AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI (ZONING REGULATOR)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI (ZONING REGULATOR)"

Transkripsi

1 Nomor Registrasi... RSKKNI - 5 RSKKNI RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI (ZONING REGULATOR) B A D A N P E M B I N A A N K O N S T R U K S I K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M 2011 i

2 KATA PENGANTAR Dalam rangka penyiapan tenaga profesional di bidang jasa konstruksi pada suatu Jabatan Kerja tertentu, baik untuk pemenuhan kebutuhan nasional di dalam negeri maupun untuk kepentingan penempatan ke luar negeri, diperlukan adanya perangkat standar yang dapat mengukur dan menyaring tenaga kerja yang memenuhi persyaratan sesuai dengan kompetensinya. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) merupakan suatu hal yang sangat penting dan dibutuhkan sebagai tolok ukur untuk menentukan kompetensi tenaga kerja sesuai dengan jabatan kerja yang dimilikinya. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) untuk tenaga kerja jasa konstruksi disusun berdasarkan analisis kompetensi setiap jabatan kerja yang melibatkan para pelaku pelaksana langsung dilapangan dan para ahli dari jabatan kerja yang bersangkutan. Selanjutnya finalisasi konsep SKKNI tersebut dilaksanakan dalam suatu Konvensi Nasional yang melibatkan para Pakar dan Narasumber yang berkaitan dengan Jabatan Kerja tersebut Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Ahli Penyusunan Peraturan Zonasi ini di disusun mengacu pada format dan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: PER.21/MEN/X/2007 yang selanjutnya dapat digunakan sebagai acuan dalam peningkatan dan pengukuran tingkat kompetensi pada jabatan tersebut dan berlaku secara nasional. Diharapkan adanya Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) tersebut dapat meningkatkan mutu tenaga kerja Indonesia dan mutu hasil pekerjaan di lapangan. Di sisi lain standar kompetensi kerja ini tetap masih memerlukan penyempurnaan sejalan dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan industri Jasa Konstruksi, sehingga setiap masukan untuk penyempurnaan sangat diperlukan. Akhirnya kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) ini, kami ucapkan terima kasih Jakarta, Kementerian Pekerjaan Umum Kepala Badan Pembinaan Konstruksi (...) NIP.. i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 3 C. Pengertian SKKNI... 3 D. Penggunaan SKKNI... 4 E. Format Standar Kompetensi... 4 F. Gradasi Kompetensi Kunci... 8 G. Tim Penyusun Standar Kompetensi... 9 BAB II STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR KONSTRUKSI A. Standar Kompetensi mengacu Jenjang Kualifikasi / Jabatan Kerja B. Kodifikasi Standar Kompetensi C. Kualifikasi Jabatan Kerja D. Jabatan Kerja E. Daftar Unit Kompetensi F. Uraian Unit-Unit Kompetensi BAB III. PENUTUP ii

4 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. /MEN/ /2011 TENTANG PENETAPAN RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR KONSTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUBBIDANG PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI MENJADI STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi beserta peraturan pelaksanaannya tersurat dan tersirat bahwa tenaga kerja yang melaksanakan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan konstruksi harus memiliki sertifikat keahlian dan atau keterampilan. Keharusan memiliki Sertifikasi Keahlian dan/atau Keterampilan tersebut mencerminkan adanya tuntutan kualitas tenaga kerja yang betul-betul dapat diandalkan. Kondisi tersebut memerlukan langkah nyata dalam mempersiapkan perangkat (standar baku) yang dibutuhkan untuk mengukur kualitas tenaga kerja jasa konstruksi. Dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, terutama pasal 10 ayat (2), menetapkan bahwa Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang mengacu pada Standar Kompetensi Kerja, diperjelas lagi dengan Peraturan Pelaksanaannya yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31 tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional: 1. Pasal 3 huruf b, prinsip dasar pelatihan kerja adalah berbasis pada kompetensi kerja. 2. Pasal 4 ayat (1), program pelatihan kerja disusun berdasarkan SKKNI, Standar Internasional dan/atau Standar Khusus. 1

5 Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut di atas menyebut tentang kompetensi yaitu suatu ungkapan kualitas Sumber Daya Manusia yang terbentuk dengan menyatunya 3 aspek spesifik terdiri: Ranah Pengetahuan (domain Kognitif atau Knowledge), Ranah Keterampilan (domain Psychomotorik atau Skill) dan Ranah Sikap Perilaku (domain Affektif atau Attitude/Ability), atau secara definitif pengertian kompetensi ialah penguasaan disiplin keilmuan dan pengetahuan serta keterampilan yang menerapkan metode dan teknik tertentu, serta didukung oleh sikap perilaku kerja yang tepat, guna mencapai dan atau mewujudkan hasil tertentu secara mandiri dan atau berkelompok dalam penyelenggaraan tugas pekerjaan. Jadi apabila seseorang atau berkelompok yang telah mempunyai kompetensi kemudian dikaitkan dengan tugas pekerjaan tertentu sesuai dengan kompetensinya, maka akan dapat menghasilkan atau mewujudkan sasaran dan tujuan tugas pekerjaan tertentu yang seharusnya dapat terukur dengan indikator sebagai berikut: dalam kondisi tertentu, mampu dan mau melakukan suatu pekerjaan, sesuai volume dan dimensi yang ditentukan, dengan kualitas sesuai standar dan mutu/spesifikasi, selesai dalam tempo yang ditentukan. Indikator ini penting untuk memastikan kualitas SDM secara jelas, lugas dan terukur, serta untuk mengukur produktivitas tenaga kerja dikaitkan dengan perhitungan biaya pekerjaan yang dapat menentukan daya saing. Dalam kerangka kualifikasi nasional Indonesia, salah satu jabatan kerja yang termasuk dalam sektor konstruksi adalah Ahli Penyusunan Peraturan Zonasi, yaitu suatu profesi yang bertugas dan bertanggung jawab dalam proses pengendalian pemanfaatan ruang wilayah dan kota. Peraturan Zonasi adalah perangkat pengendalian pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Selain itu ketentuan tentang zonasi juga diatur dan ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Perencanaan tata ruang wilayah dan kota merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan berkelanjutan, yang dilakukan dari waktu ke waktu. sepanjang kehidupan wilayah dan kota berlanjut. Dengan demikian, sangat perlu para Ahli Penyusunan Peraturan Zonasi memiliki pemahaman yang lekat dan mendalam terhadap aspek-aspek pokok yang merupakan prinsip dasar pengendalian pemanfaatan ruang wilayah dan kota sebagai rujukan bagi pengendalian pembangunan wilayah dan kota. Standar kompetensi kerja bagi jabatan kerja Ahli Penyusunan Peraturan Zonasi disusun sebagai acuan dalam penyusunan Program Pelatihan dan Sertifikasi Kompetensi Kerja tenaga kerja bagi Ahli Penyusunan Peraturan Zonasi. Standar kompetensi kerja ini 2

6 dikembangkan mengacu pada tugas dan tanggung jawab tenaga kerja Ahli Penyusunan Peraturan Zonasi sesuai dengan yang ditetapkan dalam standar dan peraturan yang berlaku. B. Tujuan Penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Sektor Konstruksi, Bidang Tata Lingkungan, Sub Bidang Pengembangan Wilayah, untuk Jabatan Kerja Ahli Penyusunan Peraturan Zonasi, bertujuan untuk memberikan pengakuan terhadap profesi Ahli Penyusunan Peraturan Zonasi yang secara faktual ada dan diperlukan oleh masyarakat. Secara khusus Standar Kompetensi Kerja Nasional ini diharapkan dapat memenuhi keperluan bagi: 1. Lembaga/Institusi Pendidikan dan Pelatihan Kerja: Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan (diklat), pengembangan kurikulum dan penyusunan modul. 2. Pasar Kerja dan Dunia Usaha/Industri serta Pengguna Tenaga Kerja: a. membantu dalam proses rekrutmen tenaga kerja, b. membantu penilaian unjuk kerja, c. membantu pembuatan uraian jabatan pekerjaan/keahlian tenaga kerja, d. membantu pengembangan program pelatihan kerja spesifik berdasarkan kebutuhan spesifik pasar kerja dan dunia usaha/industri. 3. Lembaga/Institusi Penyelenggara uji dan sertifikasi kompetensi: a. menjadi acuan dalam merumuskan paket-paket program sertifikasi dan kompetensi (Skema Sertifikasi) sesuai dengan level atau jenjang kualifikasi sertifikasi kompetensi, b. menjadi acuan penyelenggaraan kelembagaan dari lembaga sertifikasi. C. Pengertian SKKNI 1. Kompetensi Kerja Kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. 2. Konsep SKKNI Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang selanjutnya disebut SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian, sikap kerja yang sesuai dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3

7 D. Penggunaan SKKNI Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang telah disusun dan telah mendapatkan pengakuan oleh para pemangku kepentingan akan dirasa bermanfaat apabila telah terimplementasi secara konsisten. Standar Kompetensi Kerja digunakan sebagai acuan untuk: 1. menyusun uraian pekerjaan. 2. menyusun dan mengembangkan program pelatihan dan sumber daya manusia. 3. menilai unjuk kerja seseorang. 4. sertifikasi kompetensi/profesi di tempat kerja. Dengan dikuasainya kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan maka seseorang mampu: 1. mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan. 2. mengorganisasikan agar pekerjaan dapat dilaksanakan. 3. menentukan langkah apa yang harus dilakukan pada saat terjadi sesuatu yang berbeda dengan rencana semula. 4. menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah atau melaksanakan tugas dengan kondisi yang berbeda. E. Format Standar Kompetensi Pengembangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Jasa Konstruksi mengacu kepada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: PER.21/MEN/X/2007 tentang Tata Cara Penetapan SKKNI dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 14/PRT/M/2009 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Bakuan Kompetensi Sektor Jasa Konstruksi. 1. Struktur Standar Kompetensi Standar Kompetensi suatu Bidang Keahlian distrukturkan dengan bentuk seperti di bawah ini (bentuk ini diterapkan secara luas di dunia internasional): 4

8 STRUKTUR STANDAR KOMPETENSI STANDAR KOMPETENSI Terbentuk atas sejumlah unit kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tertentu UNIT KOMPETESI Merupakan uraian fungsi dan tugas atau pekerjaan yang mendukung tercapainya standar kompetensi, setiap unit kompetensi memiliki sejumlah elemen-kompetensi ELEMEN KOMPETENSI Merupakan sejumlah fungsi tugas atau pekerjaan yang mendukung ketercapaian unit kompetensi dan merupakan aktivitas yang dapat diamati KRITERIA UNJUK KERJA Merupakan pernyataan sejauh mana elemen kompetensi yang dipersyaratkan tersebut terukur berdasarkan pada tingkat yang diinginkan BATASAN VARIABEL Pernyataan-pernyataan kondisi atau konteks dimana kriteria unjuk Kerja tersebut diaplikasikan PANDUAN PENILAIAN Pernyataan-pernyataan kondisi atau konteks sebagai acuan dalam melaksanakan penilaian KOMPETENSI KUNCI Merupakan persyaratan kemampuan yang harus dimiliki untuk mencapai unjuk kerja yang dipersyaratkan dalam pelaksanaan tugas pada unit kompetensi yang terdistribusi dalam 7 (tujuh) kriteria kompetensi kunci 5

9 KUALIFIKASI KOMPETENSI KUNCI 2. Skema Pengembangan Standar Kompetensi Skema pengembangan standar kompetensi dapat digambarkan sebagaimana diperlihatkan pada diagram dibawah ini: DETAIL SKEMA PENGEMBANGAN STANDAR KOMPETENSI 1. BIDANG KEAHLIAN ATAU PEKERJAAN 2. UNIT-UNIT KOMPETENSI 3. ELEMEN KOMPETENSI 4. KRITERIA UNJUK KERJA 5. BATASAN VARIABEL 6. PANDUAN PENILAIAN PANDUAN PENILAIAN 3. Format Standar kompetensi Kode Judul Unit Deskripsi Unit : Kode unit diisi dan ditetapkan dengan mengacu pada format kodifikasi SKKNI : Mendefinisikan tugas/pekerjaan suatu unit kompetensi yang menggambarkan sebagian atau keseluruhan standar kompetensi. : Menyebutkan Judul Unit yang mendeskripsikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam mencapai standar kompetensi. 6

10 Elemen Kompetensi : Mengidentifikasi tugas-tugas yang harus dikerjakan untuk mencapai kompetensi berupa pernyataan yang menunjukkan komponen-komponen pendukung unit kompetensi sasaran apa yang harus dicapai. Kriteria Unjuk Kerja Batasan Variabel Panduan Penilaian : Menggambarkan kegiatan yang harus dikerjakan untuk memperagakan Kerja kompetensi di setiap elemen, apa yang harus dikerjakan pada waktu menilai dan apakah syaratsyarat dari elemen dipenuhi. : Ruang lingkup, situasi dan kondisi dimana kriteria unjuk kerja diterapkan. Mendefinisikan situasi dari unit dan memberikan informasi lebih jauh tentang tingkat otonomi perlengkapan dan materi yang mungkin digunakan dan mengacu pada syarat-syarat yang ditetapkan, termasuk peraturan dan produk atau jasa yang dihasilkan. : Membantu menginterpretasikan dan menilai unit dengan mengkhususkan Penilaian petunjuk nyata yang perlu dikumpulkan, untuk memperagakan kompetensi sesuai tingkat keterampilan yang digambarkan dalam kriteria unjuk kerja, yang meliputi: Pengetahuan dan keterampilan yang yang dibutuhkan untuk seseorang dinyatakan kompeten pada tingkatan tertentu. Ruang lingkup pengujian menyatakan dimana, bagaimana dan dengan metode apa pengujian seharusnya dilakukan. Aspek penting dari pengujian menyebutkan hal-hal pokok dari pengujian dan kunci pokok yang perlu dilihat pada waktu pengujian. Kompetensi kunci : Keterampilan umum yang diperlukan agar kriteria unjuk kerja tercapai pada tingkatan kinerja yang dipersyaratkan untuk peran/ fungsi pada suatu pekerjaan. Kompetensi kunci meliputi: 1. mengumpulkan, menganalisis dan mengorganisasikan informasi 2. mengkomunikasikan informasi dan ide-ide 3. merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 7

11 F. Gradasi Kompetensi Kunci KOMPETENSI KUNCI 1. Mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisir informasi 2. Mengkomunikasikan ide dan informasi 3. Merencanakan dan mengorganisir kegiatan 4. Bekerjasama dengan orang lain & kelompok 5. Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 4. bekerja dengan orang lain dan kelompok 5. menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 6. memecahkan masalah 7. menggunakan teknologi. TINGKAT 1 TINGKAT 2 TINGKAT 3 Melakukan Kegiatan Mengelola Kegiatan Mengevaluasi dan Memodifikasi Proses Mengakses dan merekam dari satu sumber Pengaturan sederhana yang telah lazim/familier Di bawah pengawasan atau supervisi Kegiatan-kegiatan yang sudah dipahami/ aktivas rutin Tugas-tugas yang sederhana dan telah ditetapkan 6. Memecahkan masalah Rutin di bawah pengawasan 7. Menggunakan teknologi Membuat kembali/ memproduksi/ memberikan jasa/ yang berulang pada tingkat dasar Mengakses, memilih & merekam lebih dari satu sumber Berisi hal yang komplek Dengan bimbingan/ panduan Membantu merumuskan tujuan Memilih ide dan teknik yang tepat untuk tugas yang komplek Rutin dan dilakukan sendiri berdasarkan pada panduan Mengkonstruksi, mengorganisir atau menjalankan produk atau jasa Mengakses, mengevaluasi mengorganisir berbagai sumber Mengakses, mengevaluasi dan mengkomunikasik an nilai/perubahan dari berbagai sumber Inisiasi mandiri dan mengevaluasi kegiatan komplek dan cara mandiri Berkolaborasi dalam melakukan kegiatan-kegiatan komplek Berkolaborasi dalam menyelesaikan tugas yang komplek Problem/masalah yang komplek dengan menggunakan pendekatan yang sistimatis, serta mampu mengatasi problemnya Merancang, menggabungkan atau memodifikasi produk atau jasa 8

12 H. TIM PENYUSUN STANDAR KOMPETENSI Tim penyusun RSKKNI Ahli Penyusunan Peraturan Zonasi terdiri dari: NO. NAMA JABATAN DALAM DINAS/LEMBAGA JABATAN DALAM PANITIA/TIM a. PANITIA TEKNIS / TIM PENANGGUNG JAWAB/ PENGARAH 1. Dr. Ir. Andreas Suhono, M.Sc Ka. Pusbin KPK Pengarah b. TIM NARASUMBER SKKNI 1. Dr. Ir. Azrar Hadi PT. Blantickindo Aneka Ketua 2. Ahmad Gamal, S.Ars, M.Si, MUP PT. Blantickindo Aneka Anggota 3. Dr. Ir. Petrus Natalivan. MT ITB Anggota 4. Dr. Ir. Denny Zulkaidi. MUP ITB Anggota 5. Ir. Ismail Zubir, M.Sc. Praktisi Anggota c. TIM TEKNIS / TIM PENYUSUN SKKNI 1 Aca Ditamihardja, ME 2 Ir. Ati Nurzamiati Hazar Zubir, MT Kabid. Kompetensi Keterampilan Konstruksi KaSub.Bid. Bakuan Kompetensi Manajemen Teknik Ketua Sekretaris 3 Ronny Adriandi, ST, MT Staf Anggota 4 Masayu Dian, ST, MT Staf Anggota 5 Ir. Esti Adriani Staf Anggota 6 Dra. Farida Tindage Staf Anggota 7 Ir. Djoko Soegiono, M Eng Sc Staf Anggota 8 Reddy S Staf Sekretariat Tim 9 Frengky Apriadi, A.Md Staf Sekretariat Tim d. PESERTA WORKSHOP 1 1 Dr. Ir. Azrar Hadi PT. Blantickindo Aneka Ketua 2 Ahmad Gamal, S.Ars, M.Si, MUP PT. Blantickindo Aneka Peserta 3 Ir. Teguh Utomo Atmoko, MURP Praktisi Peserta 4 Nathalia Marthaleta Praktisi Peserta 9

13 NO. NAMA JABATAN DALAM DINAS/LEMBAGA JABATAN DALAM PANITIA/TIM 5 Deliana Konsultan Peserta 6 Bambang S Pusbin KPK Peserta 7 Muhammad Nanang Prayudyanto Ahli GIS Peserta 8 Fikri Yudiarta, ST Praktisi Peserta 9 Taufik Hidayat Pusbin KPK Peserta 10 Nur Abdi Tany, ST PT. Binasiamindo Kh Peserta 11 Prof. Dr. Ir. Abimanyu T Alamsyah UI Peserta e. PESERTA WORKSHOP 2 1 Dr. Ir. Azrar Hadi PT. Blantickindo Aneka Ketua 2 Ahmad Gamal, S.Ars, M.Si, MUP PT. Blantickindo Aneka Peserta 3 Teguh Utomo Atmoko Praktisi Peserta 4 Dani Muttaqin, ST IAP Peserta 5 Hendricus Andi S, ST, M.Si IAP Peserta 6 Briliantina, S.Si, M.Si Praktisi Peserta 7 Dr. Ir. Petrus Natalivan. MT ITB Peserta 8 Ir. Alim Abd Salam IAP Peserta 9 Frieda Fidia, ST, MURP Konsultan Bappenas Peserta 10 Nathalia Marthaleta Praktisi Peserta 11 Wendi Priambodo,ST LPJKN Peserta 12 Murni Perawati, ST KPP-UI Peserta 13 Rais Kandar, ST IAP Peserta 14 Sandra Wirayanti Praktisi Peserta 15 Nur Abdi Tany, ST PT. Binasiamindo Kh Peserta f. PESERTA PRA KONVENSI 1 Dr. Ir. Azrar Hadi PT. Blantickindo Aneka Ketua 2 Ahmad Gamal, S.Ars, M.Si, MUP PT. Blantickindo Aneka Peserta 3 Dr. Petrus N. Indradjati,ST, MT PWK - ITB Peserta 4 Ir. Ismail Zuber, M.Sc Praktisi Peserta 10

14 NO. NAMA JABATAN DALAM DINAS/LEMBAGA JABATAN DALAM PANITIA/TIM 5 Nur Abdi Tany, ST PT. Binasiamindo Kh Peserta 6 Dani Muttaqin, ST IAP Peserta 7 Hendricus A. Simarmata, ST, M.Si IAP Peserta 8 Wendi Priambodo, ST LPJKN Peserta 9 Lilis S. Waluyo, S.Si Praktisi Peserta 10 Intan Kencana Dewi, ST, MA PT. DSI Makmur Peserta 11 Briliantina Dwi M, S.Si, M.Si Praktisi Peserta 12 M. Raimi Said, ST IAP Peserta g. PESERTA KONVENSI 1 Ahmad Gamal, S.Ars, M.Si, MUP PT. Blantickindo Aneka Ketua 2 Ir. Ismail Zuber, M.Sc Praktisi Peserta 3 Dr. Petrus N. Indradjati,ST, MT PWK - ITB Peserta 4 Dr. Ir. Azrar Hadi PT. Blantickindo Aneka Peserta 5 Abimanyu T. Alamsyah FT. UI Peserta 6 Ir. Suardi Bahar, MT PT. Wika Peserta 7 Djoko Sugiono Praktisi Peserta 8 Raka Suryandaru IAP Peserta 9 Rais Kandar IAP Peserta 10 Denny Zulkaidi SAPPK-ITB Peserta 11 Briliantina Praktisi Peserta 11

15 BAB II STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR KONSTRUKSI A. Standar Kompetensi mengacu Jenjang Kualifikasi/Jabatan Kerja A.1. Latar Belakang Diperlukannya SKKNI Ahli Penyusunan Peraturan Zonasi Dalam sistem Rencana Tata Ruang Wilayah, Peraturan Zonasi merupakan pengaturan lebih lanjut untuk pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam pola pemanfaatan ruang suatu wilayah. Peraturan Zonasi dapat menjadi rujukan untuk menyusun Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK), dan sangat bermanfaat untuk melengkapi aturan pembangunan pada penetapan penggunaan ruang yang ditetapkan dalam RDTRK. Peraturan Zonasi juga merupakan rujukan untuk penyusunan rencana yang lebih rinci dari RDTRK, seperti Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) atau rencana teknis lainnya. Peraturan Zonasi telah banyak digunakan di negara maju dan berguna untuk melengkapi aturan pemanfaatan ruang untuk RDTRK yang telah ditetapkan. Kaitan Peraturan Zonasi dengan berbagai rencana tata ruang tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. berikut ini Rencana Tata Rruang Wilayah (RTRW) Kota/Kabupaten dan Ketentuan Umum Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Peraturan Zonasi Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) atau rencana teknis lainnya Gambar 1 Kaitan Antara Rencana Tata Ruang dengan Peraturan Zonasi Peraturan Zonasi merupakan instrumen yang sangat penting dalam proses pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Ini bisa terjadi karena walaupun umumnya Peraturan Zonasi memiliki tingkat ketelitian yang sama dengan RDTRK, namun ia mengatur lebih rinci dan lebih lengkap ketentuan pemanfaatan ruang dengan tetap 12

16 mengacu kepada RTRW Kota yang ada. Hal ini disebabkan karena RDTRK dan Peraturan Zonasi di Indonesia memiliki perbedaan peran dan fungsi. Peran RDTRK adalah menjadi salah satu jenjang rencana tata ruang kota dengan skala 1:5000 sementara Peraturan Zonasi berperan sebagai salah satu perangkat pengendalian pemanfaatan ruang yang berisi ketentuan-ketentuan teknis dan administratif pemanfaatan ruang dan pengembangan tapak. Karena merupakan perangkat pengendalian pemanfaatan ruang, Peraturan Zonasi adalah peraturan yang menjadi rujukan perijinan, pengawasan dan penertiban dalam pengendalian pemanfaatan ruang, yang merujuk pada rencana tata ruang wilayah yang umumnya telah menetapkan fungsi, intensitas, ketentuan tata massa bangunan, sarana dan prasarana minimum pendukung kegiatan pada persil atau blok. Peraturan Zonasi juga menjadi landasan untuk manajemen lahan dan pengembangan tapak. Secara skematis kedudukan Peraturan Zonasi dalam sistem penataan ruang kota di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini: PERENCANAAN PEMANFAATAN PENGENDALIAN Struktur dan Pola Ruang Intensitas Tata Massa Bangunan Sarana dan Prasarana Indikasi Program Manajemen Lahan (Kawasan) Land Development (persil, blok, sektor) Peraturan Perundangundangan tentang Pertanahan Peraturan, Perijinan, Pengawasan, Penertiban, Kelembagaan Peraturan Zonasi: Peraturan dan Peta Kelembagaan dan Administrasi Gambar 2. Kedudukan Peraturan Zonasi dalam Sistem Penataan Ruang Kota Sebagai sebuah perangkat pengendalian, Peraturan Zonasi pada prinsipnya mencakup aturan-aturan mengenai: 1. Penggunaan ruang dan bangunan (penggunaan utama, penggunaan pelengkap, penggunaan bersyarat, penggunaan dengan pengecualian khusus atau penggunaan yang dilarang) 2. Intensitas pemanfaatan ruang atau kepadatan pembangunan (Koefisien Dasar 13

17 Bangunan, Koefisien Lantai Bangunan, Koefisien Dasar Hijau serta Koefisien Tapak Basement) 3. Tata massa bangunan (tinggi bangunan, garis sempadan bangunan, jarak antarbangunan, luas minimum persil, dll) 4. Prasarana minimum pendukung kegiatan pada persil atau blok serta standarstandarnya 5. Pengendalian dampak kegiatan (eksternalitas negatif, insentif dan disinsentif, perizinan, pengawasan, penertiban), dan 6. Administrasi (kelembagaan, prosedur, dan penetapan peraturan-peraturan daerah) Penyusunan standar kompetensi keahlian untuk penyusunan peraturan zonasi menjadi krusial karena pekerjaan standar kompetensi yang ada hanya mengakomodasi keahlian untuk kompetensi perencanaan. Sementara itu, penyusunan Peraturan Zonasi membutuhkan keahlian yang lebih spesifik dengan substansi pengendalian dalam ruang lingkup pekerjaan penataan ruang kota dan wilayah. A.2. Praktek Penyusunan Peraturan Zonasi di Negara Lain Negara yang menerapkan sistem regulatory seperti sistem yang akan berlaku di Indonesia, antara lain adalah Amerika Serikat dan Singapura. Peraturan zoning di negara ini menjadi dasar praktek pengendalian penggunaan lahan dan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintahan di tingkat lokal. Di Amerika, Peraturan Zonasi disebut Zoning Ordinance dan terdiri dari peraturan penggunaan lahan, persyaratan teknis serta peta zoning yang disusun dan disahkan oleh badan legislatif tingkat lokal dengan rekomendasi dari komisi perencanaan dan/atau komisi zoning. Badan legislatif dan komisi ini bertugas untuk memastikan bahwa peraturan zoning yang disusun tidak berlawanan dengan rencana pembangunan daerah atau rencana pembangunan negara bagian. Dokumen perencanaan dalam hal ini tidak bersifat harga mati, tetapi merupakan dokumen rujukan sehingga dalam penyusunan peraturan zonasi masih diijinkan penyimpangan dalam jumlah wajar terhadap rencana pembangunan. Peraturan zonasi di beberapa negara diterapkan dan ditetapkan pada tingkat yang berbeda-beda. Sebagian negara maju menerapkan Peraturan Zonasi pada tingkat kota atau kabupaten (municipalities and counties di Amerika Serikat, town and country di Inggris), hampir sama seperti di Indonesia, sementara sebagian negara-negara Eropa seperti Jerman dan Perancis menerapkan Peraturan Zonasi sebagai turunan dari Peraturan Nasional / Federal (National / Federal Codes). Di Australia, Peraturan Zonasi ditetapkan pada tingkat Negara Bagian (State). 14

18 Beberapa contoh di bawah ini menjabarkan perbedaan tingkatan penerapan Peraturan Zonasi di kawasan-kawasan yang berbeda di beberapa belahan dunia, terutama di Asia Selatan, dan kompetensi apa saja yang dipersyaratkan bagi seseorang yang bertugas dalam penyusunan peraturan zonasi: Negara Australia Institusi Perencana Setiap Negara Bagian (State) atau Kawasan Khusus (Territory) memiliki kewenangan penyusunan. Hukum yang berkaitan Zoning Rules yang ditetapkan masing-masing State atau Territory Kompetensi yang Dipersyaratkan bagi Penyusun Peraturan Zonasi Pengetahuan tentang: o keragaman populasi o pengembangan perencanaan dalam berbagai konteks o kemampuan analisis data dan pemetaan, pengetahuan tentang metode kuantitatif, pemetaan spasial, perangkat lunak pekerjaan produksi yang relevan, sistem informasi geografis (SIG) dan teknik manajemen proyek. o manajemen risiko dan aplikasi mereka untuk perencanaan masalah. o Pemerintahan, hukum, rencana pelaksanaan dan administrasi Kemampuan untuk: o membuat pilihan tepat dalam situasi ambigu didasarkan pada pengetahuan tentang aspek sosial, ekonomi, lingkungan dan budaya o bekerja secara produktif sebagai individu atau dalam tim. o menyelesaikan konflik dengan negosiasi. o menerapkan dan mengembangkan pengetahuan perencanaan o menerapkan ketrampilan perencanaan teoritis dan teknis untuk keadaan yang muncul. o berkomunikasi dalam bentuk tertulis, lisan, dan grafis. o Membuat rencana, alokasi, penggunaan dan manajemen tanah, dan desain 15

19 Negara Malaysia Singapura Filipina Brunei Darussalam Kamboja Institusi Perencana Ministry of Housing and Local Government Urban Redevelopment Authority, Ministry of National Development National Economic and Development Authority Ministry of Development Ministry of Land Management, Urban Planning and Construction Hukum yang berkaitan Town and Country Planning Act (1976), Town Planners Act (1995) Planning Act Cap 232 Republic Act 7160 Town and Country Planning (Development Control) Act (1972) Law on Country Planning, Urbanization and Construction (1994) Thailand Ministry of Interior City Planning Act (1975) Vietnam Ministry of Construction and Ministry of Planning and Investment Land Law, Construction Law, Planning Decree Kompetensi yang Dipersyaratkan bagi Penyusun Peraturan Zonasi o o o Kemampuan merumuskan layanan yang efisien dan penyediaan lapangan kerja Kemampuan menyusun sistem pemeliharaan untuk tempat-tempat umum, drainase dan slauran air limbah, pasar dan krematorium, pemeliharaan jalan dan lampu jalan, lansekap, kesehatan masyarakat dan sanitasi. Kemampuan melakukan perencanaan, pembangunan dan kontrol, fungsi manajemen (bangunan kontrol, perecanaan penggunaan lahan, pengembangan, pembuatan kawasan industri, dll) Kemampuan untuk menentukan: o tanah mana berpenduduk padat o memaksimalkan penggunaan tanah secara efisien namun nyaman dan melayani orang sebanyak mungkin untuk fungsi tertentu, seperti perumahan atau untuk tujuan komersial dengan bangunan tinggi dan padat. o Melakukan pengendalian infrastruktur, pelestarian lingkungan, ruang yang cukup untuk resapan air dan lahan militer Belum terdapat dokumen yang menjabarkan standar kompetensi terkait Belum terdapat dokumen yang menjabarkan standar kompetensi terkait Belum terdapat dokumen yang menjabarkan standar kompetensi terkait Belum terdapat dokumen yang menjabarkan standar kompetensi terkait Belum terdapat dokumen yang menjabarkan standar kompetensi terkait 16

20 B. Kodifikasi Standar kompetensi Kodifikasi unit kompetensi dan kualifikasi pada SKKNI Jasa Konstruksi pada dokumen ini, berdasar pada Permenakertrans Nomor PER.21/MEN/X/2007. Kodifikasi setiap unit kompetensi mengacu pada format kodefikasi SKKNI sebagai berikut: X X X X X (1) (2) (3) (4) (5) SEKTOR SUB SEKTOR KELOMPOK UNIT KOMPETENSI NOMOR UNIT VERSI SEKTOR SUB SEKTOR KELOMPOK UNIT KOMPETENSI NOMOR URUT UNIT KOMPETENSI VERSI UNIT KOMPETENSI : Diisi dengan singkatan 3 huruf dari nama sektor. Untuk Sektor Konstruksi disingkat dengan F45 : Diisi dengan singkatan 2 huruf dari sub sektor. Jika tak ada sub sektor, diisi dengan huruf OO. Untuk Sub Sektor Peraturan Zonasi disingkat PZ : Diisi dengan 2 digit angka yaitu: 00 : Jika tidak ada grup. 01 : Identifikasi Kompetensi Umum yang diperlukan untuk dapat bekerja pada sektor. 02 : Identifikasi Kompetensi Inti yang diperlukan untuk mengerjakan tugas tugas inti pada sektor tertentu. 03 : Identifikasi Kompetensi Kekhususan/spesialisasi yang diperlukan untuk mengerjakan tugas-tugas spesifik pada sektor tertentu. : Diisi dengan nomor urut unit kompetensi dengan menggunakan 3 digit KOMPETENSI angka, mulai dari 001, 002, 003 dan seterusnya. : Diisi dengan nomor urut versi menggunakan 2 digit angka, mulai dari KOMPETENSI 01, 02, 03 dan seterusnya. C. Kualifikasi Jabatan Kerja Analisis kompetensi merupakan langkah utama untuk penyusunan Standar Kompetensi Kerja secara mekanis dipersiapkan untuk pegangan atau tolok ukur penilaian kapasitas kemampuan untuk menduduki jabatan kerja Ahli Penyusunan Peraturan Zonasi. Jabatan kerja dimaksud harus jelas dan pasti posisinya dalam klasifikasi dan kualifikasinya. Jabatan Kerja Ahli Penyusunan Peraturan Zonasi seringkali berada di dalam struktur organisasi perusahaan konsultan di mana perannya merupakan tenaga ahli yang melakukan fasilitasi dan koordinasi terhadap proses kerja intelektual tenaga ahli lainnya 17

21 yang mencakup, tetapi tidak terbatas pada: praktisi geographic information system (GIS), ahli perencanaan kota dan ahli hukum. Bentuk dan susunan organisasi perusahaan konsultan di lapangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan lapangan, akan tetapi skala proyek yang menjadi tanggung jawab perencanaan peraturan zonasi di Indonesia hanya pada pada tingkat kota atau kabupaten. Ahli Penyusunan Peraturan Zonasi adalah seorang ahli yang mengorganisasikan seluruh sumber daya manusia dalam bidang-bidang keahlian lain untuk melakukan kegiatan penyusunan peraturan zonasi. Secara organisasi, hal ini dapat ditunjukkan dalam bagan berikut: Dinas Teknis yang terkait dengan Tata Ruang tingkat Kabupaten/Kota Bappeda tingkat Kabupaten/Kota Manajer Proyek Ahli Penyusunan Peraturan Zonasi Ahli Hukum Ahli-ahli Bidang Terkait sebagai Pendukung Keterangan: Garis Koordinasi Garis Komando Gambar 3. Kedudukan Ahli Penyusunan Peraturan Zonasi dalam Kerangka Poyek Walaupun skala penyusunan peraturan zonasi berada pada tingkat kota atau kabupaten, tidak berarti aktifitas ini lebih sederhana dibandingkan dengan penyusunan penataan ruang pada tingkat nasional. Sebaliknya, tingkat kompleksitas yang dihadapi menjadi lebih besar karena penyusun peraturan berhadapan dengan skala yang jauh lebih besar dan penyusunan penataan ruang tidak lagi berada pada tataran normatif seperti pada penyusunan penataan ruang di tingkat nasional. Oleh karena itu, skala pekerjaan yang tunggal namun menuntut keahlian yang sangat tinggi ini membuat pekerjaan penyusunan peraturan zonasi hanya dapat dilakukan oleh seseorang dengan kualifikasi setingkat Ahli Utama. Dengan demikian, RSKKNI ini 18

22 disusun dengan mengacu pada sebuah kualifikasi tunggal, yaitu Ahli Penyusunan Peraturan Zonasi. Seorang Ahli Penyusunan Peraturan Zonasi bertugas untuk: a. Menyusun perangkat pengendalian pembangunan. Peraturan zonasi yang lengkap memuat prosedur pelaksanaan pembangunan sampai tata cara penertibannya. b. Menyusun pedoman penyusunan rencana operasional. Peraturan Zonasi dapat menjadi jembatan dalam penyusunan rencana tata ruang yang bersifat operasional, karena memuat ketentuan-ketentuan tentang penjabaran rencana yang bersifat makro ke dalam rencana yang bersifat sub makro sampai pada rencana yang rinci. c. Menyusun panduan teknis pengembangan tapak/pemanfaatan ruang. Peraturan Zonasi mencakup panduan teknis untuk pengembangan/pemanfaatan tapak yang mencakup penggunaan ruang, intensitas pembangunan, tata massa bangunan, prasarana minimum, dan standar perencanaan. D. Jabatan Kerja 1. Nama Jabatan Kerja : Ahli Penyusunan Peraturan Zonasi (Zoning Regulator) 2. Kode Jabatan : F45.PZ. 3. Uraian Jabatan : Ahli Penyusunan Peraturan Zonasi bertugas merumuskan dokumen Peraturan Zonasi, sebuah perangkat aturan pada skala blok untuk melengkapi aturan dalam pelaksanaan Rencana Detail Tata Ruang Kota agar lebih operasional dengan tujuan utama pengendalian pemanfaatan ruang. 4. Persyaratan Jabatan Memenuhi seluruh persyaratan berikut ini a. Pendidikan Minimal : Lulusan S1/S2/S3 pada program studi Perencanaan Wilayah dan Kota yang terakreditasi b. Pengalaman Kerja : c. Kesehatan : d. Sertifikat : Berpengalaman sebagai praktisi minimal 6 (enam) tahun di dalam bidang perencanaan tata ruang wilayah dan kota serta pengendalian pemanfaatan ruang pada level kota dan zona non perkotaan Sehat fisik dan mental, yang dapat dibuktikan dengan surat keterangan dokter 1. Telah memiliki sertifikat Ahli Madya Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota 2. Lulus ujian Sertifikasi Keahlian Penyusunan Peraturan Zonasi yang diselenggarakan oleh Asosiasi Profesi yang terkait dengan penataan ruang dan diakui oleh 19

23 Pemerintah. e. Lain-lain : Mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar E. Daftar Unit Kompetensi Kompetensi Kerja Ahli Penyusunan Peraturan Zonasi terdiri dari: No Kode Unit Judul Unit Kompetensi I KELOMPOK KOMPETENSI UMUM 1. F45.PZ Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3L) II KELOMPOK KOMPETENSI INTI 1. F45.PZ Mempersiapkan Referensi yang Relevan dengan Kegiatan Penyusunan Peraturan Zonasi 2. F45.PZ Menganalisis Informasi yang Relevan dengan Kegiatan Penyusunan Peraturan Zonasi 3. F45.PZ Merumuskan Dokumen Teknis Peraturan Zonasi 4. F45.PZ Merumuskan Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Zonasi 5. F45.PZ Melakukan Pendampingan Penyusunan Naskah Akademis dan Naskah Raperda 6. F45.PZ Membuat Laporan III - - KELOMPOK KOMPETENSI KHUSUS 20

24 F. Uraian Unit-unit Kompetensi Uraian unit kompetensi tergambarkan sebagai berikut: KODE UNIT : F45.PZ JUDUL UNIT : Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3L) DESKRIPSI UNIT : ELEMEN KOMPETENSI 1. Mengidentifikasi ketentuan SMK3L 2. Melakukan antisipasi terhadap potensi kecelakaan kerja Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan untuk menerapkan Sistem Manajemen, Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3L). KRITERIA UNJUK KERJA 1.1 Peraturan-peraturan yang terkait SMK3L dikompilasi dengan lengkap 1.2 Peraturan-peraturan yang terkait SMK3L diuraikan dengan cermat 1.3 Hasil uraian peraturan SMK3L yang berhubungan dengan penyusunan peraturan zonasi dirumuskan dengan tepat 2.1 Potensi kecelakaan kerja yang mungkin terjadi terkait kegiatan survei lapangan diidentifikasi 2.2 Tindakan pencegahan terhadap potensi kecelakaan kerja dirumuskan. 2.3 Daftar simak potensi kecelakaan dan tindakan pencegahan dibuat dengan jelas 3. Melaksanakan SMK3L 3.1 Kebutuhan jenis Alat Pelindung Diri (APD) dan perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) diidentifikasi 3.2 APD dan perlengkapan P3K diperiksa kelengkapannya sesuai dengan kebutuhan. 3.3 Penggunaan APD dan perlengkapan P3K diawasi sesuai ketentuan BATASAN VARIABEL 1. Konteks variabel 1.1 Kompetensi ini diterapkan dalam satuan kerja individu atau berkelompok. 1.2 Unit ini berlaku dalam lingkup kegiatan identifikasi ketentuan SMK3L, antisipasi potensi kecelakaan kerja, dan pelaksanaan SMK3L. 1.3 Seluruh pelaku penyusunan peraturan zonasi yang berada di bawah kendali Ahli Penyusunan Peraturan Zonasi mempunyai kompetensi keahlian atau keterampilan untuk bidang tugas masing-masing sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undan-undang Jasa Konstruksi 21

25 2. Perlengkapan yang diperlukan 2.1 Peralatan: Daftar simak potensi kecelakaan dan pencegahan APD Perlengkapan P3K 2.2 Bahan dan fasilitas: - 3. Tugas yang harus dilakukan 3.1 Mengidentifikasi ketentuan SMK3L 3.2 Melakukan antisipasi terhadap potensi kecelakaan kerja 3.3 Melaksanakan SMK3L 4. Peraturan-peraturan yang diperlukan 4.1 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja 4.2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per 05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3L). 4.3 Atau peraturan dan perundang-undangan penggantinya PANDUAN PENILAIAN 1. Penjelasan prosedur penilaian Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya dan unit-unit kompetensi yang terkait: 1.1 Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya, meliputi : Unit kompetensi yang terkait, meliputi : F45.PZ Mempersiapkan Referensi yang Relevan dengan Kegiatan Penyusunan Peraturan Zonasi F45.PZ Menganalisis Informasi yang Relevan dengan Kegiatan Penyusunan Peraturan Zonasi F45.PZ Merumuskan Dokumen Teknis Peraturan Zonasi F45.PZ Menyusun Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Zonasi F45.PZ Melakukan Pendampingan Penyusunan Naskah Akademis dan Naskah Raperda F45.PZ Mempersiapkan Laporan Kegiatan Penyusunan Peraturan Zonasi. 22

26 2. Kondisi Pengujian Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau di luar tempat kerja secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja normal dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar. Metode uji yang digunakan antara lain: 2.1 Tes tertulis 2.2 Tes lisan (wawancara) 2.3 Praktek/simulasi 3. Pengetahuan yang diperlukan 3.1. Pengetahuan tentang SMK3L 3.2. Pengetahuan tentang P3K 4. Keterampilan yang dibutuhkan 4.1 Mengumpulkan informasi mengenai peraturan SMK3L 4.2 Menerapkan peraturan yang terkait pada SMK3L pada pelaksanaan pekerjaan 4.3 Menghindari potensi kecelakaan yang sudah terdeteksi 4.4 Menggunakan obat-obatan P3K. 5. Aspek Kritis 5.1 Kecermatan dalam menginventarisasi dan mengidentifikasi potensi kecelakaan kerja yang mungkin terjadi pada kegiatan survei lapangan 5.2 Ketelitian dalam mengondisikan tim kerja agar selalu berhati-hati untuk mengantisipasi potensi kecelakaan kerja 5.3 Kecermatan dalam memberikan pembinaan SMK3L, agar kelompok kerja menguasai penggunaan APD dan dapat melakukan P3K. KOMPETENSI KUNCI NO. KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT INI TINGKAT 1. Mengumpulkan, mengorganisasikan dan menganalisis informasi 2 2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide 2 3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 1 4. Bekerjasama dengan orang lain dan dalam kelompok 2 5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 1 6. Memecahkan masalah 1 7. Menggunakan teknologi 1 23

27 KODE UNIT : F45.PZ JUDUL UNIT : Mempersiapkan Referensi yang Relevan dengan Kegiatan Penyusunan Peraturan Zonasi DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang diperlukan dalam mempersiapkan referensi yang relevan dengan kegiatan penyusunan Peraturan Zonasi. ELEMEN KOMPETENSI 1. Mempersiapkan dokumen rujukan pada tingkat kabupaten/kota 2. Mempersiapkan peta kerja untuk kabupaten/kota 3. Menyusun zona-zona dasar berdasarkan rujukan yang berlaku 4. Mempersiapkan daftar kegiatan pada zona yang akan diatur KRITERIA UNJUK KERJA 1.1 Peraturan-peraturan terkait tata ruang dan peraturanperaturan sektoral dan produk perencanaan yang ditetapkan diidentifikasi dengan tepat. 1.2 Data rujukan dirangkum dengan baik. 1.3 Dokumen kertas kerja (working paper) tentang data rujukan disusun dengan teliti. 2.1 Peta eksisting yang relevan dikumpulkan dengan cermat. 2.2 Kebutuhan yang tidak terpenuhi oleh peta eksisting diidentifikasi dengan tepat. 2.3 Peta kerja dibuat dengan skala sesuai ketentuan. 3.1 Fungsi dan karakteristik kabupaten/kota diidentifikasi dengan tepat 3.2 Zona-zona utama dan zona-zona spesifik disusun berdasarkan fungsi dan karakteristik kota 3.3 Jenis-jenis penggunaan/peruntukan dan jenis-jenis perpetakan ditentukan mengacu kepada zona-zona spesifik 4.1 Daftar kegiatan dikumpulkan berdasarkan kajian literatur, peraturan perundangan, dan perbandingan berbagai contoh peraturan zonasi lain yang sudah disusun 4.2 Kegiatan yang sudah berkembang, kegiatan spesifik, dan kegiatan prospektif di daerah diinventarisasi dengan teliti. 4.3 Daftar kegiatan disusun di atas peta kerja yang telah dibuat BATASAN VARIABEL 1. Konteks Variabel 1.1 Kompetensi ini diterapkan dalam satuan kerja individu. 1.2 Unit ini berlaku dalam lingkup kegiatan mempersiapkan referensi yang relevan dengan kegiatan penyusunan peraturan zonasi, mencakup kegiatan mempersiapkan dokumen rujukan, mempersiapkan peta kerja, menyusun zona- 24

28 zona dasar berdasarkan rujukan yang berlaku, dan mempersiapkan daftar kegiatan pada zona yang akan diatur. 2. Perlengkapan yang diperlukan 2.1 Peralatan: Komputer Printer Internet Kerangka Acuan Kerja (KAK) 2.2 Bahan dan fasilitas: Data awal zona yang ditetapkan Peta Dasar Dokumen Peraturan Perundang-undangan dan NSPK pendukung 3. Tugas yang harus dilakukan 3.1 Mempersiapkan dokumen rujukan pada tingkat kabupaten/kota 3.2 Mempersiapkan peta kerja untuk kabupaten/kota 3.3 Menyusun zona-zona dasar berdasarkan rujukan yang berlaku 3.4 Mempersiapkan daftar kegiatan pada zona yang akan diatur 4. Peraturan-peraturan yang diperlukan 4.1 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, 4.2 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, 4.3 Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, 4.4 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 11/PRT/M/2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota Beserta Rencana Rincinya, 4.5 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, 4.6 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 17/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota, 4.7 Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) tahun Konsep Dasar Panduan Penyusunan Peraturan Zonasi Wilayah Perkotaan tahun 25

29 Peraturan perundang-undangan sektoral terkait 4.10 Atau peraturan dan perundang-undangan penggantinya PANDUAN PENILAIAN 1. Penjelasan prosedur penilaian Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya dan unit-unit kompetensi yang terkait: 1.1 Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya, meliputi : Tidak ada 1.2 Unit kompetensi yang terkait, meliputi: F45.PZ Mempersiapkan Referensi yang Relevan dengan Kegiatan Penyusunan Peraturan Zonasi 2. Kondisi Pengujian Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi dan dilaksanakan dengan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau di luar tempat kerja secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja normal dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar. Metode uji yang digunakan antara lain: 1.1 ujian tertulis 1.2 ujian lisan 1.3 ujian praktek/simulasi 3. Pengetahuan yang dibutuhkan 3.1 Pengetahuan mengenai peraturan-peraturan terkait tata ruang dan peraturanperaturan sektoral 3.2 Pengetahuan mengenai ketentuan teknis peta zonasi 3.3 Pengetahuan mengenai kegiatan-kegiatan yang sudah berkembang, kegiatan spesifik, dan kegiatan prospektif di daerah yang ditentukan. 4. Keterampilan yang dibutuhkan 4.1 Menyeleksi data sesuai dengan kebutuhan pengaturan, 4.2 Membuat peta kerja pada skala minimum 1: Menyusun daftar kegiatan di atas peta kerja yang telah dipersiapkan. 26

30 5. Aspek Kritis 5.1 Ketepatan dalam menggunakan kajian literatur, peraturan perundangan, dan contoh peraturan zonasi lain yang sudah disusun 5.2 Kecermatan dalam menginventarisasi dan menyeleksi data awal. 5.3 Ketelitian dalam menerapkan skala peta yang disusun KOMPETENSI KUNCI NO KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT INI TINGKAT 1. Mengumpulkan, menganalisis dan mengorganisasikan informasi 3 2. Mengkomunikasikan informasi dan gagasan 2 3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 3 4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 2 5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 2 6. Memecahkan masalah 2 7. Menggunakan teknologi 2 27

31 KODE UNIT : F45.PZ JUDUL UNIT : Menganalisis Informasi yang Relevan dengan Kegiatan Penyusunan Peraturan Zonasi DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan dalam menganalisis informasi yang relevan dengan kegiatan penyusunan peraturan zonasi agar informasi bersifat konstruktif. ELEMEN KOMPETENSI 1. Menganalisis jenis, tingkat, dan konsekuensi dampak kegiatan KRITERIA UNJUK KERJA 1.1 Kegiatan-kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak diidentifikasi dengan tepat 1.2 Dampak-dampak ekonomi, sosial, lingkungan dan lalu lintas dari kegiatan diinventarisasi dengan teliti. 1.3 Kategori tingkat gangguan dan kategori tingkat perubahan gangguan diidentifikasi dengan tepat 1.4 Biaya yang ditimbulkan akibat dampak kegiatan dihitung dengan cermat. 2. Mengkaji kesesuaian daya dukung lahan dengan pengembangan kegiatan 2.1 Ketersediaan lahan (land availability) dan kapasitas lahan (land capacity) diidentifikasi berdasarkan daftar kegiatan yang telah disusun 2.2 Prasyarat ketersediaan infrastruktur untuk setiap kegiatan diidentifikasi dengan tepat. 2.3 Tingkat kesesuaian antara kegiatan dengan daya dukung lahan diperiksa dengan cermat. 3. Mengkaji kegiatan dalam zona 3.1 Kegiatan-kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak dipetakan berdasarkan tingkat gangguan 3.2 Tingkat persesuaian (conformity) kegiatan dalam zona ditentukan berdasarkan kegiatan yang sudah dipetakan 3.3 Tingkat keserasian (compatibility) antara kegiatan dengan klasifikasi zona diperiksa dengan cermat. 4. Merumuskan penanganan kegiatankegiatan yang tidak sesuai (incompatible atau noncorformity) dengan karakteristik zona 4.1 Tingkat keserasian (compatibility) kegiatan ditentukan berdasarkan jenis, tingkat dan konsekuensi dampak. 4.2 Kegiatan-kegiatan dikelompokkan dalam kriteria bebas, bersyarat, terbatas dan dilarang sama sekali berdasarkan tingkat kesesuaian/kompatibilitas. 4.3 Penanganan kegiatan yang bersyarat, terbatas dan dilarang, dirumuskan dengan cermat. 28

32 BATASAN VARIABEL 1. Konteks Variabel 1.1 Unit ini diterapkan sebagai kompetensi perseorangan dan sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan menganalisis informasi yang relevan dengan kegiatan penyusunan peraturan zonasi. 1.2 Secara garis besar, ada tiga rangkaian kegiatan yang harus dilakukan, yaitu menganalisis jenis, tingkat, dan konsekuensi dampak kegiatan; mengkaji kompatibilitas antar-zona; dan merumuskan penanganan kegiatan-kegiatan yang tidak kompatibel dengan karakteristik zona 2. Perlengkapan yang diperlukan 2.1 Peralatan: Media pengolahan data (komputer) Media pencetakan (printer) Media akses data (internet) 2.2 Bahan dan fasilitas: Daftar Kegiatan Peta Kerja Dokumen Peraturan Perundang-undangan dan NSPK pendukung 3. Tugas yang harus dilakukan 3.1 Menganalisis jenis, tingkat, dan konsekuensi dampak kegiatan 3.2 Mengkaji kesesuaian daya dukung lahan dengan pengembangan kegiatan 3.3 Mengkaji kegiatan dalam zona 3.4 Merumuskan penanganan kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai (incompatible atau noncorformity) dengan karakteristik zona 4. Peraturan-peraturan yang diperlukan 4.1 Undang-Undang tentang Penataan Ruang, 4.2 Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, 4.3 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota Beserta Rencana Rinciannya, 4.4 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, 4.5 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota, 29

33 4.6 Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) tahun Konsep Dasar Panduan Penyusunan Peraturan Zonasi Wilayah Perkotaan tahun Peraturan perundang-undangan sektoral terkait 4.9 Atau peraturan dan perundangan penggantinya PANDUAN PENILAIAN 1. Penjelasan prosedur penilaian Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya dan unit-unit kompetensi yang terkait: 1.1 Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya, meliputi : F45.PZ Mempersiapkan Referensi yang Relevan dengan Kegiatan Penyusunan Peraturan Zonasi 1.2 Unit kompetensi yang terkait, meliputi: F45.PZ Merumuskan Dokumen Teknis Peraturan Zonasi 2. Kondisi Pengujian Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi dan dilaksanakan dengan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau di luar tempat kerja secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja normal dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar. Metode uji yang digunakan antara lain: 1.1 ujian tertulis 1.2 ujian lisan (wawancara) 3. Pengetahuan yang dibutuhkan 3.1 Pengetahuan tentang jenis-jenis dampak ekonomi, sosial dan lalu lintas, serta kategori tingkat gangguan dan perubahannya dalam kegiatan tersebut. 3.2 Pengetahuan tentang kriteria kompatibilitas antara kegiatan dengan daya dukung zona seperti ketersediaan ruang dan infrastruktur 3.3 Pengetahuan mengenai teknik-teknik penanganan kegiatan-kegiatan yang tidak kompatibel dengan karakteristik zona 4. Keterampilan yang dibutuhkan 4.1 Menganalisis jenis, tingkat, dan konsekuensi dampak kegiatan dengan cermat 4.2 Mengkaji keserasian kegiatan dalam zona dengan cermat 4.3 Menghitung biaya yang ditimbulkan akibat dampak kegiatan 30

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 380 TAHUN 2013 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 380 TAHUN 2013 TENTANG LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 380 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI JASA PROFESIONAL ILMIAH DAN TEKNIS

Lebih terperinci

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI)

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) Judul Pelatihan : AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI (ZONING REGULATOR) Sub Sektor/ Bidang Pekerjaan : Penataan Ruang Sub Bidang Pekerjaan : Pengendalian Pemanfaatan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177 TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177 TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI JASA PROFESIONAL, ILMIAH DAN TEKNIS GOLONGAN POKOK

Lebih terperinci

NOMOR 82 TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

NOMOR 82 TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI JASA PROFESIONAL, ILMIAH, DAN TEKNIS GOLONGAN POKOK

Lebih terperinci

PERSIAPAN REFERENSI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU KERJA

PERSIAPAN REFERENSI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU KERJA MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI PERSIAPAN REFERENSI DALAM PENYUSUNAN

Lebih terperinci

ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU KERJA

ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU KERJA MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 207 TAHUN 2013 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 207 TAHUN 2013 TENTANG LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 207 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI JASA PROFESIONAL, ILMIAH DAN TEKNIS

Lebih terperinci

NOMOR 113 TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

NOMOR 113 TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI JASA PROFESIONAL, ILMIAH DAN TEKNIS GOLONGAN POKOK

Lebih terperinci

AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI

AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI DEPARTEMEN P BADAN PEMBINAAN KONSTRU PUSAT PEMBINAAN KOMPETEN PEMBUATAN LAPORAN BUKU PENILAIAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN

Lebih terperinci

PERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

PERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI PERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

QUALITY ASSURANCE ENGINEER

QUALITY ASSURANCE ENGINEER Nomor Registrasi... RSKKNI - 4 RSKKNI RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA QUALITY ASSURANCE ENGINEER B A D A N P E M B I N A A N K O N S T R U K S I K E M E N T E R I AN P E K E R J A

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL

Lebih terperinci

LAMPIRAN NOMOR 81 TAHUN 2015 TENTANG BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN NOMOR 81 TAHUN 2015 TENTANG BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI KONSTRUKSI GOLONGAN POKOK KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 379 TAHUN 2013 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 379 TAHUN 2013 TENTANG LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 379 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI KONSTRUKSI GOLONGAN POKOK KONSTRUKSI

Lebih terperinci

LAMPIRAN NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI KONSTRUKSI GOLONGAN POKOK KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

Lebih terperinci

MANAJER TEKNIK PEMBANGUNAN JALAN REL (TECHNICAL MANAGER OF RAILROAD CONSTRUCTION)

MANAJER TEKNIK PEMBANGUNAN JALAN REL (TECHNICAL MANAGER OF RAILROAD CONSTRUCTION) Nomor Registrasi.... SKKNI STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA MANAJER TEKNIK PEMBANGUNAN JALAN REL (TECHNICAL MANAGER OF RAILROAD CONSTRUCTION) B A D A N P E M B I N A A N K O N S T R U K S I

Lebih terperinci

NOMOR 215 TAHUN 2016 TENTANG BAB I PENDAHULUAN

NOMOR 215 TAHUN 2016 TENTANG BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI JASA PROFESIONAL, ILMIAH DAN TEKNIS GOLONGAN POKOK

Lebih terperinci

Draft Konvensi RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA BEKERJA PADA KETINGGIAN

Draft Konvensi RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA BEKERJA PADA KETINGGIAN Draft Konvensi RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA BEKERJA PADA KETINGGIAN Pusat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sekretariat Jenderal Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI 2010

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.364, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Standar. Kompetensi. Kerja. Nasional. Indonesia. Pencabutan.

BERITA NEGARA. No.364, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Standar. Kompetensi. Kerja. Nasional. Indonesia. Pencabutan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.364, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Standar. Kompetensi. Kerja. Nasional. Indonesia. Pencabutan. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

TENTANG BAB I PENDAHULUAN

TENTANG BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 324 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI KONSTRUKSI GOLONGAN POKOK KONSTRUKSI

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 371 TAHUN 2013 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 371 TAHUN 2013 TENTANG LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 371 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI KONSTRUKSI GOLONGAN POKOK KONSTRUKSI

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG BAB I PENDAHULUAN

NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI JASA PROFESIONAL, ILMIAH DAN TEKNIS GOLONGAN POKOK

Lebih terperinci

NOMOR 203 TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

NOMOR 203 TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 203 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI JASA PROFESIONAL, ILMIAH DAN TEKNIS GOLONGAN POKOK

Lebih terperinci

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

LAMPIRAN NOMOR 88 TAHUN 2015 TENTANG BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN NOMOR 88 TAHUN 2015 TENTANG BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI JASA PROFESIONAL, ILMIAH DAN TEKNIS GOLONGAN POKOK

Lebih terperinci

PERSIAPAN REFERENSI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

PERSIAPAN REFERENSI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI PERSIAPAN REFERENSI DALAM PENYUSUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008 TENTANG PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM DENGAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 345 TAHUN 2013 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 345 TAHUN 2013 TENTANG LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 345 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN SAMPAH

Lebih terperinci

NOMOR 159 TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

NOMOR 159 TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 159 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI JASA PROFESIONAL, ILMIAH DAN TEKNIS GOLONGAN POKOK

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 376 TAHUN 2013 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 376 TAHUN 2013 TENTANG LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 376 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI JASA PROFESIONAL, ILMIAH DAN TEKNIS

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN THANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA DAN THANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.21/MEN/X/2007 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN THANSMIGRASI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 42 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA 1.1 LATAR BELAKANG Proses perkembangan suatu kota ataupun wilayah merupakan implikasi dari dinamika kegiatan sosial ekonomi penduduk setempat, serta adanya pengaruh dari luar (eksternal) dari daerah sekitar.

Lebih terperinci

BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI

BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI KEPUTUSAN NO : KEP- 008/BNSP/XII/2005 TENTANG Pedoman BNSP 101-2005 Pelaksanaan Pembakuan SKKNI Menimbang : a. bahwa pelaksanaan Pasal 16 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

MANAJER LOGISTIK PROYEK

MANAJER LOGISTIK PROYEK Nomor Registrasi SKKNI STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA MANAJER LOGISTIK PROYEK (PROJECT LOGISTICS MANAGER) B A D A N P E M B I N A A N K O N S T R U K S I K E M E N T E R I AN P E K E R J A

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI PERSIAPAN REFERENSI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI PERSIAPAN REFERENSI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI PERSIAPAN REFERENSI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU PENILAIAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

MANAJER ALAT BERAT (HEAVY EQUIPMENT MANAGER)

MANAJER ALAT BERAT (HEAVY EQUIPMENT MANAGER) Nomor Registrasi RSKKNI 5 RSKKNI RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA MANAJER ALAT BERAT (HEAVY EQUIPMENT MANAGER) B A D A N P E M B I N A A N K O N S T R U K S I K E M E N T E R I AN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI KONSTRUKSI GOLONGAN POKOK KONSTRUKSI GEDUNG PADA

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 334 TAHUN 2013 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 334 TAHUN 2013 TENTANG LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 334 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI KONSTRUKSI GOLONGAN POKOK KONSTRUKSI

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 333 TAHUN 2013 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 333 TAHUN 2013 TENTANG LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 333 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI JASA PROFESIONAL, ILMIAH DAN TEKNIS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/IX/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/IX/2009 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/IX/2009 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KERJA BAGI CALON TENAGA

Lebih terperinci

LAMPIRAN NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI KONSTRUKSI GOLONGAN POKOK KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

Lebih terperinci

TENAGA*"#ffiff**r*"*o'

TENAGA*#ffiff**r**o' TENAGA*"#ffiff**r*"*o' REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEp. ]ta / MEN/ rx /2009 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2010 SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG SERTIFIKASI KOMPETENSI PENYUSUN DOKUMEN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP DAN PERSYARATAN LEMBAGA PELATIHAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI

PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI DRAFT VERIFIKASI Nomor Registrasi.. RSKKNI RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA! PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI 2011 KATA PENGANTAR Dalam rangka penyiapan tenaga profesional

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/IX/2009 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KERJA BAGI CALON TENAGA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR :PER.21/MEN/X/2007. TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR :PER.21/MEN/X/2007. TENTANG PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR :PER.21/MEN/X/2007. TENTANG TATA CARA PENETAPAN STANDARD KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA. MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI AHLI KESELAMATAN JALAN

SKEMA SERTIFIKASI AHLI KESELAMATAN JALAN 1. Justifikasi 1.1 Tuntutan persyaratan kompetensi Tenaga kerja untuk pekerjaan perencana, pengawas dan pelaksana jasa konstruksi harus bersertifikat keahlian kerja dan atau keterampilan kerja (UU No.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA DAN CIPTA KARYA

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA DAN CIPTA KARYA BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA DAN CIPTA KARYA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAGELANG

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAGELANG BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAGELANG 1. 2.1. Profil Singkat Badan Pusat Statistik Kota Magelang BPSadalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI Teks tidak dalam format asli. Kembali LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer. Kode Modul F45.QAE

DAFTAR ISI. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer. Kode Modul F45.QAE DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA, BANGUNAN DAN PEMUKIMAN KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.21/MEN/X/2007 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STANDARD KOMPETENSI KERJA

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 329 TAHUN 2013 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 329 TAHUN 2013 TENTANG LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 329 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN SAMPAH

Lebih terperinci

TENTANG BAB I PENDAHULUAN

TENTANG BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 206 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI KONSTRUKSI GOLONGAN POKOK KONSTRUKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengendalian pembangunan merupakan upaya mengatur kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Pengendalian pembangunan merupakan upaya mengatur kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian pembangunan merupakan upaya mengatur kegiatan pembangunan yang meliputi pelaksanaan kegiatan pendirian bangunan, perekayasaaan, pertambangan maupun kegiatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN PROSES PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK DAN NASKAH RAPERDA KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU KERJA

PENDAMPINGAN PROSES PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK DAN NASKAH RAPERDA KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU KERJA MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI PENDAMPINGAN PROSES PENYUSUNAN NASKAH

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.4, 2014 EKONOMI. Pembangunan. Perindustrian. Perencanaan. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

LAMPIRAN NOMOR 87 TAHUN 2015 TENTANG BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN NOMOR 87 TAHUN 2015 TENTANG BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI KONSTRUKSI GOLONGAN POKOK KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI AHLI TEKNIK TEROWONGAN

SKEMA SERTIFIKASI AHLI TEKNIK TEROWONGAN 1. Justifikasi 1.1 Tuntutan persyaratan kompetensi Tenaga kerja untuk pekerjaan perencana, pengawas dan pelaksana jasa konstruksi harus bersertifikat keahlian kerja dan atau keterampilan kerja (UU No.

Lebih terperinci

Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota

Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman,

Lebih terperinci

ESTIMATOR BIAYA JALAN

ESTIMATOR BIAYA JALAN Nomor Registrasi...... SKKNI STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) B A D A N P E M B I N A A N K O N S T R U K S I K E M E N T E R I AN P E

Lebih terperinci

TENAGAKER.fffillo r*"*r,

TENAGAKER.fffillo r**r, TENAGAKER.fffillo r*"*r, REPTJBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.?t2o IMEN/ rx 12009 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05 /PRT/M/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05 /PRT/M/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05 /PRT/M/2015 TENTANG PEDOMAN UMUM IMPLEMENTASI KONSTRUKSI BERKELANJUTAN PADA PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 375 TAHUN 2013 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 375 TAHUN 2013 TENTANG LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 375 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI KONSTRUKSI GOLONGAN POKOK KONSTRUKSI

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT)

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1032, 2017 KEMEN-ESDM. Standardisasi Kompetensi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG STANDARDISASI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci

PROFIL LULUSAN & CAPAIAN PEMBELAJARAN

PROFIL LULUSAN & CAPAIAN PEMBELAJARAN PROFIL LULUSAN & CAPAIAN PEMBELAJARAN JENJANG : D IV PROGRAM STUDI : TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN KODE : 626050504010 (STATUS DI LAMAN KKNI : CP RANCANG, DES 2015) A. VISI: Menjadi program studi

Lebih terperinci

1. Pasal 3, Prinsip dasar pelatihan kerja adalah, huruf (b) berbasis pada kompetensi kerja.

1. Pasal 3, Prinsip dasar pelatihan kerja adalah, huruf (b) berbasis pada kompetensi kerja. LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 338 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN SAMPAH

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2013 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2013 TENTANG LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI KONSTRUKSI GOLONGAN POKOK KONSTRUKSI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN KOMPETENSI DALAM PENYUSUNAN DOKUMEN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP DAN PERSYARATAN LEMBAGA PELATIHAN

Lebih terperinci

TENAGA KERfffi lloonr*.*.,

TENAGA KERfffi lloonr*.*., TENAGA KERfffi lloonr*.*., REPIJBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 325 /MEN/ rx /2009 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

PETUGAS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) KONSTRUKSI ( SAFETY OFFICER )

PETUGAS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) KONSTRUKSI ( SAFETY OFFICER ) Nomor Registrasi RSKKNI - 3 RSKKNI RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA PETUGAS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) KONSTRUKSI ( SAFETY OFFICER ) BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. /MEN/ /2011 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. /MEN/ /2011 TENTANG LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. /MEN/ /2011 TENTANG PENETAPAN RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR KONSTRUKSI BIDANG SIPIL

Lebih terperinci

PENYUSUNAN STANDAR TEKNIS

PENYUSUNAN STANDAR TEKNIS PENYUSUNAN STANDAR TEKNIS JENIS STANDAR Jenis Standar Standar Preskriptif Standar Kinerja Standar Kuantitatif Standar Desain Standar Subyektif Standar Kualitatif JENIS STANDAR Standar Preskriptif Standar

Lebih terperinci

BAB I PENJELASAN UMUM STANDAR KOMPETENSI PROGRAMER KOMPUTER

BAB I PENJELASAN UMUM STANDAR KOMPETENSI PROGRAMER KOMPUTER BAB I PENJELASAN UMUM STANDAR KOMPETENSI PROGRAMER KOMPUTER 1.1 Rasional Perjanjian ASEAN Free Trade Area (AFTA) telah satu tahun diberlakukan. Era Globalisasi dalam perdagangan bebas Asia Tenggara telah

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KESRA. Tenaga Kesehatan. Penyelenggaraan. Pengadaan. Pendayagunaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298) I. UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kode Modul F45.QAE Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer

DAFTAR ISI. Kode Modul F45.QAE Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 308 TAHUN 2013 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 308 TAHUN 2013 TENTANG LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 308 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI KONSTRUKSI GOLONGAN POKOK KONSTRUKSI

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 387 TAHUN 2013 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 387 TAHUN 2013 TENTANG LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 387 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI JASA PROFESIONAL, ILMIAH, DAN TEKNIS

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer. Kode Modul F45.QAE

DAFTAR ISI. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer. Kode Modul F45.QAE DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6 Panduan

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 388 TAHUN 2013 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 388 TAHUN 2013 TENTANG LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 388 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI KONSTRUKSI GOLONGAN POKOK KONSTRUKSI

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk

Lebih terperinci