ANALISIS KONSEKUENSI RADIOLOGIS PADA KONDISI ABNORMAL PLTN 1000 MWe MENGGUNAKAN PROGRAM RADCON
|
|
- Hartanti Atmadjaja
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 78 ISSN Pande Made U., dkk. ANALISIS KONSEKUENSI RADIOLOGIS PADA KONDISI ABNORMAL PLTN 1000 MWe MENGGUNAKAN PROGRAM RADCON Pande Made Udiyani dan Sri Kuntjoro PTRKN-BATAN ABSTRAK ANALISIS KONSEKUENSI RADIOLOGIS PADA KONDISI ABNORMAL PLTN 1000 MWe MENGGUNAKAN PROGRAM RADCON. Pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia mengantisipasi kelangkaan energi akan menimbulkan berbagai tantangan, terutama tentang keselamatan PLTN. Sehingga pengelola instalasi nuklir harus menyediakan argumentasi ilmiah terhadap keselamatan PLTN, salah satunya dengan menyediakan dokumen analisis keselamatan. Perhitungan konsekwensi radiologis setelah kondisi abnormal menggunakan reaktor daya generik PWR Perhitungan dilakukan dengan menggunakan paket program RadCon (Radiological Consequences Model), dengan kondisi yang dipostulasikan berdasarkan DBA (Design Basis Accident). Perhitungan konsentrasi radionuklida yang tersebar ke lingkungan menggunakan PC-Cosyma sebagai data input untuk RadCon. Simulasi perhitungan konsekuensi radiologis menggunakan data lingkungan daerah tapak contoh. Hasil analisis menunjukkan penerimaan konsekuensi radiologis maksimum untuk jalur paparan interna- eksterna jangka pendek (short term) maupun jangka panjang (longterm), diterima untuk daerah dalam radius di bawah 1 km dan masih di bawah batasan penerimaan dosis efektif untuk masyarakat umum dari kejadian abnormal tidak melebihi 5 msv (ICRP 1990). Kata kunci : konsekuensi radiologis, RadCon, PLTN. ABSTRACT RADIOLOGICAL CONSEQUENCES ANALYSIS FOR ABNORMAL CONDITION ON NPPs 1000 MWe BY USING RADCON MODEL. The operation of NPPs (Nuclear Power Plants) in Indonesia to anticipates rare of energy will generate various challenges, especially about NPPs safety. So installation organizer of nuclear must provide scientific argument to safety NPPs, one of them is by providing document of safety analysis. Calculation of radiological consequences after abnormal condition applies on generic PWR-1000 power reactor. Calculation is done by using program package RadCon (Radiological Consequences Model), with postulate condition is based on DBA (Design Basis Accident). Calculation of dispersion of radionuclide concentration is using PC-COSYMA as input data for RadCon. Simulation for radiological consequences analysis uses by site data sample. Analysis result shows that imum receiving of internal - externals radiological consequence for short term and long-term below 1 km radius area is below the limit acceptably effective dose for a member of the public as a result of an accident which should not exceed 5 msv (ICRP 1990). Keywords : radiological consequences, RadCon, NPPs. PENDAHULUAN encana pembangunan PLTN (Pembangkit Listrik R tenaga Nuklir) di Indonesia untuk antisipasi kelangkaaan energi pada masa mendatang, akan menimbulkan berbagai tantangan, terutama untuk masyarakat yang sensitif terhadap isue lingkungan. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka para pengelola instalasi nuklir harus menyediakan argumentasi ilmiah terhadap keselamatan PLTN. Penjelasan tentang PLTN yang aman tertuang dalam bentuk dokumen keselamatan yang memuat tentang Bab-Bab yang salah satunya tentang penerimaan konsekuensi radiologis untuk masyarakat sekitar tapak reaktor. Perhitungan dan analisis konsekuensi radiologis dari pengoperasian normal dan abnormal untuk reaktor daya PWR MWe generik untuk kondisi tapak di Pulau Jawa sudah dilakukan [1,2,3,4]. Perhitungan normal dilakukan dengan paket program PC-Cream dan CAP-88 [1,2], Sedangkan untuk perhitungan abnormal menggunakan paket program PC-Cosyma [3,4]. Pada penelitian ini akan dilakukan perhitungan konsekuensi radiologis menggunakan paket program RadCon [5]. Paket program RadCon (Radiological Consequences Model) dibuat oleh ANSTO (Australian Nuclear Science and Tecnology Organisasition). Program ini didesain dan diaplikasikan dengan fokus penggunaan model lingkungan khusus untuk Australia dan Asia Tenggara, sehingga diharapkan kandungan lokal perhitungan menghasilkan perhitungan yang lebih realistis. Program ini menghitung dan memvisualisasikan konsekuensi radiologis di lingkungan berdasarkan karakteristik sumber yang terdispersi di lingkungan dari kondisi abnormal yang terpostulasi yang telah dihitung PC-Cosyma [6]. Dengan menggunakan model pathway (alur paparan) yang disesuaikan dengan kondisi tapak studi, maka dapat dianalisis penerimaan konsekuensi radiologis yang diterima masyarakat dan lingkungan. Penggunaan program ini salah satunya adalah untuk mendapatkan data analisis untuk perhitungan PSA
2 Pande Made U., dkk. ISSN Level-3 (Probabilistic Safety Analysis Level 3) dalam hal untuk kajian konsekuensi radiologis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data analisis keselamatan yang komprehensif untuk reaktor daya PWR khususnya penerimaan konsekuensi radiologis apabila PLTN sudah dibangun dan dioperasikan. Data analisis yang diperoleh dapat digunakan sebagai acuan untuk mengisi Bab-Bab yang terdapat dalam dokumen LAK- PLTN. TEORI Sekuensi kecelakaan yang dipostulasikan memicu terjadinya kecelakaan parah adalah kecelakaan kehilangan pendingin (loss of coolant accident, LOCA) yang diikuti dengan kegagalan sistem pendingin teras darurat (emergency core cooling system, ECCS). Peningkatan temperatur mengakibatkan pelelehan bahan bakar dan materialmaterial struktur teras. Perhitungan lepasnya radionuklida dari teras reaktor meliputi asumsi fraksi total lepasan dari teras, fraksi yang lepas ke pengungkung (containment) dan fraksi yang tersisa di pengungkung setelah 2 jam. Fraksi yang lepas dari pengungkung jika kecelakaan dipostulasikan akibat LOCA terjadi kerusakan pengungkung (source term in containment). Kemudian diasumsikan besarnya kerusakan pengungkung, sehingga akan terjadi lepasnya radionuklida ke lingkungan. Dispersi radionuklida di lingkungan dipengaruhi oleh besarnya karakteristik sumber yang lepas ke lingkungan, kondisi cuaca (arah angin, kecepatan angin, stabilitas, solar radiasi, dan curah hujan), dengan mengikuti persamaan [7] : Untuk konsentrasi di atas permukaan tanah, z = 0, 2 2 Q y H χ = exp + 2 2σ 2σ 2 (1) πσ y σ x v y z Untuk konsentrasi di garis pusat (y = 0) persamaan (1) menjadi : Q H 2 χ = exp (2) πσ 2 y σ x v 2σ z Untuk konsentrasi di H = 0 persamaan (2) menjadi : Q χ = (3) πσ y σ x v dengan, χ(chi) : konsentrasi di udara (Bq/m 3 ), pada sumbu x searah angin, y tegak lurus arah angin, z ketinggian di atas permukaan tanah, Q : lepasan radioaktif rata-rata yang ke luar dari cerobong (Bq/dt), ϋ : kecepatan angin rata-rata (m/dt), : koefisien dispersi horizontal (m), σ y σ z : koefisien dispersi vertikal (m), H : tinggi cerobong efektif (m), y : jarak tegak lurus arah angin (m), z : ketinggian dari atas tanah (m). Dispersi radionuklida di udara dan yang terdeposisi di permukaan tanah lewat alur paparan utama yaitu alur interna (inhalasi dan ingesi) dan eksterna (paparan dari cloudshine dan grounshine) akan menimbulkan konsekuensi radiologis terhadap manusia. Penerimaan dosis mengikuti model paparan seperti gambar 1 [8]. Gambar 1. Model alur paparan dari lepasan di atmosfer ke manusia. Besar penerimaan dosis dipengaruhi oleh besar aktivitas radiasi di atmosfer dan yang terdeposisi di permukaan tanah, spesifikasi alur dan faktor pemindahan antar alur paparan, jenis dan konsumsi makanan yang terkontaminasi, ras, gender, jenis pekerjaan, kondisi sosial masyarakat, dsb. Paket program RadCon (Radiological Consequences Model) ini didesain dan diaplikasikan dengan fokus penggunaan model lingkungan khusus untuk Australia dan Asia Tenggara. Program ini menghitung dan memvisualisasikan konsekuensi radiologis di lingkungan berdasarkan karakteristik sumber yang terdispersi di lingkungan dari kondisi abnormal, menggunakan model pathway (alur paparan) yang disesuaikan dengan kondisi tapak studi. TATA KERJA Perhitungan lepasnya radionuklida dari teras sampai ke luar pengungkung reaktor dilakukan berdasarkan postulasi yang telah ditentukan [4,9], untuk reaktor daya PWR dengan kapasitas 1000 MWe, dengan asumsi asumsi fraksi kegagalan bahan bakar diambil 10 %, melalui gap inventori, asumsi fraksi dari inventori ke dalam gap adalah 10 % untuk gas mulia, 1 % Cs, dan 0,01 % elemen lain, Lepas dari inventori ke sungkup untuk Kr-85 (1 %), Xe-133 (1 %), I-131 (0,01 %) dan Cs-137 (0,01 %). Berdasarkan spesifikasi paket program RadCon, radionuklida yang menjadi fokus analisis adalah radionuklida Xe-133, Cs-137, Sr-90, dan I-131.
3 80 ISSN Pande Made U., dkk. Lepasan radionuklida tersebut menjadi data input untuk paket program PC-Cosyma. Dengan simulasi daerah studi Semenanjung Muria [10,11], maka kondisi cuaca yang digunakan dalam waktu setahun yang diukur setiap selang waktu 1 jam, meliputi parameter parameter : arah angin, kecepatan angin, stabilitas dan solar radiasi. Hasil perhitungan PC-Cosyma berupa konsentrasi Xe-133, Cs-137, Sr-90, dan I-131 yang terdispersi di udara dan yang terdeposisi dalam radius 20 km. Data output dari PC-Cosyma ini digunakan sebagai data input RadCon. Data input RadCon antara lain adalah lingkungan tapak, jenis dan konsumsi, pekerjaan, dan sosio-ekonomi masyarakat sekitar. Data luaran dari Radcon adalah penerimaan dosis radiasi berdasarkan pathway, jenis dan pola konsumsi, gender, umur, dan daerah evaluasi sekitar tapak reaktor. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan postulasi dan asumsi aktivitas sumber dari teras PWR sampai lepas ke lingkungan, yang digunakan untuk data input paket program PC- Cosyma, terdapat pada tabel 1. Tabel 1. Aktivitas sumber ke lingkungan berdasarkan asumsi dan postulasi kejadian abnormal di PWR 1000 MWe. No. Nuklida Aktivitas di inventori, Bq Lepas dari pengungkung, Bq (data input PC-Cosyma) 1 Xe-133 1,45 x ,29 x Sr- 90 3,90 x ,98 x I-131 7,05 x ,56 x Cs-137 5,25 x ,63 x Simulasi perhitungan konsentrasi radioaktif yang terdispersi dan terdeposisi dihitung berdasarkan kondisi cuaca daerah tapak studi yang diambil dalam waktu setahun untuk parameter-parameter arah angin, kecepatan angin, stabilitas dan solar radiasi. Perhitungan dispersi dan deposisi dilakukan untuk 16 arah angin (setiap arah dipisahkan oleh sudut radial ± 22,5 o ) dimulai sudut 11,25 o dari arah utara, dan dalam radius 20 km yang dibagi dalam 5 jarak radius. Hasil perhitungan dari paket program PC-Cosyma untuk konsentrasi di udara dan yang terdeposisi di permukaan tanah ditampilkan pada tabel 2 dan tabel 3. Dari tabel 2 dan tabel 3 terlihat bahwa besarnya konsentrasi radionuklida yang terdispersi di udara sekitar reaktor bergantung pada laju keluaran sumber radioaktif dari pengungkung reaktor dan karakteristik masing-masing radionuklida. Distribusi dispersi radionuklida di udara dipengaruhi oleh kondisi cuaca setempat yaitu arah angin, kecepatan angin, stabilitas cuaca, dan solar radiasi. Deposisi radionuklida di permukaan tanah dipengaruhi oleh distribusi dispersi radioaktif di udara, karaktristik radionuklida, jenis tanah, dan waktu paruh radionuklida. Data dari tabel 2 dan tabel 3 digunakan sebagai data input untuk menghitung besarnya konsekuensi radiologis di lingkungan dan masyarakat dengan menggunakan paket program RadCon. Selain data tersebut juga diperlukan input data tentang pola konsumsi, jenis konsumsi termasuk produk lokal atau di luar area estimasi, pola hidup masyarakat setempat, jenis pekerjaan, jenis domisili, ras, gender dan umur. Hasil perhitungan RadCon untuk konsekuensi radiologis yang diterima masyarakat dari kondisi operasi abnormal yang dipostulasikan dan asumsi asumsi pelepasan produk fisi dari teras reaktor ke luar cerobong, dengan kondisi cuaca setempat dari daerah studi, dan kondisi lingkungan dan sosial masyarakat setempat, yang dihitung dengan program RadCon terdapat pada tabel 4 dan 5. Tabel 2. Konsentrasi radionuklida Cs-137 dan I-131 terdispersi di udara dan terdeposisi (output Cosyma). Cs-137 di udara (Bq/m 3 ) Cs-137 yang terdeposisi (Bq/m 2 ) 11,25 o 3,2x10 3 1,2x ,24 1, o 3,3x10 3 1,2x ,25 1, ,5 o 3,3x10 3 1,5x ,52 1, o 4.1x10 3 2,2x10 3 6,7x ,09 2,20 0, ,5 o 4.9x10 3 3,8x10 3 2,0x10 3 4,8x ,99 3,83 1,99 0, o 6,2x10 3 7,4x10 3 8,2x10 3 4,8x10 3 9,9x10 2 6,23 7,37 8,18 4,77 0,99 146,5 o 1,2x10 8 3,2x10 6 2,5x10 5 1,1x10 5 3,6x10 4 1,1x10 5 3,2x10 3 2,5x10 2 1,1x10 2 3,6x o 5,2x10 8 4,1x10 7 1,3x10 7 5,5x10 6 1,9x10 6 5,3x10 5 4,8x10 4 1,3x10 4 5,5x10 3 1,9x ,5 o 7,1x10 8 7,7x10 7 3,7x10 7 1,9x10 7 1,0x10 7 7,1x10 5 7,7x10 4 3,7x10 4 1,9x10 4 1,0x o 7,1x10 8 7,4x10 7 3,6x10 7 1,8x10 7 9,7x10 6 7,0x10 5 7,5x10 4 3,6x10 4 1,8x10 4 9,7x ,5 o 4,9x10 8 3,8x10 7 1,1x10 7 4,2x10 6 1,5x10 6 4,9x10 5 3,6x10 4 1,0x10 4 4,2x10 3 1,5x o 7,6x10 7 1,7x10 6 1,1x10 5 7,2x10 4 2,7x10 4 7,6x10 4 1,7x10 3 1,1x10 2 7,2x10 1 2,8x ,5 o 6,3x10 3 7,0x10 3 7,2x10 3 3,9x10 3 7,1x10 2 6,12 6,98 7,23 3,92 0, o 4,9x10 3 3,7x10 3 1,8x ,91 3,66 1, ,5 o 4,1x10 3 2,1x10 3 6,5x ,04 2,13 0, o 3,5x10 3 1,5x ,49 1,
4 Pande Made U., dkk. ISSN I-131 di udara (Bq/m 3 ) I-131 yang terdeposisi (Bq/m 2 ) 11,25 o 9,3x10 4 3,4x ,2x10 2 3,1x o 9,4x10 4 3,5x ,4x10 2 3,1x ,5 o 1,1x10 5 4,3x ,1x10 2 3,8x o 1,2x10 5 1,1x10 5 1,9x ,1x10 3 5,7x10 2 1,7x ,5 o 1,4x10 5 1,1x10 5 5,7x10 4 1,4x ,3 x10 3 9,9x10 2 5,1x10 2 1,2x o 1,8x10 5 2,1x10 5 2,4x10 5 1,4x10 5 2,8x10 4 1,6x10 3 1,9x10 3 2,1x10 3 1,2x10 3 2,5x ,5 o 3,5x10 8 9,8x10 7 7,4x10 6 3,1x10 6 1,1x10 6 3,2x10 7 8,8x10 5 6,7x10 4 2,8x10 4 9,1x o 1,6x ,2x10 9 3,9x10 8 1,6x10 8 5,5x10 7 1,4x10 8 1,1x10 7 3,5x10 6 1,5x10 6 4,9x ,5 o 2,2x ,3x10 9 1,1x10 9 5,7x10 8 2,9x10 8 1,9x10 8 2,1x10 7 1,0x10 7 5,2x10 6 2,7x o 2,2x ,2x10 9 1,1x10 9 5,4x10 8 2,8x10 8 1,9x10 8 2,0x10 7 9,5x10 6 4,9x10 6 2,5x ,5 o 1,5x ,1x10 9 3,1x10 8 1,3x10 8 4,4x10 7 1,3x10 8 9,7x10 6 2,8x10 6 1,1x10 6 3,9x o 2,3x10 9 5,1x10 7 3,3x10 6 2,1x10 6 7,9x10 5 2,1x10 7 4,6x10 5 3,1x10 4 1,9x10 4 7,1x ,5 o 1,8x10 5 2,1x10 5 2,1x10 5 1,1x10 5 2,0x10 4 1,6x10 3 1,8x10 3 1,9x10 3 1,1x10 3 1,8x o 1,4x10 5 1,1x10 5 5,2x ,3x10 3 9,5x10 2 4,7x ,5 o 1,2x10 5 6,1x10 4 1,8x ,1x10 3 5,5x10 2 1,6x o 1,0 x10 5 4,2x ,1x10 2 3,7x *Keterangan : Setiap arah dipisahkan oleh sudut radial ± 22,5 o dimulai sudut 11,25 o dari utara. Tabel 3. Konsentrasi radionuklida Sr-90 dan Xe-133 terdispersi di udara dan terdeposisi (keluaran PC-Cosyma). Sr-90 di udara (Bq/m 3 ) Sr-90 yang terdeposisi (Bq/m 2 ) 11,25 o 2,8x10 1 1,1x ,8x10-2 1,1x o 2,8x10 1 1,1x ,8x10-2 1,1x ,5 o 3,1x10 1 1,3x ,1x10-2 1,3x o 3,5x10 1 1,9x10 1 5, ,5x10-2 1,9x10-2 0, ,5 o 4,3x10 1 3,2x10 1 1,7x10 1 4,21 0 4,3x10-2 3,3x10-2 0,0170 0, o 5,4x10 1 6,4x10 1 7,1x10 1 4,1x10 1 8,58 5,4x10-2 6,4x10-2 0,0071 0,0410 0, ,5 o 9,9x10 5 2,8x10 4 2,2x10 3 9,2x10 2 3,1x10 2 9,9x10 2 2,8x10 1 2,16 0,920 0, o 4,5x10 5 3,5x10 5 1,2x10 5 4,8x10 4 1,6x10 4 4,5x10 3 3,5x10 2 1,1x10 2 4,8x10 1 1,6x ,5 o 6,2x10 6 6,7x10 5 3,2x10 5 1,7x10 5 8,9x10 4 6,2x10 3 6,7x10 2 3,2x10 2 1,7x10 2 8,9x o 6,1x10 6 6,5x10 5 3,1x10 5 1,6x10 5 8,4x10 4 6,1x10 3 6,6x10 2 3,1x10 2 1,6x10 2 8,4x ,5 o 4,2x10 6 3,1x10 5 8,9x10 4 3,7x10 4 1,3x10 4 4,2x10 3 3,1x10 2 8,9x10 1 3,7x10 1 1,3x o 6,6x10 5 1,5x10 4 9, ,2x10 2 2,4x10 2 6,7x10 3 1,9x10 1 0,970 0,620 0, ,5 o 5,3x10 1 6,1x10 1 6,3x10 1 3,4x10 1 6,110 5,3x10-2 6,5x10-2 6,3x10-2 3,5x10-2 6,1x o 4,3x10 1 3,8x10 1 1,6x ,3x10-2 3,2x10-2 1,6x ,5 o 3,5x10 1 1,8x10 1 5, ,5x10-2 1,8x10-2 5,6x o 3,1x10 1 1,3x ,6x10-2 1,2x Xe-133 di udara (Bq/m 3 ) Xe-133 yang terdeposisi (Bq/m 2 ) 11,25 o 2,2x10 4 8,3x o 2,2x10 4 8,4x ,5 o 2,4x10 4 1,1x o 2,8x10 4 1,5x10 4 4,9x ,5 o 3,4x10 4 2,6x10 4 1,4x10 4 3,4x o 4,2x10 4 5,0x10 4 5,6x10 4 3,3x10 4 7,1x ,5 o 7,5x10 8 2,1x10 7 1,7x10 6 7,1x10 5 2,4x o 3,9x10 9 2,7x10 8 8,7x10 7 3,7x10 7 1,3x ,5 o 4,7x10 9 5,2x10 8 2,5x10 8 1,3x10 8 7,0x o 4,6x10 9 4,9x10 8 2,4x10 8 1,2x10 8 6,6x ,5 o 3,2x10 9 2,4x10 8 6,9x10 7 2,8x10 7 1,1x o 5,0x10 8 1,1x10 7 7,5x10 5 4,8x10 5 1,9x ,5 o 4,2x10 4 4,8x10 4 4,9x10 4 2,7x10 4 5,0x o 3,3x10 4 2,5x10 4 1,3x Sr-90 di udara (Bq/m 3 ) Sr-90 yang terdeposisi (Bq/m 2 ) 326,5 o 2,8x10 4 1,5x10 4 4,6x o 2,4x10 4 1,0x * Keterangan : Setiap arah dipisahkan oleh sudut radial ± 22,5 o dimulai sudut 11,25 o dari utara.
5 82 ISSN Pande Made U., dkk. Tabel 4. Penerimaan dosis radiasi dalam Sv kondisi short time (6 jam). Radionuklida Pathway Cloud-shine Inhalasi Ground-shine Cs-137 I-131 Sr-90 Xe-133 3,784 x x x x ,.016 x10-6 3,.571x10-3 7,922 x10-4 2,169 x10 1 1,674x10-6 2,575 x ,196 x10-6 1,851 x10-5 7,082 x10-6 1,087 x Tabel 4 mengenai data penerimaan dosis yang diterima untuk kondisi short time (6 jam setelah pelepasan radionuklida ke lingkungan), single periode, untuk 4 radionuklida yang diestimasi dari berbagai pathway yang diterima masyarakat di daerah dalam radius di bawah 1 km. Penerimaan radiasi pada kondisi jangka pendek yang dihitung dalam rentang waktu 6 jam setelah lepasan, mengikuti alur paparan interna inhalasi (pernafasan) dan awan radioaktif (cloudshine). Alur paparan dari awan radioaktif menyumbang dosis radiasi lewat inhalasi dan paparan langsung. Dari tabel 4, alur inhalasi disumbang melalui semua radionuklida, dengan sumbangan terbesar lewat I-131. Alur dari awan radioaktif disumbang oleh Cs- 137 dan Xe-133 melalui paparan langsung. Sedangkan dari permukaan tanah disumbang oleh I-131, melalui deposisi nuklida ini di tanah. Penerimaan dosis jangka pendek yang aktivitasnya tinggi adalah inhalasi dari I- 131, yang bisa diantisipasi dengan memberikan tablet kalium jodida terhadap masyarakat yang berdomisili di daerah yang terkontaminasi yaitu dalam radius di bawah 1 km. Penerimaan dosis radiasi dari jangka panjang dalam waktu 1 tahun pada tabel 5, bersumber dari deposisi radionuklida yang terdispersi di atmosfer yang jatuh ke permukaan tanah. Lewat rantai makanan, akan berujung pada manusia dan lewat alur food stuff masuk ke alur ingesi. Disamping lewat alur ingesi, jika deposisi radioaktif di permukaan tanah dalam jumlah yang berarti, paparan radiasi bisa lewat paparan langsung yang bersumber dari permukan tanah (ground shine). Tabel 5. Penerimaan dosis radiasi dalam Sv kondisi long time (1 tahun). Radionuklida Pathway Cs-137 I-131 Sr-90 Xe-133 Cloud-shine Inhalasi Ground-shine 1.715x x x x x x10-9 Penerimaan dosis lewat alur ingesi dipengaruhi oleh jenis konsumsi lokal, pola konsumsi 0 masyarakat sekitar, dan model penerimaan paparan yang diambil. Model paparan mengikuti rantai makanan yang diasumsikan bisa terjadi. Tabel 6 memuat jenis makanan dan perkiraan penerimaan dosis radiasi dari makanan yang terkontaminasi sesuai dengan kondisi lingkungan daerah studi. Penerimaan paparan yang berlebihan dari konsumsi makanan yang terkontaminasi, bisa diantisipasi dengan melakukan batasan konsumsi makanan tertentu (food banning) terhadap produk lokal dari daerah yang terkontaminasi dalam rentang waktu tertentu. Hasil analisis menunjukkan penerimaan konsekuensi radiologis maksimum untuk jalur paparan interna dan eksterna jangka pendek (short term) maupun interna dan eksterna jangka panjang (longterm), diterima untuk daerah dalam radius < 1 km, masih di bawah batasan penerimaan dosis efektif untuk masyarakat umum dari kejadian kecelakaan tidak melebihi 5 msv (ICRP 1990). Tabel 6. Penerimaan dosis radiasi (Sv) dari makanan kondisi long time (1 tahun) untuk kontaminan Cs-137. N0. Jenis Makanan Single Periode Akumulasi 1 Beras 1,489 x x Biji bijian 1,310 x10-4 1,310 x Sayuran Hijau 4,952 x10-4 4,952 x Umbi-umbian 1,859 x10-5 1,859 x Tree Fruit 9,571 x10-4 9,571 x Ground Fruit 2,186 x10-5 2,186 x Tubers 2,236 x10-5 2,236 x Legumes Pulses 1,958 x10-5 1,958 x Sapi 1,326 x10-5 1,326 x Babi 3,106 x ,106 x Kambing 1,809 x ,809 x Fowl 1,511 x ,511 x Buffalo 1,326 x10-5 1,326 x Susu Sapi 4,070 x10-6 4,070 x10-6 Semua antisipasi seperti pemberian kalium jodida dan pembatasan makananan tertuang dalam dokumen kedaruratan (emergency preparedness) yang termasuk dalam dokumen LAK (Laporan Analisis Keselamatan) reaktor daya. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa penggunaan paket program RadCon untuk menghitung konsekuensi radiologis pada kondisi abnormal mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari paket program ini adalah kekhususan penggunaan untuk daerah Australia dan Asia Tenggara, sehingga inputan data sudah memuat lebih banyak data lokal. Selain itu tampilan visual lebih akomodatif. Karena RadCon lebih teliti dalam hal aspek tinjauan dan banyak memuat data lokal tapak, maka diperlukan waktu lama untuk mempersiapkan inputan. Selain itu program ini masih tergantung pada program lain, khususnya PC-Cosyma, karena input data berupa aktivitas radiasi yang terdispersi dan terdeposisi di area tapak merupakan keluaran PC-Cosyma. Hasil perhitungan tidak berbeda
6 Pande Made U., dkk. ISSN secara signifikan dengan perhitungan hasil dari penggunaan program PC-Cosyma [4]. KESIMPULAN Analisis konsekuensi radiologis dari pengoperasian PLTN tipe PWR-1000 pada kondisi abnormal yang dipostulasikan untuk daerah tapak studi di Semenanjung Muria, bisa dilakukan dengan menggunakan paket program RadCon (Radiological Consequences Model) yang dibuat oleh ANSTO. Hasil analisis menunjukkan penerimaan konsekuensi radiologis maksimum untuk jalur paparan interna dan eksterna jangka pendek (short term) maupun interna dan eksterna jangka panjang (longterm), diterima untuk daerah dalam radius < 1 km, masih di bawah batasan penerimaan dosis efektif untuk masyarakat umum dari kejadian kecelakaan tidak melebihi 5 msv (ICRP 1990). DAFTAR PUSTAKA 1. PANDE, M.U., KUNTJORO S., DAN D.T.SONY TJAHYANI, Analisis Karakteristik Sumber dari Reaktor PWR Kapasitas 1000 MWe pada Kondisi Operasi 3 Tahun, Jurnal Teknologi Reaktor Nuklir, TDM, Vol.10, No.2, Juni (2008). 2. PANDE, M.U., Analisis Emisi Udara Radioaktif dari Reaktor Air Tekan Menggunakan Paket Program Cap 88, Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir, ISSN , Yogyakarta (2008). 3. KUNTJORO S., Analisis Sebaran Radionuklida pada Kondisi Kecelakaan LOCA Reaktor Daya PWR APR-1400, Proseding Seminar ke-14 Teknologi dan Keselamatan PLTN serta Fasilitas Nuklir ISSN , Bandung (2008). 4. PANDE, M.U., DAN KUNTJORO S., Analisis Fenomena Transport Radionuklida Kecelakaan Reaktor Daya Tipe PWR dari Inventori untuk Kejadian Teras Meleleh, Prosiding Laporan Teknis Penelitian-PTRKN, (2009). 5. ANSTO, RadCon: A Radiological Consequences Model, Australian Nuclear Science and Technology Organisation, ISBN (2000). 6. EUROPEAN COMMISSION, PC COSYMA, version 2.0. User Guide, National Radiological Protection Board, Forschungzentrum Karlsruhe GmbH, (1995). 7. PARKS, B., Mathematical Models, CAP88-PC Version 2.0. US. Department of Energy ER- 8/GTN Germantown, Maryland, (1977) CRAWFORD, J., DOMEL R.U., RadCon: a Radiological Consequences Model, User Guide, ANSTO M-128, ISBN , Sydney, (2000) EUROPEAN COMMISSION, Determination of the In-Containment Source term for a Large- Break Loss of Coolant Accident, EUR EN, (2001). 10. BMG-BATAN, Data Meteorologi-Ujung Watu, Jepara, BPS-JEPARA, Jepara dalam angka, TANYA JAWAB Yusri Heni Apakah dalam AMDAL PLTN sudah ada keharusan untuk mencantumkan dampak radiologis untuk setiap kecelakaan yang dipostulasikan? P. Made Udiyani Di dalam AMDAL yang diperlukan adalah dampak penting yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan yang mengakibatkan perubahan dampak penting di lingkungan. Karena probabilitas kecelakaan nuklir sangat kecil (± 10-5 )/kejadian, maka perlu dihitung apakah sudah termasuk dampak penting.
ANALISIS TERHADAP MODEL LEPASAN RADIOAKTIF DAN TINDAKAN PROTEKTIF UNTUK KECELAKAAN POTENSIAL PLTN
Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah (Journal of Waste Management Technology), ISSN 1410-9565 Volume 15 Nomor 1, Juli 2012 (Volume 15, Number 1, July, 2012) Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (Radioactive
Lebih terperinciPERHITUNGAN PARAMETER DEPOSISI LEPASAN PRODUK FISI DI PERMUKAAN TANAH TAPAK PLTN
PERHITUNGAN PARAMETER DEPOSISI LEPASAN PRODUK FISI DI PERMUKAAN TANAH TAPAK PLTN Pande Made Udiyani Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir-BATAN Puspiptek Gd-80, Email: pmade-u@batan.go.id Masuk:
Lebih terperinciDiterima editor 16 September 2010 Disetujui untuk dipublikasi 12 Oktober 2010
ISSN 1411 240X Pemodelan Dan Analisis Sebaran... (Sri Kuntjoro) PEMODELAN DAN ANALISIS SEBARAN RADIONUKLIDA DARI PWR PADA KONDISI ABNORMAL DI TAPAK BOJANEGARA-SERANG Sri Kuntjoro Pusat Teknologi Reaktor
Lebih terperinciKAJI NUMERIK DAMPAK RADIOLOGIS LINGKUNGAN JANGKA PENDEK AKIBAT KECELAKAAN REAKTOR NUKLIR DENGAN PROGRAM PC COSYMA
KAJI NUMERIK DAMPAK RADIOLOGIS LINGKUNGAN JANGKA PENDEK AKIBAT KECELAKAAN REAKTOR NUKLIR DENGAN PROGRAM PC COSYMA Diah Hidayanti, Budi Rohman P2STPIBN-Badan Pengawas Tenaga Nuklir, Jl. Gajah Mada 8 Jakarta
Lebih terperinciPENGARUH KONDISI TAPAK REAKTOR TERHADAP AKTIVITAS DAN DOSIS RADIASI LINGKUNGAN
74 ISSN 016-318 Pudjijanto MS, dkk. PENGARUH KONDISI TAPAK REAKTOR TERHADAP AKTIVITAS DAN DOSIS RADIASI LINGKUNGAN Pudjijanto MS& Pande Made Udiyani Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir BATAN
Lebih terperinciPENGARUH KONDISI ATMOSFERIK TERHADAP PERHITUNGAN PROBABILISTIK DAMPAK RADIOLOGI KECELAKAAN PWR 1000-MWe
ISSN 1411 240X Pengaruh Kondisi Atmosferik Terhadap Perhitungan... (Pande Made Udiyani) PENGARUH KONDISI ATMOSFERIK TERHADAP PERHITUNGAN PROBABILISTIK DAMPAK RADIOLOGI KECELAKAAN PWR 1000-MWe Pande Made
Lebih terperinciAnalisis Keselamatan Probabilistik (Probabilistic Safety Analysis)
Analisis Keselamatan Probabilistik (Probabilistic Safety Analysis) D T Sony Tjahyani Bidang Analisis Risiko dan Mitigasi Kecelakaan Pusat Pengembangan Teknologi Keselamatan Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional
Lebih terperinciKAJIAN BAKU TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI LINGKUNGAN UNTUK CALON PLTN AP1000
KAJIAN BAKU TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI LINGKUNGAN UNTUK CALON PLTN AP1000 Moch Romli, M.Muhyidin Farid, Syahrir Pusat Teknologi Limbah Radioaktif BATAN Gedung 50 Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang 15310
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan faktor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi, sosial maupun peningkatan kualitas hidup. Oleh karena itu kecukupan persediaan energi secara berkelanjutan
Lebih terperinciPENENTUAN ZONA KEDARURATAN NUKLIR LUAR TAPAK (OFF-SITE) DI INDONESIA
PENENTUAN ZONA KEDARURATAN NUKLIR LUAR TAPAK (OFF-SITE) DI INDONESIA Pande Made Udiyani, Sri Kuntjoro Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir - BATAN Gd.80 Puspiptek Serpong email: pmade-u@batan.go.id
Lebih terperinciANALISIS DETERMINISTIK DAMPAK KECELAKAAN REAKTOR KARTINI TERHADAP KONSENTRASI RADIONUKLIDA DI TANAH MENGGUNAKAN SOFTWARE PC-COSYMA
ANALISIS DETERMINISTIK DAMPAK KECELAKAAN REAKTOR KARTINI TERHADAP KONSENTRASI RADIONUKLIDA DI TANAH MENGGUNAKAN SOFTWARE PC-COSYMA Desintha Fachrunnisa, Diah Hidayanti 2, Suharyana Universitas Sebelas
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH KENAIKAN KERAPATAN ELEMEN BAKAR TERHADAP KESELAMATAN RADIOLOGI REAKTOR RSG-GAS
ANALISIS PENGARUH KENAIKAN KERAPATAN ELEMEN BAKAR TERHADAP KESELAMATAN RADIOLOGI REAKTOR RSG-GAS Pande Made Udiyani, Puradwi dan Lily Suparlina Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir, BATAN Kawasan
Lebih terperinciBadan Tenaga Nuklir Nasional 2012
BATAN B.38 ANALISIS KONSEKUENSI KECELAKAAN PARAH PRESSURIZED WATER REACTOR DENGAN BACKWARDS METHOD Dr. Ir. Pande Made Udiyani Dr. Jupiter Sitorus Pane, M.Sc Drs. Sri Kuntjoro Ir. Sugiyanto Ir. Suharno,
Lebih terperinciRISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK TERMOHIDRAULIK
RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK TERMOHIDRAULIK RINGKASAN Apabila ada sistem perpipaan reaktor pecah, sehingga pendingin reaktor mengalir keluar, maka kondisi ini disebut kecelakaan
Lebih terperinciDiterima editor 8 Januari 2014 Disetujui untuk publikasi 14 Februari 2014
PSA LEVEL 3 DAN IMPLEMENTASINYA PADA KAJIAN KESELAMATAN PWR Pande Made Udiyani, Sri Kuntjoro, D. T. Sony Tjahyani Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir-BATAN Email: pmade-u@batan.go.id Diterima
Lebih terperinciKOMPARASI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR LEU DAN MOX TERHADAP AKTIVITAS DAN KONSEKUENSI RADIASI LB-LOCA
KOMPARASI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR LEU DAN MOX TERHADAP AKTIVITAS DAN KONSEKUENSI RADIASI LB-LOCA Pande Made Udiyani Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang
Lebih terperinciAKTIVITAS DAN KONSEKUENSI DISPERSI RADIOAKTIF UNTUK DAERAH KOTA DAN PEDESAAN
Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Volume 17, Nomor 2, Desember 2015 AKTIVITAS DAN KONSEKUENSI DISPERSI RADIOAKTIF UNTUK DAERAH KOTA DAN PEDESAAN Pande Made Udiyani, Sri Kuntjoro, Jupiter Sitorus Pane Pusat
Lebih terperinciDiterima editor 29 Maret 2012 Disetujui untuk publikasi 22 Mei 2012
ISSN 1411 240X Penentuan Koefisien Dispersi Atomsferik Untuk... (Pande Made Udayani) PENENTUAN KOEFISIEN DISPERSI ATMOSFERIK UNTUK ANALISIS KECELAKAAN REAKTOR PWR DI INDONESIA Pande Made Udiyani, Surip
Lebih terperinciBab 5 PERKEMBANGAN PERTAHANAN BERLAPIS UNTUK REAKTOR DAYA DI MASA DEPAN
Bab 5 PERKEMBANGAN PERTAHANAN BERLAPIS UNTUK REAKTOR DAYA DI MASA DEPAN 116. Beberapa konsep mengenai reaktor maju sedang dipertimbangkan, dan pencapaian perbaikan dalam keselamatan dan keandalan merupakan
Lebih terperinciAKTIVITAS LEPASAN IODINE DAN CESIUM AKIBAT KERUSAKAN BAHAN BAKAR PADA REAKTOR PWR
Pande Made Udiyani, dkk. ISSN 0216-3128 85 AKTIVITAS LEPASAN IODINE DAN CESIUM AKIBAT KERUSAKAN BAHAN BAKAR PADA REAKTOR PWR Pande Made Udiyani Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir, BATAN Gd.
Lebih terperinciKRITERIA PENERIMAAN UNTUK KECELAKAAN INSERSI REAKTIVITAS PADA REAKTOR DAYA
Kriteria Penerimaan Untuk Kecelakaan ISSN : 0854-2910 Budi Rohman P2STPIBN-BAPETEN KRITERIA PENERIMAAN UNTUK KECELAKAAN INSERSI REAKTIVITAS PADA REAKTOR DAYA Budi Rohman Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi
Lebih terperinciANALISIS PROBABILISTIK SEBARAN RADIONVKLIDA RSG-GAS PADA KONDISI SATV BAHAN BAKAR MELELEH
Sri Kuntjoro, dkk. ISSN 0216-3128 267 ANALISIS PROBABILISTIK SEBARAN RADIONVKLIDA RSG-GAS PADA KONDISI SATV BAHAN BAKAR MELELEH Sri Kuntjoro, Pande Made Udiyani Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan
Lebih terperinciANALISIS PEMANFAATAN RUANG SEKITAR CALON TAPAK PLTN UJUNG LEMAHABANG BERDASARKAN PRAKIRAAN DAMPAK RADIOLOGI
ANALISIS PEMANFAATAN RUANG SEKITAR CALON TAPAK PLTN UJUNG LEMAHABANG BERDASARKAN PRAKIRAAN DAMPAK RADIOLOGI Jupiter Sitorus Pane 1, Muhammad Sri Saeni 2, Bunasor Sanim 2, Ernan Rustiadi 2 Hudi Hastowo
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH CUACA EKSTREM BULANAN PADA SEBARAN RADIONUKLIDA KE LINGKUNGAN
ANALISIS PENGARUH CUACA EKSTREM BULANAN PADA SEBARAN RADIONUKLIDA KE LINGKUNGAN Sri Kuntjoro PTRKN BATAN, email:srikuncoro@batan.go.id ABSTRAK ANALISIS PENGARUH CUACA EKSTREM BULANAN PADA SEBARAN RADIONUKLIDA
Lebih terperinciCONTOH TAHAPAN PERHITUNGAN NILAI BATAS LEPASAN RADIOAKTIVITAS KE LINGKUNGAN SPESIFIK TAPAK
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN CONTOH TAHAPAN PERHITUNGAN
Lebih terperinciANALISIS DESAIN ECCS TERHADAP FREKUENSI KERUSAKAN TERAS PADA PWR
ANALISIS DESAIN ECCS TERHADAP FREKUENSI KERUSAKAN TERAS PADA PWR D. T. Sony Tjahyani, Surip Widodo Bidang Pengkajian dan Analisis Keselamatan Reaktor Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir BATAN
Lebih terperinciPENGARUH TINGGI LEPASAN EFEKTIF TERHADAP DISPERSI ATMOSFERIK ZAT RADIOAKTIF (STUDI KASUS: CALON TAPAK PLTN BANGKA BELITUNG)
PENGARUH TINGGI LEPASAN EFEKTIF TERHADAP DISPERSI ATMOSFERIK ZAT RADIOAKTIF (STUDI KASUS: CALON TAPAK PLTN BANGKA BELITUNG) Arif Yuniarto 1, Gabriel Soedarmini Boedi Andari 2, Syahrir 1 1. Pusat Pendayagunaan
Lebih terperinciAKTIVITAS EFLUEN TRITIUM DAN C-14 DARI PENGOPERASIAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR
102 ISSN 0216-3128 AKTIVITAS EFLUEN TRITIUM DAN C-14 DARI PENGOPERASIAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR Pusat Teknologi dan Keselamatan Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek, gedung 80 Serpong Email : pmade-u@batan.go.id
Lebih terperinciANALISIS KONSENTRASI UDARA AKIBAT KECELAKAAN REAKTOR KARTINI DITINJAU VARIASI BAHAN BAKAR YANG MELELEH DENGAN SOFTWARE PC-COSYMA
ANALISIS KONSENTRASI UDARA AKIBAT KECELAKAAN REAKTOR KARTINI DITINJAU VARIASI BAHAN BAKAR YANG MELELEH DENGAN SOFTWARE PC-COSYMA Hanifah Nur Syafitri 1, Suharyana 1, Diah Hidayanti 2 1) Program Studi Fisika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reaktor nuklir membutuhkan suatu sistem pendingin yang sangat penting dalam aspek keselamatan pada saat pengoperasian reaktor. Pada umumnya suatu reaktor menggunakan
Lebih terperinciEVALUASI KESELAMATAN REAKTOR AIR MENDIDIH (BWR) DALAM PENGAWASAN REAKTOR DAYA
EVALUASI KESELAMATAN REAKTOR AIR MENDIDIH (BWR) DALAM PENGAWASAN REAKTOR DAYA Oleh: Budi Rohman Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir Badan Pengawas Tenaga Nuklir
Lebih terperinci2. PERSYARATAN UNTUK PENGKAJIAN KESELAMATAN DALAM PROSES PERIJINAN REAKTOR RISET
2. PERSYARATAN UNTUK PENGKAJIAN KESELAMATAN DALAM PROSES PERIJINAN REAKTOR RISET KRITERIA DAN TANGGUNG-JAWAB PENGKAJIAN 201. Untuk suatu reaktor riset yang akan dibangun (atau mengalami suatu modifikasi
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA. BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 01-P/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN TAPAK REAKTOR NUKLIR
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 01-P/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN TAPAK REAKTOR NUKLIR KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa pembangunan dan pengoperasian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. energi baru yang potensial adalah energi nuklir. Energi nuklir saat ini di dunia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkurangnya sumber energi minyak bumi memaksa kita untuk mencari dan mengembangkan sumber energi baru. Salah satu alternatif sumber energi baru yang potensial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama dipenuhi dengan mengembangkan suplai batu bara, minyak dan gas alam.
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Konsumsi energi dunia tumbuh dua puluh kali lipat sejak tahun 850 sementara populasi dunia tumbuh hanya empat kali lipat. Pada pertumbuhan awal terutama dipenuhi dengan
Lebih terperinciPARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL
LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL
Lebih terperinciLAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA
LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA - 2 - KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI (PIE) 1.1. Lampiran ini menjelaskan definisi
Lebih terperinciANALISIS DAMPAK KECELAKAAN REAKTOR KARTINI DITINJAU DARI DISTRIBUSI RADIONUKLIDA 90 Sr dan 137 Cs MENGGUNAKAN SOFTWARE PC COSYMA
ANALISIS DAMPAK KECELAKAAN REAKTOR KARTINI DITINJAU DARI DISTRIBUSI RADIONUKLIDA 90 Sr dan 137 Cs MENGGUNAKAN SOFTWARE PC COSYMA DESINTHA FACHRUNNISA M0213021 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pengembangan pemanfaatan energi nuklir dalam berbagai sektor saat ini kian pesat. Hal ini dikarenakan energi nuklir dapat menghasilkan daya dalam jumlah besar secara
Lebih terperinciKARAKTERISASI RADIONUKLIDA PADA TIAP SUB-SISTEM KESELAMATAN REAKTOR DAYA BERBAHAN BAKAR MOX
ISSN 1411 240X Karakteritik Radionuklida pada... (Pande Nade Udayani) KARAKTERISASI RADIONUKLIDA PADA TIAP SUB-SISTEM KESELAMATAN REAKTOR DAYA BERBAHAN BAKAR MOX Pande Made Udiyani Pusat Teknologi Reaktor
Lebih terperinciREACTOR SAFETY SYSTEMS AND SAFETY CLASSIFICATION
REACTOR SAFETY SYSTEMS AND SAFETY CLASSIFICATION Puradwi I.W. Bidang Analisis Risiko dan Mitigasi Sistem P2TKN-BATAN NATIONAL BASIC PROFESSIONAL TRAINING COURSE ON NUCLEAR SAFETY PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Lebih terperinciPREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL
No.05 / Tahun III April 2010 ISSN 1979-2409 PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL Suliyanto, Budi Prayitno Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK
Lebih terperinciANALISIS DOSIS RADIASI PEKERJA RADIASI IEBE BERDASARKAN KETENTUAN ICRP 60/1990 DAN PP NO.33/2007
ANALISIS DOSIS RADIASI PEKERJA RADIASI IEBE BERDASARKAN KETENTUAN ICRP 60/1990 DAN PP NO.33/2007 Budi Prayitno (1) dan Suliyanto (1) 1. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir- BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong,
Lebih terperinciABSTRACT RACHMAT SAHPUTRA
ABSTRACT RACHMAT SAHPUTRA. Model of Spacial Distribution of Radionuclide on an Accident at PLTN (Accident Simulation of PLTN Muria). Under direction of TUN TEDJA IRAWADI, ALINDA FITRIANY M ZAIN and PURWANTININGSIH
Lebih terperinciPERHITUNGAN NILAI SETTING ALARM ALPHA BETA AEROSOL MONITOR DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL
Yogyakarta, 6 September 01 PERHITUNGAN NILAI SETTING ALARM ALPHA BETA AEROSOL MONITOR DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL Budi Prayitno, Muradi, Endang Sukesi Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN,
Lebih terperinciEVALUASI KESELAMATAN REAKTOR TIPE PWR PADA KECELAKAAN PUTUSNYA JALUR UAP UTAMA
EVALUASI KESELAMATAN REAKTOR TIPE PWR PADA KECELAKAAN PUTUSNYA JALUR UAP UTAMA Oleh Andi Sofrany Ekariansyah Pusat Teknologi Reaktor Keselamatan Nuklir BATAN ABSTRAK EVALUASI KESELAMATAN REAKTOR TIPE PWR
Lebih terperinciPENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF. Untara, M. Cecep CH, Mahmudin, Sudiyati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif
PENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF Untara, M. Cecep CH, Mahmudin, Sudiyati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN
Lebih terperinciDASAR ANALISIS KESELAMATAN
Modul 1 DASAR ANALISIS KESELAMATAN Anhar R. Antariksawan Bidang Analisis Risiko dan Mitigasi Kecelakaan (BARMiK) P2TKN BATAN anharra@centrin.net.id 20-10-03 antariksawan 1 Tujuan Mengetahui metodologi
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 2012
BATAN B.41 ANALISIS KECELAKAAN PARAH REAKTOR DAYA PRESSURIZED WATER REACTOR MAJU BELAJAR DARI KEJADIAN FUKUSHIMA MENGGUNAKAN RELAP/SCDAPSIM 1. Ir. Surip Widodo, M.IT 2. Dipl.Ing. (FH) Andi Sofrany Ekariansyah
Lebih terperinciKEJADIAN AWAL, INSIDEN DAN KECELAKAAN
BASIC PROFESSIONAL TRAINING COURSE ON NUCLEAR SAFETY JULY 19 30, 2004 KEJADIAN AWAL, INSIDEN DAN KECELAKAAN Anhar R. Antariksawan Bidang Analisis Risiko dan Mitigasi Kecelakaan P2TKN E-mail: anharra@centrin.net.id
Lebih terperinciKOMPARASI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI INTERNA PEKERJA PPTN SERPONG BERDASARKAN ICRP 30 TERHADAP ICRP 68
KOMPARASI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI INTERNA PEKERJA PPTN SERPONG BERDASARKAN ICRP 30 TERHADAP ICRP 68 Ruminta Ginting, Yanni Andriyani, Tri Bambang L *) ABSTRAK KOMPARASI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI INTERNA
Lebih terperinciPEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005
PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 005 Agus Gindo S., Syahrir, Sudiyati, Sri Susilah, T. Ginting, Budi Hari H., Ritayanti Pusat Teknologi Limbah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga nuklir merupakan salah satu jenis energi yang saat ini menjadi alternatif energi potensial. Pemanfaatan teknologi nuklir saat ini telah berkembang di berbagai
Lebih terperinciBab 2 PENDEKATAN TERHADAP PERTAHANAN BERLAPIS
Bab 2 PENDEKATAN TERHADAP PERTAHANAN BERLAPIS 15. Pertahanan berlapis merupakan penerapan hierarkis berbagai lapisan peralatan dan prosedur untuk menjaga efektivitas penghalang fisik yang ditempatkan di
Lebih terperinciANALISIS KEANDALAN KOLAM PENYIMPAN BAHAN BAKAR BEKAS PADA PWR AP1000
ANALISIS KEANDALAN KOLAM PENYIMPAN BAHAN BAKAR BEKAS PADA PWR AP1000 D. T. Sony Tjahyani Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir BATAN Kawasan Puspiptek Gd. 80, Serpong, Tangerang 15310 Telp/Fax:
Lebih terperinciKAJIAN DAMPAK RADIOLOGI DAN PEMANFAATAN RUANG SEKITAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR DALAM PENYIAPAN TANGGAP DARURAT
KAJIAN DAMPAK RADIOLOGI DAN PEMANFAATAN RUANG SEKITAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR DALAM PENYIAPAN TANGGAP DARURAT Studi Kasus: Ujung Lemahabang, Semenanjung Muria, Kabupaten Jepara Oleh JUPITER SITORUS
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG DESAIN PROTEKSI TERHADAP BAHAYA INTERNAL
SALINAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG DESAIN PROTEKSI TERHADAP BAHAYA INTERNAL SELAIN KEBAKARAN DAN LEDAKAN
Lebih terperinciPENENTUAN WAKTU SAMPLING UDARA UNTUK MENGUKUR KONTAMINAN RADIOAKTIF BETA DI UDARA DALAM LABORATORIUM AKTIVITAS SEDANG
ISSN 852-4777 PENENTUAN WAKTU SAMPLING UDARA UNTUK MENGUKUR KONTAMINAN RADIOAKTIF BETA DI UDARA DALAM LABORATORIUM AKTIVITAS SEDANG Sri Wahyunigsih (1) dan Yusuf Nampira (1) 1. Pusat Teknologi Bahan Bakar
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan pesisir merupakan daerah peralihan antara daratan dan laut. Dalam suatu wilayah pesisir terdapat bermacam ekosistem dan sumber daya pesisir. Ekosistem pesisir
Lebih terperinciLAMPIRAN FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN UNTUK MENETAPKAN KONDISI-KONDISI BATAS UNTUK OPERASI YANG AMAN
LAMPIRAN FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN UNTUK MENETAPKAN KONDISI-KONDISI BATAS UNTUK OPERASI YANG AMAN A.1. Daftar parameter operasi dan peralatan berikut hendaknya dipertimbangkan dalam menetapkan
Lebih terperinciLAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR PARAMETER
Lebih terperinciNILAI BATAS LEPASAN RADIOAKTIVITAS KE LINGKUNGAN
9 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN NILAI BATAS LEPASAN RADIOAKTIVITAS KE LINGKUNGAN Nilai Batas Lepasan Radioaktivitas
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang
Lebih terperinciPE E TUA SOURCE-TERM TAHU A DI REAKTOR GA. SIWABESSY
PE E TUA SOURCE-TERM TAHU A DI REAKTOR GA. SIWABESSY Sudiyati*, Unggul Hartoyo**, ugraha Luhur**, Syahrir* *Pusat Teknologi Limbah Radioaktif- BATAN ** Pusat Reaktor Serba Guna-BATAN ABSTRAK PE E TUA SOURCE-TERM
Lebih terperinciBAB V Ketentuan Proteksi Radiasi
BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi Telah ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan dan kesehatan terhadap pemanfaatan radiasi pengion dan Surat Keputusan Kepala BAPETEN No.01/Ka-BAPETEN/V-99
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR TAHUN 20 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
- 1 - PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR TAHUN 20 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciRISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR
RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR RINGKASAN Meskipun terjadi kecelakaan kehilangan air pendingin ( Loss Of Coolant Accident, LOCA), seandainya bundel bahan bakar dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fase merupakan keadaan dari suatu zat, dapat berupa padat, gas maupun cair. Dalam kehidupan sehari-hari selain aliran satu fase, kita juga temukan aliran multi fase.
Lebih terperinciMODEL MATEMATIKA UNTUK TRANSPORT RADIONUKLIDA PADA BIOSFER. Dadang Suganda, Pratomo Budiman S. Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif
MODEL MATEMATIKA UNTUK TRANSPORT RADIONUKLIDA PADA BIOSFER Dadang Suganda, Pratomo Budiman S. Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif ABSTRAK MODEL MATEMATIKA UNTUK TRANSPORT RADIONUKLIDA PADA
Lebih terperinciPEMANTAUAN KERADIOAKTIFAN UDARA RUANGAN KERJA INSTALASI RADIOMETALURGI SAAT SUPPLY FAN DIMATIKAN
PEMANTAUAN KERADIOAKTIFAN UDARA RUANGAN KERJA INSTALASI RADIOMETALURGI SAAT SUPPLY FAN DIMATIKAN Muradi, Sjafruddin Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK PEMANTAUAN KERADIOAKTIFAN UDARA RUANGAN
Lebih terperinciESTIMASI PAPARAN RADIASI DI SEKITAR REAKTOR AKIBAT KECELAKAAN KEHILANGAN PENDINGIN (LOCA) PADA ABWR
Presiding Presenlasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 2021 Agustus 1996 ISSN : 0854 4085 ID0000072 ESTIMASI PAPARAN RADIASI DI SEKITAR REAKTOR AKIBAT KECELAKAAN KEHILANGAN PENDINGIN (LOCA) PADA
Lebih terperinciLAMPIRAN I METODE DAN PENDEKATAN ANALISIS KESELAMATAN
LAMPIRAN I METODE DAN PENDEKATAN ANALISIS KESELAMATAN I-101. Lampiran I berisi beberapa pertimbangan yang mungkin bermanfaat dalam melakukan analisis keselamatan untuk suatu reaktor penelitian. Pendekatan
Lebih terperinciKAJIAN TENTANG PENENTUAN KRITERIA PENERIMAAN PADA ANALISIS KESELAMATAN INNR UNTUK PENINGKATAN PENGAWASAN TERHADAP INNR
KAJIAN TENTANG PENENTUAN KRITERIA PENERIMAAN PADA ANALISIS KESELAMATAN INNR UNTUK PENINGKATAN PENGAWASAN TERHADAP INNR SUDARTO, SULISTIYONINGSIH, DEDI HERMAWAN PUSAT PENGKAJIAN SISTEM DAN TEKNOLOGI PENGAWASAN
Lebih terperinciPELUANG DAN TANTANGAN BATAN SEBAGAI ORGANISASI PENDUKUNG TEKNIS DI BIDANG PROTEKSI RADIASI
PELUANG DAN TANTANGAN BATAN SEBAGAI ORGANISASI PENDUKUNG TEKNIS DI BIDANG PROTEKSI RADIASI Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN Jalan Lebak Bulus Raya No.49, Kotak Pos 7043 JKSKL, Jakarta
Lebih terperinciBab 3 IMPLEMENTASI PERTAHANAN BERLAPIS
Bab 3 IMPLEMENTASI PERTAHANAN BERLAPIS 54. Konsep penghalang dan lapisan-lapisan proteksi yang menyusun pertahanan berlapis dan juga beberapa elemen penghalang dan lapisan yang umum dibahas di Bagian 2.
Lebih terperinciFORMAT DAN ISI LAPORAN PENILAIAN KESELAMATAN BERKALA KONDISI TERKINI STRUKTUR, SISTEM, DAN KOMPONEN
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA FORMAT DAN
Lebih terperinciAnalisis Keselamatan Probabilistik BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN Diktat ini disusun sebagai pegangan peserta kursus pada pelatihan National Basic Professional Training Course On Nuclear Safety yang diselenggarakan oleh Pusdiklat BATAN. Untuk materi
Lebih terperinci2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 107) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI
Lebih terperinciPERTIMBANGAN DALAM PERANCANGAN PENYIMPANAN BAHAN BAKAR BEKAS SECARA KERING. Dewi Susilowati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif
PERTIMBANGAN DALAM PERANCANGAN PENYIMPANAN BAHAN BAKAR BEKAS SECARA KERING Dewi Susilowati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PERTIMBANGAN DALAM PERANCANGAN PENYIMPANAN BAHAN BAKAR BEKAS SECARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Radiasi merupakan suatu bentuk energi. Ada dua tipe radiasi yaitu radiasi partikulasi dan radiasi elektromagnetik. Radiasi partikulasi adalah radiasi yang melibatkan
Lebih terperinciPERHITUNGAN NILAI SETTING ALARM ALAT ALPHA BETA AEROSOL MONITOR DI INSTALASI RADIOMETALURGI
YOGYAKARTA, 31OKTOBER 01 PERHITUNGAN NILAI SETTING ALARM ALAT ALPHA BETA AEROSOL MONITOR DI INSTALASI RADIOMETALURGI Suliyanto, Endang Sukesi, Budi Prayitno Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK
Lebih terperinciKAJIAN TENTANG PENENTUAN KRITERIA PENERIMAAN PADA ANALISIS KESELAMATAN INNR UNTUK PENINGKATAN PENGAWASAN TERHADAP INNR
KAJIAN TENTANG PENENTUAN KRITERIA PENERIMAAN PADA ANALISIS KESELAMATAN INNR UNTUK PENINGKATAN PENGAWASAN TERHADAP INNR SUDARTO, SULISTIYONINGSIH, DEDI HERMAWAN Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) Jl.
Lebih terperinciHasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2012 ISSN 0852-2979
EVALUASI KESELAMATAN RADIASI DI KANAL HUBUNG INSTALASI PENYIMPANAN SEMENTARA BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS (KH-IPSB3) PASCA PENGISIAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS REAKTOR SERBA GUNA GA. SIWABESSY ABSTRAK L.Kwin
Lebih terperinciANALISIS KONSENTRASI I-131 LEPASAN UDARA CEROBONG DI REAKTOR SERBA GUNA GA. SIWABESSY
ANALISIS KONSENTRASI I-131 LEPASAN UDARA CEROBONG DI REAKTOR SERBA GUNA GA. SIWABESSY YULIUS SUMARNO, UNGGUL HARTOYO, FAHMI ALFA MUSLIMU Pusat Reaktor Serba Guna-BATAN Kawasan Puspitek Serpong, Tangerang
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 106, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4668) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) didesain berdasarkan 3 (tiga) prinsip yaitu mampu dipadamkan dengan aman (safe shutdown), didinginkan serta mengungkung produk
Lebih terperinciKESIAPAN SDM ANALISIS KESELAMATAN PROBABILISTIK DALAM PLTN PERTAMA DI INDONESIA
YOGYAKARTA, 25-26 AGUSTUS 2008 KESIAPAN SDM ANALISIS KESELAMATAN PROBABILISTIK DALAM PLTN PERTAMA DI INDONESIA D.T. SONY TJAHYANI Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir BATAN Kawasan Puspiptek,
Lebih terperinciPEMETAAN SPASIAL KONDISI RADIOAKTIVITAS ALAM TERESTRIAL DI SEMENANJUNG MURIA, JAWA TENGAH
PEMETAAN SPASIAL KONDISI RADIOAKTIVITAS ALAM TERESTRIAL DI SEMENANJUNG MURIA, JAWA TENGAH Heni Susiati *) dan Pande Made Udiyani **) ABSTRAK PEMETAAN SPASIAL KONDISI RADIOAKTIVITAS ALAM TERESTRIAL DI SEMENANJUNG
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERKIRAAN DOSIS IMERSI TERHADAP PENAMBANG TIMAH DI LAUT PESISIR PULAU BANGKA DARI PENGOPERASIAN PLTN
64 ISSN 0216-3128 Nurokhim, dkk. PERKIRAAN DOSIS IMERSI TERHADAP PENAMBANG TIMAH DI LAUT PESISIR PULAU BANGKA DARI PENGOPERASIAN PLTN Nurokhim, Erwansyah Lubis Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi
Lebih terperinciKAJIAN DAMPAK RADIOLOGI DAN PEMANFAATAN RUANG SEKITAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR DALAM PENYIAPAN TANGGAP DARURAT
KAJIAN DAMPAK RADIOLOGI DAN PEMANFAATAN RUANG SEKITAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR DALAM PENYIAPAN TANGGAP DARURAT Studi Kasus: Ujung Lemahabang, Semenanjung Muria, Kabupaten Jepara Oleh JUPITER SITORUS
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciReactor Safety System and Safety Classification BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Tujuan Keselamatan... 3 1.2. Fungsi Keselamatan Dasar... 3 1.3. Konsep Pertahanan Berlapis... 6 BAB II SISTEM KESELAMATAN REAKTOR DAYA PWR DAN BWR... 1 2.1. Pendahuluan...
Lebih terperinciKEDARURATAN NUKLIR DI INDONESIA DAN PENANGGULANGANNYA
ISSN 1979-2409 Kedaruratan Nuklir di Indonesia dan Penanggulangannya (Budi Prayitno) KEDARURATAN NUKLIR DI INDONESIA DAN PENANGGULANGANNYA Budi Prayitno Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN ABSTRAK
Lebih terperinciPRINSIP DASAR KESELAMATAN NUKLIR (I)
PRINSIP DASAR KESELAMATAN NUKLIR (I) Khoirul Huda Badan Pengawas Tenaga Nuklir Jl. Gajah Mada 8, Jakarta 1 KESELAMATAN NUKLIR M I S I Misi keselamatan nuklir adalah untuk melindungi personil, anggota masyarakat
Lebih terperinciDesain Reaktor Air Superkritis (Supercritical Cooled Water Reactor) dengan Menggunakan Bahan Bakar Uranium-horium Model Teras Silinder
JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 04, No.01, Januari Tahun 2016 Desain Reaktor Air Superkritis (Supercritical Cooled Water Reactor) dengan Menggunakan Bahan Bakar Uranium-horium Model Teras Silinder
Lebih terperinciPENGARUH KONDISI TAPAK REAKTOR TERHADAP AKTIVITAS DAN DOSIS RADIASI LING KUNG AN
74 ISSN 0216-3128 Pudjijanto MS, dkk. PENGARUH KONDISI TAPAK REAKTOR TERHADAP AKTIVITAS DAN DOSIS RADIASI LING KUNG AN Pudjijanto MS& Pande Made Udiyani Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuk/ir -
Lebih terperinciANALISIS KUANTITATIF SOURCE-TERM RSG-GAS PADA OPERASI DAYA 15 MW. Jaja Sukmana, Jonnie Albert Korua, Sinisius Suwarto
uletin Pengelolaan Reaktor Nuklir. Vol. 7 No. 2, Oktober 2010: 39-50 ANALISIS KUANTITATIF SOURCE-TERM RSG-GAS PADA OPERASI DAYA 15 MW Jaja Sukmana, Jonnie Albert Korua, Sinisius Suwarto ASTRAK ANALISIS
Lebih terperinciSISTEM KEDARURATAN NUKLIR IRLANDIA
SISTEM KEDARURATAN NUKLIR IRLANDIA Akhmad Khusyairi Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir -BAPETEN ABSTRAK SISTEM KEDARURATAN NUKLIR IRLANDIA. Irlandia hingga saat
Lebih terperinci