BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan yang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tujuan negara
|
|
- Susanti Yuliani Pranoto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan yang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tujuan negara dibiayai dari penerimaan negara yang berasal dari pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Salah satu bentuk PNBP di Indonesia yang memberikan kontribusi cukup signifikan dalam penerimaan negara adalah PNBP di bidang pertambangan umum. PNBP pada prinsipnya memiliki dua fungsi yaitu fungsi anggaran dan fungsi peraturan. Selaku fungsi anggaran, PNBP merupakan salah satu pilar pendapatan negara yang memiliki kontribusi cukup besar dalam menunjang APBN, melalui optimalisasi penerimaan negara. Selaku fungsi peraturan, PNBP memegang peranan penting dan strategis dalam mendukung kebijakan Pemerintah dalam pengendalian dan pengelolaan kekayaan negara termasuk pemanfaatan sumber daya alam. Pengendalian dan pengelolaan tersebut sangat penting untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, kemandirian bangsa, dan pembangunan nasional yang berkelanjutan. PNBP telah memberikan kontribusi dalam pembangunan nasional, namun demikian pengelolaan PNBP masih menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan, antara lain adanya pungutan tanpa dasar hukum, terlambat atau tidak disetor ke Kas Negara, penggunaan langsung PNBP, dan PNBP dikelola di luar mekanisme APBN.
2 2 Menyadari pentingnya PNBP, maka kemudian pemerintah mengatur dalam perundang-undangan, diantaranya melalui UU No 20 tahun 1997 tentang PNBP, PP No 22 tahun 1997 tentang Jenis dan penyetoran PNBP, PP no 73 tahun1999 tentang tata cara, penggunaan PNBP yang bersumber dari kegiatan tertentu. Dalam perkembangannya PP No 22 tahun 1997 diubah dengan PP No 52 tahun 1998 dalam menjabarkan jenis-jenis PNBP. Menurut Republika Online, 14 Desember 2012, Agus Martowardoyo (Menteri Keuangan) menjelaskan, PNBP terus mengalami peningkatan sejak 11 tahun silam. Pada 2001, realisasi PNBP tercatat sebesar Rp115 triliun. Jumlah tersebut pada 2012 meningkat hampir tiga kali lipat menjadi Rp341 triliun. Meskipun demikian, Agus menilai peningkatannya belum signifikan dibandingkan penerimaan pajak yang dalam 10 tahun terakhir meningkat sebesar lima kali lipat dari Rp185 triliun menjadi Rp1.016 triliun. "Kita upayakan PNBP naik empat kali lipat," kata Agus. Caranya dengan mencari sumber-sumber PNBP yang belum dioptimalisasi melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Terutama dengan mendorong penerimaan royalti sumber daya alam (SDA). Menurut Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas "Ada kerugian keuangan negara berdasarkan temuan tim optimalisasi penerimaan negara (OPN) yaitu PNBP dari hasil royalti dan iuran tetap dari sektor mineral dan batubara pada sebesar Rp6,77 triliun yang dihitung berdasarkan nilai tukar dolar sembilan ribu saat itu Dikutip dari website hukum online.com pada tanggal 29 Agustus Berdasar data Produksi dari BPS bahwa produksi batu bara dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2011 mengalami peningkatan. Tahun 2003
3 3 sebesar , tahun 2004 sebesar , Tahun 2005 sebesar , Tahun 2006 sebesar , Tahun 2007 sebesar , tahun 2008 sebesar , Tahun 2009 sebesar ,Tahun 2010 sebesar , tahun 2011 sebesar Dari data diatas terlihat bahwa produksi batubara meningkat dari tahun 2003 s/d 2011, namun dari temuan KPK dalam periode tahun yang sama PNBP dari minerba mengalami kebocoran, yang artinya tidak diserahkan ke kas Negara sebesar 6.77 triliun. Hasil Kajian KPK menemukan terjadinya kerugian negara karena tidak terpungutnya dengan optimal royalti 37 Kontrak Karya (KK) dan 74 Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) dan jenis tarif PNBP yang berlaku terhadap mineral, dan tarif batubara yang berlaku pada KK, lebih rendah dibandingkan tarif yang berlaku pada IUP mineral. Terkait dengan hal ini Kementerian ESDM telah menyepakati akan melakukan renegosiasi tentang tarif royalti pada semua KK dan PKP2B disesuaikan dengan PP Tarif dan jenis tarif PNBP yang berlaku, serta menetapkan sanksi bagi KK dan PKP2B yang tidak kooperatif dalam proses renegosiasi. KPK melihat proses renegosiasi kontrak ini berlarut-larut, dalam pasal 169 UU No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, telah dinyatakan dengan tegas bahwa ketentuan yang tercantum dalam pasal KK dan PKP2B disesuaikan selambat-lambatnya 1 tahun sejak UU No 4 Tahun 2009 diundangkan. Artinya, renegosiasi kontrak semestinya sudah selesai tanggal 12 Januari Dengan berlarut-larutnya proses renegosiasi, berdampak tidak terpungutnya penerimaan negara, dan ini tentu saja merugikan keuangan negara. Dikutip dari detik.com, 2 Maret 2014.
