OPTIMASI TUNGKU BERBAHAN BAKAR SEKAM DAN TEMPURUNG KELAPA DAN ANALISIS TERMAL HADI ARDIANTO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPTIMASI TUNGKU BERBAHAN BAKAR SEKAM DAN TEMPURUNG KELAPA DAN ANALISIS TERMAL HADI ARDIANTO"

Transkripsi

1 OPTIMASI TUNGKU BERBAHAN BAKAR SEKAM DAN TEMPURUNG KELAPA DAN ANALISIS TERMAL HADI ARDIANTO DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2 ABSTRAK HADI ARDIANTO. Optimasi Tungku Berbahan Bakar Sekam Padi dan Tempurung Kelapa dan Analisis Termal. Dibimbing Oleh Dr. Ir. Irzaman, M.Si dan Abdul Djamil Husin, M.Si Pada penelitian sebelumnya telah diteliti efisiensi dan sebaran panas tungku berbahan bakar sekam padi dan tempurung kelapa dengan diameter bawah 6 cm, 9 cm dan 12 cm. Perlakuan yang dilakukan yaitu tanpa menggunakan plat dan menggunkan plat. Efisiensi yang dihasilkan untuk perlakuan tanpa menggunakan plat bahan bakar sekam padi diameter 6 cm, 9 cm, dan 12 cm berturut-turut yaitu %, %, dan % dan tempurung kelapa berturut-turut yaitu 2.41 %, 2.09 %, dan 2.66 %. Untuk efisiensi perlakuan menggunakan plat bahan bakar sekam padi berturut-turut yaitu 7.76 %, 6.37 %, dan 6.63 % sedangkan tempurung kelapa 1.53 %, 1.64 %, dan 1.71 %. Sebaran panas yang terjadi pada dinding reservoir dianalisis dengan metode ineterpolasi lagrange yang diselesaikan secara komputasi dan untuk mempermudah penggunaannya ditentukan jenis daerah panas pada dinding reservoir yang terdiri dari dearah panas suhu naik, daerah panas suhu turun dan sub daerah, sehingga akan menghasilkan fungsi pola sebaran panas untuk tiap daerahnya. Kata kunci: Dinding reservoir, daerah panas, efisiensi, interpolasi lagrange ABSTRACT HADI ARDIANTO. Optimization of Furnace for Husk Rice and Coconut Shell Fuels and Thermal Analysis. Under directions Dr. Ir. Irzaman, M.Si and Abdul Djamil Husin, M.Si At the previous research have investigated that the efficiency and heat distribution of furnace for husk rice and coconut shell fuels with bottom diameters of 6, 9 and 12 cms. The treatments are with and without using a plate. Efficiency of treatment using a plate for rice husk fuel with diameters of 6, 9 and 12 cms for coconut shell fuel respectively are 12.50%, 12.37%, and 11.77% and that respectively are 2.41%, 2.09%, and 2.66%. For efficiency of treatment that using a plate for rice husk fuel respectively are 7.76%, 6.37%, and 6.63% whereas for coconut shell are 1.53%, 1.64%, and 1.71%. The distribution of heat that occured the reservoir wall are analyzed by computing with lagrange interpolation method and to facilitate its use, determined the type of heat region on the resevoir wall that consists of the increasing temperatur heat region, the descreasing temperature heat region and the sub-region, so that it will produce function of heat distribution pattern for each region. Keyword: Wall reservoir, heat region, effeciency, Lagrange interpolation

3 OPTIMASI TUNGKU BERBAHAN BAKAR SEKAM DAN TEMPURUNG KELAPA DAN ANALISIS TERMAL HADI ARDIANTO Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

4 LEMBAR PENGESAHAN Judul Nama NIM : Optimasi Tungku Berbahan Bakar Sekam Padi dan Tempurung Kelapa dan Analisis Termal : Hadi Ardianto : G Disetujui, Dr. Ir. Irzaman, M.Si Abdul Djamil Husin, M.Si Pembimbing 1 Pembimbing 2 Diketahui, Dr. Akhiruddin Maddu, M.Si Ketua Departemen Fisika Tanggal Lulus :

5 KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang memberikan rahmat, karunia dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Optimasi Tungku Berbahan Bakar Sekam dan Tempurung Kelapa dan Analisis Termal. Penelitian ini disusun sebagai syarat untuk kelulusan program sarjana di Depatemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Penulis juga ingin menyampaikan ucapan trimakasi kepada : 1. Kedua orang tua penulis Bapak Saji dan Ibu Supriyati yang senantiasa mendoakan, memberikan motivasi dan dukungan. 2. Bapak Dr. Ir. Irzaman, M.Si selaku pembimbing I yang selalu memberikan dukungan, motivasi, dan saran. 3. Bapak Abdul Djamil Husin, M.Si selaku pembimbing II yang selalu memberikan pengarahan, dan saran. 4. Mulyana sebagai rekan penelitian yang memberikan kritik, saran dan membantu jalannya penelitian. 5. Rekan rekan mahasiswa Departemen Fisika FMIPA IPB yang telah memberikan motivasi dan masukan. 6. Rekan rekan seperjuangan yang telah memberikan dukungan dan dorongan untuk menyelesaikan penelitian ini. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat untuk kita dan untuk penelitian selanjutnya, akhir kata penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun supaya hasil penelitian ini menjadi lebih baik. Bogor, Januari 2013 Penulis

6 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... ix PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 1 Perumusan Masalah... 1 Hipotesis... 1 TINJAUAN PUSTAKA... 1 Sekam Padi... 1 Tempurung Kelapa... 1 Mekanisme Perpindahan Panas... 2 Konduksi... 2 Konveksi... 2 Radiasi... 2 Tungku Sekam... 2 BAHAN DAN METODE... 3 Tempat dan waktu penelitian... 3 Alat dan bahan... 3 Metode penelitian... 3 Analisis efisiensi tungku sekam... 4 Pengukuran dan analisis sebaran panas pada tungku sekam... 4 HASIL DAN PEMBAHASAN... 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimplan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP... 42

7 vi DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Perbandingan efisiensi tungku sekam bahan bakar sekam padi diameter reservoir bagian bawah 6cm, 9cm, dan 12cm tanpa menggunakan plat... 6 Tabel 2. Perbandingan efisiensi tungku sekam bahan bakar sekam padi diameter reservoir bagian bawah 6cm, 9cm, dan 12cm menggunakan plat... 6 Tabel 3. Perbandingan efisiensi tungku sekam bahan bakar tempurung kelapa diameter reservoir bagian bawah 6cm, 9cm, dan 12cm tanpa menggunakan plat... 7 Tabel 4. Perbandingan efisiensi tungku sekam bahan bakar tempurung kelapa diameter reservoir bagian bawah 6cm, 9cm, dan 12cm menggunakan plat... 7 Tabel 5. Jenis daerah panas terhadap jarak pada dinding reservoir tungku sekam perlakuan tanpa menggunakan plat dan fungsi hasil interpolasi lagrange Tabel 6. Jenis daerah panas terhadap jarak pada dinding reservoir tungku sekam perlakuan menggunakan plat dan fungsi hasil interpolasi lagrange... 13

8 vii DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Desain tungku sekam... 2 Gambar 2. Diagram alir penelitian... 3 Gambar 3. Diagram alir algoritma interpolasi lagrange... 4 Gambar 4. Perbandingan efisiensi bahan bakar sekam padi... 5 Gambar 5. Perbandingan efisiensi bahan bakar tempurung kelapa... 8 Gambar 6. Sebaran panas pada dinding reservoir tungku sekam dengan diameter bagian bawah 6cm bahan bakar sekam padi dan tempurung kelapa perlakuan tanpa menggunakan plat... 8 Gambar 7. Sebaran panas pada dinding reservoir tungku sekam dengan diameter bagian bawah 9cm bahan bakar sekam padi dan tempurung kelapa perlakuan tanpa menggunakan plat... 8 Gambar 8. Sebaran panas pada dinding reservoir tungku sekam dengan diameter bagian bawah 12cm bahan bakar sekam padi dan tempurung kelapa perlakuan Gambar 9. tanpa menggunakan plat... 9 Sebaran panas pada dinding reservoir tungku sekam dengan diameter bagian bawah 6cm bahan bakar sekam padi dan tempurung kelapa perlakuan menggunakan plat... 9 Gambar 10. Sebaran panas pada dinding reservoir tungku sekam dengan diameter bagian bawah 9cm bahan bakar sekam padi dan tempurung kelapa perlakuan menggunakan plat... 9 Gambar 11. Sebaran panas pada dinding reservoir tungku sekam dengan diameter bagian bawah 10 cm bahan bakar sekam padi dan tempurung kelapa perlakuan menggunakan plat... 9 Gambar 12. Perbandingan sebaran panas sekam padi perlakuan tanpa menggunakan plat Gambar 13. Perbandingan sebaran panas tempurung kelapa perlakuan tanpa menggunakan plat Gambar 14. Perbandinan sebaran panas sekam padi perlakuan menggunakan plat Gambar 15. Perbandingan sebaran panas tempurung kelapa perlakuan menggunakan plat Gambar 16. Perbandingan pola sebaran panas diameter 6cm bahan bakar sekam padi hasil plot data dan hasil interpolasi lagrange terhadap jarak pada dinding reservoir untuk perlakuan tanpa menggunakan plat... 14

9 Gambar 17. Perbandingan pola sebaran panas diameter 9cm bahan bakar sekam padi hasil plot data dan hasil interpolasi lagrange terhadap jarak pada dinding reservoir untuk perlakuan tanpa menggunakan plat Gambar 18. Perbandingan pola sebaran panas diameter 12cm bahan bakar sekam padi hasil plot data dan hasil interpolasi lagrange terhadap jarak pada dinding reservoir untuk perlakuan tanpa menggunakan plat Gambar 19. Perbandingan pola sebaran panas diameter 6cm bahan bakar tempurung kelapa padi hasil plot data dan hasil interpolasi lagrange terhadap jarak pada dinding reservoir untuk perlakuan tanpa menggunakan plat Gambar 20. Perbandingan pola sebaran panas diameter 9cm bahan bakar tempurung kelapa padi hasil plot data dan hasil interpolasi lagrange terhadap jarak pada dinding reservoir untuk perlakuan tanpa menggunakan plat Gambar 21. Perbandingan pola sebaran panas diameter 12cm bahan bakar tempurung kelapa padi hasil plot data dan hasil interpolasi lagrange terhadap jarak pada dinding reservoir untuk perlakuan tanpa menggunakan plat Gambar 22. Perbandingan pola sebaran panas diameter 6cm bahan bakar sekam padi hasil plot data dan hasil interpolasi lagrange terhadap jarak pada dinding reservoir untuk perlakuan menggunakan plat Gambar 23. Perbandingan pola sebaran panas diameter 9cm bahan bakar sekam padi hasil plot data dan hasil interpolasi lagrange terhadap jarak pada dinding reservoir untuk perlakuan menggunakan plat Gambar 24. Perbandingan pola sebaran panas diameter 12cm bahan bakar sekam padi hasil plot data dan hasil interpolasi lagrange terhadap jarak pada dinding reservoir untuk perlakuan menggunakan plat Gambar 25. Perbandingan pola sebaran panas diameter 6cm bahan bakar Tempurung kelapa hasil plot data dan hasil interpolasi lagrange terhadap jarak pada dinding reservoir untuk perlakuan menggunakan plat Gambar 26. Perbandingan pola sebaran panas diameter 9cm bahan bakar Tempurung kelapa hasil plot data dan hasil interpolasi lagrange terhadap jarak pada dinding reservoir untuk perlakuan menggunakan plat Gambar 27. Perbandingan pola sebaran panas diameter 12cm bahan bakar Tempurung kelapa hasil plot data dan hasil interpolasi lagrange terhadap jarak pada dinding reservoir untuk perlakuan menggunakan plat viii

10 ix DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Perhitungan efisiensi bahan bakar Lampiran 2. Tabel waktu mendidih air dua liter dan massa bahan bakar Lampiran 3. Tabel sebaran panas pada dinding reservoir setelah air dua liter mendidih Lampiran 4. Program algoritma untuk fungsi interpolasi lagrange... 40

11 Latar Belakang PENDAHULUAN Meningkatnya harga bahan bakar minyak dan gas alam serta makin berkurangnya cadangan minyak bumi dalam negeri, diperlukan sumber energi terbarukan. Sekam padi dan tempurung kelapa dapat dijadikan salah satu pilihan sebagai energi terbarukan, karena potensi hasil gabah dan kelapa di Indonesia yang cukup luas. 1,2 Di Indonesia tanaman padi merupakan tanaman pokok untuk menghasilkan beras sebagai kebutuhan pangan masyarakat dan limbahnya berupa sekam padi. Industri penggilingan padi yang ada di daerah pedesaan Indonesia mempu mengolah lebih dari 40 juta ton gabah menjadi beras dengan rendemen yang mendekati %. Jika kondisi ini terjadi secara berkelanjutan sebagai kapasitasnya, maka terdapat 8 juta ton sekam yang berasal dari beras yang akan di produksi. 1 Jumlah sekam padi yang cukup besar dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan energi masyarakat. Pemanfaatan energi dari sekam ini sudah mulai dilakukan salah satunya pemanfaatan sekam padi dengan menggunakan tungku sekam. Ukuran reservoir tungku disesuaikan dengan kebutuhan, namun yang sudah ada sekarang ini masih belum dapat disesuaikan dalam jumlah kecil karena ukurannya yang relatif besar tingginya berkisar cm, diameter bagain atas cm dan diameter bagain bawah (lubang pembuangan reservoir) cm. Sehingga perlu adanya penelitian untuk menghasilkan tungku yang dapat disesuaikan dalm jumlah kecil dengan efisiensi optimal dan reservoir yang akan digunakan tingginya berkisar cm, diameter atas 27 dan lubang pembuangan 6-12cm. Tempurung kelapa yang dihasilkan buah kelapa merupakan sumber energi terbarukan yang cukup berpotensila. Potensi kelapa di Indonesia yang cukup luas sekitar 3.8 juta ha, produksi 4.18 juta ton kopra/tahun, dengan hasil ikutan juta ton sabut dan tempurung 4.18 juta ton/tahun. 2 Sekam padi dan tempurung kelapa banyak tersedia namun penggunaannya belum optimum. Tungku sekam adalah salah satu media untuk pemanfaatanya. Sehingga perlu dilakukan untuk membuat tungku sekam yang efisien sebagai pengola bahan energi terbarukan yang tepat guna bagi masyarakat. Tujuan Penelitian Mempelajari efisiensi dan sebaran panas pada tungku sekam dengan diameter lubang pembuangan reservoir 6 cm, 9 cm, dan 12 cm. Perumusan Masalah 1. Apakah tungku sekam dengan diameter lubang pembuangan reservoir yang semakin besar memiliki efisiensi yang lebih optimal? 2. Apakah bahan bakar tungku sekam menggunakan tempurung kelapa lebih efisien pembakarannya dari pada sekam padi? 3. Bagaimana pola sebaran panas pada tungku sekam berbahan bakar sekam padi dan tempurung kelapa? Hipotesis 1. Tungku sekam dengan diameter lubang pembuangan reservoir semakin besar memiliki efisiensi relatif lebih optimal dari pada diameter yang kecil karena pada diameter lebih besar udara yang masuk (O 2 ) kedalam tungku lebih banyak. 2. Efisiensi pembakaran tempurung kelapa lebih efisien dari pada sekam padi karena tempurung kelapa memiliki massa jenis lebih besar dibandingkan sekam padi dan banyak rongga udara (celah) yang terbentuk. 3. Sebaran panas tungku sekam berbahan bakar sekam padi dan tempurung berbeda karena suhu yang dihasilkan berbeda. Sekam Padi TINJAUAN PUSTAKA Sekam tersusun terutama dari jaringan serat serat selulosa dan mengandung banyak silika. 3 Di tinjau dari komposisi kimia, sekam padi mengandung kadar air sebesar 9.02%, protein kasar 3.03 %, lemak 1.18%, serat kasar %, abu %, dan karbohidrat kasar %. Sedangkan komposisi kimia sekam padi menurut DTC IPB yaitu karbon 1.33 %, hidrogen 1.54 %, oksigen %, dan silika %. 4 Tempurung Kelapa Komposisi tempurung relatif sama dengan kayu keras, tetapi mengandung kadar lignin yang tinggi dan kadar selulosa yang rendah. 2

12 2 Tempurung merupakan lapisan yang keras pada buah kelapa dengan ketebalan 3 5 mm. Sifat kerasnya disebabkan oleh banyaknya kandungan silikat (SiO 2 ) di tempurung tersebut. Dari berat total buah kelapa, % merupakan berat tempurungnya. selain itu tempurung juga banyak mengandung lignin. Sedangkan kandungan methoxyl dalam tempurung hampir sama dengan yang terdapat dalam kayu. 5 Tempurung kelapa juga dimanfaatkan untuk berbagai industri, seperti arang tempurung dan karbon aktif yang berfungsi untuk mengabsobsi gas dan uap. Dilaporkan bahwa dari butir kelapa akan di peroleh satu ton tempurung. Nilai panas tempurung kelapa berkisar kalori/g berat kering. 2 Mekanisme Perpindahan Panas Mekanisme perpindahan panas terdiri atas tiga macam yaitu konduksi, konveksi dan radiasi. cahaya tampak, infra merah, dan radiasi ultra ungu. Setiap orang merasakan kehangatan radiasi matahari dan panas yang intens dari pembakaran kayu atau batubara yang membara diperapian. Perpindahan panas ini akan terjadi bahkan jika tidak ada media (hampa udara) di antara Anda dan sumber panas. 6 Tungku Sekam Tungku adalah sebuah peralatan yang digunakan untuk memanaskan bahan serta mengubah bentuknya atau mengubah sifatnya (perlakuan panas), karena bahan bakar yang digunakan berupa sekam jadi tungku untuk pambakaran sekam disebut tungku sekam. 8 Tungku sekam harus dibuat sedemikian rupa sehingga tercipta suatu aliran udara secara alamiah yang dapat meningkatkan jumlah aliran zat asam arang melewati bahan bakar yang menyala agar dapat menghasilkan nyala yang bersih dan panas. 8 Konduksi Pada tingkat atom, atom pada daerah panas memiliki rata rata energi kinetik lebih besar dari pada daerah dingin. Atom atom daerah panas menabrak atom terdekat, memberikan sebagian energinya. Atom terdekat kembali menabrak atom terdekat lainnya, dan begitu seterusnya di sepanjang bahan. Atom atom itu sendiri tidak bergerak dari daerahnya, tetapi energinya berpindah. 6 Konveksi Konveksi (convection) adalah perpindahan panas oleh gerakan massa pada fluida dari suatu daerah ruang ke daerah lainnya. Perpindahan panas secara konveksi adalah proses yang sangat kompleks, dan tidak ada persamaan sederhana untuk mendeskripsikannya. 6 Tungku dengan udara yang dipaksa, yaitu udara yang dipanaskan dan kemudian ditiup oleh kipas angin kedalam ruang, merupakan salah satu contoh konveksi yang dipaksakan. Konveksi alami juga terjadi, dan satu contoh yang banyak dikenal adalah bahwa udara panas akan naik karena udara yang dipanaskan kerapatannya akan berkurang. 7 Radiasi Radiasi (radiation) adalah perpindahan panas oleh gelombang elektomagnetik seperti Gambar 1 Desain tungku sekam keterangan : A. Reservoir (tandon) sekam dalam bentuk kerucut terbalik. B. Cerobong berlubang untuk membatasi aliran api. C. Isolator kompor. D. Badan kompor. E. Ruang antara tatakan abu sementara dan ujung bawah kerucut. F. Lubang pembuangan reservoir. G. Reservoir abu sementara.

13 BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di desa Babakanlio (Balio), Babakanraya (Bara) Dramaga - Bogor dan di laboratorium material Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Dilaksanakan dari bulan April 2012 sampai dengan Oktober Alat dan bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu seperangkat tungku sekam, termometer laser, panci, plat logam diameter 25 cm dengan ketebalan 0.02cm, ayakan dengan lubang 1 x 1 cm 2, penggaris, sepidol, terpal, korek api, stopwatch, palu, dan software matlab. Bahan yang digunakan yaitu sekam padi kering, tempurung kelapa kering, sepirtus, dan kertas. Metode penelitian Setelah Alat dan bahan sudah disiapkan, kegiatan yang dilakukan selama penelitian yaitu; a. Menimbang 18 x 1 kg sekam padi kering. b. Menghancurkan tempurung kelapa kemudian diayak dengan ayakan ukuran 1x1 cm 2. c. Menimbang 18 x 1.5 kg tempurung kelapa kering yang sudah di ayak. d. Mendidihkan air dua liter menggunakan 1 kg sekam kemudian mengukur waktu pendidihan (dari 27 o C hingga mendidih) untuk tiap pengulangan. e. Mengukur temperatur reservoir. f. Menimbang sisa pembakaran. g. Menghitung sekam yang terbakar dan efisiensi pembakaran. h. Perlakuan 9 kali ulangan tanpa plat penutup atas dan 9 kali memakai plat penutup atas. i. Mendidihkan air dua liter menggunakan tempurung kelapa 1.5 kg j. Kemudian melakukan seperti pada poin e, f, g dan h. Penjelasan kegiatan penelitian ini seperti yang terlihat pada Gambar 2, penelitian ini dimulai dari menyiapakan alat dan bahan. Alat yang disiapkan yaitu satu set kompor tungku sekam, termometer laser, panci, plat logam, ayakan ukuran lubang 1 x1 cm 2, korek api dan stopwatch, untuk bahannya yang disiapkan yaitu sekam padi, tempurung kelapa, sepritus dan kertas. Setelah alat dan bahan disiapkan kemudian tempurung kelapa dihancurkan dan diayak dengan menggunakan ayakan ukuran 1 x 1 cm 2 kemudian jemur tempurung kelapa yang sudah dihancurkan dan sekam padi yang sudah disiapkan hingga kering Timbang sekam padi dan tempurung kelapa berturut turut 1 kg dan 1.5 kg. Setelah itu masukan sekam padi ke tungku sekam dengan diameter lubang pembuangan reservoir 6cm, 9cm dan 12cm, begitu juga dengan tempurung kelapa. Setelah itu nyalakan dan didihkan air dalam panci yang sudah disiapkan sebelumnya dan aktifkan stopwatch untuk menghitung waktu pendidihan. ukur suhu di dinding bagian luar reservoir secara periodik dengan interval jaraknya 1.5 cm dan catat waktunya saat air mendidih. Kemudian analisis data yang didapatkan dan disajikan dalam bentuk laporan Menyiapkan alat dan bahan Hancurkan tempurung kelapa dan ayak menggunakan ayakan dengan ukuran 1x1cm Jemur sekam padi dan tempurung kelapa yang telah dihancurkan Timbang sekam padi dan tempurung kelapa masukan sekam padi kedalam tungku sekam diameter lubang pembuangan reservoir 6 cm, 9 cm dan 12 cm Gambar 2 Diagram alir penelitian Masukan tempurung kelapa pada tungku sekam diameter lubang pembuangan reservoir 6 cm, 9 cm dan 12 cm Nyalakan tungku sekam dan didihkan air 2 liter pada panci untuk tiap tungku sekam Ukur dan catat suhu pada dinding reservoir menggunakan termometer laser dan waktu menggunakan stopwatch Timbang arang hasil pembakaran dan sisa bahan bakar Analisis data Pembuatan Laporan

14 4 Analisis efisiensi tungku sekam Perhitungan laju energi Q n dan efisiensi ɳ dilakukan menggunakan persamaan persamaan yang telah di pakai peneliti sebelumnya. 4...(1) keterangan : Q n =laju energi yang dibutuhkan (kcal/jam) m f = massa air (kg) E s = energi spesifik (kcal/kg) t = waktu (jam) efisiensi bahan bakar dapat dihitung menggunakan...(2) keterangan : ɳ= efisiensi bahan bakar (%) FCR = (fuel consumtion rate ) laju bahan bakar yang dibutuhkan (kg/jam) Q n = laju energi yang dibutuhkan (kcal/jam) HVF = (Heat Value Fuel ) energi yang terkandung dalam bahan bakar (kcal/kg) Untuk mengaplikasikan fungsi dari interpolasi lagrange menggunakan software matlab, pertama tentukan nilai dari L i (x) dan P(x). L i (x) didapat dari sejumlah titik yang diketahuai (data hasil penelitian), sehingga diperlukan perulangan titik yang diketahui. Demikian pula P(x) merupakan penjumlahan dari perkalian y i dan L i (x), untuk mencari nilai L i (x) diperlukan Q i (x) dan Q i (x i ). Adapun Q i (x) merupakan hasil perkalian (x x i ) sejumlah titik yang diketahui, maka diperlukan perulangan lagi untuk mencarinya.untuk (x x i ) tersebut tidak ikut dalam hasil perkalian. Sehingga proses hanya akan dilakukan untuk nilai selain (x x i ). Adapun Q i (x i ) dapat dicari setelah Q i (x) diketahui dengan cara mensubtitusi nilai x i ke dalam Q i (x). Setelah Q i (x) dan Q i (x i ) diketahui dapat dicari L i (x) dan untuk selanjutnya mencari P(x). Misalnya banyaknya titik yang diketahui adalah b, maka algoritma diatas dapat diperhalus menjadi sebagai berikut: Masukan nilai b For i = 1:b Pengukuran dan analisis sebaran panas pada tungku sekam Sebaran panas dinding reservoir diukur menggunakan termometer laser yang di tembakan dengan interval 1.5 cm saat air mendidih. Setelah itu data di plot dengan menggunakan matlab kemudian di analisis datanya dengan metode interpolasi Lagrange untuk medapatkan fungsi pola dari sebaran panas pada dindingnya, ada pun fungsi dari interpolasi lagrange: Masukan data sebanyak b For j = 1:b For j = 1:b ya If i ~= j Qi(x) untuk...(3) Qi(xi) tidak...(4) Li(x) dengan P(x) Q i(x) = (x-x 0) (x-x 1) (x-x 2)... (x-x i-1) (x-x i+1) (x-x n) Gambar 3 Diagram alir algoritma interpolasi lagrange

15 dari Gambar 3 didapatkan program algoritma untuk fungsi interpolasi lagrange yang terlampir pada Lampiran 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Perbandingan efisiensi bahan bakar sekam padi berdasarkan diameter Secara umum pembakaran dapat didefinisikan sebagai proses atau reaksi oksidasi yang sangat cepat antara bahan bakar (fuel) dan oksidator dengan menimbulkan panas atau nyala. 10 Pembakaran sempurna bahan bakar terjadi hanya jika ada oksigen yang cukup. Pada tungku sekam dibuat sedemikian rupa untuk menghasilkan pembakaran sempurna dan efisiensi bahan bakar yang optimal khususnya pada bagian reservoir (tandon) dibuat sedemikian rupa sehingga aliran udara (oksigen) dapat mengalir dengan baik. Selain itu efisiensi dipengaruhi oleh laju bahan bakar yang dibutuhkan, dan energi yang terkandung dalam bahan bakar. 4 Dari hasil penelitian diperoleh data waktu pendidihan air dua liter, massa sisa pembakaran dan massa pakai yang terlampir pada Lampiran 2, data tersebut digunakan untuk menghitung nilai efisiensi bahan bakar. Perhitungan lengkapnya terlampir pada Lampiran 1. Dari hasi perhitungan diperoleh nilai efisiensi bahan bakar seperti yang terlihat pada Tabel 1, menunjukkan efisiensi tungku dengan variasi diameter reservoir berturut turut yaitu 6 cm, 9 cm, dan 12 cm nilai efisiensi rata rata bahan bakar dari tiga kali pengulangan tiap diameter, untuk perlakuan tanpa menggunakan plat pada bagian atas tandon berturut turut %, %, dan % data tersebut menunjukkan bahwa perlakuan tanpa menggunakan plat efisiensi optimal pada diameter 6 cm. Sedangkan untuk perlakuan menggunakan plat pada bagian atas tandon seperti yang terlihat pada Tabel 2 berturut turut yaitu 7.76 %, 6.37 %, dan 6.63 %. Data tersebut menunjukkan bahwa dimeter 6 cm memiliki efisiensi yang lebih optimal dibandingkan diameter 9 cm dan 12 cm seperti yang terlihat pada tabel 2. Efisiensi bahan bakar sekam padi berdasarkan dua perlakuan memiliki perbedaan, untuk perlakuan tanpa menggunakan plat efisiensinya lebih optimal dibandingkan perlakuan menggunakan plat hal ini disebabkan adanya konduksi pada plat sehingga terjadi hambatan pada panas ke panci yang berdampak pada semakin lama waktu untuk mendidihkan air dan laju bahan bakar yang dibutuhkan semakin besar karena konsumsi bahan bakar semakin besar. Efisiensi bahan bakar sekam padi optimal pada diameter 6 cm dari kedua perlakuan, hal ini disebabkan massa arang sekam yang masih dapat terbakar tidak terbuang banyak sehingga laju bahan bakar yang dibutuhkan semakin keci. Perbandingan nilai efisiensi dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 Perbandingan efisiensi bahan bakar sekam padi

16 6 Tabel 1 Perbandingan efisiensi tungku sekam bahan bakar sekam padi diameter reservoir lubang pembuangan 6 cm, 9 cm, dan 12 cm tanpa menggunakan plat Diameter (cm) Bahan Bakar 6 Sekam Padi 9 Sekam Padi 12 Sekam Padi Ulangan HVF (kcal/kg) FCR (kg/jam) Q (kcal/jam) Efisiensi (%) Rata - rata Efisiensi (%) Tabel 2 Perbandingan efisiensi tungku sekam bahan bakar sekam padi diameter lubang pembuangan reservoir 6 cm, 9 cm, dan 12 cm menggunakan plat Diameter (cm) Bahan Bakar 6 Sekam Padi 9 Sekam Padi 12 Sekam Padi Ulangan HVF (kcal/kg) FCR (kg/jam) Q (kcal/jam) Efisiensi (%) Rata - rata Efisiensi (%) Perbandingan efisiensi bahan bakar tempurung kelapa berdasarkan diameter Data hasil penelitian diperoleh massa sisa dan massa pakai bahan bakar serta waktu yang diperlukan untuk mendidihkan air dua liter yang terlampir di Lampiran 2 halaman 52, digunakan menghitung nilai efisiensinya. Perhitungan lengkapnya terlampir pada Lampiran 1. Hasil perhitungan ditunjukkan pada Tabel 3 efisiensi rata rata bahan bakar tempurung kelapa dengan diameter lubang pembuangan reservoir 6 cm, 9 cm dan 12 cm perlakuan tanpa menggunakan plat berturutturut yaitu 2.41 %, 2.09 %, dan 2.66 % jadi pada perlakuan ini efisiensi bahan bakar optimal pada diameter 12 cm sebesar 2.66 % sedangkan untuk perlakuan menggunkan plat berturut turut 1.53 %, 1.64 %, dan 1.71 % seperti yang terlihat pada Tabel 4

17 7 Tabel 3 Perbandingan efisiensi tungku sekam bahan bakar tempurung kelapa diameter lubang pembuangan reservoir 6 cm, 9 cm, dan 12 cm tanpa menggunakan plat Diameter ( cm) Bahan Bakar 6 Tempurung kelapa 9 Tempurung kelapa 12 Tempurung kelapa Ulangan HVF (kcal/kg) FCR (kg/jam) Q (kcal/jam) Efisiensi (%) Rata - rata Efisiensi (%) Tabel 4 Perbandingan efisiensi tungku sekam bahan bakar tempurung kelapa diameter reservoir lubang pembuangan 6 cm, 9 cm, dan 12 cm menggunakan plat Diameter (cm) Bahan Bakar 6 Tempurung kelapa 9 Tempurung kelapa 12 Tempurung kelapa Ulangan HVF (kcal/kg) FCR (kg/jam) Q (kcal/jam) Efisiensi (%) Rata - rata Efisiensi (%) data tersebut menunjukkan bahwa efisiensi yang optimal pada perlakuan menggunakan plat pada diameter 12 cm. Sehingga efisinsi tungku berbahan bakar tempurung kelapa dari kedua perlakuan yang memiliki efisiensi optimal yaitu pada diameter 12 cm. Hal ini disebabkan daerah pembakaran tempurung kelapa pada diameter 12 cm lebih luas dan massa bahan bakar terpakai lebih besar sedangkan waktu untuk mendidihkan air lebih cepat sehingga laju bahan bakar yang dibutuhkan relatif lebih kecil dibandingkan diameter 6 cm, dan 9 cm yang mengakibatkan efisiensinya lebih besar. Jika dibandingkan antara bahan bakar sekam padi dan tempurung kelapa berdasarkan diameter lubang pembuangan reservoir yang memiliki efisiensi tinggi untuk perlakuan tanpa menggunakan plat dan menggunakan plat yaitu bahan bakar sekam padi karena laju energi yang dibutuhkan lebih besar, laju dan energi yang terkandung dalam bahan bakar lebih kecil sehingga efisiensi sekam padi lebih besar dari pada tempurung kelapa atau dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 Perbandingan efisiensi bahan bakar tempurung kelapa

18 8 Sedangkan perbandingan efisiensi yang optimal berdasarkan diameter lubang pembuangan reservoir dari kedua jenis bahan bakar tersebut adalah untuk sekam pada diameter 6 cm sedangkan tempurung kelapa pada 12 cm. Sebaran panas terhadap jarak pada dinding reservoir tungku bahan bakar sekam padi dan tempurung kelapa perlakuan tanpa menggunakan plat Hasil plot data sebaran panas pada dinding reservoir yang terlampir di Lampiran 3 halaman 53 dan 55, memiliki pola suhu naik turun terhadap jarak permukaan dindingnya yang di ukur dari ujung bawah reservoir (sisi lubang pembuangan reservoir) hingga ujung bibir bagian atas, seperti terlihat pada gambar dibawah ini.pada Gambar 6 menunjukkan bahwa untuk bahan bakar sekam padi dengan lubang pembuangan reservoir diameter 6 cm suhu naik dari titik 0 cm hingga 4.5 cm kemudian turun di titik 4.5 cm hingga 16.5 cm dan naik di titik 16.5 cm hingga 18 cm. Pada titik 0 cm hingga 4.5 cm suhu naik karena mendekati sumber panas sedangkan titik 4.5 cm hingga 16.5 cm suhu turun karena menjauhi sumber panas dan adanya konduksi pada bahan bakar dan pada titik 16.5 cm suhu naik kembali karena terjadi radiasi langsung dan tidak ada konduksi panas pada tandon dititik 16.5 cm hingga 18 cm. Sedangkan untuk bahan bakar tempurung kelapa menunjukkan jarak dari titik 0 cm hingga 16.5 cm terjadi penurunan suhu dan dari titik 16.5 cm hingga 18 cm terjadi kenaikan suhu. Di titik 0 cm hingga 16.5 cm terjadi penurunan suhu karena sumber panas yang paling panas berada di titik 0 cm sedangkan di titik 16.5 cm hingga 18 cm terjadi kenaikan suhu karena terjadi radiasi dari api. Gambar 6 Sebaran panas pada dinding reservoir tungku dengan diameter lubang pembuangan 6 cm bahan bakar sekam padi dan tempurung kelapa perlakuan tanpa menggunakan plat Gambar 7 Sebaran panas pada dinding reservoir tungku dengan diameter lubang pembuangan 9 cm bahan bakar sekam padi dan tempurung kelapa perlakuan tanpa menggunakan plat Gambar 8 Sebaran panas pada dinding reservoir tungku dengan diameter lubang pembuangan 12 cm bahan bakar sekam padi dan tempurung kelapa perlakuan tanpa menggunakan plat Pada Gambar 7 menunjukkan pola sebaran panas diameter 9 cm, suhu turun dari titik 0 cm hingga 13.5 cm dan naik dari titik 13.5 cm hingga 18 cm. Dititik 0 cm hingga 13.5 cm suhu naik karena menjauhi sumber panas dan terjadi konduksi panas pada bahan bakar (sekam padi) dan suhu naik dititik 13.5 cm karena terjadi radiasi langsung dari api ke dinding tandon, sedangkan pada titik 18 cm terjadi penurunan suhu, hal tersebut kemungkinan disebabkan adanya kesalahan pada alat dan pengaruh dari lingkungan. Sedangkan pola sebaran panas untuk bahan bakar tempurung kelapa yang ditunjukkan Gambar 7 di titik 0 cm hingga 9 cm terjadi penurunan suhu karena dititik 0 cm merupakan titik yang terdekat dengan sumber panas sehingga suhu di dinding reservoir dari titik 0 cm hingga 9 cm mengalami penurunan suhu dan di titik 9 cm hingga 18 cm terjadi kenaikan suhu karena dititik ini terjadi pindah panas secara radiasi. Pola sebaran panas dinding reservoir diameter lubang pembuangan 12 cm diperlihatkan pada Gambar 8 menunjukkan

19 9 untuk bahan bakar sekam padi dari titik 0 cm hingga 12 cm suhu mengalami penurunan disebabkan di titik 0 cm merupakan titik yang paling dekat dengan sumber panas yang paling panas sehingga jika semakin jauh dari sumber panas suhu menjadi turun, dititik 4.5 cm hingga 12 cm merupakan daerah terdapat bahan bakar (sekam padi) yang memiliki suhu lebih rendah dan terjadi konduksi panas yang menyebabkan pada dinding reservoir di titik 4.5 cm hingga 12 cm memiliki suhu yang paling rendah dan dari titik 12 cm suhu naik hingga titik 15 cm, hal ini disebabkan adanya radiasi dari api. Sedangkan pola sebaran panas bahan bakar tempurung kelapa memiliki karakteristik yang hampir sama yaitu dari titik 0 cm hingga 12 cm terjadi penurunan suhu dan dari titik 12 cm hingga 15 cm terjadi kenaikan suhu hanya suhunya lebih tinggi. Sebaran panas terhadap jarak pada dinding reservoir tungku bahan bakar sekam padi dan tempurung kelapa perlakuan menggunakan plat Sebaran panas untuk perlakuan menggunakan plat ditunjukkan pada gambar dibawah ini yang di peroleh dari plot hasil data penelitian yang terlampit di Lampiran 3 halaman 54 dan 56 Seperti yang terlihat pada Gambar 9 menunjukkan bahwa sebaran panas untuk bahan bakar sekam padi dari titik 0 cm hingga 4.5 cm terjadi kenaikan suhu karena di daerah titik 4.5 cm merupakan titik yang paling dekat dengan sumber panas yang paling panas dan dititik 4.5 cm hingga 16.5 cm terjadi penurunan suhu karena dititik tersebut semakin menjauhi sumber panas kemudian dititik 16.5 cm hingga 18 cm terjadi kenaikan suhu karena terjadi transfer panas secara radiasi dari api. Sedangkan untuk tempurung kelapa memiliki karakteristik hampir sama hanya saja suhunya berbeda.gambar 10 menunjukkan adanya penurunan suhu dan kenaikan suhu di beberapa titik untuk bahan bakar sekam padi dan tempurung kelapa. Untuk sekam padi di titik 0 cm hingga 13.5 cm terjadi penurunan suhu hal ini disebabkan dititik 0 cm merupakan titik sumber panas yang paling panas dan yang terdekat dengan dinding reservoir pindah panas yang terjadi dititik tersebut secara konduksi kemudian dari titik 13.5 cm hingga 18 cm suhu naik karena jenis pindah panas yang terjadi adalah radiasi dari api langsung. Sedangkan untuk bahan bakar tempurung kelapa hampir sama Gambar 9 Sebaran panas pada dinding reservoir tungku dengan diameter lubang pembuangan 6 cm bahan bakar sekam padi dan tempurung kelapa perlakuan menggunakan plat Gambar 10 Sebaran panas pada dinding reservoir tungku dengan diameter lubang pembuangan 9 cm bahan bakar sekam padi dan tempurung kelapa perlakuan menggunakan plat Gambar 11 Sebaran panas pada dinding reservoir tungku dengan diameter lubang pembuangan 12 cm bahan bakar sekam padi dan tempurung kelapa perlakuan menggunakan plat karakteristiknya hanya titik yang mengalami penurunan suhu dititik 0 cm hingga 15 cm hal ini sebabakan bahan bakar tempurung kelapa yang berda hingga titik 15 cm akibatnya suhu turun dari titik 0 cm hingga 15 cm kemudian naik dari titik 15 cm

20 10 hingga 18 cm karena terjadi radiasi dari api yang keluar. Gambar 11 menunjukkan pola sebaran panas tungku pada dinding reservoir diameter lubang pembuangan 12 cm. Untuk bahan bakar sekam padi dari titik 0 cm hingga 12 cm terjadi penurunan suhu secara konduksi dan dititik 12 cm hingga 15 cm terjadi kenaikan suhu secara radiasi. Sedangkan untuk bahan bakar tempurung kelapa memiliki pola dititik 0 cm hingga 12 cm terjadi penurunan suhu secara konduksi sendangkan dititik 12 cm hingga 15 cm terjadi kenaikan suhu secara radiasi pola sebaran panas bahan bakar tempurung kelapa memiliki kesamaan hanya suhunya lebih tinggi dibandingkan sekam padi karena tempurung kelapa memiliki nilai panas yang lebih tinggi dibandingkan sekam padi. Perbandingan sebaran panas perlakuan tanpa menggunakan plat dan menggunakan plat bahan bakar sekam padi dan tempurung kelapa Gambar 12 sampai Gambar 15 merupakan hasil plot data penelitian yang membandingkan bahan bakar yang sama dengan diameter yang berbeda. Gambar 12 Perbandingan sebaran panas sekam padi perlakuan tanpa menggunakan plat Gambar 13 Perbandingan sebaran panas tempurung kelapa perlakuan tanpa menggunakan plat Gambar 14 Perbandingan sebaran panas sekam padi perlakuan menggunakan plat Gambar 15 Perbandingan sebaran panas tempurung kelapa perlakuan menggunakan plat Gambar 12 sampai Gambar 15 memperlihatkan bahwa ada daerah yang memiliki suhu dibawah 200 o C yang menunjukan pada daerah tersebut terdapat bahan bakar yang belum terbakar kemudian ada titik suhu naik secara drastis yang menunjukan adanya pindah panas secara radiasi. Jika dilihat pola sebaran panas diameter 9 cm dan 12 cm merupakan perpotongan pola sebaran panas diameter 6 cm karena pada saat membuat varisi diameter dilakukan dengan cara memotong bagian bawah reservoirnya. Menentukan daerah panas pada dinding reservoir tungku sekam Dari penjelasan gambar grafik sebaran panas menunjukkan ada daerah-daerah yang suhunya mengalami penurunann dengan perbedaan suhu antara titik-titik tetangga terdekatnya yang kecil dan ada yang besar besar kemudian ada daerah yang mengalami terjadinya kenaikan suhu dengan perbedaan suhu tetanganya yang kecil dan ada yang besar, selain itu ada daerah memiliki kenaikan atau penurunan suhu dengan perbedan titik tetangga terdekatnya yang kecil. Sehingga perlu adanya penamaan untuk mendefinisikan daerah-daerah tersebut sebagai upaya untuk mempermudah dalam menyelesaikan sebaran termal secara numerik.

21 11 Untuk penamaan digunakan istilah daerah panas suhu naik, daerah panas suhu turun, dan sub daerah. Daerah panas suhu naik adalah daerah yang memiliki kenaikan suhu dengan perbedaan suhu tetangga terdekat sesudah dan sebelumnya lebih dari sama dengan 25 o C, daerah panas suhu turun adalah daerah yang memiliki penurunan suhu dengan perbedaan suhu tetangga terdekat sesudah dan sebelumnya lebih dari sama dengan 25 o C, dan sub daerah adalah daerah yang masih terdapat dalam suatu daerah panas tetapi dalam daerah tersebut mengalami perubahan suhu (naik atau turun) dengan perbedan suhu kurang dari 25 o C. Daerah-daerah panas pada dinding reservoir tungku bahan bakar sekam padi dan tempurung kelapa dan hasil pola sebarannya dengan metode interpolasi lagrange Daerah-daerah panas pada dinding reservoir tungku berbahan bakar sekam padi dan tempurung kelapa yang di peroleh berdasarkan data penelitian kemudian diolah dengan metode interpolasi lagrange yang dieksekusi menggunakan Matlab dengan cara memasukan titik titik perubahan temperatur dan menghasilkan fungsi pola sebaran panas yang diperlihatkan pada Tabel 5 dan Tabel 6. Tabel 5 menunjukkan daerah panas terhadap jarak pada dinding reservoir berbahan bakar sekam padi dan tempurung kelapa dari tabel tersebut tertera jenis daerah panas, sebagai upaya untuk mempermudah dalam menyelesaikan fungsi sebaran suhu pada dinding reservoir secara numerik. Untuk bahan bakar sekam padi diameter 6 cm memiliki jenis daerah panas yaitu daerah panas sub daerah suhu naik 1 dimulai dari titik 0 cm hingga 4.5 cm dengan fungsi pola sebaran panasnya yang diperoleh dari metode interpolasi yaitu (40x 2 )/9-(32x 3 )/81- (64x)/9+297, di titik cm merupakan daerah suhu turun 1 dengan fungsi sebaran panasnya (28x 3 )/27-28x 2 + (617x)/3-134, titik cm merupakan sub daerah suhu turun 1 dengan fungsi (32x 2 )/9 - (4x 3 )/81 - (701x)/ dan dititik cm merupakan suhu naik 2 dengan fungsi hasil metode interpolasi lagrange (232x)/ Sedangkan untuk bahan bakar tempurung kelapa dititik cm merupakan jenis daerah panas sub daerah suhu turun 1 dengan fungsi hasil interpolasi lagrange 520-(16x)/3, dititik cm merupakan jenis daerah panas suhu turun 1 dengan fungsinya (142x 3 )/ 81-(761x 2 )/27+(761x)/9+1331/3, dititik cm merupakan jenis daerah panas sub daerah suhu turun 2 dengan fungsinya (16x 3 )/405-(2x 2 )/9-(1039x)/ dan dititik cm merupakan jenis daerah panas suhu naik 2 dengan fungsinya (268x)/ Untuk jenis daerah panas dan fungsi hasil interpolasi lagrange perlakuan tanpa menggunakan plat yang lainnya dapat dilihat di Tabel 5.

22 12 Tabel 5 Jenis daerah panas terhadap jarak pada dinding reservoir tungku perlakuan tanpa menggunakan plat dan fungsi hasil interpolasi lagrange Bahan Sekam Padi Tempurung kelapa Diameter (cm) Jenis Daerah Jarak fungsi hasil metode interpolasi Panas (cm) lagrange Sub daerah suhu naik (40x 2 )/9-(32x 3 )/81-(64x)/9+297 Suhu turun (28x 3 )/27-28x 2 + (617x)/3-134 (32x Sub daerah suhu 2 )/9 - (4x 3 )/81 - (701x)/ turun 1 Suhu naik (232x)/ Suhu naik (20x 2 )/9-(16x)/3+341 (265x 3 )/81 - (1051x 2 )/18 + Suhu turun (5041x)/18-58 Sub daerah suhu turun 1 Suhu naik (4x 2 )/3 - (130x)/ (5956x 2 )/9 - (1136x 3 )/81 - (92764x)/ Suhu turun x - (116x 2 )/ Sub daerah suhu turun (32x 2 )/9 - (8x 3 )/81 - (388x)/ Suhu naik (3778x)/3 - (400x 2 )/ Sub daerah suhu turun (16x)/3 Suhu turun 1 Sub daerah suhu turun (142x 3 )/81- (761x 2 )/27+(761x)/9+1331/ (16x 3 )/405-(2x 2 )/9-(1039x)/ Suhu naik (268x)/ Sub daerah suhu turun x 2 )/9-(152x)/3+391 Suhu turun x Sub daerah turun Suhu naik Suhu turun x Sub daerah turun 1 Suhu naik c (104x 2 )/45 - (8x 3 )/135 - (122x)/ /5 (2474x 2 )/3 - (1408x 3 )/81 - (116117x)/ (1426x 2 )/45 - (572x 3 )/405 - (10456x)/ (4420x 2 )/9 - (1028x 3 )/81 - (56011x)/

23 13 Tabel 6 Jenis daerah panas terhadap jarak pada dinding reservoir tungku perlakuan menggunakan plat dan fungsi hasil interpolasi lagrange Bahan Sekam Padi Tempurung Kelapa Diameter (cm) Jenis Daerah Panas Jarak (cm) fungsi hasil metode interpolasi lagrange Sub daerah suhu naik (26x 2 )/9-(28x 3 )/81+(4x)/9+268 Suhu turun (37x 3 )/81 - (40x 2 )/3 + (3071x)/ /2 Sub daerah turun (319x 2 )/27 - (22x 3 )/81 - (1565x)/ /3 Suhu naik (178x)/3-918 Sub daerah suhu turun x 2 -(4x 3 )/9-(40x)/3+280 Suhu turun (118x)/3 Sub daerah turun Suhu naik Suhu turun Sub daerah turun (187x 2 )/45 - (4x 3 )/45 - (2017x)/ (3932x 2 )/9 - (248x 3 )/27 - (20516x)/ (88x 3 )/81 - (178x 2 )/9 + (95x)/ (92x 2 )/9 - (28x 3 )/81 - (929x)/ Suhu naik (8474x 2 )/9 - (1996x 3 )/81 - (106298x)/ Sub daerah suhu naik (40x 2 )/9-(68x 3 )/81+(59x)/9+495 Suhu turun x Sub daerah turun Suhu naik x-2025 (128x 3 )/945 - (458x 2 )/189 - (3137x)/ /21 suhu turun x Sub daerah turun (25x 3 )/567 - (11x 2 )/42 - (2963x)/ /7 Suhu naik (6142x 2 )/9 - (1160x 3 )/81 - (96439x)/ (380x 3 )/81 - (340x 2 )/9 - (5x)/9 + Suhu turun Sub daerah turun Suhu naik (1327x 2 )/27 - (158x 3 )/81 - (1225x)/ x 2 - (188x 3 )/9 - (30439x)/

24 14 Pada Tabel 6 menunjukkan jenis daerah panas terhadap jarak pada dinding reservoir tungku perlakuan menggunakan plat dan fungsi hasil interpolasi lagrange yang dieksekuai dengan menggunakan matlab, bahwa dinding reservoir berdiameter 6 cm bahan bakar sekam padi memiliki jenis daerah panas sub daerah suhu naik 1 dititik cm dengan fungsi hasil interpolasi lagrange (26x 2 )/9-(28x 3 )/81+(4x)/9+268, suhu turun 1 dititik cm dengan fungsi hasil interpolasi lagrange (37x 3 )/81 - (40x 2 )/3 + (3071x)/ /2, sub daerah turun 1 dititik cm dengan fungsi hasil interpolasi lagrange (319x 2 )/27 - (22x 3 )/81 - (1565x)/ /3 dan suhu naik 1 dititik cm dengan fungsi hasil interpolasi lagrange (178x)/ Sedangkan untuk bahan bakar tempurung kelapa diameter reservoir 6 cm memiliki jenis daerah panas sub daerah suhu naik 1 dititik cm dengan fungsi hasil interpolasi lagrange (40x 2 )/9-(68x 3 )/81+ (59x)/9+495, suhu turun 1 dititik cm dengan fungsi hasil interpolasi lagrange x, sub daerah turun 1 dititik cm dengan fungsi (76x 3 )/81-38x 2 +(4436x)/9-1882, dan suhu naik 1 dititik cm dengan fungsi hasil interpolasi lagrange 130x Sedangakan untuk jenis daerah panas dan fungsi hasil interpolasi diameter yang lainnya dengan bahan bakar sekam padi dan tempurung kelapa dapat dilihat pada Tabel 6. Dari hasil Tabel 5 dan Tabel 6, fungsi yang dihasilkan dengan metode interpolasi lagrange kemudian dieksekusi dengan menggunakan matlab dan data penelitian sebaran panas terhadap jarak pada dinding reservoir diplotkan sehingga menghasilkan gambar pola sebaran panas antara hasil plot data penelitian dan hasil interpolasi lagarange dengan interval tiap titiknya 0.25 seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini. Gambar 17 Perbandingan pola sebaran panas diameter 9 cm bahan bakar sekam padi hasil plot data dan interpolasi lagrange terhadap jarak pada dinding reservoir untuk perlakuan tanpa menggunakan plat Gambar 18 Perbandingan pola sebaran panas diameter 12 cm bahan bakar sekam padi hasil plot data dan interpolasi lagrange terhadap jarak pada dinding reservoir untuk perlakuan tanpa menggunakan plat Gambar 19 Perbandingan pola sebaran panas diameter 6 cm bahan bakar tempurung kelapa hasil plot data dan interpolasi lagrange terhadap jarak pada dinding reservoir untuk perlakuan tanpa menggunakan plat Gambar 15 Perbandingan pola sebaran panas diameter 6 cm bahan bakar sekam padi hasil plot data dan interpolasi lagrange terhadap jarak pada dinding reservoir untuk perlakuan tanpa menggunakan plat

25 15 Gambar 20 Perbandingan pola sebaran panas diameter 9 cm bahan bakar tempurung kelapa hasil plot data dan interpolasi lagrange terhadap jarak pada dinding reservoir untuk perlakuan tanpa menggunakan plat Gambar 23 Perbandingan pola sebaran panas diameter 9 cm bahan bakar sekam padi hasil plot data dan interpolasi lagrange terhadap jarak pada dinding reservoir untuk perlakuan menggunakan plat Gambar 21 Perbandingan pola sebaran panas diameter 12 cm bahan bakar tempurung kelapa hasil plot data dan interpolasi lagrange terhadap jarak pada dinding reservoir untuk perlakuan tanpa menggunakan plat Gambar 24 Perbandingan pola sebaran panas diameter 12 cm bahan bakar sekam padi hasil plot data dan interpolasi lagrange terhadap jarak pada dinding reservoir untuk perlakuan menggunakan plat Gambar 22 Perbandingan pola sebaran panas diameter 6 cm bahan bakar sekam padi hasil plot data dan interpolasi lagrange terhadap jarak pada dinding reservoir untuk perlakuan menggunakan plat Gambar 25 Perbandingan pola sebaran panas diameter 6 cm bahan bakar Tempurung kelapa hasil plot data dan interpolasi lagrange terhadap jarak pada dinding reservoir untuk perlakuan menggunakan plat

26 16 KESIMPULAN DAN SARAN Gambar 26 Perbandingan pola sebaran panas diameter 9 cm bahan bakar Tempurung kelapa hasil plot data dan interpolasi lagrange terhadap jarak pada dinding reservoir untuk perlakuan menggunakan plat Gambar 27 Perbandingan pola sebaran panas diameter 12 cm bahan bakar Tempurung kelapa hasil plot data dan interpolasi lagrange terhadap jarak pada dinding reservoir untuk perlakuan menggunakan plat Gambar 16 sampai Gambar 21 menunjukkan perbandingan pola sebaran panas antara hasil plot data dan fungsi hasil interpolasi lagrange pada dinding reservoir tungku bahan bakar sekam padi dan tempurung kelapa menunjukkan hasil yang lebih halus dibandingkan hasil plot data yang cenderung lebih diskrit. Sedangkan Gambar 22 sampai dengan Gambar 27 menunjukkan hasil plot data dan hasil fungsi interpolasi lagrange untuk perlakuan menggunakan plat menunjukkan bahwa hasil dari interpolasi lagrange lebih halus dan mendekati hasil data, sehingga interpolasi lagrange dapat digunakan untuk menentukan fungsi-fungsi dari sebaran panas pada dinding reservoir tungku yang menghubungkan titik perubahan sebaran panasnya. Kesimpulan Efisiensi tungku sekam bahan bakar sekam padi lebih efisien dibandingkan bahan bakar tempurung kelapa. Bahan bakar sekam padi memiliki efisiensi optimal pada diameter 6 cm untuk perlakuan tanpa menggunakan plat sebesar % dan untuk perlakuan menggunakan plat 7.76 %. Sedangkan bahan bakar tempuurng kelapa untuk perlakuan tanpa menggunakan plat memiliki efisiensi optimal pada diameter 12 cm sebesar 2.66 % dan perlakuan menggunakan plat 1.71 %. Efisinsi perlakuan tanpa menggunakan plat lebih besar dari pada menggunakan plat karena panas yang dihasilkan bahan bakar untuk memanaskan air terhambat oleh plat mengakibatkan proses pendidihan air semakin lama. Nilai efisiensi dipengaruhi oleh luas lubang pembuangan reservoir juga dipengaruhi oleh jenis bahan bakarnya. Sebaran panas yang terjadi memiliki pola yang sama antara sekam padi dan tempurung kelapa hanya suhunya yang berbeda, sekam padi suhunya lebih rendah dibandingkan tempurung kelapa. Sedangkan sebaran panas dinding reservoir diameter 6 cm, 9 cm, dan 12 cm memiliki pola yang berbeda karena letak titik sumber panas yang berbeda. Pola sebaran panas reservoir dapat diselesaikan dengan menggunkan metode lagrange dan upaya untuk memudahkan dalam penyelesainanya ditentukan daerah suhu panasnya kemudian diolah secara komputasi untuk mendapatkan fungsi sebaran panasnya dari fungsi yang didapatkan dihasilkan pola sebaran panas yang lebih halus. Saran Untuk mendapatkan hasil data sebaran panas pada dinding reservoir tungku sekam yang lebih akurat sebaiknya hanya fokus pada satu tujuan yaitu mencarai pola suhu yang tersebar pada dinding reservoir karena saat mengukur suhu diperluakan waktu sedangkan bahan bakar terus terbakar yang berakibat pada konsumsi bahan bakar dalam pembakaran terus bertambah menyebabkan pengaruh pada nilai efisiensinya.

Kajian Efesiensi Energi Tungku Sekam Berdasarkan Jumlah, Bentuk, dan Ukuran Sirip yang Dipasang

Kajian Efesiensi Energi Tungku Sekam Berdasarkan Jumlah, Bentuk, dan Ukuran Sirip yang Dipasang Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010 ISBN : 978 979 98010 6 7 Kajian Efesiensi Energi Tungku Sekam Berdasarkan Jumlah, Bentuk, dan Ukuran Sirip yang Dipasang H. Simorangkir 1, Irzaman 1, H. Darmasetiawan

Lebih terperinci

OPTIMASI DIAMETER TUNGKU BERBAHAN SEKAM PADI DAN CANGKANG KELAPA SAWIT SERTA ANALISIS EFISIENSI DAN SEBARAN KALORNYA MULYANA

OPTIMASI DIAMETER TUNGKU BERBAHAN SEKAM PADI DAN CANGKANG KELAPA SAWIT SERTA ANALISIS EFISIENSI DAN SEBARAN KALORNYA MULYANA OPTIMASI DIAMETER TUNGKU BERBAHAN SEKAM PADI DAN CANGKANG KELAPA SAWIT SERTA ANALISIS EFISIENSI DAN SEBARAN KALORNYA MULYANA DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

OPTIMASI EFISIENSI TUNGKU SEKAM DENGAN VARIASI LUBANG UTAMA PADA BADAN KOMPOR RIFKI MAULANA

OPTIMASI EFISIENSI TUNGKU SEKAM DENGAN VARIASI LUBANG UTAMA PADA BADAN KOMPOR RIFKI MAULANA OPTIMASI EFISIENSI TUNGKU SEKAM DENGAN VARIASI LUBANG UTAMA PADA BADAN KOMPOR RIFKI MAULANA DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ABSTRAK RIFKI MAULANA.

Lebih terperinci

KAJIAN EFISIENSI ENERGI TUNGKU SEKAM BERDASARKAN JUMLAH, BENTUK, DAN UKURAN SIRIP YANG DIPASANG HARTIP SIMORANGKIR

KAJIAN EFISIENSI ENERGI TUNGKU SEKAM BERDASARKAN JUMLAH, BENTUK, DAN UKURAN SIRIP YANG DIPASANG HARTIP SIMORANGKIR KAJIAN EFISIENSI ENERGI TUNGKU SEKAM BERDASARKAN JUMLAH, BENTUK, DAN UKURAN SIRIP YANG DIPASANG HARTIP SIMORANGKIR DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP Putro S., Sumarwan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Muhamadiyah Surakarta Jalan Ahmad Yani Tromol Pos I Pebelan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan energi merupakan salah satu sumber kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan energi merupakan salah satu sumber kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini kebutuhan energi merupakan salah satu sumber kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan. Energi dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu energi yang bersumber

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI Yunus Zarkati Kurdiawan / 2310100083 Makayasa Erlangga / 2310100140 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari 28 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari 2010 yang bertempat di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan tahun yang lalu dan. penting bagi kelangsungan hidup manusia, seiring dalam

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan tahun yang lalu dan. penting bagi kelangsungan hidup manusia, seiring dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini pemanfaatan minyak bumi dan bahan bakar fosil banyak digunakan sebagai sumber utama energi di dunia tak terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan sumber energi utama di dunia (sekitar 80% dari penggunaan total lebih dari 400 EJ per tahun).

Lebih terperinci

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan TINJAUAN PUSTAKA A. Pengeringan Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) Pengeringan merupakan salah satu proses pasca panen yang umum dilakukan pada berbagai produk pertanian yang ditujukan untuk menurunkan kadar air

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2011 sampai dengan bulan Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat III. METODE PENELITIAN A. TAHAPAN PENELITIAN Pada penelitian kali ini akan dilakukan perancangan dengan sistem tetap (batch). Kemudian akan dialukan perancangan fungsional dan struktural sebelum dibuat

Lebih terperinci

Cara Membuat Alat Untuk Membakar Sekam Padi (Cerobong)

Cara Membuat Alat Untuk Membakar Sekam Padi (Cerobong) Arang sekam padi memiliki banyak kegunaan baik di dunia pertanian maupun untuk kebutuhan industri. Para petani memanfaatkan arang sekam sebagai penggembur tanah. Arang sekam dibuat dari pembakaran tak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari pengujian briket dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alternatif penghasil energi yang bisa didaur ulang secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. alternatif penghasil energi yang bisa didaur ulang secara terus menerus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia terhadap energi setiap tahun cenderung meningkat, hal ini menyebabkan perlu adanya sumber bahan bakar alternatif penghasil energi yang bisa didaur

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP Disusun oleh : SULARTO NIM : D200 08 0081 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN KOMPOR BRIKET BIOMASS UNTUK LIMBAH KOPI

TUGAS AKHIR PERANCANGAN KOMPOR BRIKET BIOMASS UNTUK LIMBAH KOPI TUGAS AKHIR PERANCANGAN KOMPOR BRIKET BIOMASS UNTUK LIMBAH KOPI Arga Setia Tama NRP. 2408 100 018 PEMBIMBING I Ir. Sarwono, M.MT NIP : 19580530198303 1 002 PEMBIMBING II Ir. Ronny Dwi Noriyati, M Kes NIP

Lebih terperinci

OPTIMASI EFISIENSI TUNGKU SEKAM DENGAN VARIASI LUBANG UTAMA PADA BADAN KOMPOR RIFKI MAULANA

OPTIMASI EFISIENSI TUNGKU SEKAM DENGAN VARIASI LUBANG UTAMA PADA BADAN KOMPOR RIFKI MAULANA OPTIMASI EFISIENSI TUNGKU SEKAM DENGAN VARIASI LUBANG UTAMA PADA BADAN KOMPOR RIFKI MAULANA DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ABSTRAK RIFKI MAULANA.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar minyak (BBM) dan gas merupakan bahan bakar yang tidak dapat terlepaskan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak. Bentuk dari energi alternatif yang saat ini banyak dikembangkan adalah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang terus bertambah di Indonesia. menyebabkan konsumsi bahan bakar yang tidak terbarukan seperti

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang terus bertambah di Indonesia. menyebabkan konsumsi bahan bakar yang tidak terbarukan seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pertumbuhan penduduk yang terus bertambah di Indonesia menyebabkan konsumsi bahan bakar yang tidak terbarukan seperti minyak bumi, gas alam dan batu bara semakin meningkat,

Lebih terperinci

Optimasi Tungku Sekam Skala Industri Kecil Dengan Sistem Boiler

Optimasi Tungku Sekam Skala Industri Kecil Dengan Sistem Boiler Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 12, No. 3, Juli 2010, hal 77-84 Optimasi Tungku Sekam Skala Industri Kecil Dengan Sistem Boiler F. Nawafi, R. D. Puspita, Desna, dan Irzaman Departemen Fiska, FMIPA,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

V. HASIL UJI UNJUK KERJA

V. HASIL UJI UNJUK KERJA V. HASIL UJI UNJUK KERJA A. KAPASITAS ALAT PEMBAKAR SAMPAH (INCINERATOR) Pada uji unjuk kerja dilakukan 4 percobaan untuk melihat kinerja dari alat pembakar sampah yang telah didesain. Dalam percobaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya melimpah dan dapat diolah sebagai bahan bakar padat atau

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya melimpah dan dapat diolah sebagai bahan bakar padat atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biomassa merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang jumlahnya melimpah dan dapat diolah sebagai bahan bakar padat atau diubah ke dalam bentuk cair atau gas.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan bulan Januari 2012 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

SIFAT ISOLATOR PANAS PAPAN SEKAM PADI DENGAN VARIASI RESIN DAN UKURAN PARTIKEL

SIFAT ISOLATOR PANAS PAPAN SEKAM PADI DENGAN VARIASI RESIN DAN UKURAN PARTIKEL SIFAT ISOLATOR PANAS PAPAN SEKAM PADI DENGAN VARIASI RESIN DAN UKURAN PARTIKEL 1 Sri Handani, 1 Iwan Aprion, 1 Sri Mulyadi dan 2 Elvis Adril 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas 2 Politeknik Padang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 SEKAM PADI Sekam padi adalah hasil dari penggilingan padi. Sekam padi merupakan lapisan keras yang membungkus kariopsis butir gabah, sekam terdiri dari dua

Lebih terperinci

Bab IV Data Percobaan dan Analisis Data

Bab IV Data Percobaan dan Analisis Data Bab IV Data Percobaan dan Analisis Data 4.1 Data Percobaan Parameter yang selalu tetap pada tiap percobaan dilakukan adalah: P O = 1 atm Panci tertutup penuh Bukaan gas terbuka penuh Massa air pada panci

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang akan dilakukan selama 4 bulan, bertempat di Laboratorium Kimia Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Hampir setiap manusia memerlukan bahan. Sekarang ini masih banyak digunakan bakan bakar fosil atau bahan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Hampir setiap manusia memerlukan bahan. Sekarang ini masih banyak digunakan bakan bakar fosil atau bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan bakar merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Hampir setiap manusia memerlukan bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan dan menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya energi, manusia dapat menjalankan aktivitasnya dengan lancar. Saat

BAB I PENDAHULUAN. adanya energi, manusia dapat menjalankan aktivitasnya dengan lancar. Saat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi merupakan salah satu kebutuhan vital manusia karena dengan adanya energi, manusia dapat menjalankan aktivitasnya dengan lancar. Saat ini energi yang banyak

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP Sartono Putro, Sumarwan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhamadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani Tromol Pos I Pebelan,

Lebih terperinci

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT.

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT. PENGARUH VARIASI PERBANDINGAN UDARA- BAHAN BAKAR TERHADAP KUALITAS API PADA GASIFIKASI REAKTOR DOWNDRAFT DENGAN SUPLAI BIOMASSA SERABUT KELAPA SECARA KONTINYU OLEH : SHOLEHUL HADI (2108 100 701) DOSEN

Lebih terperinci

STUDI MUTU BRIKET ARANG DENGAN BAHAN BAKU LIMBAH BIOMASSA

STUDI MUTU BRIKET ARANG DENGAN BAHAN BAKU LIMBAH BIOMASSA STUDI MUTU BRIKET ARANG DENGAN BAHAN BAKU LIMBAH BIOMASSA Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas, Kampus Limau Manis-Padang 2516 Email: renny.ekaputri@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF Joko Triyanto, Subroto, Marwan Effendy Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU TERHADAP PENURUNAN KADAR ABU TEPUNG BERAS DENGAN MENGGUNAKAN ALAT FURNACE

PENGARUH SUHU TERHADAP PENURUNAN KADAR ABU TEPUNG BERAS DENGAN MENGGUNAKAN ALAT FURNACE LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH SUHU TERHADAP PENURUNAN KADAR ABU TEPUNG BERAS DENGAN MENGGUNAKAN ALAT FURNACE (The Influence of Temperature to Reduce Dusty Rate of Rice Powder Using Furnace) Diajukan sebagai

Lebih terperinci

UNJUK KERJA TUNGKU GASIFIKASI DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI MELALUI PENGATURAN KECEPATAN UDARA PEMBAKARAN

UNJUK KERJA TUNGKU GASIFIKASI DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI MELALUI PENGATURAN KECEPATAN UDARA PEMBAKARAN UNJUK KERJA TUNGKU GASIFIKASI DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI MELALUI PENGATURAN KECEPATAN UDARA PEMBAKARAN Subroto, Dwi Prastiyo Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIOMASSA KERING (KAYU) SEBAGAI BAHAN BAKAR UNTUK MENGUJI KERJA PROTOTYPE KOMPOR BIOMASSA

PEMANFAATAN BIOMASSA KERING (KAYU) SEBAGAI BAHAN BAKAR UNTUK MENGUJI KERJA PROTOTYPE KOMPOR BIOMASSA Buana Sains Vol 12 No 1: 75-82, 2012 75 PEMANFAATAN BIOMASSA KERING (KAYU) SEBAGAI BAHAN BAKAR UNTUK MENGUJI KERJA PROTOTYPE KOMPOR BIOMASSA C. F. Mamuaja dan L. Y. Hunta Universitas Sam Ratulangi, Manado

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dalam penelitian pengeringan kerupuk dengan menggunakan alat pengering tipe tray dengan media udara panas. Udara panas berasal dari air keluaran ketel uap yang sudah

Lebih terperinci

Efisiensi Energi Bahan Bakar Sekam dan Kayu pada Proses Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih

Efisiensi Energi Bahan Bakar Sekam dan Kayu pada Proses Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), Agustus 2012 Vol. 17 (2): 5 9 ISSN 053 4217 Efisiensi Energi Bahan Bakar Sekam dan Kayu pada Proses Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih (Efficiency Energy

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI CAMPURAN BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN SEKAM SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI CAMPURAN BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN SEKAM SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PEMBUATAN BIOBRIKET DARI CAMPURAN BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN SEKAM SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF Abstrak Senadi Budiman, Sukrido, Arli Harliana Jurusan Kimia FMIPA UNJANI Jl.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS Tri Tjahjono, Subroto, Abidin Rachman Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH KETINGGIAN LUBANG UDARA PADA TUNGKU PEMBAKARAN BIOMASSA TERHADAP UNJUK KERJANYA

PENGARUH KETINGGIAN LUBANG UDARA PADA TUNGKU PEMBAKARAN BIOMASSA TERHADAP UNJUK KERJANYA PENGARUH KETINGGIAN LUBANG UDARA PADA TUNGKU PEMBAKARAN BIOMASSA TERHADAP UNJUK KERJANYA Arif Mulyanto*, Mirmanto, Muhammad Athar Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mataram, Jln. Majapahit No.62

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biomassa BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Biomassa meliputi semua bahan yang bersifat organik ( semua makhluk yang hidup atau mengalami pertumbuhan dan juga residunya ) (Elbassan dan Megard, 2004). Biomassa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi. dalam proses pembakaran limbah biomassa adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi. dalam proses pembakaran limbah biomassa adalah dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu alat yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi dalam proses pembakaran limbah biomassa adalah dengan menggunakan alat gasifikasi, salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang akan digunakan selama melakukan penelitian ini adalah di Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Adapun yang menjadi tempat pada penelitian adalah Laboratorium Teknik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Adapun yang menjadi tempat pada penelitian adalah Laboratorium Teknik 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun yang menjadi tempat pada penelitian adalah Laboratorium Teknik Industri Universitas Negeri Gorontalo Kota Gorontalo, sedangkan sasaran untuk penelitian ini yaitu untuk

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan september 2011 hingga desember 2011, yang bertempat di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Bab ini menguraikan secara rinci langkah-langkah penelitian yang dilakukan dalam proses penelitian agar terlaksana secara sistematis. Metode yang dipakai adalah

Lebih terperinci

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA PERPINDAHAN KALOR

LEMBAR KERJA SISWA PERPINDAHAN KALOR KELAS KONTROL LEMBAR KERJA SISWA PERPINDAHAN KALOR PERCOBAAN 1 PERPINDAHAN KALOR SECARA KONVEKSI FAKTA Proses terjadinya angin laut! Angin laut terjadi pada siang hari, proses terjadi angin laut yaitu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 PENGUKURAN VISKOSITAS MINYAK NYAMPLUNG Nilai viskositas adalah nilai yang menunjukan kekentalan suatu fluida. semakin kental suatu fuida maka nilai viskositasnya semakin besar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus akan mengakibatkan menipisnya ketersediaan bahan. konsumsi energi 7 % per tahun. Konsumsi energi Indonesia tersebut

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus akan mengakibatkan menipisnya ketersediaan bahan. konsumsi energi 7 % per tahun. Konsumsi energi Indonesia tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bahan bakar fosil adalah termasuk bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui (non renewable).jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik minyak bumi, gas alam, ataupun batu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup dimasa mendatang. Jumlah penduduk yang. sangat tinggi membuat kebutuhan bahan bakar fosil semakin

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup dimasa mendatang. Jumlah penduduk yang. sangat tinggi membuat kebutuhan bahan bakar fosil semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Konsumsi bahan bakar fosil dan kebutuhan sumber daya alam yang semakin meningkat adalah masalah yang penting untuk kelangsungan hidup dimasa mendatang. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AREN (Arenga pinnata) Pohon aren (Arenga pinnata) merupakan pohon yang belum banyak dikenal. Banyak bagian yang bisa dimanfaatkan dari pohon ini, misalnya akar untuk obat tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaa sampah dan penyediaan sumber daya alam adalah dua. membuat peningkatan konsumsi bahan bakar fosil dan membuat volume

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaa sampah dan penyediaan sumber daya alam adalah dua. membuat peningkatan konsumsi bahan bakar fosil dan membuat volume BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pengelolaa sampah dan penyediaan sumber daya alam adalah dua masalah utama bagi pemerintah saat ini. Pertumbuhan penduduk membuat peningkatan konsumsi bahan bakar

Lebih terperinci

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea) DENGAN AKTIVATOR ASAM SULFAT

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea) DENGAN AKTIVATOR ASAM SULFAT LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea) DENGAN AKTIVATOR ASAM SULFAT (Activated Carbon Production from Peanut Skin with Activator Sulphate Acid) Diajukan sebagai

