BAB I PENDAHULUAN. beberapa belahan dunia. Salah satu dari konflik tersebut adalah konflik Israel

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. beberapa belahan dunia. Salah satu dari konflik tersebut adalah konflik Israel"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdamaian dunia yang selalu dikumandangkan oleh Persatuan Bangsa- Bangsa (PBB) sepertinya masih membutuhkan waktu yang lama untuk dapat terwujud. Akibat berbagai hal dan kepentingan maka perdamaian dunia seakan-akan merupakan suatu hal yang bersifat utopis untuk dapat dicapai dalam kurun waktu dekat ini. Belum juga terwujudnya perdamaian dunia itu dapat dibuktikan dengan masih banyaknya konflik bersenjata yang terjadi di beberapa belahan dunia. Salah satu dari konflik tersebut adalah konflik Israel dan Palestina yang telah berlangsung selama lebih dari lima dekade hingga saat ini. Konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina diawali dengan berdirinya negara Israel di wilayah Palestina pada tahun Sejak kekalahan Kerajaan Ottoman dalam Perang Dunia I pada tahun 1924, wilayah Palestina yang sebelumnya adalah bagian dari kerajaan Ottoman (Turki Ustmani), telah menjadi wilayah yang berada di bawah mandat kerajaan Inggris. Adanya mandat dari kerajaan Inggris terhadap Palestina tersebut berdasarkan keputusan Konferensi Dewan Tertinggi Sekutu pasca Perang Dunia I pada tanggal April 1920 di San Remo, Italia. Keputusan tersebut telah disahkan oleh Liga Bangsa-Bangsa (LBB) pada tanggal 24 Juli 1

2 1922 dengan nama The British Mandate For Palestine dan mulai diberlakukan pada tahun Adapun isi dari mandat tersebut yaitu, Pertama, Inggris wajib mengisi kekosongan pemerintahan yang ada di wilayah tersebut. Kedua, menjamin pelaksanakan perlindungan terhadap hak sipil dan politik penduduk Palestina tanpa membedakan agama maupun ras. Ketiga, menjadikan wilayah Palestina menjadi national home bagi bangsa Yahudi, ini merupakan perwujudan dari Deklarasi Balfour tahun 1917 berupa surat tertanggal 2 November 1917 dari Menteri Luar Negeri Inggris, Arthur James Balfour, kepada Lord Rothschild (Pemimpin Komunitas Yahudi Inggris) yang berisi tentang dukungan Inggris bagi bangsa Yahudi untuk memiliki tanah air sendiri dan tanah air yang dimaksud adalah tanah Palestina. 2 Pada tahun 1947, Mandat Inggris terhadap wilayah Palestina berakhir dengan meninggalkan permasalahan migrasi bangsa Yahudi yang semakin tidak terkendali ke wilayah Palestina. Untuk mengatasi permasalahan eksodus penduduk tersebut, PBB sebagai pemegang mandat baru di wilayah Palestina, mengeluarkan Resolusi PBB Nomor 181 (II) tertanggal 29 November Beberapa isu penting yang diatur dalam resolusi tersebut adalah, Pertama, tentang pembentukan dua negara di wilayah Palestina, yaitu Bangsa Palestina berhak menempati 31% wilayah Palestina, sedangkan untuk Bangsa Yahudi 1 Trias Kuncahyono, Jerusalem : Kesucian, Konflik Dan Pengadilan Akhir, Kompas, Jakarta Hlm The Avalon Project, The British Mandate for palestine, diakses pada 29 Agustus

3 mendapat bagian 55% dari wilayah Palestina. Kedua tentang internasionalisasi Yerusalem. 3 Keberadaan Resolusi PBB No. 181 (II) Tahun 1947, disatu sisi menimbulkan protes dari Bangsa Palestina, karena dianggap tidak adil. Sisi lain, bagi Israel keberadaan Resolusi PBB No. 181 (II) Tahun 1947 ini merupakan legitimasi bagi berdirinya Negara Israel. Oleh karena itu pada tanggal 15 Mei 1948, Organisasi Zionis Internasional memproklamirkan berdirinya Negara Israel di wilayah Palestina dan menjadikan Yerusalem sebagai ibukotanya. 4 Akibat berdirinya Israel di wilayah Palestina dan eksodus bangsa Yahudi ke negara Israel, menurut United Nations Relief and Works Agency (UNRWA) antara tahun jumlah penduduk Palestina yang menjadi pengungsi mencapai orang Berdirinya Israel selain menimbulkan permasalahan kemanusiaan di Palestina, juga menimbulkan ketegangan antara Israel dan negara Arab lainnya. Selang dua hari setelah berdirinya Israel, negara Arab langsung melancarkan serangan ke wilayah Isarel. Perang tersebut bagi Israel merupakan perang kemerdekaan, tetapi menurut negara Arab, perang tersebut merupakan perang pendudukan. Selain Perang 1948, Israel sering terlibat peperangan dengan negara Arab yaitu Perang Sinai 1956, Perang Enam Hari pada tahun 1967 sampai dengan Perang Yom Kippur Hampir kesemua 3 Rini Subekti. Peranan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Dalam Upaya Penyelesaian Konflik Israel-Palestina Tahun diakses pada 26 Oktober Ahmad Yani. Menoropong Tragedi Pembagian Palestina, 29 November nopember-47. diakses pada 26 Oktober

4 perang itu Israel memenangkannya. Tetapi ketika Israel mengalami kekalahan dalam segi politis pada saat Perang Enam Hari tahun 1967, Israel harus menarik mundur pasukannya dari wilayah Palestina. 5 Penarikan mundur tentara Israel dari wilayah konflik didasarkan pada Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 242 tanggal 22 November 1967, yaitu menegaskan bahwa pelaksanakan pokok-pokok piagam PBB membutuhkan perdamaian yang adil dan langgeng di Timur Tengah, mencakup asas-asas berikut : a. Penarikan pasukan bersenjata Israel dari wilayah yang diduduki dalam konflik akhir-akhir ini; b. Diakhirinya semua klaim atau keadaan perang; dihormati dan diakuinya kekuasaan, integritas wilayah dan politik setiap negara Timur Tengah, hak mereka untuk hidup aman, di wilayah perbatasan diakui, yang bebas dari ancaman maupun pengerahan kekuatan. 6 Dalam resolusi ini tidak dijelaskan secara rinci wilayah mana saja yang harus bebas ancaman kekuatan dan wilayah mana saja yang menjadi wilayah pendudukan pasukan bersenjata Israel. Wilayah pendudukan (occupation territory) yang dimaksud dalam resolusi diatas adalah wilayah yang direbut oleh Israel dalam konflik bersenjata dengan beberapa negara 5 Ade Nurrahmah BFA. Perang 6 Hari Arab Israel, Latar Belakang dan Dampaknya Terhadap Negara Arab. diakses pada 27 Oktober United Nations, Resolution 242 (1967) of 22 November diakses pada 10 Januari

5 Arab (Mesir, Yordania, Suriah) pada tanggal 16 April 1967, yaitu wilayah Jalur Gaza (direbut dari kekuasaan Yordania) dan wilayah Tepi Barat (direbut dari kekuasaan Mesir). 7 Namun Israel tidak memenuhi kewajiban dari resolusi ini dan hanya mengembalikan sebagian wilayah yang didudukinya. Dataran Tinggi Golan diduduki dan Israel menerapkan kebijakan militer disana serta mulai melakukan pembangunan pemukiman penduduk. Bahkan pada 1981, Israel memberlakukan Golan Heights Law yang membuat hukum Israel dan administrasi Israel berlaku di wilayah tersebut. 8 Hal ini ditentang oleh Dewan Keamanan PBB dengan mengeluarkan Resolusi PBB 497 yang menyatakan perbuatan Israel memberlakukan hukum, yurisdiksi, dan administrasinya di Dataran Tinggi Golan sebagai perbuatan yang hampa dan kosong tanpa efek legal internasional. Begitu pula dengan Yerusalem Timur yang berdasarkan Resolusi PBB no. 181 (II) tahun 1947 merupakan wilayah Internasional, diakui secara sepihak oleh Israel. Israel bahkan menyatakan Yerusalem sebagai ibukota dari Israel. Hal ini ditentang oleh PBB dan di dalam Resolusi DK PBB No. 478 tahun 1980 dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional. Lain halnya dengan Semenanjung Sinai. Israel pada awalnya tidak mengembalikan Semenanjung Sinai setelah adanya Persetujuan Camp David pada tahun Wilayah pendudukan (occupied territories) yang terus dikontrol oleh Israel, yaitu Jalur Gaza yang direbut dari 7 Middle East Research and Information Project, The Occupied Territories, diakses pada 15 November David K Shipler, The Golan Heights Annexed By Israel In An Abrupt Move. diakses pada 15 Desember

6 Mesir, serta Tepi Barat yang direbut dari Yordania. Israel menerapkan administrasi militer yang menguasai dan mengatur aspek kehidupan sipil masyarakat di daerah-daerah tersebut. Dari sinilah awal bermulanya pendudukan oleh Israel sebagai occupying force di Tepi Barat. Berdasarkan resolusi tersebut, Israel harus menarik pasukannya keluar dari wilayah Jalur Gaza dan Tepi Barat. Sayangnya, keberadaan resolusi ini tidak ditaati oleh Israel. Pada tahun 1967, Israel melaksanakan kebijakan militernya untuk mengatur penduduk Palestina di wilayah Jalur Gaza dan Tepi Barat. Kebijakan militer Israel tersebut mengatur dan membatasi hampir semua aspek yang berkaitan dengan kehidupan penduduk sipil termasuk kebebasan berekspresi, kebiasaan berserikat dan kebebasan pers. 9 Konflik Palestina-Israel merupakan konflik yang banyak melibatkan negara-negara Arab dan terus berkelanjutan, bahkan hingga saat ini. Setelah Perang Enam Hari 1967, terjadi lagi konflik yaitu Perang Yom Kippur pada tahun 1973 dimana Mesir dan Suriah melakukan serangan mendadak terhadap Israel dengan tujuan untuk merebut kembali wilayah yang telah diambil Israel pada perang Enam Hari. Lalu terjadi perang Lebanon 1982 antara Lebanon dengan Israel. Lalu ada Intifada pertama pada dimana terjadi perlawanan rakyat Palestina terhadap Israel dalam bentuk protes, pelemparan batu, boikot, serta penyerangan terhadap tentara Israel yang sempat terhenti karena Perjanjian Damai Oslo Intifada kedua pun kembali meletus pada 9 Ibid 6

7 tahun 2000, diikuti perang Lebanon kedua pada 2006, serta Perang Gaza pada tahun 2008 sampai Israel juga mendapat kecaman dari dunia Internasional karena telah secara sepihak mengakui Jerusalem sebagai ibu kotanya, padahal menurut Resolusi PBB No. 181 (II) tahun 1947, Jerusalem merupakan wilayah internasional yang terpisah dari Tepi Barat dan Jalur Gaza (corpus separatum) dan mewakili historis tiga agama, pengakuan secara sepihak Israel terhadap Jerusalem Timur juga dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional dalam Resolusi DK PBB No. 478 tahun 1967 Penguasaan dan pendudukan militer Israel di wilayah Gaza dan Tepi Barat mendorong bangsa Palestina melakukan perlawanan. Hal ini diakibatkan karena hak dasar mereka sebagai manusia yaitu hak hidup, hak bertempat tinggal serta hak untuk mendapatkan kebebasan telah dilanggar. Perlawanan bangsa Palestina dikoordinir oleh suatu gerakan pembebasan. Gerakan pembebasan yang dimaksud adalah PLO (Palestine Liberation Organization), PLO memiliki tujuan yaitu menyatukan semua organisasi perlawanan Palestina yang ada, guna mewujudkan negara Palestina merdeka diwilayah yang pada saat itu telah berdiri negara Israel. Pada November 1947, PLO mendapat pengakuan dari dunia internasional sebagai satu-satunya organisasi resmi non-pemerintahan. Dan pada tahun 1976, PLO berhasil menjadi angota penuh Liga Arab. 7

8 Dalam forum internasional, PLO menjadi wakil resmi bagi Palestina, namun dalam kenyataan dilapangannya, perjuangan bangsa Palestina juga dimotori oleh gerakan pembebasan lainnya seperti Hamas dan Jihad Islam. Pada tahun 1987 terjadi perlawanan terhadap Israel yang dikenal sebagai Gerakan Intifada (perjuangan dengan lemparan batu sebagai senjatanya). Untuk memulihkan kondisi antara Palestina dan Israel diadakan perundingan damai antara PLO dan pemerintah Israel di Oslo, pada tahun Adapun kesepakatan yang dicapai dalam perundingan tersebut yaitu pertama, PLO menjadi Otoritas National Palestina (ONP) yang memiliki daerah administratif di Jalur Gaza dan Tepi Barat. Kedua, Palestina berhak mengatur wilayah Jalur Gaza dan Tepi Barat termasuk mengurusi permasalahan pemukiman penduduk lokal. Ketiga Israel mendapat pengakuan dari Palestina sebagai suatu negara. Namun kesepakatan yang telah dicapai tersebut menjadi mentah kembali, tatkala terjadi penolakan keras dari rakyat Palestina maupun rakyat Israel. Sejak perundingan damai untuk membahas solusi dua negara yang telah dilakukan mulai tahun 1993, 1996, 2000 sampai yang terakhir pada tahun 2007 selalu mengalami kebuntuan bahkan kegagalan. Keadaan di wilayah Jalur Gaza dan Tepi Barat semakin tidak menentu dan selalu diwarnai aksi saling serang antara tentara Israel dan pejuang Palestina. 8

9 Pada tahun 1967 Israel melaksanakan kebijakan militernya untuk mengatur penduduk Palestina di wilayah Jalur Gaza dan Tepi Barat. 10 Penguasaan dan pendudukan militer Israel di wilayah Gaza dan Tepi Barat mendorong bangsa Palestina melakukan perlawanan. Hal ini diakibatkan karena hak dasar mereka sebagai manusia yaitu hak hidup, hak bertempat tinggal serta hak untuk mendapatkan kebebasan telah dilanggar. Perlawanan bangsa Palestina dikoordinir oleh suatu gerakan pembebasan yang disebut PLO (Palestine Liberation Organization). Aksi-aksi bersenjata para pejuang Palestina salaha satunya adalah pelemparan roket Qassam. Aksi ini dikendalikan oleh Hamas, faksi garis keras Palestina yang memiliki otoritas di wilayah Gaza. Pelemparan roket ke wilayah Israel bagi Palestina merupakan bagian dari pembelaan diri terhadap Israel yang telah melanggar hak kebebasan bangsa Palestina, sejak pendudukan tahun Berdasarkan laporan badan-badan PBB, sebagian besar penduduk Tepi Barat menggantungkan kebutuhan hidup dari bantuan-bantuan kemanusiaan sebagai akibat dari dibangunnya tembok pembatas. Bantuan yang diterima penduduk Tepi Barat kurang dari seperempat kebutuhan minimal. Pembangunan tembok pembatas tersebut telah mengancam sarana penghidupan dan keberlangsungan hidup bagi seluruh warga Tepi Barat. Hal ini dilakukan oleh Israel untuk mengurangi penembakan roket dan bom bunuh diri yang dilakukan oleh warga Palestina. Namun tindakan pembangunan tembok pembatas tepi barat tersebut berefek kolektif kepada 10 Ibid 9

10 seluruh warga Tepi Barat. Ini merupakan tindakan yang melanggar hukum internasional, baik hukum humaniter internasional maupun hukum HAM internasional. 11 Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk membuat penulisan hukum dengan judul Legalitas Pembangunan Tembok Pembatas di Tepi Barat Oleh Israel Ditinjau Dari Segi Hukum Internasional B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana legalitas pembangunan tembok pembatas di Tepi Barat oleh Israel ditinjau dari segi hukum internasional? 2. Apakah dampak yang terjadi akibat adanya pembangunan tembok pembatas di Tepi Barat oleh Israel? C. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang dilakukan oleh penulis di Perpustakaan Hukum Universitas Gadjah Mada, tidak ditemukan penulisan hukum mengenai Legalitas Pembangunan Tembok Pembatas Tepi Barat oleh Israel Ditinjau Dari Hukum Internasional merupakan asli hasil penelitian penulis. Berikut beberapa tulisan yang serupa dengan tulisan penulis yaitu : 11 United Nations Office for Coordination of Humanitarian Affairs Occupied Palestinian Territory, The Humanitarian Impact Of The Barrier, a f?OpenDocument&Highlight=0,west,bank,barrier. Diakses pada 18 September

11 1. Penulisan hukum oleh Dian Okta Kurniawan (02/159730/HK/15924) dengan judul Perlindungan Penduduk Sipil dalam Konflik Israel Hezbollah. Tulisan ini mengenai perlindungan penduduk sipil selama terjadi serangan militer Israel ke Lebanon tahun Penulisan hukum oleh Irfan Riyadi (02/154452/HK/15875) dengan judul Dugaan Pelanggaran Berat Terhadap Konvensi Jenewa dalam Agresi Militer Israel ke Gaza. Tulisan ini membahas tentang agresi militer ke Gaza dari sudut pandang Konvensi Jenewa saja, yang mana Israel sebagai negara anggota konvensi tersebut 3. Penulisan hukum oleh Annisa Ayu Permata (04/HK/178544/16221) dengan judul Kebijakan Represif Israel di Jalur Gaza sebagai Tindakan Balasan Terhadap Serangan Roket Pejuang Palestina di Wilayah Israel Berdasarkan Hukum Humaniter Internasional. Tulisan ini membahas kebijakan represif Israel di Gaza yaitu analisis tindakan penembakan roket oleh Hamas, serta balasan Israel melalui operasi militer dan blokade ekonomi dari sisi hukum humaniter. 4. Penulisan hukum oleh Fardan Rahmat Sutan (06/194130/HK/17256) dengan judul Legalitas Blokade Jalur Gaza Oleh Israel Ditinjau Dari Hukum Internasional. Tulisan ini membahas tentang legalitas atau keabsahan dari tindakan blokade 11

12 atau pengucilan Jalur Gaza oleh Israel dilihat dari segi hukum internasional secara keseluruhan, baik itu ditinjau dari hukum humaniter, HAM, serta aturan-aturan internasional lainnya. Penulisan hukum yang ditulis oleh Penulis berjudul Legalitas Pembangunan Tembok Pembatas Tepi Barat oleh Israel ditinjau dari segi Hukum Internasional. Tulisan ini membahas mengenai keabsahan pembangunan tembok pembatas Tepi Barat dilihat dari segi hukum internasional secara keseluruhan, baik itu ditinjau dari hukum humaniter, HAM, dan aturan-aturan internasional lainnya. D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang ada, maka penelitian ini mempunyai tujan yang terdiri dari dua hal, yaitu : 1. Tujuan Objektif : a. Untuk mengetahui dan menganalisis legalitas atau keabsahan pembangunan tembok pembatas di Tepi Barat oleh Israel ditinjau dari hukum Internasional b. Untuk mengetahui tindakan apakah yang dapat diambil oleh PBB dan komunitas Internasional agar Israel tunduk dan mematuhi hukum internasional serta meruntuhkan tembok pembatas tersebut. 2. Tujuan Subyektif : a. Untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. 12

13 b. Untuk turut serta memberikan sumbangan kepadan ilmu pengetahuan, khususnya pada cabang ilmu hukum. 13

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA Pada bab ini penulis akan bercerita tentang bagaimana sejarah konflik antara Palestina dan Israel dan dampak yang terjadi pada warga Palestina akibat dari

Lebih terperinci

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun 1967 1972 Oleh: Ida Fitrianingrum K4400026 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada

Lebih terperinci

2016 PERANG ENAM HARI

2016 PERANG ENAM HARI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setelah Perang Dunia I (selanjutnya disingkat PD I) berakhir, negara-negara di Dunia khususnya negara-negara yang berada dikawasan Timur Tengah dihadapkan

Lebih terperinci

Mengapa HT terus mendesak pemerintah mengirimkan tentara perang melawan Israel?

Mengapa HT terus mendesak pemerintah mengirimkan tentara perang melawan Israel? Hafidz Abdurrahman Ketua Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI Inggris melakukan berbagai upaya untuk mendudukkan Yahudi di Palestina namun selalu gagal. Tapi setelah khilafah runtuh dan ruh jihad mati barulah negara

Lebih terperinci

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- 166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme

Lebih terperinci

bersenjata. Selain direkrut sebagai kombatan, anak-anak seringkali juga menjadi target

bersenjata. Selain direkrut sebagai kombatan, anak-anak seringkali juga menjadi target Perlindungan Anak Palestina dari Kekerasan Oleh: Adzkar Ahsinin Pendahuluan Umm Fadi, seorang Ibu dari 3 orang anak perempuan dan 1 anak laki-laki yang tinggal di Tal al-sultan menyatakan sulit untuk menjelaskan

Lebih terperinci

Hari Tanah Palestina

Hari Tanah Palestina Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipakai untuk melakukan penyerangan kepada pihak musuh. Peraturanperaturan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipakai untuk melakukan penyerangan kepada pihak musuh. Peraturanperaturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konvensi-konvensi Den Haag tahun 1899 merupakan hasil Konferensi Perdamaian I di Den Haag pada tanggal 18 Mei-29 Juli 1899. Konvensi Den Haag merupakan peraturan

Lebih terperinci

BAB III SIKAP OKI TERHADAP KONFLIK ARAB/PALESTINA-ISRAEL. Arab/Palestina-Israel lalu kegagalan OKI (Organisasi Kerjasama Islam) dalam menangnai dan

BAB III SIKAP OKI TERHADAP KONFLIK ARAB/PALESTINA-ISRAEL. Arab/Palestina-Israel lalu kegagalan OKI (Organisasi Kerjasama Islam) dalam menangnai dan BAB III SIKAP OKI TERHADAP KONFLIK ARAB/PALESTINA-ISRAEL Pada Bab 3 ini membahas tentang sikap OKI (Organisasi Kerjasama Islam) dan konflik berkepanjangan Palestina, yang meliputi; sejarah dari Palestina,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Konflik Hizbullah-Israel dimulai dari persoalan keamanan di Libanon dan Israel yang telah

I. PENDAHULUAN. Konflik Hizbullah-Israel dimulai dari persoalan keamanan di Libanon dan Israel yang telah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik Hizbullah-Israel dimulai dari persoalan keamanan di Libanon dan Israel yang telah terjadi atau mempunyai riwayat yang cukup panjang. Keamanan di wilayah Libanon

Lebih terperinci

A. Sejarah konflik Israel-Palestina

A. Sejarah konflik Israel-Palestina BAB III DINAMIKA MASALAH ANAK DALAM KONFLIK ISRAEL-PALESTINA Pada Bab ini akan menjelaskan tentang konflik Israel-Palestina serta dinamika masalah tentang anak dalam konflik. Penulis akan memulai dengan

Lebih terperinci

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan Menilai dari jumlah korban sipil dan penyebaran teror terhadap warga sipil terutama rakyat Gaza yang dilakukan oleh Israel selama konflik sejak tahun 2009 lalu

Lebih terperinci

LEGALITAS PENGGUNAAN BOM CURAH (CLUSTER BOMB) PADA AGRESI MILITER ISRAEL KE PALESTINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

LEGALITAS PENGGUNAAN BOM CURAH (CLUSTER BOMB) PADA AGRESI MILITER ISRAEL KE PALESTINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL LEGALITAS PENGGUNAAN BOM CURAH (CLUSTER BOMB) PADA AGRESI MILITER ISRAEL KE PALESTINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL Oleh: Alan Kusuma Dinakara Pembimbing: Dr. I Gede Dewa Palguna SH.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahun-tahun. Dalam konflik tersebut, terjadi berbagai pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. bertahun-tahun. Dalam konflik tersebut, terjadi berbagai pelanggaran terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konflik bersenjata antara Israel dan Palestina sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Dalam konflik tersebut, terjadi berbagai pelanggaran terhadap hukum perang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik Israel-Palestina sudah sejak lama menjadi perhatian utama masyarakat internasional. Bahkan, konflik antara kedua negara ini senantiasa dijadikan agenda utama

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil penulisan skripsi ini merupakan hasil kajian dan pembahasan dari bab-bab sebelumnya. Wilayaha Eritrea yang terletak

Lebih terperinci

Sejarah Palestina, Berdirinya Negara Palestina, Palestina Pasca British Mandat, Sistem Politik & Pemerintahan, dan Konflik Israel - Palestina

Sejarah Palestina, Berdirinya Negara Palestina, Palestina Pasca British Mandat, Sistem Politik & Pemerintahan, dan Konflik Israel - Palestina Sejarah Palestina, Berdirinya Negara Palestina, Palestina Pasca British Mandat, Sistem Politik & Pemerintahan, dan Konflik Israel - Palestina Disusun Oleh Ansor Budiman (1302045098) Yusra Mufasir (1302045109)

Lebih terperinci

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja Lampiran Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Maret 2011 Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja membuat graffiti politik, puluhan orang tewas ketika pasukan keamanan menindak Demonstran Mei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang hampir sama tuanya dengan peradaban kehidupan manusia. Perang merupakan suatu keadaan dimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hakikat serta keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa serta

BAB 1 PENDAHULUAN. hakikat serta keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa serta BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat serta keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa serta merupakan anugerah Nya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi (Soekanto, 2003: 243). Peranan merupakan aspek

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang sangat menonjol. Hal ini memerlukan perhatian yang bersungguh-sungguh, karena sangat

PENDAHULUAN. yang sangat menonjol. Hal ini memerlukan perhatian yang bersungguh-sungguh, karena sangat PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah hak asasi manusia merupakan isu internasional dan menjadi bahan perbincangan yang sangat menonjol. Hal ini memerlukan perhatian yang bersungguh-sungguh, karena sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan invasi militer yang dilakukan oleh Israel ke Jalur Gaza yang di

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan invasi militer yang dilakukan oleh Israel ke Jalur Gaza yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindakan invasi militer yang dilakukan oleh Israel ke Jalur Gaza yang di mulai pada 27 Desember 2008 lalu, telah menarik perhatian dunia internasional, konflik

Lebih terperinci

BAB 3 LATAR BELAKANG SEJARAH KONFLIK ANTARA ISRAEL DAN PALESTINA

BAB 3 LATAR BELAKANG SEJARAH KONFLIK ANTARA ISRAEL DAN PALESTINA BAB 3 LATAR BELAKANG SEJARAH KONFLIK ANTARA ISRAEL DAN PALESTINA Bab ini merupakan tinjauan historis mengenai konflik antara Israel dan Palestina yang diberikan secara singkat dan jelas, berisikan penjelasan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG I. UMUM VETERAN REPUBLIK INDONESIA Undang-Undang Nomor 15 Tahun

Lebih terperinci

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI Pasal 2 (3) dari Piagam PBB Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah memproklamasikan Kosovo sebagai Negara merdeka, lepas dari Serbia. Sebelumnya Kosovo adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perang dan damai. Peristiwa-peristiwa besar yang menjadi tema-tema utama

BAB I PENDAHULUAN. perang dan damai. Peristiwa-peristiwa besar yang menjadi tema-tema utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah kehidupan manusia, peristiwa yang banyak dicatat adalah perang dan damai. Peristiwa-peristiwa besar yang menjadi tema-tema utama dalam literatur-literatur

Lebih terperinci

PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN

PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN 1947-1988 Skripsi Oleh: RINI SUBEKTI NIM 020210302011 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai. perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai. perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol tambahannya serta sumber hukum lain yang menguatkan

Lebih terperinci

KAJIAN TERMINOLOGI TERHADAP PEMBERITAAN PERANG GAZA: TINJAUAN SEMANTIK SKRIPSI. Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

KAJIAN TERMINOLOGI TERHADAP PEMBERITAAN PERANG GAZA: TINJAUAN SEMANTIK SKRIPSI. Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah KAJIAN TERMINOLOGI TERHADAP PEMBERITAAN PERANG GAZA: TINJAUAN SEMANTIK SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S-I Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

ANALISIS PELANGGARAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DALAM KONFLIK BERSENJATA ISRAEL-HEZBOLLAH Oleh

ANALISIS PELANGGARAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DALAM KONFLIK BERSENJATA ISRAEL-HEZBOLLAH Oleh ANALISIS PELANGGARAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DALAM KONFLIK BERSENJATA ISRAEL-HEZBOLLAH Oleh Ayu Krishna Putri Paramita I Made Pasek Diantha I Made Budi Arsika Bagian Hukum Internasional Fakultas

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace Pasal 2 (3) dari Piagam PBB - Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa sehingga perdamaian, keamanan dan keadilan internasional tidak

Lebih terperinci

AKIBAT PENGGUNAAN HAK VETO OLEH AMERIKA SERIKAT TERHADAP KASUS AGRESI ISRAEL DI GAZA

AKIBAT PENGGUNAAN HAK VETO OLEH AMERIKA SERIKAT TERHADAP KASUS AGRESI ISRAEL DI GAZA AKIBAT PENGGUNAAN HAK VETO OLEH AMERIKA SERIKAT TERHADAP KASUS AGRESI ISRAEL DI GAZA Savira Dhanika Hardianti, Setyo Widagdo S.H.,M.Hum., Nurdin, S.H.,M.Hum Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Email :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perang sipil Libya Tahun 2011 adalah konflik yang merupakan bagian dari musim semi

BAB I PENDAHULUAN. Perang sipil Libya Tahun 2011 adalah konflik yang merupakan bagian dari musim semi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perang sipil Libya Tahun 2011 adalah konflik yang merupakan bagian dari musim semi arab. Perang ini diawali oleh unjuk rasa di Benghazi pada 15 Februari 2011,

Lebih terperinci

Krisis Gaza: Bukan Perang, Melainkan Genosida! Written by Administrator Friday, 16 January :51

Krisis Gaza: Bukan Perang, Melainkan Genosida! Written by Administrator Friday, 16 January :51 Resolusi PBB dan Kecaman dunia internasional atas agresi Israel ke Jalur Gaza tidak sanggup menyurutkan nafsu Israel menggempur Gaza. Sejak agresi dimulai, pada 27 Desember 2008 sampai sekarang, korban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa atau lebih dikenal sebagai United Nations

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa atau lebih dikenal sebagai United Nations BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perserikatan Bangsa-Bangsa atau lebih dikenal sebagai United Nations Organization (UNO) lahir pada tanggal 24 Oktober 1945 setelah diratifikasinya Piagam yang mempunyai

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.324, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Hukum. Humaniter. Hak Asasi Manusia. Penyelenggaraan Pertahanan Negara. Penerapan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si

H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si PASAL 3, DEKLARASI MONTEVIDEO 1933: Keberadaan politik suatu negara, bebas dari pengakuannya oleh negara lain. PERMASALAHAN: 1. Recognition is a political act with legal consequences.

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

Edisi : 045. Senin, 29 Mei 2016

Edisi : 045. Senin, 29 Mei 2016 Edisi : 045 Senin, 29 Mei 2016 Edisi : 045/ 2016 Senin, 29 Mei 2016 BERITA Utama Dalam Sepekan, 106 Warga Palestina Ditangkap Israel New York -- Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan mengatakan

Lebih terperinci

PESAN DAN MAKNA GAMBAR PADA T-SHIRT MERCHANDISE BANDUNG

PESAN DAN MAKNA GAMBAR PADA T-SHIRT MERCHANDISE BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Konflik antara Palestina dan Israel berawal saat terjadinya migrasi besarbesaran kaum Yahudi ke tanah Palestina. Lebih dari lima puluh lima ribu orang datang

Lebih terperinci

POKOK-POKOK HUKUM HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL

POKOK-POKOK HUKUM HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL Seri Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007 POKOK-POKOK HUKUM HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL Rudi. M Rizki, SH, LLM Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat Jl Siaga II No 31 Pejaten Barat, Jakarta 12510

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penulis mempunyai tiga alasan dalam melakukan penelitian ilmiah dengan judul Citra

BAB I PENDAHULUAN. Penulis mempunyai tiga alasan dalam melakukan penelitian ilmiah dengan judul Citra BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Penulis mempunyai tiga alasan dalam melakukan penelitian ilmiah dengan judul Citra Israel di Dunia Internasional Pasca Serangan Terhadap Kapal Mavi Marmara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak lahirnya Negara Indonesia pada 17 Agustus 1945, dalam melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak lahirnya Negara Indonesia pada 17 Agustus 1945, dalam melakukan interaksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak lahirnya Negara Indonesia pada 17 Agustus 1945, dalam melakukan interaksi atau hubungan dengan Negara-negara lain, Indonesia berpegang teguh pada prinsip

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Belanda meneruskan serangan ke daerah-daerah yang belum berhasil dikuasai

BAB V PENUTUP. Belanda meneruskan serangan ke daerah-daerah yang belum berhasil dikuasai BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah berhasil menduduki Yogyakarta sebagai awal agresi II, Belanda meneruskan serangan ke daerah-daerah yang belum berhasil dikuasai dengan Agresi-nya yang pertama termasuk

Lebih terperinci

SUMMARY LAPORAN KUNJUNGAN DELEGASI KOMISI I DPR RI KE NEGARA MESIR, YORDANIA, SURIAH DAN LEBANON TANGGAL 28 JUNI 4 JULI 2010

SUMMARY LAPORAN KUNJUNGAN DELEGASI KOMISI I DPR RI KE NEGARA MESIR, YORDANIA, SURIAH DAN LEBANON TANGGAL 28 JUNI 4 JULI 2010 SUMMARY LAPORAN KUNJUNGAN DELEGASI KOMISI I DPR RI KE NEGARA MESIR, YORDANIA, SURIAH DAN LEBANON TANGGAL 28 JUNI 4 JULI 2010 I. PENDAHULUAN Komisi I DPR RI pada Reses Masa Persidangan III Tahun Sidang

Lebih terperinci

PENGAKUAN. Akibat: Permasalahan: Pasal 3, Deklarasi Montevideo 1933: politik suatu negara, bebas dari pengakuannya oleh negara lain.

PENGAKUAN. Akibat: Permasalahan: Pasal 3, Deklarasi Montevideo 1933: politik suatu negara, bebas dari pengakuannya oleh negara lain. PENGAKUAN Iman Prihandono, SH., MH., LL.M Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Airlangga E-Mail: iprihandono@unair.ac.id Blog: imanprihandono.wordpress.com Pasal 3, Deklarasi Montevideo

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut. BAB V KESIMPULAN Yugoslavia merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa. Yugoslavia telah menoreh sejarah panjang yang telah menjadi tempat perebutan pengaruh antara

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN. menjadikan kawasan ini sebagai ajang unjuk kekuatan negara-negara besar. yang memiliki kepentingan akan energi. 1

BAB PENDAHULUAN. menjadikan kawasan ini sebagai ajang unjuk kekuatan negara-negara besar. yang memiliki kepentingan akan energi. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kawasan Timur Tengah merupakan sebuah kawasan geopolitik yang menjadi wilayah konflik berkepanjangan. Wilayahnya yang mengandung sumber daya mineral dalam

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH

PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH Oleh I Wayan Gede Harry Japmika 0916051015 I Made Pasek Diantha I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional Fakultas Hukum

Lebih terperinci

RESUME PERUBAHAN SIKAP CHILE TERHADAP KONFLIK ISRAEL-PALESTINA

RESUME PERUBAHAN SIKAP CHILE TERHADAP KONFLIK ISRAEL-PALESTINA 1 RESUME PERUBAHAN SIKAP CHILE TERHADAP KONFLIK ISRAEL-PALESTINA Konflik di Israel dengan negara-negara Arab di Timur Tengah terjadi karena adanya dua kelompok masyarakat berbeda Israel, dari bangsa Yahudi,

Lebih terperinci

DUKUNGAN DIPLOMASI POLITIK INDONESIA TERHADAP KEMERDEKAAN PALESTINA

DUKUNGAN DIPLOMASI POLITIK INDONESIA TERHADAP KEMERDEKAAN PALESTINA Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perang etnis menurut Paul R. Kimmel dipandang lebih berbahaya dibandingkan perang antar negara karena terdapat sentimen primordial yang dirasakan oleh pihak yang bertikai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict merupakan suatu keadaan yang tidak asing lagi di mata dunia internasional. Dalam kurun waktu

Lebih terperinci

BAB I. Malam Panjang Di Jabaliya

BAB I. Malam Panjang Di Jabaliya BAB I Malam Panjang Di Jabaliya Omar duduk di balik sebuah tembok bekas reruntuhan sebuah bangunan. Sendirian. Malam ini gilirannya berjaga di titik itu. Di sebelah timur dari tempat Omar, terbentang jalan

Lebih terperinci

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini: LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intervensi militer oleh pasukan koalisi Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Kanada dan

BAB I PENDAHULUAN. intervensi militer oleh pasukan koalisi Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Kanada dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa 1973 yang menghasilkan intervensi militer oleh pasukan koalisi Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Kanada dan Italia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia memiliki cita-cita dan tujuan utama untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia memiliki cita-cita dan tujuan utama untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap negara di dunia memiliki cita-cita dan tujuan utama untuk membangun negaranya menjadi negara yang sejahtera, aman serta sebagai pelindung bagi setiap

Lebih terperinci

Resolusi yang diadopsi tanpa mengacu pada komite Pertanyaan dipertimbangkan oleh Dewan Keamanan pada pertemuan 749 dan750, yang diselenggarakan pada 30 Oktober 1956 Resolusi 997 (ES-I) Majelis Umum, Memperhatikan

Lebih terperinci

PENGAKUAN. AKIBAT: PERMASALAHAN: PASAL 3, DEKLARASI MONTEVIDEO 1933: POLITIK SUATU NEGARA, BEBAS DARI PENGAKUANNYA OLEH NEGARA LAIN

PENGAKUAN. AKIBAT: PERMASALAHAN: PASAL 3, DEKLARASI MONTEVIDEO 1933: POLITIK SUATU NEGARA, BEBAS DARI PENGAKUANNYA OLEH NEGARA LAIN PENGAKUAN. AKIBAT: PERMASALAHAN: PASAL 3, DEKLARASI MONTEVIDEO 1933: POLITIK SUATU NEGARA, BEBAS DARI PENGAKUANNYA OLEH NEGARA LAIN PENGAKUAN Iman Prihandono, Prihandono, SH., MH., LL.M Departemen Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara

Lebih terperinci

Protokol Tambahan Konvensi Hak Anak Terkait Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata

Protokol Tambahan Konvensi Hak Anak Terkait Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata Protokol Tambahan Konvensi Hak Anak Terkait Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata 12 Februari 2002 Negara-negara yang turut serta dalam Protokol ini,terdorong oleh dukungan yang melimpah atas Konvensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penulis mencoba memilih judul Palestina bergabung menjadi. anggota penuh UNESCO (The United Nations Educational, Scientific and

BAB I PENDAHULUAN. Penulis mencoba memilih judul Palestina bergabung menjadi. anggota penuh UNESCO (The United Nations Educational, Scientific and BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Penulis mencoba memilih judul Palestina bergabung menjadi anggota penuh UNESCO (The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) dengan

Lebih terperinci

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH Deklarasi Hak dan Kewajiban Individu, Kelompok dan Badan-badan Masyarakat untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar yang Diakui secara Universal Diadopsi oleh resolusi Majelis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. konstruksionis, realitas bersifat subjektif, relitas dihadirkan oleh konsep subjektif

BAB 1 PENDAHULUAN. konstruksionis, realitas bersifat subjektif, relitas dihadirkan oleh konsep subjektif BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa berfungsi mengkonstruksi realitas yang terjadi. Bagi kaum konstruksionis, realitas bersifat subjektif, relitas dihadirkan oleh konsep subjektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Bangsa Gayo menurut daerah kediaman dan tempat tinggalnya dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut Tawar, Gayo Linge yang

Lebih terperinci

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Balas campur tangan militer Kenya di Somalia, kelompok al Shabab menyerang sebuah mal di Nairobi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara sebagai suatu organisasi kekuasaan tertinggi memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara sebagai suatu organisasi kekuasaan tertinggi memiliki peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara sebagai suatu organisasi kekuasaan tertinggi memiliki peran penting dalam melindungi hak-hak warga negaranya. Dalam menjalankan perannya tersebut, negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut perspektif sebuah negara, diplomasi terdiri dari perumusan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut perspektif sebuah negara, diplomasi terdiri dari perumusan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut perspektif sebuah negara, diplomasi terdiri dari perumusan, pembentukan dan implementasi kebijakan luar negeri. Diplomasi adalah instrumen negara melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Al-Banna, Shofwan Palestine Emang Gue Pikirin. Pro-U Media. Yogyakarta. Hal Op. Cit. Hal 112.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Al-Banna, Shofwan Palestine Emang Gue Pikirin. Pro-U Media. Yogyakarta. Hal Op. Cit. Hal 112. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perang berkecamuk setiap harinya di dunia sejak ratusan tahun yang lalu. Jutaan korban tewas dan lebih banyak lagi yang trauma. Konflik Palestina dan Israel

Lebih terperinci

PERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM PEMBATASAN PENGGUNAAN SENJATA

PERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM PEMBATASAN PENGGUNAAN SENJATA PERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM PEMBATASAN PENGGUNAAN SENJATA Oleh Grace Amelia Agustin Tansia Suatra Putrawan Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis Internasional Fakultas

Lebih terperinci

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI INTERNASIONAL

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI INTERNASIONAL PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI INTERNASIONAL Organisasi Kerjasama Islam (OKI) ASEP GINANJAR PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 1. Organisasi Kerjasama Islam (OKI)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan dalam organisasi - organisasi internasional seperti PBB, dalam parlemen

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan dalam organisasi - organisasi internasional seperti PBB, dalam parlemen BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Dewasa ini hak asasi manusia banyak dibicarakan orang, hak asasi manusia dibicarakan dalam organisasi - organisasi internasional seperti PBB, dalam parlemen

Lebih terperinci

SENGKETA INTERNASIONAL

SENGKETA INTERNASIONAL SENGKETA INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si Indonesia-Malaysia SENGKETA INTERNASIONAL Pada hakikatnya sengketa internasional adalah sengketa atau perselisihan yang terjadi antar

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara

2 2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.175, 2015 Pertahanan. Misi Pemeliharaan Perdamaian. Pengiriman. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2015 TENTANG PENGIRIMAN MISI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. I/No. 4/Agustus/2013

Lex et Societatis, Vol. I/No. 4/Agustus/2013 INTERVENSI PIHAK ASING DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INTERNAL SUATU NEGARA MENURUT HUKUM INTERNASIONAL 1 Oleh : Ardiyah Leatemia 2 ABSTRAK Hukum adalah serangkaian peraturan yang hadir ditengah-tengah masyarakat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. International Committee of the Red Cross (ICRC) dalam usahanya menegakkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. International Committee of the Red Cross (ICRC) dalam usahanya menegakkan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa International Committee of the Red Cross (ICRC) dalam usahanya menegakkan Hukum Humaniter

Lebih terperinci

Dr. Saiful Bahri, M.A*

Dr. Saiful Bahri, M.A* Dunia Islam on The Spot 3 Dr. Saiful Bahri, M.A* Ketua Asia Pacific Community for Palestine http://www.aspacpalestine.com Hingga tahun 2012 jumlah pengungsi menurut dat UNRWA: orang tersebar di:,,, &.

Lebih terperinci

3. Dalam memahami konflik di Timur Tengah terdapat faktor ideologi, energi, otoritarianisme, geopolitik, dan lainnya.

3. Dalam memahami konflik di Timur Tengah terdapat faktor ideologi, energi, otoritarianisme, geopolitik, dan lainnya. Keynote Speech Wakil Menteri Luar Negeri RI: HE. Dr. A.M. Fachir Pada SEMINAR INTERNASIONAL THE ROLE OF SOUTHEAST ASIA COUNTRIES IN FONCLICT RESOLUTION IN THE MIDDLE EAST A. Pendahuluan 1. Konflik dapat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sejak awal integrasi ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tahun 1976, Timor Timur selalu berhadapan dengan konflik, baik vertikal maupun

Lebih terperinci

PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) By Dewi Triwahyuni

PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) By Dewi Triwahyuni PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) By Dewi Triwahyuni Basic Fact: Diawali oleh Liga Bangsa-bangsa (LBB) 1919-1946. Didirikan di San Fransisco, 24-10-45, setelah Konfrensi Dumbatan Oaks. Anggota terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konflik yang terjadi dalam suatu wilayah negara yang berbentuk konflik

BAB I PENDAHULUAN. konflik yang terjadi dalam suatu wilayah negara yang berbentuk konflik 8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah berakhirnya Perang Dunia konflik baru semakin mengemuka. Konflik yang sering terjadi tidak lagi merupakan konflik antar negara melainkan konflik yang terjadi

Lebih terperinci

Mali Diinvasi Asing, PBB tak Ambil Pusing

Mali Diinvasi Asing, PBB tak Ambil Pusing Negara Mali menjadi rebutan negara-negara Barat. Prancis, sebelum keduluan negara lain, menginvasi negeri itu dengan mengirimkan tentaranya. Perserikatan Bangsa-Bangsa diam seribu bahasa terhadap kondisi

Lebih terperinci

BASIS KONFLIK DI TIMUR TENGAH

BASIS KONFLIK DI TIMUR TENGAH BASIS KONFLIK DI TIMUR TENGAH Konflik antara Iraq-Kuwait merupakan konflik yang terjadi semenjak perang dunia II, yang kemudian menempatkan wilayah Babilonia klasik menjadi sebuah entitas negara yang kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Februari 2003, Iran mengumumkan program pengayaan uranium yang berpusat di Natanz. Iran mengklaim bahwa program pengayaan uranium tersebut akan digunakan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP KESIMPULAN. Rangkaian perjalanan sejarah yang panjang terhadap upaya-upaya dan

BAB V PENUTUP KESIMPULAN. Rangkaian perjalanan sejarah yang panjang terhadap upaya-upaya dan BAB V PENUTUP KESIMPULAN Rangkaian perjalanan sejarah yang panjang terhadap upaya-upaya dan Strategi Republik Kosovo dalam Proses Mencapai Status Kedaulatannya pada Tahun 2008 telah berlangsung sejak didirikannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan peri-keadilan (MPR RI, 2012: 2).

I. PENDAHULUAN. dan peri-keadilan (MPR RI, 2012: 2). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemerdekaan merupakan hak setiap bangsa untuk terlepas dan terbebas dari tekanan bangsa lain. Hal ini senada dengan isi pembukaan UUD 1945. Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan

Lebih terperinci

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Senin, 14 Februari 2011 PIDATO DR. R.M MARTY M. NATALEGAWA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA SELAKU

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA TESIS UNIVERSITAS INDONESIA STATUS HUKUM ALIEN OCCUPATION BERDASARKAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL (STUDI KASUS: PENDUDUKAN ISRAEL ATAS WILAYAH PALESTINA SEJAK DEKLARASI BERDIRINYA NEGARA ISRAEL) TESIS Oleh:

Lebih terperinci

Sarana utama memulai & mengembangkan hubungan internasional. Bentuk semua perbuatan hukum dan transaksi masyarakat internasional

Sarana utama memulai & mengembangkan hubungan internasional. Bentuk semua perbuatan hukum dan transaksi masyarakat internasional Perjanjian Internasional Sarana utama memulai & mengembangkan hubungan internasional Bentuk semua perbuatan hukum dan transaksi masyarakat internasional Sarana menetapkan kewajiban pihak terlibat dalam

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. diplomasi yang dibawa oleh TNI yang bergabung dalam Kontingen Garuda adalah

BAB V PENUTUP. diplomasi yang dibawa oleh TNI yang bergabung dalam Kontingen Garuda adalah BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tugas pokok TNI tidak hanya sebagai pasukan perang, tetapi juga menjadi pasukan pemelihara perdamaian dalam menjalani

Lebih terperinci

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 Oleh: Muh. Miftachun Niam (08430008) Natashia Cecillia Angelina (09430028) ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

Jadi tanpa pengawalan tim dari Indonesia? Ya. Di perbatasan, kita percaya saja. Obat dijemput oleh representasi pemerintah Palestina.

Jadi tanpa pengawalan tim dari Indonesia? Ya. Di perbatasan, kita percaya saja. Obat dijemput oleh representasi pemerintah Palestina. {mosimage}dr Joserizal Jurnalis Ketua Presidium Mer-C Tanggal 3 Januari 2009 lalu, dr Joserizal Jurnalis bersama beberapa orang dari Mer-C berangkat ke Aman, Yordania. Rencananya, mereka akan masuk ke

Lebih terperinci

buku. Kalian dapat memfotokopi gambar tersebut sebelum menempelkannya. Setelah selesai, kumpulkan hasil kerja kalian kepada guru.

buku. Kalian dapat memfotokopi gambar tersebut sebelum menempelkannya. Setelah selesai, kumpulkan hasil kerja kalian kepada guru. Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VI Bagaimana kiprah Indonesia dalam mewujudkan Politik Bebas-Aktif yang dianutnya tersebut? Simak penjelasan berikut. Namun sebelumnya, kerjakanlah kegiatan berikut untuk

Lebih terperinci