TESIS KEMAMPUAN ASIMETRI INFORMASI, KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN, BUDGET EMPHASIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TESIS KEMAMPUAN ASIMETRI INFORMASI, KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN, BUDGET EMPHASIS"

Transkripsi

1 TESIS KEMAMPUAN ASIMETRI INFORMASI, KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN, BUDGET EMPHASIS, DAN KAPASITAS INDIVIDU SEBAGAI VARIABEL MODERASI TERHADAP PARTISIPASI ANGGARAN PADA BUDGETARY SLACK (STUDI KASUS PADA SKPD DI KABUPATEN BADUNG) P.RANI ADNYANI ASAK NIM: PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014

2 KEMAMPUAN ASIMETRI INFORMASI, KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN, BUDGET EMPHASIS, DAN KAPASITAS INDIVIDU SEBAGAI VARIABEL MODERASI TERHADAP PARTISIPASI ANGGARAN PADA BUDGETARY SLACK (STUDI KASUS PADA SKPD DI KABUPATEN BADUNG) Tesis untuk memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana P.RANI ADNYANI ASAK NIM: PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014 ii

3 LEMBAR PENGESAHAN TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 22 SEPTEMBER 2014 Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE., M.Si. Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE., M.Si., Ak. NIP NIP Mengetahui Ketua Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana, Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak. Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP NIP iii

4 PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 22 September 2014 Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, Nomor: 2828/UN14.4/HK/2014, Tanggal 12 Agustus 2014 Ketua : Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE., M.Si. Anggota : 1. Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE., M.Si., Ak. 2. Dr. I Ketut Budiartha, SE., M.Si., Ak 3. Prof. Dr. I Wayan Suartana, SE.,MSi.,Ak 4. Prof. Dr. I Ketut Yadnyana, SE, Msi., Ak iv

5 SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Nama : P. Rani Adnyani Asak Nim : Program Studi : Magister Akuntansi Judul Tesis : Kemampuan Asimetri Informasi, Ketidakpastian Lingkungan, Budget Emphasis, dan Kapasitas Individu Sebagai Variabel Moderasi Terhadap Partisipasi Anggaran Pada Budgetary Slack ( Studi kasus Pada SKPD Di Kabupaten Badung, Bali). Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas dari plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah Tesis ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang undangan yang berlaku. Denpasar, 22 September 2014 P.Rani Adnyani Asak v

6 UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, atas asung kertha wara nugraha-nya, penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik dan hasilnya tertuang dalam tesis dengan judul Kemampuan Asimetri Informasi, Ketidakpastian Lingkungan, Budget Emphasis, dan Kapasitas Individu Sebagai Variabel Moderasi Terhadap Partisipasi Anggaran Pada Budgetary Slack ( Studi kasus Pada SKPD Di kabupaten Badung, Bali).Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata 2 (S2) di Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Udayana guna memperoleh gelar Magister Akuntansi konsentrasi Akuntansi Keuangan dan Auditing. Penulis menyadari bahwa penelitian ini dapat berhasil baik berkat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan tesis ini. Pada kesempatan ini izinkanlah penulis menyampaikan terima kasih yang setulustulusnya kepada: 1. Tuhan Yang Maha Esa Ida Shang Hyang Widhi Wasa atas restunya dalam penyelesaian tesis ini. 2. Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE., M.Si., sebagai pembimbing I dan Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE., M.Si., Ak. sebagai pembimbing II yang dengan penuh kesabaran membimbing dan memberikan dorongan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. 3. Para penguji tesis ini yaitu Bapak Dr. I Ketut Budiartha, SE., M.Si., Ak, Bapak Prof. Dr. I Wayan Suartana, SE.,MSi.,Ak serta Bapak Prof. Dr. I Ketut vi

7 Yadnyana, SE, Msi., Ak, sebagai penguji yang dengan penuh perhatian memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini 4. Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister pada Universitas Udayana. 5. Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S (K) sebagai direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. 6. Bapak Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak. selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi (MAKSI) Universitas Udayana. Bapak dan Ibu pengajar serta seluruh staf Program Magister Akuntansi Universitas Udayana yang telah mendidik dan membantu proses penyelesaian tesis ini. 7. Seluruh Staf SKPD Kabupaten Badung Bali, yang telah membantu dalam pengisian kuesioner serta memberikan keterangan yang berkaitan dengan kesempurnaan tesis ini. 8. Orang Tua Drs I Nyoman Bintara dan Ni Made Sekarini serta seluruh keluarga yang telah mendoakan dan memotivasi penulis dalam penyelesaian tesis ini khususnya suami saya Letty Sus I Nyoman Gde Aditya Asak Sudana,S Kom. 9. Rekan-rekan mahasiswa angkatan X MAKSI Universitas Udayana, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas kebersamaan dan kekompakannya selama penulis menempuh studi. vii

8 Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan anugrah-nya kepada kita semua, serta pihak-pihak yang telah membantu penulis. Denpasar,22 September 2014 Penulis viii

9 ABSTRAK KEMAMPUAN ASIMETRI INFORMASI, KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN, BUDGET EMPHASIS, DAN KAPASITAS INDIVIDU SEBAGAI VARIABEL MODERASI TERHADAP PARTISIPASI ANGGARAN PADA BUDGETARY SLACK (STUDI KASUS PADA SKPD DI KABUPATEN BADUNG) Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik. Dengan membangun suatu sistem penganggaran yang dapat memadukan perencanaan kinerja dengan anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan antara dana yang tersedia dengan hasil yang diharapkan. Sistem penganggaran seperti ini disebut juga dengan anggaran berbasis kinerja. Sistem anggaran berbasis kinerja merupakan proses pembangunan yang efisien dan partisipatif dengan harapan dapat meningkatkan kinerja agen. Anggaran daerah disusun eksekutif sebagai agen dan disahkan oleh legislatif sebagai prinsipal. Perkembangan APBD Kabupaten Badung tahun anggaran mengindikasikan adanya budgetary slack. Hal ini diduga terjadi karena adanya beberapa faktor kontijensi yang dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh hubungan partisipasi anggaran dengan budgetary slack. Penelitian ini menggunakan asimetri informasi, ketidakpastian lingkungan, budget emphasis, dan kapasitas individu sebagai variabel moderasi terhadap partisipasi anggaran pada budgetary slack. Responden pada penelitian ini dipilih dengan cara proportionate random sampling. Data dikumpulkan dengan metode survei dengan kuisioner dan dianalisis dengan analisis regresi moderasi (MR A/ Moderated Regression Analysis) Hasil Penelitian ini menunjukan partisipasi anggaran tidak berpegaruh terhadap budgetary slack. Kemampuan dari variabel ketidakpastian lingkungan memoderasi (memperlemah) pengaruh partisipasi anggaran pada budgetary slack. Kata Kunci : Partisipasi anggaran, asimetri informasi, ketidakpastian lingkungan, budget emphasis, kapasitas individu, budgetary slack. ix

10 ABSTRACT ABILITY OF INFORMATION ASYMMETRY, ENVIRONMENTAL UNCERTAINTY, BUDGET EMPHASIS, AND INDIVIDUAL CAPACITY AS MODERATING VARIABLES FOR BUDGETARY PARTICIPATION ON BUDGETARY SLACK (CASE STUDY AT BADUNG LOCAL GOVERNMENT SKPD S, BALI) Public sector budget is the instrument of accountability to the management of public funds and the implementation of programs, which were funded by public. By creating such a good budgeting system which can combine performance planning with annual budgetary, it will be seen the interdependencies of budget and expected result. This budgeting system is also known as budget based on performance. Budgeting system based on performance is an efficient and participatory development process with the hope that it can improve agent performances. Local budgeting is created by the executive as an agent and approved by the legislative as a principal. The growth of local budget in Badung Regency, Bali from 2006 until 2013 indicated that there was a budgetary slack. This happened because there were a few contingent factors that could strengthen or weaken the effect of correlation budgetary participations with the budgetary slack. This research will examine the ability of information asymmetry, environmental uncertainty, budget emphasis and individual capacity as moderating variables for budgetary participations on a budgetary slack. All data were collected using a survey method with multiple questioners and were analyzed using moderated regression analysis method. The result has shown that budgetary participation will not affect the budgetary slack. The ability of environmental uncertainty variables moderates the effect of budgetary participation on budgetary slack. Keywords : Budgetary Participation, Information Asymmetry, Environmental Uncertainty, Budget Emphasis, Individual Capacity, Budgetary Slack. x

11 DAFTAR ISI Halaman JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v UCAPAN TERIMAKASIH... vi ABSTRAK... ix ABSTRACT... x DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Teori Keagenan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Proses penyusunan Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah (APBD) Pendekan Teori Kontijensi Partisipasi Penganggaran Budgetary Slack Asimetri Informasi Ketidakpastian Lingkungan Budget Emphasis Kapasitas Individu Penelitian Terdahulu BAB III KERANGKA BERFIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berfikir Konsep Penelitian Hipotesis Penelitian Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap budgetary slack Perpengaruh Asimetri Informasi terhadap budgetary slack Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan terhadap budgetary slack xi

12 3.3.4 Pengaruh Budget Emphasis terhadap budgetary slack Pengaruh Kapasitas Individu terhadap budgetary slack BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Data Penelitian Jenis Data Sumber Data Metode Penentuan Sampel Variabel Penelitian Identifikasi Variabel Definisi Operasional variabel Metode Pengumpulan Data Instrumen Penelitian Skala Pengukuran Uji Validitas dan reliabilitas Teknik Analisis Data Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji Multikolinearitas Analisis Regresi Uji Kelayakan Model dan Uji Hipotesis BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Responden Hasil Penelitian Statistik Deskriptif Hasil Uji Instrumen Penelitian Uji Reliabilitas Uji Validitas Hasil Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Residual Uji Multikolinearitas Hasil Analisis Regresi dan Pengujian Hipotesis Uji Hipotesis Uji Hipotesis Uji Hipotesis Uji Hipotesis Uji Hipotesis xii

13 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Pengaruh Partisipasi Anggaran pada budgetary Slack Asimetri informasi yang memoderasi pengaruh Partisipasi anggaran pada budgetary slack Ketidakpastianlingkungan yang memoderasi pengaruh Partisipasi anggaran pada budgetary slack Budget Emphasis yang memoderasi pengaruh partisipasi anggaran pada budgetary slack Kapasitas Individu yang memoderasi pengaruh partisipasi Anggaran pada budgetary slack BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

