ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI TELUR PUYUH (Coturnix-coturnix japonica) YANG DIBERI SUPLEMEN OMEGA-3 SKRIPSI ANDIKA WIDHI JIWANDONO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI TELUR PUYUH (Coturnix-coturnix japonica) YANG DIBERI SUPLEMEN OMEGA-3 SKRIPSI ANDIKA WIDHI JIWANDONO"

Transkripsi

1 ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI TELUR PUYUH (Coturnix-coturnix japonica) YANG DIBERI SUPLEMEN OMEGA-3 SKRIPSI ANDIKA WIDHI JIWANDONO DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 RINGKASAN Andika Widhi Jiwandono. D Analisis Harga Pokok Produksi Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) yang Diberi Suplemen Omega-3. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Lucia Cyrilla ENSD, M. Si. Pembimbing Anggota : Dr. Rudi Afnan, S. Pt, M. Sc. Agr. Salah satu usaha yang prospektif untuk memenuhi permintaan terhadap subsektor peternakan adalah budidaya puyuh petelur (Coturnix-coturnix japonica) untuk memenuhi kebutuhan telur konsumsi. Budidaya ternak puyuh berkembang seiring perkembangan jaman yang semakin modern, pola pikir modern serta gaya hidup sehat. Salah satu gagasan untuk memenuhi permintaan gaya hidup sehat adalah pemberian suplemen omega-3 yang dicampurkan ke dalam pakan puyuh. Penambahan suplemen omega-3 pada pakan puyuh akan berpengaruh pada harga pokok produksinya (HPP). HPP ini digunakan agar peternak dapat menyesuaikan penambahan suplemen omega-3 pada biaya produksi dan dapat digunakan untuk menentukan harga jual telur puyuh dengan tambahan suplemen omega-3. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung HPP periode 6 minggu pemeliharaan, menentukan harga jual telur puyuh, dan mengetahui tingkat pemberian suplemen omega-3 yang efisien. Materi yang digunakan adalah 300 ekor puyuh umur enam minggu, pakan puyuh dengan kandungan kadar protein 20%, serta suplemen omega-3 dari limbah ikan Lemuru (Sardinella longiceps) sebagai perlakuan dengan taraf 0; 1,5; 3; 4,5; dan 6% dari total berat pakan. Kandang yang digunakan adalah jenis kandang battery sebanyak dua unit. Prosedur yang digunakan pada penelitian ini diawali dengan persiapan kandang, kemudian dilanjutkan ke pemeliharaan dengan pemberian perlakuan. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif dengan perhitungan HPP dengan menggunakan metode full costing dan metode variable costing, sehingga didapatkan harga jual telur puyuh dengan tambahan suplemen omega-3 yang paling efisien. Penentuan HPP dilakukan dengan memperhitungkan input-input produksi ke dalam analisis biaya yang telah disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing perlakuan yang berbeda. Analisis biaya yang dilakukan menunjukkan bahwa pengadaan puyuh dan penggunaan pakan puyuh SP 22 merupakan biaya terbesar pada penelitian ini. Nilai HPP meningkat sesuai dengan penggunaan taraf perlakuan, namun pada taraf perlakuan 6% terlihat nilai HPP yang berbeda jauh dengan taraf-taraf sebelumnya. Harga jual pada pemberian suplemen omega-3 dengan taraf perlakuan 4,5% menunjukkan angka yang tidak berbeda dengan harga jual telur puyuh tanpa pemberian suplemen omega-3. Taraf perlakuan 4,5% dapat dinyatakan paling efisien, karena mampu menekan biaya produksi walaupun terdapat tambahan biaya dalam penggunaan suplemen omega-3. Kata-kata Kunci: Telur Puyuh, Suplemen Omega-3, Harga Pokok Produksi

3 ABSTRACT Analyses of Basic Production Cost of Quail Egg (Coturnix-coturnix japonica) with Omega-3 Supplementation in the Ration Jiwandono, A. W., L. Cyrilla, and R. Afnan Developing of quail farming to produce good quality of quail table eggs accelerates with the increasing of healthy life style. Supplementation of omega-3 obtains from tinning waste of Lemuru fish (Sardinella longiceps) was applied to produce high concentration of this essential fatty acid in eggs. The supplementation level was given at 0%, 1,5%, 3%, 4,5%, and 6% (w/w) in the ration. Full costing and variable costing methods to analyze the production cost of omega-3 eggs were applied. The full costing method revealed Rp 340,38; Rp 345,46; Rp 347,73; Rp 341,56; and Rp 398,05, meanwhile, the variable costing method obtained Rp 335,39; Rp 340,52; Rp 342,87; Rp 336,89; and Rp 392,71 for an egg with 0%; 1,5%; 3%; 4,5%; and 6% omega-3 supplementation, accordingly. The selling price for one package that consist of 20 eggs based on this costing method resulted in, respectively, Rp 7.601,23; Rp 7.676,98; Rp 7.750,75; Rp 7.634,31; and Rp 8.870,23 for 0%; 1,5%; 3%; 4,5%; and 6% omega-3 supplementation in the ration. The most efficient level of omega-3 supplementation in the ration was 4,5%. Keywords: quail s egg, omega-3 supplementation, egg production cost, full costing method, variable costing method

4 ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI TELUR PUYUH (Coturnix-coturnix japonica) YANG DIBERI SUPLEMEN OMEGA-3 ANDIKA WIDHI JIWANDONO D Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

5 Judul Nama NIM : Analisis Harga Pokok Produksi Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) yang Diberi Suplemen Omega-3 : Andika Widhi Jiwandono : D Menyetujui, Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota, Ir. Lucia Cyrilla ENSD, M. Si. NIP Dr. Rudi Afnan, S. Pt., M. Sc. Agr. NIP Mengetahui: Ketua Departemen, Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc. NIP Tanggal Ujian : 15 Juli 2011 Tanggal Lulus : 5 Agustus 2011

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 8 Oktober 1989 di Salatiga, Jawa Tengah. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Lasmono Tri Sunaryanto dan Ibu Ira Yumastuti. Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahum 1995 di SD FX. Marsudirini 78 Salatiga dan diselesaikan pada tahun Pendidikan lanjutan menengah pertama dimulai pada tahun 2001 dan diselesaikan pada tahun 2004 di SMP N 1 Salatiga. Penulis melanjutkan pendidikan di SMA N 1 Salatiga pada tahun 2004 dan diselesaikan pada tahun Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor sebagai mahasiswa Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun Selama mengikuti pendidikan, penulis mengikuti organisasi akademis yaitu Himpunan Mahasiswa Produksi dan Teknologi Peternakan (HIMAPROTER) tahun dan non akademis dalam Komisi Literatur Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) tahun serta berbagai kepanitiaan pada kegiatan kemahasiswaan di IPB. Penulis juga pernah menjadi penerima dana hibah dalam kegiatan Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) pada tahun 2010.

7 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan penyertaannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Harga Pokok Produksi Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) yang Diberi Suplemen Omega-3 yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Salah satu usaha yang prospektif untuk memenuhi permintaan terhadap subsektor peternakan adalah budidaya burung puyuh petelur (Coturnix-coturnix japonica) untuk memenuhi kebutuhan telur konsumsi. Budidaya ternak burung puyuh berkembang seiring perkembangan jaman yang semakin modern, pola pikir modern serta gaya hidup sehat. Salah satu gagasan untuk memenuhi permintaan gaya hidup sehat adalah pemberian suplemen omega-3 yang dicampurkan ke dalam pakan puyuh. Penambahan suplemen omega-3 pada pakan puyuh akan berpengaruh pada harga pokok produksinya (HPP). Perhitungan HPP dilakukan dengan menggunakan metode full costing dan metode variable costing, sehingga didapatkan harga jual telur puyuh dengan tambahan suplemen omega-3 yang paling efisien. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung HPP periode 6 minggu pemeliharaan, menentukan harga jual telur puyuh, dan mengetahui tingkat efisiensi dalam pemberian suplemen omega-3. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan memberikan kontribusi bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Bogor, Agustus 2011 Penulis

8 DAFTAR ISI RINGKASAN... ABSTRACT... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Ciri-Ciri dan Morfologi Puyuh... 3 Produktivitas Puyuh... 4 Struktur Telur... 5 Ransum Puyuh... 6 Asam Lemak Omega Biaya... 8 Harga Pokok Produksi... 8 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Alat Perkandangan Prosedur Persiapan Kandang Pemeliharaan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum dan Lokasi Manajemen Budidaya Puyuh Persiapan Kandang i ii iii iv v vi vii ix x xi

9 Pemberian Pakan dengan Tambahan Suplemen Omega-3 dan Air Minum Pengambilan Telur dan Penimbangan Penyimpanan dan Pengemasan Distribusi Penggunaan Input Produksi Input Produksi Tetap Input Produksi Variabel Harga Pokok Produksi Harga Jual KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 35

