Justifikasi Perancis terkait Intervensi NATO ke Libya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Justifikasi Perancis terkait Intervensi NATO ke Libya"

Transkripsi

1 Justifikasi Perancis terkait Intervensi NATO ke Libya Disususn untuk memenuhi mata kuliah Politik Internasional Disusun Oleh: Ilham Halim Annabella Agronesia Sandy Digdaya RR. Wheksy Putri Ayu Wardani Michael Yuli Arianto Afifah Raadinda Kiswaya Natalia Imas Kristi Nugraheny Swastaji Agung Rahmadi 08/270402/SP/ /280371/SP/ /280766/SP/ /282007/ SP/ /282752/SP/ /288933/SP/ /299762/SP/ /297024/SP/

2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki bulan Februari tahun 2011 rakyat Libya mulai melakukan protes terhadap pemerintahan Khadafi dalam rangka menuntut terciptanya demokrasi dalam pemerintahan dan menentang otoritarianisme rezim Muamar Khadafi.Perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Libya kepada rezim Muamar Khadafi juga dipicu oleh rangkaian revolusi yang terjadi di kawasan Timur-tengah, atau lebih dikenal sebagai Revolusi Melati yang telahberhasil menumbangkan para pemimpin negara-negara Timur-tengah yang telah lama berkuasa, diawali di Tunisia dengan mundurnya Ben Ali dan dilanjutkan dengan Revolusi Mesir yang berhasil menurunkan Hosni Mubarak memberikan semangat kepada rakyat Libya untuk memanfaatkan momentum yang ada untuk melawan tirani yang diberlakukan Khadafi terhadap rakyat Libya. Namun berbeda dengan apa yang terjadi di Mesir dan Tunisia, Khadafi secara aktif merespon tekanan dari publik Libya dengan serangan militer kepada pihak oposisi dan menggalang dukungan dari para pengikut setianya untuk mempertahankan kedudukannya sebagai penguasa Libya. Respon Khadafi ini kemudian menuai kecaman dari masyarakat internasional karena telah menyebabkan timbulnya korban jiwa dari pihak sipil.salah satu negara yang aktif mengecam tindakan ini adalah Perancis. Namun kemudian muncul beberapa pertanyaan seputar intervensi militer negaranegara Barat dalam perang saudara di Libya, seperti diantaranya mengenai faktor-faktor yang mendorong Perancis untuk memimpin dan mobilisasi negara-negara Barat dalam menentang rezim Kolonel Muammar Gaddafi dan membantu kaum oposisi. Tindakan Perancis yang secara keras mengecam aksi yang dilakukan oleh Khadafi menimbulkan pertanyaan tersendiri mengingat pada peristiwa sebelumnya seperti yang terjadi dalam rangka perang melawan terorisme yang dipimpin oleh Amerika Serikat di Irak dan Afganistan, Perancis menghindari keterlibatan militernya dalam intervensi.situasi ini menimbulkan pertanyaan, mengapa Perancis bersikap aktif dalam intervensi di tengah-tengah revolusi Libya. 2

3 B. Rumusan Masalah Mengapa Perancis memutuskan untuk berpartisipasi aktif dalam intervensi negaranegara Barat terhadap perang saudara di Libya? C. Kerangka Konseptual Humanitarian Intervention Dalam paper ini, untuk menjawab pertanyaan diatas penulis akan mengunakan konsep mengenai Humanitarian Intervention dalam menganalisa faktor-faktor yang mendorong keterlibatan Perancis dalam intervensi terhadap perang saudara di Libya. Disini penulis berasumsi bahwa Perancis dalam fungsinya sebagai bagian dari NATO berusaha mengakkan prinsip-prinsip kemanusiaan di Libya dengan keikutsertaannya dalam intervensi kemanusiaan ini. Menurut Brian Lepard, Humanitarian Intervention adalah penggunaan militer untuk melindungi korban dari kejahatan kemanusiaan. 1 Intervensi ini boleh dilakukan apabila ada pelanggaran HAM yang dilakukan oleh negara kepada rakyatnya, dimana rakyat dari negara tersebut tidak memiliki kekuatan untuk melawan, seperti yang saat itu terjadi di Libya dalam konflik antara militer dan loyalist Khadafi dengan para pemberontak dari kaum oposisi, dimana terjadi ketimpangan kekuatan yang besar serta aksi semena-mena Khadafi terhadap kaum oposisi menjadi pertimbangan Perancis untuk turut melakukan intervensi kemanusiaan bersama negara-negara NATO lainnya. Sehingga meskipun kondisi dalam negeri telah menempatkan Perancis dalam suatu dilemma, di dalam negeri Perancis, dimana ekonomi Perancis turut terpuruk akibat adanya krisis ekonomi global, kondisi politiknya pun walaupun tidak sampai menimbulkan krisis keamanan, tetap tidak bisa dikatakan stabil, dan popularitas Sarkozy pun sedang terpuruk dan tertimpa beberapa skandal politik, namun Perancis tetap memprioritaskan untuk mengirim pasukan ke luar negeri, namun disis lain, walaupun disisi lain Perancis tentu memiliki kepentingan lain terkait dengan krisis yang menimpa Libya. 1 V. J. Barnett, The Dilemmas of Humanitarian Intervention, Religion-Online (online), 6 September 2003, < 13 April

4 D. Argumentasi Utama Berbeda dengan Irak dan Afganistan yang merupakan bagian dari aksi unilateral Amerika Serikat dalam mengembangkan dan menjaga hegemoninya di kawasan Timurtengah, dalam perang saudara yang terjadi di Libya, Perancis dapat menemukan alasan yang lebih kuat untuk mengikut sertakan pasukannya.libya menjadi isu yang lebih penting bagi Perancis karena dalam konflik dan krisis politik yang terjadi di Libya, telah ditemukan bukti nyata mengenai pelanggaran nilai-nilai kemanusiaan dan Hukum Humaniter Internasional, sehingga menjadi landasan yang kuat dan justifikasi yang pasti untuk mendorong keikutsertaaan Perancis secara aktif dalam intervensi kemanusiaan di Libya. 4

5 BAB II SUBSTANSI A. Sejarah Konflik Libya Konflik yang terjadi di Libya antara rakyat sipil dan pemerintah, serta akhirnya melibatkan NATO dipicu oleh demonstrasi yang dilakukan pada pertengahan bulan Februari Ketika itu, pada tanggal 11 Februari , sekelompok rakyat Libya mengambil alih jalan-jalan secara damai, menuntut turunnya rezim Moamar Khadafi yang telah berkuasa selama lebih dari 40 tahun.demonstrasi ini dipicu oleh adanya revolusi di Mesir, seperti yang dilaporkan CNN, Three days after the fall of Egyptian President Hosni Mubarak, calls go out on Facebook for peaceful demonstrations in Libya against leader Moammar Gadhafi 3. Pada awalnya, rakyat Libya melakukan demonstrasi secara damai, namun situasi berubah memanas ketika Moammar Khadafi menggunakan cara-cara kekerasan untuk mengatasi para demonstran. Beberapa cara kekerasan tersebut antara lain adalah menggunakan penembak jitu untuk menembaki para demonstran di Benghazi dan kota-kota bagian timur Libya. Dalam peristiwa pada tanggal 17 Februari 2012, terdapat 14 demonstran yang meninggal dunia. Selain itu Khadafi juga menyewa tentara bayaran dari negara-negara sub-sahara untuk mengatasi para demonstran karena menganggap tentaranya tidak lagi loyal pada dirinya.keterlibatan tentara bayaran yang membunuh rakyat Libya secara membabi buta inilah yang kemudian meningkatkan jumlah korban kerusuhan di Libya, dan situasi ini mulai menarik perhatian dunia internasional.tindakan kekerasan yang dilakukan Khadafi lambat laun memancing kemarahan rakyat sipil Libya.Demonstrasi damai untuk menekan pihak pemerintah kemudian mulai berubah menjadi gerakan perlawanan yang terstruktur.oposisi kemudian membentuk kelompok-kelompok pemberontak.para kelompok pemberontak ini 2 J. Ross, The Libyan Conflict: Peaceful Demonstrations to Armed Struggle,Canadian Dimension (online), 29 Maret 2011, diakses 5 April CNN Wire Staff, A Timeline of the Conflict in Libya,CNN World (online), 21 Agustus 2011, diakses 5 April

6 melakukan perlawanan-perlawanan bersenjata.namun jumlah senjata dan pasukan pemberontak sangat terbatas dan tidak mampu menandingi kekuatan militer Libya. Beberapa kota di Libya seperti Zawiya dan Benghazi menjadi markas pemberontak di mana mereka melancarkan perlawanan-perlawanan kecil yang tidak terorganisir. Di sisi lain, pasukan Khadafi terus berusaha merebut kembali kota-kota yang telah dikuasai para pemberontak. Mereka menggunakan peralatan militer yang lebih lengkap seperti tank, helikopter, dan peralatan lainnya demi tujuan tersebut.hal ini menyebabkan perang sipil di Libya tidak terelakkan, dan jumlah korban sipil terus meningkat.menurut laporan PBB, lebih dari 1000 orang meninggal dunia dalam konflik di Libya pada periode minggu ketiga 4. Terkait situasi tersebut, PBB mengeluarkan resolusi 1973 yang menyatakan otorisasi aksi untuk melindungi penduduk sipil Libya dari Moammar Khadafi.Menanggapi resolusi PBB, NATO mulai melancarkan aksi militer sejak bulan Maret 2011 dengan melakukan embargo militer, menerapkan zona larangan terbang, dan melindungi penduduk sipil dari serangan militer Libya 5.Hingga aksi gabungan NATO dan kelompok pemberontak Libya berhasil menewaskan Khadafi pada tanggal 20 Oktober C. Masuknya Prancis Dalam Krisis Libya Perancis memegang peranan yang signifikan dalam intervensi NATO di Libya, namun Perancis sendiri rupanya telah lama berusaha melakukan intervensi terhadap krisis yang terjadi di Libya sebelum memutuskan untuk melakukan intervensi militer bersama negaranegara NATO.Upaya diplomatik Prancis dilakukan melalui beberapa cara. Setidaknya ada tiga jalur yang dapat diidentifikasi yakni melalui usaha unilateral, melalui PBB, melalui Uni Eropa (UE) dan melalui NATO. Secara unilateral Prancis melakukan beberapa tekanan terhadap pemertintah Libya. Salah satunya adalah dengan cara memberikan pengakuan kepada 4 BBC, Libya: Gaddafi Tanks and Planes Attack Rebel Towns,BBC (online), 8 Maret 2011,< diakses 7 April NATO, NATO and Libya,NATO (online), < diakses 7 April BBC, Muammar Gaddafi: How He Died, BBC (online), 31 Oktober 2011, < diakses 7 April

7 rezim koalisi transnasional (TNC) bahkan sebelum rezim Khadafi mundur. Hal ini terjadi pada saat pertemuan anggota TNC dan Sarkozy di Paris pada 11 Maret Salah satu tujuan tindakan ini adalah melemahkan posisi Khadafi di dunia internasional.pengakuan Pemerintah Perancis terhadap pihak oposisi ini secara langsung telah menempatkan posisi TNC dalam tempat yang lebih tinggi, karena dengan pengakuan ini TNC telah mendapatkan kedaulatan dan legitimasi sebagai pihak yang diakui dalam Perang Saudara Libya. Sejak awal konflik, Prancis melalui Sarkozy terlihat sangat kuat untuk mendukung serangan udara terkoordinasi terhadap target militer Khadafi.Hal ini terlihat pada pertemuan tingkat tinggi Uni Eropa untuk membahas Libya 8.Dalam pertemuan ini Sarkozy melakukan beberapa pertemuan bilateral dengan anggota Uni Eropa khususnya David Cameron dari Inggris dan Angela Merkel dari Jerman.Melalui upaya bilateral ini Prancis memaksa Uni Eropa menjatuhkan sanksi ekonomi atas Libya dan seruan penghentian kekerasan.namun, yang paling penting yakni petemuan ini memberikan posisi Prancis yang tegas untuk menentang Khadafi.Melalui pertemuan ini pula Prancis mulai membangun justifikasi bagi operasi militer selanjutnya.justifikasi yang dibangun Prancis adalah perlindungan terhadap warga sipil Libya 9.Justifikasi ini digunakan Prancis sebagai argumen utama dalam upaya diplomatik Sarkozy selanjutnya kepada NATO dan PBB. Kesungguhan Perancis untuk melakukan invasi ke Libya juga dibuktikan dengan dikeluarkannya dana sebesar kurang lebih U$D 413 juta untuk membiayai kampanye militernya di Libya. Upaya diplomatik Sarkozy di UE juga merupakan landasan yang memudahkan Sarkozy bagi upaya diplomatik selanjutnya kepada PBB dan NATO.Diplomasi yang dilakukan Sarkozy dalam NATO umumnya dilakukan secara bilateral kepada anggota NATO tertentu seperti Inggris dan Amerika Serikat.Hal ini karena tidak semua anggota NATO mendukung upaya Sarkozy seperti Turki 10.Upaya diplomatik Sarkozy yang berhasil salah 7 R. Marquand, How a philosopher swayed France's response on Libya,The Christian Science Monitor (online),28 Maret 2011, < response-on- Libya?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Feed%3A+feeds%2Fworld+%28Christian+ Science+Monitor+>, diakses 3 April J. Ward, Sarkozy's Libya Move 'Shows Testosterone Level, Not Logic',Spiegel Online International (online), 11 Maret 2011, < diakses 3 April Ibid. 10 AFP. Turkey opposes NATO Libya intervention, Herald Sun, 14 Maret

8 satunya adalah dukungan David Cameron untuk menciptakan zona larangan terbang di Libya sebagai strategi mencegah serangan udara oleh tentara pemerintah Khadafi.Hal ini juga dapat dilihat sebagai upaya melemahkan opsi militer Khadafi dalam melawan oposisi. Upaya diplomatik ini mendukung upaya yang sama pada jalur Dewan Keamanan PBB dan berhasil. PBB mengeluarkan zona larangan terbang berdasarkan Resolusi DK PBB Resolusi DK PBB 1973 dan konsensus Paris menjadi starting point bagi Perancis untuk melakukan invasi militer ke Libya. Pertemuan di Paris dilaksanakan dan dihadiri oleh perwakilan kepala negara Barat dan Arab, untuk membicarakan implementasi resolusi PBB 1973, yang membolehkan negara-negara tersebut melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi warga sipil dari militer yang loyal terhadap Khaddafi. 12 Beberapa jam pasca berakhirnya pertemuan Paris yang membahas invasi militer bagi Libya, Perancis melancarkan serangan udara dan laut untuk menduduki Libya. 13 Sebuah pesawat Perancis melepaskan tembakan pertama terhadap sasaran pasukan pemerinatah Libya dan menghancurkan sejumlah kendaraan militer. 14 Sekitar 20 pesawat perancis membom pasukan loyalis Khaddafi. 15 Melalui NATO Sarkozy berhasil mengeluarkan operasi serangan udara terkoordinasi dan embargo senjata atas nama NATO kepada rezim Khadafi. Perancis dan Inggris menjadi pionir, diikuti oleh AS dan Kanada.Serangan ini juga disertai sejumlah negara anggota NATO lainnya seperti Belgia, Denmark, Belanda, Norwegia, dan Spanyol. C. Motivasi Perancis Dalam Intervensi Militer di Libya Pada setiap invasi dan penggunaan militer dalam berhubungan dengan negara lain, maka setiap negara memerlukan sebuah justifikasi yang kuat agar mendapatkan persetujuan 11 Security Council of United Nations, Security Council Approves No-Fly Zone over Libya, Authorizing All Necessary Measures to Protect Civilians, by Vote of 10 in Favour with 5 Abstentions, 17 Maret 2011,United Nations,< diakses 3 April BBC News Afrika. Libya: US, UK and France attack Khaddafi forces, BBC (online),20 Maret < diakses 5 April Iran Indonesia Radio, Invasi Barat, Banjir Darah di Libya, 20 Maret 2011, < /asset_publisher/v5xe/content/9f405bc6-6db1-491c-ba05-9d610a94ab95>, diakses 4 April BBC, Op.cit. 15 BBC, Op.cit. 8

9 secara internasional. Begitu pula dengan invasi Prancis ke Libya, dimana Prancis mengutarakan adanya misi kemanusiaan atau Humanitarian Intervention.Terdapat beberapa alasan utama dalam Humanitarian Intervention tersebut. Yang pertama adalah, pertama upaya pemusnahan senjata kimia yang digunakan oleh Libya.Dugaan kepemilikan senjata kimia oleh Amerika Serikat dan sekutunya termasuk Prancis telah diungkapkan sebelum invasi ini berlangsung. Menurut The Organization for the Prohibition of Chemical Weapons, mereka telah menemukan senjata kimia rahasia milik mantan rezim Khadafi berupa gas mustard yang mampu merusak kulit dan organ dalam manusia. 16 Kedua adalah penghilangan penggunaan kekuatan udara terhadap warga sipil. Seperti yang kita ketahui bahwa Libya menggunakan serangan udara yang dimiliki oleh militernya tanpa pandang bulu,darimenghentikan serangan pemberontak hingga demonstrasi besarbesaran oleh kaum oposisi. Hal ini merupakan salah satu pelanggaran dalam hukum perang yang ada dimana tidak terjadi kesetaraan atau proporsionalitasan dalam penggunaan senjata.penggunaan kekuatan ini salah satunya terjadi di Ras Lanuf pada 9 Maret Tentara angkatan udara Libya yang merupakan loyalis Khadafi memasuki kota dan meluncurkan roket pada beberapa bangunan dan menewaskan baik warga sipil maupun pemberontak. 17 Ketiga, yaitu untuk menjamin rakyat Libya mendapatkan hak-haknya seperti hak hidup, kebebasan, berserikat dan bekerja.jaminan terhadap HAM seluruh warga negara seharusnya menjadi tanggung jawab negara itu sendiri. Namun apabila pelanggaran justru dilakukan oleh suatu rezim pemerintahan yang otoriter maka negara lain mampu melakukan intervensi atas dasar humanitarian. Hal ini pula yang Prancis coba lakukan di Libya, dengan menggunakan alasan untuk menjaga HAM di Libya, Prancis mendapatkan legitimasi untuk melakukan suatu invasi. 16 JPNN, Temukan Senjata Kimia Eks Rezim Khadafi, JPNN (online), 23 Januari 2012, < diakses 1 April Forumkami, Pemerintah Libya Mulai Gunakan Serangan Udara,Forumkami (online), 10 Maret 2011, < diakses1 April

10 Sebelum invasi yang dilakukan oleh Prancis dan NATO terhadap Libya yang mengatasnamakan intervensi kemanusiaan ini, DK PBB telah mengeluarkan Resolusi 1970 yang meminta rezim despot Libya untuk menghormati hak asasi manusia dan hukum humaniter internasional yang berlaku dengan tidak membunuh atau melakukan tindak kekerasan yang tidak berprikemanusiaan terhadap para demonstran yang kontra terhadap Khadafi di Libya, namun ternyata Resolusi 1970 ini tidak digubris oleh rezim Khadafi karena mereka menganggap bahwa resolusi tersebut cacat. Karena Resolusi 1970 ini tidak diindahkan dan bahkan Khadafi secara keras dan terang-terangan menyatakan tidak bersedia untuk mundur, maka akhirnya masyarakat internasional pun mengambil inisiatif untuk segera bertindak agar tindakan Khadafi dan rezimnya yang dianggap sangat merugikan, kejam, dan tidak menghormati HAM ini dapat dihentikan sebelum semakin berdampak fatal terhadap rakyat-rakyat Libya yang menentang Khadafi dan para loyalisnya. Karena kedua alasan bahwa Khadafi tidak mengindahkan Resolusi 1970 dan tetap keras enggan mundur dari kursi kepresidenannya lah kemudian dikeluarkan Resolusi 1973 pada 26 Februari 2011 lalu oleh DK PBB, yang salah satu isinya adalah kebijakan zona larangan terbang atau no fly zone bagi Khadafi dan militernya bahkan di wilayah teritorialnya sendiri. Resolusi ini bertujuan untuk membela dan melindungi penduduk sipil Libya dari serangan oleh pemerintahannya sendiri, dan secara tidak langsung mengkondisikan perlunya tindakan yang ditetapkan oleh negara-negara anggota NATO bahwa Libya memiliki kebutuhan nyata untuk di intervensi. Resolusi 1973 inilah yang melatarbelakangi Prancis, Inggris, AS dan NATO yang mengklaim bahwa invasi mereka ke Libya dengan tindakan agresi serangan bersenjata yang mengatasnamakan humanitarian intervention itu adalah legal karena disetujui oleh DK PBB melalui Resolusi 1973 walaupun tanpa penandatangan dari 2 anggota tetap DK PBB lainnya yaitu Rusia dan China E. Heryadi, Kedaulatan Libya Dalam Ancaman?, Radar Tasikmalaya(online), 24 Maret 2011, < diakses 4 April

11 BAB III KESIMPULAN Dalam perang saudara yang terjadi di Libya, Perancis dapat menemukan alasan yang lebih kuat untuk mengikut sertakan pasukannya. Libya menjadi isu yang lebih penting bagi Perancis dibandingkan dengan kasus Irak dan Afganistan yang digagas oleh Amerika Serikat dalam rangka memerangi terorisme karena dalam konflik dan krisis politik yang terjadi di Libya telah ditemukan bukti nyata mengenai pelanggaran nilai-nilai kemanusiaan dan Hukum Humaniter Internasional, sehingga Perancis memutuskan untuk dapat terlibat secara aktif dalam intervensi kemanusiaan yang dilakukan terhadap Libya. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan Perancis untuk mengikut sertakan pasukannya di Libya diantaranya adanya indikasi kepemilikan dan penggunaan senjata kimia oleh Khadafipenghilangan penggunaan kekuatan udara terhadap warga sipil, dan dalam rangka menjamin rakyat Libya untuk tetap mendapatkan hak-haknya yang telah dilanggar oleh Khadafi. Aksi intervensi inipun tidak terjadi begitu saja, Perancis sebelumnya telah mempertimbangkan berbagai opsi yang ada untuk mendorong agar pemerintah Khadafi dapat mengakhiri konflik tanpa harus ada campur tangan dari negara lain dan NATO, namun karena opsi-opsi lain yang telah diusahakan tidak menuai hasil yang baik, sehingga aksi humanitarian intervention dengan kekuatan militer menjadi sah dan perlu untuk dilakukan. 11

12 Daftar Pustaka Daftar Pustaka Online AFP. Turkey opposes NATO Libya intervention, Herald Sun, 14 Maret Barnett, V. J., The Dilemmas of Humanitarian Intervention, Religion-Online (online), 6 September 2003, < 13 April BBC, Libya: Gaddafi Tanks and Planes Attack Rebel Towns, BBC (online), 8 Maret 2011, < diakses 7 April BBC, Muammar Gaddafi: How He Died, BBC (online), 31 Oktober 2011, < diakses 7 April BBC News Afrika. Libya: US, UK and France attack Khaddafi forces, BBC (online), 20 Maret < diakses 5 April CNN Wire Staff, A Timeline of the Conflict in Libya, CNN World (online), 21 Agustus 2011, diakses 5 April Forumkami, Pemerintah Libya Mulai Gunakan Serangan Udara, Forumkami (online), 10 Maret 2011, < diakses 1 April Heryadi, E., Kedaulatan Libya Dalam Ancaman?, Radar Tasikmalaya(online), 24 Maret 2011, < d=11072:kedaulatan-libya-dalam-ancaman&catid=58:football&itemid=302>, diakses 4 April Iran Indonesia Radio, Invasi Barat, Banjir Darah di Libya, 20 Maret 2011, < diakses 4 April JPNN, Temukan Senjata Kimia Eks Rezim Khadafi, JPNN (online), 23 Januari 2012, < diakses 1 April

13 Marquand, R., How a philosopher swayed France's response on Libya, The Christian Science Monitor (online), 28 Maret 2011, < France-s-response-on- Libya?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Feed%3A+feed s%2fworld+%28christian+science+monitor+>, diakses 3 April NATO, NATO and Libya, NATO (online),< diakses 7 April Ross, J., The Libyan Conflict: Peaceful Demonstrations to Armed Struggle, Canadian Dimension (online), 29 Maret 2011, diakses 5 April Security Council of United Nations, Security Council Approves No-Fly Zone over Libya, Authorizing All Necessary Measures to Protect Civilians, by Vote of 10 in Favour with 5 Abstentions,United Nations (online), 17 Maret 2011, < diakses 3 April Ward, J., Sarkozy's Libya Move 'Shows Testosterone Level, Not Logic', Spiegel Online International (online), 11 Maret 2011, < diakses 3 April

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator BAB V KESIMPULAN Amerika serikat adalah sebagai negara adidaya dan sangat berpengaruh di dunia internasional dalam kebijakan luar negerinya banyak melakukan berbagai intervensi bahkan invasi dikawasan

Lebih terperinci

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja Lampiran Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Maret 2011 Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja membuat graffiti politik, puluhan orang tewas ketika pasukan keamanan menindak Demonstran Mei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perang sipil Libya Tahun 2011 adalah konflik yang merupakan bagian dari musim semi

BAB I PENDAHULUAN. Perang sipil Libya Tahun 2011 adalah konflik yang merupakan bagian dari musim semi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perang sipil Libya Tahun 2011 adalah konflik yang merupakan bagian dari musim semi arab. Perang ini diawali oleh unjuk rasa di Benghazi pada 15 Februari 2011,

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan BAB IV KESIMPULAN Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan kebijakan politik luar negeri Rusia terhadap keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intervensi militer oleh pasukan koalisi Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Kanada dan

BAB I PENDAHULUAN. intervensi militer oleh pasukan koalisi Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Kanada dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa 1973 yang menghasilkan intervensi militer oleh pasukan koalisi Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Kanada dan Italia

Lebih terperinci

BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian antar negara-negara

BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian antar negara-negara BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH A. Alasan Pemilihan Judul Liga Arab adalah organisasi yang beranggotakan dari negara-negara Arab. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- 166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada hukum internasional tidak ada badan-badan seperti legislatif, eksekutif dan

BAB I PENDAHULUAN. pada hukum internasional tidak ada badan-badan seperti legislatif, eksekutif dan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Perbedaan utama hukum internasional dan hukum nasional adalah pada hukum nasional ada kekuasaan/organ yang berwenang memaksa hukum dan memberi sanksi kalau terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN yang dikenal dengan nama Revolusi Melati atau Jasmine Revolution 1

BAB I PENDAHULUAN yang dikenal dengan nama Revolusi Melati atau Jasmine Revolution 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Revolusi sporadik yang terjadi di wilayah Timur Tengah pada Januari 2011 yang dikenal dengan nama Revolusi Melati atau Jasmine Revolution 1 memicu terjadinya

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Analisis

Hasil Penelitian dan Analisis BAB III Hasil Penelitian dan Analisis A. Hasil Penelitian 1. Latar Belakang Konflik di Libya Libya merupakan salah satu negara yang paling mencolok dari deretan negara otoriter di Timur Tengah. Di bawah

Lebih terperinci

Abstract. Keywords ; Military Attack, NATO, Libya, Civilian

Abstract. Keywords ; Military Attack, NATO, Libya, Civilian JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL DALAM SERANGAN MILITER PAKTA PERTAHANAN ATLANTIK UTARA (THE NORTH ATLANTIC TREATY ORGANIZATION/NATO) TERHADAP LIBYA Oleh: Veronika Puteri Kangagung I Dewa Gede Palguna

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial BAB V Kesimpulan Berdasarkan tulisan diatas, dapat diambil argumen bahwa Media memiliki peranan yang sangat penting dalam isu politik dan hubungan internasional. Di kawasan Mesir dan Suriah bisa dikatakan

Lebih terperinci

Aspek Legalitas dan Azas legitimasi dalam Intervensi Kemanusiaan NATO di Libya

Aspek Legalitas dan Azas legitimasi dalam Intervensi Kemanusiaan NATO di Libya Aspek Legalitas dan Azas legitimasi dalam Intervensi Kemanusiaan NATO di Libya Kadek Wema Satyadinata (071514553003) Program Magister Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan Menilai dari jumlah korban sipil dan penyebaran teror terhadap warga sipil terutama rakyat Gaza yang dilakukan oleh Israel selama konflik sejak tahun 2009 lalu

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH

PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH Oleh I Wayan Gede Harry Japmika 0916051015 I Made Pasek Diantha I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional Fakultas Hukum

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, menjadi salah satu tujuan negara-negara asing untuk merebut. kepentingan nasionalnya di Timur Tengah.

BAB I PENDAHULUAN. ini, menjadi salah satu tujuan negara-negara asing untuk merebut. kepentingan nasionalnya di Timur Tengah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rusia adalah negara terbesar di dunia yang terletak di sebelah timur Eropa dan utara Asia. Pada saat Uni Soviet, Rusia merupakan negara bagian terbesarnya dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. I/No. 4/Agustus/2013

Lex et Societatis, Vol. I/No. 4/Agustus/2013 INTERVENSI PIHAK ASING DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INTERNAL SUATU NEGARA MENURUT HUKUM INTERNASIONAL 1 Oleh : Ardiyah Leatemia 2 ABSTRAK Hukum adalah serangkaian peraturan yang hadir ditengah-tengah masyarakat

Lebih terperinci

Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Ketiga dapat dikatakan benar. Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami proses demokrasi

Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Ketiga dapat dikatakan benar. Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami proses demokrasi Rani Apriliani Aditya 6211111049 Hubungan Internasional 2011 Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Apa yang diprediksikan oleh Huntington dalam bukunya Gelombang Demokrasi Ketiga dapat dikatakan benar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipakai untuk melakukan penyerangan kepada pihak musuh. Peraturanperaturan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipakai untuk melakukan penyerangan kepada pihak musuh. Peraturanperaturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konvensi-konvensi Den Haag tahun 1899 merupakan hasil Konferensi Perdamaian I di Den Haag pada tanggal 18 Mei-29 Juli 1899. Konvensi Den Haag merupakan peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Februari 2003, Iran mengumumkan program pengayaan uranium yang berpusat di Natanz. Iran mengklaim bahwa program pengayaan uranium tersebut akan digunakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan BAB V KESIMPULAN Dari penjelasan pada Bab III dan Bab IV mengenai implementasi serta evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan bahwa kebijakan tersebut gagal. Pada

Lebih terperinci

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini: LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

Kepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan. Recovery Act

Kepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan. Recovery Act Kepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan Terlibat Dalam Lord's Resistance Army Disarmament and Northern Uganda Recovery Act Lord s Resistance Army (LRA) suatu kelompok pemberontak

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN Prosperity Outhority faktor sosial ekonomi politik

BAB IV KESIMPULAN Prosperity Outhority faktor sosial ekonomi politik BAB IV KESIMPULAN Setelah melakukan beberapa analisa data melalui pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan penelitian ini kedalam beberapa hal pokok untuk menjawab pertanyaan

Lebih terperinci

yang dihadapi pasukan mereka. Tingginya jumlah korban jiwa baik dari pihak sipil maupun pasukan NATO serta besarnya dana yang harus dialirkan menjadi

yang dihadapi pasukan mereka. Tingginya jumlah korban jiwa baik dari pihak sipil maupun pasukan NATO serta besarnya dana yang harus dialirkan menjadi BAB V PENUTUP Penelitian ini berawal dari sebuah keputusan berani yang dikeluarkan oleh Presiden Perancis Nicholas Sarkozy pada tahun 2012 terkait penarikan pasukan Perancis dari Afghanistan. Dikatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hakikat serta keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa serta

BAB 1 PENDAHULUAN. hakikat serta keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa serta BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat serta keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa serta merupakan anugerah Nya yang

Lebih terperinci

4.2 Respon Uni Eropa dan Amerika Terhadap Konflik Rusia dan Ukraina Dampak Sanksi Ekonomi Terhadap Pariwisata Rusia

4.2 Respon Uni Eropa dan Amerika Terhadap Konflik Rusia dan Ukraina Dampak Sanksi Ekonomi Terhadap Pariwisata Rusia iv DAFTAR ISI DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR SINGKATAN... viii ABSTRAK... ix ABSTRACT... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Batasan

Lebih terperinci

DUKUNGAN ARAB SAUDI TERHADAP PEMERINTAHAN ALI ABDULLAH SALEH DALAM REVOLUSI RAKYAT YAMAN RESUME

DUKUNGAN ARAB SAUDI TERHADAP PEMERINTAHAN ALI ABDULLAH SALEH DALAM REVOLUSI RAKYAT YAMAN RESUME DUKUNGAN ARAB SAUDI TERHADAP PEMERINTAHAN ALI ABDULLAH SALEH DALAM REVOLUSI RAKYAT YAMAN RESUME Disusun oleh Veny Tristiana 151090042 PRODI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara sebagai suatu organisasi kekuasaan tertinggi memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara sebagai suatu organisasi kekuasaan tertinggi memiliki peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara sebagai suatu organisasi kekuasaan tertinggi memiliki peran penting dalam melindungi hak-hak warga negaranya. Dalam menjalankan perannya tersebut, negara

Lebih terperinci

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan BAB V KESIMPULAN Arab Saudi merupakan negara dengan bentuk monarki absolut yang masih bertahan hingga saat ini. Namun pada prosesnya, eksistensi Arab Saudi sering mengalami krisis baik dari dalam negeri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Konflik Hizbullah-Israel dimulai dari persoalan keamanan di Libanon dan Israel yang telah

I. PENDAHULUAN. Konflik Hizbullah-Israel dimulai dari persoalan keamanan di Libanon dan Israel yang telah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik Hizbullah-Israel dimulai dari persoalan keamanan di Libanon dan Israel yang telah terjadi atau mempunyai riwayat yang cukup panjang. Keamanan di wilayah Libanon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergolakan politik di Timur Tengah yang dikenal dengan Jasmine

BAB I PENDAHULUAN. Pergolakan politik di Timur Tengah yang dikenal dengan Jasmine BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pergolakan politik di Timur Tengah yang dikenal dengan Jasmine Revolution (Revolusi Melati) mulai timbul di semenanjung Timur Tengah dan Afrika Utara di

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. di Kerajaan Saudi. Ulama berperan dalam mendukung segala kebijakan-kebijakan

BAB V KESIMPULAN. di Kerajaan Saudi. Ulama berperan dalam mendukung segala kebijakan-kebijakan BAB V KESIMPULAN Ulama merupakan salah satu entitas yang penting dalam dinamika politik di Kerajaan Saudi. Ulama berperan dalam mendukung segala kebijakan-kebijakan pemerintah atau kerajaan dan mengkafirkan

Lebih terperinci

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Balas campur tangan militer Kenya di Somalia, kelompok al Shabab menyerang sebuah mal di Nairobi,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut. BAB V KESIMPULAN Yugoslavia merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa. Yugoslavia telah menoreh sejarah panjang yang telah menjadi tempat perebutan pengaruh antara

Lebih terperinci

Tuduhan Amnesty Internasional terhadap Sudan terkait penggunaan senjata kimia di Jabal Murrah

Tuduhan Amnesty Internasional terhadap Sudan terkait penggunaan senjata kimia di Jabal Murrah Tuduhan Amnesty Internasional terhadap Sudan terkait penggunaan senjata kimia di Jabal Murrah Rabu, 28 September 2016, Taryana Hassan, Direktur Riset Krisis dan Bencana di Lembaga Amnesty Internasional

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI Pasal 2 (3) dari Piagam PBB Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa

Lebih terperinci

Mali Diinvasi Asing, PBB tak Ambil Pusing

Mali Diinvasi Asing, PBB tak Ambil Pusing Negara Mali menjadi rebutan negara-negara Barat. Prancis, sebelum keduluan negara lain, menginvasi negeri itu dengan mengirimkan tentaranya. Perserikatan Bangsa-Bangsa diam seribu bahasa terhadap kondisi

Lebih terperinci

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia BAB V KESIMPULAN Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia berubah dari super power state menjadi middle-power state (negara dengan kekuatan menengah). Kebijakan luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah memproklamasikan Kosovo sebagai Negara merdeka, lepas dari Serbia. Sebelumnya Kosovo adalah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang

Lebih terperinci

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions)

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Fakta dan Kekeliruan April 2009 DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Kekeliruan 1: Bergabung dengan Konvensi Munisi Tandan (CCM) menimbulkan ancaman

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan analisis-analisis Penulis yang dipaparkan pada Bab III setelah

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan analisis-analisis Penulis yang dipaparkan pada Bab III setelah BAB IV PENUTUP Berdasarkan analisis-analisis Penulis yang dipaparkan pada Bab III setelah melalui bukti-bukti dari beberapa blue print, pidato dan peryataan-peryataan maupun penjelasan-penjelasan maka

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TERHADAP INTERVENSI PIHAK ASING ATAS KONFLIK INTERNAL LIBYA BERDASARKAN RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB SKRIPSI

TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TERHADAP INTERVENSI PIHAK ASING ATAS KONFLIK INTERNAL LIBYA BERDASARKAN RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB SKRIPSI TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TERHADAP INTERVENSI PIHAK ASING ATAS KONFLIK INTERNAL LIBYA BERDASARKAN RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas dan memenuhi syarat syarat

Lebih terperinci

Ancaman Terhadap Ketahanan Nasional

Ancaman Terhadap Ketahanan Nasional Ancaman Terhadap Ketahanan Nasional Pengertian ketahanan nasional adalah kondisi dinamika, yaitu suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan ketahanan, Kekuatan nasional

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WARGA SIPIL DALAM KONFLIK BERSENJATA (NON-INTERNASIONAL) LIBYA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WARGA SIPIL DALAM KONFLIK BERSENJATA (NON-INTERNASIONAL) LIBYA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WARGA SIPIL DALAM KONFLIK BERSENJATA (NON-INTERNASIONAL) LIBYA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL Oleh Pande Putu Swarsih Wulandari Ni Ketut Supasti Darmawan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini

BAB V KESIMPULAN. sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Historis Kekalahan Uni Soviet dalam perang dingin membuatnya semakin lemah sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini dimanfaatkan oleh negara-negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

Dalam pandangan Ikhwan, mereka mempunyai hubungan bersahabat sejak era pendiri kerajaan, Raja Abdul Aziz al Saud, bahkan sampai saat ini.

Dalam pandangan Ikhwan, mereka mempunyai hubungan bersahabat sejak era pendiri kerajaan, Raja Abdul Aziz al Saud, bahkan sampai saat ini. Pengantar: Kerajaan Arab Saudi mengelompokkan Ikhwanul Muslimin sebagai kelompok teroris, sama dengan Al Qaeda, dan lainnya. Ada apa di balik semua ini? Adakah negara lain punya peran? Simak pembahasannya

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI Disusun Oleh: TRI SARWINI 151070012 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Lebih terperinci

Eropa Pasca Perang Dingin.

Eropa Pasca Perang Dingin. Eropa Pasca Perang Dingin sudrajat@uny.ac.id/ Konstelasi Politik Global Runtuhnya Uni Soviet mengubah peta politik dunia dari bipolar menjadi multipolar. Amerika Serikat menjadi polisi dunia yang berusaha

Lebih terperinci

Perspektif Hukum Internasional atas Tragedi Kemanusiaan Etnis Rohingya Hikmahanto Juwana

Perspektif Hukum Internasional atas Tragedi Kemanusiaan Etnis Rohingya Hikmahanto Juwana Perspektif Hukum Internasional atas Tragedi Kemanusiaan Etnis Rohingya Hikmahanto Juwana Guru Besar Hukum Internasional Fakultas Hukum UI 1 Cycle of Violence Tragedi kemanusiaan atas etnis Rohingnya berulang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya,

I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya, I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya, begitu pula halnya dengan negara, negara tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga dibutuhkannya

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang hampir sama tuanya dengan peradaban kehidupan manusia. Perang merupakan suatu keadaan dimana

Lebih terperinci

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA 151060046 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membentuk negara-negara kecil baru, namun secara umum masih mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. membentuk negara-negara kecil baru, namun secara umum masih mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pada tahun 1991 Pecahnya Uni Soviet, banyak bagian bagian wilayah darinya membentuk negara-negara kecil baru, namun secara umum masih mempunyai kawasan yang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.324, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Hukum. Humaniter. Hak Asasi Manusia. Penyelenggaraan Pertahanan Negara. Penerapan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni

BAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni BAB VI KESIMPULAN Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni sejak tahun 1961 hingga 1963, akan tetapi Kennedy tetap mampu membuat kebijakan-kebijakan penting yang memiliki dampak

Lebih terperinci

BAB 2 SEJARAH DAN KONTEKS

BAB 2 SEJARAH DAN KONTEKS BAB 2 SEJARAH DAN KONTEKS 2.1 Gambaran umum invasi Irak tahun 2003 Irak merupakan negara merdeka setelah perang dunia I berakhir mempunyai daratan yang subur dan sumber daya minyak yang melimpah. Sebelum

Lebih terperinci

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut. BAB V KESIMPULAN Sampai saat ini kelima negara pemilik nuklir belum juga bersedia menandatangani Protokol SEANWFZ. Dan dilihat dari usaha ASEAN dalam berbagai jalur diplomasi tersebut masih belum cukup

Lebih terperinci

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 Oleh: Muh. Miftachun Niam (08430008) Natashia Cecillia Angelina (09430028) ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi, BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan berbagai aspek yang telah dinilai oleh pembuat kebijakan di Montenegro untuk bergabung dalam NATO, terdapat polemik internal dan eksternal yang diakibatkan oleh kebijakan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Analisa penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan jawaban awal yang telah dirumuskan. Penelitian ini menjelaskan alasan Venezeula menggunakan

Lebih terperinci

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME 1 1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME Dalam sejarahnya, manusia memang sudah ditakdirkan untuk berkompetisi demi bertahan hidup. Namun terkadang kompetisi yang dijalankan manusia itu tidaklah sehat dan menjurus

Lebih terperinci

JURNAL. Diajukan Oleh : BENEDICTUS MEGA HERLAMBANG NPM : Internasional

JURNAL. Diajukan Oleh : BENEDICTUS MEGA HERLAMBANG NPM : Internasional JURNAL PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA UNTUK MENGHENTIKAN KEJAHATAN PERANG YANG DILAKUKAN PARA PIHAK YANG BERTIKAI DALAM KONFLIK BERSENJATA DI SURIAH Diajukan Oleh : BENEDICTUS MEGA HERLAMBANG

Lebih terperinci

Pada tanggal 1 September 1945, Komite Sentral dari Komite-komite Kemerdekaan Indonesia mengeluarkan sebuah manifesto:

Pada tanggal 1 September 1945, Komite Sentral dari Komite-komite Kemerdekaan Indonesia mengeluarkan sebuah manifesto: Yusuf Budianto 0906636075 BAB 7-BAB 12 Adanya rencana pembuangan para tahanan Indonesia ke Tanah Merah membuat reputasi Belanda memburuk. Hal ini juga menimbulkan protes keras dari orang Indonesia, apalagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa belahan dunia. Salah satu dari konflik tersebut adalah konflik Israel

BAB I PENDAHULUAN. beberapa belahan dunia. Salah satu dari konflik tersebut adalah konflik Israel BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdamaian dunia yang selalu dikumandangkan oleh Persatuan Bangsa- Bangsa (PBB) sepertinya masih membutuhkan waktu yang lama untuk dapat terwujud. Akibat berbagai hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perang etnis menurut Paul R. Kimmel dipandang lebih berbahaya dibandingkan perang antar negara karena terdapat sentimen primordial yang dirasakan oleh pihak yang bertikai

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB 20: SEJARAH PERANG DINGIN

BAB 20: SEJARAH PERANG DINGIN www.bimbinganalumniui.com 1. Perang Dingin a. Perang terbuka antara Blok Barat dan Blok Timur b. Ketegangan antara Blok Barat dalam masa ideologi c. Persaingan militer antara Amerika Uni di Timur Tengah

Lebih terperinci

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul dua kekuatan besar di dunia yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara ini saling bersaing untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar pada bentuk konflik yang terjadi. Konflik antar negara (inter-state conflict) yang banyak terjadi

Lebih terperinci

sanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur.

sanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur. BAB. V KESIMPULAN Dunia yang terkungkung dalam persaingan kekuatan membuat negaranegara semakin aktif untuk meningkatkan persenjataan demi menjaga keamanan nasionalnya. Beberapa tahun silam, Ukraina mendapat

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini dunia internasional memiliki dua negara yang mendominasi

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini dunia internasional memiliki dua negara yang mendominasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini dunia internasional memiliki dua negara yang mendominasi yakni Amerika Serikat dan Rusia. Kedua negara ini seringkali berbeda pendapat dalam menanggapi permasalahan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang

Lebih terperinci

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL Malahayati Kapita Selekta Hukum Internasional October 10, 2015 Kata Pengantar Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai. perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai. perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol tambahannya serta sumber hukum lain yang menguatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negaranegara anggota PBB.

Lebih terperinci

BAB I KEPENTINGAN INTERVENSI AMERIKA TERHADAP KONFLIK INTERNAL DI LIBYA TAHUN 2011 PENDAHULUAN

BAB I KEPENTINGAN INTERVENSI AMERIKA TERHADAP KONFLIK INTERNAL DI LIBYA TAHUN 2011 PENDAHULUAN BAB I KEPENTINGAN INTERVENSI AMERIKA TERHADAP KONFLIK INTERNAL DI LIBYA TAHUN 2011 PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL Penulis memilih judul tersebut karena ketertarikan penulis atas dinamika konflik

Lebih terperinci

Kekayaan alam Mali sangat menggiurkan sehingga Prancis tak mau kehilangan cengkeramannya, sementara Amerika ingin mendepat Prancis.

Kekayaan alam Mali sangat menggiurkan sehingga Prancis tak mau kehilangan cengkeramannya, sementara Amerika ingin mendepat Prancis. Kekayaan alam Mali sangat menggiurkan sehingga Prancis tak mau kehilangan cengkeramannya, sementara Amerika ingin mendepat Prancis. Tanpa ada mandat Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), tentara Prancis masuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan antara satu dengan yang lain, baik berupa kepentingan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan antara satu dengan yang lain, baik berupa kepentingan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan dan interaksi internasional berbagai bangsa memiliki ketergantungan antara satu dengan yang lain, baik berupa kepentingan ekonomi, politik dan berbagai

Lebih terperinci

Mengapa HT terus mendesak pemerintah mengirimkan tentara perang melawan Israel?

Mengapa HT terus mendesak pemerintah mengirimkan tentara perang melawan Israel? Hafidz Abdurrahman Ketua Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI Inggris melakukan berbagai upaya untuk mendudukkan Yahudi di Palestina namun selalu gagal. Tapi setelah khilafah runtuh dan ruh jihad mati barulah negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mesir, Libya, Bahrain, Yaman, Irak, dan Suriah. 1

BAB I PENDAHULUAN. Mesir, Libya, Bahrain, Yaman, Irak, dan Suriah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah Sejak 18 Desember 2010, telah terjadi suatu fenomena revolusi di Tunisia, Mesir, Libya, Bahrain, Yaman, Irak, dan Suriah. 1 Fenomena revolusi yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil penulisan skripsi ini merupakan hasil kajian dan pembahasan dari bab-bab sebelumnya. Wilayaha Eritrea yang terletak

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI KEWENANGAN DEWAN KEAMANAN PBB TERHADAP PENYELESAIAN KONFLIK NON-INTERNASIONAL DI LIBYA TAHUN 2011

JURNAL SKRIPSI KEWENANGAN DEWAN KEAMANAN PBB TERHADAP PENYELESAIAN KONFLIK NON-INTERNASIONAL DI LIBYA TAHUN 2011 JURNAL SKRIPSI KEWENANGAN DEWAN KEAMANAN PBB TERHADAP PENYELESAIAN KONFLIK NON-INTERNASIONAL DI LIBYA TAHUN 2011 Disusun oleh: SCHERTIAN TONY HADINATA NDOLU NPM : 100510458 Program Studi : Ilmu Hukum Program

Lebih terperinci

Hari Tanah Palestina

Hari Tanah Palestina Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

KETERLIBATAN INGGRIS DALAM UPAYA PENYELESAIAN PERANG SOMALIA TAHUN

KETERLIBATAN INGGRIS DALAM UPAYA PENYELESAIAN PERANG SOMALIA TAHUN KETERLIBATAN INGGRIS DALAM UPAYA PENYELESAIAN PERANG SOMALIA TAHUN 2006-2009 RESUME Oleh: Angling Taufeni 151 040 132 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci