OPTIMASI SEBARAN PANAS PADA RUANG STERILISASI JAMUR TIRAM PUTIH MENGGUNAKAN SATU PIPA KONVEKSI ROFIQUL UMAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPTIMASI SEBARAN PANAS PADA RUANG STERILISASI JAMUR TIRAM PUTIH MENGGUNAKAN SATU PIPA KONVEKSI ROFIQUL UMAM"

Transkripsi

1 OPTIMASI SEBARAN PANAS PADA RUANG STERILISASI JAMUR TIRAM PUTIH MENGGUNAKAN SATU PIPA KONVEKSI ROFIQUL UMAM DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Optimasi Sebaran Panas Pada Ruang Sterilisasi Jamur Tiram Putih Menggunakan Satu Pipa Konveksi adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2014 Rofiqul Umam NIM G

4 i ABSTRAK ROFIQUL UMAM. Optimasi Sebaran Panas Pada Ruang Sterilisasi Jamur Tiram Putih Menggunakan Satu Pipa Konveksi. Dibimbing oleh Dr. IRZAMAN, S.Si, M.Si dan ARDIAN ARIF, S.Si, M.Si Telah dihasilkan sebaran suhu untuk proses sterilisasi jamur tiram putih di dalam drum yang menggunakan satu pipa konveksi. Bahan bakar yang digunakan untuk proses tersebut adalah sekam padi. Sterilisasi sendiri bertujuan membunuh bakteri dan jamur lain yang tidak diinginkan pada baglog. Sterilisasi dilakukan dengan cara tradisional yaitu mengukus baglog di dalam drum yang disusun 4 baris ke atas, dengan lama pengukusan 6 jam. Pipa konveksi diletakkan ditengah drum. Pengukusan dilakukan dengan memvariasikan diameter pipa konveksi yaitu 6 cm dan 8 cm dengan dua kali ulangan pengambilan data. Dari hasil eksperimen diperoleh bahwa penggunaan pipa konveksi 8 cm lebih baik dibandingkan dengan pipa konveksi 6 cm. Hal ini ditunjukkan dari jumlah kontaminasi jamur yang lebih sedikit pada pipa konveksi 8 cm dibandingkan dengan pipa konveksi 6 cm. Hasil eksperimen ini menguatkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan menggunakan simulasi komputer dengan metoda beda hingga. Kata kunci : baglog, pipa konveksi, sekam padi, sterilisasi ABSTRACT ROFIQUL UMAM. Optimization Heat Distribution In Sterilization Room White Oyster Mushroom With One Pipe Heat Convection. Supervised by Dr. IRZAMAN, S.Si, M.Si and ARDIAN ARIF, S.Si, M.Si It has been produced for the temperature distribution inside the sterilization process oyster mushroom in drum using a pipe convection. Fuel used for the process is rice husk. Sterilization itself aims to kill bacteria and other unwanted fungi on baglog. Sterilization is done with the traditional way of steaming baglog drums arranged in four rows to the top, with a long steaming 6 hours. Convection pipes built at the drums. Steaming is done by varying the diameter of the pipe convection is 6 cm and 8 cm with two replications of data retrieval. From the experimental results obtained that the use of convection pipe 8 cm better than the convection pipe 6 cm. It is shown from the number of fungal contamination on the pipe less than 8 cm convection convection pipe 6 cm. The experimental results corroborate the results of previous studies carried out using computer simulations with finite difference method. Keywords : baglog, pipe convection, rice husk, sterilization

5 OPTIMASI SEBARAN PANAS PADA RUANG STERILISASI JAMUR TIRAM PUTIH MENGGUNAKAN SATU PIPA KONVEKSI ROFIQUL UMAM Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Fisika DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6 iii

7 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : Optimasi Sebaran Panas Pada Ruang Sterilisasi Jamur Tiram Putih Menggunakan Satu Pipa Konveksi Nama : Rofiqul Umam NRP : G Disetujui Pembimbing 1 Pembimbing 2 Dr. Ir. Irzaman, M.Si NIP Ardian Arif, S.Si, M.Si NIP Diketahui Ketua Departemen Fisika Dr. Akhiruddin Maddu, M.Si NIP Tanggal Lulus :

8 v KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Optimasi Sebaran Panas Pada Ruang Sterilisasi Jamur Tiram Putih Menggunakan Satu Pipa Konveksi. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk kelulusan program sarjana di Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Kedua orang tua penulis Bapak Prayitno dan Ibu Saiti yang selalu mendoakan, memotivasi, membimbing dan banyak hal lain. 2. Kakak - kakak dan Adik penulis Edy Prasetyo, Rahmat Junaidi, M. Syazali, Istihana, dan Fajri Farid yang memberikan semangat. 3. Bapak M.N Indro, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik dan editor yang selalu memberikan motivasi. 4. Bapak Dr.Irzaman, S.Si. M.Si selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, kritik, dan saran. 5. Bapak Ardian Arif, S.Si, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, kritik, dan saran. 6. Bapak Tony Sumaryada, Phd selaku dosen penguji atas saran dan kritiknya. 7. Ibu Maya, Sp yang telah membimbing serta memberikan ilmu tentang jamur tiram putih. 8. Penghuni Kost Al-Fath, Nanang Syaputra, Teki Sinatria, Ahmad Irfan, dll 9. Tim Peneliti jamur tiram putih Desa Situ Ilir, dan Situ Udik yang telah membantu di lapangan. 10. Bapak Firman yang telah membantu dalam hal administrasi. 11. Seluruh Dosen pengajar, staf dan karyawan di Departemen Fisika FMIPA IPB. 12. Bapak Asril petani jamur tiram putih asal desa situ ilir yang telah membantu dilapangan. 13. Saudara Phatul yang telah membantu dilapangan. 14. Rekan-rekan satu tim bimbingan Bapak Dr. Irzaman, S.Si. M.Si terimakasih atas kerja sama dan semangatnya. 15. Oktaviani Jaya Putri yang telah memberikan semangat, motivasi, dan doa diakhir penyelesaian sidang dan skripsi. 16. Teman-temanku angkatan 47 terimakasih atas kebersamaan kalian. 17. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa penulis ucapkan satu persatu, terimakasih banyak atas dukungannya. Akhir kata, dengan adanya tulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan unutk kemajuan penelitian ini. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-nya untuk kita semua. Amin. Bogor, Juni 2014 Penulis

9 vi DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 2 Tujuan Penelitian... 2 Hipotesis... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 2 Sekam Padi... 2 Tungku Sekam... 3 Serbuk Gergaji... 4 Jamur Tiram... 4 Syarat Tumbuh Jamur Tiram Putih (Faktor Ekologi)... 5 A. Faktor Lingkungan Suhu Kelembaban Udara (RH) Sirkulasi Udara Cahaya... 5 B. Faktor Nutrisi Media Karbon Nitrogen Vitamin Mineral... 6 Baglog... 6 Pindah Kalor Konduksi Konveksi... 7 Sterilisasi Media... 8 Pipa Konveksi... 8 Simulasi FDM (Finite Difference Method)... 8 Energi yang Terkandung dalam Bahan Bakar viii ix

10 vii BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Metode Penelitian Perhitungan Penyebaran Kalor Menggunakan Metode Beda Hingga Perhitungan Efesiensi Bahan Bakar HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu pada Proses Sterilisasi Baglog Dengan 1 Pipa Konveksi Berdiameter 6cm Distribusi Suhu pada Proses Sterilisasi Baglog Dengan 1 Pipa Konveksi Berdiameter 8cm Efisiensi Energi Termal 1 Pipa Konveksi Berdiameter 6 cm dan 8cm Perbandingan Hasil Massa Panen Pada Desain 1 dan Desain Analisis Vibrasi Pada FTIR (Fourier Transform Infra Red) SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP... 45

11 viii DAFTAR TABEL 1. Perbandingan kandungan gizi jamur dengan bahan makanan lain Energi yang terkandung dalam beberapa bahan bakar Sebaran kalor menggunakan 1 pipa konveksi berdiamater 6 cm Sebaran kalor menggunakan 1 pipa konveksi berdiamater 8 cm Perbandingan penggunaan bahan bakar sekam padi pada pipa 6 cm dan 8 cm dengan waktu 6 jam Nilai FCR (Fuel Consumtion Rate) pada pipa 6 cm dan 8 cm dengan waktu 6 jam Perbandingan efesiensi pada pipa 6 cm dan 8 cm dengan waktu 6 jam Jumlah jamur yang tumbuh di dalam baglog dan massa jamur tiram putih per baglog pada 1 pipa berdiameter 6 cm lama perebusan 6 jam perlakuan pertama, untuk 3 kali panen Jumlah jamur yang tumbuh di dalam baglog dan massa jamur tiram putih per baglog pada 1 pipa berdiameter 8 cm, perebusan 6 jam perlakuan pertama, untuk 3 kali panen Jumlah jamur yang tumbuh di dalam baglog dan massa jamur tiram putih per baglog pada 1 pipa berdiameter 6 cm lama perebusan 6 jam perlakuan kedua, untuk 1 kali panen Jumlah jamur yang tumbuh di dalam baglog dan massa jamur tiram putih per baglog pada 1 pipa berdiameter 8 cm lama perebusan 6 jam perlakuan kedua, untuk 1 kali panen Hasil observasi, konstanta anharmonik dan konstanta gaya ikatan pada FTIR dengan mengasumsikan proses stretching asimetri ikatan gugus molekul O-H, C-O Analisis frekuensi vibrasi, pada FTIR dengan mengasumsikan proses stretching asimetri ikatan gugus molekul O-H, C-O Hasil observasi, konstanta gaya ikatan harmonik pada FTIR dengan mengasumsikan proses stretching simetri ikatan gugus molekul C=O, C-H Analisis frekuensi vibrasi, pada FTIR dengan mengasumsikan proses stretching asimetri ikatan gugus molekul C=O, C-H DAFTAR GAMBAR 1. Tungku Sekam Desain Tungku Sekam IPB Jamur Tiram Putih Sebaran Panas Pada Satu Pipa Berdiameter 6 cm Sebaran Panas Pada Satu Pipa Berdiameter 8 cm Desain drum satu pipa konveksi... 11

12 ix 7. Diagram Alir Penelitian Drum titik pengambilan data suhu Perbandingan efesiensi 6 jam pada pipa konveksi 6 cm dan 8 cm FTIR (Fourier Transform Infra Red) pada miselium baglog pada desain FTIR (Fourier Transform Infra Red) pada jamur pada desain Hasil FTIR (Fourier Transform Infra Red) pada miselium baglog dan jamur pada desain FTIR (Fourier Transform Infra Red) pada miselium baglog pada desain FTIR (Fourier Transform Infra Red) pada jamur pada desain Hasil FTIR (Fourier Transform Infra Red) pada miselium baglog dan jamur pada desain DAFTAR LAMPIRAN 1. Perhitungan efisiensi bahan bakar ( 1 pipa konveksi diameter 6 cm, ulangan pertama ) Perhitungan efisiensi bahan bakar ( 1 pipa konveksi diameter 8 cm, ulangan pertama ) Perhitungan efisiensi bahan bakar ( 1 pipa konveksi diameter 6 cm, ulangan kedua ) Perhitungan efisiensi bahan bakar ( 1 pipa konveksi diameter 8 cm, ulangan kedua ) Analisis nilai bilangan gelombang, konstanta anharmonik, konstanta pegas dan frekuensi vibrasi pada osilasi anharmonik sederhana ikatan gugus molekul C-O, O-H Analisis nilai bilangan gelombang, konstanta harmonik, konstanta pegas dan frekuensi vibrasi pada osilasi harmonik sederhana ikatan gugus molekul C-H, C=O... 41

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan konsumen jamur dunia tampaknya cukup mendorong pembudidayaan jamur di Indonesia mendorong bertambahnya upaya pengembangan jenis jamur yang dimakan (edible) dan perkembangan budidaya yang mendorong perluasan produksi. 1 Pleurotus ostreatus atau jamur tiram putih adalah salah satu jenis jamur kayu yang tergolong mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar, juga mudah membudidayakannya. 1 Kandungan gizi yang terdapat dalam jamur tiram putih ini baik untuk kesehatan tubuh seperti pada Tabel 1. Tabel 1 Perbandingan kandungan gizi jamur dengan bahan makanan lain. 1 Bahan makanan Protein (%) Lemak (%) Karbohidrat (%) Jamur merang Jamur tiram putih florida 27 1,6 58 Jamur kuping Daging sapi Bayam Kentang Kubis Seledri Buncis Jamur tiram putih dibudidayakan dengan membuat media tanam yang sama dengan tempat asal tumbuhnya di alam. Dengan berbagai macam komposisi yang dicampur dengan perbandingan tertentu, akan dihasilkan media tanam yang baik. Media tanam yang telah dikemas dalam wadah atau yang sering disebut dengan baglog, kemudian dilakukan sterilisasi untuk membunuh bakteri, mikrobra dan jamur liar yang ada pada media. Proses sterilisasi media yang kurang baik akan mempengaruhi hasil panen. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mensterilkan media tumbuh (baglog), salah satunya ialah dengan mengukus baglog dalam suatu wadah. Pada pengukusan baglog dengan jumlah yang cukup banyak dapat menggunakan drum dan untuk bahan bakar dapat menggunakan minyak tanah, kayu bakar, LPG dan bahan bakar alternatif lain, seperti tungku sekam atau limbah baglog. 1 Bahan bakar alternatif lain sebagai pengganti, yaitu cangkang kelapa sawit. Dengan menggunakan tungku sekam padi diharapkan dapat memperkecil biaya produksi yang dikeluarkan pada proses strerilisasi madia tanam jamur tiram putih dan dapat memanfaatkan limbah organik yang ada di sekitar lingkungan. 2

14 Perumusan Masalah 1. Apakah dengan menggunakan satu pipa konveksi suhu pada bagian atas drum dapat ditingkatkan, dan bagian bawah drum dapat diturunkan? 2. Apakah dengan mengoptimasi sebaran kalor dengan satu pipa konveksi dapat mengubah sebaran kalor pada tiap-tiap bagian menjadi berkisar C C? 3. Dengan metode Fourier Transform Infra Red (FTIR) apakah karakterisasi gugus fungsi dari miselium pada baglog sama dengan gugus fungsi jamur yang dihasilkan? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran kalor tungku sekam padi pada media sterilisasi jamur tiram putih dengan menggunakan satu pipa konveksi, dan mengetahui karakterisasi konstanta pegas, dan frekuensi vibrasi gugus fungsi dari miselium baglog serta jamur tiram dengan metode FTIR. Hipotesis Dengan menggunakan pipa konveksi di tengah drum, diharapkan dapat menurunkan suhu di bagian dalam bawah drum, dan menaikan suhu pada bagian dalam atas drum. Hal ini disebabkan karena sebagian kalor dalam bentuk uap air bergerak didalam pipa konveksi yang nantinya diarahkan pada bagian atas drum. Energi serapan pada miselium baglog dan tubuh buah jamur tiram putih akan berbeda karena ada perbedaan waktu tumbuh. TINJAUAN PUSTAKA Sekam Padi Sekam adalah bagian dari bulir padi-padian (serealia) berupa lembaran yang kering, bersisik, dan tidak dapat dimakan, yang melindungi bagian dalam (endospermium dan embrio). Sekam dapat dijumpai pada hamper semua anggota rumput-rumputan (Poaceae), meskipun pada beberapa jenis budidaya ditemukan pula variasi bulir tanpa sekam (misalnya jagung dan gandum). 3 Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30%, dedak antara 8-12% dan beras giling antara 50-63,5% data bobot awal gabah. Sekam dengan persentase yang tinggi tersebut dapat menimbulkan masalah lingkungan. Pemanfaatan sekam sebagai bahan bakar bertujuan untuk menekan biaya pengeluaran untuk bahan bakar bagi rumah tangga pembudidaya. Penggunaan Bahan Bakar Minyak yang harganya terus meningkat akan berpengaruh terhadap biaya rumah tangga yang harus dikeluarkan setiap harinya. 3

15 3 Tungku Sekam Desain tungku sekam yang telah dikembangkan oleh Departemen Fisika IPB rupanya telah membuat kompor berbahan bakar sekam padi dan dinamakannya Tungku Berkah. Teknologi kompor sekam menghasilkan energi panas hingga derajat celsius. Tungku ini didesain mirip dengan kompor minyak tanah biasa, hanya ukurannya tampak lebih besar. Di dalamnya terdapat sebuah plat seng berbentuk kerucut yang diletakan terbalik seperti pada Gambar 1 dan gambar 2. 3 Gambar 1 Tungku Sekam. 4 Gambar 2 DesainTungku Sekam IPB. 4 Desain tungku sekam skala industri kecil IPB. Gambar 2 menunjukkan desain tungku sekam skala industry kecil IPB yang terdiri dari 6 komponen mencakup : (A) Reservoir (tendon) sekam dalam bentuk kerucut terbalik, (B) Cerobong berlubang untuk membatasi aliran api, (C) Isolator kompor, (D) Badan kompor, (E) Ruang antara tatakan abu sementara dan ujung bawah kerucut, dan (F) Reservoir abu sementara. 4 Dalam pembuatan tungku sekam skala industry kecil ini berbeda ukurannya dengan tungku sekam skala rumah tangga. Untuk lubang pada badan tungku sekam skala industry kecil berukuran 40 x 68 cm seperti tampak dalam gambar 1.

16 4 Serbuk Gergaji Serbuk gergaji merupakan bahan utama media tanam dalam budidaya jamur tiram putih mencapai 70% dari berat total Baglog. Serbuk gergaji merupakan bahan yang ramah lingkungan, mengandung selulosa, karbohidrat, serat, dan lignin. Jamur mampu merombak selulosa dan lignin menjadi karbohidrat yang selanjutnya diubah menjadi protein. Agar jamur tumbuh sempurna sebaiknya menggunakan serbuk gergaji kering dan bersih, tidak mengandung getah atau minyak. Bila mengandung keduanya maka pertumbuhan jamur menjadi terhambat. 5 Jamur tiram putih sebaiknya menggunakan jenis kayu yang berdaya tahan rendah, seperti albasia dan sengon. Jenis kayu yang tidak boleh untuk media jamur tiram putih adalah pinus karena mengandung zat terpenoid atau belerang. Zat tersebut dapat menghambat pertumbuhan jamur. Selain serbuk gergaji juga bisa digunakan ampas tebu, tongkol jagung, limbah kapas, dan daun teh. 6 Jamur Tiram Putih (Pleorotus ostreatus(jacq. Ex. Fr.)) Jamur tiram putih seperti tampak dalam Gambar 3 dapat dijumpai di alam bebas, terutama pada saat musim hujan yang tumbuh di lingkungan yang lembab. Jamur tiram putih tumbuh saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah lapuk, jamur tiram putih adalah salah satu jenis jamur kayu. Secara umum penumbuhan jamur dibagi menjadi dua fase yaitu fase vegetatif dan fese generatif. Fase vegetatif ditandai dengan pertumbuhan dan penyebaran miselia jamur di dalam media. Miselia mengeluarkan enzim yang dapat menguraikan senyawa kompleks seperti lignin menjadi senyawa yang lebih sederhana yang diperlukan untuk pertumbuhan. Setelah beberapa waktu miselia saling bertemu yang selanjutnya berkembang menjadi tubuh buah yang disebut fase generatif. 7 Gambar 3 Jamur tiram putih

17 5 Syarat Tumbuh Jamur Tiram Putih ( Faktor Ekologi ) Untuk dapat membudidayakan jamur tiram ini kita harus tahu faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, yaitu : A. Faktor Lingkungan 1. Suhu Suhu yang baik bagi pertumbuhan tubuh buah jamur berkisar antara 18 o C- 25 o C. Suhu yang terlampau tinggi akan berpengaruh terhadap pertumbuhan primordial ( bakal buah jamur ) dan tubuh jamur tidak akan berkembang sehingga terjadi deformasi / perubahan bentuk stipe ( batang ) yang memanjang dan memiliki tudung kecil. Jamur akan terus tumbuh pada suhu 18 o C -25 o C tetapi pada pertumbuhan ulang memerlukan suhu yang lebih rendah, untuk itu perlu diusahakan penurunan suhu seoptimal mungkin dengan cara buka / tutup jendela kumbung disesuaikan dengan keadaan suhu setempat serta perkembangan jamur. Untuk menghindari penguapan kandungan air pada substrat atau kemungkinan tercemar maka dapat dengan cara menutup petak atau bagian rak penumbuhan dengan plastik sehingga cahaya dapat tetap masuk dan suhu terjaga Kelembaban Udara ( RH ) Pertumbuhan tubuh buah jamur akan sempurna apabila kelembaban ruangan berkisar 75%- 95 %. Untuk dapat menjaga kelembaban di dalam ruang penumbuhan dapat digunakan cara membuka dan menutup vertilasi / jendela harus dibuka karena kelembaban yang jenuh di dalam ruangan akan menyebabkan jamur yang sudah siap panen akan menyerap uap air tersebut sehingga jamur akan basah sebaliknya apabila di dalam ruangan kelembaban udara normal sebaiknya ventilasi ditutup, untuk mengetahui berapa besar kelembaban dalam ruangan dapat digunakan alat Thermohygrometer Sirkulasi Udara Sirkulasi udara sangat mendukung bagi pertumbuhan primordial. juga diperlukan karena tingkat karbondioksida dalam ruangan selalu meningkat. Sirkulasi udara yang kurang baik menyebabkan tudung buah menjadi tipis sehingga terjadi perubahan bentuk tubuh buah. Selesai membuka baglog bukalah jendela ventilasi kurang lebih 45 menit untuk pergantian udara, setelah itu tutup kembali dan sisakan beberapa jendela terbuka Cahaya Cahaya yang dimaksud adalah cahaya yang didapat secara tidak langsung,cahaya ini sangat berperan membentuk pin head dan pembentukan tubuh buah (fruiting bod ). 8

18 6 B. Faktor Nutrisi Media Selain factor faktor lingkungan, nutrisi berperan penting dalam produktifitas media yang dihasilkan. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam nutrisi media yaitu : 1. Karbon Karbon merupakan substrat sebagai penyokong pertumbuhan miselium, beberapa sumber karbon bisa ditambahkan kedalam media Nitrogen Sumber nitrogen sangat penting bagi pertumbuhan mikroorganisme terutama dari asam nukleat, Protein berfungsi sebagai sumber yang sangat penting untuk kitin pada dinding sel. Fungsi nitrogen sangat penting untuk membantu pertumbuhan miselium Vitamin Vitamin yang penting bagi pertumbuhan tubuh buah dan miselium yaitu vitamin B komplek, thiamin Mineral Mineral juga sangat penting bagi pertumbuhan miselium. Sumber mineral dapat diperoleh dari kapur. Dari semua penjelasan di atas, sumber nutrisi yang mengandung unsur-unsur tersebut salah satunya adalah dedak, sehingga pemilihan kwalitas dedak yang baik dan penambahan dedak pada media perlu diperhatikan. Selain dedak ada sumber lain yang bisa digunakan seperti ampas sagu atau molase, tetapi ketersediaannya terbatas dan sulit didapat sehingga dedak menjadi pilihan. 8 Baglog Baglog adalah salah satu media untuk pertumbuhan jamur tiram harus dibuat menyerupai kondisi tempat tumbuh jamur tiram di alam yaitu tumbuh pada kayu yang sudah lapuk. Berikut adalah bahan baku yang digunakan untuk media jamur tiram Serbuk kayu 2. Bekatul / dedak sebagai sumber karbohidrat dan protein 3. Kapur (CaCO 3 ) sebagai pengatur ph dan sumber mineral 4. Gipsum sebagai bahan untuk mengokohkan media dan penambah mineral 5. Jagung pecah sebagai penambah glukosa 6. Pemberian air, kandungan air berkisar antara 60-65%

19 7 Pindah Kalor Kalor adalah energi yang dipindahkan karena adanya beda temperatur. Sistem perpindahan kalor dibagi menjadi 3 jenis, yaitu konduksi, konveksi dan radiasi. Secara umum, ketiga jenis tersebut dibedakan berdasarkan media dalam upaya memindahkan energi kalor. Konduksi menggunakan media padat, konveksi menggunakan media fluida, sedangkan radiasi menggunakan media gelombang elektromagnetik Konduksi Konduksi adalah transfer energi kalor yang terjadi melalui interaksi antara atom-atom atau molekul-molekul, yang tidak disertai dengan perpindahan atom dan molekul. Konduksi kalor hanya akan terjadi jika ada perbedaan suhu pada suatu benda. Konduktivitas termal (k) untuk berbagai zat dimana apabila k semakin besar maka kalor yang dihantarkan semakin besar. Persamaan dari konduksi adalah 9 : keterangan : : Laju aliran kalor (J s -1 ) : Konduktifitas termal (J/s m 0 C) : Luas penampang (m 2 ) : Perbedaan suhu ( 0 C) : Jarak antar ujung yang memliki beda suhu (m). = (1) 2. Konveksi Konveksi adalah proses dimana kalor ditranfer dengan pergerakan molekul dari satu tempat ke tempat lain dengan melibatkan pergerakan molekul dalam jarak yang besar. Walaupun zat cair dan gas umumnya bukan merupakan penghantar kalor yang sangat baik, namun dapat mentransfer kalor dengan cukup cepat melalui konveksi. 9 =h (2) keterangan : : Laju aliran kalor (J/s) h : Koefisien perpindahan kalor konveksi (J m -2 s -1 / 0 C) : Luas penampang (m 2 ) : Perbedaan suhu ( 0 C)

20 8 Sterilisasi Media Kegagalan panen banyak disebabkan oleh proses sterilisasi media yang kurang sempurna. Jamur-jamur liar yang masih ada dalam baglog yang tumbuh subur dan menghambat pertumbuhan jamur tiram putih jika proses sterilisasi tidak sempurna. Beberapa teknik dapat dilakukan untuk sterilisasi media jamur tiram putih. Salah satu cara sterilisasi tersebut dengan cara mengukus media jamur tiram putih di dalam drum. Sterilisasi media jamur tiram putih dengan teknik pengukusan, biasanya memakai kayu bakar sengon, minyak tanah, atau LPG sebagai bahan bakarnya. Pada penelitian ini pengukusan digunakan tungku sekam. Penggunaan drum sebagai sterilisator memiliki tingkat keberhasilan %, walaupun demikian para petani masih menggunakan drum karena harganya dapat terjangkau. Perebusan bukanlah metode sterilisasi. Sterilisasi umumnya dilakukan menggunakan autoklaf untuk menggunakan kalor bertekanan tinggi. Cara lain yang kini dikembangkan adalah sterilisasi basah untuk produk-produk yang tidak tahan kalor. 7 Pipa Konveksi Pipa konveksi merupakan alat yang digunakan sebagai pemerata kalor dalam bentuk butiran air atau uap air, agar kalor pada media sterilisasi jamur tiram menjadi semakin merata. 10 Pada penelitian sebelumnya media sterilisasi jamur tiram yang belum menggunakan pipa konveksi masih mengalami kegagalan khususnya pada proses sterilisasi jamur tiram. 11 Kegagalan panen banyak disebabkan oleh proses sterilisasi media yang kurang sempurna. Hal ini diakibatkan karena penyebaran kalor pada media sterilisasi belum merata, untuk itu dengan menggunakan pipa konveksi yang stelah dilubangi, diharapkan mampu meratakan suhu pada media sterilisasi. 12 Simulasi FDM (Finite Difference Method) Peneliti sebelumnya telah mengembangkan Finite Difference Method (FDM). Kajian FDM ini digunakan dalam analisis sebaran kalor dalam sterilisasi jamur tiram dengan drum. Simulasi FDM adalah simulasi fisika dengan menggunakan komputerisasi didalam softwere matlab. Pada simulasi sebaran panas dengan matlab ini, didapat nilai sebaran panas dengan cara memasukan nilai kalor pada bagian bawah pipa, diameter pipa, tinggi pipa, dan suhu atas pipa. Sehingga didapat nilai sebaran panas pada selimut pipa konveksi. 15 Untuk pipa konveksi berdiameter 6 cm, didapat sebaran kalor rata-rata pada bagian tengah pipa yaitu 180 o C, sedangkan pada selimut pipa konveksi didapat nilai rata-rata kalor adalah 150 o C. Untuk pipa berdiameter 8 cm, didapat sebaran kalor rata-rata pada bagian tengah pipa yaitu 198 o C, sedangkan pada selimut pipa konveksi didapat nilai rata-rata kalor adalah 170 o C. Perbedaan sebaran kalor ini disebabkan karena diameter pipa konveksi berbeda, sehingga laju kalor yang bergerak pada pipa tersebut berbeda akibat perbedaan luasan lubang atau diameter pipa konveksi. 15

21 9 Hasil simulasi sebaran panas pada silinder tungku sekam dengan menggunakan FDM (Finite Difference Method), dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5. Keterangan : T bawah : 222 o C T awal : 222 o C T kanan : 150 o C T kiri : 150 o C T atas : 70 o C Diameter : 6 cm Tinggi silinder : 117 cm Waktu : 30 detik T pusat dilihat di grafik, pada saat t=30 s, T pusat bernilai 180 o C Gambar 4 Sebaran Panas Pada Satu Pipa Berdiameter 6 cm. 15 Keterangan : T bawah : 222 o C T awal : 200 o C T kanan : 170 o C T kiri : 170 o C T atas : 70 o C Diameter : 8 cm Tinggi silinder : 117 cm Waktu : 30 detik T pusat dilihat di grafik, pada saat t=30 s, T pusat bernilai 198 o C Gambar 5 Sebaran Panas Pada Satu Pipa Berdiameter 8 cm. 15

22 10 Energi yang Terkandung dalam Bahan Bakar Jumlah kalor yang dilepaskan saat pembakaran atau heat value fuel setara dengan energi yang terkandung dalam bahan bakar tersebut. Jumlah kalor yang dilepaskan saat pembakaran bahan bakar sekam padi sebesar 3300 kcal/kg, hal ini menunjukkan bahwa sekam padi mampu memberikan kalor ke media sterilisasi lebih besar dibandingkan jumlah kalor pada pembakaran bahan bakar bensin, minyak tanah, LPG dan arang kayu. Tabel 2 menunjukkan jumlah kalor yang dilepaskan pada saat pembakaran beberapa bahan bakar yang sering digunakan. 13 Tabel 2 Energi yang terkandung dalam beberapa bahan bakar. 13 Ekuivalen bahan bakar Rapat energi yang terkandung dalam bahan bakar (kcal/kg) LPG Sekam Padi 3300 Arang Kayu 5893 Minyak Tanah Bensin * 1 tangki = 140 kg * *Konversi langsung menggunakan nilai pemanasan dari 3300 kcal per kg.

23 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di desa Situ Ilir dan Situ Udik, Leuwliang, Bogor, dan Bengkel kayu, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan September 2013 sampai dengan bulan Maret Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian terbagi menjadi dua, yaitu alat utama dan alat bantu. Alat utama terdiri atas seperangkat tungku sekam, dengan bahan bakar sekam padi yang digunakan untuk menghasilkan kalor, pipa besi dengan diameter 8 cm, dan 6 cm, Drum dengan diameter 56 cm, Penutup drum, dan dual laser infrared thermometer and thermocouple soket IT Alat bantu berupa terpal plastik, timbangan, penggaris, stopwatch, komputer. Gambar 6 menunjukkan desain drum dengna 1 pipa konveksi keterangan : Gambar 6 Desain drum satu pipa konveksi. 1. Drum dengan diameter 56 cm, Tinggi 117 cm 2. Pipa konveksi dengan diameter 6 cm dan 8 cm. 3. Arah gerak uap air (keatas) 4. Ruang baglog 5. Tatakan baglog 6. Air (42.75 liter)

24 12 Metode Penelitian Mulai Persiapan alat dan bahan Pengomposan bahan baglog Persiapan tungku sekam dan drum Pembuatan baglog Pemasangan pipa pada drum Proses sterilisasi dengan cara dikukus menggunakan tungku Pengukuran suhu tiap-tiap bagian drum menggunakan dual laser infrared thermometer IT 1500 Inokulasi dan inkubasi baglog dalam ruang pembibitan (3 hari) Perhitungan baglog yang tidak terkontaminasi dan memindahkannya ke kumbung jamur Proses panen dan perawatan pascapanen Pencatatan massa jamur per baglog Analisi FTIR, perhitungan vibrasi, konstanta anharmonik, dan konstanta pegas Penyusunan laporan skripsi Gambar 7 Diagram alir penelitian Gambar 7 memperlihatkan tahapan yang dilakukan, dalam pengambilan data, dicatat suhu pada titik- titik yang ditentukan dengan termometer laser.

25 13 Perhitungan Penyebaran Kalor Menggunakan Metode Beda Hingga Perpindahan kalor pada saat sterilisasi di dalam drum ada dua, yaitu perpindahan kalor secara konveksi yang terjadi pada air dan perpindahan kalor secara konduksi yang terjadi pada baglog. 14 Drum yang digunakan berbentuk tabung yang bersifat simetri sehingga perambatan kalor yang terjadi tidak bergantung pada besar sudut θ. Perhitungan hantaran pada kalor terdapat pada Persamaan (4). 14 = + + (4) keterangan : : Tinggi tabung (m) : Suhu ( 0 C) : Waktu (detik) : Jari-jari (m) : Difusi termal (m 2 /s) T( r, z, t) adalah suhu pada saat sterilisasi dengan r ( 0 r 28 ) dan z ( 0 z 120 ) saat waktu t, dan diubah menjadi Persamaan (5). 14,,=,, +,,,,!+,", 2,, +,,! (5) Pengambilan data suhu mengikuti desain dalam Gambar 8. Penyelesaian persamaan di atas dengan menggunakan metode beda hingga. Persamaan lain yang dapat digunakan untuk menganalisa penyebaran kalor pada proses sterilisasi baglog jamur tiram putih adalah persamaan bessel secara analitik. 14 Gambar 8 Drum titik pengambilan data suhu. 14

26 14 Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar Untuk menghitung efisiensi bahan bakar perlu dicari dahulu laju energi yang dibutuhkan untuk memasak dengan menggunakan Persamaan (6). 14 Keterangan : $% : laju energi yang dibutuhkan (kcal/hari) / 0 : massa air awal (kg) / 1 : massa air yang menguap (kg) 2 0 : kalor jenis air (kcal/kg 0 C) 2 1 : kalor jenis uap air (kcal/kg 0 C) 3 4 : kalor laten uap air (kcal/kg), : perubahan suhu ( 0 C) : waktu pemasakan (hari) $%= (' ( ) ( * )(', -. )(', ), ) (6) Efisiensi energi termal bahan bakar dapat dihitung menggunakan Persamaan (7). 12 ℸ= 67 89: :;< 100% (7) Keterangan : ℸ : efisiensi bahan bakar : (Fuel consumption rate) laju bahan bakar yang dibutuhkan (kg/hari) $% : laju energi yang dibutuhkan (kcal/hari) C@ : (Heat value fuel) energi yang terkandung dalam bahan bakar (kcal/kg) Nilai FCR (Fuel consumption rate) dapat dihitung dalam Persamaan (8) dan (9). 12 Γ= E F E 0 G 24 jam (9) keterangan : E F E 0 FCR Γ t : Massa sekam padi (kg) : Massa abu sekam padi (kg) : (Fuel consumption rate) laju bahan bakar yang dibutuhkan (kg/hari) : Massa bahan bakar (kg). : Waktu pengukusan (jam)

27 HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu pada Proses Sterilisasi Baglog Dengan 1 Pipa Konveksi Berdiameter 6 cm Hasil kajian FDM diterapkan dalam proses sterilisasi baglog dengan 1 pipa konveksi 6 cm dan 8 cm. Perbedaan ukuran diameter pipa konveksi menyebabkan kalor ditransfer dalam bentuk uap air pada bagian dalam drum ikut berbeda. Kalor yang dihasilkan dari pembakaran menggunakan tungku berbahan bakar sekam padi mencapai suhu rata-rata 697,78 0 C. Ternyata sebaran kalor yang dihasilkan pada bagian dalam drum berbeda. Hal ini terjadi karena diameter pada pipa konveksi yang digunakan berbeda, yaitu 6 cm dan 8 cm, sehingga uap air yang naik keatas jumlah debitnya ikut berbeda. Karena kalor yang dihasilkan berbeda maka sebaran kalor dan tekanan pada sterilisasi juga akan berbeda. Tabel 3 Sebaran kalor menggunakan 1 pipa konveksi berdiamater 6 cm. Waktu / Posisi Selongsong Tungku Pusat Bawah Drum Selimut Bawah Drum 20 cm dari selimut bawah drum 40 cm dari selimut bawah drum 60 cm dari selimut bawah drum 80 cm dari selimut bawah drum 100 cm dari selimut bawah drum Suhu Setelah 1 jam Suhu Setelah 2 jam Suhu Setelah 3 jam Suhu Setelah 4 jam Suhu Setelah 5 jam Suhu Setelah 6 jam Rata-rata Suhu ( 0 C)

28 16 Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat penyebaran kalor pada drum yang dengan menggunakan 1 pipa konveksi berdiameter 6 cm pada proses sterilisasi media tanam jamur tiram putih (baglog). Pada 1 jam pertama suhu mulai terlihat konstan, jika dirata-rata maka pada pusat drum bagian bawah bersuhu C, pada selimut bawah drum C, suhu pada batas ketinggian air C, suhu pada selimut dari ketinggian 40cm dari bawah drum C, suhu pada selimut dari ketinggian 60 cm dari bawah drum C, suhu pada selimut dari ketinggian 80 cm dari bawah drum C, suhu pada selimut dari ketinggian 100cm dari bawah drum C, untuk suhu pada atas drum bagian luar. Saat suhu konstan tersebut menjadi syarat batas dalam perhitungan sebaran kalor mengunakan metode beda hingga. Syarat awal pada saat waktu nol jam. Distribusi Suhu pada Proses Sterilisasi Baglog Dengan 1 Pipa Konveksi Berdiameter 8 cm Untuk syarat batas penyebaran kalor pada drum pada suhu 200 o C yang diberi kalor dari tungku dengan bahan bakar sekam padi dengan menggunakan 1 pipa konveksi berdiameter 8cm pada proses sterilisasi media tanam jamur tiram putih (baglog). Dapat dilihat dari Tabel 4 pada 1 jam pertama suhu mulai terlihat konstan, jika dirata-rata selama sterilisasi 6 jam, maka pada pusat drum bagian bawah bersuhu C, pada lingkaran terluar dasar drum C, suhu pada batas ketinggian air C, suhu pada selimut dari ketinggian 40cm dari bawah drum C, suhu pada selimut dari ketinggian 60cm dari bawah drum C, suhu pada selimut dari ketinggian 80cm dari bawah drum C, suhu pada selimut dari ketinggian 100cm dari bawah drum C, untuk suhu pada atas drum bagian luar. Saat suhu konstan tersebut menjadi syarat batas dalam perhitungan sebaran kalor mengunakan metode beda hingga. Syarat awal pada saat waktu nol jam.

29 17 Tabel 4 Sebaran kalor menggunakan 1 pipa konveksi berdiamater 8 cm. Waktu / Posisi Selongsong Tungku Pusat Bawah Drum Selimut Bawah Drum 20 cm dari selimut bawah drum 40 cm dari selimut bawah drum 60 cm dari selimut bawah drum 80 cm dari selimut bawah drum 100 cm dari selimut bawah drum Suhu Setelah 1 jam Suhu Setelah 2 jam Suhu Setelah 3 jam Suhu Setelah 4 jam Suhu Setelah 5 jam Suhu Setelah 6 jam Ratarata Suhu ( 0 C)

30 18 Efisiensi Energi Termal 1 Pipa Konveksi Berdiameter 6 cm dan 8 cm Pada pengukusan dengan menggunakan 1 pipa konveksi berdiameter 6 cm maupun 8 cm memiliki nilai HVF (Heat value fuel) atau energi yang terkandung dalam bahan bakar sekam padi sebesar 3300 kcal/kg. Berdasarkan Tabel 5, Tabel 6 dan persamaan (8), (9) untuk pipa berdiameter 6 cm maupun 8 cm untuk 1 pipa konveksi berdiameter 6 cm, didapatkan besar FCR (Fuel consumption rate) atau laju bahan bakar yang dibutuhkan (kg/hari), sebesar 150 kg/hari untuk ulangan pertama, dan kg/hari untuk ulangan kedua. Sedangkan untuk 1 pipa konveksi berdiameter 8 cm didapatkan nilai FCR (Fuel consumption rate) atau laju bahan bakar yang dibutuhkan (kg/hari), sebesar kg/hari pada ulangan pertama, dan kg/hari pada ulangan kedua. Tabel 5 Perbandingan penggunaan bahan bakar sekam padi pada pipa 6 cm dan 8 cm dengan waktu 6 jam. Bahan bakar Sekam Padi Sekam Padi Sekam Padi Sekam Padi Perlakuan Lama pengukusan (jam) Diameter pipa (cm) Volume Air awal (liter) Volume Air sisa (liter) Massa Sekam (kg) Massa Abu Sekam (kg) Tabel 6 Nilai FCR (Fuel Consumption Rate) pada pipa 6 cm dan 8 cm dengan waktu 6 jam. Massa Massa Lama Massa Bahan Diameter Abu Bahan FCR Perlakuan pengukusan Sekam bakar pipa (cm) Sekam Bakar (kg/hari) (jam) (kg) (kg) (kg) Sekam 1 Padi Sekam Padi Sekam Padi Sekam Padi

31 19 Hasil perhitungan nilai efisiensi energi termal berdasarkan rumus persamaan (7), dapat dilihat dalam tabel 7. Pada 1 pipa konveksi berdiameter 6 cm berbahan bakar sekam adalah 8.28 % untuk pengukusan 6 jam pada ulangan pertama, dan 7.15% untuk pengukusan 6 jam pada ulangan kedua. Nilai efisiensi pada 1 pipa konveksi berdiameter 8 cm berbahan bakar sekam adalah % untuk pengukusan 6 jam pada ulangan pertama, dan 9.18% untuk pengukusan 6 jam pada ulangan kedua. Tabel 7 Perbandingan efesiensi pada pipa 6 cm dan 8 cm dengan waktu 6 jam. Perlakuan Lama pengukusan (jam) Pipa Konveksi (cm) HVF (kcal/kg) FCR (kg/hari) Qn (kcal/hari) Efisiensi (%)

32 20 Gambar 9 Efesiensi pemanasan 6 jam pada pipa konveksi 6 cm dan 8 cm. Dari gambar 9 terlihat bahwa efisiensi bahan bakar sterilisasi jamur tiram untuk pengukusan 6 jam tidak terlalu jauh berbeda, pada pipa konveksi 6cm perlakuan pertama didapat bahwa efisiensi perebusan adalah 8.28%, pada pipa konveksi 8cm perlakuan pertama 10.75%, pada pipa konvesi 6cm perlakuan kedua 7.15%, pada pipa konveksi 8 cm perlakuan kedua 9.18%. Hal ini disebabkan karena dengan menggunakan pipa konveksi berdiameter 8 cm dapat lebih cepat memanaskan bagian dalam drum, sehingga waktu yang diperlukan untuk mencapai titik sebaran kalor semakin cepat. Bahan bakar sekam padi yang digunakan untuk memanaskan berbanding lurus dengan suhu yang dihasilkan dalam waktu yang sama yaitu 6 jam. Perhitungan lengkap efisiensi energy termal untuk variasi 1 pipa berdiameter 6 dan 8 cm tertera dalam Lampiran 1, 2, 3,4. Perbandingan Hasil Panen Pada Desain 1 dan Desain 2 Desain 1 menggunakan pipa konveksi 6 cm, dan desain 2 menggunakan pipa konveksi 8 cm. Penggunaan ukuran pipa konveksi pada sterilisasi mempengaruhi sebaran kalor yang terjadi didalam drum, sehingga mempengaruhi juga jumlah kontaminasi media tanam jamur tiram putih, pada Tabel 10, ternyata jumlah baglog yang paling sedikit terkontaminasi adalah pada pipa konveksi berukuran 8 cm dengan lama pengukusan 6 jam yaitu 33 buah baglog dari total sampel 80 buah. Pengukusan dilakukan selama 6 jam dengan menggunakan tungku sekam dan pipa konveksi pada tengah drum sterilisasi jamur tiram.

33 21 Pada Tabel 8, sterilisasi dengan menggunakan pipa berdiameter 6 cm dengan lama pengukusan 6 jam, jumlah yang terkontaminasi yaitu 49 buah baglog dari total sampel 80 buah. Dari perbedaan tersebut dapat dilihat bahwa dengan menggunakan pipa konveksi berdiameter 8cm lebih sedikit yang terkontaminasi, artinya lebih dari 50% baglog jamur tumbuh dan dapat dipaen dalam waktu satu bulan. Bibit jamur tiram putih yang tidak tumbuh ini akan mengalami pembusukan yang menyebabkan baglog terkontaminasi. Sterilisasi merupakan faktor utama penyebab kontaminasi media tetapi ada hal-hal kecil lain yang bisa juga menyebabkan kontaminasi antara lain bahan dari baglog itu sendiri, atau pada saat inokulasi sehingga media yang sudah steril bisa terkontaminasi lagi akibat pengaruh suhu ruang inkubasi maupun cuaca. Tempat inkubasi yang kotor dan basah seringkali menjadi penyebab baglog terkontaminasi. Sehingga diperlukan penyediaan tempat yang lebih steril untuk proses inokulasi dan ikubasi selama 1 minggu atau sampai miselium pada baglog sudah menutupi baglog 80%. Tabel 8 Jumlah jamur yang tumbuh di dalam baglog dan massa jamur tiram putih per baglog pada 1 pipa berdiameter 6 cm lama perebusan 6 jam perlakuan pertama, untuk 3 kali panen. Baris Jumlah baglog hasil sterilisasi 6 jam (buah) Jumlah kontaminasi baglog (buah) Jumlah jamur yang tumbuh di dalam baglog (buah) Massa jamur total (gram) Massa jamur per baglog (gram) Jumlah Tabel 9 Jumlah jamur yang tumbuh di dalam baglog dan massa jamur tiram putih per baglog pada 1 pipa berdiameter 8 cm, perebusan 6 jam perlakuan pertama, untuk 3 kali panen. Baris Jumlah baglog hasil sterilisasi 6 jam (buah) Jumlah kontaminasi baglog (buah) Jumlah jamur yang tumbuh di dalam baglog (buah) Massa jamur total (gram) Massa jamur per baglog (gram) Jumlah

34 22 Tabel 10 Jumlah jamur yang tumbuh di dalam baglog dan massa jamur tiram putih per baglog pada 1 pipa berdiameter 6 cm lama perebusan 6 jam perlakuan kedua untuk 1 kali panen. Baris Jumlah baglog hasil sterilisasi 6 jam (buah) Jumlah kontaminasi baglog (buah) Jumlah jamur yang tumbuh di dalam baglog (buah) Massa jamur total (gram) Massa jamur per baglog (gram) Jumlah Tabel 11 Jumlah jamur yang tumbuh di dalam baglog dan massa jamur tiram putih per baglog pada 1 pipa berdiameter 8 cm lama perebusan 6 jam perlakuan kedua untuk 1 kali panen. Baris Jumlah baglog hasil sterilisasi 6 jam (buah) Jumlah kontaminasi baglog (buah) Jumlah jamur yang tumbuh di dalam baglog (buah) Massa jamur total (gram) Massa jamur per baglog (gram) Jumlah Analisis Vibrasi Pada FTIR (Fourier Transform Infra Red) Dalam analisis data FTIR gambar 10, 11, 12, 13, 14, 15, dapat dilihat bahwa gugus fungsi yang terdapat pada miselium jamur mulai dari F3 (miselium baglog), dan Jamur sama, hanya saja nilai konstanta anharmonik berbeda. Hal ini disebabkan karena sample yang diambil tidak sama persis, melainkan sampel tiap tingkatan bibit yaitu F3 (miselium baglog), dan jamur. Jika dibandingkan antara nilai perhitungan dengan nilai eksperimen, hampir mendekati nilai vibrasinya. Dari data FTIR dapat dijelaskan bahwa puncak-puncak yang didapat akibat ada yang diserap oleh bahan tersebut. Penyerapan tersebut terjadi karena terdapat frekuensi dan panjang gelombang yang sama pada bahan tersebut. Sehingga kita dapat mempredeksi kandungan yang terdapat pada sampel tersebut, yang kemudian dapat kita ketahui bilangan gelombang atau vibrasi transmitansi, dan absorbansi serta dapat diketahui konstanta anharmoniknya.

35 23 Gambar 10 FTIR (Fourier Transform Infra Red) miselium baglog pada desain 1 Gambar 11 FTIR (Fourier Transform Infra Red) jamur pada desain 1 Gambar 12 Hasil FTIR (Fourier Transform Infra Red) miselium baglog, dan jamur pada desain 1

36 24 Gambar 13 FTIR (Fourier Transform Infra Red) miselium baglog pada desain 2 Gambar 14 FTIR (Fourier Transform Infra Red) jamur pada desain 2 Gambar 15 Hasil FTIR (Fourier Transform Infra Red) miselium baglog, dan jamur pada desain 2

37 25 Dilihat dari Tabel 12 dan 13 bahwa konstanta gaya ikatan literatur dengan hasil perhitungan hampir mendekati. Ini terbukti bahwa gugus fungsi pada hasil FTIR F3 (miselium baglog), dan jamur benar. Hasil vibrasi perhitungan dengan ekperimen serta literatur (thomas, 1988) pun hampir mendekati. Untuk molekul O-H dapat dilihat bahwa dari F3 (miselium baglog), dan Jamur memiliki nilai vibrasi yang sama dengan literatur yaitu rata-rata 3500 cm -1. Untuk molekul C-O dapat dilihat bahwa dari F3 (miselium baglog), dan Jamur, memiliki nilai vibrasi yang sama dengan literatur yaitu rata-rata 1300 cm -1. Perhitungan lengkap analisis nilai bilangan gelombang, konstanta anharmonik, konstanta pegas dan frekuensi vibrasi pada osilasi anharmonik sederhana ikatan gugus molekul C-O, O-H tertera dalam Lampiran 5. Tabel 12 Hasil observasi, konstanta anharmonik dan konstanta gaya ikatan pada FTIR dengan mengasumsikan proses stretching asimetri ikatan gugus molekul O-H, C-O. Molekul O-H C-O Perhitungan F J F J F J F J Bilangan Gelombang cm -1 Eksperimen keterangan : F3.1 : Miselium baglog pada desain 1 J.1 : Jamur pada desain 1 F3.2 : Miselium baglog pada desain 2 J.2 : Jamur pada desain 2 Literatur (Thomas, 1988) Konstanta Anharmoni k (Xe) Konstanta gaya ikatan N/m Konstanta gaya ikatan literatur N/m (Thomas, 1988)

38 26 Tabel 13 Frekuensi vibrasi, pada FTIR dengan mengasumsikan proses stretching asimetri ikatan gugus molekul O-H, C-O. O-H C-O Molekul Frekuensi Vibrasi ( Hz ) Perhitungan Literatur (Thomas, 1988) Konstanta gaya ikatan N/m F x J x x F x J x F x J x x F x J x Konstanta gaya ikatan literatur N/m (Thomas, 1988) Dilihat dari Tabel 14 dan 15 bahwa konstanta gaya ikatan literatur dengan hasil perhitungan hampir mendekati. Ini terbukti bahwa gugus fungsi pada hasil FTIR F3 (miselium baglog), dan jamur benar. Hasil vibrasi perhitungan dengan ekperimen serta literatur (thomas, 1988) pun hampir mendekati. Untuk molekul C-H dapat dilihat bahwa dari F3 (miselium baglog), dan Jamur, memiliki nilai vibrasi yang sama dengan literatur yaitu rata-rata 1600 cm -1. Untuk molekul C=O dapat dilihat bahwa dari F3 (miselium baglog), dan Jamur, memiliki nilai vibrasi yang sama dengan literatur yaitu rata-rata 2900 cm -1. Perhitungan lengkap analisis nilai bilangan gelombang, konstanta harmonik, konstanta pegas dan frekuensi vibrasi ada pada osilasi harmonik sederhana dari ikatan gugus molekul C-H, C=O tertera dalam Lampiran 6. Tabel 14 Hasil observasi, konstanta gaya ikatan harmonik pada FTIR dengan mengasumsikan proses stretching simetri ikatan gugus molekul C=O, C-H. Molekul C=O C-H Bilangan Gelombang cm -1 Eksperimen Literatur (Thomas, 1988) Konstanta gaya ikatan N/m F J F J F J F J Konstanta gaya ikatan literatur N/m (Thomas, 1988)

39 Tabel 15 Frekuensi vibrasi, pada FTIR dengan mengasumsikan proses stretching simetri ikatan gugus molekul C=O, C-H.. C=O C-H Molekul Frekuensi Vibrasi ( Hz ) Perhitungan Literatur (Thomas, 1988) Konstanta gaya ikatan N/m F x J x x F x J x F x J x x F x J x Konstanta gaya ikatan literatur N/m (Thomas, 1988) SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Telah berhasil dilakukan sterilisasi jamur tiram dengan variasi 1 pipa konveksi 6 cm dan 8 cm menggunakan tungku sekam padi. Hasil data eksperimen diperoleh bahwa distribusi suhu pada proses sterilisasi 8 cm lebih baik dari distribusi suhu pada 6 cm. Hal ini dilihat dari jumlah kontaminasi pada baglog. Jumalah kontaminasi menggunakan pipa konveksi 6 cm adalah 49 buah, sedangkan dengan menggunakan pipa konveksi 8 cm adalah 33 buah. Didapat bahwa jumlah kontaminasi pada baglog yang dikukus menggunakan pipa 8 cm lebih sedikit dibandingkan menggunakan pipa 6 cm. Hasil efesiensi pemanasan menggunakan pipa konveksi 8 cm lebih besar dibandingkan efesiensi pipa konveksi 6 cm. Besar efesiensi pada dengan menggunakan pipa konveksi 6 cm adalah 8,28%, sedangkan menggunakan pipa konveksi 8 cm adalah 10,75%. Hasil olahan data spektrum FTIR diperoleh bahwa energi serapan pada jamur tiram lebih besar dari energi serapan pada miselium baglog. Ini menyebabkan nilai konstanta gaya ikatan gugus molekul C-O, O-H, C=O dan C-H pada jamur tiram lebih besar dari konstanta gaya ikatan gugus molekul C-O, O-H, C=O dan C-H pada miselium baglog. Saran Penelitian selanjutnya disarankan dalam penggunaan pipa konveksi ukuran yang digunakan adalah yang berdiameter 8 cm, dan diberi lubang pada tiap-tiap tingkatan baglog agar proses sterilisasi berjalan dengan lama pengukusan lebih dari 6 jam setelah tercapai suhu konstan (setelah mendidih), penyebaran uap air merata pada setiap tingkatan baglog. Serta menghitung nilai kerapatan FTIR dari tingkatan umur baglog 30, 35, 40 hari, setelah inokulasi baglog untuk mengetahui hubungan antara kerapatan miselium waktu pembukaan yang tepat untuk menghasilkan produksi yang maksimal.

40 28 DAFTAR PUSTAKA 1. Pasaribu, T. Permana, D.R. Alda, E.R. Aneka Jamur Unggulan yang Menembus Pasar. Jakarta : PT Grasindo A.D. Husin, Irzaman, J. Juansah, S. Effendy. kajian efisiensi energi tungku sekam padi untuk media tanam jamur tiram. Prosiding pertemuan ilmiah XXF HFI Jateng & DIY Irzaman, H. Darmasetiawan, H. Alatas, Irmansyah, A.D. Husin, M.N. Indro. Development of Cooking Stove with Rice Husk Fuel. Workshop on Renewable Energy Technology Applications t Support E3 Village (Energy, Economics and Enviroment), Universitas Persada Jakarta, halaman 82 85, Juli (2008). 4. Irzaman, H. Darmasetiawan, H. Alatas, Irmansyah, A.D. Husin, M.N. Indro, H. Hardhienata, K. Abdullah, T. Mandang, S. Tojo. Optimization of Thermal Efficiency of Cooking Stove with Rice-Husk Fuel in Supporting the Proliferation of Alternative Energy in Indonesia. Proceeding Symposium on Advanced Technological Development of Biomass Utilization in Southeast Asia, page 40 43, Tokyo University of Agriculture and Technology (TUAT), Japan (2009). 5. Kelompok Usaha Agribisnis Supa Tiram Mandiri II. Budidaya Jamur Tiram (Pleurotus sp). Bogor: Supa Tiram Mandiri II N. Widyastuti. Limbah gergaji kayu sebagai bahan formula media jamur shitake ( lentinula edodes). Jakarta : Pusat Teknologi Bioindustri Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi U. Suriawiria. Pengantar Untuk Mengenal dan Mengenal Jamur. Bandung : Angkasa Mayarisanti. Modul Pelatihan Budidaya Jamur Tiram Putih. Bogor P.A. Tippler. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Erlangga K.P. Hendratno. Sebaran Kalor Tungku Berbahan Bakar Sekam Padi dan Cangkang Kelapa Sawit Menggunakan Pendekatan Metode Beda Hingga pada Sterilisasi Jamur Tiram Putih Dalam Drum. [Skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor E. Rahmadhani. Kajian efisiensi energi pada proses sterilisasi media tumbuh jamur tiram putih berbahan bakar kayu sengon [Skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor T. Umrih. Analisis efisiensi energi bahan bakar sekam padidan kayu sengon pada proses sterilisasi media tumbuh jamur tiram putih [Skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor F. Nawafi, D Puspita, Desna, Irzaman. Optimasi Tungku Sekam Skala Industri Kecil Dengan Sistem Boiler 13 (2). Berkala Fisika, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Diponegoro Semarang. Halaman C23-C26 (2010). 14. D. Ardian. Analisa persamaan panas dan nilai sterilisasi pada proses sterilisasi makanan kaleng. Institut Teknologi Sepuluh November I. Noor. Simulasi Sebaran Panas Pada Silinder Tungku Sekam Dengan Berbantuan FDM (Finite Difference Method). [Skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor

41 16. Casnan, Irzaman, P. Untoro. Efesiensi Energi dari ztungku Sekam dengan Kompor Bahan Bakar Campuran Air, Minyak, dan Gas Karbon (Asap) dengan Metode Kavitasi. Prosiding pertemuan ilmiah XXF HFI Jateng & DIY Desna, R.D. Puspita, H Darmasetiawan, Irzaman, Siswandi. Kajian proses sterilisasi media jamur tiram putih terhadap mutu bibit yang dihasilkan. Kumpulan Abstrak seminar Nasional Pendidikan dan Penelitian Fisika dalam Mengantisipasi Perubahan Fenomena Alam. Universitas Diponegoro Semarang, halaman G. Muller, C. Schopper, H. Vos, A. Kharazipour, and Andrea Polle. FTIR- ATR spectroscopic analysis of changes in wood properties during particle and fiberboard production of hard and softwood trees. Bio resources.4(1), I. Spiridon, C. Teaca, and R. Bodirlau. Structural changes evidenced by FTIR spectroscopy in cellulosic materials after pre-treatment with ionic liquid and enzymatic hydrolysis. Bio resources.6(1) L. K. Yustina. M.P.D, Pudyastuti, dan A.W. Gunawan. Campuran Serbuk Gergaji Kayu Sengon dan Tongkol jagung Sebagai Media untuk Budidaya jamur Tiram Putih.Departemen Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor M. Rifki, Irzaman, H. Alatas. Optimasi Efisiensi Tungku Sekam dengan Ventilasi Lubang Utama pada Badan Kompor. Prosiding Seminar Nasional Sains II, FMIPA IPB Bogor. Halaman , Oktober (2008). 22. E.I. Martawijaya, M.Y. Nurjayadi. Bisnis jamur tiram putih di rumah sendiri. Kampus IPB Taman Kencana Bogor : IPB Press Sheng Yao, Guofen Wu, Mian Xing, Shuke Zhou, and Junwen Pu. Determination of lignin content in acacia spp. Using near-infrared reflectance spectroscopy. Bio resources.5(2), S.K. Kovur, K.C. Schenzel, E. Grimm, and W. Diepenbrock. Characterization of refined hemp fiber using NIR FT raman micro spectroscopy and enviromental scanning electron microsccopy.bio resources.3(4) Ugo L, Belini, Paulo R G Hein, Mario Tomazello Filho, Jose C Rodrigues, and Gilles Chaix. Near infrared spectroscopy for estimating sugarcane bagasse content in medium density fiberboard. Bio resources.6(2)

42 30

43 LAMPIRAN 31

44 32 Lampiran 1. Perhitungan efisiensi bahan bakar ( 1 pipa konveksi diameter 6 cm, ulangan pertama ) a. Bahan bakar sekam padi Laju bahan bakar yang dibutuhkan jam 150 hari Laju energi yang dibutuhkan $%= (/ )+(/ )+(/ ) ( )+( )+( ) $%= 0.25 $%= , $%= $%= Jadi $%= laju energi yang dibutuhkan pada proses sterilisasi sebesar (kcal/hari) Efisiensi bahan bakar ℸ= % ℸ=8.28 %

45 33 Lampiran 2. Perhitungan efisiensi bahan bakar ( 1 pipa konveksi diameter 8 cm, ulangan pertama ) a. Bahan bakar sekam padi Laju bahan bakar yang dibutuhkan jam hari Laju energi yang dibutuhkan $%= (/ )+(/ )+(/ ) ( )+( )+( ) $%= 0.25 $%= $%= $%= Jadi $%= laju energi yang dibutuhkan pada proses sterilisasi sebesar (kcal/hari) Efisiensi bahan bakar ℸ= % ℸ=10.75 %

46 34 Lampiran 3. Perhitungan efisiensi bahan bakar ( 1 pipa konveksi diameter 6 cm, ulangan kedua ) a. Bahan bakar sekam padi Laju bahan bakar yang dibutuhkan jam hari Laju energi yang dibutuhkan $%= (/ )+(/ )+(/ ) ( )+( )+( ) $%= 0.25 $%= $%= $%= Jadi $%= laju energi yang dibutuhkan pada proses sterilisasi sebesar (kcal/hari) Efisiensi bahan bakar ℸ= % ℸ=7.15 %

47 35 Lampiran 4. Perhitungan efisiensi bahan bakar ( 1 pipa konveksi diameter 8 cm, ulangan kedua ) a. Bahan bakar sekam padi Laju bahan bakar yang dibutuhkan jam hari Laju energi yang dibutuhkan $%= (/ )+(/ )+(/ ) ( )+( )+( ) $%= 0.25 $%= $%= $%= Jadi $%= laju energi yang dibutuhkan pada proses sterilisasi sebesar (kcal/hari) Efisiensi bahan bakar ℸ= % ℸ=9.18 %

48 36 Lampiran 5. Analisis nilai bilangan gelombang, konstanta anharmonik, konstanta pegas dan frekuensi vibrasi pada osilasi anharmonik sederhana ikatan gugus molekul C-O, O-H. A. Massa tereduksi 1. C-O (Alkohol, Ether, Asam Karboksilat) µ = ([\.[]) [\[] = ^.^ _ `ab cde[ _ f.gg _ `ab cde[ ^.^ _ `ab cde[ f.gg _ `ab cde[ = gh.^f _ `abi cde[ jf.jk _ `ab cde[ = x gram 2. O-H ( Alkohol, Fenol, Asam Karboksilat ) µ = ([].[l) = f.gg _ `ab cde[ _.fkm _ `ab cde[ [][l f.gg _ `ab cde[.fkm _ `ab cde[ = jj.j _ `abi cde[ h.g _ `ab cde[ = x gram n 4 =op+ qrs t (p+ ) r t t cm -1 dengan(p=1,2, ),... (8) rs vf). = rs t w1 t op+ qx... (9) (y)p=0 p=1, p=+1, rs t (1 2 t ) cm (10) (yy)p=0 p=2, p=+2, 2rs t (1 3 t ) cm (11) (yyy)p=0 p=3, p=+3, 3rs t (1 4 t ) cm (12) B. C-O (Alkohol, Ether, Asam Karboksilat) 1. F3.1 (Miselium baglog, pipa konveksi 6 cm) p = ωs (1 2x ) 1033 = ωs (1 2x )... Pers (1) p = 2ωs (1 3x ) 1373 = 2ωs (1 3x )... Pers (2)

49 37 Bandingkan kedua persamaan diatas : `mm mkm = _ ~ ( m_ ~ ) 2(1033)(1 3 t )=1373 (1 2 t ) rs t = `mm = t = `mm (`.fh) = cm-1 k = 4π 2 rs t 2 c 2 µ = 4π 2 ( cm -1 ) 2.(3x10 10 cm/s ) 2.(11.381x10-24 gram) k = dyne/cm k = 771 Nm J.1 (Jamur, pipa konveksi 6 cm) p = ωs (1 2x ) 1041 = ωs (1 2x )... Pers (1) p = 2ωs (1 3x ) 1427 = 2ωs (1 3x )... Pers (2) Bandingkan kedua persamaan diatas : `j jk = _ ~ ( m_ ~ ) 2(1041)(1 3 t )=1427 (1 2 t ) rs t = `j = t = `j (`.jkg) = cm-1 k = 4π 2 rs t 2 c 2 µ = 4π 2 ( cm -1 ) 2.(3x10 10 cm/s ) 2.(11.381x10-24 gram) k = dyne/cm k = 737 Nm F3.2 (Miselium baglog, pipa konveksi 8 cm) p = ωs (1 2x ) 1041 = ωs (1 2x )... Pers (1) p = 2ωs (1 3x ) 1380 = 2ωs (1 3x )... Pers (2) Bandingkan kedua persamaan diatas : `j mh` = _ ~ ( m_ ~ ) 2(1041)(1 3 t )=1380 (1 2 t ) t =

50 38 rs t = `j = `j (`.kk) = cm-1 k = 4π 2 rs t 2 c 2 µ = 4π 2 ( cm -1 ) 2.(3x10 10 cm/s ) 2.(11.381x10-24 gram) k = dyne/cm k = 787 Nm J.2 (Jamur, pipa konveksi 8 cm) v = ωs (1 2x ) 1026 = ωs (1 2x )... Pers (1) v = 2ωs (1 3x ) 1419 = 2ωs (1 3x )... Pers (2) Bandingkan kedua persamaan diatas : `f j^ = _ ~ ( m_ ~ ) 2(1026)(1 3 t )=1419 (1 2 t ) rs t = `f = t = `f (`.g) = cm-1 k = 4π 2 rs t 2 c 2 µ = 4π 2 ( cm -1 ) 2.(3x10 10 cm/s ) 2.(11.381x10-24 gram) k = dyne/cm k = 704 Nm -1 C. O-H ( Alkohol, Fenol, Asam Karboksilat ) 1. F3.1 (Miselium baglog, pipa konveksi 6 cm) v = ωs (1 2x ) 2329 = ωs (1 2x )... Pers (1) v = 2ωs (1 3x ) 3394 = 2ωs (1 3x )... Pers (2) Bandingkan kedua persamaan diatas : m^ mm^j = _ ~ ( m_ ~ ) 2(2329)(1 3 t )=1242 (1 2 t ) t =

51 39 rs t = m^ = m^ (`.kg^) = 3593 cm-1 k = 4π 2 rs t 2 c 2 µ = 4π 2 (3593cm -1 ) 2.(3x10 10 cm/s ) 2.(1.574 x gram) k = dyne/cm k = 721 Nm J.1 (Jamur, pipa konveksi 6 cm) v = ωs (1 2x ) 2322 = ωs (1 2x )... Pers (1) v = 2ωs (1 3x ) 3263 = 2ωs (1 3x )... Pers (2) Bandingkan kedua persamaan diatas : m mfm = _ ~ ( m_ ~ ) (2322)(1 3 t )=3263 (1 2 t ) rs t = m = t = m (`.hfjk) = 3703 cm-1 k = 4π 2 rs t 2 c 2 µ = 4π 2 (3703cm -1 ) 2.(3x10 10 cm/s ) 2.(1.574 x gram) k = dyne/cm k = 766 Nm F3.2 (Miselium baglog, pipa konveksi 8 cm) v = ωs (1 2x ) 2337 = ωs (1 2x )... Pers (1) v = 2ωs (1 3x ) 3379 = 2ωs (1 3x )... Pers (2) Bandingkan kedua persamaan diatas : mmk mmk^ = _ ~ ( m_ ~ ) 2(2337)(1 3 t )=3379 (1 2 t ) rs t = mmk = t = mmk (`.khh) = 3632 cm-1

52 40 k = 4π 2 rs t 2 c 2 µ = 4π 2 (3632cm -1 ) 2.(3x10 10 cm/s ) 2.(1.574 x gram) k = dyne/cm k = 737 Nm J.2 (Jamur, pipa konveksi 8 cm) v = ωs (1 2x ) 2376 = ωs (1 2x )... Pers (1) v = 2ωs (1 3x ) 3417 = 2ωs (1 3x )... Pers (2) Bandingkan kedua persamaan diatas : mkf mjk = _ ~ ( m_ ~ ) 2(2376)(1 3 t )=3417 (1 2 t ) rs t = mkf = t = mkf (`.k^hk) = 3711cm-1 k = 4π 2 rs t 2 c 2 µ = 4π 2 (3711cm -1 ) 2.(3x10 10 cm/s ) 2.(1.574 x gram) k = dyne/cm k = 533 Nm -1

53 41 Lampiran 6. Analisis nilai bilangan gelombang, konstanta harmonik, konstanta pegas dan frekuensi vibrasi pada osilasi harmonik sederhana ikatan gugus molekul C-H, C=O. A. Massa Tereduksi 1. C-H ( Alkana ) µ = ([\.[l) [\[l = ^.^ _ `ab cde[ _.fkm _ `ab cde[ ^.^ _ `ab cde[.fkm _ `ab cde[ = m.ff _ `abi cde[.g^m _ `ab cde[ = x gram 2. C=O (Aldehid, Keton, Asam Karboksilat ) µ = ([\.[]) = ^.^ _ `ab cde[ _ f.gg _ `ab cde[ [\[] ^.^ _ `ab cde[ f.gg _ `ab cde[ = gh.^f _ `abi cde[ jf.jk _ `ab cde[ = x gram A. C-H ( Alkana ) 1. F3.1 (Miselium baglog, pipa konveksi 6 cm) = = ^m = x 10-4 cm ƒ = ) = m `* )'/F m.j _ `ab [ = 8.79 x s = ƒ 4 ˆ = ( m ) 4(3.14) j = g dyne/cm = N/m

54 42 2. J.1 (Jamur, pipa konveksi 6 cm) = = ^m = x 10-4 cm ƒ = ) = m `* )'/F m.j _ `ab [ = 8.77 x s = ƒ 4 ˆ = ( m ) 4(3.14) x 10 j = g dyne/cm = N/m 3. F3.2 (Miselium baglog, pipa konveksi 8 cm) = = ^f = x 10-4 cm ƒ = ) = m `* )'/F m.j^ _ `ab [ = 8.75 x s = ƒ 4 ˆ = ( m ) 4(3.14) x 10 j = g dyne/cm = N/m 4. J.2 (Jamur, pipa konveksi 8 cm) = = ^f = x 10-4 cm ƒ = ) = m `* )'/F m.j^ _ `ab [ = 8.75 x s

55 43 = ƒ 4 ˆ = ( m ) 4(3.14) x 10 j = g dyne/cm = N/m B. C=O (Aldehid, Keton, Asam Karboksilat ) 1. F3.1 (Miselium baglog, pipa konveksi 6 cm) = = fff = x 10-4 cm ƒ = ) = m `* )'/F f.`` _ `ab [ = 5.00 x s = ƒ 4 ˆ = ( m ) 4(3.14) x 10 j = f dyne/cm = m N/m 2. J.1 (Jamur, pipa konveksi 6 cm) = = fkj = x 10-4 cm ƒ = ) = m `* )'/F g.^km _ `ab [ = 5.02 x s = ƒ 4 ˆ = ( m ) 4(3.14) x 10 j = f dyne/cm = m N/m 3. F3.2 (Miselium baglog, pipa konveksi 8 cm) = = fjm = x 10-4 cm

56 44 ƒ = ) = m `* )'/F f.`hf _ `ab [ = 4.93 x s = ƒ 4 ˆ = ( m ) 4(3.14) x 10 j = f dyne/cm = m N/m 4. J.2 (Jamur, pipa konveksi 8 cm) = = fjm = x 10-4 cm ƒ = ) = m `* )'/F f.`hf _ `ab [ = 4.93 x s = ƒ 4 ˆ = ( m ) 4(3.14) x 10 j = f dyne/cm = m N/m

57 45 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Rofiqul Umam. Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 22 November 1992 dari pasangan Bapak Prayitno dan Ibu Saiti. Penulis merupakan anak ke lima dari enam bersaudara. Pada tahun 1997 penulis memulai jenjang pendidikan di TK Pratama Bandar Lampung, kemudian pada tahun 1998 melanjutkan ke SDN 4 Sawah Brebes, pada tahun 2004 melanjutkan ke SMPN 24 Bandar Lampung, pada tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikannya ke MAN 1 (Model) Bandar Lampung, dan lulus pada tahun Kemudian penulis melanjutkan Pendidikan Sarjana Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis aktif menjadi asisten dosen pada praktikum Elektronika Dasar, Elektronika Lanjut, Sensor Dan Transduser dari tahun Penulis aktif menjadi asisten dosen matakuliah Elektronika 1, Elektronika 2, Fisika dan Rangkaian Digital di program Diploma IPB. Selama perkuliahan penulis aktif dalam berbagai unit kegiatan mahasiswa di Institut Pertanian Bogor seperti taekwondo, tarung drajat, dan seminar-seminar.

KARAKTERISASI JAMUR TIRAM PUTIH DENGAN MEDIA JAGUNG BULAT MENGGUNAKAN FOURIER TRANSFORM INFRARED

KARAKTERISASI JAMUR TIRAM PUTIH DENGAN MEDIA JAGUNG BULAT MENGGUNAKAN FOURIER TRANSFORM INFRARED KARAKTERISASI JAMUR TIRAM PUTIH DENGAN MEDIA JAGUNG BULAT MENGGUNAKAN FOURIER TRANSFORM INFRARED Irlian Nurmaniah 1 *), Fitrah Hadi Firdaus 1, Ana Fitriana 1, Maya Risanti 2, Irmansyah 3, Irzaman 3 1 Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan jenis jamur pangan dari kelompok Basidiomycota. Jamur ini dapat ditemui di alam bebas sepanjang tahun. Jamur

Lebih terperinci

Efisiensi Energi Bahan Bakar Sekam dan Kayu pada Proses Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih

Efisiensi Energi Bahan Bakar Sekam dan Kayu pada Proses Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), Agustus 2012 Vol. 17 (2): 5 9 ISSN 053 4217 Efisiensi Energi Bahan Bakar Sekam dan Kayu pada Proses Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih (Efficiency Energy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih dikenal sebagai jamur yang mudah dibudidayakan didaerah tropik dan subtropik. Jamur tiram ini juga termasuk dalam kelompok jamur yang sering

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan lima kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia mampu mengolah limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Limbah merupakan sisa dari bahan yang telah mengalami

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN Utilization of Oil Palm Empty Bunches as Media for Growth of Merang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama diperkotaan. Budidaya jamur di Indonesia masih sangat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama diperkotaan. Budidaya jamur di Indonesia masih sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan letaknya yang sangat strategis yaitu pada zona khatulistiwa, maka termasuk salah satu negara yang memiliki kekayaan alam yang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH 5.1. Sejarah dan Perkembangan P4S Nusa Indah Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah adalah sebuah pusat pelatihan usaha jamur tiram dan tanaman hias

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN Sari Sehat Multifarm didirikan pada bulan April tahun 2006 oleh Bapak Hanggoro. Perusahaan ini beralamat di Jalan Tegalwaru No. 33 di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan keberadaannya banyak dijumpai, seperti pada kayu-kayu yang sudah lapuk ataupun di berbagai tanaman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari)

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari) BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama satu bulan penanaman jamur tiram putih terhadap produktivitas (lama penyebaran miselium, jumlah badan buah dua kali

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan sumber energi utama di dunia (sekitar 80% dari penggunaan total lebih dari 400 EJ per tahun).

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH PERTANIAN JERAMI PADI dan BATANG JAGUNG

PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH PERTANIAN JERAMI PADI dan BATANG JAGUNG PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH PERTANIAN JERAMI PADI dan BATANG JAGUNG NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: NOVITA DWI INDRIYANI A 420

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Jamur Tiram. digunakan. Jenis dan komposisi media akan menentukan kecepatan pertumbuhan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Jamur Tiram. digunakan. Jenis dan komposisi media akan menentukan kecepatan pertumbuhan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Jamur Tiram Pertumbuhan jamur tiram ditentukan oleh jenis dan komposisi media yang digunakan. Jenis dan komposisi media akan menentukan kecepatan pertumbuhan miselium,

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : LUCKY WILANDARI A 420 100 123 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur Dusun Ngaran Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul dan lab. tanah Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake.

BAB I PENDAHULUAN. Jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur, biasanya orang menyebut jamur tiram sebagai jamur kayu karena jamur ini banyak tumbuh pada media kayu yang sudah lapuk.

Lebih terperinci

KHAFIT PRATAMA HENDRATNO

KHAFIT PRATAMA HENDRATNO SEBARAN KALOR TUNGKU BERBAHAN BAKAR SEKAM PADI DAN CANGKANG KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN PENDEKATAN METODE BEDA HINGGA PADA STERILISAS JAMUR TIRAM PUTIH DALAM DRUM KHAFIT PRATAMA HENDRATNO DEPARTEMEN FISIKA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 2 faktor dan 12 perlakuan kombinasi media tumbuh dengan 3 kali ulangan dan tiap

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM disusun oleh : Nama : Fandi Hidayat Kelas : SI TI-6C NIM : 08.11.2051 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur merupakan bahan pangan alternatif yang disukai oleh semua lapisan masyarakat. Saat ini jamur yang sangat populer untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus ) atau white mushroom ini merupakan salah satu jenis jamur edibel yang paling banyak dan popular dibudidayakan serta paling sering

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Jamur Tiram. serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Jamur Tiram. serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Budidaya Jamur Tiram Jamur tiram dapat tumbuh dan berkembang dalam media yang terbuat dari serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor dengan 5 taraf konsentrasi dengan lima kali ulangan, yaitu: Keterangan: M0 M1 M2 M3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih merupakan salah satu produk pertanianyang mempunyai kandungan gizi tinggi dibandingkan dengan jamur lain. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( )

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( ) TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN (10712002) JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN PROGRAM STUDY HORTIKULTURA POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG 2012 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur dikenal dalam kehidupan sehari-hari sejak 3000 tahun yang lalu, telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Di Cina, pemanfaatan jamur sebagai bahan obat-obatan

Lebih terperinci

I. PENGANTAR. konsumsi (edible mushroom), yang telah banyak dibudidayakan, karena selain

I. PENGANTAR. konsumsi (edible mushroom), yang telah banyak dibudidayakan, karena selain I. PENGANTAR A. Latar Belakang Jamur telah digunakan selama ribuan tahun, baik sebagai makanan maupun obat herbal. Studi-studi menunjukkan bahwa jamur bisa meningkatkan produksi dan aktivitas sel-sel darah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih merupakan salah satu jamur kayu yang tumbuh di permukaan batang pohon yang sudah lapuk. Jamur tiram putih dapat ditemui di alam bebas sepanjang

Lebih terperinci

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Oleh Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. A. Latar Belakang Budidaya jamur merang di dalam kumbung merupakan teknik budidaya jamur yang dilakukan secara modern dengan

Lebih terperinci

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR EDIBLE MUSHROOM 1. Mahasiswa berdiskusi secara aktif berbagi pengetahuan yang dimiliki 2. Berpendapat secara bebas dan bertanggung jawab untuk memberikan / mengemukakan persoalan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang akan digunakan selama melakukan penelitian ini adalah di Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat. Menurut Trubus (2012), permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kayu seperti jamur

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kayu seperti jamur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur merupakan organisme yang mudah dijumpai, hal ini dikarenakan jamur dapat tumbuh disemua habitat (alam terbuka) sesuai dengan lingkungan hidupnya. Seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai masa depan baik untuk dikembangkan. Hingga kini semakin banyak orang mengetahui nilai gizi jamur

Lebih terperinci

BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH

BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH Disusun oleh : Andrianta Wibawa 07.11.1439 BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH I. PENDAHULUAN Jamur terdiri dari bermacam-macam jenis, ada yang merugikan dan ada yang menguntungkan bagi kehidupan manusia. Jamur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM NASKAH PUBLIKASI A 420090101 Disusun Oleh: NUNING PURI HANDAYANI

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN DI SUSUN OLEH : NAMA : FAHDI ARDIYAN NIM : 11.11.5492 KELAS : 11-S1T1-12 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 ABSTRAK Jamur tiram merupakan salah

Lebih terperinci

Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram

Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram Nama : Enggar Abdillah N NIM : 11.12.5875 Kelas : 11-S1SI-08 ABSTRAK TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram

Lebih terperinci

Kajian Efesiensi Energi Tungku Sekam Berdasarkan Jumlah, Bentuk, dan Ukuran Sirip yang Dipasang

Kajian Efesiensi Energi Tungku Sekam Berdasarkan Jumlah, Bentuk, dan Ukuran Sirip yang Dipasang Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010 ISBN : 978 979 98010 6 7 Kajian Efesiensi Energi Tungku Sekam Berdasarkan Jumlah, Bentuk, dan Ukuran Sirip yang Dipasang H. Simorangkir 1, Irzaman 1, H. Darmasetiawan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SB091358

TUGAS AKHIR SB091358 TUGAS AKHIR SB091358 EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DENGAN VARIASI MEDIA KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) DAN SABUT KELAPA (Cocos nucifera) Oleh: Hanum Kusuma Astuti

Lebih terperinci

OPTIMASI EFISIENSI TUNGKU SEKAM DENGAN VARIASI LUBANG UTAMA PADA BADAN KOMPOR RIFKI MAULANA

OPTIMASI EFISIENSI TUNGKU SEKAM DENGAN VARIASI LUBANG UTAMA PADA BADAN KOMPOR RIFKI MAULANA OPTIMASI EFISIENSI TUNGKU SEKAM DENGAN VARIASI LUBANG UTAMA PADA BADAN KOMPOR RIFKI MAULANA DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ABSTRAK RIFKI MAULANA.

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM Oleh : Masnun, S.Pt, M.Si I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budidaya jamur tiram adalah salah satu usaha pertanian yang saat ini sangat prospektif karena beberapa faktor yaitu:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga tidak bisa melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur digolongkan sebagai

Lebih terperinci

DISTRIBUSI TEMPERATUR DI DALAM DRUM UNTUK STERILISASI JAMUR TIRAM REY FARIZ IRWANSYAH

DISTRIBUSI TEMPERATUR DI DALAM DRUM UNTUK STERILISASI JAMUR TIRAM REY FARIZ IRWANSYAH DISTRIBUSI TEMPERATUR DI DALAM DRUM UNTUK STERILISASI JAMUR TIRAM REY FARIZ IRWANSYAH DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

OPTIMASI TUNGKU BERBAHAN BAKAR SEKAM DAN TEMPURUNG KELAPA DAN ANALISIS TERMAL HADI ARDIANTO

OPTIMASI TUNGKU BERBAHAN BAKAR SEKAM DAN TEMPURUNG KELAPA DAN ANALISIS TERMAL HADI ARDIANTO OPTIMASI TUNGKU BERBAHAN BAKAR SEKAM DAN TEMPURUNG KELAPA DAN ANALISIS TERMAL HADI ARDIANTO DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 ABSTRAK HADI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni dilaboratorium Agronomi (laboratorium jamur) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa-timur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan organisme multiselular yang banyak tumbuh di alam bebas. Organisme ini berbeda dengan organisme lain yaitu dari struktur tubuh, habitat, cara makan,

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah I. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah dibudidayakan. Jamur tiram termasuk familia Agaricaceae atau Tricholomataceae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu sumber hayati, yang diketahui hidup liar di alam. Selama ini, jamur banyak di manfaatkan sebagai bahan pangan, dan dapat di manfaatkan sebagai

Lebih terperinci

KAJIAN EFISIENSI ENERGI TUNGKU SEKAM BERDASARKAN JUMLAH, BENTUK, DAN UKURAN SIRIP YANG DIPASANG HARTIP SIMORANGKIR

KAJIAN EFISIENSI ENERGI TUNGKU SEKAM BERDASARKAN JUMLAH, BENTUK, DAN UKURAN SIRIP YANG DIPASANG HARTIP SIMORANGKIR KAJIAN EFISIENSI ENERGI TUNGKU SEKAM BERDASARKAN JUMLAH, BENTUK, DAN UKURAN SIRIP YANG DIPASANG HARTIP SIMORANGKIR DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X Contoh soal kalibrasi termometer 1. Pipa kaca tak berskala berisi alkohol hendak dijadikan termometer. Tinggi kolom alkohol ketika ujung bawah pipa kaca dimasukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh. manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh. manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan. Dalam protein terdapat sumber energi dan zat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sumatera Kebun Jamur, Budidaya Jamur, di Kecamatan Percut Sei TuanKabupaten Deli Serdang, Pemilihan lokasi di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Permukaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Permukaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Tiram Putih Jamur tiram putih (Pleurutus ostreatus) termasuk dalam kategori tanaman konsumsi. Jamur ini dinamakan jamur tiram karena tudungnya berbentuk setengah lingkaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P.

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P. ostreatus)

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi Diajukan oleh :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat panen, lebar tudung ialah rerata lebar tudung (pileus), yaitu panjang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat panen, lebar tudung ialah rerata lebar tudung (pileus), yaitu panjang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL Pada penelitian ini, indikator pertumbuhan jamur tiram putih yang diamati adalah jumlah dan lebar tudung serta waktu panen. Yang dimaksud dengan jumlah tudung ialah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur adalah tanaman berspora yang bersifat biotik (hidup) maupun abiotik (tak hidup). Jamur merupakan organisme tidak berkhlorofil. Terdapat empat macam sifat hidup

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) E-144

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) E-144 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) E-144 Efektifitas Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) dengan Variasi Media Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang sempurna, dan diciptakannya manusia di bumi sebagai kholifah yang seharusnya kita memperhatikan,

Lebih terperinci

PENUMBUHAN MISELIUM JAMUR TIRAM PUTIH ( Pleurotus Ostreatus ) PADA MEDIA SORGUM DAN ANALISIS FOURIER TRANSFORM INFRARED ( FTIR )

PENUMBUHAN MISELIUM JAMUR TIRAM PUTIH ( Pleurotus Ostreatus ) PADA MEDIA SORGUM DAN ANALISIS FOURIER TRANSFORM INFRARED ( FTIR ) PENUMBUHAN MISELIUM JAMUR TIRAM PUTIH ( Pleurotus Ostreatus ) PADA MEDIA SORGUM DAN ANALISIS FOURIER TRANSFORM INFRARED ( FTIR ) Lusia Anita Br. Sagala 1, Erni Aprilina 1, Abu Sonip 1, Maya Risanti 2,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR Pengaruh Komposisi Ampas Tebu Sebagai Media Pertumbuhan Terhadap Kualitas Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus)

TUGAS AKHIR Pengaruh Komposisi Ampas Tebu Sebagai Media Pertumbuhan Terhadap Kualitas Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) TUGAS AKHIR Pengaruh Komposisi Ampas Tebu Sebagai Media Pertumbuhan Terhadap Kualitas Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) Andini Islami 1409100061 Dosen Pembimbing I : Adi Setyo Purnomo, M.Sc, Ph.D Dosen

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi.

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi. PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA SERBUK GERGAJI KAYU JATI (Tectona grandis L) DENGAN PENAMBAHAN SEKAM PADI (Oryza sativa) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

KAJIAN EFISIENSI ENERGI PADA PROSES STERILISASI MEDIA TUMBUH JAMUR TIRAM PUTIH BERBAHAN BAKAR KAYU SENGON ELLA RAHMADANI

KAJIAN EFISIENSI ENERGI PADA PROSES STERILISASI MEDIA TUMBUH JAMUR TIRAM PUTIH BERBAHAN BAKAR KAYU SENGON ELLA RAHMADANI KAJIAN EFISIENSI ENERGI PADA PROSES STERILISASI MEDIA TUMBUH JAMUR TIRAM PUTIH BERBAHAN BAKAR KAYU SENGON ELLA RAHMADANI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI ENERGI BAHAN BAKAR SEKAM DAN KAYU SENGON PADA PROSES STERILISASI MEDIA TUMBUH JAMUR TIRAM PUTIH TOUWIL UMRIH

ANALISIS EFISIENSI ENERGI BAHAN BAKAR SEKAM DAN KAYU SENGON PADA PROSES STERILISASI MEDIA TUMBUH JAMUR TIRAM PUTIH TOUWIL UMRIH ANALISIS EFISIENSI ENERGI BAHAN BAKAR SEKAM DAN KAYU SENGON PADA PROSES STERILISASI MEDIA TUMBUH JAMUR TIRAM PUTIH TOUWIL UMRIH DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIOMASSA LIMBAH JAMUR TIRAM SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF UNTUK PROSES STERILISASI JAMUR TIRAM

PEMANFAATAN BIOMASSA LIMBAH JAMUR TIRAM SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF UNTUK PROSES STERILISASI JAMUR TIRAM PEMANFAATAN BIOMASSA LIMBAH JAMUR TIRAM SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF UNTUK PROSES STERILISASI JAMUR TIRAM Untung Surya Dharma Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hajar Dewantara

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015. III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di laksanakan di Sumatera Kebun Jamur, Budidaya Jamur, di Jalan, Benteng Hilir, No. 19. Kelurahan, Bandar Khalifah. Deli Serdang. Penelitian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH ( Pleurotus ostreatus ) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM SERBUK GERGAJI, AMPAS TEBU DAN KULIT PISANG YANG BERBEDA

PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH ( Pleurotus ostreatus ) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM SERBUK GERGAJI, AMPAS TEBU DAN KULIT PISANG YANG BERBEDA PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH ( Pleurotus ostreatus ) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM SERBUK GERGAJI, AMPAS TEBU DAN KULIT PISANG YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI Program Studi Pendidikan Biologi Disusun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2011 sampai dengan bulan Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di kayu-kayu yang sudah lapuk. Jamur ini merupakan salah satu

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS TEH DAN KARDUS SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) ABSTRAK

PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS TEH DAN KARDUS SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) ABSTRAK PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS TEH DAN KARDUS SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) Tri Saptari Haryani 1, Ani Apriliyani 2, S.Y. Srie Rahayu 3 Program Studi Biologi,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH

EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH 1 EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DENGAN VARIASI MEDIA KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) DAN SABUT KELAPA (Cocos nucifera) Hanum Kusuma Astuti, Nengah Dwianita Kuswytasari

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM Karya Ilmiah ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah LINGKUNGAN BISNIS Disusun Oleh : Nama : Danang Pari Yudhono NIM : 11.12.6017 Kelas

Lebih terperinci

Perbedaan Pengaruh Media Tanam Serbuk Gergaji dan Jerami Padi Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)

Perbedaan Pengaruh Media Tanam Serbuk Gergaji dan Jerami Padi Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) ISSN 2302-1616 Vol 3, No. 1, Juni 2015, hal 11-15 Perbedaan Pengaruh Media Tanam Serbuk Gergaji dan Jerami Padi Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) BAIQ FARHATUL WAHIDAH 1, FIRMAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah satu dengan yang lainnya. Menurut konsep geografi yang pernah diuraikan

I. PENDAHULUAN. daerah satu dengan yang lainnya. Menurut konsep geografi yang pernah diuraikan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap daerah memiliki potensi sumber daya yang berbeda, baik alam maupun manusia. Hal ini dapat mengakibatkan adanya hubungan atau keterkaitan antara daerah satu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT dengan kekuasaan dan kehendak-nya telah menumbuhkan. berbagai macam tumbuh-tumbuhan di muka bumi ini yang di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT dengan kekuasaan dan kehendak-nya telah menumbuhkan. berbagai macam tumbuh-tumbuhan di muka bumi ini yang di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Allah SWT dengan kekuasaan dan kehendak-nya telah menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan di muka bumi ini yang di dalamnya terkandung banyak kebaikan dan manfaat

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. Widyaiswara Madya I. PENDHULUAN A. Latar Belakang Energi mempunyai peranan yan sangat penting dalam kehidupan manusia, karena

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH BUDIDAYA JAMUR TIRAM Disusun oleh: Nama : JASMADI Nim : Kelas : S1 TI-2A STMIK AMIKOM YOGYAKARTA JL. Ring road utara, condongcatur, sleman yogyakarta ABSTRAK Budidaya jamur tiram memiliki

Lebih terperinci

PENGARUH KOMBINASI TAKARAN DEDAK DAN LAMA PENGOMPOSAN MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

PENGARUH KOMBINASI TAKARAN DEDAK DAN LAMA PENGOMPOSAN MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PENGARUH KOMBINASI TAKARAN DEDAK DAN LAMA PENGOMPOSAN MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) Supriyaningsih 1) Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak. Bentuk dari energi alternatif yang saat ini banyak dikembangkan adalah pada

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP Putro S., Sumarwan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Muhamadiyah Surakarta Jalan Ahmad Yani Tromol Pos I Pebelan,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang merupakan jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi dan ekonomis yang tinggi, serta permintaan pasar yang meningkat. Menurut Widyastuti

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. UIN Suska Riau yang terletak di Jl. HR. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru,

III. BAHAN DAN METODE. UIN Suska Riau yang terletak di Jl. HR. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru, III. BAHAN DAN METODE 3.1.Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV. Ravi Nursery, di Jl. Kubang Raya Kab. Kampar, dan di Laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) UIN Suska Riau

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat III. METODE PENELITIAN A. TAHAPAN PENELITIAN Pada penelitian kali ini akan dilakukan perancangan dengan sistem tetap (batch). Kemudian akan dialukan perancangan fungsional dan struktural sebelum dibuat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan ridhonya kami bisa menyelesaikan makalah yang kami beri judul suhu dan kalor ini tepat pada waktu yang

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI ENERGI TERMAL TUNGKU MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BAGLOG JAMUR TIRAM DAN SEKAM PADI KHARIS MAWAN SUHAELI

ANALISIS EFISIENSI ENERGI TERMAL TUNGKU MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BAGLOG JAMUR TIRAM DAN SEKAM PADI KHARIS MAWAN SUHAELI ANALISIS EFISIENSI ENERGI TERMAL TUNGKU MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BAGLOG JAMUR TIRAM DAN SEKAM PADI KHARIS MAWAN SUHAELI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) mulai Maret 2011 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemak. Selain itu jamur juga banyak membutuhkan peluang usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. lemak. Selain itu jamur juga banyak membutuhkan peluang usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jamur merupakan salah satu komoditas pertanian yang dapat dikembangkan untuk diversifikasi bahan pangan dan penganekaragaman makanan yang tinggi dalam rasa dan nilai

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN KOMPOR BRIKET BIOMASS UNTUK LIMBAH KOPI

TUGAS AKHIR PERANCANGAN KOMPOR BRIKET BIOMASS UNTUK LIMBAH KOPI TUGAS AKHIR PERANCANGAN KOMPOR BRIKET BIOMASS UNTUK LIMBAH KOPI Arga Setia Tama NRP. 2408 100 018 PEMBIMBING I Ir. Sarwono, M.MT NIP : 19580530198303 1 002 PEMBIMBING II Ir. Ronny Dwi Noriyati, M Kes NIP

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Sejarah Yayasan Paguyuban Ikhlas Usaha jamur tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas didirikan oleh bapak Hariadi Anwar. Usaha jamur tiram putih ini merupakan salah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur 2.2 Jamur Tiram Putih

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur 2.2 Jamur Tiram Putih II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur Jamur merupakan tumbuhan yang mudah dijumpai dan banyak terdapat di alam bebas, misalnyadi hutan atau di kebun, jamur dapat tumbuh sepanjang tahun, terutama

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI Yunus Zarkati Kurdiawan / 2310100083 Makayasa Erlangga / 2310100140 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA TUMBUH CAMPURAN JERAMI PADI DAN TONGKOL JAGUNG

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA TUMBUH CAMPURAN JERAMI PADI DAN TONGKOL JAGUNG PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA TUMBUH CAMPURAN JERAMI PADI DAN TONGKOL JAGUNG PUBLIKASI ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Pleurotus spp. PADA MEDIA SERBUK GERGAJIAN KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) ALWIAH

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Pleurotus spp. PADA MEDIA SERBUK GERGAJIAN KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) ALWIAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Pleurotus spp. PADA MEDIA SERBUK GERGAJIAN KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) ALWIAH DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jamur kuping, jamur tiram, jamur merang, jamur shiitake dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. jamur kuping, jamur tiram, jamur merang, jamur shiitake dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembudidayaan jamur terdapat berbagai jenis jamur seperti jamur kuping, jamur tiram, jamur merang, jamur shiitake dan sebagainya. Jamur merupakan bahan

Lebih terperinci