14 DAFTAR TABEL Halaman 1.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Badung Tahun Anggaran Jumlah Jabatan Struktural SKPD Kabupaten Badung Prosedur Pengambilan Sampel Profil Responden Statistik Deskriptif Variabel Rekapitulasi Hasil Uji Realibilitas Instrumen Penelitian Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian Hasil Uji Normalitas Residual Hasil Uji Multikolinearitas Hasil Analisis Regresi Moderasi (MRA) xiv

15 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1 : Kerangka Berfikir Gambar 3.2 : Konsep Penelitian Gambar 4.1 : Rancangan Penelitian xv

16 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Ringkasan Penelitian Terdahulu Nama nama SKPD dan Jumlah jabatan Struktural di Lingkungan SKPD KAbupaten Badung Kuisioner Penelitian Variabel dan Indikator Penelitian Karakteristik Individu Uji Validitas Uji Reliabilitas Deskripsi Data Penelitian Uji Normalitias Uji Multikolinearitas Uji Heterokedastisitas Regresi Moderasi xvi

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik. Sistem anggaran sektor publik dalam perkembangannya telah menjadi instrumen kebijakan multifungsi yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Gambaran tersebut tercermin pada komposisi dan besarnya anggaran, yang secara langsung merefleksikan arah dan tujuan pelayanan masyarakat yang diharapkan. Beberapa alasan yang mendukung kenapa anggaran sektor publik penting, yaitu (1) anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan sosial-ekonomi, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, (2) anggaran diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber daya sedangkan keinginan masyarakat yang tak terbatas dan terus berkembang, dan (3) anggaran juga diperlukan untuk menyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab terhadap rakyat. Pemberlakuan otonomi daerah berdasarkan UU No.32/2004, telah menyebabkan manajemen keuangan daerah khususnya Kabupaten Badung mengalami perubahan yaitu reformasi penganggaran. Reformasi penganggaran merupakan perubahan dari sistem anggaran tradisional (traditional budget system) ke sistem anggaran berbasis kinerja ( performance budget system). Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai 1

18 2 dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), yang merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa satu tahun anggaran. Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pengguna anggaran menyusun rencana kerja dan anggaran dengan pendekatan berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai. Dengan membangun suatu sistem penganggaran yang dapat memadukan perencanaan kinerja dengan anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan antara dana yang tersedia dengan hasil yang diharapkan. Sistem penganggaran seperti ini disebut juga dengan anggaran berbasis kinerja Anggaran berbasis kinerja didefinisikan sebagai instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah atau lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan, serta memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah. Sistem anggaran berbasis kinerja merupakan proses pembangunan yang efisien dan partisipatif dengan harapan dapat meningkatkan kinerja agen. Anggaran daerah disusun eksekutif sebagai agen dan disahkan oleh legislatif sebagai prinsipal. Namun, penilaian kinerja berdasarkan target anggaran akan mendorong agen untuk melakukan budgetary slack demi jenjang karir yang lebih baik di masa mendatang (Suartana, 2010). Selain itu, budgetary slack juga sering terjadi pada tahap perencanaan dan persiapan anggaran daerah, karena penyusunan anggaran seringkali didominasi oleh kepentingan eksekutif dan legislatif, serta kurang mencerminkan kebutuhan masyarakat (Kartiwa, 2004). Budgetary slack adalah perbedaan antara anggaran yang dilaporkan dengan anggaran yang sesuai estimasi terbaik dari organisasi (Anthony dan

19 3 Govindarajan,1998). Menurut Suartana (2010) budgetary slack terjadi karena penentuan pendapatan yang terlalu rendah ( understated) dan biaya yang terlalu tinggi (overstated). Hal ini dapat berdampak buruk pada organisasi sektor publik yaitu terjadi kesalahan alokasi sumber daya dan bias dalam evaluasi kinerja agen terhadap unit pertanggungjawabannya. Laporan perkembangan APBD tahun anggaran di Kabupaten Badung seperti yang disajikan pada Tabel 1.1 berikut: Tabel 1.1 Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Badung Tahun Anggaran (dalam jutaan rupiah) Tahun Anggaran Pendapatan Daerah Realisasi Pendapatan Daerah % Anggaran Belanja Daerah Realisasi Belanja Daerah % , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,7 96 Pemda Badung (Data Diolah 2014) Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat diduga data tersebut mencerminkan kemungkinan adanya budgetary slack. Dugaan terjadinya budgetary slack disebabkan anggaran belanja yang tidak diserap secara maksimal. Jika dibandingkan antara anggaran pendapatan dan realisasinya, realisasinya selalu lebih tinggi dibandingkan anggaran pendapatan daerah yang ditetapkan. Sedangkan anggaran belanja daerah dan realisasinya terbukti realisasinya selalu lebih rendah dari pada anggaran belanja daerah yang ditetapkan.

20 4 Banyak penelitian yang dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat menimbulkan kecenderungan menciptakan slack tersebut. Salah satu faktor yang banyak diteliti dan dianggap memiliki pengaruh yang pada timbulnya slack adalah partisipasi anggaran. Menurut Brownell (1982), partisipasi angaran sebagai suatu proses dalam organisasi yang melibatkan para manajer dalam penentuan tujuan anggaran yang menjadi tanggung jawabnya. Pengaruh informasi asimetris terhadap timbulnya budgetary slack dijelaskan oleh Suartana (2010), bahwa: Senjangan anggaran akan menjadi lebih besar dalam kondisi informasi asimetris karena informasi asimetris mendorong bawahan atau pelaksana anggaran membuat senjangan anggaran. Informasi asimetris adalah keadaan yang terjadi jika bawahan memiliki informasi yang lebih banyak mengenai aktifitas organisasinya dibandingkan dengan atasannya (Dunk, 1993). Pemimpin, sebagai prinsipal dalam teori keagenan internal, berusaha memperoleh informasi lokal yang dimiliki oleh para manajer bawahannya, sebagai agen dalam teori keagenan internal, sehingga diharapkan dapat mengurangi informasi asimetris (Baiman, 1982). Namun, dalam penelitian Merchant dan Young (1985) menunjukkan bahwa slack akan timbul bila bawahan menyembunyikan atau merahasiakan informasi yang relevan dalam pembuatan anggaran. Secara teoritis, informasi asimetris dapat dikurangi dengan memperkuat monitoring dan meningkatkan kualitas pengungkapan. Informasi asimetris juga dijelaskan dalam agency theory dimana teori ini mendasarkan hubungan kontrak antara principal membawahi agent. Menurut teori tersebut agent lebih banyak mempunyai informasi dan lebih memahami perusahaan sehingga menimbulkan asimetri informasi. Permasalahan

21 5 yang muncul dalam hubungan agency adalah bahwa principal bersikap netral terhadap risiko sementara agent bersikap menolak usaha dan risiko (Ikhsan dan Ishak, 2005). Oleh karena itu, bawahan cenderung untuk melakukan budgetary slack karena adanya keinginan untuk menghindari risiko dengan memberikan informasi yang bias, sehingga dapat dikatakan bahwa informasi asimetri merupakan pemicu budgetary slack Budget emphasis, yaitu desakan dari atasan pada bawahan untuk melaksanakan anggaran yang telah dibuat dengan baik, yang berupa sanksi jika kurang dari target anggaran dan kompensasi jika mampu melebihi target anggaran. Hal tersebut dapat menyebabkan bawahan akan cenderung melonggarkan anggarannya dengan tujuan agar anggaran mudah direalisasikan. Suartana (2010) menjelaskan bahwa faktor penekanan anggaran yang dapat menimbulkan budgetary slack, yaitu perusahaan sering menggunakan anggaran sebagai satu-satunya pengukur kinerja manajemen, karena itu tersedia. Penekanan anggaran seperti ini dapat memungkinkan timbulnya slack. Penilaian kinerja berdasarkan tercapai atau tidaknya target anggaran akan mendorong bawahan untuk menciptakan slack dengan tujuan meningkatkan prospek kompensasi ke depannya. Ketidakpastian lingkungan yang tinggi didefinisikan sebagai rasa ketidakmampuan individu untuk memprediksi sesuatu yang terjadi di lingkungannya secara akurat (Milliken, 1987). Hu bungan antara partisipasi anggaran dan senjangan anggaran adalah positif dalam kondisi ketidakpastian lingkungan yang rendah, dan sebaliknya akan berhubungan negatif bila dalam

22 6 kondisi ketidakpastian yang tinggi. Dalam kondisi ketidakpastian yang rendah, partisipasi bawahan yang tinggi akan mampu menciptakan senjangan anggaran. Hal ini memungkinkan karena bawahan mampu memprediksi prospek masa depan dan dapat memperkirakan langkah-langkah yang harus dilakukan sehingga dapat digunakan untuk melakukan senjangan anggaran dengan melaporkan perkiraan yang bias. Di sisi lain, dalam kondisi ketidakpastian lingkungan yang tinggi, partisipasi anggaran akan mengurangi senjangan anggaran (Govindarajan, 1986). Pada kondisi ini bawahan sulit memprediksi masa depan sehingga tidak mampu memperoleh informasi akurat untuk memprediksi kejadian masa depan, sehingga sulit pula baginya untuk menciptakan senjangan anggaran. Kapasitas individu terbentuk dari proses pendidikan secara umum, baik melalui pendidikan formal, pelatihan maupun pengalaman. Organisasi birokrasi dalam era otonomi daerah perlu untuk menyiapkan tenaga kerja atau aparatur pemerintah yang mempunyai kemampuan ( capability) yang baik. Karena pemerintah daerah diharapkan dapat meningkatkan profesionalitas birokrasi dalam memberikan pelayanan publik. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena dapat mengantisipasi ketidakpastian lingkungan, salah satunya isu budgetary slack (Sandrya, 2013). Pernyataan diatas didukung oleh penelitian Yuhertiana (2004) bahwa individu yang memiliki cukup pengetahuan akan mampu mengalokasikan sumber daya dengan baik, sehingga dapat menurunkan budgetary slack. Hasil - hasil penelitian sebelumnya, yang menguji hubungan antara anggaran partisipasi dengan budgetary slack menunjukkan hasil yang tidak

23 7 konsisten. Penelitian yang dilakukan Lowe dan Shaw (1968), Merchant (1981), Young (1985), Antie dan Eppen (1985), Lukka (1988), Siegel dan Marconi (1989), Yuwono (1999), Little, et al., (2002), Yuhertiana (2004), Hafsah (2005), Falikhatun (2007), Sudarba (2010), Andriyani dan Hidayati (2010), Nasution (2011), menunjukan bahwa partisipasi anggaran dan budgetary slack mempunyai hubungan yang positif. Berbeda halnya dengan Schift dan Lewin (1970), Onsi (1973), Camman (1976), Baiman (1982), Dunk (1993), Dunk dan Perera (1997), Wartono (1998), Minan (2005), Utomo (2006), Supanto (2010), Martjin,et al (2011) bahwa anggaran partisipatif yang tinggi dapat menurunkan terjadinya budgetary slack. Ketidakkonsistenan hasil penelitian itu diduga karena ada variabel lain yang mempengaruhi hubungan antara partisipasi dalam penyusunan anggaran dengan kemungkinan timbulnya slack anggaran Berdasarkan hasil penelitian-penelitian terdahulu yang tidak konsisten dan adanya kesenjangan anggaran dan realisasi pada data APBD Kabupaten Badung, sehingga peneliti termotivasi untuk menguji kembali pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack dengan faktor kontijensi yaitu asimetri informasi, ketidakpastian lingkungan, budget emphasis dan kapasitas individu sebagai variabel moderasi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kabupaten Badung, Bali.

24 8 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimana pengaruh partisipasi anggaran pada budgetary slack? 2) Apakah asimetri informasi mampu memoderasi pengaruh partisipasi anggaran pada budgetary slack? 3) Apakah ketidakpastian lingkungan mampu memoderasi pengaruh partisipasi anggaran pada budgetary slack? 4) Apakah budget emphasis mampu memoderasi pengaruh partisipasi anggaran pada budgetary slack? 5) Apakah kapasitas individu mampu memoderasi pengaruh partisipasi anggaran pada budgetary slack? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dipaparkan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Mendapatkan bukti empiris pengaruh partisipasi anggaran pada budgetary slack 2) Mendapatkan bukti empiris kemampuan asimetri informasi, ketidakpastian lingkungan, budget emphasis dan kapasitas individu memoderasi pengaruh partisipasi anggaran pada budgetary slack.

25 9 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memperluas pengetahuan dan wawasan serta menambah perbendaharaan teori untuk memperkuat penelitian-penelitian sebelumnya khususnya mengenai asimetri informasi, ketidakpastian lingkungan, budget emphasis dan kapasitas individu memoderasi partisipasi anggaran pada budgetary slack. 2) Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada pembaca khususnya satuan kerja perangkat daerah ( SKPD) di Kabupaten Badung mengenai pentingnya peranan setiap individu dalam penerapan tujuan organisasi dan memberikan sumbangan pemikiran sebagai pertimbangan dalam pembuatan kebijakan untuk mewujudkan tata pemerintahan yang good governance.

26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Teori Keagenan Teori keagenan ( agency theory) merupakan landasan teori dalam penelitian ini, karena dapat menjelaskan konsep corporation governance. Menurut Jensen dan Meckling (1976), teori keagenan adalah konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual antara prinsipal dan agen, yaitu antara dua atau lebih individu, kelompok atau organisasi. Pihak prinsipal adalah pihak yang mengambil keputusan dan memberikan mandat kepada pihak lain (agen), untuk melakukan semua kegiatan atas nama prinsipal. Inti dari teori ini adalah kontrak kerja yang didesain dengan tepat untuk menyelaraskan kepentingan antara prinsipal dengan agen (Sinkey,1992; Supanto, 2010). Menurut Eisenhard (1989), teori keagenan memiliki tiga asumsi, yaitu: 1) asumsi tentang sifat manusia, yaitu sifat manusia yang mengutamakan kepentingan sendiri ( self interest), keterbatasan rasionalitas atau daya pikir terhadap persepsi masa depan ( bounded rationality), dan cenderung untuk menghindari risiko; 2) asumsi tentang keorganisasian, adalah konflik antar anggota organisasi, efisiensi, dan asimetri informasi yang terjadi antara prinsipal dan agen; dan 3) asumsi tentang informasi, adalah informasi dianggap sebagai barang komoditi yang dapat diperjualbelikan. Berdasarkan ketiga asumsi tersebut manusia akan bertindak oportunistik, yaitu mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan organisasi. Agen akan termotivasi untuk meningkatkan 10

27 11 kompensasi dan jenjang karir di masa mendatang, sedangkan prinsipal termotivasi untuk meningkatkan utilitas dan profitabilitasnya. Konflik kepentingan antara agen dan prinsipal akan terus meningkat, karena prinsipal tidak dapat memonitor kegiatan agen setiap hari. Sebaliknya, agen memiliki lebih banyak informasi penting mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan organisasinya secara keseluruhan. Hal inilah yang menimbulkan asimetri informasi yaitu ketidakseimbangan informasi antara prinsipal dan agen. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan permasalahan tersebut, antara lain: 1) moral hazard adalah permasalahan yang muncul karena agen tidak melaksanakan hal-hal yang telah disepakati bersama sesuai kontrak kerja; dan 2) adverse selection adalah prinsipal tidak mengetahui bahwa keputusan yang diambil oleh agen merupakan keputusan yang sesuai dengan informasi yang diterima oleh prinsipal atau terjadi kelalaian dalam bertugas. Entitas di Indonesia terdiri dari dua sektor, yaitu entitas sektor publik dan non publik/swasta. Anggaran sektor publik berhubungan dengan proses penentuan jumlah dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter yang menggunakan dana milik rakyat, serta bersifat terbuka untuk publik. Sedangkan, anggaran pada sektor swasta bersifat tertutup untuk publik dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Meskipun berbeda, tetapi kedua sektor memiliki kesamaan sifat yakni terbagi dalam dua pihak, yaitu: prinsipal dan agen.

28 12 Pihak-pihak yang terlibat dalam proses anggaran sektor publik terdiri dari tiga kategori utama yaitu: eksekutif, legislatif, dan masyarakat. Hubungan keagenan dalam penganggaran daerah, adalah: 1) Hubungan Keagenan antara Masyarakat (Publik atau Voters) dan Legislatif Legislatif adalah lembaga perwakilan rakyat yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) yang keberadaannya telah dipilih oleh rakyat (voters). Rakyat berdasarkan asas demokrasi adalah prinsipal utama dan legislatif berperan sebagai agen yang mewakili rakyat sebagai prinsipal. Rakyat melakukan pengawasan terhadap DPR dengan cara social pressure, yaitu rakyat berperan sebagai parliament watch, media dan aksi langsung dengan kekuatan massa melalui demonstrasi (Kencana, 2010). Legislatif berperan penting dalam penganggaran daerah, karena DPRD adalah pengesah APBD dalam tahap ratifikasi. Berdasarkan UU No.22 Tahun 1999, DPRD dan Gubernur, Bupati atau Walikota menetapkan APBD. Sehingga, DPRD perlu untuk mendengarkan aspirasi rakyat melalui berbagai komponen yang mewakili rakyat, yaitu: Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), Perguruan Tinggi, kuesioner, kotak pos, media massa, dan lain sebagainya (Kencana, 2010). Masalah keagenan antara legislatif dengan rakyat adalah legislatif akan membela kepentingan rakyat atau pemilihnya, tetapi seringkali tidak terjadi karena pendelegasian kewenangan rakyat atau pemilih dengan legislatornya tidak ada kejelasan aturan konsekuensi kontrol keputusan

29 13 yang disebut abdikasi ( abdication). Lupia dan Mc.Cubbins (2000), menyatakan bahwa abdikasi terjadi karena pemilih ( voters) tidak ingin mempengaruhi legislatif yang mereka pilih, sedangkan legislatif tidak memiliki banyak waktu dan pengetahuan untuk mengetahui semua kebutuhan rakyat. Sehingga, legislatur cenderung melakukan political corruption dalam proses penyusunan anggaran dan menimbulkan administration corruption. Legislatif akan memaksimalkan utilitasnya (self interest) dalam pembuatan keputusan yang berkaitan dengan rakyat (Garamvalvi, 1997; Abdullah, 2006). 2) Hubungan Keagenan antara Legislatif dan Eksekutif (Pemerintah Daerah) Hubungan keagenan antara legislatif dan eksekutif berdasarkan UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, terjadi perubahan posisi luasnya kekuasaan antara legislatif sebagai prinsipal terhadap eksekutif sebagai agen. DPRD tidak menjadi satu kesatuan dengan Kepala Daerah beserta perangkatnya. Hubungan keagenan terjadi dalam konteks pembuatan kebijakan, yang mana legislatif memberikan kewenangan kepada agen untuk membuat usulan kebijakan baru dan berakhir setelah usulan tersebut diterima atau ditolak. Fungsi DPRD adalah mengawasi pelaksanaan peraturan daerah, pelaksanaan keputusan Gubernur/Bupati/ Walikota, pelaksanaan APBD, pelaksanaan kebijakan daerah dan pelaksanaan kerjasama internasional di daerah. Sedangkan, kepala daerah memiliki kewajiban dan tanggung jawab atas terselenggaranya pemerintahan, serta meningkatkan kepuasan rakyat. Kinerja kepala daerah

30 14 dinilai dari keberhasilan berbagai program pemerintahan dan kebijakan pada realisasi APBD dalam laporan pertanggungjawaban kepada DPRD (Kencana, 2010). Masalah keagenan dalam hubungan legislatif dan eksekutif adalah legislatif cenderung melakukan kontrak semu dengan eksekutif, karena memiliki keunggulan kekuasaan ( discretionary power). Legislatif mengutamakan kepentingan pribadi secara jangka panjang demi menjaga kesinambungan dan nama baik politisi atau anggota dewan. Sedangkan, eksekutif cenderung melakukan budgetary slack karena memiliki keunggulan informasi (asimetri informasi) dan untuk mengamankan posisinya di pemerintahan. Eksekutif akan mengusulkan anggaran belanja yang lebih besar dan target anggaran yang lebih rendah, agar lebih mudah dicapai ketika realisasi dilaksanakan. 3) Hubungan Keagenan antara Kepala Daerah (Bupati) dan Kepala Dinas/Kantor/Badan Hubungan keagenan antara Kepala Daerah (Bupati) dan Kepala Dinas/Kantor/Badan adalah Kepala Daerah (Bupati) berperan sebagai prinsipal dan Kepala Dinas/Kantor/Badan sebagai agen. Eksekutif akan menyampaikan dokumen rancangan APBD kepada legislatif untuk diteliti dan disahkan. Kepala daerah berorientasi pada penetapan sistem pengendalian manajemen yang mengatur Dinas/Kantor/Badan, serta mendukung keberhasilan reformasi anggaran, keuangan dan sistem akuntansi daerah. Dinas/Kantor/Badan akan mengajukan daftar usulan

31 15 kegiatan daerah dan daftar usulan proyek daerah yang akan dibahas oleh panitia anggaran daerah. Perangkat daerah (Dinas/Kantor/Badan) bertanggung jawab dalam pelayanan masyarakat (Kencana, 2010). Mardiasmo (2001) menyatakan bahwa slack yang diciptakan oleh perangkat daerah cenderung merupakan slack yang positif, karena menjaga hubungannya dengan kepala daerah dan mengamankan pekerjaan dan posisi atau jabatan di pemerintahan. 2.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah telah mengeluarkan berbagai instrumen hukum untuk mendukung reformasi penganggaran daerah. Kementerian Dalam Negeri telah mengeluarkan UU No.32/2004 tentang pemerintah daerah, Permendagri No.13/2006, Peraturan Pemerintah No.58/2005, dan Permendagri No.37/2012 sebagai pedoman penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Lembaga-lembaga yang berperan penting dalam perencanaan dan penganggaran daerah berdasarkan UU.No.17/2003 tentang Keuangan Negara dan UU.No.25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) adalah Badan Perencanaan Daerah (Bappeda), Satuan K erja Perangkat Daerah (SKPD), Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD), Kepala daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Pelaksanaan otonomi daerah menimbulkan praktek-praktek penyimpangan pengelolaan keuangan Negara. Salah satu penanggulangan yang dilakukan pemerintah pusat adalah memperbaiki sistem keuangan Negara dengan menerapkan sistem penganggaran yang disebut dengan Anggaran Berbasis

32 16 Kinerja (ABK). Anggaran Berbasis Kinerja (ABK) merupakan proses penyusunan APBD di organisasi sektor publik untuk tatakelola pemerintahan, yakni proses pembangunan yang efisien dan partisipatif, serta terjadi reformasi anggaran, yaitu penggunaan sistem anggaran berbasis kinerja (performance budget system) untuk menggantikan sistem anggaran tradisional ( traditional budget system). Proses pembangunan ini melibatkan pengambilan kebijakan pemerintahan, pelaksanaan kegiatan pemerintahan, dan dalam tahap tertentu melibatkan masyarakat sebagai penerima manfaat dari kegiatan pelayanan publik. Salah satu kunci utama penyusunan anggaran berbasis kinerja adalah penentuan kinerja, adanya ukuran kinerja yang jelas dan dapat diverifikasi terhadap outcome, output maupun kewajaran dana yang dikeluarkan dengan output yang dicapai (Mahsun, dkk., 2007). 2.3 Proses penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Dalam Negeri ( Permendagri) No. 59 Tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, tahapan penyusunan APBD adalah sebagai berikut. 1) Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Untuk menyusun APBD, pemerintah daerah menyusun RKPD yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja yang terukur dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah pusat,

33 17 pemerintah daerah maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. 2) Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Berdasarkan RKPD, pemerintah daerah kemudian menyusun KUA. KUA memuat target pencapaian kinerja yang terukur dari program-program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk setiap urusan pemerintahan daerah yang disertai dengan proyeksi pendapatan, alokasi belanja daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan yang disertai dengan asumsi yang mendasari. Rancangan KUA disampaikan kepada DPRD paling lambat pertengahan bulan Juni sebelum tahun anggaran dan disepakati bersama oleh Pemda dan DPRD menjadi KUA paling lambat minggu pertama bulan Juli. 3) Penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA) Berdasarkan KUA yang telah disepakati, Pemda dan DPRD menyusun PPA. PPA disepakati paling lambat bulan Juli sebelum tahun anggaran. KUA dan PPA yang telah disepakati kemudian dituangkan kedalam nota kesepakatan yang ditandatangani bersama oleh pihak kepala daerah dan pimpinan DPRD. Berdasarkan nota kesepakatan tersebut pemerintah daerah menerbitkan surat edaran tentang pedoman penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat daerah (RKA -SKPD). Surat edaran tersebut diterbitkan paling lambat awal bulan Agustus sebelum tahun anggaran dimulai. 4) Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD) Berdasarkan surat edaran yang diterbitkan oleh pemerintah daerah, masingmasing SKPD kemudian menyusun RKA-SKPD. Surat edaran tersebut

34 18 memuat arah dan kebijakan umum APBD, strategi dan prioritas APBD, standar biaya, standar pelayanan minimal, dan formulir RKA-SKPD. Formulir RKA-SKPD merupakan dokumen yang memuat rancangan anggaran unit kerja yang disampaikan oleh setiap unit kerja. RKA-SKPD memuat pernyataan mengenai: a. Visi dan misi unit kerja. b. Deskripsi Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) unit kerja. c. Rencana program dan kegiatan unit kerja beserta tolak ukur dan target kinerjanya. RKA-SKPD kemudian disampaikan kepada tim anggaran pemerintah daerah untuk dievaluasi. Tim anggaran pemerintah daerah mengevaluasi dan menganalisis: a. Kesesuaian antara rancangan anggaran unit kerja dengan program dan kegiatan berdasarkan yang direncanakan unit kerja. b. Kesesuaian program dan kegiatan berdasarkan tugas pokok dan fungsi unit kerja. c. Kewajaran antara anggaran dengan target kinerja berdasarkan Standar Analisa Biaya (SAB) yang telah diperhitungkan. 5) Penyusunan RAPBD Rencana kerja dan anggaran masing-masing SKPD yang telah dievaluasi oleh tim anggaran pemerintah daerah selanjutnya dirangkum menjadi Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD).

35 19 6) Penetapan APBD Pemerintah daerah menyampaikan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) kepada DPRD paling lambat pada minggu pertama bulan Oktober sebelum tahun anggaran untuk dibahas. RABPD ditetapkan menjadi APBD setelah mendapatkan persetujuan bersama dari pemerintah daerah dan DPRD paling lambat satu bulan sebelum tahun anggaran dimulai. 2.4 Pendekatan Teori Kontijensi Teori kontijensi digunakan sebagai teori pendukung dalam penelitian ini, karena mengasumsikan berbagai pola perilaku pemimpin (atau ciri) yang dibutuhkan dalam berbagai situasi bagi efektivitas kepemimpinan. Pendekatan kontijensi dalam perilaku organisasi adalah lingkungan yang berbeda menyebabkan adanya perilaku yang berbeda pula. Teori kontijensi memotivasi adanya analisis situasi sebelum diambil tindakan dan menghilangkan perilaku yang biasa dilakukan berdasarkan asumsi tentang keprilakuan. Sehingga, teori kontijensi dapat digunakan untuk semua pengetahuan yang mutakhir tentang organisasi dengan cara yang paling tepat, karena tindakan yang tepat bergantung pada variabel situasional (Davis dan Newstrom, 1985). Beberapa penelitianpenelitian terdahulu tentang anggaran yang mengadopsi teori kontijensi, seperti: Young (1985), Dunk (1993), Minan (2005), Hafsah (2005), Latuheru (2005), Sari (2006), Utomo (2006), Ikhsan dan Ane (2007), Falikhatun (2007), Pratomo dan Fitri (2008), Desmiyati (2009), Supanto (2010), Djasuli dan Fadilah (2011), Reysa (2011), dan Hapsari (2011).

36 Partisipasi Penganggaran Anggaran merupakan rencana kerja jangka pendek yang dinyatakan secara kuantitatif dan diukur dalam satuan moneter yang penyusunannya sesuai dengan rencana kerja jangka panjang yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 1997). Anggaran mempunyai dua peran penting di dalam sebuah organisasi, yaitu sebagai alat untuk perencanaan ( planning) dan sebagai alat untuk pengendalian (control). Partisipasi penganggaran adalah proses dimana para individu yang kinerjanya dievaluasi dan memperoleh penghargaan berdasarkan pencapaian target anggaran, keterlibatan, dan mempunyai pengaruh dalam penyusunan target anggaran. Partisipasi penganggaran melibatkan semua tingkatan manajemen untuk mengembangkan rencana anggaran yang telah dibuat. Partisipasi penganggaran diperlukan karena bawahan yang lebih mengetahui kondisi langsung bagiannya. Dalam beberapa kasus, manajer tingkat bawah lebih banyak memiliki informasi yang akurat dibandingkan dengan atasannya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja manajer (Suprasto, 2006:). Dengan demikian, tujuan perusahaan akan lebih dapat diterima jika seluruh anggota organisasi dapat bersama-sama dalam suatu kelompok untuk saling bertukar pendapat dan informasi mengenai tujuan perusahaan dan terlibat dalam menentukan langkahlangkah untuk mencapai tujuan tersebut. Murray (1990) menyatakan bahwa partisipasi dari bawahan dalam penyusunan anggaran mempunyai konsekuensi terhadap sikap dan perilaku anggota organisasi yang selanjutnya akan mempengaruhi kinerja dari anggota organisasi tersebut.

37 Budgetary slack Partisipasi manajemen merupakan partisipasi manajer dalam proses manajemen yang meliputi: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. Salah satu bentuk dari partisipasi manajemen adalah partisipasi penganggaran yang merupakan proses di mana individu-individu, baik atasan maupun bawahan terlibat dan mempunyai pengaruh dalam menentukan target anggaran. Partisipasi dalam penyusunan anggaran memberikan kewenangan kepada para manajer pusat pertanggungjawaban untuk menetapkan isi anggaran mereka. Namun kewenangan ini disalahgunakan oleh para partisipan sehingga dapat merugikan organisasi. Penyalahgunaan ini dilakukan dengan pembuatan organizational slack. Menurut Ikhsan dan Ishak 2005 slack adalah selisih antara sumber daya yang sebenarnya diperlukan untuk efisien menyelesaikan suatu tugas dan jumlah sumber daya yang lebih besar yang diperuntukkan bagi tugas tersebut. Slack diciptakan dengan mengestimasikan pendapatan lebih rendah, mengestimasikan biaya lebih tinggi, atau menyatakan terlalu tinggi jumlah input yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu unit output. Menurut Syakhroza, 2003 slack yang terjadi dalam penyusunan anggaran disebabkan oleh bawahan kurang memiliki pengetahuan serta keterampilan yang memadai. Budgetary slack adalah suatu usaha untuk memperindah anggaran. Budgetary slack juga digambarkan sebagai dysfunctional behavior karena manajer berusaha untuk memuaskan kepentingannya yang nantinya akan merugikan organisasi. Merchant (1985), Lukka (1988), dan Young (1985) mempunyai pengertian yang sama

38 22 mengenai slack anggaran, yaitu sebagai pengungkapan yang dimasukkan dalam anggaran yang memungkinkan mudah dicapai. Jika anggaran lebih mudah dicapai karena adanya slack atau faktor-faktor lain sebagai akibat adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran, yang terjadi adalah menurunnya atau menghilangnya keuntungan motivator yang sesungguhnya. Senjangan anggaran terjadi karena disebabkan oleh empat kondisi menurut Eisenhardt dan Stevens dalam Fitri (2004). Pertama, terdapat informasi asimetri antara manajer (bawahan) dengan atasan mereka. Kedua, kinerja manajer tidak pasti. Jika terdapat kepastian dalam kinerja, maka atasan dapat menduga usaha manajer melalui output mereka sehingga senjangan anggaran sulit untuk dilakukan. Ketiga, manajer mempunyai kepentingan pribadi. Keempat, adanya konflik tujuan antara manajer dengan atasan mereka. Selanjutnya Onsi (1973), Merchant (1985), da n Dunk (1993) menyatakan kondisi yang kelima, yaitu pentingnya peranan manajer dalam partisipasinya terhadap proses penganggaran. Artinya, manajer mampu mempengaruhi hasil dan proses penganggaran untuk dapat menciptakan budgetary slack. 2.7 Asimetri Informasi Penentuan anggaran yang tepat memang tidak mudah dan akan menjadi masalah apabila bawahan mempunyai informasi yang lebih baik dibandingkan informasi yang dipunyai atasan. Perbedaan informasi yang dimiliki antara atasan dan bawahan inilah yang dinamakan informasi asimetri. Adanya informasi asimetri merupakan salah satu faktor yang menimbulkan perilaku negatif dalam hal ini adalah budgetary slack, dijelaskan oleh Suartana (2010), bahwa: Konsep

39 23 informasi asimetris yaitu atasan anggaran mungkin mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih daripada bawahan, ataupun sebaliknya. Bila kemungkinan yang pertama terjadi, akan muncul tuntutan atau motivasi yang lebih besar dari atasan kepada bawahan mengenai pencapaian target anggaran yang menurut bawahan terlalu tinggi. Namun bila kemungkinan yang kedua terjadi, bawahan akan menyatakan target lebih rendah daripada yang dimungkinkan untuk dicapai. Keadaan dimana salah satu pihak mempunyai pengetahuan dan informasi lebih daripada yang lainnya terhadap sesuatu hal disebut asimetri informasi. Baiman dan Evans dalam Erawati (2006) asimetri informasi timbul jika bawahan memiliki informasi yang relevan untuk proses pembuatan keputusan sehubungan dengan penganggaran sedangkan atasan tidak. Asimetri informasi merupakan perbedaan informasi relevan yang digunakan dalam pengambilan keputusan antara manajer tingkat atas dengan manajer tingkat bawah. Young (1985) menyatakan bahwa keberadaan asimetri informasi dapat menyebabkan bawahan untuk melebih-lebihkan kebutuhan sumber daya mereka atau mengecilkan kemampuan kerja mereka. Sehingga, interaksi antara anggaran partisipatif dengan asimetri informasi dapat menyebabkan terjadinya budgetary slack. Secara teoritis, asimetri informasi dapat dikurangi melalui monitoring dan desain sistem informasi yang lebih baik. Contohnya, atasan atau pemegang kuasa anggaran menerima informasi yang belum diketahui sebelumnya dan meningkatkan akurasi pemahaman terhadap bawahan atau pelaksana anggaran (Suartana, 2010).

40 24 Asimetri informasi mendorong pentingnya partisipasi dalam penyusunan anggaran agar anggaran yang disusun dapat lebih bermanfaat. Syarat sahnya suatu partisipasi dalam memberikan informasi yang baik atau Well Informed yang berarti setiap orang yang berpartisipasi dapat memberikan informasi yang baik dan berguna yang dimilikinya, yang nantinya akan bermanfaat dalam penetapan anggaran. Partisipasi bawahan dalam penyusunan anggaran inilah yang dapat memberikan kesempatan untuk memasukkan informasi lokal 2.8 Ketidakpastian Lingkungan Ketidakpastian lingkungan merupakan salah satu faktor yang sering menyebabkan organisasi melakukan penyesuaian terhadap kondisi organisasi dengan lingkungan. Ketidakpastian merupakan persepsi dari anggota organisasi. Seseorang mengalami ketidakpastian karena dia merasa tidak memiliki informasi yang cukup untuk meprediksi masa depan secara akurat. Bagi suatu organisasi, sumber utama ketidakpastian berasal dari lingkungan, yang meliputi pesaing, konsumen, pemasok, regulator, dan teknologi yang dibutuhkan ( Govindarajan, 1986). Individu akan mengalami ketidakpastian lingkungan yang tinggi jika merasa lingkungan tidak dapat diprediksi dan tidak dapat memahami bagaimana komponen lingkungan akan berubah (Milliken, 1978 ). Sedangkan dalam ketidakpastian lingkungan yang rendah (lingkungan relatif stabil), individu dapat memprediksi keadaan di masa datang sehingga langkah-langkah yang akan dilakukannya dapat direncanakan dengan lebih akurat (Duncan, 1972). Kondisi yang relatif stabil ini dapat dimanfaatkan oleh anggota organisasi untuk membantu organisasi membuat perencanaan yang akurat

41 Budget emphasis Penekanan anggaran merupakan variabel yang dapat menimbulkan budgetary slack dengan argumentasi untuk meningkatkan kompensasi. Budget emphasis adalah kondisi bilamana anggaran dijadikan faktor yang paling dominan dalam pengukuran kinerja bawahan pada suatu organisasi. Budget emphasis merupakan desakan dari atasan pada bawahan untuk melaksanakan anggaran yang telah dibuat dengan baik. Pengukuran kinerja berdasarkan anggaran yang telah disusun membuat bawahan akan berusaha memperoleh variance yang menguntungkan dengan menciptakan slack, antara lain dengan merendahkan penghasilan dan meninggikan biaya pada saat penyusunan anggaran. Jika bawahan meyakini penghargaan ( reward) yang diberikan tergantung pada pencapaian target dalam anggaran, bawahan akan mencoba membangun slack dalam anggarannya (Sujana: 2010) 2.10 Kapasitas Individu Kapasitas individu terbentuk dari proses pendidikan secara umum baik melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman seseorang. Pendidikan dan pelatihan merupakan investasi sumberdaya manusia yang dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja, sehingga dapat meningkatkan kinerja seseorang. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang telah ditempuh seseorang di bangku sekolah atau perguruan tinggi. Kurikulum pendidikan yang baku dan waktu yang relatif lama biasanya dapat membekali seseorang dengan dasar-dasar pengetahuan umum. Pelatihan merupakan pendidikan yang diperoleh seorang karyawan di instansi terkait dengan kurikulum

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan teori keagenan ( agency theory) sebagai teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan teori keagenan ( agency theory) sebagai teori BAB II KAJIAN PUSTAKA Penelitian ini menggunakan teori keagenan ( agency theory) sebagai teori pemayung (grand theory) dan teori kontijensi ( contingency theory) sebagai teori pendukung (supporting theory).

Lebih terperinci

SI MADE AYU SRI WARDANI YASA NIM

SI MADE AYU SRI WARDANI YASA NIM TESIS PERAN KOMITMEN ORGANISASI DAN KARAKTERISTIK SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DALAM MEMODERASI PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN PADA SENJANGAN ANGGARAN DI PEMERINTAH KABUPATEN TABANAN SI MADE AYU SRI

Lebih terperinci

TESIS I PUTU PANDE ARIAWAN NIM PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

TESIS I PUTU PANDE ARIAWAN NIM PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS KEADILAN PROSEDURAL DAN IKLIM KERJA ETIS SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN PADA SENJANGAN ANGGARAN (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten Tabanan) I PUTU PANDE ARIAWAN NIM 1391661045

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1977; Nori, 1996) dalam (Putu Novia, dkk: 2015). Mardiasmo (2002) dalam (Putu

BAB I PENDAHULUAN. 1977; Nori, 1996) dalam (Putu Novia, dkk: 2015). Mardiasmo (2002) dalam (Putu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anggaran adalah unsur yang sangat penting dalam perencanaan, koordinasi dan pengendalian perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan (Hansen dan Mowen, 1977;

Lebih terperinci

P. Rani Adnyani Asak 1 Gerianta Wirawan Yasa 2 Ida Bagus Putra Astika 3.

P. Rani Adnyani Asak 1 Gerianta Wirawan Yasa 2 Ida Bagus Putra Astika 3. ISSN : 2337-3067 E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 5.2 (2016) : 219-228 KEMAMPUAN ASIMETRI INFORMASI, KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN, BUDGET EMPHASIS, DAN KAPASITAS INDIVIDU SEBAGAI VARIABEL MODERASI

Lebih terperinci

PENGARUH REPUTASI, ETIKA, SELF ESTEEM DAN PREFERENSI RISIKO PIMPINAN PADA BUDGETARY SLACK BANK PERKREDITAN RAKYAT DI PROVINSI BALI

PENGARUH REPUTASI, ETIKA, SELF ESTEEM DAN PREFERENSI RISIKO PIMPINAN PADA BUDGETARY SLACK BANK PERKREDITAN RAKYAT DI PROVINSI BALI TESIS PENGARUH REPUTASI, ETIKA, SELF ESTEEM DAN PREFERENSI RISIKO PIMPINAN PADA BUDGETARY SLACK BANK PERKREDITAN RAKYAT DI PROVINSI BALI I NYOMAN PUTRAYASA PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL MODERASI PENGARUH PAJAK PENGHASILAN, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA MANAJEMEN LABA

KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL MODERASI PENGARUH PAJAK PENGHASILAN, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA MANAJEMEN LABA KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL MODERASI PENGARUH PAJAK PENGHASILAN, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA MANAJEMEN LABA Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) merupakan landasan teori dalam penelitian ini. Menurut Jensen dan Meckling

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: senjangan anggaran, partisipasi penganggaran, kepercayaan diri, komitmen organisasi

Abstrak. Kata kunci: senjangan anggaran, partisipasi penganggaran, kepercayaan diri, komitmen organisasi Judul : Kepercayaan Diri dan Komitmen Organisasi sebagai Pemoderasi Pengaruh Partisipasi Penganggaran pada Senjangan Anggaran (Studi pada Pemerintah Kabupaten Badung) Nama : Ni Wayan Putri Adnyani NIM

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori agensi merupakan kondisi dimana prinsipal (pemilik atau manajemen

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori agensi merupakan kondisi dimana prinsipal (pemilik atau manajemen BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori dan Konsep 2.1.1. Teori Keagenan Teori agensi merupakan kondisi dimana prinsipal (pemilik atau manajemen puncak) membawahi agen (karyawan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. didefinisikan sebagai suatu kontrak yang terjadi pada saat prinsipal mulai

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. didefinisikan sebagai suatu kontrak yang terjadi pada saat prinsipal mulai BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori dan Konsep 2.1.1. Teori Keagenan Teori keagenan merupakan sebuah teori yang membahas mengenai hubungan antara atasan (prinsipal) dan bawahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Pada latar belakang akan dijelaskan mengenai fenomena yang melatarbelakangi dilakukannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan konsep senjangan anggaran dapat dimulai dari pendekatan teori keagenan. Dalam teori keagengan, hubungan

Lebih terperinci

: A.A. SG. DESY PRATAMI NIM

: A.A. SG. DESY PRATAMI NIM PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN PENEKANAN ANGGARAN DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN SEBAGAI PEMODERASI PADA HOTEL BERBINTANG DI KABUPATEN BADUNG SKRIPSI Oleh : A.A. SG.

Lebih terperinci

PENGARUH ADVERSE SELECTION DAN NEGATIVE FRAMING PADA KECENDERUNGAN ESKALASI KOMITMEN

PENGARUH ADVERSE SELECTION DAN NEGATIVE FRAMING PADA KECENDERUNGAN ESKALASI KOMITMEN TESIS PENGARUH ADVERSE SELECTION DAN NEGATIVE FRAMING PADA KECENDERUNGAN ESKALASI KOMITMEN NI KADEK ARI PUSPA SARI NIM 1191662009 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS PENGARUH ADVERSE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan yang baik karena merupakan proses penentuan kebijakan dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan yang baik karena merupakan proses penentuan kebijakan dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses perencanaan dan realisasi anggaran memerlukan partisipasi dan perencanaan yang baik karena merupakan proses penentuan kebijakan dalam rangka menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. digunakan sebagai acuan dalam pemecahan masalah yang sedang diteliti.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. digunakan sebagai acuan dalam pemecahan masalah yang sedang diteliti. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Bagian ini membahas mengenai teori-teori dan pendekatan yang menjelaskan pengertian anggaran, partisipasi penganggaran, ambiguitas peran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara, tidak terkecuali di Indonesia. Baik pada sektor publik maupun pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. negara, tidak terkecuali di Indonesia. Baik pada sektor publik maupun pada sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai macam kecurangan akuntansi telah berkembang di berbagai negara, tidak terkecuali di Indonesia. Baik pada sektor publik maupun pada sektor swasta telah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan (agency theory) merupakan landasan teori dalam penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan (agency theory) merupakan landasan teori dalam penelitian BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan Dalam Sektor Publik Teori keagenan (agency theory) merupakan landasan teori dalam penelitian ini, karena dapat menjelaskan Implementasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam operasionalnya memiliki tujuan yang hendak dicapai. Untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. dalam operasionalnya memiliki tujuan yang hendak dicapai. Untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap organisasi baik organisasi publik maupun organisasi non publik dalam operasionalnya memiliki tujuan yang hendak dicapai. Untuk mencapai tujuan organisasi

Lebih terperinci

PERILAKU OPORTUNISTIK PENYUSUN ANGGARAN DI KABUPATEN/KOTA SE-BALI

PERILAKU OPORTUNISTIK PENYUSUN ANGGARAN DI KABUPATEN/KOTA SE-BALI TESIS PERILAKU OPORTUNISTIK PENYUSUN ANGGARAN DI KABUPATEN/KOTA SE-BALI SAYU MADE PARWATI NIM 1391661039 NIM. 1NI391661035 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pemerintah Daerah Dan Fungsi Pemerintah Daerah 1. Pengertian Pemerintah Daerah Menurut Undang-Undang Dasar 1945 pasal 18 ayat (5), pengertian pemerintahan daerah adalah sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN PADA KINERJA BENDAHARA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN TABANAN DENGAN PELATIHAN DAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI

PENGARUH PENDIDIKAN PADA KINERJA BENDAHARA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN TABANAN DENGAN PELATIHAN DAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI TESIS PENGARUH PENDIDIKAN PADA KINERJA BENDAHARA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN TABANAN DENGAN PELATIHAN DAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI \ NI MADE WASASIH PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU, LOCUS OF CONTROL, DAN KOMITMEN PROFESIONAL PADA PERILAKU PENURUNAN KUALITAS AUDIT

PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU, LOCUS OF CONTROL, DAN KOMITMEN PROFESIONAL PADA PERILAKU PENURUNAN KUALITAS AUDIT TESIS PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU, LOCUS OF CONTROL, DAN KOMITMEN PROFESIONAL PADA PERILAKU PENURUNAN KUALITAS AUDIT NI WAYAN WIWIN INTAN WINTARI ROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

Lebih terperinci

Kata Kunci :partisipasi penyusunan anggaran, budgetary slack, komitmen organisasi, etika

Kata Kunci :partisipasi penyusunan anggaran, budgetary slack, komitmen organisasi, etika Judul : Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran pada Budgetary Slack dengan Komitmen Organisasi dan Etika sebagai Variabel Moderasi. Nama : Kadek Wisnu Perdana Nim : 1306305217 Abstrak Anggaran sektor

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GIANYAR

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GIANYAR ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GIANYAR Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, ASIMETRI INFORMASI, KAPASITAS INDIVIDU, DAN KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP POTENSI TERJADINYA BUDGETARY SLACK

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, ASIMETRI INFORMASI, KAPASITAS INDIVIDU, DAN KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP POTENSI TERJADINYA BUDGETARY SLACK PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, ASIMETRI INFORMASI, KAPASITAS INDIVIDU, DAN KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP POTENSI TERJADINYA BUDGETARY SLACK (Studi Empiris Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebuah hubungan kontraktual antara dua pihak, yaitu antara pemilik perusahaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebuah hubungan kontraktual antara dua pihak, yaitu antara pemilik perusahaan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan teori keagenan sebagai sebuah hubungan kontraktual

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PAJAK DAN PENGETAHUAN PERPAJAKAN PADA PERILAKU KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN NIAT WAJIB PAJAK SEBAGAI PEMODERASI

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PAJAK DAN PENGETAHUAN PERPAJAKAN PADA PERILAKU KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN NIAT WAJIB PAJAK SEBAGAI PEMODERASI TESIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PAJAK DAN PENGETAHUAN PERPAJAKAN PADA PERILAKU KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN NIAT WAJIB PAJAK SEBAGAI PEMODERASI (Studi Pada Wajib Pajak Badan Terdaftar Di Kantor Pelayanan

Lebih terperinci

KOMANG AYU RUSTINI NIM NIM. 1NI PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

KOMANG AYU RUSTINI NIM NIM. 1NI PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR TESIS PENGARUH KOMPENSASI DAN LINGKUNGAN KERJA PADA KOMITMEN ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA PADA KINERJA PENGELOLA ANGGARAN (Studi Empiris Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Tabanan)

Lebih terperinci

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana PENGARUH KEADILAN DISTRIBUTIF DAN PENEGAKAN SANKSI PADA KEPATUHAN WAJIB PAJAK HOTEL DAN RESTORAN DENGAN KEPUASAN WAJIB PAJAK SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program

Lebih terperinci

PENGARUH PENGETAHUAN AKUNTANSI DAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN INVESTASI

PENGARUH PENGETAHUAN AKUNTANSI DAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN INVESTASI TESIS PENGARUH PENGETAHUAN AKUNTANSI DAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN INVESTASI NI MADE RAI JUNIARIANI NIM 1491661008 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENGARUH LOCUS OF CONTROL

PENGARUH LOCUS OF CONTROL TESIS PENGARUH LOCUS OF CONTROL PADA KINERJA ANALIS KREDIT DENGAN MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA SEBAGAI PEMODERASI (STUDI PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI KANTOR CABANG UTAMA DENPASAR) ANAK AGUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pelaksanaan (actuating), dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pelaksanaan (actuating), dan fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anggaran adalah salah satu komponen penting dalam perencanaan organisasi. Anggaran merupakan rencana pendanaan kegiatan di masa depan dan dinyatakan secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bab ini akan memaparkan teori-teori yang digunakan dalam penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bab ini akan memaparkan teori-teori yang digunakan dalam penelitian. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Bab ini akan memaparkan teori-teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini tentunya telah didasarkan pada informasi faktual sehingga dapat diyakini

Lebih terperinci

PENGARUH ANGGARAN PARTISIPATIF PADA BUDGETARY SLACK

PENGARUH ANGGARAN PARTISIPATIF PADA BUDGETARY SLACK PENGARUH ANGGARAN PARTISIPATIF PADA BUDGETARY SLACK DENGAN ASIMETRI INFORMASI, KOMITMEN ORGANISASI DAN KAPASITAS INDIVIDU SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Kasus Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

DWI ANGGRENI SUKARMA NIM

DWI ANGGRENI SUKARMA NIM LOCUS OF CONTROL SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN SANKSI PERPAJAKAN PADA KEPATUHAN WAJIB PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DWI ANGGRENI SUKARMA NIM. 1391662043 PROGRAM MAGISTER

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPETENSI PADA AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI

PENGARUH KOMPETENSI PADA AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI TESIS PENGARUH KOMPETENSI PADA AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI \ GEDE ARY SURYA WARDHANA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta tujuan jangka pendek dan jangka panjang (Hansen dan Mowen, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. serta tujuan jangka pendek dan jangka panjang (Hansen dan Mowen, 2001). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai dalam periode waktu tertentu dan dinyatakan dalam ukuran finansial. Anggaran dirancang

Lebih terperinci

Tesis untuk memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana

Tesis untuk memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana 1 TESIS PENGARUH PENGALAMAN, ORIENTASI ETIKA, KOMITMEN DAN BUDAYA ETIS ORGANISASI PADA SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI BALI PUTU PURNAMA DEWI PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH CASH RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON ASSET TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH CASH RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON ASSET TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TESIS PENGARUH CASH RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON ASSET TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA I GEDE ANANDITHA WICAKSANA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH FRAMING DAN KEMAMPUAN NUMERIK TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI

PENGARUH FRAMING DAN KEMAMPUAN NUMERIK TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI TESIS PENGARUH FRAMING DAN KEMAMPUAN NUMERIK TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI GEDE WIDIADNYANA PASEK PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 i PENGARUH

Lebih terperinci

TESIS PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN TERHADAP BUDGETARY SLACK

TESIS PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN TERHADAP BUDGETARY SLACK TESIS PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN ETIKA, BUDAYA ORGANISASI, OPPORTUNISTIC BEHAVIOUR DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN SEBAGAI PEMODERASI (Studi Pada SKPD Kabupaten Jembrana)

Lebih terperinci

I GUSTI LANANG SUARMIKA NIM.

I GUSTI LANANG SUARMIKA NIM. TESIS KEMAMPUAN KOMITMEN ORGANISASI DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN MEMODERASI PENGARUH KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA DAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH PADA KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penelitian ini, selanjutnya akan diuraikan mengenai penelitian- penelitian sejenis

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penelitian ini, selanjutnya akan diuraikan mengenai penelitian- penelitian sejenis BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas mengenai landasan teori yang digunakan pada penelitian ini, selanjutnya akan diuraikan mengenai penelitian- penelitian sejenis yang dilakukan sebelumnya

Lebih terperinci

MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA, SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA, SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN TESIS MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA, SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN \ INGRID SARASWATI BAYUSENA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peraturan organisasi yang berlaku. Pada organisasi pemerintahan di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. peraturan organisasi yang berlaku. Pada organisasi pemerintahan di Indonesia, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses penyusunan anggaran publik umumnya menyesuaikan dengan peraturan organisasi yang berlaku. Pada organisasi pemerintahan di Indonesia, proses penyusunan anggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi menjadi desentralisasi. Menurut UU Nomor 5 Tahun 1974 yang telah

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi menjadi desentralisasi. Menurut UU Nomor 5 Tahun 1974 yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah membawa perubahan pada sistem pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi. Menurut UU Nomor 5 Tahun 1974 yang telah mengalami perubahan

Lebih terperinci

TESIS PENGARUH KUALITAS SISTEM INFORMASI, KUALITAS INFORMASI DAN PERCEIVED USEFULNESS

TESIS PENGARUH KUALITAS SISTEM INFORMASI, KUALITAS INFORMASI DAN PERCEIVED USEFULNESS TESIS PENGARUH KUALITAS SISTEM INFORMASI, KUALITAS INFORMASI DAN PERCEIVED USEFULNESS PADA KEPUASAN PENGGUNA AKHIR SOFTWARE AKUNTANSI (STUDI EMPIRIS PADA HOTEL BERBINTANG DI PROVINSI BALI). NI MADE SRI

Lebih terperinci

Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 28 DESEMBER 2016 NIP NIP

Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 28 DESEMBER 2016 NIP NIP Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 28 DESEMBER 2016 Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, MSi. Dr.A.A.N.B. Dwirandra, SE, MSi., Ak. NIP. 19641225199303 1 003

Lebih terperinci

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmat- Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmat- Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini. UCAPAN TERIMA KASIH Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena hanya atas asung wara nugraha- Nya tesis ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan

Lebih terperinci

ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI AKUNTABILITAS PUBLIK PADA PEMERINTAH KOTA DENPASAR DAN KABUPATEN TABANAN TAHUN ANGGARAN

ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI AKUNTABILITAS PUBLIK PADA PEMERINTAH KOTA DENPASAR DAN KABUPATEN TABANAN TAHUN ANGGARAN ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI AKUNTABILITAS PUBLIK PADA PEMERINTAH KOTA DENPASAR DAN KABUPATEN TABANAN TAHUN ANGGARAN 2006-2008 Oleh : P. Rani Adnyani Asak Nim : 0706305100 FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Menurut Jensen dan Mecking dalam Amertadewi dan Dwirandra (2013) menjelaskan teori keagenan merupakan kontrak antara satu orang

Lebih terperinci

PENGARUH LOCUS OF CONTROL DAN KOMITMEN ORGANISASI PADA PERILAKU AUDIT DENGAN TEKANAN ANGGARAN WAKTU AUDIT SEBAGAI VARIABEL MEDIASI

PENGARUH LOCUS OF CONTROL DAN KOMITMEN ORGANISASI PADA PERILAKU AUDIT DENGAN TEKANAN ANGGARAN WAKTU AUDIT SEBAGAI VARIABEL MEDIASI TESIS PENGARUH LOCUS OF CONTROL DAN KOMITMEN ORGANISASI PADA PERILAKU AUDIT DENGAN TEKANAN ANGGARAN WAKTU AUDIT SEBAGAI VARIABEL MEDIASI DWI HARYADI NUGRAHA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prinsipal dan agen untuk menganalisis hubungan antara perusahaan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prinsipal dan agen untuk menganalisis hubungan antara perusahaan dengan 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Penggunaan teori keagenan telah dipergunakan secara luas baik di sektor privat maupun sektor publik. Para ekonom menggunakan struktur hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

BAB I PENDAHULUAN. tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Undang-undang No 34 Tahun 2000 yang sekarang diubah menjadi Undang-undang No 28 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1 menyatakan Daerah Otonom adalah kesatuan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGAWASAN PIMPINAN,DISIPLIN DAN KOMPETENSI PEGAWAI PADA KINERJA PEGAWAI INSPEKTORAT KABUPATEN TABANAN

PENGARUH PENGAWASAN PIMPINAN,DISIPLIN DAN KOMPETENSI PEGAWAI PADA KINERJA PEGAWAI INSPEKTORAT KABUPATEN TABANAN TESIS PENGARUH PENGAWASAN PIMPINAN,DISIPLIN DAN KOMPETENSI PEGAWAI PADA KINERJA PEGAWAI INSPEKTORAT KABUPATEN TABANAN NI LUH MADE HERAWATI NIM 1391661043 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN, JOB RELEVANT INFORMATION

PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN, JOB RELEVANT INFORMATION PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN, JOB RELEVANT INFORMATION, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, DAN KAPASITAS INDIVIDU PADA SENJANGAN ANGGARAN (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Badung)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan kegiatan organisasi secara lebih efektif dan efisien (Scief dan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan kegiatan organisasi secara lebih efektif dan efisien (Scief dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran merupakan sebuah alat bantu manajemen dalam menjalankan fungsi perencanaan, koordinasi, komunikasi dan pengendalian. Anggaran merupakan alat manajemen yang

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 16 DESEMBER 2016

Lembar Persetujuan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 16 DESEMBER 2016 Lembar Persetujuan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 16 DESEMBER 2016 Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. I Ketut Budiartha, SE., Msi.,Ak.,CPA NIP. 19591202 198702 1 001 Dr.Drs.Herkulanus Bambang Suprasto,

Lebih terperinci

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR TESIS KEMAMPUAN KINERJA KEUANGAN MEMODERASI PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN STRUKTUR MODAL PADA NILAI PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERGOLONG HIGH DAN LOW PROFILE Kadek Nonik Sri Wahyuni PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH SUPERVISI, PROFESIONALISME, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN KERJA PADA KINERJA AUDITOR BPK RI PERWAKILAN PROVINSI BALI

PENGARUH SUPERVISI, PROFESIONALISME, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN KERJA PADA KINERJA AUDITOR BPK RI PERWAKILAN PROVINSI BALI PENGARUH SUPERVISI, PROFESIONALISME, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN KERJA PADA KINERJA AUDITOR BPK RI PERWAKILAN PROVINSI BALI Oleh : DIAN LAKSMI NIM: 0706305011 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

ABSTRAK PERAN PENGENDALIAN ANGGARAN KETAT DAN ETIKA MEMODERASI PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN PADA SENJANGAN ANGGARAN

ABSTRAK PERAN PENGENDALIAN ANGGARAN KETAT DAN ETIKA MEMODERASI PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN PADA SENJANGAN ANGGARAN ABSTRAK PERAN PENGENDALIAN ANGGARAN KETAT DAN ETIKA MEMODERASI PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN PADA SENJANGAN ANGGARAN Penyusunan anggaran (penganggaran) adalah kegiatan penting, kompleks dan melibatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bab ini mengkaji landasan teori, konsep-konsep yang digunakan, dan hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bab ini mengkaji landasan teori, konsep-konsep yang digunakan, dan hasil BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Bab ini mengkaji landasan teori, konsep-konsep yang digunakan, dan hasil penelitian sebelumnya yang diperlukan dalam menjawab masalah penelitian yang akah

Lebih terperinci

KINERJA SKPD YANG BELUM DAN SUDAH MELAKUKAN PENILAIAN RISIKO (Studi Kasus pada Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar)

KINERJA SKPD YANG BELUM DAN SUDAH MELAKUKAN PENILAIAN RISIKO (Studi Kasus pada Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar) TESIS PERBEDAAN KINERJA SKPD YANG BELUM DAN SUDAH MELAKUKAN PENILAIAN RISIKO (Studi Kasus pada Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar) KOMANG INDAH MEDIANI ROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Organisasi pemerintah daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Organisasi pemerintah daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Organisasi pemerintah daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintah yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena itu, kepercayaan

Lebih terperinci

KEWENANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH(BLUD) DALAM HAL PENGAWASAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN

KEWENANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH(BLUD) DALAM HAL PENGAWASAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN TESIS KEWENANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH(BLUD) DALAM HAL PENGAWASAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN I GEDE PERDANA YOGA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012 TESIS KEWENANGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Anggaran sektor publik merupakan suatu instrumen perencanaan,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Anggaran sektor publik merupakan suatu instrumen perencanaan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggaran sektor publik merupakan suatu instrumen perencanaan, pengendalian dan akuntabilitas publik yang ditandai adanya penentuan visi, misi, tujuan, sasaran, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu rencana mengidentifikasi tujuan dan tindakan yang akan dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Suatu rencana mengidentifikasi tujuan dan tindakan yang akan dilakukan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penganggaran memegang peranan penting dalam perencanaan dan kontrol. Suatu rencana mengidentifikasi tujuan dan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapainya. Anggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kontrak atau dokumen untuk komitmen dan kesepakatan yang telah dibuat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kontrak atau dokumen untuk komitmen dan kesepakatan yang telah dibuat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anggaran merupakan hal yang mendasar bagi suatu organisasi/instansi untuk dapat menjalankan kegiatan operasional organisasi/instansi tersebut. Anggaran adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. situasi atau organisasi (perusahaan) tertentu. Dalam partisipasi penyusunan anggaran,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. situasi atau organisasi (perusahaan) tertentu. Dalam partisipasi penyusunan anggaran, BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Kontijensi Teori kontijensi menyatakan bahwa tidak ada rancangan dan penggunaan sistem pengendalian manajemen yang

Lebih terperinci

NI PUTU AYU SISKA WULANTARI

NI PUTU AYU SISKA WULANTARI TESIS KEMAMPUAN KOMITMEN PROFESIONAL SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN AUDITOR PADA KUALITAS AUDIT (STUDI EMPIRIS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI BALI) NI PUTU AYU SISKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk mengkomunikasikan rencana-rencana manajemen, peranan dalam hal merencanakan pembiayaan dan pendapatan pada suatu

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk mengkomunikasikan rencana-rencana manajemen, peranan dalam hal merencanakan pembiayaan dan pendapatan pada suatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam sebuah organisasi, anggaran merupakan alat manajemen yang sangat penting untuk mengkomunikasikan rencana-rencana manajemen, mengalokasikan sumber daya dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. buku-buku ilmiah, publikasi umum, dan artikel jurnal. Adapun kajian pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. buku-buku ilmiah, publikasi umum, dan artikel jurnal. Adapun kajian pustaka 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Kajian Pustaka merupakan sebuah uraian atau deskripsi tentang literatur yang relevan dengan bidang atau topic tertentu sebagaimana

