BAB II KAJIAN PUSTAKA. (1984) mengungkapkan bahwa hubungan keagenan di pemerintahan antara
|
|
- Veronika Pranata
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Teori Keagenan (Agency Theory) Teori yang mendasari penulisan ini adalah teori keagenan. Berdasarkan teori agensi yang mengadopsi pendapat Jensen dan Meckling (1976), dan Moe (1984) mengungkapkan bahwa hubungan keagenan di pemerintahan antara eksekutif dan legislatif. Hubungan yang timbul karena adanya kontrak yang ditetapkan oleh legislatif sebagai wakil dari rakyat (principal) yang mengharuskan pihak eksekutif/pemerintah (agen) sebagai penyedia jasa untuk kepentingan rakyat. Teori keagenan dilandasi beberapa asumsi (Eisenhardt, 1989). Asumsiasumsi tersebut yaitu asumsi tentang sifat manusia, asumsi keorganisasian, dan asumsi informasi. Asumsi sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat mementingkan diri sendiri (self-interest), memiliki keterbatasan rasional (bounded rationality), dan tidak menyukai risiko (risk aversion). Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria efektivitas, dan adanya asimetri informasi antara prinsipal dan agen. Asumsi informasi adalah bahwa informasi sebagai barang komoditi yang dapat diperjualbelikan. Sesuai dengan konteks penyusunan anggaran, usulan yang diajukan oleh eksekutif memiliki muatan mengutamakan kepentingan eksekutif (Smith dan
2 10 Bertozzi, 1998). Eksekutif mengajukan anggaran yang dapat memperbesar agency nya, baik dari segi finansial maupun nonfinansial. Sementara Keefer dan Khemani (2003), Mauro (1998), dan Von Hagen (2002) secara implisit menyatakan bahwa anggaran juga dipergunakan oleh legislatif (politisi) untuk memenuhi self-interest nya. Pada akhirnya keunggulan informasi yang dimiliki oleh eksekutif yang dipergunakan untuk menyusun rancangan anggaran akan berhadapan dengan keunggulan kekuasaan (discretionary power) yang dimiliki oleh legislatif. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya masalah keagenan antara prinsipal dan agen. Rakyat selaku prinsipal menuntut pemerintah (agen) untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya melalui mekanisme pelaporan keuangan secara periodik dalam rangka menyelaraskan tujuan antara prinsipal dan agen. Laporan keuangan tersebut merupakan bentuk tanggungjawab pemerintah, selanjutnya rakyat yang diwakili oleh para legislatif akan dapat mengukur, menilai sekaligus mengawasi kinerja pemerintah, yakni sejauh mana pemerintah sudah bertindak dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat Teori Kontijensi (Contingency Theory) Teori kontijensi yang diperkenalkan oleh Burn dan Stalker (1961) dalam Badera (2008) menyatakan bahwa suatu kualitas desain adalah kontingen pada faktor konstektual organisasi. Govindarajan (1986) juga mengemukakan untuk merekonsiliasi perbedaan hasil penelitian-penelitian terdahulu dapat diselesaikan melalui pendekatan kontijensi (contingency approach). Hal ini berarti teori kontijensi merupakan desain penting dalam penelitian-penelitian organisasi,
3 11 karena dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan teori. Oleh karena itu dalam penelitian ini, pengaruh PPA pada Kinerja Pemerintah dengan penerapan GGG sebagai variabel moderasi harus bertumpu pada aplikasi teori kontijensi. Implikasinya, PPA yang efektif harus memandang adanya keterlibatan variabel konstektual dimana organisasi itu dijalankan. Hasil penelitian Pattiasina (2011) menemukan bahwa implementasi Good Corporate Governance memperkuat hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja pelayanan. Hal itu berarti dalam upaya mencapai kinerja pelayanan yang maksimal, pemimpin organisasi harus menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Argumentasi yang mendukung pernyataan tersebut adalah adanya kenyataan bahwa Good Corporate Governance dalam perkembangannya berfungsi sebagai alat kontrol manajemen dalam meningkatkan kinerja organisasi dan upaya menciptakan organisasi yang sehat (Darmawati, dkk. 2004). Dengan demikian, faktor kontijensi yang dipilih dalam penelitian ini untuk mengevaluasi hubungan PPA dengan kinerja pemerintah adalah penerapan Good Government Governance (GGG). Hal ini didasari atas pernyataan yang dikemukakan oleh Darmawati, dkk. (2004) bahwa implementasi Good Corporate Governance mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja organisasi. Dengan demikian, semakin baik penerapan GGG maka PPA akan berimplikasi pada peningkatan kinerja pemerintah Partisipasi Penyusunan Anggaran Partisipasi merupakan suatu proses pengambilan keputusan bersama antara dua bagian atau lebih dimana keputusan tersebut akan memiliki dampak masa