10 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Susunan Protein, Lemak, Karbohidrat, dan Abu dari Berbagai Telur Unggas Kemampuan Berproduksi Beberapa Jenis Unggas Persentase Putih Telur, Kuning Telur, dan Kerabang Telur Kandungan Asam Lemak Omega-3 pada Minyak Ikan Lemuru Hasil Ekstraksi dengan Cara Penepungan Kandungan Ransum SP Mutu Pakan Puyuh Petelur Dewasa Harga Pokok Produksi Telur Puyuh yang Diberi Tambahan Suplemen Omega-3 Taraf 0; 1,5; 3; 4,5; dan 6% dengan Metode Full Costing dan Variable Costing Jumlah Produksi Telur dan Kemasan Tiap Perlakuan Selama 6 Minggu Pemeliharaan Harga Jual Telur Puyuh per Kemasan dengan Taraf Pemberian Suplemen Omega

11 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) Denah Lokasi Pemeliharaan Rantai Distribusi Telur Puyuh di Kota Bogor... 19

12 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Gambar Perkandangan dan Pemeliharaan Perhitungan Aspek Pemeliharaan Perhitungan Biaya Input-input Produksi Tiap Perlakuan... 37

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan komoditas peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi seiring dengan peningkatan jumlah permintaan terhadap produk peternakan dan peningkatan jumlah penduduk di Indonesia ini. Peningkatan permintaan pada subsektor peternakan, khususnya telur, membuka banyak peluang usaha peternakan di bidang unggas petelur. Salah satu usaha yang cukup prospektif adalah budidaya peternakan puyuh untuk memenuhi kebutuhan telur konsumsi. Usaha budidaya peternakan puyuh ini sangat prospektif karena kemampuan puyuh yang dapat tumbuh dan berkembang biak sangat cepat. Satu periode produksi puyuh dapat menghasilkan butir telur, sehingga kondisi ini membuka peluang usaha baik dalam skala kecil, menengah, maupun skala besar. Budidaya peternakan puyuh ini berkembang seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern, pola pikir modern, serta gaya hidup sehat. Faktor ini sangat mempengaruhi permintaan masyarakat akan produk sektor peternakan secara keseluruhan. Berbagai macam gagasan dan usaha mulai muncul untuk memenuhi permintaan peningkatan gizi masyarakat. Gagasan yang muncul dalam pengembangan usaha budidaya puyuh ini adalah telur puyuh yang mengandung omega-3. Penggunaan suplemen berupa omega-3 yang dicampurkan ke dalam pakan puyuh diharapkan akan menghasilkan telur puyuh dengan kandungan omega-3 yang tinggi dan baik untuk kesehatan. Penambahan suplemen omega-3 pada pakan berpengaruh pada harga pokok produksi telur. Harga pokok produksi dapat digunakan oleh peternak untuk menyesuaikan taraf suplemen omega-3 yang paling efisien untuk ditambahkan ke dalam pakan, sehingga peternak tetap mendapatkan keuntungan walaupun terdapat penambahan biaya variabel pada perhitungan harga pokok produksi. Perhitungan harga pokok produksi juga dapat digunakan sebagai dasar perhitungan untuk menentukan harga jual telur puyuh yang telah ditambah suplemen omega-3. Penentuan harga jual dapat digunakan untuk menilai daya beli konsumen terhadap produk telur puyuh yang telah diberi suplemen omega-3 yang nantinya akan bersaing dengan produk telur puyuh tanpa kandungan omega-3 di pasar.

14 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis biaya yang dikeluarkan dalam satu periode produksi untuk menghasilkan telur puyuh yang telah diberi suplemen omega Menghitung harga pokok produksi dengan menggunakan metode Full Costing dan Variable Costing pada usaha peternakan puyuh dengan adanya penambahan suplemen omega-3 pada pakan puyuh. 3. Mengetahui taraf penggunaan suplemen omega-3 yang paling efisien untuk ditambahkan ke dalam pakan pada usaha peternakan puyuh.

15 TINJAUAN PUSTAKA Ciri-Ciri dan Morfologi Puyuh Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, dan berkaki pendek. Puyuh yang dipelihara di Indonesia umumnya adalah spesies Coturnix-coturnix japonica yang memiliki panjang badan sekitar 19 cm, berbadan bulat, berekor pendek, paruh pendek dan kuat, serta berjari kaki empat dan berwarna kekuning-kuningan dangan susunan tiga jari menghadap ke depan dan satu jari menghadap ke belakang (Nugroho dan Mayun, 1986). Gambar puyuh (Coturnixcoturnix japonica) dapat dilihat pada Gambar 1. Sumber: Gambar 1. Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) Menurut Nugroho dan Mayun (1986) dan Pappas (2002), klasifikasi puyuh adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Class : Aves Ordo : Galiformes Famili : Phasianidae Genus : Coturnix Species : Coturnix-coturnix japonica Menurut Listiyowati dan Roospitasari (2009), berbagai macam jenis puyuh tersebar di seluruh dunia, namun tidak semua puyuh tersebut dapat dimanfaatkan sebagai penghasil pangan. Indonesia memiliki beberapa jenis puyuh yang dikenal

16 serta dipelihara untuk diambil telur dan dagingnya. Bagi peternak yang menghendaki produksi telur atau pedaging, akan memilih puyuh yang lazim untuk diternakkan seperti spesies Coturnix-coturnix japonica. Menurut Suripta dan Astuti (2007), spesies ini merupakan salah satu produsen protein hewani yang sangat potensial. Murtidjo (1996) menyatakan bahwa kandungan protein dan lemak pada telur puyuh cukup baik jika dibandingkan dengan telur unggas lainnya. Kandungan protein yang tinggi serta kadar lemak yang rendah pada telur puyuh sangat baik untuk kesehatan manusia. Perbedaan susunan protein, lemak, karbohidrat, dan abu pada telur puyuh dibandingkan dengan telur unggas lainnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Susunan Protein, Lemak, Karbohidrat, dan Abu dari Berbagai Telur Unggas Jenis Unggas Protein Lemak Karbohidrat Abu % Ayam Ras 12,7 11,3 0,9 1,0 Ayam Buras 13,4 10,3 0,9 1,0 Itik 13,3 14,5 1,5 1,1 Puyuh 13,1 11,1 1,6 1,1 Sumber: Murtidjo (1996) Ciri-ciri puyuh jantan dewasa terlihat dari bulu bagian leher dan dadanya yang berwarna cokelat muda. Puyuh jantan mulai berkicau pada umur 5-6 minggu. Selama musim kawin normal, puyuh jantan akan berkicau setiap malam. Puyuh betina memiliki warna tubuh mirip puyuh jantan, kecuali bulu pada leher dan dada bagian atas yang berwarna cokelat terang serta terdapat totol-totol cokelat tua. Bentuk badannya kebanyakan lebih besar daripada puyuh jantan. Telur puyuh umumnya berwarna cokelat tua, biru, putih dengan bintik-bintik hitam, cokelat, dan biru (Listiyowati dan Roospitasari, 2009). Produktivitas Puyuh Rasyaf (1991) dan Usman et al. (2008) mengemukakan bahwa puyuh mulai bertelur pada umur lima sampai enam minggu. Puyuh akan terus berproduksi hingga umur 16 bulan jika terawat dengan baik, sedangkan jika kurang baik hanya mencapai

17 umur enam atau delapan bulan saja. Listiyowati dan Roospitasari (2009) menjelaskan bahwa masa produktif rata-rata puyuh adalah 9-12 bulan. Puncak produksi puyuh umur terjadi pada umur 4-5 bulan dan akan mengalami penurunan sampai 70% pada umur 9 bulan (Sugiharto, 2005). Puyuh betina dapat menghasilkan butir telur per tahun (Rasyaf, 1991), sedangkan hasil penelitian terbaru oleh Usman et al. (2008) menyatakan bahwa puyuh mampu memproduksi lebih dari 300 butir per tahun. Produksi telur puyuh memang cukup baik walaupun sedikit bervariasi. Variasi tersebut dapat disebabkan oleh faktor pemeliharaan. Pemeliharaan yang buruk tidak akan menghasilkan jumlah telur yang banyak walaupun bibitnya baik. Faktor pakan juga berpengaruh pada produksi telur. Kualitas dan kuantitas pakan yang buruk, mengakibatkan puyuh tidak akan bertelur banyak. Produksi telur dari puyuh dibandingkan dengan unggas lain seperti ayam dan itik dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kemampuan Berproduksi Beberapa Jenis Unggas Jenis Unggas Produksi Telur (butir/tahun) Ayam Ras petelur Ayam Kampung lokal Itik Puyuh Sumber: Rasyaf (1991) Struktur Telur Struktur telur puyuh secara umum tidak berbeda dengan struktur telur ayam (Yannakopoulos dan Gousi, 1986). Komponen pokok dari telur ayam atau unggas pada umumnya terdiri dari kuning telur (yolk), putih telur (albumen), membran kulit, dan kerabang telur. Perbandingan antara kerabang telur, putih telur, dan kuning telur pada beberapa jenis unggas dapat dilihat pada Tabel 3.

18 Tabel 3. Persentase Putih Telur, Kuning Telur, dan Kerabang Telur Jenis Unggas Kuning Telur Putih Telur Kerabang Telur % Telur ayam a 31,9 55,8 12,3 Telur itik a 35,4 52,6 12,0 Telur puyuh b 32,6 53,6 7,8 Sumber: a. Murtidjo et al. (1986) b. Yannakapoulos dan Gousi (1986) Ransum Puyuh Anggorodi (1995) menyatakan bahwa penyusunan ransum harus disesuaikan dengan umur dan kebutuhan ternak tersebut. Hal ini bertujuan untuk mengefisiensikan penggunaan ransum pada ternak. Ternak puyuh pada dasarnya membutuhkan sejumlah nutrisi yang lengkap untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan berproduksi. Menurut North dan Bell (1990), pakan pada unggas diperlukan untuk empat alasan, yaitu untuk body maintenance, pertumbuhan, pertumbuhan bulu, dan produksi telur. Nutrisi yang lengkap terdiri dari berbagai macam material kimiawi yang dapat digolongkan ke dalam enam kelas, yaitu karbohidrat dan lemak sebagai sumber energi, protein sebagai sumber asam amino, vitamin-vitamin, mineral, dan air (Rasyaf, 1991). Kebutuhan protein yang terbaik untuk ransum puyuh layer memiliki kandungan sebesar 17-20% (Permentan, 2008). Protein berguna bagi unggas yang sedang bertumbuh dan berproduksi, sehingga jumlah protein yang cukup dan berkualitas sangat penting untuk unggas petelur. Protein digunakan pada masa pertumbuhan untuk menyusun jaringan tubuh, yaitu membentuk otot, kuku, sel darah, dan tulang tetapi pada masa bertelur protein tidak lagi digunakan untuk menyusun jaringan tubuh tetapi lebih digunakan untuk materi penyusun telur dan sperma (NRC, 1994). Rasyaf (1991) lebih lanjut menjelaskan bahwa unggas juga sangat memerlukan energi untuk menjaga temperatur tubuh, untuk menggerakkan organ tubuh, dan masih banyak lagi fungsi energi lainnya. Asam Lemak Omega-3 Menurut Montgomery et al. (1993), asam lemak omega-3 adalah asam lemak tidak jenuh yang memiliki ikatan rangkap pada rantai atom karbonnya, sehingga

19 asam lemak omega-3 disebut juga asam lemak rantai panjang. Asam lemak omega-3 memiliki turunan, yaitu asam lemak EPA dan DHA yang berfungsi mencegah pengerasan pembuluh darah, mengurangi rangsangan penggumpalan darah, dan dapat meningkatkan daya intelegensi manusia (Simopoulos, 1989). Penelitian yang dilakukan oleh Leskanich dan Noble (1997) pada telur ayam omega-3 untuk konsumsi manusia menunjukkan kemampuan menjaga kadar kolesterol dalam plasma darah dan mengurangi kadar trigliserida. Asam lemak omega-3 dapat diperoleh dari hasil ekstraksi limbah industri pengalengan ikan Lemuru (Sardinella longiceps) (Cahyanto et al., 1997). Minyak ikan Lemuru merupakan limbah atau hasil samping dari proses pengalengan maupun penepungan ikan Lemuru. Proses pengalengan ikan Lemuru memperoleh rendeman berupa minyak sebesar 5% dan dari proses penepungan sebesar 10%. Pengalengan satu ton ikan Lemuru akan diperoleh 50 kg limbah berupa minyak ikan dan selanjutnya dari satu ton bahan mentah sisa-sisa penepungan akan diperoleh kurang lebih 100 kg hasil samping berupa minyak ikan Lemuru (Setiabudi, 1990 dan Murdinah, 2008). Rusmana (2008) menyatakan bahwa minyak ikan Lemuru kaya akan asam lemak tak jenuh ganda berupa eicosa pentaenoic acid (EPA) dan docosa pentaenoic acid (DHA) dan memiliki rantai karbon lebih dari 20 (Hardoko, 1998). Penelitian terdahulu pada telur ayam yang dilakukan oleh Marshall et al. (1994) menunjukkan adanya peningkatan kandungan asam lemak omega-3 dalam kuning telur yang dihasilkan, khususnya α-linolenat, EPA, dan DHA. Kandungan asam lemak EPA, DHA, dan omega-3 yang ada pada minyak ikan Lemuru tersaji dalam Tabel 4. Tabel 4. Kandungan Asam Lemak Omega-3 pada Minyak Ikan Lemuru Hasil Ekstraksi dengan Cara Penepungan Asam Lemak Kandungan Asam Lemak (%) Eikosapentaenoat (EPA, C20:5-n3) 11,98 Dokosaheksaenoat (DHA, C22:6-n3) 9,21 Omega-3 (n-3) 22,08 Sumber: Cahyanto et al. (1997)

20 Menurut Murdinah (2008), manfaat minyak ikan Lemuru untuk kesehatan dapat mencegah beberapa penyakit antara lain jantung koroner, kelebihan kolesterol darah, penyakit kanker, mengobati kerontokan rambut dan untuk kekebalan tubuh. Pemanfaatan minyak ikan Lemuru sebagai bahan suplementasi nutrisi pada produk pangan dapat meningkatkan nilai tambah produk dan pendapatan, serta dilihat dari segi sosial ekonomi dapat membuka lapangan usaha dan penyerapan tenaga kerja. Biaya Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu (Mulyadi, 2009). Biaya usahatani menurut Agus et al. (2006) dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh (Soekartawi, 2002). Daniel (2004) menyatakan bahwa biaya produksi merupakan kompensasi yang diterima oleh para pemilik faktor-faktor produksi atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi, baik secara tunai maupun non tunai. Menurut Nuraini (2003), biaya produksi adalah semua pengeluaran atau beban yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu jenis barang atau jasa yang siap dipakai oleh konsumen. Harga Pokok Produksi Manullang (1995) menyatakan bahwa harga pokok produksi (HPP) adalah jumlah biaya untuk memproduksi suatu barang ditambah dengan biaya lainnya sehingga barang itu berada di pasar. Definisi lain mengenai harga pokok produksi, yaitu pengorbanan sumber ekonomi untuk mengubah aktiva menjadi aktiva lain berupa persediaan produk jadi (Mulyadi, 2009). Informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu bermanfaat bagi manajemen untuk menentukan harga jual produk, memantau realisasi biaya produksi, menghitung laba atau rugi periodik, menentukan harga pokok persediaan produk jadi, dan produk dalam proses yang dijadikan dalam neraca. Tiga tujuan utama dari perhitungan harga

21 pokok produksi digunakan sebagai dasar untuk menetapkan harga jual di pasaran dan untuk menetapkan besar laba yang diperoleh. Mulyadi (2009) menyatakan bahwa metode penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi, yaitu full costing dan variable costing. Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead, baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Perhitungan harga pokok produksi berdasarkan metode full costing menurut Mulyadi (2009) terdiri dari unsur biaya berikut : Biaya bahan baku Rp... Biaya tenaga kerja langsung Rp... Biaya overhead variabel Rp... Biaya overhead tetap Rp... + Harga pokok produksi Rp... Variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead variabel. Perhitungan harga pokok variable costing menurut Mulyadi (2009) terdiri dari unsur biaya produksi berikut : Biaya bahan baku Rp... Biaya tenaga kerja langsung Rp... Biaya overhead variabel Rp... + Harga pokok produksi Rp... Harga pokok produksi merupakan dasar yang digunakan untuk menentukan harga pokok penjualan (Mulyadi, 2009). Harga pokok penjualan dapat digunakan sebagai acuan untuk menetapkan harga jual produk yang dihasilkan. Harga pokok penjualan pada hasil perhitungan dengan metode full costing, terdiri dari unsur harga pokok produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead variabel, dan biaya overhead tetap) ditambah dengan biaya non produksi (biaya

22 pemasaran, serta biaya administrasi dan umum). Perhitungan harga pokok penjualan pada hasil perhitungan dengan metode variable costing terdiri dari unsur harga pokok produksi variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead variabel) ditambah dengan biaya non produksi variabel (biaya pemasaran variabel, serta biaya administrasi dan umum variabel) dan biaya tetap, yaitu biaya overhead tetap, biaya pemasaran tetap, serta biaya administrasi dan umum tetap (Mulyadi, 2009).

