Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015
|
|
- Hendri Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2015 DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI MAKRO DAN KEUANGAN
2
3 RINGKASAN EKSEKUTIF Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan pada Tahun 2015 ini memiliki program utama yaitu Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian dengan sasaran strategis adalah : mewujudkan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan, mewujudkan pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan, dan mewujudkan perluasan akses pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil (UMK. Untuk mengetahui capaian sasaran strategis telah ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut : presentase rekomendasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan, presentase rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan, dan tercapainya target penyaluran kredit berpenjamin atau Kredit Usaha Rakyat (KUR). Untuk mendukung capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan telah dilakukan kegiatan koordinasi, pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan yang mencakup tujuh sub kegiatan, yaitu Koordinasi Kebijakan Bidang Fiskal; Koordinasi Kebijakan Bidang Moneter dan Neraca Pembayaran; Koordinasi Asuransi dan Remitansi untuk Pekerja Migran (TKI); Koordinasi Kebijakan Bidang Badan Usaha Milik Negara (BUMN); Koordinasi Kebijakan Bidang Penegmbangan Ekonomi Daerah dan Sektor Riil; Koordinasi Kebijakan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan; dan Koordinasi Kebijakan Kredit Program (Kredit Usaha Rakyat). Evaluasi dan analisis capaian kinerja 2015 Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan telah menunjukkan hasil yang cukup baik target yang telah ditetapkan pada awal tahun. Hal itu ditunjukkan dengan capaian indikator Sasaran Strategis 1 : Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan di Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan yang mencapai 100%; Sasaran Strategis 2 : Terwujudnya Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan di Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan yang mencapai 100%. Namun demikian, suatu prestasi yang sangat baik dicapai dalam indikator Sasaran Strategis 3 : Terwujudnya Perluasan Akses Pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang mencapai 113,75% dari target yang ditetapkan. Berdasarkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, pencapaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian tahun 2015 telah berhasil baik dan mendukung program Nawa Cita pemerintah. ii
4 DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar... i Ringkasan Eksekutif... ii Daftar Isi... iii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi... 2 C. Aspek Strategis... 3 D. Isu Strategis... 4 BAB II PERENCANAAN KINERJA... 6 A. Rencana Strategis... 6 B. Rencana Kerja C. Perjanjian Kinerja... 8 D. Pengukuran Kinerja... 9 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Organisasi B. Analisis Capaian Kinerja Organisasi C. Analisis Capaian Kinerja dari Waktu ke Waktu D. Realisasi Anggaran BAB IV PENUTUP LAMPIRAN : Lampiran I. Perjanjian Kinerja 2015 Lampiran II. Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan Lampiran III. Manual Indikator Kinerja Utama Lampiran IV. Capaian Indikator Kinerja Utama 2015 iii
5 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tahun 2015 merupakan tahun yang penuh tantangan dalam pembangunan ekonomi bangsa Indonesia. Sedikitnya terdapat dua hal utama yang mempengaruhi perjalanan ekonomi Indonesia pada Tahun 2015 yakni : yang pertama adalah perubahan kepemimpinan bangsa Indonesia yang diikuti dengan perubahan arah kebijakan termasuk perubahan struktur dan nomenklatur kementerian; dan yang kedua adalah tantangan perekonomian global yakni perlambatan perekonomian global, berakhirnya suku bunga murah sejalan dengan berakhirnya program stimulus Amerika Serikat (quantitative easing) dan di dalam negeri tantangannya adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi serta twin deficit. Dalam hal arah kebijakan, sejalan dengan program nawacita yang diusung oleh pemerintahan yang baru, sedikitnya terdapat tiga hal strategis yang menjadi tanggung jawab Unit Organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator bidang Perekonomian yakni membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan, meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, dan mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik, ketiga program tersebut dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Mengingat semakin pentingnya peran dan fungsi koordinasi dalam mengantisipasi berbagai tantangan tersebut, khususnya perlambataan ekonomi dan kebutuhan akan pertumbuhan yang tinggi serta peningkatan kualitas pertumbuhan ekonomi dalam jangka menengah panjang, dalam pemerintahan ini peran Kementerian Koordinator diperkuat yakni dengan penambahan fungsi pengendalian yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas menjadikan Unit Organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan memiliki peran sentral khususnya dalam mengawal tercapainya program pemerintah Tahun 2015 untuk menjaga pertumbuhan ekonomi, meningkatkan investasi, dan menjaga daya beli masyarakat dengan serangkaian program paket kebijakan. 1
6 Dalam upaya mengantisipasi tuntutan output yang semakin meningkat tersebut, unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah menyusun dan menetapkan Rencana Kerja (Renja) 2015 dengan memperhatikan Rencana Strategis (Renstra) sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas dan fungsi. Renja yang ditetapkan merupakan tolak ukur keberhasilan maupun kegagalan unit organisasi dan sekaligus menjadi dasar penilaian dalam evaluasi kinerja. Hasil evaluasi atas kinerja Deputi I tergambar pada laporan kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan. Laporan kinerja menjadi potret implementasi Sasaran Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) pada Deputi I yang meliputi : perencanaan strategis, perencanaan kinerja, pengelolaan kinerja, serta pelaporan dan evaluasi. B. KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI Dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. Per-5/ M.EKON/05/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian decantumkan bahwa Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan merupakan unsur pelaksana tugas dan fungsi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian di bidang ekonomi makro dan keuangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan secara struktural membantu pekerjaan dan bertanggungjawab kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dengan tugas pokoknya adalah Menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang ekonomi makro dan keuangan. dan menjalankan fungsinya untuk : 1. Melakukan koordinasi, dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga di bidang ekonomi makro dan keuangan; 2. Melakukan pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga di bidang ekonomi makro dan keuangan; 3. Melakukan pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang ekonomi makro dan keuangan; dan 4. Melaksanakan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. 2
7 Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan membawahi 5 (lima) lima unit Eselon II yang terdiri dari : 1. Asisten Deputi Fiskal; 2. Asisten Deputi Moneter dan Neraca Pembayaran; 3. Asisten Deputi Pengembangan Ekonomi Daerah dan Sektor Riil; 4. Asisten Deputi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan; 5. Asisten Deputi Badan Usaha Milik Negara; dan 6. Kelompok Jabatan Fungsional. Bagan 1 Organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro Dan Keuangan DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI MAKRO DAN KEUANGAN Asisten Deputi Fiskal Asisten Deputi Moneter dan Neraca Pembayaran Asisten Deputi Pengembangan Ekonomi Daerah dan Sektor Riil Asisten Deputi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Asisten Deputi Badan Usaha Milik Negara Bidang Penerimaan Negara Bidang Moneter Bidang Pengembangan Ekonomi Daerah Bidang Pasar Modal dan Lembaga Bidang BUMN Industri Bidang Pengeluaran Negara Bidang Neraca Pembayaran dan Posisi Investasi Bidang Sektor Riil Bidang Perbankan Bidang BUMN Usaha Jasa Bidang Program dan Tata Kelola Kelompok Jabatan Fungsional C. ASPEK STRATEGIS Dalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan dan mewujudkan manajemen pemerintahan yang efisien, efektif, transparan, dan akuntabel, serta berorientasi pada hasil, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan menuangkannya ke dalam Perjanjian Kinerja dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sebagai bentuk tanggung jawab keberhasilan maupun kegagalan dalam pencapaian target kinerja. 3
8 Sasaran strategis yang ingin dicapai melalui perencanaan strategis di Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan adalah : 1. Mewujudkan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan. 2. Mewujudkan pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan. 3. Mewujudkan perluasan akses pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Indikator Kinerja Utama (IKU) Deputi Bidang Koordinasi Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan dalam mewujudkan sasaran stategis di atas dituangkan dalam : 1. Presentase rekomendasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan. 2. Presentase rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan. 3. Tercapainya target penyaluran kredit berpenjamin atau Kredit Usaha Rakyat (KUR). D. ISU STRATEGIS Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, Setidaknya terdapat isu strategis yang menjadi bagian dari koordinasi Kedeputian Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan. Pertama, menjaga pertumbuhan ekonomi tetap tinggi sehingga dapat menciptakan tambahan lapangan pekerjaan yang cukup bagi angkatan kerja baru yang pada akhirnya akan mengurangi pengangguran dan tingkat kemiskinan. Selain itu tugas yang tidak kalah pentingnya adalah menjaga dan mengendalikan inflasi tetap rendah guna menjaga tingkat daya beli masyarakat. Kedua, menjaga kredibilitas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) agar optimal dalam memberikan daya dorong pada pertumbuhan ekonomi. Dalam konteks ini, peerlu dijaga agar penerimaan negara khususnya dari sektor perpajakan tetap tumbuh tinggi namun dengan tetap menjaga keberlangsungan sektor riil dan menjaga iklim investasi tetap kondusif. Ketiga, mendorong peningkatan peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam kontribusi pembangunan di Indonesia dengan melalui penguatan modal BUMN melalui program penyertaan modal negara dan memfasilitasi BUMN agar mendapatkan sumber dana yang murah dan jangka panjang sesuai dengan karakteristik pembiyaan infratruktur yang memang membutuhkan pembiyaan dalam jangka panjang 4
9 Keempat, koordinasi dalam meningkatkan arus investasi dengan jalan menjaga iklim investasi tetap kondusif dan memberikan relaksasi fiskal guna lebih meningkatkan daya saing investasi. Kelima, mendorong tumbuhnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai salah satu pilar utama pembangunan ekonomi Indonesia dengan jalan memberikan dukungan kemudahan akses pembiyaan UMKM dengan proses yang mudah, cepat dan tingkat suku bunga yang kompetitif. Keenam, melakukan harmonisasi kebijakan di tingkat pusat dan daerah sehingga salah satu agenda pembangunan yang tercantum dalam nawacita yakni membangun dari pinggiran dapat terealisasi dengan baik. 5
10 BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS Sebagaimana telah disebutkan dalam bab pendahuluan bahwa unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan merupakan bagian integral dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian beserta rencana strateginya untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya unit organisaasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan menetapkan Rencana Kerja Tahunan yang berisi sasaran program/kegiatan, indikator kinerja, dan target yang harus dicapai. Pada pelaksanaan program/kegiatan Tahun 2015, target ini dituangkan dalam dokumen Rencana Kinerja (Renja) Tahun 2015 yang ditetapkan untuk setiap indikator kinerja. Sasaran Strategis yang akan dicapai dalam perencanaan kinerja Tahun 2015 adalah: 1. Pertama, Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan di Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan; 2. Kedua, Terwujudnya Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan di Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan; dan 3. Ketiga, Terwujudnya Perluasaan Akses Pembiayaan Bagi Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai pencerminan tingkat capaian Sasaran Strategis adalah : 1. Pertama, Persentase Rekomendasi Kebijakan di Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan dengan Target 80%; * 2. Kedua, Persentase Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan di Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan dengan Target 80%; * dan 3. Ketiga, Tercapainya Target Penyaluran Kredit Berpenjamin atau Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp. 20 Triliun. Catatan *: Target IKU Tahun 2015 sebesar 80% ditetapkan dengan asumsi bahwa struktur organisasi (jabatan struktural) Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan I belum sepenuhnya terisi Sumber Daya Manusia (SDM). 6
11 Rencana Kinerja merupakan bagian dari Rencana Strategis Unit Organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Tahun merupakan perencanaan jangka menengah organisasi yang berisi gambaran sasaran atau kondisi hasil yang akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun beserta strategi yang akan dilakukan untuk mencapai sasaran sesuai dengan tugas, fungsi dan peran yang diamanahkan. Penyusunan Renstra Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan mengacu pada RPJMN tahun B. RENCANA KERJA 2015 Dengan berpedoman pada Renstra dan memperhatikan rancangan awal Rencana Kerja (Renja), unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan telah menyusun Renja Tahun 2015 yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan yang meliputi kegiatan pokok serta kegiatan pendukung untuk mencapai sasaran hasil sesuai program induk yang didukung. Renja dirinci menurut indikator keluaran, sasaran keluaran pada tahun rencana, prakiraan sasaran tahun berikutnya, pagu indikatif sebagai indikasi pagu anggaran, serta cara pelaksanaannya. Untuk mencapai sasaran strategis dan sasaran pendukung lainnya yang berkaitan dengan isu strategis, unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan melaksanakan beberapa program Tahun 2015, yaitu : 1. Program Kebijakan Bidang Fiskal. 2. Program Kebijakan Bidang Moneter dan Neraca Pembayaran. 3. Program Kebijakan Bid. Pengembangan Ekonomi Daerah dan Sektor Rill. 4. Program Kebijakan Bidang Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. 5. Program Kebijakan Perluasan Akses Pembiayaan Bagi UMK melalui Skema Penyaluran Kredit Berpenjaminan dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR). 6. Program Kebijakan Bidang Badan Usaha Milik Negara. 7. Program Kebijakan Asuransi dan Remitansi untuk Pekerja Migran (TKI). Penyusunan Renja Tahun 2015 juga merupakan ditindaklanjuti rekomendasi dalam Laporan Hasil Evaluasi (LHE) kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Tahun Anggaran 2014 yang dilakukan oleh Inspektorat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian tentang dokumen perencanaan kinerja tahunan. 7
12 C. PERJANJIAN KINERJA Dalam rangka mencapai strategi organisasi dan meningkatkan kinerja, unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan telah melaksanakan penandatangan perjanjian kinerja dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Hal ini diikuti dengan Penandatanganan perjanjian kinerja antara Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan dengan seiap unit eselon II yang dikoordinasikannya melalui kontrak kinerja. Kontrak kinerja merupakan dokumen kesepakatan antara pegawai dengan atasan langsung yang berisi pernyataan kesanggupan untuk mencapai Indikator Kinerja Utama dengan target yang telah ditetapkan. Penyusunan kontrak kinerja dimulai dari level pejabat tertinggi sampai ke pelaksana berdasarkan tugas dan fungsi serta IKU yang bersifat cascade dari atasan. Penetapan kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. Tujuan utama penetapan kinerja adalah untuk : 1. Meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur; 2. Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima dengan pemberi tugas; 3. Sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi; 4. Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur; dan 5. Sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi. Dokumen perjanjian kinerja merupakan dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Pencapaian sasaran strategis unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) dimana penyusunan IKU disesuaikan dengan level organisasi atau kewenangan yang dimiliki oleh pejabat yang bersangkutan. Oleh karena itu Indikator-indikator kinerja dan target tahunan yang digunakan dalam penetapan kinerja ini adalah indikator kinerja utama tingkat eselon I. Rencana Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Tahun 2015 sebagaimana yang telah dituangkan dalam Penetapan Kinerja Tahun 2015 dan Rencana Kinerja Tahun 2015 adalah sebagai berikut : 8
13 Sasaran Strategis Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan. Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan. Tabel 1 Penetapan Kinerja Kedeputian I Indikator Kinerja Persentase rekomendasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan. Persentase rekomendasi pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan. Target % 80% Terwujudnya perluasan akses pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Tercapainya target penyaluran kredit berpenjaminan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Rp. 20 Triliun Untuk mendukung capaian kinerja tersebut, disusun rencana aksi kegiatan sebagaimana pada lampiran. D. PENGUKURAN KINERJA Pengukuran tingkat capaian kinerja Kedeputian I Tahun 2015 dilakukan dengan cara membandingkan antara target pencapaian indikator sasaran yang telah ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan tahun 2015 dengan realisasinya. Nilai Kinerja Organisasi (NKO) diperoleh melalui serangkaian penghitungan dengan menggunakan data target dan realisasi IKU yang tersedia. Dengan membandingkan antara data target dan realisasi IKU, akan diperoleh indeks capaian IKU. Formula penghitungan capaian IKU adalah sebagai berikut : Indeks Capaian IKU = Realisasi Target 100% Adapun status indeks capaian IKU adalah sebagai berikut : Tabel 2 Indeks Capaian IKU Hijau Kuning Merah 100 X 120 (memenuhi ekspektasi) 80 X < 100 (belum memenuhi ekspektasi) X < 80% (tidak memenuhi ekspektasi) 9
14 Tabel 3 Perhitungan Manual IKU Kedeputian I Manual Perhitungan IKU 1 Definisi : : Peresentase Rekomendasi Kebijakan di Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Implementasi fungsi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan dengan Kementerian/ Lembaga yang menghasilkan rekomendasi yang dikoordinasi dan disinkronisasi oleh deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Satuan : % Teknik Menghitung : Implementasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan = realisasi dibandingkan target Realisasi Target X 100 % Sifat Data IKU Sumber Data Periode Data IKU : Maksimisasi : Keasdepan Fiskal, Keasdepan Moneter dan Neraca Pembayaran, Keasdepan Ekonomi Daerah & Sektor Riil, Keasdepan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, dan Keasdepan BUMN : Semesteran Manual Perhitungan IKU 2 Definisi : : Persentase rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan Implementasi fungsi pengendalian di bidang ekonomi makro dan keuangan oleh Kementerian/Lembaga yang menghasilkan rekomendasi dan berdampak pada pelaksanaan kebijakan Satuan % Teknik Menghitung Sifat Data IKU Sumber Data : Implementasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan = realisasi dibandingkan target Realisasi X 100 % Target : Maksimisasi : Keasdepan Fiskal, Keasdepan Moneter dan Neraca Pembayaran, Keasdepan Ekonomi Daerah & Sektor Riil, Keasdepan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, dan Keasdepan BUMN Periode Data IKU : Semesteran 10
15 Manual Perhitungan IKU 3 Definisi : : Tercapainya target penyaluran kredit berpenjaminan Kredit Usaha Rakyat/KUR Implementasi Penyaluran Pagu Kredit Berpenjaminan KUR Satuan : % Teknik Menghitung : Realisasi Penyaluran dibagi Pagu Penyaluran X 100% Pagu Sifat Data IKU Sumber Data Periode Data IKU : Maximize : Keasdepan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan : Semesteran Catatan : 1. Jumlah Rekomendasi yang ingin dicapai untuk Sasaran Strategis 1 dan Sasaran Strategis 2 pada tahun 2015 masing-masing adalah 10 (sepuluh) rekomendasi. 2. Target yang ditetapkan untuk Sasaran Strategis 1 dan Sasaran Strategis 2 pada tahun 2015 masing-masing 80%. Artinya, unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan merencanakan hanya 8 rekomendasi dapat dicapai untuk masing-masing Sasaran Strategis 1 dan 2. Telah disampaikan pada halaman 6 bahwa Target IKU Tahun 2015 sebesar 80% hanya menunjukkan bahwa struktur organisasi (jabatan struktural) Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan belum sepenuhnya terisi Sumber Daya Manusia (SDM). 3. Jika 10 (sepuluh) rekomendasi masing-masing untuk Sasaran Strategis 1 dan Sasaran Strategis 2 dapat dicapai, maka perhituangan realisasinya adalah 100%. Rekomendasi dalam Laporan Hasil Evaluasi (LHE) kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Tahun Anggaran 2014 yang dilakukan oleh Inspektorat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian adalah perlu untuk menyusun pedoman atau Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang mekanisme pengumpulan data kinerja untuk penyusunan Laporan Kinerja. Menindaklanjuti rekomendasi tersebut, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah menerbitkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perjanjian Kinerja dan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, yang didalamnya diatur juga mekanisme pengumpulan data kinerja. 11
16 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI Pengukuran tingkat capaian kinerja unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Tahun 2015 dilakukan dengan cara membandingkan antara target (rencana) dengan realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah tertuang dalam Penetapan Kinerja Kedeputian I Tahun Prinsip pengukuran tingkat capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan disampaikan sebagai berikut : 1. Unit Organisasi Deputi Ekonomi Makro dan Keuangan merupakan bagian integral dari Organisasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. 2. Deputi menjabarkan Sasaran Strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dalam Sasaran Program yang menghasilkan rekomendasi yang diharapkan memiliki dampak luas (outcomes). Yang ditindaklanjuti oleh Asisten Deputi dengan menjabarkan Sasaran Program Deputi dalam Sasaran Kegiatan yang menghasilkan rekomendasi (output). 3. Dalam menjalankan Sasaran Kegiatan, Para Asisten Deputi didukung dengan anggaran sesuai dengan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK). Kegiatan yang dilaksanakan Para Asisten Deputi menghasilkan berbagai rekomendasi di tingkat eselon II yang disampaikan kepada Deputi. 4. Rekomendasi menjadi indikator kinerja Asisten Deputi bila : Deputi mendisposisikan agar rekomendasi diteruskan kepada Menko Perekonomian, Deputi mendisposisikan agar rekomendasi dikoordinasikan dengan instansi terkait untuk ditindaklanjuti, dan hasil koordinasi Asisten Deputi ditindaklanjuti oleh pejabat setingkat di instansi terkait. 5. Rekomendasi menjadi indikator kinerja Deputi bila : Menko Perekonomian mendisposisikan agar rekomendasi diteruskan kepada Presiden, Wakil Presiden, Menteri, Kepala Lembaga terkait dan atau Sidang Kabinet; Menko Perekonomian mendisposisikan agar rekomendasi diteruskan menjadi produk Perundanganundangan, Peraturan Pemerintah, atau Peraturan Menteri; dan Hasil koordinasi Deputi ditindaklanjuti oleh pejabat setingkat di instansi terkait. Tingkat capaian kinerja Kedeputian I Tahun 2015 berdasarkan hasil pengukurannya dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut : 12
17 Tabel 4 Capaian Kinerja Kedeputian I Sasaran Strategis 1 Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja Persentase rekomendasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan (10 rekomendasi) Sasaran Strategis 2 80% 100% 100% Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja Persentase rekomendasi pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan (10 rekomendasi) Sasaran Strategis 3 80% 100% 100% Terwujudnya perluasan akses pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja Tercapainya target penyaluran kredit berpenjaminan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Triliyun Rp. Rp. 20,- 22,75,- Triliun 113,75% Rata-Rata Capaian Kinerja 104,58% Presentase rekomendasi yang direncanakan untuk Sasaran Strategis 1 dan sasaran Strategis 2 masing-masing adalah 100% dengan jumlah rekomendasi masing-masing 10 rekomendasi. Adapun target yang ditetapkan untuk masing-masing untuk Sasaran Strategis adalah 100%. Sampai dengan LAKIP 2015 disusun realisasi capaian Sasaran Strategis 1 dan 2 unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan mencapai 100% dan capaian realisasi Sasaran Strategis 3 sebesar 113,75%. Capaian ratarata atas indikator kinerja Tahun 2015 adalah sebesar 113,75%, yang merupakan ratarata penjumlahan dari masing-masing indikator kinerja dibagi tiga. Sehingga status kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan untuk sasaran strategis 1, 2 dan 3 berwarna hijau, sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4 di atas. 13
18 B. ANALISIS CAPAIAN KINERJA ORGANISASI Sasaran Strategis 1 : Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan di Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan. Sebagai salah satu unit kerja di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan dalam rangka terwujudnya efektifitas koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan kepada stakeholder. Kegiatan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan yang berdampak luas meliputi rekomendasi kebijakan antara lain sebagai berikut : 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 Tahun 2015 tentang Jaminan Pemerintah Pusat atas Pembiayaan Infrastruktur melalui Pinjaman Langsung dari Lembaga Kredit Indonesia kepada BUMN. Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) disusun dalam rangka percepatan penyediaan infrastruktur kepada masyarakat, melalui pengoptimalan peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk memanfaatkan alternatif pembiayaan dalam bentuk fasilitas pembiayaan infrastruktur yang disediakan oleh Lembaga Keuangan Internasional (LKI) secara langsung. Hal tersebut merupakan salah satu outcome terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan. Melalui alternatif pembiayaan dimaksud, diharapkan BUMN akan lebih mudah mendapatkan akses pembiyaan dengan tingkat bunga yang murah (sovereign rates) dan dengan tenor yang lama sampai dengan 30 tahun. Dengan fasilitas tersebut, BUMN diharapkan berkontribusi sebesar 6% atau sekitar 350 triliun dari kebutuhan pendanaan infrastruktur dalam RPJMN yang diperkirakan mencapai Rp triliun. 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 Tahun 2015 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah Tertentu, beserta Peraturan Pelaksanaannya. Pemerintah menerbitkan revisi regulasi Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 2015 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-bidang Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu (Tax Allowance) yang secara efektif berlaku mulai tanggal 6 Mei Penerbitan regulasi dimaksud akan mendorong 14
19 peningkatan investasi langsung guna mendorong pertumbuhan ekonomi dalam rangka pemerataan pembangunan. Kebijakan umum yang tertuang dalam PP No.18 Tahun 2015 antara lain : (1) diutamakan pada industri yang memberikan daya dorong yang kuat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi; (2) industri yang bersifat Intermediate goods dan substitusi impor guna mengurangi Current Account Defisit dan diharapkan dapat menyelesaikan masalah struktural perkonomian Indonesia pada jangka menengah-panjang; (3) memenuhi kebutuhan dalam negeri (industri vital dan strategis yang mendorong kemandirian nasional); (4) mengisi pohon industri yang kosong; (5) tidak mengganggu pertumbuhan industri yang ada; (6) tidak saling menghapuskan dengan kebijakan lain; (7) lebih ramah terhadap investor; (8) lebih terbuka dari peraturan sebelumnya; dan (9) tidak menjadi lebih restriktif. Fasilitas Tax Allowance diberikan kepada Wajib Pajak badan dalam negeri yang melakukan penanaman modal baru maupun perluasan dari usaha yang telah adapada bidang-bidang usaha sebagaimana tercantum di dalam Lampiran I dan/atau bidangbidang usaha dan daerah-daerah tertentu sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Pemerintah No.18 Tahun Terdapat setidaknya 66 KBLI di dalam Lampiran I dan 77 KBLI di dalam Lampiran II. Sementara itu bentuk fasilitas yang dapat diberikan kepada Wajib Pajak adalah : (1) pengurangan penghasilan neto sebesar 30% yang dibebankan selama 6 tahun masing-masing sebesar 5%; (2) penyusutan dan amortisasi dipercepat; (3) pengenaan PPh sebesar 10% atas dividen yang dibayarkan kepada Wajib Pajak luar negeri atau tarif yang lebih rendah apabila terdapat Tax Treaty, dan (4) kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 tahun tetapit tidak lebih dari 10 tahun. Sejak berlaku efektif hingga saat ini, 7 perusahaan telah mendapatkan keputusan persetujuan pemberian fasilitas Tax Allowance. Hal tersebut merupakan salah satu outcome terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan. 3. Keputusan Presiden No.19 Tahun 2015 tentang Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Dalam upaya meningkatkan efektifitas skema pembiayaan Kredit Usaha Rakyat, telah dilakukan beberapa perbaikan. Perbaikan tersebut diantaranya akan berdampak pada: 1. Skema KUR dengan susunan basis data UMKM melalui Sistem Informasi Kredit Program (SIKP) sebagai sarana dalam memastikan ketepatan sasaran penyaluran KUR. 15
20 2. Penguatan peran Kementerian Teknis serta Pemerintah Daerah dalam penyusunan basis data UMKM sebagai calon debitur KUR. 3. Upaya perbaikan skema tersebut didukung dengan penguatan regulasi KUR yang dituangkan dalam Keputusan Presiden No. 14 Tahun 2015 tentang Komite Kebijakan Pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. 4. Penetapan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No.6 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat Perbaikan skema KUR dirumuskan dalam Pedoman Pelaksanaan yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Pada tanggal 5 Agustus 2015 ditetapkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah No..6 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan KUR. Pedoman tersebut mengatur pelaksanaan KUR Mikro, KUR Ritel dan KUR Penempatan TKI. Kebijakan program KUR tersebut akan mengatur skema subsidi bunga pemerintah dimana debitur dapat menerima KUR dengan suku bunga maksimum 12% efektif per tahun. KUR disalurkan dalam tiga jenis yaitu KUR Mikro dengan plafon kredit sampai dengan maksimum Rp.25 juta; KUR Ritel dengan plafon kredit diatas Rp.25 juta sampai dengan Rp.500 juta dan KUR Penempatan TKI dengan plafon kredit maksimum Rp.25 juta. 5. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No.8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat. Menimbang pelaksanaan Program KUR Tahun 2015 yang telah berjalan sejak Agustus 2015 serta memperhatikan pencapaian target Tahun 2015 yang mencapai Rp.20 triliun, pada bulan Oktober 2015 pemerintah melalui Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah melakukan evaluasi atas pelaksanaan KUR. Pada tanggal 20 Oktober 2015 telah dilaksanakan Rapat Koordinasi Komite Kebijakan yang memutuskan adanya beberapa Relaksasi Kebijakan Program KUR Tahun Relaksasi perubahan atas pelaksanaan program KUR Tahun 2015 antara lain mengarahkan sektor yang dapat dibiayai, perluasan penerima KUR, pembiayaan investasi untuk tanaman keras, penambahan jangka waktu kredit, serta penambahan pola linkage executing. Perubahan kebijakan tersebut kemudian dituangkan dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan 16
21 Pembiayaan Bagi UMKM No.8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat yang ditetapkan tanggal 19 Oktober 2015 dan diundangkan tanggal 26 Oktober Penetapan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah No.170 Tahun 2015 tentang Bank Pelaksana dan Perusahaan Penjamin Kredit Usaha Rakyat Dalam rangka mendukung pelaksanaan program KUR, selain diterbitkannya Pedoman Pelaksanaan KUR, ditetapkan pula Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No.170 Tahun 2015 tentang Bank Pelaksana dan Perusahaan Penjamin KUR. Kepmenko No.170 Tahun 2015 ini menetapkan Bank BRI, Bank Mandiri, dan Bank BNI sebagai Bank Pelaksana KUR. Serta ditetapkan pula Perum Jamkrindo dan PT. Askrindo sebagai Perusahaan Penjamin KUR. 7. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No.188 Tahun 2015 tentang Penunjukan Penyalur dan Penjamin Kredit Usaha Rakyat. Sebagai langkah meningkatkan, memperluas, dan mempercepat pelaksanaan Program KUR Tahun 2015 serta sebagai amanah dari Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No.8 Tahun 2015, dilakukan pula penambahan Penyalur KUR yang diatur dalam Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi UMKM No.188 Tahun 2015 tentang Penetapan Penyalur KUR dan Perusahaan Penjamin KUR. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No.188 Tahun 2015 menambah Penyalur KUR yaitu : BPD Nusa Tenggara Timur dan BPD Kalimantan Barat sebagai Penyalur KUR Mikro dan KUR Ritel, serta BII Maybank dan Bank Sinar Mas sebagai Penyalur KUR Penempatan TKI. Hal tersebut merupakan salah satu outcome terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan. 8. Pembentukan Komite Privatisasi berdasarkan Surat Menko Perekonomian selaku Ketua Komite Privatisasi No. S-29.1/M.EKON/01/2015. Arahan Komite Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero) atas Program Tahunan Privatisasi (PTP) Tahun 2015 melalui Surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Privatisasi No.S-29.1/M.EKON/01/2015 tanggal 30 Januari Dalam rangka pembahasan usulan PTP Tahun 2015 untuk 4 (empat) BUMN yakni PT. Bank Mandiri, Tbk, PT. Aneka Tambang, Tbk, PT. Waskita 17
22 Karya, Tbk dan PT. Adhi Karya, Tbk., sebagaimana disampaikan Menteri BUMN melalui surat No.S-770/MBU/12/2014 tanggal 12 Desember 2014, No.S- 821/MBU/12/2014 tanggal 29 Desember 2014 dan No.S-43/MBU/1/2015 tanggal 20 Januari 2015 tentang Program Tahunan Privatisasi Tahun 2015, telah dilakukan beberapa kali rapat koordinasi yaitu : 1) Rapat Tim Pelaksana Komite Privatisasi pada tanggal 22 Desember 2015 membahas usulan PTP Tahun 2015 untuk privatisasi PT. Adhi Karya, Tbk dan PT. Waskita Karya Tbk dengan mekanisme Right Issue melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dengan menggunakan dana PMN kepada masing-masing BUMN sebesar Rp.1,4 Trilyun dan Rp.3,5 Trilyun, sehingga kepemilikan negara pada PT. Adhi Karya, Tbk dan PT. Waskita Karya Tbk tetap (tidak terdilusi). 2) Rapat Tim Pelaksana Komite Privatisasi pada tanggal 21 Januari 2015 membahas usulan PTP Tahun 2015 untuk privatisasi PT. Aneka Tambang Tbk dengan mekanisme Right Issue melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dengan menggunakan dana PMN sebesar Rp.7 Trilyun, sehingga kepemilikan negara pada PT. Antam, Tbk tetap (tidak terdilusi). 3) Rapat Tim Pelaksana Komite Privatisasi pada tanggal 27 Januari 2015 membahas usulan PTP Tahun 2015 untuk privatisasi PT. Bank Mandiri, Tbk dengan mekanisme Right Issue melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dengan menggunakan dana PMN kepada masing-masing BUMN sebesar Rp.5,6 Trilyun sehingga kepemilikan negara pada PT. Bank Mandiri, Tbk tetap (tidak terdilusi). 4) Rapat Komite Privatisasi pada tanggal 30 Januari 2015 membahas usulan PTP Tahun 2015 untuk membahas privatisasi 4 (empat) BUMN yakni PT. Bank Mandiri, Tbk, PT. Aneka Tambang, Tbk, PT. Waskita Karya, Tbk dan PT. Adhi Karya, Tbk. Berdasarkan hasil Rapat Koordinasi Komite Privatisasi tersebut, telah ditetapkan Arahan Komite Privatisasi Perusahaan Perseroan atas PTP Tahun 2015 yang dituangkan dalam Surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Privatisasi No.S-29.1/M.EKON/01/2015 tanggal 30 Januari 2015 : 1) Usulan privatisasi PT. Adhi Karya, Tbk pada prinsipnya disetujui dengan mempertahankan kepemilikan saham Pemerintah sebesar 51%. 2) Usulan privatisasi PT. Waskita Karya, Tbk pada prinsipnya disetujui dengan mempertahankan kepemilikan saham Pemerintah sebesar 67,76%. 18
23 3) Usulan privatisasi PT. Bank Mandiri, Tbk pada prinsipnya disetujui dengan mempertahankan kepemilikan saham Pemerintah sebesar 60%. 4) Usulan privatisasi PT. Aneka Tambang, Tbk pada prinsipnya disetujui dengan mempertahankan kepemilikan saham Pemerintah sebesar 65% dengan catatan memperhatikan timing, pricing dan sizing serta pelaksanaannya melaporkan terlebih dahulu kepada Komite Privatisasi. Hal tersebut merupakan salah satu outcome terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan. 9. Draft MoU tingkat menteri mengenai Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat melalui Sertifikasi Hak Atas Tanah (SHAT). Arah kebijakan reforma agraria terkait dengan pemberdayaan UMK, petani, nelayan, dan pembudi daya ikan melalui Program Percepatan Pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil, Petani, Nelayan dan Pembudidaya Ikan melalui Sertifikasi Hak Atas Tanah (SHAT) adalah melaksanakan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (landreform) yang berkeadilan dengan memperhatikan kepemilikan tanah untuk rakyat, baik tanah pertanian maupun tanah perkotaan. Masyarakat yang terkendala dengan keterbatasan asset dan akses sumber ekonomi dan produksi, diharapkan dengan program pemberdayaan lintas sektor Kementerian/ Lembaga akan mempercepat pencapaian kesejahteran masyarakat tersebut. Untuk itu diperlukan kesepakatan bersama K/L terkait dalam rangka koordinasi dan implementasi program kegiatan dengan pemberdayaan masyarakat melalui SHAT. Sasaran dari program SHAT selama 5 (lima) tahun adalah Sertifikat Hak Atas Tanah untuk meningkatkan kemampuan akses dana perbankan dan peningkatan kesejahteraan UMK sasaran melalui pemberdayaan masyarakat, disamping memberikan hak legalitas kepemilikan lahan. Program ini diharapkan mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan apabila rancangan pemberdayaan kepada penerima manfaat (Petani, Nelayan dan MBR) berjalan dengan efektif. 10. Buku Road Map Pengendalian Inflasi Nasional. Buku Roadmap pengendalian inflasi mencoba menjawab bagaimana koordinasi pengendalian inflasi dapat dilakukan dan langkah yang dapat diambil oleh pihakpihak terkait. Roadmap pengendalian Inflasi disusun berdasarkan aspek kewilayahan (pulau) sesuai karakteristik masing-masing dan juga mencakup langkah-langkah identifikasi, rekomendasi (jangka pendek dan jangka menengah) serta dukungan/ 19
24 peran Bank Indonesia, pemerintah Pusat (Kementerian/Lembaga) dan Pemerintah Daerah. Pengendalian inflasi dihadapkan pada sejumlah tantangan struktural, yaitu : (1) terbatasnya peningkatan kapasitas perekonomian domestik, (2) ketergantungan yang tinggi pada ekspor berbasis SDA dan bahan baku impor, (3) produksi pangan yang rentan terhadap gangguan pasokan, (4) inefisiensi struktur mikro pasar, (5) pemenuhan kebutuhan energi nasional yang tergantung dari impor BBM dan LPG, (6) masih lemahnya konektivitas antardaerah, dan (7) stabilitas nilai tukar rupiah. Tantangan pengendalian inflasi inti adalah dalam hal bagaimana mengelola ekspektasi inflasi yang belum mengarah ke sasaran inflasi dan stabilitas pergerakan nilai tukar. Dengan memperhatikan berbagai tantangan tersebut diperlukan extra effort yang terkooordinasi dan terencana dengan baik, serta komitmen penuh dari seluruh stakeholders, baik ditingkat pusat maupun daerah. Oleh karena itu, diperlukan acuan tunggal sebagai peta jalan (Roadmap) dalam rangka harmonisasi kebijakan dalam rangka pencapaian sasaran inflasi nasional. Buku Roadmap pengendalian inflasi terdiri dari 5 bagian, yaitu : (1) Roadmap pengendalian inflasi nasional, (2) Roadmap pengendalian inflasi wilayah Sumatera, (3) Roadmap pengendalian inflasi wilayah Jawa, (4) Roadmap pengendalian inflasi wilayah Kalimantan, dan (5) Roadmap pengendalian inflasi wilayah Sulawesi- Maluku-Papua-Bali-Nusa Tenggara. Buku Roadmap ini akan memberikan arahan bagi pengambil kebijakan pengendalian inflasi di tingkat pusat dan daerah. Sasaran Strategis 2 : Terwujudnya Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan di Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan. Analisis atas capaian indikator-indikator kinerja sasaran ini adalah sebagai berikut : 1. Surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian perihal Penyediaan Anggaran dalam APBN 2015 untuk Mendukung Program KUR di masing-masing kementerian teknis. Dalam rangka mendukung penyaluran KUR, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan dalam Pembiayaan Bagi UMKM mengeluarkan Surat No.S-229/M.EKON/11/2015 perihal Dukungan Penyaluran KUR pada tanggal 3 November Surat tersebut ditujukan kepada Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan, Menteri Pertanian, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Tenaga Kerja serta Kepala Badan Nasional 20
25 Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. Surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian tersebut merupakan hasil dari tindak lanjut arahan Presiden dalam Rapat Kabinet Terbatas tanggal 5 Oktober 2015 dan hasil Rapat Koordinasi Komite Kebijakan tanggal 20 Oktober 2015 yang mengamanahkan Kementerian Teknis untuk menetapkan kebijakan dan prioritas bidang usaha yang akan menerima KUR, melakukan pendataan UMKM binaannya, serta melakukan pembinaan dan pendampingan UMKM di sektornya. 2. Persetujuan Komite Privatisasi tentang Kepemilikan Saham Negara pada PT. Waskita Karya, (Persero) Tbk melalui Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan selaku Tim Pelaksana Komite Privatisasi No. S-28/D.I.M.EKON/05/2015 tanggal 21 Mei Persentase kepemilikan saham Negara dan Publik pada surat usulan privatisasi PT. Waskita Karya, Tbk melalui surat Menteri BUMN kepada Menko Perekonomian No.S- 770/MBU/12/2014 tanggal 12 Desember 2014 sebesar 67,76% : 32,24%. Persentase tersebut merupakan posisi akhir bulan September 2014 setelah eksekusi MESOP Tahap I Tahun 2014, namun belum memperhitungkan eksekusi MESOP Tahap II bulan November 2014 dan kemungkinan MESOP berikutnya yang dijadwalkan periode Tahun Berdasarkan perhitungan, persentase kepemilikan saham Negara setelah Right Issue dengan HMETD melalui PMN sebesar Rp Milyar, dan setelah eksekusi MESOP II dan berikutnya pada Tahun , menjadi 66,02% dan Publik sebesar 33,98%. Hal tersebut tidak sama dengan Arahan Komite Privatisasi atas Program Tahunan Privatisasi Tahun 2015 yang disampaikan melalui surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Privatisasi No.S-29.1/M.EKON/01/2015 Tanggal 30 Januari Berdasarkan Surat Menteri BUMN kepada Menko Perekonomian No.S-203/MBU/04/2015 tanggal 16 April 2015 terkait perubahan kepemilikan saham negara pada PT. Waskita Karya, Tbk, maka perlu dilakukan perubahan lembar persetujuan Komite Privatisasi atas PTP Tahun 2015 tentang Kepemilikan Saham Negara pada PT. Waskita Karya (Persero) Tbk melalui Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan selaku Ketua Tim Pelaksana Komite Privatisasi No.S-28/D.I.M.EKON/05/2015 tanggal 21 Mei Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan tersebut menindaklanjuti surat Menteri BUMN terkait perubahan kepemilikan saham negara pada PT. Waskita Karya, Tbk. Hal tersebut merupakan salah satu outcome terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan. 21
26 3. Persetujuan Komite Privatisasi tentang Penyesuaian Batas Maksimum Jumlah Saham yang dilepas dari Portepel pada PT. Adhi Karya, (Persero) Tbk melalui Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan selaku Tim Pelaksana Komite Privatisasi No.S-41/D.I.M.EKON/07/2015 tanggal 27 Juli Berdasarkan surat Menteri BUMN kepada Menko Perekonomian selaku Ketua Komite Privatisasi Nomor: S-377/MBU/06/2015, tanggal 29 Juni 2015, menyampaikan perlu penyesuaian jumlah saham yang dilepas dari portepel pada right issue PT. Adhi Karya, Tbk. Hal ini karena terjadinya penurunan Indeks Harga Saham Gabungan yang berdampak langsung pada penurunan harga saham PT. Adhi Karya sebesar 29,7% (dari Rp menjadi Rp per saham) yang akan mempengaruhi jumlah saham baru yang dilepas dari portepel. Mempertimbangkan kondisi pasar yang sedang melemah, dan dalam rangka memberikan keleluasaan dan fleksibilitas bagi manajemen PT. Adhi Karya dalam mengeksekusi program right issue, maka perlu dilakukan penyesuaian batas maksimal jumlah saham portepel yang akan dilepas dengan tetap mempertahankan kepemilikan Pemerintah sebesar 51% dan untuk mendapatkan perkiraan hasil privatisasi PT. Adhi Karya, Tbk sebesar Rp. 2,7 T. Dengan demikian batas maksimum jumlah saham dilepas dari Portepel untuk privatisasi PT. Adhi Karya, Tbk yang semula ditetapkan dalam Arahan Komite Privatisasi sebesar maksimal 30% diubah menjadi maksimal 50% dengan asumsi harga saham sekitar Rp per lembar saham. Dalam rangka memberikan keleluasaan dan fleksibilitas bagi manajemen PT. Adhi Karya dalam mengeksekusi program right issue, maka perlu dilakukan penyesuaian batas maksimal jumlah saham portepel yang akan dilepas dengan tetap mempertahankan kepemilikan Pemerintah melalui Persetujuan Komite Privatisasi tentang Penyesuaian Batas Maksimum Jumlah Saham Yang Dilepas dari Portepel pada PT. Adhi Karya, (Persero) Tbk melalui Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan selaku Ketua Tim Pelaksana Komite Privatisasi No.S-41/D.I.M.EKON/07/2015 tanggal 27 Juli Persetujuan Komite Privatisasi tentang Penyesuaian Batas Maksimum Jumlah Saham yang dilepas dari Portepel dalam rangka Right Issue pada PT. Aneka Tambang, Tbk melalui Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan selaku Tim Pelaksana Komite Privatisasi No.S-40/D.I.M.EKON/07/2015 tanggal 22 Juli Berdasarkan surat Menteri BUMN kepada Menko Perekonomian selaku Ketua Komite Privatisasi Nomor: S-377/MBU/06/2015, tanggal 29 Juni 2015, menyampaikan 22
27 perlu penyesuaian jumlah saham yang dilepas dari portepel pada right issue PT. Antam, Tbk. Hal ini karena terjadinya penurunan Indeks Harga Saham Gabungan yang berdampak langsung pada penurunan harga saham PT. Antam, Tbk sebesar 31,34% (dari Rp menjadi Rp. 745 per lembar saham) yang akan mempengaruhi jumlah saham baru yang dilepas dari portepel. Mempertimbangkan kondisi pasar yang sedang melemah, dan dalam rangka memberikan keleluasaan dan fleksibilitas bagi manajemen PT. Antam, Tbk dalam mengeksekusi program right issue, maka perlu dilakukan penyesuaian batas maksimal jumlah saham portepel yang akan dilepas dengan tetap mempertahankan kepemilikan Pemerintah sebesar 65% dan untuk mendapatkan perkiraan hasil privatisasi PT. Antam, Tbk sebesar Rp.5,38T. Dengan demikian batas maksimum jumlah saham dilepas dari Portepel untuk privatisasi PT. Antam, Tbk yang semula ditetapkan dalam Arahan Komite Privatisasi sebesar maksimal 50,94% dengan asumsi PMN sebesar 7 T diubah dengan PMN sebesar Rp. 5,38 T sebagaimana yang disetujui DPR RI. Dalam rangka memberikan keleluasaan dan fleksibilitas bagi manajemen PT. Antam dalam mengeksekusi program right issue, maka perlu dilakukan penyesuaian batas maksimal jumlah saham portepel yang akan dilepas dengan tetap mempertahankan kepemilikan Pemerintah melalui Persetujuan Komite Privatisasi tentang Penyesuaian Batas Maksimum Jumlah Saham Yang Dilepas dari Portepel dalam rangka Right issue PT. Aneka Tambang, Tbk melalui Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan selaku Ketua Tim Pelaksana Komite Privatisasi No.S-184/D.I.M.EKON/08/ 2015 tanggal 11 Agustus 2015 perihal Penyesuaian Batas Maksimum Jumlah Saham Yang Dilepas dari Portepel pada C. 5. Penyusunan Daftar Inventaris Masalah MoU Pemberdayaan UMK, Petani, Nelayan, dan Masyarakat Berpenghasilan Rendah di daerah melalui Sertifikasi Hak Atas Tanah (SHAT) Pemberdayaan UMK, Petani, Nelayan, dan Masyarakat Berpenghasilan Rendah melalui Lintas Sektor SHAT merupakan bagian terpadu mendukung Program Prioritas Kabinet Kerja terkait Nawa Cita Ke-5 melalui Program Sertifikasi Kepemilikan Tanah 9 Juta Bidang secara bertahap selama Kementerian ATR/BPN dalam Program Nasional Agraria (Prona) membagi kegiatan sertifikasi menjadi dua bagian yaitu sertifikasi pelepasan kawasan hutan +4,5 juta bidang dan sertifikasi lahan yang dimiliki masyarakat +4,5 juta bidang. 23
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Unit : Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan SS Indikator Target 2015 Terwujudnya koordinasi
Lebih terperinciLaporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI MAKRO DAN KEUANGAN RINGKASAN EKSEKUTIF Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi
Lebih terperinciTingkat Kementerian dan Eselon I
Tingkat Kementerian dan Eselon I IKU KEMENTERIAN 1 Presentase Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian Yang Terimplementasi Definisi : Implementasi program-program koordinasi dan sinkronisasi kebijakan
Lebih terperinciManual Indikator Kinerja Utama. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Manual Indikator Kinerja Utama 2016 Kumpulan manual Indikator Kinerja Utama teriri dari IKU tingkat Kementerian dan Unit Eselon I di Lingkungan Kementerian Koordinator
Lebih terperinciManual Indikator Kinerja Utama
2017 Manual Indikator Kinerja Utama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Indikator kinerja Target 2017 Ket Menjaga Target Indikator Pembangunan Bidang Ekonomi : 1. Pertumbuhan Ekonomi (%) 2. PDB
Lebih terperinciB. VISI : Terwujudnya Lembaga Koordinasi dan Sinkronisasi Pembangunan Ekonomi Yang Efektif dan Berkelanjutan
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : A. KEMENTRIAN : () KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS
REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN
Lebih terperinciLaporan Capaian Target Indikator Kinerja Utama Semester II Tahun Kedeputian Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan
Laporan Capaian Target Indikator Utama Semester II Tahun Kedeputian Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Unit : Deputi Bidang Koordinasi Makro dan Keuangan SS Indikator Target Terwujudnya koordinasi
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP
KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN NOMOR 74/DPD RI/IV/2012 2013 PERTIMBANGAN TERHADAP KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL SERTA DANA TRANSFER DAERAH DALAM RANCANGAN UNDANG-UNDANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciL A P O R A N K I N E R J A
L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciBUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,
1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinci2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2017 PEMERINTAHAN. Pembangunan. Nasional. Perencanaan. Penganggaran. Sinkronisasi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6056) PERATURAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciRencana Kerja Tahun 2017
Rencana Kerja Tahun Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian FORMULIR PENJELASAN UMUM RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN. Kementrian/Lembaga : KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG
Lebih terperinciBerdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)
Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN III TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA TAHUN 2015
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN KINERJA TAHUN 2015 DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KOPERASI DAN UKM Jl. Medan Merdeka Barat No.7, Jakarta Pusat
Lebih terperinciRANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 Oleh: H. Paskah Suzetta Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Disampaikan pada Rapat Koordinasi Pembangunan Tingkat Pusat (Rakorbangpus) untuk RKP 2010 Jakarta,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciRancangan Program/Kegiatan Prioritas Deputi Bidang Pembiayaan Tahun 2017
KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Rancangan Program/Kegiatan Prioritas Deputi Bidang Pembiayaan Tahun 2017 Oleh : Ir. Braman Setyo, M.Si Deputi Bidang Pembiayaan Bali,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM
Lebih terperinciBerdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)
Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN IV TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator
Lebih terperinciBerdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)
Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN I TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator
Lebih terperinciBADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR 4
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR : SP DIPA-041.01-0/2015 A. DASAR HUKUM : 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Lebih terperinciJakarta, 10 Maret 2011
SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman.
No.418, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168 /PMK.07/2009 TENTANG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN, PENGAJUAN USULAN, PENILAIAN,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENYUSUNAN, PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNJAWABAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA SERTA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciLaporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR BKPM menyusun laporan pertanggung jawaban kinerja dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Tahun 2011 mengacu pada Instruksi Presiden RI Nomor 7
Lebih terperinciL A P O R A N K I N E R J A
L A P O R A N K I N E R J A 2 014 Asisten Deputi Bidang Pendidikan, Agama, Kesehatan, dan Kependudukan Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 Kata Pengantar Dengan
Lebih terperinciRENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018
RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 BIRO PENGEMBANGAN PRODUKSI DAERAH SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perumusan masalah menjelaskan mengenai butir-butir permasalahan yang akan
BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini diuraikan perihal mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Latar belakang
Lebih terperinciRancangan Peraturan per-uu-an Baru Rancangan perubahan Peraturan Perundangan
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sesuai Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2015 mempunyai tugas koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian kebijakan di bidang perekonomian. Adapun keluaran Kemenko
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012
[Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan
Lebih terperinciMenyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi
Diskusi Dwi Bulanan INDEF Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi Selasa, 20 Mei 2014 INDEF 1 Diskusi Dwi Bulanan INDEF Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PAKET KEBIJAKAN EKONOMI MENJELANG DAN SESUDAH BERAKHIRNYA PROGRAM KERJASAMA DENGAN INTERNATIONAL MONETARY FUND PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinci2011, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nom
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.761, 2011 BAPPENAS. Prosedur Kegiatan. Biaya Luar Negeri. Hibah. PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Lebih terperinciNARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas
NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu mendorong percepatan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN, PENGAJUAN USULAN, PENILAIAN, PEMANTAUAN,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Negara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya,
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Negara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya, hampir tidak satupun aspek kehidupan masyarakat yang tidak tersentuh atau dipengaruhi oleh negara.
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Pada bagian perumusan isu strategi berdasarkan tugas dan fungsi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan mengemukakan beberapa isu strategis
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciBiro Perencanaan KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN Melalui Buku Pegangan yang diterbitkan setiap tahun ini, semua pihak yang berkepentingan diharapkan dapat memperoleh gambaran umum tentang proses penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciLAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGELOLAAN ENERGI, SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN ANGGARAN 2015
LAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGELOLAAN ENERGI, SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN ANGGARAN 2015 BAB I SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB I. SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. SIMPULAN
Lebih terperinciWALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON
WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang
Lebih terperinciKREDIT USAHA RAKYAT. Disampaikan dalam Pembukaan Pembekalan PPB MU KP Tahun 2017 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI
KREDIT USAHA RAKYAT Disampaikan dalam Pembukaan Pembekalan PPB MU KP Tahun 2017 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI Jakarta, 6 Februari 2017 I. Evaluasi Pelaksanaan KUR 2016 A. KINERJA PENYALURAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM
Lebih terperinciB. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 216 A. KEMENTRIAN : (19) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
Lebih terperinciBAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM
BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF. Hasil Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial 2018
RINGKASAN EKSEKUTIF Hasil Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial 2018 Percepatan Penyelenggaraan Informasi Geospasial untuk Mendukung Prioritas Pembangunan Nasional Berkelanjutan Jakarta, 21 Maret
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciRAPAT KOORDINASI MONITORING PELAKSANAAN ANGGARAN TAHUN Ruang Rapat Menko Jumat, 29 Juli 2016
RAPAT MONITORING PELAKSANAAN ANGGARAN TAHUN 2016 Ruang Rapat Menko Jumat, 29 Juli 2016 Agenda Pagu dan Realisasi s.d. 29 Juli 2016 Upaya pengoptimalan Capaian Realisasi Anggaran dan Kinerja Tahun 2016
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciPERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2017
PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Tahun Anggaran 2017 Tahun Anggaran 2017 PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2017 I. PENDAHULUAN Sebagaimana diamanatkan di dalam
Lebih terperinciBUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 40 TAHUN 2006 (40/2006) TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 40 TAHUN 2006 (40/2006) TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L
No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGANGGARAN SEKTOR PERTANIAN
KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN KEBIJAKAN PENGANGGARAN SEKTOR PERTANIAN Jakarta, 12 Mei 2015 1 OUTLINE A. DASAR HUKUM B. PEMBAGIAN KEWENANGAN DALAM PENGELOLAAN NEGARA C. SIKLUS PENYUSUNAN
Lebih terperinciPERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011
PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011 1 Peran UMKMK Jumlah pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebanyak 51,3 juta unit usaha UMKM menyerap tenaga
Lebih terperinciKUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2015
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2015 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran dan kontribusi yang penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu menyediakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Satuan Perangkat Kerja Daerah (Renja SKPD) merupakan dokumen perencanaan resmi SKPD yang dipersyaratkan untuk mengarahkan pelayanan publik Satuan Kerja
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinci- 1 - BAB I PENDAHULUAN
- 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 94 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Pengawasan Intern pemerintah merupakan unsur manajemen yang penting dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai pelaksana pengawasan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN PINJAMAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR KEPADA PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TIMUR Tbk DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN
MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN p PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciPEDOMAN PENYUSUNAN PK BPS
PEDOMAN PENYUSUNAN PK BPS BADAN PUSAT STATISTIK 2012 D A F T A R I S I hal Daftar Isi i Bab I Pendahuluan A Latar Belakang 1 B Pengertian 2 C Tujuan Penetapan Kinerja 2 D Ruang Lingkup Penetapan Kinerja
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis
Lebih terperinciNOTA DINAS KP.06. Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian Rp Rp Rp
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT BIRO UMUM Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Telepon 021-3521974: Faksimile 021-3521985 Nomor : ND- NOTA DINAS /SET.M.EKON.3.3/08/2014
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : KEP-22/M.
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : KEP-22/M.EKON/10/2009 TENTANG KOMITE KEBIJAKAN PENJAMINAN KREDIT/PEMBIAYAAN KEPADA USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH, DAN KOPERASI MENTERI KOORDINATOR
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RPJMN 2010-2014 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009
KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 Â Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak 2008 lalu telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor perekonomian, misalnya
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP)
LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) ASISTEN DEPUTI BIDANG MATERI PERSIDANGAN 2014 KATA PENGANTAR Dalam rangka melaksanakan amanah Inpres Nomor 7 Tahun 1999, Asisten Deputi Bidang Materi
Lebih terperinciBUKU KUMPULAN PERATURAN TAHUN 2016 KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) K R E D I T U S A H A R A K Y A T KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Buku ini berisi kumpulan Peraturan yang dikeluarkan oleh Komite Kebijakan dalam rangka relaksasi kebijakan terkait Program Kredit Usaha Rakyat Tahun 2016. Peraturan-peraturan dalam buku ini menjadi landasan
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN KINERJA
BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RPJMD PROVINSI JAWA TENGAH Sebagai upaya mewujudkan suatu dokumen perencanaan pembangunan sebagai satu kesatuan yang utuh dengan sistem perencanaan pembangunan nasional, maka
Lebih terperinciTEMA OPTIMALIASI ANGGARAN PEMBANGUNAN KOPERASI DAN UMKM SECARA EFEKTIF DAN EFISIEN
POKOK KESIMPULAN RAPAT REGIONAL BIDANG PEMBANGUNAN KOPERASI DAN UMKM TAHUN 2016 WILAYAH III TEMA OPTIMALIASI ANGGARAN PEMBANGUNAN KOPERASI DAN UMKM SECARA EFEKTIF DAN EFISIEN Provinsi Bali, Nusa Tenggara
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL,
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN
MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERJANJIAN KINERJA DAN INDIKATOR KINERJA
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
1. Latar Belakang I.PENDAHULUAN Indonesia adalah negara dengan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Petani di Indonesia terdiri dari bermacam-macam jenis, antara lain petani perkebunan,
Lebih terperinciRENCANA DAN KEBIJAKAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RENCANA DAN KEBIJAKAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA Disampaikan oleh: Direktur Pembiayaan dan Kapasitas Daerah Dr. Ahmad Yani, S.H., Akt., M.M., CA. MUSRENBANG
Lebih terperinciRingkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia
Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 189/PMK.05/2010 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 189/PMK.05/2010 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 135/PMK.05/2008 TENTANG FASILITAS PENJAMINAN
Lebih terperinciDisampaikan pada acara : Rapat Koordinasi Nasional Pemberdayaan KUMKM Tahun 2014
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Disampaikan pada acara : Rapat Koordinasi Nasional Pemberdayaan KUMKM Tahun 2014 Deputi Menteri Bidang Produksi Jakarta, Desember 2014
Lebih terperinciKEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN III TAHUN 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN III TAHUN 2016 PEMANTAUAN KEGIATAN Triwulan III Tahun 2016 Kode dan Nama Unit Organisasi Kode Dan Nama Program
Lebih terperinciKEBIJAKAN EKONOMI PADA MASA PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO (SBY) DAN JUSUF KALLA TAHUN
KEBIJAKAN EKONOMI PADA MASA PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO (SBY) DAN JUSUF KALLA TAHUN 2004-2009 Agenda utama dalam bidang ekonomi yang telah ditetapkan oleh Pemerintahan SBY - Kalla bertujuan untuk
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinci