Efek Cognitive Load Theory dalam Mendesain Bahan Ajar Geometri

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Efek Cognitive Load Theory dalam Mendesain Bahan Ajar Geometri"

Transkripsi

1 SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 PM -165 Efek Cognitive Load Theory dalam Mendesain Bahan Ajar Geometri Fitraning Tyas Puji Pangesti (Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta) Abstrak Belajar adalah proses perubahan susunan pengetahuan yang telah tersimpan dalam memori melalui rekonstruksi pengetahuan lama maupun mengkonstruksi pengetahuan baru. Belajar melibatkan suatu sistem memori (sistem kognitif) dalam proses memperoleh, mengolah, dan menyimpan pengetahuan. Cognitive Load Theory merupakan salah satu teori desain pembelajaran yang terkait dengan proses belajar siswa. Teori ini menekankan pada metode untuk membantu siswa mencapai kemampuan optimal yang didasarkan pada cara kerja sistem kognitif. Selain memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan awal siswa, penggunaan bahan ajar juga berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam memperoleh dan memahami pengetahuan. Pada pembelajaran matematika khususnya materi geometri, masih banyak siswa mengalami kesulitan belajar sehingga menyebabkan rendahnya prestasi geometri. Penyusunan bahan ajar geometri menjadi suatu alternatif untuk membantu siswa memahami materi geometri. Penyajian worked example dipilih dalam mendesain bahan ajar geometri ini. Worked example menyediakan langkah demi langkah dalam menyelesaikan masalah. Teknik penyusunan worked example harus menghindari split attention dan efek redundancy. Split attention terjadi ketika setidaknya ada dua sumber informasi yang menyebabkan perhatian siswa terpisah baik secara ruang maupun waktu. Efek redundancy terjadi apabila sumber-sumber berbeda menyajikan informasi yang sama. Split attention dan efek redundancy menyebabkan peningkatan beban siswa dalam memperoleh pengetahuan. Dalam makalah ini akan dibahas efek Cognitive Load Theory beserta penerapannya dalam mendesain bahan ajar geometri. Kata kunci: bahan ajar geometri, efek redundancy, split attention, worked example I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah proses perubahan susunan pengetahuan yang telah tersimpan dalam memori melalui rekonstruksi pengetahuan lama maupun mengkonstruksi pengetahuan baru. Belajar melibatkan suatu sistem memori (sistem kognitif) dalam proses memperoleh, mengolah, dan menyimpan pengetahuan. Pengetahuan tentang bagaimana manusia belajar, berpikir, dan memecahkan masalah berhubungan dengan arsitektur kognitif manusia. Sweller menyatakan Cognitive Load Theory (CLT) began as an instructional theory based on our knowledge of human cognitive architecture [1]. CLT bermula sebagai teori pembelajaran yang berbasis pada pengetahuan tentang arsitektur kognitif manusia. Terdapat tiga komponen utama dari memori manusia, yaitu: memori penginderaan, memori kerja, dan memori jangka panjang. Pemahaman mengenai arsitektur kognitif manusia dalam memperoleh, mengolah dan menyimpan informasi merupakan dasar penjelasan mengapa beberapa metode instruksional bekerja sementara yang lain gagal. Pemrosesan informasi untuk menjadi pengetahuan yang tersimpan dalam memori manusia atau proses pengolahan pengetahuan di memori disebut dengan proses kognitif [2]. CLT menekankan pada metode untuk membantu siswa mencapai kemampuan optimal yang didasarkan pada cara kerja sistem kognitif. Geometri menjadi salah satu aspek matematika yang penting untuk dipelajari. Terdapat tiga alasan mengapa geometri dipelajari [3]. Pertama, geometry uniquely connects mathematics with the real physical word. Geometri mengaitkan matematika dengan bentuk fisik pada dunia nyata. Misalnya sarang lebah yang merupakan representasi dari susunan segienam. Kedua, geometry uniquely enables ideas from other areas of mathematics to be pictured. Geometri memungkinkan ide-ide matematika yang lain 1169

2 ISBN dapat divisualisasikan. Contohnya, penyelesaian masalah statistika menggunakan diagram batang, diagram lingkaran, maupun berbagai macam kurva. Ketiga, geometry nonuniquely provides an examples of a mathematical system. Secara umum geometri menyediakan suatu contoh mengenai sistem matematika, misalnya pembuktian dua garis yang sejajar menggunakan teorema dasar kekongruenan. Groth menyatakan bahwa geometri menyajikan banyak ide menarik untuk dipelajari. Ide-ide tersebut bermula dari era sejarah sebelum Euclid namun masih relevan untuk dipelajari hingga sekarang. Tujuan dasar belajar geometri yakni pemahaman, mampu mendefinisikan bentuk geometri, dan mengkonstruksikan bukti [4]. Di Indonesia, sesuai dengan kurikulum tahun 2006 kompetensi dasar (KD) mengenai geometri menempati porsi terbesar dalam pembelajaran matematika di tingkat SMP yakni 24 dari 59 KD matematika [5]. Hal ini menunjukkan banyaknya materi geometri yang perlu dipelajari oleh siswa di tingkat SMP. Bukti empiris di lapangan menunjukkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam belajar geometri. Salah satu studi internasional untuk mengevaluasi pendidikan, khususnya prestasi siswa kelas VIII SMP yang diikuti oleh Indonesia adalah Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS). Dalam TIMSS 2011, Indonesia menempati posisi terendah dibandingkan negara lain di kawasan Asia. Kemampuan rata-rata siswa di Indonesia dalam menyelesaikan masalah geometri baru mencapai 24%. Sebagai perbandingan, kemampuan siswa dalam geometri di Singapura mencapai 71%, Jepang 67%, Malaysia 33%, dan Thailand 29% [6]. Bukti masih rendahnya kemampuan siswa dalam geometri ditunjukkan juga dari hasil Ujian Nasional tahun 2013/2014. Penguasaan siswa terhadap materi geometri baru mencapai 57% [7]. Bukti di lapangan telah menunjukkan perlunya terobosan baru dalam membelajarkan geometri agar siswa mampu memahami dan mengaplikasikan materi geometri dengan tepat. Berdasarkan pengalaman penulis sebagai guru ditemukan beberapa faktor yang menyebabkan prestasi geometri siswa SMP belum memuaskan. Penulis menduga faktor-faktor penyebabnya antara lain karena: (1) siswa masih beranggapan matematika merupakan pelajaran yang sulit untuk dipelajari dan dipahami; (2) pembelajaran masih bertujuan untuk penyampaian materi bukan pada pengembangan kompetensi; (3) guru matematika cenderung monoton dalam menerapkan metode pembelajaran geometri; (4) siswa jarang memiliki pengalaman langsung berinteraksi dengan lingkungan ketika belajar geometri; (5) terbatasnya alat peraga dan bahan ajar geometri; dan (6) siswa cenderung menghafal rumus dalam geometri tanpa adanya pemahaman dan penalaran dalam mengaplikasikan rumus-rumus tersebut. Lebih lanjut, berdasarkan hasil pembicaraan terhadap beberapa guru matematika yang lain, salah satu faktor utama penyebab rendahnya prestasi siswa SMP dalam geometri adalah terbatasnya bahan ajar berkualitas yang beorientasi pada kegiatan siswa untuk menggunakan konsep geometri. Bahan ajar merupakan komponen penting yang harus dipersiapkan guru sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika. Prastowo mengemukakan bahwa bahan ajar merupakan segala bentuk bahan yang digunakan dalam proses pembelajaran, disusun secara sistematis dan menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa [9]. Kualitas bahan ajar matematika yang digunakan merupakan faktor penentu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, bahan ajar hendaknya disusun berdasarkan kemampuan awal siswa sehingga akan lebih membantu siswa dalam belajar. Siswa dengan kemampuan rendah memperoleh lebih banyak bantuan dalam penyelesaian masalah dan siswa dengan kemampuan awal tinggi difasilitasi melalui pemecahan masalah. Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa perlu untuk mengembangkan bahan ajar geometri SMP dengan memperhatikan efek CLT. Dalam makalah ini akan ditunjukkan contoh desain bahan ajar geometri SMP menggunakan worked example (contoh-kerja) yang penyajiannya menghindari efek perulangan dan efek perhatian terpisah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang, rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimanakah mendesain bahan ajar geometri SMP yang memperhatikan efek Cognitive Load Theory? 1170

3 SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 C. Tujuan Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah menghasilkan contoh desain bahan ajar geometri SMP yang memperhatikan efek Cognitive Load Theory. D. Manfaat Kajian Manfaat penyusunan makalah ini yaitu: 1. Tersedianya contoh desain bahan ajar geometri SMP yang memperhatikan efek Cognitive Load Theory. 2. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain yang akan meneliti terkait topik ini. II. PEMBAHASAN Informasi yang baru pertama kali diperoleh, diterima dan diidentifikasi awal oleh memori penginderaan lalu diteruskan untuk diorganisasikan dan diberi makna oleh memori kerja, kemudian akan disimpan dalam memori jangka panjang. Memori penginderaan dan memori kerja mempunyai keterbatasan dalam kapasitas dan durasi, sehingga untuk memproses sejumlah besar informasi baru dalam waktu yang bersamaan dapat memunculkan suatu beban kognitif pada memori kerja. Sweller menyatakan terdapat tiga sumber beban kognitif yang mempengaruhi memori kerja yaitu intrinsic cognitive load, extraneous cognitive load, dan germane cognitive load [1][8]. Intrinsic cognitive load ditentukan oleh tingkat kompleksitas informasi atau materi yang sedang dipelajari. Beberapa materi secara intrinsik sulit untuk dipahami dan akhirnya diberikan tanpa memperhatikan bagaimana seharusnya materi tersebut diajarkan. Faktor penting dalam mengajarkan suatu materi yaitu memahami timbulnya elemen interaktivitas, yakni sejumlah elemen yang secara bersamasama harus diproses dalam memori kerja di bawah instruksi. Elemen interaktivitas yang tinggi menyebabkan beban pada memori kerja dan intrinsic cognitive load menjadi tinggi. Unsur interaktivitas bersifat tetap karena secara intrinsik dimiliki oleh semua materi yang harus dipelajari dan tidak dapat diubah. Extraneous cognitive load ditentukan oleh teknik penyajian materi. Teknik penyajian materi yang baik, yaitu yang tidak menyulitkan pemahaman dapat menurunkan extraneous cognitive load. Sebaliknya, teknik penyajian yang menyulitkan pemahaman akan meningkatkan extraneous cognitive load. Pemahaman suatu materi akan mudah terjadi jika ada pengetahuan prasyarat yang cukup dan dapat dipanggil dari memori jangka panjang. Jika pengetahuan prasyarat ini dapat hadir di memori kerja secara otomatis, maka meminimalkan extraneous cognitive load. Semakin banyak pengetahuan yang dapat digunakan secara otomatis, semakin minimum beban kognitif pada memori kerja. Extraneous cognitive load juga berhubungan dengan faktor yang seharusnya diminimalkan dalam pembelajaran, misalnya penggunaan bahan ajar yang membingungkan, suara gaduh, dan tampilan media komputer yang terlalu banyak animasinya. Beban kognitif konstruktif (germane cognitive load) disebabkan oleh banyaknya usaha mental yang diberikan dalam proses kognitif yang relevan dengan pemahaman materi yang sedang dipelajari dan proses konstruksi pengetahuan. Beban kognitif konstruktif memiliki hubungan positif dengan pembelajaran karena berhubungan dengan pembentukan skema dan otomatisasi pengolahan informasi. Jika memori kerja telah dipenuhi oleh intrinsic dan extraneous cognitive load maka tidak ada muatan yang tersisa untuk beban kognitif konstruktif. Apabila tidak ada beban kognitif konstruktif maka memori kerja tidak dapat mengorganisasikan, mengkonstruksi, mengelaborasi atau mengintegrasikan materi yang 1171

4 ISBN sedang dipelajari untuk menjadi pengetahuan yang tersimpan dengan baik di memori jangka panjang. Beban kognitif konstruktif antara siswa yang satu dengan yang lain mungkin berbeda, hal ini dipengaruhi oleh latar belakang pengalaman dan pengetahuan, serta karakteristik siswa. Dalam pembelajaran matematika, materi-materi matematika cenderung memiliki tingkat kompleksitas tinggi. Contohnya pada geometri dalam materi bangun ruang, siswa perlu memahami pernyataan tentang sifat-sifat bangun ruang, mampu mengidentifikasi bentuknya, dapat menggunakan rumus-rumus yang sesuai, dan menerapkan konsep bangun ruang dalam pemecahan masalah. Karena memiliki kompleksitas tinggi dan hal itu bersifat tetap, maka pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan awal siswa, misalnya menggunakan worked example (contoh-kerja) menjadi alternatif untuk membantu siswa memahami materi matematika. Pemilihan metode pembelajaran yang tidak tepat, misalnya dengan menyajikan informasi secara terpisah padahal seharusnya dapat disajikan secara terpadu sehingga menyebabkan split attention (perhatian terpisah) maupun menggunakan berbagai sumber belajar dengan informasi yang sama sehingga menyebabkan efek redundancy (perulangan) dapat mengakibatkan bertambahnya extraneous cognitive load siswa. CLT terutama digunakan untuk memberikan prinsip-prinsip dalam meminimalkan extraneous cognitive load. Secara umum, extraneous cognitive load bisa disebabkan oleh satu atau lebih dari sumber-sumber [1] berikut: 1. Ketidakcukupan pengetahuan dasar siswa yang tidak diimbangi guru dengan memberikan bimbingan instruksional, sehingga memaksa siswa untuk mencari solusi menggunakan prosedur acak (siswa tidak diajarkan prosedur mencari solusi dari suatu instruksi). 2. Tumpang tindih pengetahuan dasar yang tersedia dalam suatu bimbingan instruksional padahal pengetahuan tersebut ditujukan pada kegiatan kognitif yang sama. 3. Langkah maupun informasi yang berlebihan. Menyebabkan terlalu banyak elemen informasi baru dalam memori kerja untuk dimasukkan ke dalam struktur memori jangka panjang. 4. Terpisah (dalam ruang-waktu), terkait representasi instruksional. Siswa harus berkali-kali melakukan proses pencarian dan mencocokkan satu informasi dengan informasi yang lain. Salah satu metode meminimalkan extraneous cognitive load yakni menggunakan worked example. Selain dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas, worked example dapat diterapkan pada buku(bahan ajar)[10]. Penyusunan worked example bertujuan agar siswa memperoleh pemahaman. Worked example secara umum digunakan untuk menunjukkan cara memecahkan suatu masalah, kemudian dilanjutkan dengan praktek pada sejumlah masalah yang memiliki kesamaan karakteristik. Seorang guru yang menerapkan strategi worked example harus mampu memberikan contoh pemecahan masalah yang dapat diikuti maupun ditiru oleh siswa. Pernyataan tentang masalah beserta langkah-langkah menuju solusi akhir beserta komentar-komentar penting dicantumkan dalam worked example. Pertimbangan penting bagi guru ketika akan menerapkan worked example dalam proses pembelajarannya adalah bagaimana menentukan struktur dari worked example tersebut. Sweller dan Cooper menyajikan pasangan antara worked example dengan masalah identik yang harus diselesaikan. Sweller dan Cooper menyatakan setelah mempelajari suatu masalah beserta pemecahannya, motivasi siswa akan meningkat untuk menyelesaikan masalah dengan karakter yang sama. Struktur yang sering dipakai pada penyelidikan efek worked example yaitu study one-solve one [3]. 1172

5 SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Berikut ini contoh worked example geometri, khususnya pada materi balok. Belajar melalui contoh Contoh 1: Perhatikan gambar balok ABCD.EFGH berikut ini, Tentukan panjang diagonal ruang HB. Solusi: langkah 1: konsep teorema Pythagoras Perhatikan segitiga siku-siku BDH HB 2 = HD 2 + BD 2 Perhatikan segitiga siku-siku ABD BD 2 = AB 2 + AD 2 langkah 2: menemukan hubungan diagonal ruang dengan diagonal bidang. HB 2 = HD 2 + BD 2 = HD 2 + (AB 2 + AD 2 ) = HD 2 + AB 2 + AD 2 langkah 3: menghitung panjang HB HB 2 = HD 2 + AB 2 + AD 2 = = 90 HB = Jadi panjang diagonal HB adalah cm. Latihan soal 1: Perhatikan gambar balok KLMN.OPQR berikut ini, E A H D 5 cm F B G 7 cm C 4 cm R Q Berapakah panjang diagonal ruang KQ?. O P 6 cm N M 5 cm K 12 cm L Solusi: Gambar 1: Contoh worked example (study one-solve one) Dalam CLT disebutkan bahwa efek worked example efektif digunakan bagi siswa dengan kemampuan awal rendah maupun untuk mempelajari konsep dan prosedur baru [1][3][10]. Namun, apabila kemampuan siswa telah meningkat metode worked example dapat diganti dengan faded example yaitu dengan mengurangi beberapa langkah maupun penjelasan dalam penyelesaian soal. Metode pemecahan masalah diberikan dan akan lebih efektif bagi siswa dengan kemampuan awal tinggi [3]. Berikut ini contoh faded example yang merupakan pengembangan worked example. 1173

6 ISBN Melengkapi langkah Contoh 2: Akan dibuat model kerangka balok dari kawat yang panjangnya 7 m. Jika ukuran panjang (p), lebar(l), dan tinggi(t) balok yaitu 25 cm, 12 cm, dan 18 cm. Berapa banyak kerangka balok yang dapat dibuat?. Solusi: langkah 1: menghitung kawat yang dibutuhkan untuk membuat sebuah balok, Panjang kawat yang dibutuhkan = 4 ( p + l + t ) karena balok memiliki 12 rusuk =... Jadi, panjang kawat yang dibutuhkan untuk membuat sebuah balok adalah... langkah 2: menghitung banyaknya kerangka balok yang dapat dibuat. Tersedia 700 cm kawat, berarti banyaknya kerangka balok yang dapat dibuat yaitu:... Latihan soal 2: Akan dibuat model kerangka balok dari kawat yang panjangnya 10 m. Jika ukuran panjang (p), lebar(l), dan tinggi(t) balok yaitu 23 cm, 16 cm, dan 19 cm. Berapa banyak kerangka balok yang dapat dibuat?. Solusi: langkah 1:... langkah 2:... Gambar 2: Contoh faded example Terdapat dua efek kognitif yang teridentifikasi sebagai sumber dari extraneous cognitive load yang berpengaruh terhadap desain worked example yaitu efek perhatian terpisah dan efek pengulangan. Perhatikan contoh berikut ini, E H diagonal bidang F G titik puncak E rusuk diagonal ruang sisi tinggi tinggi sisi tegak A titik sudut D B C A D alas limas sisi C B Gambar 3: Teknik integratif dalam penyajian gambar bangun ruang 1174

7 SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Teknik integratif digunakan untuk menghindari terpisahnya perhatian siswa dalam memahami gambar beserta keterangan yang menyertainya. Berikut ini contoh penyajian soal dengan perhatian terpisah yang seharusnya dapat dihindari dalam penyusunan bahan ajar. Gambar 4: Penyajian soal dengan perhatian terpisah Sumber: Buku matematika siswa kelas VIII semester II Efek pengulangan terjadi apabila informasi yang sama disajikan secara berulang, berikut ini contohnya. Gambar 5: Penyajian soal dengan pengulangan sumber informasi yang sama Sumber: Buku matematika siswa kelas VIII semester II Beberapa sumber informasi yang sama tidak perlu secara bersama-sama disajikan, karena akan menambahkan beban siswa untuk menghubungkan dan mengecek kesesuaian antara sumber-sumber informasi tersebut. III. PENUTUP A. Simpulan Pengetahuan tentang bagaimana manusia belajar, berpikir, dan memecahkan masalah berhubungan dengan arsitektur kognitif manusia. Terdapat tiga komponen utama dari memori manusia, yaitu: memori sensorik, memori kerja, dan memori jangka panjang. Pemahaman mengenai arsitektur kognitif manusia dalam memperoleh, mengolah dan menyimpan informasi sebagai suatu pengetahuan baru merupakan dasar penjelasan mengapa beberapa prosedur instruksional bekerja sementara yang lain gagal. Cognitive Load Theory menekankan pada metode untuk membantu siswa mencapai kemampuan optimal yang didasarkan pada cara kerja sistem kognitif. Memori kerja memiliki keterbatasan kapasitas dalam 1175

8 ISBN mengolah sejumlah informasi secara bersama-sama. Teknik penyajian materi yang buruk dapat mengakibatkan beban kognitif pada siswa. Pengetahuan mengenai efek CLT dapat digunakan sebagai acuan guru dalam mendesain bahan ajar yang dapat membantu siswa memperoleh pemahaman. B. Saran Dalam pembelajaran geometri, guru hendaknya memperhatikan dengan seksama gambar maupun ilustrasi pada bahan ajar yang akan digunakan dalam proses belajar siswa. Gambar maupun ilustrasi dapat mempengaruhi kemampuan dalam memahami dan mengintepretasikan informasi yang akan disajikan. Penyajian gambar yang tepat akan meminimalkan terjadinya miskonsepsi yang dilakukan siswa ketika mempelajari geometri. DAFTAR PUSTAKA [1] Plass, J. L., Moreno, R., & Brunken, R., Cognitive Load Theory, Cambridge: Cambridge University Press, [2] Retnowati, E., Keterbatasan Memori dan Implikasinya dalam Mendesain Metode Pembelajaran Matematika, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Yogyakarta: UNY, [3] Sweller, J., Ayres, P., & Kalyuga, S., Cognitive Load Theory. Spring Street,NY: Springer, 2011 [4] NCTM, From 1980s: What Should Not Be in The Algebra and Geometry Curricula of Average College-Bound Students?, Mathematics Teacher, vol. 100, pp [5] Groth, R. E, Teaching Mathematics in grade 6-12, Los Angeles: SAGE Publications Inc, [6] Kemdiknas, Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, [7] Mullis, I. V., Martin, M. O., Foy, P., & Arora, A., TIMSS 2011 International, USA: TIMSS & PIRLS International Study Center, [8] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang Kemdikbud), Laporan Hasil Ujian Nasional, [9] Prastowo, A., Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, Jogjakarta: DIVA Press, [10] Retnowati, E., Worked Examples in Mathematics, 2nd International STEM in Education Conference, Beijing,China: Beijing Normal University,

PROSIDING ISSN: PM-23 PROSES KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN BERMAKNA

PROSIDING ISSN: PM-23 PROSES KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN BERMAKNA PM-23 PROSES KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN BERMAKNA Nilza Humaira Salsabila Universitas Negeri Yogyakarta nilzahumaira@gmail.com Abstrak Belajar merupakan proses perubahan susunan pengetahuan yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya pada tingkat SMP berdasarkan Kurikulum 2006, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. khususnya pada tingkat SMP berdasarkan Kurikulum 2006, salah satunya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan matematika memegang peranan penting dalam pendidikan nasional. Melalui pendidikan matematika, siswa dapat dilatih untuk berpikir logis dalam memecahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

Pengembangan Bahan Ajar Geometri SMP Berbasis Cognitive Load Theory Berorientasi pada Prestasi Belajar Siswa

Pengembangan Bahan Ajar Geometri SMP Berbasis Cognitive Load Theory Berorientasi pada Prestasi Belajar Siswa Available online at: http://journal.uny.ac.id/index.php/pythagoras PYTHAGORAS: Jurnal Pendidikan Matematika, 12 (1), 2017, 33-46 Pengembangan Bahan Ajar Geometri SMP Berbasis Cognitive Load Theory Berorientasi

Lebih terperinci

Desain Worked Example untuk Mengajarkan Matematika pada Siswa Disabilitas Netra

Desain Worked Example untuk Mengajarkan Matematika pada Siswa Disabilitas Netra SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 Desain Worked Example untuk Mengajarkan Matematika pada Siswa Disabilitas Netra Nur Azizah 1, Endah Retnowati 2 Universitas Negeri Yogyakarta 1,2 izulazizah.susilo@gmail.com

Lebih terperinci

Implikasi Teori Beban Kognitif dalam Merancang Pembelajaran Matematika Bermakna

Implikasi Teori Beban Kognitif dalam Merancang Pembelajaran Matematika Bermakna SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 Implikasi Teori Beban Kognitif dalam Merancang Pembelajaran Matematika Bermakna M-101 Sumbaji Putranto 1, Khomarudin Fahuzan 2 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PRINSIP- PRINSIP TEORI BEBAN KOGNITIF DALAM MERANCANG MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PRINSIP- PRINSIP TEORI BEBAN KOGNITIF DALAM MERANCANG MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA PRINSIP- PRINSIP TEORI BEBAN KOGNITIF DALAM MERANCANG MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA Vivin Nur Afidah Guru SMP Negeri 1 Lumajang email: vivin.afida@gmail.com Abstrak: Media pembelajaran merupakan salah

Lebih terperinci

Kata kunci: Peningkatan, Pemahaman, Berbantuan The multimedia, Teori Beban Kognitif, Teorema Pythagoras.

Kata kunci: Peningkatan, Pemahaman, Berbantuan The multimedia, Teori Beban Kognitif, Teorema Pythagoras. PEMBELAJARAN BERBANTUAN MULTIMEDIA BERDASARKAN TEORI BEBAN KOGNITIF YANG DAPAT MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BLITAR PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS Lilis Indiani,Subanji, dan Sisworo

Lebih terperinci

2015 PROFIL BEBAN KOGNITIF SISWA SMA WILAYAH BANDUNG PADA PEMBELAJARAN KONSEP SYARAF

2015 PROFIL BEBAN KOGNITIF SISWA SMA WILAYAH BANDUNG PADA PEMBELAJARAN KONSEP SYARAF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Para penganut teori belajar kognitif berpendapat bahwa perilaku yang tidak dapat diamati pun dapat dipelajari secara ilmiah. Salah satu dari teori tersebut adalah

Lebih terperinci

ISBN: ANALISIS BEBAN KOGNITIF DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

ISBN: ANALISIS BEBAN KOGNITIF DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA ANALISIS BEBAN KOGNITIF DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA Aries Tejamukti STKIP PGRI Tulungagung Email: ariestejam@gmail.com Abstrak Teori beban kognitif merupakan teori yang digunakan untuk mempelajari

Lebih terperinci

Jurnal Silogisme: Kajian Ilmu Matematika dan Pembelajarannya Juni 2017, Vol. 2, No.1. ISSN:

Jurnal Silogisme: Kajian Ilmu Matematika dan Pembelajarannya Juni 2017, Vol. 2, No.1. ISSN: BEBAN KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL DENGAN KOEFISIEN LINIER DI IKIP PGRI BOJONEGORO TAHUN AJARAN 2016/2017 Novi Mayasari IKIP PGRI Bojonegoro mahiraprimagrafika@gmail.com Abstract

Lebih terperinci

2014 PEMBELAJARAN FISIOLOGI TUMBUHAN TERINTEGRASI STRUKTUR TUMBUHAN BERBASIS KERANGKA INSTRUKSIONAL MARZANO UNTUK MENURUNKAN BEBAN KOGNITIF MAHASISWA

2014 PEMBELAJARAN FISIOLOGI TUMBUHAN TERINTEGRASI STRUKTUR TUMBUHAN BERBASIS KERANGKA INSTRUKSIONAL MARZANO UNTUK MENURUNKAN BEBAN KOGNITIF MAHASISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bertujuan untuk mendapatkan mutu sumber daya manusia sesuai dengan tuntutan kebutuhan pembangunan. Pendukung utama terlaksananya sasaran pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia Pemerintah telah menerapkan kurikulum pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan di dunia pendidikan

Lebih terperinci

Mengembangkan Kemampuan Berpikir Siswa melalui Pembelajaran Matematika Realistik

Mengembangkan Kemampuan Berpikir Siswa melalui Pembelajaran Matematika Realistik Mengembangkan Kemampuan Berpikir Siswa melalui Pembelajaran Matematika Realistik Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA Diselenggarakan oleh FMIPA UNY Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan usaha sengaja, terarah dan

Lebih terperinci

Penerapan Pembelajaran Statistika 2 Mengacu Pada Teori Beban Kognitif Pada Mahasiswa Matematika Universitas Kaltara Tahun Ajaran 2015/2016

Penerapan Pembelajaran Statistika 2 Mengacu Pada Teori Beban Kognitif Pada Mahasiswa Matematika Universitas Kaltara Tahun Ajaran 2015/2016 SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 PM - 14 Penerapan Pembelajaran Statistika 2 Mengacu Pada Teori Beban Kognitif Pada Mahasiswa Matematika Universitas Kaltara Tahun Ajaran 2015/2016

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI BERDASARKAN TEORI BEBAN KOGNITIF

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI BERDASARKAN TEORI BEBAN KOGNITIF PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI BERDASARKAN TEORI BEBAN KOGNITIF Restu Ria Wantika Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Adi Buana Surabaya resturiawantika89@gmail.com ABSTRACT The purpose

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Salah satu upaya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) adalah dengan meningkatkan pendidikan. Bangsa yang maju

Lebih terperinci

Keterbatasan Memori dan Implikasinya dalam Mendesain Metode Pembelajaran Matematika

Keterbatasan Memori dan Implikasinya dalam Mendesain Metode Pembelajaran Matematika Keterbatasan Memori dan Implikasinya dalam Mendesain Metode Pembelajaran Matematika Endah Retnowati, M.Ed. Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak Proses kognitif melibatkan

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah penalaran Nurbaiti Widyasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah penalaran Nurbaiti Widyasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengambilan keputusan terhadap masalah yang dihadapi oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari tentu tidak terlepas dari aspek-aspek yang mempengaruhinya. Keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh tantangan, pendidikan merupakan aspek yang sangat penting karena dengan pendidikan diharapkan mampu membentuk sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah proses interaksi antar siswa, antar siswa dan guru, dan sumber belajar pada lingkungan belajar. Pada lingkungan belajar yang menjadi tujuan utama

Lebih terperinci

Penelitian ini mempelajari efektivitas pembelajaran kesebangunan dalam. teori yang relevan antara lain belajar dan pembelajaran matematika, pemecahan

Penelitian ini mempelajari efektivitas pembelajaran kesebangunan dalam. teori yang relevan antara lain belajar dan pembelajaran matematika, pemecahan BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori Penelitian ini mempelajari efektivitas pembelajaran kesebangunan dalam goal free problems secara kolaboratif ditinjau dari kemampuan transfer. Beberapa teori yang

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA SMP INDONESIA PADA TIMSS 2011

KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA SMP INDONESIA PADA TIMSS 2011 Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 18 Mei 2013 KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA SMP INDONESIA PADA TIMSS 2011 R. Rosnawati

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian pengembangan atau Research and

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian pengembangan atau Research and BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D) dengan menggunakan model pengembangan ADDIE yang

Lebih terperinci

2015 REDUKSI DIDAKTIK BAHAN AJAR SPERMATOPHYTA SEBAGAI UPAYA MENGENDALIKAN BEBAN KOGNITIF SISWA SMA SESUAI GAYA BELAJAR

2015 REDUKSI DIDAKTIK BAHAN AJAR SPERMATOPHYTA SEBAGAI UPAYA MENGENDALIKAN BEBAN KOGNITIF SISWA SMA SESUAI GAYA BELAJAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara tropis dimana di dalamnya begitu beranekaragam makhluk hidup. Sebetulnya ini akan sangat memudahkan

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI DIMENSI TIGA

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI DIMENSI TIGA Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA)2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 201-206 ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI DIMENSI TIGA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PENELITIAN BAB II TINJAUAN PENELITIAN A. Penelitian Terdahulu yang Relevan Abdolreza Lessani, dkk (2014) meneliti tentang isi buku teks matematika yang digunakan kelas 8 di Malaysia berdasarkan domain isi TIMSS.

Lebih terperinci

Karakteristik Soal TIMSS

Karakteristik Soal TIMSS SEMIAR ASIOAL MATEMATIKA DA PEDIDIKA MATEMATIKA UY 2015 Karakteristik Soal TIMSS Dwi Cahya Sari Jurusan Pendidikan Matematika, Pascasarjana Universitas egeri Yogyakarta email : cahyasari1984@gmail.com

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN OSBORN BERBANTUAN WINGEOM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KREATIF DAN BERPIKIR KRITIS MATERI KUBUS DAN BALOK SKRIPSI

PENERAPAN PEMBELAJARAN OSBORN BERBANTUAN WINGEOM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KREATIF DAN BERPIKIR KRITIS MATERI KUBUS DAN BALOK SKRIPSI PENERAPAN PEMBELAJARAN OSBORN BERBANTUAN WINGEOM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KREATIF DAN BERPIKIR KRITIS MATERI KUBUS DAN BALOK SKRIPSI Oleh Eka Fatma 342012002124 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi salah satu fokus dalam penyelenggaraan negara. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi salah satu fokus dalam penyelenggaraan negara. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk membangun bangsa. Pendidikan menjadi salah satu fokus dalam penyelenggaraan negara. Menurut Puspendik (2012: 2), kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan ini berisi gambaran pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi. Bab ini terdiri atas latar belakang masalah, mengapa masalah ini diangkat menjadi bahasan penelitian, rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial, teknologi, maupun ekonomi (United Nations:1997). Marzano, et al (1988)

BAB I PENDAHULUAN. sosial, teknologi, maupun ekonomi (United Nations:1997). Marzano, et al (1988) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan sangat mendasar dalam meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan menjamin perkembangan sosial, teknologi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, setiap orang dapat dengan mudah mengakses dan mendapatkan bermacam-macam

Lebih terperinci

Analisis Deskriptif Soal-Soal Dalam Buku Pelajaran Matematika SMP Kelas VIII Semester 1 Ditinjau dari Domain Kognitif TIMSS 2011

Analisis Deskriptif Soal-Soal Dalam Buku Pelajaran Matematika SMP Kelas VIII Semester 1 Ditinjau dari Domain Kognitif TIMSS 2011 SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 PM -39 Analisis Deskriptif - Dalam Buku Pelajaran Matematika SMP Kelas VIII Semester 1 Ditinjau dari Kognitif TIMSS 2011 Yoga Muhamad Muklis

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERSTANDAR NCTM BERNUANSA COGNITIVE LOAD THEORY UNTUK SMK KELAS X

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERSTANDAR NCTM BERNUANSA COGNITIVE LOAD THEORY UNTUK SMK KELAS X PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERSTANDAR NCTM BERNUANSA COGNITIVE LOAD THEORY UNTUK SMK KELAS X Arika Indah Kristiana 11 Abstrak. Belajar matematika adalah belajar konsep dan teknik penyelesaian,

Lebih terperinci

P - 92 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA

P - 92 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA P - 92 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA Kuswari Hernawati 1, Ali Mahmudi 2, Himmawati Puji Lestari 3 1,2,3) Jurusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang kehidupan masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat, memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia sepanjang hidupnya. Kegiatan inti dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah adalah proses belajar mengajar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting yaitu sebagai proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting yaitu sebagai proses untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran penting yaitu sebagai proses untuk mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa sehingga mampu hidup mandiri dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang membosankan bagi siswa, tak terkecuali di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari bagaimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara karena maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu studi internasional untuk mengevaluasi pendidikan khusus hasil belajar peserta didik berusia 14 tahun pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP) yang diikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ratunya ilmu (Mathematics is the Queen of the Sciences), maksudnya yaitu matematika itu tidak bergantung pada bidang studi lain. Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika adalah ilmu yang berkembang sejak ribuan tahun lalu dan masih berkembang hingga saat ini. Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sangat berperan penting dalam kemajuan teknologi dan informasi di era globalisasi ini. Setiap negara berlomba-lomba dalam kemajuan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah berpikir kritis. Menurut Maulana

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah berpikir kritis. Menurut Maulana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpikir merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki manusia. Melalui berpikir, manusia dapat menyelesaikan masalah, membuat keputusan, serta memperoleh pemahaman

Lebih terperinci

Validitas Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Penemuan Terbimbing

Validitas Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Penemuan Terbimbing Suska Journal of Mathematics Education (p-issn: 2477-4758 e-issn: 2540-9670) Vol. 3, No. 1, 2017, Hal. 15 26 Validitas Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Penemuan Terbimbing Rena Revita Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang berkualitas sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas serta mampu berpikir kritis di era globalisasi. Salah satunya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laswadi, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laswadi, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia yang unggul merupakan potensi yang sangat penting untuk dikembangkan dalam rangka membangun Indonesia. Dengan sumber daya manusia yang unggul kita

Lebih terperinci

TABEL SITUASI DIDAKTIS, PREDIKSI RESPON SISWA DAN ANTISIPASINYA (LESSON DESIGN REVISI)

TABEL SITUASI DIDAKTIS, PREDIKSI RESPON SISWA DAN ANTISIPASINYA (LESSON DESIGN REVISI) Lampiran B.4 TABEL SITUASI DIDAKTIS, PREDIKSI RESPON SISWA DAN ANTISIPASINYA (LESSON DESIGN REVISI) Materi : Volume Limas Kelas : VIII Semester : II Waktu : 2 x 80 menit Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat

Lebih terperinci

Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP dalam Belajar Garis dan Sudut dengan GeoGebra

Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP dalam Belajar Garis dan Sudut dengan GeoGebra Suska Journal of Mathematics Education Vol.2, No. 1, 2016, Hal. 13 19 Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP dalam Belajar Garis dan Sudut dengan GeoGebra Farida Nursyahidah, Bagus Ardi Saputro, Muhammad

Lebih terperinci

P 9 INTERACTIVE STUDENT S BOOK BERBASIS ICT UNTUK MENDUKUNG AKTIVITAS EKSPLORASI KONSEP- KONSEP GEOMETRI

P 9 INTERACTIVE STUDENT S BOOK BERBASIS ICT UNTUK MENDUKUNG AKTIVITAS EKSPLORASI KONSEP- KONSEP GEOMETRI P 9 INTERACTIVE STUDENT S BOOK BERBASIS ICT UNTUK MENDUKUNG AKTIVITAS EKSPLORASI KONSEP- KONSEP GEOMETRI Ali Mahmudi, Sahid, Himmawati P.L., Kuswari Hernawati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Abstrak

Lebih terperinci

KISI-KISI INSTRUMEN TES KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF. : SMP Pasundan 4 Bandung

KISI-KISI INSTRUMEN TES KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF. : SMP Pasundan 4 Bandung LAMPIRAN A.1 KISI-KISI INSTRUMEN TES KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF Sekolah Mata pelajaran Pokok bahasan Kelas/Semester : SMP Pasundan 4 Bandung : Matematika : Prisma dan limas : VIII/2 Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemecahan masalah matematis merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki siswa. Pengembangan kemampuan ini menjadi fokus penting dalam pembelajaran matematika

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA Kuswari Hernawati 1, Ali Mahmudi 2, Himmawati Puji Lestari 3 1,2,3) Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BEBAN KOGNITIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATERI GEOMETRI

BEBAN KOGNITIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATERI GEOMETRI Tersedia secara online EISSN: 2502-471X Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume: 1 Nomor: 2 Bulan Februari Tahun 2016 Halaman: 187 195 BEBAN KOGNITIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATERI

Lebih terperinci

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Realistic Mathematics Education (RME) Untuk Siswa SMP Materi Teorema Pythagoras

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Realistic Mathematics Education (RME) Untuk Siswa SMP Materi Teorema Pythagoras SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Realistic Mathematics Education (RME) Untuk Siswa SMP Materi Teorema Pythagoras Sukmo Purwo Diharto

Lebih terperinci

2014 PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA

2014 PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya sains dalam kehidupan manusia membuat kemampuan melek (literate) sains menjadi sesuatu yang sangat penting. Literasi sains merupakan tujuan yang ingin dicapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang mendorong para peserta didik untuk mendapatkan prestasi terbaik. Pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prima Mutia Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prima Mutia Sari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sains atau ilmu pengetahuan alam pada hakikatnya merupakan suatu proses penemuan. Hal ini sesuai dengan latar belakang pentingnya IPA dalam Depdiknas (2006:

Lebih terperinci

2016 DESAIN DIDAKTIS KONSEP GARIS SINGGUNG LINGKARAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

2016 DESAIN DIDAKTIS KONSEP GARIS SINGGUNG LINGKARAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA 2 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah yang mejadi dasar peneilitian, rumusan masalah, tujuna penelitian, dan manfaat penelitian yang dapat dikembangkan pada penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mohammad Rahdian Raksabrata, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mohammad Rahdian Raksabrata, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebelum memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu SMA, siswa SMP telah memiliki pengetahuan awal tentang beberapa gejala-gejala kehidupan yang mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia karena merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidupnya. Pendidikan menjadi sarana untuk mengembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap atau prosedur ilmiah (Trianto, 2012: 137). Pembelajaran Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki era kemajuan teknologi dan perdagangan bebas yang dimulai pada awal abad ke-21 diperlukan kesiapan berbagai bidang agar tidak menjadi mangsa pasar bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang paling penting dalam mewujudkan sumber daya manusia supaya memiliki kompetensi yang dinginkan, salah satu kegiatan yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kalau kita cermati saat ini pendidikan di Indonesia masih jauh dari harapan yang diinginkan, apalagi harapan yang dituangkan dalam Undangundang Nomor 20 Tahun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI A.

BAB II KAJIAN TEORI A. BAB II KAJIAN TEORI A. Tahap-tahap Berpikir van Hiele Pierre van Hiele dan Dina van Hiele-Geldof adalah sepasang suami-istri bangsa Belanda yang mengabdi sebagai guru matematika di negaranya. Pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan modal utama untuk seseorang yang harus ditingkatkan dalam rangka melaksanakan pembangunan suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sangat berperan penting dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menggunakan prinsip-prinsip matematika. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menggunakan prinsip-prinsip matematika. Oleh karena itu, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern dewasa ini, tidak terlepas dari peran matematika sebagai ilmu universal. Aplikasi konsep matematika dari yang

Lebih terperinci

TEOREMA GOURSAT Konstruksi subgrup dari grup darab langsung. M.V.Any Herawati,S.Si.,M.Si. Program Studi Matematika Universitas Sanata Dharma.

TEOREMA GOURSAT Konstruksi subgrup dari grup darab langsung. M.V.Any Herawati,S.Si.,M.Si. Program Studi Matematika Universitas Sanata Dharma. PROSIDING ISBN : 978 979 65 TEOREMA GORSAT Konstruksi subgrup dari grup darab langsung A MVAny erawati,ssi,msi Program Studi Matematika niversitas Sanata Dharma Abstrak Darab langsung G dari grup G dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan kepada siswa di semua jenjang pendidikan. Siswa dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. diberikan kepada siswa di semua jenjang pendidikan. Siswa dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu pengetahuan dasar yang harus dimiliki dan diberikan kepada siswa di semua jenjang pendidikan. Siswa dituntut untuk memiliki pengetahuan

Lebih terperinci

2014 PENGUKURAN COGNITIVE LOAD MAHASISWA BIOLOGI PADA PERKULIAHAN ANATOMI TUMBUHAN YANG BERBASIS QUANTITATIVE LITERACY

2014 PENGUKURAN COGNITIVE LOAD MAHASISWA BIOLOGI PADA PERKULIAHAN ANATOMI TUMBUHAN YANG BERBASIS QUANTITATIVE LITERACY BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Biologi ialah ilmu alam tentang makhluk hidup atau kajian saintifik tentang kehidupan. Sebagai ilmu, biologi mengkaji berbagai persoalan yang berkaitan dengan berbagai

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA VIRTUAL BERBASIS COGNITIVE LOAD THEORY 1 Oleh: Sugiman, R. Rosnawati, & Endah Retnowati 2

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA VIRTUAL BERBASIS COGNITIVE LOAD THEORY 1 Oleh: Sugiman, R. Rosnawati, & Endah Retnowati 2 PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA VIRTUAL BERBASIS COGNITIVE LOAD THEORY 1 Oleh: Sugiman, R. Rosnawati, & Endah Retnowati 2 Abstrak Alat peraga matematika manual tersedia di semua Laboratorium Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada hari Rabu, 18 Mei 2016 di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada hari Rabu, 18 Mei 2016 di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada hari Rabu, 18 Mei 2016 di empat kelas reguler yang terdiri atas kelas VIII A, VIII

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika yang disusun dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan sebagai tolok ukur dalam upaya

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan kajian, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Proses pengembangan modul pembelajaran geometri berdasarkan teori Van Hiele dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program pendidikan nasional diharapkan mampu melahirkan generasi dengan sumber daya manusia yang unggul dalam menghadapi tantangan jaman di masa kini dan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas, yang mampu menghadapi berbagai tantangan dan mampu bersaing. Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa, pengajar, sarana prasarana, dan juga karena faktor lingkungan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. siswa, pengajar, sarana prasarana, dan juga karena faktor lingkungan. Salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan ini yang memegang peranan penting. Suatu negara dapat mencapai sebuah kemajuan jika pendidikan dalam negara itu

Lebih terperinci

HANDOUT MATA KULIAH MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA (MT.../ 2 SKS) PROGRAM DEPAG. Oleh: Dra. Hj. Ade Rohayati, M.Pd. NIP

HANDOUT MATA KULIAH MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA (MT.../ 2 SKS) PROGRAM DEPAG. Oleh: Dra. Hj. Ade Rohayati, M.Pd. NIP HANDOUT MATA KULIAH MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA (MT.../ 2 SKS) PROGRAM DEPAG Oleh: Dra. Hj. Ade Rohayati, M.Pd. NIP. 131473940 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu

I. PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, manusia selalu berusaha mengembangkan dirinya untuk menghadapi

Lebih terperinci

2015 BEBAN KOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA BERBASIS PESANTREN

2015 BEBAN KOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA BERBASIS PESANTREN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Biologi seringkali dianggap sebagai mata pelajaran hafalan. Dimana siswa-siswa hanya sekedar menghafal materi-materi biologi. Hal itu membuat para siswa cenderung

Lebih terperinci

PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA PEMBELAJARAN DENGAN MODEL RECIPROCAL TEACHING

PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA PEMBELAJARAN DENGAN MODEL RECIPROCAL TEACHING PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA PEMBELAJARAN DENGAN MODEL RECIPROCAL TEACHING P-31 Oleh : Abd. Qohar Dosen Jurusan Matematika F MIPA UM, Mahasiswa S3 Pendidikan Matematika UPI e-mail:

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) PADA MATERI POKOK LUAS PERMUKAAN SERTA VOLUME PRISMA DAN LIMAS DITINJAU DARI KEMAMPUAN SPASIAL SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI

Lebih terperinci

Bangun yang memiliki sifat-sifat tersebut disebut...

Bangun yang memiliki sifat-sifat tersebut disebut... 1. Perhatikan sifat-sifat bangun ruang di bawah ini: i. Memiliki 6 sisi yang sama atau kongruen ii. Memiliki 12 rusuk yang sama panjang Bangun yang memiliki sifat-sifat tersebut disebut... SD kelas 6 -

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran matematika membutuhkan sejumlah kemampuan. Seperti dinyatakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006) bahwa untuk menguasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Matematika berperan sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Matematika berperan sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam kehidupan. Matematika berperan sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan berbagai permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemampuan berpikir siswa pada usia SMP cenderung masih berada pada tahapan kongkrit. Hal ini diungkapkan berdasarkan hasil pengamatan dalam pembelajaran IPA yang

Lebih terperinci

Kata Kunci: analisis soal; buku siswa kurikulum 2013; BSE; domain kognitif 1. PENDAHULUAN

Kata Kunci: analisis soal; buku siswa kurikulum 2013; BSE; domain kognitif 1. PENDAHULUAN ANALISIS DESKRIPTIF SOAL-SOAL DALAM BUKU SISWA KURIKULUM 2013 (EDISI REVISI) DAN BSE PELAJARAN MATEMATIKA SMP KELAS VII DITINJAU DARI DOMAIN KOGNITIF TIMSS 2011 Yoga Muhamad Muklis 1, Siwi Rimayani Oktora

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PENALARAN ANALOGI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

KEMAMPUAN PENALARAN ANALOGI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Jurnal Euclid, Vol.4, No.2, pp.717 KEMAMPUAN PENALARAN ANALOGI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Dwi Inayah Rahmawati 1), Rini Haswin Pala 2) 1) Universitas Pendidikan Indonesia, Jln. Setiabudi No. 229, Bandung;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran pendidikan matematika sangat penting untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Siswa sebagai sumber daya manusia harus memiliki kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusiamanusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusiamanusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusiamanusia berkualitas. Pendidikan juga dipandang sebagai sarana untuk melahirkan insan-insan yang

Lebih terperinci

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2 KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Matematika. : SMP/MTs. : VII s/d IX /1-2 Nama Guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan seseorang. Melalui pendidikan seseorang akan memiliki pengetahuan yang lebih baik serta dapat bertingkah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. serta apresiasi (Hamalik, 2011: 29-30). Belajar juga bukan hanya. mengingat, akan tetapi memahami. Hasilnya bukan pula berupa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. serta apresiasi (Hamalik, 2011: 29-30). Belajar juga bukan hanya. mengingat, akan tetapi memahami. Hasilnya bukan pula berupa BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran Matematika Belajar adalah kegiatan utama dalam pembelajaran. Menurut Hamalik (2011: 27), belajar merupakan suatu proses, kegiatan, dan bukan merupakan

Lebih terperinci