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Distribusi Temperatur Nyala Api Kompor Bioetanol Tipe Side Burner dengan Variasi Diameter Firewall

Studi Eksperimen Distribusi Temperatur Nyala Api Kompor Bioetanol Tipe Side Burner dengan Variasi Diameter Firewall JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 212) ISSN: 231-9271 F-2 Studi Eksperimen Distribusi Temperatur Nyala Api Kompor Bioetanol Tipe Side Burner dengan Variasi Diameter Firewall R.R. Vienna Sona Saputri Soetadi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas 1. Jumlah Air yang Harus Diuapkan = = = 180 = 72.4 Air yang harus diuapkan (w v ) = 180 72.4 = 107.6 kg Laju penguapan (Ẇ v ) = 107.6 / (32 x 3600) =

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar yang berasal dari fosil dari tahun ke tahun semakin meningkat, sedangkan ketersediaannya semakin berkurang

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Konversi Biomassa menjadi SynGas Pada Reaktor Bubbling Fluidized Bed Gasifier

Studi Eksperimen Konversi Biomassa menjadi SynGas Pada Reaktor Bubbling Fluidized Bed Gasifier Studi Eksperimen Konversi Biomassa menjadi SynGas Pada Reaktor Bubbling Fluidized Bed Gasifier Nur Aklis 1, M.Akbar Riyadi 2, Ganet Rosyadi 3, Wahyu Tri Cahyanto 4 Program Studi Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiayah Yogyakarta

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Teknologi Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sampah Organik Menggunakan Media Pemurnian Batu Kapur, Arang Batok Kelapa, Batu Zeolite Dengan Satu Tabung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa hasil penelitian berkaitan dengan kompor masak gasifikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa hasil penelitian berkaitan dengan kompor masak gasifikasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Beberapa hasil penelitian berkaitan dengan kompor masak gasifikasi telah banyak dilakukan. Penelitian tersebut antara lain penelitian kompor masak gasifikasi

Lebih terperinci

SKRIPSI UJI PERFORMANSI DAN ANALISA TEKNIK ALAT EVAPORATOR VAKUM. Oleh: ASEP SUPRIATNA F

SKRIPSI UJI PERFORMANSI DAN ANALISA TEKNIK ALAT EVAPORATOR VAKUM. Oleh: ASEP SUPRIATNA F SKRIPSI UJI PERFORMANSI DAN ANALISA TEKNIK ALAT EVAPORATOR VAKUM Oleh: ASEP SUPRIATNA F14101008 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR UJI PERFORMANSI DAN

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANASAN AWAL UDARA TERHADAP PERFORMA CROSSDRAFT GASIFIER DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI

PENGARUH PEMANASAN AWAL UDARA TERHADAP PERFORMA CROSSDRAFT GASIFIER DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR PENGARUH PEMANASAN AWAL UDARA TERHADAP PERFORMA CROSSDRAFT GASIFIER DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI Disusun Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER TANPA SIRIP

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER TANPA SIRIP NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER TANPA SIRIP Disusun oleh : SUMARWAN NIM : D200 080 060 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil BAB II LANDASAN TEORI II.1 Teori Dasar Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat atau bejana yang disusun untuk mengubah air menjadi uap dengan jalan pemanasan, dimana energi kimia diubah menjadi energi panas.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Areal Panen, Produktivitas Rata-Rata, dan Produksi Padi Indonesia Tahun Areal Panen (Ha)

Lampiran 1. Areal Panen, Produktivitas Rata-Rata, dan Produksi Padi Indonesia Tahun Areal Panen (Ha) LAMPIRAN Lampiran 1. Areal Panen, Produktivitas Rata-Rata, dan Produksi Padi Indonesia 2003-2009 Tahun Areal Panen (Ha) Produktivitas Rata- Rata (Kuintal/Ha) Produksi (Ton) 2003 11.488.034 45,38 52.137.604

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah spent bleaching earth dari proses pemurnian CPO yang diperoleh dari PT. Panca Nabati Prakarsa,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PEMBAKARAN PIROLISIS DAN KARBONISASI PADA BIOMASSA KULIT DURIAN TERHADAP NILAI KALORI

PERBANDINGAN PEMBAKARAN PIROLISIS DAN KARBONISASI PADA BIOMASSA KULIT DURIAN TERHADAP NILAI KALORI TURBO Vol. 5 No. 1. 2016 p-issn: 2301-6663, e-issn: 2477-250X Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo PERBANDINGAN PEMBAKARAN PIROLISIS DAN KARBONISASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada proses pengeringan pada umumnya dilakukan dengan cara penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air. Pengeringan dengan cara penjemuran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bahan Bakar Bahan Bakar adalah istilah populer media untuk menyalakan api. Bahan bakar dapat bersifat alami (ditemukan langsung dari alam), tetapi juga bersifat buatan diolah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 sampai April 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada

Lebih terperinci

EFEK PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP SIFAT MEKANIK BRIKET DARI TEMPURUNG KELAPA

EFEK PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP SIFAT MEKANIK BRIKET DARI TEMPURUNG KELAPA EFEK PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP SIFAT MEKANIK BRIKET DARI TEMPURUNG KELAPA Minto Supeno Jurusan Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus USU Medan 20155 Intisari Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi pada saat ini dan pada masa kedepannya sangatlah besar. Apabila energi yang digunakan ini selalu berasal dari penggunaan bahan bakar fosil tentunya

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian serta di dalam rumah tanaman yang berada di laboratorium Lapangan Leuwikopo,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

Lampiran 1. Diagram Alir penelitian. SiO 2 Analisis EDX dan FTIR. Pembuatan Arang sekam. Mulai. Sekam Padi. Pembuatan SiO 2

Lampiran 1. Diagram Alir penelitian. SiO 2 Analisis EDX dan FTIR. Pembuatan Arang sekam. Mulai. Sekam Padi. Pembuatan SiO 2 13 Lampiran 1. Diagram Alir penelitian Pembuatan Arang sekam Mulai Pembuatan SiO 2 Pembuatan Si Sekam Padi Arang Sekam Timbang 4 kg Bakar di Tungku Sekam Abu Sekam Timbang 60 gr Pengabuan pada suhu 400

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Nilam kering yang berasal dari Kabupaten Kuningan. Nilam segar yang terdiri dari bagian daun dan batang tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH Sampah adalah sisa-sisa atau residu yang dihasilkan dari suatu kegiatan atau aktivitas. kegiatan yang menghasilkan sampah adalah bisnis, rumah tangga pertanian dan pertambangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, Indonesia sedang berkembang menjadi sebuah negara industri. Sebagai suatu negara industri, tentunya Indonesia membutuhkan sumber energi yang besar. Dan saat

Lebih terperinci

PENGARUH KEDALAMAN ALUR PADA DASAR PANCI TERHADAP EFISIENSI PANAS PEMBAKARAN KOMPOR LPG

PENGARUH KEDALAMAN ALUR PADA DASAR PANCI TERHADAP EFISIENSI PANAS PEMBAKARAN KOMPOR LPG PENGARUH KEDALAMAN ALUR PADA DASAR PANCI TERHADAP EFISIENSI PANAS PEMBAKARAN KOMPOR LPG SKRIPSI Diajukan Dan Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Jenjang Strata Satu (S1) Pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Suprihatin (1999) dan Nisandi (2007) dalam Juhansa (2010), menyatakan

TINJAUAN PUSTAKA. Suprihatin (1999) dan Nisandi (2007) dalam Juhansa (2010), menyatakan TINJAUAN PUSTAKA Limbah Pertanian Suprihatin (1999) dan Nisandi (2007) dalam Juhansa (2010), menyatakan bahwa berdasarkan asalnya limbah dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Limbah organik yaitu sampah

Lebih terperinci

PEMILIHAN BAHAN BAKAR DALAM PEMBUATAN DAPUR CRUCIBLE UNTUK PELEBURAN ALUMINIUM BERKAPASITAS 50KG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BATU BARA

PEMILIHAN BAHAN BAKAR DALAM PEMBUATAN DAPUR CRUCIBLE UNTUK PELEBURAN ALUMINIUM BERKAPASITAS 50KG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BATU BARA PEMILIHAN BAHAN BAKAR DALAM PEMBUATAN DAPUR CRUCIBLE UNTUK PELEBURAN ALUMINIUM BERKAPASITAS 50KG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BATU BARA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

UJI KINERJA REAKTOR GASIFIKASI SEKAM PADI TIPE DOWNDRAFT PADA BERBAGAI VARIASI DEBIT UDARA

UJI KINERJA REAKTOR GASIFIKASI SEKAM PADI TIPE DOWNDRAFT PADA BERBAGAI VARIASI DEBIT UDARA UJI KINERJA REAKTOR GASIFIKASI SEKAM PADI TIPE DOWNDRAFT PADA BERBAGAI VARIASI DEBIT UDARA SKRIPSI Oleh SISKA ARIANTI NIM 081710201056 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur. KALOR Tujuan Pembelajaran: 1. Menjelaskan wujud-wujud zat 2. Menjelaskan susunan partikel pada masing-masing wujud zat 3. Menjelaskan sifat fisika dan sifat kimia zat 4. Mengklasifikasikan benda-benda

Lebih terperinci

MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN

MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN Ekoyanto Pudjiono, Gunowo Djojowasito, Ismail Jurusan Keteknikan Pertanian FTP, Universitas Brawijaya Jl. Veteran

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TUNGKU PORTABLE BAHAN BAKAR BATUBARA YANG AMAN UNTUK KESEHATAN PEMAKAINYA 1

RANCANG BANGUN TUNGKU PORTABLE BAHAN BAKAR BATUBARA YANG AMAN UNTUK KESEHATAN PEMAKAINYA 1 RANCANG BANGUN TUNGKU PORTABLE BAHAN BAKAR BATUBARA YANG AMAN UNTUK KESEHATAN PEMAKAINYA 1 Tamrin 2, Budianto Lanya 2 dan Dwi Firmayanti 3 ABSTRAK Bahan bakar padat seperti briket batubara tidak dianjurkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN ALAT PRODUKSI GAS METANA DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN VARIASI BAHAN SEKAM PADI, TEMPURUNG KELAPA DAN SERBUK GERGAJI KAYU Tugas Akhir Ini Disusun Untuk Memenuhi Syarat

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI MINYAK CENGKEH PADA SISTEM PENYULINGAN KONVENSIONAL

PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI MINYAK CENGKEH PADA SISTEM PENYULINGAN KONVENSIONAL PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI MINYAK CENGKEH PADA SISTEM PENYULINGAN KONVENSIONAL Budi Santoso * Abstract : In industrial clove oil destilation, heat is the main energy which needed for destilation process

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Biomassa Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintesis baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman, pepohonan, rumput,

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI OLEH : ANDY CHRISTIAN 0731010003 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG

RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG Idrus Abdullah Masyhur 1, Setiyono 2 1 Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasila,

Lebih terperinci