disebut dengan percobaan suatu faktor. Penerapan percobaan satu faktor dalam rancangan acak lengkap biasanya digunakan jika kondisi unit percobaan yang digunakan relatif homogen. Rumus untuk menghitung jumlah kuadrat dibedakan menjadi dua yaitu untuk percobaan dengan ulangan setiap perlakuan sama dan ulangan setiap perlakuan tidak sama. Untuk perlakuan sama dapat dirumuskan sebagai berikut (Mattjik 2006): FK JKT JKP = faktor koreksi = jumlah kuadrat total = jumlah kuadrat perlakuan (3) (4) (5) Keterangan: t r y DbP DbG = perlakuan = ulangan = rata-rata umum = derajat bebas perlakuan = derajat bebas galat HASIL DAN PEMBAHASAN (10) Penanaman jamur dilakukan di rumah jamur yang terletak di daerah Serua Lama, Tangerang Selatan. Sejak inokulasi dilakukan sampai terbentuknya tubuh buah, kondisi lingkungan terus diperhatikan. untuk menjaga kestabilan kelembaban dan suhu lingkungan di dalan rumah tanam dilakukan secara manual, yaitu dengan menyiram lantai dan menyemprotkan ke udara sebanyak dua kali dalam sehari, sekitar Pukul dan Selain penyiraman lantai juga dilakukan penyiraman media dengan menggunakan spray agar media tidak kekeringan atau penyiraman hanya dilakukan pada plastik baglognya saja, yaitu pada saat primordia (bakal tubuh buah) sudah muncul untuk mencegah pembusukan primordia dan penghambatan pertumbuhan tubuh buah. Selama penelitian ini dilakukan, kondisi kelembaban dan suhu pada pagi, sore dan malam hari dirumah tanam sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan tubuh buah jamur (kelembaban 60%-90% dan suhu 23 o C -30 o C) JKG KTP = Jumlah kuadrat galat = Kuadrat tengah perlakuan (6) (7) Perbandingan Hasil Pengukusan Media Selama 6 Jam, 8 Jam, dan 10 Jam Pembakaran merupakan suatu proses fisika dan kimia yang terjadi karena kombinasi yang sangat cepat antara oksigen dan elemen atau campuran kimia yang mengasilkan panas. (Rifki 2008). KTG = Kuadrat tengah galat (8) Di dalam pembakaran bahan bakar atau limbah komponen utama terdiri dari karbon dan hidrogen menimbulkan kalor seperti ditunjukkan pada reaksi berikut: (9) C CO 2 + energi 2H 2 + O 2 2H 2 O + energi 11

22 Nilai efisiensi bahan bakar mencapai 40,74% pada proses pengukusan 6 jam, 59,57% pada proses pengukusan 8 jam, dan 53,14% untuk proses pengukusan 10 jam. Laju konsumsi bahan bakar (FCR) pada sterilisasi media dan energi kalor yang dibutuhkan (Qn) pada proses sterilisasi dapat dilihat pada Tabel 2. Pada Tabel 2 dapat dilihat laju konsumsi bahan bakar (FCR) rata-rata pada proses pengukusan media dengan menggunakan kompor berbahan bakar LPG ini sebesar 10 kg/hari pada proses pengukusan selama 6 jam, 9 kg/hari pada proses pengkusan 8 jam, dan 10,8 kg/hari untuk proses pengukusan 10 jam. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan persamaan 1 dan persamaan 2 yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Energi kalor rata-rata yang dibutuhkan (Qn) untuk proses pengukusan media selama 6 jam, 8 jam, 10 jam secara berturut-turut adalah 47945,88 kcal/hari, 63086,29 kcal/hari, dan 67267,38 kcal/hari. Tabel 2. Perbandingan efisiensi bahan bakar setiap perlakuan lamanya proses pengukusan media tumbuh jamur tiram putih. Lamanya Pengukusan (jam) Ulangan FCR (kg/hari) Waktu (hari) Mendidih Menguap Qn (kcal/hari) Efisiensi (%) Rata-rata efisiensi (%) ,1250 0, ,32 39, ,0694 0, ,43 42,29 40, ,0 0,0833 0, ,76 62, ,0 0,0833 0, ,83 56,26 59, ,6 0,0694 0, ,51 55, ,0 0,0625 0, ,24 51,25 53,14 Berdasarkan Gambar 10 dan Gambar 11 dapat dilihat pengaruh lamanya proses pengukusan terhadap energi yang dibutuhkan. Semakin lama proses pengukusan maka energi yang dibutuhkan semakin besar, yang artinya laju energi meningkat sebagai akibat semakin lama proses pengukusan. Hasil akhir yang diperoleh ternyata pengukusan media selama 10 jam memerlukan energi yang lebih besar dibanding proses pengukusan pada 6 jam dan 8 jam. Berdasarkan Gambar 12 dan Gambar 13 dapat dilihat pengaruh lamanya proses pengukusan terhadap efisiensi. Lamanya proses pengukusan tidak berbanding lurus dengan efisiensi. Hasil akhir yang diperoleh ternyata pengukusan media selama 8 jam memiliki nilai efisiensi yang tertinggi, dibanding proses pengukusan pada 6 jam dan 10 jam. Berdasarkan Gambar 14 dan Gambar 15 dapat dilihat pengaruh lamanya sterilisasi terhadap pertumbuhan jamur tiram putih. Massa jamur yang dihasilkan berbanding lurus dengan efisiensi bahan bakar. Pada proses pengukusan 8 jam menghasilkan efisiensi bahan bakar dan massa jamur yang tertinggi secara berturut-turut nilainya yaitu 59,57% dan g. 12

