MODEL OPTIMAL USAHA PEMBESARAN IKAN NILA SISTEM KERAMBA JARING APUNG DI DANAU BATUR KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODEL OPTIMAL USAHA PEMBESARAN IKAN NILA SISTEM KERAMBA JARING APUNG DI DANAU BATUR KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI"

Transkripsi

1 1062 MODEL OPTIMAL USAHA PEMBESARAN IKAN NILA SISTEM KERAMBA JARING APUNG DI DANAU BATUR KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI I Made Diarta, Luh Komang Merawati, Putu Yusi Pramandari Universitas Mahasaraswati ABSTRAK Pelaku usaha pembesaran ikan nila belum mengetahui padat tebar optimal dan belum menerapkan inovasi berupa pemberian probiotik pada pakan.penelitian ini mempunyai tujuan khusus pada tahun I yaitu (1) Menganalisis padat tebar dan dosis probiotik optimal melalui percobaan intensifikasi pembesaran ikan nila dengan pemberian probiotik pada pakan komersial, (2) Menganalisis tingkat efisiensi teknis usaha pembesaran ikan nila, (3) Menganalisis skala ekonomi usaha pembesaran ikan nila, dan (4) Merancang model optimal usaha pembesaran ikan nila dengan system keramba jarring apung di Danau Batur. Pada tahun II, tujuan khusus penelitian ini adalah (1) Menguji coba model optimal usaha pembesaran ikan nila sistem keramba jarring apung sesuai hasil penelitian tahun I, (2) Menganalisis efisiensi alokatif dan ekonomi pemanfaatan factor produksi pada usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung di Danau Batur, (3) Merevisi dan merumuskan model optimal usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung di Danau Batur Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli. Penelitian ini merupakan kolaborasi penelitian survai dan eksperimen. Survai dilaksanakan terhadap 50 orang pelaku usaha pembesaran ikan nila, sebagai sumber data untuk analisis efisiensi teknis dan skala ekonomi, analisis efisiensi alokatif dan ekonomi usaha pembesaran ikan nila. Penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh padat tebar dan dosis probiotik pada pakan terhadap laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila. Eksperimen menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 12 perlakuan kombinasi dan 3 (tiga) kali ulangan. Pengambilan sampel menggunakan metode random sampling terquota, dengan jumlah responden 50 orang. Pengaruhpadat tebar dan dosis probiotik pada pakan terhadap laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila dianalisis menggunakan analisis varians. Efisiensi teknis dan skala ekonomi dianalisis dengan pendekatan DEA, sedangkan optimalisasi pemanfaatan faktor produksi dianalisis menggunakan pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Efisiensi teknis usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung di Danau Batur diperoleh sebesar 0,83, yang berarti bahwa petani ikan nila dapat mengurangi penggunaan input sampai dengan 17% dan masih berada pada tingkat output yang sama. Efisiensi teknis usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung dapat ditingkatkan dari 0,83 menjadi 0,89 dengan asumsi petani ikan mampu menghilangkan inefisiensi dalam mengelola usahataninya. (2) Skala ekonomi usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung diperoleh sebesar 0,93 dan sebagian besar (92%) usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung berada dalam kondisi decreasing return to scale (DRS). Disarankan agar petani pelaku usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung di Danau Batur untuk menata kembali penggunaan inputnya dalam rangka meningkatkan efisiensi teknik dan menekan skala inefisiensi. Kata kunci: pembesaran ikan nila, keramba jaring apung, padat tebar, probiotik, optimal

2 1063 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danau Batur termasuk jenis danau kaldera aktif yang berada pada ketinggian meter di atas permukaan laut. Luas permukaan air danau adalah 16,05 km 2 dengan volume air 815,38 juta m 3 dan kedalaman rata-rata 50,8 m. Air Danau Batur bersumber dari air hujan dan rembesan-rembesan air dari pegunungan sekitarnya dengan luas daerah tangkapan 105,35 km 2 (Bapedalda Bali, 2004). Danau Batur merupakan danau yang multi fungsi. Suryati dan Samuel (2012) menyatakan bahwa keberadaan Danau Batur memberikan fungsi yang menguntungkan bagi kehidupan masyarakat yaitu (1) berfungsi sebagai sumber air yang muncul menjadi mata air di beberapa tempat di Bali. Rembesan air Danau Batur merupakan sumber mata air tawar bagi sebagian besar sungai yang berada di Bali, sehingga dapat dikatakan bahwa Danau Batur merupakan tower air raksasa yang mensupply kebutuhan air tawar bagi masyarakat di Pulau Bali; (2) berfungsi sebagai sumber air untuk aktivitas pertanian (usahatani sayuran); (3) berfungsi sebagai obyek wisata; (4) berfungsi sebagai tempat kegiatan keagamaan; dan (5) berfungsi sebagai tempat budidaya perikanan darat. Fungsi untuk aktivitas perikanan darat telah memposisikan Danau Batur sebagai sentra penghasil ikan nila.pemeliharaan (pembesaran) ikan nilai dilakukan dengan system keramba jarring apung. Luas perairan Danau Batur yang telah dimanfaatkan untuk usaha pembesaran ikan nila dengan system keramba jarring apung sampai tahun 2014 hanya sebesar 3,5 ha, sedangkan potensi yang masih dapat dikembangkan untuk pemeliharaan ikan nila dengan system keramba jarring apung seluas 12 ha. Sekarang ini tercatat ada 50 kelompok pelaku usaha pembesaran ikan nila dengan system keramba jarring apung yang beroperasi di Danau Batur. Keramba jarring apung adalah suatu sarana pemeliharaan ikan yang kerangkanya terbuat dari bambu, kayu, pipa pralon atau besi berbentuk persegi yang diberi jarring dan pelampung agar wadah tersebut tetap terapung di air. Keramba jarring apung merupakan teknologi tepat guna yang menjadi primadona bagi petani karena telah terbukti lebih efisien, baik secara teknis maupun ekonomis.pelaku usaha pembesaran ikan nila sangat bergairah berproduksi memanfaatkan keramba jarring apung, dan berpacu meningkatkan produksinya untuk merespon dinamika preferensi konsumen dari sisi jumlah dan kualitas. Permintaan ikan nila untuk konsumsi mengalami peningkatan signifikan, yang diakibatkan oleh adanya pergeseran preferensi masyarakat dalam mengkonsumsi daging, dari daging ternak ke ikan. Perubahan preferensi konsumsi masyarakat ini telah memberikan kontribusi terhadap meningkatnya konsumsi ikan per kapita masyarakat Indonesia dari 33,86 kg per kapita per tahun di tahun 2012 menjadi 35 kg per kapita per tahun di tahun 2013 (finance.detik.com, 2014). Pengusaha kuliner telah memanfaatkan dengan cermat fenomena meningkatnya preferensi masyarakat dalam mengkonsumsi ikan nila, dengan mengembangkan rumah makan yang menawarkan menu special ikan nila, seperti yang telah popular di beberapa lokasi di Kintamani dan Bangli.Wisata kuliner telah semakin berkembang dan menjadi trend di kalangan masyarakat, sehingga menjadi faktor penguat meningkatnya permintaan terhadap ikan nila. Peningkatan permintaan terhadap ikan nila, telah memberikan dorongan besar kepada para pelaku usaha pembesaran ikan nila untuk menambah kapasitas produksinya. Namun usaha peningkatan produksi dewasa ini terkendala oleh semakin lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mencapai target berat tertentu pada usaha pembesaran ikan nila. Menurut I

3 1064 Gede Setap (pelaku usaha pembesaran ikan nila dengan system keramba jarring apung), pada periode sebelum 2012 waktu pembesaran untuk mencapai bobot 300 gram per ekor hanya empat bulan, namun kini waktu yang dibutuhkan untuk mencapai berat yang sama mencapai 5 6 bulan. Banyak factor yang diduga berpengaruh terhadap melambatnya laju pertumbuhan ikan nila, seperti kualitas air danau, kualitas benih ikan, kualitas pakan, dan padat tebar. Hasil survey tim pembuat proposal terhadap kelompok pelaku usaha pembesaran ikan nila dengan system keramba jarring apung di Danau Batur tanggal 4 dan 5 April 2015, menunjukkan bahwa padat tebar benih ikan nila dengan ukuran 7-9 cm sangat bervariasi diantara petani ikan nila yaitu dari kisaran 1000 ekor per 48 m 3 sampai 2000 ekor per 48 m 3. Di samping itu, belum ada pelaku usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung di Danau Batur yang telah berinovasi dengan pemberian probiotik pada pakan. Pemberian probiotik pada pakan dimaksudkan agar pakan dapat berfungsi secara maksimal dan menghasilkan bobot ikan yang lebih berkualitas. Menurut Fuller (1987), probiotik berpengaruh terhadap kecepatan fermentasi pakan dalam saluran pencernaan, sehingga akan sangat membantu proses penyerapan makanan dalam pencernaan ikan. Fermentasi pakan mampu mengurai senyawa kompleks menjadi sederhana sehingga siap digunakan ikan. Jusadi, et al. (2004) menyatakan bahwa pemberian probiotik dengan dosis 15 ml/kg pakan mampu meningkatkan retensi protein, retensi lemak, laju pertumbuhan harian ikan nila dan menurunkan konversi pakan. Kondisi factual menunjukkan bahwa pelaku usaha pembesaran ikan nila belum mengetahui padat tebar optimal dan belum menerapkan inovasi berupa pemberian probiotik pada pakan.pemberian probiotik pada pakan dapat berfungsi ganda, yaitu meningkatkan daya cerna dan sekaligus mengurangi dampak pencemaran akibat budidaya ikan system keramba jarring apung. Padat tebar yang optimal dan pemberian probiotik yang optimal pada pakan akan memberikan laju pertumbuhan yang tertinggi, yang pada akhirnya bermuara pada tingkat keuntungan yang diterima oleh petani ikan. Ada harapan besar untuk peningkatan pendapatan pelaku usaha pembesaran ikan nila, jika padat tebar optimal dan dosis probiotik optimal dapat ditentukan.oleh karena itu, sangat urgen dilakukan penelitian tentang model optimal usaha pembesaran ikan nila yang didalamnya menganalisis kombinasi padat tebar optimal dan dosis probiotik optimal pada pakan. 1.2 Tujuan Penelitian 1) Menganalisis tingkat efisiensi teknis usaha pembesaran ikan nila. 2) Menganalisis skala ekonomi usaha pembesaran ikan nila 1.3 Manfaat Penelitian Model optimal pembesaran ikan nila yang merupakan produk dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1) Membangkitkan kegairahan petani ikan nila dalam meningkatkan produktivitasnya. 2) Memberikan skala ekonomi yang tepat bagi usaha pembesaran ikan nila. 3) Memberikan keuntungan maksimum bagi usaha pembesaran ikan nila 4) Memberikan jaminan keberlanjutan usaha pembesaran ikan nila.

4 1065 METODE PENELITIAN 2.1. Model Penelitian Penelitian ini merupakan kolaborasi penelitian survai dan eksperimen. Survai dilaksanakan terhadap 50 orang pelaku usaha pembesaran ikan nila sistem keramba jaring apung di Danau Batur untuk memperoleh data yang berkaitan dengan efisiensi teknis dan skala ekonomi usaha pembesaran ikan nila. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh padat tebar dan pemberian probiotik pada pakan terhadap laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila. Eksperimen menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 12 perlakuan kombinasi dan 3 (tiga) kali ulangan. 2.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Danau Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli Provinsi Bali. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan atas pertimbangan bahwa (1) Danau Batur, Kecamatan Kintamani menjadi sentra usaha pembesaran ikan nila sistem keramba jaring apung, (2) usaha pembesaran ikan nila telah dilakukan oleh petani ikan secara berkelanjutan sejak tahun 2003, dan (3) petani pelaku usaha pembesaran ikan nila telah membentuk kelembagaan sebagai wahana untuk memperluas jaringan kerjasama dengan stakeholders Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan menggunakan (1) metode survai yaitu wwancara langsung dengan responden menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya, dan (2) pengamatan dan pencatatan langsung (untuk eksperimen).data primer diperoleh di lapangan dari sumber pertama, yaitu responden usaha pembesaran ikan nila. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik responden, penggunaan input tetap dan variable dalam setiap siklus produksi, jumlah produksi benih setiap siklus, harga input, harga output (produksi) Metode Analisis Data Penelitian eksperimen pengaruh padat tebar dan dosis probiotik pada pakan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila dengan rancangan acak kelompok faktorial dianalisis menggunakan analisis varians. Untuk mengetahui kombinasi padat tebar dan dosis probiotik yang optimal dianalisis menggunakan pendekatan regresi linear berganda. Untuk mengetahui efisiensi teknis dan skala ekonomi dianalisis menggunakan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA). HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Efisiensi Teknis Usaha Pembesaran Ikan Nila System Keramba Jaring Apung Efisiensi teknik merupakan kombinasi optimal dari input untuk mencapai tingkat output tertentu (input oriented) atau output optimal yang dapat dihasilkan dari penggunaan seperangkat input (output oriented). Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah terfokus pada model input oriented, kerena petani ikan memiliki kontrol yang lebih banyak terhadap input dibandingkan dengan output. Untuk menghitung optimalisasi usahapembesaran ikan nila system keramba jarring apung dalam penelitian ini menggunakan model input oriented variable return to scale (VRS) DEA, karena model input oriented constan return to scale (CRS) DEA hanya tepat digunakan jika petani ikan beroperasi

5 1066 optimal. Model DEA pertama yang digunakan untuk menilai efisiensi teknik di bawah asumsi variable return to scale (TEVRS) dikembangkan oleh Banker et al. (1984) dan disebut BCC (Banker, Chames and Cooper) model. Tabel 1. Efisiensi TeknisUsaha Pembesaran Ikan Nila System Keramba Jaring Apung Uraian Koefisien/frekuensi Keterangan TECRS 0,83 Koefisien TEVRS 0,89 Koefisien % petani ikan dg TEVRS =1 37 % terhadap total Hasil analisis menunjukkan bahwa efisiensi teknis usaha pembesaran ikan nila di bawah kondisi TECRS diperoleh sebesar 0,83, yang berarti tingkat inefisiensi penggunaan inputnya sebesar 17%. Angka ini memberi makna bahwa petani ikan dapat mengurangi penggunaan inputnya sebanyak 17% dan masih menghasilkan tingkat output yang sama. Tingkat inefisiensi penggunaan input pada usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung terkategori relative tinggi. Hal ini diduga disebabkan oleh kualitas air danau yang menurun, kualitas benih ikan yang rendah, dan tiadanya petani ikan menggunakan probiotik untuk meningkatkan daya cerna ikan terhadap pakan. Petani pelaku usaha pembesaran ikan nila mengakui bahwa membutuhkan waktu yang relative lebih lama (mencapai 25 sd 30 hari) yang sebelumnya hanya empat bulan, dan sekarang untuk menghasilkan berat ikan nila tertentu membutuhkan waktu sampai lima bulan.biaya pakan, tenaga kerja, bunga modal, dan penyusutan alat tentunya bertambah seiring dengan bertambahnya waktu pemeliharaan dalam satu periode produksi.secara keseluruhan petani ikan belum menemukan solusi tepat untuk menghilangkan inefisiensi yang terjadi pada usahatani ikan yang digelutinya.berbagai keluhan yang dikemukakan terkait dengan kinerja usaha pembesaran ikan nila terutama menyangkut semakin menipisnya tingkat keuntungan yang berhasil diterima. Efisiensi teknis usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung sesungguhnya dapat ditingkatkan dari 0,83 menjadi 0,89.Hal tersebut dapat dicapai jika petani pelaku usaha pembesaran ikan nila mampu menghilangkan inefisiensi yang terjadi. Petani pelaku usaha pembesaran ikan nila selayaknya melakukan seleksi ketat terhadap kualitas dan jenis benih ikan nila yang akan dipelihara. Penampilan benih ikan nila selayaknya dicermati dengan seksama, untuk memastikan bahwa benih ikan tersebut adalah benih ikan nila berkualitas baik.kelincahan gerak benih ikan, dan postur tubuhnya merupakan karakteristik yang dapat teramati dengan mudah.petani pelaku usaha pembesaran ikan nila harus berani menolak, jika ternyata benih ikan yang ditawarkan kepadanya tidak memenuhi persyaratan yang dikehendaki, walaupun diberikan harga yang murah.biaya yang dikorbankan jauh lebih besar, jika petani pelaku usaha pembesaran ikan nila menggunakan benih yang berkualitas rendah. Kualitas air danau Batur diduga mengalami degradasi akibat penggunaan air danau untuk budidaya ikan dengan system keramba jarring apung, di samping intensifnya pemanfaatan pestisida pada system pertanian hortikultura di pinggiran danau. Residu penggunaan pestisida diduga telah mencemari air danau sehingga berefek negative terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila.untuk memastikan kondisi terkini dari

6 1067 kualitas air danau Batur diperlukan analisis laboratorium sehingga diketahui batas toleransi kualitas air danau yang masih layak untuk pemeliharaan ikan nila. Diperkirakan terdapat 300 buah pompa di sekitar pinggiran danau yang digunakan untuk menyedot air danau ke sejumlah lokasi lahan pertanian hortikultura, yang kemudian disinyalir melalui aliran permukaan ataupun aliran dalam tanah kembali bermuara ke dalam danau. Kondisi factual dari 50 orang responden menunjukkan bahwa tidak ada petani pelaku usaha pembesara ikan nila yang telah menggunakan probiotik pada periode produksi sebelumnya.responden mengakui belum mengetahui teknologi tepat guna untuk meningkatkan daya cerna ikan terhadap pakan komersial.oleh karena itu, disarankan agar petani mengadopsi inovasi berupa pemberian probiotik pada pakan komersial. Menurut Fuller (1987), probiotik berpengaruh terhadap kecepatan fermentasi pakan dalam saluran pencernaan, sehingga akan sangat membantu proses penyerapan makanan dalam pencernaan ikan. Fermentasi pakan mampu mengurai senyawa kompleks menjadi sederhana sehingga siap digunakan ikan. Jusadi, et al. (2004) menyatakan bahwa pemberian probiotik dengan dosis 15 ml/kg pakan mampu meningkatkan retensi protein, retensi lemak, laju pertumbuhan harian ikan nila dan menurunkan konversi pakan. Hasil analisis menunjukkan bahwa hanya 37% petani pelaku usaha pembesaran ikan nila yang memiliki efisiensi teknis di bawah kondisi variable return to scale (TEVRS) sama dengan satu. Hal ini mengindikasikan bahwa petani belum menerapkan good agriculture practice, karena sebagian besar petani ikan masih berada pada kategori efisiensi teknis yang rendah, yang berarti tingkat penerapan teknologi yang juga rendah.diperlukan terobosan teknologi yang sistematis untuk mendrive petani kearah pengelolaan usahatani yang maju berbasis teknologi eksisting yang alternative terbaiknya berupa pemberian probiotik pada pakan komersial. Melalui cara demikian diharapkan tercapainya efisiensi teknis usaha pembesaran ikan nila yang lebih tinggi di masa depan. 3.2 Skala Ekonomi Usaha Pembesaran Ikan Nila System Keramba Jaring Apung Untuk menganalisis skala ekonomi usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung digunakan formula menurut Coelli (1996), yaitu dengan menggunakan hubungan antara skor VRS dan CRS DEA, sehingga skor skala efisiensi dari petani pelaku usaha pembesaran ikan nila dapat dihitung sebagai berikut. TECRS SE = TEVRS Jika SE = 1 menunjukkan bahwa produsen efisien, jika SE < 1 menunjukkan skala tidak efisien. Skor DEA diestimasi menggunakan DEAFrontier Software yang dikembangkan oleh Zhu ( analisis skala efisiensi usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung disajikan pada Tabel.

7 1068 Tabel 2. Skala Ekonomi Usaha Pembesaran Ikan Nila System Keramba Jaring Apung Uraian Koefisien/frekuensi Keterangan Skala Efisiensi (SE) 0,93 Koefisien % petani dengan SE = 1 8,00 % terhadap total % petani dengan DRS 92,00 % terhadap total % petani dengan IRS 0,00 % terhadap total Skala ekonomi usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung diperoleh sebesar 0,93. Skala ekonomi menunjukkan apakah efisiensi dapat diperoleh dengan memperbaiki ukuran operasi usahatani. Skala efisiensi usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung di Danau Batur terkategori cukup tinggi, namun dalam kasus ini, masih tersedia ruang untuk mengubah skala operasi. Skala efisiensi yang mencapai skor 0,93dan sebagian besar responden yang berada dalam kondisi decreasing return to scale (DRS), menunjukkan bahwa sebagian besar usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung berada dalam kondisi tidak efisien. Sebagian besar (92%) usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung berada dalam kondisi decreasing return to scale(drs). Fakta ini menunjukkan bahwa usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung di Danau Baatur perlu mengatur kembali skala produksinya termasuk kombinasi penggunaan inputnya untuk menekan inefisiensi. Menurut Tipi, et al. (2009), penyebab inefisiensi adalah ketidaktepatan skala atau misalokasi sumberdaya. Ketidaktepatan skala menyebabkan usahatani tidak memperoleh keuntungan dari skala ekonomi, sedangkan misalokasi sumberdaya merujuk pada kombinasi input yang tidak efisien. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan 1) Efisiensi teknis usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung di Danau Batur diperoleh sebesar 0,83, yang berarti bahwa petani ikan nila dapat mengurangi penggunaan input sampai dengan 17% dan masih berada pada tingkat output yang sama. Efisiensi teknis usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung dapat ditingkatkan dari 0,83 menjadi 0,89 dengan asumsi petani ikan mampu menghilangkan inefisiensi dalam mengelola usahataninya. 2) Skala ekonomi usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung diperoleh sebesar 0,93 dan sebagian besar (92%) usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung berada dalam kondisi decreasing return to scale (DRS). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar (92%) usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung berada dalam kondisi tidk efisien. 4.2 Saran Disarankan agar petani pelaku usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung di Danau Batur untuk menata kembali penggunaan inputnya dalam rangka meningkatkan efisiensi teknik dan menekan skala inefisiensi.

8 1069 DAFTAR PUSTAKA Banker, R.D., Chames, A., Cooper, W.W. (1984). Some Models for Estimating Technical and Scale Efficiencies in Data envelopment Analysis. Manage. Sci. 30(9): Bapedalda Provinsi Bali Profil Danau Batur dan Kebijakan Pemanfaatannya. Coelli, T.J. (1996). A guide in DEAPv21: Data Envelopment Analysis program. CEPA Working Paper 96/08.Department of Econometrics. University of England, Australia. 49 p. Fuller, R A Review Probiotics in Man and Animal. Journal of Applied Bacteriology 66: Jusadi, D., Gandara, E., dan Mokoginta, I Pengaruh Penambahan Probiotik Bacillus SP. Pada Pakan Komersil Terhadap Konversi Pakan dan Pertumbuhan. Jurnal Akuakultur Indonesia, 3(1): Suryati, N.K. dan Samuel Fungsi Strategis Danau Batur, Perubahan Ekosistem dan Masalah yang Terjadi. Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI Tahun Tipi, T., Yildiz, N., Nargelecekenler, M., and Cetin, B. (2009). Measuring the Technical Efficiency and determinants of Efficiency of Rice (Oryza sativa) Farms in Marmara Region, Turkey. New Zealand Journal of Crop and Horticultural Science, Vol / The royal Society of New Zealand Zhu J. Running The DEAfrontier Software. Diakses 9 November 2014.

ANALISA FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIK PADA USAHATANI JAGUNG

ANALISA FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIK PADA USAHATANI JAGUNG ANALISA FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIK PADA USAHATANI JAGUNG Desy Cahyaning Utami* *Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan Imail: d2.decy@gmail.com ABSTRAK Komoditas jagung (Zea mays)

Lebih terperinci

AGRIMETA: JURNAL PERTANIAN BERBASIS KESEIMBANGAN EKOSISTEM 63

AGRIMETA: JURNAL PERTANIAN BERBASIS KESEIMBANGAN EKOSISTEM 63 AGRIMETA: JURNAL PERTANIAN BERBASIS KESEIMBANGAN EKOSISTEM 63 AGRIMETA: JURNAL PERTANIAN BERBASIS KESEIMBANGAN EKOSISTEM 64 AGRIMETA: JURNAL PERTANIAN BERBASIS KESEIMBANGAN EKOSISTEM 65 EFISIENSI PEMANFAATAN

Lebih terperinci

MODEL PENGEMBANGAN USAHA PENDEDERAN IKAN NILA DI DESA SANDING, KECAMATAN TAMPAKSIRING KABUPATEN GIANYAR

MODEL PENGEMBANGAN USAHA PENDEDERAN IKAN NILA DI DESA SANDING, KECAMATAN TAMPAKSIRING KABUPATEN GIANYAR 1070 MODEL PENGEMBANGAN USAHA PENDEDERAN IKAN NILA DI DESA SANDING, KECAMATAN TAMPAKSIRING KABUPATEN GIANYAR Dian Tariningsih, I Made Diarta, I Gusti Ary Suryawathy Universitas Mahasaraswati ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM.

ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM. ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM. 09104830090 ABSTRAK Dari luas perairan umum 8.719 hektar memiliki potensi

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

PEMBESARAN BANDENG DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)

PEMBESARAN BANDENG DI KERAMBA JARING APUNG (KJA) PEMBESARAN BANDENG DI KERAMBA JARING APUNG (KJA) Usaha pembesaran bandeng banyak diminati oleh orang dan budidaya pun tergolong cukup mudah terutama di keramba jaring apung (KJA). Kemudahan budidaya bandeng

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari negara yang menjadi produsen utama akuakultur dunia. Sampai tahun 2009, Indonesia menempati urutan keempat terbesar sebagai produsen

Lebih terperinci

PENGENALAN SOFTWARE FRONTIER 4.1 DAN DEA 2.1. Oleh : AHMAD ZAINUDDIN

PENGENALAN SOFTWARE FRONTIER 4.1 DAN DEA 2.1. Oleh : AHMAD ZAINUDDIN PENGENALAN SOFTWARE FRONTIER 4.1 DAN DEA 2.1 Oleh : AHMAD ZAINUDDIN DAFTAR ISI 2 APA ITU FRONTIER DAN DEA? KONSEP EFISIENSI KONSEP PENGUKURAN EFISIENSI PENDEKATAN PENGUKURAN EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR YANG

Lebih terperinci

Hipotesis 4 METODE PENELITIAN Lokasi, Waktu, dan Metode Penelitian

Hipotesis 4 METODE PENELITIAN Lokasi, Waktu, dan Metode Penelitian 24 kapasitas produksi. Usia mesin berdasarkan rekomendasi peneliti antara lain: Wongkeawchan et al. 2002. Peneliti tersebut menunjukkan mesin berusia tua menurunkan efisiensi pabrik gula nasional. Kapasitas

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHATANI JAGUNG MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) DI DESA MAINDU, KECAMATAN MONTONG, KABUPATEN TUBAN

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHATANI JAGUNG MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) DI DESA MAINDU, KECAMATAN MONTONG, KABUPATEN TUBAN Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (JEPA) Volume 2, Nomor 3 (2018): 244-254 ISSN: 2614-4670 (p), ISSN: 2598-8174 (e) ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHATANI JAGUNG MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan hal yang tidak bias dipisahkan dari berbagai penelitian yang dilakukan. Objek penelitian merupakan sebuah sumber yang dapat memberikan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Waluyo Jatmiko II FTI UPN Veteran Jawa Timur

Seminar Nasional Waluyo Jatmiko II FTI UPN Veteran Jawa Timur Pengukuran Efisiensi pada Bagian Produksi Genteng di PT. Wisma Wira Jatim Surabaya dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) Farida Pulansari ST.MT Teknik Industri FTI-UPN Veteran Jawa

Lebih terperinci

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA 825 Pengaruh frekuensi pemberian pakan terhadap... (Moch. Nurdin) PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA Mochamad

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI RELATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI SAWAH (Oryza sativa L) DI DESA SAVANAJAYA KECAMATAN WAEAPO KABUPATEN BURU

ANALISIS EFISIENSI RELATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI SAWAH (Oryza sativa L) DI DESA SAVANAJAYA KECAMATAN WAEAPO KABUPATEN BURU 105 ANALISIS EFISIENSI RELATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI SAWAH (Oryza sativa L) DI DESA SAVANAJAYA KECAMATAN WAEAPO KABUPATEN BURU RELATIVE EFFICIENCY ANALYSIS OF THE USE OF PRODUCTION

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH FAKTOR PRODUKSI TERHADAP USAHA TANI IKAN LELE DI DESA PLIKEN KECAMATAN KEMBARAN KABUPATEN BANYUMAS ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH FAKTOR PRODUKSI TERHADAP USAHA TANI IKAN LELE DI DESA PLIKEN KECAMATAN KEMBARAN KABUPATEN BANYUMAS ABSTRAK ANALISIS PENGARUH FAKTOR PRODUKSI TERHADAP USAHA TANI IKAN LELE DI DESA PLIKEN KECAMATAN KEMBARAN KABUPATEN BANYUMAS Indra Margiyanto, Sulistyani Budiningsih, dan Pujiharto Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT... ii iii iv v vii

Lebih terperinci

Efisiensi Relatif Usahatani Bawang Merah di Kabupaten Bantul dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

Efisiensi Relatif Usahatani Bawang Merah di Kabupaten Bantul dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) Ilmu Pertanian Vol. 18 No.1, 2015 : 1-8 Efisiensi Relatif Usahatani Bawang Merah di Kabupaten Bantul dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) Relative Efficiency of Red Onion Farming in Bantul

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pedederan, dan pembesaran. Tahap pembenihan biasanya dimulai dengan. pedederan, merupakan upaya untuk adaptasi benih terhadap lingkungan

PENDAHULUAN. pedederan, dan pembesaran. Tahap pembenihan biasanya dimulai dengan. pedederan, merupakan upaya untuk adaptasi benih terhadap lingkungan PENDAHULUAN Latar Belakang Kegiatan usaha budidaya perikanan memiliki tiga tahap yaitu pembenihan, pedederan, dan pembesaran. Tahap pembenihan biasanya dimulai dengan pengadaan benih hingga diperolehnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai negara kepulauan yang dikelilingi laut, Indonesia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai negara kepulauan yang dikelilingi laut, Indonesia mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan yang dikelilingi laut, Indonesia mempunyai sumber daya alam laut yang besar baik sumber daya hayati maupun non hayati. Selain perairan laut,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budidaya Perikanan Pengertian budidaya perikanan dalam arti sempit adalah usaha memelihara ikan yang sebelumnya hidup secara liar di alam menjadi ikan peliharaan. Sedangkan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1. ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi ABSTRAK Tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Bekasi adalah padi, jagung, ubi kayu,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan strategis dari Food and Agriculture Organization (FAO) yaitu mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. tujuan strategis dari Food and Agriculture Organization (FAO) yaitu mengurangi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan tangkap dan budidaya berperan penting dalam pencapaian tujuan strategis dari Food and Agriculture Organization (FAO) yaitu mengurangi tingkat kelaparan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peran besar dalam perekonomian di Indonesia. Hal ini dikarenakan pertanian merupakan penghasil bahan makanan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sub sektor pertanian tanaman pangan memiliki peranan sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Akuakultur merupakan sektor yang berkembang dengan pesat. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Akuakultur merupakan sektor yang berkembang dengan pesat. Pada tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akuakultur merupakan sektor yang berkembang dengan pesat. Pada tahun 1990, akuakultur hanya mampu menyumbang 13% total produksi ikan dunia, namun pada tahun 2010,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup teori produksi, konsep efisiensi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. patin (Pangasius hypophthalmus). Peningkatan produksi patin dapat dilakukan

I. PENDAHULUAN. patin (Pangasius hypophthalmus). Peningkatan produksi patin dapat dilakukan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ikan air tawar yang mempunyai prospek budidaya cukup baik yaitu patin (Pangasius hypophthalmus). Peningkatan produksi patin dapat dilakukan dengan cara penyediaan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Kondisi di lapangan menunjukkan

Lebih terperinci

FAKTOR PENENTU PRODUKSI USAHATANI CABAI MERAH DI KECAMATAN BULU DAN TLOGOMULYO, KABUPATEN TEMANGGUNG ABSTRAK

FAKTOR PENENTU PRODUKSI USAHATANI CABAI MERAH DI KECAMATAN BULU DAN TLOGOMULYO, KABUPATEN TEMANGGUNG ABSTRAK FAKTOR PENENTU PRODUKSI USAHATANI CABAI MERAH DI KECAMATAN BULU DAN TLOGOMULYO, KABUPATEN TEMANGGUNG Renie Oelviani 1, Indah Susilowati 2,3, Bambang Suryanto 3 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa

Lebih terperinci

KAJIAN LAPANG BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG IKAN NILA MANDIRI DI WADUK CIRATA DAN JATILUHUR

KAJIAN LAPANG BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG IKAN NILA MANDIRI DI WADUK CIRATA DAN JATILUHUR KAJIAN LAPANG BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG IKAN NILA MANDIRI DI WADUK CIRATA DAN JATILUHUR Estu Nugroho Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Jl. Sempur No. 1, Bogor 16154 E-mail: engroho@yahoo.com

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 29 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Produksi Kegiatan produksi dalam kegiatan ekonomi tidak lepas dalam peranan factor-faktor dalam perekonomian dengan factor-faktor produksi.produksi menerangkan hubungan

Lebih terperinci

DAYA SAING JAGUNG, KETELA POHON, DAN KETELA RAMBAT PRODUKSI LAHAN KERING DI KECAMATAN KUBU, KABUPATEN KARANGASEM PROVINSI BALI

DAYA SAING JAGUNG, KETELA POHON, DAN KETELA RAMBAT PRODUKSI LAHAN KERING DI KECAMATAN KUBU, KABUPATEN KARANGASEM PROVINSI BALI DAYA SAING JAGUNG, KETELA POHON, DAN KETELA RAMBAT PRODUKSI LAHAN KERING DI KECAMATAN KUBU, KABUPATEN KARANGASEM PROVINSI BALI I Made Tamba Universitas Mahasaraswati Denpasar ABSTRAK Jagung, ketela pohon

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN INPUT PAKAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENDAPATAN USAHA PEMBESARAN IKAN NILA (Oreochromis Sp)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN INPUT PAKAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENDAPATAN USAHA PEMBESARAN IKAN NILA (Oreochromis Sp) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN INPUT PAKAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENDAPATAN USAHA PEMBESARAN IKAN NILA (Oreochromis Sp) FACTORS AFFECTING DEMAND FEED INPUT AND IMPACT ON REVENUES NILA FISH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan tawar, dan berfungsi sebagai penampung dan menyimpan air yang berasal dari air sungai, mata air maupun air hujan.

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH KEBIJAKAN IMPOR SAPI TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI DI NTB

KAJIAN PENGARUH KEBIJAKAN IMPOR SAPI TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI DI NTB KAJIAN PENGARUH KEBIJAKAN IMPOR SAPI TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI DI NTB INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENELITI UTAMA: I PUTU CAKRA PUTRA A. SP., MMA. BALAI PENGKAJIAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan, III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup fungsi produksi dan elastisitas,

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Mengenai Usahatani

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Mengenai Usahatani II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Mengenai Usahatani Usahatani adalah suatu bentuk kombinasi penggunaan masukan (input) (modal, tenaga kerja, lahan) yang sengaja diusahakan oleh seseorang maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tingkat Produksi Kedelai Peluang peningkatan produksi kedelai di dalam negeri masih terbuka

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang

METODE PENELITIAN. akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif. Analisis deskriptif yaitu metode penelitian dengan memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian tentang optimasi penggunaan input produksi telah dilakukan oleh beberapa peneliti pada komoditas lain, seperti pada tanaman bawang merah dan kubis.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa. Budidaya lele berkembang pesat karena permintaan pasar yang tinggi,

I. PENDAHULUAN. Jawa. Budidaya lele berkembang pesat karena permintaan pasar yang tinggi, I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Lele (Clarias gariepinus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Budidaya lele

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal yang berdasar pada teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang melibatkan berbagai perubahan dalam banyak aspek kehidupan manusia yang bertujuan dan memberi harapan kepada perbaikan tingkat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 40 hari pada bulan Agustus sampai dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 40 hari pada bulan Agustus sampai dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama 40 hari pada bulan Agustus sampai dengan September 2012 bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

TEKNIK KONVERSI KOPI ROBUSTA KE ARABIKA PADA LAHAN YANG SESUAI. Oleh Administrator Selasa, 02 April :00

TEKNIK KONVERSI KOPI ROBUSTA KE ARABIKA PADA LAHAN YANG SESUAI. Oleh Administrator Selasa, 02 April :00 Benih menjadi pintu gerbang (entry point) utama suatu kehidupan, termasuk bagi kehidupan tanaman. Perannya menjadi lebih strategis bagi tanaman perkebunan yang berumur panjang dan sifat usahanya tahunan.

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Komoditas pertanian erat kaitannya dengan tingkat produktivitas dan efisiensi yang rendah. Kedua ukuran tersebut dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

Gambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010

Gambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan yang salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang kaya akan keanekaragaman biota laut (perikanan dan kelautan). Dengan luas wilayah perairan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi Jawa Barat pada tahun 2010 terhadap

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi

BAB IV METODE PENELITIAN. ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yaitu Kecamatan Denpasar Utara Kota Denpasar, ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi secara sengaja

Lebih terperinci

1. Pendahuluan ANALISIS PENGARUH TINGKAT EFISIENSI TENAGA KESEHATAN TERHADAP ANGKA PENEMUAN KASUS TUBERKULOSIS (TB) PARU DI GORONTALO

1. Pendahuluan ANALISIS PENGARUH TINGKAT EFISIENSI TENAGA KESEHATAN TERHADAP ANGKA PENEMUAN KASUS TUBERKULOSIS (TB) PARU DI GORONTALO Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn 2477-2364 eissn 2477-2356 ANALISIS PENGARUH TINGKAT EFISIENSI TENAGA KESEHATAN TERHADAP ANGKA PENEMUAN KASUS TUBERKULOSIS (TB) PARU DI GORONTALO 1 Kholis Ernawati, 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menggambarkan jumlah output maksimum

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menggambarkan jumlah output maksimum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menggambarkan jumlah output maksimum yang dapat dicapai dengan sekelompok input tertentu dan teknologi yang dianggap tetap.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi yang berdampak pada kenaikan harga pangan dan energi, sehingga

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju pertambahan penduduk yang tinggi banyak terjadi di negara berkembang seperti Indonesia, telah menghabiskan surplus sumberdaya alam yang diperuntukkan bagi pembangunan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan

Lebih terperinci

Kata kunci: luas lahan, produksi, biaya usaha tani, pendapatan.

Kata kunci: luas lahan, produksi, biaya usaha tani, pendapatan. Judul : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Jeruk Pada Desa Gunung Bau Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Nama : Anak Agung Irfan Alitawan NIM : 1306105136 Abstrak Sektor Pertanian merupakan

Lebih terperinci

3. METODE Penelitian 1: Kecernaan pakan dan kecernaan protein pada pemeliharaan ikan lele.

3. METODE Penelitian 1: Kecernaan pakan dan kecernaan protein pada pemeliharaan ikan lele. 17 3. METODE Rangkaian penelitian ini terdiri dari empat tahap penelitian. Seluruh kegiatan dilakukan dalam kurun waktu tahun 2009 sampai dengan 2011 di Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (d/h Loka Riset

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prospek perikanan dan budidaya sidat memiliki peluang baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Prospek perikanan dan budidaya sidat memiliki peluang baik untuk 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Prospek perikanan dan budidaya sidat memiliki peluang baik untuk dikembangkan. Negara kita memiliki sumberdaya ikan sidat yang beraneka jenis, memiliki banyak lahan

Lebih terperinci

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Kondisi terkini budidaya ikan bandeng di Kabupaten Pati, Jawa Tengah (Septyan Andriyanto) KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Septyan Andriyanto Pusat Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis adalah suatu alur berpikir yang digunakan oleh penulis berdasarkan teori maupun konsep yang telah ada sebagai acuan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis data sekunder

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis data sekunder 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis data sekunder yang diambil dari beberapa sumber, yaitu data Statistik Perbankan Syariah (SPS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perikanan menjadi bagian yang sangat penting dalam pembangunan nasional mengingat potensi perairan Indonesia yang sangat besar, terutama dalam penyediaan bahan

Lebih terperinci

CLASTERING PROGRAM STUDI TEKNIK DENGAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

CLASTERING PROGRAM STUDI TEKNIK DENGAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) CLASTERING PROGRAM STUDI TEKNIK DENGAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) Joni Mustofa, Budi Santoso Teknik Industri FTI-UPNV Jatim e-mail: iyonakajoni@gmail.com ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG Jurnal Agrorektan: Vol. 2 No. 2 Desember 2015 75 PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG Cucu Kodir Jaelani 1 1) Badan Pelaksana Penyuluhan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga April 2011, berlokasi di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan Laboratorium Teknologi dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah petani garam yang memproduksi garam di Kecamatan Batangan Kabupaten Pati. Penilitian ini menggunakan sampel sebanyak 75 petani

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kabupaten Kuningan merupakan Kabupaten yang terletak di bagian timur Jawa Barat yang berada pada lintasan jalan regional penghubung kota Cirebon dengan wilayah

Lebih terperinci

2014 IMPLEMENTASI D ATA ENVELOPMENT ANALYSIS (D EA) UNTUK MENGUKUR EFISIENSI INDUSTRI TAHU D I KABUPATEN SUMED ANG

2014 IMPLEMENTASI D ATA ENVELOPMENT ANALYSIS (D EA) UNTUK MENGUKUR EFISIENSI INDUSTRI TAHU D I KABUPATEN SUMED ANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Sumedang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat yang tepat berada di tengah-tengah provinsi yang menghubungkan kota dan Kabupaten

Lebih terperinci

PENENTUAN PEMBERIAN PAKAN DAN UKURAN BENIH SAAT TEBAR PADA PEMBESARAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)

PENENTUAN PEMBERIAN PAKAN DAN UKURAN BENIH SAAT TEBAR PADA PEMBESARAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA) 739 Penentuan pemberian pakan dan ukuran benih... (Ketut Suwirya) PENENTUAN PEMBERIAN PAKAN DAN UKURAN BENIH SAAT TEBAR PADA PEMBESARAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DI KERAMBA JARING APUNG

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang sekitar 22,3 % dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Karakteristik Pembudidaya dan Keragaan Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Jatiluhur

BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Karakteristik Pembudidaya dan Keragaan Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Jatiluhur BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Pembudidaya dan Keragaan Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Jatiluhur Karakteristik pembudidaya ikan KJA di Jatiluhur dilihat dari umur, pengalaman dan pendidikan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi karena melalui pembangunan pertanian dapat meningkatkan taraf hidup petani. Tujuan pembangunan pertanian

Lebih terperinci

Pembesaran Benih Ikan Sidat dengan Jenis Pakan yang Berbeda

Pembesaran Benih Ikan Sidat dengan Jenis Pakan yang Berbeda Nikè:Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 215 Pembesaran Benih Ikan Sidat dengan Jenis Pakan yang Berbeda Mulis mulis.gorontalo@gmail.com Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas keseluruhan sekitar ± 5,18 juta km 2, dari luasan tersebut dimana luas daratannya sekitar ± 1,9 juta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran, Jatinangor Sumedang, Jawa Barat. Penelitian

Lebih terperinci

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti Sebuah lagu berjudul Nenek moyangku seorang pelaut membuat saya teringat akan kekayaan laut Indonesia. Tapi beberapa waktu lalu, beberapa nelayan Kepulauan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan selama 2 bulan pada bulan Februari-April 2015,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan selama 2 bulan pada bulan Februari-April 2015, III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilakukan selama 2 bulan pada bulan Februari-April 2015, bertempat di Laboratorium Perikanan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002).

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peternakan merupakan salah satu dari lima subsektor pertanian. Peternakan adalah kegiatan memelihara hewan ternak untuk dibudidayakan dan mendapatkan keuntungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Usaha Budidaya Udang Usaha budidaya udang merupakan suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh petambak atau petani ikan dengan menggabungkan sumberdaya (lahan, tenaga

Lebih terperinci

Optimasi Usaha Budidaya Ikan Air Tawar Pada Keramba Jaring Apung di Waduk PLTA Koto Panjang Kabupaten Kampar Provinsi Riau

Optimasi Usaha Budidaya Ikan Air Tawar Pada Keramba Jaring Apung di Waduk PLTA Koto Panjang Kabupaten Kampar Provinsi Riau Optimasi Usaha Budidaya Ikan Air Tawar Pada Keramba Jaring Apung di Waduk PLTA Koto Panjang Kabupaten Kampar Provinsi Riau OPTIMASI USAHA BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR PADA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK PLTA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan beras di Indonesia pada masa yang akan datang akan meningkat. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi dengan besarnya konsumsi beras

Lebih terperinci

Departemen of Agriculture (USDA) atau klasifikasi kesesuaian lahan yang dikembangkan oleh Food and Agriculture Organization (FAO).

Departemen of Agriculture (USDA) atau klasifikasi kesesuaian lahan yang dikembangkan oleh Food and Agriculture Organization (FAO). 29 KERANGKA PEMIKIRAN Lahan dan air adalah sumberdaya alam yang merupakan faktor produksi utama selain input lainnya yang sangat mempengaruhi produktivitas usahatani padi sawah. Namun, seiring dengan semakin

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usaha ternak ayam adalah usaha yang membudidayakan ayam ras pedaging probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran

Lebih terperinci