BAB V UPAYA-UPAYA PEMERTAHANAN BAHASA BALI. telah diupayakan sebagaimana tertuang dalam penjelasan Bab XV pasal 36 UUD 1945

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V UPAYA-UPAYA PEMERTAHANAN BAHASA BALI. telah diupayakan sebagaimana tertuang dalam penjelasan Bab XV pasal 36 UUD 1945"

Transkripsi

1 67 BAB V UPAYA-UPAYA PEMERTAHANAN BAHASA BALI Upaya-upaya pemertahanan bahasa dalam hal ini bahasa Daerah secara yuridis telah diupayakan sebagaimana tertuang dalam penjelasan Bab XV pasal 36 UUD 1945 sebelum diamandemen, dirumuskan bahwa bahasa-bahasa daerah yang masih dipelihara dengan baik oleh masyarakat penuturnya, bahasa-bahasa itu dipelihara juga oleh Negara. Karena bahasa itu merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup, termasuk juga dengan bahasa Bali. Melalui GBHN 1993 menginstruksikan agar keberadaan bahasa-bahasa daerah dibina dan dikembangkan sebagai suatu produk budaya, yang dapat difungsikan sebagai penopang dan memperkaya kebudayaan nasional, sesuai dengan situasi dan kondisi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hoetomo (2005: 578) mengatakan upaya adalah usaha, jalan, melakukan sesuatu atau mengambil tindakan supaya sesuatu itu tetap ada dan bertahan. Upaya-upaya pemertahanan Bahasa Bali pada bagian ini dipahami sebagai cara, tindakan, atau pun sikap yang dapat menunjang penggunaan Bahasa Bali serta kebertahanannya dari berbagai pengaruh perubahan sosial yang ada dalam hidup bermasyarakat. Upaya-upaya pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar dapat diuaraikan sebagai berikut. 5.1 Upaya Pemertahanan Bahasa Bali dalam Keluarga Fashri (2007: 30), mengatakan bahwa penggunaan bahasa lebih ditekankan sebagai parole yaitu apa yang dituturkan seseorang pada saat dan tempat tertentu. Berkaitan

2 68 dengan pandangan Fashri tersebut, upaya pemertahanan Bahasa Bali tidak terlepas dari parole dalam kegiatan sehari-hari masyarakat Bali. Bahasa secara umum berfungsi sebagai alat komunikasi dalam interaksi masyarakat. Bahasa Bali sebagai bahasa daerah masyarakat Bali, juga memiliki fungsi yang sama dengan bahasa pada umunya, yaitu sebagai alat komunikasi khususnya dalam interaksi masyarakat Bali umumnya dan khususnya masyarakat multikultural di Kota Denpasar. Cakupan pembahasan pada bagian ini meliputi bahasa Bali sebagai bahasa pengantar dalam berkomunikasi, kegiatan keagamaan, dan bahasa Bali sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan adat masyarakat multikultural Kota Denpasar. Pada fungsinya demikian, Bahasa Bali dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam interaksi masyarakat, maupun sebagai alat komunikasi dalam keluarga. Keluarga, dalam kaitannya dengan konteks di atas, dipahami sebagai wadah bagi anggotanya untuk berkomunikasi, karena keluarga merupakan tempat pertama bagi seseorang untuk belajar tentang sesuatu (yang berhubungan dengan kehidupan bersama). Dengan komunikasi anggota keluarga dapat saling memahami antara orang tua dengan anak, atau sebaliknya antara anak dengan orangtua, juga antara anggota satu keluarga dengan anggota keluarga lain. Keluarga akan menjadi gersang tanpa komunikasi. Dengan komunikasi suasana keluarga menjadi akrab. Situasi demikian tampak dalam suasana keluarga Nyoman Alit yang beralamat jalan Veteran nomor 72 Denpasar. Berikut adalah komunikasi yang dilakukan oleh keluarga Nyoman Alit suami dari Kadek Setiari, yang direkam pada tanggal 10 Oktober 2009, dalam situasi santai dengan menggunakan bahasa Bali sebagai berikut. Nyoman Alit (kepala Keluarga) : Dek, Gaenang beli kopi abesik! Kadek Setiari (istri Nyoman Alit) : Kopi susu napi kopi selem?

3 69 Dede (anak dari pasangan suami istri Nyoman Alit dengan Kadek Setiari) : Kopi susu mek, anak ento dedemenane I Bapa. Percakapan di atas diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai berikut. Nyoman Alit (kepala keluarga) : Dek, Buatkan kakak (beli) kopi satu! Kadek Setiari (istri Nyoman Alit) : Kopi susu atau kopi hitam? Dede (anak dari pasangan suami istri Nyoman Alit dengan Kadek Setiari) : Kopi susu Bu, itu kesukaannya ( Ayah). Selain digunakan dalam situasi santai, bahasa Bali juga digunakan dalam situasi menuntun anak-anak dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah seperti kegiatan yang dilakukan oleh keluarga Ni Made Puspawati yang beralamat di jalan Penamparan, Padangsambian, Denpasar Barat pada tanggal 29 Nopember 2009, yang kutipan dialognya sebagai berikut. Deva (anak Ni Made Puspawati) : Mek, ada busung? Ni Made Puspawati (Ibu Deva) : Ada. Lakar anggon gena nakonang busung? Deva : Ajahin tiang ngulat tipat, tundena ngulat tipat taluh buin mani ulangan praktekne. Ni Made Puspawati : Gediang lidin busunge, gae cara lingkaran dadua liune, lantas celepang muncukne, lebaang gisiangane totonan. Jani jemak bongkol busunge celepin kaumahne tenenan, to,o dadi suba ya tipat, tipat taluh. Arti dialog tersebut dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.. Deva (anak Ni Made Puspawati) : Bu, ada janur? Ni Made Puspawati (Ibu Deva) : Ada. Untuk apa nanya janur? Deva : Ajari saya membuat ketupat, disuruh membuat ketupat (tipat taluh) besok ulangan praktiknya. Ni Made Puspawati : Buang lidi janurnya, lalu anyam buat seperti lingkaran sebanyak dua buah dan masukan ujung janurnya, lepas pegangan janur itu. Sekarang ambil ujungnya yang satu (bongkol) masukan ke rumah anyamannya yang sudah tersedia, ini jadilah dia ketupat (tipat taluh). Dialog di atas tampak adanya hubungan yang akrab dan kasih sayang antara ibu dan anak dalam keluarga. Hubungan kasih sayang tersebut tampak dalam keingin-tahuan anak tentang cara membuat ketupat melalui ibunya. Ibu juga dengan sabar melayani

4 70 kemauan baik anaknya. Relasi harmonis dengan penuh kasih sayang dalam dialog di atas, dibangun atau dimanifestasi dalam struktur bahasa daerah (bahasa Bali). Konteks dialog keluarga di atas menunjukkan bahwa Bahasa Bali merupakan alat komunikasi yang dapat digunakan dalam kehidupan berkeluarga. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Adiel (http// bahwa sosiolinguistik memiliki objek kajian yaitu bahasa. Bahasa sebagai parole dipandang sebagai perangkat tingkah laku yang telah ditransmisikan secara budaya atau dipakai oleh sekelompok individu. Strukturalisme memandang produksi makna sebagai efek dari struktur bahasa yang termanifestasi di dalam fenomena budaya tertentu atau dalam diri manusia yang bertutur. Strukturalisme memperluas jangkauannya dari kata-kata sampai pada bahasa tanda budaya secara umum, sehinggaa hubungan antar manusia, objek dan gambaran material dianalisis melalui struktur tanda. Levi-Strauss mendeskripsikan sistem kekerabatan yang menyerupai bahasa. Hubungan keluarga distrukturkan oleh organisasi internal (Barker, 2006: 17-18). Uraian di atas menunjukkan bahwa keluarga (etnis Bali) merasa bahwa bahasa Bali merupakan sarana komunikasi yang masih relevan dalam keluarga di era modern ini. Bahasa Bali dikatakan demikian, karena selain memiliki nilai budaya, warisan leluhur, juga bernuansa akrab dan kekeluargaan. Keluarga sungguh merasa sebagai orang Bali bila menggunakan bahasa Bali sebagai pilihan sarana komunikasi dalam keluarga. Keluarga dalam konteks uraian di atas merupakan salah satu kekuatan dalam upaya pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar.

5 Upaya Pemertahanan Bahasa Bali di Pasar Tadisional Bahasa Bali, dalam fungsinya sebagai alat komunikasi sebagaimana fungsi bahasa pada umumnya, merupakan bahasa pengantar dalam interaksi masyarakat Kota Denpasar, baik pada lingkup usaha (pasar) maupun dalam hidup berkeluarga. Kecuali itu, bahasa Bali juga digunakan sebagai alat berinteraksi di tempat umum seperti komunikasi yang dilakukan antara penjual dan pembeli, baik di toko maupun di pasar tradisional. Hal tersebut tampak ketika penjual menawarkan barang dagangannya kepada pembeli yang menggunakan Bahasa Bali dalam berinteraksi. Mereka (penjual dan pembeli) menunjukkan prilaku berbahasa yang sopan (sesuai etika berbahasa) seperti dialog di bawah ini. Dialog berikut dalam situasi seorang pedagang elektronik bernama Lina yang beretnis Cina melayani seorang ibu yang mau membeli tape recorder di Toko Agency Jaya Abadi Denpasar Utara pada 12 September Lina menyuruh karyawannya yang bernama Agung (beretnis Bali) untuk mengambilkan pembeli sebuah tape recorder. Berikut adalah kutipan dialog yang disaksikan penulis. Lina : Agung, Ambilin sebentar ibu niki tape di lantai atas nggih! (Agung, Ambilkan sebentar ibu ini tape di lantai atas ya!) Agung : nggih.. (ya). Lina : Tiang coba dumun, nggih bu. (Saya coba dulu, ya bu.) Kecuali itu, Bahasa Bali merupakan sarana komunikasi dalam interaksi masyarakat di pasar tradisional. Kebanyakan antara penjual dan pembeli khususnya yang beretnis Bali menggunakan bahasa Bali dalam melakukan transaksi. Masyarakat Bali merasa akrab dan kekeluargaan bila berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Bali dalam tawar menawar jualan. Hal ini sangat jelas dalam interaksi masyarakat Bali di Pasar

6 72 Kumbasari Denpasar. Pasar Kumbasari merupakan tempat transaksi barang-barang lokal dan penjualnya kebanyakan orang Bali. Hasil pengamatan penulis terhadap pasar tradisional Kumbasari menunjukkan bahwa yang berkomunikasi menggunakan bahasa Bali dalam transaksi tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat Bali, tetapi juga masyarakat etnis lain (luar Bali) seperti etnis Jawa, Lombok dan daerah lain. Hal ini sering dipakai oleh etnis non-bali sebagai salah satu cara agar harga barang yang mau dibeli bisa ditawar atau diturunkan. Akan tetapi, terlepas dari maksud pembeli seperti itu, satu hal yang perlu dikemukakan dalam hal ini adalah fungsi bahasa Bali sebagai sarana komunikasi di pasar tradisonal. Fakta di atas menunjukkan bahwa Bahasa Bali merupakan bahasa pengantar dalam interaksi masyarakat sehari-hari. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Chaer (2007 : 53) bahwa bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Itu berarti bahwa tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. Malah dalam bermimpi pun manusia menggunakan bahasa. Bertitik tolak pada paparan di atas, dapat dilihat bahwa kegiatan di pasar tradisional merupakan peluang dalam upaya pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar. 5.3 Upaya Pemertahanan Bahasa Bali dalam Kegiatan Keagamaan Bahasa Bali, selain sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan umum dalam masyarakat, ia (Bahasa Bali) juga merupakan bahasa pengatar dalam berbagai kegiatan keagamaan. Kegiatan keagamaan dengan Bahasa Bali sebagai bahasa pengantar dalam

7 73 hal ini adalah kegiatan keagamaan Hindu. Agama Hindu adalah agama yang dianut masyarakat Bali. Masyarakat Bali adalah masyarakat yang berlandaskan agama (Hindu) Bali. Dalam melakukan kegiatan keagamaan masyarakat Bali tidak terlepas dengan Bahasa Bali sebagai alat komunikasi dengan Sang Pencipta (Ida Sanghyang Widhi atau Tuhan Yang Maha Esa). Dengan demikian, Bahasa Bali tidak hanya sebagai alat komunikasi antar masyarakat, tetapi juga dengan Tuhan. Manusia-manusia Bali adalah manusia yang religius; manusia Bali selalu disibukkan dengan ritual agama (Panca Yadnya) yang sangat kompleks. Kendatipun jauh lebih sibuk melaksanakan ritual dibandingkan memahami ajaran agama, namun manusia Bali memiliki emosi religius internal yang kuat dan kokoh Pitana (ed.) (1994: 50). Kegiatan keagamaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Keagamaan secara sosiologis dilihat sebagai salah satu unsur pembentuk masyarakat. Hal itu berarti, kegiatan keagamaan tidak hanya sebagai salah satu unsur pembentuk masyarakat tetapi juga sebagai cirikhas hidup bermasyarakat itu sendiri. Hal tersebut sangat jelas seperti yang dikemukakan oleh Anom Ranuara seorang seniman dan budayawan ketika diwawancarai penulis pada 30 Nopember 2009 sebagai berikut. Bahasa Bali pinaka piranti rikalaning ngemargiang upacara (agama Hindu). Nangken ngemargiang upacara nenten lempas ring nganggen bahasa Bali tutur wiadin sesuratan. Pemargin bahasa Bali tutur makadi rikalining Ida padanda ngawentenang Dharma Wacana ring umat (agama Hindu). Nanging basa sesuratan kamargiang sekadi weda-weda sane kasurat ring lontar-lontar. Kutipan di atas diterjemahkan dalam bahasa Indonesia seperti di bawah ini. Bahasa Bali merupakan sarana yang sangat penting dalam kegiatan keagamaan. Setiap kali masyarakat Bali khususnya umat beragama Hindu merayakan hari raya keagamaan, Bahasa Bali selalu dipergunakan, baik secara lisan maupun tulisan. Penggunaan Bahasa Bali secara lisan misalnya pada saat Pedanda mengadakan

8 74 wejangan bagi umat Hindu. Sedangkan tulisan seperti isi Kitab Suci yang dituliskan dalam daun lontar. Kebiasaan masyarakat Bali khususnya yang beragama Hindu, sebelum melaksanakan kegiatan besar terlebih dahulu umat yang melakukan kegiatan tersebut mengadakan ziarah ke Pura yang telah ditentukan. Misalnya menjelang ujian nasional (UN) siswa mengadakan doa bersama di Padmasana Sekolah bahkan berziarah ke Pura Besakih, memohon kepada Sang Hyang Widhi agar memberikan kesabaran, pengertian dan kesuksesan bagi siswa yang akan mengikuti UN. Kegiatan tersebut menggunakan bahasa Bali sebagai bahasa pengantar terutama pada saat uapacara keagamaan dimulai. Kebiasaan masyarakat Bali serta ungkapan informan di atas tampak bahawa Bahasa Bali dapat dikatakan sebagai bahasa agama, khususnya agama Hindu. Dengan demikian, Bahasa Bali selain sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan keagamaan, juga merupakan bahasa agama. Hal tersebut sesuai pendapat Duija dalam Suastra (2008: 29) bahwa bahasa Bali masih sangat kental dipakai untuk pelestarian pustaka suci yang mengandung filsafat kerohanian, mabebasan (Nyastra), dharma wacana, dharma tula, saa, dan lain-lain. Teori sosiolinguistik juga membicarakan hal senada dengan konsep di atas, bahwa bahasa sebagai salah satu kegiatan sosial merupakan bagian dari kebudayaan. Kebudayaan menurut Taylor (1971: 1) adalah suatu keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, dan kebiasaan. Pada tataran ini, kegiatan keagamaan merupakan salah satu unsur budaya, yaitu kepercayaan. Bertitik tolak dari uraian di atas, jelas bahwa Bahasa Bali merupakan bahasa pengantar dalam kegiatan keagamaan, bahasa agama baik lisan maupun tulisan, dan bahkan merupakan bahasa pengantar budaya yang ada dalam masyarakat Bali. Budaya dan agama Hindu di Bali merupakan bagian yang merupakan satu kesatuan (tidak dapat

9 75 dipisahkan). Oleh sebab itu, Bahasa Bali digunakan sebagai bahasa pengantar budaya masyarakat Bali, dalam kapasitas yang sama Bahasa Bali juga merupakan bahasa pengantar dalam kegiatan keagamaan. Uraian di atas menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Bali dalam kegiatan keagamaan memiliki nilai ganda yang saling menguat. Nilai-nilai tersebut adalah bahwa Bahasa Bali sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan keagamaan. Peranan bahasa Bali yang sangat sentral dalam kegiatan keagamaan sekaligus merupakan kekuatan dalam upaya pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar Upaya Pemertahanan Bahasa Bali dalam Kegiatan Adat Adat adalah suatu kegiatan, perbuatan yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala, cara kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990: 5). Hidup sebagai masyarakat, tidak terlepas dari adat dan kebiasaan yang sudah lazim dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat Bali pada umumnya dikenal sebagai masyarakat yang sangat konsisten dengan kegiatan adat istiadat dalam keseharian hidupnya. Masyarakat Kota Denpasar sebagai bagian dari masyarakat Bali, juga tidak terlepas dari kegiatan adat istiadat dan kebiasaan yang sudah lazim dipraktikan. Misalnya sangkep desa dan peminangan. Sangkep adalah kegiatan adat yang bertujuan untuk mempersatukan pemikiran atau ide-ide antar warga sedesa dalam lingkup desa adat tertentu untuk mencapai kata sepakat. Dalam kegiatan sangkep tersebut bahasa Bali sangat komunikatif digunakan oleh pemimpin sangkep maupun anggota desa adatnya. Hal tersebut nampak dalam kegiatan

10 76 sangkep ngepud Desa Adat Kesiman Petilan Denpasar Timur pada tanggal 08 Nopember 2009 yang penulis rekam sebagai berikut. Made Karim (Bendesa Adat) : Sadurunge titiang matur, ngiring sinareng sami ngaturang pangastungkara OM Swastyastu. Angayubagia aturang titiang ring ida dane sareng sami duaning sangkaning pasuecan Ida Sanghyang Widhi Wasa, iraga prasida mapupul masadu arep ring galahe sane becik puniki. Uleman sinamian sane wangiang titiang, mungguing paruman sane mangkin nenten wenten tios maosang ngeninin indik pamargin parikrama yadnya tigang paletan sane sampun kamargiang, siosan ring paos punika taler jagi ngatur uningayang pariindik padreben desa, lan pikolih sane kamolihang sane sampun ngeranjing ring desa, taler jagi meligbagan indik pidabdab ring sajeroning nem sasih sane jagi rauh. Kutipan di atas diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai berikut. Made Karim (Kelihan Desa Adat). Sebelum rapat saya mulai mari kita mengucapkan panganjali OM Swastyastu. Rasa syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-nya kita dapat berkumpul pada kesempataan yang baik ini. Para undangan yang saya hormati, pertemuan ini tiada lain membahas tentang pelaksanaan proses upacara tiga tahapan yang sudah dilaksanakan, selain hal tersebut juga pembahasan tentang aset-aset desa serta hasil yang didapat yang sudah masuk ke kas desa, juga membahas program yang perlu dipersiapkan untuk enam bulan kedepan. Kutipan komunikasi yang dilakukan oleh Made Karim selaku Bendesa Adat Kesiman Petilan yang menggunakan bahasa Bali menunjukkan bahwa Bahasa Bali merupakan bahasa pengantar dalam kegiatan adat masyarakat Kota Denpasar. Bahasa Bali selain digunakan secara lisan untuk berkomunikasi dalam kelompok desa adat, juga dipakai secara verbal untuk berkomunikasi dalam urusan keluarga yang akan menikah. Sebelum pernikahan terjadi, orang tua kedua belah pihak (calon suami-isteri) berembug (berdiskusi bersama) untuk mencapai suatu kesepakatan. Pada tahap ini, kedua belah pihak (keluarga laki-laki dan keluarga perempuan) menggunakan juru bicara (jubir) khusus untuk menyampaikan pikiran atau pun niat mereka. Hal tersebut sangat jelas dari apa yang diungkapkan oleh Anom Ranuara yang selalu dipercayai warga

11 77 banjarnya untuk menjadi jubir bila ada urusan nganten (perkawinan). Berikut adalah ungkapan pengalaman pribadinya ketika diwawancarai penulis pada 30 Nopember Saya sering menjadi jubir dalam kegiatan adat. Dalam kegiatan adat, apa pun bentuk kegiatannya, harus menggunakan Bahasa Bali sebagai bahasa pengantar. Orang Bali pada umumnya selalu menggunakan Bahasa Bali dalam rapat di Banjar, kegiatan subak, bahkan rapat desa adat. Demikian juga dalam urusan nganten (perkawinan). Saya sering dipercaya oleh masyarakat untuk menjadi jubir dalam urusan nganten. Dalam kegiatan seperti itu, jubir harus menggunakan bahasa Bali, baik jubir dari pihak laki-laki maupun pihak perempuan yang akan menikah. Istilah-istilah dalam pembicaraan sangat kena (sangat bermakna) jika diungkapkan dengan menggunakan Bahasa Bali daripada menggunakan bahasa Indonesia. Ungkapan informan tersebut menunjukkan bahwa betapa pentingnya peran Bahasa Bali sebagai sarana komunikasi yang tepat dalam berbagai kegiatan adat yang ada dalam masyarakat Kota Denpasar. Kecuali itu, Bahasa Bali berperan dalam memaknai kegiatan adat, sehingga masyarakat yang terlibat di dalamnya merasakan keakraban, kekeluargaan. Hal tersebut sesuai pendapat Suteja (2006: 1) bahwa bahasa Bali menduduki peran sangat penting dalam ranah adat seperti rapat desa, banjar, subak, dan lain-lain, penutur masih sangat konsisten memakai bahasa Bali sebagai alat untuk menyampaikan suatu ide atau pendapat. Dengan demikian, kegiatan adat merupakan kekuatan dalam upaya pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar. 5.5 Upaya Pemertahanan Bahasa Bali dalam Pementasan Kesenian (Wayang Kulit, Arja, Pasantian) Kegiatan Kesenian Tradisional merupakan sebuah kegiatan hiburan yang dilatari oleh budaya lokal Bali. Dalam kapasitasnya yang demikian, kesenian juga merupakan sarana pelestarian bahasa Bali. Kesenian tradisional dalam hal ini dilihat sebagai sarana untuk pemertahanan sekaligus pengembangan bahasa Bali. Hal tersebut tampak dalam

12 78 penggunaan bahasa Bali pada setiap pementasan kesenian tradisional, seperti wayang kulit dan arja. Wayang Kulit dikenal masyarakat Bali pada umumnya sebagai seni dengan tematema klasik seputar sastra Hindu dengan lelucon-lelucon sang dalang yang bisa dinikmati oleh penontonnya dengan santai sebagai hiburan rakyat. Wayang kulit adalah suatu pertunjukkan yang menggunakkan sarana wayang yang dimainkan oleh ki dalang. Wayang juga identik dengan nama parbwayang, aringgit (Wicaksana,1997: 38). Pementasannya tidak memerlukan gedung yang megah, cukup di tempat yang ada tempat lowong untuk tempat penonton. Tempat dalang dan crew-nya dibuat agak tinggi agar penonton bisa jelas menonton pertujukkan waang tersebut. Wayang kulit dalam tulisan ini tidak hanya sebagai seni pertunjukkan, tetapi yang lebih ditekankan pada bagian ini adalah bahwa wayang kulit tidak semata pertunujukan untuk menghibur, tetapi juga sebagai sarana sosialisasi sekaligus pelestari nilai-nilai budaya lokal. Berkaitan dengan hal itu, wayang kulit pada bagian ini merupakan sarana sosialisasi, pelestari, dan pemberdayaan penggunaan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural Kota Denpasar. Uraian di atas sangat jelas dalam ungkapan Dewa Nyoman Sayang, seorang dalang wayang kulit yang tinggal di Jl. Ratna Denpasar ketika diwawancarai penulis pada 29 Nopember 2009 seperti berikut. Bahasa Bali pinaka sarana komunikasi sane pinih utama rikalaning ngigelang wayang (wayang kulit). Sahantukan pementasan wayang kulit maiketan ring kawigunan ipun pinaka wali, bebabli tur balih-balihan. Bantang-bantang satua sane kanggit sajeroning wayang kulit wantah madasar ring sastra Hindu. Ngigelang wayang majalarang antuk bahasa daerah (Bali) banget ngawantu rikalaning iraga pacang nyobiahang daging-daging budaya Bali miwah kawentenan aab jagate majeng ring para janane.

13 79 Terjemahan kutipan di atas dalam bahasa Indonesia sebagai berikut. Bahasa Bali merupakan sarana komunikasi utama dalam pementasan wayang kulit. Karena pementasan wayang kulit di Bali tidak bisa dilepaskan dengan fungsi seni sebagai bebali, wali, dan hiburan. Ketiga fungsi seni tersebut sangat bermakna jika disampaikan dengan bahasa Bali. Lakon yang dipentaskannyapun sebagian besar bersumber dari sastra Hindu. Melalui Bahasa Bali pula ki dalang mampu mensosialisasikan nilai-nilai budaya lokal beserta perubahannya secara komunikatif dalam kehidupan bermasyarakat. Ungkapan informan di atas menunjukkan bahwa antara wayang kulit dan bahasa Bali memiliki hubungan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Wayang kulit turut menentukan pemertahanan bahasa Bali satu pihak, dan pada pihak lain, bahasa Bali dapat melesatrikan dan memaknai pementasan wayang kulit dalam masyarakat Bali pada umumnya dan masyarakat multikutural Kota Denpasar pada khususnya. Hal tersebut sesuai teori linguistik Greenberg (1968: 3) yang menggunakan istilah antropolinguistik yang berarti mempelajari bahasa dalam hubungannya dengan kebudayaan umat manusia. Karena bahasa dan kebudayaan suatu umat manusia bisa berkembang dan berbeda dengan makhluk lain yang tanpa bahasa dan budaya. Barker (200: 69) mengetengahkan bahwa arti penting bahasa bagi pemahaman kebudayaan dan konstruksi pengetahuan telah mencapai puncak agenda di dalam cultural studies dan ilmu sosial humaniora, karena dua alas an penting, yaitu, pertama, bahasa adalah media istimewa di mana makna budaya dibangun dan dikomunikasikan; kedua, bahasa adalah sarana dan media di mana kita membangun pengetahuan tentang diri kita dan tentang dunia sosial. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa adalah pembangun nilainilai, makna dan pengetahuan. Bahasa menstrukturkan makna mana yang dapat dan tidak dapat digunakan pada situasi tertentu oleh objek yang bertutur. Memahami kebudayaan

14 80 berarti mengeksplorasi bagaimana makna dihasilkan secara simbolis melalui praktikpraktik pemaknaan bahasa. Hal senada diungkapkan oleh Halim (1976: 3) bahwa kesadaran akan pentingnya fungsi sosial-kultural bahasa, baik bahasa lokal maupun bahasa Indonesia masih sangat kurang. Fungsi perekat persatuan, fungsi simbolik guyub kultur dan etnik, sarana primodial yang erat kaitannya dengan kebudayaan lokal, jati diri, di sisi sarana komunikasi intraetnik. Pendapat Halim ini bertitik tolak pada hipotesis Sapir dan Whorf bahwa bahasa adalah alat berfikir dan sumber daya kultural (Mbete dalam Astra, dkk. (ed.) 2003: 470). Kesenian sebagai wahana pemertahanan bahasa Bali, tidak hanya dalam bentuk wayang kulit. Ada juga upaya pemertahanan bahasa Bali misalnya melalui Arja. Arja adalah pementasan kesenian dengan menggunakan orang sebagai medianya. Dalam pementasan arja menggunakan bahasa Bali sebagai sarana komunikasi utama, yang dikemas dalam bentuk puisi dan dilagukan atau ditembangkan. Seorang informan yang bernama Karmini tinggal di Perumnas Monang-Maning Denpasar Barat adalah orang yang sering berperan sebagai Galuh dalam pementasan kesenian arja, mengungkapkan kepada penulis ketika diwawancarai pada 2 Desember 2009 sebagai berikut. Bahasa Bali punika sampun leket ring dewek titiang.sahantukan titiang gede ring Bali tur geginan titiange taler tan nyidayang lempas ring basa Bali.Yen ngigel arja punika iraga nuutin lelampahannyane, mangda prasida kauningan satuan arjane sane kaigelang, ring gending-gendinge punika sampun masatua ya. Kutipan di atas, diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai berikut. Bahasa Bali itu sudah menyatu dengan diri saya karena saya lahir di Bali dan terkait dengan pekerjaan saya sebagai penari Arja yang tidak bisa lepas dengan penggunaan bahasa Bali. Kalau menari arja kita mengikuti alur ceritanya, lalu alur cerita diungkapkan melalui tembang yang dilantumkan, sehingga dapat mengetahui cerita yang sesungguhnya dalam pementasan.

15 81 Apa yang diungkapkan informan di atas menunjukkan kedekatan antara bahasa Bali sebagai sarana dalam pementasan arja dengan nilai-nilai yang ada dalam cerita. Hal ini berarti bahwa tanpa penggunaan bahasa Bali dalam pementasan arja, dapat mengurangi nilai-nilai (makna) yang terkandung dalam pementasan tesebut. Begitu pun sebaliknya, bahwa dengan pementasan arja, dapat menunjang pemertahanan bahasa Bali melalui seni pentas. Hal tersebut sesuai dengan teori sosiolinguistik Firth yang bersumber pada pendapat Malinowski dalam bukunya yang berjudul The Problem of Meaning In Primitive Language yang mengemukakan konsep makna budaya dan situasi yang berkaitan erat dengan studi bahasa. Teori konteks situasi tersebut adalah, a. bahasa merupakan kegiatan yang penuh makna; b. setiap tingkat analisis bahasa mengarah kepada makna; c. setiap fungsi dapat dibatasi sebagai pemakai bentu-bentuk dalam hubungannya dengan konteks situasi; d. makna adalah keseluruhan fungsionalisasi dari wacana dan komponen-komponennya, Halliday yang dikutip oleh Aron Meko Mbete dalam Astra, dkk. (ed.) (2003: 477) Berkaitan dengan teori tersebut, pementasan arja merupakan suatu kegiatan tradisional yang penuh makna. Dalam artian ini, bahasa Bali merupakan sarana yang dapat mengungkapkan makna yang tertera dalam tembang yang dilantunkan dalam pementasan arja. Dengan demikian, penggunaan bahasa Bali dalam pementasan arja mengarah pada makna. Makna tersebut sesuai dengan konteks situasi yang tersirat dalam alur cerita arja. Upaya mengungkapkan makna dalam pementasan arja merupakan peran penting bahasa Bali dalam pementasan tersebut. Dengan demikian, makna budaya dan situasi sangat erat kaitannya dengan penggunaan bahasa Bali dalam pementasan arja.

16 82 Selain wayang kulit dan arja, upaya pemertahanan bahasa Bali dalam kesenian adalah pesantian. Pasantian kata dasarnya santi mendapat imbuhan berupa awalan padan akhiran an (imbuhan dalam bahasa Bali). Kata Santi berarti damai, sejahtera, penolak bahaya (Dinas Pendidikan Dasar Propinsi Bali 1988 : 279). Perkembangan kata Pasantian pada era sekarang lebih menonjolkan suatu perkumpulan yaitu Sekaa pasantian yang bermakna orang-orang yang mencari kedamaian perasaan melalui mempelajari sastra khususnya sastra Bali yang sangat erat berkaitan dengan agama Hindu. Pasantian merupakan wadah pelestarian bahasa Bali karena didalam kegiatan pesantian terdapat tradisi nyastra. Nyastra adalah suatu tradisi mlajah sambilang magending, magending sambilang mlajah. Ungkapan tersebut secara hurufiah berarti belajar sambil bernyanyi, bernyanyi sambil belajar. Hal tersebut mengandung makna bahwa nilai-nilai kehidupan dapat diungkapkan melalui nyanyian dan dengan bernyanyi orang merasa dirinya terhibur serta dapat memahami nilai-nilai kehidupan, sekaligus nilai-nilai tersebut memotivasi dirinya untuk berbuat yang lebih baik dalam kehidupan bermasyarakat. Kegiatan pasantian seperti yang diuraikan di atas, tak terlepas dari penggunaan bahasa Bali seperti yang terdapat dalam lontar-lontar maupun kitab suci. Dalam kegiatan pasantian lontar maupun kitab suci sering didiskusikan yang dikenal dengan istilah mabebasan. Dengan kata lain, mabebasan merupakan suatu kegiatan membaca dan menterjemahkan serta mendiskusikan isi dari tulisan baik yang terdapat dalam kitab suci maupun lontar. Dalam mabebasan, ada yang ngwacen (membaca) Sekar Alit, Sekar Madia, Sekar Agung, dan ada yang ngartos (menterjemahkan dengan bahasa Bali Kepara).

17 83 Kegiatan pesantian seperti yang diuraikan di atas, merupakan suatu kegiatan dalam tradisi masyarakat Bali, yang tak terlepas dari penggunaan bahasa Bali untuk mengungkapkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Misalnya pesantian yang terdapat dalam lontar-lontar maupun kitab-kitab suci. Hal tersebut sangat jelas dalam ungkapan I Gusti Ngurah Arnawa. Ia adalah seorang pemangku pura dadia yang tinggal di jalan Drupadi nomor IV A Denpasar Selatan, ketika diwawancarai penulis pada 2 Desember 2009 mengetengahkan seperti kutipan berikut. Pasantian leket pisan ring daging-daging agama utaminipun agama Hindu. Krama Baline mangda sahuninga ring indike punika. Duaning asapunika krama Bali mangda nincapang parikrama sajeroning pasantian. Majalarang antuk ngamargiang parikrama punika akeh daging-daging agama miwah budaya Bali makadi bahasa Bali prasida kalestariang saking kawentenang aabjagate mangkin. Arti kutipan di atas adalah sebagai berikut. Pasantian sangat kental dengan nilai-nilai religius terutama bagi umat Hindu. Masyarakat Bali yang mayoritas Hindu, perlu kiranya menyadari akan hal tersebut. Oleh karena itu, masyarakat Bali harus lebih kreatif dalam karya pementasan seni, termasuk pesantian. Dengan kegiatan seperti itu, ada banyak nilai-nilai budaya dan nilai-nilai tradisi, serta penggunaan bahasa Bali dapat terselamatkan dari berbagai pengaruh globalisasi sekarang ini. Ungkapan informan di atas, mengetengahkan bahwa masyarakat Bali yang mayoritas beragama Hindu pada umumnya dan masyarakat Kota Denpasar pada khususnya, adalah unsur utama untuk pemertahanan nilai-nilai budaya, nilai-nilai tradisi serta penggunaan bahasa Bali di tengah pengaruh globalisasi dewasa ini. Hal tersebut menunjukkan peneguhan sekaligus kekawatiran akan keberadaan bahasa Bali di tengah kemajuan pada berbagai bidang kehidupan sekarang ini. Hal tersebut sesuai pendapat Sugar (1967:24) bahwa perilaku itu ditentukan oleh empat faktor, yaitu sikap, norma susila, kebiasaan, dan akibat yang mungkin terjadi. Pada tataran demikian, bahasa sebagai bagian bawahan dari kebudayaan (subsistem budaya) akan dipengaruhi pula oleh sistem budaya bahasa

18 84 tersebut yang bila dikaitkan dengan istilah Sugar di atas termasuk dalam norma susila dalam arti yang lebih sempit (Jendra, 2007: 70). Berkaitan dengan uraian tersebut, tampak bahwa pementasan kesenian merupakan kekuatan dalam upaya pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar. 5.6 Upaya Pemertahanan Bahasa Bali dalam Kebijakan Pemerintah Kebijakan pemerintah dalam hal ini adalah pemerintah daerah Bali terhadap pemertahanan bahasa Bali mengacu pada peraturan pemerintah pusat yang berkaitan dengan budaya nasional. Budaya nasional pada dasarnya lahir dari budaya daerah nusantara. Kekayaan budaya daerah nusantara dalam hal ini dapat dilihat sebagai kekayaan budaya nasional. Salah satu bagian yang tidak terpisahkan dalam membentuk budaya daerah adalah bahasa daerah. Hal ini berarti bahwa bahasa daerah merupakan salah satu unsur budaya nasional. Undang-Undang Dasar 1945 bab XV pasal 36 dalam penjelasannya menyatakan bahwa bahasa-bahasa daerah yang masih dipakai sebagai alat perhubungan yang hidup dan dibina oleh masyarakat pemakainya dihargai dan dipelihara oleh negara oleh karena bahasa-bahasa itu adalah bagian daripada kebudayaan Indonesia yang hidup. Isi dan penjelasan UUD 1945 tersebut sangat jelas dan tegas mempertahankan eksistensi bahasa daerah sebagai bagian daripada budaya nasional. Dengan demikian, bahasa Bali sebagai bahasa daerah Bali secara Undang-Undang dihargai dan dipelihara baik oleh Negara maupun oleh masyarakat pemakainnya dalam hal ini adalah masyarakat Bali. Peraturan Daerah Tingkat I Bali No. 3 Tahun 1992 mengetengahkan tentang pelestarian bahasa, aksara, dan kesustraan Bali. Peraturan daerah tersebut secara eksplisit

19 85 memelihara dan melestarikan bahasa Bali secara keseluruhan, yaitu bahasa, aksara dan kesusastraan. Isi Peraturan Daerah Tingkat I Bali tersebut, juga ditetapkan dalam Lembaran Daerah Propinsi Bali Tahun 1992, No.385 Seri G. No Surat Edaran Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali, No.01/1995, tentang aturan menulis menggunakan huruf Bali yang ditaruh di bawah huruf latin dalam pembuatan papan nama instansi pemerintah/kantor swasta. Surat edaran tersebut sangat jelas bahwa huruf bahasa Bali atau aksara Bali dilestarikan melalui pembuatan papan nama instansi baik instansi pemerintah maupun swasta. Bertitik tolak pada Undang-Undang 1945 serta Peraturan Daerah Tingkat I Bali seperti yang diuraikan di atas, dapat dikatakan bahwa kebijakan pemerintah baik pemerintah pusat maupun Pemerintah Daerah Tingkat I Bali merupakan salah satu upaya pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar.

20 .. 86

PEMERTAHANAN BAHASA BALI DI LINGKUNGAN KARANG MEDAIN MATARAM DALAM KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

PEMERTAHANAN BAHASA BALI DI LINGKUNGAN KARANG MEDAIN MATARAM DALAM KAJIAN SOSIOLINGUISTIK PEMERTAHANAN BAHASA BALI DI LINGKUNGAN KARANG MEDAIN MATARAM DALAM KAJIAN SOSIOLINGUISTIK Oleh : Lalu Ahmad M. A. Pembimbing I : Drs. I Nyoman Sudika, M.Hum. Pembimbing II : Baiq Wahidah, M.Pd Program

Lebih terperinci

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. a. Upaya pemertahanan bahasa Bali dalam keluarga. Hal ini tampak dalam situasi

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. a. Upaya pemertahanan bahasa Bali dalam keluarga. Hal ini tampak dalam situasi 126 BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN 8.1 Simpulan Tulisan ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1). Upaya-upaya pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar adalah sebagai berikut.

Lebih terperinci

TEKS TUTUR CANDRABHERAWA: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI

TEKS TUTUR CANDRABHERAWA: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TEKS TUTUR CANDRABHERAWA: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH : NI NYOMAN AYU PUSPITA DEWI NIM: 1101215012 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 i TEKS TUTUR

Lebih terperinci

UCAPAN TERIMA KASIH. Puji syukur dipanjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang

UCAPAN TERIMA KASIH. Puji syukur dipanjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang UCAPAN TERIMA KASIH Om Swastyastu, Puji syukur dipanjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-nya, skripsi ini dapat diselesaikan tepat waktu. Skripsi yang berjudul

Lebih terperinci

TEKS GEGURITAN DARMAKAYA: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH: KADEK RIKA ARIPAWAN NIM:

TEKS GEGURITAN DARMAKAYA: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH: KADEK RIKA ARIPAWAN NIM: TEKS GEGURITAN DARMAKAYA: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH: KADEK RIKA ARIPAWAN NIM: 1101215023 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA 2015 TEKS GEGURITAN DARMAKAYA:

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur dipanjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Mahaesa

KATA PENGANTAR. Puji syukur dipanjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Mahaesa SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI DAN DINILAI OLEH PANITIA PENGUJI PADA PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA PADA TANGGAL: 1 JULI 2016 Berdasarkan SK Dekan Fakultas Ilmu Budaya,

Lebih terperinci

TUTUR LEBUR GANGSA; ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH: I MADE OKA PARIATNA

TUTUR LEBUR GANGSA; ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH: I MADE OKA PARIATNA TUTUR LEBUR GANGSA; ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH: I MADE OKA PARIATNA 1001215034 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 i TUTURLEBUR GANGSA; ANALISIS

Lebih terperinci

GEGURITAN AJI RAMA RENA ANALISIS STRUKTUR DAN MAKNA

GEGURITAN AJI RAMA RENA ANALISIS STRUKTUR DAN MAKNA SKRIPSI GEGURITAN AJI RAMA RENA ANALISIS STRUKTUR DAN MAKNA IDA BAGUS DWIJA NANDANA PERSADA NIM 1201215035 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2017 i SKRIPSI GEGURITAN

Lebih terperinci

TEKS TUTUR JONG MANTEN: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH: DESAK PUTU ELVIANA DEWI NIM:

TEKS TUTUR JONG MANTEN: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH: DESAK PUTU ELVIANA DEWI NIM: TEKS TUTUR JONG MANTEN: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH: DESAK PUTU ELVIANA DEWI NIM: 1101215008 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 i TEKS TUTUR JONG

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS STRUKTUR DAN SOSIOLOGIS DRAMA MULIH KARYA I NYOMAN MANDA OLEH : NI PUTU HARUM KARTIKA DEWI NIM

SKRIPSI ANALISIS STRUKTUR DAN SOSIOLOGIS DRAMA MULIH KARYA I NYOMAN MANDA OLEH : NI PUTU HARUM KARTIKA DEWI NIM SKRIPSI ANALISIS STRUKTUR DAN SOSIOLOGIS DRAMA MULIH KARYA I NYOMAN MANDA OLEH : NI PUTU HARUM KARTIKA DEWI NIM 1101215006 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

TEKS GEGURITAN PADEM WARAK ANALISIS BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA

TEKS GEGURITAN PADEM WARAK ANALISIS BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA TEKS GEGURITAN PADEM WARAK ANALISIS BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA OLEH: I PUTU BAYU MUTRA WIBAWA NIM 1101215024 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 i 1 TEKS

Lebih terperinci

TUTUR ANGKUS PRANA: KAJIAN STRUKTUR DAN SEMIOTIKA. Oleh: NI KADEK DEWI SANTHIASTINI

TUTUR ANGKUS PRANA: KAJIAN STRUKTUR DAN SEMIOTIKA. Oleh: NI KADEK DEWI SANTHIASTINI TUTUR ANGKUS PRANA: KAJIAN STRUKTUR DAN SEMIOTIKA Oleh: NI KADEK DEWI SANTHIASTINI 1101215002 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA 2015 i TUTUR ANGKUS PRANA: KAJIAN

Lebih terperinci

BABAD PASEK KAYU SELEM : ANALISIS STRUKTUR OLEH : I PUTU YUDHI SANTIKA PUTRA NIM:

BABAD PASEK KAYU SELEM : ANALISIS STRUKTUR OLEH : I PUTU YUDHI SANTIKA PUTRA NIM: BABAD PASEK KAYU SELEM : ANALISIS STRUKTUR OLEH : I PUTU YUDHI SANTIKA PUTRA NIM: 1101215005 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 i BABAD PASEK KAYU SELEM: ANALISIS

Lebih terperinci

TEKS GEGURITAN MANTRI SANAK LIMA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI

TEKS GEGURITAN MANTRI SANAK LIMA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI SKRIPSI TEKS GEGURITAN MANTRI SANAK LIMA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH NI PUTU NOVIYANTI WARDANI NIM 1201215007 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 i TEKS

Lebih terperinci

PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR

PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR TESIS PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR NI MADE MERTI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2010 TESIS PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL

Lebih terperinci

PELESTARIAN BAHASA BALI DALAM MEDIA CETAK BERBAHASA BALI: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK OLEH ANAK AGUNG ISTRI ITA RYANDEWI NIM:

PELESTARIAN BAHASA BALI DALAM MEDIA CETAK BERBAHASA BALI: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK OLEH ANAK AGUNG ISTRI ITA RYANDEWI NIM: PELESTARIAN BAHASA BALI DALAM MEDIA CETAK BERBAHASA BALI: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK OLEH ANAK AGUNG ISTRI ITA RYANDEWI NIM: 1101215033 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

GEGURITAN PURA TANAH LOT ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH IDA BAGUS PUTU WIASTIKA NIM

GEGURITAN PURA TANAH LOT ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH IDA BAGUS PUTU WIASTIKA NIM GEGURITAN PURA TANAH LOT ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH IDA BAGUS PUTU WIASTIKA NIM 0901215024 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014 GEGURITAN PURA TANAH

Lebih terperinci

BAB VI FAKTOR PENUNJANG DAN FAKTOR PENGHAMBAT PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR

BAB VI FAKTOR PENUNJANG DAN FAKTOR PENGHAMBAT PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR 86 BAB VI FAKTOR PENUNJANG DAN FAKTOR PENGHAMBAT PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR Kusumoharidjoyo (2000: 34) menyebutkan faktor penunjang serta faktor penghambat

Lebih terperinci

GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM

GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM 0501215003 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA BALI JURUSAN SASTRA DAERAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2009 GEGURITAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebuah pulau kecil dengan beribu keajaiban di dalamnya. Memiliki keanekaragaman yang tak terhitung jumlahnya. Juga merupakan sebuah pulau dengan beribu kebudayaan

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah BAB V KESIMPULAN 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual Kuningan Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah merupakan seni pertunjukan yang biasa tetapi merupakan pertunjukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka dalam sebuah penelitian penting untuk dideskripsikan. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori, kajian

Lebih terperinci

GEGURITAN KONTABOJA: ANALISIS STRUKTUR DAN MAKNA OLEH: IDA AYU EKA PURNAMA WULANDARI NIM

GEGURITAN KONTABOJA: ANALISIS STRUKTUR DAN MAKNA OLEH: IDA AYU EKA PURNAMA WULANDARI NIM GEGURITAN KONTABOJA: ANALISIS STRUKTUR DAN MAKNA OLEH: IDA AYU EKA PURNAMA WULANDARI NIM 1101215022 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 1 i GEGURITAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa dan sastra adalah cermin kebudayaan dan sebagai rekaman budaya yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran penting bahasa dan

Lebih terperinci

BABAD DANGHYANG BANG MANIK ANGKERAN: KAJIAN STRUKTUR DAN FUNGSI

BABAD DANGHYANG BANG MANIK ANGKERAN: KAJIAN STRUKTUR DAN FUNGSI BABAD DANGHYANG BANG MANIK ANGKERAN: KAJIAN STRUKTUR DAN FUNGSI Skripsi untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi Sastra Bali Universitas Udayana I KETUT MANIKA JAYA NIM 1201215020 FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

CITRA WANITA PENYIHIR DALAM NOVEL RATNA TRIBANOWATI KARYA I MADE SUGIANTO: SUATU KAJIAN KRITIK SASTRA FEMINIS

CITRA WANITA PENYIHIR DALAM NOVEL RATNA TRIBANOWATI KARYA I MADE SUGIANTO: SUATU KAJIAN KRITIK SASTRA FEMINIS CITRA WANITA PENYIHIR DALAM NOVEL RATNA TRIBANOWATI KARYA I MADE SUGIANTO: SUATU KAJIAN KRITIK SASTRA FEMINIS OLEH: NI LUH KADEK RICHA DWITASARI NIM: 1101215025 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS SASTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi tidak akan pernah bisa lepas dari adanya visual dan verbal. Visual ditandai dengan gambar, verbal ditandai dengan lisan maupun tulisan. Antara visual dengan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur dipanjatkan ke hadapan Tuhan Yang Mahaesa/Ida Sang Hyang

KATA PENGANTAR. Puji syukur dipanjatkan ke hadapan Tuhan Yang Mahaesa/Ida Sang Hyang KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur dipanjatkan ke hadapan Tuhan Yang Mahaesa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas berkat dan rahmat-nya skripsi yang berjudul Variasi Fonologis dan Leksikal Bahasa

Lebih terperinci

Kata Kunci : Kidung, Struktur, Semiotik, Smaratantra.

Kata Kunci : Kidung, Struktur, Semiotik, Smaratantra. ABSTRAK ANALISIS SEMIOTIKA KIDUNG TUNJUNG BIRU Kidung Tunjung Biru dipilih sebagai objek dalam penelitian ini, karena beberapa alasan. Pertama, gagasan-gagasan yang terkandung di dalamnya, merepresentasikan

Lebih terperinci

TEKS DRAMA GONG I MADE SUBANDAR HASTA KOMALA ANALISIS BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA

TEKS DRAMA GONG I MADE SUBANDAR HASTA KOMALA ANALISIS BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA TEKS DRAMA GONG I MADE SUBANDAR HASTA KOMALA ANALISIS BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA OLEH IDA AYU PUTRI PERTIWI NIM 1001215010 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

DESKRIPSI TARI TABUH TUAK OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn

DESKRIPSI TARI TABUH TUAK OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn DESKRIPSI TARI TABUH TUAK OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2007 KATA PENGANTAR Puji syukur penata panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. atas berkat rahmat-nya skripsi yang berjudul Novel Sing Jodoh Analisis

KATA PENGANTAR. atas berkat rahmat-nya skripsi yang berjudul Novel Sing Jodoh Analisis KATA PENGANTAR Om Swastiastu, Puji syukur dipanjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas berkat rahmat-nya skripsi yang berjudul Novel Sing Jodoh Analisis Psikologi Sastra ini dapat disusun

Lebih terperinci

GEGURITAN ANGGASTYA: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI

GEGURITAN ANGGASTYA: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI SKRIPSI GEGURITAN ANGGASTYA: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI NI MADE OKTA ERA YATI NIM :1201215029 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 i GEGURITAN ANGGASTYA: ANALISIS

Lebih terperinci

MITOS DI NUSA PENIDA ANALISIS STRUKTUR, FUNGSI, DAN MAKNA

MITOS DI NUSA PENIDA ANALISIS STRUKTUR, FUNGSI, DAN MAKNA SKRIPSI MITOS DI NUSA PENIDA ANALISIS STRUKTUR, FUNGSI, DAN MAKNA Oleh : NI PUTU SUDIASIH NIM : 1101215035 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA 2015 i MITOS DI NUSA

Lebih terperinci

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara majemuk yang dikenal dengan keanekaragaman suku dan budayanya, dimana penduduk yang berdiam dan merupakan suku asli negara memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali merupakan salah satu aspek kebudayaan Bali yang hidup dan berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu maka di Bali lahirlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan karya sastra tidak dapat dilepaskan dari gejolak dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Karena itu, sastra merupakan gambaran kehidupan yang terjadi

Lebih terperinci

SKRIPSI KAMUS BALI INDONESIA BIDANG ISTILAH UPAKARA MANUSA YADNYA DI KABUPATEN BADUNG

SKRIPSI KAMUS BALI INDONESIA BIDANG ISTILAH UPAKARA MANUSA YADNYA DI KABUPATEN BADUNG SKRIPSI KAMUS BALI INDONESIA BIDANG ISTILAH UPAKARA MANUSA YADNYA DI KABUPATEN BADUNG PUTU KRISNA APRIANTI NIM 1201215021 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia di dunia ini, termasuk di Indonesia. Sejak dilahirkan di dunia manusia sudah mempunyai kecenderungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

ABSTRAK GEGURITAN MASAN RODI ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI

ABSTRAK GEGURITAN MASAN RODI ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI ABSTRAK GEGURITAN MASAN RODI ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI Penelitian terhadap Geguritan Masan Rodi ini membahas tentang analisis struktur dan fungsi. Analisis ini mempunyai tujuan untuk mengungkapkan struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ungkapan adalah aspek fonologis atau grafemis dari unsur bahasa yang mendukung makna. Bahasa bersifat abstrak, bahasa itu adanya hanya dalam pemakaian (Sudaryanto,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR : 385 TAHUN : 1992 SERI: D NO. 379 PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR : 385 TAHUN : 1992 SERI: D NO. 379 PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI Menimbang : a. LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR : 385 TAHUN : 1992 SERI: D NO. 379 PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1992 T E N T A N G BAHASA, AKSARA DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

Pantang menyerah sebelum. mencapai hasil yang maksimal

Pantang menyerah sebelum. mencapai hasil yang maksimal USULAN SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI DANDINILAI OLEH PANITIA PENGUJI PADA PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS UDAYANA PADA TANGGAL, 23 PEBRUARI 2017 Berdasarkan SK Ketua Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan kita tidak dapat melihatnya sebagai sesuatu yang statis, tetapi merupakan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. raga, mempunyai ruang hidup kementalan, memiliki dimensi hidup kerohanian

BAB I PENDAHULUAN. raga, mempunyai ruang hidup kementalan, memiliki dimensi hidup kerohanian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan dalam arti seluas-luasnya selalu memerlukan saling berhubungan atau saling berinteraksi antara anggota masyarakat yang satu dan anggota masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/

BAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/ kanak-kanak, Gending Rare berarti nyanyian untuk bayi/ kanak-kanak. Gending Rare diketahui sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan zaman yang ditandai dengan munculnya kemajuan teknologi dan informasi yang semakin pesat membuat kehidupan manusia menjadi serba mudah. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kesenian pada dasarnya muncul dari suatu ide (gagasan) dihasilkan oleh manusia yang mengarah kepada nilai-nilai estetis, sehingga dengan inilah manusia didorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada peribahasa yang menyebutkan di mana ada asap, di sana ada api, artinya tidak ada kejadian yang tak beralasan. Hal tersebut merupakan salah satu kearifan nenek

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

TEKS MITOS TAPAKAN BARONG BHATARA SAKTI NAWA SANGA DI KAHYANGAN JAGAT LUHUR NATAR SARI: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI

TEKS MITOS TAPAKAN BARONG BHATARA SAKTI NAWA SANGA DI KAHYANGAN JAGAT LUHUR NATAR SARI: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI SKRIPSI TEKS MITOS TAPAKAN BARONG BHATARA SAKTI NAWA SANGA DI KAHYANGAN JAGAT LUHUR NATAR SARI: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI NI PUTU GEK ANNA DELVIA NIM 1201215040 FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Manusia adalah makhluk budaya, dan penuh simbol-simbol. Dapat dikatakan bahwa budaya manusia diwarnai simbolisme, yaitu suatu tata pemikiran atau paham yang menekankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya menempati posisi sentral dalam tatanan hidup manusia. Manusia tidak ada yang dapat hidup di luar ruang lingkup budaya. Budaya dapat memberikan makna pada hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah pembelajaran sangat ditentukan keberhasilannya oleh masingmasing guru di kelas. Guru yang profesional dapat ditandai dari sejauh mana

Lebih terperinci

SKRIPSI CAMPUR KODE DALAM BAHASA INDONESIA PADA ACARA SAMATRA ARTIS BALI DI MEDIA MASSA BALI TV NI PUTU LILIK YUDIASTARI

SKRIPSI CAMPUR KODE DALAM BAHASA INDONESIA PADA ACARA SAMATRA ARTIS BALI DI MEDIA MASSA BALI TV NI PUTU LILIK YUDIASTARI SKRIPSI CAMPUR KODE DALAM BAHASA INDONESIA PADA ACARA SAMATRA ARTIS BALI DI MEDIA MASSA BALI TV NI PUTU LILIK YUDIASTARI 1101105001 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar KAJIAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM TRADISI NGAYAH DI TENGAH AKSI DAN INTERAKSI UMAT HINDU DI DESA ADAT ANGGUNGAN KELURAHAN LUKLUK KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut

Lebih terperinci

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) :

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) : SENI BUDAYA BALI Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali Oleh (Kelompok 3) : Dewa Made Tri Juniartha 201306011 Ni Wayan Eka Putri Suantari 201306012 I Gusti Nyoman Arya Sanjaya 201306013 Dicky Aditya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang dipatuhi dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan suatu acara adat perkawinan atau hajatan. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi syarat. Dilihat dari segi isinya, karya jenis tutur tidak kalah

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi syarat. Dilihat dari segi isinya, karya jenis tutur tidak kalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tutur merupakan salah satu jenis karya Sastra Jawa Kuno yang mengandung nilai filsafat, agama, dan nilai kehidupan. Menurut Soebadio (1985: 3), tutur merupakan pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 234 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Perkawinan merupakan rentetan daur kehidupan manusia sejak zaman leluhur. Setiap insan pada waktunya merasa terpanggil untuk membentuk satu kehidupan baru, hidup

Lebih terperinci

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja Abstrak Program IPTEKSS bagi Masyrakat (IbM) di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, seluruh umat beragama memiliki hari suci. Makna hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu memperingati suatu kejadian yang sangat

Lebih terperinci

PEMBINAAN PEMAKAIAN BAHASA BALI YANG BAIK DAN BENAR DALAM UPAYA MEMINIMALISASI DEGRADASI DI DESA PANCASARI, BULELENG

PEMBINAAN PEMAKAIAN BAHASA BALI YANG BAIK DAN BENAR DALAM UPAYA MEMINIMALISASI DEGRADASI DI DESA PANCASARI, BULELENG PEMBINAAN PEMAKAIAN BAHASA BALI YANG BAIK DAN BENAR DALAM UPAYA MEMINIMALISASI DEGRADASI DI DESA PANCASARI, BULELENG Ni Made Suryati, Putu Sutama, I Wayan Suteja, T. I. A. Mulyawati R. Progam Studi Sastra

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013 Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERESMIAN PESTA KESENIAN BALI KE-35 DI ART CENTRE, ARDHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata seni adalah sebuah kata yang semua orang dipastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara Etimologi istilah seni berasal

Lebih terperinci

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional

Lebih terperinci

PEMERTAHANAN BAHASA BALI MELALUI GENDING RARE PADA ANAK-ANAK DI SANGGAR KUKURUYUK: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

PEMERTAHANAN BAHASA BALI MELALUI GENDING RARE PADA ANAK-ANAK DI SANGGAR KUKURUYUK: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK PEMERTAHANAN BAHASA BALI MELALUI GENDING RARE PADA ANAK-ANAK DI SANGGAR KUKURUYUK: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK OLEH: I PUTU PERMANA MAHARDIKA NIM 1101215032 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG JENIS, MUTU DAN TEMPAT PERTUNJUKAN KESENIAN DAERAH UNTUK WISATAWAN

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG JENIS, MUTU DAN TEMPAT PERTUNJUKAN KESENIAN DAERAH UNTUK WISATAWAN GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG JENIS, MUTU DAN TEMPAT PERTUNJUKAN KESENIAN DAERAH UNTUK WISATAWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN 1.1 Latar Belakang Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali Tradisional yang dibentuk oleh pupuh-pupuh. Setiap pupuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tradisional yang tersimpan dalam naskah lontar banyak dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Penjelasan pertama pada pendahuluan akan menjelaskan mengenai latar belakang dengan melihat kondisi yang ada secara garis besar dan dari latar belakang tersebut didapatkan suatu rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan 1 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Mitos adalah tipe wicara, segala sesuatu bisa menjadi mitos asalkan disajikan oleh sebuah wacana. Mitos tidak ditentukan oleh objek pesannya, namun oleh bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keindahan dalam isi dan ungkapannya. Karya

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai

I. PENDAHULUAN. suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah masyarakat yang terdiri atas masyarakatmasyarakat suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai satu bangsa atau nasion (nation),

Lebih terperinci

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.)

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.) MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.) DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT BALAI PENGEMBANGAN BAHASA DAERAH DAN KESENIAN 2013 DRAFT-1 DAN MATA PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu tonggak utama pembangun bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mengedepankan pendidikan bagi warga negaranya, karena dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Subak merupakan lembaga irigasi dan pertanian yang bercorak sosioreligius terutama bergerak dalam pengolahan air untuk produksi tanaman setahun khususnya padi berdasarkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: kamus, bahasa, sastra, istilah, kategori.

ABSTRAK. Kata Kunci: kamus, bahasa, sastra, istilah, kategori. ABSTRAK Penelitian Kamus Bali-Indonesia Istilah Bahasa dan Sastra Bali bertujuan untuk mengetahui bentuk dan khazanah istilah yang terdapat dalam bahasa dan sastra Bali. Adapun teori yang digunakan dalam

Lebih terperinci

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER Oleh : Drs. I Ketut Rindawan, SH.,MH. ketut.rindawan@gmail.com Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih hidup dan berkembang cukup baik. Hal ini ditandai dengan banyaknya bermunculan para pengarang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach Dalam teori Joachim wach dapat diamati dalam tiga bentuk ekspressi keagamaan atau pengalaman beragama baik individu

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan totalitas latar belakang dari sistem nilai, lembaga dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung nilai filsafat, agama, dan nilai kehidupan. Tutur adalah 'nasehat' atau 'bicara'. Kata perulangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali telah terkenal dengan kebudayaannya yang unik, khas, dan tumbuh dari jiwa Agama Hindu, yang tidak dapat dipisahkan dari keseniannya dalam masyarakat yang berciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dalam artian bahwa sesungguhnya manusia hidup dalam interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan dibagi menjadi empat sub-bab yang berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan metode perancangan dari seminar tugas akhir. Pembahasan latar belakang menguraikan

Lebih terperinci