23 Qn (enenrgi yang dibutuhkan) kcal/hari ulangan 1 ulangan 2 lamanya proses pengukusan (jam) efisiensi (%) lamanya proses pengukusan (jam) Gambar 10. Qn tiap ulangan lamanya proses pengukusan media Gambar 13. Efisiensi rata-rata tiap ulangan lamanya proses pengukusan media en ergi rata-rata yang dibutuhkan (kcal/hr) lamanya proses pengukusan (jam) massa jamur tiram (gram) lamanya proses pengukusan (jam) ulangan 1 ulangan 2 Gambar 11. Qn rata-rata tiap ulangan lamanya pengukusan media Gambar 14. Massa jamur tiap ulangan lamanya pengukusan media. efisiensi (%) ulangan 1 ulangan lamanya proses pengukusan (jam) massa jamur tiram rata-rata lamanya proses pengukusan (jam) Gambar 12. Efisiensi tiap ulangan lamanya proses pengukusan media Gambar 15. Massa jamur rata-rata tiap ulangan lamanya proses pengukusan media 13

24 Faktor Tumbuh Agar jamur tiram dapat tumbuh dengan optimal, diperlukan kondisi lingkungan yang sesuai, yaitu: a. Suhu Pertumbuhan jamur sangat dipengaruhi oleh kondisi suhu didalam rumah tanam jamur, oleh karena itu kondisi suhu tersebut harus selalu terkontrol. Pada umumnya jamur akan tumbuh baik pada kisaran suhu antara 23 o C 28 o C. Suhu pertumbuhan jamur tiram pada saat inkubasi lebih tinggi dibandingkan suhu pada saat pertumbuhan (pembentukan tubuh buah). Suhu inkubasi jamur tiram berkisar antara 23 o C 28 o C, sedang suhu untuk pertumbuhan jamur tiram berkisar antara 16 o C 23 o C b. Kelembaban (Relative humidity, RH), Seperti halnya suhu, kelembaban nisbi pertumbuhan jamur tiram pada saat inkubasi dan pembentukan tubuh buah juga berbeda. Pada saat inkubasi kelembaban yang dibutuhkan adalah 60% 80%, sedang untuk pembentukan tubuh buah 80% 90%. Pengaturan suhu dan RH dalam ruangan dapat dilakukan dengan menyemprotkan air bersih ke dalam ruangan. Apabila suhu terlalu tinggi, sedang RH terlalu rendah, maka primordia (bakal jamur) akan kering dan mati, demikian pula sebaliknya. c. Cahaya Pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram sangat peka terhadap cahaya, misal cahaya matahari secara langsung. Intensitas cahaya yang diperlukan pada saat pertumbuhan sekitar 10 % atau sebanding dengan kuat penerangan kurang dari 40 lux. Cahaya merupakan faktor yang sangat penting untuk pertumbuhan miselium, proses pembentukan dan pertumbuhan tubuh buah jamur. Cahaya yang terlalu kuat dapat menghambat pertumbuhan bahkan dapat menghentikan pertumbuhan. Efek cahaya juga dapat merusak vitamin yang dibentuk oleh jamur. Pada fase pertumbuhan generatif, cahaya diperlukan untuk merangsang pembentukan bakal tubuh buah, pembentukan tudung dan perkembangannya. Kekurangan cahaya mengakibatkan pertumbuhan tangkai lebih panjang dari pada ukuran normalnya dan pertumbuhan tudung kurang berkembang sehingga ukurannya lebih kecil dari normalnya. d. Faktor nutrisi Faktor nutrisi sangat diperlukan untuk pertumbuhan jamur tiram, beberapa nutrisi tersebut antara lain: sumber nitrogen, vitamin, mineral dan sumber karbon. Pembentukan tubuh buah akan terhambat pada konsentrasi karbon dioksida yang tinggi. Oksigen dibutuhkan untuk proses pembentukan dan pertumbuhan tubuh buah jamur. Jika kekurangan O 2 atau terlalu banyak kadar karbon dioksida di udara, maka tangkai tubuh buah jamur akan tumbuh memanjang dan tudungnya menjadi kurang berkembang. Kondisi lain yang juga mempengaruhi pertumbuhan jamur pada penelitian ini adalah bentuk, ukuran, luasan baglog dan bentuk, ukuran, warna, jenis ketebalan plastik. Pada penelitian ini digunakan baglog berukuran 2 kg, yang tingginya lebih besar dibanding diameter baglognya. Pada penelitian ini dihasilkan massa jamur yang kurang maksimal, hal ini dapat dipengaruhi karena ukuran baglog yang seperti itu sehingga membuat jamur sulit tumbuh, selain itu warna dan ketebalan plastik juga mempengaruhi karena jamur memerlukan cahaya yang cukup untuk pertumbuhannya. 14

25 Tabel 3. Pertumbuhan jamur tiram Lamanya pengukusan (jam) Ulangan Baglog hasil sterilisasi Kontaminasi Baglog yang berbuah Massa jamur (g) Rata-rata (g/baglog) , , , , , ,00 Tabel 4. Sidik ragam pengaruh lamanya proses pengukusan terhadap efisiensi bahan bakar Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F. hitung F. tabel F. tabel Perlakuan (t-1) 2 367, ,815 15,890* 9,552 Galat t(r-1) 3 34,720 11,570 15,890** 5,462 Total 5 402,350 Tabel 5. Sidik ragam pengaruh lamanya proses pengukusan terhadap energi yang dibutuhkan Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F. hitung F. tabel F. tabel Perlakuan (t-1) 2 9,552 Galat t(r-1) 3 5,462 Total 5 Tabel 6. Sidik ragam pengaruh lamanya proses pengukusan terhadap pertumbuhan jamur tiram Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F. hitung F. tabel F. tabel Perlakuan (t-1) 2 9,552 Galat t(r-1) 3 5,462 Total 5 15

26 Analisis Statistik Menggunakan Metode Rancangan Acak Lengkap Berdasarkan data yang ditunjukkan pada Tabel 4 dan perhitungan pada Lampiran 3 bagian (a) dapat disimpulkan bahwa perlakuan lamanya proses pengukusan berpengaruh nyata terhadap efisiensi bahan bakar, karena F hit.> F tabel. Secara fisis artinya perubahan lamanya proses pengukusan mengakibatkan perubahan efisiensi bahan bakar yang pada batas tertentu menghasilkan nilai efisiensi tertinggi yaitu pada proses pengukusan 8 jam. Berdasarkan data yang ditunjukkan pada Tabel 5 dan perhitungan pada Lampiran 3 bagian (b) dapat disimpulkan bahwa perlakuan lamanya proses pengukusan tidak berpengaruh nyata terhadap energi yang dibutuhkan, karena F hit < F tabel. Secara fisis artinya perubahan lamanya proses pengukusan tidak mengakibatkan perubahan energi yang dibutuhkan. Penggunaan bahan bakar yang berbeda jumlahnya, menghasilkan energi yang dibutuhkan relatif sama sampai awal menuju proses sterilisasi. Pada proses sterilisasi semakin lama proses sterilisasi, mengakibatkan energi yang dibutuhkan semakin besar. Berdasarkan data yang ditunjukkan pada Tabel 6 dan perhitungan pada Lampiran 3 bagian (c) dapat disimpulkan bahwa perlakuan lamanya proses pengukusan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan jamur, karena F hit > F tabel. Secara fisis artinya perubahan lamanya proses pengukusan mengakibatkan perubahan massa jamur yang dihasilkan dimana pada batas tertentu menghasilkan nilai efisiensi tertinggi yaitu pada proses pengukusan 8 jam. KESIMPULAN Budidaya jamur tiram putih bisa dilakukan di dalam rumah jamur atau kubung dengan media tanam terdiri atas bahan dasar yaitu serbuk kayu gergaji dan bahan tambahan antara lain: bekatul, gips, dan kapur. Syarat rumah jamur memiliki suhu ruangan 28 0 C dengan kelembaban 80 %-90 %. Pada saat inkubasi kelembaban yang dibutuhkan adalah 60 %-80 %, sedang untuk pembentukan tubuh buah memerlukan kelembaman 80 %-90 % dan kadar air media yang cocok sekitar 60 %. Suhu yang diperlukan untuk proses inkubasi antara 23 o C -28 o C. Efisiensi yang dihasilkan pada proses pengukusan 8 jam menghasilkan nilai efisiensi lebih besar dan menghasilkan massa yang lebih besar dibandingkan dengan lamanya pengukusan 6 jam dan 10 jam. Berdasarkan analisis statistik menggunakan metode rancangan acak lengkap dapat disimpulkan bahwa perlakuan lamanya proses pengukusan tidak berpengaruh nyata terhadap terhadap energi yang dibutuhkan, karena F hit < F tabel. Secara fisis artinya ialah perubahan lamanya proses pengukusan mengakibatkan perubahan energi yang dibutuhkan. Penggunaan bahan bakar yang berbeda jumlahnya, menghasilkan energi yang dibutuhkan relatif sama mengakibatkan energi yang dibutuhkan semakin besar. Perlakuan lamanya proses pengukusan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan jamur dan efisiensi karena F hit > F tabel. Secara fisis artinya perubahan lamanya proses pengukusan mengakibatkan perubahan massa jamur dan nilai efisiensi. Pada batas tertentu menghasilkan nilai efisiensi dan massa tertinggi yaitu pada proses pengukusan 8 jam. SARAN Pada penelitian selanjutnya diharapkan sterilisasi jamur tiram putih menggunakan ukuran baglog yang disesuaikan yakni ukuran diameter lebih besar dibanding tingginya. Perhatikan warna, ketebalan, jenis kantong plastik yang digunakan. Mencari lamanya waktu sterilisasi media jamur tiram putih yang lain dari yang pernah dicobakan, dengan harapan dapat dihasilkan mutu jamur tiram yang lebih baik serta pengaturan suhu dan kelembaban ruangan seakurat mungkin antara 22 0 C-30 0 C agar pertumbuhan jamur tiram maksimal. Sebaiknya saat penelitian, dilakukan pemeriksaan kuat penerangan ruangan, dan penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan alat ukur khususnya timbangan yang ketelitiannya tinggi. Setiap kali pengulangan diadakan uji mikrobilologi dari sample (media dan bibit) 16

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan lima kali

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN DI SUSUN OLEH : NAMA : FAHDI ARDIYAN NIM : 11.11.5492 KELAS : 11-S1T1-12 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 ABSTRAK Jamur tiram merupakan salah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. UIN Suska Riau yang terletak di Jl. HR. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru,

III. BAHAN DAN METODE. UIN Suska Riau yang terletak di Jl. HR. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru, III. BAHAN DAN METODE 3.1.Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV. Ravi Nursery, di Jl. Kubang Raya Kab. Kampar, dan di Laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) UIN Suska Riau

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN Sari Sehat Multifarm didirikan pada bulan April tahun 2006 oleh Bapak Hanggoro. Perusahaan ini beralamat di Jalan Tegalwaru No. 33 di

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah I. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah dibudidayakan. Jamur tiram termasuk familia Agaricaceae atau Tricholomataceae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan jenis jamur pangan dari kelompok Basidiomycota. Jamur ini dapat ditemui di alam bebas sepanjang tahun. Jamur

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( )

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( ) TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN (10712002) JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN PROGRAM STUDY HORTIKULTURA POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG 2012 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI. Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru.

III. BAHAN DAN METODE. Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI. Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru. III. BAHAN DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan AprilAgustus 2013, di Rumah Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI Kelurahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH 5.1. Sejarah dan Perkembangan P4S Nusa Indah Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah adalah sebuah pusat pelatihan usaha jamur tiram dan tanaman hias

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM Oleh : Masnun, S.Pt, M.Si I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budidaya jamur tiram adalah salah satu usaha pertanian yang saat ini sangat prospektif karena beberapa faktor yaitu:

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. H.R. Soebrantas KM 15

I. METODE PENELITIAN. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. H.R. Soebrantas KM 15 I. METODE PENELITIAN 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juni sampai Oktober 2013 di CV. Ravi Nursery Kubang Raya Kampar Riau dan di Laboratorium Patologi, Entomologi,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Permukaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Permukaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Tiram Putih Jamur tiram putih (Pleurutus ostreatus) termasuk dalam kategori tanaman konsumsi. Jamur ini dinamakan jamur tiram karena tudungnya berbentuk setengah lingkaran

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Sejarah Yayasan Paguyuban Ikhlas Usaha jamur tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas didirikan oleh bapak Hariadi Anwar. Usaha jamur tiram putih ini merupakan salah

Lebih terperinci

Efisiensi Energi Bahan Bakar Sekam dan Kayu pada Proses Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih

Efisiensi Energi Bahan Bakar Sekam dan Kayu pada Proses Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), Agustus 2012 Vol. 17 (2): 5 9 ISSN 053 4217 Efisiensi Energi Bahan Bakar Sekam dan Kayu pada Proses Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih (Efficiency Energy

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sumatera Kebun Jamur, Budidaya Jamur, di Kecamatan Percut Sei TuanKabupaten Deli Serdang, Pemilihan lokasi di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P.

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P. ostreatus)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih merupakan salah satu produk pertanianyang mempunyai kandungan gizi tinggi dibandingkan dengan jamur lain. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus ) atau white mushroom ini merupakan salah satu jenis jamur edibel yang paling banyak dan popular dibudidayakan serta paling sering

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni dilaboratorium Agronomi (laboratorium jamur) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa-timur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kayu seperti jamur

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kayu seperti jamur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur merupakan organisme yang mudah dijumpai, hal ini dikarenakan jamur dapat tumbuh disemua habitat (alam terbuka) sesuai dengan lingkungan hidupnya. Seiring

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015. III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di laksanakan di Sumatera Kebun Jamur, Budidaya Jamur, di Jalan, Benteng Hilir, No. 19. Kelurahan, Bandar Khalifah. Deli Serdang. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia mampu mengolah limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Limbah merupakan sisa dari bahan yang telah mengalami

Lebih terperinci

BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH

BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH Disusun oleh : Andrianta Wibawa 07.11.1439 BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH I. PENDAHULUAN Jamur terdiri dari bermacam-macam jenis, ada yang merugikan dan ada yang menguntungkan bagi kehidupan manusia. Jamur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai masa depan baik untuk dikembangkan. Hingga kini semakin banyak orang mengetahui nilai gizi jamur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama diperkotaan. Budidaya jamur di Indonesia masih sangat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama diperkotaan. Budidaya jamur di Indonesia masih sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan letaknya yang sangat strategis yaitu pada zona khatulistiwa, maka termasuk salah satu negara yang memiliki kekayaan alam yang

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SB091358

TUGAS AKHIR SB091358 TUGAS AKHIR SB091358 EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DENGAN VARIASI MEDIA KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) DAN SABUT KELAPA (Cocos nucifera) Oleh: Hanum Kusuma Astuti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 2 faktor dan 12 perlakuan kombinasi media tumbuh dengan 3 kali ulangan dan tiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat. Menurut Trubus (2012), permintaan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM disusun oleh : Nama : Fandi Hidayat Kelas : SI TI-6C NIM : 08.11.2051 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh. manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh. manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan. Dalam protein terdapat sumber energi dan zat

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur Dusun Ngaran Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul dan lab. tanah Fakultas

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM 0 Pembuatan Kumbung 0 Peralatan dalam Pembuatan Baglog 0 Pembuatan Media Tanam 0 Pencampuran 0 Pengisian Media Ke Kantong Plastik 0 Sterilisasi 0 Inokulasi Bibit 0 Perawatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah satu dengan yang lainnya. Menurut konsep geografi yang pernah diuraikan

I. PENDAHULUAN. daerah satu dengan yang lainnya. Menurut konsep geografi yang pernah diuraikan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap daerah memiliki potensi sumber daya yang berbeda, baik alam maupun manusia. Hal ini dapat mengakibatkan adanya hubungan atau keterkaitan antara daerah satu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur merupakan bahan pangan alternatif yang disukai oleh semua lapisan masyarakat. Saat ini jamur yang sangat populer untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur 2.2 Jamur Tiram Putih

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur 2.2 Jamur Tiram Putih II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur Jamur merupakan tumbuhan yang mudah dijumpai dan banyak terdapat di alam bebas, misalnyadi hutan atau di kebun, jamur dapat tumbuh sepanjang tahun, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang sempurna, dan diciptakannya manusia di bumi sebagai kholifah yang seharusnya kita memperhatikan,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi Diajukan oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur dikenal dalam kehidupan sehari-hari sejak 3000 tahun yang lalu, telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Di Cina, pemanfaatan jamur sebagai bahan obat-obatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur adalah tanaman berspora yang bersifat biotik (hidup) maupun abiotik (tak hidup). Jamur merupakan organisme tidak berkhlorofil. Terdapat empat macam sifat hidup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga tidak bisa melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur digolongkan sebagai

Lebih terperinci

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR EDIBLE MUSHROOM 1. Mahasiswa berdiskusi secara aktif berbagi pengetahuan yang dimiliki 2. Berpendapat secara bebas dan bertanggung jawab untuk memberikan / mengemukakan persoalan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH BUDIDAYA JAMUR TIRAM Disusun oleh: Nama : JASMADI Nim : Kelas : S1 TI-2A STMIK AMIKOM YOGYAKARTA JL. Ring road utara, condongcatur, sleman yogyakarta ABSTRAK Budidaya jamur tiram memiliki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari)

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari) BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama satu bulan penanaman jamur tiram putih terhadap produktivitas (lama penyebaran miselium, jumlah badan buah dua kali

Lebih terperinci

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Oleh Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. A. Latar Belakang Budidaya jamur merang di dalam kumbung merupakan teknik budidaya jamur yang dilakukan secara modern dengan

Lebih terperinci

Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram

Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram Nama : Enggar Abdillah N NIM : 11.12.5875 Kelas : 11-S1SI-08 ABSTRAK TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, karena adanya perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian eksperimen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur adalah organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih merupakan salah satu jamur kayu yang tumbuh di permukaan batang pohon yang sudah lapuk. Jamur tiram putih dapat ditemui di alam bebas sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan keberadaannya banyak dijumpai, seperti pada kayu-kayu yang sudah lapuk ataupun di berbagai tanaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor dengan 5 taraf konsentrasi dengan lima kali ulangan, yaitu: Keterangan: M0 M1 M2 M3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih dikenal sebagai jamur yang mudah dibudidayakan didaerah tropik dan subtropik. Jamur tiram ini juga termasuk dalam kelompok jamur yang sering

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. dari sel-sel lepas dan sel-sel bergandengan berupa benang (hifa). Kumpulan dari

I. TINJAUAN PUSTAKA. dari sel-sel lepas dan sel-sel bergandengan berupa benang (hifa). Kumpulan dari I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Tiram Putih Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) digolongkan ke dalam organisme yang berspora, memiliki inti plasma, tetapi tidak berklorofil. Tubuhnya tersusun dari sel-sel

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM NASKAH PUBLIKASI A 420090101 Disusun Oleh: NUNING PURI HANDAYANI

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : LUCKY WILANDARI A 420 100 123 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake.

BAB I PENDAHULUAN. Jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur, biasanya orang menyebut jamur tiram sebagai jamur kayu karena jamur ini banyak tumbuh pada media kayu yang sudah lapuk.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Budidaya Jamur Tiram Putih Berdasarkan hasil penelitian usaha budidaya jamur tiram yang dilakukan di Kecamatan Ciampea dan Ciawi, sudah cukup baik dalam penggunaan

Lebih terperinci

KAJIAN EFISIENSI ENERGI PADA PROSES STERILISASI MEDIA TUMBUH JAMUR TIRAM PUTIH BERBAHAN BAKAR KAYU SENGON ELLA RAHMADANI

KAJIAN EFISIENSI ENERGI PADA PROSES STERILISASI MEDIA TUMBUH JAMUR TIRAM PUTIH BERBAHAN BAKAR KAYU SENGON ELLA RAHMADANI KAJIAN EFISIENSI ENERGI PADA PROSES STERILISASI MEDIA TUMBUH JAMUR TIRAM PUTIH BERBAHAN BAKAR KAYU SENGON ELLA RAHMADANI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Hasil Hutan Bukan Kayu Istilah Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) adalah semua keanekaragaman biologi selain kayu yang digali dari hutan untuk keperluan manusia. The Expert Consultation

Lebih terperinci

I. PENGANTAR. konsumsi (edible mushroom), yang telah banyak dibudidayakan, karena selain

I. PENGANTAR. konsumsi (edible mushroom), yang telah banyak dibudidayakan, karena selain I. PENGANTAR A. Latar Belakang Jamur telah digunakan selama ribuan tahun, baik sebagai makanan maupun obat herbal. Studi-studi menunjukkan bahwa jamur bisa meningkatkan produksi dan aktivitas sel-sel darah

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu penelitian 1. Alat dan Bahan a. Bahan

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu penelitian 1. Alat dan Bahan a. Bahan III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu penelitian 1. Alat dan Bahan a. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu macam bibit F2 jamur Ganoderma sp. isolat Banyumas 1 koleksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di kayu-kayu yang sudah lapuk. Jamur ini merupakan salah satu

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) E-144

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) E-144 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) E-144 Efektifitas Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) dengan Variasi Media Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. setiap unit penelitian (baglog). Berat segar tubuh buah dan jumlah tubuh buah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. setiap unit penelitian (baglog). Berat segar tubuh buah dan jumlah tubuh buah 46 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Data diambil dari semua unit penelitian, berupa hasil pengukuran berat segar tubuh buah (dengan satuan gram) dan jumlah tubuh buah pada setiap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat panen, lebar tudung ialah rerata lebar tudung (pileus), yaitu panjang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat panen, lebar tudung ialah rerata lebar tudung (pileus), yaitu panjang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL Pada penelitian ini, indikator pertumbuhan jamur tiram putih yang diamati adalah jumlah dan lebar tudung serta waktu panen. Yang dimaksud dengan jumlah tudung ialah

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR.... I. Pemilihan Lokasi Hal I 1 Revisi... Tanggal...

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR.... I. Pemilihan Lokasi Hal I 1 Revisi... Tanggal... PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR Prosedur Operasional... I. Pemilihan Lokasi Hal I 1 Revisi... I. PEMILIHAN LOKASI A. Definisi Dan Tujuan Memilih dan menentukan lokasi tanam yang sesuai dengan persyaratan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Jamur Tiram Putih

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Jamur Tiram Putih II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Jamur Tiram Putih Jamur merupakan tumbuhan yang mudah dijumpai dan banyak terdapat di alam bebas, misalnya di hutan atau kebun. Jamur dapat tumbuh dimana-mana terutama

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN Utilization of Oil Palm Empty Bunches as Media for Growth of Merang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dinamakan demikian karena bentuknya seperti tiram atau ovster mushroom. Jamur tiram adalah jamur kayu yang tumbuh berderet menyamping

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Jamur Tiram. serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Jamur Tiram. serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Budidaya Jamur Tiram Jamur tiram dapat tumbuh dan berkembang dalam media yang terbuat dari serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog. Pertumbuhan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH

EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH 1 EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DENGAN VARIASI MEDIA KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) DAN SABUT KELAPA (Cocos nucifera) Hanum Kusuma Astuti, Nengah Dwianita Kuswytasari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rancangan Acak Lengkap (RAL) merupakan rancangan yang paling

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH PERTANIAN JERAMI PADI dan BATANG JAGUNG

PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH PERTANIAN JERAMI PADI dan BATANG JAGUNG PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH PERTANIAN JERAMI PADI dan BATANG JAGUNG NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: NOVITA DWI INDRIYANI A 420

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu sumber hayati, yang diketahui hidup liar di alam. Selama ini, jamur banyak di manfaatkan sebagai bahan pangan, dan dapat di manfaatkan sebagai

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR (PTH 1507) PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM (Pleurotus sp.)

MAKALAH SEMINAR (PTH 1507) PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM (Pleurotus sp.) MAKALAH SEMINAR (PTH 1507) PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM (Pleurotus sp.) Oleh HADIYANTO 10712018 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLETAKNIK NEGERI LAMPUNG

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH ( Pleurotus ostreatus ) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM SERBUK GERGAJI, AMPAS TEBU DAN KULIT PISANG YANG BERBEDA

PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH ( Pleurotus ostreatus ) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM SERBUK GERGAJI, AMPAS TEBU DAN KULIT PISANG YANG BERBEDA PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH ( Pleurotus ostreatus ) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM SERBUK GERGAJI, AMPAS TEBU DAN KULIT PISANG YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI Program Studi Pendidikan Biologi Disusun

Lebih terperinci

Biologi dan Siklus Hidup Jamur Merang. subkelas homobasidiomycetes, ordo agaricales, dan famili plutaceae.

Biologi dan Siklus Hidup Jamur Merang. subkelas homobasidiomycetes, ordo agaricales, dan famili plutaceae. Biologi dan Siklus Hidup Jamur Merang Biologi Jamur Merang Dalam taksonomi tumbuhan menurut Widyastuti (2001) jamur merang (Volvariella volvacea Bull. Ex. Fr.) digolongkan kedalam kelas basidiomycetes,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga dan Home industri jamur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan organisme multiselular yang banyak tumbuh di alam bebas. Organisme ini berbeda dengan organisme lain yaitu dari struktur tubuh, habitat, cara makan,

Lebih terperinci

KUALITAS TEPUNG BERAS SEBAGAI BAHAN BAKU CAMPURAN RAGI TEMPE (Rhizopus oligosporus) DILIHAT DARI HASIL PRODUKSI TEMPE KEDELAI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

KUALITAS TEPUNG BERAS SEBAGAI BAHAN BAKU CAMPURAN RAGI TEMPE (Rhizopus oligosporus) DILIHAT DARI HASIL PRODUKSI TEMPE KEDELAI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH KUALITAS TEPUNG BERAS SEBAGAI BAHAN BAKU CAMPURAN RAGI TEMPE (Rhizopus oligosporus) DILIHAT DARI HASIL PRODUKSI TEMPE KEDELAI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleorotus ostreatus) AKIBAT KONSENTRASI PEMBERIAN MOLASE (GULA MERAH)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleorotus ostreatus) AKIBAT KONSENTRASI PEMBERIAN MOLASE (GULA MERAH) PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleorotus ostreatus) AKIBAT KONSENTRASI PEMBERIAN MOLASE (GULA MERAH) Growth And Production Of Oyster Mushroom (Pleorotus ostreatus) Resulting Concentration Giving

