BAB III PERANCANGAN PERANGKAT DAN PEREKAMAN POLA DIFRAKSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PERANCANGAN PERANGKAT DAN PEREKAMAN POLA DIFRAKSI"

Transkripsi

1 BAB III PERANCANGAN PERANGKAT DAN PEREKAMAN POLA DIFRAKSI 3.1 Dasar Perancangan Perancangan perangkat pengenalan karakter ini, didasari pemanfaatan alihragam optika Fourier. Obyek karakter disajikan dalam media film negatif kontras tinggi (ortho), media terdiri dari bagian bening dan tidak tembus cahaya. Obyek tersebut dikenai berkas sejajar laser HeNe dengan panjang gelombang 632,8 nm. Berkas cahaya yang mengenai bagian bening akan ditransmisikan dan berkas yang mengenai tepi karakter akan terdifraksi. Berkas kemudian ditampung dan dibiaskan oleh lensa positif menghasilkan suatu sebaran intensitas yang khas pada bidang fokus belakang lensa. Satu obyek karakter diambil sebagai acuan. Sebaran intensitas acuan direkam di bidang fokus dengan perangkat kamera fotografi menggunakan film kontras tinggi. Melalui proses pengembangan film, didapat rekaman positif dari sebaran intensitas khas acuan tersebut. Selanjutnya dengan proses contact print didapatkan rekaman kebalikan (negatif). Rekaman ini dijadikan tapis (filter). Pinhole 10 µm f=500mm f=500mm f=500mm f=500mm Laser HeNe f0 Objektif Mikroskop fc=250mm L c Objek L 1 Filter L 2 Citra Gbr. 3-1 Skema perangkat Gambar 3-1 menunjukan susunan perangkat pada penelitian ini, Perangkat penapisan 3-1

2 karakter ini dirancang berdasarkan adanya perbedaan pola alih-ragam Fourier yang bertumpuk di bidang fokus. Dengan meloloskan dan menapis karakter tertentu di bidang fokus menggunakan filter ruang di atas, diharapkan di bidang citra (sesudah inversi alih-ragam Fourier) tampak perbedaan keluaran akibat penapisan tersebut. Ada beberapa alasan utama yang melandasi perancangan perangkat pengenalan karakter dengan pemanfaatan alih-ragam Optika Fourier, antara lain: a. Spektrum Fourier selalu terbentuk pada bidang fokus, tidak tergantung pada pergeseran posisi pada bidang obyek ( shift-invariant ). b. Upaya penapisan dapat kita lakukan hanya pada satu kedudukan yang tetap, yaitu di bidang fokus belakang lensa pengalih-ragam. c. Obyek-obyek yang sama akan memiliki pola spektrum Fourier yang sama pula. Pola-pola ini adalah khas untuk masing-masing objek yang berbeda. Kelemahan metoda ini antara lain: a. Alih-ragam 0ptika Fourier peka terhadap pergerakan objek sepanjang sumbu optik, sehingga bila ada kesalahan peletakan objek di medan masukan, maka kita tidak akan mendapatkan pola spektrum yang sesuai dengan difraksi Fraunhofer. b. Pola obyek karakter rentan terhadap perbedaan skala dan rotasi. c. Penapisan intensitas mempunyai ketergantungan terhadap karakter indeks bias dan butiran perak halida dari bahan tapis yang digunakan. 3-2

3 3.2 Susunan Perangkat Susunan perangkat terdiri dari 3 buah perangkat dasar yaitu : 1. Perangkat menghasilkan cahaya koheren sejajar dengan intensitas merata. 2. Perangkat pengalih-ragam optika Fourier. 3. Perangkat pengolah citra optik Susunan Perangkat Cahaya Koheren Sejajar dengan Intensitas Merata. Tata letak perangkat optik yang dirancang, ditunjukkan oleh Gambar (3-2). Sebuah laser He-Ne berdaya 5 mw dengan panjang gelombang 632,8 nm digunakan sebagai sumber cahaya. Sinar laser mempunyai berkas yang kecil (diameter d 1,7 mm) dengan sebaran variasi intensitas Gauss. Cahaya laser dilewatkan lensa pembesar berkas, berupa lensa obyektif mikroskop (MO). Pada jarak fokus mikroskop (f m ) ditempatkan tapis ruang, berupa lubang dengan diameter d t, biasa disebut pinhole. Laser D d MO d t f m f c D f c 2,44 λf m d f d t m d Gbr.3-2 Skema perangkat penyejajar berkas cahaya koheren. 3-3

4 Diameter lubang tapis didasarkan pada pola Airy yang terbentuk di titik fokus lensa dari berkas laser berdiameter d, dengan intensitas berupa variasi Gauss. Diameter intensitas maksimum pola Airy d t 2, 44λf = d m ( 3 1) Dengan menggunakan obyekif mikroskop (f m =4mm) dan laser HeNe (λ=632,8 nm) dengan intensitas variasi Gauss, dengan diameter berkas (d=1,7 mm), maka sesuai dengan persamaan (3-1) diameter tapis sama dengan 2,44 x 632,8nm x 4mm / 1,7 mm = 3,6µm. Karena kesulitan mendapatkan tapis dengan ukuran sekecil ini, dibutuhkan pendekatan praktis seperti tampak pada tabel 3-1; Tabel 3-1 Panduan praktis penggunaan obyektif mikroskop dan pinhole Pembesaran Obyektif (M) Diameter lubang tapis (µm) 10X X 20 40X 10 Pada perangkat ini digunakan pembesaran obyektif mikroskop 40X dan diameter lubang tapis ruang 10µm dalam satu buah perangkat terintegrasi (Gbr.3-2). Penggunaan perangkat ini memudahkan penyesuaian jarak fokus obyektif mikroskop terhadap tapis, pada posisi yang tepat, segaris sumbu optik. Tapis pinhole mempunyai fungsi untuk menghilangkan pengaruh debu atau goresan (pada sumber sinar laser dan lensa pembesar berkas). Debu menghasilkan bentukan impuls amplitudo, oleh karena itu spektrum impulsnya akan mengandung frekuensi tinggi. Pada bidang fokus lensa, akan terdapat satu titik spektrum berkas 3-4

5 laser dengan intensitas tinggi (frekuensi nol) dan dikelilingi oleh spektrum acak akibat unsur debu dengan intensitas rendah (frekuensi tinggi). Dengan menempatkan tapis pada titik fokus obyektif mikroskop, satu titik berkas orde nol dengan intensitas tinggi diloloskan dan berkas frekuensi tinggi ditahan oleh tapis. Untuk memperoleh berkas laser yang sejajar dan berukuran diameter lebih besar, ditempatkan sebuah lensa penyejajar (Lc) di belakang tapis pinhole. Permukaan lensa penyejajar dengan jari-jari kelengkungan lebih besar (bagian mendekati mendatar) ditempatkan menghadap tapis pinhole, cara ini digunakan untuk mengurangi faktor aberasi dari lensa (Gbr. 3-2). bagian terpenting dari posisi lensa penyejajar adalah penempatan titik fokus lensa (f c =250mm), yang harus berhimpit dengan titik pusat tapis pinhole. Untuk mempermudah penempatan posisi ini, digunakan cermin pada cahaya yang dilewatkan lensa penyejajar. Cahaya yang mengenai permukaan cermin akan dipantulkan kembali ke lensa penyejajar, lalu dipusatkan ke titik fokus lensa. Dengan melakukan pengaturan jarak antara perangkat tapis dengan lensa penyejajar, kita dapatkan titik fokus yang berhimpit, sekaligus berkas cahaya koheren sejajar diameter besar dengan intensitas merata. Gbr.3-3 Foto perangkat percobaan untuk metoda intensity matched filtering technique 3-5

6 3.2.2 Perangkat Pengalih-ragam Optika Fourier. f=500mm f=500mm Lc Obyek berupa celah Lensa Optika Fourier Gbr.3-4 Perangkat pengalih-ragam optika Fourier Sebaran intensitas pada bidang fokus merupakan alih-ragam Fourier dua dimens (optika Fourier), sebagai fungsi transmisi dari obyek. Penempatan obyek pada jarak fokus lensa berguna untuk menghilangkan pengaruh fasa kuadrat dari celah. Sedangkan pemilihan jarak fokus yang panjang (f=500mm) agar memudahkan pengamatan dan pengambilan data di bidang fokus. Gambar 3-4, menunjukkan perangkat pengalih-ragam optika Fourier. Bidang Alih-ragam Fourier Perangkat Pengalih-ragam Balik Optika Fourier. f=500mm f=500mm Bidang Alih-ragam Fourier Lensa Inversi Optika Fourier Penempatan lensa tambahan sejauh jarak fokus lensa, berfungsi sebagai inversi optika Fourier. Lensa ini berfungsi juga sebagai media pencitraan dari obyek. Citra dari obyek akan terbentuk pada jarak fokus belakang lensa (f=500mm). Citra yang terbentuk mempunyai perbandingan proporsional dengan obyek (1:1). Gambar 3-5, menunjukkan perangkat pengalih-ragam balik optika Fourier. Bidang Citra 1:1 Gbr.3-5 Perangkat pengalih-ragam balik optika Fourier 3-6

7 3.3 Perangkat percobaan Langkah percobaan dibagi atas tiga bagian, yaitu: 1. Pembuatan obyek acuan dan obyek masukan. 2. Perangkat pembuat tapis acuan. 3. Perangkat pengujian menggunakan tapis acuan Obyek Acuan dan Obyek Masukan. Obyek masukan yang dipilih pada penelitian ini adalah karakter Lucida Sans Unicode. Karakter ini yang dipilih menjadi obyek acuan dan obyek masukan pada penelitian ini, dengan format; size 28 point, scale 100%, dan spacing 3 point. Karakter Lucida Sans Unicode tersedia pada program Word 97, Microsoft Inc. Gambar 3-6 dan 3-7 menampilkan obyek acuan dan obyek masukan. A I U Gbr.3-6 Master obyek acuan. Ukuran master obyek acuan ini, antara lain; huruf A tinggi 7,5 dan lebar 7 mm, huruf I tinggi 7,5 dan lebar 1 mm, dan huruf U tinggi 7,5 dan lebar 6,5 mm. Master obyek tersebut, kemudian dicetak menggunakan printer HP Deskjet 520. A I U E O X C Y G K Z A I T 7 Gbr.3-7 Master obyek masukan. Sesudah dilakukan printing dari komputer, hasil ini kemudian diserahkan pada perusahaan ortografi, P.T. Perdana Repro. Ilustrasi pembuatan obyek percobaan 3-7

8 Printer AIUEO XCYGK ZAIT7 AIUEO XCYGK ZAIT7 ORTOGRAFI Media Kertas Media Transparan Gbr.3-8 Skema pembuatan obyek acuan dan obyek masukan. A I U A I U E O X C Y G K Z A I T 7 Gbr.3-9 Film orto negatif untuk obyek acuan dan obyek masukan. 3-8

9 dapat dilihat pada gambar 3-8. Pada proses ortografi dilakukan penyusutan ukuran dengan skala 20%, agar tidak tampak tonjolan tinta pada pinggir-pinggir huruf karena ketidak-sempurnaan hasil printing. Di samping itu, pengerutan ukuran ini dipilih karena pola spektrum Fourier akan lebih besar bila ukuran celah semakin diperkecil [8]. Hasil proses ortografi didapatkan pada film kontras tinggi, orto negatif dan orto positif yang berupa media biner, mengandung bagian bening dan opaque. Film yang dapat digunakan pada penelitian ini hanya film orto negatif, yaitu obyek dengan latar belakang hitam dominan dan pola huruf pada orto negatif berupa celah bening. Obyek acuan pada film orto negatif mempunyai ukuran, antara lain; huruf A tinggi 1,5 dan lebar 1,4 mm, huruf I tinggi 1,5 dan lebar 0,5 mm, dan huruf U tinggi 1,5 dan lebar 1,3 mm. Setiap obyek acuan mengandung celah dengan lebar 0,2 mm. Gambar 3-9 menampilkan hasil dari proses ortografi Perangkat Pembuatan Tapis Acuan. Pada perangkat ini, pola alih-ragam optika Fourier dari sebuah obyek acuan berupa huruf A, I atau U ditangkap di bidang fokus menggunakan kamera SLR, Nikon FM2. Film yang digunakan pada penelitian ini film kontras tinggi, Fuji Film Minicopy ISO 6. Pemilihan film ini berdasarkan kemampuan resolusi film yang tinggi sehingga dapat merekam variasi intensitas pola difraksi dari obyek acuan. Susunan perangkat pembuat tapis acuan dapat dilihat pada gambar Melalui proses pencucian film (dilakukan di Multivera Foto & Labour) menggunakan larutan pengembang Kodak D-76 selama 7 menit didapatkan film kontras tinggi. Film ini digunakan sebagai tapis yang dominan bening dengan bagian gelap hasil rekaman dari obyek acuan. Gambar 3-11 menampilkan proses di atas. 3-9

10 Pinhole 10 µm f f Film kontras tinggi Laser HeNe f0 Objektif Mikroskop fc L c Objek Acuan L 1 Kamera SLR Gbr.3-10 Skema perangkat perekaman tapis acuan. Hasil perekaman kamera SLR Nikon FM2 pada Fuji Film Minicopy HR II Proses pengembangan Film Gbr.3-11 Skema pembuatan tapis acuan. Pinhole 10 µm f f f f Laser HeNe Objektif Mikroskop fc L c Objek L 1 Filter L 2 Citra Gbr.3-12 Skema perangkat pengujian menggunakan tapis acuan. 3-10

11 3.3.3 Perangkat Pengujian Tapis Acuan. Perangkat penapisan mempunyai bentuk yang sama seperti perangkat perekaman pola acuan, perbedaannya terletak pada lensa tambahan untuk inversi alihragam Fourier (Gbr. 3-12). Baik lensa tambahan dan lensa positif lainnya mempunyai jarak fokus yang sama f=500mm. Obyek berupa barisan karakter huruf ditempatkan di depan lensa pengalih-ragam Fourier. Di belakang lensa akan terbentuk spektrum fourier obyek, yang kemudian ditapis oleh spektrum pola acuan di bidang fokus. Spektrum Fourier yang dilalukan tapis melewati lensa inversi Fourier, pola ini ditangkap perangkat perekam, kamera SLR pada film Kodak Pancromatic ASA 200. Skema perangkat pengujian ditampilkan pada gambar (3-13). Gbr Pengujian menggunakan tapis positif Langkah pengujian yang dilakukan, yaitu : 1. Tapis yang digunakan adalah tapis positif, tapis ini didapatkan dari klise (sesudah dilakukan pengembangan film) dari film kontras tinggi Fuji Minicopy. 2. Membandingkan citra obyek acuan tanpa penapisan dengan citra sesudah dilakukan penapisan. 3. Membandingkan citra dari obyek masukan (berupa barisan huruf) dengan citra sesudah dilakukan penapisan. Tapis yang digunakan adalah hasil alih-ragam Fourier dari huruf A di film kontras tinggi. 3-11

12 3.4 Persiapan Pengukuran Cahaya untuk Perekaman Citra Sebelum dilakukan pengambilan citra, terlebih dahulu dilakukan pengukuran kuat cahaya pada bidang citra. Pengukuran menggunakan Lightmeter merek Sekonic L-188 serta Kamera SLR Olympus OM 707 AF. Pemilihan alat-alat di atas didasari alasan : Lightmeter Sekonic merupakan lightmeter manual menggunakan peraga jarum dan memiliki tabel konversi, sehingga memudahkan pengukuran serta kalibrasi pengukuran cahaya. Kamera Olympus OM 707 AF mempunyai kemampuan pengukuran untuk cahaya merah, 4-18 elektron volt (ev) untuk film ASA 100. Fasilitas pengukuran ini, berdasarkan pantulan cahaya suatu obyek dari proyeksi sumber cahaya LED berwarna merah. LED tersebut berasal dari panel pada badan kamera. Fasilitas ini digunakan untuk program autofocus, program standar pada kamera ini. Kedua perangkat pengukuran tersebut mempunyai sensitivitas pengukuran tinggi. Lightmeter Seconic mempunyai rentang sensitivitas pengukuran 3-18 ev dan Kamera Olympus OM 707 AF mempunyai rentang 4-18 ev. Beberapa hal khusus yang perlu diperhatikan : Lightmeter Seconic ditujukan untuk pengukuran cahaya putih dengan metoda refleksi dari sumber cahaya difus. Bila pengukuran untuk cahaya merah dari sumber koheren dengan metoda langsung dilakukan, perlu dilakukan beberapa antisipasi sebelum pengukuran dilakukan. 3-12

13 Kamera Olympus menampilkan data pengukuran intensitas pada display LCD, data tersebut tampak pada bagian dalam pembidik (view finder ), bila lensa dilekatkan pada badan kamera. Saat lensa dilepaskan dari badan kamera, data tampilan pada display LCD tidak lagi tampak, namun pengukuran tetap dapat berlangsung secara otomatis. Ketika melakukan pengambilan data, perlu memperhatikan peningkatan pengukuran cahaya karena lensa kamera dilepas. Pengukuran menggunakan sumber cahaya laser, dengan intensitasnya yang tinggi dapat melebihi rentang sensitivitas kedua alat pengukuran di atas. 3.5 Kalibrasi Peralatan Pengukuran Cahaya. Kalibrasi dengan perangkat pengukuran standar tidak dilakukan, karena keterbatasan perangkat yang telah dikalibrasi sesuai standar. Penulis memilih salah satu perangkat yang memenuhi syarat untuk menjadi standar. Pilihan jatuh pada Lightmeter Seconik, dengan alasan sebagai berikut: 1. Lightmeter ini merupakan pengukur cahaya analog dengan sensitivitas lebih tinggi dan diproduksi dari perusahaan yang khusus membuat Lightmeter. 2. Kemudahan pemakaian dan pengamatan harga pengukuran. 3. Terdapat tabel konversi elektron volt (ev) terhadap variabel fotografi, yaitu kecepatan, bukaan (diafragma) dan kecepatan film (ISO/ASA). Berdasarkan pilihan diatas, dilakukan kalibrasi dengan langkah-langkah sebagai berikut: 3-13

14 a. Kalibrasi dilakukan ketika lensa kamera Olympus masih dilekatkan pada badan kamera. Data pengukuran cahaya tampak pada bagian dalam pembidik kamera. b. Pengukuran cahaya menggunakan lightmeter secara refleksi dan langsung. Khusus untuk pengukuran secara refleksi, data pengukuran diambil dari cahaya pantul sumber cahaya pada telapak tangan, teknik praktis fotografi untuk pengukuran cahaya. c. Obyek masukan, berupa tiga baris karakter latin yang dikenai sumber cahaya koheren. d. Pengambilan data dari 3 sampel pengukuran, masing-masing dilakukan 3 kali pengukuran, kemudian diambil harga rata-rata. 3.6 Pengukuran Cahaya dan Perhitungan Data untuk Perekaman Citra Data sampel pengukuran : 1. Pengukuran pada jarak +/- 65 cm dari lampu tungsten, 60 watt. Khusus untuk pengukuran menggunakan Lightmeter secara refleksi. 2. Pengukuran secara langsung pada bidang citra dengan obyek masukan dikenai berkas cahaya koheren. Hasil pengukuran rata-rata untuk langkah di atas, dapat dilihat pada tabel 3-1 dan 3-2. Dari data tabel 3-2, tampak pengukuran cahaya menggunakan kamera Olympus menunjukan harga yang sama dengan hasil pengukuran langsung pada lightmeter. Pengukuran secara langsung pada bidang citra (tabel 3-2) pada kedua alat pengukuran menunjukan harga yang sama karena intensitas cahaya merah dari sinar laser HeNe (632,8 nm) mempunyai intensitas yang lebih rendah dibanding cahaya putih sehingga pengukuran pada Lightmeter menurun. 3-14

15 Pengukuran untuk cahaya merah dari lightmeter dapat digunakan patokan untuk pengukuran cahaya merah pada Kamera Olympus. Perbedaan terjadi pada data tabel 3-1 pengukuran menggunakan lampu tungsten secara refleksi. Perbedaan ini karena metoda pengukuran lightmeter berdasarkan sistem refleksi. Dengan memperhitungkan pula absorpsi dan refleksi pada sistem lensa, dan perlu dilakukan antisipasi bila lensa dibuka. Dari 3-2 pengukuran pada bidang citra dapat digunakan menjadi patokan. Kedua pengukuran menunjukan harga yang sama. Berdasarkan konversi pengukuran cahaya di atas dengan menggunakan kamera Olympus. Untuk pengambilan data citra menggunakan kamera yang dilepas lensanya dan menggunakan film Pancromatic Asa 200, dilakukan antisipasi, antara lain: 1. Pencucian film dilakukan under 1 stop (Pull) dengan menganggap film ASA 200 sebagai film ASA Pada pencetakan film pada kertas foto intensitas cahaya dinaikan 1 stop atau pencahayaan pencetakan pada kertas foto untuk film ASA Waktu pencahayaan dipersingkat saat perekaman citra 3-15

16 Tabel 3-1 Pengukuran pada jarak +/- 65 cm dari lampu tungsten, 60 watt. Khusus untuk pengukuran menggunakan Lightmeter secara refleksi. Alat Data Pengukuran Pengukuran Kecepatan Bukaan Asa ev Olympus 1/ ,7 OM 707 AF Seconic L-188 1/ Tabel 3-2 Pengukuran secara langsung pada bidang citra dengan obyek masukan dikenai berkas cahaya koheren. Alat Data Pengukuran Pengukuran Kecepatan Bukaan Asa ev Olympus 1/ OM 707 AF Seconic L-188 1/ Tabel 3-3 Tabel Konversi Kuat Cahaya (ev) terhadap Waktu Pencahayaan (detik) untuk lensa dilepas dari badan kamera menggunakan ASA 200. Waktu Pencahayaan (detik) Kuat Cahaya (ev) Bukaan Diafragma 1/ /350 8,5 1 1/ /180 7,5 1 1/ /90 6,

17 1/ /45 5,5 1 1/ Untuk Film dengan ASA 100 waktu pencahayaan naik 1 tingkat 3.7 Perekaman Citra Perekaman citra dilakukan di bidang citra. Perekaman menggunakan dua kamera, yaitu: 1. Perekaman citra menggunakan Kamera Nikon FM Perekaman citra menggunakan Kamera Nikon F-50, dengan fasilitas Manual. Sebelum perekaman dilakukan pengukuran kuat cahaya (ev) di bidang citra. Pengukuran menggunakan Lightmeter Seconik yang telah dikalibrasi dengan kamera OM707AF. Kedua kamera tersebut dipilih karena kepraktisan pemakaian dan ketersediaan alat Kedua langkah perekaman citra pada percobaan ini, menggunakan film Kodak Pancromatic, ISO/ASA 200 dan Film Fuji Minicopy HR II, ISO/ASA

BAB IV PEMBAHASAN PERANGKAT DAN PENGUJIAN TAPIS

BAB IV PEMBAHASAN PERANGKAT DAN PENGUJIAN TAPIS BAB IV PEMBAHASAN PERANGKAT DAN PENGUJIAN TAPIS 4.1 Obyek Acuan dan Obyek Masukan Obyek acuan berupa tiga buah huruf vokal (A,I U) dibuat pada media orto. Obyek acuan digunakan untuk membuat tapis intensitas

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori

BAB II. Landasan Teori BAB II Landasan Teori 2.1 Prinsip Kerja Perangkat Fourier Sumber cahaya laser menghasilkan berkas cahaya berdiameter kecil dengan distribusi intensitas mendekati Gaussian. Untuk mendapatkan diameter berkas

Lebih terperinci

Untuk yang tercinta : Bapak, Mamah, dan Keluarga

Untuk yang tercinta : Bapak, Mamah, dan Keluarga Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Katakanlah: Sekiranya lautan itu (menjadi) tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, tentulah habis lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal Xpedia Fisika Optika Fisis - Soal Doc. Name: XPFIS0802 Version: 2016-05 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) muatan listrik yang diam (2) muatan listrik yang bergerak lurus

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Gambar 2.1 Lenturan Gelombang yang Melalui Celah Sempit

BAB II PEMBAHASAN. Gambar 2.1 Lenturan Gelombang yang Melalui Celah Sempit BAB II PEMBAHASAN A. Difraksi Sesuai dengan teori Huygens, difraksi dapat dipandang sebagai interferensi gelombang cahaya yang berasal dari bagian-bagian suatu medan gelombang. Medan gelombang boleh jadi

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK I. SOAL PILIHAN GANDA Diketahui c = 0 8 m/s; µ 0 = 0-7 Wb A - m - ; ε 0 = 8,85 0 - C N - m -. 0. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut : () Di udara kecepatannya cenderung

Lebih terperinci

Fotografi I. Oleh : A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn., M.Si

Fotografi I. Oleh : A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn., M.Si Fotografi I Oleh : A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn., M.Si Kamera Berasal dari bahasa latin Camera Obscura yang berarti kamar gelap/kotak gelap (tidak tembus sinar/cahaya) Kamera foto yg paling sederhana dpt

Lebih terperinci

spektrometer yang terbatas. Alat yang sulit untuk diperoleh membuat penelitian tentang spektrum cahaya jarang dilakukan. Padahal penelitian tentang

spektrometer yang terbatas. Alat yang sulit untuk diperoleh membuat penelitian tentang spektrum cahaya jarang dilakukan. Padahal penelitian tentang spektrometer yang terbatas. Alat yang sulit untuk diperoleh membuat penelitian tentang spektrum cahaya jarang dilakukan. Padahal penelitian tentang spektrum merupakan suatu hal yang penting dalam ilmu

Lebih terperinci

CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM

CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 0 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM Cahaya Cermin 0. EBTANAS-0-2 Bayangan yang terbentuk oleh cermin cekung dari sebuah benda setinggi h yang ditempatkan pada jarak lebih kecil

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Optika Fisis - Latihan Soal Doc Name: AR12FIS0399 Version : 2012-02 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) Mauatan listrik yang diam (2) Muatan listrik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pada permukaannya digoreskan garis-garis sejajar dengan jumlah sangat besar.

BAB II LANDASAN TEORI. pada permukaannya digoreskan garis-garis sejajar dengan jumlah sangat besar. 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kisi Difraksi Kisi difraksi adalah suatu alat yang terbuat dari pelat logam atau kaca yang pada permukaannya digoreskan garis-garis sejajar dengan jumlah sangat besar. Suatu

Lebih terperinci

A. PENGERTIAN difraksi Difraksi

A. PENGERTIAN difraksi Difraksi 1 A. PENGERTIAN Jika muka gelombang bidang tiba pada suatu celah sempit (lebarnya lebih kecil dari panjang gelombang), maka gelombang ini akan mengalami lenturan sehingga terjadi gelombang-gelombang setengah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2013 s/d Mei 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2013 s/d Mei 2014. 22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2013 s/d Mei 2014. Pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium Eksperimen

Lebih terperinci

PEMBUATAN HOLOGRAM TRANSMISI

PEMBUATAN HOLOGRAM TRANSMISI PEMBUATAN HOLOGRAM TRANSMISI Amri Rudyansyah, K Sofjan Firdausi, W. Setia Budi Laboratorium Laser dan Optoelektronik Jurusan Fisika FMIPA Undip Abtrak Telah dibuat hologram transmisi pada media perekam

Lebih terperinci

Fisika I. Interferensi Interferensi Lapisan Tipis (Gelombang Pantul) 20:12:40. m2π, di mana m = 0,1,2,... (2n-1)π, di mana n =1,2,3,...

Fisika I. Interferensi Interferensi Lapisan Tipis (Gelombang Pantul) 20:12:40. m2π, di mana m = 0,1,2,... (2n-1)π, di mana n =1,2,3,... Interferensi Interferensi Lapisan Tipis (Gelombang Pantul) 0:1:40 = k AB (k 1 AC + ) n 1 C (1) () layar maksimum;0,π,4π,6π,... minimum;π,3π,5π,... mπ, di mana m = 0,1,,... (n-1)π, di mana n =1,,3,... t

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya 1. EBTANAS-06-22 Berikut ini merupakan sifat-sifat gelombang cahaya, kecuali... A. Dapat mengalami pembiasan B. Dapat dipadukan C. Dapat dilenturkan D. Dapat dipolarisasikan E. Dapat menembus cermin cembung

Lebih terperinci

Kumpulan Soal Fisika Dasar II.

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Kumpulan Soal Fisika Dasar II http://personal.fmipa.itb.ac.id/agussuroso http://agussuroso102.wordpress.com Topik Gelombang Elektromagnetik Interferensi Difraksi 22-04-2017 Soal-soal FiDas[Agus Suroso]

Lebih terperinci

Fotografi 1. Anatomi. KAMERA SLR (single-lens Reflector) Lensa & Jenis Film

Fotografi 1. Anatomi. KAMERA SLR (single-lens Reflector) Lensa & Jenis Film Anatomi KAMERA SLR (single-lens Reflector) Lensa & Jenis Film KAMERA Kotak kedap cahaya yang mempunyai lobang untuk meloloskan cahaya dan tempat untuk memasang film Cahaya yang masuk melalui lobang akan

Lebih terperinci

Untuk terang ke 3 maka Maka diperoleh : adalah

Untuk terang ke 3 maka Maka diperoleh : adalah JAWABAN LATIHAN UAS 1. INTERFERENSI CELAH GANDA YOUNG Dua buah celah terpisah sejauh 0,08 mm. Sebuah berkas cahaya datang tegak lurus padanya dan membentuk pola gelap terang pada layar yang berjarak 120

Lebih terperinci

JUSUSAN AKUNTAN INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM JURUSAN FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

JUSUSAN AKUNTAN INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM JURUSAN FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA JUSUSAN AKUNTAN SI INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM JURUSAN FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA INSTRUKSI KERJA Percobaan Difraksi Cahaya Lab Fisika Lanjutan JURUSAN FISIKA, FMIPA, UNIVERSITAS BRAWIJAYA 00903 07009

Lebih terperinci

HANDOUT FISIKA KELAS XII (UNTUK KALANGAN SENDIRI) GELOMBANG CAHAYA

HANDOUT FISIKA KELAS XII (UNTUK KALANGAN SENDIRI) GELOMBANG CAHAYA YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax. 022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id HANDOUT

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Nama : Kelas/No : / Elektromagnet - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK Interferensi Pada

Lebih terperinci

Halaman (2)

Halaman (2) Halaman (1) Halaman (2) Halaman (3) Halaman (4) Halaman (5) Halaman (6) Halaman (7) SOAL DIFRAKSI PADA CELAH TUNGGAL INTERFERENSI YOUNG PADA CELAH GANDA DAN DIFRAKSI PADA CELAH BANYAK (KISI) Menentukan

Lebih terperinci

Gambar II.1: Ilustrasi tembakan foton pada plat (Suiter 1994)

Gambar II.1: Ilustrasi tembakan foton pada plat (Suiter 1994) Bab II DASAR TEORI II.1 Teori Difraksi Difraksi dikenal sebagai gejala penyebaran arah yang dialami seberkas gelombang ketika menjalar melalui suatu celah sempit atau tepi tajam sebuah benda sehingga gelombang

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SPEKTRUM CAHAYA. spektrumnya. Sebagai kisi difraksi digunakan potongan DVD yang sudah

BAB III ANALISIS SPEKTRUM CAHAYA. spektrumnya. Sebagai kisi difraksi digunakan potongan DVD yang sudah 18 BAB III ANALISIS SPEKTRUM CAHAYA 3.1. Spektroskop Sederhana Spektrometer sederhana ini dirancang dengan menggunakan karton dupleks, dibuat membentuk sudut 45 o dan 9 o, dirancang dengan membentuk 2

Lebih terperinci

Studi Difraksi Fresnel Untuk Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya Monokromatis Menggunakan Celah Bentuk Lingkaran

Studi Difraksi Fresnel Untuk Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya Monokromatis Menggunakan Celah Bentuk Lingkaran Studi Difraksi Fresnel Untuk Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya Monokromatis Menggunakan Celah Bentuk ingkaran Oleh : Arinar Rosyidah / JD 00 186 008 ABSTRAK Telah dilakukan studi difraksi Fresnel

Lebih terperinci

Rancang Bangun Spektrofotometer untuk Analisis Temperatur Matahari di Laboratorium Astronomi Jurusan Fisika UM

Rancang Bangun Spektrofotometer untuk Analisis Temperatur Matahari di Laboratorium Astronomi Jurusan Fisika UM Rancang Bangun Spektrofotometer untuk Analisis Temperatur Matahari di Laboratorium Astronomi Jurusan Fisika UM NOVITA DEWI ROSALINA*), SUTRISNO, NUGROHO ADI PRAMONO Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri

Lebih terperinci

Interferometer Michelson

Interferometer Michelson 1 Interferometer Michelson I. Tujuan Percobaan : 1. Memahami interferensi pada interferometer Michelson. 2. Menentukan panjang gelombang sumber cahaya dengan pola interferensi. II. Landasan Teori Interferensi

Lebih terperinci

g. Lensa Cembung Jadi kalau pada cermin pembahasan hanya pada pemantulan maka pada lensa pembahasan hanya pada pembiasan

g. Lensa Cembung Jadi kalau pada cermin pembahasan hanya pada pemantulan maka pada lensa pembahasan hanya pada pembiasan g. Lensa Cembung Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh bidang lengkung. Pada pembahasan lensa dianggap tipis sehingga dapat diabaikan apa yang terjadi dengan sinar didalam lensa dan pembahasan hanya

Lebih terperinci

BAB 4 Difraksi. Difraksi celah tunggal

BAB 4 Difraksi. Difraksi celah tunggal BAB 4 Difraksi Jika muka gelombang bidang tiba pada suatu celah sempit (lebarnya lebih kecil dari panjang gelombang), maka gelombang ini akan meng-alami lenturan sehingga terjadi gelombanggelombang setengah

Lebih terperinci

Interferensi Cahaya. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung

Interferensi Cahaya. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Interferensi Cahaya Agus Suroso (agussuroso@fi.itb.ac.id) Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 1 / 39 Contoh gejala interferensi

Lebih terperinci

biasanya dialami benda yang tidak tembus cahaya, sedangkan pembiasan terjadi pada benda yang transparan atau tembus cahaya. garis normal sinar bias

biasanya dialami benda yang tidak tembus cahaya, sedangkan pembiasan terjadi pada benda yang transparan atau tembus cahaya. garis normal sinar bias 7.3 Cahaya Cahaya, apakah kamu tahu apa itu cahaya? Mengapa dengan adanya cahaya kita dapat melihat lingkungan sekitar kita? Cahaya Matahari yang begitu terang dapat membentuk pelangi setelah hujan berlalu?

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi geografis Indonesia yang 75% luas wilayahnya merupakan lautan memiliki potensi kekayaan yang tak ternilai. Oleh karenanya diperlukan perhatian serta penanganan

Lebih terperinci

Difraksi. Dede Djuhana Departemen Fisika FMIPA-UI 0-0

Difraksi. Dede Djuhana Departemen Fisika FMIPA-UI 0-0 Difraksi Dede Djuhana E-mail:dede@fisika.ui.ac.id Departemen Fisika FMIPA-UI 0-0 Difraksi Difraksi adalah pembelokan arah rambat gelombang yang melalui suatu penghalang yang kecil misal: tepi celah atau

Lebih terperinci

Film Film merupakan media visualisasi. Melalui film, sebuah peristiwa digambarkan dan direkam dlm sebuah lapisan emulsi yg peka cahaya, shg bisa dilih

Film Film merupakan media visualisasi. Melalui film, sebuah peristiwa digambarkan dan direkam dlm sebuah lapisan emulsi yg peka cahaya, shg bisa dilih Fotografi I FILM Film Film merupakan media visualisasi. Melalui film, sebuah peristiwa digambarkan dan direkam dlm sebuah lapisan emulsi yg peka cahaya, shg bisa dilihat dan dinikmati. Sbg alat rekam,

Lebih terperinci

11/15/2013 JENIS KAMERA FOTOGRAFI KAMERA TWIN LENS REFLEX ( TLR )

11/15/2013 JENIS KAMERA FOTOGRAFI KAMERA TWIN LENS REFLEX ( TLR ) JENIS KAMERA Kamera sederhana FOTOGRAFI JENIS KAMERA Rangefinder (RF) Camera RANGEFINDER (RF) CAMERA Menggunakan dua buah alat untuk menyatukan gambar yang kita lihat. Gambar dilihat melalui viewfinder

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus : Tujuan Instruksional Umum : 1. Memberikan pemahaman mengenai sejarah film. 2. Memberikan pemahaman mengenai pengelompokan film. 3. Memberikan pemahaman mengenai bagian bagian bahan dasar film. 4. Memberikan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun KATA PENGANTAR Puji syukur tim panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya tim bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Optika Fisis ini. Makalah ini diajukan guna memenuhi

Lebih terperinci

Spektrofotometer UV /VIS

Spektrofotometer UV /VIS Spektrofotometer UV /VIS Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan gabungan dari alat optic dan elektronika

Lebih terperinci

*cermin datar terpendek yang diperlukan untuk dapat melihat seluruh bayangan adalah: SETENGAH dari TINGGI benda itu.

*cermin datar terpendek yang diperlukan untuk dapat melihat seluruh bayangan adalah: SETENGAH dari TINGGI benda itu. OPTIK A. OPTIKA GEOMETRI Optika geometri adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena perambatan cahaya seperti pemantulan dan pembiasan. 1. Pemantulan Cahaya Cahaya adalah kelompok sinar yang kita lihat.

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3! 2.1 Pengelompokan Kamera Foto

PERTEMUAN 3! 2.1 Pengelompokan Kamera Foto PERTEMUAN 3! 2.1 Pengelompokan Kamera Foto Kamera berasal dari kata Camer (Belanda), yang berarti : ruang kedap cahaya Kamera didefinisikan juga sebagai media untuk berkomunikasi dengan baik ataupun kreatif,

Lebih terperinci

BAB IV BIOOPTIK FISIKA KESEHATAN

BAB IV BIOOPTIK FISIKA KESEHATAN BAB IV BIOOPTIK Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa akan dapat: a. Menentukan posisi dan pembesaran bayangan dari cermin dan lensa b. Menjelaskan proses pembentukan bayangan pada mata c. Menjelaskan

Lebih terperinci

ANALISIS POLA INTERFERENSI CELAH BANYAK UNTUK MENENTUKAN PANJANG GELOMBANG LASER He-Ne DAN LASER DIODA

ANALISIS POLA INTERFERENSI CELAH BANYAK UNTUK MENENTUKAN PANJANG GELOMBANG LASER He-Ne DAN LASER DIODA 26 S.L. Handayani, Analisis Pola Interferensi Celah Banyak ANALISIS POLA INTERFERENSI CELAH BANYAK UNTUK MENENTUKAN PANJANG GELOMBANG LASER He-Ne DAN LASER DIODA Sri Lestari Handayani Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

2. SISTEM OPTIK DALAM FOTOGRAMETRI

2. SISTEM OPTIK DALAM FOTOGRAMETRI 2. SISTEM OPTIK DALAM FOTOGRAMETRI Agar dapat berfungsi dengan balk, maka secara praktis semua piranti fotometri dalam beberapa hal tergantung kepada bagian-bagian optiknya. Jumlah serta jenis bagian optik

Lebih terperinci

fisika CAHAYA DAN OPTIK

fisika CAHAYA DAN OPTIK Persiapan UN SMP 2017 fisika CAHAYA DAN OPTIK A. Sifat-Sifat Cahaya Cahaya merupakan suatu gelombang elektromagnetik sehingga cahaya dapat merambat di dalam ruang hampa udara. Kecepatan cahaya merambat

Lebih terperinci

BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA

BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA Tujuan Instruksional Umum Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perambatan gelombang, yang merupakan hal yang penting dalam sistem komunikasi serat optik. Pembahasan

Lebih terperinci

PENGANTAR APLIKASI KOMPUTER

PENGANTAR APLIKASI KOMPUTER Perangkat yang digunakan untuk memasukkan data atau memberikan perintah kepada komputer untuk melakukan suatu proses. Komputer hanya dapat menerima data atau perintah dalam bentuk sinyal listrik digital.

Lebih terperinci

FOTOGRAFI merupakan SAINS dan SENI Kata PHOTOGRAPHY berasal dari bahasa Yunani, yang berarti MENULIS DGN SINAR. Aspek Sains Fotografi mengandung arti

FOTOGRAFI merupakan SAINS dan SENI Kata PHOTOGRAPHY berasal dari bahasa Yunani, yang berarti MENULIS DGN SINAR. Aspek Sains Fotografi mengandung arti FOTOGRAFI merupakan SAINS dan SENI Kata PHOTOGRAPHY berasal dari bahasa Yunani, yang berarti MENULIS DGN SINAR. Aspek Sains Fotografi mengandung arti di mana Objek terekam pada permukaan Fotosensitif,

Lebih terperinci

Difraksi Franhoufer dan Fresnel Difraksi Franhoufer Celah Tunggal Intensitas pada Pola Celah Tunggal Difraksi Franhoufer Celah Ganda Kisi Difraksi

Difraksi Franhoufer dan Fresnel Difraksi Franhoufer Celah Tunggal Intensitas pada Pola Celah Tunggal Difraksi Franhoufer Celah Ganda Kisi Difraksi Sifat dasar & Perambatan Cahaya Superposisi Gelombang Interferensi Gelombang Cahaya Difraksi Franhoufer Difraksi Franhoufer Intensitas pada Pola Difraksi Franhoufer Kisi Difraksi Difraksi Gelombang Cahaya

Lebih terperinci

1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah

1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah 1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah A. y = 0,5 sin 2π (t - 0,5x) B. y = 0,5 sin π (t - 0,5x) C. y = 0,5 sin π (t - x) D. y = 0,5 sin 2π (t - 1/4 x) E. y = 0,5 sin 2π (t

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT CAHAYA. 1. Cahaya Merambat Lurus

SIFAT-SIFAT CAHAYA. 1. Cahaya Merambat Lurus SIFAT-SIFAT CAHAYA Dapatkah kamu melihat benda-benda yang ada di sekelilingmu dalam keadaan gelap? Tentu tidak bukan? Kita memerlukan cahaya untuk dapat melihat. Benda-benda yang ada di sekitar kita dapat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deteksi Dari citra setting yang telah direkam, dengan menggunakan software Paint Shop Pro v.6, diketahui nilai RGB dari tiap laser yang terekam oleh kamera CCD. RGB yang dicantumkan

Lebih terperinci

SOAL SOAL TERPILIH 1 SOAL SOAL TERPILIH 2

SOAL SOAL TERPILIH 1 SOAL SOAL TERPILIH 2 SOAL SOAL TERPILIH 1 1. Sebuah prisma mempunyai indeks bias 1,5 dan sudut pembiasnya 60 0. Apabila pada prisma itu dijatuhkan seberkas cahaya monokromatik pada salah satu sisi prisma dengan sudut datang

Lebih terperinci

PEMANTULAN CAHAYA LAPORAN PRAKTIKUM OPTIK. Disusun oleh: Nita Nurtafita

PEMANTULAN CAHAYA LAPORAN PRAKTIKUM OPTIK. Disusun oleh: Nita Nurtafita PEMANTULAN CAHAYA LAPORAN PRAKTIKUM OPTIK Disusun oleh: Nita Nurtafita 107016300115 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

METODA PENYARING RUANG SEDERHANA PADA INTERFEROMETER MICHELSON

METODA PENYARING RUANG SEDERHANA PADA INTERFEROMETER MICHELSON METODA PENYARING RUANG SEDERHANA PADA INTERFEROMETER MICHELSON Metode ini sulit dilakukan karena cacat Pieldrie Nanlohy *) lensa, Samy yang J. Litiloly harus **) dihilangkan berukuran sangat kecil dan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KD Standar Kompetensi 1. Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam menyelesaikan masalah.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KD Standar Kompetensi 1. Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam menyelesaikan masalah. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KD 1.3 1. Identitas Mata pelajaran a. Nama Sekolah : SMA N 6 Yogyakarta b. Kelas / Semester : XII (Dua belas) c. Semester : I d. Jurusan : IPA e. Mata Pelajaran :

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus : Tujuan Instruksional Umum : 1. Memberikan pemahaman mengenai definisi kamera. 2. Memberikan pemahaman jenis jenis kamera berdasarkan pengelompokannya. 3. Memberikan pemahaman mengenai bentuk fisik, fungsi

Lebih terperinci

7.4 Alat-Alat Optik. A. Mata. Latihan 7.3

7.4 Alat-Alat Optik. A. Mata. Latihan 7.3 Latihan 7.3 1. Bagaimanakah bunyi hukum pemantulan cahaya? 2. Bagaimanakah bunyi hukum pembiasan cahaya? 3. Apa hubungan pembiasan dengan peristiwa terebntuknya pelangi setelah hujan? Jelaskan! 4. Suatu

Lebih terperinci

Oleh : Ari Bowo Sucipto

Oleh : Ari Bowo Sucipto Oleh : Ari Bowo Sucipto PENGENALAN KAMERA A. KAMERA Secara umum pengertian kamera adalah alat untuk merekam obyek, gambar, imaji melalui sebuah lubang pada lensa yang melibatkan pencahayaan disekitar obyek

Lebih terperinci

Interferometer Fabry Perot : Lapisan optis tipis, holografi.

Interferometer Fabry Perot : Lapisan optis tipis, holografi. Interferometer Fabry Perot : Lapisan optis tipis, holografi. KELOMPOK 2 Anggota : Amry Priswanto 135090807111001 Achmad Ainul Yaqin 135090301111014 Aulia Ainur Rohmah 135090301111028 Talitha Dea Ambarwati

Lebih terperinci

Analisis Pola Interferensi Pada Interferometer Michelson untuk Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya

Analisis Pola Interferensi Pada Interferometer Michelson untuk Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya Analisis Pola Interferensi Pada Interferometer Michelson untuk Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya Masroatul Falah Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Diponegoro ABSTRACT An interferometer

Lebih terperinci

A. DISPERSI CAHAYA Dispersi Penguraian warna cahaya setelah melewati satu medium yang berbeda. Dispersi biasanya tejadi pada prisma.

A. DISPERSI CAHAYA Dispersi Penguraian warna cahaya setelah melewati satu medium yang berbeda. Dispersi biasanya tejadi pada prisma. Optika fisis khusus membahasa sifat-sifat fisik cahaya sebagai gelombang. Cahaya bersifat polikromatik artinya terdiri dari berbagai warna yang disebut spektrum warna yang terdiri dai panjang gelombang

Lebih terperinci

Ni Luh Putu Kurniawati, S.Kom. SMK PGRI 2 Badung Jurusan Multimedia 2011

Ni Luh Putu Kurniawati, S.Kom. SMK PGRI 2 Badung Jurusan Multimedia 2011 Ni Luh Putu Kurniawati, S.Kom SMK PGRI 2 Badung Jurusan Multimedia 2011 Merawat Peralatan Multimedia 1. Menjelaskan Langkah-langkah perawatan peralatan Multimedia 2. Membuat kartu perawatan Peralatan Multimedia

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

STRUKTUR MATERI GELOMBANG CAHAYA. 2 Foton adalah paket-paket cahaya atau energy yang dibangkitkan oleh gerakan muatan-muatan listrik

STRUKTUR MATERI GELOMBANG CAHAYA. 2 Foton adalah paket-paket cahaya atau energy yang dibangkitkan oleh gerakan muatan-muatan listrik STRUKTUR MATERI GELOMBANG CAHAYA NAMA : ST MANDARATU NIM : 15B08044 KD 3.1 KD 4.1 : Menerapkan konsep dan prinsip gelombang bunyi dan cahayadalam tekhnologi : merencanakan dan melaksanakan percobaan interferensi

Lebih terperinci

I. NAMA PERCOBAAN Nama percobaan : C4 Mikroskop

I. NAMA PERCOBAAN Nama percobaan : C4 Mikroskop I. NAMA PERCOBAAN Nama percobaan : C4 Mikroskop II. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mampu menera mikroskop dengan bermacam-macam kombinasi okuler dan objektif 2. Mampu melakukan pengukuran benda / partikel yang Berukuran

Lebih terperinci

15B08064_Kelas C TRI KURNIAWAN OPTIK GEOMETRI TRI KURNIAWAN STRUKTURISASI MATERI OPTIK GEOMETRI

15B08064_Kelas C TRI KURNIAWAN OPTIK GEOMETRI TRI KURNIAWAN STRUKTURISASI MATERI OPTIK GEOMETRI OPTIK GEOMETRI (Kelas XI SMA) TRI KURNIAWAN 15B08064_Kelas C TRI KURNIAWAN STRUKTURISASI MATERI OPTIK GEOMETRI 1 K o m p u t e r i s a s i P e m b e l a j a r a n F i s i k a OPTIK GEOMETRI A. Kompetensi

Lebih terperinci

Referensi : 1.Fisika Universitas edisi kesepuluh, schaum 2.Optics, Sears 3.Fundamental of Optics, Jenkin and White

Referensi : 1.Fisika Universitas edisi kesepuluh, schaum 2.Optics, Sears 3.Fundamental of Optics, Jenkin and White SILABUS : 1.Konsep Pemantulan Cahaya a. Cermin Datar b. Cermin Lengkung 2.Pembiasan Cahaya a. Gejala Pembiasan b. Lensa Datar c. Lensa Lengkung 3.Alat-alat Optik a. Mata dan Kacamata b. Lup c. Mikroskop

Lebih terperinci

Teknik Dasar Fotografi. Daniar Wikan Setyanto, M.Sn

Teknik Dasar Fotografi. Daniar Wikan Setyanto, M.Sn Teknik Dasar Fotografi Daniar Wikan Setyanto, M.Sn A. FOKUS Focusing ialah kegiatan mengatur ketajaman objek foto, dilakukan dengan memutar ring fokus pada lensa sehingga terlihat pada jendela bidik objek

Lebih terperinci

Bab IV Spektroskopi. IV Obyek Pengamatan. Bintang program: Nama : RS Gru (HD ) α 2000 : 21 h m δ 2000

Bab IV Spektroskopi. IV Obyek Pengamatan. Bintang program: Nama : RS Gru (HD ) α 2000 : 21 h m δ 2000 Bab IV Spektroskopi Pengamatan spektroskopi variabel delta Scuti biasanya dimaksudkan untuk mendeteksi komponen non-radial dari pulsasi. Hal ini membutuhkan resolusi kisi yang tinggi demi dapat mendeteksi

Lebih terperinci

Sifat-sifat gelombang elektromagnetik

Sifat-sifat gelombang elektromagnetik GELOMBANG II 1 MATERI Gelombang elektromagnetik (Optik) Refleksi, Refraksi, Interferensi gelombang optik Pembentukan bayangan cermin dan lensa Alat-alat yang menggunakan prinsip optik 1 Sifat-sifat gelombang

Lebih terperinci

OPTIKA. Gb.1. Pemantulan teratur. i p. Gb.3. Hukum pemantulan A A B B C C. Gb.4. Pembentukan bayangan oleh cermin datar A.

OPTIKA. Gb.1. Pemantulan teratur. i p. Gb.3. Hukum pemantulan A A B B C C. Gb.4. Pembentukan bayangan oleh cermin datar A. Pembinaan Juara OSN isika SMP Jateng 2009 - Page 1 of 15 A. ERMIN DATAR OPTIKA Pemantulan teratur : jika berkas sinar datang sejajar, maka berkas sinar pantulnyapun sejajar pula. Gb.1. Pemantulan teratur

Lebih terperinci

ANALISA PENGGUNAAN LENSA SILINDER UNTUK MENGUBAH BENTUK BERKAS LASER DIODA MENJADI BENTUK GARIS

ANALISA PENGGUNAAN LENSA SILINDER UNTUK MENGUBAH BENTUK BERKAS LASER DIODA MENJADI BENTUK GARIS ANALISA PENGGUNAAN LENSA SILINDER UNTUK MENGUBAH BENTUK BERKAS LASER DIODA MENJADI BENTUK GARIS Muhaad Mashuri*, Minarni, Sugianto Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

ALAT ALAT OPTIK MATA KAMERA DAN PROYEKTOR LUP MIKROSKOP TEROPONG

ALAT ALAT OPTIK MATA KAMERA DAN PROYEKTOR LUP MIKROSKOP TEROPONG ALAT ALAT OPTIK MATA KAMERA DAN PROYEKTOR LUP MIKROSKOP TEROPONG MATA Kornea, bagian depan mata memiliki lengkung lebih tajam dan dilapisi selaput cahaya Aquaeous humor, berfungsi membiaskan cahaya yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN diperkuat oleh rangkainan op-amp. Untuk op-amp digunakan IC LM-324. 3.3.2.2. Rangkaian Penggerak Motor (Driver Motor) Untuk menjalankan motor DC digunakan sebuah IC L293D. IC L293D dapat mengontrol dua

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus : Tujuan Instruksional Umum : 1. Memberikan pemahaman mengenai definisi kamera. 2. Memberikan pemahaman jenis jenis kamera berdasarkan pengelompokannya. 3. Memberikan pemahaman mengenai bentuk fisik, fungsi

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tiga jenis bahan pembuat gigi yang bersifat restorative yaitu gigi tiruan berbahan

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tiga jenis bahan pembuat gigi yang bersifat restorative yaitu gigi tiruan berbahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, kesehatan mulut dan gigi telah mengalami peningkatan, namun prevalensi terjadinya kehilangan gigi tetap menjadi masalah klinis yang signifikan. Kehilangan

Lebih terperinci

TRY OUT UJIAN NASIONAL SMA PROGRAM IPA AKSES PRIVATE. Mata pelajaran : MATEMATIKA Hari/Tanggal : / 2013

TRY OUT UJIAN NASIONAL SMA PROGRAM IPA AKSES PRIVATE. Mata pelajaran : MATEMATIKA Hari/Tanggal : / 2013 TRY OUT UJIAN NASIONAL SMA PROGRAM IPA AKSES PRIVATE Mata pelajaran : MATEMATIKA Hari/Tanggal : / 2013 Waktu : 120 Menit PETUNJUK UMUM: 1. Isikan nomor ujian, nama peserta, dan data pada Lembar Jawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mungkin beberapa di antara kita harus memakai kacamata agar dapat melihat dengan baik. Orangtua kita mungkin juga berkacamata. Kacamata adalah alat bantu bagi seseorang

Lebih terperinci

Alat Optik dalam Kehidupan

Alat Optik dalam Kehidupan Mata merupakan alat optik yang terpenting bagi manusia, tetapi daya penglihatan mata manusia sangatlah terbatas. Oleh karena itu, dibuatlah alatalat optik lain untuk membantu manusia, misalnya untuk melihat

Lebih terperinci

Elyas Narantika NIM

Elyas Narantika NIM Elyas Narantika NIM 2012 21 018 Contoh peristiwa refraksi dan refleksi di kehidupan sehari-hari Definisi Refraksi (atau pembiasan) dalam optika geometris didefinisikan sebagai perubahan arah rambat partikel

Lebih terperinci

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB 14 420 040 TEKNIK ELEKTRO ILUMINASI (PENCAHAYAAN) Iluminasi disebut juga model refleksi atau model pencahayaan. Illuminasi menjelaskan tentang interaksi

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Panjang Koherensi Laser Menggunakan Interferometer Michelson

Penentuan Nilai Panjang Koherensi Laser Menggunakan Interferometer Michelson Penentuan Nilai Panjang Koherensi Laser Menggunakan Interferometer Mihelson Agustina Setyaningsih Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Diponegoro ABSTRACT Interferometer Mihelson method has been used

Lebih terperinci

BAHAN AJAR. 1. Mata. Diagram susunan mata dapat dilihat pada gambar berikut.

BAHAN AJAR. 1. Mata. Diagram susunan mata dapat dilihat pada gambar berikut. BAHAN AJAR 1. Mata Diagram susunan mata dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 1. Diagram bagian-bagian mata manusia dan pembentukan Mata merupakan alat optik yang mempunyai cara kerja seperti kamera.

Lebih terperinci

Fotografi 1 Dkv215. Bayu Widiantoro Progdi Desain Komunikasi Visual Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Katolik SOEGIJAPRANATA

Fotografi 1 Dkv215. Bayu Widiantoro Progdi Desain Komunikasi Visual Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Katolik SOEGIJAPRANATA Fotografi 1 Dkv215 Bayu Widiantoro Progdi Desain Komunikasi Visual Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Katolik SOEGIJAPRANATA kamera Analog Film kamera Digital Sensor Sangat berpengaruh pada kamera

Lebih terperinci

3.1.3 menganalisis pembentukan bayangan pada lup,kacamata, mikroskop dan teropong

3.1.3 menganalisis pembentukan bayangan pada lup,kacamata, mikroskop dan teropong ALAT-ALAT OPTIK UNTUK SMk KELAS XII SEMESTER 1 OLEH : MUJIYONO,S.Pd SMK GAJAH TUNGGAL METRO MATERI : ALAT-ALAT OPTIK TUJUAN PEMBELAJARAN : Standar Kompetensi: 3. Menerapkan prinsip kerja alat-alat optik

Lebih terperinci

INTERFERENSI DAN DIFRAKSI

INTERFERENSI DAN DIFRAKSI INTERFERENSI DAN DIFRAKSI Materi yang akan dibahas : 1. Interferensi Interferensi Young Interferensi Selaput Tipis 2. Difraksi Difraksi Celah Tunggal Difraksi Fresnel Difraksi Fraunhofer Difraksi Celah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. spektrofotometer UV-Vis dan hasil uji serapan panjang gelombang sampel dapat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. spektrofotometer UV-Vis dan hasil uji serapan panjang gelombang sampel dapat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian diawali dengan pembuatan sampel untuk uji serapan panjang gelombang sampel. Sampel yang digunakan pada uji serapan panjang gelombang sampel adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gelombang Gelombang adalah gangguan yang terjadi secara terus menerus pada suatu medium dan merambat dengan kecepatan konstan (Griffiths D.J, 1999). Pada gambar 2.1. adalah

Lebih terperinci

Lampiran I. Soal. 2. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! 3. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya!

Lampiran I. Soal. 2. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! 3. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! LAMPIRAN Tahap I : Menggambarkan garis normal dari bidang batas yang datar No. Soal No. Soal 1. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! 2. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar

Lebih terperinci

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS PRINSIP DASAR HUKUM BEER INSTRUMENTASI APLIKASI 1 Pengantar Istilah-Istilah: 1. Spektroskopi : Ilmu yang mempelajari interaksi materi dengan

Lebih terperinci

CAHAYA. Kamu dapat menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa. akibat. Tegak lurus.

CAHAYA. Kamu dapat menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa. akibat. Tegak lurus. Bab XXIII CAHAYA Tujuan Pembelajaran Kamu dapat menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa. Peta Konsep Cahaya mengalami Perambatan cahaya Pemantulan cahaya

Lebih terperinci

Kurikulum 2013 Kelas 12 SMA Fisika

Kurikulum 2013 Kelas 12 SMA Fisika Kurikulum 2013 Kelas 12 SA Fisika Persiapan UTS Semester Ganjil Doc. Name: K13AR12FIS01UTS Version : 2016-04 halaman 1 01. Suatu sumber bunyi bergerak dengan kecepatan 10 m/s menjauhi seorang pendengar

Lebih terperinci

Disusun oleh : MIRA RESTUTI PENDIDIKAN FISIKA (RM)

Disusun oleh : MIRA RESTUTI PENDIDIKAN FISIKA (RM) Disusun oleh : MIRA RESTUTI 1106306 PENDIDIKAN FISIKA (RM) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013 Kompetensi Dasar :

Lebih terperinci

Polarisasi Gelombang. Polarisasi Gelombang

Polarisasi Gelombang. Polarisasi Gelombang Polarisasi Gelombang Polarisasi Gelombang Gelombang cahaya adalah gelombang transversal, sedangkan gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal. Nah, ada satu sifat gelombang yang hanya dapat terjadi

Lebih terperinci

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq ALAT ALAT wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui OPTIK Sri Cahyaningsih

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Computer Vision Computer vision dapat diartikan sebagai suatu proses pengenalan objek-objek berdasarkan ciri khas dari sebuah gambar dan dapat juga digambarkan sebagai suatu deduksi

Lebih terperinci

MODUL 1 INTERFEROMETER DAN PRINSIP BABINET

MODUL 1 INTERFEROMETER DAN PRINSIP BABINET MODUL 1 INTERFEROMETER DAN PRINSIP BABINET 1. Tujuan a. Merangkai Interferometer Michelson Morley dan Mach Zehnder b. Menggunakan Interferometer Michelson Morley dan Mach Zehnder untuk meneliti dan memahami

Lebih terperinci

Perancangan Reflektor Cahaya untuk Sistem Pencahayaan Alami Berbasis Optik Geometri

Perancangan Reflektor Cahaya untuk Sistem Pencahayaan Alami Berbasis Optik Geometri JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) B-87 Perancangan Reflektor Cahaya untuk Sistem Pencahayaan Alami Berbasis Optik Geometri Joko Nugroho, Gatut Yudoyono, dan

Lebih terperinci

Pertemuan 4. Fotografi ACHMAD BASUKI

Pertemuan 4. Fotografi ACHMAD BASUKI Pertemuan 4 Fotografi ACHMAD BASUKI POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA Assesoris Kamera PERTEMUAN 4 Assesoris Kamera Flash Filter Tripod Lensa Lensa Lensa adalah assesoris utama untuk menghasilkan

Lebih terperinci