INSIDENSI, KARAKTERISTIK, DAN PENATALAKSANAAN PENDERITA GONORE DI BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INSIDENSI, KARAKTERISTIK, DAN PENATALAKSANAAN PENDERITA GONORE DI BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN"

Transkripsi

1 INSIDENSI, KARAKTERISTIK, DAN PENATALAKSANAAN PENDERITA GONORE DI BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN (Suatu Tinjauan di Rumah Sakit Al-Islam Bandung Periode Tahun ) AMELIA DWI HERYANI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas akhir Sarjana Kedokteran FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 2011

2 INSIDENSI, KARAKTERISTIK, DAN PENATALAKSANAAN PENDERITA GONORE DI BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN (Suatu Tinjauan di Rumah Sakit Al-Islam Bandung Periode Tahun ) Oleh AMELIA DWI HERYANI SKRIPSI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang telah dibuat oleh yang disebutkan di atas telah diperiksa dan direvisi, secara lengkap dan memuaskan Bandung, 13 Agustus 2011 Pembimbing I Deis Hikmawati, dr., SpKK.,M.Kes NIK: D Pembimbing II Mia Kusmiati, dr., M.Pd.Ked NIK: D ii

3 Skripsi ini telah dipertahankan oleh penulis di dalam seminar yang diadakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Pada tanggal 5 agustus 2011 Yang dihadiri oleh Ketua Sekretaris Pembimbing I Pembimbing II Penguji I Penguji II Penguji III : Prof. Dr. Toni S Djadjakusumah, dr., SpKK(K) : Julia Hartati, dr : Deis Hikmawati, dr., SpKK., M.Kes : Mia Kusmiati, dr., M.Pd.Ked : Prof. Dr. Tony S Djajakusumah, dr., SpKK (K) : Julia Hartati, dr : Rika Nilapsari, dr., SpPK iii

4 MOTTO And do not approach unlawful sexual intercourse. Indeed, it is ever an immorality and is evil as a way. (Q.S 17;32 Al-Isra ) iv

5 ABSTRAK Infeksi Menular Seksual (IMS) saat ini masih banyak terjadi di masyarakat, dan salah satu penyakit IMS yang angka kejadiannya masih meningkat adalah gonore. Kasus gonore di beberapa negara cenderung meningkat khususnya di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Meskipun kejadian penyakit ini cenderung meningkat, ternyata hanya sedikit negara-negara di dunia yang melaporkan insidensi penyakit ini. Dilakukan studi deskriptif retrospektif untuk meneliti data penderita gonore yang dilakukan pemeriksaan, pengobatan, dan pembuatan rekam medis di Rumah Sakit Al-Islam Bandung Periode Tahun 2008 hingga Data sekunder kemudian diolah dan disusun dalam bentuk tabel dan grafik batang. Didapatkan 83 data rekam medis penderita gonore, dan insidensi tertinggi yaitu pada tahun 2010 (48,2%). Mayoritas jenis kelamin penderita gonore adalah laki-laki, dengan usia kategori dewasa muda (54,22%), bekerja sebagai wiraswasta (38,55%), dan berstatus telah menikah (53,01%). Mayoritas penatalaksanaan adalah pemberian antibiotik siprofloksasin (33,74%). Secara umum hasil penelitian sesuai dengan teori atau dengan penelitian yang telah ada sebelumnya, namun pemilihan antibiotik untuk penderita gonore di Rumah Sakit ini belum sepenuhnya berpedoman pada anjuran dari Departemen Kesehatan. KataKunci: Insidensi, karakteristik, penatalaksanaan, gonore, RS. Al-Islam v

6 ABSTRACT Currently, Sexual Transmitted Infection (STI s) is still widely spreading in community, and one of the STI s the incidence of which is still increasing is gonorrhoeae. The gonorrhoeae cases in some countries incline to increase, particularly in developing countries such as Indonesia. However, though the incidence of the disease inclines to increase, in fact only few countries throughout world have reported the accurately estimated incidence of the disease. A descriptive-retrospective study was conducted to investigate the data of those patients with gonorrhoeae that underwent examination, treatment, and medical recording at Bandung Al-Islam Hospital in a time period of 2008 to Then, the secondary data was processed and arranged in forms of tables and bar graphics. Eighty three medical recording data of patients with gonorrhoeae were obtained, the highest incidence being in 2010 (48,19%). Majority of the patients with gonorrhoeae was male, young adult (54,22%), entrepreneur (38,55%), and married (53,01%). Moreover, majority of management was the administration of ciprofloxacin antibiotic (33,74%). In general, the findings of research were in agreement with theories and previous researches, but the choice of antibiotic for the patients with gonorrhoeae at the Hospital has not been based on the recommendation by Health Department guidelines. Keyword : Incidence, characteristic, treatment, gonnorhoeae, Al-Islam Hospital vi

7 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmannirrahiim Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini guna melengkapi dan memenuhi syarat yang dibutuhkan untuk menyelesaikan program studi Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung. Sehubungan dengan hal tersebut, maka saya menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Thaufiq Boesoirie, dr., MS, Sp.THT-KL(K) selaku Rektor Universitas Islam Bandung, Prof. Dr. H. Herri S. Sastramihardja, dr., Sp.FK(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung, H. Dede Setiapriagung, dr., Sp.Rad., M.H.Kes selaku Direktur Rumah Sakit Al-Islam Bandung, dr. Guntur selaku pembimbing lapangan Rumah Sakit Al-Islam Bandung dan seluruh staf Rumah Sakit Al-Islam Bandung yang telah membantu proses penelitian skripsi ini. Rasa terimakasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada Deis Hikmawati, dr., SpKK., M.Kes sebagai pembimbing I dan Mia Kusmiati, dr., M.Pd.Ked sebagai pembimbing II dalam penyusunan skripsi ini yang telah meluangkan waktu, memberikan bimbingan, arahan, semangat, serta doa dalam keberhasilan skripsi ini. Tidak lupa rasa terimakasih kepada Julia Hartati dr., selaku dosen wali yang selalu memberikan arahan dan semangat seperti orangtua kedua di kampus kepada saya selama proses perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini. vii

8 Tidak lupa saya sampaikan rasa terimakasih dari lubuk hati yang paling dalam kepada orangtua Ibunda Diani Anggraini dan Ayahanda Subur Hermanto atas segala doa, kasih sayang, dan pengorbanan yang tiada henti dan tidak ternilai dengan apapun, serta dukungan moril maupun materil. Saya juga menyampaikan terimakasih kepada kakak-kakakku Alfarina Herdianti dan Rafdi Ahmed atas segala dukungan dan bimbingan nya dalam penyusunan skripsi ini. Saya sampaikan juga rasa terimakasih kepada sahabat-sahabatku Tri Suci Lestari, Annisa Tri Kusuma, dan Karima Yudhistina yang telah menjadi teman dalam bermain dan bekerjasama dalam belajar hingga saya dapat mengikuti perkuliahan ini hingga akhir. Terimakasih juga kepada Putri Sukmarani atas segala dukungan dan semangatnya yang tiada henti. Tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada temanteman Fakultas Kedokteran Angkatan 2007, 2006, dan 2008 yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bentuk bantuan dan semangatnya selama saya mengikuti perkuliahan hingga akhir. Semoga Allah SWT membalas kebaikannya dengan pahala yang berlimpah dan semoga kita semua selalu ada dalam karunia dan rahmat-nya Bandung, Agustus 2011 Penulis viii

9 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii MOTTO... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR SINGKATAN... xi DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Aspek Teoritis Aspek Praktis... 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Kajian Pustaka Infeksi Menular Seksual Gonore Definisi Epidemiologi Etiologi Patogenesis Patofisiologi Manifestasi Klinis Komplikasi Diagnosis Diagnosis Banding Penatalaksanaan HIV dan AIDS Kerangka pemikiran BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi Metode Penelitian ix

10 3.2.1 Rancangan Penelitian Definisi Konsep dan Operasional Variabel Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data Pengolahan Data Aspek Etik Peneliti BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil Penelitian Deskriptif Pembahasan Keterbatasan Penelitian BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP x

11 x

12 DAFTAR SINGKATAN 1. WHO : World Health Organization 2. IMS : Infeksi Menular Seksual 3. RS : Rumah Sakit 4. WPS : Wanita Penjaja Seks 5. AS : Amerika Serikat 6. LOS : Lipooligosakarida 7. PID : Pelvic Inflammatory Disease 8. UNG : Uretritis Non Gonokokal 9. HIV : Human Immunodeficiency Virus 10. AIDS : Aqcuired Immune Deficiency Syndrome xi

13 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 Tabel Distribusi Insidensi Penderita Gonore Tabel 4.2 Tabel Distribusi Penderita Gonore Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.3 Tabel Distribusi Penderita Gonore Berdasarkan Usia Tabel 4.4 Tabel Distribusi Penderita Gonore Berdasarkan Pekerjaan Tabel 4.5 Tabel Distribusi Penderita Gonore Berdasarkan Status Perkawinan Tabel 4.6 Tabel Distribusi Penderita Gonore Berdasarkan Penatalaksanaan xii

14 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Struktur Neisseria gonorrhoeae.. 9 Gambar 2.2 Uretritis Gonore Gambar 2.3 Bagan Kerangka Pemikiran Gambar 4.1Distribusi Insidensi Penderita Gonore Gambar 4.2 Distribusi Penderita Gonore Berdasarkan Jenis Kelamin Gambar 4.3 Distribusi Penderita Gonore Berdasarkan Usia Gambar 4.4 Distribusi Penderita Gonore Berdasarkan Pekerjaan Gambar 4.5 Distribusi Penderita Gonore Berdasarkan Status Perkawinan Gambar 4.6 Distribusi Penatalaksaan Pada Penderita Gonore xiii

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Tabel Data Hasil Penelitian xiv

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Gonore adalah penyakit karena infeksi bakteri Neisseria gonorrhoeae (N. gonorrhoeae) yaitu bakteri diplokokus Gram negatif dan manusia merupakan satu-satunya pejamu alamiah untuk gonokokus. Infeksi gonore hampir selalu ditularkan saat aktivitas seksual. 1 Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 1999 terdapat 62 juta kasus gonore di dunia yang masuk ke dalam peringkat ketiga dari seluruh kasus Infeksi Menular Seksual (IMS). 2 Meskipun di beberapa negara cenderung menurun, namun negara lainnya cenderung meningkat seperti negara-negara berkembang. 3 Hanya sedikit negara negara di dunia yang melaporkan insidensi penyakit ini. 4 Laporan Departemen Kesehatan pada tahun 1990 menyatakan bahwa jumlah kasus gonore adalah 38 kasus per penduduk. Penelitian di Indonesia pada beberapa Rumah Sakit (RS) menunjukan hasil yang bervariasi. Kasus gonore tahun 2006 di RS Hasan Sadikin Bandung menduduki peringkat pertama dari keseluruhan IMS yaitu sebanyak 50 kasus. Menurut hasil penelitian di RS Dr. Soetomo pada 1

17 2 tahun 2002 hingga tahun 2004 penderita gonore mengalami peningkatan dari 60% menjadi 69% dan kembali mengalami penurunan hingga tahun 2006 yaitu sebesar 65%. 4 Angka kejadian gonore di RS Kariadi Semarang menempati urutan ketiga dari seluruh penderita IMS tahun Epidemiologi penderita gonore terbanyak di Indonesia tercatat pada usia 15 hingga 24 tahun. 6 Pada penelitian di RS Dr.Soetomo Surabaya Tahun penderita gonore pada pria menunjukan perbedaan yang sangat jauh dari wanita dengan jumlah 90,7% pada pria dan hanya sebesar 9,3% pada wanita. 4 Kelompok yang memiliki risiko tinggi terkena penyakit ini adalah Wanita Penjaja Seks (WPS), pecandu narkotik, dan homoseksual. 3 Menurut WHO faktor risiko IMS pada pria yaitu memiliki mitra seksual lebih dari satu dalam satu bulan terakhir, berhubungan seksual dengan WPS dalam satu bulan terakhir, mengalami satu atau lebih episode IMS dalam satu bulan terakhir, serta perilaku istri atau mitra seksual berisiko tinggi. Faktor risiko IMS pada wanita adalah memiliki suami atau mitra seks yang menderita IMS, suami atau mitra seks atau pasien itu sendiri memiliki mitra seks lebih dari satu dalam satu bulan terakhir, mempunyai mitra seks baru dalam tiga bulan terakhir, mengalami satu atau lebih episode IMS dalam satu bulan terakhir serta perilaku suami atau mitra seks berisiko tinggi. 6

18 3 Perubahan pola distribusi maupun pola perilaku penyakit gonore tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, salah satunya adalah faktor sosial dimana maraknya tempat prostitusi, berganti-gantinya pasangan seksual, serta kurangnya pendidikan masyarakat akan penyebaran penyakit menular seksual. 3 Menurut penelitian di Kabupaten Semarang, dari 54 WPS, 15 diantaranya menderita gonore. 7 Adanya tindakan mengkonsumsi antibiotika tanpa anjuran dokter atau berobat sendiri menyebabkan munculnya galur-galur resisten terhadap antibiotika sehingga di Indonesia sebagian besar gonokokus yang berhasil diisolasi pada saat ini telah resisten terhadap penisilin, tertrasiklin, streptomisin, dan spiramisin. 3,6 Pengobatan gonore yang dianjurkan oleh Departemen Kesehatan adalah pengobatan utama dengan sefiksim dan levofloksasin, sedangkan untuk pengobatan pilihan lain dapat pula diberikan kanamisin, spektinomisin dan tiamfenikol. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung saat ini memiliki kerjasama dengan berbagai RS di Bandung yaitu RS Al-Ihsan, RS Muhammadiyah, RS dr. Salamun dan RS Al-Islam. Peneliti melakukan penelitian di RS Al-Islam karena setelah diadakan survey RS Al-Islam memiliki insidensi terbanyak dari berbagai RS tersebut. Dengan beragamnya pola angka kejadian, karakteristik dan pemberian antibiotik pada penderita gonore di dunia dan berbagai kota di Indonesia, maka penulis bermaksud melakukan penelitian mengenai insidensi, karakteristik serta penatalaksanaan pada penderita gonore khususnya di RS Al-Islam yang berguna untuk evaluasi masyarakat serta membantu langkah diagnosis dini.

19 Identifikasi Masalah Masalah yang akan diteliti adalah : 1) Bagaimana insidensi penderita gonore di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Al-Islam Bandung periode tahun 2008 hingga 2010? 2) Bagaimana karakteristik (usia, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan) dari penderita gonore di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Al-Islam Bandung periode tahun 2008 hingga 2010? 3) Bagaimana penatalaksanaan penderita gonore di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Al-Islam Bandung periode tahun 2008 hingga 2010? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang : 1) Insidensi penderita gonore di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Al- Islam Bandung periode tahun 2008 hingga ) Karakteristik (usia, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan) penderita gonore di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Al-Islam Bandung periode tahun 2008 hingga ) Penatalaksanaan penderita gonore di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan kelamin RS Al-Islam Bandung periode tahun 2008 hingga 2010.

20 Kegunaan Penelitian Aspek Teoritis Menambah literatur tentang angka kejadian kasus, karakteristik, serta penatalaksanaan pada penderita gonore di kota Bandung khususnya di RS Al-Islam yang dapat bermanfaat untuk penambahan data epidemiologi gonore. Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah literatur di Institusi Unisba yang dapat berguna untuk penelitian selanjutnya Aspek Praktis Menyampaikan informasi dan data yang ada di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Al-Islam sekaligus merangkum data yang telah ada ke dalam suatu bentuk tulisan. Diharapkan dengan penelitian ini, masyarakat dapat mengetahui tentang jumlah kejadian penyakit gonore, karakteristik penderita gonore dan dapat melakukan tindakan prevensi untuk terjadinya penyakit ini. Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu petugas yang bergerak di bidang medis untuk mendiagnosis secara dini dari karakteristik penderita sehingga dapat dilakukan penanganan secara tepat.

21 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Kajian Pustaka Infeksi Menular Seksual Infeksi Menular Seksual merupakan suatu penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual. Penularan tidak terbatas melalui genito-genital saja, tetapi dapat juga secara oro-genital, atau ano-genital sehingga kelainan yang timbul akibat IMS ini tidak terbatas hanya pada daerah genital saja, tetapi dapat juga pada daerah-daerah ekstra genital. 9 Berdasarkan laporan-laporan yang dikumpulkan oleh WHO, setiap tahun di seluruh negara terdapat sekitar 250 juta penderita baru yang meliputi penyakit gonore, sifilis, herpes genitalis, dan jumlah tersebut menurut hasil analisis WHO cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Penyakit yang termasuk dalam kelompok IMS di antaranya gonore. 6

22 Gonore Definisi Gonore adalah penyakit yang disebabkan oleh N. gonorrhoeae yang merupakan bakteri diplokokus Gram negatif dan manusia merupakan satu-satunya pejamu alamiah untuk gonokokus. Infeksi gonore hampir selalu ditularkan saat aktivitas seksual Epidemiologi Infeksi gonore meningkat drastis pada pertengahan tahun 1970 dan dengan cepat meluas ke berbagai negara di dunia. Angka kejadian gonore di Amerika Serikat (AS) lebih tinggi daripada di negara-negara industri lainnya. Insidensi gonore di AS mengalami peningkatan drastis pada awal tahun 1970 yang tercatat lebih dari 1 juta kasus gonore. 1,3,10 Kejadian gonore di negara berkembang dan di negara maju seperti AS mengalami penurunan sejak tahun 1980 dan terus menurun selama periode Angka kejadian tersebut tetap stabil sampai pada tahun 2005 lalu kembali dilaporkan mengalami peningkatan dengan jumlah kasus. 4 Angka kejadian penyakit gonore yang bervariasi ini dipengaruhi oleh faktor perilaku yang mencakup peningkatan aktivitas seksual, perubahan dalam metode kontrol kelahiran, mobilitas penduduk yang tinggi, dan peningkatan infeksi berulang. 1

23 8 Penyakit gonore menyebar sebagian besar lewat aktivitas seksual, walaupun bayi baru lahir juga dapat terinfeksi pada saat terjadinya proses kelahiran. Meskipun penyakit ini dapat mengenai pada setiap umur, namun infeksi gonore lebih sering terjadi pada umur 15 hingga 35 tahun. Pada wanita di Amerika pada tahun 2000 dilaporkan memiliki insidensi terbanyak pada usia 15 hingga 19 tahun sedangkan pada pria memiliki kejadian terbanyak pada umur 20 hingga 24 tahun Etiologi Gonore disebabkan oleh gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun Kuman tersebut dimasukkan dalam kelompok Neisseria sebagai N. gonorrhoeae. Selain spesies itu, terdapat tiga spesies lain, yaitu N. meningitidis, dan dua lainnya yang bersifat komensal yaitu N. catarrhalis serta N. pharyngis sicca. Keempat spesies ini sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi. 3 Neisseria gonorrhoeae Gonokok termasuk golongan diplokokus Gram negatif, tak bergerak, diameternya kira-kira 0,8 mikrometer. Bila sendiri-sendiri, kokus berbentuk seperti ginjal; bila organisme ini terlihat berpasangan, bagian yang rata atau cekung saling berdekatan. Neisseria paling baik tumbuh pada lingkungan aerob. 11

