SISTEM INFORMASI POHON PADA JALUR HIJAU JALAN DI KOTA BOGOR (Studi Kasus Jalan Pajajaran) Yudi Rusdianto A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SISTEM INFORMASI POHON PADA JALUR HIJAU JALAN DI KOTA BOGOR (Studi Kasus Jalan Pajajaran) Yudi Rusdianto A"

Transkripsi

1 SISTEM INFORMASI POHON PADA JALUR HIJAU JALAN DI KOTA BOGOR (Studi Kasus Jalan Pajajaran) Yudi Rusdianto A PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 SISTEM INFORMASI POHON PADA JALUR HIJAU JALAN DI KOTA BOGOR (Studi Kasus Jalan Pajajaran) Skripsi Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Bidang Arsitektur Lanskap Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor OLEH : YUDI RUSDIANTO A PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

3 RINGKASAN YUDI RUSDIANTO. SISTEM INFORMASI POHON PADA JALUR HIJAU JALAN DI KOTA BOGOR (Studi Kasus Jalan Pajajaran). Dibawah bimbingan Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr Untuk mengetahui tingkat usaha pemantauan pengelolaan pohon maka harus diketahui data seperti inventarisasi pohon di jalur hijau jalan, prasarana dan saran jalur hijau jalan serta tingkat intensitas kegiatan pemeliharaan serta data lain yang terkait. Oleh karena itu diperlukan suatu usaha pengendaliaan faktor pembatas yaitu ketersediaan informasi. Pohon yang diamati adalah pohon tepi jalan yang berada di bawah pengelolaan PEMDA Bogor yang letaknya di tepi jalan dan trotoar. Secara umum penelitian dibagi menjadi dalam 4 tahap: (1) Pengumpulan data pohon di lapang, (2) Pemetaan data pohon, (3) Pengelolaan data pohon, dan (4) Penyajian akhir. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun dan merancang Sistem Informasi Pemeliharaan Jalur Hijau Jalan di Kota Bogor Kususnya Jalan Pajajaran. Dalam pengambilan data di lapang dilakukan kegiatan berupa inventarisasi atau pendataan jenis pohon serta pengambilan titik kordinat pohon dengan mengunakan GPS, Pengukuran terhadap fisik pohon berupa tinggi pohon, diameter batang, lebar tajuk serta keseimbangan batang dan tajuk. Serta dilakukan penilaian terhadap kerusakan hama penyakit dan kerusakan mekanik individu pohon. Hasil yang diperoleh dari pengamatan di lapang kemudian dipetakan menggunakan software ArcView melalui titik kordinat pohon yang diambil dengan GPS. Untuk pengolahan data spasial yang dilakukan dengan menggunakan ArcView sedangkan pengelolaan data atribut berupa angka dan huruf dengan program MS Excel XP dan Penyajian akhir secara digital di kemas dengan mengunakan MS4W (MapServer for Windows). Berdasarkan studi yang dilakukan pada Jalan Pajajaran di Kota Bogor diperoleh data pohon sebanyak 965 pohon meliputi pedestrian kiri, median jalan, dan pedestrian kanan. Dari penilaian kondisi fisik pohon didapatkan kondisi pohon di Jalan Pajajaran termasuk dalam kategori peringkat 1 dengan persentase sebesar 80.0 % dimana kerusakan sangat sedikit atau dapat dikatakan tidak ada (0 15%). Sistem Informasi Pemeliharaan Pohon Tepi Jalan di Jalan Pajajaran dengan menggunakan metode SIG (Sistem Informasi Geografi) dapat menyajikan informasi spasial berupa peta sebaran pohon yang mempunyai hubungan dengan informasi (atribut). Informasi yang diberikan dapat berupa informasi posisi pohon dengan informasi ciri fisik dan rekomendasi terhadap pemeliharaan yang akan dilakukan. Penyajian basisdata pohon dilakukan dengan menggunakan program MS Excel XP. Serta diharapkan Penyajian akhir yang di kemas dengan mengunakan MS4W (MapServer for Windows) dapat memberikan kemudahan dalam memperoleh informasi.

4 LEMBAR PENGESAHAN Judul skripsi : SISTEM INFORMASI POHON PADA JALUR HIJAU JALAN DI KOTA BOGOR (Studi Kasus Jalan Pajajaran). Nama : Yudi Rusdianto NRP : A Disetujui, Dosen Pembimbing Skripsi Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr NIP Diketahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr NIP Tanggal Lulus:

5 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul Sistem Informasi Pohon Pada Jalur Hijau Jalan di Kota Bogor Studi Kasus Jalan Pajajaran. Diharapkan penelitian ini dapat berguna. 1. Terima kasih kepada keluarga yang selalu mendukung saya, kepada Bapak Rusdi Djanan dan Ibu Rosmiati selaku kedua orang tua saya, saudara-saudara dan seluruh keluarga yang saya cintai dan saya banggakan. Permohonan maaf atas kesalahan dan kekhilafan serta beban yang telah saya berikan kepada keluarga semuanya, 2. Ucapan terima kasih tulus kepada Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr sebagai dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu dan tenaga, membimbing dan selalu membantu sehingga penelitian dan tulisan ini dapat saya selesaikan, 3. Kepada Ir. Marietje Wungkar, MSi sebagai Pembimbing Akademik, terima kasih atas bantuan dan saran-sarannya, 4. Kepada sahabat-sahabat seperjuangan, yang siap membantu dalam kesusahan, menasehati disaat aku melakukan kesalahan, dan selalu bisa berbagi cerita bahagia dan sedih, 5. Kepada semua pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu, saya ucapkan banyak terima kasih, Penulis tidak bisa mengingkari kalau penulisan ini belumlah sempurna, karena kesempurnaan itu hanyalah milik Allah SWT, sehingga penulis memohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan ini dan sangat berharap bila tulisan ini bisa bermamfaat untuk kita semua.. amin Bogor, 14 Febuari 2008 Penulis

6 RIWAYAT HIDUP Penulis terlahir 22 tahun silam, tepatnya pada tanggal 22 Oktober 1985 di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat, dari seorang ibu yang bernama Rosmiati dan bapak yang bernama Rusdi Djanan. Penulis merupakan anak ke enam dari enam bersaudara. Pendidikan formal yang pernah ditempuh sebelumnya, yaitu Sekolah Dasar pada SDN 16 Surau Gadang Siteba Padang, dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan ke sekolah tingkat menengah pada SLTPN 3 Bayang, dan menyelesaikannya pada tahun Penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 1 Bayang, alhamdulillah menyelesaikan tepat waktu pada tahun 2003, dan berkat rahmat-nya, penulis diizinkan untuk mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan, karena pada tahun yang sama penulis diterima pada Jurusan Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanaian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Suatu nikmat dan rahmat yang tidak terhingga penulis rasakan dapat mengenyam pendidikan, sehingga penulis memamfaatkan masa pendidikan semaksimal mungkin. Selama itu, baik masa di bangku sekolah maupun di bangku perkuliahan, penulis mengisi waktu kosong dengan aktif pada beberapa organisasi.

7 DAFTAR ISI No Teks Halaman DAFTAR... iv DAFTAR GAMBAR... v I. PENDAHULUAAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Ruang Lingkup Studi... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ruang Terbuka Hijau Jalan Jalur Hiaju Jalan Karakteristik Pohon Pemeliharaan Pohon Sistem Informasi... 8 III. METODA 3.1. Tempat dan Waktu Alat dan Bahan Metoda Pengumpulan Data Pohon di Lapang Penilaian Kondisi Fisik Pohon Pemetaan Data Pohon Pengolahan Basis Data Pohon Penyajian Hasil IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Lokasi Klimatologi Panjang Jalur Jalan Tata Guna Lahan Tata Hijau Jalan Pengumpulan Data Penomoran... 21

8 4.4. Hasil Inventarisasi Pohon Pengukuran Fisik Pohon Jalur Hijau Pedestrian Kiri Jalur Hijau Median Jalur Hijau Pedestrian Kanan Pengukuran Kondisi Fisik Kerusakan Hama dan Penyakit Kerusakan Mekanik Manajemen Pemeliharaan Pemangkasan Tinggi Pemangkasan Lebar Tajuk Pengendalian Kerusakan Hama dan Penyakit Penambalan Pada Pohon Berlubang Penebangan Pohon Pemupukan Pengolahan Data Pengolahan Database Dengan Excel Pengolahan Database Dengan ArcView Penyajian Hasil Instalasi MS4W Penggunaan MS4W MapServer for Windows.. 45 V. Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan Saran VI. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

9 DAFTAR TABEL No Halaman Teks 1. Klasifikasi Diameter Batang Pohon Klasifikasi Kelas Tinggi Pohon Klasifikasi Kelas Lebar Tajuk Pohon Skoring Kerusakan pada Pangkal Akar dan Batang Skoring Kerusakan pada Cabang dan Daun Kerusakan Mekanik pada Pohon Penyebaran Jumlah dan Jenis Pohon Jenis dan Jumlah Pohon Pedestrian Kiri Jenis dan Jumlah Pohon Di Median Jenis dan Jumlah Pohon Pedestrian Kanan Peringkat Kerusakan Hama dan Penyakit Di Jalan Pajajaran Peringkat Kerusakan Mekanik Di Jalan Pajajaran Peringkat Total Kerusakan Pohon Di Jlan Pajajaran... 36

10 DAFTAR GAMBAR No Halaman Teks 1. Bagan-bagan jalan Peta Lokasi Penelitian Tampilan Arsitektur Aplikasi Web-GIS dengan MapServer Bagan Kerangka Kerja Penomoran Pada Pohon Jumlah dan Persentase Jenis Pohon Di PL Jumlah dan Persentase DBH Pohon Di PL Jumlah dan Persentase Tinggi Pohon Di PL Jumlah dan Persentase Lebar Tajuk Di PL Jumlah dan Persentase Jenis Pohon Di Median Jumlah dan Persentase DBH Pohon Di Median Jumlah dan Persentase Tinggi Pohon Di Median Jumlah dan Persentase Lebar Tajuk Di Median Jumlah dan Persentase Jenis Pohon Di PR Jumlah dan Persentase DBH Pohon Di PR Jumlah dan Persentase Tinggi Pohon Di PR Jumlah dan Persentase Lebar Tajuk Pohon Di PR Pohon Yang Ditumbuhi Epifit Pohon Yang Ditumbuhi Benalu Gerowong Pada Pohon Kerusakan Mekanik Akibat Vandalisme Yang Ditemui Di Lapang Sayatan Pada Pohon Tahap Pemotongan Pada Dahan Pohon Metode Cavity Treatment Database Jalur Hijau Jalan Tampilan Add Theme Pada ArcView Tampilan Extension Pada ArcView Tampilan Peta Bogor dan Titik Pohon Informasi Yang Ditampilkan Dengan Mengklik Identify Pada Salah Satu Titik Pohon... 44

11 30. Informasi Yang Ditampilkan Dengan Open Theme Table Tampilan Peta Serta Titik Pohon Jalur Median dan Identify Results Tampilan Peta Serta Titik Pohon Jalur Pedestrian Kiri dan Identify Results Tampilan Peta Serta Titik Pohon Jalur Pedestrian Kanan dan Identify Tampilan Posisi MS4W dan Tampilan Sub-direktori Tampilan Browsing pada Localhost Tampilan MapServer Saat Browsing pada localhost Tampilan Informasi dengan Mengaktifkan Layer Jalan dan Titik Pohon Median Tampilan Informasi dengan Mengaktifkan Layer Jalan dan Titik Pohon Pedestrian kiri Tampilan Informasi dengan Mengaktifkan Layer Jalan dan Titik Pohon Pedestrian Kanan Tampilan dengan Mengaktifkan Layer Jalan dan Titik Pohon Pedestrian Kanan dengan Detail Informasi... 51

12 I. PENDAHULUAAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan suatu tempat dimana terdapat konsentrasi penduduk dengan pusat aktivitasnya seperti industri, perdagangan, pendidikan dan jasa. Dengan jumlah penduduk yang relatif besar menuntut tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Kebutuhan akan sarana dan prasarana dapat terpenuhi dengan pembangunan, baik fisik maupun non fisik, yang intensitasnya akan terus meningkat. Pesatnya pembangunan di kota Bogor semakin memicu peningkatan populasi penduduk. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya jumlah maupun ragam kegiatan masyarakat. Sekarang ini kebutuhan masyarakat akan ruang terbuka hijau atau RTH meningkat, disebabkan oleh adanya penurunan kualitas lingkungan perkotaaan sebagai akibat tidak langsung dari aktifitas yang dilakukan masyarakat itu sendiri. Selain mengalami berbagai pencemaran, dampak lainnya adalah menurunnya kualitas serta ketersediaan air. Di satu pihak, pembangunan di perkotaan telah meningkatkan kesejahteraan manusia, tetapi di lain pihak terjadi degradasi mutu lingkungan hidup dan pada gilirannya kesehatan manusia dan mahkluk hidup lainnya terganggu. RTH mempunyai peran yang penting dalam suatu kawasan perkotaan, terutama karena fungsi serta manfaatnya yang tinggi dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas lingkungan alami perkotaan ini. Fungsi dan manfaat yang didapatkan dari RTH ini terutama untuk kawasan perkotaan adalah dalam bentuk kenyamanan fisik, ekologis, sosial, dan arsitektural (Nurisjah, 1997). Salah satu bentuk hutan kota menurut Dahlan (1992) adalah jalur hijau jalan dengan elemen utama pohon tepi jalan. Kehadiran pohon tepi jalan sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang menyenangkan bagi pengguna jalan karena memiliki sifat fisiologis antara lain kemampuan menyerap polusi dan penghasil oksigen. Selain itu pohon memiliki sifat fisik yang dapat memberikan nilai estetika dari bentuk, testur, warna, aroma dan bagian lainnya. Pembangunan yang lebih mengarah pada pembangunan fisik telah menyampingkan keberadaan ruang terbuka hijau, khususnya jalur hijau jalan. Hal ini mempengaruhi kondisi fisik yang ada pada pohon dengan terlihatnya berbagai gejala kerusakan secara fisik dan visual. Dengan gejala kerusakan yang ada dapat mempengaruhi kualitas lingkungan kota. Oleh sebab itu pengembangan,

13 2 penggelolaan, dan pemeliharaan jalur hijau harus ditangani dengan serius terutama pada lingkungan perkotaan. Untuk mengetahui tingkat usaha pemantauan penggelolaan pohon maka harus diketahui data seperti inventarisasi pohon di jalur hijau jalan, prasarana dan sarana jalur hijau jalan serta tingkat intensitas kegiatan pemeliharaan serta data lain yang terkait. Oleh karena itu diperlukan suatu usaha pengendaliaan faktor pembatas yaitu ketersediaan informasi. Sehingga sistem informasi mengenai penggelolaan jalur hijau khususnya pohon terutama di jalan protokol yang ada di kota Bogor, dapat dijadikan pedoman dalam pertimbangan untuk Penggelolaan, pemanfaatan dan pengembangan jalur hijau dan dapat memberikan teknik penggelolaan pemeliharaan yang lebih efisien Tujuan Penelitian Menyusun dan merencanakan sistem informasi yang berbasis komputer dengan menampilkan data base yang terhimpun dari lapang dan dikemas dalam bentuk aplikasi program MS4W (MapServer for Windows) serta rekomendasi teknik pemeliharaan pohon di jalur hijau jalan di kota Bogor Manfaat Penelitiaan Diharapkan dapat memberikan informasi dan pedoman terhadap semua pihak baik itu pemerintah daerah Kota Bogor, masyarakat umum serta akademisi. Bagi pemerintah daerah tersedianya data base pohon jalan Pajajaran, dan tersedianya rekomendasi sebagai pertimbangan pemeliharaan pohon. Masyarakat umum dapat mengakses dan mengetahui informasi yang ada pada data base pohon, dan bagi akademisi memperoleh pengetahuan mengenai penyusunan basis data berbasis komputer dan dapat dijadikan sebagai pedoman terhadap penelitian lebih lanjut Ruang Lingkup Studi Penelitian dibatasi pada Jalan Pajajaran karena jalan ini merupakan jalan utama dengan intensitas kendaraan yang melaluinya cukup tinggi di kota Bogor.

14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka (open space) dalam Daftar Istilah Dinas Pertamanan DKI (2001) adalah lahan tanpa atau dengan sedikit bangunan dengan jarak bangunan yang saling berjauhan; ruang terbuka ini dapat berupa pertamanan, tempat olahraga, tempat bermain anak, perkuburan, dan daerah hijau pada umumnya. Selain itu Simonds (1983) mengemukakan bahwa ruang terbuka memiliki kekuatan untuk membentuk karakter kota dan menjaga keberlangsungan hidupnya. Ruang terbuka hijau pada dasarnya adalah ruang terbuka baik dalam bentuk area kawasan maupun dalam bentuk memanjang atau jalur yang penggunaannya lebih bersifat terbuka tanpa bangunan. Ruang terbuka hijau pemanfaatannya lebih bersifat pengisian tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertaniaan, pertamanan, perkebunan dan sebagainya (Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 tahun 1988). Selanjutnya Ruang Terbuka Hijau disebutkan sebagai ruang-ruang dalam kota baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur yang pada dasarnya tanpa bangunan. Ruang Terbuka hijau ditinjau dari segi tujuan, yaitu (1) untuk tujuan konservasi; (2) untuk keindahan kota; (3) sebagai fungsi untuk kegiatan tertentu; (4) pengaturan lalu lintas; (5) sarana olahraga bagi kepentingan lingkungan perumahan; (6) untuk kepentingna flora dan fauna seperti kebun binatang; (7) untuk halaman bangunan. Menurut Carpenter et all. (1975) lingkungan hijau adalah sebagai pelembut kesan keras dari struktur fisik, menolong manusia mengatasi tekanantekanan kebisingan, udara yang panas, dan polusi udara di sekitarnya, serta sebagai pembentuk kesatuan ruang. Tanaman merupakan elemen dari RTH. Menurut Grey dan Deneke (1978) tanaman memiliki empat fungsi utama yaitu : (1) fungsi memperbaiki iklim yaitu yang berperan dalam modifikasi suhu dan kelembaban udara sebagai pelindung dari pengaruh udara, (2) fungsi teknis yaitu tanaman berperan dalam mencegah erosi, melindungi ketersediaan air, meredam suara, mengurangi populasi udara, mengurangi silau pantulan cahaya matahari dan mengontrol lalu lintas, (3) fungsi arsitektur, (4) fungsi keindahaan.

15 Jalan Jalan merupakan sarana penting untuk transportasi barang dan penumpang, keberadaan kendaraan di jalan memberikan beragam dampak negatif seperti polusi udara, bising, kabut asap, kemacetan, dan kecelakaan lalu lintas. Oleh karena itu pengembangan RTH jalan akan memberikan kenyamanan, keindahan, dan mengurangi dampak negatif dari kendaraan bermotor. Jalan yang baik memiliki perlengkapan dan kelengkapan jalan. Perlengkapan jalan dapat berupa : (1) jembatan; (2) gorong-gorong; (3) terowong; (4) guard rel; (5) retaining wall. Sedangkan kelengkapan jalan diantaranya : (1) rambu jalan; (2) lampu penerang jalan; (3) pagar pinggir jalan; (4) jam jalan. Menurut Haris dan Dines (1988), jalan dikelompokkan berdasarkan peranannya yaitu: 1. Jalan arteri, yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, volume satuaan angkutan rata-rata besar dan jalan masuk dibatasi secara efisien. 2. Jalan kolektor, yaitu jalan yang melayani angkutan pengumpulan atau pembagiaan dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang dengan volume satuan angkutan dan kecepatan rata-rata sedang, serta jumlah kendaraan yang masuk dibatasi. 3. Jalan lokal yaitu jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak pendek dengan kecepatan rata-rata rendah dan volume satuan angkutan rata-rata kecil serta jumlah jalan masuk dibatasi. Gambar 1. Bagan jalan Peratauran Pemerintah Republik Indonesia No. 26 tahun 1985 membagi jalan menjadi tiga bagian :

16 5 1. Daerah Manfaat Jalan (Damaja), merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh pembina jalan. 2. Daerah Milik Jalan (Damija), merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang diperuntukan bagi damaja dan pelebaran jalan maupun penambahan jalur lalu lintas dikemudian hari, serta kebutuhan ruangan untuk pengguna jalan. 3. Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja), merupakan ruang sepanjang jalan di luar damija yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang diperuntukan untuk pandangan bebas pengemudi dan pengamanan konstruksi. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 tahun 1985 tentang penempatan tanaman pada sistem jaringan jalan dapat dilakukan di luar Damaja, di batas damaja, atau median jalan. Tanaman sebagai salah satu elemen lanskap yang mempunyai fungsi tertentu dalam lanskap. Tujuan penanaman jalur tepi jalan adalah untuk membedakan area melalui kualitas lanskap yang unik, melapis jalur lalu lintas, dan memperkuat jajaran path, memberikan penekanan pada node, sebagai peneduh dan daya tarik, screen atau menutupi pandangan tidak menarik, menghilangkan kesilauaan, serta mengurangi polusi udara dan polusi suara (Simonds,1983). RTH jalan dapat memberikan keselamatan, kenyamanan bagi pemakai jalan serta meningkatkan kualitas fisik dan visual di sekitar jalan. Elemen tanaman di sepanjang jalan harus dapat pula mengurangi dampak negatif kendaraan bermotor di jalan dan memberikan komposisi keindahan dan kenyamanan terhadap lingkungan di sekitar jalan Jalur Hijau Jalan Salah satu bentuk jalur hijau adalah jalur hijau jalan. Terdapat beberapa struktur pada jalur hijau jalan yaitu daerah sisi jalan, median jalan, maupun pulau lalu lintas (traffic islands). Daerah sisi jalan adalah daerah yang berfungsi untuk keselamatan dan kenyamanan pemakai jalan, lahan untuk pengembangan jalan, kawasan penyangga, jalur hijau, tempat pembangunan fasilitas pelayanan dan melindungi bentukan alam.

17 6 Simonds (1983) menyatakan bahwa karakter dan tingkat kelayakan untuk hidup dari sebuah kota sangat ditentukan oleh kondisi alamnya dan pengaturan ruang-ruang terbukanya. Lebih lanjut dikemukakan bahwa bentuknya berupa tepi laut, jalur biru, jalur hijau, taman kota dan area rekreasi dan lain-lain. Bentuknya jalur hijau dapat berupa jalan raya lintas, jalan raya yang berumput tengahnya, koridor transportasi, lereng, jalan setapak, jalur jogging dan jalur sepeda. Jalur hijau merupakan daerah hijau sekitar lingkungan pemukiman atau sekitar kota, yang bertujuan mengendalikan pertumbuhan pembangunannya, mencegah dua kota atau lebih menyatu, mempertahankan daerah hijau, rekreasi ataupun daerah resapan hujan, di daerah ini tidak diperbolehkan ada bangunan apapun (Daftar Istilah Dinas Pertamanan, 2001). Menurut Arifin (1993) jalur hijau jalan merupakan ruang terbuka hijau yang memanjang baik yang berada di sisi jalan maupun sebagai pemisah atau median jalan. UU No. 23/1997 tentang penggelolaan lingkungan hidup menyebutkan bahwa jalur hijau diperuntukan sebagi resirkulasi udara sehat bagi masyarakat guna mendukung kenyamanan lingkungan dan sanitasi yang baik. Penanaman jalur hijau jalan merupakan hal penting dalam merancang dan mengelola ruang serta memecah masalah (Booth, 1983). Vegetasi merupakan faktor penting dalam lingkungan sehingga pemilihan vegetasi harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dengan karakteristik vegetasi yang ditanam, terutama untuk penanaman jalur hijau di lingkungan perkotaan yang berada di lingkungan yang penuh polusi dan keadaan yang kurang mendukung. Pemilihan tanaman untuk suatu lanskap harus memperhatikan aspek agronomis, arsitektural tanaman dan nilai identitas tertentu, misalnya tanaman langka, unik, eksklusif dan lainnya (Nurisjah, 1991) Karakteristik Pohon Persyaratan utama yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis tanaman lanskap jalan (Ditjen Bina Marga, 1996), antara lain: (1) perakaran tidak merusak konstruksi jalan. (2) mudah dalam perawatannya. (3) batang/percabangannya tidak mudah patah. (4) daun tidak mudah rontok atau gugur. Menurut Sulistyantara (2006) dasar pemilihan tanaman yaitu: 1) sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman. 2) toleran terhadap polusi udara/ mempunyai kemampuan tinggi dalam mengurangi polusi udara. 3) pemeliharaan

18 7 minimum. 4) sesuai dengan fungsi yang ingin dimunculkan apakah keselamatan, konversi lingkungan atau estetika. Pohon yang normal memiliki 3 karakteristik standar yaitu sistem percabangan yang simetris dan rimbun, bentuk daun yang menarik dan perakaran yang sehat (Pirone, 1972). Kriteria tanaman jalan dalam kota adalah 1) pohon penaung dengan tinggi sedang atau tinggi < 15 m. 2) bentuk tajuk pohon bulat atau kolumar. 3) tinggi cabang paling bawah 5 m. 3) tidak membahayakan pengguna jalan : tidak berduri, berbiji besar dan percabangan kuat. 4) perakaran tidak ektensif, sehingga tidak merusak trotoar dan saluran drainase (Sulistyantara, 2006). Tanaman pohon tua akan layak hidup dan dipertahankan bila dilihat dari 2 aspek yaitu, (1) tingkat kerusakan pada akar atau pada tajuk (batang dan cabang) pohon, (2) lingkungan tumbuh, baik tanah maupun space yang masih cukup untuk pohon berdiri tegak dan optimum untuk pertumbuhan. Kerusakan yang parah pada akar atau tajuk, dan lingkungan tumbuh khususnya space bagi akar yang tidak cukup bagi pohon tua/besar menyebabkan pohon tua tersebut tidak layak lagi dipertahankan. Namun bila space untuk akar masih tersedia cukup, bila tidak terdapat kerusakan yang parah (tidak akan tumbang), sedang pertumbuhan tidak optimum, maka pohon tersebut masih layak dipertahankan dengan memperbaiki lingkungan tumbuh pohon tua tersebut (Nasrullah, 2005). Pohon yang tumbuh sehat pada jalur hijau kota menampilkan sifat fisik yang diinginkan sesuai desain penanaman, ditentukan oleh faktor (1) pemilihan tanaman, (2) metode penanaman, dan (3) pengelolaan pemeliharaan tanaman pasca penanaman. Tanaman akan tumbuh dengan baik bila tanaman yang dipilih toleran dengan lingkungan tempat penanaman. Metode penanaman yang benar akan menyiapkan tempat yang menjamin dengan baik pertumbuhan akar dan tajuk. Pemeliharaan yang tepat akan menjamin pertumbuhan dengan kecepatan yang normal, terhindar dari gangguan hama penyakit dan vandalisme. Sebaliknya jika faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan tersebut tidak tepat, maka tanaman akan tumbuh lamban, tidak menampilkan sifat fisik yang diinginkan, dan bahkan tanaman akan sewaktu waktu tumbang (Nasrullah, 2005).

19 Pemeliharaan Pohon Pemeliharaan pohon dibedakan dalam dua bagian, yaitu pemeliharaan umum dan pemeliharaan khusus terhadap pohon yang tidak normal. Pemeliharaan umum mencakup pemindahan tanaman, pemupukan, pemangkasan, perlakuan terhadap luka, penambalan lubang pohon, penguatan dan pengawatan, sedangkan pemeliharaan khusus meliputi diagnosis terhadap pohon, kontrol hama dan penyakit, penyiraman, kontrol kerusakan dan sebagainya (Pirone, 1972). Tingkat pemeliharaan terdiri dari pemeliharaan intensif, semi intensif, dan eksktensif. Jalur hujau jalan termasuk kedalam tingkatan semi intensif seperti 1) penyiangan, pengendalian gulma, 2) penggemburan tanah, pengaerasian tanah, 3) penyiraman, irigasi, 4) pemupukan, 5) penyulaman tanaman, 6) pengendalian hama dan penyakit (Arifin Hadi, 2002). Menurut Internasional Society Of Arboriculture (2003) kerusakan pada pohon menggambarkan kondisi pohon dan potensi kerugian yang akan diterima, yaitu (a) potensi kegagalan hidup pohon, (b) potensi kehilangan serius akibat kegagalan hidup pohon. Penggelolaan kerusakan pada pohon dapat menurunkan atau mengurangi tingkat kerusakan. Penggelolaan dilakukan melalui pemeriksaan dan pemeliharaan kondisi pohon secara berkelanjutan. Untuk itu diperlukan pemetaan, pengukuran dan penilaian kondisi fisik pohon, serta dokumentasi. Komponen yang termasuk dalam sistem penilaian tingkat kerusakan antara lain: (a) kerusakan yang tampak misal pohon mati, percabangan, (b) penyakit, misal busuk, luka dan retak, (c) kecenderungan, terbagi menjadi dua yaitu kecenderungan alami dan tidak alami Sistem Informasi Informasi didefinisikan sebagai data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi penerima dan mempunyai nilai nyata atau bermanfaat bagi pengambilan keputusan pada masa sekarang ataupun masa yang akan datang. Informasi ini memberikan manfaat jika sesuai dengan kebutuhan penerima, memiliki ketelitian dalam mengolah data, tidak kadaluarsa (up to date), dan dapat digunakan secara efektif. Model dasar sistem informasi terdiri dari tiga komponen masukan, pengolahan data dan keluaran. Fungsi pengolahan data sering memerlukan data

20 9 yang dikumpulkan dan yang telah diolah sebelumnya. Oleh karena itu pada model dasar sistem informasi ditambahkan media penyimpan data (database), sehingga kegiatan pengolahan mempunyai data, baik buruk maupun sudah disimpan sebelumnya. Salah satu bentuk dari sistem informasi adalah Sistem Informasi Geografi. Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan suatu sistem yang berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi geografi (Arnoff, 1989). Sedangkan menurut Borrough (1983) dalam Scholten dan Stillwel (1990), sistem informasi geografi merupakan alat untuk mengumpulkan, menyimpan, menyajikannya kembali data spasial dari permukaan bumi. Teknologi SIG mengintegrasikan pengoperasian database seperti pertanyaan analisis statistika dengan cara menampilkan secara khas dan menganalisis sacara geografi dari suatu peta. Ada 4 komponen dalam menggunakan SIG, yaitu: 1. Perangkat keras (hardware) merupakan komputer sebagai wadah untuk mengoperasikan SIG 2. Perangkat lunak (software) dari SIG berfungsi menganalis informasi geografi 3. Data, berupa data geografi dan data tabular yang dapat diperoleh melalui pengukuran langsung di lapang 4. Manusia, yang dapat mengatur sistem dan membangun rencana untuk mengaplikasikan masalah-masalah yang ada

21 III. METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2007 sampai dengan Juli Lokasi penelitian dilaksanakan di Kota Bogor dengan lokasi studi di Jalan Pajajaran. Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106º 48 BT dan 6º 26 LS, kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya sangat dekat dengan Ibukota Negara. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian 3.2. Alat dan Bahan Dalam penelitian ini digunakan beberapa alat untuk mendukung dalam pengelolahan data, yang terdiri dari perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Perangkat lunak (software) - Microsoft office excel - ArcView GIS - MS4W (MapServer for Windows) Perangkat keras (hardware) - Komputer - Kompas - Kamera digital - GPS (Global Positioning System) - Rollmeter - Hagameter

22 11 Selain itu data penggelolaan jalur hijau jalan juga diperoleh dari Suku Dinas Pertamanan Kota Bogor berupa data inventarisasi prasarana dan sarana jalur hijau Kota Bogor serta ditampilkan data primer yang meliputi : foto-foto jalur dan data inventarisasi pohon pada jalur hijau jalan Kota Bogor Metoda Metode penelitian yang akan dilakukan adalah metode survei dan studi pustaka. Metode survey dilakukan dengan mengetahui kondisi fisik pohon tepi jalan di kota Bogor, sedangkan studi pustaka dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai standar kondisi fisik pohon tepi jalan dan memperoleh informasi mengenai standar pemeliharaan pohon. Pohon yang diamati adalah pohon tepi jalan yang berada di bawah penggelolaan Pemda Bogor yang letaknya di tepi jalan dan trotoar. Secara umum penelitian dibagi menjadi dalam 4 tahap: (1) pengumpulan data pohon di lapang, (2) pemetaan data pohon, (3) pengolohan data pohon, dan (4) penyajian akhir Pengumpulan Data Pohon di Lapang Inventarisasi pohon dilakukan untuk mengetahui jenis dan jumlah pohon serta letak geografi titik pohon dengan menggunakan GPS dan pengukuran fisik pohon dilakukan untuk memperoleh data sebagai berikut: 1. Diameter Batang Setinggi Dada atau Diameter at Breast Height (DBH) Pengukuran DBH batang pohon cm dari permukaan tanah. Pengukuran dilakukan dengan cara melingkarkan DBH meter pada batang pohon dengan menggunaan rollmeter. Data DBH yang diperoleh diklasifikasikan ke dalam 4 kategori kelas (Tabel 1). Tabel 1. Klasifikasi Diameter Batang Pohon Kelas Kualifikasi Diameter (cm) D1 Semai DBH < 10 D2 Tiang (kecil) 10 DBH < 30 D3 Hampir dewasa (sedang) 30 DBH < 60 D4 Dewasa (besar) DBH 60 Sumber : Daniel, Helms, Baker (1995) 2. Tinggi Pohon

23 12 Pengukuran tinggi pohon menggunakan Hagameter untuk memperoleh sudut bawah dan sudut atas pohon (gambar 2). Tinggi pohon diperoleh melalui perhitungan sebagi berikut: T = (TAN (α) + TAN (β))* d Keterangan : T : tinggi pohon (meter); α: sudut atas (º); β: sudut bawah (º); d: jarak pengmatan (meter) Data tinggi pohon yang diperoleh selanjutnya diklasifikasikan dalam 4 kategori : semai, pohon muda, tiang dan pohon tua / dewasa (Tabel 2) Tabel 2. Klasifikasi Kelas Tinggi Pohon Kelas Kualifikasi Tinggi (m) T1 Semai (rendah) T < 1 T2 Pohon muda (sedang) 1 T < 6 T3 Tiang (tinggi) 6 T < 28 T4 Pohon tua / Dewasa (sangat tringgi) T 28 Sumber : Daniel, Helms, Baker (1995) 3. Lebar Tajuk Lebar tajuk mengunakan rollmeter. Pengukuran tajuk dilakukan dengan menentukan 2 titik terluar tajuk yang memiliki jarak yang paling lebar (diameter tajuk) dari pohon tersebut. Data tajuk yang diperoleh diklasifikasikan menjadi 4 kelas (Tabel 3). Tabel 3. Klasifikasi Kelas Lebar Tajuk Pohon Kelas Kualifikasi Lebar (m) L1 Semai L < 2 L2 Pohon muda 2 L < 5 L3 Tiang 5 L < 9 L4 Besar L 9 Sumber : Daniel, Helms, Baker (1995)

24 Penilaian Kondisi Fisik Pohon Berdasarkan studi arsitektur lanskap dengan proteksi hama dan penyakit tanaman (2003) pengamatan kondisi fisik pohon berdasarkan 2 cara yaitu menggunakan skoring/nilai dan secara deskriptif. Pengamatan kondisi fisik pohon yang dilakukan berdasarkan keadaan visual keseluruhan pohon dengan penekanan pada bagian pangkal akar yang berada dipermukaan tanah, batang, daun, dan percabangan. Penilaian kondisi fisik berdasarkan 2 kerusakan yaitu kerusakan dan penyakit tanaman, dan kerusakan mekanik. Pengamatan kondisi fisik pohon yang dilakukan secara deskriptif berdasarkan keadaan visual di lapang. Sistem penilaiaan pohon berdasarkan sistem skoring/nilai, sebagai berikut: 1. Kerusakan dan penyakit tanaman Pengamatan kerusakan dan penyakit tanaman dibagi menjadi 2 bagian pengamatan pada pohon, yaitu: (a) Kerusakan pada pangkal akar di permukaan tanah dan batang (tabel 4); (b) Kerusakan pada cabang dan daun (Tabel 6). Tabel 4. Skoring Kerusakan pada Pangkal Akar dan Batang No Kerusakan dan Penyakit Nilai 1 Tidak ada kerusakan hama dan penyakit 0 2 Adanya kerusakan hama dan penyakit 1 3 Adanya tumbuhan parasit (jamur, benalu) 2 4 Batang kering/ lapuk; akar kering/ lapuk 3 5 Batang busuk; akar busuk 4 6 Gerowong/ keropos yang tampak 5 Sumber : studi arsitektur lanskap dengan proteksi hama dan penyakit tanaman (2003) Tabel 5. Skoring Kerusakan pada Cabang dan Daun No Kerusakan dan Penyakit Nilai 1 Tidak ada kerusakan hama dan penyakit 0 2 Adanya kerusakan hama dan penyakit 1 3 Adanya tumbuhan parasit (jamur, benalu) 2 4 Klorosis 3 5 Nekrosis 4 6 Percabangan lapuk 5 Sumber : studi arsitektur lanskap dengan proteksi hama dan penyakit tanaman (2003)

25 Untuk menghitung tingkat kerusakan dan penyakit pada pangkal akar dan batang digunakan rumus: T ab = Σ (n i..p i ) x 100% n i Keterangan : T ab : Tingkat kerusakan dan penyakit pada pangkal akar dan batang P i : Skala nilai intensitas kerusakan n i : Nilai n i : Jumlah total nilai dari kerusakan dan penyakit pada pangkal akar dan batang 14 Sedangkan tingkat kerusakan dan penyakit pada cabang dan daun dapat dihitung dengan menggunakan rumus: T cd = Σ (n i..p i ) x 100% n i Keterangan : T cd P i n i n i : Tingkat kerusakan dan penyakit pada cabang dan daun : Skala nilai intensitas kerusakan : Nilai : Jumlah total nilai dari kerusakan dan penyakit pada cabang dan daun Untuk menghitung total tingkat kerusakan dan penyakit menggunakan rumus: T PT = T ab + T cd 2 Keterangan : T PT T ab T cd : Tingkat kerusakan dan penyakit pohon : Tingkat kerusakan dan penyakit pada pangkal akar dan batang : Tingkat kerusakan dan penyakit pada cabang dan daun Tingkat kerusakan dan penyakit yang telah diperoleh kemudian dikategorikan dalam peringkat sebagai berikut: a. Peringkat 1 (tidak ada) : serangan 0% T PT < 15% b. Peringkat 2 (sedikit) : serangan 15% T PT < 30% c. Peringkat 3 (banyak) : serangan 30% T PT < 50% d. Peringkat 4 (sangat banyak) : serangan T PT > 50% 2. Kerusakan mekanik

26 15 Kerusakan mekanik merupakan kerusakan pada pohon yang disebabkan oleh kontak dengan benda-benda fisik (corat-coret, gesekan, goresan, benturan dan sebaginnya) yang dapat menimbulkan luka dan merusak visual dari pohon tersebut. Pengamatan yang dilakukan juga berdasarkan sistem nilai (Tabel 6). Tabel 6. Kerusakan Mekanik pada Pohon No Kerusakan Mekanik Nilai 1 Tidak ada kerusakan mekanik 0 2 Vandalisme 1 3 Goresan 2 4 Sayatan 3 5 Patah cabang 4 6 Tersambar petir 5 Sumber : studi arsitektur lanskap dengan proteksi hama dan penyakit tanaman (2003) Untuk menghitung tingkat kerusakan digunakan rumus, sebagai berikut: T M = Σ(p i. n i ) x 100% Σ n i Keterangan : T M : Tingkat kerusakan yang diamati; n i : Nilai; p i : Skala nilai intensitas serangan kerusakan Σn i : Jumlah total nilai dari kerusakan yang diamati Tingkat kerusakan yang telah diperoleh kemudian dikategorikan dalam peringkat sebagi berikut: a. Peringkat 1 (tidak ada) : serangan 0% T M < 15% b. Peringkat 2 (sedikit) : serangan 15% T M < 30% c. Peringkat 3 (banyak) : serangan 30% T M < 50% d. Peringkat 4 (sangat banyak) : serangan T M > 50% persentase kerusakan dan penyakit serta kerusakan mekanik kemudian digunakan untuk memperoleh tingkat kerusakan total pohon dengan menggunakan rumus: T = T PT + T M 2 Keterangan : T tot : Total tingkat kerusakan pohon T PT : Tingkat kerusakan dan penyakit pada pohon

27 16 T M : Tingkat kerusakan mekanik pada pohon Data tingkat kerusakan pohon yang diperoleh kemudian dikategorikan berdasarkan peringkat sesuai dengan metode Grey dan Deneke (1978) yang dimodifikasi: a. Peringkat 1 (sangat baik) Pohon sehat dan vigor. Rata-rata serangan penyakit dan kerusakan mekanik 0% T tot < 15%. Sedikit atau tidak memerlukan tindakan perbaikan. b. Peringkat 2 (baik) Pohon cukup baik. Rata-rata serangan penyakit dan kerusakan mekanik 15% T tot < 30%. Memerlukann perbaikan. c. Peringkat 3 (buruk) Pohon kurang baik dan kurang sehat. Rata-rata serangan penyakit dan kerusakan mekanik 30% T tot <50%. Memerlukan banyak tindakan perbaikan. d. Peringkat 4 (sangat buruk) Pohon dengan rata-rata serangan penyakit dan kerusakan mekanik T tot > 50% atau terancam mati atau mati Pemetaan Data Pohon Data hasil pengukuran lapang dan data dari GPS dimasukkan ke dalam sistem SIG. Data spasial untuk plotting menggunakan sistem koordinat dalam UTM (Universal Tranverse Mercator) yang sesuai dengan koordinat peta rupa bumi digital dari BAKOSURTANAL. Hasil yang diperoleh dari pengamatan di lapang kemudian dipetakan menggunakan software ArcView melalui titik pohon yang diambil menggunakan GPS. Pengemasan hasil pengamatan dalam SIG ini untuk memudahkan pengguna dalam mencari informasi Pengolahan Basis Data Pohon Pengolahan data spasial dilakukan dengan menggunakan ArcView sedangkan pengolahan data atribut berupa angka dan huruf mengunakan MS Excel.

28 Penyajian Hasil Penyajian hasil basis data informasi penggelolaan jalur hijau kota Bogor dalam bentuk digital yang ditampilkan melalui program MS4W atau MapServer for Windows. Tujuan untuk memberikan kemudahan bagi pengguna dalam mengakses atau mengetahui dalam penggelolaan jalur hijau jalan di Kota Bogor. MapServer MapServ CGI Or MapScrip + PHP Internet HTTP Server (apache) MapFile HTML Template (app.scripts) Map Data Browser External Data Gambar 3. Tampilan Arsitektur Aplikasi Web-GIS dengan MapServer

29 18 Gambar 4. Bagan Kerangka Kerja Menentukan Lokasi Jalur Hijau Penelitian Survei Lapang Pengumpulan Data Pohon (Inventarisasi Titik Letak dan Jenis Pohon) Penilaian Kondisi Pohon (Penilaian Kerusakan Hama Penyakit dan Mekanik) Pengolahan Basis Data Analisis Pemeliharaan Pohon Pemetaan Data Pohon Penyajian Hasil Akhir

30 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Lokasi Jalan Pajajaran memiliki panjang 6,4 km yang membentang dari utara ke selatan melalui dua wilayah administrasi yaitu Kecamatan Bogor Utara dan Kecamatan Bogor Timur serta meliputi 5 kelurahan. Wilayah Kecamatan Bogor Utara terdiri dari Kelurahan Tegal Gundil dan Kelurahan Babakan. Wilayah Bogor Timur terdiri dari Kelurahan Tegal Lega, Kelurahan Baranangsiang dan Kelurahan Sukasari. Secara umum Kota Bogor merupakan perbukitan bergelombang dengan ketinggian yang bervariasi antara 0 s/d > 350 m di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng berkisar 0 2 % (datar), 2 15 % (landai), % (agak curam), % (curam), dan > 40 % (sangat curam). Jalan Pajajaran terletak diatas dataran yang relatif datar dan berombak. Berada pada ketinggian 350 m di atas permukaan laut, dengan kemiringan berkisar antara kelompok 0-8 %, 8 15 %, dan % (Pemda Bogor) Klimatologi Jumlah curah hujan rata-rata di wilayah Kota Bogor berkisar antara 3000 sampai 4000 mm/tahun. Curah hujan bulanan berkisar antara mm dengan curah hujan minimum terjadi pada bulan September sekitar 128 mm, sedangkan curah hujan maksimum terjadi di bulan Oktober sekitar 345 mm. temperatur rata-rata wilayah Kota Bogor berada pada suhu 26 0 C. Temperatur tertinggi sekitar 30,4 0 C dengan kelembaban udara rata-rata kurang lebih 70 % (Pemda Bogor) Panjang Jalur Jalan Jalan Pajajaran memiliki panjang keseluruhan 6,4 Km dan damija 40 m dengan jenis jalan beraspal. Jalan Pajajaran memiliki trotoar pada sisi kiri dan kanan jalan dengan lebar kurang lebih 3 m dengan jenis conblock/rumput (C/R). Jalan Pajajaran termasuk kedalam kategori jalan nasional dengan fungsi sebagai jalan arteri (Dinas Bina Marga dan Pengairan, 2007). Berdasarkan UU No 13 tahun 1980 dan PP no 25 tahun 1985 tentang jalan yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Marga Departemen Pekerjaan

31 21 Umum, jalan arteri memiliki karakteristik dimensi sebagai berikut : 1) jalan arteri dirancang berdasarkan kecepatan rencana minimal 30 Km/jam dengan lebar jalan tidak kurang dari 20 m, 2) mempunyai kapasitas yang sama atau lebih dari volume lalu lintas rata-rata, 3) lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat dan 4) persimpangan pada jalan arteri dan pengaturan tertentu harus dapat memenuhi ketentuan yang termasuk di atas. Jalan Pajajaran merupakan jalan dua arah dengan kondisi jalan sedang (bergelombang atau berlubang) serta tingkat kepadatan ramai, yang dilalui berupa angkutan berat maupun angkutan umum (Dinas Bina Marga dan Pengairan, 2007) Tata Guna Lahan Tata guna lahan di sepanjang Jalan Pajajaran adalah pemukiman, perkantoran pemerintahan/swasta, perdagangan/jasa, pendidikan, rumah ibadah, rumah sakit dan terminal. Jalur pedestrian tepi jalan Pajajaran pada sisi kiri dan kanan digunakan sebagai jalur sirkulasi utama pejalan kaki. Jalan Pajajaran dilengkapi oleh fasilitas pelengkap jalan dan perlengkapan jalan. Fasilitas pelengkap jalan berupa jembatan penyeberangan, saluran drainase, pagar pembatas, dan halte bus, sedangkan perlengkapan jalan terdiri dari rambu-rambu lalu lintas yang ada di sepanjang Jalan Pajajaran Tata Hijau Jalan Tata hijau jalan Pajajaran berupa jalur hijau tepi jalan dan jalur hijau median jalan. Jalur hijau median hanya terdapat beberapa bagian ruas jalan yaitu dari arah Warung Jambu sampai depan MAB IPB serta dari Baranangsiang sampai dengan Ekalokasari. Jenis pohon yang terdapat di sepanjang Jalan Pajajaran adalah akasia (Acasia auriculiformis), angsana (Pterocarpus indicus), beringin (Ficus benjamina), bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), damar (Agathis dammara), Glodongan (Polyalthia longifolia) Jambu biji (Syzygium guajava), kamboja (Plumeria rubra), ketapang (Terminalia catappa), mangga (Mangifera indicai), Mahoni (Swietenia mahagoni), Nangka (Artocarpus integra), palm (Roystonea regia), pinus (Pinus merkusii), pete cina (Laucaena glauca), saga (Adenanthera precatorius), sawit (Elaeis guinuensis), tanjung (Mimusops elengi), bintaro (Cerbera manghas), dan kapuk (Ceiba pentadra).

32 Pengumpulan Data Pengumpulan data pohon dilakukan dengan cara turun lapang dengan inventarisasi kondisi fisik individu pohon yang ada di sepanjang Jalan Pajajaran. Mengetahui letak geografis titik pohon mengunakan GPS (Global Positioning System) dengan cara menitik sebaran pohon di sepanjang Jalan Pajajaran sehingga menghasilkan peta sebaran jalur hijau jalan. Inventarisasi pada Jalan Pajajaran dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian pertama adalah pedestrian kanan dari Warung Jambu sampai ekalokasari pemberian ID (PR), Bagian kedua merupakan median jalan dengan pemberian ID (M), dan Bagian ketiga pedestrian kiri dari Warung Jambu sampai Ekalokasari dengan pemberian ID (PL). Untuk inventarisasi pohon, seluruh pohon diamati baik tua maupun muda. Penyusunan database pohon pada jalur hijau dilakukan dengan mengamati aspek tanaman : nama tanaman, koordinat tanaman dengan GPS, tinggi pohon dengan hagameter, diameter tajuk yang diukur dengan rollmeter, diameter batang setinggi dada diukur dengan rollmeter, dan pengambilan gambar dengan kamera digital Penomoran Dalam melakukan pengamatan pohon dilakukan pemberian nomor pohon. Pohon diurut dari ujung jalan Warung Jambu dan diberi nomor 1 dan seterusnya sampai ujung jalan Ekalokasari. Gambar 5. Penomoran Pada Pohon di Jalan Pajajaran Label nomor pohon hanya diberi pada pohon ke 1, 10, 20, dan seterusnya setiap kelipatan 10. Pada jalur pedestrian kiri diberi inisial A, pada jalur pedestrian kanan diberi inisial B, sedangkan pada median jalan diberi inisial M.

33 Label nomor pohon ditulis pada lembaran plastik tebal yang kaku dan dipaku pada batang pohon (gambar 5) Hasil Inventarisasi Pohon Pengukuran Fisik Pohon Berdasarkan data yang didapat pada Jalan Pajajaran di Kota Bogor terdapat 965 pohon yang terdiri dari 20 jenis. Jumlah dan jenis pohon terbanyak terdapat pada pedestrian kanan (PR) dan paling sedikit terdapat pada median jalan. Tabel.7. Penyebaran Jumlah dan Jenis Pohon Jalan Pajajaran ID Keterangan Spesies Pohon Jumlah Pohon PL Pedestrian Kiri M Median PR Pedestrian Kanan Jumlah Jalur Hijau Pedestrian Kiri Pedestrian kiri jalan Pajajaran (PL) memiliki jumlah pohon 330 dari 10 jenis pohon. Pohon yang tumbuh di PL adalah akasia (Acasia auriculiformis), angsana (Pterocarpus indicus), beringin (Ficus benjamina), mahoni (Swietenia mahagoni), mangga (Mangifera indica), nangka (Artocarpus integra), palm (Roystonea regia), pinus (Pinus merkusii), kapuk (Ceiba pentadra), dan saga (Adenanthera precatorius). Tabel 8. Jenis dan Jumlah Pohon Pedestrian Kiri ID Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah Pohon Akasia Acasia auriculiformis 1 Angsana Pterocarpus indicus 33 Beringin Ficus benjamina 4 Mahoni Swietenia mahagoni 275 Kapuk Ceiba pentadra 3 PL Mangga Mangifera indica 1 Nangka Artocarpus integra 1 Palm Roystonea regia 2 Pinus Pinus merkusii 1 Saga Adenanthera precatorius 9 Jumlah 330

34 24 Berdasarkan data yang didapat pada PL pohon yang memiliki jumlah terbanyak adalah mahoni (Swietenia mahagoni), dan yang jumlah pohon yang paling sedikit adalah akasia (Acasia auriculiformis), mangga (Mangifera indica), nangka (Artocarpus integra), dan pinus (Pinus merkusii). Hasil data pohon pada PL dapat dilihat pada tabel % 0.3% 0.3% 0.3% 83.3% 2.7% 0.3% 10.0% 1.2% 0.9% Akasia 1 Angsana 33 Beringin 4 Kapuk 3 Mahoni 275 Mangga 1 Nangka 1 Palem Raja 2 Pinus 1 saga 9 Gambar 6. Jumlah dan Persentase Jenis Pohon di PL Dari jumlah dan persentase jenis pohon di PL, diperoleh bahwa pohon mahoni sekitar 83,3 %, dan diikuti oleh angsana sekitar 10,0 %. Data ini menunjukkan bahwa pohon mahoni merupakan jenis pohon yang paling banyak tumbuh di pedestrian kiri dan dapat dilihat pada gambar 6. Ket : 16.1% 0.0% 29.1% D1 0 D2 96 D3 181 D4 53 D1 : DBH < 10 cm D2 : 10 DBH < 30 cm D3 : 30 DBH < 60 cm D4 : DBH > 60 cm 54.8% Gambar 7. Jumlah dan Persentase DBH Pohon di PL Berdasarkan hasil pengukuran diameter batang pohon (DBH) di pedestrian kiri (PL) diperoleh DBH kelas D3 memiliki jumlah yang paling banyak, yaitu pohon yang memiliki 30 DBH < 60 cm sebesar 54,8 % ini menunjukkan

35 25 bahwa pohon yang ada di PL merupakan termasuk kelas pohon hampir dewasa atau sedang, sedangkan pada DBH kelas D1 tidak terdapat pada PL (gambar 7). Hasil pengukuran tinggi pohon di PL didapatkan hanya dua kelas tinggi yaitu kelas T2 dan T3. Sedangkan untuk kelas T1 dan T4 tidak ditemukan pada pohon di PL. Jumlah pohon terbanyak terdapat pada kelas T3 yang memiliki tinggi 6 T < 28 m sebesar 87,6 %, untuk kelas T2 (1 T < 6 m) memiliki persentase sebesar 12,4 %. Dari persentase yang didapat menunjukkan bahwa pada daerah PL merupakan termasuk kelas tinggi atau tiang, dapat dilihat pada gambar % 12.4% T1 0 T2 41 T3 289 T4 0 Ket : T1 : T < 1 m T2 : 1 T < 6 m T3 : 6 T < 28 m T4 : T 28 m 87.6% Gambar 8. Jumlah dan Persentase Tinggi Pohon di PL Untuk kualifikasi lebar tajuk pohon pada PL diperoleh bahwa kelas L3 memiliki jumlah yang paling banyak sebesar 74,2 %, kemudian kelas L2 sebesar 18,8 % dan kelas L4 sebesar 7,0 % sedangkan untuk kelas L1 tidak ditemukan pada PL. Ini menunjukkan bahwa untuk di PL termasuk kualifikasi L3 atau tiang, dapat dilihat pada gambar % 0.0% 18.8% L1 0 L2 62 L3 245 Ket : L1 : L < 2 m L2 : 2 L < 5 m L3 : 5 L < 9 m L4 : L 9 m L % Gambar 9. Jumlah dan Persentase Lebar Tajuk di PL

36 Jalur Hijau Median Median jalan atau M memiliki jumlah 294 pohon dari 10 jenis pohon, yang tersebar di sepanjang Jalan Pajajaran. Pohon yang tumbuh di median yaitu akasia (Acasia auriculiformis), angsana (Pterocarpus indicus), bintaro (Cerbera manghas), bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), glodongan (Polyalthia longifolia), jambu (Syzygium guajava), Kamboja (Plumeria rubra), ketapang (Terminalia catappa), mahoni (Swietenia mahagoni), dan sawit (Elaeis guinuensis). Tabel 9. Jenis dan Jumlah Pohon di Median Jalan ID Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah Pohon Akasia Acasia auriculiformis 8 Angsana Pterocarpus indicus 33 Bunga Kupu-kupu Bauhinia purpurea 22 Glodongan Polyalthia longifolia 5 Jambu biji Syzygium guajava 1 M Kamboja Plumeria rubra 7 Ketapang Terminalia catappa 1 Mahoni Swietenia mahagoni 210 Sawit Elaeis guinuensis 1 Bintaro Cerbera manghas 6 Jumlah 294 Bersdasarkan data yang didapat pada median pohon yang memiliki jumlah paling banyak yaitu mahoni (Swietenia mahagoni), dan yang jumlah pohon yang paling sedikit terdapat pada median adalah jambu biji (Syzygium guajava), ketapang (Terminalia catappa), dan sawit (Elaeis guinensis), hasil data pohon pada median dapat dilihat pada tabel 11. Dari jumlah dan persentase jenis pohon di median, didapatkan bahwa pohon mahoni merupakan pohon yang banyak terdapat pada median jalan dengan jumlah 210 pohon (71,4 %). Kemudian diikuti oleh angsana dengan jumlah 33 pohon (11,2 %) dan sisanya pohon yang ada pada median jalan persentasenya tidak mencapai 10 %. Data ini menunjukkan bahwa pohon mahoni merupakan jenis pohon yang paling banyak tumbuh di median jalan dan dapat dilihat pada gambar 10.

37 27 0.3% 2.7% 11.2% 2.0% 7.5% Akasia 8 Angsana 33 Bintarao % 1.7% 0.3% 2.4% 0.3% Bunga Kupu-kupu 22 Glodongan 5 Jambu 1 Kamboja 7 ketapang 1 M ahoni 210 Sawit 1 Gambar 10. Jumlah dan Persentase Jenis Pohon di Median Jalan Berdasarkan hasil pengukuran diameter batang pohon (DBH) di median (M) diperoleh DBH kelas D2 (10 DBH < 30 cm) yang memiliki jumlah yang paling banyak yang terdapat pada 172 pohon yang ada di median jalan dengan persentase sekitar 59 %. Diikuti dengan kelas D3 (30 DBH < 60 cm) dengan persentase 40 % dari 118 pohon, sedangkan untuk kelas D4 DBH 60 % hanya 1 % dari 4 pohon yang ada pada median. Dari data menunjukkan bahwa pohon yang ada di median jalan merupakan termasuk kelas pohon hampir tiang dapat dilihat pada gambar 11. 0% 1% Ket : D1 : DBH < 10 cm 40% 59% D1 0 D2 172 D3 118 D4 4 D2 : 10 DBH < 30 cm D3 : 30 DBH < 60 cm D4 : DBH > 60 cm Gambar 11. Jumlah dan Persentase DBH Pohon di Median Jalan Hasil pengukuran tinggi pohon di median didapatkan hanya memilki dua kelas tinggi yaitu kelas T2 dan T3. Sedangkan untuk kelas T1 dan T4 tidak ditemukan pada pohon di median. Jumlah pohon terbanyak terdapat pada kelas T3 yang memiliki tinggi 6 T < 28 m sebesar 79,3 %, untuk kelas T2 (1 T< 6 m) memiliki persentase sebesar 20,7 %. Dari persentase yang didapat menunjukkan

38 28 bahwa pada daerah median jalan merupakan termasuk kelas tinggi atau tiang, dapat dilihat pada gambar 12. Ket : 0.0% T1 : T < 1 m 20.7% T2 : 1 T < 6 m T1 0 T3 : 6 T < 28 m T2 61 T4 : T 28 m T3 233 T % Gambar 12. Jumlah dan Persentase Tinggi Pohon di Median Jalan Untuk kualifikasi lebar tajuk pohon pada median diperoleh bahwa kelas L2 (2 L < 5 m) memiliki jumlah yang paling banyak sebesar 43,2 %, kemudian kelas L3 (5 L < 9 m) sebesar 42,2 % dan kelas L1 (L < 2) sebesar 11,9 % sedangkan untuk kelas L4 sebesar 2,7 %. Ini menunjukkan bahwa pohon yang ada di median jalan termasuk kualifikasi L2 atau pohon muda, dapat dilihat pada gambar % 2.7% 11.9% 43.2% L1 35 L2 127 L3 124 L4 8 Ket : L1 : L < 2 m L2 : 2 L < 5 m L3 : 5 L < 9 m L4 : L 9 m Gambar 13. Jumlah dan Persentase Lebar Tajuk di Median Jalan

39 Jalur Hijau Pedestrian Kanan Pedestrian Kanan atau PR memiliki jumlah pohon 341 dari 13 jenis pohon, yang tersebar di sepanjang Jalan Pajajaran. Pohon yang tumbuh di PR yaitu akasia (Acasia auriculiformis), angsana (Pterocarpus indicus), beringin (Ficus benjamina), bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), damar (Agathis damara), glodongan (Polyalthia longifolia), ketapang (Terminalia catappa), mahoni (Swietenia mahagoni), mangga (Mangifera indica), palm (Chamadedorea spp), pete cina (Laucaena glauca), saga (Adenanthera precatorius), dan tanjung (Mimusops elengi). Tabel 10. Jenis dan Jumlah Pohon Pedestrian Kanan ID Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah Pohon Akasia Acasia auriculiformis 2 Angsana Pterocarpus indicus 61 Beringin Ficus benjamina 6 Bunga Kupu-kupu Bauhinia pupurea 1 Damar Agathis damara 3 Glodongan Polyalthia longifolia 5 PR Ketapang Terminalia catappa 4 Mahoni Swietenia mahagoni 199 Mangga Elaeis guinensis 4 Palm Chamadedorea spp 14 Pete cina Laucaena glauca 11 Saga Adenanthera precatorius 1 Tanjung Mimusops elengi 30 Jumlah 341 Berdasarkan data yang didapat pada PR pohon yang memiliki jumlah paling mayoritas yaitu mahoni (Swietenia mahagoni) dengan 199 pohon, dan jumlah pohon yang paling sedikit terdapat pada PR adalah bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), dan saga (Adenanthera precatorius) yang hanya terdapat 1 pohon saja di sepanjang PR. hasil data pohon pada PR dapat dilihat pada tabel 12. Jumlah dan persentase jenis pohon di PR, didapatkan pohon mahoni memilki jumlah dan persentase yang terbayak dari jenis pohon yang lain. mahoni memiliki jumlah 199 pohon (58,4 %) dan angsana memilki jumlah 61 pohon (17,9 %). Sedangkan jenis pohon lainnya yang ada di PR persentase yang ada tidak mencapai 10 %. Data ini menunjukkan bahwa pohon mahoni merupakan

40 jenis pohon yang paling banyak tumbuh di pedestrian kiri dan dapat dilihat pada gambar % 0.3% 4.1% 3.2% 1.2% 0.6% 17.9% 1.8% 0.3% 0.9% 1.5% 1.2% Akasia 2 Angsana 61 Beringin 6 Bunga Kupu-Kupu 1 Damar 3 Glodongan 5 Ketapang 4 M ahoni 199 M angga 4 Palm 14 Pete Cina % Saga 1 Tanjung 30 Gambar 14. Jumlah dan Persentase Pohon di PR Hasil pengukuran diameter batang pohon (DBH) di PR diperoleh DBH kelas D3 (30 DBH < 60 cm) yang memiliki jumlah yang paling banyak yang terdapat pada 179 pohon (52,5 %). Diikuti dengan kelas D2 (10 DBH < 30 cm) dengan persentase 39,9 % dari 136 pohon, dan kelas D4 DBH 60 % terdapat pada 26 pohon (7,6 %). Sedangkan untuk kelas D1 tidak terdapat pada PR ini menunjukkan bahwa pohon yang ada di PR merupakan termasuk kelas pohon hampir dewasa atau tiang dengan diameter antara (30 DBH < 60 cm) dapat dilihat pada gambar % 0.0% 52.5% 39.9% D1 0 D2 136 D3 179 D4 26 Ket : D1 : DBH < 10 cm D2 : 10 DBH < 30 cm D3 : 30 DBH < 60 cm D4 : DBH > 60 cm Gambar 15. Jumlah dan Persentase DBH Pohon di PR Hasil pengukuran tinggi pohon di PR didapatkan hanya memilki dua kelas tinggi yaitu kelas T2 dan T3. Sedangkan untuk kelas T1 dan T4 tidak ditemukan pada pohon di PR. Jumlah pohon terbanyak terdapat pada kelas T3 yang memiliki tinggi 6 T < 28 m sebesar 71,8 %, untuk kelas T2 (1 T < 6 m)

41 31 memiliki persentase sebesar 28,2 %. Dari persentase yang didapat menunjukkan bahwa pada daerah PR merupakan termasuk kelas tinggi atau tiang dapat dilihat pada gambar % 28.2% 71.8% T1 0 T2 96 T3 245 T4 0 Ket : T1 : T < 1 m T2 : 1 T < 6 m T3 : 6 T < 28 m T4 : T 28 m Gambar 16. Jumlah dan Persentase Tinggi Pohon di PR Untuk kualifikasi lebar tajuk pohon pada PR diperoleh bahwa kelas L3 (5 L < 9 m) memiliki jumlah yang paling banyak sebesar 48,1 % dari 164 pohon, kemudian kelas L2 (2 L < 5 m) sebesar 43,4 % dari 148 pohon dan kelas L1 (L < 2) sebesar 7,0 % sedangkan untuk kelas L4 sebesar 1,5 %. Ini menunjukkan bahwa pohon yang ada di PR termasuk kualifikasi L3 atau tiang dapat dilihat pada gambar % 7.0% 48.1% 43.4% L1 24 L2 148 L3 164 L4 5 Ket : L1 : L < 2 m L2 : 2 L < 5 m L3 : 5 L < 9 m L4 : L 9 m Gambar 17. Jumlah dan Persentase Lebar Tajuk Pohon di PR \

42 Pengukuran Kondisi Fisik Pohon Pengamatan kondisi fisik pohon yang dilakukan berdasarkan keadaan visual keseluruhan pohon dengan menekankan pada bagian pangkal akar yang ada di permukaan tanah, batang, daun, dan percabangan. Penilaian kondisi fisik berdasarkan 2 kerusakan yaitu kerusakan dan penyakit tanaman, dan mekanik Kerusakan dan Penyakit Tanaman Dari data yang diperoleh persentase kerusakan dan penyakit pada pohon di Jalan Pajajaran secara umum termasuk sangat sedikit atau tidak ada. Ini terlihat kerusakan dan penyakit berada pada peringkat 1 dengan persentase sebesar 87,5 %, peringkat 2 sebesar 4,7 %, peringkat 3 sebesar 3,3 % dan peringkat 4 sebesar 4,4 % dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 11. Peringkat Kerusakan dan Penyakit Di Jalan Pajajaran ID Hama dan Penyakit PL M PR Jumlah % 87,5 4,7 3,5 4,4 Ket : Peringkat 1 : tidak ada/sangat sedikit (0 % TPT < 15%) Peringkat 2 : sedikit (15% TPT < 30%) Peringkat 3 : banyak (30% TPT < 50%) Peringkat 4 : sangat banyak (TPT 50%) Bentuk kerusakan yang terjadi pada pohon yang ada di Jalan Pajajaran ini sebagian disebabkan oleh tumbuhan pengganggu yang tumbuh pada pohon seperti epifit dan benalu. Epifit yang banyak ditemui yang ada pada pohon seperti jenis paku-pakuan dan anggrek. Epifit merupakan tumbuhan yang tumbuh di atas tanaman lain yang dapat memproduksi makanan sendiri dan tidak mengambil sari makanan dari tanaman inangnya. Epifit pada umumnya tumbuh pada pohon inangnya dan dapat memenuhi dari tubuh inangnya, disebabkan oleh teduh dan kelembaban yang tinggi terdapat pada bagian bawah tajuk. Untuk mengatasi hal ini, pihak pengelola sebaiknya melakukan pembersihan pada epifit yang ada secara rutin.

43 33 Gambar 18. Pohon yang Ditumbuhi Epifit Tumbuhan pengganggu yang banyak ditemui adalah benalu, benalu merupakan tumbuhan pengganggu yang banyak ditemui pada pohon. Benalu merupakan tumbuhan yang semi parasit yang hidupnya menempel pada tanaman inangnya dan mengambil sari makanan yang ada pada inangnya juga. Benalu merupakan tumbuhan yang dapat mudah berkembang biak, benalu dapat membuat tanaman inangnya merana karena kekurangan makanan bahkan dapat menimbulkan kematian pada tanaman inanngnya (Najiyati dan Danarti,1999). Untuk memberantas benalu, dengan melakukan pembersihan terhadap pohon yang ditumbuhi oleh benalu dan membersihkan semua akarnya karena akar benalu yang tinggal dapat berkembang biak lagi (Najiyati dan Danarti,1999). Gambar 19. Pohon yang Ditumbuhi Benalu

44 34 Bentuk kerusakan yang ditemui adalah berupa luka-luka pada pohon, mengelupasnya kulit pohon atau lubang-lubang alami yang ada pada pohon. Hal ini dapat menimbulkan pohon terjangkit jamur yang dapat mengambil makanan dari tanaman inang untuk hidup dan berkembang. Jamur juga dapat tumbuh karena kondisi sekitar pohon yang lembab dan memungkinkan berkembangnya jamur. Cara mengatasi tumbuhnya jamur dengan menjaga kondisi tanah supaya tidak terlalu lembab dan tidak basah atau dengan cara kimia dengan pemberian fungisida pada pohon yang terkena jamur (Arifin dan Nurhayati, 2000). Kerusakan atau penyakit yang dapat mengakibatkan kefatalan adalah gerowong atau rongga yang ada pada pangkal akar dan batang. Gerowong terbentuk karena timbulnya luka pada kulit pohon dan tidak langsung ditangani sehingga kulit pohon tersebut terserang oleh hama atau penyakit yang menimbulkan rongga pada batang. Gerowong juga dapat terjadi oleh vandalisme yang dilakukan oleh manusia seperti melakukan pembakaran sampah pada pangkal akar pohon yang dapat menimbulkan lubang pada batang (gambar 20). (a) (b) Gambar 20. a. Gerowong yang disebabkan oleh luka pada batang yang tidak langsung ditangani, b. Gerowong yang disebabkan oleh kerusakan mekanik Gerowong pada pohon dapat mengancam pohon itu sendiri atau menggangu keselamatan pengguna jalan. Pihak pengelola yang berwenang dapat melakukan pengendalian atau penebangangan dan dilakukan penggantian pohon. Menurut Dahlan (1992) pohon-pohon yang perlu ditebang adalah pohonpohon yang memiliki kriteria antara lain mati, membahayakan, saling

45 berhimpitan, pohon terkena penyakit dan mengancam pohon lain, atau mengganggu jalur listrik dan telepon Kerusakan Mekanik Persentase kerusakan mekanik pada pohon di Jalan pajajaran termasuk kedalam peringkat 1 dengan persentase 95,5 %, peringkat 2 sebesar 3,3 %, peringkat 3 sebesar 0,5 % dan peringkat 4 sebesar 0,6 %. Ini menunjukkan bahwa pada jalur hijau jalan di Jalan Pajajaran merupakan tidak ada atau sangat sedikit kerusakan mekanik (tabel 14). Tabel 12. Peringkat Kerusakan Mekanik Di Jalan Pajajaran ID Kerusakan Mekanik PL M PR Jumlah % Ket: Peringkat 1 : tidak ada/sangat sedikit (0 % TM < 15%) Peringkat 2 : sedikit (15% TM < 30%) Peringkat 3 : banyak (30% TM< 50%) Peringkat 4 : sangat banyak (TM 50%) (a) (b) Gambar 21. a. Kerusakan mekanik oleh tindakan vandalisme pencoretan pada Pohon (grafiti), b. Kerusakan mekanik penempelan iklan pada pohon

46 36 Dilihat dari kondisi yang ada di lapang kerusakan mekanik pada pohon pada umumnya di sebabkan oleh vandalisme, sayatan, dan patah cabang. Vandalisme seperti penempelan papan iklan di pohon, spanduk, pencoretan terhadap pohon, dan adanya warung di sekitar pohon. Hal ini dapat menimbulkan kesan kurang terawat dan mempengaruhi visual pada pohon tersebut (gambar 21). Selain itu vandalisme terjadi akibat letak pohon berada berdampingan pada jalur pedestrian dan sebagian warga membuang atau membakar sampah pada pangkal akar yang dapat menimbulkan kebakaran sehingga batang pohon menjadi berongga (gambar 20). Sayatan oleh benda tajam, merupakan dapat menimbulkan kerusakan pada pohon. Sayatan yang terjadi pada pohon yang ada di Jalan Pajajaran masih dalam taraf relatif sedikit, tetapi sayatan pada pohon dapat menimbulkan luka pada kulit pohon dan dapat menimbulkan kematian pada pohon apabila sayatan yang terjadi mencapai pada lapisan kambium (gambar 22). Gambar 22. Sayatan Pada Pohon Dari data yang diperoleh persentase kerusakan dan penyakit tanaman serta kerusakan mekanik yang ada pada pohon di Jalan Pajajaran secara umum masih sangat sedikit, maka kondisi pohon di Jalan Pajajaran termasuk dalam kategori peringkat 1 dengan persentase sebesar 80.0 % dimana kerusakan sangat sedikit atau dapat dikatakan tidak ada (0 15%). Pada peringkat 2 terdapat 9,8 %, Peringkat 3 terdapat 5,6 %, dan peringkat 4 memiliki jumlah yang sedikit 4,6 %. Besarnya jumlah pohon pada peringkat 1 menunjukkan bahwa kondisi pohon di Jalan Pajajaran kondisi pohon sebagian besar masih baik atau sedikit mengalami serangan penyakit, dapat dilihat pada tabel 15.

47 37 Tabel 13. Peringkat Total Kerusakan Pohon di Jalan Pajajaran ID Penyakit Tanaman dan Kerusakan Mekanik PL M PR Jumlah % 80, Ket: Peringkat 1 : tidak ada/sangat sedikit (0 % TPT/TM < 15%) Peringkat 2 : sedikit (15% TPT/TM < 30%) Peringkat 3 : banyak (30% TPT/TM < 50%) Peringkat 4 : sangat banyak (TPT/TM 50%) 4.5. Teknik Pemeliharaan Pemeliharaan merupakan tindakan atau usaha yang dilakukan untuk mengurangi kerusakan melalui pengawasan dan perbaikan. Kunci suatu keberhasilan tergantung pada pemeliharaan. Konsep pemeliharaan fisik adalah pemeliharaan ideal atau rutin, pemeliharan fisik meliputi diantaranya pencegahan, pertahanan/pengendalian, dan perbaikan atau pengobatan. Pemeliharan fisik mencakup pemeliharaan elemen lunak dan elemen keras, pemeliharan elemen lunak meliputi 1) penyiangan, pengendalian gulma, 2) penggemburan tanah, pengaerasian tanah, 3) penyiraman, irigasi, 4) pemupukan, 5) penyulaman tanaman, serta 6) pengendalian hama dan penyakit (Arifin dan Nurhayati, 2000). Sedangkan tingkat pemeliharaan terdiri dari pemeliharaan intensif, semi intensif, dan eksktensif. Jalur hujau jalan termasuk kedalam tingkatan semi intensif seperti 1) penyiangan, pengendalian gulma, 2) penggemburan tanah, pengaerasian tanah, 3) penyiraman, irigasi, 4) pemupukan, 5) penyulaman tanaman, 6) pengendalian hama dan penyakit (Arifin Hadi, 2002) Pemangkasan Tinggi Pemangkasan tinggi pohon atau topping perlu dilakukan untuk menyeimbangi tinggi pohon dengan daya dukung perakaran. Dalam keadaan normal perakaran dapat berkembang sejauh lebar tajuk. Dilihat dari kondisi di lapang posisi tumbuh pohon sangat sempit dibatasi oleh perkerasan dan bangunan sehingga perkembangan tinggi pohon harus dibatasi untuk penyeimbang dalam luasan akar. Pohon yang sebaiknya mengalami

48 38 pemangkasan tinggi adalah pohon yang berada pada kelas T3 dan T4 dengan tinggi di atas 15 m. Dari data yang didapat pada kelas T3 terdapat 712 pohon dari semua pohon yang ada di Jalan Pajajaran. Dari 712 pohon yang memiliki ketinggian lebih dari 15 m disarankan untuk ditopping. Selain untuk aspek keamanan seperti tumbang apabila ada angin kencang dan hujan deras, pemotongan juga dapat untuk mendapatkan keseragaman tinggi pohon (Arifin dan Nurhayati, 2000) Pemangkasan Lebar Tajuk Pohon Pemangkasan lebar tajuk pohon dilakukan berdasarkan dua pertimbangan, yaitu keamanan dan kesehatan. Tajuk yang terlalu lebar pada pohon dikhawatirkan tidak kuat menahan angin dan hujan besar dan hal ini dapat membahayakan pengguna jalan. Pohon pada kedua sisi jalan yang memiliki tajuk saling bersinggungan dan menutup jalan dapat menghalangi sinar matahari dan sirkulasi udara pada bagian jalan tersebut kurang baik bagi kesehatan. Jarak tanam untuk pohon sebesar 5 7 m searah jalur jalan dengan lebar jalur antara 2 5 m tergantung pada jenis dan bentuk tajuk (Dahlan, 1997). Pohon yang terlalu dekat dapat menimbulkan persaingan dalam penguasan sinar matahari dan dapat menimbulkan tumbuh tidak normal. Jarak tanam yang terlalu dekat juga dapat menimbulkan kesan gelap. Pohon yang sebaiknya dilakukan pemangkasan lebar tajuk adalah kelas L4 yang tajuknya lebih besar dari 9 meter. Dari data yang didapat di lapang pohon yang memiliki lebar tajuk kelas L4 sebanyak 29 pohon atau 2,9 % dari total pohon yang ada di Jalan Pajajaran. Menurut Arifin dan Nurhayati (2000) untuk pemangkasan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Potong dahan dari atas ke bawah. Untuk mencegah kerusakan kulit batang, bagian bawah lebih dahulu dipotong sebagian. 2. Potong sisa dahan hingga bersih dan rata. Cara ini dapat mempercepat penyembuhan dan mencegah kerusakan kayu. 3. Bersihkan dan potong secara melingkar bekas potongan/luka yang menonjol dengan pisau yang tajam. 4. Semprot atau olesi semua bagian yang luka dengan desinfektan untuk mencegah jamur dan hama.

49 39 Gambar 23. Tahap Pemotongan Pada Dahan Pohon Pengendalian Kerusakan Dari Tanaman Penumpang Pembersihan pohon dari tanaman penumpang yang paling banyak ditemui di lapangan adalah tumbuh pada pohon diantaranya benalu, benalu merupakan tumbuhan penganggu yang banyak ditemui pada pohon. Benalu merupakan tumbuhan yang semi parasit yang hidupnya menempel pada tanaman inangnya dan mengambil sari makanan yang ada pada inangnya juga. Benalu merupakan tanaman yang dapat mudah berkembang biak, benalu dapat membuat tanaman inangnya merana karena kekurangan makanan bahkan dapat menimbulkan kematian pada tanaman inangnya. Untuk memberantas benalu, dengan melakukan pembersihan terhadap pohon yang ditumbuhi oleh benalu dan membersihkan semua akarnya karena akar benalu yang tinggal dapat berkembang biak lagi (Najiyati dan Danarti,1999) Penambalan pada Pohon Berlubang Pohon yang mengalami kerusakan akibat berlubang dan gerowong dapat diatasi dengan mengunakan metode cavity treatment. Dari data yang didapat pohon yang berlubang dan gerowong yang mengalami kerusakan lebih dari 40 % di jalan Pajajaran sebanyak 29 pohon atau 2,9 % dari jumlah pohon yang ada di Jalan Pajajaran. Tindakan penanganan pohon ini berupa perlakuan menutupi atau mengisi dengan adukan semen pada lubang yang terbentuk pada batang yang disebabkan oleh serangan rayap, jamur atau terbakar untuk menghentikan kerusakan yang lebih lanjut, menambah kekuatan batang dan membantu

50 40 pertumbuhan kalus menutupi lubang pada batang. Material yang diisikan pada lubang batang pohon tersebut adalah adukan semen dan pasir serta batu kali atau batu bata. (b) (b) (c) Gambar 24. a. Pohon angsana yang mengalami kerusakan akibat gerowong, b. Teknik dan material yang diisikan kedalam lubang yang ada pada pohon, c. Hasil dari metode cavity treatment. Foto b dan c Bambang Sulistyantara Dalam melakukan cavity treatment beberapa prosedur harus diikuti : 1) Lubang pada batang dibersihkan dari sisa kayu yang lapuk, sisa kebakaran, atau rayap yang ada 2) Memasang beberapa angkur/paku yang ditancap pada batang yang utuh untuk memperkuat pertautan semen dengan batang bagian dalam

51 41 3) Mengisi lubang dengan adukan semen sampai pada batas lingkaran kayu, tidak memberi adukan semen sampai rata dengan kulit. Dengan kata lain semen hanya diberikan sampai pada permukaan dalam kulit pohon, dengan tujuan agar kalus yang tumbuh dapat menjalar dan menutupi seluruh permukaan lubang. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam dalam penambalan pada pohon antara lain ukuran gerowong, umur pohon (menentukan kekuatan pohon dalam menahan beban isi tambalan), vitalitas pohon, daya hidup pohon dan daya tahannya terhadap penyakit (Pirone, 1972) Penebangan Pohon Penebangan pohon yang dilakukan berdasarkan atas, yaitu pertama karena keamanan. Keamanan yang dimaksudkan adalah pohon yang telah mengalami kerusakan yang sangat berat atau mati, kedua penebangan dilakukan apabila pohon menganggu keindahan karena penanaman pohon yang terlalu rapat satu sama yang lain. Pada jalan Pajajaran penebangan hanya terdapat 2 pohon berada pada pedestrian kanan Pemupukan Pohon dewasa diberi pupuk untuk menjaga pohon tetap vigor, bukan untuk mempercepat pertumbuhannya karena space pada jalur hijau sudah terbatas. Pada tanaman pohon yang muda pupuk diberikan untuk mempercepat pertumbuhannya. Oleh karena itu pohon tua diberi pupuk lebih sedikit dibanding pohon muda. Pohon pada jalur hijau memerlukan unsur makro nitrogen, posfor dan kalium. Jumlah pupuk yang diberikan mengacu kepada diameter proyeksi tajuk pohon dengan perbandingan N:P:K=5:3:2 dengan dosis 1 kg pupuk tiap 100 m 2 atau 5 gram nitrogen, 3 gram pospor dan 2 gram kalium tiap m 2. Pemupukan dilakukan dengan membuat lubang-lubang di sekitar batang yang dibuat pada trotoar atau pada bahu jalan yang masih berupa tanah. Lubang dibuat dengan menggunakan linggis atau lubang dibor menggunakan bor listrik, dengan dalam lubang cm. Lubang dibuat menyebar di bawah tajuk. Lubang-lubang yang terdekat ke batang berjarak 1.5 m dari batang, sedang

52 42 jarak antar lubang adalah 60 cm. Jumlah pupuk yang diberikan dibagi dengan jumlah yang sama banyak pada setiap lubang. Setelah lubang diisi dengan pupuk, lubang harus disiram dengan air. Pemupukan diberikan satu kali dalam setahun, yaitu pada saat awal atau akhir musim hujan (Nasrullah, 2005) Pengolahan Data Pengolahan Database Dengan Excel Database pohon dirangkum dengan menggunakan program MS Excel yang dapat memberikan kemudahan dalam penggunaan. Tabel yang dibuat dalam bentuk MS Excel diklasifikasikan mulai dari field letak/posisi dengan nama seperti No Pohon, Nama Pohon, Nama Ilmiah, Diameter Batang, Kelas, Tinggi Pohon, Kelas, Lebar Tajuk, Kelas, Kerusakan, Keseimbangan Batang, Keseimbangan Tajuk, Bentuk Tajuk, Status Pohon, dan Tindakan (gambar 25) Gambar 25. Database Jalur Hijau Jalan Pengolahan data pada MS Excel dilalakukan per-bagian atau segmen, bagian Pedestrian Kiri (PL), Median (M), Pedestrian Kanan (PR). Ini bertujuan untuk mempermudah dalam pengolahan data. Dalam penyaringan informasi dapat mengunakan fasilitas AutoFilter sehingga data yang ditampilkan sesuai

53 43 dengan data yang dipilih. Untuk mengoperasikannya dengan membuat blok pada setiap judul pada kolom kemudian pilih menu Data > Filter > AutoFilter, dan akan muncul pada setiap kolom tombol pilihan Pengolahan Database dengan ArcView Pengolahan data dengan ArcView dimulai dari pemindahan titik kordinat pohon yang diambil dengan GPS yang datanya disimpan dalam bentuk DXF. Untuk menampilkan data dari GPS pada ArcView dengan langkah sebagai berikut mengklik View pada menu utama kemudian klik Add Theme dan mencari sumber data yang akan dimasukan (gambar 26 ) Gambar 26. Tampilan Add Theme Pada ArcView Setelah muncul data digital tersebut belum bisa dijalankan untuk keperluan informasi maka perlu dilakukan konversi dari bentuk DXF kedalam bentuk shape file (convert to shape file). Untuk konversi kedalam bentuk shape file terlebih dulu harus mengaktifkan extension CADRG Image Support pada File > Extension > CADRG Image Support sehingga akan muncul tool Cad pada ArcView selanjutnya CAD > Make CAD Layer > Yes sehingga data DXF akan berubah menjadi bentuk shape file.

54 44 Gambar 27. Tampilan Extension Pada ArcView Setelah data dikonversikan dari DXF menjadi bentuk shape file maka data digital pohon sudah dapat digunakan (gambar 28) Gambar 28. Tampilan Peta Bogor dan Titik Pohon Untuk mendapatkan informasi dari tampilan Peta Bogor dan titik pohon dapat mengklik atau identify pada salah satu titik yang ada pada tampilan

55 45 peta digital dan akan mengeluarkan informasi yang ada per individu pohon (gambar 29) Gambar 29. Informasi yang Ditampilkan dengan Mengklik Identify pada Salah Satu Titik Pohon Selain dengan cara mengklik langsung pada titik pohon, pengguna juga dapat mengakses dan mendapatkan informasi dengan mengklik atau open theme table dan akan menampilkan tabel seperti gambar 30. Dalam view tabel juga dapat melakukan editing data dengan mengklik menu > Tabel > Start editing dan setelah editing data dapat melakukan penyimpanan melalui menu > Tabel > Save edits. Pada open theme table akan menampilkan informasi yaitu, posisi_x, Posisi_y, zona, atitude, no pohon, nama lokal, nama ilmiah, diameter, kelas, tinggi pohon, kelas, lebar tajuk, kelas, kerusakan akar, nilai, persentase kerusakan, kerusakan batang, nilai, persentase kerusakan, kerusakan cabang dan daun, kelas, persentase kerusakan, kerusakan mekanik, nilai, persentase kerusakan, keseimbangan batang, keseimbangan tajuk, total kerusakan, dan tindakan.

56 46 Gambar 30. Informasi yang Ditampilkan dengan Open Theme Table Gambar 31. Tampilan Titik Pohon Jalur Median dan Identify Results

METODOLOGI. Gambar 1. Lokasi Kasus Penelitian

METODOLOGI. Gambar 1. Lokasi Kasus Penelitian 8 METODOLOGI Lokasi dan waktu Penelitian ini dilakukan dengan memilih kasus di sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan April

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi pohon kota dilakukan pada tiga jalur jalan arteri di Kota Jakarta Pusat. Jalur arteri tersebut yaitu Jalan M.H. Thamrin, Jalan P. Diponegoro, dan Jalan Angkasa. Berdasarkan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMELIHARAAN POHON PENGISI JALUR HIJAU JALAN DI KOTAMADYA JAKARTA TIMUR OLEH : RR. RIALUN WULANSARI A

PENYUSUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMELIHARAAN POHON PENGISI JALUR HIJAU JALAN DI KOTAMADYA JAKARTA TIMUR OLEH : RR. RIALUN WULANSARI A PENYUSUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMELIHARAAN POHON PENGISI JALUR HIJAU JALAN DI KOTAMADYA JAKARTA TIMUR OLEH : RR. RIALUN WULANSARI A 34201036 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

REKOMENDASI Peredam Kebisingan 83 REKOMENDASI Dari hasil analisis dan evaluasi berdasarkan penilaian, maka telah disimpulkan bahwa keragaman vegetasi di cluster BGH memiliki fungsi ekologis yang berbeda-beda berdasarkan keragaman kriteria

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota

IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan,S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami kriteria tanaman Lanskap Kota Mengetahui berbagai

Lebih terperinci

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009)

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009) 19 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di cluster Bukit Golf Hijau yang berada di dalam Sentul. Sentul terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA Oleh : RIDHO DWIANTO A34204013 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lanskap Simonds (1983) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses penyusunan kebijaksanaan atau merumuskan apa yang harus dilakukan, untuk memperbaiki keadaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota 5 TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota Kota merupakan suatu organisme yang kompleks yang didalamnya terdapat unsur-unsur yang terjalin menjadi satu oleh suatu jaringan jalan dan jalur transportasi, saluran air,

Lebih terperinci

BAB VI R E K O M E N D A S I

BAB VI R E K O M E N D A S I BAB VI R E K O M E N D A S I 6.1. Rekomendasi Umum Kerangka pemikiran rekomendasi dalam perencanaan untuk mengoptimalkan fungsi jalur hijau jalan Tol Jagorawi sebagai pereduksi polusi, peredam kebisingan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota Karakter merupakan sifat dan ciri khas yang dimiliki oleh suatu kelompok, baik orang maupun benda. Karakter lanskap merupakan suatu area yang mempunyai keharmonisan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, yang meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Simonds (1983) menyatakan bahwa lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dengan karakter yang menyatu

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

3. METODE. Gambar 2. Peta lokasi penelitian di DKI Jakarta. Sumber : Samsoedin dan Waryono 2010

3. METODE. Gambar 2. Peta lokasi penelitian di DKI Jakarta. Sumber : Samsoedin dan Waryono 2010 3. METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Hutan kota di DKI Jakarta yang telah dikukuhkan oleh pejabat berwenang berjumlah 14 hutan kota berdasarkan PP 63 Tahun 2002, namun untuk penelitian difokuskan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR Oleh : Annisa Budi Erawati A34201035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd. T-17-2004-B Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi Daftar tabel. Daftar gambar Prakata. Pendahuluan. i ii ii iii

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN ARSYAD KHRISNA A44052252. Kajian Pencahayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian tentang Lingkungan Hidup dan Lingkungan Perkotaan Soemarwoto (1985) mengemukakan bahwa lingkungan hidup adalah ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Muhimmatul Khoiroh Dosen Pembimbing: Alia Damayanti, S.T., M.T., Ph.D

Muhimmatul Khoiroh Dosen Pembimbing: Alia Damayanti, S.T., M.T., Ph.D PERENCANAAN VEGETASI PADA JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK UNTUK MENYERAP EMISI KARBON MONOKSIDA (CO) DARI KENDARAAN BERMOTOR DI KECAMATAN SUKOLILO SURABAYA Muhimmatul Khoiroh 3310

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

Gambar 18. Fungsi Vegetasi Mereduksi Bising di Permukiman (Sumber: Grey dan Deneke, 1978)

Gambar 18. Fungsi Vegetasi Mereduksi Bising di Permukiman (Sumber: Grey dan Deneke, 1978) 57 Analisis Fungsi Ekologi RTH Peredam Kebisingan Bukit Golf Hijau (BGH) adalah salah satu cluster di Sentul City dimana penghuninya sudah cukup banyak yang menempati rumah-rumah disini. Mayoritas penghuninya

Lebih terperinci

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN PENDAHULUAN Angkutan jalan merupakan salah satu jenis angkutan, sehingga jaringan jalan semestinya ditinjau sebagai bagian dari sistem angkutan/transportasi secara keseluruhan. Moda jalan merupakan jenis

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A34203031 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: 13 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Studi Lokasi penelitian ini berada pada CBD Sentul City, yang terletak di Desa Babakan Maday, Kecamatan Citeuruep, Kabupaten DT II Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan. KONSEP Konsep Dasar Street furniture berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, rambu-rambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Evaluasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), yang dimaksud dengan evaluasi adalah pengumpulan dan pengamatan dari berbagai macam bukti untuk mengukur dampak dan efektivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

Gambar 1 Lokasi penelitian.

Gambar 1 Lokasi penelitian. 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Perencanaan tapak ini dilaksanakan di KHDTK Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2012. Gambar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalan bebas hambatan Tol Jagorawi dengan mengambil beberapa segmen jalan yang mewakili karakteristik lanskap jalan

Lebih terperinci

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt 68 PERENCANAAN Perencanaan ruang terbuka hijau di kawasan industri mencakup perencanaan tata hijau, rencana sirkulasi, dan rencana fasilitas. Perencanaan tata hijau mencakup tata hijau penyangga (green

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Jalan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Jalan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Jalan Lanskap jalan adalah wajah dan karakter lahan atau tapak yang terbentuk pada lingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lanskap alami seperti bentuk topografi

Lebih terperinci

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004) VII. RENCANA TAPAK Tahap perencanaan ini adalah pengembangan dari konsep menjadi rencana yang dapat mengakomodasi aktivitas, fungsi, dan fasilitas bagi pengguna dan juga makhluk hidup yang lain (vegetasi

Lebih terperinci

BAB VII PENGHIJAUAN JALAN

BAB VII PENGHIJAUAN JALAN BAB VII PENGHIJAUAN JALAN Materi tentang penghijauan jalan atau lansekap jalan, sebagian besar mengacu buku "Tata Cara Perencanaan Teknik Lansekap Jalan No.033/TBM/1996" merupakan salah satu konsep dasar

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI. Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A

PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI. Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A Skripsi PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A34203012 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd. T-15-2004-B Perencanaan Separator Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi Daftar tabel. Daftar gambar Prakata. Pendahuluan. i ii ii iii

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBUATAN JALUR HIJAU DI JALAN PIERE TENDEAN MANADO

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBUATAN JALUR HIJAU DI JALAN PIERE TENDEAN MANADO Sabua Vol.2, No.1: 56-62, Mei 2013 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBUATAN JALUR HIJAU DI JALAN PIERE TENDEAN MANADO Venly D. Kawuwung 1, Sonny

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA 3.1 TINJAUAN UMUM WILAYAH YOGYAKARTA 3.1.1 Kondisi Geografis dan Aministrasi Kota Yogyakarta terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa dengan luas 32,50 km2. Kota

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 5 A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik 1. Hutan Hujan Tropis Rona gelap Pohon bertajuk, terdiri dari

Lebih terperinci

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR Oleh : YAYAT RUHIYAT A34201018 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YAYAT RUHIYAT. Studi

Lebih terperinci

Pengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang

Pengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Pengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang Rizki Alfian (1), Irawan Setyabudi (2), Rofinus Seri Uran (3) (1)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A 34202006 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990 PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Dalam rangka mewujudkan peranan penting jalan dalam mendorong perkembangan kehidupan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat

Lebih terperinci

PENYUSUNAN BASIS DATA POHON PADA BEBERAPA JALAN KOLEKTOR DI BANDUNG DENGAN VISUALISASI KOMPUTER. Oleh: Anjar Pujarama A

PENYUSUNAN BASIS DATA POHON PADA BEBERAPA JALAN KOLEKTOR DI BANDUNG DENGAN VISUALISASI KOMPUTER. Oleh: Anjar Pujarama A PENYUSUNAN BASIS DATA POHON PADA BEBERAPA JALAN KOLEKTOR DI BANDUNG DENGAN VISUALISASI KOMPUTER Oleh: Anjar Pujarama A34204011 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

METODOLOGI. Tempat dan Waktu

METODOLOGI. Tempat dan Waktu METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. Tempat penelitian adalah di sepanjang koridor Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor (Gambar 2). Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik).

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). RINGKASAN INE NILASARI. Perencanaan Lanskap Jalan Westertz By Pass di Kotamadya Denpasar, Bali @i bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). Jalan Western By Pass dengan panjang keseluruhan.t 13 km merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak 12 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi ini dilaksanakan pada wilayah pemakaman Tanah Kusir di jalan Bintaro Raya Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Tapak yang berada di sebelah timur Kali Pesanggrahan

Lebih terperinci

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS Langkah kami setelah mencari tahu dan segala informasi tentang Pulau Nias adalah survey langsung ke lokasi site untuk Tugas Akhir ini. Alangkah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan menjelaskan mengenai hasil kesimpulan studi dari hasil penelitian. Selain itu akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai hasil temuan studi yang menjelaskan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Administratif Kawasan permukiman skala besar Bumi Serpong Damai (BSD City) secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Serpong

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ruang Terbuka Hijau Perkotaan. Ruang terbuka hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang -ruang terbuka

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ruang Terbuka Hijau Perkotaan. Ruang terbuka hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang -ruang terbuka II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Ruang terbuka hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang -ruang terbuka (open space) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dengan pembangunan, baik fisik maupun non fisik, yang intensitasnya akan terus

PENDAHULUAN. dengan pembangunan, baik fisik maupun non fisik, yang intensitasnya akan terus PENDAHULUAN Latar Belakang Kota merupakan suatu tempat dimana terdapat konsentrasi penduduk dengan pusat aktivitasnya seperti industri, perdagangan, pendidikan dan jasa. Dengan jumlah penduduk yang relatif

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A

ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A34203009 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU 85 REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU Penanaman lanskap harus dapat memberikan fungsi yang dapat mendukung keberlanjutan aktivitas yang ada dalam lanskap tersebut. Fungsi arsitektural penting dalam penataan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Perencanaan adalah suatu alat sistematik yang digunakan untuk menentukan saat awal, keadaan yang diharapkan, dan cara terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang Studi Kasus: Kota Manado Ingerid L. Moniaga (1), Esli D. Takumansang (2) (1) Laboratorium Bentang Alam, Arsitektur

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Administratif Berdasarkan data BAPPEDA Kota Bogor (2009), secara geografis Kota Bogor terletak pada 106º 48 Bujur Timur dan 6º 36 Lintang Selatan. Wilayah penelitian

Lebih terperinci

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo Fungsi Ekologis Terciptanya Iklim Mikro 81% responden menyatakan telah mendapat manfaat RTH sebagai pengatur iklim mikro.

Lebih terperinci

EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A

EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A34204036 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara

Lebih terperinci

PENYUSUNAN BASIS DATA POHON KEBUN RAYA BOGOR DENGAN VISUALISASI KOMPUTER

PENYUSUNAN BASIS DATA POHON KEBUN RAYA BOGOR DENGAN VISUALISASI KOMPUTER PENYUSUNAN BASIS DATA POHON KEBUN RAYA BOGOR DENGAN VISUALISASI KOMPUTER 88 ZAENAL ARIFIN A34202011 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENYUSUNAN BASIS DATA

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA UMUM Pembangunan kota sering dicerminkan oleh adanya perkembangan fisik kota yang lebih banyak ditentukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Ruas jalan Cicendo memiliki lebar jalan 12 meter dan tanpa median, ditambah lagi jalan ini berstatus jalan arteri primer yang memiliki minimal kecepatan 60 km/jam yang

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP DAN PEMELIHARAAN TAMAN MENTENG JAKARTA PUSAT PADA DINAS PERTAMANAN PROVINSI DKI JAKARTA. Oleh : Mustika Retno Arsyanur A

PENGELOLAAN LANSKAP DAN PEMELIHARAAN TAMAN MENTENG JAKARTA PUSAT PADA DINAS PERTAMANAN PROVINSI DKI JAKARTA. Oleh : Mustika Retno Arsyanur A PENGELOLAAN LANSKAP DAN PEMELIHARAAN TAMAN MENTENG JAKARTA PUSAT PADA DINAS PERTAMANAN PROVINSI DKI JAKARTA Oleh : Mustika Retno Arsyanur A34204025 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Desa Ancaran memiliki iklim yang dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson, dengan temperatur bulanan berkisar antara 18 C dan 32 C serta curah hujan berkisar

Lebih terperinci

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW 09-1303) RUANG TERBUKA HIJAU 7 Oleh Dr.Ir.Rimadewi S,MIP J P Wil h d K t Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

Gambar 2. Lokasi Studi

Gambar 2. Lokasi Studi 17 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi Studi Studi ini berlokasi di Kawasan Sungai Kelayan di Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan. Sungai Kelayan terletak di Kecamatan Banjarmasin Selatan (Gambar 2).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Central Business District (CBD) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai penataan ruang, pada Pasal 1 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

Perancangan Detail Peningkatan Ruas Jalan Cihampelas Kota Bandung Provinsi Jawa Barat BAB I PENDAHULUAN

Perancangan Detail Peningkatan Ruas Jalan Cihampelas Kota Bandung Provinsi Jawa Barat BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Jalan sebagai bagian sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan dan dikembangkan melalui

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga,

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga, BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Klasifikasi Kendaraan Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga, yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelompokan Jalan Menurut Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, ditinjau dari peruntukannya jalan dibedakan menjadi : a. Jalan khusus b. Jalan Umum 2.1.1. Jalan

Lebih terperinci

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 Judul Nama NRP : Pengaruh

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Sabua Vol.6, No.2: 215-222, Agustus 2014 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Arifin Kamil 1, Hanny Poli, 2 & Hendriek H. Karongkong

Lebih terperinci