Lebih terperinci

TESIS PENGARUH KUALITAS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP KEPUASAN PENGGUNA DENGAN PARTISIPASI PENGGUNA SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

TESIS PENGARUH KUALITAS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP KEPUASAN PENGGUNA DENGAN PARTISIPASI PENGGUNA SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI TESIS PENGARUH KUALITAS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP KEPUASAN PENGGUNA DENGAN PARTISIPASI PENGGUNA SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI NI SARINASTITI ARUM SUDIBYA NIM : 0991662001 PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM

Lebih terperinci

PERAN GOODGOVERNMENT GOVERNANCE DALAM MEMODERASI PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN PADA KINERJA PEMERINTAH KOTA DENPASAR

PERAN GOODGOVERNMENT GOVERNANCE DALAM MEMODERASI PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN PADA KINERJA PEMERINTAH KOTA DENPASAR TESIS PERAN GOODGOVERNMENT GOVERNANCE DALAM MEMODERASI PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN PADA KINERJA PEMERINTAH KOTA DENPASAR PUTU AYU WIDIARI NIM: 1391661034 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Pertumbuhan yang pesat tersebut mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Pertumbuhan yang pesat tersebut mengakibatkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya jumlah wisatawan yang datang ke Bali membuat bisnis perhotelan di Bali, khususnya di Kabupaten Badung mengalami pertumbuhan yang sangat pesat.

Lebih terperinci

PENGARUH MODERASI BUDAYA ORGANISASI DENGAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH TERHADAP KUALITAS AKUNTABILITAS KEUANGAN

PENGARUH MODERASI BUDAYA ORGANISASI DENGAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH TERHADAP KUALITAS AKUNTABILITAS KEUANGAN PENGARUH MODERASI BUDAYA ORGANISASI DENGAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH TERHADAP KUALITAS AKUNTABILITAS KEUANGAN Oleh: NYOMAN ANGGA PRADIPA NIM : 0906305011 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI DENGAN LEVERAGE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI DENGAN LEVERAGE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI TESIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI DENGAN LEVERAGE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI KADEK NITA SUMIARI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS PENGARUH UKURAN

Lebih terperinci

PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF PADA BUDGETARY SLACK

PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF PADA BUDGETARY SLACK TESIS PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF PADA BUDGETARY SLACK DENGAN ASIMETRI INFORMASI, SELF ESTEEM, LOCUS OF CONTROL DAN KAPASITAS INDIVIDU SEBAGAI VARIABEL MODERASI (STUDI PADA SKPD KABUPATEN JEMBRANA,

Lebih terperinci

PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF PADA KINERJA MANAJERIAL DENGAN KARAKTERISTIK SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN SEBAGAI PEMODERASI

PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF PADA KINERJA MANAJERIAL DENGAN KARAKTERISTIK SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF PADA KINERJA MANAJERIAL DENGAN KARAKTERISTIK SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN SEBAGAI PEMODERASI (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Badung) SKRIPSI

Lebih terperinci

KUALITAS PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN ANGGOTA KOPERASI UNIT DESA SURABERATA KECAMATAN SELEMADEG BARAT

KUALITAS PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN ANGGOTA KOPERASI UNIT DESA SURABERATA KECAMATAN SELEMADEG BARAT TESIS KUALITAS PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN ANGGOTA KOPERASI UNIT DESA SURABERATA KECAMATAN SELEMADEG BARAT NI WAYAN ELIYAWATI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS KUALITAS PELAYANAN

Lebih terperinci

PENGARUH TEKANAN WAKTU, TEKANAN KETAATAN, LOKUS KENDALI EKSTERNAL DAN KOMITMEN PROFESIONAL AUDITOR PADA PENGHENTIAN PREMATUR PROSEDUR AUDIT

PENGARUH TEKANAN WAKTU, TEKANAN KETAATAN, LOKUS KENDALI EKSTERNAL DAN KOMITMEN PROFESIONAL AUDITOR PADA PENGHENTIAN PREMATUR PROSEDUR AUDIT TESIS PENGARUH TEKANAN WAKTU, TEKANAN KETAATAN, LOKUS KENDALI EKSTERNAL DAN KOMITMEN PROFESIONAL AUDITOR PADA PENGHENTIAN PREMATUR PROSEDUR AUDIT NI PUTU RISKI MARTINI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO DALAM PROSES ESTIMASI BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT DI KOTA DENPASAR

MANAJEMEN RISIKO DALAM PROSES ESTIMASI BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT DI KOTA DENPASAR TESIS MANAJEMEN RISIKO DALAM PROSES ESTIMASI BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT DI KOTA DENPASAR IDA AYU PRANITI TRESNA PUTRI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mencapai tujuannya, yaitu memperoleh laba.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mencapai tujuannya, yaitu memperoleh laba. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini persaingan global terasa semakin ketat dan memaksa manajer untuk meningkatkan dan mempertahankan kinerja perusahaan dengan harapan agar perusahaan

Lebih terperinci

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, KARAKTER PERSONAL, DAN INFORMATION ASYMMETRY

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, KARAKTER PERSONAL, DAN INFORMATION ASYMMETRY PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, KARAKTER PERSONAL, DAN INFORMATION ASYMMETRY PADA SENJANGAN ANGGARAN DI SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN GIANYAR SKRIPSI Oleh : GUSTI AYU MADE CIKA PUTRI NIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digerakkan oleh sektor bisnis (Privat) dan sektor publik (entitas publik).

BAB I PENDAHULUAN. digerakkan oleh sektor bisnis (Privat) dan sektor publik (entitas publik). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian dan pembangunan di era globalisasi saat ini secara umum digerakkan oleh sektor bisnis (Privat) dan sektor publik (entitas publik). Pemerintah sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, LOCUS OF CONTROL,

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, LOCUS OF CONTROL, PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, LOCUS OF CONTROL, NILAI PERSONAL DAN SISTEM IMBALAN TERHADAP POTENSI TERJADINYA BUDGETARY SLACK (Studi Empiris pada Hotel Bintang 3, 4 dan 5 di Kota Denpasar) SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi (Agency Theory) Menurut Anthony dan Vijay (2005) teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham (shareholders) sebagai principal

Lebih terperinci

I GEDE ADITYA MAHENDRA NIM

I GEDE ADITYA MAHENDRA NIM KEMAMPUAN TEKNIK PEMAKAI MEMODERASI PENGARUH EFEKTIVITAS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA KINERJA INDIVIDUAL KOPERASI SIMPAN PINJAM DI KECAMATAN TABANAN SKRIPSI Oleh: I GEDE ADITYA MAHENDRA NIM : 1206305157

Lebih terperinci

KEMAMPUAN KOMITMEN ORGANISASI MEMODERASI PENGARUH INDEPENDENSI, DUE PROFESSIONAL CARE, TIME BUDGET PRESSURE PADA KUALITAS AUDIT

KEMAMPUAN KOMITMEN ORGANISASI MEMODERASI PENGARUH INDEPENDENSI, DUE PROFESSIONAL CARE, TIME BUDGET PRESSURE PADA KUALITAS AUDIT TESIS KEMAMPUAN KOMITMEN ORGANISASI MEMODERASI PENGARUH INDEPENDENSI, DUE PROFESSIONAL CARE, TIME BUDGET PRESSURE PADA KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada BPKP Perwakilan Provinsi Bali) ANAK AGUNG MADE

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (1984) mengungkapkan bahwa hubungan keagenan di pemerintahan antara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (1984) mengungkapkan bahwa hubungan keagenan di pemerintahan antara 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori yang mendasari penulisan ini adalah teori keagenan. Berdasarkan teori agensi yang mengadopsi pendapat Jensen dan Meckling

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Sektor Publik Pengertian Akuntansi Sektor Publik Bastian (2006:15) Mardiasmo (2009:2) Abdul Halim (2012:3)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Sektor Publik Pengertian Akuntansi Sektor Publik Bastian (2006:15) Mardiasmo (2009:2) Abdul Halim (2012:3) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 Pengertian Akuntansi Sektor Publik Definisi Akuntansi Sektor Publik menurut Bastian (2006:15) adalah sebagai berikut : Akuntansi Sektor Publik adalah

Lebih terperinci

: MADE AMBARA DITA NIM

: MADE AMBARA DITA NIM PENGARUH PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI KABUPATEN KARANGASEM DENGAN INTEGRITAS KARYAWAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI SKRIPSI Oleh : MADE AMBARA

Lebih terperinci

KOHESIVITAS KELOMPOK SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN PADA BPR DI KABUPATEN BADUNG SKRIPSI

KOHESIVITAS KELOMPOK SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN PADA BPR DI KABUPATEN BADUNG SKRIPSI KOHESIVITAS KELOMPOK SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN PADA BPR DI KABUPATEN BADUNG SKRIPSI Oleh : APRILITA CATUR PUTRI 1206305190 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat dominan dalam proses pengambilan keputusan penetapan

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat dominan dalam proses pengambilan keputusan penetapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengalokasian sumber daya merupakan permasalahan mendasar dalam penganggaran sektor publik. Seringkali alokasi sumber daya melibatkan berbagai institusi dengan kepentingannya

Lebih terperinci

PENGARUH PENEKANAN ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI, DAN ASIMETRI INFORMASI TERHADAP BUDGETARY SLACK PADA HOTEL-HOTEL BERBINTANG DI KOTA DENPASAR

PENGARUH PENEKANAN ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI, DAN ASIMETRI INFORMASI TERHADAP BUDGETARY SLACK PADA HOTEL-HOTEL BERBINTANG DI KOTA DENPASAR PENGARUH PENEKANAN ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI, DAN ASIMETRI INFORMASI TERHADAP BUDGETARY SLACK PADA HOTEL-HOTEL BERBINTANG DI KOTA DENPASAR Oleh: Ni Ketut Yunita Wulan Dewi NIM : 0606305032 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Penjelasan konsep senjangan anggaran dapat dimulai dari pendekatan teori keagenan. Dalam teori keagengan,

Lebih terperinci

Judul : Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran pada Kinerja Manajerial Dengan Self Efficacy dan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Moderating

Judul : Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran pada Kinerja Manajerial Dengan Self Efficacy dan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Moderating Judul : Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran pada Kinerja Manajerial Dengan Self Efficacy dan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Bank Perkreditan Rakyat Kota Denpasar) Nama

Lebih terperinci