4 4 PNBP SDA Pertambangan umum berdasar PP No 55 tahun 2005 tentang dana perimbangan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu penerimaan dari pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang terdiri dari iuran tetap dan iuran produksi (Royalti/iuran eksplorasi/iuran eksploitasi), Penerimaan dari kotrak karya (KK) yaitu Iuran tetap dan Iuran produksi, Penerimaan Perjanjian karya Pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B) yang terdiri dari Dana Hasil produksi batubara (DHPB) dan Iuran tetap. Menurut PP No 52 Tahun 1998 PNBP dikelompokan menjadi enam (6) yaitu Penerimaan dari Jasa Teknologi di bidang pertambangan umum, Penerimaan dari jasa Penelitian/pengembangan dan jasa penerapan teknologi pada puslitbang teknologi minyak dan gas bumi, Penerimaan dari Iuran Tetap/Landrent, Penerimaan dari iuran eksplorasi/iuran eksploitasi/royalti, Penerimaan dari perjanjian karya pengusahaan pertambangan batu bara (PKP2B), dan Penerimaan dari jasa teknologi geologi tata lingkungan. Berdasarkan PP No 9 tahun 2012 yang ditetapkan pada 6 Januari 2012, penentuan penerimaan dari iuran eksplorasi/iuran eksploitasi/royalti bersifat ad valorem (dalam presentasi) yang dikenakan terhadap harga jual yang dikalikan dengan jumlah produksi. Adapun besarnya tarif berbeda-beda untuk setiap jenis dan kualitas bahan galian. Adapun tarif yang ditetapkan: 1. Batubara (Open Pit) a.3% dari harga jual, untuk kalori kurang dari 5100 kkal/ton b.5% dari harga jual, untuk kalori kkal/ton c.7% dari harga jual, unutk kalori lebih dari 6100kkal/ton.
5 5 2. Batubara (Under ground) a. 2% dari harga jual, untuk kurang dari 5100 kkal/ton b. 4% dari harga jual, untuk kalori kkal/ton c. 6% dari harga jual, untuk kalori lebih dari 6100 kkal/ton Penerimaan dari PKP2B ditetapkan berdasarkan kontrak sebesar 13.5%, sedangkan untuk pemegang IUP didasarkan pada ketentuan yang berlaku yang diatur dalam PP No 9 tahun Dengan perbedaan tarif tersebut menjadi dasar kajian KESDM untuk menaikan tarif Royalti bagi pemegang IUP sebesar 13.5 % dalam upaya untuk mengoptimalkan PNBP dari iuran Royalti. Seperti yang penulis kutip dari ekonomi.inilah.com tanggal 20 Juli 2012, dimana Direktur Jenderal Minerba, Kementerian ESDM R Sukhyar mengusulkan kenaikan tarif royalti karena sejalan dengan potensi harga batubara global, sehingga pemerintah merasa perlu mendapatkan manfaat dari hal itu. Selain itu perbedaan ini mendorong pemerintah menerapkan tarif royalti baru bagi pemegang IUP yang diyakini akan meningkatkan penerimaaan negara bukan pajak (PNBP). Tarif royalti batubara yang diatur dalam PP No. 45 tahun 2003 tentang jenis dan tarif PNBP yang berlaku di KESDM sampai dengan PP No. 9 tahun 2012 tidak ada perubahan. Penyetoran PNBP diatur dalam PP ini disetorkan ke kas negara dengan perhitungan yang dilakukan sendiri oleh wajib bayar (self assessment). Lemahnya sistem pengawasan terhadap metode self assessment berpotensi tidak tertagihnya semua piutang Negara yang berasal dari Royalti dan iuran tetap karena ada kemungkinan para wajibbayar tidak melaporkan
6 6 berdasarkan hasil lapangan. Hal ini berpotensi menjadi penyebab ketidakoptimalan PNBP. Beberapa penyebab tidak optimalnya PNBP yang disebutkan diatas mengakibatkan kerugian Negara, akibat ini menimbulkan akibat yang lain, khususnya dalam penelitian ini adalah ketidakoptimalan PNBP. Hal seperti ini yang biasanya disebut efek domino. Efek Domino menurut Wikipedia, adalah sebuah metafora dari sebuah kejadian beruntun dan berkaitan akibat dua peristiwa atau lebih. Peristiwa yang mengakibatkan ketidakoptimalan PNBP menurut penulis adalah lemahnya sistem pengendalian internal. Pengendalian internal adalah suatu proses yang memandu suatu organisasi untuk mencapai tujuan dari organisasi. Mengevaluasi pengendalian internal menjadi hal yang penting untuk mengetahui komponen-kompenen mana yang lemah didalam organisasi tersebut. Penelitian sebelumnya, yang membahas upaya dalam mengoptimalkan PNBP yang dievaluasi dari sisi peningkatan kinerja, oleh Mikko dan Surna pada tahun Penelitian tersebut memiliki obyek penelitian pada Subdirektorat penerimaan Negara mineral dan batubara. Judul penelitiannya Effort to Increase Performance of Subdirectorate of state revenue of mineral and coal in optimizing non tax state revenue general mining. Hasil penelitian tersebut merekomendasikan untuk memperbaiki struktur organisasi, tugas dan fungsi, menambah karyawan, memperbaiki kompetensi karyawan, membuat sistem informasi PNBP dan memperbaiki standar prosedur operasi terkait dengan mekanisme pengelolaan PNBP supaya efektif dalam menghadapi peningkatan beban kerja (Mikko & Surna, The Indonesian Journal of Business administration,
7 7 2012). Hal inilah yang menarik peneliti untuk melanjutkan penelitian ini dalam rangka pengoptimalan PNBP dilihat dari sistem pengendalian internal pada Subdirektorat Penerimaan Negara Mineral dan Batubara. Penelitian lain yang mengevaluasi sistem pengendalian internal diteliti oleh Amundo dan Inanga (tahun 2009) dengan judul Evaluation of Internal control systems: A case study from Uganda. Objek penelitian tersebut pada Negara-negara berkembang yang menjadi anggota Negara regional dari African Development Bank (AfDB). Dalam Penelitian tersebut mengembangkan konsep model dengan mengevaluasi sistem pengendalian internal untuk mengoptimalkan projek projek yang dikerjakan, dimana dana projek sektor publik diperoleh dari AfDB. Ada lima Komponen yang digunakan untuk mengevaluasi pengendalian internal dari COSO yaitu Lingkungan pengendalian, Penilaian resiko, Pengendalian aktivitas, Informasi dan Komunikasi, Monitoring dan satu komponen dari COBIT, yaitu Teknologi Informasi. Penting nya teknologi informasi untuk memproses transaksi, mengotorisasi, mencatat dan meinisiasi. Hasil dari proses evaluasi ini adalah lemahnya beberapa komponen dalam sistem pengendalian internal yang menghambat kelancaran proyek ini. Lemahnya beberapa komponen menyebabkan tidak efisiennya struktur pengendalian saat ini. Rekomendasi penelitian ini adalah memperbaiki sistem pengendalian internal dalam menjalankan projek. (Amundo, Inanga). Jurnal penelitian ini menjadi acuan peneliti karena didalam penelitian tersebut mengembangkan konsep model dan langkah-langkah dalam mengevaluasi sistem pengendalian internal dengan menggunakan enam komponen sistem pengendalian internal. Tujuannya untuk
8 8 mengevaluasi komponen komponen SPI yang lemah, yang menghambat tercapainya tujuan. Sejumlah permasalahan dalam proses pengelolaan PNBP Minerba muncul dimana beberapa penyebab telah dipaparkan diatas, yang mengakibatkan belum tergalinya secara optimal PNBP berupa iuran tetap dan iuran produksi (Royalti). Untuk mengatasi hal tersebut KESDM harus berkoordinasi dengan berbagai pihak seperti Kemenkeu, Kementrian perdangan, dan kementrian lain yang terkait. Rekomendasi tersebut disampaikan oleh KPK melalui kajian sistem pengelolaan penerimaan Negara bukan pajak (PNBP) Mineral dan batubara tahun Dengan melihat latar belakang permasalahan dan alasan penelitian seperti yang dikemukakan diatas serta melanjutkan penelitian yang sebelumnya maka peneliti ingin mengevaluasi sistem pengendalian internal studi kasus pada Subdirektorat Penerimaan Negara mineral dan Batubara di KESDM. 1.2 Rumusan Masalah Dengan latar belakang masalah yang dipaparkan diatas maka masalah yang dirumuskan adalah Apakah sistem pengendalian internal pada Subdirektorat Penerimaan Negara Mineral dan Batubara di KESDM? 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini memiliki pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah Implementasi dan kelemahan SPI di Subdirektorat Penerimaan Negara Mineral dan Batubara di KESDM?
9 9 2. Apakah langkah-langkah untuk memperbaiki SPI di subdirektorat penerimaan Negara Mineral dan Batubara di KESDM? 1.4 Lingkup Penelitian Lokasi penelitian yakni pada Sub Direktorat Penerimaan Negara Mineral dan Batubara salah satu Sub Direktorat dibawah direktorat mineral dan batubara. 1.5 Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka secara umum tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengevaluasi implementasi dan kelemahan SPI di Subdirektorat Penerimaan Negara Mineral dan Batubara di KESDM 2. Untuk mengevaluasi langkah-langkah untuk memperbaiki SPI di subdirektorat penerimaan Negara Mineral dan Batubara di KESDM. 1.6 Sistematika Pembahasan BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas latar belakang diadakannya penelitian mengenai sistem pengendalian internal pada subdirektorat penerimaan Negara mineral dan batubara KESDM. Hal ini bertujuan untuk dapat memberikan gambaran tentang pengaturan pertambangan umum di Indonesia, sistem pengaturan, tatacara pengenaan,pemungutan dan penyetoran PNBP di pertambangan umum, serta mengevaluasi dan mengidentifikasi pelaksanaan dan permasalahan yang timbul dalam memperbaiki SPI. Selain itu, dalam bab ini juga menguraikan perumusan
10 10 masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan teori atau konsep yang dijadikan sebagai landasan berpikir serta analisis terhadap permasalahan dilapangan. Undang undang, peraturan pemerintah, Jurnal penelitian dan konsep sistem pengandialian internal dengan menjelaskan latar belakang munculnya UU, PP dalam upaya untuk pengaturan PNBP, definisi konsep sistem pengendalian internal BAB III PROFIL ORGNISASI Dalam bab ini menjelaskan secara deskriptif objek penelitian dan menjelaskan secara kontekstual aplikasi konsep-konsep yang ada dalam tinjauan literatur dari objek penelitian. BAB IV METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metodologi dan metode yang digunakan dalam penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah Diskriptif kualitatif. Secara konkrit jenis penelitian ini adalah kualitatif. Bab ini juga membahas tentang teknik pengumpulan dan pengolahan data, jenis dan sumber data, lokasi penelitian dan analisis data. BAB V PEMAPARAN TEMUAN Bab ini menjelaskan dan merumuskan temuan-temuan dari hasil investigasi pada obyek penelitian sehingga dapat menggambarkan dugaan- dugaan masalah untuk dapat menjawab tujuan penelitian.
11 11 BABVI RINGKASAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai implementasi dan kelemahan SPI dan menguraikan langkah-langkah untuk memperbaiki SPI BAB VII KESIMPULAN Bab ini menguraikan secara singkat kesimpulan peneliti mengenai hasil penelitian dalam menganalisa SPI pada subdirektorat penerimaan Negara Mineral dan batubara di KESDM.
BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting terhadap tercapainya target APBN yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) merupakan salah satu unsur penerimaan negara yang masuk di dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Lebih terperinciPENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK SUB SEKTOR MINERAL DAN BATUBARA. Oleh : Indra Syahputra Lubis
PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK SUB SEKTOR MINERAL DAN BATUBARA Oleh : Indra Syahputra Lubis 1. LATAR BELAKANG Salah satu fungsi utama sebuah negara adalah melaksanakan pembangunan, dalam melaksanakan fungsi
Lebih terperinciPENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN UMUM
PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN UMUM KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA DIREKTORAT PEMBINAAN PROGRAM MINERAL DAN
Lebih terperinciOleh : Subdit Analisis Hukum, Ditama Binbangkum
PENGATURAN MENGENAI PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DALAM BIDANG PERTAMBANGAN UMUM DI INDONESIA Oleh : Subdit Analisis Hukum, Ditama Binbangkum A. Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan dalam rangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap organisasi tidak terkecuali pemerintah memerlukan suatu alat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi tidak terkecuali pemerintah memerlukan suatu alat pengendalian yang berfungsi sebagai alat untuk mengelola organisasi secara efektif dalam
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan pembahasan yang disampaikan pada bagian sebelumnya,
98 BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang disampaikan pada bagian sebelumnya, dapat disimpulkan jawaban dari pertanyaan penelitan sebagai berikut: Apakah Implementasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 2015 pemerintah pusat dan pemerintah daerah diwajibkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 2015 pemerintah pusat dan pemerintah daerah diwajibkan untuk menerapkan standar akuntansi pemerintahan (SAP) berbasis akrual dalam penyusunan dan
Lebih terperinciPENGELOLAAN PNBP SDA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA. Biro Keuangan Kementerian ESDM
PENGELOLAAN PNBP SDA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA Biro Keuangan Kementerian ESDM Dasar Hukum UU 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak UU 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara UU 33 Tahun
Lebih terperinciPENAMBANGAN UMUM BATUBARA
PENAMBANGAN UMUM BATUBARA Relita.indonetwork.co.id Batubara sebagai bahan galian strategis dalam usaha penambangannya pada prinsipnya hanya dapat dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah atau Perusahaan Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penerbitan Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 tentang. Keuangan Negara menyebutkan bahwa dalam rangka transparansi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penerbitan Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyebutkan bahwa dalam rangka transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara,
Lebih terperinciOleh : DR. TGH. M. ZAINUL MAJDI GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT
Oleh : DR. TGH. M. ZAINUL MAJDI GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT Disampaikan pada Acara : Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Usaha Pertambangan di Provinsi Nusa Tenggara Barat Dalam Rangka Koordinasi - Supervisi
Lebih terperinciMekanisme Investasi Modal Asing Dalam Pertambangan Nasional
Mekanisme Investasi Modal Asing Dalam Pertambangan Nasional 12 Mei 2010 Dipresentasikan dalam In-depth discussion yang diselenggarakan oleh: Jatnika Legal Research & Training Centre Oleh : Heri Nurzaman
Lebih terperinci, No.2057 tentang Kurang Bayar dan Lebih Bayar Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Tahun Anggaran 2013 dan Tahun Anggaran 2014 Menurut Provinsi/Ka
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana. Hasil. Sumber Daya Alam. Kurang Bayar. Lebih Bayar. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 259/PMK.07/2015 TENTANG KURANG BAYAR DAN LEBIH BAYAR
Lebih terperinciDini Hariyanti.
