LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA"

Transkripsi

1 KODE JUDUL : N.74 LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENGATURAN OPTIMALISASI LAHAN POLA AGROFORESTRY TANAMAN KEHUTANAN DENGAN SAWIT KEMENTERIAN/LEMBAGA: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN Peneliti: 1. Hengki Siahaan 2. Agus Sumadi 3. Agung Wahyu Nugroho 4. Teten Rahman S. INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI 2012

2 KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN BALAI PENELITIAN KEHUTANAN PALEMBANG Jl. Kol. H. Burlian Punti Kayu Km 6,5 PO BOX 179 Telp/Fax Palembang tembesu@telkom.net LEMBAR PENGESAHAN DAN IDENTITAS PENGATURAN OPTIMALISASI LAHAN POLA AGROFORESTRI TANAMAN KEHUTANAN DENGAN SAWIT INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI TAHUN 2012 Mengesahkan, Kepala Balai Penelitian Kehutanan Koordinator/ Peneliti Utama, Ir. Suharyanto, MM NIP Hengki Siahaan, S.Hut., M.Si NIP

3 PRAKATA Perkembangan perkebunan sawit di Sumatera Selatan menunjukkan perkembangan yang sangat pesat, baik pada skala perusahaan maupun skala petani. Pada skala perusahaan, pengembangan perkebunan sawit dilakukan secara monokultur, berbeda dengan pengembangan sawit pada lahan perkebunan milik masyarakat yang mengembangkan berbagai pola agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan, yaitu pola agroforestry sawit dengan bambang lanang di Kabupaten lahat dan pola agroforestry sawit dengan kayu bawang di Kabupaten Bengkulu Selatan. Pola-pola agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan yang dikembangkan oleh petani sangat beragam, baik pola penanaman, pengaturan jarak tanam, pergiliran tanaman, maupun pemilihan jenis tanaman kehutanan itu sendiri. Pengembangan yang dilakukan oleh petani belum dilakukan secara terencana dan tanpa melakukan analisis biaya. Dengan penelitian ini akan dilakukan analisis biaya pada pola-pola yang dijumpai dan mengintrodusir pola yang memberikan hasil yang optimal kepada petani sawit. Pada sisi kebijakan pengembangan perkebunan, diharapkan pola agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan diharapkan dapat diterapkan tidak hanya pada perkebunan sawit milik masyarakat, tetapi juga pada perkebunan skala perusahaan. Apabila kebijakan ini dapat dikembangkan, maka akan diperoleh supply kayu dalam jumlah yang besar dari kegiatan perkebunan sawit dan diharapkan akan dapat mengurangi defisit kekurangan kayu. Tim penyusun

4 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... RINGKASAN... i ii iii iv vi vii viii I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Pokok Permasalahan... 3 C. Maksud dan Tujuan Kegiatan... 3 D. Metodologi Pelaksanaan Lokus Kegiatan Fokus Kegiatan Ruang Lingkup Bentuk Kegiatan... 4 II. PELAKSANAAN KEGIATAN A. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Perkembangan Kegiatan Kendala dan Hambatan Pelaksanaan Kegiatan... 6 B. Pengelolaan Administrasi Manajerial Perencanaan Anggaran Mekanisme Pengelolaan Anggaran Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset Kendala dan Hambatan Pengelolaan Administrasi Manajerial.. 9 III. METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA A. Metode Pencapaian Target Kinerja Kerangka-Rancangan Metode Penelitian Indikator Keberhasilan Pencapaian Target Kinerja Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Kegiatan... 12

5 a. Pola-pola Agroforestry Sawit dengan Tanaman Kehutanan.. 12 b. Respon dan Pengalaman Petani Agroforestry c. Pola Rekomendasi Agroforestry Sawit dengan Tanaman 18 Kehutanan... B Potensi Pengembangan ke Depan Kerangka Pengembangan ke Depan Strategi Pengembangan ke Depan IV. SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN A. Sinergi Koordinasi Kelembagaan Program Kerangka Sinergi Koordinasi Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi Perkembangan Sinergi Koordinasi B. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Kerangka dan Strategi Pemanfaatan Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Perkembangan Pemanfaatan V. PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN...

6 DAFTAR TABEL No. Teks Hal 1. Tahapan pelaksanaan kegiatan penelitian Pengaturan optimalisasi 5 lahan pola agroforestry tanaman kehutanan dengan sawit tahun Perencanaan anggaran penelitian Pengaturan optimalisasi lahan pola agroforestry tanaman kehutanan dengan sawit tahun Tahapan penyerapan anggaran penelitian Pengaturan optimalisasi lahan pola agroforestry tanaman kehutanan dengan sawit tahun Lokasi, ukuran, umur dan pemilik plot pengukuran Pola Agroforestry Tanaman Kehutanan dengan Sawit di Kab. Lahat Lokasi, umur, ukuran dan pemiliki plot pengukuran pola agroforestry tanaman kehutanan dengan sawit di Bengkulu Selatan Pengalaman petani dalam praktik optimalisasi lahan kebun pola agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan di Kab. Lahat Perbandingan produksi sawit dan kayu pada pola monokultur dan agroforestry sawit dengan kayu bambang dan bawang... 15

