Draft Konvensi RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA BEKERJA PADA KETINGGIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Draft Konvensi RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA BEKERJA PADA KETINGGIAN"

Transkripsi

1 Draft Konvensi RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA BEKERJA PADA KETINGGIAN Pusat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sekretariat Jenderal Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI

2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, setiap perusahaan wajib melaksanakan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk melindungi keselamatan tenaga kerja dan sarana produksi. Undang-undang No. 1 tahun 1970 Pasal 2 menyatakan bahwa salah satu kegiatan kerja yang perlu mendapat perhatian dari sisi keselamatan kerja adalah kegiatan kerja yang dilakukan pada ketinggian, yaitu kegiatan yang mempunyai potensi bahaya jatuh. Kompetensi bekerja dengan aman pada ketinggian diperlukan oleh berbagai sektor, antara lain sektor migas, konstruksi, pariwisata, perkebunan dan kehutanan, industri manufaktur, pertambangan dan transportasi. Selain itu, profesi yang mensyaratkan kompetensi bekerja pada ketinggian antara lain: teknisi yang membuat perancah, pekerja konstruksi bangunan tinggi, teknisi pembersihan gedung tinggi, tukang cat bangunan tinggi, juru las, fotografer dan petugas survey di kehutanan, operator keran angkat ( tower crane), teknisi listrik, teknisi pemeliharaan jembatan dan struktur besi, teknisi yang bekerja pada ruang terbatas dan masih banyak lagi. Potensi bahaya bekerja pada ketinggian yang paling utama adalah jatuh. Kecelakaaan karena jatuh merupakan penyumbang terbesar angka kecelakaan kerja dibanyak negara, termasuk Indonesia. Oleh karenanya, standar kompetensi bekerja pada ketinggian menjadi sangat penting untuk dijadikan prasyarat bagi semua profesi yang akan bekerja pada ketinggian. Sehubungan dengan kebutuhan tersebut, diperlukan pembinaan dan pengembangan kompetensi SDM untuk kerja kerja pada ketinggian. Untuk memenuhi tuntutan dunia usaha baik untuk nasional maupun internasional diperlukan standar kompetensi bagi pekerja pada ketinggian tersebut yang diakui baik nasional maupun internasional sehingga mampu bersaing dengan tenaga kerja dari luar negeri. 2

3 Penyusunan standar kompetensi ini mengacu berbagai standar baik dari dalam maupun luar negeri sehingga sertifikasi kompetensi yang dihasilkan diharapkan dapat setara dengan kompetensi di negara lainnya. B. Tujuan dan Sasaran Tujuan dari penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Teknisi Bekerja pada Ketinggian ini adalah sebagai berikut: 1. Menyediakan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia bekerja pada ketinggian untuk level dasar (teknisi 1 dan 2) 2. Sebagai acuan meningkatkan kualitas dan kapasitas SDM bidang K3 teknisi kerja pada ketinggian 3. Sebagai acuan dalam rekrutmen tenaga kerja untuk menjadi Teknisi Bekerja pada Ketinggian. 4. Menyediakan dasar untuk menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang tepat. Sasaran dari penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional bekerja pada ketinggian ini adalah: 1. Tersedianya Standar Kompetensi Kerja Nasional bekerja pada ketinggian yang bersifat generik dan komprehensif. Artinya adalah bahwa standar ini dapat diaplikasikan oleh berbagai kompetensi lain yang terkait. 2. Tersedianya standar kompetensi bagi lembaga DIKLAT sebagai dasar penyusunan kurikulum yang diperlukan oleh tenaga kerja/ calon tenaga kerja, industri, masyarakat umum dan pemerintah yang berkecimpung pada semua sektor industri yang terkait dengan kerja pada ketinggian. 3. Tersedianya Standar Kompetensi Kerja Nasional bagi lembaga-lembaga sertifikasi dalam menyelenggarakan sertifikasi bagi Teknisi Bekerja pada Ketinggian. 4. Tersedianya pedoman bagi dunia usaha / industri, lembaga pemerintah dalam merekrut dan mengembangkan SDM bidang K3 Teknisi Bekerja pada Ketinggian. 3

4 C. Dasar Hukum 1. Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 2. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) 4. Peraturan Pemerintah Nomor 31 tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional Indonesia. 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.21/MEN/X/2007 tentang Tata Cara Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. D. Pengertian SKKNI 1. Kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek 2. pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. 3. Standardisasi kompetensi kerja adalah proses merumuskan, menetapkan dan menerapkan standar kompetensi kerja. 4. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) adalah uraian kemampuan yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja minimal yang harus dimiliki seseorang untuk menduduki jabatan tertentu yang berlaku secara nasional. E. Kebutuhan SKKNI Negara dan bangsa Indonesia sangat membutuhkan adanya SKKNI apabila dikaitkan dengan pembinaan, peningkatan dan pengembangan kualitas tenaga kerja di Indonesia. Lembaga Pelatihan Kerja dan Lembaga DIKLAT Profesi serta Lembaga Sertifikasi Profesi bersama-sama dengan pengguna jasa/ industri dapat melakukan kesepakatan untuk mengacu pada SKKNI sebagai standar kompetensi yang dipergunakan untuk penyelenggaraan program pelatihan kerja dan peningkatan kualitas/ kompetensi tenaga kerja di Indonesia sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan dunia usaha. Kebutuhan SKKNI tersebut adalah sebagai berikut : 1. Lembaga/ Institusi Pendidikan dan Pelatihan Kerja a. Memberikan informasi untuk pengembangan program kurikulum dan silabus. 4

5 b. Menjadi acuan dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kerja, penilaian peserta pelatihan/ pekerja berpengalaman melalui uji kompetensi dan sertifikasi. 2. Pasar Kerja dan Dunia Usaha/ Indsutri Serta Pengguna Tenaga Kerja a. Membantu dalam proses rekruitmen tenaga kerja b. Membantu penilaian unjuk kerja. c. Membantu pembuatan uraian jabatan pekerjaan/ keahlian tenaga kerja. d. Membantu pengembangan program pelatihan kerja spesifik berdasarkan kebutuhan spesifik pasar kerja dan dunia usaha/ industri. 3. Lembaga/ Institusi Penyelenggara Sertifikasi Profesi a. Menjadi acuan dalam merumuskan paket-paket program sertifikasi dan kompetensi (Skema Sertifikasi) sesuai dengan kualifikasi kompetensinya/ level atau klastering sertifikasi kompetensi. b. Menjadi acuan penyelenggaraan kelembagaan dari LSP di Indonesia. F. Struktur Standar Kompetensi 1. Bidang Keahlian atau Pekerjaan 2. Unit-unit Kompetensi 3. Elemen Kompetensi 4. Kriteria Unjuk Kerja 5. Batasan Variabel 6. Panduan Penilaian 8. Level Kompetensi Kunci 9. Kualifikasi Kompetensi 7. Kompetensi Kunci 5

6 BAB II STANDARD KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA A. Latar belakang Kebijakan penerapan Keselamatan Kerja bertujuan menciptakan budaya K3 di tempat kerja dengan melibatkan perusahaan, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja dalam rangka mencegah atau mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Dengan tidak terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja maka efisiensi dan produktivitas perusahaan dapat dicapai sehingga barang/jasa yang dihasilkan memiliki daya saing untuk merebut pasar baik dalam maupun luar negeri. Untuk melaksanakan penerapan K3 tersebut masih dirasakan kekurangan tenaga profesional dalam mengembangkan, mengkoordinir, memfasilitasi dan melaksanakan program-program K3 perusahaan. Pada saat ini perkembangan teknologi semakin banyak masalah K3 yang dihadapi terutama dalam pekerjaan Pada Ketinggian, masih banyak kecelakaan yang terjadi karena pekerja belum memiliki kompetensi yang memadai. Apalagi di era global saat ini untuk menghadapi persaingan nasional maupun internasional sangat dibutuhkan keahlian yang berbasis kompetensi. Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, setiap perusahaan wajib melaksanakan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk melindungi keselamatan tenaga kerja dan sarana produksi. Undang-undang No. 1 tahun 1970 menyatakan bahwa salah satu kegiatan kerja yang perlu mendapat perhatian dari sisi keselamatan kerja adalah kegiatan kerja yang dilakukan pada ketinggian, yaitu kegiatan yang mempunyai potensi bahaya jatuh bagi pekerja yang melakukannya kegiatan itu dapat dilakukan pada ketinggian atau kedalaman. Untuk melakukan kegiatan kerja pada ketinggian dan kedalaman yang mempunyai tingkat risiko yang sangat tinggi diperlukan SDM yang mempunyai kompetensi yang memadai untuk membantu memperkecil peluang terjadinya jatuh atau mengurangi dampak jika terjadi kecelakaan jatuh tersebut. 6

7 Sehubungan dengan kebutuhan tersebut, diperlukan pembinaan dan pengembangan kompetensi SDM untuk kerja kerja pada ketinggian dan kedalaman. Untuk memenuhi tuntutan dunia usaha baik untuk nasional maupun internasional diperlukan standar kompetensi bagi pekerja pada ketinggian dan kedalaman tersebut yang diakui baik nasional maupun internasional sehingga mampu bersaing dengan tenaga kerja dari luar negeri. B. Tujuan Tujuan dibentuknya Standar Kompetensi Bekerja Pada Ketinggian adalah diperolehnya suatu rujukan kompetensi minimal bagi pengembangan SDM yang bekerja Pada Ketinggian. Jika telah terdapat Standar kompetensi yang bekerja Pada Ketinggian, maka hal itu akan memberikan banyak kemudahan bagi berbagai lembaga berikut: 1. Lembaga Pendidikan dan pelatihan Dengan adanya standar kompetensi ini dapat memberikan kerangka acuan kepada lembaga pendidikan akademik dan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja untuk mengmbangkan kurikulumnya masing-masing. Sehingga walau kurikulum berbeda, tetapi lulusan yang dihasilkan diharapkan memiliki kesetaraan dalam penguasaan kompetensi minimal. Kurikulum program studi menjadi wewenang lembaga pendidikan sesuai Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tentang Sistim Pendidikan. 2. Badan/Lembaga Sertifikasi Profesi Standar Kompetensi dapat menjadi kerangka acuan bagi Badan/lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) untuk melakukan uji kompetensi bagi profesional yang ingin mendapatkan sertifikasi kompetensi pada tingkat tertentu. 3. Pengguna jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja Standar kompetensi bekerja Pada Ketinggian dapat dijadikan kerangka acuan bagi pengguna jasa keselamatan dan kesehatan kerja seperti perusahaan atau organisasi dan pemerintah dalam mengmbangkan sumber daya manusia keselamatan dan kesehatan kerja, agar tenaga kerja profesional yang bekerja dapat mengaplikasikan keselamatan dan kesehatan kerja yang lebih baik. 7

8 4. Penyandang dana Dengan standar kompetensi, pihak penyandang dana dapat mengetahui secara jelas kompetensi yang akan dikuasai oleh pihak peserta didik yang didanainnya. Sehingga hal ini merupakan suatu bentuk akuntabilitas publik. 5. Peserta didik Standar kompetensi bekerja Pada Ketinggian dapat digunakan oleh peserta didik untuk mengetahui sejak awal kompetensi yang harus dikuasainya diakhir pendidikan/pelatihan. Dengan demikian proses pendidikan/pelatihan diharapkan dapat berjalan lebih efektif dan efisien. 6. Departemen Pendidikan dan Badan Akreditasi Nasional Standar kompetensi bekerja Pada Ketinggian dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi kriteria pada akreditasi program studi tehnisi yang bekerja Pada Ketinggian. 7. Program adaptasi lulusan luar negeri Standar kompetensi bekerja Pada Ketinggian dapat digunakan sebagai acuan untuk manilai kompetensi tehnisi yang bekerja Pada Ketinggian lulusan luar negeri. C. Pengertian Kerja Pada Ketinggian Bekerja pada ketinggian adalah kegiatan kerja pada tempat atau titik kerja yang bila seorang bekerja ditempat tersebut, mempunyai potensi bahaya jatuh karena adanya perbedaan elevasi. Pengertian lainnya adalah pekerjaan yang membutuhkan pergerakan tenaga kerja untuk bergerak secara vertikal naik, mau pun turun dari suatu platform. Secara umum terdapat dua sistim bekerja pada ketinggian. Sistim yang pertama disebut sistim pasif, bahwa saat bekerja tidak mensyaratkan perlunya penggunaaan peralatan pelindung jatuh (fall protection devices) karena telah terdapat sistem pengaman kolektif (collective protection system). Contohnya bekerja pada: lantai kamar, balkon dan jalan; Struktur/area kerja (platform) yang dipasang secara permanen dan perlengkapannya; 8

9 ruang yang terdapat jendela yang terbuka dengan ukuran dan konfigurasinya dapat melindungi orang dari terjatuh. Sistim yang kedua disebut dengan sistim Aktif, dimana saat naik dan turun (lifting / lowering), (traverse) pekerja harus menggunakan peralatan untuk mencapai suatu titik kerja karena tidak terdapat sistem pengaman kolektif (collective protection system).. Contoh bekerja pada ketinggian dengan sistim aktif adalah bekerja dengan Gondola, Perancah (scaffolding), tangga pada menara, hoist crane, lift crane, mobil perancah, panggung pertunjukan, akses tali (rope access) Bekerja pada ketinggian dengan sistim Aktif mensyaratkan adanya pengawasan, kompetensi pekerja dan pelayanan operasional yang baik Dari pengertian di atas, batasan bekerja pada ketinggian yang dimaksud dalam kompetensi ini adalah sebagai berikut: 1. Ruang terbuka: dilakukan pada struktur buatan pada ruang terbuka seperti menara (tower), tiang, perancah (scaffolding), atau atap. 2. Ruang terbatas: dilakukan pada struktur buatan pada ruang tertutup seperti sumur atau cerobong D. Bentuk dan Format Unit Kompetensi Struktur Standar Kompetensi model Regional Model of Competencies Standards (RMCS) pada setiap standar kompetensi minimal memuat unsur-unsur sebagai berikut : 1. Kode Kode unit diisi dan ditetapkan dengan mengacu pada format kodifikasi SKKNI. Kode unit kompetensi mengacu format kodefikasi Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor. PER.21/MEN/X/2007 tentang Tata Cara Penetapanan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, Yaitu : X X x. x x ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) a) Sektor : Diisi dengan singkatan 3 huruf kapital dari nama Sektor. b) Sub Sektor : Diisi dengan singkatan 2 huruf kapital dari Sub Sektor. c) Bidang : 9

10 Diisi dengan 2 digit angka untuk masing-masing kelompok, yaitu : 1 : Kelompok kompetensi dasar/umum dibutuhkan di seluruh subbidang keahlian tertentu 2 : Kolompok kompetensi inti dibutuhkan hanya di subbidang keahlian tertentu 3 : Kelompok kompetensi khusus / spesialisasi dibutuhkan sebagai alternatif atau tambahan subbidang keahlian tertentu d) Nomor unit-unit kompetensi Diisi dengan nomor unit-unit kompetensi dengan menggunakan 3 digit angka. e) Versi unit kompetensi Diisi dengan 2 digit angka. 2. Judul Mendefinisikan tugas/pekerjaan suatu unit kompetensi yang menggambarkan sebagian atau keseluruhan standar kompetensi. 3. Deskripsi Unit Menjelaskan Judul Unit yang mendeskripsikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam mencapai standar kompetensi. 4. Elemen Kompetensi Mengidentifikasi tugas-tugas yang harus dikerjakan untuk mencapai kompetensi berupa pernyataan yang menunjukkan komponen-komponen pendukung unit kompetensi sasaran apa yang harus dicapai. 5. Kriteria Unjuk Kerja Menggambarkan kegiatan yang harus dikerjakan untuk memperagakan kompetensi di setiap elemen, apa yang harus dikerjakan pada waktu menilai dan apakah syarat-syarat dari elemen dipenuhi. 6. Batasan Variabel Ruang lingkup, situasi dan kondisi dimana kriteria unjuk kerja diterapkan. Mendefinisikan situasi dari unit dan memberikan informasi lebih jauh tentang tingkat otonomi perlengkapan dan materi yang mungkin digunakan dan mengacu pada syarat-syarat yang ditetapkan, termasuk peraturan dan produk atau jasa yang dihasilkan. 10

11 7. Panduan Penilaian Membantu menginterpretasikan dan menilai unit dengan mengkhususkan petunjuk nyata yang perlu dikumpulkan, untuk memperagakan kompetensi sesuai tingkat keterampilan yang digambarkan dalam kriteria unjuk kerja, yang meliputi : - Pengetahuan dan keterampilan yang yang dibutuhkan untuk seseorang dinyatakan kompeten pada tingkatan tertentu. - Ruang lingkup pengujian menyatakan dimana, bagaimana dan dengan metode apa pengujian seharusnya dilakukan. - Aspek penting dari pengujian menjelaskan hal-hal pokok dari pengujian dan kunci pokok yang perlu dilihat pada waktu pengujian. 8. Kompetensi kunci Keterampilan umum yang diperlukan agar kriteria unjuk kerja tercapai pada tingkatan kinerja yang dipersyaratkan untuk peran / fungsi pada suatu pekerjaan. Kompetensi kunci meliputi: - Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi. - Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi. - Merencanakan dan mengorganisir aktifitas-aktifitas. - Bekerja dengan orang lain dan kelompok. - Menggunakan ide-ide dan teknik matematika. - Memecahkan masalah. - Menggunakan teknologi. Kompetensi kunci dibagi dalam tiga tingkatan yaitu : 1. Tingkat 1 harus mampu : a. melaksanakan proses yang telah ditentukan. b. menilai mutu berdasarkan kriteria yang telah ditentukan 2. Tingkat 2 harus mampu : a. Mengelola proses 11

12 b. menentukan kriteria untuk mengevaluasi proses. 3. Tingkat 3 harus mampu : a. menentukan prinsip-prinsip dan proses. b. mengevaluasi dan mengubah bentuk proses. c. menentukan kriteria untuk pengevaluasian proses. E. Tabel Gradasi Kompetensi Kunci Kompetensi Kunci 1. Mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisasikan informasi 2. Mengkomunikasik an informasi dan ide-ide 3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 4. Bekerjasama dengan orang lain & kelompok 5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 6. Memecahkan masalah 7. Menggunakan teknologi Level/Tingka t I Melakukan Kegiatan Mengakses dan merekam dari satu sumber Pengaturan seder-hana yang telah lazim/familier Di bawah pengawasan atau supervisi Kegiatankegiatan yang sudah dipahami/akti vitas rutin Tugas-tugas yang sederhana dan telah ditetapkan Rutin di bawah pengawasan Membuat kembali/ memproduksi / memberikan jasa/ yang berulang pada tingkat dasar. Level/Tingkat 2 Mengelola Kegiatan Mengakses, memilih & merekam lebih dari satu sumber Berisi hal yang kompleks Dengan bimbingan /panduan Membantu merumuskan tujuan Mengkonstruksi, mengorganisasi kan atau menjalankan produk atau jasa Level/Tingkat 3 Mengevaluasi dan Memodifikasi Proses Mengakses, mengevaluasi, mengorganisasikan berbagai sumber Berkolaborasi dalam menyelesaikan tugas yang komplek Mengakses, mengevaluasi dan mengorganisasi-kan berbagai sumber Inisiasi mandiri dan mengevaluasi kegiatan komplek dan cara mandiri Berkolaborasi da-lam melakukan kegiatankegiatan yang komplek Memilih ide dan teknik yang tepat untuk tugas yang komplek Rutin dan dilaku-kan sendiri berdasarkan pada pan-duan Problem/masalah yang komplek dengan menggunakan pendekatan yang sistimatis, serta mampu mengatasi pro-plemnya Merancang, menggabungkan atau memodifikasi produk atau jasa. 12

13 Kodefikasi Unit Kompetensi Kodefikasi unit pada Teknisi Bekerja Pada Ketinggian diisi dan ditetapkan dengan mengacu pada format kodifikasi SKKNI. KKK.TG Versi Tahun Nomor Urut Unit Umum/Dasar Common Core Bekerja pada ketinggian Keterangan : 01 = Kelompok Umum/Dasar/Common Care 02 = Kelompok Inti /Functional Competency Unit 03 = Kelompok Pendukung/Supporting Competency unit Sektor Keselamatan Kesehatan Kerja F. Kelompok Kerja 1. Panitia Teknis Penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Pada Kegiatan K3 Bekerja Pada Ketinggian Panitia teknis penyusunan Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia dibentuk berdasarkan surat keputusan Kepala Pusat K3 Kep.No : 23/SJ-PK3/I/2010 tanggal 25 Januari 2010, selaku pengarah penyusunan rancangan SKKNI Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sub Bidang Kerja Pada Ketinggian 13

14 Susunan Panitia Teknis Penyusunan Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional (RSKKNI) sebagai berikut : NO NAMA INSTANSI / INSTITUSI JABATAN DALAM PANITIA/TIM Tim Penyusun SKKNI Susunan tim penyusun dibentuk berdasarkan surat keputusan Kepala Pusat K3 selaku Ketua Dewan Pengarah surat keputusan Kepala Pusat K3 Kep.No : 23/SJ- PK3/I/2010 selaku pengarah penyusunan rancangan SKKNI Sektor Ketenagakerjaan Bidang K3 Sub Bidang Kerja Pada Ketinggian Susunan tim penyusun RSKKNI Bekerja Pada Ketinggian adalah sebagai berikut : NO NAMA JABATAN DI INSTANSI JABATAN DALAM PANITIA KETERANGAN 14

15 3. Peserta konvensi RSKKNI sub bidang Kerja Pada Ketinggian Peserta konvensi sub bidang kerja Pada Ketinggian adalah sebagai berikut :. NO NAMA INSTANSI JABATAN DALAM TIM KETERANGAN

16 BAB II STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA Pemetaan SKKNI Bekerja pada Ketinggian Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja sangat luas, selain yang bersifat umum seperti Ahli K3, terdapat juga bidang profesi yang bersifat spesialis misalnya kesehatan kerja, higiene industri, kebakaran, konstruksi, mekanik, listrik, kimia dan bekerja pada ketinggian Pola sertifikasi profesi K3 secara nasional dapat dilihat pada tabel berikut. Pola Sertifikasi Bidang K3 Kualifikasi AHLI K3 KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA. HIGIENE INDUSTRI,KONSTRUKSI,ERGONOMIS, RADIASI, BEJANA TEKAN, KEBAKARAN DLL Klasifikasi IX VIII AHLI K3 UTAMA Advance Diploma AHLI UTAMA ADVANCE DIPLOMA Spesialis Ahli Utama Manajer VII VI V AHLI K3 MADYA Diploma AHLI MADYA DIPLOMA Yunior Manajer Supervisor Officer IV AHLI K3 MUDA Sertifikat IV AHLI MUDA SERTIFIKAT IV Pelaksana III II TEKNISI TEKNISI Operator I GENERALIS SPESIALIS Profesi K3 bidang Bekerja pada ketinggian saat ini di butuhkan di banyak sektor dan mendukung profesi teknis lainnya seperti teknisi pemboran minyak dan gas, teknisi perancah, operator pesawat angkat (crane), Petugas kebakaran, teknisi Menara Telekomunikasi, Ahli K3 Konstruksi, Teknisi dan ahli K3 ruang terbatas, petugas penyelamatan (rescue) dan lain-lain. Melihat kompleksitas bekerja pada ketinggian, dan memperhatikan pola sertifikasi K3 maka bidang kompetensi bekerja pada ketinggian terdapat mulai dari tingkat teknisi hingga Ahli. Mengingat pasar tenaga kerja, maka pola sertifikasi profesi kerja pada ketinggian untuk tahap awal adalah secara umum untuk level teknisi. 1. Teknisi-1 16

17 2. Teknisi-2 Untuk setiap kenaikan tingkat kompetensi (misalkan dari Teknisi-1 ke Teknisi-2) dipersyaratkan harus memenuhi seluruh persyaratan yang diperlukan. Landasan pemikiran dipilihnya tingkat teknisi adalah agara SKKNI ini dapat dimasukkan sebagai salah satu prasyarat taua pun kompetensi khusus bagai profesi lainnya jika akan bekerja pada ketinggian. Tahap selanjutnya perlu dikembangkan sertifipasi untuk level kompetensi yang lebih spesialis. o PEMAKETAN JENJANG KUALIFIKASI PEKERJAAN I. Kompetensi Umum (General) No Kode Unit Judul Unit 1. KKK.TG Membantu pemenuhan perundangan K3 dan persyaratan lainnya bekerja pada ketinggian 2. KKK.TG Mengidentifikasi potensi bahaya (hazard) kerja 3. KKK.TG Menggunakan Alat Pelindung Diri 4. KKK.TG Memasang tangga-portabel di level dasar untuk digunakan naik-turun. II. Kompetensi Inti No Kode Unit Judul Unit 1. KKK.TG Menggunakan alat penahan jatuh perorangan 2. KKK.TG Bergerak sederhana mencapai lokasi/ruang kerja pada ketinggian. 3. KKK.TG Bergerak-bebas pada ketinggian 4. KKK.TG Melakukan penyesuaian posisi kerja (work positioning) 5. KKK.TG Menerapkan prosedur kerja pada ketinggian III. Kompetensi Khusus No Kode Unit Judul Unit 1. KKK.TG Menggunakan alat angkat Barang Ringan pada Ketinggian 2. KKK.TG Melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan (PPGD) pada ketinggian 17

18 UNIT-UNIT KOMPETENSI UNTUK BEKERJA PADA KETINGGIAN I. KODE UNIT : KKK.TG II. JUDUL UNIT : Membantu pemenuhan perundangan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan persyaratan lainnya bekerja pada ketinggian III. DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan dalam membantu pemenuhan perundangan K3 dan persyaratan lainnya bekerja pada ketinggian IV. Elemen Kompetensi V. Kriteria Unjuk Kerja 1. Menyiapkan perundangan K3 dan persyaratan kerja lainnya pada ketinggian 1.1 Perundangan K3 dan persyaratan kerja lainnya pada ketinggian dijelaskan 1.2 Perundangan K3 dan persyaratan kerja lainnya pada ketinggian diidentifikasi 1.3 Perundangan K3 dan persyaratan kerja lainnya pada ketinggian disiapkan 2 Melaksanakan pemenuhan perundangan K3 dan persyaratan kerja lainnya pada ketinggian 2.1 Tanggung jawab dan hak pekerja berdasarkan perundangan K3 dan pesyaratan kerja lainnya pada ketinggian dijelaskan. 2.2 Formulir kegiatan kerja sesuai perundangan K3 dan persyaratan kerja lainnya diisi 2.3 Ketidaksesuaian pelaksanaan perundangan K3 dan persyaratan kerja lainnya dilaporkan. VI. BATASAN VARIABEL 1. Kontek Variabel Elemen kompetensi yang tercantum dalam unit kompetensi ini meliputi masukan penguasaan pekerjaan Pada Ketinggian untuk dapat memberikan masukan ditaatinya peraturan perundangan. 2. Perlengkapan yang dibutuhkan 2.1 Prosedur K3 pada ketinggian 2.2 Peraturan K3 Perusahaan 2.3 Tata Kerja Operasi (Standard Operation Procedures;SOP) pekerjaan 2.4 Sarana identifikasi potensi bahaya (hazard) kerja 18

19 3. Tugas-tugas yang harus dilakukan 3.1 Menyiapkan perundangan K3 dan persyaratan kerja lainnya pada ketinggian 3.2 Melaksanakan pemenuhan perundangan K3 dan persyaratan kerja lainnya pada ketinggian 4 Peraturan-peraturan yang diperlukan 4.1 Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja 4.2 Permen No. Per.01/MEN/1980 tentang pekerjaan pada konstruksi 4.3 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:KEP 174/MEN/1986 dan Nomor 104/KPTS/1986 tentang keselamatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi 4.4 Permenakertrans No. Per. 08/Men/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri. 4.5 Permenaker No. Per. 02/Men/1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir. 4.6 Permenaker No. Per. 05/Men/1985 tentang Pesawat angkat angkut. 4.7 Permenakertrans No. Per. 01/Men/1980 tentang K3 pada konstruksi bangunan. 4.8 Kep 45/DJPPK/IX/2008 : Pedoman Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Bekerja Pada Ketinggian Dengan Menggunakan Akses Tali (Rope Access ). 4.9 Kep. 113/DJPPK/IX/2006: Pedoman K3 Bekerja Pada Ruang Terbatas VII. PANDUAN PENILAIAN 1. Penjelasan Prosedur Penilaian : 1.1. Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya: i. KKK.TG Membantu Pemenuhan Perundangan dan Persyaratan K3 Lainnya. 2. Kondisi Penilaian : Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas tercapainya kompetensi tersebut. Penilaian dapat dilakukan dengan cara penilaian mandiri, wawancara/lisan atau tes tertulis, simulasi atau demontrasi. 3. Pengetahuan yang dibutuhkan : 3.1 Pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini adalah : i. Perundangan dan Peraturan K3 ii. Prosedur kerja. 19

20 4. Keterampilan yang dibutuhkan : 4.1 Mengidentifikasi prosedur yang digunakan pada pekerjaan Pada Ketinggian 5. Aspek Kritis Penilaian 5.1 Menunjukkan kemampuan dalam menentukan perundangan bekerja Pada Ketinggian VIII. KOMPETENSI KUNCI No. KOMPETENSI KUNCI Tingkat 1. Mengumpulkan, menganalisa, dan mengorganisasikan informasi 2 2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide 1 3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 1 4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 2 5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 1 6. Memecahkan masalah 2 7. Menggunakan teknologi 1 20

21 I. KODE UNIT : KKK.TG II. JUDUL UNIT : Mengidentifikasi Potensi Bahaya (Hazard) Kerja III. DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berkaitan dengan pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi potensi bahaya (hazard) kerja. IV. ELEMEN KOMPETENSI V. KRITERIA UNJUK KERJA 1. Mempersiapkan identifikasi potensi bahaya (hazard) kerja. 2. Melakukan identifikasi potensi bahaya (hazard) kerja 3. Menyarankan upaya pengendalian potensi bahaya (hazard) kerja 1.1. Prosedur identifikasi potensi bahaya (hazard) kerja dijelaskan Sarana identifikasi potensi bahaya (hazard) kerja diperiksa. 1.3 Sarana identifikasi potensi bahaya (hazard) kerja disiapkan 2.1. Faktor-faktor potensi bahaya (hazard) kerja dijelaskan Prosedur identifikasi potensi bahaya (hazard) kerja dilakukan Identifikasi potensi bahaya (hazard) kerja didokumentasikan. 3.1 Cara pengendalian potensi bahaya (hazard) kerja pada ketinggian dijelaskan 3.2 Saran pengendalian potensi bahaya (hazard) kerja dikomunikasikan VI. BATASAN VARIABEL 1. Kontek Variabel Potensi bahaya (hazard) kerja adalah sumber, situasi kerja, postur tubuh, atau tindakan yang berpotensi merusak dalam bentuk cedera badan atau gangguan kesehatan (OHSAS 18001:2007). 2. Perlengkapan yang dibutuhkan 2.1 Prosedur K3 pada ketinggian 2.2 Peraturan K3 Perusahaan 2.3 Tata Kerja Operasi (Standard Operation Procedures;SOP) pekerjaan 2.4 Sarana identifikasi potensi bahaya (hazard) kerja 3. Tugas-tugas yang harus dilakukan 3.1 Mempersiapkan identifikasi potensi bahaya (hazard) kerja. 21

22 3.2 Melakukan identifikasi potensi bahaya (hazard) kerja 3.3 Menyarankan upaya pengendalian potensi bahaya (hazard) kerja 4. Peraturan-peraturan yang diperlukan 4.1 Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja 4.2 Permen No. Per.01/MEN/1980 tentang pekerjaan pada konstruksi 4.3 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:KEP 174/MEN/1986 dan Nomor 104/KPTS/1986 tentang keselamatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi 4.4 Permenakertrans No. Per. 08/Men/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri. 4.5 Permenaker No. Per. 02/Men/1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir. 4.6 Permenaker No. Per. 05/Men/1985 tentang Pesawat angkat angkut. 4.7 Permenakertrans No. Per. 01/Men/1980 tentang K3 pada konstruksi bangunan. 4.8 Kep 45/DJPPK/IX/2008 : Pedoman Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Bekerja Pada Ketinggian Dengan Menggunakan Akses Tali (Rope Access ). 4.9 Kep. 113/DJPPK/IX/2006: Pedoman K3 Bekerja Pada Ruang Terbatas VII. PANDUAN PENILAIAN 1. Penjelasan Prosedur Penilaian : 1.1 Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya: - KKK.TG Membantu Pemenuhan Perundangan dan Persyaratan K3 Lainnya. 2. Kondisi Penilaian : Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas tercapainya kompetensi tersebut. Penilaian dapat dilakukan dengan cara penilaian mandiri, wawancara/lisan atau tes tertulis, simulasi atau demontrasi. 3. Pengetahuan yang dibutuhkan : Pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini adalah : 3.1 Perundangan dan Peraturan K3 3.2 Prosedur kerja. 3.3 Metode identifikasi potensi bahaya kerja pada ketinggian 22

23 4. Keterampilan yang dibutuhkan : 4.1 Identifikasi prosedur potensi bahaya kerja 4.2 Identifikasi potensi bahaya kerja 4.3 Mengendalikan potensi bahaya kerja 4.4 Melaporkan potensi bahaya kerja. 5. Aspek Kritis Penilaian 5.1 Menunjukkan kemampuan dalam menentukan prosedur identifikasi potensi bahaya kerja. 5.2 Melakukan identifikasi tahap-tahap kegiatan kerja pada ketinggian 5.3 Melakukan identifikasi potensi bahaya kerja pada ketinggian 5.4 Melakukan pengendalian potensi bahaya kerja pada ketinggian VIII. KOMPETENSI KUNCI No. KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT INI TINGKAT 1. Mengumpulkan, menganalisa, dan mengorganisasikan informasi 2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide 2 3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 1 4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 2 5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 1 6. Memecahkan masalah 2 7. Menggunakan teknologi

24 I. KODE UNIT II. JUDUL UNIT III. DESKRIPSI UNIT : : : KKK.TG Menggunakan Alat Pelindung Diri Unit kompetensi ini berkaitan dengan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) IV. ELEMEN KOMPETENSI V. KRITERIA UNJUK KERJA 1. Mengidentifikasi APD yang akan digunakan 1.1 Jenis-jenis APD dijelaskan 1.2 APD yang sesuai dengan potensi bahaya (hazard) kerja dipilih 1.3 Prosedur penggunaan APD dijelaskan 2 Menyiapkan APD yang akan digunakan 2.1 APD yang akan digunakan diperiksa. 2.2 APD yang akan digunakan disiapkan 3. Menerapkan penggunaan APD 3.1 Cara penggunaan APD dijelaskan. 3.2 APD digunakan sesuai prosedur 3.3 Penggunaan APD diperiksa oleh rekan kerja 4. Merawat APD setelah digunakan. 4.1 Cara merawat APD dijelaskan 4.2 Daftar periksa APD diisi. 4.3 APD yang telah digunakan disimpan sesuai prosedur. 5. Melaporkan penggunaan APD 5.1 Kondisi APD yang telah digunakan dilaporkan 5.2 Laporan penggunaan APD didokumentasikan VI. BATASAN VARIABEL 1. Konteks variabel Unit kompetensi ini untuk menjelaskan mengidentifikasi, menyiapkan, menerapkan, merawat dan melaporkan jenis-jenis alat pelindung diri (APD). Unit kompetensi ini berlaku untuk seluruh kegiatan kerja yang mempunyai potensi bahaya (hazard) kerja dalam rangka penerapan K3 24

25 2. Perlengkapan yang dibutuhkan: 2.1 Prosedur K3 2.2 Prosedur Operasi Standar (Standard Operational Procedures) pekerjaan 2.3 Jenis-jenis Alat Pelindung Diri yang digunakan di industri. 3. Tugas-tugas yang harus dilakukan: 3.1 Mengidentifikasi APD yang sesuai dengan potensi bahaya kerja 3.2 Menyiapkan APD yang akan digunakan 3.3 Menerapkan penggunaan APD 3.4 Merawat APD setelah digunakan. 3.5 Melaporkan penggunaan APD. 4. Peraturan yang diperlukan: 4.1 Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja 4.2 Permen No. Per.01/MEN/1980 tentang pekerjaan pada konstruksi 4.3 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:KEP 174/MEN/1986 dan Nomor 104/KPTS/1986 tentang keselamatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi 4.4 Permenakertrans No. Per. 08/Men/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri. 4.5 Permenaker No. Per. 02/Men/1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir. 4.6 Permenaker No. Per. 05/Men/1985 tentang Pesawat angkat angkut. 4.7 Permenakertrans No. Per. 01/Men/1980 tentang K3 pada konstruksi bangunan. 4.8 Kep 45/DJPPK/IX/2008 : Pedoman Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Bekerja Pada Ketinggian Dengan Menggunakan Akses Tali (Rope Access ). 4.9 Kep. 113/DJPPK/IX/2006: Pedoman K3 Bekerja Pada Ruang Terbatas VII. PANDUAN PENILAIAN 1. Penjelasan Prosedur Penilaian : 1.1 Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya: - KKK.TG Membantu Pemenuhan Perundangan dan Persyaratan K3 Lainnya. - KKK.TG Mengidentifikasi potensi bahaya (hazard) kerja. 2.Kondisi Penilaian : Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang berpengaruh atas tercapainya kompetensi tersebut. 25

26 Penilaian dapat dilakukan dengan cara penilaian mandiri, wawancara, tes tertulis, demonstrasi, dan simulasi di bengkel (workshop) kerja atau di tempat kerja 3. Pengetahuan yang dibutuhkan : Pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini sebagai berikut : 3.1 Perundangan dan Peraturan K3 3.2 Potensi Bahaya Kerja di tempat kerja. 3.3 Jenis dan fungsi APD 4. Keterampilan yang dibutuhkan : 4.1 Menggunakan APD 5. Aspek Kritis 5.1 Ketelitian memeriksa APD 5.2 Ketepatan menggunakan APD VIII. KOMPETENSI KUNCI No. KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT INI TINGKAT 1. Mengumpulkan, menganalisa, dan mengorganisasikan informasi 2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide 1 3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 1 4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 2 5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 1 6. Memecahkan masalah 1 7. Menggunakan teknologi

27 I. KODE UNIT : KKK.TG II. JUDUL UNIT : Memasang tangga-portabel di level dasar untuk digunakan naik-turun. III. DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berkaitan dengan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk memasang tangga portabel untuk kegiatan naikturun. IV. ELEMEN KOMPETENSI V. KRITERIA UNJUK KERJA 1. Mengidentifikasi tangga, permukaan tumpuan tangga dan tempat yang akan dicapai 2. Menyiapkan tangga portable yang akan digunakan 3. Memasang tangga-portable untuk digunakan 1.1 Jenis-jenis tangga portabel dijelaskan 1.2 Permukaan tumpuan tangga diidentifikasi 1.3 Tempat yang akan dicapai diidentifikasi 1.4 Teknik pemasangan tangga dijelaskan 2.1 Tangga portable dipilih sesuai peruntukannya 2.2. Tangga portable disiapkan sesuai peruntukannya Tangga dipasang sesuai prosedur. 3.2 Pengaman tangga yang akan digunakan dilakukan sesuai prosedur. 3.3 Tangga sesudah digunakan dilepaskan sesuai prosedur. VI. BATASAN VARIABEL 1. Konteks variabel Tangga portabel adalah tangga yang dapat dipindahkan dan bertumpu pada permukaan 2. Perlengkapan yang dibutuhkan 2.1 POS (Prosedur Operasi Standar) Pekerjaan 2.2 Prosedur K3 2.3 Tangga portable 27

28 3. Tugas yang harus dilakukan 3.1 Mengidentifikasi tangga, permukaan tumpuan tangga dan tempat yang akan dicapai 3.2 Menyiapkan tangga portable yang akan digunakan 3.3 Memasang tangga-portable untuk digunakan 4. Peraturan yang diperlukan 4.1 Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja 4.2 Permen No. Per.01/MEN/1980 tentang pekerjaan pada konstruksi 4.3 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:KEP 174/MEN/1986 dan Nomor 104/KPTS/1986 tentang keselamatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi 4.4 Permenakertrans No. Per. 08/Men/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri. 4.5 Permenaker No. Per. 02/Men/1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir. 4.6 Permenaker No. Per. 05/Men/1985 tentang Pesawat angkat angkut. 4.7 Permenakertrans No. Per. 01/Men/1980 tentang K3 pada konstruksi bangunan. 4.8 Kep 45/DJPPK/IX/2008 : Pedoman Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Bekerja Pada Ketinggian Dengan Menggunakan Akses Tali (Rope Access). 4.9 Kep. 113/DJPPK/IX/2006: Pedoman K3 Bekerja Pada Ruang Terbatas VII. PANDUAN PENILAIAN 1. Penjelasan Prosedur Penilaian : 1.1 Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya: - KKK.TG Membantu Pemenuhan Perundangan dan Persyaratan K3 Lainnya. - KKK.TG Mengidentifikasi potensi bahaya (hazard) kerja. 2. Kondisi Penilaian : Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang berpengaruh atas tercapainya kompetensi tersebut. Penilaian dapat dilakukan dengan cara penilaian mandiri, wawancara, tes tertulis, demonstrasi, dan simulasi di bengkel (workshop) kerja atau di tempat kerja. 28

29 3. Pengetahuan yang dibutuhkan : Pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini sebagai berikut : 3.1 Perundangan dan Peraturan K3 3.2 Potensi Bahaya Kerja di tempat kerja. 4. Keterampilan yang dibutuhkan : 4.1 Kemampuan mengidentifikasi tangga portable 4.2 Kemampuan memasang tangga portable 5. Aspek Kritis 5.1 Kemampuan memasang tangga portable VIII.KOMPETENSI KUNCI No. KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT INI TINGKAT 1. Mengumpulkan, menganalisa, dan mengorganisasikan informasi 2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide 1 3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 1 4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 1 5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 1 6. Memecahkan masalah 2 7. Menggunakan teknologi

30 I. KODE UNIT : KKK.TG II. JUDUL UNIT : Menggunakan Alat Penahan Jatuh Perorangan III. DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berkaitan dengan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam menggunakan alat penahan jatuh perorangan untuk bekerja pada ketinggian. IV. ELEMEN KOMPETENSI V. KRITERIA UNJUK KERJA 1. Menentukan alat penahan jatuh perorangan yang sesuai. 2 Menyiapkan alat penahan jatuh perorangan 3. Menggunakan alat penahan jatuh perorangan 4. Merawat alat penahan jatuh setelah digunakan. 5. Melaporkan penggunaan alat penahan jatuh 1.1 Jenis-jenis alat penahan jatuh perorangan diidentifikasi 1.2 Alat penahan jatuh perorangan dijelaskan 1.3 Alat penahan jatuh perorangan dipilih sesuai dengan kebutuhan 2.1. Kondisi alat penahan jatuh perorangan diperiksa sesuai prosedur 2.2 Alat penahan jatuh perorangan disiapkan. 3.1 Prosedur penggunaan alat penahan jatuh perorangan dijelaskan 3.2 Tahapan pemakaian alat penahan jatuh perorangan dilakukan sesuai prosedur 3.3 Alat penahan jatuh perorangan digunakan sesuai prosedur 4.1. Alat penahan jatuh perorangan dibersihkan sesuai prosedur Alat penahan jatuh perorangan disimpan sesuai prosedur. 5.1 Alat penahan jatuh perorangan yang telah digunakan dilaporkan sesuai prosedur. 5.2 Formulir laporan penggunaan alat penahan jatuh perorangan diisi sesuai prosedur. VI. BATASAN VARIABEL 1. Konteks variabel 1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk menentukan, menyiapkan, menggunakan, merawat dan melapor penggunaan alat penahan jatuh perorangan. 30

31 1.2 Unit kompetensi ini berlaku untuk seluruh kegiatan kerja yang mempunyai potensi bahaya jatuh dalam rangka penerapan K3 di tempat kerja. 2. Perlengkapan yang dibutuhkan: 2.1 Prosedur K3 di tempat kerja 2.2 POS penggunaan Alat Penahan Jatuh 2.3 Jenis-jenis Alat Penahan Jatuh yang digunakan di tempat kerja 2.4 Formulir laporan penggunaan alat penahan jatuh 3. Tugas-tugas yang harus dilakukan: 3.1 Menentukan alat penahan jatuh perorangan yang akan digunakan. 3.2 Menyiapkan alat penahan jatuh perorangan yang akan digunakan 3.3 Menggunakan alat penahan jatuh perorangan. 3.4 Merawat alat penahan jatuh perorangan setelah digunakan. 3.5 Melaporkan penggunaan alat penahan jatuh 4. Peraturan yang diperlukan: 4.1 Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja 4.2 Permen No. Per.01/MEN/1980 tentang pekerjaan pada konstruksi 4.3 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:KEP 174/MEN/1986 dan Nomor 104/KPTS/1986 tentang keselamatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi 4.4 Permenakertrans No. Per. 08/Men/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri. 4.5 Permenaker No. Per. 02/Men/1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir. 4.6 Permenaker No. Per. 05/Men/1985 tentang Pesawat angkat angkut. 4.7 Permenakertrans No. Per. 01/Men/1980 tentang K3 pada konstruksi bangunan. 4.8 Kep 45/DJPPK/IX/2008 : Pedoman Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Bekerja Pada Ketinggian Dengan Menggunakan Akses Tali (Rope Access). 4.9 Kep. 113/DJPPK/IX/2006: Pedoman K3 Bekerja Pada Ruang Terbatas VII. PANDUAN PENILAIAN 1. Penjelasan Prosedur Penilaian : 1.1 Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya: - KKK.TG Membantu Pemenuhan Perundangan dan Persyaratan K3 Lainnya 31

32 - KKK.TG Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) 2. Kondisi Penilaian : 2.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas tercapainya kompetensi tersebut. 2.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara wawancara, ujian tulis, demonstrasi, simulasi di workshop/bengkel kerja atau di tempat kerja. 3. Pengetahuan yang dibutuhkan : Pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini sebagai berikut : 3.1 Jenis dan fungsi alat penahan jatuh perorangan 3.2 Prosedur pemeriksaan alat penahan jatuh perorangan 3.3 Prosedur penggunaan alat penahan jatuh perorangan 3.4 Prosedur perawatan alat penahan jatuh perorangan 3.5 Prosedur pelaporan penggunaan alat penahan jatuh perorangan 4. Keterampilan yang dibutuhkan : 4.1 Menentukan bahaya di tempat kerja 4.2 Menginspeksi alat penahan jatuh perorangan 4.3 Melaporkan penggunaan alat penahan jatuh perorangan 5. Aspek Kritis Penilaian 5.1 Mampu menggunakan alat penahan jatuh dengan cermat. 5.2 Kemampuan merawat alat penahan jatuh setelah digunakan VIII.KOMPETENSI KUNCI No. KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT INI TINGKAT 1. Mengumpulkan, menganalisa, dan mengorganisasikan informasi 2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide 1 3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 1 4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 2 5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 1 6. Memecahkan masalah 1 7. Menggunakan teknologi

33 I. KODE UNIT : KKK.TG II. JUDUL UNIT : Bergerak sederhana mencapai lokasi kerja pada ketinggian III. DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berkaitan dengan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk bergerak sederhana mencapai lokasi kerja pada ketinggian dengan aman IV. ELEMEN KOMPETENSI V. KRITERIA UNJUK KERJA 1. Mengidentifikasi pergerakan sederhana pada ketinggian 2. Melakukan pergerakan sederhana pada ketinggian Jenis pergerakan sederhana dijelaskan dengan benar. 1.2 Sarana pergerakan diidentifikasi 1.3 Jenis pengamanan pergerakan dijelaskan 2.1 Prinsip pergerakan sederhana yang aman pada ketinggian dijelaskan 2.2 Lanyard penahan jatuh dikaitkan dengan benar pada sarana pengaman pergerakan permanen. 2.3 Bergerak naik maupun turun dilakukan sesuai prosedur 2.4 Bergerak horisontal dilakukan sesuai prosedur VI. BATASAN VARIABEL 1. Konteks Variabel 1.1 Bergerak sederhana pada ketinggian adalah pergerakan naik, turun dan menyamping yang dilakukan pada struktur Pada Ketinggian dengan memanfaatkan tangga atau jalur yang telah disediakan. 1.2 Unit kompetensi ini berlaku untuk mengidentifikasi dan melakukan pergerakan sederhana pada ketinggian. 1.3 Unit kompetensi ini berlaku untuk seluruh kegiatan kerja yang dilakukan pada ketinggian dalam rangka penerapan K3 di tempat kerja 33

34 2. Perlengkapan yang dibutuhkan: 2.1 Prosedur K3 di tempat kerja 2.2 Prosedur Operasi Standar (POS) pekerjaan 2.3 Sarana pergerakan 2.4 Sarana pengaman pergerakan 2.5 Lanyard penahan jatuh 3. Tugas-tugas yang harus dilakukan: 3.1 Mengidentifikasi pergerakan sederhana pada ketinggian 3.2 Melakukan pergerakan sederhana pada ketinggian 4. Peraturan yang diperlukan: 4.1 Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja 4.2 Permen No. Per.01/MEN/1980 tentang pekerjaan pada konstruksi 4.3 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:KEP 174/MEN/1986 dan Nomor 104/KPTS/1986 tentang keselamatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi 4.4 Permenakertrans No. Per. 08/Men/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri. 4.5 Permenaker No. Per. 02/Men/1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir. 4.6 Permenaker No. Per. 05/Men/1985 tentang Pesawat angkat angkut. 4.7 Permenakertrans No. Per. 01/Men/1980 tentang K3 pada konstruksi bangunan. 4.8 Kep 45/DJPPK/IX/2008 : Pedoman Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Bekerja Pada Ketinggian Dengan Menggunakan Akses Tali (Rope Access). 4.9 Kep. 113/DJPPK/IX/2006: Pedoman K3 Bekerja Pada Ruang Terbatas VII. PANDUAN PENILAIAN 1. Penjelasan prosedur penilaian 1.1 Kompetensi ini diuji setelah peserta memiliki kompetensi: - KKK.TG : Mengidentifikasi potensi bahaya (hazard) kerja - KKK.TG : Menggunakan Alat Pelindung Diri KKK.TG : Menggunakan Alat Penahan Jatuh perorangan 34

35 2. Kondisi Penilaian 2.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas tercapainya kompetensi tersebut. 2.2 Penilaian dilakukan dengan cara wawancara, ujian tulis, demonstrasi, simulasi di workshop/bengkel kerja atau di tempat kerja. 3. Pengetahuan yang dibutuhkan: 3.1 Prosedur Operasi Standar (POS) di tempat kerja 3.2 Prosedur K3 3.3 Pergerakan sederhana dan fungsi alat pelindung jatuh 3.4 Sarana dan prinsip pergerakan sederhana 3.5 Prinsip pengamanan sederhana 4. Keterampilan yang dibutuhkan : 4.1 Bergerak naik pada struktur vertical dan horisontal 4.2 Mengaitkan lanyard penahan jatuh (fall arrester lanyard) pada sarana pengaman yang tersedia. 5. Aspek Kritis Penilaian 5.1 Mampu melakukan pergerakan sederhana dengan cermat VIII. KOMPETENSI KUNCI No. KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT INI TINGKAT 1. Mengumpulkan, menganalisa, dan mengorganisasikan informasi 2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide 1 3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 2 4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 2 5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 1 6. Memecahkan masalah 2 7. Menggunakan teknologi

36 I. KODE UNIT : KKK.TG II. JUDUL UNIT : Bergerak Bebas pada Ketinggian III. DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berkaitan dengan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk bergerak bebas dengan aman pada ketinggian. IV. ELEMEN KOMPETENSI 1. Mengidentifikasi pergerakan bebas pada ketinggian V. KRITERIA UNJUK KERJA 1.1. Sarana pergerakan bebas yang dapat digunakan dijelaskan 1.2. Sarana pergerakan bebas diidentifikasi 1.3 Sarana pengamanan pergerakan bebas diidentifikasi 1.4. Prinsip pengamanan bebas dijelaskan 2. Melakukan pergerakan bebas pada ketinggian 2.1. Prinsip pergerakan bebas yang aman pada ketinggian dijelaskan 2.2 Sarana pengamanan pergerakan sementara (temporary life line) dipasang sesuai prosedur 2.3 Penahan jatuh (fall arrester) dikaitkan sesuai prosedur pada sarana pengamanan dan pergerakan. 2.4 Naik, turun dan berjalan menggunakan sarana pergerakan dilakukan sesuai prosedur VI. BATASAN VARIABEL 1. Konteks Variabel 1.1 Bergerak bebas pada ketinggian adalah pergerakan naik, turun maupun menyamping yang dilakukan pada struktur Pada Ketinggian dengan memanfaatkan struktur yang ada. 2. Perlengkapan yang dibutuhkan 2.1 Prosedur K3 di tempat kerja 2.2 Prosedur Operasi Standar (POS) Perusahaan pergerakan bebas Pada Ketinggian 2.3 Sarana pergerakan bebas 2.4 Sarana pengamanan pergerakan bebas 2.5 Alat penahan jatuh perorangan (Fall arrester) 36

37 3. Tugas-tugas yang harus dilakukan 3.1 Mengidentifikasi pergerakan bebas pada ketinggian 3.2 Melakukan pergerakan bebas pada ketinggian 4. Peraturan yang diperlukan 4.1 Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja 4.2 Permen No. Per.01/MEN/1980 tentang pekerjaan pada konstruksi 4.3 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:KEP 174/MEN/1986 dan Nomor 104/KPTS/1986 tentang keselamatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi 4.4 Permenakertrans No. Per. 08/Men/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri. 4.5 Permenaker No. Per. 02/Men/1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir. 4.6 Permenaker No. Per. 05/Men/1985 tentang Pesawat angkat angkut. 4.7 Permenakertrans No. Per. 01/Men/1980 tentang K3 pada konstruksi bangunan. 4.8 Kep 45/DJPPK/IX/2008 : Pedoman Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Bekerja Pada Ketinggian Dengan Menggunakan Akses Tali (Rope Access). 4.9 Kep. 113/DJPPK/IX/2006: Pedoman K3 Bekerja Pada Ruang Terbatas VII. PANDUAN PENILAIAN 1. Penjelasan prosedur penilaian Uji kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya: 1.1 KKK.TG Mengidentifikasi Bahaya (hazard) Kerja pada Ketinggian. 1.2 KKK.TG Menggunakan Alat Penahan Jatuh 1.3 KKK.TG Bergerak sederhana pada Ketinggian 1.4 KKK.TG Menggunakan Alat Pelindung Diri. 2. Kondisi pengujian 2.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas tercapainya kompetensi tersebut. 2.2 Penilaian dilakukan dengan cara wawancara, ujian tulis, demonstrasi, simulasi di workshop/bengkel kerja atau di tempat kerja. 37

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 325 / MEN / XII / 2011 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 325 / MEN / XII / 2011 TENTANG LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 325 / MEN / XII / 2011 TENTANG PENETAPAN RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA DI SEKTOR KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

PROGRAM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) BEKERJA PADA KETINGGIAN

PROGRAM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) BEKERJA PADA KETINGGIAN : Senggono PROGRAM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN (K3) BE PADA KETINGGIAN KODE PROGRAM PELATIHAN : KEMENTERIAN TENAGA DAN TRANSMIGRASI SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT KESELAMATAN DAN

Lebih terperinci

PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO

PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO Pengertian (definisi) resiko K3 (risk) ialah potensi kerugian yang bisa diakibatkan apabila berkontak dengan suatu bahaya ataupun terhadap kegagalan

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.21/MEN/X/2007 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STANDARD KOMPETENSI KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR :PER.21/MEN/X/2007. TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR :PER.21/MEN/X/2007. TENTANG PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR :PER.21/MEN/X/2007. TENTANG TATA CARA PENETAPAN STANDARD KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA. MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Lebih terperinci

FR-APL-02 ASESMEN MANDIRI

FR-APL-02 ASESMEN MANDIRI FR-APL-02 ASESMEN MANDIRI Nama Asesi : Tanggal/Waktu : Nama Asesor : Tempat : Pada bagian ini, anda diminta untuk menilai diri sendiri terhadap unit (unit-unit) kompetensi yang akan di-ases. 1. Pelajari

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN THANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA DAN THANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.21/MEN/X/2007 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN THANSMIGRASI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP - 69 / MEN / III / V / 2004 TENTANG PERUBAHAN LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.324/MEN/XII/2011 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.324/MEN/XII/2011 TENTANG LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.324/MEN/XII/2011 TENTANG PENETAPAN RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA DI SEKTOR KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL

Lebih terperinci

TENAGA*"#ffiff**r*"*o'

TENAGA*#ffiff**r**o' TENAGA*"#ffiff**r*"*o' REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEp. ]ta / MEN/ rx /2009 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.386, 2016 KEMENAKER. Pekerjaan pada Ketinggian. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL

Lebih terperinci

TENAGAKER.fffillo r*"*r,

TENAGAKER.fffillo r**r, TENAGAKER.fffillo r*"*r, REPTJBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.?t2o IMEN/ rx 12009 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 326 /MEN/ XII /2011 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 326 /MEN/ XII /2011 TENTANG LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 326 /MEN/ XII /2011 TENTANG PENETAPAN RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

Darmawansyah, ST, M.Si /

Darmawansyah, ST, M.Si / Darmawansyah, ST, M.Si 08180676099 / 085213401980 darmawansyah73@gmail.com PROFIL SDM INDONESIA FEB 2015 5,46 juta penganggur menjadi prioritas untuk ditingkatkan kompetensinya Sumber : diolah dari berita

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.364, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Standar. Kompetensi. Kerja. Nasional. Indonesia. Pencabutan.

BERITA NEGARA. No.364, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Standar. Kompetensi. Kerja. Nasional. Indonesia. Pencabutan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.364, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Standar. Kompetensi. Kerja. Nasional. Indonesia. Pencabutan. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

Maksud dan tujuan ditetapkannya Standar Kompetensi Kerja Nasional Bidang Air Minum adalah:

Maksud dan tujuan ditetapkannya Standar Kompetensi Kerja Nasional Bidang Air Minum adalah: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu unit dalam pengembangan sistem penyediaan air minum adalah unit produksi yang merupakan bangunan instalasi pengolahan air minum dan bangunan penampungan air

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 613 TAHUN 2012 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 613 TAHUN 2012 TENTANG LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 613 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KEMNAKER DALAM PEMBINAAN KOMPETENSI AHLI K3 KONSTRUKSI

KEBIJAKAN KEMNAKER DALAM PEMBINAAN KOMPETENSI AHLI K3 KONSTRUKSI KEBIJAKAN KEMNAKER DALAM PEMBINAAN KOMPETENSI AHLI K3 KONSTRUKSI DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN R.I. UTAMAKAN KESELAMATAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PERSYARATAN UMUM ASESOR LISENSI, LEAD ASESOR DAN FASILITATOR SISTEM MANAJEMEN MUTU LSP

PEDOMAN PERSYARATAN UMUM ASESOR LISENSI, LEAD ASESOR DAN FASILITATOR SISTEM MANAJEMEN MUTU LSP Badan Nasional Sertifikasi Profesi Republik Indonesia Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor : 13/BNSP.218/XII/2013 Tentang PEDOMAN PERSYARATAN UMUM ASESOR LISENSI, LEAD ASESOR DAN FASILITATOR

Lebih terperinci

TENAGA KERfffi lloonr*.*.,

TENAGA KERfffi lloonr*.*., TENAGA KERfffi lloonr*.*., REPIJBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 325 /MEN/ rx /2009 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

2018, No profesi dan penyusunan okupasi atau jabatan nasional yang ditetapkan oleh Instansi Teknis; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaima

2018, No profesi dan penyusunan okupasi atau jabatan nasional yang ditetapkan oleh Instansi Teknis; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaima No. 307, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Standar dan Sertifikasi Kompetensi Penanggung Jawab Operasional Instalasi Pengendalian Pencemaran Udara dan Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran

Lebih terperinci

BAB I PENJELASAN UMUM STANDAR KOMPETENSI PROGRAMER KOMPUTER

BAB I PENJELASAN UMUM STANDAR KOMPETENSI PROGRAMER KOMPUTER BAB I PENJELASAN UMUM STANDAR KOMPETENSI PROGRAMER KOMPUTER 1.1 Rasional Perjanjian ASEAN Free Trade Area (AFTA) telah satu tahun diberlakukan. Era Globalisasi dalam perdagangan bebas Asia Tenggara telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja yaitu suatu kejadian yang timbul akibat atau selama pekerjaan yang mengakibatkan kecelakaan kerja yang fatal dan kecelakaan kerja yang tidak

Lebih terperinci

NOMOR KEP. r 67lMENA/llll201O TENTANG

NOMOR KEP. r 67lMENA/llll201O TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSIVIIGRASI REPTJBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. r 67lMENA/llll201O TENTANG PENETAPAN RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI

Lebih terperinci

2018, No pelatihan profesi, uji kompetensi dan sertifikasi profesi yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan; c. bahwa berdas

2018, No pelatihan profesi, uji kompetensi dan sertifikasi profesi yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan; c. bahwa berdas No.235, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. KKNI PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.3/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2018 TENTANG KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL

Lebih terperinci

K E p u ru sa N H,r e r.rr e nflihlr"ftilflild.fi DAN r RAN s M I c RAS I

K E p u ru sa N H,r e r.rr e nflihlrftilflild.fi DAN r RAN s M I c RAS I TENAGAKER.fffiT*r*"*ort K E p u ru sa N H,r e r.rr e nflihlr"ftilflild.fi DAN r RAN s M I c RAS I REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEPI.bg /MENA/ily2010 TENTANG PENETAPAN RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.139/MEN/VII/2010 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.139/MEN/VII/2010 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.139/MEN/VII/2010 TENTANG PENETAPAN SKKNI SEKTOR LISTRIK, GAS DAN AIR

Lebih terperinci

LEGALISASI SERTIFIKASI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI. Disampaikan Oleh : SULISTYO

LEGALISASI SERTIFIKASI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI. Disampaikan Oleh : SULISTYO LEGALISASI SERTIFIKASI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI Disampaikan Oleh : SULISTYO Tanggal 22 April 2013 PENGERTIAN DASAR SERTIFIKASI KOMPETENSI SERTIFIKASI SERTIFIKASI merupakan suatu proses untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Pembangunan nasional diarahkan menuju terwujudnya masyarakat yang maju, adil, makmur dan mandiri dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri.

Pembangunan nasional diarahkan menuju terwujudnya masyarakat yang maju, adil, makmur dan mandiri dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri. PENDAHULUAN DAN LATAR BELAKANG Pembangunan nasional diarahkan menuju terwujudnya masyarakat yang maju, adil, makmur dan mandiri dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri. Pembangunan ketenagakerjaan

Lebih terperinci

onn"t##i*ffi'f crasr KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11Ep. t4t /MENFI201o TENTANG

onnt##i*ffi'f crasr KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11Ep. t4t /MENFI201o TENTANG MENTERI onn"t##i*ffi'f crasr KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11Ep. t4t /MENFI201o TENTANG PENETAPAN RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR

Lebih terperinci

TENAGAKER#ffif*^r*"*o'

TENAGAKER#ffif*^r**o' TENAGAKER#ffif*^r*"*o' REPTJBLIK IITDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. r59 /MENnrIy2o10 TENTANG PENETAPAN RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL

Lebih terperinci

K3 BEKERJA PADA KETINGGIAN & AKSES TALI [DTG1B2] K3 & Hukum Tenaga Kerja

K3 BEKERJA PADA KETINGGIAN & AKSES TALI [DTG1B2] K3 & Hukum Tenaga Kerja K3 BEKERJA PADA KETINGGIAN & AKSES TALI [DTG1B2] K3 & Hukum Tenaga Kerja DEFINISI Berdasarkan Surkep No.45 Bekerja pada ketinggian (working at height) Pekerjaan yang membutuhkan pergerakan tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB I PENJELASAN UMUM STANDAR KOMPETENSI JARINGAN KOMPUTER DAN SISTEM ADMINISTRASI

BAB I PENJELASAN UMUM STANDAR KOMPETENSI JARINGAN KOMPUTER DAN SISTEM ADMINISTRASI BAB I PENJELASAN UMUM STANDAR KOMPETENSI JARINGAN KOMPUTER DAN SISTEM ADMINISTRASI 1.1 Rasional Perjanjian ASEAN Free Trade Area (AFTA) yang telah berjalan selama empat tahun merupakan bagian dari era

Lebih terperinci

KEp uru san M E NrE Ri'+HfAbi'RffiiA onru rran s M I c RAS I

KEp uru san M E NrE Ri'+HfAbi'RffiiA onru rran s M I c RAS I TENAGAKERfffi t*r*r*"*o' KEp uru san M E NrE Ri'+HfAbi'RffiiA onru rran s M I c RAS I REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP J 68/MENA/IIII2O1 O TENTANG PENETAPAN RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1032, 2017 KEMEN-ESDM. Standardisasi Kompetensi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG STANDARDISASI

Lebih terperinci

TENAGAo*m^tf* REPTJBLIK INDONESIA

TENAGAo*m^tf* REPTJBLIK INDONESIA TENAGAo*m^tf* REPTJBLIK INDONESIA.*"*o' KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 119 / MEN/ TX /2009 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR

Lebih terperinci

TENAGA KER.ffiNEf**r*"*r, REPTJBLIK II{DONESIA

TENAGA KER.ffiNEf**r**r, REPTJBLIK II{DONESIA TENAGA KER.ffiNEf**r*"*r, REPTJBLIK II{DONESIA KEPUTUSANMENTER TENAGAKERJADANTRANSM GRAS REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 1t4 /MEN/ rx /2009 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 02 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN PERSYARATAN KOMPETENSI PELAKSANAAN RETROFIT DAN RECYCLE PADA SISTEM REFRIGERASI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMI GRASI REPUBLI K I NDONESI A

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMI GRASI REPUBLI K I NDONESI A MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMI GRASI REPUBLI K I NDONESI A KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMI GRASI REPUBLI K I NDONESI A NOMOR KEP. 211 / MEN/ X / 2008 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 244 / MEN / V / 2007 TENTANG

KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 244 / MEN / V / 2007 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 244 / MEN / V / 2007 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL

Lebih terperinci

BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI

BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI KEPUTUSAN NO : KEP- 008/BNSP/XII/2005 TENTANG Pedoman BNSP 101-2005 Pelaksanaan Pembakuan SKKNI Menimbang : a. bahwa pelaksanaan Pasal 16 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

2018, No.8-2- Negara Republik Indonesia Nomor 3478); 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Repu

2018, No.8-2- Negara Republik Indonesia Nomor 3478); 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Repu No.8, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Jenjang KKNI Tenaga Kerja Bidang Alat dan Mesin Pertanian. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50/PERMENTAN/SM.200/12/2017 TENTANG JENJANG

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KEPMEN NO. 227 TH 2003

KEPMEN NO. 227 TH 2003 KEPMEN NO. 227 TH 2003 KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 227/MEN/2003 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STANDARD KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA MENTERI TENAGA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS NOMOR : KEP. 297 /LATTAS/ XII /2007 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS NOMOR : KEP. 297 /LATTAS/ XII /2007 TENTANG DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Jln. Jend. Gatot Subroto Kav. 51 Lt. VII.B Telp/Fax. (021) 52961311, 5255733 (Ext.734) Jakarta Selatan

Lebih terperinci

: Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor : Kep. 24 /DJPPK/V/2006 Tanggal : 17 Mei 2006

: Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor : Kep. 24 /DJPPK/V/2006 Tanggal : 17 Mei 2006 Lampiran I : Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor : Kep. 24 /DJPPK/V/2006 Tanggal : 17 Mei 2006 PEDOMAN PELATIHAN DAN PENUNJUKAN AUDITOR SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 159 TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 159 TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 159 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL GOLONGAN POKOK

Lebih terperinci

K3 Konstruksi Bangunan

K3 Konstruksi Bangunan K3 Konstruksi Bangunan LATAR BELAKANG PERMASALAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN Kegiatan konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.170/MEN/VIII/2010 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.170/MEN/VIII/2010 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.170/MEN/VIII/2010 TENTANG PENETAPAN SKKNI SEKTOR LISTRIK, GAS DAN AIR

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 610 TAHUN 2012

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 610 TAHUN 2012 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 610 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR TEKNOLOGI INFORMASI

Lebih terperinci

Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI)

Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) Konvensi Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) SEKTOR JASA PENDIDIKAN LAINNYA BIDANG JASA PENDIDIKAN BAHASA PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS UNTUK KEPARIWISATAAN (SUB BIDANG TATA GRAHA)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.65/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 TENTANG STANDAR DAN SERTIFIKASI KOMPETENSI PENYUSUN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP DENGAN

Lebih terperinci

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI)

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI) SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI) Judul Pelatihan : Mekanik Tower Crane (Tower Crane Mechanics) Kode Jabatan Kerja : INA. 5230.223.13 Kode Pelatihan : DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 42/Permentan/SM.200/8/2016 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA SEKTOR PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

(Lembaga Sertifikasi Profesi Kegiatan Usaha Hulu Migas)

(Lembaga Sertifikasi Profesi Kegiatan Usaha Hulu Migas) (Lembaga Sertifikasi Profesi Kegiatan Usaha Hulu Migas) *** EXPERT SHARING IKATAN AHLI FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI INDONESIA Hotel AMOS-COZY, Oleh : Muliana Sukardi (Ketua LSP-Hulu Migas) ***

Lebih terperinci

Seminar, Workshop & Munas FPPTI. Pendahuluan. Latar Belakang Pentingnya Sertifikasi Kesejahteraan Rakyat. Pertumbuhan ekonomi Daya Saing

Seminar, Workshop & Munas FPPTI. Pendahuluan. Latar Belakang Pentingnya Sertifikasi Kesejahteraan Rakyat. Pertumbuhan ekonomi Daya Saing PTS INDONESIA PENTINGNYA SERTIFIKASI PUSTAKAWAN BAGI PUSTAKAWAN DI PTN/PTS INDONESIA Opong Sumiati. Pusat Pengembangan Pustakawan Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpustakaan Nasional

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR JASA KESEHATAN SUB SEKTOR JASA KESEHATAN LAINNYA BIDANG PENGOBATAN TRADISIONAL RAMUAN

STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR JASA KESEHATAN SUB SEKTOR JASA KESEHATAN LAINNYA BIDANG PENGOBATAN TRADISIONAL RAMUAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR JASA KESEHATAN SUB SEKTOR JASA KESEHATAN LAINNYA BIDANG PENGOBATAN TRADISIONAL RAMUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia adalah Negara tropis

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PEMBERLAKUAN DAN PENERAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA BIDANG KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR KOMPETENSI KERJA ANALIS KEPEGAWAIAN

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR KOMPETENSI KERJA ANALIS KEPEGAWAIAN - 1 - LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR KERJA ANALIS KEPEGAWAIAN I. PENDAHULUAN A. UMUM STANDAR KERJA ANALIS KEPEGAWAIAN 1. Berdasarkan Pasal 12 ayat

Lebih terperinci

Badan Nasional Sertifikasi Profesi. =================================== Pembentukkan Badan Koordinasi Sertifikasi Profesi - BKSP PEDOMAN BNSP

Badan Nasional Sertifikasi Profesi. =================================== Pembentukkan Badan Koordinasi Sertifikasi Profesi - BKSP PEDOMAN BNSP BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI PEDOMAN BNSP 401-2006 =================================== Pembentukkan Badan Koordinasi Sertifikasi Profesi - BKSP Badan Nasional Sertifikasi Profesi BADAN NASIONAL SERTIFIKASI

Lebih terperinci

TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN

TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN 6.1. Umum Era globalisasi akan membawa dampak ganda, disatu sisi akan membuka kesempatan kerjasama yang seluas-luasnya antar Negara dan disisi lain akan membawa persaingan

Lebih terperinci

PENGANTAR. Jakarta, Maret Pedoman Pelatihan dan Sertifikasi Asessor/ Master Asesor Kompetensi Draft Final 1 / 23

PENGANTAR. Jakarta, Maret Pedoman Pelatihan dan Sertifikasi Asessor/ Master Asesor Kompetensi Draft Final 1 / 23 PENGANTAR Pada konteks pelaksanaan uji kompetensi atau penilaian berbasis kompetensi, seorang Asesor Uji Kompetensi memiliki peran yang sangat penting dan menentukan dalam mencapai kualitas uji kompetensi

Lebih terperinci

PENTINGNYA SERTIFIKASI PUSTAKAWAN BAGI PUSTAKAWAN DI PTN/PTS INDONESIA

PENTINGNYA SERTIFIKASI PUSTAKAWAN BAGI PUSTAKAWAN DI PTN/PTS INDONESIA PENTINGNYA SERTIFIKASI PUSTAKAWAN BAGI PUSTAKAWAN DI PTN/PTS INDONESIA 2014 Opong Sumiati. Pusat Pengembangan Pustakawan Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpustakaan Nasional RI 23

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 61/MEN/III/2009 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 61/MEN/III/2009 TENTANG LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 6/MEN/III/2009 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR PARIWISATA BIDANG KEPEMANDUAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN... 1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN... 2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN Kompetensi Umum...

DAFTAR ISI... i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN... 1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN... 2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN Kompetensi Umum... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN... 1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN... 2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN... 5 1. Kompetensi Umum... 5 2. Kompetensi Kejuruan... 6 RUANG LINGKUP PEKERJAAN...10

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MENGGUNAKAN ALAT DAN PERLENGKAPAN PEMASANGAN SISTEM FIRE ALARM F III 08 02

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MENGGUNAKAN ALAT DAN PERLENGKAPAN PEMASANGAN SISTEM FIRE ALARM F III 08 02 MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI GOLONGAN POKOK TEKNISI FIRE ALARM MENGGUNAKAN ALAT DAN PERLENGKAPAN PEMASANGAN SISTEM FIRE ALARM 2016 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB I STANDAR KOMPETENSI... 1 1.1. Judul Unii Kompetensi... 1 1.2. Kode Unit... 1 1.3. Deskripsi Unit... 1 1.4. Kemampuan Awal... 1 1.5. Elemen Kompetensi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.340, 2010 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Pesawat Angkat Dan Angkut. Operator.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.340, 2010 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Pesawat Angkat Dan Angkut. Operator. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.340, 2010 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Pesawat Angkat Dan Angkut. Operator. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/VII/2010

Lebih terperinci

QUALITY ASSURANCE ENGINEER

QUALITY ASSURANCE ENGINEER Nomor Registrasi... RSKKNI - 4 RSKKNI RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA QUALITY ASSURANCE ENGINEER B A D A N P E M B I N A A N K O N S T R U K S I K E M E N T E R I AN P E K E R J A

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.5/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2018 TENTANG STANDAR DAN SERTIFIKASI KOMPETENSI PENANGGUNG JAWAB OPERASIONAL PENGOLAHAN AIR LIMBAH DAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI Teks tidak dalam format asli. Kembali LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1991 TENTANG LATIHAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1991 TENTANG LATIHAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 1991 TENTANG LATIHAN KERJA PRESIDEN, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga

Lebih terperinci

Menjamin keselamatan kerja operator & orang lain Menjamin penggunaan peralatan mekanik aman dioperasikan Menjamin proses produksi aman dan lancar

Menjamin keselamatan kerja operator & orang lain Menjamin penggunaan peralatan mekanik aman dioperasikan Menjamin proses produksi aman dan lancar Menjamin keselamatan kerja operator & orang lain Menjamin penggunaan peralatan mekanik aman dioperasikan Menjamin proses produksi aman dan lancar Disampaikan oleh : Gerry Aditya HP, ST. Dit.PNK3 Depnakertrans

Lebih terperinci

TENAGA KERffiNE lo"r*o*r, REPTJBLIK II\DOIYESIA

TENAGA KERffiNE lor*o*r, REPTJBLIK II\DOIYESIA TENAGA KERffiNE lo"r*o*r, REPTJBLIK II\DOIYESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 115 / MEN/ rx /2009 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT K3 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT K3 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT K3 1 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI TUJUAN PENGAJARAN Tujuan Umum: peserta mengetahui peraturan perundangan dan persyaratan

Lebih terperinci

12. Peraturan Uap Tahun 1930 atau Stoom Verordening 1930;

12. Peraturan Uap Tahun 1930 atau Stoom Verordening 1930; 9. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; 10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 rentang Pemerintahan Daerah; 11. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/VII/2010 TENTANG OPERATOR DAN PETUGAS PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/VII/2010 TENTANG OPERATOR DAN PETUGAS PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/VII/2010 TENTANG OPERATOR DAN PETUGAS PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Bahaya PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari seluruh kegiatan proses produksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung diri dipergunakan untuk melindungi tenaga kerja dari

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung diri dipergunakan untuk melindungi tenaga kerja dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alat Pelindung diri dipergunakan untuk melindungi tenaga kerja dari sumber-sumber potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja. Ditempat kerja, tenaga kerja kemungkinan

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 4/ BNSP / VII / 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 4/ BNSP / VII / 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 4/ BNSP / VII / 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN NASIONAL

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 91 /MEN/ IV/ 2008

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 91 /MEN/ IV/ 2008 1 2 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 91 /MEN/ IV/ 2008 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR JASA KEMASYARAKATAN DAN

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag BAB V PEMBAHASAN Dari hasil penelitian PT. Bina Guna Kimia telah melaksanakan programprogram keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag Out (LOTO) dan Line Breaking merupakan program

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 210 / MEN / X / 2008 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 210 / MEN / X / 2008 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 210 / MEN / X / 2008 TENTANG PENETAPAN SKKNI SEKTOR INDUSTRI MINYAK

Lebih terperinci

PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI JURU UKUR SEISMIK

PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI JURU UKUR SEISMIK PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI JURU UKUR SEISMIK KODE PROGRAM PELATIHAN C 11 20 0 1 1 1 II 01 DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Jl.

Lebih terperinci

TENAcAKERfffillo r*"*r,

TENAcAKERfffillo r**r, TENAcAKERfffillo r*"*r, REPTJBLIK II\DONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 11 /MENATT2OIO TENTANG PENETAPAN RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FORMAT PENULISAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI)

STRUKTUR DAN FORMAT PENULISAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI) 15 2012, No.364 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA STRUKTUR DAN FORMAT

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2012

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2012 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR INDUSTRI PEMURNIAN DAN PENGILANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.81, 2015 KEMEN ESDM. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. Migas. Pemberlakuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1991 TENTANG LATIHAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1991 TENTANG LATIHAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1991 TENTANG LATIHAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan

Lebih terperinci

Badan Nasional Sertifikasi Profesi =================================== PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI OLEH PANITIA TEKNIS BNSP PEDOMAN BNSP 304

Badan Nasional Sertifikasi Profesi =================================== PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI OLEH PANITIA TEKNIS BNSP PEDOMAN BNSP 304 Badan Nasional Sertifikasi Profesi PEDOMAN BNSP 304 =================================== PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI OLEH PANITIA TEKNIS BNSP Badan Nasional Sertifikasi Profesi 1 / 17 KATA PENGANTAR 2 /

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN NO. : KEP. 311/BW/2002

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN NO. : KEP. 311/BW/2002 KEPUTUSAN PEMBINAAN HUBUNGAN INDUSTRIAL NO. : KEP. 311/BW/2002 TENTANG SERTIFIKASI KOMPETENSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TEKNISI LISTRIK PEMBINAAN HUBUNGAN INDUSTRIAL Menimbang : a. bahwa listrik

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.65/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 TENTANG STANDAR DAN SERTIFIKASI KOMPETENSI PENYUSUN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/SM.200/6/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/SM.200/6/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/SM.200/6/2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 716 TAHUN

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 716 TAHUN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 716 TAHUN TENTANG PENETAPAN RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NO. 21 TH 2005

PERATURAN MENTERI NO. 21 TH 2005 PERATURAN MENTERI NO. 21 TH 2005 PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PER-21/MEN/X/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PEMAGANGAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Lebih terperinci