4 12 depan. PPA adalah tingkat keterlibatan dan pengaruh para individu dalam proses penyusunan anggaran (Herminingsih, 2009). Dengan demikian, keikutsertaan pimpinan suatu organisasi dalam proses penyusunan anggaran adalah sebuah partisipasi untuk menentukan tujuan organisasi. Menurut Brownell (1986) partisipasi penyusunan anggaran yaitu suatu evaluasi proses partisipasi individu, dan mungkin diberi penghargaan berdasarkan prestasi mereka pada sasaran/ target yang dianggarkan dimana mereka terlibat dalam proses tersebut serta mempunyai pengaruh pada penentuan target tersebut. Secara lebih terperinci, pengertian partisipasi dalam penyusunan anggaran dikemukakan oleh Wiryanata (2012) yaitu terkait dengan: (1) keterlibatan pimpinan dalam penyusunan anggaran; (2) besarnya pengaruh pimpinan pada penetapan anggaran akhir; (3) seringnya atasan memprakarsai diskusi saat anggaran disusun; (4) pengaruh usulan dan pemikiran dari pimpinan pada anggaran akhir; dan (5) kepentingan pimpinan dalam berkontribusi pada penyusunan anggaran. Milani (1975) menyatakan bahwa faktor utama yang membedakan antara PPA dengan non partisipasi adalah tingkat keterlibatan dan pengaruh pimpinan pada pembuatan keputusan dalam proses penyusunan anggaran. Dengan adanya PPA diharapkan kinerja para aparatur pemerintah dapat meningkat. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa PPA memiliki tujuan untuk membentuk sikap, perilaku karyawan dan pimpinan yang memiliki rasa tanggung jawab pribadi serta menumbuhkan pengaruh motivasional terhadap tujuan anggaran dalam organisasi (Husin, 2012).
5 13 Siegel, et al (1989) mengemukakan bahwa PPA membawa manfaat pada organisasi, yakni: (1) seseorang yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran tidak saja task involid melainkan juga ego involved dalam kerjasama, sehingga partisipasi mendorong orang untuk ikut bertanggungjawab dalam suatu kegiatan untuk kepentingan bersama; (2) keterlibatan seseorang akan meningkatkan rasa kebersamaan dalam kelompok, karena dapat meningkatkan kerjasama antara anggota kelompok di dalam penetapan sasaran, serta dapat mengurangi rasa tertekan; dan (3) keterlibatan seseorang akan mengurangi rasa perbedaan di dalam mengalokasikan sumber daya di antara unit-unit yang ada dalam organisasi Penerapan Good Government Governance (GGG) Pengertian governance berkaitan dengan pengelolaan kewenangan. Dalam hal ini bagaimana mencapai tujuan organisasi untuk kepentingan bersama, dan bagaimana agar sumber daya organsasi tidak disalahgunakan sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Kerangka kerja governance harus memberikan suatu struktur atau proses yang memastikan terjadinya pengendalian dan pembagian kekuasaan yang seimbang dalam proses tata kelola, sehingga sasaran organisasi dapat dicapai dengan cara yang paling optimal. Menurut Mardiasmo (2002:17), Government Governance dapat diartikan sebagai cara mengelola urusan-urusan publik. Sedangkan World Bank mendefinisikan GGG sebagai suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggungjawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta
6 14 penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha. Penerapan prinsip-prinsip GGG pada dasarnya ditujukan untuk pengelolaan organisasi agar lebih baik sehingga sumber daya negara yang berada dalam pengelolaan pemerintah daerah benar-benar mencapai tujuan sebesarbesarnya untuk kemakmuran serta kemajuan rakyat dan pada akhirnya akan mendukung ketercapaian kinerja pemerintah daerah seperti yang diharapkan (Zeyn, 2011). Dalam Indonesia Institute of Corporate Governance (IICG) penerapan GGG dikenal dengan adanya lima prinsip utama, kelima prinsip tersebut adalah Transparancy, Accountability, Responsibility, Independency, dan Fairness. 1) Transparancy (Keterbukaan), yaitu adanya keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai organisasi (Suprayitno, dkk. 2004). Organisasi pemerintah hendaknya mengungkapkan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat dibandingkan serta dapat dipertanggungjawabkan terkait dengan pengelolaan keuangan. 2) Accountability (Akuntabilitas), yaitu kewajiban pemerintah daerah untuk memberikan penjelasan, menyajikan dan melaporkan segala aktivitas dan kegiatan yang terkait dengan penggunaan uang publik kepada pihak yang memiliki hak dan kewenangan sehingga pengelolaan keuangan organisasi terlaksana secara efektif (Suprayitno, dkk. 2004). Akuntabilitas juga menunjukkan adanya traceableness yang berarti dapat ditelusuri sampai ke
7 15 bukti dasarnya serta reasonableness yang berarti dapat diterima secara logis. 3) Responsibility (Pertanggungjawaban), manajemen pada sektor publik bertanggungjawab kepada masyarakat karena sumber dana yang digunakan organisasi sektor publik dalam rangka pemberian palayanan publik berasal dari masyarakat (public funds) (Mardiasmo, 2002:70). Pertanggungjawaban merupakan bentuk upaya pemerintah dalam melaksanakan kewajibannya terkait dengan penjelasan mengenai kinerja yang disampaikan kepada publik sesuai dengan peraturan perundangundangan dan prinsip- prinsip korporasi yang sehat (Pattiasina, 2011). 4) Independency (kemandirian), yaitu suatu keadaan dimana organisasi dikelola secara profesional, tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip - prinsip korporasi yang sehat (Pattiasina, 2011). Kemandirian menunjukkan kemampuan organisasi pemerintah daerah membiayai sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan pemberian pelayanan kepada masyarakat. 5) Fairness (Kewajaran), adalah kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundangundangan yang berlaku (Pattiasina, 2011). Cakupan / jangkauan pelayanan harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan di berlakukan secara adil bagi seluruh lapisan masyarakat (Widodo, 2001:276).
8 Kinerja Pemerintah Daerah Ukuran kinerja suatu organisasi sangat penting guna evaluasi dan perencanaan masa depan. Perencanaan pengeluaran yang berorientasi pada kinerja akan meningkatkan kinerja anggaran daerah. Apabila pengeluaran pemerintah mempunyai kualitas yang rendah, maka kualitas pelaksanaan fungsi-fungsi Pemerintah Daerah akan cenderung melemah yang berakibat kepada sulitnya pencapaian tujuan Pemerintah Daerah di masa mendatang. Mahoney et.al (1963) menyatakan kinerja (performance) adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing. Kinerja dapat dilihat melalui hasil kinerja sebelumnya dibandingkan dengan kinerja senyatanya di masa sekarang serta dengan periode yang akan datang dalam lingkup tertentu (Wentzel, 2002). Indra (2006:274) menyatakan, kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/ kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi. Pengertian ini lebih ditekankan pada pencapaian kegiatan atau program yang akan dilaksanakan sehingga kinerja akan tercapai apabila kegiatan atau program tersebut dilaksanakan sesuai dengan tujuan, visi, dan misi organisasi. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, kinerja pemerintah daerah dapat diartikan sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/
9 17 program/ kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi pemerintah daerah yang tertuang dalam strategic planning. Pada konteks otonomi daerah saat ini, tolok ukur dalam perencanaan anggaran belanja didasarkan pada prinsip Value For Money (VFM) yakni ekonomis, efisien dan efektif (Mardiasmo, 2002:133). Herminingsih (2009) juga mengungkapkan dalam rangka meningkatkan kinerja pemerintah, hal terpenting adalah diperlukannya manajemen keuangan daerah yang mampu mengontrol kebijakan keuangan daerah secara ekonomis, efisien, dan efektif. VFM adalah jembatan untuk mengantarkan Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran sesuai visi dan misi. Implementasinya akan memberikan manfaat seperti: (1) efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang diberikan tepat sasaran; (2) meningkatkan mutu pelayanan publik; (3) biaya pelayanan yang murah, karena hilangnya inefisiensi dan penghematan dalam penggunaan resources; (4) alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik; (5) meningkatkan publik cost awareness sebagai akar pelaksanaan pertanggungjawaban publik. Langkah- langkah dalam pengukuran VFM atas pengeluaran daerah yakni, sebagai berikut: 1) Pengukuran ekonomi. Ekonomi merupakan ukuran relatif, dalam suatu organisasi Pemerintah Daerah. Ekonomis artinya hemat cermat dalam pengadaan dan alokasi sumber daya. 2) Pengukuran efisiensi. Efisiensi dapat diukur dengan rasio antara output/ keluaran dan input/
10 18 masukan sekunder (pengeluaran). Efisien artinya memiliki daya guna, penggunaan sumber daya diminimalkan dan hasilnya dimaksimalkan. Semakin besar output yang dihasilkan dibandingkan dengan pengeluaran yang dilakukan, maka semakin efisien suatu organisasi. 3) Pengukuran efektivitas. Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya pencapaian tujuan suatu organisasi. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan maka organisasi tersebut telah berjalan dengan efektif. Efektivitas merupakan perbandingan antara outcome (hasil) dengan output (keluaran). Kinerja Pemerintah diukur dengan instrumen kinerja yang diadopsi dari penelitian Herminingsih (2009). Instrumen tersebut terdiri dari 7 (tujuh) pernyataan yang berkaitan dengan moral pegawai, kesesuaian anggaran, efisiensi operasional, capaian target kinerja kegiatan, dampak kegiatan, ketepatan dan kesesuaian hasil, serta tingkat capaian program. 2.2 Penelitian sebelumnya Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Husin (2012) yang menemukan adanya bahwa PPA berpengaruh positif pada kinerja pimpinan. Husin (2012) menggunakan Desentralisasi, Budget Goal Commitment dan Job-Relevant Information sebagai variabel moderating (kontinjensi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Budget goal commitmen dan Job-Relevant Information memoderasi secara positif pengaruh PPA pada kinerja Pimpinan, sedangkan Desentralisasi memperlemah pengaruh PPA pada kinerja pimpinan.
11 19 Beberapa penelitian lain yang meneliti pengaruh PPA pada kinerja dilakukan Herminingsih (2009), Mediaty (2010), dan Jalaluddin (2010). Hasil penelitian ketiga peneliti menunjukkan bahwa PPA berpengaruh positif pada kinerja. Sedangkan penelitian terkait pengaruh penerapan GGG pada kinerja dilakukan oleh Pratolo (2010) dan Pattiasina (2011). Pratolo (2010) menggunakan lima prinsip-prinsip GGG yakni: transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independensi, dan keadilan sebagai variabel bebas untuk mewujudkan kinerja pemerintah daerah dan kepuasan masyarakat. Hasil penelitian ditemukan secara simultan transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independensi, dan keadilan memengaruhi kinerja pemerintah daerah. Sedangkan pengaruh tidak langsung pada kepuasan masyarakat melalui kinerja pemerintah daerah adalah prinsip-prinsip GGG yaitu variabel Transparansi, pertanggungjawaban, dan keadilan. Penelitian yang dilakukan Pattiasina (2011) menguji pengaruh gaya kepemimpinan transformasional pada kinerja pelayanan dengan budaya kerja dan implementasi Good Corporate Governance (GCG) sebagai variabel moderasi. Hasil pengujian ditemukan bahwa Gaya kepemimpinan memiliki pengaruh positif pada kinerja pelayanan. Akan tetapi, budaya kerja sebagai variabel moderasi tidak memiliki pengaruh terhadap hubungan antara gaya kepemimpinan dan kinerja pelayanan. Sedangkan implementasi GCG berpengaruh signifikan terhadap kinerja pelayanan yang artinya, implementasi GCG memperkuat hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja pelayanan.
12 20 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Husin (2012) yaitu pada Variabel dan Lokasi penelitian. Husin (2012) meneliti pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja pimpinan sedangkan dalam penelitian ini akan meneliti pengaruhnya pada kinerja pemerintah. Variabel pemoderasi dalam penelitian ini adalah penerapan Good Government Governance. Perbedaan lainnya, yaitu Husin (2012) melakukan penelitian di Pemerintah Kota Ternate dan penelitian ini dilakukan di pemerintah kota Denpasar. Ringkasan penelitian sebelumnya ditunjukkan pada Lampiran 1.
BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran (PPA) pada kinerja
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran (PPA) pada kinerja merupakan fenomena yang menarik dan penting untuk diteliti. Fenomena tersebut berkaitan dengan adanya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan kontrak dimana satu atau lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang mendapat perhatian besar dari berbagai pihak semenjak reformasi pada
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan (agency theory) merupakan landasan teori dalam penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan Dalam Sektor Publik Teori keagenan (agency theory) merupakan landasan teori dalam penelitian ini, karena dapat menjelaskan Implementasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan yang pesat dalam bidang teknologi informasi. ekonomi, sosial, budaya maupun politik mempengaruhi kondisi dunia bisnis dan persaingan yang timbul
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan konsep senjangan anggaran dapat dimulai dari pendekatan teori keagenan. Dalam teori keagengan, hubungan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Deddi et al. (2007)
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Anggaran 2.1.1 Definisi Anggaran Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Deddi et al. (2007) dalam akuntansi sektor publik mendefinisikan anggaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT PJB Services meyakini bahwa penerapan GCG secara konsisten dan berkesinambungan akan meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan. Oleh karena itu PT PJB
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. 1 Tinjauan Teoretis 2.1. 1 Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teori agensi( Agency theory) Pemerintahan demokrasi merupakan hubungan antara pemerintah dan masyarakat yang dapat digambarkan
Lebih terperinciGOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DALAM PERSPEKTIF AGENCY THEORY
GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DALAM PERSPEKTIF AGENCY THEORY Mailani Hamdani Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka Pondok Cabe mailani@ecampus.ut.ac.id Abstrak Dalam mempertahankan bisnis perusahaan yang
Lebih terperinci09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis
Modul ke: Fakultas 09Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan tata kelola pemerintahan dalam penganggaran sektor publik, yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak adanya gerakan reformasi tahun 1998, muncul banyak tekanan dari publik yang menghendaki agar Pemerintah maupun swasta dapat menghapuskan praktek-praktek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi di Indonesia yang masih berlangsung hingga sekarang telah menghasilkan berbagai perubahan khususnya dalam hal tata kelola pemerintahan. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah,
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Pada latar belakang akan dijelaskan mengenai fenomena yang melatarbelakangi dilakukannya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Mangkunegara di dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai berikut Kinerja adalah hasil kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Organisasi pemerintahan merupakan salah satu organisasi yang non profit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi pemerintahan merupakan salah satu organisasi yang non profit yaitu organisasi yang sifatnya tidak mengejar laba. Organisasi pemerintah daerah merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akuntansi sektor publik adalah system akuntansi yang dipakai oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akuntansi sektor publik adalah system akuntansi yang dipakai oleh lembaga lembaga publik sebagai salah satu pertanggungjawaban kepada publik. Sekarang terdapat perhatian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan menunjukkan buruknya pengelolaan (bad governance) dan buruknya birokrasi di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena maraknya tingkat
Lebih terperinciPENGANGARAN BERBASIS KINERJA DAN UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE
PENGANGARAN BERBASIS KINERJA DAN UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE Arison Nainggolan Dosen Fakultas Ekonomi Prodi Akuntansi Universitas Methodist Indonesia arison86_nainggolan@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor swasta, anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyusunan anggaran merupakan suatu proses yang berbeda antara sektor swasta dengan sektor pemerintah, termasuk diantaranya pemerintah daerah. Pada sektor swasta, anggaran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Adapun Teori yang dapat mendukung berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti: 1. Teori Keagenan(Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) merupakan teori
Lebih terperinciPERAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE DALAM MEMODERASI PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN PADA KINERJA PEMERINTAH KOTA DENPASAR
ISSN : 2337-3067 E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 5.8 (2016): 2353-2380 PERAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE DALAM MEMODERASI PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN PADA KINERJA PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Good Corpossrate Governance (GCG) adalah suatu istilah yang sudah tidak asing lagi. Dengan keadaan saat ini, khususnya dalam dunia perekonomian, pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good public and corporate governance (Mardiasmo, 2009:27).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya era reformasi, terdapat tuntutan untuk meningkatkan kinerja organisasi sektor publik agar lebih berorientasi pada terwujudnya good public
Lebih terperinciBAB II. individu atau suatu organisasi pada suatu periode tertentu. Menurut Stoner (1996 :
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Dalam konteks pengelolaan keuangan daerah, khususnya dalam kaitannya dengan penerapan sistem akuntansi keuangan daerah, pemahaman yang memadai tentang sistem
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN Teori Keagenan (Agency Theory) Teori Utama
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori Utama Teori Utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori keagenan. Teori keagenan menjelaskan hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kinerja pemerintah saat ini sering menjadi sorotan publik. Masyarakat yang merima pelayanan dari instansi pemerintah mulai mempertanyakan kinerja pemerintah dalam
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik ( principle)
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. prinsipal dan agen untuk menganalisis hubungan antara perusahaan dengan
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Penggunaan teori keagenan telah dipergunakan secara luas baik di sektor privat maupun sektor publik. Para ekonom menggunakan struktur hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rendahnya penerapan corporate governance merupakan salah satu hal yang memperparah terjadinya krisis di Indonesia pada pertangahan tahun 1997. Hal ini ditandai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tugas utama pemerintah sebagai organisasi sektor publik terbesar adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat merupakan sebuah konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja pemerintah merupakan salah satu isu yang terdapat dalam
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, manfaat penelitian, proses penelitian, dan
Lebih terperinciKEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS
KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Magisster Akuntasi www.mercubuana.ac.id The System and Structure of GCG Dosen Pengampu : Mochammad
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Landasan Teori 1. Akuntansi Pemerintahan
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Pemerintahan Bastian (2001:6) mengemukakan bahwa akuntansi pemerintahan adalah mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia dari pola sentralisasi menjadi pola desentralisasi membawa konsekuensi terhadap makin besarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah saat ini sedang mengupayakan peningkatan pelaksanaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah saat ini sedang mengupayakan peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional agar antara laju pembangunan kota dan desa semakin seimbang dan serasi. Tetapi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam satu dekade terakhir ini, bangsa Indonesia sedang berupaya memperbaiki kinerja pemerintahannya melalui berbagai agenda reformasi birokrasi dalam berbagai sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun 2004 dan UU No. 33 tahun 2004 merupakan tonggak awal. pelaksanaan otonomi daerah dan proses awal terjadinya reformasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta ekonomi sehingga menimbulkan tuntutan yang beragam terhadap pengelolaan pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia semakin pesat seiring dengan adanya era baru dalam pelaksanaaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan akhir dari para
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pegawai Negeri Sipil (PNS) idealnya merupakan pelayan masyarakat dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan akhir dari para PNS tentunya tak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena terjadinya krisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance. based budgeting) dalam penyusunan anggaran pemerintah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi pengelolaan keuangan negara di Indonesia yang diawali dengan keluarnya Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara telah membawa banyak perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu fenomena di Indonesia. Tuntutan demokrasi ini menyebabkan aspek
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokrasi menjadi suatu fenomena di Indonesia. Tuntutan demokrasi ini menyebabkan aspek transparansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Otonomi daerah di Indonesia didasarkan pada undang-undang nomor 22 tahun 1999 yang sekarang berubah menjadi undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Penelitian ini menggunakan teori keagenan, dimana teori ini sering kali digunakan sebagai landasan dalam penelitian mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Good governance adalah tata kelola organisasi secara baik dengan prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam rangka mencapai tujuan organisasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era baru dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja instansi pemerintah kini menjadi sorotan dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap penyelenggaraan administrasi publik. Masyarakat sering
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Menurut Jensen dan Mecking dalam Amertadewi dan Dwirandra (2013) menjelaskan teori keagenan merupakan kontrak antara satu orang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Good Corporate Governance. Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate
12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Good Corporate Governance Beberapa institusi Indonesia mengajukan definisi Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate Governance in IndonesialFCGl
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari isi laporan keuangan perusahaan. Laba merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam waktu tujuh tahun sejak tumbangnya rezim orde baru, bangsa Indonesia terus berupaya memperbaiki sistem pemerintahannya. Bahkan upaya-upaya perubahan yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena yang terjadi dalam perkembangan otonomi daerah di Indonesia saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan tata kelola pemerintahan
Lebih terperinciPERENCANAAN DAN PENGANGGARAN. Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DR. TJAHJANULIN DOMAI, MS Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya 1. Pendahuluan - Pengantar - Tujuan - Definisi 2. Perencanaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktek Good Corporate Governance (GCG) masih dianggap cukup baru di Indonesia. Perhatian mengenai Corporate Governance masih kurang populer di Indonesia walaupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membuka jalan bagi munculnya reformasi total di seluruh aspek kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi dan kepercayaan yang dialami bangsa Indonesia telah membuka jalan bagi munculnya reformasi total di seluruh aspek kehidupan masyarakat. Disamping
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa PT Jasa Raharja sebagai salah satu BUMN di Indonesia telah dapat menerapkan tata kelola perusahaan
Lebih terperinciBAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Teori Yang Mendasari Penelitian Secara umum, penelitian di sektor publik belum memiliki landasan teori yang kuat dan beragam. Beberapa teori yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai negara, peranan negara dan pemerintah bergeser dari peran sebagai pemerintah (government) menjadi kepemerintahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Good Governance Good governance merupakan tata kelola dalam suatu pemerintahan yang meliputi penggunaan wewenang dalam hal ekonomi, politik, serta administrasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Awal diterapkannya otonomi daerah di Indonesia ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Awal diterapkannya otonomi daerah di Indonesia ditandai dengan adanya masa transisi perubahan sistem pemerintah, yang sebelumnya sistem pemerintah bersifat sentralistik
Lebih terperinciKEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No.
KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No. COM/001/01/1215 Tanggal Efektif 1 Desember 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan sistem pemerintahan, good governance telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pengelolaan sistem pemerintahan, good governance telah menjadi salah satu paradigma dalam penyelenggaran untuk mengelola urusan-urusan publik. Menurut
Lebih terperinciSEMINAR AKUNTANSI. Teori Agensi (AgenCy Theory)
SEMINAR AKUNTANSI Teori Agensi (AgenCy Theory) ISU/ FENOMENA MASALAH TEORI UTAMA (GRAND THEORY) Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa agency theory menjelaskan hubungan keagenan yang terjadi antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengedepankan akuntanbilitas dan transparansi Jufri (2012). Akan tetapi dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerapan Undang-Undang tentang Otonomi Daerah menuntut good government dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang harus mengedepankan akuntanbilitas dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan keadaan sekarang ini, khususnya dalam dunia ekonomi, pengelolaan perusahaan (corporate governance) telah dianggap penting sebagaimana pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance. Hal ini memang wajar, karena beberapa penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan akuntabilitas sektor publik di Indonesia sangatlah diperlukan bagi terwujudnya good governance. Hal ini memang wajar, karena beberapa penelitian menunjukkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. lebih mengutamakan kepentingan organisasi dibandingkan dengan kepentingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Komitmen organisasi adalah dorongan dari dalam individu untuk berbuat sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan dan lebih mengutamakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanaan pengendalian internal di suatu perusahaan dapat dilakukan secara langsung oleh anggota perusahaan dan dapat pula dilakukan oleh suatu departemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Paradigma/pandangan masyarakat umumnya membentuk suatu pengertian tertentu di dalam dinamika perkembangan kehidupan masyarakat, bahkan dapat mengembangkan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN
Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini, tuntutan terhadap paradigma good governance dalam seluruh kegiatan tidak dapat dielakkan lagi. Istilah good
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dan kebutuhan masyarakat Indonesia pada umumnya terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan dan kebutuhan masyarakat Indonesia pada umumnya terhadap pelayanan prima dari pemerintah yang berorientasi pada kepuasan masyarakat semakin besar sejak era
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang dihasilkan dari suatu sistem informasi. Informasi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini organisasi sangat tergantung pada sistem informasi agar dapat beroperasi secara efektif, efisien dan terkendali. Efektivitas,
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG. bertanggungjawab menyelenggarakan tri dharma perguruan tinggi wajib turut serta
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Permasalahan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta sebagai institusi pendidikan yang bertanggungjawab menyelenggarakan tri dharma perguruan tinggi wajib turut serta mencapai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat dengan cara memberikan pelayanan yang efektif,
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah daerah harus memiliki kinerja yang berorientasi pada kepentingan masyarakat dengan cara memberikan pelayanan yang efektif, transparan dan efisien dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi (Agency Theory) Menurut Anthony dan Vijay (2005) teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham (shareholders) sebagai principal
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pada sasaran hasil utama mereka untuk kepentingan organisasi. Bila teori agency
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Tata Laksana (Stewardship Theory) Stewardship theory adalah teori yang menggambarkan situasi dimana para manajer tidaklah
Lebih terperinciBerdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
5 soal Bobot 20% 1. Pengukuran kinerja value for money 2. Akuntansi yayasan (lap keuangan) psak 45 3. Teknik pencatatan akuntansi (kas, akrual, komitmen) 4. Perbedaan pp 71 sama 24 5. Audit kinerja 6.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ditetapkannya Peraturan Pemerintah (PP) 105 Tahun 2000 tentang pengelolaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ditetapkannya Peraturan Pemerintah (PP) 105 Tahun 2000 tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah merupakan titik reformasi keuangan daerah.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dengan pesat. Upaya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan di Indonesia saat ini sangat cepat dikarenakan Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dengan pesat. Upaya pemerintah dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak diberlakukannya otonomi daerah berdasarkan UU No 32 Tahun 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami perubahan yaitu reformasi penganggaran.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyelenggara negara atas kepercayaan yang diamanatkan kepada mereka. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai organisasi sektor publik, pemerintah daerah dituntut agar memiliki kinerja yang berorientasi pada kepentingan masyarakat, dan mendorong pemerintah untuk senantiasa
Lebih terperinciBAB 1 LATARBELAKANG. adanya era reformasi dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal.
16 BAB 1 LATARBELAKANG 1.1 Pendahuluan Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat seiring dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Otonomi daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya reformasi atas kehidupan bangsa yang telah ditetapkan dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan melalui Otonomi Daerah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era reformasi yang diikuti dengan diberlakukannya kebijakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah sebagai lembaga yang bertanggungjawab penuh terhadap masyarakat atau publik, karena pemerintah mempunyai kewajiban dalam menyediakan pelayanan publik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelola yang baik (good corporate governance) tidak hanya berlaku bagi. pertanggungjawaban kinerja organisasi.
BAB I 1.1 Pengantar PENDAHULUAN Tuntutan mengenai pengelolaan suatu organisasi berdasarkan sistem tata kelola yang baik (good corporate governance) tidak hanya berlaku bagi organisasi di sektor pemerintahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Good Corporate Governance 2.1.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Istilah corporate governance pertama sekali diperkenalkan oleh Cadbury Comitee
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyampaikan laporan pertanggungjawaban yang terdiri atas Laporan Perhitungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan Pemerintah No. 108 Tahun 2000 tentang pertanggungjawaban Kepala Daerah menyarankan agar setiap akhir tahun anggaran, Kepala daerah menyampaikan laporan pertanggungjawaban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah otonomi daerah
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Didalam bab tiga penulis membahas tentang Hasil Penelitian dan Analisis. Di dalam pada bagian Hasil Penelitian pembahasan yang berdasarkan pada rumusan masalah yang
Lebih terperinciPEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN
P T Darma Henwa Tbk PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PT Darma Henwa Tbk DAFTAR ISI Kata Pengantar 3 BAB I PENGANTAR. 4 1. Mengenal Good Corporate Governance (GCG) 4 2.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi di beberapa daerah kota/kabupaten di Indonesia diharapkan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi di beberapa daerah kota/kabupaten di Indonesia diharapkan menghasilkan hasil yang baik dalam bidang apapun. Sehubungan dengan fungsi organisasi sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan pembangunan yang meningkat dalam segala bidang menyebabkan banyak sekali perubahan yang terjadi dalam masyarakat baik itu cara hidup, pola pikir,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Satuan Pengawasan Intern Satuan pengawasan intern pada hakekatnya sebagai perpanjangan rentang kendali dari tugas manajemen
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. berkeadilan sosial dalam menjalankan aspek-aspek fungsional dari
Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya era reformasi, pemerintah sebagai organisasi sektor publik terbesar bertanggungjawab penuh dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat akan jasa publik dan layanan sipil (Ndraha, 2005). Lusa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi publik adalah organisasi yang didirikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan jasa publik dan layanan sipil (Ndraha, 2005). Lusa (2011) mendefinisikan
Lebih terperinci