7 DAFTAR GAMBAR No. Teks Hal 1. Kerangka metode proses pencapaian target kinerja Pola agroforestry sawit dengan jenis bambang (Michelia campacha L.) di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan Pola agroforestry sawit dan kayu bawang (Dysoxylum molliscimum Blume) di Kabupaten Bengkulu Selatan Sistem perakaran pohon dan sawit pada agroforestry sawit dengan bambang (kiri) dan sawit dengan kayu bawang (kanan) Sistem tajuk pohon dan sawit pada agroforestry sawit dengan bambang (kiri) dan sawit dengan kayu bawang (kanan) Agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan pola tanam jalur Agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan pola tanam jalur berseling Agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan pola tepi/pagar Agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan dengan pola kombinasi tepi/pagar dan jalur berseling Kerangka pengembangan agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan Kerangka sinergi koordinasi kelembagaan program pengembangan agroforestry sawit dan tanaman kehutanan Kerangka pemanfaatan hasil penelitian pola agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan... 24

8 RINGKASAN Perkembangan perkebunan kelapa sawit di Sumatera Bagian Selatan, terutama di Propinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan yang sangat cepat. Secara ekonomi, perkebunan kelapa sawit telah mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun demikian, dari aspek ekologi, perkebunan kelapa sawit secara monokultur mempunyai beberapa dampak negatif seperti menurunnya keanekaragaman jenis, ketersediaan air, dan terjadinya deforestasi dan kerusakan lahan rawa gambut. Salah satu upaya dalam meningkatkan peran sekaligus mengantisipasi dampak negatif yang terjadi, perkebunan kelapa sawit dapat dikembangkan dalam bentuk agroforestry dengan tanaman kehutanan. Di Propinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, pola ini telah dilakukan oleh petani yang dikenal sebagai kebun rakyat atau hutan rakyat, yaitu agroforestry sawit-bambang (Michelia champaca L) di Kabupaten lahat dan sawit-kayu bawang (Dysoxylum molliscimum Blume.) di Kabupaten Bengkulu Selatan. Agroforestry ini perlu dikembangkan secara optimal sehingga dapat diaplikasikan secara luas. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan pola tanam campuran sawit dengan tanaman kehutanan yang optimal baik dari produksi sawit (CPO) dan hasil kayu dari tanaman kehutanan. Pelaksanaan kegiatan diawali dengan pengumpulan informasi awal pengembangan agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan, pengumpulan data pada berbagai lokasi pengembangan (Kab. Lahat dan Bengkulu Selatan) dan analisis untuk menghasilkan pola agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan yang optimal. Metode yang digunakan adalah pembuatan plot, wawancara, pengukuran, analisis data, diskusi dengan pihak terkait, dan pengambilan kesimpulan (rekomendasi) pola agroforestry tanaman kehutanan dengan sawit yang optimal.

9 Program penelitian disinergikan pada tiga kelembagaan utama yaitu Dinas Perkebunan Propinsi, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten, dan Kelompok tani. Program dikoordinasikan secara lebih rinci pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan pada tingkat Kabupaten. Implementasi program dilakukan pada tingkat petani/pelaku usaha yang mengembangkan pola agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan pengaturan pola tanam, agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan tidak mempunyai dampak yang signifikan terhadap penurunan produksi sawit dan di sisi lain dapat menghasilkan kayu yang juga mempunyai nilai ekonomi. Pola agroforestry optimal sawit-bambang maupun sawit-kayu bawang perlu disampaikan kepada lembaga terkait di daerah agar disosialisasikan kepada masyarakat di daerahnya. Sosialisasi dapat juga dilakukan dengan pembuatan demplot hasil penelitian sehingga pola-pola agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan dapat menyebar kepada petani sawit lainnya. Pada tataran kebijakan, diharapkan pola ini juga dapat dikembangkan pada perusahaan yang mengembangkan perkebunan sawit melalui kebijakan yang diambil oleh Dinas Perkebunan baik tingkat propinsi maupun kabupaten.

10 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perkebunan kelapa sawit di Sumatera Bagian Selatan, terutama di Propinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan yang sangat cepat. Di Sumatera Selatan, tahun 2010, perkebunan sawit menduduki peringkat kedua terluas setelah perkebunan karet, yaitu mencapai ha, sedangkan perkebunan karet sebesar ha. Dengan luasan tersebut, perkebunan sawit di Sumatera Selatan dapat menghasilkan CPO sebesar ton dan menyerap tenaga kerja sebesar orang (Dinas Perkebunan Sumatera Selatan, 2011). Hingga tahun 2013, sesuai dengan Rencana Tata Ruang Perkebunan, perkebunan sawit ditargetkan mencapai ha, sehingga akan mempunyai peran yang sangat strategis dalam perekonomian di Sumatera Selatan. Secara ekonomi, perkebunan kelapa sawit telah mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di Sumatera Selatan. Namun demikian, dari aspek ekologi, perkebunan kelapa sawit secara monokultur mempunyai beberapa dampak negatif seperti menurunnya keanekaragaman jenis baik flora maupun fauna, menurunnya ketersediaan air, dan terjadinya deforestasi dan kerusakan lahan rawa gambut akibat ekspansi yang berlebihan. