Koalisi Anti Mafia Sumber Daya Alam
|
|
- Leony Iskandar
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Koalisi Anti Mafia Sumber Daya Alam
2 Koalisi Anti Mafia Sumber Daya Alam 2
3 Kertas Posisi Saatnya Kerja Nyata Selamatkan Sumber Daya Alam! Koalisi Anti Mafia Sumber Daya Alam menegaskan bahwa sejumlah inisiatif untuk mencegah dan memberantas korupsi di sektor pertambangan BUKAN merupakan alat legalisasi kejahatan pertambangan. Inisiatif tersebut diantaranya adalah penerbitan Peraturan Presiden No. 55 Tahun 2012 tentang Stategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan (Stranas PPK) Jangka Panjang Tahun dan Jangka Menengah Tahun ; Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 10 Tahun 2016 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi; melengkapi inisiatif Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam (GNP-SDA) melalui penandatanganan piagam deklarasi Penyelamatan Sumber Daya Alam oleh Ketua KPK, Panglima TNI, Kapolri, dan Jaksa Agung pada 9 Juni 2014 di Ternate, Maluku Utara. Deklarasi penyelamatan sumber daya alam (SDA) tersebut berisi pernyataan tekad secara tegas untuk: (1) Mendukung tata kelola SDA Indonesia yang bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme; (2) Mendukung penyelamatan kekayaan SDA Indonesia; (3) Melaksanakan penegakan hukum di sektor SDA sesuai dengan kewenangan masing masing. GNP-SDA yang meliputi sektor Kelautan/Perikanan, Pertambangan, serta Kehutanan dan Perkebunan tersebut terdiri atas kelompok kerja yang antara lain meliputi Tim Litbang KPK bersama Kementerian/Lembaga terkait seperti Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK), Kementerian Keuangan, serta Pemerintah Daerah dan segenap instansi Penegak Hukum lainnya. Di dalam GN- SDA ini juga mengakomodasi keterlibatan masyarakat sipil secara intensif dan bersama-sama dalam pelaksanaannya, seperti akademisi dan organisasi non-pemerintah (Non-Governmental Organisation NGO). Sejumlah capaian, khususnya melalui Koordinasi dan Supervisi Sektor Minerba (Korsup Minerba) sebagai bagian dari GNP-SDA, diantaranya, penerbitan Permen ESDM No. 43 Tahun 2015 tentang Tata Cara Evaluasi Penerbitan Izin Usaha Pertambangan; Publikasi Pencabutan IUP; Menerapkan sistem on-line dalam melaksanakan pelayanan perizinan yaitu melalui e-tracking document, pelayanan SKT Online, mengembangkan Minerba One Map Indonesia (MOMI) dan Minerba One Data Indonesia (MODI); Perbaikan SOP tata cara pengenaan, pemungutan dan penyetoran PNBP; pelaksanaan pembayaran PNBP melalui SIMPONI; maupun pembentukan Direktorat Penerimaan Minerba. Akan tetapi pelaksanaan upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi baik melalui Stranas PPK, Aksi PPK, maupun melaluai pelaksanaan GN-PSDA Sektor Minerba masih menyisakan banyak pekerjaan rumah. Banyak temuan dan rekomendasi yang dihasilkan belum ditindaklanjuti sepenuhnya baik oleh Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat (ESDM, KLHK, Kemenkeu, Kemendagri) maupun Aparat Penegak Hukum. Koalisi masyarakat sipil se-kalimantan, Sulawesi Tengah (Sulteng) dan Sulawesi Tenggara menyusun kertas posisi ini untuk disampaikan dalam Kegiatan Forum Anti Korupsi Indonesia ke-5 (IACF5), guna mengukur kinerja pemberantasan korupsi di sektor pertambangan serta capaian dari implementasi GNP-SDA oleh KPK, Kementerian, Lembaga Negara, Institusi Hukum serta pemerintah daerah. Kertas posisi ini diarahkan untuk menjadi rujukan bagi Pemerintah Pusat dan Daerah dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi di sektor SDA. Area Pertambangan di Kawasan Hutan 67% luasan area pertambangan berada di kawasan hutan, yakni 26 dari 39 juta hektar, dengan 6,3 juta ha diantaranya berada dalam kawasan hutan lindung & konservasi. Berdasarkan hasil overlay peta IUP, KK dan PKP2B dengan Peta Kawasan Hutan dan IPPKH menunjukkan bahwa total luasan izin/ kontrak pertambangan di Kawasan Hutan dan IPPKH adalah sebesar 25,96 juta hektar. Terdapat IUP/ 3 Koalisi Anti Mafia Sumber Daya Alam
4 KK/PKP2B berada di kawasan Hutan Konservasi dengan luasan sebesar 1,37 juta hektar, dan berada di kawasan Hutan Lindung sebesar 4,93 seluas juta hektar. Selain itu, ditemukan 90% area pertambangan yang berada di hutan produksi tidak memiliki IPPKH, yakni 17,6 dari 19,6 juta hektar. Di Kaltim, Ha (20 IUP) terindikasi berada dalam kawasan Tahura Bukit Soeharto yang merupakan Hutan Konservasi (JATAM Kaltim, 2016) dan PT Gemah Ripah Pratama terindikasi beroperasi di cagar alam Morowali (JATAM Sulteng, 2016). Kategori Izin Tabel 1. Hasil Overlay IUP, KK dan PKP2B dengan Peta Kawasan Hutan dan IPPKH Nasional Hutan Konservasi (A) Hutan Lindung (B) Hutan Produksi (C) Kawasan Hutan (D=A+B+C) IUP 1,160,181 3,922,584 17,909,481 22,992,246 KK 110, , ,558 1,838,318 PKP2B 101, , ,171 1,152,921 Grand Total 1,372,398 4,936,878 19,674,211 25,983,486 Sumber : Ditjen Planologi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Diolah (2014) Merujuk UU Nomor 41/1999 tentang Kehutanan bahwa kegiatan pertambangan hanya diizinkan di hutan produksi serta hutan lindung untuk pertambangan tertutup (underground mining), yang faktanya sampai saat ini tidak ada satupun pemegang izin yang sanggup melaksanakan praktek ini. Sementara pelaksanaan kegiatan pertambangan di hutan konservasi sepenuhnya dilarang. UU Kehutanan juga dengan tegas menyebutkan bahwa kegiatan pertambangan tidak boleh dilakukan sebelum perusahaan memiliki IPPKH. Gambar 1 - IUP CnC Dalam Kawasan Hutan Lindung Keterangan: Kawasan hutan lindung di sekitar tambang mengalami kerusakan, serta akibat adanya aktivitas illegal logging dalam kawasan tersebut. Lokasi koordinat S; E. Foto diambil pada tanggal 8/3/2016. Sumber: Jaringan EoF Kalbar, 2016 Koalisi Anti Mafia Sumber Daya Alam 4
5 Kurang dari 30% IUP Non-Clean and Clear (CnC) se-indonesia ditindaklanjuti dalam Korsup Minerba Data capaian progress penertiban dan penataan IUP yang dikeluarkan Dirjen Minerba, Kementerian ESDM pada November 2016, menunjukkan bahwa kurang dari 30% IUP non CnC yang ditindaklanjuti baik oleh Kementerian ESDM maupun Pemerintah Daerah. Masih terdapat IUP non CnC yang belum ditindaklanjuti dari IUP non CnC yang menjadi temuan di awal Korsup Minerba (2014) dimana 40%-nya atau setara IUP non CnC berasal dari Pulau Kalimantan, Provinsi Sulawesi Tengah, dan Sulawesi tenggara. No. Tabel 2. Progress Penataan IUP se-kalimantan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara Provinsi Sebelum Korsup (Desember, 2014) JUMLAH IUP Sesudah Korsup (November, 2016) CNC Non CNC CNC Non CNC JUMLAH IUP 1 Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur , ,160 5 Kalimantan Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara TOTAL 3,066 1,962 4,978 2,929 1,440 4,369 TOTAL IUP NASIONAL Sumber : Kementerian ESDM, Diolah Kementerian ESDM telah menerbitkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 43 Tahun 2015 tentang Tata Cara Evaluasi dan Penertiban IUP Sektor Minerba dalam rangka mendorong percepatan pelaksanaan tindak lanjut Korsup Minerba sekaligus memberikan kewenangan kepada Menteri/Gubernur untuk melakukan evaluasi terhadap seluruh IUP yang telah diterbitkan sebagaimana diatur dalam UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Evaluasi yang dilakukan berdasarkan Permen ESDM Nomor 43/2015 tersebut mencakup 5 aspek, yaitu administrasi, kewilayahan, teknis dan lingkungan, dan finansial. Gubernur mempunyai waktu untuk menyampaikan hasil evaluasi penerbitan IUP sesuai dengan yang tercantum dalam Permen ESDM Nomor 43/2015 kepada Direktur Jenderal Minerba paling lambat 90 hari kalender sejak penandatanganan berita acara serah terima dokumen perizinan dari bupati/walikota (2 Oktober 2016), sehingga batas waktu penyampaian rekomendasi jatuh pada 2 Januari CnC, Masih Sekedar Legitimasi Administratif? Permen ESDM Nomor 43/2015 menyebutkan bahwa cakupan CnC meliputi aspek administratif (perizinan; pengajuan, perpanjangan, peningkatan status dan penciutan izin); aspek kewilayahan (tumpang tindih izin dan kesesuaian lokasi izin), aspek teknis (laporan eksplorasi bagi pemegang IUP eksplorasi dan laporan eksplorasi dan studi kelayakan bagi pemegang IUP memasuki tahapan operasi produksi); aspek lingkungan (kelengkapan dokumen lingkungan); dan aspek finansial (pemenuhan kewajiban PNBP). Dalam prakteknya, banyak pemegang IUP yang mendapatkan CnC menjalankan usahanya secara tidak prosedural, abai tehadap peraturan perundang-undangan dan tata kelola pertambangan yang baik (good mining practices). Realitas ini mengggambarkan bahwa CnC sebagai salah satu solusi dalam mendorong perbaikan tata kelola pertambangan justru dimanfaatkan oleh banyak pihak untuk lepas dari jeratan hukum. Di Kalimantan Barat, 95% IUP CnC yang tumpang tindih dengan kawasan hutan tidak memiliki 5 Koalisi Anti Mafia Sumber Daya Alam
6 Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) (EoF Kalbar, 2016). 26 nyawa anak terenggut di lubang tambang Kaltim, nyatanya dimiliki oleh 17 IUP CnC (Jatam Kaltim, 2016). Sementara di Sulteng, dari 14 IUP CnC yang diinvestigasi masyarakat sipil, 4 IUP diantaranya tidak menempatkan jaminan reklamasi, sedangkan 10 IUP sisanya menempatkan jaminan reklamasi, akan tetapi tidak melakukan reklamasi (Jatam Sulteng, 2016). Kotak 1 IUP CnC Dalam Kawasan Hutan Lindung Keterangan : Salah satu lubang tambang PT. KPL yang tidak di reklamasi berada dalam hutan lindung. Lokasi Koordinat S; E. Foto tanggal 8/3/2016 PT. Kendawangan Putra Lestari (KPL) merupakan perusahaan pemegang IUP operasi produksi bauksit melalui SK Bupati Ketapang Nomor 253/2010 seluas hektar dan telah sertifikat CnC Tahap 3 oleh kementerian ESDM. Hasil monitoring Jaringan Eyes On The Forest (EoF) Kalbar menunjukkan bahwa berdasarkan data KemenLHK tahun 2015, PT. KPL tidak memiliki IPPKH. Terdapat aktivitas pembukaan lahan oleh PT. KPL dalam kawasan hutan lindung di Sungai Tapah desa Mekar Baru, Kec. Kendawangan, Kab. Ketapang seluas 11,4 hektar. Terdapat 3 (tiga) lubang tambang di kawasan hutan lindung yang tidak direklamasi dan disekitranya ditemukan pondok-pondok pembalak liar (illegal logger), bekas potongan kayu balok, serta jalur rel untuk pengangkutan kayu ilegal. Berdasarkan Permenhut Nomor P.16/Menhut-II/2014 tentang Pedoman Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan, pada Pasal 5 ayat (1) huruf b disebutkan bahwa, Dalam kawasan hutan lindung hanya dapat dilakukan penambangan dengan pola pertambangan bawah tanah dengan ketentuan dilarang mengakibatkan: 1. turunnya permukaan tanah; 2. berubahnya fungsi pokok kawasan hutan secara permanen; dan 3. terjadinya kerusakan akuiver air tanah. Dengan demikian, aktivitas PT KPL di kawasan hutan lindung jelas melanggar ketentuan peraturan-perundangundangan yang berlaku. Sumber: Jaringan EoF Kalbar, % Pemegang IUP Belum Memenuhi Kewajiban Jaminan Reklamasi dan Pasca-Tambang Koalisi Anti Mafia Sumber Daya Alam 6
7 75% Pemegang izin usaha pertambangan di seluruh Indonesia belum memenuhi kewajiban terkait Jaminan Reklamasi dan Pasca-tambang. Korsup Minerba terlalu fokus pada aspek penertiban dan penataan IUP sehingga terkesan abai terhadap persoalan reklamasi dan pasca tambang. Padahal dalam aspek ini, nyaris tidak ada perbaikan yang signifikan baik dalam hal penempatan Jaminan Reklamasi dan Jaminan Pascatambang maupun pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang. Sejak dari awal pelaksanaan Korsup Minerba hingga kini, minim sekali perkembangan data mengenai penempatan jaminan reklamasi dan pasca-tambang Rata-rata hanya 43% dari seluruh kabupaten di provinsi se-kalimantan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara melakukan Grafik 1 Jumlah Kabupaten yang Lakukan Tindak Lanjut Persoalan Jaminan Reklamasi tindak lanjut terkait persoalan jamrek. Tindak lanjut berupa penerbitan surat tindak lanjut, peringatan & penempatan jamrek baru. Selain itu, ditemukan 32 IUP di Samarinda meninggalkan 232 lubang tambang yang tidak direklamasi. 14 IUP CnC yang diinvestigasi di Sulteng tidak satupun melakukan reklamasi. Sementara 25 dari 201 IUP CnC di Kalbar telah lakukan pembukaan lahan sebesar 1602 Ha dan tidak lakukan reklamasi, yang mana sembilan diantaranya berada di hutan lindung. 0 Kalimantan Barat Kalimantan Utara Kalimantan Tengah Kab tindak lanjut Kalimantan Selatan Sumber : Bahan Paparan KPK, Diolah. Maret 2016 Kalimantan Timur Kab tidak tindak lanjut Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Negara (Tidak) Hadir Dalam Kasus Eks Lubang Tambang di Kaltim? Selasa, 8 November 2016, Dias Mahendra (14) dan Edy Kurniawan (15), ditemukan tidak bernyawa di lokasi tambang PT. ECI, Kota Samarinda. Peristiwa ini tidak hanya menggenapi jumlah korban Grafik 2 Jumlah Korban Lubang Tambang di Kaltim lubang tambang di Kaltim menjadi 26 anak, namun menandai tragedi kemanusiaan yang ironisnya diabaikan oleh negara. Bagaimana tidak, dalam dua tahun terakhir jumlah korban lubang tambang di Kalimantan Timur tidak menurun justru meningkat dua kali lipat. Dimanakah kehadiran negara dalam situasi ini? Sumber : JATAM Kaltim, 2016 Hadirnya Komisi Pengawas Reklamasi dan Pasca Tambang (KRPT) serta Pansus Reklamasi dan Investigasi Korban Lubang Bekas Tambang (PRIKLBT) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kalimatan Timur (Kaltim); Pakta 7 Koalisi Anti Mafia Sumber Daya Alam
8 Integritas (20 Juni 2016) yang ditandatangani oleh pemegang IUP di hadapan perwakilan Kantor Staf Presiden (KSP), Kementrian ESDM, KLHK dan KPK; Pembentukan Task Force Lubang Tambang yang dipimpin langsung oleh KSP; Investigasi oleh Komnas HAM; laporan kepada sejumlah instansi penegak hukum; ternyata tidak memberikan hasil yang signifikan. Negara benar-benar tidak hadir dalam kasus tragedi kemanusiaan akibat lubang tambang. Kotak 2 Pelanggaran HAM Kasus Eks Lubang Tambang Batubara di Kalimantan Timur Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) baru-baru ini (2016) merilis laporan pelanggaran HAM dalam kasus eks lubang tambang batubara di Kalimantan Timur, dimana telah terjadi pelanggaran HAM atas hak hidup, hak atas kesehatan dan lingkungan yang sehat, hak untuk memperoleh keadilan, hak atas rasa aman dan hak anak. Terjadi dugaan pembiaran secara berlarut-larut oleh Aparat Negara baik Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagaimana yang diatur dalam Pasal 281 ayat (4) UUD 1945 dan Pasal 71 Undang-Undang 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Bahwa proses penegakan hukum yang seharusnya dapat dilaksanakan oleh Kepolisian dan Penyidik lainnya belum menjangkau luasnya persoalan maupun jumlah korban dalam kasus matinya korban di bekas galian tambang batubara. Telah terjadi dugaan pelangaran hak atas anak sebagaimana yang diatur dalam UU No. 39/1999 Tentang HAM, UU No. 35/2014 tentang Perubahan atas UU No. 23/2002 Tentang Perlindungan Anak. Lebih dari 26 Trilyun Potensi Kerugian Penerimaan Negara dari PNBP Pertambangan Data Kementerian ESDM menunjukkan bahwa terdapat potensi kerugian negara piutang PNBP Ditjen Minerba sebesar Rp 26,2 Trilyun. Sebesar Rp 21,85 Trilyun hanya dari 5 (lima) Perusahaan PKP2B Sumber : ESDM, Diolah, 2016 Grafik 3 Piutang Iuran Tetap IUP Se-Kalimantan, Sulteng dan Sultra Generasi I periode tahun 2008 s.d 2012; sebesar Rp 296,7 Milyar dari 57 perusahaan PKP2B; sebesar 280,15 Milyar dari 28 Perusahaan KK; dan sebesar 3,8 T dari 3003 Perusahaan Pertambangan pemegang IUP. Piutang tersebut telah dilakukan penagihan namun belum dilunasi oleh Perusahaan Pertambangan. Di Kalimantan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara terdapat 3419 IUP minerba yang memiliki tunggakan PNBP dari pembayaran iuran tetap ( ) hingga 943 miliar rupiah. Koalisi Anti Mafia Sumber Daya Alam 8
9 Kotak 3 Perluasan Kualifikasi Tindak Pidana Korupsi SDA berbasiskan Valuasi Ekonomi Lingkungan. Sumber Daya Alam (SDA) kerap disebut kekayaan negara, tapi belum pernah dirumuskan sebagai basis penentuan perhitungan kerugian negara. Pengabaian kewajiban pembayaran PNBP, landrent, PSDH, royalti, juga jamrek, lebih dianggap sebagai kewajiban administratif dan bahkan beberapa peristiwa tertentu dianggap hanya sebagai pelanggaran hubungan kontraktual (perdata). Jika SDA dianggap sebagai kekayaan atau aset startegis negara, maka seharusnya diberi nilai melalui valuasi ekonomi lingkungan. Tindakan membiarkan pengguna SDA yang merusak-mencemari-menurunkan/menghilangkan nilai ekonomi SDA, menghilangkan estetika lingkungan merupakan tindakan memperkaya korporasi yang menyebabkan menurunnya kekayaan negara. Dalam perspektif hukum, perumusan kualifikasi pidana mempersyaratkan adanya nilai kolektif yang memerlukan proteksi dari negara. Tindakan menghilangkan/mengurangi kekayaan negara dapat mengancam keselamatan publik, dan bahkan dalam jangka panjang akan mengancam keberlanjutan kesinambungan keuangan negara. Oleh karena itu, harus dilakukan recovery lingkungan, termasuk mengembalikan atau menginternalisasi biayabiaya eksternal dari kasus pelanggaran HAM ataupun konflik yang timbul dari pemanfaatan SDA. Kotak 4 Aliran Uang Haram dan Kejahatan Perpajakan Sekor Pertambangan PWYP Indonesia mencatat dugaan aliran uang haram di Indonesia pada Tahun 2014 dapat men- capai Rp. 227,7 triliun, setara dengan 11,7% dari total APBN P Tahun Aliran uang haram pada sektor pertambangan Tahun 2014 diperkirakan mencapai Rp. 23,89 triliun. Dimana Rp. 21,33 triliun diperkirakan berasal dari transaksi ilegal perdagangan (miss-invoicing trade) dan Rp.2,56 triliun berasal dari celah aliran uang panas (hot money narrow). Tax ratio sektor pertambangan di Indonesia pada Tahun 2013 hanya sebesar 9,4%, rendahnya tax ratio tersebut diindikasi terkait dengan maraknya praktek pengemplangan pajak (tax evasion) dan penghindaran pajak (tax avoidance). Minimnya Penegakan Hukum Sektor Pertambangan Piagam deklarasi Penyelamatan Sumber Daya Alam oleh Ketua KPK, Panglima TNI, Kapolri, dan Jaksa Agung pada 9 Juni 2014 di Ternate, Maluku Utara, secara tegas menyebutkan untuk : (1) Mendukung tata kelola SDA Indonesia yang bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme; (2) Mendukung penyelamatan kekayaan SDA Indonesia; (3) Melaksanakan penegakan hukum di sektor SDA sesuai dengan kewenangan masing masing. Dalam pelaksanaannya, penegakan hukum di sektor SDA, khususnya sektor pertambangan masih sangat minim. Padahal telah banyak temuan yang menjurus pada indikasi tindak pidana korupsi selama perjalanan Korsup Minerba. Termasuk juga masih lambannya tindak lanjut aparat penegak hukum atas berbagai laporan masyarakat terkait kasus korupsi di sektor pertambangan. Laporan kasus yang disampaikan publik banyak yang tidak ditindaklanjuti, dengan berbagai alasan teknis seperti dokumen pelaporan kurang alat buktinya. Transparansi terkait penanganan kasus korupsi sektor 9 Koalisi Anti Mafia Sumber Daya Alam
10 pertambangan masih minim, terutama terhadap kasus-kasus yang mangkrak di penegak hukum. Aparat penegak hukum belum menjadikan korporasi tambang sebagai pihak yang dapat dikenakan pertanggungjawaban pidana. Selain itu, ada kecenderungan terjadinya praktik kriminalisasi dan kekerasan terhadap masyarakat yang mempertahankan hak-hak terkait sumber daya alam. Tabel 3. Kasus Dugaan Korupsi Tambang Mangkrak di Kaltim Tahun Provinsi Kasus 2014 Kalimantan Timur 2013 Kalimantan Timur 2012 Kalimantan Timur 2012 Kalimantan Timur 2012 Kalimantan Timur Sumber : Pokja 30 dan Jatam Kaltim Dugaan TPK dalam Pemberian Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi dan Operasi Produksi di Kasawan Hutan Produksi tanpa IPPH di Kabupaten Berau Dugaan Gratifikasi PT Graha Benua Etam (GBE) terhadap Kepala Dinas Pertambangan Provinsi Kalimantan Timur tahun 2006, sebesar Rp (empat miliar) Dugaan TPK dalam pembayaran jaminan reklamasi dan pembayaran royalty (iuran produksi) dengan tersangka Rudi Tanair Dugaan TPK dalam pembayaran jaminan reklamasi dan pembayaran royalty (iuran produksi) dengan tersangka Suharto Nasran Basri Dugaan penanda tanganan dua IUP yang tumpang tindih antara PT Pasifik Resorce Energi, PT Mandiri Sejahtera Energindo, dan PT Paser Prima Coal. Kasus sudah di SP3, ketika kalah ditetapkan menjadi tersangka kembali tahun Aparat Penegak Hukum KPK KPK Tim Dik Tim Dik Kapolda Kaltim Status Belum ada perkembangan Belum ada perkembangan Tim Dik menunggu petunjuk pimpinan Tim Dik menunggu petunjuk pimpinan Pra Peradilan Menang dengan alsan data yang dimiliki Polisi tidak lengkap.
11 Rekomendasi 7 (Tujuh) hal yang direkomendasikan oleh Koalisi Anti Mafia Sumber Daya Alam adalah sebagai berikut : 1. Presiden Jokowi segera membentuk satuan tugas (satgas) pemberantasan kejahatan pertambangan 2. Gubenur dan Kementerian ESDM segera mencabut IUP yang berstatus Non CnC sasesuai dengan tenggat waktu 2 Januari 2016 dan segera melakukan evaluasi kembali terhadap seluruh IUP yang berstatus CnC. 3. KLHK dan KPK segera melakukan penegakan hukum terhadap IUP CnC maupun Non CnC yang tidak memiliki IPPKH 4. KLHK dan Kementerian ESDM segera melakukan penegakan hukum terhadap perusahaan tambang pemegang IUP yang menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang signifikan dan menyebabkan hilangnya nyawa. 5. KPK segera melakukan penegakan hukum terhadap korporasi pemegang IUP berdasarkan temuan Korsup Minerba yang tidak ditindaklanjuti baik aspek kewilayahan, lingkungan dan keuangan 6. Kapolri dan Jaksa Agung memerintahkan jajarannya untuk memprioritaskan dan memastikan penyelesaian kasus-kasus lubang tambang dan korupsi sektor pertambangan. 7. Terkait Kasus Lubang Tambang di Kaltim, Gubernur, Bupati/Walikota dan Kapolda Kaltim segera menindaklanjuti hasil Rekomendasi dari Komnas HAM Koalisi Anti Mafia Sumberdaya Alam JATAM Kaltim - WALHI Kaltim - Pokja 30 - Yayasan Bumi - STABIL - Prakarsa Borneo - SAMPAN Kalimantan - Swandiri Institute - WALHI Kalbar - WALHI Kalteng - JARI Kalteng - WALHI Kalsel - JATAM Sulteng - Yayasan Tanah Merdeka - WALHI Sultra - PWYP Indonesia. 11 Koalisi Anti Mafia Sumber Daya Alam
12
KORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA
KORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA LBH Pekanbaru Yayasan Mitra Insani HaKI FWI ICW Yayasan Auriga PWYP Indonesia Yayasan HAkA MaTA YCMM Perkumpulan
Lebih terperinciMenggali Kehancuran di Sunda Kecil
Menggali Kehancuran di Sunda Kecil Pantauan Masyarakat Sipil atas Korsup Minerba di NTT dan NTB Koalisi Anti-Mafia Tambang, Kupang 3 Juni 2015 Kawasan Hutan Lindung dan Hutan Konservasi yang Dibebani Izin
Lebih terperinciMISKINYA RAKYAT KAYANYA HUTAN
SENGKARUT TAMBANG MENDULANG MALANG Disusun oleh Koalisi Anti Mafia Hutan dan Tambang. Untuk wilayah Bengkulu, Lampung, Banten. Jakarta, 22 April 2015 MISKINYA RAKYAT KAYANYA HUTAN No Daerah Hutan Konservasi
Lebih terperinciOleh : DR. TGH. M. ZAINUL MAJDI GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT
Oleh : DR. TGH. M. ZAINUL MAJDI GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT Disampaikan pada Acara : Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Usaha Pertambangan di Provinsi Nusa Tenggara Barat Dalam Rangka Koordinasi - Supervisi
Lebih terperinciBerlindung di balik selimut CnC
Berlindung di balik selimut CnC Monitoring Izin Usaha Pertambangan Minerba di Kalbar ` 1 Laporan Investigatif Eyes on the Forest Jaringan Kalimantan Barat Juni 2016 Swandiri Institute Titian Kontak Rakyat
Lebih terperinciBENCANA LINGKUNGAN PASCA TAMBANG
BENCANA LINGKUNGAN PASCA TAMBANG (ANALISIS KASUS EKS LUBANG TAMBANG BATUBARA KALIMANTAN TIMUR) Luluk Nurul Jannah, SH., MH (Staf Sub Bidang Tindak Lanjut P3E Kalimantan) Era desentralisasi membuka peluang
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (SDA) INDONESIA SEKTOR PERTAMBANGAN MINERBA
KERANGKA ACUAN KERJA GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (SDA) INDONESIA SEKTOR PERTAMBANGAN MINERBA I. Latar Belakang Sumberdaya mineral dan batubara merupakan salah satu sumber daya alam (natural
Lebih terperinciBORNEO MENGGUGAT. Pengawasan Masyarakat Sipil atas Korsup KPK Sektor Mineral dan Batubara di Kalimantan
Policy Brief Pengawasan Masyarakat Sipil atas Korsup KPK Sektor Mineral dan Batubara di Kalimantan Disusun oleh: Koalisi Masyarakat Sipil Borneo (KMSB) Kaltim: JATAM Kaltim, Stabil, Pokja 30, Prakarsa
Lebih terperinciMonitoring Implementasi Renaksi GN-SDA oleh CSO. Korsup Monev GN-SDA Jabar Jateng DIY Jatim Semarang, 20 Mei 2015
Monitoring Implementasi Renaksi GN-SDA oleh CSO Korsup Monev GN-SDA Jabar Jateng DIY Jatim Semarang, 20 Mei 2015 #1. Sektor Pertambangan Puluhan ribu hektar kawasan hutan lindung dan konservasi di Jabar,
Lebih terperinciSOSIALISASI DAN SEMINAR EITI PERBAIKAN TATA KELOLA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERBA
SOSIALISASI DAN SEMINAR EITI PERBAIKAN TATA KELOLA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERBA Oleh : Direktur Pembinaan Program Minerba Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, Kementerian ESDM Denpasar, 25
Lebih terperinciMEDAN, 25 MARET 2015 OLEH : GUBERNUR ACEH
MEDAN, 25 MARET 2015 OLEH : GUBERNUR ACEH PEMERINTAH ACEH 2015 RESUME Hasil Koordinasi dan Supervisi Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara di Aceh Per 18 Maret 2015 adalah sebagai berikut : 1.
Lebih terperinciEXSPOSE PENGELOLAAN PERTAMBANGAN, KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI PROVINSI LAMPUNG
EXSPOSE PENGELOLAAN PERTAMBANGAN, KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI PROVINSI LAMPUNG DISAMPAIKAN PADA ACARA MONITORING DAN EVALUASI KORSUPWAS KPK DAN DITJEN MINERBA PEMDA PROVINSI DAN KAB/KOTA GUBERNUR LAMPUNG
Lebih terperinciPELAKSANAAN UU 23 TAHUN 2014 DI PROVINSI JAWA TIMUR
DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TIMUR PELAKSANAAN UU 23 TAHUN 2014 DI PROVINSI JAWA TIMUR Disampaikan dalam acara : Sosialisasi Standar EITI 2013 dlam kaitan Pelaksanaan UU 23/2014 tentang
Lebih terperinciLIMA TAHUN PEMBERLAKUAN UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK:
Kertas Posisi LIMA TAHUN PEMBERLAKUAN UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK: Buka Informasi, Selamatkan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam! Disusun oleh: ICEL, Seknas FITRA, IPC, JARI Kalteng, JARI Borneo,
Lebih terperinciKorupsi Sumber Daya Alam Bakoel Coffee, 25 Mei Tama S. Langkun Koordinator Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan
Korupsi Sumber Daya Alam Bakoel Coffee, 25 Mei 2018 Tama S. Langkun Koordinator Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan Pembahasan 1. Penegakan hukum dalam korupsi sumber daya alam. 2. Kerugian negara (kajian
Lebih terperinciYang Terhormat: Sulawesi Tengah
SAMBUTAN PIMPINAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM KEGIATAN RAPAT MONEV KOORDINASI DAN SUPERVISI GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM SEKTOR KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN MAKASSAR, 26 AGUSTUS 2015
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang
Lebih terperinciOleh : Ketua Tim GNPSDA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Disampaikan pada acara :
Oleh : Ketua Tim GNPSDA Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Disampaikan pada acara : Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Gorontalo, 10 Juni 2015 Data dan
Lebih terperinciHidup dan Sumber Daya Alam
KERTAS POSISI Lima Tahun Pemberlakuan UU Keterbukaan Informasi Publik Buka Informasi, Selamatkan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam April 2015 Pengantar Masyarakat sipil Indonesia mengapresiasi langkah
Lebih terperinciOleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Disampaikan pada acara : Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Semarang, 20
Lebih terperinciPROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KOORDINASI DAN SUPERVISI MINERAL DAN BATUBARA
PROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KOORDINASI DAN SUPERVISI MINERAL DAN BATUBARA Oleh : GUBERNUR SULAWESI BARAT Disampaikan Dalam Rangka Rapat Monitoring dan Evaluasi GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (SDA) INDONESIA SEKTOR KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
KERANGKA ACUAN KERJA GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (SDA) INDONESIA SEKTOR KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN I. Latar Belakang Hutan sebagai kekayaan Indonesia merupakan kesatuan utuh dalam sistem
Lebih terperinciTransparansi merupakan komponen kunci
Berkaca Dari Pengalaman SAMPAN Kalimantan Provinsi Kalimantan Barat MENDORONG PARTISIPASI UNTUK MEMPERKUAT TRANSPARANSI Oleh Dede Purwansyah (SAMPAN Kalimantan) Transparansi merupakan komponen kunci untuk
Lebih terperinciGerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya Alam Indonesia Sektor Kehutanan dan Perkebunan
Rapat Monev Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya Alam Indonesia Sektor Kehutanan dan Perkebunan PROVINSI JAWA TIMUR Semarang, 20 Mei 2015 GERAKAN NASIONAL - PSDA GAMBARAN UMUM JAWA TIMUR KONDISI GEOGRAFIS
Lebih terperinciOleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Disampaikan pada acara : Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Jakarta, 22
Lebih terperinciKajian Sistem Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Sektor Kehutanan 2015
Ringkasan Eksekutif Kajian Sistem Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Sektor Kehutanan 2015 Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan tropis terluas di dunia, dan sebagian
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.563, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. PNBP. Kegiatan Panas Bumi. Konservasi Energi. Penerimaan. Penyetoran. Pemungutan. Pengenaan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA
Lebih terperinciPROGRES IMPLEMENTASI 5 (LIMA) SASARAN RENCANA AKSI KOORDINASI DAN SUPERVISI PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA
PROGRES IMPLEMENTASI 5 (LIMA) SASARAN RENCANA AKSI KOORDINASI DAN SUPERVISI PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA Disampaikan oleh : GUBERNUR SUMATERA UTARA Pada Rapat
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa berdasarkan Pasal 38 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Lebih terperinciPAPARAN PROGRESS. IMPLEMENTASI RENCANA AKSI KORSUP PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM SEKTOR KEHUTANAN DAN PERTAMBANGAN DI PROVINSI GORONTALo
PAPARAN PROGRESS IMPLEMENTASI RENCANA AKSI KORSUP PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM SEKTOR KEHUTANAN DAN PERTAMBANGAN DI PROVINSI GORONTALo SEKTOR KEHUTANAN KONDISI EKSISTING KAWASAN HUTAN PROVINSI GORONTALO
Lebih terperinciPEMERINTAH DIGUGAT PERUSAHAAN TAMBANG INDIA
PEMERINTAH DIGUGAT PERUSAHAAN TAMBANG INDIA detik.com Pemerintah Indonesia harus berhadapan dengan perusahaan tambang dari India yang bernama India Metals and Ferro Alloys Limited (IMFA) di Permanent Court
Lebih terperinci2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M
No.73, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Penyelenggaraan. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041) PERATURAN
Lebih terperinciTENTANG LAHAN DENGAN. dan dan. hidup yang. memuat. dengan. pembukaan. indikator. huruf a dan. Menimbang : Tahun Swatantra. Tingkat.
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI LAHAN PASCAA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.51/Menhut-II/2014. TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PERPANJANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU DALAM HUTAN ALAM PADA HUTAN PRODUKSI DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. Evaluasi. Penerbitan. Izin Usaha Pertambangan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
No.2014, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Evaluasi. Penerbitan. Izin Usaha Pertambangan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA 43 TAHUN 2015 TENTANG TATA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 14/Menhut-II/2013 TENTANG
Hasil Pemba hasan d PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 14/Menhut-II/2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.18/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN PINJAM
Lebih terperinciEvaluasi Tata Kelola Sektor Kehutanan melalui GNPSDA (Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya Alam) Tama S. Langkun
Evaluasi Tata Kelola Sektor Kehutanan melalui GNPSDA (Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya Alam) Tama S. Langkun Pembahasan Kondisi tata kelola hutan di Indonesia. Peran ICW dalam pengawasan Tata Kelola
Lebih terperinciYang Terhormat: 1. Menteri Kelautan RI / Eselon 1 di KKP. 2. Kepala Staf Kantor Kepresidenan. 3. Ketua Satgas IUU Fishing
SAMBUTAN PIMPINAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM KEGIATAN RAPAT MONEV KOORDINASI DAN SUPERVISI GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM SEKTOR KELAUTAN 3 PROVINSI (SULAWES SELATAN, SULAWESI TENGAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting terhadap tercapainya target APBN yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) merupakan salah satu unsur penerimaan negara yang masuk di dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Lebih terperinciMENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK KEGIATAN PERTAMBANGAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciMinerba One Map Indonesia
Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Minerba One Map Indonesia DASAR HUKUM PP NO. 22/2010 Pasal 36 Ayat (1), (2), (3) dan (4) (1) Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
Lebih terperinciPemberantasan Korupsi di Sektor Kehutanan dan Perkebunan
1 Pemberantasan Korupsi di Sektor Kehutanan dan Perkebunan Latar Belakang Korupsi menjadi salah satu persoalan yang sangat akut dan sulit diberantas hingga sekarang. Menurut laporan Global Corruption Barometer
Lebih terperinciLaporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar
Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar Ketua : Marfuatul Latifah, S.H.I, L.LM Wakil Ketua : Sulasi Rongiyati, S.H., M.H. Sekretaris : Trias
Lebih terperinci, No.2057 tentang Kurang Bayar dan Lebih Bayar Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Tahun Anggaran 2013 dan Tahun Anggaran 2014 Menurut Provinsi/Ka
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana. Hasil. Sumber Daya Alam. Kurang Bayar. Lebih Bayar. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 259/PMK.07/2015 TENTANG KURANG BAYAR DAN LEBIH BAYAR
Lebih terperinci2015, No Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 14
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.70, 2015 KEMENLU. Pelaporan. Tindak Lanjut. Pengelolaan. Pelanggaran. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN
Lebih terperinciOleh : Ketua Tim GNPSDA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pontianak, 9 September 2015
Oleh : Ketua Tim GNPSDA Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pontianak, 9 September 2015 Data dan Informasi Kawasan Hutan 2 KAWASAN HUTAN KALIMANTAN BARAT, KALIMANTAN TENGAH, KALIMANTAN SELATAN,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.64/Menhut-II/2006 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.64/Menhut-II/2006 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang:
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor: SK :/5-0/ Menhut-V/ RHL/ 2013 TENTANG PENETAPAN LOKASI PENANAMAN DALAM RANGKA REHABILITASI DAERAH ALIRAN SUNGAI
Lebih terperinciRAPAT KOORDINASI DAN SUPERVISI
RAPAT KOORDINASI DAN SUPERVISI ATAS PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PADA 12 PROVINSI DI INDONESIA JAKARTA, 07 FEBRUARI 2014 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KEDEPUTIAN PENCEGAHAN AGENDA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK KEGIATAN PERTAMBANGAN MENTERI KEHUTANAN,
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK KEGIATAN PERTAMBANGAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciTRANSPARANSI DAN PENCEGAHAN KORUPSI DI SEKTOR INDUSTRI PERTAMBANGAN
TRANSPARANSI DAN PENCEGAHAN KORUPSI DI SEKTOR INDUSTRI PERTAMBANGAN Jakarta, 6 September 2015 Kedeputian Pencegahan Tugas KPK (UU No.30 Tahun 2002): Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN. Nomor : P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa berdasarkan Pasal 38 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 38 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,
Lebih terperinciPeraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
- 2 - Pertambangan Mineral dan Batubara sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2017 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
Lebih terperinciUPAYA MEWUJUDKAN 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP MINERBA DI SUMATERA BARAT
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT UPAYA MEWUJUDKAN 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP MINERBA DI SUMATERA BARAT OLEH: Ir. MARZUKI MAHDI, AK Disampaikan pada Acara Rapat Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Korsupwas
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENETAPAN WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN DAN SISTEM INFORMASI WILAYAH PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Berdasarkan seluruh uraian pada bab-bab terdahulu, kiranya dapat. disimpulkan dalam beberapa poin sebagai berikut:
108 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan seluruh uraian pada bab-bab terdahulu, kiranya dapat disimpulkan dalam beberapa poin sebagai berikut: 1. Perlindungan Hukum dari Pemerintah Daerah terhadap Hak-Hak
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MALANG
PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciCAPAIAN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN JANUARI DIREKTORAT JENDERAL PENEGAKAN HUKUM
CAPAIAN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN 2016 JANUARI 2017 DIREKTORAT JENDERAL PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN Pengantar Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup
Lebih terperinciJalan Perubahan Ketiga: Pemberantasan Kejahatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup PEMBANGUNAN SEBAGAI HAK RAKYAT
Jalan Perubahan Ketiga: Pemberantasan Kejahatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup PEMBANGUNAN SEBAGAI HAK RAKYAT Permasalahan Terkait Kejahatan SDA-LH Karakteristik kejahatan SDA-LH: Kejahatan sumber
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG. Sumber Daya Alam. Satuan Tugas. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan.
No.1568, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG. Sumber Daya Alam. Satuan Tugas. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER- 029/A/JA/10/2014 TENTANG
Lebih terperinciPeran PPNS Dalam Penyidikan Tindak Pidana Kehutanan. Oleh: Muhammad Karno dan Dahlia 1
Peran PPNS Dalam Penyidikan Tindak Pidana Kehutanan Oleh: Muhammad Karno dan Dahlia 1 I. PENDAHULUAN Sebagai akibat aktivitas perekonomian dunia, akhir-akhir ini pemanfaatan hutan menunjukkan kecenderungan
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN J A K A R T A : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN
KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN J A K A R T A PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN Nomor : P. 14/VII-PKH/2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PINJAM PAKAI KAWASAN
Lebih terperinci2 Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, maka perlu pengaturan kembali mengenai Tata Cara Pemberian dan Peluasan Areal Kerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil H
No.688, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Izin Usaha. Pemanfaatan. Hutan Kayu. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.31/Menhut-II/2014 TENTANG TATA
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN
KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN Nomor : P. 4/VII-PKH/ 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN MONITORING DAN EVALUASI PENGGUNAAN
Lebih terperincibebas murni oleh pengadilan. Sementara itu vonis hukuman bagi pelaku IL di Indonesia selama ini bervariasi, yaitu antara 1 bulan sampai dengan 9
123 IX. PEMBAHASAN UMUM Praktek Illegal logging (IL) atau pembalakan liar yang terjadi di semua kawasan hutan (hutan produksi, hutan lindung, dan hutan konservasi) merupakan salahsatu kejahatan di sektor
Lebih terperinci2 Wewenang, Pelanggaran dan Tindak Pidana Korupsi Lingkup Kementerian Kehutanan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggar
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1269,2014 KEMENHUT. Pengaduan. Penyalahgunaan Wewenang. Korupsi. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.63/MENHUT-II/2014 TENTANG
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN PERTAMBANGAN RAKYAT MINERAL LOGAM, MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DI KABUPATEN BURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.43/ Menhut-II/ 2008 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.43/ Menhut-II/ 2008 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN
PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN Disampaikan pada Acara Monev Gerakan Nasioanal Penyelamatan SDA sektor Kehutanan dan Perkebunan Tanggal 10 Juni 2015 di Gorontalo DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN JENIS
Lebih terperinciPP Nomor 24 Tahun 2010 Tentang Penggunaan Kawasan Hutan DITJEN PLANOLOGI KEHUTANAN DEPARTEMEN KEHUTANAN
PP Nomor 24 Tahun 2010 Tentang Penggunaan Kawasan Hutan DITJEN PLANOLOGI KEHUTANAN DEPARTEMEN KEHUTANAN 12/07/2010 1 Ketentuan Umum Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan yang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tujuan negara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan yang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tujuan negara dibiayai dari penerimaan negara yang berasal dari pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak
Lebih terperinciMONITORING DAN EVALUASI ATAS HASIL KOORDINASI DAN SUPERVISI PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PROVINSI SULAWESI UTARA, GORONTALO, DAN SULAWESI BARAT
MONITORING DAN EVALUASI ATAS HASIL KOORDINASI DAN SUPERVISI PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PROVINSI SULAWESI UTARA, GORONTALO, DAN SULAWESI BARAT GORONTALO, 10 JUNI 2015 DIREKTORAT JENDERAL MINERAL
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, T
No.97, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Obvitnas Bidang ESDM. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG OBJEK VITAL NASIONAL BIDANG
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI TAHUN 2013 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI TAHUN 2013 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam upaya pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan korupsi
Lebih terperinci2011, No Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Nega
No.191, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Pinjam Pakai Kawasan Hutan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.18/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN PINJAM
Lebih terperinciJakarta, 2 Februari 2015
Jakarta, 2 Februari 2015 PENDAHULUAN Perpres No. 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014
Lebih terperinciPAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
PAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PEMDA RIAU HARUS MELIBATKAN PUBLIK DALAM GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (GNPSDA) KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI PENGANTAR Hasil kajian Jikalahari menunjukkan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciKASUS-KASUS HUKUM DAN PENYIMPANGAN PAJAK - PENYELESAIAN INPRES NO. 1 TAHUN
KASUS-KASUS HUKUM DAN PENYIMPANGAN PAJAK - PENYELESAIAN INPRES NO. 1 TAHUN INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 1 TAHUN TENTANG PERCEPATAN PENYELESAIAN KASUS-KASUS HUKUM DAN PENYIMPANGAN PAJAK ABSTRAK : Dalam rangka
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK PENAMBANGAN BAWAH TANAH
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK PENAMBANGAN BAWAH TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinci2016, No dimaksud dalam huruf b, perlu disempurnakan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf
No. 133, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENLH-KEHUTANAN. Pemanfaatan Kayu. Izin. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.62/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG IZIN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 2 TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciL E M B A R A N D A E R A H
L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2002 NOMOR 38 SERI E NO. SERI 2 P E R A T U R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PERTAMBANGAN DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NKRI (UUD 1945 & UU 32/2004) Kepemilikan (Mineral Right) BANGSA INDONESIA NEGARA Penyelenggaraan Penguasaan
Lebih terperinciTAMBANG DI KAWASAN HUTAN LINDUNG
TAMBANG DI KAWASAN HUTAN LINDUNG http://www.sindotrijaya.com I. PENDAHULUAN Hutan tropis Indonesia sangat kaya flora dan fauna serta kekayaan alam lainnya, termasuk mineral dan batubara. Dengan kawasan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ESDM. Panas Bumi. Kegiatan Usaha. Penyelenggaraan. Pedoman.
No.156, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ESDM. Panas Bumi. Kegiatan Usaha. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 11 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciBUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA PADA BIDANG PERTAMBANGAN
BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA PADA BIDANG PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU,
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH, PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN DI WILAYAH PROVINSI JAWA TENGAH
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN DI WILAYAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang
Lebih terperinciTATA KELOLA INDUSTRI EKSTRAKTIF DI INDONESIA
TATA KELOLA INDUSTRI EKSTRAKTIF DI INDONESIA STAF AHLI MENTERI BIDANG INVESTASI DAN PRODUKSI BOGOR, 7 SEPTEMBER 2015 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat PENDAHULUAN
Lebih terperinciPOTRET KETIMPANGAN v. Konsentrasi Penguasaan Lahan ada di sektor pertambangan, perkebunan dan badan usaha lain
POTRET KETIMPANGAN Konsentrasi Penguasaan Lahan ada di sektor pertambangan, perkebunan dan badan usaha lain Lebih dari 186.658 hektar area yang ditetapkan kawasan hutan merupakan perkampungan penduduk
Lebih terperinci-2- Pasal 68 ayat huruf c dan Pasal 69 ayat UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.621, 2017 KEMEN-LHK. Pengelolaan Pengaduan Dugaan Pencemaran. Perusakan Lingkungan Hidup dan/atau Perusakan Hutan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No.41 Tahun 1999 hutan memiliki fungsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-undang No.41 Tahun 1999 hutan memiliki fungsi konservasi, fungsi lindung dan fungsi produksi. Hutan dengan fungsi lindung yaitu hutan sebagai satu kesatuan
Lebih terperinciKEBIJAKAN SUB SEKTOR MINERBA DI KALIMANTAN TENGAH
KEBIJAKAN SUB SEKTOR MINERBA DI KALIMANTAN TENGAH Disampaikan pada: Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi Kalimantan Tengah Palangkaraya, 5 April 2018 DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.67, 2014 KEMEN ESDM. Dekonsentrasi. Energi dan Sumber Daya Mineral. Gubernur. TA 2014. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa setiap kerugian daerah yang
Lebih terperinci