24 9 Sebagian besar bakteri ini meragikan karbohidrat, membentuk asam, tetapi tidak menghasilkan gas. N. gonorrhoeae menghasilkan oksidase dan memberi reaksi oksidase positif. Bakteri ini dengan cepat mati oleh pengeringan, sinar matahari, pemanasan basah, dan berbagai disinfektan. Bakteri ini menghasilkan enzim autolitik yang cepat mengakibatkan pembengkakan dan lisis in vitro pada suhu 25 o C dan pada ph Basa. 11 Secara morfologik gonokok ini terdiri atas empat tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai protein pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai protein pili dan bersifat nonvirulen. Protein pili adalah alat mirip rambut yang menjulur ke luar beberapa mikrometer dari permukaan gonokokus yang dibentuk oleh tumpukan protein pilin. Protein pili membantu pelekatan pada sel inang dan resistensi terhadap fagositosis. 11 Gambar 2.1. Sruktur Neisseria gonorrhoeae (Sumber: Jawetz Mikrobiologi Kedokteran) 11

25 10 Gonokokus memiliki Por (Protein I) yang menjulur dari selaput sel gonokokus. Protein ini terdapat dalam bentuk trimer untuk membentuk pori-pori di permukaan untuk tempat masuknya beberapa nutrien ke dalam sel. Gonokokus juga memiliki Opa (Protein II) yang memiliki fungsi untuk perlekatan gonokokus pada sel inang. Protein III bekerja sama dengan Por dalam pembentukan pori-pori pada permukaan sel. Gonokokus memiliki Lipooligosakarida (LOS) yang tidak mempunyai rantai samping antigen O yang panjang dan kadang-kadang disebut polisakarida. Racun dalam infeksi gonokokus terutama disebabkan oleh pengaruh endotoksik LPS. 11 Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (imatur), yakni pada vagina wanita sebelum pubertas. Gonokokus dapat menyerang selaput lendir saluran genitourinari, mata, rektum, dan tenggorokan, mengakibatkan supurasi akut yang dapat menyebabkan invasi jaringan. Hal ini diikuti oleh peradangan kronis dan fibrosis Patogenesis Gonokokus memiliki protein pili yang membantu perlekatan bakteri ini ke sel epitel yang melapisi selaput lendir, terutama epitel yang melapisi kanalis endoserviks dan uretra. Pertama-tama mikroorganisme melekat ke membran plasma (dinding sel), lalu menginvasi ke dalam sel dan merusak mukosa sehingga memunculkan respon inflamasi dan eksudasi. 10,12

26 11 Gonokokus akan menghasilkan berbagai macam produk ekstraseluler yang dapat mengakibatkan kerusakan sel, termasuk diantaranya enzim seperti fosfolipase, peptidase dan lainnya. Kerusakan jaringan ini tampaknya disebabkan oleh dua komponen permukaan sel yaitu LOS (lipooligosakarida) yang berperan menginvasi sel epitel dengan cara menginduksi produksi endotoksin yang mengakibatkan kematian sel mukosa dan peptidoglikan. Mobilisasi leukosit PMN menyebabkan terbentuknya mikroabses subephitelial yang pada akhirnya akan pecah dan melepaskan PMN dan gonokokus Patofisiologi Bakteri gonokokus merusak membran yang melapisi selaput lendir terutama kanalis endoserviks dan uretra. Infeksi ekstragenital di faring, anus, dan rektum dapat dijumpai pada kedua jenis kelamin. Penularan terjadi melalui kontak langsung antara mukosa ke mukosa. Risiko penularan laki-laki kepada perempuan lebih tinggi daripada penularan perempuan kepada laki-laki terutama karena lebih luasnya selaput lendir yang terpajan dan eksudat yang berdiam lama di vagina. 10 Setelah terinokulasi, infeksi dapat menyebar ke prostat, vas deferens, vesikula seminalis, epididimis, dan testis pada laki-laki. Pada perempuan infeksi dapat menyebar ke uretra, kelenjar Skene, kelenjar Bartholin, endometrium, tuba falopii, dan rongga peritoneum, yang dapat menyebabkan Pelvic Inflammatory Disease (PID)

27 12 pada perempuan. Pelvic Inflammatory Disease adalah penyebab utama infertilitas pada perempuan. 10 Infeksi gonokokus dapat menyebar melalui aliran darah, menimbulkan bakteremia. Bakteremia dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Perempuan berisiko paling tinggi mengalami penyebaran infeksi pada saat haid karena terjadinya peningkatan ph diatas 4,5 saat menstruasi. Penularan perinatal kepada bayi saat lahir, melalui ostium serviks yang terinfeksi, dapat menyebabkan konjungtivitis dan akhirnya kebutaan pada bayi apabila tidak didiagnosis dan diobati. 10, Manifestasi Klinis A. Gejala Pada Pria Uretritis anterior akut adalah manifestasi yang paling umum terjadi pada pria. Masa inkubasinya berkisar antara 1 sampai 14 hari atau lebih lama. Gejala yang sering ditimbulkan adalah sekret dari uretra dan disuria. Keluhan subjektif berupa rasa gatal, panas di bagian distal uretra di sekitar orifisium uretra eksternum, dapat pula disertai nyeri pada waktu ereksi. 3,13 Pada pemeriksaan tampak orifisium uretra eksternum kemerahan, edema, dan ektropion. Tampak pula duh tubuh yang mukopurulen. Pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral atau bilateral. Lima belas persen uretritis pada pria menunjukan gejala minimal atau tidak menunjukan gejala tetapi mereka tetap mampu menularkan penyakitnya. 1,3

28 13 Pada sebagian besar kasus, laki-laki akan segera berobat karena gejala yang mengganggu. Uretritis pada pria yang tidak diobati dapat berkurang dalam beberapa hari sampai beberapa minggu, tetapi biasanya telah terjadi komplikasi lokal seperti epididimitis, seminal vesikulitis, dan prostatitis. 3,10 Gambar 2.2 Uretritis gonore (Sumber: Daili SF. Infeksi Menular Seksual) 3 A. Gejala Pada Wanita Kanalis endoservikalis merupakan tempat yang paling utama untuk infeksi gonokokus pada wanita. Infeksi juga dapat terjadi pada kelenjar Skene atau kelenjar Bartholin. 13

29 14 Pada perempuan, gejala dan tanda timbul dalam tujuh sampai dua puluh satu hari. Gejala yang muncul yaitu peningkatan sekret vagina, disuria, perdarahan uterus diluar siklus menstruasi dan menorrhagia. 1,13 Pemeriksaan fisik menunjukan sekret serviks yang purulen atau mukopurulen, eritema, edema dan perdarahan mucosal yang mudah di induksi dengan melakukan apus endoserviks. Sekret purulen dapat muncul dari uretra, kelenjar periuretra, atau kelenjar Bartholin. 1,13 Infeksi menyebabkan perdarahan abnormal vagina, nyeri panggul dan abdomen, dan gejala-gejala PID progresif apabila tidak diobati. Infeksi N. gonorrhoeae tidak atau sedikit menimbulkan gejala pada 25% sampai 50% perempuan. Perempuan yang tidak memperlihatkan gejala menjadi sumber utama penyebaran infeksi dan berisiko mengalami penyulit. 10 B. Infeksi Ekstra Genital Infeksi ekstragenital yang bersifat primer atau sekunder lebih sering dijumpai karena berubahnya praktik-praktik seks. Infeksi gonokokus di faring sering asimtomatik tetapi dapat juga menyebabkan limfadenopati leher. Infeksi gonokokus di perianal dan rektum mungkin asimtomatik, menimbulkan rasa tidak nyaman dan gatal ringan, atau menimbulkan ekskoriasi dan nyeri perianal, serta sekret mukopurulen yang melapisi tinja dan dinding rektum. 10

30 Komplikasi Komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan susunan anatomi dan faal genitalia.komplikasi lokal pada pria bisa berupa tisonitis (radang kelenjar Tyson), parauretritis, Littritis (radang kelenjar Littre), dan Cowperitis (radang kelenjar Cowper). Selain itu, infeksi dapat pula menjalar ke atas (asendens), sehingga terjadi prostatitis, vesikulitis, funikulitis, epididimitis, yang dapat menimbulkan infertilitas. Infeksi dari uretra pars posterior dapat mengenai trigonum kandung kemih yang menimbulkan trigonitis. Gejala trigonitis adalah poliuria, disuria terminal, dan hematuria. 3 Pada wanita, infeksi pada serviks (servisitis gonore) dapat menimbulkan komplikasi salpingitis, ataupun penyakit radang panggul. Penyakit radang panggul yang simtomatik ataupun asimtomatik dapat mengakibatkan jaringan parut pada tuba sehingga menyebabkan infertilitas atau kehamilan ektopik. Bila infeksi mengenai uretra dapat terjadi parauretritis, sedangkan pada kelenjar Bartholin akan menyebabkan terjadinya bartholinitis. 3 Komplikasi diseminata pada pria dan wanita dapat berupa artritis, miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitidis, dan dermatitis. Kelainan yang timbul akibat hubungan kelamin selain cara genito-genital, pada pria dan wanita dapat berupa infeksi non-genital, yaitu orofaringitis, proktitis, dan konjungtivitis. 3

31 Diagnosis Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan pembantu yang terdiri atas beberapa tahapan. A. Sediaan langsung Pada sediaan langsung dengan pengecatan Gram akan ditemukan gonokok Gram negatif, intraselular dan ekstraselular. Bahan duh tubuh pada pria diambil dari daerah fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar Bartholin dan endoserviks. 3 Pemeriksaan Gram dari duh tubuh uretra pada pria memiliki sensitivitas tinggi (90-95%) dan spesifisitas 95-99%. Sedangkan dari endoserviks, sensitivitasnya hanya 45-65%, dengan spesitifitas 90-99%. Pemeriksaan ini direkomendasikan untuk dilakukan di klinik luar rumah sakit atau praktek pribadi, klinik dengan fasilitas laboratorium terbatas seperti kultur, maupun untuk rumah sakit dengan fasilitas laboratorium lengkapyang memiliki LG, tes serologi, kultur, dan tes sensitivitas. 3 B. Kultur (biakan) Untuk identifikasi perlu dilakukan kultur (pembiakan). Dua macam media yang dapat digunakan ialah media transpor dan media pertumbuhan. Berikut adalah contoh media transport. 3

32 17 1). Media Stuart : hanya untuk transpor saja, sehingga perlu ditanam kembali pada media pertumbuhan. 2). Media Transgrow : selektif dan nutritif untuk N. gonorrhoeaee dan merupakan gabungan media transpor dan media pertumbuhan, sehingga tidak perlu ditanam pada media pertumbuhan. Media ini merupakan modifikasi media Thayer-Martin dengan menambahkan trimetoprim untuk mematikan proteus spp. Contoh media pertumbuhan adalah sebagai berikut : 3 1). Media Thayer-Martin : selektif untuk mengisolasi gonokok. Mengandung vankomisin untuk menekann pertumbuhan kuman positif-gram, kolimestat untuk menekan pertumbuhan bakteri negatif-gram, dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur. 2). Modifikasi Thayer-Martin : isinya ditambah dengan trimetoprim untuk mencegah pertumbuhan kuman Proteus spp. 3). Agar coklat McLeod : dapat ditumbuhi kuman lain selain gonokok. Pemeriksaan kultur dengan bahan dari duh tubuh uretra pria, sensitivitas nya lebih tinggi (94-98%) dari duh tubuh endoserviks (85-95%). Sedangkan spesifisitas dari kedua pemeriksaan tersebut sama yaitu lebih dari 99%. Adapun tes definitif untuk gonokok adalah sebagai berikut : 3 1). Tes Oksidasi : reagen oksidasi yang mengandung larutan tetramil-p-fenilendiamin hidroklorida satu persen ditambahkan pada koloni gonokok. Semua

33 18 Neisseria memberi reaksi positif dengan perubahan warna koloni yang semula bening berubah menjadi merah muda sampai merah lembayung. 2). Tes fermentasi : tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa, maltosa, dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan glukosa. C. Tes Beta-Laktamase Tes ini menggunakan cefinase TM disc. BBL yang mengandung chromogenic cephalosporin. Apabila kuman mengandung enzim beta laktamase, akan menyebabkan perubahan warna koloni dari kuning menjadi merah Diagnosis Banding Diagnosis banding dari penyakit gonore sebagai berikut : 1 1). Infeksi Trichomonas vaginalis : eksudat terlihat berbusa, berbau busuk, disertai dengan uretritis. Tes saline positif menandakan adanya infeksi protozoa. 2). Infeksi Candida albicans : eksudat terlihat kental, berwarna krem, dan terasa gatal. Diagnosis dilakukan dengan identifikasi organisme dengan pewarnaan atau kultur. 3). Infeksi Gardnerella vaginalis : sekret tidak berbau, berwarna keabuan, dan asam. Pada pewarnaan terlihat clue cell, dan aroma amine pada alkalisasi dengan potassium hydroxide.

34 19 Uretritis yang diidentifikasikan patogen selain gonokokus dikelompokan dalam nongonococcal urethritis (NGU). Penyakit ini dikarakteristikan dengan disuria, kadang-kadang disertai dengan sekret dari uretra dan biasanya mempunyai periode inkubasi yang panjang, onset akut yang lebih pendek, dan sedikit sekret dari uretra. Keluhan dapat juga hanya terasa ketidaknyamanan atau nyeri pada uretra tanpa adanya sekret Penatalaksanaan A. Pengobatan Spesifik Gonore Sebagian besar gonokokus yang berhasil diisolasi telah resisten terhadap penisilin, tetrasiklin, dan antimikroba terdahulu lainnya, sehingga obat-obat ini tidak bisa digunakkan lagi untuk pengobatan gonore. Kanamisin dan tiamfenikol telah menunjukan keampuhannya kembali di Indonesia setelah lama di tinggalkan. 6 Secara umum dianjurkan pada semua pasien gonore juga diberikan pengobatan bersamaan dengan obat anti klamidiosis oleh karena infeksi campuran antara klamidiosis dan gonore sering dijumpai. a) Regimen pengobatan yang dianjurkan 6 a. Sefiksim : 400 mg per oral, dosis tunggal b. Levofloksasin : 250 mg per oral dosis tunggal

35 20 b) Pilihan pengobatan lain 6 a. Kanamisin : 2 gr intramuskular dosis tunggal atau, b. Spektinomisin : 2 gr intramuskular dosis tunggal atau, c. Tiamfenikol : 3,5 gr per oral dosis tunggal Untuk meningitis dan endokarditis yang disebabkan oleh gonokokus dapat diberikan dalam dosis yang sama, namun memerlukan jangka waktu pemberian yang lebih lama, yaitu selama empat minggu untuk endokarditis. 6 B. Obat-obatan Infeksi Gonore 1). Sefalosporin Beberapa sefalosporin generasi ketiga seperti Seftriakson dosis 125 mg atau 250 mg i.m, dan sefiksim 400 mg per oral dosis tuggal menunjukan efektifitas dalam pengobatan gonore tanpa komplikasi dan memberi angka kesembuhan lebih dari 95%. Sefiksim memiliki kelebihan karena disamping efektif terhadap galur Penicilinase Producing Neisseria gonorrhoeae juga dapat diberikan per oral. 3,6,13 Kemanjuran pengobatan sefriakson terhadap gonore telah terbukti. Di sini terdapat hubungan yang kuat antara konsentrasi hambat minimum (minimum inhibitory concentration) penisilin dan sefalosporin. Selain untuk pengobatan gonore ano-genital tanpa komplikasi, pemberian seftriakson dosis tunggal juga

36 21 efektif untuk oftalmia nenonatorum, konjungtivitis, dan infeksi faring yang disebabkan oleh gonokokus. 6 2). Penisilin Yang efektif ialah penisilin G prokain akua. Dosis 3-4,8 juta unit + 1 gram probenesid. Obat tersebut dapat menutupi gejala sifilis. Kontraindikasi nya ialah alergi penisilin. 3 3). Ampisilin dan Amoksisilin Ampisilin dosisnya adalah 3,5 gram + 1 gram probenesid, dan amoksisilin 3 gram + 1 gram probenesid. Suntikan ampisilin tidak dianjurkan. Kontraindikasinya adalah alergi penisilin. 3 4). Spektinomisin Dosisnya adalah 2 gram i.m. baik untuk penderita yang alergi penisilin, dan yang mengalami kegagalan pengobatan dengan penisilin. 3 5). Kanamisin Dosisnya adalah 2 gram i.m. Kebaikan obat ini sama dengan spektinomisin. Kontraindikasinya adalah kehamilan. 3 6). Tiamfenikol Dosisnya adalah 2,5-3,5 gram, secara oral. Tidak dianjurkan pemakaian pada kehamilan. 3

37 22 7). Kuinolon Dari golongan kuinolon, obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400 mg, siprofloksasin mg, dan norfloksasin 800 mg secara oral. Mengingat pada beberapa tahun terakhir ini resistensi terhadap siprofloksasin dan ofloksasin semakin tinggi, maka golongan kuinolon yang dianjurkan adalah levofloksasin 250 mg per oral dosis tunggal. 3, HIV dan AIDS Aquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) atau sindrom kekebalan tubuh adalah sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia sesudah sistem kekebalannya dirusak oleh virus HIV. Akibat kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS mudah terkena berbagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus tertentu yang bersifat oportunistik. 9 HIV ialah retrovirus yang disebut Lymphadenopathy Associated Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukemia Virus III (HTLV-III) yang juga disebut retrovirus. HIV terdiri atas HIV-1 dan HIV-2 terbanyak karena HIV-1. Partikel HIV terdiri atas dua untaian RNA dalam inti protein yang dilindungi envelop lipid asal sel hospes. 9 Cara penularan terutama melalui darah, cairan tubuh, dan hubungan seksual. Virus HIV ditemukan dalam jumlah besar dalam cairan sperma dan darah, sedangkan dalam jumlah kecil ditemukan dalam air liur dan air mata. HIV menginfeksi sistem imun terutama sel CD4 dan menimbulkan destruksi sel tersebut. HIV dapat laten

38 23 dalam sel imun dan dapat aktif kembali yang menimbulkan infeksi. Produksi virus menimbulkan kematian sel dan juga limfosit yang tidak terinfeksi, defisiensi imun, dan AIDS Kerangka Pemikiran Gonore merupakan salah satu penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual yang erat kaitannya dengan faktor risiko IMS. Faktor risiko IMS pada pria dan wanita adalah berganti-ganti pasangan seksual, memiliki lebih dari satu pasangan seksual, mengalami satu atau lebih episode IMS dalam satu bulan terakhir, berhubungan seks dengan WPS, dan memiliki suami atau istri yang menderita IMS maupun yang memiliki risiko tinggi terkena IMS, yang saat ini telah marak di Indonesia. Faktor sosial seperti maraknya tempat prostitusi, berganti-gantinya pasangan seksual, kurangnya pendidikan masyarakat akan penyebaran IMS dan faktor lingkungan seperti stress, mobilitas tinggi, dan perubahan sosial ekonomi menyebabkan peningkatan insidensi dari penyakit gonore ini. Penderita gonore lalu datang berobat ke RS. Al-Islam dan insidensi penyakit ini akan di teliti oleh penulis di RS.Al-Islam Bandung selama periode tahun Penderita gonore yang datang ke RS.Al-Islam tentunya memiliki karakteristik tertentu seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan status perkawinan yang akan diteliti oleh penulis. Setelah dilakukan pemeriksaan dan pasien di diagnosis menderita gonore, lalu pasien akan

39 24 diberikan obat-obatan seperti antibiotik untuk menyembuhkan penyakitnya. Namun, dokter harus berhati-hati dalam memilih antibiotik untuk gonore agar tidak terjadi resistensi. - Maraknya tempat prostitusi - Maraknya berganti-ganti pasangan seksual - Kurangnya pendidikan masyarakat akan penyebaran IMS - Faktor lingkungan : stress, mobilitas tinggi, dan perubahan sosial ekonomi. Tingginya insidensi penderita gonore Insidensi tahun di RS. Al-Islam Penderita gonore berobat ke RS Karakteristik : - Umur - Jenis Kelamin - Pekerjaan - Status Perkawinan Penatalaksanaan Pemilihan dan pemberian antibiotik di RS. Al-Islam Tahun Gambar 2.3 Bagan Kerangka Pemikiran

40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data rekam medis penderita gonore di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Al-Islam Bandung periode tahun 2008 hingga Kriteria Inklusi Kriteria inklusi yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1) Data rekam medis penderita baru gonore yang tercatat di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Al-Islam Bandung periode tahun 2008 hingga 2010 yang datanya lengkap, baik hanya gonore maupun dengan penyakit penyerta. 2) Data rekam medis penderita gonore yang telah sembuh namun mengalami reinfeksi yaitu dengan jangka waktu minimal satu bulan dari kunjungan sebelumnya yang tercatat di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Al- Islam Bandung periode tahun 2008 hingga

41 Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah data rekam medis gonore yang mengalami gagal terapi yaitu penderita yang belum sembuh lalu kembali berobat dengan jangka waktu minimal setelah terapi satu minggu dan kurang dari satu bulan dari kunjungan pertamanya di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Al- Islam selama periode tahun 2008 hingga Metode Penelitian Penelitian ini merupakan metode deskriptif dengan pendekatan retrospekif dimana penulis akan memaparkan proporsi kejadian, karakteristik, serta penatalaksanaan penderita gonore yang melakukan pemeriksaan di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Al-Islam Bandung periode tahun 2008 hingga Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah studi populasi berdasarkan data rekam medis dengan metode cross sectional Definisi Konsep dan Operasional Variabel Berikut ini adalah variabel-variabel yang akan diteliti dan definisi operasional dari masing-masing variabel tersebut :

42 27 Variabel Definisi Operasional Skala 1. Insidensi Angka yang menggambarkan kejadian atau timbulnya suatu Rasio penyakit (kasus baru) dalam kurun waktu tertentu pada suatu populasi Karakteristik a. Usia lama hidup seseorang dari tanggal kelahirannya 15 Rasio - Anak-anak Usia 1-12 Tahun - Remaja Usia Tahun - Dewasa Muda Usia Tahun - Dewasa Usia Tahun - Usia lanjut Usia lebih dari 40 tahun b. Jenis Kelamin Sifat (keadaan) laki-laki atau perempuan 15 Nominal c. Pekerjaan Pencaharian; yang dijadikan pokok penghidupan penderita15 Nominal d. Status Status penderita masih lajang atau telah menikah 15 Nominal perkawinan 3. Penatalaksanaan Pengobatan penyakit dengan pemberian antibiotik 15 Nominal Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini terdiri dari alur prosedur penelitian sebagai berikut : Pengambilan data penderita gonore di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Al-Islam Bandung Pengolahan data Analisis data dengan Microsoft Excell ( proporsi kejadian, karakteristik, dan penatalaksanaan) Hasil penelitian

43 Pengolahan Data Data yang diperoleh, dianalisis secara deskriptif dengan menghitung frekuensi dan persentase dari variabel-variabel yang ditentukan yaitu jumlah penderita Gonore yang datang berobat, distribusi berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan serta penatalaksanaan pemberian antibiotik. Selanjutnya variabel-variabel tersebut digambarkan lewat tabel serta uraian dari hasil yang terdapat di dalamnya. 3.3 Aspek Etik Penelitian Sebelum mengambil data penelitian di RS Al-Islam Bandung, peneliti membuat surat izin terlebih dahulu dari Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung untuk seterusnya disampaikan kepada pihak RS Al-Islam. Peneliti dapat melakukan pengambilan data setelah disetujui oleh Kepala RS Al-Islam dan setelah peneliti mendapatkan surat izin mengadakan penelitian. Karena topik dari penelitian yang dilakukan merupakan topik yang sangat sensitif, maka penulis merahasiakan identitas dari penderita gonore yang diteliti. Karena penulis menggunakan rekam medik sebagai objek penelitian, maka penulis melakukan pengambilan data dalam pengawasan petugas rekam medik Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Al-Islam Bandung, agar penulis tetap senantiasa menjaga kerahasiaan identitas dari rekam medik tersebut.

44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Selama periode tahun 2008 hingga 2010 didapatkan sebanyak 83 penderita gonore yang tercatat di Rumah Sakit Al-Islam Bandung. Data yang dikumpulkan merupakan data dari Rekam Medis di RS tersebut Hasil Penelitian Deskriptif Tabel 4.1 Distribusi Insidensi Penderita Gonore di RSAl-Islam tahun Tahun Frekuensi Persentase (%) , , ,19 Jumlah Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui insidensi tertinggi penderita gonore di RS Al-Islam Bandung terjadi pada tahun 2010, disusul dengan tahun 2008 dan tahun Distribusi insidensi kejadian gonore pada tahun 2008 hingga 2010 dapat diilustrasikan dalam gambar 4.1 berikut. 29

45 % 50.00% 48,19% 40.00% 30.00% 20.00% 28,92% 22,89% 10.00% 0.00% Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Gambar 4.1 Distribusi Insidensi Penderita Gonore di RS Al-Islam tahun Tabel 4.2 Distribusi Penderita Gonore di RS Al-Islam tahun Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki-laki 70 84,34 Perempuan 13 15,66 Jumlah Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa penderita gonore di RS Al-Islam lebih banyak berjenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Distribusi penderita gonore di RS Al-Islam pada tahun 2008 hingga 2010 berdasarkan jenis kelamin dapat diilustrasikan dalam gambar 4.1 berikut.

46 ,34% ,66% 10 0 Laki-laki Perempuan Gambar 4.2 Distribusi Penderita Gonore di RS Al-Islam tahun Berdasarkan Jenis kelamin Tabel 4.3 Distribusi Penderita Gonore di RS Al-Islam tahun Berdasarkan Usia Kategori Usia Frekuensi Persentase (%) Anak-Anak 1 1,2 Remaja 0 0 Dewasa Muda 29 34,94 Dewasa 43 51,81 Usia lanjut 10 12,05 Jumlah Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas penderita gonore di RS Al-Islam adalah kategori dewasa yaitu berusia antara 25 sampai 40 tahun. Usia paling muda adalah 11 tahun dan usia paling tua adalah 63 tahun. Distribusi penderita gonore berdasarkan usia di RS Al- Islam pada tahun 2008 hingga 2010 dapat diilustrasikan dalam gambar 4.3 berikut

47 ,81% 40 34,94% ,20% 0 12,05% Anak-anak Remaja Dewasa Muda Dewasa Usia Lanjut Gambar 4.3 Distribusi Penderita Gonore di RS Al-Islam tahun Berdasarkan Usia Tabel 4.4 Distribusi Penderita Gonore di RS Al-Islam tahun Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) Pelajar 2 2,41 Mahasiswa 19 22,89 Pegawai/Karyawan 5 6,02 Wiraswasta 32 38,55 Dokter 1 1,21 Ibu Rumah Tangga 5 6,02 Pembantu Rumah Tangga 1 1,21 Tidak Bekerja 18 21,69 Jumlah Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas penderita gonore di RS Al-Islam bekerja sebagai wiraswasta. Penderita gonore yang paling sedikit adalah dokter dan pembantu rumah tangga. Distribusi

48 33 penderita gonore di RS Al-Islam berdasarkan pekerjaan dapat diilustrasikan dalam gambar 4.4 berikut ,55%) ,89% 21,69% ,41% 6,02% 6,02% 1,21% 1,21% Gambar 4.4 Distribusi Penderita Gonore di RS Al-Islam tahun Berdasarkan Pekerjaan Tabel 4.5 Distribusi Penderita Gonore di RS Al-Islam tahun Berdasarkan Status Perkawinan Status Perkawinan Frekuensi Persentase (%) Menikah 44 53,01 Belum Menikah 36 43,37 Janda/Duda 3 3,62 Jumlah

49 34 Berdasarkan tabel di atas, penderita gonore di RS Al-Islam tahun 2008 hingga 2010 memperlihatkan bahwa mayoritas penderita telah menikah dan yang paling sedikit yaitu berstatus janda atau duda. Distribusi penderita gonore di RS Al-Islam tahun 2008 hingga 2010 berdasarkan status perkawinannya di ilustrasikan dalam gambar 4.5 berikut ,01% 43,37% ,62% Menikah Belum Menikah Janda/Duda Gambar 4.5 Distribusi Penderita Gonore di RS Al-Islam tahun Berdasarkan Status Perkawinan Tabel 4.6 Distribusi Penatalaksanaan Pada Penderita Gonore di RS Al-Islam tahun Antibiotik Frekuensi Persentase (%) Sefiksim 6 7,23 Amoksisilin/Ampisilin 5 6,02 Spektinomisin 15 18,07 Tiamfenikol 17 20,48 Levofloksasin 12 14,46 Siprofloksasin 28 33,74 Jumlah

50 35 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pemberian antibiotik terbanyak terhadap penderita gonore di RS Al-Islam adalah siprofloksasin, lalu diikuti dengan tiamfenikol, spektinomisin, levofloksasin, sefiksim, dan paling jarang diberikan amoksisilin atau ampisilin. Distribusi penatalaksanaan penderita gonore di RS Al-Islam tahun 2008 hingga 2010 di ilustrasikan dalam gambar 4.5 berikut % 35.00% 33,74% 30.00% 25.00% 18,07% 20,48% 20.00% 15.00% 10.00% 7,23% 6,02% 14,46% 5.00% 0.00% Gambar 4.6 Distribusi Penatalaksanaan Penderita Gonore di RS Al-Islam tahun

51 Pembahasan Hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukan bahwa tahun 2010 terjadi peningkatan yang cukup pesat terhadap jumlah penderita gonore yang datang berobat di RS Al-Islam Bandung dibanding tahun 2008 dan Hasil tersebut hampir serupa dengan hasil penelitian insidensi gonore di Amerika Serikat yang stabil hingga tahun 2005 lalu setelah itu kembali mengalami peningkatan. Hal ini mungkin terjadi karena semakin meningkatnya pergaulan bebas dan tempat prostitusi di Bandung sehingga penyebaran gonore pun menjadi lebih mudah. Meningkatnya insidensi gonore di tahun 2010 mungkin pula disebabkan karena terjadinya pertambahan jumlah penduduk, mobilitas penduduk yang bertambah dengan berbagai alasan (pekerjaan, liburan, rapat), dan terjadinya kemajuan sosial ekonomi, terutama dalam bidang industri. Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan lebih banyak kebebasan sosial dan lebih banyak waktu yang terluang untuk mendatangi tempat-tempat prostitusi. Dari data rekam medis di RS Al-Islam tahun 2008 hingga 2010 memperlihatkan hasil mayoritas penderita gonore adalah laki-laki. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fitri Abdullah Jawas dan Dwi Murtiastutik di RS Dr.Soetomo pada tahun yang memperlihatkan bahwa penderita gonore pria memperlihatkan angka yang tinggi (90,7%). Hal tersebut mungkin disebabkan karena pada perempuan gejala baru terlihat saat telah terjadi komplikasi, sehingga mereka tidak segera mencari pengobatan. Lakilaki lebih sering terkena penyakit gonore mungkin pula dapat disebabkan karena

52 37 tingkat stress akan pekerjaan serta pengaruh lingkungan yang lebih dominan sehingga mereka mencari hiburan dengan datang ke tempat prostitusi. Untuk variabel usia, hasil menunjukan mayoritas penderita gonore adalah kategori usia dewasa yaitu tahun. Hal ini kurang sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa insidensi terbanyak gonore terbanyak berada pada umur 15 hingga 24 tahun yaitu pada kategori usia remaja hingga dewasa muda. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor usia yang telah dewasa tidak menjamin individu tersebut mengerti akan bahaya dari praktik seks yang tidak aman seperti berganti-ganti pasangan. Usia dewasa rata-rata lebih memiliki materi yang lebih banyak dan pekerjaan yang lebih mapan dibandingkan kategori usia remaja dan usia lanjut, selain itu Usia dewasa pula memiliki libido yang lebih tinggi dan pergaulan yang lebih luas dibandingkan usia lanjut. Faktor-faktor tersebut dapat menjadikan kejadian penyakit gonore pada usia dewasa lebih meningkat dibandingkan usia remaja dan usia lanjut. Untuk variabel pekerjaan, data di RS Al-Islam memperlihatkan bahwa mayoritas penderita gonore bekerja sebagai wiraswasta. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Fitri Abdullah Jawas dan Dwi Murtiastutik di RS Dr.Soetomo Surabaya pada tahun yang memperlihatkan bahwa wiraswasta merupakan pekerjaan yang paling banyak digeluti oleh penderita gonore. Hasil penelitian ini mungkin terjadi karena pekerjaan sebagai wiraswasta sebagian besar memiliki waktu yang lebih luang dan materi yang lebih banyak dibandingkan dengan pekerjaan lainnya seperti pegawai negeri, sehingga mereka

53 38 lebih memiliki peluang yang lebih besar untuk mendatangi tempat-tempat prostitusi. Pekerjaan sebagai wiraswasta pun rata-rata memiliki mobilitas yang tinggi, yaitu mengharuskan mereka untuk sering pergi ke luar kota atau luar negeri yang membuat mereka seringkali terpisah jarak dengan istri. Hal ini mungkin dapat menyebabkan mereka mencari penyaluran kebutuhan seksualnya dengan partner lain selain istri mereka. Dari data yang didapatkan di RS Al-Islam selama tahun menunjukan bahwa mayoritas penderita gonore berstatus menikah. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fitri Abdullah Jawas dan Dwi Murtiastutik di RS Dr.Soetomo Surabaya pada tahun yang hasilnya adalah mayoritas penderita berstatus lajang. Hal ini menunjukan bahwa telah menikahnya individu tidak menjamin bahwa individu tersebut tidak akan berganti-ganti pasangan. Banyaknya penderita gonore yang berstatus telah menikah mungkin pula dapat disebabkan karena istri mereka memiliki kekurangan yang membuat suami-suami tersebut mencari kepuasan kepada mitra lain. Dari data yang didapatkan di RS Al-Islam tahun menunjukan bahwa antibiotik yang paling sering diberikan pada penderita gonore di RS tersebut adalah siprofloksasin. Hal ini tidak sesuai dengan literatur Departemen Kesehatan yang menganjurkan pengobatan utama gonore adalah dengan sefiksim dan levofloksasin.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gonore atau penyakit kencing nanah adalah penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang paling sering terjadi. Gonore disebabkan oleh bakteri diplokokus gram negatif,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kanamisin termasuk dalam golongan aminoglikosida. 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kanamisin termasuk dalam golongan aminoglikosida. 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KANAMISIN Kanamisin termasuk dalam golongan aminoglikosida. 14 Tersusun atas tiga unit senyawa, yaitu 6-D-glukosamina, 1,3-diamino-4,5,6-trihidroksi sikloheksana, dan 3-D-glukosamina.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Gonore mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Gonore mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Definisi Gonore mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. Gonore yang terjadi pada wanita dan mengenai endoserviks disebut servisitis gonore (Daili,

Lebih terperinci

Angka Kejadian, Karakteristik dan Pengobatan Penderita Gonore di RSUD Al- Ihsan Bandung

Angka Kejadian, Karakteristik dan Pengobatan Penderita Gonore di RSUD Al- Ihsan Bandung Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Angka Kejadian, Karakteristik dan Pengobatan Penderita Gonore di RSUD Al- Ihsan Bandung 1 Agustina Rahmawati, 2 Tony S. Djajakusumah, 3 Deis Hikmawati 1,2,3

Lebih terperinci

TEAM BASED LEARNING MODUL GONORE. Diberikan pada Mahasiswa Semester Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH :

TEAM BASED LEARNING MODUL GONORE. Diberikan pada Mahasiswa Semester Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : TEAM BASED LEARNING MODUL GONORE Diberikan pada Mahasiswa Semester Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : Prof.Dr. Muh. Dali Amiruddin, dr., Sp.KK(K), FINSDV,FAADV dr. Alwi A. Mappiasse, Ph.D, Sp.KK,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada wanita pekerja seks menunjukan bahwa prevelensi gonore berkisar antara 7,4% -

BAB I PENDAHULUAN. pada wanita pekerja seks menunjukan bahwa prevelensi gonore berkisar antara 7,4% - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Infeksi gonore di Indonesia menempati urutan yang tertinggi dari semua jenis penyakit menular seksual. Beberapa penelitian di Surabaya, Jakarta dan Bandung pada wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedua di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kedua di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Gonore merupakan salah satu penyakt infeksi menular seksual terbanyak kedua di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae, yaitu bakteri diplokokus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Servisitis adalah sindrom peradangan serviks dan merupakan manifestasi umum dari Infeksi Menular Seksual (IMS) seperti Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, yaitu. kepada janin saat proses melahirkan pervaginam.

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, yaitu. kepada janin saat proses melahirkan pervaginam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Gonore merupakan salah satu infeksi menular seksual terbanyak kedua di Amerika Serikat yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, yaitu bakteri diplokokus gram negatif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kelamin sudah lama dikenal dan sering disebut sebagai Veneral Disease (VD) yang berasal dari kata Venus (dewi cinta) dan yang termasuk ke dalam Veneral Disease

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gonorea dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gonorea dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gonorea 2.1.1 Definisi Gonorea dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. Gonore adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Neisseria

Lebih terperinci

INFEKSI MENULAR SEKSUAL: DIAGNOSIS & TATALAKSANA

INFEKSI MENULAR SEKSUAL: DIAGNOSIS & TATALAKSANA Sex, HIV, Drugs_July 10, 2014 WRESTI INDRIATMI 2 SKDI 2012 INFEKSI MENULAR SEKSUAL INFEKSI MENULAR SEKSUAL: DIAGNOSIS & TATALAKSANA Wresti Indriatmi Dep. IK Kulit & Kelamin FKUI-RSCM Kelompok Studi IMS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae yaitu bakteri diplokokus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae yaitu bakteri diplokokus BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gonore 2.1.1 Definisi Gonore merupakan salah satu penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae yaitu bakteri diplokokus Gram negatif.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit menular seksual yang sering dilaporkan di Amerika Serikat. Penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit menular seksual yang sering dilaporkan di Amerika Serikat. Penyakit ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Gonore atau kencing nanah adalah penyakit yang menempati urutan kedua penyakit menular seksual yang sering dilaporkan di Amerika Serikat. Penyakit ini disebabkan oleh

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2 1. Kelainan pada sistem reproduksi yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum adalah... Sifilis Epididimitis Kanker prostat Keputihan

Lebih terperinci

SKDI 2012 INFEKSI MENULAR SEKSUAL

SKDI 2012 INFEKSI MENULAR SEKSUAL SKDI 2012 INFEKSI MENULAR SEKSUAL Tingkat Kemampuan 2 Mendiagnosis dan merujuk 1. Epididimitis 2. Infeksi virus herpes- 2 Tingkat Kemampuan 3A Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal, dan merujuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gonore adalah salah satu penyakit menular seksual paling umum yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae (Irianto, 2014). Neisseria gonorrhoeae (N. Gonorrhoeae)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uterus. Pada organ reproduksi wanita, kelenjar serviks bertugas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. uterus. Pada organ reproduksi wanita, kelenjar serviks bertugas sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serviks merupakan bagian penghubung vagina uterus. Kelenjar serviks berfungsi sebagai pelindung terhadap masuknya organisme lain yang bersifat parasit pada saluran vagina

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang disebabkan oleh kuman diplokokus gram negatif Neisseria

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang disebabkan oleh kuman diplokokus gram negatif Neisseria BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gonore 2.1.1. Definisi Gonore merupakan infeksi pada permukaan membran mukosa yang disebabkan oleh kuman diplokokus gram negatif Neisseria gonorrhoeae. Meskipun penyakit ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuman Neiserria gonorrhoeae. Kuman ini hanya mempunyai satu host, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuman Neiserria gonorrhoeae. Kuman ini hanya mempunyai satu host, yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gonore 2.1.1 Definisi Gonore merupakan infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh kuman Neiserria gonorrhoeae. Kuman ini hanya mempunyai satu host, yaitu manusia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma

BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma Akuminata, HIV/ Acquired Immuno

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Menular Seksual 2.1.1. Definisi Penyakit Menular Seksual Infeksi Menular Seksual (IMS) didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan karena adanya invasi organisme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerja Seks Komersiil Umumnya telah diketahui bahwa sumber utama penularan penyakit hubungan seks adalah pekerja seks komersial, dengan kata lain penularan lewat prostitusi.

Lebih terperinci

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS Kasus PMS dan HIV/AIDS cukup banyak terjadi di kalangan remaja. Berbagai jenis PMS serta HIV/AIDS sangat berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang pada umumnya

Lebih terperinci

UJI BEDA SENSITIVITAS SEFTRIAKSON DENGAN LEVOFLOKSASIN PADA KUMAN NEISSERIA GONORRHOEAE SECARA IN VITRO LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

UJI BEDA SENSITIVITAS SEFTRIAKSON DENGAN LEVOFLOKSASIN PADA KUMAN NEISSERIA GONORRHOEAE SECARA IN VITRO LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH UJI BEDA SENSITIVITAS SEFTRIAKSON DENGAN LEVOFLOKSASIN PADA KUMAN NEISSERIA GONORRHOEAE SECARA IN VITRO LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013

KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013 i KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013 Oleh : YAATHAVI A/P PANDIARAJ 100100394 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

NEISSERIA MENINGITIDIS

NEISSERIA MENINGITIDIS NEISSERIA MENINGITIDIS Penyakit Meningokokus adalah satu penyakit berjangkit. Neisseria menigitidis (meningokokus) merupakan bakteri kokus gram negatif yang secara alami hidup di dalam tubuh manusia. Meningokokus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmited Infections (STIs) adalah penyakit yang didapatkan seseorang karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang

Lebih terperinci

UJI BEDA SENSITIVITAS KANAMISIN DENGAN SEFTRIAKSON PADA KUMAN NEISSERIA GONORRHOEAE SECARA IN VITRO LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

UJI BEDA SENSITIVITAS KANAMISIN DENGAN SEFTRIAKSON PADA KUMAN NEISSERIA GONORRHOEAE SECARA IN VITRO LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH UJI BEDA SENSITIVITAS KANAMISIN DENGAN SEFTRIAKSON PADA KUMAN NEISSERIA GONORRHOEAE SECARA IN VITRO LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil Karya Tulis Ilmiah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) semakin meningkat dan

Lebih terperinci

BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). 10,11 Virus ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap tahunnya ± 40 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan seksual (Manuaba,2010 : 553). Infeksi menular

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan seksual (Manuaba,2010 : 553). Infeksi menular BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Servisitis merupakan infeksi pada serviks uteri sering terjadi karena luka kecil bekas persalinan yang tidak dirawat atau infeksi karena hubungan seksual (Manuaba,2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan infeksi yang bisa didapat melalui kontak seksual. IMS adalah istilah umum dan organisme penyebabnya, yang tinggal dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar masyarakat, oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menjaga kesehatannya. Dalam usaha menjaga kesehatan, seseorang paling

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora normal tersebut antara lain Corynebacterium ( batang positif gram ), Staphylococcus ( kokus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus atau HIV merupakan suatu virus yang dapat menyebabkan penurunan kekebalan tubuh pada manusia. Virus ini akan memasuki tubuh manusia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISK merupakan keadaan tumbuh dan berkembang biaknya kuman dalam saluran kemih meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria

Lebih terperinci

CHLAMYDIA TRACHOMATIS

CHLAMYDIA TRACHOMATIS CHLAMYDIA TRACHOMATIS BELYANA MARIA SIDEBANG (078114099) Pendahuluan: Chlamydia tergolong salah satu penyakit menular seksual (sexual transmitted diseases), seperti kencing nanah, sifilis, dan tentu HIV/AIDS.

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang.

Lebih terperinci

GONORE. Diajukan Kepada: Dr. Retno Mustikaningsih,S.KM,Sp.KK(K) Disusun Oleh: SMF PENYAKIT KULIT KELAMIN RSUD SOEDARSO PONTIANAK FAKULTAS KEDOKTERAN

GONORE. Diajukan Kepada: Dr. Retno Mustikaningsih,S.KM,Sp.KK(K) Disusun Oleh: SMF PENYAKIT KULIT KELAMIN RSUD SOEDARSO PONTIANAK FAKULTAS KEDOKTERAN GONORE Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Muda Di Bagian Penyakit Kulit Dan Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah Soedarso Pontianak Diajukan Kepada: Dr. Retno Mustikaningsih,S.KM,Sp.KK(K)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi, (seperti : Bacteroides sp., Mobilluncus

BAB 1 PENDAHULUAN. bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi, (seperti : Bacteroides sp., Mobilluncus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vaginosis bakterial (VB) adalah sindrom klinik akibat pergantian Lactobacillus sp., penghasil H 2 O 2 yang merupakan flora normal vagina dengan bakteri anaerob dalam

Lebih terperinci

Tentang Penyakit SIPILIS dan IMPOTEN...!!! Posted by AaZ - 12 Aug :26

Tentang Penyakit SIPILIS dan IMPOTEN...!!! Posted by AaZ - 12 Aug :26 Tentang Penyakit SIPILIS dan IMPOTEN...!!! Posted by AaZ - 12 Aug 2009 19:26 1. SIFILIS Sifilis adalah penyakit kelamin yang bersifat kronis dan menahun walaupun frekuensi penyakit ini mulai menurun, tapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar

Lebih terperinci

Referat. Terapi Gonore

Referat. Terapi Gonore Referat Terapi Gonore Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Penyakit Kulit Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul Diajukan kepada: dr.

Lebih terperinci

Penyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Penyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Penyakit Radang Panggul Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Penyakit radang panggul adalah gangguan inflamasi traktus genitalia atas perempuan, dapat meliputi endometritis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu rumah tangga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium yang melapisi saluran kemih karena adanya invasi bakteri dan ditandai dengan bakteriuria dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi sexual transmitted disease. (STD) atau penyakit menular seksual (Fahmi dkk, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi sexual transmitted disease. (STD) atau penyakit menular seksual (Fahmi dkk, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kelamin ( veneral disease) sudah lama dikenal dan beberapa diantaranya sangat popular di Indonesia yaitu sifilis dan gonorhea. Semakin majunya ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus ribonucleic acid (RNA) yang termasuk family retroviridae dan genus lentivirus yang menyebabkan penurunan imunitas tubuh.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA GONORE DI POLIKLINIK PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE JANUARI 2011-DESEMBER

KARAKTERISTIK PENDERITA GONORE DI POLIKLINIK PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE JANUARI 2011-DESEMBER ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA GONORE DI POLIKLINIK PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE JANUARI 2011-DESEMBER 2013 Gonore merupakan salah satu infeksi menular seksual

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Karakteristik Subyek Penelitian ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta pada bulan Februari tahun 2016. Subyek penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Menular Seksual (IMS) 1. Definisi Infeksi Menular Seksual adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular. Hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Masa pubertas adalah masa ketika seseorang anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya pencegahan IMS yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan mengaktualisasikan dirinya. Kesehatan juga berarti keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rinitis alergi merupakan inflamasi kronis mukosa saluran hidung dan sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan masalah kesehatan global

Lebih terperinci

Gonore Menyebabkan Vagina Bernanah

Gonore Menyebabkan Vagina Bernanah Gonore Menyebabkan Vagina Bernanah Gonore Menyebabkan Vagina Bernanah - Kelamin sakit dan kencing bercampur nanah bisa terjadi karena infeksi bakteri gonore. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering ditemukan dalam praktek klinik (Hvidberg et al., 2000). Infeksi saluran kemih (ISK)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pap smear merupakan salah satu pemeriksaan skrining yang penting untuk mendeteksi adanya karsinoma serviks sejak dini. Pap smear sangat penting di Indonesia mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut disebut AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). UNAIDS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut disebut AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). UNAIDS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus atau HIV merupakan virus yang menyerang imunitas manusia. Kumpulan gejala penyakit yang muncul karena defisiensi imun tersebut disebut AIDS

Lebih terperinci

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual a. Penyebab penyakit (agent) Penyakit menular seksual sangat bervariasi dapat berupa virus, parasit, bakteri, protozoa (Widyastuti, 2009).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gonore adalah penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gonore adalah penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gonore 2.1.1 Definisi Gonore adalah penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. 1 Bakteri tersebut menginfeksi membran mukus dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lagi dan diubah menjadi PMS (penyakit menular seksual) karena seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. lagi dan diubah menjadi PMS (penyakit menular seksual) karena seiring dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kelamin (veneral diseases) merupakan suatu fenomena yang telah lama kita kenal seperti sifilis, gonore, ulkus mole, limfogranuloma venerum dan granuloma inguinal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi diparenkim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) merupakan suatu inflamasi pada mukosa rongga hidung

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) merupakan suatu inflamasi pada mukosa rongga hidung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rinitis alergi (RA) merupakan suatu inflamasi pada mukosa rongga hidung yang disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe I yang dipicu oleh alergen tertentu.

Lebih terperinci

ABSTRAK KELAINAN SISTEM SARAF PUSAT PADA PASIEN HIV/AIDS YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2007 DESEMBER 2008

ABSTRAK KELAINAN SISTEM SARAF PUSAT PADA PASIEN HIV/AIDS YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2007 DESEMBER 2008 ABSTRAK KELAINAN SISTEM SARAF PUSAT PADA PASIEN HIV/AIDS YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2007 DESEMBER 2008 Fransiska, 2009 Pembimbing I : Hana Ratnawati, dr., M.Kes.

Lebih terperinci

FLOUR ALBUS/LEUKOREA A RI FUAD FAJRI

FLOUR ALBUS/LEUKOREA A RI FUAD FAJRI FLOUR ALBUS/LEUKOREA A RI FUAD FAJRI DEFINISI Leukorea (white discharge, fluor albus, keputihan) -- cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah Komposisi leukorea : - Sekresi

Lebih terperinci

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum Sanctum L.) DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN Neisseria gonorrhoeae SECARA IN VITRO

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum Sanctum L.) DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN Neisseria gonorrhoeae SECARA IN VITRO UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum Sanctum L.) DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN Neisseria gonorrhoeae SECARA IN VITRO LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Vaginosis bakterial (VB) adalah suatu keadaan abnormal pada ekosistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Vaginosis bakterial (VB) adalah suatu keadaan abnormal pada ekosistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vaginosis bakterial (VB) adalah suatu keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang ditandai adanya konsentrasi Lactobacillus sebagai flora normal vagina digantikan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Di samping itu penyakit infeksi juga bertanggung jawab pada penurunan kualitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014.

HUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014. HUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014 Oleh : PUTRI YUNITA SIREGAR 120100359 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa 75% wanita di dunia pasti mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya dapat mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah umum untuk berbagai keadaan tumbuh dan berkembangnya bakteri dalam saluran kemih dengan jumlah yang bermakna (Lutter,

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Pulmonologi serta Ilmu Mikrobiologi Klinik.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Pulmonologi serta Ilmu Mikrobiologi Klinik. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang Ilmu Penyakit Dalam divisi Pulmonologi serta Ilmu Mikrobiologi Klinik. 4.2. Tempat dan waktu penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid termasuk dalam 10 besar masalah kesehatan di negara berkembang dengan prevalensi 91% pada pasien anak (Pudjiadi et al., 2009). Demam tifoid merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV dapat menyebabkan penderita

Lebih terperinci

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Pendahuluan Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan.

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA/ MAHASISWI TERHADAP INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA/ MAHASISWI TERHADAP INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA/ MAHASISWI TERHADAP INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Ni Nyoman Sri Sukma Putri, 2007. Pembimbing : Felix Kasim, Dr.,

Lebih terperinci

ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA HIV/AIDS DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA INDRAMAYU PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA HIV/AIDS DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA INDRAMAYU PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA HIV/AIDS DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA INDRAMAYU PERIODE 1 JANUARI 2013 31 DESEMBER 2014 Gregorius Louis Agung Tanusantoso, 2016 Pembimbing 1 : Rimonta F. Gunanegara, dr.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini masih terdapat banyak penyakit di dunia yang belum dapat diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan kesehatan yang sebelumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human immunodeficiency virus (HIV) adalah suatu jenis retrovirus yang memiliki envelope, yang mengandung RNA dan mengakibatkan gangguan sistem imun karena menginfeksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wijaya (2008) pola hubungan seksual merupakan suatu kajian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wijaya (2008) pola hubungan seksual merupakan suatu kajian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pola Hubungan Seksual Menurut Wijaya (2008) pola hubungan seksual merupakan suatu kajian seksologi tentang jejaring seksual. Pola hubungan seksual dikelompokkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Seftriakson Seftriakson adalah antibiotik generasi tiga yang berasal dari golongan sefalosporin. Antibiotik ini memiliki efek antibakterial dengan spektrum luas, aktif terhadap

Lebih terperinci

ABSTRAK. STUDI TATALAKSANA SKRINING HIV di PMI KOTA BANDUNG TAHUN 2007

ABSTRAK. STUDI TATALAKSANA SKRINING HIV di PMI KOTA BANDUNG TAHUN 2007 vi ABSTRAK STUDI TATALAKSANA SKRINING HIV di PMI KOTA BANDUNG TAHUN 2007 Francine Anne Yosi, 2007; Pembimbing I: Freddy Tumewu Andries, dr., MS Pembimbing II: July Ivone, dr. AIDS (Acquired Immunodeficiency

Lebih terperinci

Menggunakan alat-alat tradisional yang tidak steril seperti alat tumpul. Makan nanas dan minum sprite secara berlebihan

Menggunakan alat-alat tradisional yang tidak steril seperti alat tumpul. Makan nanas dan minum sprite secara berlebihan Agar terhindar dari berbagai persoalan karena aborsi, maka remaja harus mampu menahan diri untuk tidak melakukan hubungan seks. Untuk itu diperlukan kemampuan berpikir kritis mengenai segala kemungkinan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Adherence Scale (MMAS).

ABSTRAK. Adherence Scale (MMAS). iv ABSTRAK HIV positif merupakan kondisi ketika terdapat infeksi Human Immunodeficiency Virus di dalam darah seseorang. Sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi menular seksual (IMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Menurut WHO (2009), terdapat lebih kurang dari 30 jenis mikroba (bakteri, virus,

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012

ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012 ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012 Maria F. Delong, 2013, Pembimbing I : DR. J. Teguh Widjaja, dr., SpP.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pneumonia merupakan penyakit yang banyak membunuh anak usia di bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun 2004, sekitar

Lebih terperinci

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini? Kanker Serviks Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia akibat kanker

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang kita kenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Menular Seksual (PMS) dewasa ini kasuanya semakin banyak diantaranya adalah Gonorea, Sifilis, Hepatitis B, Hepatitis C, HIV/AIDS, Kandidiasis dan Trichomonas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks adalah penyakit keganasan serviks akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya. Kanker serviks

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN ANGKATAN 2010 TENTANG PERANAN KONDOM TERHADAP PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS Oleh: VINCENT 100100246 FAKULTAS KEDOKTERAN MEDAN 2013 ii TINGKAT

Lebih terperinci

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit atau jamur, yang penularannya terutama melalui hubungan seksual dari seseorang

Lebih terperinci