BAB IV PEMBAHASAN PERANGKAT DAN PENGUJIAN TAPIS
|
|
- Sukarno Agusalim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV PEMBAHASAN PERANGKAT DAN PENGUJIAN TAPIS 4.1 Obyek Acuan dan Obyek Masukan Obyek acuan berupa tiga buah huruf vokal (A,I U) dibuat pada media orto. Obyek acuan digunakan untuk membuat tapis intensitas dibidang fokus lensa. Obyek masukan berupa 3 barisan karakter huruf, masing-masing baris berisi 5 karakter. Gbr.4-1 Pengabadian obyek acuan A Gbr.4-2 Pengabadian obyek acuan I 4-1
2 Gbr.4-3 Pengabadian obyek acuan U Gbr.4-4 Pengabadian obyek masukan Obyek masukan (Gbr.4-4) digunakan sebagai obyek yang akan ditapis oleh salah satu dari tapis intensitas acuan. 4-2
3 4.2. Tapis Intensitas Pola Fourier Obyek Acuan Medan difraksi dari obyek ditangkap lensa, dan menghasilkan alih-ragam optika Fourier pada bidang fokus belakang lensa. Alih-ragam Fourier yang berupa pola variasi terang-gelap direkam pada bidang film Fuji Film Minicopy HR II, ISO 6, film dengan resolusi tinggi. Perekaman dilakukan menggunakan kamera manual Nikon FM-2. Perekaman alih-ragam Fourier dari huruf A menggunakan waktu bukaan selama 2, 7 dan 15 detik. Klise film ini dikembangkan dengan pengembang Kodak D-76 selama 7 menit pada temperatur 24 0 C. Hasil pengabadian tapis intensitas dari huruf A dapat dilihat di gambar (4-5, 4-6, dan 4-7). Alih-ragam Fourier dari huruf I dan U direkam dengan waktu 7 detik dengan waktu pengembangan yang sama. Hasil pengabadian tapis intensitas dari huruf I dan U dapat dilihat pada gambar 4-8 dan 4-9. Gbr.4-5 Rekaman pola difraksi dari huruf A dengan waktu perekaman 2 detik 4-3
4 Gbr.4-6 Rekaman pola difraksi dari huruf A dengan waktu perekaman 7 detik Gbr.4-7 Rekaman pola difraksi dari huruf A dengan waktu perekaman 15 detik 4-4
5 Gbr.4-8 Rekaman pola difraksi dari huruf I dengan waktu perekaman 7 detik Gbr.4-9 Rekaman pola difraksi dari huruf U dengan waktu perekaman 7 detik 4-5
6 4.3 Simulasi Alih-ragam Fourier 2 Dimensi dari Obyek Acuan Untuk membandingkan hasil percobaan dengan hasil perhitungan digunakan program Matlab. %transformasi fourier 2 dimensi Obyek Acuan I=imread('A.bmp'); I1=fft2(I,170,170); I2=fftshift(I1); figure(1) imshow(log(abs(i2)),[-1 5]) Input (I) adalah tiga buah karakter yang dibuat pada program MSPaint, dengan kontras biner, format 16 bit, dengan kode masing-masing A.bmp, I.bmp, dan U.bmp. Ketiga buah huruf tersebut ditampilkan pada gambar A.bmp I.bmp U.bmp Frame 117x117 pixel Frame 117x117 pixel Frame 117x117 pixel A 47X41 I 47X9 U 48X35 Gbr.4-10 Obyek masukan pada program Matlab 4-6
7 Gbr.4-11 Pola Fourier hasil simulasi Matlab untuk berturut-turut huruf A, I, dan U. Hasil perekaman alih-ragam Fourier secara optik mendekati pola hasil perhitungan program Matlab. Hasil perhitungan ditampilkan pada monitor komputer berupa data kotak 170X170 pixel. Gambar 4-11 menampilkan hasil data perhitungan. Aliasing, replika transformasi Fourier dari input hasil perhitungan program Matlab terjadi karena beda frekuensi sampling saat pengambilan data. Frekuensi sampling yang tepat perlu dipelajari saat melakukan alih-ragam Fourier 2 dimensi. 4-7
8 4.4 Kalibrasi Peralatan Pengukuran Cahaya. Kalibrasi dengan perangkat pengukuran standar tidak dilakukan, karena keterbatasan perangkat yang telah dikalibrasi sesuai standar. Penulis memilih salah satu perangkat yang memenuhi syarat untuk menjadi standar. Pilihan jatuh pada Lightmeter Seconik, dengan alasan sebagai berikut: 1. Lightmeter ini merupakan pengukur cahaya analog dengan sensitivitas lebih tinggi dan diproduksi dari perusahaan yang khusus membuat Lightmeter. 2. Kemudahan pemakaian dan pengamatan harga pengukuran. 3. Terdapat tabel konversi elektron volt (ev) terhadap variabel fotografi, yaitu kecepatan, bukaan (diafragma) dan kecepatan film (ISO/ASA). Berdasarkan pilihan diatas, dilakukan kalibrasi dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Kalibrasi dilakukan ketika lensa kamera Olympus masih dilekatkan pada badan kamera. Data pengukuran cahaya tampak pada bagian dalam pembidik kamera. b. Pengukuran cahaya menggunakan lightmeter secara refleksi dan langsung. Khusus untuk pengukuran secara refleksi, data pengukuran diambil dari cahaya pantul sumber cahaya pada telapak tangan, teknik praktis fotografi untuk pengukuran cahaya. c. Obyek masukan, berupa tiga baris karakter latin yang dikenai sumber cahaya koheren. d. Pengambilan data dari 3 sampel pengukuran, masing-masing dilakukan 3 kali pengukuran, kemudian diambil harga rata-rata. 4-8
9 4.5 Pengukuran Cahaya dan Perhitungan Data untuk Perekaman Citra Data sampel pengukuran : 1. Pengukuran pada jarak +/- 65 cm dari lampu tungsten, 60 watt. Khusus untuk pengukuran menggunakan Lightmeter secara refleksi. 2. Pengukuran secara langsung pada bidang citra dengan obyek masukan dikenai berkas cahaya koheren. Hasil pengukuran rata-rata untuk langkah di atas, dapat dilihat pada tabel 4-1 dan 4-2. Dari data tabel 4-2, tampak pengukuran cahaya menggunakan kamera Olympus menunjukan harga yang sama dengan hasil pengukuran langsung pada lightmeter. Pengukuran secara langsung pada bidang citra (tabel 4-2) pada kedua alat pengukuran menunjukan harga yang sama karena intensitas cahaya merah dari sinar laser HeNe (632,8 nm) mempunyai intensitas yang lebih rendah dibanding cahaya putih sehingga pengukuran pada Lightmeter menurun. Pengukuran untuk cahaya merah dari lightmeter dapat digunakan patokan untuk pengukuran cahaya merah pada kamera Olympus. Perbedaan terjadi pada data tabel 4-1 pengukuran menggunakan lampu tungsten secara refleksi. Perbedaan ini karena metoda pengukuran lightmeter berdasarkan sistem refleksi. Dengan memperhitungkan pula absorpsi dan refleksi pada sistem lensa, dan perlu dilakukan antisipasi bila lensa dibuka. Dari tabel 4-2 pengukuran pada bidang citra dapat digunakan menjadi patokan. Kedua pengukuran menunjukan harga yang sama. Berdasarkan konversi pengukuran cahaya di atas dengan menggunakan kamera Olympus. Untuk pengambilan data citra menggunakan kamera yang dilepas lensanya dan menggunakan film Pancromatic Asa 200, dilakukan antisipasi, antara lain: 4-9
10 1. Pengembangan film dilakukan under 1 stop (Pull) dengan menganggap film ASA 200 sebagai film ASA Pada pencetakan film pada kertas foto intensitas cahaya dinaikan 1 stop atau pencahayaan pencetakan pada kertas foto untuk film ASA Waktu pencahayaan dipersingkat saat perekaman citra Tabel 4-1 Pengukuran pada jarak +/- 65 cm dari lampu tungsten, 60 watt. ( khusus untuk pengukuran menggunakan Lightmeter secara refleksi ) Alat Data Pengukuran Pengukuran Kecepatan Bukaan Asa ev Olympus 1/ ,7 OM 707 AF Seconic L-188 1/ Tabel 4-2 Pengukuran secara langsung pada bidang citra dengan obyek masukan dikenai berkas cahaya koheren. Alat Data Pengukuran Pengukuran Kecepatan Bukaan Asa ev Olympus 1/ OM 707 AF Seconic L-188 1/
11 Tabel 4-3 Tabel Konversi Kuat Cahaya (ev) terhadap Waktu Pencahayaan (detik) untuk lensa dilepas dari badan kamera menggunakan ASA 200. Waktu Pencahayaan (detik) Kuat Cahaya(eV) Bukaan Diafragma 1/ /350 8,5 1 1/ /180 7,5 1 1/ /90 6,5 1 1/ /45 5,5 1 1/ Untuk Film dengan ASA 100 waktu pencahayaan naik 1 tingkat. Tabel 4-4 Pengukuran Pada Bidang Citra. Citra Pengukuran Kuat Cahaya (ev) I II III Rata-rata Waktu Pencahayaan ( detik) A tanpa tapis 7,5 7,6 7,65 7,58 1/180 I tanpa tapis 7,4 7,5 7,3 7,4 1/180 U tanpa tapis 7,7 7,8 7,9 5,6 1/45 A sesudah penapisan 7 6,5 7 6,83 1/125 I sesudah penapisan 5,6 5,7 5,5 7,4 1/
12 U sesudah penapisan 7,7 7,8 7,9 6,36 1/60 Citra Obyek Masukan 8,5 8,6 8,4 8,5 1/350 Tanpa Tapis Citra Obyek Masukan Sesudah Penapisan 7,1 7 6,9 7 1/ Perekaman Citra untuk Pengujian Tapis Berdasarkan pengukuran pada tabel 4-3 dan 4-4 dilakukan perekaman citra dapat dilihat pada contact print yang disajikan pada gambar Tabel 4-5 Perekaman Citra Menggunakan Kamera SLR Nikon F-50 Citra Waktu Pencahayaan (dt) I II III IV Waktu Pencahayaan Terukur dari Tabel 4-4 ( detik) A tanpa tapis 1/500 1/500 1/250 1/180 1/180 I tanpa tapis 1/180 1/125 1/250 1/180 U tanpa tapis 1/45 1/60 1/125 1/250 1/45 A sesudah penapisan 1/60 1/125 1/45 1/125 I sesudah penapisan 1/125 1/250 1/350 1/180 U sesudah penapisan 1/45 1/60 1/125 1/250 1/60 Citra Obyek Masukan 1/250 1/350 1/500 1/350 Tanpa Tapis Citra Obyek Masukan Sesudah Penapisan A 1/500 1/350 1/250 1/125 1/
13 Gbr Data citra obyek dan hasil pengujian tapis 4-13
14 4.7 Rekaman Obyek Gbr. 4-13a Rekaman obyek menggunakan film Fuji Minicopy HRII ASA 6 Gbr. 4-13b Rekaman obyek menggunakan film Kodak Panchromatic ASA
15 Gambar 4-13b menunjukkan citra dari obyek tanpa penapisan. Perekaman Citra menggunakan film Kodak Panchromatic ASA 200. Citra obyek tampak berpendar dengan intensitas yang merata. Pendaran cahaya terjadi karena film ini adalah film yang dapat merekam perbedaan intensitas yang kecil, kontras rendah. Untuk mencegah pembentukan pendaran cahaya di sekitar citra obyek, dilakukan perekaman menggunakan film kontras tinggi, Fuji Film Minicopy HR II. Perekaman obyek menggunakan film ini ditampilkan pada gambar 4-13a dengan waktu perekaman 1/8 detik. Penggunaan film kontras tinggi memberikan citra yang tegas, berupa citra kontras biner berupa komponen step gelap-terang. Selanjutnya dilakukan perekaman hasil penapisan menggunakan kedua film di atas. 4.8 Hasil Pengujian Tapis. Idealnya suatu intensity matched filter harus dapat mendeteksi (menahan) suatu obyek dan meloloskan obyek lainnya. Pengujian dilakukan menggunakan tapis intensitas hasil alih-ragam Fourier huruf A, dengan waktu perekaman 2, 7 dan 15 detik (gambar 4-5, 4-6 dan 4-7). Rekaman hasil penapisan ditampilkan secara berurutan pada gambar 4-14, 4-15 dan Tapis ternyata tidak dapat menahan obyek A dari barisan huruf, seperti tampak pada ketiga gambar. Intensitas pada huruf A terhadap huruf lainnya tidak menunjukkan perbedaan yang diharapkan. Penggunaan tapis ini tidak dapat memenuhi kriteria yang diinginkan untuk pengenalan pola (pattern recognition). Penapisan menggunakan tapis intensitas hasil alih-ragam Fourier huruf A tidak dapat menghilangkan huruf A dari barisan huruf, 4-15
16 karena kesukaran menempatkan tapis untuk menahan pola alih-ragam Fourier di bidang fokus dalam orde mikrometer.. Gbr Hasil penapisan menggunakan tapis intensitas dari gambar 4-5 Gbr Hasil penapisan menggunakan tapis intensitas dari gambar
17 Gbr Hasil penapisan menggunakan tapis intensitas dari gambar 4-7 Pada Gambar 4-14, 4-15 dan 4-16 tampak garis tajam menyilang pada pinggir pola huruf A. Pola ini tampak pada kedua huruf A, bagian atas dan bagian bawah. Pola garis tajam merupakan bagian difraksi dari tepi obyek yang diloloskan oleh tapis intensitas, kemudian membentuk garis menyilang pada pinggir huruf A di bidang citra. Garis menyilang berkurang dengan lamanya waktu perekaman tapis. Dengan lamanya waktu perekaman permukaan tapis akan meluas, sehingga tapis dapat menahan komponen difraksi dari obyek A. 4-17
18 Gbr Hasil penapisan menggunakan tapis intensitas dari gambar 4-6 Pengamatan pada gambar 4-17, dilakukan menggunakan film Fuji Minicopy HR II ASA 6. Citra hasil penapisan menunjukkan bahwa setiap huruf memiliki intensitas cahaya yang hampir sama. Pada citra setiap huruf tampak intensitas cahaya yang tidak merata antara bagian tengah dan bagian tepi huruf. Bagian tepi setiap huruf intensitas cahaya lebih tinggi dibanding pada citra pada bagian tengah. Dari pengamatan ini, tapis bertindak sebagai tapis edge enhancement, yaitu salah satu teknik penapisan di bidang Fourier untuk memodifikasi citra dengan menajamkan bagian tepi dari citra. Berdasarkan pengamatan di atas, dilakukan pendalaman menggunakan tapis intensitas dengan variasi waktu perekaman terhadap waktu perekaman awal 7 detik. 4-18
19 Gbr Hasil penapisan menggunakan tapis intensitas dari gambar 4-5 Gbr Hasil penapisan menggunakan tapis intensitas dari gambar
20 Perekaman intensity matched filter dari huruf A dengan waktu perekaman 2 detik dan 15 detik, kedua perekaman tersebut merepresentasikan perekaman ¼ intensitas lebih rendah dan ¼ intensitas lebih tinggi, dari waktu perekaman awal 7 detik. Citra hasil penapisan dapat dilihat pada gambar 4-18 dan 4-19, kedua citra direkam dengan waktu perekaman yang sama, ½ detik. Penggunaan tapis dengan perekaman 2 detik menunjukkan intensitas tepi dari citra barisan huruf lebih dominan terhadap bagian tengah. Penggunaan tapis dengan perekaman 15 detik menunjukkan citra yang hampir sama. Bila dilakukan perbandingan penggunaan kedua tapis, tapis dengan perekaman 2 detik menunjukkan intensitas tepi huruf yang paling tinggi. 4-20
BAB III PERANCANGAN PERANGKAT DAN PEREKAMAN POLA DIFRAKSI
BAB III PERANCANGAN PERANGKAT DAN PEREKAMAN POLA DIFRAKSI 3.1 Dasar Perancangan Perancangan perangkat pengenalan karakter ini, didasari pemanfaatan alihragam optika Fourier. Obyek karakter disajikan dalam
Lebih terperinciUntuk yang tercinta : Bapak, Mamah, dan Keluarga
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Katakanlah: Sekiranya lautan itu (menjadi) tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, tentulah habis lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat
Lebih terperinciBAB II. Landasan Teori
BAB II Landasan Teori 2.1 Prinsip Kerja Perangkat Fourier Sumber cahaya laser menghasilkan berkas cahaya berdiameter kecil dengan distribusi intensitas mendekati Gaussian. Untuk mendapatkan diameter berkas
Lebih terperinciFotografi I. Oleh : A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn., M.Si
Fotografi I Oleh : A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn., M.Si Kamera Berasal dari bahasa latin Camera Obscura yang berarti kamar gelap/kotak gelap (tidak tembus sinar/cahaya) Kamera foto yg paling sederhana dpt
Lebih terperinciTeknik Dasar Fotografi. Daniar Wikan Setyanto, M.Sn
Teknik Dasar Fotografi Daniar Wikan Setyanto, M.Sn A. FOKUS Focusing ialah kegiatan mengatur ketajaman objek foto, dilakukan dengan memutar ring fokus pada lensa sehingga terlihat pada jendela bidik objek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini informasi tidak hanya didapatkan dari pesan teks saja namun sebuah gambar atau citra dapat juga mewakilkan sebuah informasi, bahkan sebuah citra memiliki arti
Lebih terperinciPENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA
PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA HASNAH(12110738) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338
Lebih terperinciProses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer
Pengolahan Citra / Image Processing : Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer Teknik pengolahan citra dengan mentrasformasikan citra menjadi citra lain, contoh
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya
5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Secara harfiah citra atau image adalah gambar pada bidang dua dimensi. Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya pada
Lebih terperinciFotografi 1. Anatomi. KAMERA SLR (single-lens Reflector) Lensa & Jenis Film
Anatomi KAMERA SLR (single-lens Reflector) Lensa & Jenis Film KAMERA Kotak kedap cahaya yang mempunyai lobang untuk meloloskan cahaya dan tempat untuk memasang film Cahaya yang masuk melalui lobang akan
Lebih terperinciPelatihan Dasar Fotografi, PPI Goetingen 21 April 2011 [FOTOGRAFI DASAR]
Pelatihan Dasar Fotografi, PPI Goetingen 21 April 2011 [FOTOGRAFI DASAR] ANATOMI KAMERA Secara sederhana, kamera adalah sebuah kotak kedap cahaya yang didalamnya terdapat tempat memasang film. Kotak tersebut
Lebih terperincispektrometer yang terbatas. Alat yang sulit untuk diperoleh membuat penelitian tentang spektrum cahaya jarang dilakukan. Padahal penelitian tentang
spektrometer yang terbatas. Alat yang sulit untuk diperoleh membuat penelitian tentang spektrum cahaya jarang dilakukan. Padahal penelitian tentang spektrum merupakan suatu hal yang penting dalam ilmu
Lebih terperinciFilm Film merupakan media visualisasi. Melalui film, sebuah peristiwa digambarkan dan direkam dlm sebuah lapisan emulsi yg peka cahaya, shg bisa dilih
Fotografi I FILM Film Film merupakan media visualisasi. Melalui film, sebuah peristiwa digambarkan dan direkam dlm sebuah lapisan emulsi yg peka cahaya, shg bisa dilihat dan dinikmati. Sbg alat rekam,
Lebih terperinciSAMPLING DAN KUANTISASI
SAMPLING DAN KUANTISASI Budi Setiyono 1 3/14/2013 Citra Suatu citra adalah fungsi intensitas 2 dimensi f(x, y), dimana x dan y adalahkoordinat spasial dan f pada titik (x, y) merupakan tingkat kecerahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan perkembangan komputer dan alat pengambilan gambar secara digital yang semakin berkembang saat ini, sehingga menghasilkan banyak fasilitas untuk melakukan proses
Lebih terperinciInterferometer Fabry Perot : Lapisan optis tipis, holografi.
Interferometer Fabry Perot : Lapisan optis tipis, holografi. KELOMPOK 2 Anggota : Amry Priswanto 135090807111001 Achmad Ainul Yaqin 135090301111014 Aulia Ainur Rohmah 135090301111028 Talitha Dea Ambarwati
Lebih terperinciOne picture is worth more than ten thousand words
Budi Setiyono One picture is worth more than ten thousand words Citra Pengolahan Citra Pengenalan Pola Grafika Komputer Deskripsi/ Informasi Kecerdasan Buatan 14/03/2013 PERTEMUAN KE-1 3 Image Processing
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan salah satu sarana transportasi darat yang penting untuk menghubungkan berbagai tempat seperti pusat industri, lahan pertanian, pemukiman, serta sebagai
Lebih terperinciXpedia Fisika. Optika Fisis - Soal
Xpedia Fisika Optika Fisis - Soal Doc. Name: XPFIS0802 Version: 2016-05 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) muatan listrik yang diam (2) muatan listrik yang bergerak lurus
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa
Lebih terperinciPENGOLAHAN CITRA DIGITAL
PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Aditya Wikan Mahastama mahas@ukdw.ac.id Sistem Optik dan Proses Akuisisi Citra Digital 2 UNIV KRISTEN DUTA WACANA GENAP 1213 v2 Bisa dilihat pada slide berikut. SISTEM OPTIK MANUSIA
Lebih terperinciBAB II CITRA DIGITAL
BAB II CITRA DIGITAL DEFINISI CITRA Citra adalah suatu representasi(gambaran),kemiripan,atau imitasi dari suatu objek. DEFINISI CITRA ANALOG Citra analog adalahcitra yang bersifat kontinu,seperti gambar
Lebih terperinciOleh : Ari Bowo Sucipto
Oleh : Ari Bowo Sucipto PENGENALAN KAMERA A. KAMERA Secara umum pengertian kamera adalah alat untuk merekam obyek, gambar, imaji melalui sebuah lubang pada lensa yang melibatkan pencahayaan disekitar obyek
Lebih terperinciPENGANTAR APLIKASI KOMPUTER
Perangkat yang digunakan untuk memasukkan data atau memberikan perintah kepada komputer untuk melakukan suatu proses. Komputer hanya dapat menerima data atau perintah dalam bentuk sinyal listrik digital.
Lebih terperinciModel Citra (bag. 2)
Model Citra (bag. 2) Ade Sarah H., M. Kom Resolusi Resolusi terdiri dari 2 jenis yaitu: 1. Resolusi spasial 2. Resolusi kecemerlangan Resolusi spasial adalah ukuran halus atau kasarnya pembagian kisi-kisi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. pada permukaannya digoreskan garis-garis sejajar dengan jumlah sangat besar.
5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kisi Difraksi Kisi difraksi adalah suatu alat yang terbuat dari pelat logam atau kaca yang pada permukaannya digoreskan garis-garis sejajar dengan jumlah sangat besar. Suatu
Lebih terperinciPertemuan 2 Representasi Citra
/29/23 FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 2 Representasi Citra Representasi Citra citra Citra analog Citra digital Matrik dua dimensi yang terdiri
Lebih terperinciFotografi 2. Lighting. Pendidikan Seni Rupa UNY
Fotografi 2 Lighting Pendidikan Seni Rupa UNY Lighting Pencahayaan merupakan unsur utama dalam fotografi. Tanpa cahaya maka fotografi tidak akan pernah ada. Cahaya dapat membentuk karakter pada sebuah
Lebih terperinciInteraksi Manusia - Komputer
Interaksi Manusia - Komputer Marcello Singadji marcello.singadji@upj.ac.id, singadji@gmail.com OVERVIEW Memahami keterbatasan manusia dalam mengolah informasi. Memahami berbagai media penyampaian informasi.
Lebih terperinciMuhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016
MKB3383 - Teknik Pengolahan Citra Pengolahan Citra Digital Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016 CITRA Citra (image) = gambar pada bidang 2 dimensi. Citra (ditinjau dari sudut pandang matematis)
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra 2.1.1 Definisi Citra Secara harfiah, citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Jika dipandang dari sudut pandang matematis, citra merupakan hasil pemantulan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2013 s/d Mei 2014.
22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2013 s/d Mei 2014. Pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium Eksperimen
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Computer Vision Computer vision dapat diartikan sebagai suatu proses pengenalan objek-objek berdasarkan ciri khas dari sebuah gambar dan dapat juga digambarkan sebagai suatu deduksi
Lebih terperinciPengantar Pengolahan Citra. Ade Sarah H., M. Kom
Pengantar Pengolahan Citra Ade Sarah H., M. Kom Pendahuluan Data atau Informasi terdiri dari: teks, gambar, audio, dan video. Citra = gambar adalah salah satu komponen multimedia yang memegang peranan
Lebih terperinciImplementasi Noise Removal Menggunakan Wiener Filter untuk Perbaikan Citra Digital
UNSIKA Syntax Jurnal Informatika Vol. 5 No. 2, 2016, 159-164 159 Implementasi Noise Removal Menggunakan Wiener Filter untuk Perbaikan Citra Digital Nono Heryana 1, Rini Mayasari 2 1,2 Jl. H.S. Ronggowaluyo
Lebih terperinciKonsep Dasar Pengolahan Citra. Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI
Konsep Dasar Pengolahan Citra Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI Definisi Citra digital: kumpulan piksel-piksel yang disusun dalam larik (array) dua-dimensi yang berisi nilai-nilai real
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa
Lebih terperinci11/15/2013 JENIS KAMERA FOTOGRAFI KAMERA TWIN LENS REFLEX ( TLR )
JENIS KAMERA Kamera sederhana FOTOGRAFI JENIS KAMERA Rangefinder (RF) Camera RANGEFINDER (RF) CAMERA Menggunakan dua buah alat untuk menyatukan gambar yang kita lihat. Gambar dilihat melalui viewfinder
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Citra adalah gambar dua dimensi yang dihasilkan dari gambar analog dua dimensi yang kontinu menjadi gambar diskrit melalui proses sampling. Gambar analog dibagi
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL
BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL 2.1 Citra Secara harafiah, citra adalah representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi pada bidang dari suatu objek. Ditinjau dari sudut pandang matematis,
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN UMUM
BAB V PEMBAHASAN UMUM Penelitian ini pada prinsipnya bertujuan untuk menghasilkan sebuah metode dan algoritma yang dapat digunakan untuk menentukan posisi tiga dimensi dari obyek pertanian, yaitu jeruk
Lebih terperinciI. NAMA PERCOBAAN Nama percobaan : C4 Mikroskop
I. NAMA PERCOBAAN Nama percobaan : C4 Mikroskop II. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mampu menera mikroskop dengan bermacam-macam kombinasi okuler dan objektif 2. Mampu melakukan pengukuran benda / partikel yang Berukuran
Lebih terperinciPERTEMUAN - 2 PENGOLAHAN CITRA
PERTEMUAN - 2 PENGOLAHAN CITRA EDY WINARNO fti-unisbank-smg 24 maret 2009 Citra = gambar = image Citra, menurut kamus Webster, adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda
Lebih terperinciPendahuluan Pengantar Pengolahan Citra. Bertalya Universitas Gunadarma, 2005
Pendahuluan Pengantar Pengolahan Citra Bertalya Universitas Gunadarma, 2005 Definisi Citra Citra (Image) adalah gambar pada bidang dua dimensi. Secara matematis, citra merupakan fungsi terus menerus (continue)
Lebih terperinciPEMOTRETAN CAGAR BUDAYA
PEMOTRETAN CAGAR BUDAYA Oleh : Suparno Pembinaan Tenaga Pendaftaran Cagar Budaya Makasar, Juli 2013 PENGERTIAN PEMOTRETAN Pemotetan adalah seni dan pengetahuan yang dalam praktek kegiatannya menghasilkan
