HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN SPO PEMASANGAN INFUS OLEH PERAWAT PELAKSANA DI IRNA C NON BEDAH (PENYAKIT DALAM) RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2010
|
|
- Farida Cahyadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN SPO PEMASANGAN INFUS OLEH PERAWAT PELAKSANA DI IRNA C NON BEDAH (PENYAKIT DALAM) RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2010 M. Ilhamdi Rusydi*, Nova Fridalni**, Yani Nurman ABSTRAK Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti ditempat penelitian, didapatkan data rata-rata pemasangan infus mencapai 15 tindakan perhari. Ini tindakan paling sering dibandingkan tindakan keperawatan yang lain. Perawat pelaksana memiliki motivasi yang tinggi namun dalam pelaksanaan pemasangan infus tidak sesuai dengan SPO yang ditetapkan rumah sakit. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Motivasi dengan SPO Pemasangan Infus oleh Perawat Pelaksana Di IRNA C Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP. DR. M. Djamil Padang Tahun Desain penelitian ini bersifat Deskriptif Korelasi dengan pendekatan Cross Sectional, dengan jumlah responden 23 orang. Penelitian ini dilakukan di RSUP. DR. M. Djamil IRNA C Non bedah (Penyakit Dalam), kemudian data diolah dengan analisa uniavariat dan bivariat dengan cara manual. Hasil penelitian adalah, menunjukkan 11 orang (55%) Perawat Pelaksana di IRNA C HCU Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP. DR. M. Djamil Padang memiliki motivasi tinggi dan sebagian besar 17 orang (85%) Perawat Pelaksana di IRNA C HCU Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP. DR. M. Djamil Padang melakukan pemasangan infus tidak sesuai dengan SPO Pemasangan Infus di RSUP. DR. M. Djamil Padang. Didapatkan tidak adanya hubungan antara motivasi yang tinggi dengan pemasangan infus sesuai dengan SPO. Dari hasil penelitian, menurut analisa peneliti perawat pelaksana memiliki motivasi tinggi untuk bekerja tetapi sebagian besar melakukan pemasangan infus tidak sesuai dengan SPO. Jumlah perawat pelaksana pada tiap shiftnya juga mempengaruhi pemasangan infus tidak sesuai dengan SPO. Misalnya pada shift siang dan malam, rata-rata perawat yang dinas berjumlah 3-4 perawat pelaksana, sedangkan jumlah klien dapat mencapai orang. Serta banyak faktor lain yang mempengaruhi seperti gaji yang rendah dan keterampilan perawat pelaksana. Kata Kunci : Motivasi, Standar Prosedur Operasional, Perawat M. Ilhamdi Rusydi * Nova Fridalni ** Dosen Universitas Andalas Padang * Dosen STIKES MERCUBAKTIJAYA Padang ** Alamat Korespondensi STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang Jl. Jamal Jamil Pondok Kopi Siteba Padang Telp
2 PENDAHULUAN Pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan baik ditatanan Rumah Sakit, Puskesmas maupun unit unit pelayanan lainnya. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dirumah sakit merupakan bentuk pelayanan profesional yang bertujuan untuk membantu pasien dalam pemulihan dan peningkatan kemampuan dirinya melalui tindakan pemenuhan kebutuhan dasar pasien secara komprehensif dan berkesinambungan sampai pasien itu mampu untuk melakukan rutinitasnya sendiri tanpa bantuan. Peran ini mengharuskan perawat memiliki kontak paling lama dengan pasien. Pelayanan dan asuhan keperawatan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap pencapaian efisiensi, kualitas, dan citra rumah sakit. (Ulaen, 2008). Asuhan keperawatan profesional diberikan kepada pasien oleh tenaga keperawatan yang memiliki kewenangan dan kompetensi yang telah ditetapkan oleh profesi berupa standar keperawatan. Standar keperawatan menyatakan bahwa asuhan keperawatan harus berlandaskan ilmu pengetahuan, prinsip, dan teori keperawatan serta keterampilan yang sesuai dengan kompetensi dan kewenangan yang diemban perawat tersebut. Asuhan keperawatan yang bermutu dapat dicapai jika pelaksaan asuhan keperawatan sesuai standar keperawatan (Ulaen, 2008). Pada dasarnya yang dijadikan acuan dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan adalah dengan menggunakan standar praktek keperawatan. Standar praktek ini menjadi pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar praktek keperawatan adalah pernyataan tentang apa yang dibutuhkan oleh Registered Ners untuk dijalankan sebagaiprofesional keperawatan. Secara umum, standar ini mencerminkan nilai profesi keperawatan dan memperjelas apa yang diharapkan profesi keperawatan dari para anggotanya (Suza, 2003). Dua kategori standar keperawatan yang diterima secara umum adalah standar asuhan dan standar praktek. Standar asuhan meliputi prosedur dan rencana asuhan. Standar praktek meliputi kebijakan, uraian tugas, dan standar kinerja. Standar praktek menuntun perawat dalam melaksanakan perawatan kepada pasien. Standar praktek keperawatan di Indonesia memuat asuhan keperawatan. Pada standar asuhan keperawatan terdapat di dalamnya intervensi keperawatan. Ia juga menetapkan level kinerja yang perlu diperlihatkan oleh perawat untuk memastikan bahwa standar asuhan akan dicapai dan menggambarkan defenisi institusi tentang apa yang dapat dilakukan oleh perawat (Suza, 2003). Rumah sakit sebagai salah satu bentuk organisasi pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan yang komperehensif mencakup aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif bagi seluruh lapisan masyarakat, seringkali mengalami permasalahan yang menyangkut tentang ketidakpuasan masyarakat terhadap mutu pelayanan rumah sakit yang dianggap kurang memadai atau memuaskan. Salah satu tantangan terbesar dalam pelayanan di rumah sakit adalah terpenuhinya harapan masyarakat akan mutu rumah sakit. Pelayanan keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan profesional, merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Di sisi lain yakni sebagai salah satu faktor penentu baik buruknya mutu dan citra rumah sakit.
3 Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan tidak bisa lepas dari upaya peningkatan mutu keperawatan. Oleh sebab itu perawat sebagai tim pelayanan kesehatan yang terbesar dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Mutu pelayanan di rumah sakit ditinjau dari sisi keperawatan meliputi aspek jumlah dan kemampuan tenaga profesional, motivasi kerja, dana, sarana dan perlengkapan penunjang, manajemen rumah sakit yang perlu disempurnakan dan disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Yusuf, 2006). Motivasi penting karena diharapkan dengan motivasi setiap tenaga kerja mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja tinggi.munandar (1985) mengatakan bahwa motivasi kerja adalah besar kecilnya usaha yang diberikan seseorang untuk melakukan tugas pekerjaannya. Hasil dari usaha ini tampak dalam bentuk penampilan kerja seseorang yang merupakan hasil interaksi atau fungsinya motivasi, kemampuan dan persepsi pada diri seseorang. Dari dasar teori di atas menunjukkan bahwa setiap organisasi harus mempertahankan motivasi kerja dari tenaga kerjanya, karena motivasi kerja berpengaruh pada penampilan kerja. Standar adalah kinerja yang diinginkan dan dapat dicapai dimana kinerja aktual dapat dibandingkan. Kinerja seorang perawat dapat dilihat dari mutu asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja telah dikemukakan oleh James L. Gibson, Sedarmayanti dan Yasli Ilyas. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan faktor motivasi dalam melihat hubungannya dengan pelaksanaan Standar Prosedur Operasional (SPO) pemasangan infus di RSUP.DR.M.Djamil Padang. Pada ruang Non Bedah Non Bedah (Penyakit Dalam), diperkirakan 20-25% pasien memerlukan terapi infuse. Pemasangan infus merupakan salah satu intervensi keperawatan kolaborasi dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam makan dan minum. Intervensi keperawatan yang diberikan di rumah sakit ditetapkan dalam bentuk standar prosedur operasional atau SPO. Rumah Sakit Umum Pusat atau RSUP.DR.M.Djamil Padang adalah rumah sakit rujukan untuk daerah Sumatera Barat. Rumah sakit ini telah terakredutasi B Pendidikan sehingga standar operasional prosedur diubah menjadi standar prosedur operasional yang selanjutnya disebut SPO. Standar Prosedur Operasional mulai berlaku awal tahun RSUP.DR.M.Djamil telah memberlakukan buku standar asuhan keperawatan berdasarkankeputusan Direktur RSUP.DR.M.Djamil Padang Nomor :OT , salah satunya adalah standar prosedur operasional pemasangan infus.(lumenta 2001) Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya komplikasi pemasangan infus adalah faktor petugas, yaitu petugas kesehatan yang bekerja tidak sesuai dengan prinsip aseptic dan antiseptik, tidak ditaati prosedur kerja yang berlaku pada unit perawatan dan penggunaan alat-alat kesehatan yang berlaku pada unit perawatan dan penggunaan alat-alat kesehatan yang tidak memenuhi standar strerilisasi (Sugihartono, 2008). Penelitian klinis menyebutkan bahwa infeksi nosokomial terutama disebabkan infeksi jarum infus. Komplikasi kanulasi intravena ini dapat berupa gangguan mekanis, fisis, dan kimiawi. Infeksi nosokomial mempunyai angka kejadian 2-12% (rata-rata 5%) disemua penderita yang di rawat dirumah
4 sakit. Di IRNA C Non Bedah Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP. DR. M. Djamil Padang infeksi nosokomial (flebitis) pada tahun 2009, yaitu 17 (tujuh belas) kejadian dari 6484 pemasangan infus pada pasien rawat inap. Dari data yang didapatkan oleh peneliti dari perawat IRNA C HCU Non Bedah Non Bedah (Penyakit Dalam) didapatkan data rata-rata pemasangan infus perharinya mencapai 15 tindakan, dibanding dengan tindakan perawat lain, NGT dan Kateter hanya mencapai 10 tindakan dan untuk tindakan perawat yang lain tidak begitu banyak melakukan tindakannya. Di IRNA C Non Bedah Non Bedah (Penyakit Dalam) terdiri dari 5 ruangan rawat inap: HCU, Kelas 1, Petri, Interne Pria dan Interne wanita. Berdasarkan data yang didapatkan dari pihak perawat di IRNA C, pemasangan infus yang paling banyak dilakukan adalah pada ruangan HCU, karena di IRNA tersebut pasien yang dirawat sering gelisah, yang menyebabkan sering terlepasnya infus, maka dari itulah pelaksanaan pemasangan infus diruangan tersebut sering dilakukan. Dan dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian adalah diruangan HCU IRNA C Non Bedah Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP.DR. M.Djamil Padang. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan pokok permasalahan tentang hubungan motivasi dengan pelaksanaan standar prosedur operasional (SPO) pemasangan infus oleh perawat pelaksana di IRNA C RSUP. DR. M. Djamil Padang. Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan motivasi dengan pelaksanaan Standar Prosedur Operasional (SPO) Pemasangan infus oleh perawat pelaksana di IRNA C HCU Non Bedah Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP.DR.M.Djamil Padang. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi bersifat cross sectional,yaitu : memberikan gambaran tentang motivasi dengan pelaksaan Standar Prosedur Operasional (SPO) pemasangan infus oleh perawat pelaksana. Penelitian ini dilakukan di IRNA C Non Bedah (Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP. DR. M. Djamil Padang yaitu, IRNA High Care Unit/HCU. Penelitian ini dilakukan pada 8 April s/d 17 April Populasi penelitian ini adalah semua perawat pelaksana di IRNA C HCU Non Bedah Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP. DR. M. Djamil Padang sedangkan Sampel dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana di HCU IRNA C Non Bedah Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP. DR. M. Djamil Padang, yang berjumlah 20 orang, dengan kriteria 1) Bersedia menjadi responden 2) Responden dengan latar belakang pendidikan D III Keperawatan 3) Melakukan tindakan pemasangan infus ketika penelitian dilakukan 4) Ada pada saat penelitian Teknik pengumpulan data yaitu dengan membagikan kuesioner pada perawat pelaksana di IRNA C HCU Non Bedah Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP. DR. M. Djamil Padang sesuai dengan jumlah sampel yang diinginkan, kemudian dikumpulkan, diperiksa untuk selanjutnya dilakukan pengolahan data. Observasi dilakukan peneliti dipandu dengan lembar observasi Standar Prosedur
5 Operasional pemasangan infus yang dikeluarkan oleh di IRNA C Non Bedah Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP. DR. M. Djamil Padang. Pengolahan data mengunakan langkah-langkah yaitu pemeriksaan data, pengkodean, memasukkan data ke dalam master table, membersihkan data dari kesalahan dan mengelompokkan data dalam bentuk tabel. Analisa data di lakukan dengan analisa univariat terhadap variable motivasi dan pelaksanaan SPO pemasangan infuse yang di sajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Sedangkan Analisa Bivariat dilakukan dengan uji chi-square yang akan melihat hubungan motivasi dengan SPO pemasangan infuse dengan batas kemaknaan α = 0,05 dan derajat kepercayaan 95% HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di IRNA C HCU Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP. DR. M. Djamil Padang yang telah dilakukan pada tanggal 8 sampai dengan 17 april 2010 dengan jumlah responden 20 orang perawat pelaksana. Adapun hasil dari penelitian adalah : 1. Gambaran Motivasi Kerja Perawat Tabel 1 Distribusi Frekuensi Motivasi Perawat Pelaksana di IRNA C HCU Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP. DR. M. Djamil Padang Tahun 2010 Motivasi Tinggi Sedang rendah Jumlah f % Tabel 1 di atas menunjukkan11 orang (55%) Perawat Pelaksana di IRNA C HCU Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP. DR. M. Djamil Padang memiliki motivasi tinggi. Ini menandakan bahwa perawat tersebut memiliki motivasi dari dalam dirinya, pemberian penghargaan terhadap hasil kerja dan kenaikan gaji dapat memotivasi kerja perawat. Menurut analisa peneliti hal ini disebabkan karena penghargaan terhadap hasil kerja perawat oleh pimpinan yang dapat meningkatkan motivasi perawat dalam bekerja. Faktor yang lain adalah faktor kepuasan, motivator atau faktor instrinsik. Faktor ini meliputi pencapaian, pengakuan, tanggung jawab, kemajuan, pekerjaan itu sendiri, dan potensi untuk berkembang. Faktor ini menciptakan motivasi yang tinggi. 2. Pelaksanaan Standar Prosedur Operasional pemasangan Infus
6 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan SPO Pemasangan Infus Oleh Perawat Pelaksana Di IRNA C HCU Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP. DR. M. Djamil Padang Tahun 2010 Pelaksanaan SPO pemasangan infus Sesuai Tidak sesuai Jumlah f % Tabel 2 di atas menunjukkan lebih dari sebagian besar 17 orang (85%) Perawat Pelaksana di IRNA C HCU Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP. DR. M. Djamil Padang melakukan pemasangan infus tidak sesuai dengan SPO Pemasangan Infus di RSUP. DR. M. Djamil Padang. Kebanyakan dari langkahlangkah SPO yang sering ditinggalkan oleh perawat pelaksana tidak merugikan klien. Perawat lebih memilih untuk mencari alternative yang cepat, seperti mengganti tourniquet dengan menggenggam menggunakan tangan perawat lain (jika sedang berdua). kapas alkohol tidak dalam wadah melainkan hanya digenggam, tidak membawa gunting, tidak menggunakan sarung tangan bersih, tidak membawa bengkok, dan tidak mencuci tangan sebelum melakukan pemasangan infus hanya setelah selesai tindakan mencuci tangan. Menurut analisa peneliti langkahlangkah dalam SPO harus digunakan dalam ruang HCU, namun karena tingkat kerja yang cepat, tingkat beban kerja yang tinggi dan jumlah perawat pelaksana yang tidak mencukupi pershiftnya juga mempengaruhi perawat pelaksana untuk bekerja tidak sesuai dengan SPO yang ada. Dalam kondisi yang demikian maka sulit untuk mengharapkan kinerja yang maksimal. Apalagi bila dilihat dari rasio perawat dan pasien, dalam satu shift hanya ada 2-3 perawat yang jaga sedangkan pasien ada per bangsal jelas tidak proporsional(yusuf,2006). 3 Hubungan Motivasi Dengan Pelaksanaan (SPO) Pemasangan Infus oleh Perawat Pelaksana Dan langkah-langkah lain yang sering ditinggalkan perawat pelaksana antara lain: tidak memakai perlak pengalas,
7 Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hubungan Motivasi Dengan Pelaksanaan SPO Pemasangan Infus Oleh Perawat Pelaksanan Di IRNA C HCU Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP. DR. M. Djamil Padang Tahun 2010 Pelaksanaan SPO Pemasangan Infus Total Motivasi Sesuai Tidak Sesuai F % F % F % Tinggi Sedang Rendah Jumlah X² hitung = 2,41 df = 2 X 2 tabel = 5,991 Tabel 3 menunjukkan dari 11 perawat pelaksana yang mempunyai motivasi tinggi 9 (45%) perawat pelaksana melakukan pemasangan infus tidak sesuai dengan SPO Pemasangan Infus di RSUP. DR. M. Djamil Padang, dan 2 (10%) perawat pelaksana melakukan pemasangan infus sesuai dengan SPO Pemasangan Infus di RSUP. DR. M. Djamil Padang. Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara Motivasi dengan Pelaksanaan SPO Pemasangan Infus Oleh Perawat Pelaksana Di IRNA C HCU Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP. DR. M. Djamil Padang, dimana didapat nilai X² hitung = 2.41 < X² tabel = 5,991. Yang artinya motivasi yang tinggi belum tentu membuat perawat pelaksana melakukan tindakan pemasangan infus sesuai prosedur. Sebab ada hal lain yang lebih mempengaruhi tindakan pemasangan infus yang sesuai prosedur. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dan kinerja menurut James L. Gibson (1987) dalam Ilyas (2002) yaitu variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis. Variabel individu meliputi : kemampuan dan keterampilan, latar belakang keluarga, serta demografis. Variabel organisasi meliputi : sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, desain pekerjaan serta variabel psikologis meliputi : persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Menurut analisa peneliti perawat pelaksana memiliki motivasi tinggi untuk bekerja tetapi sebagian besar melakukan pemasangan infus tidak sesuai dengan SPO. Jumlah perawat pelaksana pada tiap shiftnya juga mempengaruhi pemasangan infus tidak sesuai dengan SPO. Misalnya pada shift siang dan malam, rata-rata perawat yang dinas berjumlah 3-4 perawat pelaksana, sedangkan jumlah klien dapat mencapai orang. Serta banyak faktor lain yang mempengaruhi seperti gaji yang rendah dan keterampilan perawat pelaksana. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan diatas yang berkaitan dengan Penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebagian perawat memiliki motivasi tinggi. 2. Sebagian besar perawat melaksanakan pemasangan infuse sesuai SPO
8 3. Tidak adanya hubungan yang bermakna antara motivasi yang tinggi dengan pelaksaan pemasangan infus sesuai SPO. Dari uraian diatas, penulis dapat memberikan sedikit saran berdasarkan pikiran, logika serta pengetahuan yang sederhana dan terbatas, sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti Agar peneliti dapat menambah Pengetahuan, Pengalaman dan meningkatkan kemampuan Peneliti tentang Hubungan Motivasi dengan Pelaksanaa Pemasangan Infus Sesuai Dengan SPO. 2. Bagi Institusi Tempat Penelitian Sebagai bahan masukan dengan diketahuinya Hubungan Motivasi dengan Pelaksanaan Pemasangan Infus Sesuai Dengan SPO dan perlu dilakukan beberapa perubahan terhadap susunan SPO tersebut agar sesuai dengan keadaan di ruang rawat inap HCU (Emergency) tersebut dan diharapkan institusi terkait melengkapi peralatan pemasangan infus. 3. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai masukan atau perbandingan dalam ilmu keperawatan anak dan menambah Ilmu Pengetahuan diharapkan sebagai bahan pertimbangan agar penelitian ini dilanjutkan oleh mahasiswa program S1 Keperawatan SPO Untuk Rumah Sakit. Padang : RSUP.DR.M.Djamil Padang. Notoadmodjo, S (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Sugihartono. (2008). Komplikasi Pemasangan Infus. Di akses pada tanggal 10 Desember 2009 dari Suza, D.E. (2003). Standar Untuk Praktek Keperawatan. Program Studi Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Di akses pada tanggal 30 Desember 2009 dari Ulaen, H.N.S. (2008). Tesis. Penerapan Model praktek Keperawatan professional (MPKP) di Ruang Rawat Inap Elisabeth Rumah Sakit Bethesda Tomohon. Diakses pada tanggal 2 Januari 2010 dari Yusuf, S. (2006). Maraknya Pendirian Institusi Kesehatan. Di akses pada tanggal 14 Desember 2009 dari DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2000). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta : Rineka Cipta. Gibson, J.L., Ivancevich, J.M, Donnelly, J.M. (1997). Organisasi : Perilaku struktur-proses. Terjemahan : Nunuk Adiarni. Edisi ke-8. Jakarta : Bina Rupa Aksara. Ilyas, Y. (2002). Kinerja : Teori, Penilaian dan Penelitian. Depok : Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Lumenta. (2001). Pedoman Penyusunan
SKRIPSI HUBUNGAN KOMPONEN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP BEDAH DAN NON BEDAH RSUP. DR.
SKRIPSI HUBUNGAN KOMPONEN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP BEDAH DAN NON BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2010 Penelitian Manajemen Keperawatan \
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional untuk memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam Undang-Undang No. 36 tahun
Lebih terperincidalam bekerja, hal ini juga akan PENDAHULUAN Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. menyebabkan ketidakpuasan pasien dan Djamil Padang adalah rumah sakit Kelas
PENDAHULUAN Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang adalah rumah sakit Kelas B+ Pendidikan dengan kapasitas 800 Tempat Tidur dan 14 unit pelayanan medis dan 8 unit pelayanan penunjang. Jumlah tenaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik yang bersifat bedah maupun non bedah.(aditama,2002:6) sesuai dengan wewenang, tanggung jawab dan kode etik profesi keperawatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan insitusi yang menyediakan pelayanan pasien rawat inap, dimana fungsi utamanya memberikan pelayanan kepada pasien, diagnostik dan terapeutik
Lebih terperinciOleh : Rahayu Setyowati
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PROSEDUR TETAP PEMASANGAN INFUS DI INSTALASI GAWAT DARURAT DAN INSTALASI RAWAT INAP RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU Kesehatan RI no 36 pasal 46 tahun 2009, tentang upaya kesehatan. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perawatan. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemasangan infus merupakan prosedur invasif dan merupakan tindakan yang sering dilakukan di rumah sakit. Namun, hal ini tinggi resiko terjadinya infeksi yang
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN PENERAPAN PROSEDUR TETAP PEMASANGAN INFUS DI RUANG RAWAT INAP RSDM SURAKARTA SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN PENERAPAN PROSEDUR TETAP PEMASANGAN INFUS DI RUANG RAWAT INAP RSDM SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan
1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Pelayanan kesehatan pada masa kini sudah merupakan industri jasa kesehatan utama di mana setiap rumah sakit bertanggung jawab terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Clinical Pathway, selanjutnya disingkat CP, merupakan konsep perencanaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Clinical Pathway, selanjutnya disingkat CP, merupakan konsep perencanaan pelayanan kesehatan terpadu yang sedang trend digunakan di rumah sakit pada saat ini. CP merangkum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, karena itu tujuan pelayanan perawatan merupakan salah satu bagian dari tujuan utama rumah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kepemimpinan organisasi rumah sakit memainkan peranan yang sangat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepemimpinan organisasi rumah sakit memainkan peranan yang sangat penting bahkan dapat dikatakan salah satu faktor penentu dalam pengelolaan kegiatan pelayanan kesehatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Rumah sakit sebagai institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan sarana penyedia layanan kesehatan untuk masyarakat. Rumah sakit sebagai institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, dan keturunan. Berdasarkan ke empat faktor tersebut, di negara yang
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Blum yang dikutip oleh Notoadmodjo (2007), bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor yaitu : lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau sikap umum terhadap perbedaan penghargaan yang diterima dan yang seharusnya diterima. Kepuasan kerja dipengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan. akan terlihat dari asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pelayanan keperawatan merupakan indikator kualitas pelayanan kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan kesehatan di masyarakat adalah perawat. Kualitas pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan berdasarkan pola pelayanan berfokus pada pasien (Patient
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paradigma pelayanan kesehatan sudah mulai berubah dengan memusatkan pelayanan kesehatan pada pasien. Tidak lagi menempatkan salah satu profesi sebagai pusat pelayanan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan era globalisasi, setiap perusahaaan akan berusaha untuk
BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Seiring dengan era globalisasi, setiap perusahaaan akan berusaha untuk meningkatkan dan mengembangkan perusahaannya dengan menyusun berbagai program, guna meningkatkan
Lebih terperinciKesimpulan: Terdapat hubungan yang signifkan antara tingkat pengetahuan perawat dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan SOP pemasangan urin.
Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Dengan Kepatuhan Dalam Pelaksanaan Standar Operating Prosedur (SOP) Pemasangan Kateter Urin Di Bangsal Rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul Mohamad Judha INTISARI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi khususnya pada bidang kesehatan, mendorong pelayanan kesehatan untuk terus berupaya
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit merupakan tempat berkumpulnya segala macam penyakit, baik menular maupun tidak menular. Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi dapat berasal dari komunitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Komunikasi terapeutik merupakan suatu proses untuk membina hubungan terapeutik
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Komunikasi terapeutik merupakan suatu proses untuk membina hubungan terapeutik antara perawat-klien dan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan perawat kepada klien.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan perawatan pasien yaitu penanganan emergency, tidak. Penanganan pada pelayanan tersebut dilaksanakan oleh petugas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah tempat yang memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau bagi masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit, diantaranya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi diperlukan kesiapan yang mantap dari semua sektor, termasuk sektor kesehatan khususnya rumah sakit. Berbagai upaya yang telah dilakukan untuk
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis professional yang terorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran,
Lebih terperincimaupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menuntut perawat bekerja secara profesional yang didasarkan pada standar praktik keperawatan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberadaan rumah sakit sekarang ini menjadi semakin penting dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan rumah sakit sekarang ini menjadi semakin penting dengan peningkatan kesadaran dan kebutuhan masyarakat terhadap kesehatan. Sehingga usaha di bidang ini akan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA MOTIVASI INTRINSIK DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI INTRINSIK DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun oleh: HESTIYANA
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
47 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif Analitik dengan desain penelitian cross sectional dimana variabel independen (umur,
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN
PENELITIAN HUBUNGAN PRODUKTIFITAS PERAWAT DENGAN PENDOKUMENTASIAN BERKAS REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT Maria Lily Hozana*, Gustop Amatiria** *Perawat RS Panti Secanti Gisting **Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Amerika setiap tahunnya berkisar antara orang dari orang. terbanyak di Asia (Yayasan Stroke Indonesia, 2010).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyakit terbanyak ketiga setelah penyakit jantung dan kanker, serta merupakan penyakit penyebab kecacatan tertinggi di dunia. Menurut American Heart
Lebih terperinciPromotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal
HUBUNGAN PENYAJIAN MAKANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ANUNTALOKO PARIGI KABUPATEN PARIGI MOUTONG 1) Megawati 1) Bagian Gizi FKM Unismuh Palu ABSTRAK Pembangunan kesehatan
Lebih terperinciHUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANGAN DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. RASIDIN PADANG TAHUN 2014
HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANGAN DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. RASIDIN PADANG TAHUN 2014 Meria Kontesa* ABSTRAK RSUD dr. Rasidin Padang merupakan
Lebih terperinciHUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN JUMLAH PERAWAT DI PUSKESMAS WAEPANA KECAMATAN SOA KABUPATEN NGADA PROPINSI NTT TAHUN 2013
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN JUMLAH PERAWAT DI PUSKESMAS WAEPANA KECAMATAN SOA KABUPATEN NGADA PROPINSI NTT TAHUN 203 Paulinus Masa Sato, Adriani Kadir 3 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2 STIKES Nani Hasanuddin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sakit. Infeksi nosokomial/hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial merupakan masalah besar yang dihadapi rumah sakit. Infeksi nosokomial/hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi yang didapatkan dan berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Peneliti akan
BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan tentang latar belakang munculnya topik penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Peneliti akan menguraikan satu-persatu bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perawat sebagai profesi dalam bidang kesehatan dituntut untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawat sebagai profesi dalam bidang kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan yang professional dan berorientasi pada paradigma sehat sesuai dengan paradigma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat banyak, maka peranan pemerintah dalam pelayanan
16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan merupakan setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatan kesehatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. preventif, kuratif dan rehabilitatif bagi seluruh lapisan masyarakat, seringkali
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu bentuk organisasi pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif mencakup aspek promotif, preventif, kuratif
Lebih terperinciPenelitian Keperawatan Jiwa
SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KELUARGA DALAM MEMBERIKAN DUKUNGAN TERHADAP KLIEN GANGGUAN JIWA DI POLIKLINIK RSJ PROF. HB SAANIN PADANG TAHUN 2010 Penelitian Keperawatan Jiwa YULIANA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak mendasar masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak mendasar masyarakat yang penyediaannya wajib diselenggarakan oleh pemerintah sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas atau mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas atau mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh banyak institusi kesehatan hampir selalu diharapkan dapat memuaskan pasien, maka dari itu sering disebut
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN. Yulianto
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN Yulianto Program Studi Ners, STIKES Dian Husada Mojokerto Email : yulisiip@gmail.com ABSTRAK Keperawatan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan keamanan merupakan kebutuhan dasar manusia. Keselamatan juga merupakan hal yang sangat penting dalam setiap pelayanan kesehatan, sehingga dapat dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan globalisasi ekonomi dan perubahan lingkungan pasar dunia seperti yang sedang terjadi saat ini telah melahirkan kompetisi dunia usaha yang semakin ketat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penangan oleh tim kesehatan. Penanganan yang diberikan salah satunya berupa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasien yang menjalani rawat inap di rumah sakit perlu mendapatkan penangan oleh tim kesehatan. Penanganan yang diberikan salah satunya berupa pemasangan infus atau
Lebih terperinciGAMBARAN KEEFEKTIFAN TIMBANG TERIMA (OPERAN) DI RUANG KELAS I IRNA NON BEDAH (PENYAKIT DALAM) RSUP DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2011
GAMBARAN KEEFEKTIFAN TIMBANG TERIMA (OPERAN) DI RUANG KELAS I IRNA NON BEDAH (PENYAKIT DALAM) RSUP DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2011 Elmiyasna K*, Fitri Mayasari ABSTRAK Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan
Lebih terperinciHUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO
HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO Sri Rahayu Nento 1. Ns. Rini Fahriani Zees, S.Kep, Ns.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang memiliki peran sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sehingga
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Nazwar Hamdani Rahil INTISARI Latar Belakang : Kecenderungan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Setiap kegiatan dalam upaya
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menjelaskan bahwa kesehatan merupakan hak azasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kemampuannya untuk memberikan kebutuhan kepuasan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu merupakan gambaran total sifat dari suatu jasa pelayanan yang berhubungan dengan kemampuannya untuk memberikan kebutuhan kepuasan. Juran dan Wijono (1999 dalam
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES Annisa Nur Erawan INTISARI Latar Belakang : Perawat merupakan sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan merupakan suatu perbuatan dimana seseorang atau kelompok menawarkan pada kelompok/orang lain sesuatu yang pada dasarnya tidak berwujud dan produksinya berkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan ilmu pengetahuan, teknologi dan globalisasi dunia berdampak secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat termasuk pelayanan kesehatan.
Lebih terperinciIndrawati Bahar (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACT
HUBUNGAN FAKTOR PERSEPSI MAHASISWA DALAM PENGELOLAAN RUANG RAWAT INAP TERHADAP KEPUASAN MAHASISWA DALAM PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DI RSUP M. JAMIL PADANG Indrawati Bahar (Politeknik Kesehatan Kemenkes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
Lebih terperinciJurnal Kesehatan Kartika 27
HUBUNGAN MOTIVASI KERJA BIDAN DALAM PELAYANAN ANTENATAL DENGAN KEPATUHAN PENDOKUMENTASIAN KARTU IBU HAMIL DI PUSKESMAS UPTD KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008 Oleh : Yulia Sari dan Rusnadiah STIKES A. Yani Cimahi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
55 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian yang digunakan adalah survey analitik, yang mana akan diteliti hubungan variabel
Lebih terperinciHUBUNGAN FAKTOR- FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN DALAM MEMBERIKAN KONSELING PADA PELAYANAN KEBIDANAN DI PUSKESMAS WILAYAH SLEMAN
HUBUNGAN FAKTOR- FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN DALAM MEMBERIKAN KONSELING PADA PELAYANAN KEBIDANAN DI PUSKESMAS WILAYAH SLEMAN Roschidah Putri Rizani 1, Sudarti 2, Urip Tugiyarti 3, M.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DAN SUPERVISI DENGAN KINERJA PRAKTEK PERAWAT DI PUSKESMAS RANOTANA WERU KOTA MANADO.
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DAN SUPERVISI DENGAN KINERJA PRAKTEK PERAWAT DI PUSKESMAS RANOTANA WERU KOTA MANADO. Malinda Janet Watania*, Jane M. Pangemana*, Febi Kolibu*. *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM PENANGANAN FAJR DAN AL-HAJJI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM PENANGANAN PASIEN PASCA BEDAH DENGAN GENERAL ANESTESI DIRUANG AL- FAJR DAN AL-HAJJI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasaan rata-rata serata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa kesehatan yang tujuan utamanya memberikan pelayanan jasa terhadap masyarakat sebagai usaha meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. profesional, perawat harus mampu memberikan perawatan dengan penuh kasih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keperawatan merupakan suatu seni dan ilmu pengetahuan. Sebagai perawat profesional, perawat harus mampu memberikan perawatan dengan penuh kasih sayang, perhatian dan
Lebih terperinciSKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUANG RAWAT INAP RS. JIWA PROF.
SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUANG RAWAT INAP RS. JIWA PROF. HB. SAANIN PADANG TAHUN 2011 Penelitian Keperawatan Jiwa E Z
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan walau belum memenuhi standar. 2. Persepsi perawat terhadap motivasi lebih dari separuh memiliki motivasi
1 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Perawat pelaksana di ruang rawat inap penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Lebih dari separuh patuh dalam penerapan identifikasi pasien. hal tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang penting,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang digantungkan kepadanya. Perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Rumah sakit adalah sebuah institusi yang menyediakan pelayanan kesehatan dengan tujuan memperbaiki kesehatan seluruh lapisan masyarakat dengan meliputi pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu subsistem pelayanan kesehatan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu subsistem pelayanan kesehatan menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : NINDY SAKINA GUSTIA 201110201112 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat pada umumnya semakin sadar akan pentingnya kesehatan dalam kehidupan. Kesehatan merupakan salah satu kunci utama bagi seseorang dalam melaksanakan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA FUNGSI PERAWAT SUPERVISOR DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG INSTALASI RAWAT INAP RSUD 45 KUNINGAN TAHUN 2015
Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : 2541 0849 e-issn : 2548-1398 Vol. 2, No 6 Juni 2017 HUBUNGAN ANTARA FUNGSI PERAWAT SUPERVISOR DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG INSTALASI
Lebih terperinciHUBUNGAN SUPERVISI DAN MOTIVASI DENGAN PEMBERIAN CAIRAN INFUS SESUAI SPO OLEH PERAWAT PELAKSANA
Jurnal Endurance (3) October 07 (80-84) HUBUNGAN SUPERVISI DAN MOTIVASI DENGAN PEMBERIAN CAIRAN INFUS SESUAI SPO OLEH PERAWAT PELAKSANA Susi Widiawati Ona Apriana Diah Merdekawati 3 Program Studi Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan derajat kesehatan. Dengan adanya sistem kesehatan ini tujuan pembangunan dapat tercapai efektif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memilki peran dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Rumah sakit di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan kepada masyarakat, yang memilki peran dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Rumah sakit di tuntut untuk memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia yang dimiliki oleh manusia di dunia. Negara Republik Indonesia menjamin kesehatan sebagai salah satu hak bagi setiap
Lebih terperinciIVANA KUSUMA PARAHITA J
ANALISA KINERJA KEPALA RUANG SETELAH MENDAPAT PELATIHAN MANAJEMEN KEPERAWATAN MENURUT PERSEPSI STAF KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meliputi kebijakan manajerial, kebijakan teknis serta pengembangan standar dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu misi yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Departemen Kesehatan 2005-2009 adalah upaya peningkatan kinerja dan mutu upaya kesehatan melalui pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan operasi merupakan pengalaman yang biasa menimbulkan kecemasan, kecemasan biasanya berhubungan dengan segala macam prosedur asing yang dijalani pasien dan juga
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran umum RSI Kendal Rumah Sakit Islam Kendal terletak di Jl Ar Rahmah 17-A Weleri. Tanggal 15 Januari 1996 berdiri dibawah yayasan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai : Desain penelitian, populasi dan sampel, definisi operasional, tempat dan waktu penelitian, etika penelitian, tehnik pengumpulan data,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang. Seperti halnya di Indonesia, penyakit infeksi masih merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan sebagai bentuk pelayanan profesional merupakan bagian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan sebagai bentuk pelayanan profesional merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara menyeluruh. Selain itu,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dan bermutu serta berorientasi pada kepuasan pasien. (2)
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu bentuk organisasi penyelenggara pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan, lebih sadar akan hak dan hukum, serta menuntut dan semakin kritis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan mengalami perubahan mendasar pada abad ke 21. Perubahan tersebut merupakan dampak dari perubahan kependudukan
Lebih terperinciSKRIPSI. Disusun Oleh : Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan. NAMA : Yusstanto NIM : J
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SUPERVISOR TENTANG FUNGSI PENGARAHAN DENGAN KINERJA SUPERVISOR MENURUT PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA DI RUMAH SAKIT ORTOPEDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien, keselamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan
Lebih terperinciARTIKEL PENELITIAN. Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah Kholik³ ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG INFEKSI NOSOKOMIAL DENGAN SIKAP MENCEGAH INFEKSI NOSOKOMIAL PADA KELUARGA PASIEN DI RUANG PENYAKIT DALAM RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah
Lebih terperinciTINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH
TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH Rahmat Ali Putra Hrp*Asrizal** *Mahasiswa **Dosen Departemen Keperawatan Medikal bedah Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara
Lebih terperinciBidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Nasional pada hakekatnya diarahkan untuk meningkatkan kualitas hidup dan sumberdaya manusia. Pembangunan kesehatan diarahkan pada peningkatan kesadaran,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dijadikan sebagai contoh bagi masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Makanan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan yang berupaya mencapai pemulihan penderita. Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan kegiatan terpadu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk mempersiapkan sumber daya yang berkualitas, salah satunya sumber
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya penting yang dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal adalah melalui penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Salah satu penyelenggara pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan catatan keperawatan (Depkes
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perubahan zaman, banyak perubahan yang terjadi di dunia dengan adanya perkembangan, baik dibidang teknologi maupun dalam peningkatan pelayanan kesehatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya tingkat pendidikan, pengetahuan, dan sosial ekonomi masyarakat, maka tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan juga semakin meningkat. Masalah kesehatan
Lebih terperinciPromotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 19-26
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA JAMKESMASDA DI PUSKESMAS AMPANA BARAT KABUPATEN TOJO UNA-UNA 1) Aswindah. S. Hi. Djarabe 2) Sudirman 1) 2) Bagian Administrasi Dan Kebijakan
Lebih terperinciJurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN SPIRITUAL DI RUANG PERAWATAN RUMAH SAKIT NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 217 Hasrul, Rini Muin Kutipan: Hasrul,
Lebih terperinci