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang merupakan jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi dan ekonomis yang tinggi, serta permintaan pasar yang meningkat. Menurut Widyastuti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Jamur Tiram Tanaman jamur tiram putih dalam tatanama (taksonomi) tumbuhan menurut Anonymous (2001) adalah: Kingdom Divisi Sub Divisi Kelas Ordo Sub Ordo Familia Genus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT dengan kekuasaan dan kehendak-nya telah menumbuhkan. berbagai macam tumbuh-tumbuhan di muka bumi ini yang di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT dengan kekuasaan dan kehendak-nya telah menumbuhkan. berbagai macam tumbuh-tumbuhan di muka bumi ini yang di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Allah SWT dengan kekuasaan dan kehendak-nya telah menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan di muka bumi ini yang di dalamnya terkandung banyak kebaikan dan manfaat

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Dani Ramadan Hatam NIM : 11.11.5414 Kelompok : E Program Studi : S1 Jurusan : TI Dosen : Prof.Dr.M. Suyanto ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tiram (Pleurotus ostreatus) berupa jumlah tubuh buah dalam satu rumpun dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tiram (Pleurotus ostreatus) berupa jumlah tubuh buah dalam satu rumpun dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pada penelitian ini diperoleh data pertumbuhan dan produktivitas jamur tiram (Pleurotus ostreatus) berupa jumlah tubuh buah dalam satu rumpun dan berat basah jamur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (± 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (± 45 hari), termasuk dalam famili Brassicaceae. Umumnya, pakchoy jarang dimakan mentah,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) mulai Maret 2011 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gram jamur kering juga mengandung protein 10,5-30,4%, lemak 1,7-2,2%, kalsium 314 mg, dan kalori 367 (Suwito, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. gram jamur kering juga mengandung protein 10,5-30,4%, lemak 1,7-2,2%, kalsium 314 mg, dan kalori 367 (Suwito, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) saat ini cukup populer dan banyak digemari oleh masyarakat karena rasanya yang lezat dan juga penuh kandungan nutrisi, tinggi

Lebih terperinci

PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR

PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR Disampaikan Oleh: Prof. Dr. Ir. Bambang Hendro S., SU. MATERI PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR I. Potensi & Prospek Budidaya Jamur A. Keuntungan Budidaya Jamur B. Prospek dan Peluang Budidaya

Lebih terperinci

KAJIAN KOMPOSISI MEDIA UTAMA DAN PENAMBAHAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae). SKRIPSI

KAJIAN KOMPOSISI MEDIA UTAMA DAN PENAMBAHAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae). SKRIPSI KAJIAN KOMPOSISI MEDIA UTAMA DAN PENAMBAHAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae). SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

OLEH : ISNAWAN BP3K NGLEGOK

OLEH : ISNAWAN BP3K NGLEGOK OLEH : ISNAWAN BP3K NGLEGOK 0 MEDIA TANAM JAMUR KAYU A. Persiapan 1. Bangunan a. Ruang Persiapan Merupakan tempat pembuatan media tanam, yaitu kegiatan pencampuran, pewadahan, dan sterilisasi. Dapat berfungsi

Lebih terperinci

PROSPEK BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) STUDI KASUS : KECAMATAN CIAMPEA DAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR IVAN WAHYU HIDAYAT E

PROSPEK BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) STUDI KASUS : KECAMATAN CIAMPEA DAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR IVAN WAHYU HIDAYAT E PROSPEK BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) STUDI KASUS : KECAMATAN CIAMPEA DAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR IVAN WAHYU HIDAYAT E14104059 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS TEH DAN KARDUS SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) ABSTRAK

PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS TEH DAN KARDUS SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) ABSTRAK PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS TEH DAN KARDUS SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) Tri Saptari Haryani 1, Ani Apriliyani 2, S.Y. Srie Rahayu 3 Program Studi Biologi,

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI

KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK LIRA BUDHIARTI. Karakterisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Biakan murni merupakan tahapan awal di dalam pembuatan bibit jamur. Pembuatan biakan murni diperlukan ketelitian, kebersihan, dan keterampilan. Pertumbuhan miselium

Lebih terperinci

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Kapang Rhizopus oligosporus Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker & Moore (1996) adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Kelas Ordo

Lebih terperinci

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN Anna Rakhmawati,M.Si Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Email:anna_rakhmawati@uny.ac.id Bahan makanan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang penting

Lebih terperinci