Lebih terperinciIMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH
IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH Fitri Afriani Lubis 1, Hery Sunandar 2, Guidio Leonarde Ginting 3, Lince Tomoria Sianturi 4 1 Mahasiswa Teknik Informatika, STMIK Budi Darma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Citra (image) istilah lain untuk gambar sebagai salah satu komponen
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Citra (image) istilah lain untuk gambar sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN
BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Pada bab ini, akan membahas implementasi dan hasil pengujian dari program aplikasi yang telah dibuat. Pada perancangan aplikasi ini meliputi perbedaan citra hasil foto
Lebih terperinciANALISA PERBANDINGAN VISUAL METHOD DAN LIQUID PENETRANT METHOD DALAM PERBAIKAN CITRA FILM RADIOGRAFI
ANALISA PERBANDINGAN VISUAL METHOD DAN LIQUID PENETRANT METHOD DALAM PERBAIKAN CITRA FILM RADIOGRAFI Hanafi (12110244) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, Stmik Budidarma Medan Jl. Sisimangaraja
Lebih terperinciBAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Program Pengolahan Citra untuk Pengukuran Warna pada Produk Hortikultura Pengembangan metode pengukuran warna dengan menggunakan kamera CCD dan image processing adalah dengan
Lebih terperinciELECTRICIAN Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro Identifikasi Panas Objek Menggunakan Citra Termal
ELECTRICIAN Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro 167 Identifikasi Panas Objek Menggunakan Citra Termal Marta Yose Aulia 1, Sri Ratna Sulistiyanti 2 1. PT. Metro Global Services, Menara Duta Lt. 2 Wing
Lebih terperinciDETEKSI KEBAKARAN BERBASIS WEBCAM SECARA REALTIME DENGAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL
DETEKSI KEBAKARAN BERBASIS WEBCAM SECARA REALTIME DENGAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Ari Sutrisna Permana 1, Koredianto Usman 2, M. Ary Murti 3 Jurusan Teknik Elektro - Institut Teknologi Telkom - Bandung
Lebih terperinciPERTEMUAN 5 PERANTI INTERAKTIF
PERTEMUAN 5 PERANTI INTERAKTIF 1. Piranti Masukan Keyboard Pertemuan 5 PERANTI INTERAKTIF Jenis-jenis tata letak papan ketik (keyboard) yaitu : Tombol pada papan ketik (keyboard) dikelompokkan menjadi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan sistem pendeteksi orang tergeletak mulai dari : pembentukan citra digital, background subtraction, binerisasi, median filtering,
Lebih terperinciIntensitas cahaya ditangkap oleh diagram iris dan diteruskan ke bagian retina mata.
Pembentukan Citra oleh Sensor Mata Intensitas cahaya ditangkap oleh diagram iris dan diteruskan ke bagian retina mata. Bayangan obyek pada retina mata dibentuk dengan mengikuti konsep sistem optik dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Fotogrametri adalah suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya tentang suatu obyek fisik dan keadaan sekitarnya melalui proses
Lebih terperinciFotografi digital. A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si
Fotografi digital A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si Pengertian fotografi digital Fotografi yang memanfaatkan data digital dalam proses pengolahan dan penyimpanannya. Data digital adalah data berupa angkaangka
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA
BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Tinjauan Data Orang-orang kreatif membutuhkan wadah, Jakarta sudah memiliki wadah tetapi mereka tidak memiliki awareness yang sangat baik untuk diketahui masyarakat. 2.1.1 Definisi
Lebih terperinciPERTEMUAN 3! 2.1 Pengelompokan Kamera Foto
PERTEMUAN 3! 2.1 Pengelompokan Kamera Foto Kamera berasal dari kata Camer (Belanda), yang berarti : ruang kedap cahaya Kamera didefinisikan juga sebagai media untuk berkomunikasi dengan baik ataupun kreatif,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Meteran Air Meteran air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor, unit penghitung,
Lebih terperinciPertemuan 5 PERANTI INTERAKTIF
Pertemuan 5 PERANTI INTERAKTIF 1. Piranti Masukan Keyboard Tombol pada papan ketik (keyboard) dikelompokkan menjadi 4 bagian : a. Tombol Fungsi (function key) b. Tombol Alphanumerik (alphanumeric key)
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN ANALISA
BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4. Analisa Hasil Pengukuran Profil Permukaan Penelitian dilakukan terhadap (sepuluh) sampel uji berdiameter mm, panjang mm dan daerah yang dibubut sepanjang 5 mm. Parameter pemesinan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Citra Citra menurut kamus Webster adalah suatu representasi atau gambaran, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda, contohnya yaitu foto seseorang dari kamera yang
Lebih terperinciAPLIKASI TRANSFORMASI WATERSHED UNTUK SEGMENTASI CITRA DENGAN SPATIAL FILTER SEBAGAI PEMROSES AWAL
APLIKASI TRANSFORMASI WATERSHED UNTUK SEGMENTASI CITRA DENGAN SPATIAL FILTER SEBAGAI PEMROSES AWAL Murien Nugraheni Prodi Teknik Informatika Fak FTI UAD Jl. Prof. Dr. Soepomo, Janturan, Yogyakarta 55164,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. bagian penting untuk dapat mengetahui sifat aliran fluida pada medium berpori.
16 BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Serial Sectioning Pengetahuan tentang struktur pori tiga dimensi secara komputasi menjadi bagian penting untuk dapat mengetahui sifat aliran fluida pada medium berpori.
Lebih terperinciAPLIKASI IMAGE THRESHOLDING UNTUK SEGMENTASI OBJEK
APLIKASI IMAGE THRESHOLDING UNTUK SEGMENTASI OBJEK Rinaldi Munir Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10 Bandung 40132 E-mail: rinaldi@informatika.org Abstrak
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR PELAKSANAAN
3.1 Proses pelaksanaan umum BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN Dalam operasional studio setiap bagian pekerjaan haruslah saling mendukung. Dalam studio ini pembagian divisi dilakukan secara mutlak atau harus
Lebih terperinciKarena ada yang menanyakan apa itu Bukaan Diafragma di kotak komentar pada blog ini, maka bersama ini saya coba menjelaskannya, semoga bermanfaat.
Bukaan Lensa Karena ada yang menanyakan apa itu Bukaan Diafragma di kotak komentar pada blog ini, maka bersama ini saya coba menjelaskannya, semoga bermanfaat. Bukaan lensa biasa juga disebut bukaan diafragma
Lebih terperinciFOTOGRAFI, oleh Burhanuddin, S.E., M.Si. Hak Cipta 2014 pada penulis
FOTOGRAFI, oleh Burhanuddin, S.E., M.Si. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id Hak Cipta dilindungi
Lebih terperinciPENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY
PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY Minati Yulianti 1, Cucu Suhery 2, Ikhwan Ruslianto 3 [1] [2] [3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura Jl. Prof.
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital adalah citra yang dapat diolah oleh komputer (Sutoyo & Mulyanto, 2009). Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Iris mata merupakan salah satu organ internal yang dapat di lihat dari luar. Selaput ini berbentuk cincin yang mengelilingi pupil dan memberikan pola warna pada mata
Lebih terperinciBab III TEORI PENUNJANG
Bab III TEORI PENUNJANG 3.1. Pengertian Fotografi Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu "photos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Dalam tugas akhir ini penguji melakukan pengujian dari judul tugas akhir sebelumnya, yang dilakukan oleh Isana Mahardika. dalam tugas akhir tersebut membahas pendeteksian tempat
Lebih terperinciBAB II PEMBAHASAN. Gambar 2.1 Lenturan Gelombang yang Melalui Celah Sempit
BAB II PEMBAHASAN A. Difraksi Sesuai dengan teori Huygens, difraksi dapat dipandang sebagai interferensi gelombang cahaya yang berasal dari bagian-bagian suatu medan gelombang. Medan gelombang boleh jadi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. Citra Digital Menurut kamus Webster, citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda. Citra digital adalah representasi dari citra dua dimensi
Lebih terperinciTujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :
Tujuan Instruksional Umum : 1. Memberikan pemahaman fungsi cahaya. 2. Memberikan pemahaman karakter cahaya. 3. Memberikan pemahaman arah cahaya. Tujuan Instruksional Khusus : 1. Mahasiswa mampu memahami
Lebih terperinciAdobe Photoshop CS3. Bagian 2 Bekerja dalam Photoshop
Adobe Photoshop CS3 Bagian 2 Bekerja dalam Photoshop Mengapa Photoshop? Adobe Photoshop adalah perangkat lunak yang menjadi standar dalam industri digital imaging. Sekarang, memiliki keahlian dalam menggunakan
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut
BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut sudah terintegrasi dengan komputer, dengan terintegrasinya sistem tersebut
Lebih terperinciTugas Pengantar Sistem Operasi (PSO) How It Works
Tugas Pengantar Sistem Operasi (PSO) How It Works Oleh : Patricia Hanna Giovani Sibarani (5214100177) Barcode Scanner a. Barcode Barcode adalah kode batang, sehinga datng adlaah berupa kumpulan batang
Lebih terperinciBAB II TEORI PENUNJANG
BAB II TEORI PENUNJANG 2.1 Computer Vision Komputerisasi memiliki ketelitian yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan cara manual yang dilakukan oleh mata manusia, komputer dapat melakukan berbagai
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan Wahyuningtyas (2011) jenis tanah di Kebun Percobaan Cikabayan merupakan Latosol. Tanah ini memiliki ciri ciri batas horizon yang samar, warna 7.5YR,4/4 (brown), remah
Lebih terperinciOperasi Piksel dan Histogram
BAB 3 Operasi Piksel dan Histogram Setelah bab ini berakhir, diharapkan pembaca memahami berbagai bahasan berikut. Operasi piksel Menggunakan histogram citra Meningkatkan kecerahan Meregangkan kontras
Lebih terperinciPertemuan 4. Fotografi ACHMAD BASUKI
Pertemuan 4 Fotografi ACHMAD BASUKI POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA Assesoris Kamera PERTEMUAN 4 Assesoris Kamera Flash Filter Tripod Lensa Lensa Lensa adalah assesoris utama untuk menghasilkan
Lebih terperinciAntiremed Kelas 12 Fisika
Antiremed Kelas 12 Fisika Optika Fisis - Latihan Soal Doc Name: AR12FIS0399 Version : 2012-02 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) Mauatan listrik yang diam (2) Muatan listrik
Lebih terperinciA. PENGERTIAN difraksi Difraksi
1 A. PENGERTIAN Jika muka gelombang bidang tiba pada suatu celah sempit (lebarnya lebih kecil dari panjang gelombang), maka gelombang ini akan mengalami lenturan sehingga terjadi gelombang-gelombang setengah
Lebih terperinciPRAKTIKUM FOTOGRAFI TAHAP I
PRAKTIKUM FOTOGRAFI TAHAP I DASAR-DASAR FOTOGRAFI 1. Antara Mata Manusia Dan Mata Kamera Secara sekilas melakukan potret-memotret adalah perkara yang mudah.beberapa tipe produk kamera saku memang disediakan
Lebih terperinciFotografi 1 Dkv215. Bayu Widiantoro Progdi Desain Komunikasi Visual Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Katolik SOEGIJAPRANATA
Fotografi 1 Dkv215 Bayu Widiantoro Progdi Desain Komunikasi Visual Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Katolik SOEGIJAPRANATA kamera Analog Film kamera Digital Sensor Sangat berpengaruh pada kamera
Lebih terperinciPROSES DIGITAL II mendesain dengan digital, half tone screen, scanner
PROSES DIGITAL II mendesain dengan digital, half tone screen, scanner Reprografika DKV Unika SOEGIJAPRANATA b@yu widiantoro Mendesain dengan DIGITAL Alat yang dibutuhkan Perangkat yang dapat menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di bidang informasi spasial dan fotogrametri menuntut sumber data yang berbentuk digital, baik berformat vektor maupun raster. Hal ini dapat
Lebih terperinciGambar 4.1 Diagram Percobaan
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerangka Percobaan Pada bab ini dilakukan pembahasan dari implementasi terhadap sistem yang telah dirancang, berupa cara kerja sistem dan pembahasan data-data percobaan yang
Lebih terperinciJobsheet 3 Cara Kerja Sistem CCTV
Jobsheet 3 Cara Kerja Sistem CCTV I. Tujuan Praktikum 1.Mahasiswa mengetahui cara mengoperasikan CCTV. 2.Mahasiswa dapat mengoperasikan CCTV. 3.Mahasiswa mengetahui cara kerja sistem CCTV. II. Deskripsi
Lebih terperinciImplementasi Morphology Concept and Technique dalam Pengolahan Citra Digital Untuk Menentukan Batas Obyek dan Latar Belakang Citra
Implementasi Morphology Concept and Technique dalam Pengolahan Citra Digital Untuk Menentukan Batas Obyek dan Latar Belakang Citra Eddy Nurraharjo Program Studi Teknik Informatika, Universitas Stikubank
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Uang Kertas Rupiah Uang Rupiah Kertas adalah Uang Rupiah dalam bentuk lembaran yang terbuat dari Kertas Uang yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, dimana penggunaannya dilindungi
Lebih terperinciAPA ITU FOTOGRAFI menurut Evin Global
APA ITU FOTOGRAFI menurut Evin Global Kata Fotografi diambil dari Yunani yaitu kata Fotos yang berarti sinar atau cahaya, dan Grafos yang bararti gambar. Dalam seni rupa, fotografi adalah proses pembuatan
Lebih terperinciAPLIKASI IMAGE THRESHOLDING UNTUK SEGMENTASI OBJEK
APLIKASI IMAGE THRESHOLDING UNTUK SEGMENTASI OBJEK Rinaldi Munir Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10 Bandung 40132 E-mail: rinaldi@informatika.org ABSTRAKSI
Lebih terperinciTujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :
Tujuan Instruksional Umum : 1. Memberikan pemahaman mengenai definisi kamera. 2. Memberikan pemahaman jenis jenis kamera berdasarkan pengelompokannya. 3. Memberikan pemahaman mengenai bentuk fisik, fungsi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai analisis pola interferensi pada interferometer Michelson
22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian mengenai analisis pola interferensi pada interferometer Michelson akibat perbedaan ketebalan benda transparan dengan metode image processing
Lebih terperinciPANDUAN UJI KOMPETENSI
PANDUAN UJI KOMPETENSI KLASTER ARCHITECTULAR PHOTOGRAPHY LSP TIK INDONESIA Jl. Pucang Anom Timur 23 Surabaya 60282, Jawa Timur Telp: +62 31 5019775 Fax: +62 31 5019776 Daftar Isi 1. Latar Belakang... 2
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan pada : Waktu : Juni 2014 Maret 2015 Tempat : Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung
Lebih terperinci