BAB I PENDAHULUAN. Pengendalian pembangunan merupakan upaya mengatur kegiatan
|
|
- Suryadi Atmadja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian pembangunan merupakan upaya mengatur kegiatan pembangunan yang meliputi pelaksanaan kegiatan pendirian bangunan, perekayasaaan, pertambangan maupun kegiatan serupa lainnya pada, di bawah maupun di atas tanah, dan atau mengadakan perubahan penggunaan pada bangunan atau lahan tertentu. Pembangunan tersebut perlu diatur karena ada saatnya ketika kondisi yang dibutuhkan dalam mengalokasikan sumberdaya melalui mekanisme pasar tidak efisien, sehingga dibutuhkan kewenangan pemerintah dalam penentuan kebijakan untuk mengatur ranah publik dan privat dalam rangka melaksanakan manajemen lahan perkotaan. Adapun bentuk pengelolaan tanah yang dilakukan pemerintah meliputi perencanaan, jaringan infrastruktur, dan fungsi pengaturan untuk tujuan melakukan perluasan kota dalam memberikan kerangka fisik dan hukum setiap proyek pembangunan yang dilakukan oleh pihak swasta maupun masyarakat (Nurmandi, 2014: 145). Penegasan dalam perangkat peraturan perundangan mengenai penataan ruang, bahwa pelaksanaan pembangunan baik di tingkat pusat maupun daerah harus sesuai dengan rencana tata ruang yang ditetapkan. Pelanggaran ataupun penyimpangan yang terjadi dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti teknik operasional, administrasi atau politis, mekanisme pasar, hingga kurangnya perhatian terhadap rencana tata ruang, sehingga menimbulkan dampak 1
2 2 ketidakadilan alokasi ruang, ekternalitas negatif, inefisiensi sistem perkotaan, dan lain sebagainya. Dalam pengendalian pembangunan, pemerintah berkewajiban untuk mewujudkan keadilan, mengurangi konflik dan dampak negatif pemanfaatan ruang serta menjamin berlangsungnya pembangunan kota yang efisien, efektif serta sesuai dengan fungsi kota dan konsisten dengan rencana tata ruang. Selain itu, pemerintah juga mempunyai kewajiban untuk menjalankan fungsi pengendalian pemanfaatan ruang disamping pelaksana pembangunan sekaligus memfasilitasi peran serta masarakat dalam melaksanakan pembangunan dalam rangka perwujudan pemanfaatan ruang. Pengendalian pembangunan merupakan kegiatan yang berorientasi pada kepentingan umum, yang dapat berjalan dengan adanya efektifitas supremasi hukum dan good governance, yang berperan dalam menentukan pembangunan di masa yang akan datang. Dalam pemanfaatan ruang, prinsip good governance dapat terejawantahkan melalui peran dan fungsi setiap pemangku kepentingan dalam proses pemanfaatan ruang, yang ditentukan oleh praktek-praktek yang mendekatkan antara peraturan dan implementasi di lapangan (Argo, 2004). 1 Pentingnya penerapan good governance 2 sebagai salah satu tolok ukur peran pemerintah dalam konteks pengendalian pembangunan dalam rangka mewujudkan pemanfaatan ruang adalah untuk menciptakan sistem kelembagaan 1 (Khublall dan Yuen, 1991) menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara perencanaan dan pengendalian pembangunan dimana, perencanaan bertujuan untuk mengatur alokasi guna lahan dalam rangka mencapai tujuan perencanaan, sementara pengendalian pembangunan merupakan pelaksanaan atau implementasi yang menjadi tugas perencanaan. 2 Equitari dan Maryandi (2004) dalam Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol. 15 No. 1, menyebutkan bahwa penataan ruang sebagai salah satu bentuk pengelolaan kepentingan publik dituntut untuk memenuhi prinsip good governance.
3 3 dan ketatalaksanaan pemerintahan yang bersih, efisien, efektis, transparan, profesional dan akuntabel, meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik serta terjaminnya konsistensi dan kepastian hukum dalam pelaksanaan implementasi peraturan perundangan. Hal ini dikarenakan di dalam nilai-nilai penataan ruang terdapat nilai-nilai good governance yang digunakan seperti partisipatif, daya tanggap, efisiensi dan efektivitas yang secara normatif diatur dalam peraturan perundangan. Pembangunan yang sistematis sangat penting dan dibutuhkan untuk mencapai keberlanjutan kota dengan mempedomani rencana tata ruang, zonasi, dan pengkavlingan lahan sebagai teknik perencaanan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Itulah sebabnya mengapa good governance menjadi salah satu aset penting dalam pembangunan kota (Aluko, 2011). Sebagai salah satu teknik instrumen preventif dalam pengendalian pembangunan lahan (development control), selain zonasi dan pemberian izin bangunan, Advice Planning 3 merupakan salah satu bentuk penerapan subdivision control/regulation 4 atau pengendalian pengkavlingan lahan yang bertujuan untuk mengatur perkembangan pembangunan perumahan, dengan aturan dan seperangkat persyaratan yang mengatur tentang bagaimana properti dibangun dengan mengikuti layout jaringan jalan, utilitas, drainase dan kebutuhan prasarana 3 Advice Planning dalam regulasi di Kota DKI Jakarta, diterjemahkan sebagai Keterangan Rencana Kota yang menjadi syarat dalam proses pengurusan IMB. Opini 13 januari 2014 pada jakarta.kompasiana.com/layanan-publik/2014/01/13/menelisik-praktik-pengurusan-advice-planning-dki html diakses tanggal 24 Juni (Scnider, 2013) dalam Land subdivision : A practical Guide for centre Texas menyebutkan bahwa proses pembangunan lahan dibagi menjadi tiga komponen utama yaitu zoning dan/atau hak guna lahan, subdivision regulation atau pengkavlingan lahan, dan izin pembangunan konstruksi, seperti pembangunan tapak, bangunan, dan lain sebagainya.
4 4 lainnya dengan peran pemerintah yang dominan dan sebagai kunci dalam memberikan kerangka pembangunan. Berbeda dengan zonasi yang mempunyai tujuan dan prinsip untuk mengatur jenis peruntukan lahan, subdivision regulation atau pengendalian pengkavlingan lahan lebih berfokus pada bagaimana lahan tersebut dibangun (Coon, 2013: 4). Pembangunan perumahan merupakan salah satu kegiatan pemanfaatan ruang yang membutuhkan alokasi lahan dan ruang yang luas, dan harus memenuhi persyaratan lingkungan yang dilengkapi dengan fasilitas umum dan sosial yang layak, serta merupakan salah satu komponen pembentuk pola ruang kota. Apabila suatu kawasan perumahan yang luas tidak dilengkapi dengan persyaratan minimal lingkungannya, maka kawasan perumahan tersebut akan terlihat kumuh dan menimbulkan dampak eksternalitas negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, kedudukan Advice Planning yang berfungsi sebagai pengendali implementasi pembangunan perumahan melalui pengaturan tata guna lahan dan arahan pemanfaatan ruang berada diantara serangkaian perangkat perizinan pemanfaatan ruang yang terkait dengan pelaksanaan pembangunan yang terdiri dari izin prinsip, izin lokasi, dan izin mendirikan bangunan (IMB). Di beberapa daerah, Advice Planning sebagai tahapan proses perolehan informasi mengenai ketentuan teknis ruang dan zonasi kawasan ini dikenal dengan istilah yang berbeda-beda. 5 Advice Planning berisikan infomasi dan arahan yang diperlukan untuk memastikan bahwa rencana pembangunan perumahan telah mengatur 5 Istilah Advice Planning di Kota DKI Jakarta sejajar dengan Fatwa Planologi di Kota Batam, dan diidentikkan dengan RTBL. Fatwa planologi merupakan ketentuan-ketentuan yang digunakan sebagai petunjuk perencanaan tapak atau pengarahan/advice terhadap rencana tapak, yang kedudukannya berada diantara rangkaian proses perizinan yang ada yaitu izin penetapan lokasi, fatwa planologi, ijin pematangan lahan dan izin mendirikan bangunan. Prasetyo, Gunawan Artikel Permohonan Fatwa Planologi. pada http: //nesless.blogspot.com /2008/03/permohonan-fatwa-planologi.html diakses tanggal 22 Juni 2014.
5 5 penyediaan infrastruktur dan pelayanan dasar lainnya melalui proses persetujuan pemerintah. Secara normatif, Advice Planning atau Keterangan Rencana Kota sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung memberikan arahan tentang fungsi bangunan, Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Hijau (KDH), garis sempadan bangunan, jaringan utilitas kota dan keterangan lainnya, sebagai salah satu prasyarat dalam memperoleh izin mendirikan bangunan (IMB). Sebagai suatu instrumen pengendalian pembangunan, penerbitan Advice Planning (AP) di Kota Payakumbuh telah dilaksanakan sejak tahun 2008 berdasarkan Peraturan Walikota No. 8 Tahun 2008 tentang Retribusi Advice Planning dan kemudian disesuaikan kembali dengan Perda Kota Payakumbuh No. 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), yang mengatur ketentuan teknis dan zonasi untuk seluruh bentuk kegiatan pembangunan lahan baik yang dilakukan oleh individu, masyarakat maupun pihak swasta. Pengendalian pembangunan sebagai salah satu hal yang dikelola oleh pemerintah seharusnya mengaplikasikan prinsip good governance baik dalam kegiatan perencanaan maupun implementasinya. Selain itu, pentingnya pemahaman good governance oleh pemerintah dalam pemberian pelayanan publik dapat menentukan kualitas perencanaan dan menciptakan suatu mekanisme yang dapat bekerja dengan baik. Akan tetapi dalam implementasinya, sebagai salah satu bentuk arahan pemanfaatan ruang untuk pembangunan perumahan yang
6 6 diterbitkan berdasarkan rencana tata ruang, Advice Planning mengalami berbagai permasalahan. Oleh karena itu, penelitian ini akan melakukan eksaminasi dan pengkajian terutama yang berkaitan dengan implementasi pemanfaatan ruang melalui instrumen Advice Planning sebagai pengendalian pembangunan dan penerapan prinsip-prinsip good governance di dalamnya. Diduga teori implementasi good governance dapat menjelaskan penyebab rendahnya tingkat implementasi Advice Planning sebagai alat pengendalian pembangunan di Kota Payakumbuh. Pengkajian pelaksanaan pengendalian pembangunan lahan tersebut apakah telah mengakomodir prinsip good governance dalam proses pelaksanaannya yang pada akhirnya bertujuan untuk mewujudkan keberlanjutan pemerintahan kota dan keberlanjutan kota itu sendiri yang dinilai dari sisi pengembang sebagai target group atau sasaran dalam pengendalian pembangunan perumahan dan pemerintah sebagai pelaksana. 1.2 Rumusan Masalah Peningkatan jumlah pembangunan perumahan di Kota Payakumbuh dari tahun dengan jumlah keseluruhan sebesar 72 pengembangan perumahan berimplikasi pada adanya desakan kebutuhan pengendalian dalam pembangunannya. Pembangunan lahan perumahan yang terjadi di Kota Payakumbuh dilakukan dengan berbagai cara diantaranya melalui konversi lahan pertanian dan/atau lahan kosong menjadi lahan yang akan digunakan untuk pengembangan perumahan perkotaan. Adapun luasan pengembangan perumahan yang ada di Kota Payakumbuh berkisar antara 0,5 1,5 Ha (Dinas Tata Ruang
7 7 dan Kebersihan, 2014). Menurut Winarso (2000) pengembang skala kecil atau smaal foot holder developer mempunyai karakteristik dengan luas lahan kurang dari 5 Ha dan/atau dengan pembangunan perumahan dengan jumlah rumah antara unit dalam jangka waktu 3 bulan. Pengendalian pembangunan perumahan melalui pengaturan pengkavlingan di Kota Payakumbuh dilaksanakan melalui mekanisme penerbitan Advice Planning, yang secara teoritis diatur dalam subdivision control/regulation yaitu pengaturan mengenai pembagian kavling tanah serta pengalokasian lahan untuk pembangunan ruang terbuka serta jaringan utilitas. Pengaturan ini berfungsi agar pembangunan perumahan memenuhi standar pembangunan seperti mempunyai aksesibilitas berupa jaringan jalan, pencegahan terhadap masalah lingkungan, serta penyediaan ruang terbuka hijau sesuai syarat pembangunan perumahan 6, sehingga lahan perkotaan dapat termanfaatkan secara efisien dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup perkotaan oleh pelaku pembangunan sekaligus mewujudkan keterkaitan dan keserasian fungsi kawasan dengan wilayah kota. Praktek pengendalian pengkavlingan di negara maju seperti Amerika, mempunyai perangkat pengaturan yang jelas dan sistematis yang disertai dengan pengenaan sanksi yang tegas, melalui mekanisme intervensi pemerintah berupa komisi perencanaan yang dominan dalam pengambilan keputusan serta menentukan standar-standar kualitas pengkavlingan perumahan dengan tujuan 6 SNI tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
8 8 untuk mengatur perumahan formal 7 yang efisien, teratur dan disertai dengan ketersediaan infrastruktur perkotaan yang saling terintegrasi sekaligus merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh pengembang perumahan sebelum kavling atau persil perumahan tersebut dijual. Pemerintah berperan untuk membangun perangkat pengendalian pembangunan lahan beserta peraturannya untuk mengimplementasikan tujuan dan kebijakan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Akan tetapi, secara prakteknya terutama di negara berkembang dan termasuk Indonesia, muncul berbagai permasalahan seperti munculnya tipe pembangunan ribbon development (menyerupai pita) yang berdampak pada meningkatnya kebutuhan biaya dalam pembangunan infrastruktur fisik kota, seperti jalan, drainase, dan sebagainya (Nurmandi, 2014). Dalam implementasinya, pengendalian pembangunan perumahan formal skala kecil di Kota Payakumbuh yang secara peraturan telah diatur dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah dengan menggunakan pendekatan top-down yang menempatkan pemerintah sebagai pemegang peran utama dalam pelaksanaan pengendalian pembangunan ini tidak berjalan dengan efektif dan efisien, dan mengindikasikan munculnya beberapa permasalahan atau penyimpangan. Adapun permasalahan yang muncul yaitu seperti kecenderungan penyediaan fasilitas dan jaringan utiltas publik yang minim, pembangunan jaringan jalan yang tidak terintegrasi dengan jaringan jalan dan drainase kota, timbulnya lahan marginal, masalah limbah perumahan, kesemrawutan dan tidak teratur, dan terdapat beberapa pengembangan perumahan yang diatur dalam Advice Planning tidak 7 Perumahan formal adalah perumahan yang dibangun dengan suatu aturan yang jelas dan mempunyai pola yang teratur. Perumahan ini dibangun oleh pihak swasta dan pemerintah. (Kuswartojo, 2005 dalam Rachman, 2010)
9 9 menyediakan apa yang seharusnya menjadi hak masyarakat atau penghuni perumahan seperti ruang terbuka hijau maupun infrastruktur yang disyaratkan. Selain itu, terjadinya perubahan pada peruntukan pengkavlingan pada beberapa kawasan perumahan sebagaimana yang tertuang dalam peta Advice Planning yang telah disetujui seperti merubah peruntukan persil yang seharusnya dibangun sebagai prasarana lingkungan, utilitas umum, fasiltas umum atau fasilitas sosial ternyata telah dibangun ruko atau rumah pada saat perumahan tersebut telah terjual beberapa unit. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka penelitian ini akan dibatasi pada pengkajian hubungan antara good governance dalam pengendalian pembangunan yang ditentukan melalui penilaian stakeholder tentang pencapaian prinsip good governance dalam pembangunan kawasan perumahan yang ditentukan, seperti peraturan, norma dan prinsip yang dipraktekkan dalam institusi pemerintah dengan praktek yang mendekatkan antara peraturan dan kenyataan di lapangan melalui implementasi Advice Planning sebagai instrumen pengendalian pembangunan. Adapun perumusan masalah penelitian yaitu seberapa besar tingkat implementasi Advice Planning yang terjadi dalam praktek pelaksanaan pengendalian pembangunan serta bagaimana pengaruh pencapaian prinsip good governance dalam implementasi Advice Planning tersebut. 1.3 Pertanyaan Penelitian Adapun pertanyaan penelitian yang ada pada penelitian ini adalah : 1. Seberapa besar tingkat implementasi Advice Planning di Kota Payakumbuh?
10 10 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi implementasi Advice Planning dalam pengendalian pembangunan di Kota Payakumbuh dilihat dari perspektif good governance? 1.4 Tujuan dan Sasaran Penelitian Tujuan dari penyusunan penelitian ini adalah untuk menilai tingkat implementasi Advice Planning di Kota Payakumbuh serta mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi implementasi Advice Planning tersebut. Adapun sasaran yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Teridentifikasinya kesesuaian pelaksanaan antara komponen ketentuan Advice Planning (AP) sebagai instrumen pengendalian pembangunan perumahan dengan praktek di lapangan. 2. Teridentifikasinya tingkat implementasi Advice Planning. 3. Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi AP dalam kerangka good governance. 4. Teridentifikasinya hubungan antar faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi AP. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini terbagi menjadi beberapa bagian, antara lain : 1. Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah penelitian ini adalah kawasan pengembangan perumahan formal yang dibangun oleh pengembang perumahan atau developer di Kota Payakumbuh. Berdasarkan data dari Dinas Tata Ruang
11 11 dan Kebersihan Kota Payakumbuh tahun 2014, terjadi pertambahan jumlah pengembang perumahan skala kecil di Kota Payakumbuh dengan jumlah keseluruhan adalah 72 perumahan yang dihitung dari tahun yang lokasinya tersebar di 5 (lima) kecamatan. Cukup besarnya pertambahan ini disebabkan karena Kota Payakumbuh merupakan salah satu kota di Propinsi Sumatera Barat yang sedang mengalami perkembangan dan menjadi daerah transit lintas propinsi Sumatera Barat dan Riau. Adapun persebaran lokasi perumahan di Kota Payakumbuh tersebut dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut ini, dimana perkembangan persebaran perumahan ini mengarah pada Kota Payakumbuh bagian Timur dan Barat. Peta Sebaran Lokasi Perumahan di Kota Payakumbuh Tahun 2013 Sumber : Dinas Tata Ruang dan Kebersihan Kota Payakumbuh, 2014 Gambar 1. 1 Peta Sebaran Lokasi Perumahan di Kota Payakumbuh Tahun 2013
12 12 2. Ruang Lingkup Substansial Ruang lingkup substansi merupakan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun teori yang digunakan fokus pada teori development control atau pengendalian pembangunan lahan yang salah satunya adalah instrumen subdivision regulation/control atau peraturan/pengendalian pengkavlingan lahan. Pada penelitian ini, bentuk subdivision regulation/control atau peraturan/pengendalian pengkavlingan lahan yang dipraktekkan pada wilayah penelitian adalah Advice Planning atau Keterangan Rencana Kota. Advice Planning atau Keterangan Rencana Kota merupakan salah satu alat pengendalian pembangunan yang diatur dalam Perda Kota Payakumbuh No. 16 Tahun 2011 tentang Bangunan Gedung dan Perda Kota Payakumbuh No. 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Payakumbuh. Advice Planning berisikan informasi tentang persyaratan ketentuan teknis tata bangunan dan lingkungan serta arahan ketentuan umum zonasi yang diberlakukan oleh pemerintah kota pada lokasi tertentu, yang diajukan sebagai prasyarat pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Selanjutnya, tingkat implementasi Advice Planning sebagai instrumen pengendalian pembangunan tersebut akan dikaji kaitannya dengan teori implementasi good governance dengan menggunakan indikator prinsip good governance dalam konteks pengendalian pembangunan.
13 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian mengenai pelaksanaan Advice Planning ini adalah meliputi : 1. Bagi pemerintah, yaitu untuk memperkaya ketersediaan data mengenai praktek penggunaan lahan untuk pembangunan perumahan serta rekomendasi bagi efektifitas pelaksanaan penerbitan Advice Planning di Kota Payakumbuh dalam kerangka perwujudan good governance. Hubungan antar faktor yang mempengaruhi menunjukkan faktor yang perlu mendapatkan prioritas dalam pengendalian dan implementasinya. 2. Bagi masyarakat yaitu memberikan kontribusi pengetahuan tentang Advice Planning serta manfaat yang dapat diperoleh masyarakat dalam perwujudan pembangunan penyediaan infrastruktur dalam rencana pengkavlingan tanah tersebut, sehingga masyarakat dalam ambil bagian dalam kegiatan pengendalian pembangunan perumahan oleh pengembang. 3. Bagi pengembang yaitu memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan mengenai Advice Planning serta pelaksanaan yang ideal di lapangan, sehingga tujuan pembangunan perumahan dapat dirasakan manfaatnya secara luas. 4. Bagi akademik yaitu memperkaya konsep mengenai instrument pengendalian pembangunan terutama dalam segi preventif dengan teknik pengendalian subdivision control/regulation, selain itu juga dapat memberikan referensi bagi pelaksanaan prinsip good governance dalam proses pemberian arahan penggunaan lahan yang merupakan bagian dari
14 14 pelaksanaan pengendalian pembangunan (development control) dalam manajemen pembangun. 1.7 Posisi Penelitian Penelitian mengenai pelaksanaan Advice Planning sebagai instrumen pengendalian pembangunan dalam konteks pelaksanaan good governance ini belum pernah diteliti sebelumnya, namun telah terdapat beberapa penelitian serupa yang telah pernah dikaji mengenai aspek perizinan dalam pengendalian pemanfaatan ruang, diantaranya dapat dilihat pada tabel I-1 berikut ini : Tabel I-1 Ragam Penelitian yang Pernah Dilakukan Sebelumnya No Judul Penelitian Nama Penulis Fokus Penelitian 1 Pengendalian Pembangunan Perumahan di Kawasan Bandung Utara : Perbandingan antara Kebijakan dan Realitas Muhajirin, 2000 Proses dan Mekanisme penerbitan izin lokasi dan IMB kepada pengembang 2 Evektifitas Implementasi IMB sebagai Instrumen Pengendalian Pemanfaatan Lahan Kota Kasus Kota Bantul 3 Pelaksanaan Pelayanan Perijinan Terpadu (One Stop Service) dalam Perspektif Good Governance Studi Kasus : Ijin Lokasi dan Ijin Mendirikan Bangunan di Kabupaten Kendal Propinsi Jawa Tengah Sumber : Penulis, 2014 Decky Sayogo, 2008 Abdul Wahab, 2009 Evaluasi efektifitas IMB sebagai instrument pengendalian pemanfaatan lahan dan faktor yang mempengaruhinya Mengkaji kebijakan dan program pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan investasi daerah. Analisis yang digunakan adalah kuantitatif dengan independent t test untuk mengetahui perbedaan persepsi pelaku usaha dalam pelayanan perijinan ijin lokasi dan IMB. Aspek good governance yang dilihat adalah transparansi dan akuntabilitas.
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Tingkat implementasi Advice Planning di wilayah penelitian dapat dikategorikan rendah.
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan tentang Penataan Ruang di Indonesia telah diatur dalam Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Diamanatkan dalam Undang-Undang tersebut bahwa
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terdahulu, dapat diambil kesimpulan-kesimpulan selama penelitian dilakukan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian yang telah disampaikan pada bab-bab terdahulu, dapat diambil kesimpulan-kesimpulan selama penelitian dilakukan. Efektivitas strategi
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang : a. bahwa pertumbuhan perumahan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI
LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 10 2007 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PENYEDIAAN LAHAN, PRASARANA LINGKUNGAN, FASILITAS UMUM, DAN FASILITAS SOSIAL OLEH PENGEMBANG
Lebih terperinciTUGAS POKOK, FUNGSI DAN STRUKTUR DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KAB. LOMBOK BARAT TAHUN 2017
TUGAS POKOK, FUNGSI DAN STRUKTUR DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KAB. LOMBOK BARAT TAHUN 2017 Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Barat Nomor 10 Tahun 2016 tentang Organisasi Perangkat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciLEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG
LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 41 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 41 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DARI PENGEMBANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciRENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA
1.1 LATAR BELAKANG Proses perkembangan suatu kota ataupun wilayah merupakan implikasi dari dinamika kegiatan sosial ekonomi penduduk setempat, serta adanya pengaruh dari luar (eksternal) dari daerah sekitar.
Lebih terperinciTINJAUAN HUKUM PENDIRIAN BANGUNAN PADA JALUR HIJAU
TINJAUAN HUKUM PENDIRIAN BANGUNAN PADA JALUR HIJAU 1. PENDAHULUAN Perkembangan ekonomi masyarakat dewasa ini berbanding lurus dengan pembangunan properti. Tumbuhnya masyarakat dengan kemampuan ekonomi
Lebih terperinciMATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT
BAB VIII KELEMBAGAAN DAN PERAN MASYARAKAT 8.1 KELEMBAGAAN Lembaga penataan ruang memegang peran krusial dalam proses penyelenggaraan penataan ruang. Proses penyelenggaraan penataan ruang memerlukan lembaga
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PADA KAWASAN PERUMAHAN
PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PADA KAWASAN PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.101 2016 KESRA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Penyelenggaraan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5883) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO
SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN A. Visi Mengacu kepada Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Semarang Tahun
Lebih terperinciRencana Struktur Tata Ruang Kawasan Perkotaan Metropolitan. Skala peta = 1: Jangka waktu perencanaan = 20 tahun
Rencana Struktur Tata Ruang Kawasan Perkotaan Metropolitan Skala peta = 1: 100.000 Jangka waktu perencanaan = 20 tahun Fungsi : Menciptakan keserasian pembangunan kota inti dengan Kawasan Perkotaan sekitar
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMANFAATAN LAHAN UNTUK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dinamika perkembangan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 21 Tahun : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5883 KESRA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Penyelenggaraan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 101). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016-2035 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinci- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. memanifestasikan perbenturan antara kepentingan yang berbeda dan sering
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam proses penataan ruang, pergeseran fungsi lahan hampir mustahil untuk dihindarkan. Pergeseran fungsi lahan yang berlangsung pesat di berbagai daerah
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI
LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 17 2011 PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, SERI : E Menimbang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN Disebarluaskan Oleh: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN DIREKTORAT PERENCANAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN R encana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun. RPJMD memuat visi, misi, dan program pembangunan dari Bupati
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a.
Lebih terperinciApa saja Struktur Ruang dan Pola Ruang itu??? Menu pembangunan atau produk dokumen yang kita buat selama ini ada dibagian mana??
DASAR PENATAAN RUANG DAN PENGGUNAAN LAHAN Semakin menurunnya kualitas permukiman Alih fungsi lahan Kesenjangan antar dan di dalam wilayah Kolaborasi bangunan yang tidak seirama Timbulnya bencana Mamanasnya
Lebih terperinciWALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG
WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,
Lebih terperinciBAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI
BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH Draft 12 Desember 2004 A. PERMASALAHAN Belum optimalnya proses desentralisasi dan otonomi daerah yang disebabkan oleh perbedaan persepsi para
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG
BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2009 NOMOR 31 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. urbanisasi ini tidak terlepas dari adanya faktor pendorong dan penarik untuk mengadu nasib
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan sebagai kawasan yang paling dinamis merupakan denyut nadi perkembangan wilayah serta memiliki kecenderungan untuk menjadi besar dan berkembang dengan dukungan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciWALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT
WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 43 TAHUN 20142013 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN KEPADA CAMAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2012
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYEDIAAN, PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PADA KAWASAN INDUSTRI, PERDAGANGAN,
Lebih terperinciC. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM
LAMPIRAN III PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 C. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Sumber Daya Air 1. Pengaturan
Lebih terperinciBAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI
BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor
Lebih terperinciWALIKOTA BANDAR LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG
WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDAR
Lebih terperinciWALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT
WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK, Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan
Lebih terperinciRencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTR Kawasan) Skala peta = 1: atau lebih Jangka waktu perencanaan = 20 tahun
Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTR Kawasan) Skala peta = 1: 5.000 atau lebih Jangka waktu perencanaan = 20 tahun Fungsi : Menyiapkan perwujudan ruang, dalam rangka pelaksanaan program pembangunan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciSyarat Bangunan Gedung
Syarat Bangunan Gedung http://www.imland.co.id I. PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia sedang giatnya melaksanakan kegiatan pembangunan, karena hal tersebut merupakan rangkaian gerak perubahan menuju kepada
Lebih terperinciPokok-Pokok Substansi PERATURAN PEMERINTAH NO 24 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN INDUSTRI
Pokok-Pokok Substansi PERATURAN PEMERINTAH NO 24 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN INDUSTRI LATAR BELAKANG PP TENTANG KAWASAN INDUSTRI Dengan diberlakukannya UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. 4.1 Visi dan Misi Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Prov.
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Prov. NTT a. Visi Visi merupakan cara pandang jauh kedepan, gambaran yang menantang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI
LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2010 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI Tanggal : 26 Nopember 2010 Nomor : 6 Tahun 2010 Tentang : TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS (RENSTRA)
RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2013-2015 Disusun oleh: Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan. Permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALOPO,
LEMBARAN DAERAH KOTA PALOPO TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E NOMOR 04 PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG MEKANISME PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DARI
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 42 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAKA ESA
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 136 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAKA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan titik awal perubahan atau perkembangan sebuah kota yang ditandai dengan laju pertumbuhan kawasan urban. Laju pertumbuhan ini merupakan tolok ukur
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI
LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 13 2016 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 13 TAHUN 2016 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BEKASI,
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciNO LD.27 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2008 TANGGAL 16SEPTEMBER 2008 DAFTAR URUSAN PEMERINTAHAN KABUPATEN GARUT
LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2008 TANGGAL 16SEPTEMBER 2008 DAFTAR URUSAN PEMERINTAHAN KABUPATEN GARUT A. URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN SUB BIDANG SUB-SUB BIDANG PEMERINTAH
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR : 7 TAHUN :2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperincid. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang
. WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENYERAHAN DAN PENGELOLAAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS UMUM PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciKegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PENGGUNAAN PEMANFAATAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PENGGUNAAN PEMANFAATAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN PEMANFAATAN RUANG BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI TAHUN
Lebih terperinciWALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG
WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN SEBAGAI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPK TAHUN LALU 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPK TAHUN LALU DAN CAPAIAN RENSTRA SKPK
BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPK TAHUN LALU 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPK TAHUN LALU DAN CAPAIAN RENSTRA SKPK Rencana Kerja Bappeda Kabupaten Aceh Selatan adalah penjabaran perencanaan tahunan
Lebih terperinciBUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA DAN CIPTA KARYA
BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA DAN CIPTA KARYA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 47 TAHUN 2011.
PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 47 TAHUN 2011. TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2014 NOMOR 6 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2014 NOMOR 6 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN KEPADA PEMERINTAH
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05/PRT/M/2016 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG
MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05/PRT/M/2016 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG DENGAN
Lebih terperinciI - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TANGGAL : 14 MARET 2009 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2008-2013 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinci- 6 - SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN. 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya air daerah.
- 6-3. BIDANG PEKERJAAN UMUM 1. Sumber Daya Air 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya air 2. Penetapan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu 3. Penetapan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Disadari bahwa ketersediaan ruang adalah tidak tak terbatas, oleh karenanya jika pemanfaatan ruang tidak diatur akan mengakibatkan pemborosan ruang dan penurunan kualitas
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENYERAHAN ASET BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DARI PENGEMBANG KEPADA PEMERINTAH DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENYERAHAN ASET BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DARI PENGEMBANG KEPADA PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Perumahan di Kota Tangerang Selatan. terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Peranan AMDAL dalam Kegiatan Perizinan Pembangunan Perumahan di Kota Tangerang Selatan Kegiatan perizinan pembangunan perumahan di Kota Tangerang Selatan telah
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
Lebih terperinciA. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN.
LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR : 10 TAHUN 2007 TANGGAL : 28 Desember 2007 A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN. 1. Kebijakan : 1.1. Kebijakan dan Standar : a. Penetapan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 11 TAHUN
- 1 - PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN SERTA PERMUKIMAN DARI PENGEMBANG KEPADA PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2014
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciBAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai wujud implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan berbagai konsekuensi berupa peluang,
Lebih terperinciPenjelasan Substansi. Dokumen Lengkap, ada pada BAB IV
Kelurahan/Desa : Caile Kota/kabupaten : Bulukumba NO Substansi 1 Apa Visi Spatial yang ada di dalam RPLP? Bagaimana terapan visi tersebut ke dalam Rencana Teknis Penataan Lingkungan Permukiman kita? Status
Lebih terperinciGood Governance. Etika Bisnis
Good Governance Etika Bisnis Good Governance Good Governance Memiliki pengertian pengaturan yang baik, hal ini sebenarnya sangat erat kaitannya dengan pelaksanaaan etika yang baik dari perusahaan Konsep
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Laporan Akhir ini merupakan penyempurnaan dari Laporan Antara yang merupaka satu rangkaian kegiatan dalam Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Daruba, untuk meningkatkan
Lebih terperinciAPLIKASI PENATAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG KOTA SESUAI KEBIJAKAN PEMERINTAH. Budiman Arif 1
APLIKASI PENATAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG KOTA SESUAI KEBIJAKAN PEMERINTAH Budiman Arif 1 PENDAHULUAN Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih menghadapi permasalahan
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PASURUAN
PEMERINTAH KOTA PASURUAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBUPATI KEPULAUAN SELAYAR
BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciWALIKOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
WALIKOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 3 TAHUN 2015 T EN T A N G PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN OLEH PENGEMBANG KEPADA PEMERINTAH
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa agar kegiatan pembangunan
Lebih terperinci