Dini Hariyanti dinih@jurnas.co.id PEMERINTAH dalam hal ini Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara (Ditjen Minerba) mengakui pendataan di sektor pertambangan belum sepenuhnya tersusun berbasis teknologi
Lebih terperinciSOSIALISASI DAN SEMINAR EITI PERBAIKAN TATA KELOLA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERBA
SOSIALISASI DAN SEMINAR EITI PERBAIKAN TATA KELOLA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERBA Oleh : Direktur Pembinaan Program Minerba Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, Kementerian ESDM Denpasar, 25
Lebih terperinci- 5 - LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1823 K/30/MEM/ K TANGGAL : 7 Mei Maret 2018
- 2-2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Iuran Produksi mineral dan batubara memberikan kontribusi 62% dari
BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.4 Kesimpulan Iuran Produksi mineral dan batubara memberikan kontribusi 62% dari PNBP yang ada di Kementerian ESDM dalam kurun waktu 2008 s.d. 2012. Pengawasan atas
Lebih terperinciPELAKSANAAN UU 23 TAHUN 2014 DI PROVINSI JAWA TIMUR
DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TIMUR PELAKSANAAN UU 23 TAHUN 2014 DI PROVINSI JAWA TIMUR Disampaikan dalam acara : Sosialisasi Standar EITI 2013 dlam kaitan Pelaksanaan UU 23/2014 tentang
Lebih terperinciBUKU PEGANGAN PENGALOKASIAN DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM
BUKU PEGANGAN PENGALOKASIAN DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM DIREKTORAT DANA PERIMBANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN ANGGARAN 2017 KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat
Lebih terperinciMembedah Laporan EITI KAP SUKRISNO SARWOKO & SANDJAJA
Membedah Laporan EITI KAP SUKRISNO SARWOKO & SANDJAJA Agenda 1 2 3 4 Apa itu EITI Komponen dalam Laporan EITI Penerapan Standar EITI 2013 dan Dampak Terhadap Laporan Signifikansi Laporan EITI terhadap
Lebih terperinciLaporan Hasil Kajian Sistem Pengelolaan PNBP Minerba 2013 PENGANTAR
PENGANTAR Kajian Sistem Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Mineral dan Batubara adalah salah satu bentuk pelaksanaan tugas monitor Komisi Pemberantasan Korupsi kepada lembaga negara dan pemerintah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup dan kemajuan suatu organisasi. Pengelolaan piutang yang
BAB I PENDAHULUAN Piutang merupakan salah satu bagian terpenting dalam mendukung kelangsungan hidup dan kemajuan suatu organisasi. Pengelolaan piutang yang efektif dan tepat akan memberikan dampak pada
Lebih terperinciOleh Rangga Prakoso dan Iwan Subarkah
Oleh Rangga Prakoso dan Iwan Subarkah JAKARTA. PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) bersedia mencabut gugatan ke mahkamah arbitrase internasional jika pemerintah memberikan keringanan bea keluar. Kebijakan itu
Lebih terperinciDIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PPM) PADA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI ESDM NO 41 TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemandirian suatu negara dapat dilihat dari sumber-sumber penerimaan baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemandirian suatu negara dapat dilihat dari sumber-sumber penerimaan baik untuk pembiayaan pemerintah maupun untuk pembangunan. Sebagaimana terlihat pada APBN,
Lebih terperinciKEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN
KEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN Disampaikan pada Diklat Evaluasi RKAB Perusahaan Pertambangan Batam, Juli 2011 Sumber: Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Lebih terperinciWidyastuti Paramita, Hery Gunawan. Binus University, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27 Jakarta 11480, ,
ANALISA PERENCANAAN, MONITORING DAN PENGUSULAN PENYALURAN PNBP SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2010-2012 Widyastuti Paramita, Hery Gunawan Binus University,
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN DBH SUBDIT DBH DITJEN PERIMBANGAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN DBH SUBDIT DBH DITJEN PERIMBANGAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN DASAR HUKUM DBH UU No. 33 Tahun 2004 Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Lebih terperinciTRANSPARANSI USULAN PENYALURAN PNBP SDA (SISI TUGAS, FUNGSI DAN PERAN BIRO KEUANGAN KESDM)
TRANSPARANSI USULAN PENYALURAN PNBP SDA (SISI TUGAS, FUNGSI DAN PERAN BIRO KEUANGAN KESDM) Oleh: Basuki Rahmad Saleh Jogjakarta, 7 Agustus 2017 1 I. Tupoksi Biro Keuangan KESDM II. III. IV. Dasar Hukum
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20
No.267, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Izin Usaha Pertambangan Khusus Operasi Produksi. Kelanjutan Operasi Kontrak Karya atau Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara. Tata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Bahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Bahan galian itu, meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi ( Migas ), batubara,
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. PPM. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
No.1878, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. PPM. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN DIREKTORAT PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PENGELOLAAN PNBP DAN TANTANGAN KEDEPAN
KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN DIREKTORAT PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PENGELOLAAN DAN TANTANGAN KEDEPAN JAKARTA, 30 NOVEMBER 2017 Landasan Filosofis Pengelolaan Tujuan negara dalam
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.563, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. PNBP. Kegiatan Panas Bumi. Konservasi Energi. Penerimaan. Penyetoran. Pemungutan. Pengenaan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penerimaan Negara Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.17 tahun 2003, penerimaan negara adalah uang yang masuk ke kas negara. Penerimaan negara berasal dari penerimaan
Lebih terperinci- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM
- 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Lebih terperinciPenetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional.
- 583 - BB. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah 1. Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air
Lebih terperinciSALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 344 / KMK.06 / 2001 TENTANG PENYALURAN DANA BAGIAN DAERAH DARI SUMBER DAYA ALAM
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 344 / KMK.06 / 2001 TENTANG PENYALURAN DANA BAGIAN DAERAH DARI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Pengantar Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara merupakan pelaksana kebijakan Domestic Market Obligation (DMO). Dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan wujud pengelolaan
Lebih terperinciKebijakan PNBP KL dan Temuan-Temuan Pelaksanaan PNBP yang Tidak Optimal
Kebijakan PNBP KL dan Temuan-Temuan Pelaksanaan PNBP yang Tidak Optimal Direktorat Jenderal Anggaran Jakarta, Mei 2018 Perkembangan Realisasi PNBP 351,80 354,75 398,59 255,63 262,35 311,23 275,40 PNBP
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting dalam menopang keberlanjutan pembangunan suatu negara. Peran aktif dan kepatuhan wajib
Lebih terperinciPENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP)
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) I. Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah wujud dari pengelolaan keuangan negara yang merupakan instrumen bagi Pemerintah untuk mengatur
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2003 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2003 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini pemerintah daerah memiliki kewenangan penuh untuk mengatur dan mengelola pembangunan di daerah tanpa adanya kendala struktural yang berhubungan dengan
Lebih terperinciKEBIJAKAN MINERAL DAN BATUBARA
KEBIJAKAN MINERAL DAN BATUBARA Jakarta, 25 Januari 2017 DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN ENERI DAN SUMBER DAYA MINERAL DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN II. KEBIJAKAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN
Lebih terperinciPelaksanaan EITI (Extractive Industries Transparency Initiative) di Indonesia. Sekretariat EITI Indonesia 8 Oktober 2015
Pelaksanaan EITI (Extractive Industries Transparency Initiative) di Indonesia Sekretariat EITI Indonesia 8 Oktober 2015 Outline Presentasi Gambaran Umum Industri Ekstraktif di Indonesia EITI Indonesia
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Palangka Raya, 28 April 2017 RAPAT KOORDINASI PENGENDALIAN (RAKORDAL) Triwulan I, Tahun 2017 REKAPITULASI IZIN USAHA PERTAMBANGAN
Lebih terperinciPEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah PEMERINTAH
- 763 - BB. PEMBAGIAN URUSAN AN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SUB 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah 1. Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional.
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PMK.03/2012 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PMK.03/2012 TENTANG PENATAUSAHAAN DAN PEMINDAHBUKUAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK
Lebih terperinciPROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KOORDINASI DAN SUPERVISI MINERAL DAN BATUBARA
PROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KOORDINASI DAN SUPERVISI MINERAL DAN BATUBARA Oleh : GUBERNUR SULAWESI BARAT Disampaikan Dalam Rangka Rapat Monitoring dan Evaluasi GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat inflasi,
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 344/KMK.06/2001 TANGGAL 30 MEI 2001 TENTANG PENYALURAN DANA BAGIAN DAERAH DARI SUMBER DAYA ALAM
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 344/KMK.06/2001 TANGGAL 30 MEI 2001 TENTANG PENYALURAN DANA BAGIAN DAERAH DARI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. Evaluasi. Penerbitan. Izin Usaha Pertambangan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
No.2014, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Evaluasi. Penerbitan. Izin Usaha Pertambangan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA 43 TAHUN 2015 TENTANG TATA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.851, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. DBH. SDA Migas. Tahun Anggaran 2011. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 222/PMK.07/2011 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemerintah dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah wujud dari pengelolahan keuangan negara yang merupakan instrumen bagi Pemerintahan untuk mengatur penerimaan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945, bertujuan mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa
Lebih terperinciDIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SEMARANG, 20 MEI 2015
MONITORING DAN EVALUASI ATAS HASIL KOORDINASI DAN SUPERVISI PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PROVINSI JAWA TENGAH, JAWA BARAT, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY), DAN JAWA TIMUR SEMARANG, 20 MEI 2015 DIREKTORAT
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 226/PMK.07/2008 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN UMUM TAHUN ANGGARAN 2008
Page 1 of 5 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 226/PMK.07/2008 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN UMUM TAHUN ANGGARAN 2008 MENTERI KEUANGAN,
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM DANA PERIMBANGAN
44 BAB III GAMBARAN UMUM DANA PERIMBANGAN Adanya UU No. 32 dan No. 33 Tahun 2004 merupakan penyempurnaan dari pelaksanaan desentralisasi setelah sebelumnya berdasarkan UU No. 22 dan No. 25 Tahun 1999.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang terkandung dalam wilayah hukum. pertambangan Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang terkandung dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. untuk mengatur dan mengontrol semua aktivitas yang terjadi pada perusahaan
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Prosedur Dalam melakukan suatu kegiatan, organisasi memerlukan suatu acuan untuk mengatur dan mengontrol semua aktivitas yang terjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu aspek yang terpenting dalam proses pembangunan suatu negara, terlebih bagi negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. non migas. Siti Kurnia Rahayu (2010) mengungkapkan bahwa Pemerintah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak adalah salah satu sumber penerimaan dalam negeri dari sektor non migas. Siti Kurnia Rahayu (2010) mengungkapkan bahwa Pemerintah Indonesia sampai tahun
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciInception Report. Pelaporan EITI Indonesia KAP Heliantono & Rekan
Inception Report Pelaporan EITI Indonesia 2015 KAP Heliantono & Rekan AGENDA Pendekatan dan Metodologi Ruang Lingkup Laporan EITI 2015 Hasil Kerja dan Tanggal Kunci Permasalahan dan Rekomendasi Status
Lebih terperinciMONITORING DAN EVALUASI ATAS HASIL KOORDINASI DAN SUPERVISI PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PROVINSI SULAWESI UTARA, GORONTALO, DAN SULAWESI BARAT
MONITORING DAN EVALUASI ATAS HASIL KOORDINASI DAN SUPERVISI PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PROVINSI SULAWESI UTARA, GORONTALO, DAN SULAWESI BARAT GORONTALO, 10 JUNI 2015 DIREKTORAT JENDERAL MINERAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri minyak dan gas bumi (migas) di tanah air memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal ini dapat dilihat dari struktur perekonomian fiskal
Lebih terperinciPROGRES IMPLEMENTASI 5 (LIMA) SASARAN RENCANA AKSI KOORDINASI DAN SUPERVISI PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA
PROGRES IMPLEMENTASI 5 (LIMA) SASARAN RENCANA AKSI KOORDINASI DAN SUPERVISI PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA Disampaikan oleh : GUBERNUR SUMATERA UTARA Pada Rapat
Lebih terperinci2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran
No.851, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. DBH. SDA Migas. Tahun Anggaran 2011. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 222/PMK.07/2011 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL
Lebih terperinci2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kal
No.480, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Mekanisme Pengembalian Biaya Investasi. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciREALISASI PENDAPATAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN ANGGARAN 2015 SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015
1 REALISASI PENDAPATAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN ANGGARAN 2015 SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 U R A I A N TARGET JUMLAH PERUBAHAN 2015 S/D BULAN INI % ( Rp ) ( Rp ) 1 2 3 4 PENDAPATAN DAERAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Migas) di Cepu merupakan salah satu instansi yang mempunyai tugas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas Bumi (Pusdiklat Migas) di Cepu merupakan salah satu instansi yang mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan pendidikan
Lebih terperinciKINERJA PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) SUMBER DAYA ALAM NON MIGAS
KINERJA PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) SUMBER DAYA ALAM NON MIGAS Pendahuluan Undang-undang No 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak mendefinisikan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.517, 2012 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Ketentuan. Ekspor. Produk. Pertambangan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/M-DAG/PER/5/2012 TENTANG KETENTUAN
Lebih terperinci2017, No pengelola penerimaan negara bukan pajak panas bumi diatur secara terpisah di dalam Peraturan Menteri Keuangan tersendiri; c. bahwa un
No.1965, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Akuntansi PNBP Kegiatan Usaha Panas Bumi. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 221/PMK.02/2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS AKUNTANSI
Lebih terperinci2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang
No.122, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pajak Air Permukaan. Pajak Air Tanah. Pajak Penerangan Jalan. Usaha. Hulu Minyak dan Gas Bumi. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinci2017, No perjanjian kontrak kerja sama bagi hasil minyak dan gas bumi antara satuan kerja khusus pelaksana kegiatan usaha hulu minyak dan gas
No.1822, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pajak Air Permukaan, Pajak Air Tanah, dan Pajak Penerangan Jalan. Pembayaran. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 195/PMK.02/2017
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan sosial ekonomi, teknologi dan informasi telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pesatnya perkembangan sosial ekonomi, teknologi dan informasi telah mengubah aspek perilaku bisnis dan perekonomian suatu negara, terlebih dalam era globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan yang sangat penting artinya bagi perekonomian suatu Negara. Demikian juga dengan Indonesia sebagai negara yang sedang membangun,
Lebih terperinciKETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RENCANA TATA RUANG DAN WILAYAH SEKTOR ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RENCANA TATA RUANG DAN WILAYAH SEKTOR ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Oleh : Handoko Setiadji, S.T. Abstrak Rencana pembangunan memuat arahan kebijakan pembangunan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 1185 TAHUN 2004 TENTANG
MENTERI ENERGI OAN SUMBER OAYA MINERAL REPUBUK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 1185 TAHUN 2004 TENTANG PELAYANAN JASA BIDANG PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN SUMBER
Lebih terperinciPeraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
- 2-3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 568/KMK.04/2000 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 568/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN, PEMUNGUTAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PEMANFAATAN BARANG KENA PAJAK TIDAK
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PERTAMBANGAN DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NKRI (UUD 1945 & UU 32/2004) Kepemilikan (Mineral Right) BANGSA INDONESIA NEGARA Penyelenggaraan Penguasaan
Lebih terperinciKontribusi Ekonomi Nasional Industri Ekstraktif *) Sekretariat EITI
Kontribusi Ekonomi Nasional Industri Ekstraktif *) Sekretariat EITI *) Bahan disusun berdasarkan paparan Bappenas dan Kemen ESDM dalam Acara Sosialisasi EITI di Jogjakarta, Agustus 2015 2000 2001 2002
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (SDA) INDONESIA SEKTOR PERTAMBANGAN MINERBA
KERANGKA ACUAN KERJA GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (SDA) INDONESIA SEKTOR PERTAMBANGAN MINERBA I. Latar Belakang Sumberdaya mineral dan batubara merupakan salah satu sumber daya alam (natural
Lebih terperinci2015 PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia adalah Negara hukum berdasarkan pancasila dari undangundang dasar 1945, bertujuan mewujudkan tata kehidupan Negara dan bangsa yang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maju dan sejahtera. Dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang secara terus menerus melakukan pembangunan untuk dapat menjadi negara yang maju dan sejahtera. Dalam rangka
Lebih terperinciMENTERl ENERG! DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30TAHUN2017
MENTERl ENERG! DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30TAHUN2017 TENTANG TATA CARA PENGENAAN, PEMUNGUTAN, DAN PEMBAYARAN/PENYETORAN
Lebih terperinciDradjad H Wibowo Yogyakarta, 7 November 2015
Dradjad H Wibowo Yogyakarta, 7 November 2015 Dalam 10 tahun terakhir, target pajak dalam APBN tidak pernah tercapai, kecuali tahun 2008 dimana terjadi kenaikan harga tiga komoditas utama: minyak dan gas,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.818,2011 PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 208/PMK.07/2011 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN UMUM TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.07/2014 TENTANG PENGALOKASIAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.07/2014 TENTANG PENGALOKASIAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2003 TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN ENERGI DAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2003 TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa
Lebih terperinci2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und
No.1589, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Harga. Pemanfaatan. Penetapan Lokasi. Tata Cara. Ketentuan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 212/PMK.07/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM DAN ALOKASI PROGNOSA DEFINITIF TUNJANGAN PROFESI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH KEPADA DAERAH PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA TAHUN
Lebih terperinciSTUDI BUDGET BRIEF SEKTOR TAMBANG :
STUDI BUDGET BRIEF SEKTOR TAMBANG : Inovasi Kebijakan : Pola Redistribusi Penerimaan Sektor Pertambangan untuk mewujudkan pembangunan yang berpihak untuk kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 233/PMK.07/2010 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN UMUM TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinci