BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
|
|
- Hadian Hardja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran umum RSI Kendal Rumah Sakit Islam Kendal terletak di Jl Ar Rahmah 17-A Weleri. Tanggal 15 Januari 1996 berdiri dibawah yayasan Muhammadiyah Kabupaten Kendal. Rumah Sakit Islam merupakan rumah sakit yang berada di Kabupaten Kendal, yang terdiri dari ruang kelas VIP, kelas I, kelas II dan kelas 3 serta juga menerima pasien dengan BPJS. Batas wilayah Rumah Sakit Islam Kendal sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Batang, sebelah selatan berbatasan dengan desa Sumberagung, sebalah utara berbatasan dengan desa Jenar sari dan sebelah timur berbatasan dengan desa Caruban. Sampel dalam penelitian ini mengguankan total sampling yaitu mengambil seluruh anggota populasi di masing-masing kelompok yang menjadi kriteria sampel untuk menjadi sampel dalam penelitian. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 55 tindakan pemasangan infus dan responden yang dipasang infus dan peneliti mendapatkan semua sampel yang diinginkan sehingga tidak ada kriteria eksklusi. Penelitian ini dilakukan mulai dari tanggal 12 Maret s.d 29 Maret 2014, setiap hari peniliti mendapatkan sampel 3-4 responden yang melakukan pemasangan infus dan responden yang dilakukan pemasangan infus, peneliti melakukan observasi pada responden yang terpasang infus diruang perawatan mulai dari ruang UGD, ruang Ali, ruang Fatimah, ruang Luqman dan ruang VIP A. Data ini berdasar dari rekapitulasi data demografi responden yang meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan dari pasien yang telah dilakukan 38
2 39 tindakan pemasangan infus oleh perawat di RSI Kendal pada tanggal 12 Maret 29 Maret Karakteristik responden yang melakukan pemasangan infus a. Jenis kelamin yang melakukan pemasangan infus Tabel 4.1. Distribusi frekuensi jenis kelamin yang melakukan pemasangan infus di RSI Kendal, 2014 (n=55) Jenis kelamin Frekuensi Persentase Laki-laki 12 21,8 Perempuan 43 78,2 Total ,0 Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar yang melakukan pemasangan infus berjenis kelamin perempuan sebanyak 43 tindakan (78,2%) dan responden terkecil yang melakukan pemasangan infus dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 12 tindakan (21,8%). b. Umur yang melakukan pemasangan infus Tabel 4.2. Distribusi frekuensi umur yang melakukan pemasangan infus di RSI Kendal, 2014 (n=55) Mean Median Nilai Nilai Standar minimum maksimum deviasi 27,11 25, ,246 Tabel 4.2 menunjukkan umur rata-rata yang melakukan pemasangan infus 27,11, nilai tengah 25,00, umur responden ninimum 22 dan maksimum 37 dan standar deviasi yang melakukan pemasangan infus 4,246.
3 40 c. Pendidikan yang melakukan pemasangan infus Tabel 4.3. Distribusi frekuensi pendidikan yang melakukan pemasangan infus di RSI Kendal, 2014 (n=55) Pendidikan Frekuensi Persentase D ,4 S1 ners 2 3,6 Total ,0 Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar yang melakukan pemasangan infus berpendidikan D3 keperawatan sebanyak 53 tindakan (96,4%) dan yang melakukan pemasangan infus berpendidikan S1 ners sebanyak 2 tindakan (3,6%). d. Masa kerja yang melakukan pemasangan infus Tabel 4.4. Distribusi frekuensi masa kerja yang melakukan pemasangan infus di RSI Kendal, 2014 (n=55) Mean Median Nilai Nilai Standar minimum maksimum deviasi 4,55 4, ,672 Tabel 4.4 menunjukkan masa kerja rata-rata yang melakukan pemasangan infus 4,55, nilai tengah 4,00, nilai minimum 2 dan nilai maksimum 12 dan standar devisiasi yang melakukan pemasangan infuse 2,672.
4 41 3. Karakteristik responden (pasien) a. Jenis kelamin responden Tabel 4.5. Distribusi frekuensi jenis kelamin responden di RSI Kendal, 2014 (n=55) Jenis kelamin responden Frekuensi Persentase Laki-laki 26 47,3 Perempuan 29 52,7 Total ,0 Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 29 orang (52,7%) dan responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 26 orang (47,3%). b. Umur responden Tabel 4.6. Distribusi frekuensi umur responden di RSI Kendal, 2014 (n=55) Mean Median Nilai Nilai Standar minimum maksimum deviasi 28,47 32, ,028 Tabel 4.6 menunjukkan masa kerja rata-rata yang melakukan pemasangan infus 28,47, nilai tengah 32,00, nilai minimum 3 dan nilai maksimum 60 dan standar devisiasi yang melakukan pemasangan infuse 20,028
5 42 c. Pendidikan responden Tabel 4.7. Distribusi frekuensi pendidikan responden di RSI Kendal, 2014 (n=55) Pendidikan responden Frekuensi Persentase TK 17 30,9 SD 2 3,6 SMP 33 60,0 SMA 3 5,5 Total ,0 Tabel 4.7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMP sebanyak 33 orang (60,0%) dan responden berpendidikan SD sebanyak 2 orang (3,6%). 4. Analisis univariat a. Kepatuhan tindakan pemasangan infus Tabel 4.8. Distribusi frekuensi kepatuhan tindakan pemasangan infus pemasangan infus di RSI Kendal, 2014 (n=55) Kepatuhan Frekuensi Persentase Tidak patuh 19 34,5 Patuh 36 65,5 Total ,0 Tabel 4.8 menunjukkan bahwa sebagian besar responden patuh dalam melaksakan SOP pemasangan infus sebanyak 36 orang (65,4%) dan responden terkecil tidak patuh dalam melaksakan SOP pemasangan infus sebanyak 19 orang (34,5%).
6 43 b. Kejadian phlebitis Tabel 4.9. Distribusi frekuensi kejadian phlebitis di RSI Kendal, 2014 (n=55) Kejadian phlebitis Frekuensi Persentase Phlebitis 16 29,1 Tidak phlebitis 39 70,9 Total ,0 Tabel 4.9 menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak mengalami phlebitis sebanyak 39 orang (70,9%) dan responden terkecil mengalami phlebitis sebanyak 16 orang (29,1%). 5. Analisis Bivariat Hubungan antara kepatuhan perawat dalam melaksanakan SOP pemasangan infus dengan kejadian phlebitis di Rumah Sakit Islam Kendal Tabel 4.7 Hubungan antara kepatuhan perawat dalam melaksanakan SOP pemasangan infus dengan kejadian phlebitis di RSI Kendal, Maret 2014 (n=55) Kepatuhan perawat Kejadian phlebitis Total P value Tidak phlebitis Frekuensi (%) Phlebitis Frekuensi (%) Tidak patuh 5 (9,1) 14 (25,5) 19 (34,5) 0,000 Patuh 34 (61,8) 2 (3,6) 36 (65,5) Total 39 (70,9) 16 (29,1) 55 (100) Tabel 4.7 menunjukkan bahwa responden yang tidak patuh dalam melaksanakan SOP pemasangan infus dengan kejadian phlebitis sebanyak 14 orang (25,5%) dan tidak terjadi phlebitis sebanyak 5 (9,1%) sedangkan responden yang patuh dalam melaksanakan SOP pemasangan infus dengan
7 44 kejadian phlebitis sebanyak 2 (3,6%) dan tidak terjadi phlebitis sebanyak 34 (61,8%) Hasil statistik menggunakan Chi-square didapatkan nilai p value 0,000 (p< 0,05) menunjukkan ada hubungan antara kepatuhan perawat dalam melaksanakan SOP pemasangan infus dengan kejadian phlebitis di Rumah Sakit Islam Kendal. B. PEMBAHASAN 1. Kepatuhan perawat dalam melaksanakan SOP pemasangan infus Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden patuh dalam melaksakan SOP pemasangan infus sebanyak 36 orang dan responden terkecil tidak patuh dalam melaksakan SOP pemasangan infus sebanyak 19 orang. Kepatuhan adalah tingkat seseorang dalam melaksanakan suatu aturan dalam dan perilaku yang disarankan (Bart, 2004) kepatuhan tersebut jika perawat menuruti suatu perintah atau suatu aturan dalam pemasangan infus. Pemasangan infus yaitu tindakan yang dilakukan pada pasien yang memerlukan masukan cairan atau obat, langsung ke dalam pembuluh darah vena, dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set (Potter, 2005). Pemasangan infus merupakan prosedur invasif dan merupakan tindakan yang sering dilakukan di rumah sakit. Namun, hal ini tinggi resiko terjadinya infeksi yang akan menambah tingginya biaya perawatan dan waktu perawatan. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam pelaksanaannya selalu mengacu pada standar yang telah ditetapkan oleh rumah sakit (Priharjo, 2008).
8 45 Perawat profesional yang bertugas dalam memberikan pelayanan kesehatan tidak terlepas dari kepatuhan perilaku perawat dalam setiap tindakan prosedural yang bersifat invasif seperti halnya pemasangan infus. Pemasangan infus dilakukan oleh setiap perawat. Semua perawat dituntut memiliki kemampuan dan keterampilan mengenai pemasangan infus yang sesuai standar operasional prosedur (SOP) yang telah ditentukan rumah sakit. Perawat yang patuh dalam melaksanakan SOP pemasangan infus diantaranya peralatan yang dibawa saat pemasangan infus sudah sesuai, perawat melaksanakan prosedur sesuai dengan tahap pra interaksi, tahap orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi. Perawat yang patuh dalam pemasangan infus tersebut diharapkan tidak membuat pasien trauma dalam pemasangan infus. Hasil penelitian didapatkan responden patuh dalam prosedur pemasangan infus sesuai dengan SOP di Rumah Sakit Islam Kendal meliputi perawat melakukan teknik cuci tangan yang baik, mengatur tetesan infus dengan benar sesuai kebutuhan pasien, melakukanb fiksasi dengan benar serta melakukan pemasangan dengan teknik aseptik dan teknik pemasangan intravena kateter yang baik. Hasil observasi tindakan pemasangan infus yang dilakukan di RSI Kendal ada yang tidak patuh dalam melaksanakan SOP pemasangan infus diantaranya saat pemasangan infus banyak yang tidak menggunakan perlak dan responden tidak diberikan disinfektan pada area tusukan hanya langsung diplaster saja. Hasil penelitian didapatkan ada perawat yang tidak patuh dalam melaksanakan SOP pemasangan infus hal ini dikarenakan perawat beranggapan jika sesuai SOP membutuhkan waktu yang lama, perawat tergesa-gesa saat pemasangn infus serta banyaknya pasien yang membuat
9 46 perawat tidak patuh. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Andares (2009), menunjukkan bahwa perawat kurang memperhatikan kesterilan luka pada pemasangan infus. Perawat biasanya langsung memasang infus tanpa memperhatikan tersedianya bahan-bahan yang diperlukan dalam prosedur tindakan tersebut, tidak tersedia handscoen, kain kasa steril, alkohol, pemakaian yang berulang pada selang infus yang tidak steril. Hasil penelitian Mulyani (2011), yang melakukan penelitian dengan judul Tinjauan Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemasangan Infus Pada Pasien Di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS PKU Muhammadiyah Gombong menunjukan perawat cenderung tidak patuh pada persiapan alat dan prosedur pemasangan infus yang prinsip. Hasil penelitian terhadap 12 perawat pelaksana yang melakukan pemasangan infus, perawat yang tidak patuh sebanyak 12 orang atau 100% dan yang patuh sebanyak 0 atau 0%. Hasil penelitian Pasaribu (2008), yang melakukan analisa pelaksanaan pemasangan infus di ruang rawat inap Rumah Sakit Haji Medan menunjukan bahwa pelaksanaan pemasangan infus yang sesuai Standar Operasional Prosedur katagori baik 27 %, sedang 40 % dan buruk 33 %. Kepatuhan merupakan bagian dari perilaku individu yang bersangkutan untuk mentaati atau mematuhi sesuatu, sehingga kepatuhan perawat dalam melaksanakan SOP pemasangan infus tergantung dari perilaku perawat itu sendiri. Perilaku kepatuhan dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi kepatuhan dapat dikategorikan menjadi faktor intrernal yaitu karakterisitk perawat itu sendiri (umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, status perkawinan, kepribadian, sikap, kemampuan, persepsi dan motivasi) dan faktor eksternal (karakteristik organisasi, karakteristik kelompok, karakteristik pekerjaan, dan karakteristik lingkungan) (Andareas, 2009).
10 47 Penelitian ini menunjukkan tingkat kepatuhan perawat yang baik, hal ini dikarenakan perawat di RSI Kendal sudah tahu adanya SOP pemasangan infus, perawat mengikuti pelatihan inhouse trening dan saat saat perekutan karyawan diadakan tes skill tindakan keperawatan termasuk pemasangan infus. 2. Kejadian phlebitis dirumah sakit Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden tidak mengalami phlebitis sebanyak 39 orang dan responden terkecil mengalami phlebitis sebanyak 16 orang. Phlebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun mekanik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya daerah yang merah, nyeri dan pembengkakan di daerah penusukan atau sepanjang vena (Brunner dan Sudarth, 2003). Pemasangan infus digunakan untuk mengobati berbagai kondisi penderita di semua lingkungan perawatan di rumah sakit dan merupakan salah satu terapi utama. Sebanyak 70% pasien yang dilakukan rawat inap mendapatkan terapi cairan infus. Tetapi karena terapi ini diberikan secara terus-menerus dan dalam jangka waktu yang lama tentunya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi dari pemasangan infus, salah satunya adalah infeksi (Hinlay, 2006). Salah satu infeksi yang sering ditemukan dirumah sakit adalah infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial tersebut diakibatkan oleh prosedur diagnosis yang sering timbul diantaranya phlebitis. Keberhasilan pengendalian infeksi nosokomial pada tindakan pemasangan infus bukanlah ditentukan oleh canggihnya peralatan yang ada, tetapi ditentukan oleh perilaku petugas dalam melaksanakan perawatan klien secara benar (Andares, 2009).
11 48 Phlebitis dikarateristikkan dengan adanya dua atau lebih tanda nyeri, kemerahan, bengkak, indurasi dan teraba mengeras di bagian vena yang terpasang kateter intravena (La Rocca, 1998). Hal ini menjadiakan phlebitis sebagai salah satu pemasalahan yang penting untuk dibahas di samping phlebitis juga sering ditemukan dalam proses keperawatan (Jarumi Yati, 2009). Dalam penelitian ini phlebitis terjadi karena adanya mikroorganisme atau bakteri yang masuk melalui lubang tusukan kateter infus dan ada perawat yang tidak patuh dalam melaksanakan SOP pemasangan infus karena kejadian phlebitis sangat di pengaruhi oleh ketepatan dalam melaksakan pemasangan infus kurang dilakukan atau tidak sesuai SOP yang ada di rumah sakit tersebut. Hasil penelitian didapatkan responden yang tidak mengalami phlebitis setelah 1-2 hari dipasang infus tidak terdapat tanda-tanda kemerahan ditempat penyuntikan, responden tidak merasakan nyeri, dan tidak adanya tanda bengkak disekitar tempat pemasangan infus. Sedangkan hasil penelitian ada responden yang mengalami phlebitis dengan tanda-tanda bengkak pada tempat pemasangan infus dan responden merasakan nyeri ditempat pemasangan infus. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya phlebitis diantaranya mencegah phlebitis bakteri dengan cara perawat melakukan cuci tangan sebelum memasang infus, selalu waspada dan melakukan pemasangan infus dengan tindakan aseptik, rotasi kateter yaitu melakukan penggantian kateter setiap jam untuk membatasi potensi infeksi, melakukan aseptic dressing dan melakukan kecepatan pemberian infus (Darmawan, 2008). Hasil penelitian ini yang dilakukan oleh Mulyani (2010), yang menyatakan rata-rata kejadian phlebitis waktu 24 jam dan 72 jam setelah
12 49 pemasangan terapi intravena. Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi pemasangan infus terletak pada vena sefalika dan tidak terjadi phlebitis sebanyak 11 responden (91,7%). Sedangkan lokasi pemasangan infus terletak pada vena metacarpal dan terjadi phlebitis sebanyak 20 responden (41,7%). Gayatri dan Handayani (2003) menyatakan bahwa 35% dan 60 responden mengalami phlebitis dengan jenis kelamin rata-rata laki-laki. Semakin jauh jarak pemasangan terapi intravena dan sendi maka resiko terjadinya phlebitis akan semakin meningkat. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya fiksasi dan dekatnya persambungan selang kanul dengan persendian lainnya. Hal utama yang perlu diperhatikan sebaiknya jarak pemasangar infus minimal 3-7 cm dan persendian. flehitis yang terjadi dalarn penelitian termasuk phlebitis mekanik. Angeles dalam Gayatri & Handayani (2003) menyatakan hahwa phlebitis mekanik atau fisik dapat terjadi karena kanul yang terlalu besar untuk vena, iritasi vena selama pemasangan, atau adanya pergerakan kanul di dalam vena. Penelitian ini menunjukkan responden tidak mengalami phlebitis hal ini dikarenakan perawatan infus di RSI Kendal dilakukan setiap hari, kebijakan rumah sakit yang mengharuskan penggantian tempat pemasangan infus pada hari keempat. Perawat melakukan pemasangan infus pada tempat penusukan yang benar sehingga tidak muncul tandatanda infeksi nosokomial phlebitis seperti bengkak pada tempat penusukan dan terlihat kemerahan. 3. Hubungan kepatuhan perawat dalam melaksanakan SOP pemasangan infus dengan kejadian phlebitis di Rumah Sakit Islam Kendal Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang tidak patuh dalam melaksanakan SOP pemasangan infus dengan kejadian phlebitis sebanyak 14 orang dan tidak terjadi phlebitis sebanyak 5 orang sedangkan responden
13 50 yang patuh dalam melaksanakan SOP pemasangan infus dengan kejadian phlebitis sebanyak 2 orang dan tidak terjadi phlebitis sebanyak 34 orang. Hasil statistik menggunakan Chi-square didapatkan nilai p value 0,000 (p< 0,05) menunjukkan ada hubungan antara kepatuhan perawat dalam melaksanakan SOP pemasangan infus dengan kejadian phlebitis di Rumah Sakit Islam Kendal. Hasil penelitian didapatkan perawat yang patuh dalam melaksanakan SOP pemasangan infus sehingga tidak menyebabkan pasien tidak phlebitis hal ini dikarenakan perawat patuh dengan SOP yang dibuat di Rumah Sakit Islam Kendal serta menjalankan dengan tepat dalam pemasangan infus sehingga pasien tidak merasa sakit disekitar tempat pemasangan infus, tidak ada pembengkakan serta pasien tidak mengeluh dengan infus yang terpasang. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya phlebitis diantaranya obat yang dimasukkan dalam suntikan, kecepatan aliran infus serta bahan kateter yang digunakan, ukuran kateter infus dan lokasi penusukan yang tidak sesuai (Smetlzer, 2001). Hasil penelitian didapatkan perawat yang patuh dalam melaksanakan SOP pemasangan infus tetapi masih ada yang terjadi phlebitis hal ini disebabakan karena faktor lain seperti tindakan pengobatan yang dilakukan, penggunaan kateter infus yang kurang sesuai dan pergerakan ekstermitas yang dipasang infus. Phlebitis merupakan salah satu infeksi nosokomial yang sering terjadi di rumah sakit. Ditandai dengan inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia, mekanik maupun bakteri. Hal ini ditunjukkan dengan adanya daerah yang merah, nyeri dan pembengkakan di daerah penusukan atau sepanjang vena. Di Rumah Sakit Islam Kendal phlebitis merupakan infeksi nosokomial yang paling tinggi dibanding infeksi nosokomial lainnya. didapatkan data infeksi nosokomial phlebitis sebanyak 3,38 %, yang mana
14 51 hasil ini masih termasuk tinggi karena menurut standar Depkes RI angka phlebitis kurang atau sama dengan 1,5 %. Kejadian phlebitis masih sering terjadi di RSI Kendal disebabkan karena perawat tidak melaksanakan pemasangan infus sesuai SOP. Pada penelitian ini didapatkan ada responden yang mengalami phlebitis sebanyak 16 orang, penangan awal yang dilakukan jika ada timbul tandatanda phlebitis adalah mepaskan alat intravena, meninggikan ekstremitas, mengkaji nadi distal terhadap area yang phlebitis, menghindari pemasangan intravena berikutnya di bagian distal vena yang meradang (Weinstein, 2001). Penelitian yang sejalan dilakukan oleh Kamma (2010) dengan judul hubungan antara pemasangan infus dengan kejadian phlebitis di Rumah Sakit Prikasih Jakarta Selatan didapatkan hasil ada hubungan yang bermakan antara lokasi pemasangan infus (pvalue = 0,042), jenis cairan infus yang diberikan (pvalue = 0,001) dan pemasangan infus (pvalue =0,011). Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu, M (2008) dengan judul Analisis Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur Pemasangan Infus Terhadap Kejadian phlebitis Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Haji Medan didapatkan hasil ada hubungan antara perawat yang melaksanakan pemasangan infus sesuai SOP dengan kejadian phlebitis pada pasien, hal ini terlihat dari p value 0,008. Dari 100 orang sampel yang di observasi terdapat kejadian phlebitis sebanyak 52 orang (52%) dan yang tidak phlebitis 48 orang (48%). Penelitian yang sama yang dilakukan oleh Wayunah (2009) tentang hubungan pengetahuan perawat tentang terapi infus dengan kejadian phlebitis dan kenyamanan pasien di ruang rawat inap RSUD Indramayu didapatkan hasil sebanyak 50.8% jumlah responden perawat memiliki
15 52 pengetahuan kurang baik, angka kejadian phlebitis sebesar 40%, dan sebanyak 53.8% responden pasien merasa nyaman dengan pemasangan infus yang dilakukan oleh perawat pelaksana. Hasil analisis lanjut menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat tentang terapi infus dengan kejadian phlebitis (p=0.000), dan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat tentang terapi infus dengan kenyamanan (p=0.000). Hasil penelitian menunjukkan di RSI Kendal ada hubungan antara kepatuhan perawat dalam melaksanakan SOP pemasangan infus dengan kejadian phlebitis hal ini terbukti perawat sudah melakukan prosedur pemasangan infus sesuai SOP dirumah sakit sehingga pasien tidak terjadi phlebitis dan pasien tidak merasakan sakit pada tempat penusukan, bengkak pada tempat penusukan. 4. Keterbatasan peneliti Saat pengambilan data, ada responden yang kurang percaya diri dalam pemasangan infus sehingga peneliti kesulitan mendapatkan sampel, setelah peneliti menjelaskan etika penelitian kemudian responden (perawat) bersedia untuk diteliti dan diobservasi dalam pemasangan infus apakah sudah sesuai dengan SOP dirumah sakit.
Bab IV. Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi umum lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan pada 5 bangsal yang bernama bangsal Firdaus, bangsal Naim, bangsa Wardah, bangsal Zaitun, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perawatan. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemasangan infus merupakan prosedur invasif dan merupakan tindakan yang sering dilakukan di rumah sakit. Namun, hal ini tinggi resiko terjadinya infeksi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi masih merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Di Indonesia, infeksi merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (smeltzer, 2002). Tetapi karena terapi ini diberikan secara terus menerus dan dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan terapi intravena adalah terapi yang bertujuan untuk mensuplai cairan melalui vena ketika pasien tidak mampu mendapatkan makanan, cairan elektrolik lewat
Lebih terperinciHUBUNGAN PERAWATAN INFUS DENGAN TERJADINYA FLEBITIS PADA PASIEN YANG TERPASANG INFUS. Sutomo
HUBUNGAN PERAWATAN INFUS DENGAN TERJADINYA FLEBITIS PADA PASIEN YANG TERPASANG INFUS Sutomo Program Studi Profesi NERS, STIKES Dian Husada Mojokerto Email : sutomo.ners@gmail.com ABSTRAK Mempertahankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perseorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjalani rawat inap. ( Wahyunah, 2011). Terapi intravena berisiko untuk terjadi komplikasi lokal pada daerah pemasangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mencegah dan memperbaiki ketidak seimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia diperlukan terapi intravena. Menurut Perdue dalam Hankins, Lonway,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasangan infus merupakan prosedur invasif dan merupakan tindakan yang sering dilakukan di rumah sakit. Namun, hal ini tinggi resiko terjadinya infeksi yang akan menambah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dirumah sakit merupakan bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dirumah sakit merupakan bentuk pelayanan yang di berikan kepada pasien melibatkan tim multi disiplin termasuk tim keperawatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh manusia antara lain sebagai alat transportasi nutrien, elektrolit dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tubuh manusia sebagaimana mahluk hidup yang lain tersusun atas berbagai sistem organ, puluhan organ, ribuan jaringan dan jutaan molekul. Fungsi cairan dalam tubuh manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien di rumah sakit adalah suatu upaya yang mendorong rumah sakit untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keselamatan pasien di rumah sakit adalah suatu upaya yang mendorong rumah sakit untuk memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas tinggi. Panduan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang Pedoman Manajerial Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya. Kebijakan itu tertuang dalam Keputusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa pelayanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Rumah sakit sebagai salah satu bagian sistem pelayanan kesehatan yang secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa pelayanan kesehatan mencakup
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan berada di wilayah Kota Pekalongan namun kepemilikannya adalah milik Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penangan oleh tim kesehatan. Penanganan yang diberikan salah satunya berupa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasien yang menjalani rawat inap di rumah sakit perlu mendapatkan penangan oleh tim kesehatan. Penanganan yang diberikan salah satunya berupa pemasangan infus atau
Lebih terperinciOleh : Rahayu Setyowati
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PROSEDUR TETAP PEMASANGAN INFUS DI INSTALASI GAWAT DARURAT DAN INSTALASI RAWAT INAP RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sekaligus tempat perawatan bagi orang sakit. Menurut Hanskins et al (2004)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan suatu tempat pelayanan kesehatan dan sekaligus tempat perawatan bagi orang sakit. Menurut Hanskins et al (2004) mengatakan bahwa sekitar
Lebih terperinciPengertian. Tujuan. Ditetapkan Direktur Operasional STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL. Tanggal Terbit 15 Februari 2011
LAMPIRAN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT 2 Jl. Wates Km 5.5 Gamping, Sleman-55294 Telp 0274 6499706 Fax. 6499727 No Dokumen : Kep. 032/II/2011 MEMASANG INFUS No Revisi : 0 Halaman : 37 / 106 STANDAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasaan rata-rata serata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemasangan infus termasuk kedalam tindakan invasif atau tindakan yang dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemasangan infus adalah suatu prosedur pemberian cairan, elektrolit ataupun obat secara langsung kedalam pembuluh darah vena yang banyak dalam waktu yang
Lebih terperinciHUBUNGAN JENIS CAIRAN DAN LOKASI PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN FLEBITIS PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO
HUBUNGAN JENIS CAIRAN DAN LOKASI PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN FLEBITIS PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO Dede Dwi Lestari Amatus Yudi Ismanto Reginus T. Malara Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang. Seperti halnya di Indonesia, penyakit infeksi masih merupakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
38 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah sakit Islam Kendal adalah rumah sakit swasta yang dikelola oleh amal usaha muhammadiyah. Rumah sakit tipe C yang sudah terakreditasi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai : Desain penelitian, populasi dan sampel, definisi operasional, tempat dan waktu penelitian, etika penelitian, tehnik pengumpulan data,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Plebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan baik oleh iritasi kimia maupun mekanik yang sering disebabkan oleh komplikasi dari terapi intravena. 1) Terapi interavena
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT KOMPETENSI PADA ASPEK KETRAMPILAN PEMASANGAN INFUS DENGAN ANGKA KEJADIAN PLEBITIS DI RSUD BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI
HUBUNGAN TINGKAT KOMPETENSI PADA ASPEK KETRAMPILAN PEMASANGAN INFUS DENGAN ANGKA KEJADIAN PLEBITIS DI RSUD BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan catatan keperawatan (Depkes
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perubahan zaman, banyak perubahan yang terjadi di dunia dengan adanya perkembangan, baik dibidang teknologi maupun dalam peningkatan pelayanan kesehatan.
Lebih terperinciHubungan Prosedur Pemasangan Infus dengan Kejadian Plebitis Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Majene
Hubungan Prosedur Pemasangan Infus dengan Kejadian Plebitis Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Majene Sastriani STIKES MARENDENG ABSTRAK Pencegahan dan kontrol infeksi penting untuk menciptakan lingkungan pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat, pada awalnya merawat adalah instinct atau naluri.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat, pada awalnya merawat adalah instinct atau naluri. Namun merawat akan menjadi kaku, statis dan tidak berkembang
Lebih terperinci1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI
1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI DESCRIPTION OF NURSE IN THE PREVENTION OF BEHAVIOR IN THE EVENT OF PLEBITIS INPATIENT KEDIRI BAPTIST
Lebih terperinciPENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP PASIEN DALAM PENGGANTIAN POSISI INFUS DI RUANG SHOFA RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP PASIEN DALAM PENGGANTIAN POSISI INFUS DI RUANG SHOFA RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN Sri Hananto Ponco Nugroho Prodi S1 Keperawatan STIKES.......ABSTRAK.....
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. spesifik, sehingga dapat dikembangkan setinggi-tingginya. Hal. ini. Ada beberapa kategori tingkat pendidikan seperti perawat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Profesi keperawatan memiliki dasar pendidikan yang spesifik, sehingga dapat dikembangkan setinggi-tingginya. Hal ini menyebabkan profesi keperawatan di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawat adalah tenaga medis yang selama 24 jam bersama dengan pasien yang dirawat di rumah sakit. Peran perawat sangat besar dalam proses penyembuhan pasien. Perawat
Lebih terperinciUniversitas Tribhuwana Tunggadewi ABSTRAK
HUBUNGAN KEPATUHAN PERAWAT IGD DALAM MELAKSANAKAN SOP PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN INFEKSI NOSOKOMIAL (PHLEBITIS) DI RSUD KOTABARU KALIMANTAN SELATAN Noviar Ridhani 1), Swito Prastiwi 2), Tri Nurmaningsih
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN PENERAPAN PROSEDUR TETAP PEMASANGAN INFUS DI RUANG RAWAT INAP RSDM SURAKARTA SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN PENERAPAN PROSEDUR TETAP PEMASANGAN INFUS DI RUANG RAWAT INAP RSDM SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia, terlebih lagi di negara berkembang seperti Indonesia. Penyakit infeksi didapatkan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semua pasien yang dirawat di rumah rakit setiap tahun 50%
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua pasien yang dirawat di rumah rakit setiap tahun 50% mendapat terapi intravena (IV). Namun, terapi IV terjadi di semua lingkup pelayanan di rumah sakit yakni IGD,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompetitif, toksin, replikasi intra seluler atau reaksi antigen-antibodi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berproliferasi didalam tubuh yang menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Infeksi adalah invasi tubuh oleh mikroorganisme
Lebih terperinciPERBANDINGAN ANGKA KEJADIAN FLEBITIS PADA PEMASANGAN KATETER INTRAVENA PADA TANGAN DOMINAN DENGAN NONDOMINAN DI RUMAH SAKIT PARU
PERBANDINGAN ANGKA KEJADIAN FLEBITIS PADA PEMASANGAN KATETER INTRAVENA PADA TANGAN DOMINAN DENGAN NONDOMINAN DI RUMAH SAKIT PARU dr. ARIO WIRAWAN SALATIGA SKRIPSI Disusun Oleh: Tino Dianto 462008004 PROGRAM
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya pengendalian infeksi nosokomial
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Kepada Yth. Pasien rawat inap ruang Pinus Rumah Sakit Eka Tangerang Selatan Di tempat. : Permohonan menjadi responden
Lampiran 1 LAMPIRAN Kepada Yth. Pasien rawat inap ruang Pinus Rumah Sakit Eka Tangerang Selatan Di tempat Hal : Permohonan menjadi responden Dengan hormat, Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa
Lebih terperinciABSTRAK HUBUNGAN PEMBERIAN INJEKSI INTRAVENA DENGAN KEJADIAN PHLEBITIS DI RUANG PERAWATAN ANAK RUMAH SAKIT TK II PELAMONIA MAKASSAR.
ABSTRAK HUBUNGAN PEMBERIAN INJEKSI INTRAVENA DENGAN KEJADIAN PHLEBITIS DI RUANG PERAWATAN ANAK RUMAH SAKIT TK II PELAMONIA MAKASSAR Hasriani Azis Pada tahun 2012 diperoleh data di Rumah Sakit TK II Pelamonia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. urin (Brockop dan Marrie, 1999 dalam Jevuska, 2006). Kateterisasi urin ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kateterisasi urin merupakan salah satu tindakan memasukkan selang kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urin (Brockop dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kepada pasien yang membutuhkan akses vaskuler (Gabriel, 2008). Lebih
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terapi intravena adalah bagian terpenting dari sebagian terapi yang diberikan di rumah sakit, dan merupakan prosedur umum yang diberikan kepada pasien yang membutuhkan
Lebih terperinciPENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP PASIEN DALAM PENGGANTIAN POSISI INFUS DI RUANG SHOFA RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP PASIEN DALAM PENGGANTIAN POSISI INFUS DI RUANG SHOFA RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN Sri Hananto Ponco Nugroho.......ABSTRAK..... Banyak faktor yang mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendapat terapi melalui IV (Hindley,2004). Pemasangan terapi. intravena merupakan tindakan memasukan jarum (abocath)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemasangan infus atau pemberian terapi cairan intravena (IV) merupakan merupakan salah satu hal yang paling sering di jumpai pada pasien yang akan melakukan
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG TERAPI INFUS (INTRAVENA) DENGAN KEJADIAN FLEBITIS DI IRINA A BAWAH RSUP PROF. DR. R. D.
HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG TERAPI INFUS (INTRAVENA) DENGAN KEJADIAN FLEBITIS DI IRINA A BAWAH RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO Febrianty J. Lumolos Mulyadi Abram Babakal Program Studi Ilmu Keperawatan
Lebih terperinciHUBU GA KEPATUHA PERAWAT DALAM ME JALA KA SOP PEMASA GA I FUS DE GA KEJADIA PHLEBITIS
HUBU GA KEPATUHA PERAWAT DALAM ME JALA KA SOP PEMASA GA I FUS DE GA KEJADIA PHLEBITIS Dinna Triwidyawati * ), Sri Puguh Kristiyawati ** ), S. Eko Ch. Purnomo *** ) *) Mahasiswa Program Studi SI Ilmu Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan sakit pada anak usia prasekolah dan anak usia sekolah banyak ditemui di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan selama dirawat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemberian obat secara intravena (Smeltzer & Bare, 2001).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pemasangan infus atau terapi intravena adalah suatu tindakan pemberian cairan melalui intravena yang bertujuan untuk menyediakan air, elektrolit, dan nutrien untuk
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif yaitu untuk melihat manajemen pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat penting pada saat sekarang ini, karena akan menambah masa perawatan pasien di rumah sakit sekaligus akan memperberat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.Infeksi nosokomial 1.1 Pengertian infeksi nosokomial Nosocomial infection atau yang biasa disebut hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat saat klien dirawat di
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan dengan metode onal dan dengan desain penelitian Cohort Prospektif. Menurut Hidayat (2010),
Lebih terperinciHubungan Kepatuhan Perawat dalam Cuci Tangan Enam Langkah Lima Momen dengan Kejadian Phlebitis di RSI Kendal.
Hubungan Kepatuhan Perawat dalam Cuci Tangan Enam Langkah Lima Momen dengan Kejadian Phlebitis di RSI Kendal. Dwi Ari Mulyani 1, Tri Hartiti 2, Vivi Yosafianti P 3 1 Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN PROTAP PERAWATAN LUKA POST OPERASI DI RUANG CENDANA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN PROTAP PERAWATAN LUKA POST OPERASI DI RUANG CENDANA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat
Lebih terperinciSTANDART OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL SOP
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL SOP Untuk memenuhi tugas matakuliah Keperawatan Medikal Bedah I yang dibina oleh Bapak Rudi Hamarno, M.Kep Oleh Kelompok 11 Pradnja Paramitha
Lebih terperinciDAFTAR RIWAYAT HIDUP. : Ade Indriya Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 15 Januari : TASBI blok J No. 12, Medan
Lampiran 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Ade Indriya Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 15 Januari 1991 Agama : Islam Alamat : TASBI blok J No. 12, Medan Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Dasar Swasta Bhayangkari
Lebih terperinciHUBUNGAN PERAWATAN INFUS DENGAN TERJADINYA FLEBITIS PADA PASIEN YANG TERPASANG INFUS DI PUSKESMAS KRIAN SIDOARJO
HUBUNGAN PERAWATAN INFUS DENGAN TERJADINYA FLEBITIS PADA PASIEN YANG TERPASANG INFUS DI PUSKESMAS KRIAN SIDOARJO Heti Aprillin, S.Kep, Ns ABSTRACT Maintanining an is installed intravena infusion is a duty
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PRAKTIK PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DIRUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PRAKTIK PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DIRUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL 3 Yunita Puspasari ABSTRAK Infeksi nosokomial dapat berasal dari pasien,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di IGD pada tiga rumah sakit, yaitu:
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di IGD pada tiga rumah sakit, yaitu: 1. IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta IGD RS PKU Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi nosokomial merupakan infeksi serius dan berdampak merugikan pasien karena harus menjalani perawatan di rumah sakit lebih lama. Akibatnya, biaya yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN di RS PKU Muhammadiyah Gamping yang merupakan salah satu. Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Gamping
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga bulan Juli tahun 2016 di RS PKU Muhammadiyah Gamping yang
Lebih terperinciOBEDIENCE OF NURSE IN IMPLEMENTING STANDART OPERATING PROCEDURE OF INFUSION INSERTION WITH THE PHLEBITIS
Kepatuhan Perawat dalam Melaksanakan Standar Prosedur Operasional Pemasangan Infus terhadap Phlebitis Ince Maria, Erlin Kurnia KEPATUHAN PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PEMASANGAN
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PERAWAT TERHADAP PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL KEJADIAN PHLEBITIS DI RSUD KOTA SEMARANG TAHUN 2014
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PERAWAT TERHADAP PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL KEJADIAN PHLEBITIS DI RSUD KOTA SEMARANG TAHUN 2014 Reny Purilinawati 1, Eni Mahawati 2, Eko Hartini 2 1 Alumni
Lebih terperinciERIYANTO NIM I
NASKAH PUBLIKASI PENGARUH IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMASANGAN INFUS TERHADAP KEJADIAN PHLEBITIS DI UNIT RAWAT INAP RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK ERIYANTO NIM I31111027
Lebih terperinciUPAYA PERAWAT DALAM PENCEGAHAN PHLEBITIS PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI
Jurnal STIKES Vol. 7, No.2, Desember 2014 UPAYA PERAWAT DALAM PENCEGAHAN PHLEBITIS PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI NURSE S IMPLEMENTATION IN PREVENTION OF PHLEBITIS TO PATIENTS IN BAPTIST HOSPITAL
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PLEBITIS PADA PASIEN DI UNIT RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT ROEMANI SEMARANG 2006
Faktor-faktor Yang Berhubungan... - M.Turmudhi; Eti Rimawati FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PLEBITIS PADA PASIEN DI UNIT RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT ROEMANI SEMARANG 2006 M.Turmudhi*); Eti
Lebih terperinciHUBUNGAN LAMANYA PEMASANGAN KATETER INTRAVENA DENGAN KEJADIAN FLEBITIS DI RUANG PENYAKIT DALAM RSU JEND. A. YANI METRO TAHUN 2013
JURNAL KESEHATAN HOLISTIK Vol 8, No 2, April 2014 : 89-93 HUBUNGAN LAMANYA PEMASANGAN KATETER INTRAVENA DENGAN KEJADIAN FLEBITIS DI RUANG PENYAKIT DALAM RSU JEND. A. YANI METRO TAHUN 2013 Bambang Hirawan
Lebih terperinciTEHNIK ASEPTIK PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN FLEBITIS PADA ANAK DI RSUD ZAINOEL ABIDIN ACEH
TEHNIK ASEPTIK PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN FLEBITIS PADA ANAK DI RSUD ZAINOEL ABIDIN ACEH TECHNICAL INFUSION SETUP ASEPTIC PHLEBITIS EVENTS IN CHILDREN RSUD ZAINOEL ABIDIN ACEH Eli Yana ; Nurlela
Lebih terperinciTINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH
TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH Rahmat Ali Putra Hrp*Asrizal** *Mahasiswa **Dosen Departemen Keperawatan Medikal bedah Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit adalah suatu organisasi pelayanan sosial kemanusiaan. Secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah suatu organisasi pelayanan sosial kemanusiaan. Secara aktual pelayanan rumah sakit telah berkembang menjadi suatu industri yang berbasis pada prinsip
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat. darurat (Permenkes RI No. 147/ Menkes/ Per/ 2010).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rumah sakit adalah sebuah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
Lebih terperinciKata kunci : Rumah Sakit, Infeksi Nosokomial, Antiseptic Hand rub Kepustakaan : 55 (15 Jurnal+20 Buku+6 Skrispi & tesis+14 Website)
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN ANTISEPTIC HAND RUB PADA PENUNGGU PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL DAHLIA KELAS III RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BREBES Dea Afra Firdausy *),
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI KEPATUHAN PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PEMASANGAN INFUS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
NASKAH PUBLIKASI KEPATUHAN PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PEMASANGAN INFUS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG Disusun oleh: MUTIANA MUSPITA JELI 20121030030 PROGRAM PASCA
Lebih terperinciKepatuhan Perawat dalam Melaksanakan Standar Prosedur Operasional Pemasangan Infus di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong
ARTIKEL PENELITIAN Mutiara Medika Vol. 14 No. 1: 51-62, Januari 2014 Kepatuhan Perawat dalam Melaksanakan Standar Prosedur Operasional Pemasangan Infus di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong Compliance
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA LOKASI PENUSUKAN INFUS DAN TINGKAT USIA DENGAN KEJADIAN FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP DEWASA RSUD TUGUREJO SEMARANG
HUBUNGAN ANTARA LOKASI PENUSUKAN INFUS DAN TINGKAT USIA DENGAN KEJADIAN FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP DEWASA RSUD TUGUREJO SEMARANG Dewi Nurjanah**) Sri Puguh Kristiyawati**), Achmad Solechan**) *) Alumni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kadang-kadang mengakibatkan kematian pada pasien dan kerugian keuangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Setiap tahun ratusan juta pasien di seluruh dunia terjangkit infeksi terkait perawatan kesehatan. Hal ini signifikan mengarah pada fisik dan psikologis dan kadang-kadang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kohort deskriptif dengan metode pendekatan kuantitatif yang diarahkan untuk mengetahui kejadian phlebitis pada
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM GRINGSING BATANG 5 Anjar Puji Hastuti ABSTRAK World Health Organization (WHO) memperkirakan insiden
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari atau satu bulan,dimana pada masa ini terjadi proses pematangan organ, penyesuaian
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KESESUAIAN UKURAN DAN LETAK PEMASANGAN INTRAVENA CATHETER TERHADAP KEJADIAN PHLEBITIS DI RSUD UNGARAN
HUBUNGAN ANTARA KESESUAIAN UKURAN DAN LETAK PEMASANGAN INTRAVENA CATHETER TERHADAP KEJADIAN PHLEBITIS DI RSUD UNGARAN *Rizka Oktyaningrum **Priyanto, S.Kep, Umi Aniroh *Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
Lebih terperinciPERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI
PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI Anas Tamsuri*, Ahmad Subadi.** *) Dosen Akper Pamenang Pare **) Perawat Magang
Lebih terperinciDAMPAK TERAPI INTRAVENA PADA BALITA BERDASAR VIP (VISUAL INFUSION PHLEBITIS) SCORE
DAMPAK TERAPI INTRAVENA PADA BALITA BERDASAR VIP (VISUAL INFUSION PHLEBITIS) SCORE (The Effects of Intravenous Therapy in Infants Based on the VIP (Visual Infusion Phlebitis) Score) Hernantika Rahmawati
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TEHNIK INSERSI DAN LOKASI PEMASANGAN KATETER INTRAVENA DENGAN KEJADIAN PHLEBITIS DI RSUD AMBARAWA
HUBUNGAN ANTARA TEHNIK INSERSI DAN LOKASI PEMASANGAN KATETER INTRAVENA DENGAN KEJADIAN PHLEBITIS DI RSUD AMBARAWA Ninik Lindayanti* Priyanto** *Perawat RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang **Dosen STIKES Ngudi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terapi dan perawatan untuk dapat sembuh, dimana sebagian besar pasien yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin baiknya tingkat pendidikan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat, kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan telah bergeser kearah
Lebih terperinci1.5 Metode Penelitian Tahapan yang akan dilakukan dalam menyelesaikan tugas akhir ini dibagi bebrapa tahapan, diantaranya:
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu kedokteran dan teknologi yang semakin canggih menyebabkan tuntutan akan kemudahan dan ketepatan. Demikian halnya perkembangan ilmu dan teknologi di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi adalah masuk dan berkembangnya mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai dengan gejala klinis baik lokal maupun sistemik (Potter & Perry,
Lebih terperinciLaboratorium 7 orang petugas, dan Instalasi Gizi 11 orang petugas. Setiap
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Gamping yang merupakan salah satu Rumah Sakit Umum milik yayasan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator, salah satunya adalah melalui penilaian terhadap
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terdapat di RS PKU Muhammadiyah Gamping memiliki berbagai
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping yang menyediakan berbagai macam jenis pelayanan
Lebih terperinciHUBUNGAN SUPERVISI DAN MOTIVASI DENGAN PEMBERIAN CAIRAN INFUS SESUAI SPO OLEH PERAWAT PELAKSANA
Jurnal Endurance (3) October 07 (80-84) HUBUNGAN SUPERVISI DAN MOTIVASI DENGAN PEMBERIAN CAIRAN INFUS SESUAI SPO OLEH PERAWAT PELAKSANA Susi Widiawati Ona Apriana Diah Merdekawati 3 Program Studi Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang sangat penting di Indonesia. Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan
Lebih terperinciSKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK PEMASANGAN DAN PERAWATAN KATETER INTRAVENA DENGAN KEJADIAN PHLEBITIS DI RUMAH SAKIT UMUM SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2014
SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK PEMASANGAN DAN PERAWATAN KATETER INTRAVENA DENGAN KEJADIAN PHLEBITIS DI RUMAH SAKIT UMUM SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2014 Oleh NELVISTER TAFONAO 10 02 140 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS
Lebih terperinciMODUL PRAKTIK KLINIK KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN
MODUL PRAKTIK KLINIK KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN 2015 A K A D E M I K E B I D A N A N G R I Y A H U S A D A S U R A B A Y A KETERAMPILAN KLINIK INJEKSI I. DISKRIPSI MODUL Pendahuluan Tujuan Metode Penuntun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari perawat selalu berinteraksi dengan pasien dan bahaya-bahaya di rumah sakit, hal tersebut membuat
Lebih terperinciLEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Ponorogo, bermaksud melaksanankan penelitian dengan judul Perilaku
Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada, Yth. Calon Responden penelitian Di Tempat Dengan hormat, Saya mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo, bermaksud melaksanankan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil penelitian tiap variabel dapat disimpulkan 1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip Bandung untuk pelaksanaan perhatikan nama obat, rupa dan ucapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu tempat pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama untuk masyarakat yang sedang sakit. Tujuan utama rumah sakit
Lebih terperinci