PENGARUH KONDISI TAPAK REAKTOR TERHADAP AKTIVITAS DAN DOSIS RADIASI LING KUNG AN
|
|
- Yanti Wibowo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 74 ISSN Pudjijanto MS, dkk. PENGARUH KONDISI TAPAK REAKTOR TERHADAP AKTIVITAS DAN DOSIS RADIASI LING KUNG AN Pudjijanto MS& Pande Made Udiyani Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuk/ir - BAl'AN ABSTRAK PENGARUH KONDISI TAPAK REAKTOR TERHADAP AKTIVITAS DAN DOSIS RADIASI LINGKUNGAN. Telah dilakukan analisa terhadap pengaruh kondisi tapak reaktor terhadap aktivitas dan dosis radiasi ke lingkungan. Dispersi zat radioaktif ke lingkungan akibat adanya kegiatan reaktor nuklir tergantung pada beberapafaktor antara lain source term, kondisi meteoralagi, dan kondisi tapak instalasi. Dispersi lepasan radioaktif akan menghasilkan paparan radiasi terhadap ma.\yarakatyang tinggal di area sekitar tapak reaktor. Perbedaan kondisi tapak akan mempengaruhi besarnya paparan dan aktivitas radiasi yang terdispersi ke lingkungan. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa perbedaan kondisi tapak reaktor (Iandai atau terjal) memberikan hasil perhitungan aktivitas dan paparan radiasi yang berbeda. Kondisi tapak dengan tipe terjal memberikan hasi/ perhitungan aktivitas radiasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi tapak dengan tipe lantai. Kata kunci: tapak reaktor, aktivitas radiasi, Iingkungan ABSTRACT THE INFLUENCE OF REACTOR SITE CONDITION TO ACTIVITY AND ENVIRONMENT RADIA TION DOSE. The analysis of influence of reactor site condition has been done. Radioactive dispersion to environment effected by nue/ear reactor activity depends on some factor, i.e. source term. condition of meteorology, and installation site condition. The radioactive dispersion will be impacted to community who live in area around of reactor. The difference of site condition will influence the radiation activity and dose dispersed to environment. From the calculation it is obtained that difference of site condition reactor (smooth or rough) giving result of calculation of dose and radiation activity different. Site condition with rough type gives result of calculation of radiation activity higher compared to the site condition with smooth type. Key words: reactor site, radiation activity, environmental PENDAHULUAN Berbicara tidak bisa mengenai lepas dari masalah pembicaraan pencemaran, masalah pasti lingkungan. Demikian pula, berbicara mengenai masalah reaktor nuklir beserta segenap prod uk yang dihasilkannya di forum masyarakat awam, pasti tidak bisa terhindar dari pembicaraan masalah cemaran (kontaminasi) radioaktif ke lingkungan. Sertolak dari kenyataan itu, pada kesempatan yang ada melalui makalah ini penulis ingin menyajikan ramuan iptek nuklir dan lingkungan ditinjau dari sudut pandang pengaruh keadaan alami lingkungan tapak reaktor nuklir RSG-GAS yang berada di dalam kawasan laboratoria Puspiptek Serpong Tangerang, Santen terhadap tingkat radioaktivitas dan estimasi dosis radiasi yang diterima oleh seluruh lapisan masyarakat dan Iingkungan di sekitamya fasilitas sampai jejari 5 km. Estimasi lepasan zat radioaktif (ZRA) ke lingkungan meliputi perhitungan terhadap faktorfaktor yang mempengaruhi besamya paparan dan dosis radiasi yang diterima masyarakat dan lingkungan, yaitu: besar dan jenis sumber ZRA (karasteristika sumber, source term) yang lepas ke lingkungan, meteorologi (kecepatan angin, curah hujan, kelembaban, arah angin, radiasi matahari (solar radiation), perbedaan temperatur udara, dan stabilitas), pathway (alur pemaparan : groundshine, c1oudshine, ingestion, inhalation, aquatic), tapak condition, kondisi tapak (daerah pertanian, perkotaan, pedesaan, hutan, coastal), konsumsi dan jenis makanan ifoodstufj), dan kerapatan penduduk (distribusi penduduk dalam area estimasi). Dalam keadaan operasi normal (pada tingkat daya nominal 30 MW) telah dilakukan perhitungan dan pengukuran sebaran radisi dan dosis yang diterima oleh pekerja radiasi maupun penduduk awam di sekitar fasilitas RSG-GAS dalam jejari hingga 5 km. Hasil perhitungan dan pengukuran yang diperoleh membuktikan bahwa dosis yang diterima baik oleh pekerja radiasi maupun pen- Proslding PPI - PDlPTN 2005
2 Pudjijanto MS, dkk. ISSN duduk awam di sekitar fasilitas RSG-GAS berada dalam daerah aman, dalam arti masih berada di bawah nilai batas tertentu yang diijinkan bagi masyarakat urnurn dan pekerja radiasi(l 2]. Lebih dari itu, telah dilakukan juga perhitungan transien terantisipasi tanpa paneung (Anticipated Transient Without Scram, ATWS) dengan asumsi terjadi keeelakaan nuklir eukup parah berupa I (satu) bahan bakar meleleh, dengan dosis radiasi yang timbul dari dispersi ZRA masih berada di bawah nilai batas tertinggi yang masih layak diterima (tolerable maximum limit value) untuk keadaan keeelakaan[3,4]. Perhitungan dan analisis yang dilakukan sudah melibatkan dan berkaitan dengan dosis kolektif, sebaran penduduk konsumsi, alur lintas paparan dan bahan makanan, serta penanggulangan dan batasan yang terjadi jika terjadi keeelakaan dalam jejari 5 km dari RSG-GAS[51. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh keadaan tapak instalasi reaktor nuklir terhadap aktivitas dan dosis radiasi akibat dispersi ZRA ke lingkungan, perlu dilakukan perhitungan terhadap dispersi ZRA dengan simulasi ke"kasar"an atau keterialan permukaan tanahi pada parameter tapak. Keterjalan permukaan tanah dapat digolongkan menjadi 2 (dua) maeam, yaitu: I) lapangan atau tanah lapang landai untuk tapak pedesaan dan 2) lapangan terjal untuk daerah berhutan lebat dan daerah perkotaan. Makalah ini dimaksud dan bertujuan untuk melakukan analisis terhadap pengaruh keadaan tapak terhadap perhitungan deterministik dispersi ZRA ke lingkungan. Paket program yang digunakan adalah PC-COSYMA (Sistem Kode dari MARIA), yaitu Program komputer untuk perhitungan simulasi dispersi ZRA ke atmosfer lingkungan yang dikembangkan oleh EC-MARIA (The European Commission's Methods for Assessing Radiological Impact of Accidents) [6]. TEORI Estimasi lepasan ZRA ke lingkungan meliputi perhitungan terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi besarnya paparan dan dosis radiasi yang diterima oleh masyarakat dan lingkungan, 0": yaitu: besar dan jenis sumber ZRA (suku sumber, yv z source term) yang lepas ke lingkungan, keadaan euaea atau meteorologi lokal (meliputi: keeepatan dan arah angin, eurah hujan, kelembaban udara, radiasi matahari, perbedaan suhu udara dan kestabilan atmosfer), alur lintas pemaparan: penyinaran tanah (groundshine), penyinaran awan (cloudshine), ingesi (ingestion), inhalasi (inhalation), akuatik (aquatic), keadaan tapak (daerah pertanian, perkotaan, pedesaan, hutan, pantai atau O"y pesisir), bahan makanan (konsumsi dan jenis makanan), dan kerapatan penduduk (distribusi penduduk dalam daerah luasan estimasi). Model perhitungan pelepasan ZRA dari reaktor dipi/ih: I. Pelepasan ZRA lewat eerobong udara buang berdasar pada spesifikasi disain SAR RSG GAS, dengan asumsi sistem filter berfungsi; 2. Model bahan makanan dan alur lintas paparan yang dipilih adalah model Farmland; 3. Keadaan tapak dipilih landai dan terjal. Data Masukan yang Digunakan: I. Inventori radionuklida sebagai suku sumber; 2. Data masukan lahan pertanian (farmland); 3. Data masukan meteorologi; 4. Faktor lokasi: landai dan terjal. Definisi dan persamaan yang digunakan dalam perhitungan dosis kolektif dan individu, serta resiko yang diterima penduduk dan lingkungan adalah [7]: Formulasi yang Digunakan: Konsentrasi Dispersi plume Untuk mengekspresikan konsentrasi sebaran belukii ZRA, digunakan persamaan Pasquill yang dimodifikasi oleh Gifford sbb.: Keterangan: X == Konsentrasi beluk ZRA di atmosfer pada jarak x (sumbu radial X :::: arah angin) dari pusat sebaran, pad a jarak y (sumbu horisontal Y 1. arah angin), dan pad a ketinggian z (sumbu vertikal Z juga 1. arah angin) di atas permukaan tanah, meter (Bq/m3); Q == == == Lepasan Keeepatan Koefisien Ketinggian tegak radioaktifrata-rata dispersi angin dari lurusatas rerata arah vertikal horisontal tanah angin (m/det); sebagai (m); yang (m); ke fungsi \uar fungsi dari x (m), lihat eerobong lihat Gambar Gambar (Bq/det); I.b (kanan); I.a x (m); (kiri); Prosiding PPI - PDIPTN 2006 Yogyakarta, 10 Jul! 2006
3 76 ISSN Pudjijanto MS, dkk. ~.~~_'ic::::="''--'''-''''''''''''!''""~= (a): cry(x) (b): crz (x) Gambar 1. Koefisien dispersi horisontal (a) dan koefisien dispersi vertikal (b), dalam m. Sementara itu. tinggi cerobong efektif. H (m). terdiri dari jumlahan dua suku. yaitu: tinggi cerobong yang sesungguhnya: h (m) dan ditambah koreksi tinggi: Ilh (m) sbb. [6]: Oalam hal ini. koreksi tinggi cerobong: L1h (m). dirurumuskan dalam 3 model sbb.: (3) model - u I D ~ u G model model 2 3 ( ) ( ; ) dengan: I Ih ( F f33 H=h+!1h (2) '" tinggi kenaikan bel uk di atas titik pelepasan. (m}; D '" garis tengah lubang cerobong pelepasan. (m); Vz '" kecepatan aliran vertikal, (m/det); U '" laju angin mendatar pukul rata pada ketinggian cerobong sesungguhnya. (m/det). F '" tluks daya apung. yang dirumuskan sebagai berikut : F = (4) dengan: g '" percepatan gravitasi lingkungan setempat, (m/det2); Ts '" suhu aliran lepasan. (OK); Ta '" suhu lingkungan di pad a bagian atas cerobong. (OK); G '" parameter kestabilan. yang dirumuskan sebagai berikut : G dengan: - -.~ _ g /18 80!1z (5) 80 '" suhu potensial rerata pada ketinggian cerobong. (OK); laju kehilangan suhu potensial. (OK/m), (f1e > 0) 6z Untuk metode pertama. koreksi tinggi Ch) untuk lepasan volume kecil (U I! 50 m3/det) dengan kelajuan yang cukup punya arti (vz II 10 m/det) Prosiding PPI - PDIPTN 2005
4 Pudjijanto MS, dkk. ISSN tetapi dengan perbedaan suhu yang cukup keci I (I IT i I 50 C di atas suhu lingkungan di sekitamya). Untuk metode ke-dua, digunakan apabila keadaan atmosfer cukup stab ii, koreksi tinggi (I Ih) untuk sumber-sumber yang perbedaan suhunya cukup punya arti (I IT I I 50 C di atas suhu lingkungan di sekitamya) dan volume lepasannya cukup besar (U I I 50 mj/det). Sedangkan untuk metode ke-tiga, boleh digunakan apabila keadaan atmosfer netral atau tidak stabil. Dalam rumusan ini, kategori kestabilan atmosfer yang digunakan adalah berdasar pada kriteri stabilitas menurut saran Pasquill-Gifford sebagaimana tertera dalam Tabel I. Untuk konsentrasi di atas permukaan tanah, z = 0, persamaan (I) menjadi: (6) Untuk konsentrasi (6) menjadi: di garis pusat (y = 0) persamaan x=_q_.ex{ tray a=v H2 2a; ) Untuk konsentrasi di H = 0 persamaan (7) menjadi: Keadaan tapak reaktor meliputi jejari daerah luasan yang diestimasi, yaitu termasuk: daerah perkotaan (urban), pedesaan, perhutanan, banyaknya pohon atau bangunan, topografi lokal, lembah, bukit, daerah daratan, pantai (pesisiran), lautan, yang berpengaruh terhadap besamya paparan dan dosis radiasi yang diterima oleh masyarakat dan lingkungan di sekitar tempat reaktor berada. Perbedaan topografi lokasi reaktor akan berkaitan dengan keadaan meteorologi dan akhimya akan berpengaruh terhadap model dispersi ZRA yang akan terjadi. (7) (8) Tabell. Kategori Stabilitas Menurut Pasquill-Gifford (P-G) Thinly Menengah B-CC C-DD A-BB CD BA-B Spoi overcast AC BDE D EF - atau ~ Keras S3/8 Tertutup awan di malam hari 418 awan lemah Insolasi di sian!! hari TAT A KERJA Alat dan Bahan I. Data primer dan sekunder mengenai populasi dan konsumsi penduduk di dalam jejari 5 km dari pusat sebaran (dhi. == mulut cerobong udara buang RSG-GAS); 2. Data primer ten tang keadaan cuaca dan angin selama I tahun (terakhir, kalau ada); 3. Data sekunder dan primer ten tang penggunaan lahan dan konsumsi hasil pertanian dan petemakan masyarakat dalam daerah luasan sejauh s.d. 5 km dari pusat sebaran; 4. Satu set paket program komputer PC COSYMA. Cara Kerja Data masukan yang disiapkan adalah: data source term (suku sumber) yang dihitung dengan paket program ORIGEN2.1 yang' kemudian dimodelisasi sesuai dengan model pelepasan yang diinginkan, yaitu misalnya: I) data hasil pertanian model Farm/and yang diformat sesuai program PC Cosyma; 2) data sebaran penduduk untuk 16 sektor sudut dalam 5 jejari radial; 3) data cuaca (kecepatan dan arah angin, curah hujan, stabilitas atmosfer dan radiasi matahari) lengkap untuk seluruh batasan tapak kawasan yang diinginkan (16 sektor dalam 5 jejari). Prosiding PPI - PDIPTN 2006
5 78 ISSN Pudjijanto MS, dkk. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil perhitungan dari penjalanan program PC COSYMA terhadap data masukan dengan simulasi: Inventori radionuklida sebagai suku sumber, data masukan Farmland (konsumsi makanan hasil pertanian dan petemakan), serta data masukan meteorologi, faktor lokasi baik yang landai (smooth) atau pun yang terjal (rough) untuk keadaan kawasan Puspiptek), diperoleh hasil seperti disajikan dalam Tabel 2. Pada Tabel 2. konsentrasi nuklida di udara pada sektor 9 (diambil dari nilai dispersi terbesar dari 16 sektor yang dianalisa) untuk kondisi terjal atau landai, makin dekat dengan sumber lepasan maka konsentrasinya makin tinggi yaitu untuk jarak radius 0.5 km dari pusat lepasan nilainya paling tinggi dibandingkan dengan jarak lainnya. Konsentrasi nuklida tertinggi adalah Kr-85m nuklida gas mulia, yang sebanding dengan besamya lepasan dari reaktor. Tetapi karena bersifat gas mulia dan waktu paruh yang pendek, maka pengaruh terhadap dosis yang diterima masyarakat tidaklah besar. Tabel 2.Konsentrasi nuklida (Bq s/m3) vs jarak, pada sektor 9 nilai tertinggi dari 16 sektor 3.24E E E E E E E-OI 1.63E E E E E E E E+OI 3.29E+05 4A9E E E E-0 IAIE+OO 5.87E-OI Landai 5.16E-OI 5.72E E E E E E IE-OI 5.15E E+0 3A5E E E E E E E E E E E-02 5A3E E E E E E E E E E E E E-02 I.IOE-O 4.15E E E E E E E E+05 1.l4E+07 1.I9E-0 Terjal 4.57E E E E E E E E E-03 I E+Ol 1 1 I Ce-144 ITe-132 Xe- Kr-85m Cs-137 Ba- Y (km) Untuk kondisi data inputan yang sarna, tetapi untuk kondisi tapak yang berbeda, maka terlihat bahwa untuk sektor yang sarna (arah x, y, z) maka terlihat konsentrasi sebaran radionuklida di dalam kondisi tapak terjal lebih tinggi dibandingkan kondisi tapak landai. Dispersi pada arah x,y,z, yang ditunjukkan pada daerah sektor tertentu kondisi tapak yang terjal akan memberikan nilai konsentrasi lepasan yang lebih tinggi. Kondisi landai yang lebih besar terjadi pada sebaran arah x dan y (pada titik pusat sebaran), karena tidak terjadi hambatan terhadap lepasan yang terjadi, sedangkan kondisi terjal hambatan yang disebabkan kondisi tapak yang terlindungi oleh tumbuhan dan bangunan akan mengurangi konsentrasi lepasan Gambar 2 melukiskan pembagian daerah sekitar lokasi tapak instalasi reaktor nuklir RSG GAS dalam kawasan laboratoria Puspiptek Serpong menjadi 16 sektor yang sarna, masing-masing 22.5 dan 5 ruas radial dengan jarak yang sarna, masingmasing I km, maksimum 5 km. Tabel 2, konscntrasi radionuklida di udara pad a sektor 9 (diambil dari nilai sebaran terbesar dari 16 sektor yang dianalisis) baik untuk keadaan terjal atau pun landai, makin dekat dengan sumber lepasan maka konsentrasinya makin tinggi, yaitu untuk jarak jejari 0.5 km dari pusat lepasan, nilainya paling tinggi dibandingkan dengan jarak lainnya. Konsentrasi radionuklida tertinggi adalah nuklida radioaktif Kr 85m iii dalam ujud gas, yang sebanding dengan besamya lepasan dari reaktor. Tetapi oleh karena zat ini bersifat sebagai gas mulia yang tidak mudah berinteraksi secara kimia dengan unsur-unsur lain dan waktu parohnya pun cukup pendek, maka dampak radiologi (pengaruh terhadap dosis) yang diterima oleh masyarakat dan lingkungan tidak bermakna besar. Proslding PPI - PDIPTN 2005
6 Pudjijanto MS, dkk. ISSN Keadaan landai yang lebih besar te~iadi pada sebaran arah x dan y (pad a titik pusat sebaran), karena tidak terjadi hambatan terhadap lepasan yang terjadi. Sementara untuk keadaan terjal, hambatan yang disebabkan oleh keadaan tapak yang terlindungi oleh tumbuhan dan bangunan akan mengurangi konsentrasi lepasan. Pada Tabel 3 disajikan deposisi lepasan tergantung pada sebaran di udara dan jarak dad pusat lepasan. Tabel3. Deposisi nuklida di permukaan (Bq/m2) vs jarak pada sektor 9 nilai tertinggi dari 16 sektor 6.66E E E-O E E E E E E E E E E E E+OO 2.58E E E E E E-06 Landai 4.92E E E E E E E E E E E E E E E E E E-05 I.IOE E E E E E E E E E E E E E E E E-08 I6E E E E E E E E E E-OI 8.55E E E E E+OI Terjal 1.92E E IE-OI I.07E-0 IE-06 I I Ba-140 Te-129m Ce-144 8r-91 Te-132 Cs-137 Y-91 (km) Untuk semua jenis radionuklida, semakin dekat dengan sumber lepasan (pusat sebaran), nilai deposisinya semakin besar. Deposisi terbesar terjadi pada nukjida 1-131, diikuti dengan nuklida Te-132. Deposisi pada keadaan tapak terjal umumnya lebih tinggi dibandingkan keadaan tapak landai. Hal ini sebanding dengan konsentrasi di udara. SebaJiknya untuk nukjida Ba-140, deposisi di tapak landai justru lebih tinggi dibandingkan dengan di tapak terjal. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena kecepatan dan besamya deposisi Ba-140 lebih besar dibandingkan dengan nukjida lainnya. Keadaan ini bisa menerangkan bahwa jenis nukjida juga sedikit mempengaruhi besamya radionukjida di permukaan. Dosis individu efektif yang diterima masyarakat adalah merupakan penjumlahan dosis yang diterima dad berbagai alur Jintas pemaparan, yaitu intema dad inhalasi (sebaran di udara) dan ingesi (lewat rantai makanan), serta ekstema (paparan langsung dad awan di udara dan endapan di permukaan tanah). Untuk dosis individu efektif yang jangka pendek, dosis dad makanan tidak dihitung. Dari pembahasan sebelumnya, konsentrasi di udara dan deposisi di permukaan pada sektor yang sarna dengan keadaan tapak terjal memberikan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan tapak landai, maka karena merupakan penjumlahan sehingga menghasilkan dosis individu yang lebih tinggi dalam keadaan landai dibandingkan dengan keadaan terjal. Pada Tabel 4 tampak bahwa tidak semua sektor dan jarak yang sarna memberikan dosis yang lebih tinggi terhadap keadaan tapak terjal, sedangkan untuk sektor 7 jejari 3.5 km dan sektor 9 jarak 4.5 km, berlaku sebajiknya. Kemungkinan pengaruh sebaran ke arah y tidak terlalu dominan di daerah ini. pengaruh kestabilan yang berbeda di tiap sektor juga mempengaruhi. Disini terlihat besamya dosis tergantung pada banyak hal. Data dosis efektif perorangan setelah 50 tahun (dosis jangka panjang) memberikan sebaran data yang hampir sarna dengan dosis individu dalam waktu pendek Gangka pendek), yaitu untuk sektor 7 jejari 3.5 km, dan sektor 9 jarak 4.5 km, dosis pada keadaan tapak landai lebih besar dibandingkan dengan tapak terjal. Prosiding PPI - PDIPTN 2006
7 80- ISSN Pudjijullto MS, dkk.. Tabel4. Dosis Efektif Perorangan (Sv) 3.69E E E-05 Landai 3.53E E E E E E E E E E E-08 Sektor Sektor (km) O.OOE+OO ] 1.26E-05 Terjal 1.56E E E E-05.04E-04 I E-07 Tetapi untuk sektor-sektor yang lain, justru terjadi sebaliknya. Secara umum dosis individu dalam jangka panjang tidak berbeda secara berarti dibandingkan dengan jangka pendek. Dosis secara jangka panjang dipengaruhi oleh dosis yang berasal dari pengaruh makanan yang terkontaminasi, tetapi dengan hasil seperti ditunjukkan pada Tabel 5, memberikan pengertian bahwa untuk sebaran pada kasus ini dosis lewat deposisi radionuklida pada makanan dan masuk melalui rantai makanan, kecil pengaruhnya. Tabel5. Dosis Efektif Perorangan setelah 50 tahun (dosis jangka panjang), Sv 6.09E E E E E E E-08 Landai E E E E E E E E E-05 Sektor Sektor (km) 1.55E E E-05 O.OOE+OO 1.04E-04 Terjal 1.66E E E-06 E-07 Tabel6. Dosis kolektif selama 50 tahun berdasarkan alur lintas paparan) 6.92E E E E E E E E E E-03 Landai Terjal 15 2I I3E-03 Landai Dari Dosis 9.23E E E E E E E-02 Dari pernafasan 8.9IE E E-02 (mansv) awan Alur paparan Prosiding PPI - PDIPTN 2005
8 Pudjijanto MS, dkk. ISSN / Tabel 6 menunjukkan dosis kolektif selama 50 tahun berdasarkan alur lintasan. Dari Tabel 6 tersebut dapat diketahui bahwa dosis kolektif efektif untuk keadaan tapak /andai sebesar 1.14E 02 mansv, 84 % berasal dari penyinaran awan dan 15 % dari inhalasi, sedangkan dosis kolektif efektif untuk keadaan tapak lerja/ sebesar 7.27E-03 mansv, 88 % berasal dari penyinaran awan dan 12 % dari inhalasi. Keadaan tapak /andai yang memberikan hambatan yang kurang atau lebih kecil dibandingkan dengan keadaan tapak lerja/, akan memberikan pengaruh inhalasi yang lebih besar dibandingkan dengan keadaan tapak lerja/. Tabel 7. Risiko kanker fatal perorangan total Uangka panjang) E E E-09 I 6.07E E E E E-07 Landai 3.25E E E E E E E E E E-06 Terjal 18E-06 Sektor IE-08 8 Sektor 10 9 Risiko Pad a Tabel 7 dan 8, data hasil perhitungan efek tunda yang ditimbulkan dalam jangka waktu lama secara total menunjukkan bahwajumlah mortalitas dan insidensi pada tapak /andai umumnya lebih besar dibandingkan dengan tapak /erja/, berbanding terbalik dengan dosis radiasi dalam jangka pendek. Efek yang timbul dalam jangka panjang sebanding dengan dosis yang diberikan oleh dosis radiasi dalam jangka panjang, yaitu umumnya keadaan tapak /andai lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan tapak /erja/. Tabel 8. Jumlah orang yang terkena pengaruh kesehatan tertunda 7.40E E Landai 9.02E E E E E E E E E E E E E E E E E E E IE E E E E E E-04 Terjal E-04 I6E E-04 Mortalitas 4.62E E E E E E E E-05 I. Insidensi 9.46E E-07 I3E-04 Jumlah (banvaknva) Keadaan tapak akan memberikan pengaruh terhadap besamya konsentrasi dan deposisi lepasan dari reaktor. Namun demikian, parameter-parameter lain yang saling terkait perlu dan harus diperhatikan, Prosiding PPI - PDIPTN ~006
9 82 ISSN Pudjijanto MS, dkk. karena dapat mempengaruhi besamya konsentrasi clan cleposisi sebaran. Oleh karenanya maka perlu dilakukan kriteri untuk penentuan keadaan tapak dalam perhitungan sebaran lepasan, dengan jalan mensurvei tapak instalasi reaktor secara cermat dan dengan data yang komprehensif. Hal ini disebabkan karenaadanya perbedaan perkiraan antara besamya konsentrasi dan deposisi lepasan. KESIMPULAN DAN SARAN Keadaan tapak pada instalasi reaktor memberikan pengaruh terhadap besamya konsentrasi dan paparan radiasi akibat lepasan ZRA ke lingkungan. Keadaan tapak landai (keadaan lapangan di daerah pedesaan) memberikan konsentrasi dan deposisi lebih kecil dibandingkaij keadaan tapak terjal (keadaan lapangan di daerah perkotaan) DAFTAR ACUAN I. Udiyani, P.M., Setiawan, M.B., dan Kuntjoro, S., Analisis Dosis Radiasi yang Diterima Penduduk akibat Pengoperasian Reaktor RSG-GAS, Proseding Pertemuan dan Presentasi I1miah Penelitian Oasar IImu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir, No. ISSN , Yogyakarta, Udiyani, P.M., Kuntioro, S., dan Pudjijanto, Analisis Dosis Radiasi yang Diterima Penduduk akibat Pengoperasian Reaktor RSG-GAS menggunakan paket program PC-Cream, 3. BATAN, Multipurpose Reactor GA Siwabessy, Safety Analysis Report, Rev. 9, 200 I 4. Hastowo, H, Investigation on ATWS and Hypothetical Accidents for the Indonesian Multipurpose Research Reactor RSG-GAS, Ph.D Oisertation, Gadjah Mada University, Yogyakarta, European Commission, PC COSYMA, version 2.0. User Guide, National Radiological Protection Board, Forschungzentrum Karlsruhe GmbH, PARKS, B, Mathematical Models, CAP88-PC Version 2.0. US. Department of Energy ER 8/GTN 1990 I Germantown, Maryland, Petunjuk yang disarankan untuk Peramalan Dispersi Aliran Partikel Halus yang Terkandung di Udara, Committee on Air Pollution Controls, 1968, The American Society of Mechanical Engineers (ASME), New York, U.S.A. i terjal = keadaan kasar, heterogen, tidak rata pada suatu luasan permukaan tanah (asing: surface roughness), lawannya adalah landai (asing: smooth). Dalam terminologi ini, terjal bukan berarti harus permukaan tanah yang berbatu-batu besar tak teratur dan landai bukan berarti harus rata bagai lapang sepak bola yang berbatu-batu besar tak teratur dan landai bukan berarti harus rata bagai lapang sepak bola. ii Beluk atau kukus (asing: plume), adalah keadaan dari asap, uap, gas, debu, partikel lembut / halus dalam perujudan sebagai awan dan atau sejenisnya yang tengah bergerak melayang di atmosfcr iii Indeks m di sebelah kanan atas dari nom or massa suatu unsur radioaktif adalah menyatakan bahwa radioisotop terse but dalam keadaan metastabil karena tereksitasi oleh suatu sebab, yang pad a umumnya segera meemisikan partikel elementemnya (foton, positron, elektron) untuk menjadi radionuklida dirinya. Prosiding PPI - PDIPTN 2005
PENGARUH KONDISI TAPAK REAKTOR TERHADAP AKTIVITAS DAN DOSIS RADIASI LINGKUNGAN
74 ISSN 016-318 Pudjijanto MS, dkk. PENGARUH KONDISI TAPAK REAKTOR TERHADAP AKTIVITAS DAN DOSIS RADIASI LINGKUNGAN Pudjijanto MS& Pande Made Udiyani Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir BATAN
Lebih terperinciANALISIS KONSEKUENSI RADIOLOGIS PADA KONDISI ABNORMAL PLTN 1000 MWe MENGGUNAKAN PROGRAM RADCON
78 ISSN 0216-3128 Pande Made U., dkk. ANALISIS KONSEKUENSI RADIOLOGIS PADA KONDISI ABNORMAL PLTN 1000 MWe MENGGUNAKAN PROGRAM RADCON Pande Made Udiyani dan Sri Kuntjoro PTRKN-BATAN ABSTRAK ANALISIS KONSEKUENSI
Lebih terperinciANALISIS PROBABILISTIK SEBARAN RADIONVKLIDA RSG-GAS PADA KONDISI SATV BAHAN BAKAR MELELEH
Sri Kuntjoro, dkk. ISSN 0216-3128 267 ANALISIS PROBABILISTIK SEBARAN RADIONVKLIDA RSG-GAS PADA KONDISI SATV BAHAN BAKAR MELELEH Sri Kuntjoro, Pande Made Udiyani Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan
Lebih terperinciPERHITUNGAN PARAMETER DEPOSISI LEPASAN PRODUK FISI DI PERMUKAAN TANAH TAPAK PLTN
PERHITUNGAN PARAMETER DEPOSISI LEPASAN PRODUK FISI DI PERMUKAAN TANAH TAPAK PLTN Pande Made Udiyani Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir-BATAN Puspiptek Gd-80, Email: pmade-u@batan.go.id Masuk:
Lebih terperinciKAJI NUMERIK DAMPAK RADIOLOGIS LINGKUNGAN JANGKA PENDEK AKIBAT KECELAKAAN REAKTOR NUKLIR DENGAN PROGRAM PC COSYMA
KAJI NUMERIK DAMPAK RADIOLOGIS LINGKUNGAN JANGKA PENDEK AKIBAT KECELAKAAN REAKTOR NUKLIR DENGAN PROGRAM PC COSYMA Diah Hidayanti, Budi Rohman P2STPIBN-Badan Pengawas Tenaga Nuklir, Jl. Gajah Mada 8 Jakarta
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH KENAIKAN KERAPATAN ELEMEN BAKAR TERHADAP KESELAMATAN RADIOLOGI REAKTOR RSG-GAS
ANALISIS PENGARUH KENAIKAN KERAPATAN ELEMEN BAKAR TERHADAP KESELAMATAN RADIOLOGI REAKTOR RSG-GAS Pande Made Udiyani, Puradwi dan Lily Suparlina Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir, BATAN Kawasan
Lebih terperinciKAJIAN BAKU TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI LINGKUNGAN UNTUK CALON PLTN AP1000
KAJIAN BAKU TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI LINGKUNGAN UNTUK CALON PLTN AP1000 Moch Romli, M.Muhyidin Farid, Syahrir Pusat Teknologi Limbah Radioaktif BATAN Gedung 50 Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang 15310
Lebih terperinciPENGARUH KONDISI ATMOSFERIK TERHADAP PERHITUNGAN PROBABILISTIK DAMPAK RADIOLOGI KECELAKAAN PWR 1000-MWe
ISSN 1411 240X Pengaruh Kondisi Atmosferik Terhadap Perhitungan... (Pande Made Udiyani) PENGARUH KONDISI ATMOSFERIK TERHADAP PERHITUNGAN PROBABILISTIK DAMPAK RADIOLOGI KECELAKAAN PWR 1000-MWe Pande Made
Lebih terperinciAKTIVITAS DAN KONSEKUENSI DISPERSI RADIOAKTIF UNTUK DAERAH KOTA DAN PEDESAAN
Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Volume 17, Nomor 2, Desember 2015 AKTIVITAS DAN KONSEKUENSI DISPERSI RADIOAKTIF UNTUK DAERAH KOTA DAN PEDESAAN Pande Made Udiyani, Sri Kuntjoro, Jupiter Sitorus Pane Pusat
Lebih terperinciPE E TUA SOURCE-TERM TAHU A DI REAKTOR GA. SIWABESSY
PE E TUA SOURCE-TERM TAHU A DI REAKTOR GA. SIWABESSY Sudiyati*, Unggul Hartoyo**, ugraha Luhur**, Syahrir* *Pusat Teknologi Limbah Radioaktif- BATAN ** Pusat Reaktor Serba Guna-BATAN ABSTRAK PE E TUA SOURCE-TERM
Lebih terperinciPENGARUH TINGGI LEPASAN EFEKTIF TERHADAP DISPERSI ATMOSFERIK ZAT RADIOAKTIF (STUDI KASUS: CALON TAPAK PLTN BANGKA BELITUNG)
PENGARUH TINGGI LEPASAN EFEKTIF TERHADAP DISPERSI ATMOSFERIK ZAT RADIOAKTIF (STUDI KASUS: CALON TAPAK PLTN BANGKA BELITUNG) Arif Yuniarto 1, Gabriel Soedarmini Boedi Andari 2, Syahrir 1 1. Pusat Pendayagunaan
Lebih terperinciANALISIS TERHADAP MODEL LEPASAN RADIOAKTIF DAN TINDAKAN PROTEKTIF UNTUK KECELAKAAN POTENSIAL PLTN
Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah (Journal of Waste Management Technology), ISSN 1410-9565 Volume 15 Nomor 1, Juli 2012 (Volume 15, Number 1, July, 2012) Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (Radioactive
Lebih terperinciDiterima editor 16 September 2010 Disetujui untuk dipublikasi 12 Oktober 2010
ISSN 1411 240X Pemodelan Dan Analisis Sebaran... (Sri Kuntjoro) PEMODELAN DAN ANALISIS SEBARAN RADIONUKLIDA DARI PWR PADA KONDISI ABNORMAL DI TAPAK BOJANEGARA-SERANG Sri Kuntjoro Pusat Teknologi Reaktor
Lebih terperinciANALISIS DETERMINISTIK DAMPAK KECELAKAAN REAKTOR KARTINI TERHADAP KONSENTRASI RADIONUKLIDA DI TANAH MENGGUNAKAN SOFTWARE PC-COSYMA
ANALISIS DETERMINISTIK DAMPAK KECELAKAAN REAKTOR KARTINI TERHADAP KONSENTRASI RADIONUKLIDA DI TANAH MENGGUNAKAN SOFTWARE PC-COSYMA Desintha Fachrunnisa, Diah Hidayanti 2, Suharyana Universitas Sebelas
Lebih terperinciCONTOH TAHAPAN PERHITUNGAN NILAI BATAS LEPASAN RADIOAKTIVITAS KE LINGKUNGAN SPESIFIK TAPAK
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN CONTOH TAHAPAN PERHITUNGAN
Lebih terperinciANALISIS KONSENTRASI UDARA AKIBAT KECELAKAAN REAKTOR KARTINI DITINJAU VARIASI BAHAN BAKAR YANG MELELEH DENGAN SOFTWARE PC-COSYMA
ANALISIS KONSENTRASI UDARA AKIBAT KECELAKAAN REAKTOR KARTINI DITINJAU VARIASI BAHAN BAKAR YANG MELELEH DENGAN SOFTWARE PC-COSYMA Hanifah Nur Syafitri 1, Suharyana 1, Diah Hidayanti 2 1) Program Studi Fisika
Lebih terperinci(Kurnia Anzhar dan Yarianto SBS)'
Po/a Angin Laut dan Angin Darat di Daerah Ujung Lemah Abang, Semenanjung Muria (Kumia Anzhar dan Yarianto SBS.) POLA ANGIN LAUT DAN AN GIN DARAT DI DAERAH UJUNG LEMAHABANG, SEMENANJUNG MURIA (Kurnia Anzhar
Lebih terperinciTINGKAT CLEARANCE LlMBAH AIRBORNE DI PPTN SERPONG. Syahrir Pusat Teknologi Pengolahan Limbah Radioaktif, BATAN
Hasil Penelitian don Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852-2979 TINGKAT CLEARANCE LlMBAH AIRBORNE DI PPTN SERPONG Syahrir Pusat Teknologi Pengolahan Limbah Radioaktif, BATAN ABSTRAK TINGKAT CLEARANCE LlMBAH
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xviii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar
Lebih terperinciNILAI BATAS LEPASAN RADIOAKTIVITAS KE LINGKUNGAN
9 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN NILAI BATAS LEPASAN RADIOAKTIVITAS KE LINGKUNGAN Nilai Batas Lepasan Radioaktivitas
Lebih terperinciANALISIS KONSENTRASI I-131 LEPASAN UDARA CEROBONG DI REAKTOR SERBA GUNA GA. SIWABESSY
ANALISIS KONSENTRASI I-131 LEPASAN UDARA CEROBONG DI REAKTOR SERBA GUNA GA. SIWABESSY YULIUS SUMARNO, UNGGUL HARTOYO, FAHMI ALFA MUSLIMU Pusat Reaktor Serba Guna-BATAN Kawasan Puspitek Serpong, Tangerang
Lebih terperinciSkema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi
Besarnya radiasi yang diserap atau dipantulkan, baik oleh permukaan bumi atau awan berubah-ubah tergantung pada ketebalan awan, kandungan uap air, atau jumlah partikel debu Radiasi datang (100%) Radiasi
Lebih terperinciPERHITUNGAN NILAI SETTING ALARM ALPHA BETA AEROSOL MONITOR DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL
Yogyakarta, 6 September 01 PERHITUNGAN NILAI SETTING ALARM ALPHA BETA AEROSOL MONITOR DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL Budi Prayitno, Muradi, Endang Sukesi Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN,
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR TAHUN 20 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
- 1 - PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR TAHUN 20 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan faktor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi, sosial maupun peningkatan kualitas hidup. Oleh karena itu kecukupan persediaan energi secara berkelanjutan
Lebih terperinciRINGKASAN. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor; Program St~di Pengeloiaan Sumberdaya
RINGKASAN Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor; Program St~di Pengeloiaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Penulis : Pande Made Udiyani; Judul : Identifikasi Radionuklida Air di Luar Kawasan PUSPIPTEK
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian 2
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRACT i ii iii iv v vii ix x xi xii xiii
Lebih terperinciMODEL MATEMATIKA UNTUK TRANSPORT RADIONUKLIDA PADA BIOSFER. Dadang Suganda, Pratomo Budiman S. Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif
MODEL MATEMATIKA UNTUK TRANSPORT RADIONUKLIDA PADA BIOSFER Dadang Suganda, Pratomo Budiman S. Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif ABSTRAK MODEL MATEMATIKA UNTUK TRANSPORT RADIONUKLIDA PADA
Lebih terperinciKONDISI CUACA KAWASAN NUKLIR SERPONG
KONDISI CUACA KAWASAN NUKLIR SERPONG Agus Gindo S. *) ABSTRAK KONDISI CUACA KAWASAN NUKLIR SERPONG. Telah diamati kondisi cuaca Kawasan Nuklir Serpong (KNS). Pengamatan dilakukan mulai bulan Oktober 2009
Lebih terperinciDiterima editor 29 Maret 2012 Disetujui untuk publikasi 22 Mei 2012
ISSN 1411 240X Penentuan Koefisien Dispersi Atomsferik Untuk... (Pande Made Udayani) PENENTUAN KOEFISIEN DISPERSI ATMOSFERIK UNTUK ANALISIS KECELAKAAN REAKTOR PWR DI INDONESIA Pande Made Udiyani, Surip
Lebih terperinciPOLUSI UDARA DI KAWASAN CEKUNGAN BANDUNG
POLUSI UDARA DI KAWASAN CEKUNGAN BANDUNG Sumaryati Peneliti Bidang Komposisi Atmosfer, LAPAN e-mail: sumary.bdg@gmail.com,maryati@bdg.lapan.go.id RINGKASAN Pengelolaan polusi udara pada prinsipnya adalah
Lebih terperinciPEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005
PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 005 Agus Gindo S., Syahrir, Sudiyati, Sri Susilah, T. Ginting, Budi Hari H., Ritayanti Pusat Teknologi Limbah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di Indonesia yang berkembang pesat dewasa ini terutama dalam bidang industri telah mengakibatkan kebutuhan tenaga listrik meningkat dari tahun ke tahun.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran hutan merupakan fenomena yang sering terjadi di Indonesia (Stolle et al, 1999) yang menjadi perhatian lokal dan global (Herawati dan Santoso, 2011). Kebakaran
Lebih terperinciPEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR KAWASAN NUKLIR SERPONG TAHUN 2012
Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2012 ISSN 08522979 PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR KAWASAN NUKLIR SERPONG TAHUN 2012 Untara, Ritayanti, Budihari HP., Sri Susilah, A. Yuniarto,
Lebih terperinciEVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM
No. 12/ Tahun VI. Oktober 2013 ISSN 1979-2409 EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM Endang Sukesi I dan Suliyanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir -BATAN
Lebih terperinci2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 107) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI
Lebih terperinciDiterima editor 8 Januari 2014 Disetujui untuk publikasi 14 Februari 2014
PSA LEVEL 3 DAN IMPLEMENTASINYA PADA KAJIAN KESELAMATAN PWR Pande Made Udiyani, Sri Kuntjoro, D. T. Sony Tjahyani Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir-BATAN Email: pmade-u@batan.go.id Diterima
Lebih terperinciGambar 4 Simulasi trajektori PT. X bulan Juni (a) dan bulan Desember (b)
9 Kasus 2 : - Top of model : 15 m AGL - Starting time : 8 Juni dan 3 Desember 211 - Height of stack : 8 m AGL - Emmision rate : 1 hour - Pollutant : NO 2 dan SO 2 3.4.3 Metode Penentuan Koefisien Korelasi
Lebih terperinciAnalisis Keselamatan Probabilistik (Probabilistic Safety Analysis)
Analisis Keselamatan Probabilistik (Probabilistic Safety Analysis) D T Sony Tjahyani Bidang Analisis Risiko dan Mitigasi Kecelakaan Pusat Pengembangan Teknologi Keselamatan Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional
Lebih terperinciPEMBUATAN PROGRAM UNTUK MENGIllTUNG PENYEBARAN DOSIS RADIASI GAS RADIOAKTIF YANG TERLEP AS DARI CEROBONG REAKTOR KARTINI
9C3 Prosiding Pertemuan dun Presentasi Ilmiah PPNY-BATAN Yogyakarta, 25-27 Apri/1995 Buku 11 369 PEMBUATAN PROGRAM UNTUK MENGIllTUNG PENYEBARAN DOSIS RADIASI GAS RADIOAKTIF YANG TERLEP AS DARI CEROBONG
Lebih terperinciJurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007
PERHITUNGAN PEMBUATAN KADMIUM-109 UNTUK SUMBER RADIASI XRF MENGGUNAKAN TARGET KADMIUM ALAM Rohadi Awaludin Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR), BATAN Kawasan Puspiptek, Tangerang, Banten ABSTRAK PERHITUNGAN
Lebih terperinciPENCEMARAN UDARA AKIBAT KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN P. H. H. MUSTOFA, BANDUNG. Grace Wibisana NRP : NIRM :
PENCEMARAN UDARA AKIBAT KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN P. H. H. MUSTOFA, BANDUNG Grace Wibisana NRP : 9721053 NIRM : 41077011970288 Pembimbing : Ir. Budi Hartanto Susilo, M. Sc Ko-Pembimbing : Ir. Gugun Gunawan,
Lebih terperinciPENENTUAN ZONA KEDARURATAN NUKLIR LUAR TAPAK (OFF-SITE) DI INDONESIA
PENENTUAN ZONA KEDARURATAN NUKLIR LUAR TAPAK (OFF-SITE) DI INDONESIA Pande Made Udiyani, Sri Kuntjoro Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir - BATAN Gd.80 Puspiptek Serpong email: pmade-u@batan.go.id
Lebih terperinciPEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2008
PEMANTAUAN RAIOAKTIVITAS UARA BUANG INSTALASI RAIOMETALURGI TAHUN 2008 Susanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK PEMANTAUAN RAIOAKTIVITAS UARA BUANG INSTALASI RAIOMETALURGI TAHUN 2008. Pemantauan
Lebih terperinciDISPERSI GAS KARBON MONOKSIDA (CO) DARI SUMBER TRANSPORTASI DI KOTA PONTIANAK
DISPERSI GAS KARBON MONOKSIDA () DARI SUMBER TRANSPORTASI DI KOTA PONTIANAK DISPERSION OF CARBON MONOXIDE () FROM TRANSPORTATION SOURCE IN PONTIANAK CITY Winardi* Program Studi Teknik Lingkungan Universitas
Lebih terperinciIDENTIFIKASI SOURCE-TERM REAKTOR SERBA GUNA-G.A. SIWABESSY UNTUK KESELAMATAN OPERASIONAL
IDENTIFIKASI SOURCE-TERM REAKTOR SERBA GUNA-G.A. SIWABESSY UNTUK KESELAMATAN OPERASIONAL JAJA. SUKMANA, MASHUDI, JONNIE A. KORUA Pusat Reaktor Serba Guna-BATAN Kawasan Puspitek Serpong, Tangerang 15310,
Lebih terperinciANALISIS LEPASAN RADIOAKTIF DI RSG GAS
YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 9 ISSN 98-6 ANALISIS LEPASAN RADIOAKTIF DI RSG GAS SUBIHARTO, NAEK NABABAN, UNGGUL HARTOYO PRSG-BATAN Kawasan Puspiptek Gedung 5 Tangerang Abstrak ANALISIS LEPASAN RADIOAKTIF DI
Lebih terperinciPENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF. Untara, M. Cecep CH, Mahmudin, Sudiyati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif
PENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF Untara, M. Cecep CH, Mahmudin, Sudiyati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN
Lebih terperinciPEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA RUANG KERJA DI IRM TAHUN 2009
PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA RUANG KERJA DI IRM TAHUN 2009 Endang Sukesi Ismojowati, Sudaryati ABSTRAK PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA RUANG KERJA DI IRM TAHUN 2009. Telah dilakukan pemantauan kontaminasi
Lebih terperinciBAB IV HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN Dari simulasi yang telah dilakukan didapat hasil sebaran konsentrasi SO 2 dari data emisi pada tanggal 31 Oktober 2003 pada PLTU milik PT. Indorama Synthetics tbk.
Lebih terperinciBadan Tenaga Nuklir Nasional 2012
BATAN B.38 ANALISIS KONSEKUENSI KECELAKAAN PARAH PRESSURIZED WATER REACTOR DENGAN BACKWARDS METHOD Dr. Ir. Pande Made Udiyani Dr. Jupiter Sitorus Pane, M.Sc Drs. Sri Kuntjoro Ir. Sugiyanto Ir. Suharno,
Lebih terperinciEVALUASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI INSTALASI RADIOMETALURGI BERDASARKAN PERKA BAPETEN NOMOR 1 TAHUN 2010
No. 07 / Tahun IV April 2011 ISSN 1979-2409 EVALUASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI INSTALASI RADIOMETALURGI BERDASARKAN PERKA BAPETEN NOMOR 1 TAHUN 2010 Budi Prayitno, Suliyanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi saat ini menjadi masalah yang sangat penting karena dapat mengindikasikan kemajuan suatu daerah. Transportasi sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk di Kota Padang setiap tahun terus meningkat, meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan peningkatan jumlah transportasi di Kota Padang. Jumlah kendaraan
Lebih terperinciKOMPARASI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI INTERNA PEKERJA PPTN SERPONG BERDASARKAN ICRP 30 TERHADAP ICRP 68
KOMPARASI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI INTERNA PEKERJA PPTN SERPONG BERDASARKAN ICRP 30 TERHADAP ICRP 68 Ruminta Ginting, Yanni Andriyani, Tri Bambang L *) ABSTRAK KOMPARASI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI INTERNA
Lebih terperinciPERHITUNGAN NILAI SETTING ALARM ALAT ALPHA BETA AEROSOL MONITOR DI INSTALASI RADIOMETALURGI
YOGYAKARTA, 31OKTOBER 01 PERHITUNGAN NILAI SETTING ALARM ALAT ALPHA BETA AEROSOL MONITOR DI INSTALASI RADIOMETALURGI Suliyanto, Endang Sukesi, Budi Prayitno Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA
PENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA Noviarty, Iis Haryati, Sudaryati, Susanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN Kawasan
Lebih terperinciDATA METEOROLOGI. 1. Umum 2. Temperatur 3. Kelembaban 4. Angin 5. Tekanan Udara 6. Penyinaran matahari 7. Radiasi Matahari
DATA METEOROLOGI 1. Umum 2. Temperatur 3. Kelembaban 4. Angin 5. Tekanan Udara 6. Penyinaran matahari 7. Radiasi Matahari Umum Data meteorology sangat penting didalam analisa hidrologi pada suatu daerah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Asap atau polutan yang dibuang melalui cerobong asap pabrik akan menyebar atau berdispersi di udara, kemudian bergerak terbawa angin sampai mengenai pemukiman penduduk yang berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, bumi tempat tinggal manusia telah tercemar oleh polutan. Polutan adalah segala sesuatu yang berbahaya bagi kehidupan makhluk hidup dan lingkungan. Udara
Lebih terperinciPREDIKSI KONSENTRASI CO2 PADA CEROBONG ASAP DARI RENCANA PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MESIN DAN GAS (PLTMG) DURI
PREDIKSI KONSENTRASI CO2 PADA CEROBONG ASAP DARI RENCANA PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MESIN DAN GAS (PLTMG) DURI Yulia Fitri, Sri Fitria Retnawaty Prodi Fisika Universitas Muhammadiyah Riau Jl.
Lebih terperinciPENENTUAN WAKTU SAMPLING UDARA UNTUK MENGUKUR KONTAMINAN RADIOAKTIF BETA DI UDARA DALAM LABORATORIUM AKTIVITAS SEDANG
ISSN 852-4777 PENENTUAN WAKTU SAMPLING UDARA UNTUK MENGUKUR KONTAMINAN RADIOAKTIF BETA DI UDARA DALAM LABORATORIUM AKTIVITAS SEDANG Sri Wahyunigsih (1) dan Yusuf Nampira (1) 1. Pusat Teknologi Bahan Bakar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera. Secara geografis Kota Medan terletak pada 3 30'
Lebih terperinciPERHITUNGAN DISPERSI ZAT RADIOAKTIF REAKTOR RSG-GAS PADA KONDISI OPERAS I NORMAL PADA I>AYA 30MW
-ISSN 0216-3128 Pantfe Made UcI~~'alli PERHITUNGAN DISPERSI ZAT RADIOAKTIF REAKTOR RSG-GAS PADA KONDISI OPERAS I NORMAL PADA I>AYA 30MW Pande Made Udiyani Pusat Teknologi dan Keselamatan Nuk/ir ABSTRAK
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Kondisi Fisik Daerah Penelitian II.1.1 Kondisi Geografi Gambar 2.1. Daerah Penelitian Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52-108 36 BT dan 6 15-6 40 LS. Berdasarkan
Lebih terperinciMaria Katherina Gnadia Liandy, Endro Suswantoro, Hernani Yulinawati
ANALISIS SEBARAN TOTAL SUSPENDED PARTICULATE (TSP), SULFUR DIOKSIDA (SO 2 ), DAN NITROGEN DIOKSIDA (NO 2 ) DI UDARA AMBIEN DARI EMISI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) BANTEN 3 LONTAR DENGAN MODEL GAUSSIAN
Lebih terperinciANALISIS DOSIS RADIASI PEKERJA RADIASI IEBE BERDASARKAN KETENTUAN ICRP 60/1990 DAN PP NO.33/2007
ANALISIS DOSIS RADIASI PEKERJA RADIASI IEBE BERDASARKAN KETENTUAN ICRP 60/1990 DAN PP NO.33/2007 Budi Prayitno (1) dan Suliyanto (1) 1. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir- BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong,
Lebih terperinciKONDISI METEOROLOGI DAN DEMOGRAFI DAERAH CALON TAPAK PLTN
KONDISI METEOROLOGI DAN DEMOGRAFI DAERAH CALON TAPAK PLTN Agus Gindo S., Budi Hari H., Terima Ginting Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ABSTRAK KONDISI METEOROLOGI DAN DEMOGRAFI DAERAH CALON TAPAK
Lebih terperinciSOSIALISASI PENANGGULANGAN RADIASI KECELAKAAN NUKLIR RSG-GAS MELALUI PENGEMBANGAN DESA SIAGA
SOSIALISASI PENANGGULANGAN RADIASI KECELAKAAN NUKLIR RSG-GAS MELALUI PENGEMBANGAN DESA SIAGA ANTHONY SIMANJUNTAK PRSG-BATAN Kaw. PUSPIPTEK Ged. No. 31, Serpong, Tangerang, 15310 Abstrak SOSIALISASI PENANGGULANGAN
Lebih terperinciPEMANTAUAN TERPUSAT KONTINYU PAPARAN RADIASI UDARA AMBIEN KAWASAN NUKLIR SERPONG
PEMANTAUAN TERPUSAT KONTINYU PAPARAN RADIASI UDARA AMBIEN KAWASAN NUKLIR SERPONG Agus Gindo S., Arif Y., I Putu Susilah * Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN * Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir-BATAN
Lebih terperinciPEMANTAUAN KERADIOAKTIFAN UDARA RUANGAN KERJA INSTALASI RADIOMETALURGI SAAT SUPPLY FAN DIMATIKAN
PEMANTAUAN KERADIOAKTIFAN UDARA RUANGAN KERJA INSTALASI RADIOMETALURGI SAAT SUPPLY FAN DIMATIKAN Muradi, Sjafruddin Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK PEMANTAUAN KERADIOAKTIFAN UDARA RUANGAN
Lebih terperinciTabel 3. Komposisi perjalanan orang di Jabotabek menurut moda angkutan tahun 2000
Tabel 3. Komposisi perjalanan orang di Jabotabek menurut moda angkutan tahun 2000 Moda Perjalanan Orang Harian Seluruh Moda 29,168,330 Non-Motorized of Transport 8,402,771 Motorized of Transport 20,765,559
Lebih terperinciPengaruh Faktor Iklim Terhadap Pola Sebaran Integral.. (Mondjo & Sudibiyakto) 169
Pengaruh Faktor Iklim Terhadap Pola Sebaran Integral.. (Mondjo & Sudibiyakto) 169 PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP POLA SEBARAN INTEGRAL KONSENTRASI KONTAMINAN RADIOAKTIF TAHUNAN DARI CEROBONG REAKTOR KARTINI
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,
Lebih terperinciPENGOPERASIAN SISTEM VAC & OFF GAS. Gatot Sumartono Pusat T eknologi Limbah Radioaktif, BAT AN
Hasi/ Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahlln 2006 ISSN 0852-2979 PENGOPERASIAN SISTEM VAC & OFF GAS (SISTEM TAT A UDARA) Gatot Sumartono Pusat T eknologi Limbah Radioaktif, BAT AN ABSTRAK PENGOPERASIAN SISTEM
Lebih terperinciHidrometeorologi. Pertemuan ke I
Hidrometeorologi Pertemuan ke I Pengertian Pengertian HIDROMETEOROLOGI Adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara unsur unsur meteorologi dengan siklus hidrologi, tekanannya pada hubungan timbal balik
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH CUACA EKSTREM BULANAN PADA SEBARAN RADIONUKLIDA KE LINGKUNGAN
ANALISIS PENGARUH CUACA EKSTREM BULANAN PADA SEBARAN RADIONUKLIDA KE LINGKUNGAN Sri Kuntjoro PTRKN BATAN, email:srikuncoro@batan.go.id ABSTRAK ANALISIS PENGARUH CUACA EKSTREM BULANAN PADA SEBARAN RADIONUKLIDA
Lebih terperinciHIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ketiga (ATMOSFER)
Dosen : DR. ERY SUHARTANTO, ST. MT. JADFAN SIDQI FIDARI, ST., MT HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ketiga (ATMOSFER) 1. Pengertian Atmosfer Planet bumi dapat dibagi menjadi 4 bagian : (lithosfer) Bagian padat
Lebih terperinciPEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG IEBE TAHUN 2009
ISSN 0854-5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG IEBE TAHUN 2009 Sri Wahyuningsih ABSTRAK PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG IEBE TAHUN 2009. Pemantauan radioaktivitas
Lebih terperinciREFUNGSIONALISASI SISTEM PEMANTAU RADIASI BETA AEROSOL DAN ALPHA-BETA AEROSOL RSG-GA
SEMINAR NASIONAL V YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 2009 REFUNGSIONALISASI SISTEM PEMANTAU RADIASI BETA AEROSOL DAN ALPHA-BETA AEROSOL RSG-GA NUGRAHA LUHUR, UNGGUL HARTOYO, YULIUS SUMARNO, SUKINO Pusat Reaktor Serba
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA. BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 01-P/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN TAPAK REAKTOR NUKLIR
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 01-P/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN TAPAK REAKTOR NUKLIR KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa pembangunan dan pengoperasian
Lebih terperinciSISTEM MANAJEMEN DOSIS PADA PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF DENGAN KENDARAAN DARAT
SISTEM MANAJEMEN DOSIS PADA PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF DENGAN KENDARAAN DARAT Suhaedi Muhammad 1 dan Rr. Djarwanti,RPS 2 1 Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi, BATAN Gedung B Lantai 2, Kawasan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan adalah jatuhnya hydrometeor yang berupa partikel-partikel air dengan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hujan 1. Pengertian Hujan Hujan adalah jatuhnya hydrometeor yang berupa partikel-partikel air dengan diameter 0,5 mm atau lebih. Jika jatuhnya air sampai ke tanah maka disebut hujan,
Lebih terperinciLAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR PARAMETER
Lebih terperinciPERIZINAN REAKTOR DAYA NON KOMERSIAL
PERIZINAN REAKTOR DAYA NON KOMERSIAL Direktorat Perizinan Instalasi dan Bahan Nuklir Badan Pengawas Tenaga Nuklir Jakarta, 11 November 2015 LINGKUP : PENDAHULUAN PENGAWASAN TENAGA NUKLIR PERIZINAN REAKTOR
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... i ii iii vi iv xi xiii xiv BAB I PENDAHULUAN...
Lebih terperinciPENENTUAN FAKTOR KOREKSI DOSIS RADIASI ELEMEN BAKAR BEKAS RSG-GAS Ardani *)
ABSTRAK PENENTUAN FAKTOR KOREKSI DOSIS RADIASI ELEMEN BAKAR BEKAS RSG-GAS Ardani *) PENENTUAN FAKTOR KOREKSI DOSIS RADIASI ELEMEN BAKAR BEKAS RSG-GAS. Reaktor RSG-GAS setiap siklus akan mengeluarkan lima
Lebih terperinciKOMPARASI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR LEU DAN MOX TERHADAP AKTIVITAS DAN KONSEKUENSI RADIASI LB-LOCA
KOMPARASI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR LEU DAN MOX TERHADAP AKTIVITAS DAN KONSEKUENSI RADIASI LB-LOCA Pande Made Udiyani Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. energi baru yang potensial adalah energi nuklir. Energi nuklir saat ini di dunia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkurangnya sumber energi minyak bumi memaksa kita untuk mencari dan mengembangkan sumber energi baru. Salah satu alternatif sumber energi baru yang potensial
Lebih terperinciBADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF
PENGIRIMAN LIMBAH RADIOAKTIF KE BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL (PTLR - BATAN) PT-002/PTLR/SMM-06.00/II-00/2010 2010 Dilarang mengcopy/memperbanyak dokumen ini tanpa sepengetahuan dan izin tertulis dari Unit
Lebih terperinciSTRUKTUR BUMI. Bumi, Tata Surya dan Angkasa Luar
STRUKTUR BUMI 1. Skalu 1978 Jika bumi tidak mempunyai atmosfir, maka warna langit adalah A. hitam C. kuning E. putih B. biru D. merah Jawab : A Warna biru langit terjadi karena sinar matahari yang menuju
Lebih terperinciPERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL. Mochamad Imron, Ariyawan Sunardi
Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Aplikasi Reaktor Nuklir PRSG Tahun 2012 ISBN 978-979-17109-7-8 PERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL Mochamad Imron,
Lebih terperinciEVALUASI PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2009
No.05 / Tahun III April 2010 ISSN 1979-2409 EVALUASI PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2009 ABSTRAK Endang Sukesi, Sudaryati, Budi Prayitno Pusat
Lebih terperinciANALISA KEJADIAN HUJAN EKSTRIM DI MUSIM KEMARAU DI WILAYAH SIDOARJO DAN SEKITARNYA.
ANALISA KEJADIAN HUJAN EKSTRIM DI MUSIM KEMARAU DI WILAYAH SIDOARJO DAN SEKITARNYA. Sebagian besar Wilayah Jawa Timur sudah mulai memasuki musim kemarau pada bulan Mei 2014. Termasuk wilayah Sidoarjo dan
Lebih terperinciBAB II RADIASI PENGION
BAB II RADIASI PENGION Salah satu bidang penting yang berhubungan dengan keselamatan radiasi pengukuran besaran fisis radiasi terhadap berbagai jenis radiasi dan sumber radiasi. Untuk itu perlu perlu pengetahuan
Lebih terperinciATMOSFER I. A. Pengertian, Kandungan Gas, Fungsi, dan Manfaat Penyelidikan Atmosfer 1. Pengertian Atmosfer. Tabel Kandungan Gas dalam Atmosfer
KTSP & K-13 Kelas X Geografi ATMOSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian dan kandungan gas atmosfer. 2. Memahami fungsi
Lebih terperinciSTANDAR KOMPETENSI PENANGGUNGJAWAB PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA. : Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran. Lingkungan
Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 04 Tahun 2011 Tanggal : 14 September 2011 STANDAR KOMPETENSI PENANGGUNGJAWAB PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA 1. Kualifikasi : Penanggung Jawab Pengendalian
Lebih terperinciANALISIS KONSENTRASI GAS AMMONIA (NH3) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR
346/S1-TL/1011-P ANALISIS KONSENTRASI GAS AMMONIA (NH3) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR Oleh: DHONA MARLINDRA 07 174 024 JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
Lebih terperinci5/27/2013 TEKANAN UDARA. Pengertian :
V. Tekanan Udara dan Angin - Pengertian angin dan Tekanan Udara - Faktor-faktor yang mempengaruhi angin dan tekanan udara - Penyebaran tekanan udara - Sirkulasi, Global, Regional dan Lokal - Angin Bahorok
Lebih terperinci