23 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Blok B Unit Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang terletak di Jl. Kayu Manis, RT 05 RW 10 Desa Babakan, Dramaga, Bogor. Penelitian dilakukan selama 6 minggu pada bulan Desember 2010 hingga Januari Materi Bahan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah 300 ekor puyuh berumur 40 hari yang dipelihara terlebih dahulu tanpa perlakuan hingga umur 80 hari, pakan puyuh dengan kadar protein 20%, serta suplemen omega-3 yang terbuat dari campuran limbah minyak ikan Lemuru dengan filler ampas tahu yang telah difermentasi menggunakan kapang Rhizopus sp. sebagai perlakuan yang diberikan dengan taraf masing-masing 0; 1,5; 3; 4,5; dan 6% dari total berat pakan tiap perlakuan. Hasil analisis terhadap suplemen omega-3 yang digunakan mengandung 2,6% asam lemak linolenat; 2,4% EPA; dan 1,9% DHA. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah eggtray, timbangan, kalkulator, dan notebook. Perkandangan Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kandang battery sebanyak dua unit. Setiap kandang terdiri atas 5 tingkat dan masing-masing tingkat disekat dengan triplek sehingga terdapat 20 blok. Setiap blok kandang diisi 15 ekor puyuh siap bertelur (umur 80 hari). Kandang diberi penerangan dengan satu lampu pijar berkekuatan 40 watt. Sistem pembuangan kotoran dari kandang dilakukan dengan cara ditampung di bagian bawah kandang menggunakan karung. Prosedur Persiapan Kandang Kandang postal berukuran 8 m 2 dibersihkan terlebih dahulu dari sampah, kotoran, dan debu. Kandang disiram secara merata dengan cairan pembersih lantai

24 untuk membersihkan sisa-sisa bakteri di dalam kandang. Kandang battery khusus puyuh, diletakkan ke dalam kandang postal. Pemeliharaan Puyuh diberi pakan ransum satu kali dalam sehari dengan batasan pakan sebanyak 20 g/ ekor/ hari dan ditambah suplemen omega-3 sesuai taraf per perlakuan, sedangkan air minum diberikan ad libitum. Telur dikumpulkan setiap hari pada waktu sore hari, kemudian dihitung jumlahnya dan ditimbang massa telur pada setiap perlakuan. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis data kuantitatif dilakukan pada perhitungan harga jual dengan cara yang digunakan oleh usaha peternakan, metode full costing, dan metode variable costing. Deskriptif kualitatif digunakan untuk membandingkan hasil dari perhitungan harga jual dengan metode full costing dengan hasil dari perhitungan harga jual dengan metode variable costing. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 dan hasil yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk tabulasi dan dideskripsikan dengan pendekatan akuntansi. Tabulasi digunakan untuk menggolongkan data guna mempermudah perhitungan dan analisis harga pokok produksi secara teliti. Menurut Mulyadi (2009), prosedur penentuan harga produksi secara full costing untuk menentukan harga jual yang sudah disesuaikan dengan komponen peternakan dalam satu masa penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menghitung biaya produksi yang dikeluarkan Biaya Puyuh Umur 80 Hari Rp... Biaya Pakan Puyuh Rp... Biaya Suplemen Omega-3 Rp... Biaya Penerangan (Listrik) Rp... Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp... Biaya Overhead Variabel Rp... Biaya Overhead Tetap Rp... + Total Biaya Produksi Rp...

25 2. Menghitung total harga pokok penjualan Biaya Produksi : Total Biaya Produksi Rp... Biaya Non Produksi : Rp... Biaya Administrasi dan Umum Rp... Biaya Pemasaran Rp Total Harga Pokok Penjualan Rp Menghitung harga jual per unit yang dibebankan kepada konsumen Harga Pokok Penjualan per unit Rp... Laba yang diinginkan per unit (10%) Rp... + Harga jual yang dibebankan kepada konsumen Rp... Berikut merupakan prosedur penentuan harga pokok secara variable costing yang sudah disesuaikan dengan komponen peternakan dalam satu masa penelitian : 1. Menghitung biaya produksi yang dikeluarkan Biaya Puyuh Umur 80 Hari Rp... Biaya Pakan Puyuh Rp... Biaya Suplemen Omega-3 Rp... Biaya Penerangan (Listrik) Rp... Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp... Biaya Overhead Variabel Rp... + Total Biaya Produksi Rp Menghitung total harga pokok penjualan Biaya Produksi : Total Biaya Produksi Rp... Biaya Non Produksi : Rp... Biaya Administrasi dan Umum Variabel Rp... Biaya Pemasaran Variabel Rp... + Biaya Periode : Biaya Overhead Tetap Rp... Biaya Administrasi dan Umum Tetap Rp... Biaya Pemasaran Tetap Rp Total Harga Pokok Penjualan Rp...

26 3. Menghitung harga jual per unit yang dibebankan kepada konsumen Harga Pokok Penjualan per unit Rp... Laba yang diinginkan per unit (10%) Rp... + Harga jual yang dibebankan kepada konsumen Rp...

27 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Blok B Unit Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang terletak di Jl. Kayu Manis, RT 05 RW 10 Desa Babakan, Dramaga, Bogor. Lokasi yang digunakan memiliki akses yang cukup jauh dari jalan raya, sehingga tingkat kebisingan serta polusi dari asap kendaraan yang akan berpengaruh pada udara dan air dapat diminimalkan. Kandang yang digunakan tidak berdekatan dengan pemukiman penduduk, sehingga tidak terjadi penyebaran polusi udara yang ditimbulkan dari aktivitas di lokasi kandang. Suprijatna (2005) menyatakan bahwa jarak kandang dengan pemukiman penduduk dan jalan raya harus diperhatikan untuk mencegah adanya polusi udara, mencegah penyebaran penyakit dan bau ternak ke penduduk, serta meminimalkan polusi suara dari kendaraan di jalan raya. Denah lokasi pemeliharaan dengan dua skala perbesaran dengan tanda lingkaran berwarna merah dapat dilihat pada Gambar 2. Sumber: Gambar 2. Denah Lokasi Pemeliharaan Keadaan di sekitar kandang yang digunakan untuk penelitian memiliki kondisi nyaman dan sejuk dengan masih adanya pepohonan dan rerumputan yang masih mendominasi area kosong di sekitar kandang. Kandang yang digunakan merupakan kandang postal seluas 8 m 2. Kandang postal ini digunakan sebagai tempat untuk meletakkan dua kandang puyuh jenis battery. Penggunaan kandang postal ini bertujuan menghindari ancaman predator di sekitar kandang seperti kucing liar. Kandang postal yang digunakan dilengkapi dengan kawat kasa besi pada bagian tembok dan bagian bawah atap, sehingga predator seperti kucing liar tidak dapat

28 masuk ke dalam kandang. Kondisi seperti ini juga bertujuan untuk menjaga aliran udara tetap nyaman di dalam kandang tersebut. Kandang battery yang merupakan kandang utama puyuh diletakkan di dalam satu ruangan kandang postal, sedangkan ruangan lainnya digunakan untuk meletakkan pakan, telur, timbangan, dan alat kebersihan kandang. Kandang utama puyuh jenis battery terbuat dari kayu dan kawat kasa dengan desain bertingkat lima dan masing-masing lantai disekat dua. Alas setiap lantai adalah kawat kasa dengan kemiringan sekitar 5 o yang bertujuan untuk memudahkan dalam pengambilan telur puyuh. Keamanan keseluruhan lingkungan kandang penelitian ini terjamin dari ancaman pencurian dengan adanya penjagaan 24 jam dari petugas keamanan kampus. Keseluruhan infrastruktur lokasi perkandangan ini cukup baik dengan adanya instalasi air yang lancar, instalasi listrik yang sudah terpasang, dan akses ke kandang yang mudah dijangkau. Terdapat juga dua bangunan rumah yang merupakan tempat tinggal dari penanggung jawab lokasi kandang penelitian ini, serta tiga mess yang diperuntukkan bagi pegawai dan teknisi kandang, sehingga manajemen pemeliharaan dapat selalu dikontrol. Keseluruhan keadaan umum baik dari manajemen perkandangan, infrastruktur, dan keamanan merupakan hal yang harus diperhatikan untuk mencapai produktivitas telur puyuh yang optimal. Manajemen Budidaya Puyuh Manajemen budidaya merupakan semua proses kegiatan produksi yang dilakukan untuk memproduksi hasil-hasil ternak sesuai dengan tujuannya. Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) memiliki beberapa keunggulan sebagai ternak. Puyuh betina dapat mulai menghasilkan telur pada umur 40 hari, dalam satu tahun seekor puyuh betina mampu menghasilkan butir telur dengan berat rata-rata 10 gram per butir, tidak memerlukan investasi lahan dan kandang yang besar, kandungan gizi pada telur yang cukup tinggi, toleran terhadap pakan serat kasar tinggi dibandingkan dengan ayam ras, dan mampu dikembangkan dengan skala usaha yang beragam (Permentan, 2008). Proses manajemen pemeliharaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1) persiapan kandang, 2) pemberian pakan dengan tambahan suplemen omega-3 dan air minum, 3) pengambilan telur dan penimbangan, 4) penyimpanan dan pengemasan, dan

29 5) distribusi. Proses ini dilakukan untuk memaksimalkan produksi dalam budidaya puyuh. Persiapan Kandang Proses pemeliharaan puyuh diawali dengan persiapan kandang yang terdiri dari dua kandang, yaitu kandang postal dan kandang battery. Pembersihan awal pada kandang postal dilakukan dengan membersihkan seluruh lantai kandang dari kotoran dengan sapu lidi, kemudian disikat dengan air biasa yang dicampur dengan cairan pembersih lantai dan dikeringkan. Pembersihan berikutnya dilakukan pengapuran ke seluruh lantai dan tembok kandang yang terjangkau dengan campuran air dengan bubuk kapur, kemudian dibiarkan mengering selama satu hari. Kandang battery terbuat dari kayu dan kawat ram dengan alas masing-masing lantai tingkat terbuat dari kawat ram. Tempat penampungan kotoran diletakkan di bawah lantai. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam menjaga kebersihan sekitar kandang dan mencegah kotoran puyuh jatuh pada puyuh yang berada di lantai bawah (Listiyowati dan Roospitasari, 2005). Kandang battery berjumlah dua blok dengan masing-masing 5 tingkat dimodifikasi terlebih dahulu. Modifikasi dilakukan dengan memberi sekat papan pada masing-masing tingkat. Kapasitas kandang 300 ekor per dua blok kandang battery. Kedua kandang battery yang sudah dibersihkan dimasukkan ke dalam kandang postal dan diletakkan berdekatan. Pemberian lampu pijar diletakkan di antara kedua kandang battery sebagai penerangan ketika malam hari, sehingga puyuh dapat tetap makan pada malam hari. Gordon (1994) menyatakan bahwa pemberian cahaya pada unggas ditujukan agar unggas mendapatkan kesempatan untuk makan, minum serta aktivitas lainnya, selain itu cahaya juga penting dalam proses reproduksi. Pemberian Pakan dengan Tambahan Suplemen Omega-3 dan Air Minum Pemberian pakan dibatasi sebanyak 20 g/ ekor/ hari dengan frekuensi pemberian satu kali dalam sehari pada pukul WIB. Pakan yang digunakan adalah ransum puyuh komersial dengan kode P untuk puyuh berumur mulai 5 minggu dengan kadar protein 20% yang berupa butiran komplit atau crumble. Prosedur pemberian pakan dalam penelitian ini diberikan tambahan suplemen omega-3 yang dicampur dengan pakan. Suplemen omega-3 yang digunakan

30 merupakan limbah dari pengalengan ikan Lemuru (Sardinella longiceps) dengan filler ampas tahu yang telah difermentasi (Komari, 1996). Tambahan suplemen omega-3 diberikan dengan taraf masing-masing 0% (P 1); 1,5% (P 2); 3% (P 3); 4,5% (P 4); dan 6% (P 5) dari total berat pakan pada masing-masing perlakuan. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suripta dan Astuti (2007), menggunakan perlakuan berupa campuran minyak sawit dan minyak Lemuru dengan komposisi yang diberikan pada puyuh berumur 10 minggu. Komposisi penggunaan khusus untuk minyak Lemuru pada penelitian terdahulu adalah 0, 2, 4, 6, dan 8% dari total pakan yang diberikan, namun pengolahan minyak Lemuru sebagai perlakuan ini tidak dijelaskan. Hasil penelitian mengenai analisis kandungan kadar omega-3 pada telur puyuh, mengalami peningkatan dari 0,0044% (kontrol) menjadi 1,703% pada perlakuan 8%. Pemberian air minum pada penelitian ini disesuaikan dengan kapasitas wadah minum yang digunakan. Wadah air minum yang digunakan tidak cukup besar dan sangat sederhana, sehingga pemberian air minum harus dilakukan terus menerus agar puyuh tidak kekurangan air minum. Pemberian vitamin pada air minum hanya dilakukan pada awal pemeliharaan sebelum perlakuan diberikan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi stres dan merangsang produksi telur, namun tidak dilanjutkan pada minggu berikutnya. Pengambilan Telur dan Penimbangan Prosedur pengambilan telur pada pemeliharaan ini dilakukan satu kali dalam sehari setiap pukul WIB. Periode pengambilan telur ini dilakukan untuk mencegah puyuh menjadi stres akibat terlalu sering terdapat aktivitas manusia di dalam kandang. Waktu pengambilan telur disesuaikan pada keadaan ketika puyuh menghasilkan telur terbanyak per harinya, yaitu sore hari. Menurut Rasyaf (1991), sebanyak 75% puyuh Jepang (Coturnix-coturnix japonica) bertelur pada pukul sampai WIB. Telur yang sudah diambil langsung dilakukan penimbangan sesuai dengan kelompok perlakuan dan ulangannya dengan menggunakan timbangan digital O-Hause. Penimbangan ini bertujuan untuk mendapatkan data berat telur per butir pada masing-masing perlakuan yang berbeda. Telur disimpan sesuai dengan

31 klasifikasi berat per perlakuannya dan diletakkan sementara pada egg tray khusus telur puyuh. Penyimpanan dan Pengemasan Standar penyimpanan telur puyuh menurut Permentan (2008) adalah tempat penampungan yang sejuk, tidak lembab dan terlindung dari predator, serta tidak berdekatan langsung dengan kandang pemeliharaan. Hal ini dapat meminimalkan produk telur yang cepat rusak akibat lokasi penyimpanan yang tidak sesuai standar. Telur puyuh pada penelitian ini masih diletakkan di ruangan sebelah kandang pemeliharaan, namun tidak berhubungan langsung dengan kandang pemeliharaan. Pengemasan telur pada penelitian ini dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar, yaitu penjualan dengan isi 20 butir telur puyuh per kemasan. Kemasan yang digunakan adalah plastik mika berukuran kecil. Penggunaan label juga diberikan pada kemasan untuk memberikan informasi mengenai produk dan tempat produksinya. Distribusi Distribusi dilakukan setelah adanya pengemasan produk dan disesuaikan dengan permintaan pasar. Distribusi produk telur puyuh menurut Elvira et al. (1994), yaitu distribusi panjang (1), distribusi menengah (2), dan distribusi pendek (3) seperti terlihat pada Gambar 1. Pengecer Peternak Grosir Pengecer Konsumen (2) (1) (3) Gambar 3. Rantai Distribusi Telur Puyuh di Kota Bogor (Elvira et al., 1994) Distribusi telur puyuh hasil produksi pada penelitian ini dilakukan melalui rantai menengah dan pendek ke dua pasar yang berbeda, yaitu pengumpul atau pengecer khusus telur puyuh dan langsung ke konsumen. Distribusi dilakukan menggunakan kendaraan bermotor dengan frekuensi dua kali setiap minggu.

32 Penggunaan Input Produksi Input produksi yang digunakan dalam penelitian budidaya puyuh ini terdiri dari input produksi tetap dan input produksi variabel. Menurut Mulyadi (2009), input produksi tetap adalah input yang jumlahnya tidak berubah-ubah dan tidak terpengaruh oleh perubahan volume produksi. Input produksi variabel merupakan input yang penggunaannya akan berubah sesuai dengan perubahan volume produksi. Input Produksi Tetap Input produksi tetap yang digunakan selama pemeliharaan puyuh ini adalah pengadaan kandang dan timbangan O-Hause. Pengadaan kandang merupakan salah satu sarana dan modal tetap dalam budidaya puyuh. Tipe kandang yang digunakan dalam budidaya puyuh pada umumnya adalah tipe kandang battery. Kandang battery yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari peternakan puyuh di Sukabumi sebanyak dua buah blok kandang dengan harga beli sebesar Rp ,00 per unit. Umur pemakaian kandang ini mencapai lima tahun. Kandang battery ini terdiri dari lima tingkat dan memiliki kapasitas 40 ekor per tingkat dengan luasan 0,5 m 2 tiap tingkatnya, namun kandang ini disesuaikan dengan metode penelitian yang digunakan, yaitu pemberian lima perlakuan dengan masingmasing empat ulangan. Metode ini membutuhkan 20 ruang dengan kapasitas per ulangan yaitu 15 ekor, sehingga pada setiap tingkat dibagi menjadi dua ruangan dengan sekat papan dengan luasan tiap perlakuan adalah 0,25 m 2. Berdasarkan Permentan (2008), kepadatan kandang dan daya tampung kandang untuk puyuh berumur di atas 4 minggu pada penelitian ini sudah ideal. Perlengkapan yang dibutuhkan di kandang adalah timbangan O-Hause. Timbangan ini dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan, seperti menimbang telur tiap perlakuan, menimbang suplemen omega-3 yang digunakan, dan menimbang bobot badan puyuh. Timbangan ini memiliki harga beli sebesar Rp ,00 dengan umur pemakaian mencapai dua tahun. Input Produksi Variabel Input produksi variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari pengadaan puyuh umur 80 hari, penggunaan pakan, penggunaan suplemen omega-3,

33 biaya tenaga kerja, pengadaan egg tray, biaya kemasan dan label, dan biaya penggunaan penerangan. 1. Puyuh Umur 80 Hari Puyuh yang digunakan dalam penelitian ini merupakan puyuh petelur dengan spesies Coturnix-coturnix japonica yang didapatkan dari peternakan puyuh di Sukabumi. Harga puyuh saat itu Rp 4.000,00 per ekor. Puyuh ditimbang terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam kandang perlakuan. Bobot rata-rata puyuh yang digunakan dalam penelitian ini adalah 143,52 gram per ekor. Terdapat beberapa ciri puyuh yang berkualitas baik menurut Nugroho dan Mayun (1986), yaitu kondisi fisik yang sehat, kaki normal dan dapat berdiri tegak, aktif dan tampak segar, bebas dari penyakit, dan memiliki berat badan berkisar antara gram. 2. Pakan Pakan yang digunakan dalam penelitian ini hanya pakan khusus puyuh dengan umur di atas 35 hari. Jenis pakan yang digunakan adalah pakan puyuh komersial SP 22 dengan kode P dengan bentuk ransum berupa crumble atau remah. Kandungan ransum jenis SP 22 berdasarkan kebutuhan protein, lemak, dan serat kasar dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kandungan Ransum SP 22 Kandungan Nilai % Protein Lemak 4 7 Serat kasar 7 Sumber: PT Sinta Prima Feedmill (2011) Kandungan pakan SP 22 yang diberikan selama penelitian sudah sesuai dengan ketentuan mutu pakan dengan standar SNI untuk puyuh petelur dewasa. Ketentuan mutu pakan yang ditetapkan oleh Permentan (2008) berdasarkan SNI diperlihatkan pada Tabel 6.

34 Tabel 6. Mutu Pakan Puyuh Petelur Dewasa Nomor Kandungan Nilai % Protein kasar Minimal 17 2 Lemak kasar Minimal 7 3 Serat kasar Maksimal 7 Sumber: Permentan (2008) Pakan yang diberikan dibatasi 20 g/ ekor/ hari dan diberikan satu kali dalam sehari. Pemberian pakan dilakukan setiap pukul WIB dan tidak berubah dalam waktu pemberian pakannya. Waktu pemberian pakan konsisten setiap hari untuk menjaga kestabilan produksi telurnya. Harga beli pakan SP 22 pada awal pemeliharaan adalah Rp ,00 per 50 kg, namun mengalami kenaikan harga pakan pada akhir penelitian menjadi Rp ,00 per 50 kg. 3. Suplemen Omega-3 Penambahan suplemen omega-3 pada penelitian ini merupakan perlakuan yang diberikan pada pakan puyuh. Pemberian suplemen omega-3 dilakukan dengan mencampurkan secara merata dengan taraf yang berbeda-beda pada pakan yang diberikan. Suplemen omega-3 yang digunakan merupakan limbah hasil pengalengan ikan Lemuru. Limbah hasil pengalengan ikan Lemuru yang hasilnya berupa minyak ini merupakan salah satu alternatif minyak yang dapat dijadikan pakan sumber energi yang tidak bersaing dengan manusia. Menurut Setiabudi (1990), dari proses pengalengan ikan Lemuru dapat diperoleh rendeman berupa minyak sebesar 5% dan dari proses penepungan sebesar 10%, sehingga satu ton ikan Lemuru menghasilkan 50 kg limbah berupa minyak ikan dan selanjutnya dari satu ton bahan mentah sisa-sisa penepungan akan diperoleh 100 kg hasil samping berupa minyak ikan Lemuru. Minyak ikan Lemuru diemulsi dan dispersikan menjadi ekstrak lemak pekat, lalu dicampur dengan ampas tahu yang telah difermentasi menggunakan kapang Rhizopus sp. dan dihaluskan. Perbandingan penggunaan minyak ikan Lemuru dengan ampas tahu adalah 1:1 (b/b) (Komari, 1996). Suplemen omega-3 diperoleh dengan harga Rp ,00 per kg.

35 4. Tenaga Kerja Tenaga kerja pada pemeliharaan puyuh ini memiliki kesibukan utama pada waktu tertentu, seperti pada saat pemberian pakan yang harus ditambahkan suplemen omega-3 sesuai dengan taraf pemberiannya, pemberian air minum, penimbangan bobot awal sebelum perlakuan, pengambilan telur, penimbangan telur, dan penyimpanan telur. Kebutuhan pekerja dan sistem pembayaran pekerja disesuaikan dengan skala produksi. Penelitian ini hanya menggunakan jumlah total puyuh sebanyak 300 ekor, sehingga kebutuhan jumlah pekerja cukup satu orang dengan sistem pembayaran Rp ,00 per satu setengah bulan. Hal ini disesuaikan dengan standar sistem pembayaran pekerja pada peternakan puyuh pada umumnya dalam satu bulan yaitu Rp ,00 untuk menangani 1000 ekor puyuh. 5. Egg Tray Egg tray pada pemeliharaan puyuh digunakan sebagai tempat penyimpanan telur sementara sebelum dilakukan pengemasan. Egg tray yang digunakan berbeda dengan egg tray untuk telur ayam atau telur itik, karena ukuran dari telur puyuh itu sendiri yang lebih kecil daripada telur ayam atau itik. Bahan yang digunakan juga bukan berbahan dasar plastik, namun terbuat dari daur ulang kertas yang memiliki kapasitas 100 butir per egg tray. Pengadaan egg tray pada penelitian ini disesuaikan dengan produksi telur per hari. Biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan egg tray ini sebesar Rp ,00 per 5 unit egg tray. 6. Kemasan dan Label Penggunaan kemasan pada penelitian ini merupakan salah satu input produksi variabel yang berperan pada hasil akhir produk telur puyuh yang siap dijual. Fungsi kemasan menurut Malik (2008) ada dua, yaitu melindungi produk dari produsen hingga ke konsumen dengan tetap menjaga keutuhan produk yang berada di dalamnya, serta menambah nilai produk dan mendorong pemasaran sesuai segmen pasar yang dituju. Kemasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah plastik mika berukuran kecil seharga Rp 130,00 per unit yang sanggup diisi 20 butir telur puyuh per satuan kemasannya. Kemasan yang digunakan harus disertai dengan label produk yang bertujuan untuk memperkenalkan nama produk, serta sebagai jaminan atas produk tersebut bagi konsumen. Biaya

36 pembuatan label secara sederhana pada penelitian ini adalah Rp 2.000,00 per 15 label. 7. Penerangan Penerangan yang dibutuhkan pada penelitian budidaya puyuh ini termasuk ke dalam input variabel, karena biaya yang dikeluarkan untuk penerangan disesuaikan dengan besar kecilnya skala produksi. Penerangan yang digunakan pada penelitian ini hanya satu buah lampu pijar 40 watt yang diletakkan di antara dua blok kandang battery. Lama pemberian penerangan pada kandang puyuh ini sekitar 12 jam dalam sehari, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk penerangan selama pemeliharaan ini sebesar Rp ,00. Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi (HPP) merupakan jumlah biaya untuk memproduksi suatu barang untuk jangka waktu tertentu ditambah dengan biaya lainnya sehingga barang itu berada di pasar (Mulyadi, 2009). Penentuan nilai HPP dilakukan dengan cara memperhitungkan unsur-unsur biaya yang telah disesuaikan pada penelitian ini ke dalam analisis biaya HPP tersebut. Metode yang dilakukan untuk menentukan nilai HPP adalah metode full costing dan metode variable costing. Metode full costing merupakan metode penentuan HPP yang memperhitungkan seluruh biaya produksi, baik biaya tetap maupun biaya variabel (Mulyadi, 2009). Komponen biaya tetap pada penelitian ini adalah biaya overhead tetap yang meliputi biaya pengadaan kandang dan perlengkapan pemeliharaan, yaitu timbangan telur O-Hause. Biaya pengadaan kandang dan timbangan dihitung secara overhead tetap karena masa penggunaannya hanya selama 6 minggu, sedangkan untuk pengadaan kandang umur pemakaiannya mencapai 5 tahun dan timbangan mencapai 2 tahun. Komponen biaya variabel yang dihitung pada penelitian ini terdiri dari biaya pengadaan puyuh umur 30 hari, penggunaan pakan, penggunaan suplemen omega-3, biaya tenaga kerja, penggunaan penerangan, dan biaya overhead variabel yang terdiri dari pengadaan egg tray, penggunaan kemasan dan label. Metode variable costing tidak berbeda jauh dengan perhitungan pada metode full costing. Menurut Mulyadi (2009), perbedaan pada metode variable costing yaitu hanya memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variabel. Biaya variabel yang dihitung adalah biaya pengadaan puyuh umur 80 hari, penggunaan pakan, taraf

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Puyuh (Coturnix-coturnix japonica)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) TINJAUAN PUSTAKA Ciri-Ciri dan Morfologi Puyuh Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, dan berkaki pendek. Puyuh yang dipelihara di Indonesia umumnya adalah spesies

Lebih terperinci

Gambar 2. Denah Lokasi Pemeliharaan

Gambar 2. Denah Lokasi Pemeliharaan HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Blok B Unit Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang terletak di Jl. Kayu Manis, RT 05

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Burung Puyuh Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa burung liar yang mengalami proses domestikasi. Ciri khas yang membedakan burung

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Burung Puyuh Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang pertama kali diternakkan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 hingga Februari 2012. Pemeliharaan dan penyembelihan ternak dilakukan di Laboratorium Lapang Blok B, Unit Unggas,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Rataan performa produksi meliputi produksi telur, bobot telur, dan konversi pakan) Coturnix-coturnix japonica dengan penambahan Omega-3 dalam pakan ditampilkan pada Tabel 4. Tabel

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena

PENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) merupakan jenis unggas darat yang mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena produktivitasnya cukup tinggi.

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh adalah spesies atau subspecies dari genus Coturnix yang tersebar di

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh adalah spesies atau subspecies dari genus Coturnix yang tersebar di 6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 1.1 Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Puyuh adalah spesies atau subspecies dari genus Coturnix yang tersebar di seluruh daratan, kecuali Amerika. Awalnya puyuh merupakan ternak

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 hingga Februari 2012. Pemeliharaan puyuh dilakukan di Laboratorium Lapang Blok B, Unit Unggas, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut II KAJIAN KEPUSTAKAAN 1.1 Puyuh Jepang dan Klasifikasinya Burung puyuh liar banyak terdapat di dunia, nampaknya hanya baru Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut Nugroho

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Ayam Pedaging adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica L)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica L) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica L) Puyuh memiliki keunggulan tingkat adaptasi yang tinggi. Pemeliharaan puyuh lebih mudah, hemat tenaga kerja dan dapat diternakkan di

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh I. TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh Coturnix coturnix japonica merupakan jenis puyuh yang populer dan banyak diternakkan di Indonesia. Puyuh jenis ini memiliki ciri kepala, punggung dan sayap berwarna coklat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012. I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Peternakan puyuh di Indonesia saat ini cukup berkembang, hal ini karena semakin banyaknya usaha peternakan puyuh baik sebagai usaha sampingan maupun usaha utama untuk memenuhi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Subphylum : Vertebrata. : Galiformes

TINJAUAN PUSTAKA. Subphylum : Vertebrata. : Galiformes TINJAUAN PUSTAKA Puyuh Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang pertama kali diternakkan di Amerika Serikat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh

TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh Puyuh merupakan salahsatu komoditas unggas sebagai penghasil telur. Keberadaan puyuh mendukung ketersediaan protein hewani yang murah serta mudah didapat. Puyuh yang dikembangkan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. pertama kali diternakkan di Amerika Serikat pada tahun 1870.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. pertama kali diternakkan di Amerika Serikat pada tahun 1870. 7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Puyuh Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang pertama kali

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek. Burung ini merupakan burung liar

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%)

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Blok B, Unit Unggas. Pemotongan puyuh dan penelitian persentase karkas dilakukan di Laboratorium Unggas serta uji mutu

Lebih terperinci

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Lingkungan Tempat Penelitian Pemeliharaan puyuh dilakukan pada kandang battery koloni yang terdiri dari sembilan petak dengan ukuran panjang 62 cm, lebar 50 cm, dan tinggi

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. japanese quail (Coturnix-coturnix Japonica) mulai masuk ke Amerika. Namun,

KAJIAN KEPUSTAKAAN. japanese quail (Coturnix-coturnix Japonica) mulai masuk ke Amerika. Namun, 7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Burung Puyuh Puyuh adalah spesies atau subspesies dari genus Coturnix yang tersebar di seluruh daratan, kecuali Amerika. Pada tahun 1870, puyuh Jepang yang disebut japanese

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Selama penelitian pada masa adaptasi terjadi kematian delapan ekor puyuh. Faktor perbedaan cuaca dan jenis pakan serta stres transportasi mungkin menjadi penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae, sub family Anatinae, tribus Anatini dan genus Anas (Srigandono,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh Frekuensi dan Awal Pemberian Pakan terhadap

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh Frekuensi dan Awal Pemberian Pakan terhadap 9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Pengaruh Frekuensi dan Awal Pemberian Pakan terhadap Efisiensi Penggunaan Protein pada Puyuh Betina (Cortunix cortunix japonica) dilaksanakan pada Oktober

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I. Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN BAB I. Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang sangat luas, dengan luas laut yang dimiliki maka kekayaan hasil laut yang dimiliki juga berlimpah. Kekayaan laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat tingginya permintaan kebutuhan daging ayam broiler. Permintaan pasar yang tinggi terhadap daging ayam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Puyuh petelur Jepang (Coturnix coturnix japonica) merupakan penyedia telur

PENDAHULUAN. Puyuh petelur Jepang (Coturnix coturnix japonica) merupakan penyedia telur I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh petelur Jepang (Coturnix coturnix japonica) merupakan penyedia telur puyuh utama di Indonesia. Dalam satu tahun puyuh ini mampu menghasilkan 250 sampai 300 butir

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsumsi Pakan Konsumsi pakan puyuh adalah jumlah ransum yang dikonsumsi oleh puyuh dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat energi dan palabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh kandungan nutrisi yang terdapat dalam pakan. Pakan merupakan campuran berbagai macam bahan organik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh Puyuh merupakan salah satu komoditi unggas sebagai penghasil telur dan daging yang mendukung ketersediaan protein hewani yang murah serta mudah didapat (Permentan,

Lebih terperinci

Tabel 1. Perbedaan Burung Puyuh Jantan dan Betina Dewasa Kelamin. Morfologi Jantan Betina Kepala (Muka) Berwarna coklat gelap dan rahang bawah gelap

Tabel 1. Perbedaan Burung Puyuh Jantan dan Betina Dewasa Kelamin. Morfologi Jantan Betina Kepala (Muka) Berwarna coklat gelap dan rahang bawah gelap II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Puyuh Burung puyuh adalah unggas darat berukuran kecil namun gemuk dengan ekor sangat pendek, bersarang di permukaan tanah, memiliki kemampuan untuk berlari dan terbang dengan

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Ayam Sentul Ayam lokal merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan genetik perunggasan di Indonesia. Ayam lokal merupakan hasil domestikasi ayam hutan

Lebih terperinci

Penyiapan Mesin Tetas

Penyiapan Mesin Tetas Dian Maharso Yuwono Pemeliharaan unggas secara intensif memerlukan bibit dalam jumlah yang relatif banyak, sehingga penetasan dengan mesin semakin diperlukan. Penetasan telur unggas (ayam, itik, puyuh,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puyuh (Coturnix coturnix japonica L.) merupakan salah satu unggas yang dibudidayakan untuk dimanfaatkan produk daging dan telur untuk memenuhi kebutuhan protein hewani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi kesehatan. Salah satu

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian produksi telur ayam Arab dilaksanakan di Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (Blok B), sedangkan penelitian kualitas internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan usaha ternak ayam sangat ditentukan oleh penyediaan pakan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, karena pakan merupakan unsur utama dalam pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Definisi Puyuh ( Coturnix Coturnix Japonica) Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan terus berkembang hingga ke penjuru dunia, dikenal dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia karena rasanya disukai dan harganya jauh lebih murah di banding harga daging lainnya. Daging

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai oleh masyarakat. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau konsumen lebih banyak memilih

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh II. ABSTRAKS Persaingan dunia bisnis semakin merajalela, mulai dari sektor peternakan, material, bahkan hingga teknologi. Indonesia adalah salah satu negara yang

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di Kandang Digesti Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan, dan di Laboratorium Teknologi dan Rekayasa Pangan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. tetas dan ruang penyimpanan telur. Terdapat 4 buah mesin tetas konvensional dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN. tetas dan ruang penyimpanan telur. Terdapat 4 buah mesin tetas konvensional dengan 19 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Pusat Pembibitan Puyuh Penelitian ini telah dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Pusat pembibitan ini terdiri atas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Ayam Ras petelur Ayam ras petelur merupakan tipe ayam yang secara khusus menghasilkan telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

Lebih terperinci

Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar

Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar PERFORMA PRODUKSI PUYUH PETELUR (Coturnix-coturnix Japonica) HASIL PERSILANGAN WARNA BULU HITAM DAN COKLAT THE PRODUCTION PERFORMANCE OF LAYING QUAIL (Coturnix-coturnix Japonica) COME FROM BLACK AND BROWN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pengembangannya harus benar-benar diperhatikan dan ditingkatkan. Seiring

I PENDAHULUAN. pengembangannya harus benar-benar diperhatikan dan ditingkatkan. Seiring I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unggas merupakan ternak yang sangat populer di Indonesia sebagai sumber protein hewani daging dan telur. Hal tersebut disebabkan karena ternak unggas harganya relatif murah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh merupakan sebangsa burung liar. Burung puyuh merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh merupakan sebangsa burung liar. Burung puyuh merupakan TINJAUAN PUSTAKA Burung Puyuh Burung puyuh merupakan sebangsa burung liar. Burung puyuh merupakan salah satu jenis burung yang tidak dapat terbang, memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, memiliki kaki

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pelaksanaan penelitian dimulai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. komoditas utamanya adalah telur. Jenis puyuh peteur ini mayoritas diternakan di

PENDAHULUAN. komoditas utamanya adalah telur. Jenis puyuh peteur ini mayoritas diternakan di I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Puyuh Jepang (Cortunix-cortunix japonica) merupakan unggas kecil yang komoditas utamanya adalah telur. Jenis puyuh peteur ini mayoritas diternakan di Indonesia untuk produksi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Mikro Kandang Kandang Penelitian Kandang penelitian yang digunakan yaitu tipe kandang panggung dengan dinding terbuka. Jarak lantai kandang dengan tanah sekitar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aaaaapuyuh secara ilmiah dikelompokkan dalam kelas Aves, ordo Galliformes,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aaaaapuyuh secara ilmiah dikelompokkan dalam kelas Aves, ordo Galliformes, 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Puyuh Jantan aaaaapuyuh secara ilmiah dikelompokkan dalam kelas Aves, ordo Galliformes, sub ordo Phasianoide, famili Phasianidae, sub famili Phasianinae, genus Coturnix,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di CV. Mitra Mandiri Sejahtera Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jarak lokasi kandang penelitian dari tempat pemukiman

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk, kebutuhan pangan semakin meningkat pula. Pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat jenisnya beragam, salah satunya pemenuhan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur

I PENDAHULUAN. sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh merupakan salah satu jenis ternak unggas yang dikembangkan sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur maupun daging. Sejak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase Terfermentasi Terhadap Konsumsi Pakan, Konversi Pakan dan Pertambahan Bobot

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Desember 2011, bertempat di kandang C dan Laboratorium Nutrisi Unggas, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping (by product) berupa anak ayam jantan petelur. Biasanya, satu hari setelah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan telur terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini produktivitas ayam buras masih rendah, untuk meningkatkan produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan kualitas dan kuantitas pakan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum sebagai substitusi bungkil kedelai terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

JENIS DAN KARAKTER JANGKRIK Jangkrik di Indonesia tercatat ada 123 jenis yang tersebar di pelosok daerah. Namun hanya dua jenis saja yang umum dibudid

JENIS DAN KARAKTER JANGKRIK Jangkrik di Indonesia tercatat ada 123 jenis yang tersebar di pelosok daerah. Namun hanya dua jenis saja yang umum dibudid RUANG LINGKUP BUDIDAYA PEMELIHARAAN JANGKRIK KALUNG KUNING A. UDJIANTO Balai Penelitian Ternak, Po Box 221, Ciawi Bogor RINGKASAN Komoditas jangkrik ini dapat memberikan tambahan penghasilan disamping

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Burung Puyuh

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Burung Puyuh TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Burung Puyuh Burung puyuh adalah unggas darat berukuran kecil namun gemuk dengan ekor sangat pendek, bersarang di permukaan tanah, memiliki kemampuan untuk berlari dan terbang

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Objek Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Itik Rambon dan Cihateup yang digunakan sebagai bahan penelitian adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sifat mengeram lagi (Sudarmono, 2003). Ayam tipe petelur memiliki karakteristik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sifat mengeram lagi (Sudarmono, 2003). Ayam tipe petelur memiliki karakteristik 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur merupakan jenis ayam yang paling efisien untuk diternakkan sebagai penghasil telur. Ayam petelur dikenal mempunyai ukuran badan yang kecil dan sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam istilah asing, burung puyuh disebut quail yang merupakan bangsa

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam istilah asing, burung puyuh disebut quail yang merupakan bangsa TINJAUAN PUSTAKA Burung Puyuh Dalam istilah asing, burung puyuh disebut quail yang merupakan bangsa burung liar. Di Indonesia khususnya di Jawa burung puyuh disebut gemuk. Burung puyuh merupakan salah

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Burung puyuh yang dipelihara di Amerika disebut dengan Bob White Quail,

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Burung puyuh yang dipelihara di Amerika disebut dengan Bob White Quail, II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Sejarah dan Penyebaran puyuh jepang Burung puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Burung puyuh merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat terutama kebutuhan

Lebih terperinci

KUALITAS KIMIA DAGING DADA AYAM BROILER YANG PAKANNYA DITAMBAHKAN CAMPURAN MINYAK IKAN KAYA ASAM LEMAK OMEGA-3 SKRIPSI DANNI HARJANTO

KUALITAS KIMIA DAGING DADA AYAM BROILER YANG PAKANNYA DITAMBAHKAN CAMPURAN MINYAK IKAN KAYA ASAM LEMAK OMEGA-3 SKRIPSI DANNI HARJANTO KUALITAS KIMIA DAGING DADA AYAM BROILER YANG PAKANNYA DITAMBAHKAN CAMPURAN MINYAK IKAN KAYA ASAM LEMAK OMEGA-3 SKRIPSI DANNI HARJANTO PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium dan Kandang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas Laboratorium Lapang C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Aditif Cair Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16-50 Hari dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV Mitra Sejahtera Mandiri, Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan selama lima minggu yang dimulai dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Onggok Kering Terfermentasi Probiotik dalam Ransum Terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot Badan Ayam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan meningkatnya kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Salah satu produk hasil peternakan yang paling disukai

Lebih terperinci

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN WAFIATININGSIH 1, IMAM SULISTYONO 1, dan RATNA AYU SAPTATI 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur 2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ayam pedaging atau yang sering disebut sebagai ayam broiler (ayam

BAB I PENDAHULUAN. Ayam pedaging atau yang sering disebut sebagai ayam broiler (ayam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ayam pedaging atau yang sering disebut sebagai ayam broiler (ayam buras) merupakan salah satu hewan ternak yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia dalam pemenuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) ada juga yang menyebut siput

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) ada juga yang menyebut siput BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Keong Mas Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) ada juga yang menyebut siput murbei merupakan salah satu jenis keong air tawar yang berasal dari Benua Amerika,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein hewani yang dibutuhkan bagi hidup, tumbuh dan kembang manusia. Daging, telur, dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Rataan Tebal Cangkang telur puyuh.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Rataan Tebal Cangkang telur puyuh. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tebal Cangkang Rataan hasil pengamatan tebal cangkang telur puyuh selama penelitian disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Rataan Tebal Cangkang telur puyuh. Ulangan Perlakuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang adalah salah satu kebutuhan penting dalam peternakan. Fungsi utama kandang adalah untuk menjaga supaya ternak tidak berkeliaran dan memudahkan pemantauan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Kandang Peralatan dan Perlengkapan Pakan dan Air Minum

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Kandang Peralatan dan Perlengkapan Pakan dan Air Minum MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pemeliharaan puyuh dilaksanakan di Kandang C, Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Unggas dan pengambilan data dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas, Departemen

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. satu jenis ayam lokal di antaranya adalah ayam sentul yang merupakan ayam asli

I PENDAHULUAN. satu jenis ayam lokal di antaranya adalah ayam sentul yang merupakan ayam asli 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal kaya akan sumber daya genetik, tetapi keberadaannya belum digali secara optimal. Salah satu potensi sumber daya genetik peternakan adalah ayam lokal

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan terhadap potongan komersial karkas ayam buras super (persilangan ayam Bangkok dengan ayam ras petelur Lohman)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. unggas yang lain. Itik mampu mempertahankan produksi telur lebih lama

I. PENDAHULUAN. unggas yang lain. Itik mampu mempertahankan produksi telur lebih lama 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Itik adalah salah satu jenis unggas yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan unggas yang lain. Itik mampu mempertahankan produksi telur lebih lama dibandingkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh II. TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh Puyuh (Coturnix coturnix japonica) merupakan salah satu ternak unggas yang mempunyai potensi besar untuk dibudidayakan karena dalam pemeliharaannya tidak membutuhkan area

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor 29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Telur Tetas Itik Rambon Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor dengan jumlah itik betina 42 ekor dan itik jantan 6 ekor. Sex ratio

Lebih terperinci

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat

Lebih terperinci

Pemberian Pakan Ayam KUB Berbasis Bahan Pakan Lokal

Pemberian Pakan Ayam KUB Berbasis Bahan Pakan Lokal Pemberian Pakan Ayam KUB Berbasis Bahan Pakan Lokal Pemberian Pakan Ayam KUB Berbasis Bahan Pakan Lokal Penyusun: Arnold P Sinurat Sofjan Iskandar Desmayati Zainuddin Heti Resnawati Maijon Purba BADAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Itik Jantan Lokal

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Itik Jantan Lokal 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Itik Jantan Lokal Itik adalah salah satu unggas air (waterfowls) yang termasuk dalam: Kelas : Aves Ordo : Anseriformes Famili : Anatidae Subfamili : Anatinae Tribus : Anatini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga banyak orang menjadikan sebagai usaha komersial yang terus dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut, masyarakat akan cenderung mengonsumsi daging unggas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan jumlah penduduk serta semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap tahunnya. Konsumsi protein

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam broiler adalah bahan pangan sumber protein hewani yang berkualitas tinggi karena mengandung asam amino esensial yang lengkap, lemak, vitamin, dan mineral serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Lokal Persilangan Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami proses persilangan, ayam ini dapat dipanen lebih cepat yaitu 2 bulan (Munandar dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Itik Bali Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena badannya yang tegak saat berjalan mirip dengan burung penguin (Rasyaf,1992).

Lebih terperinci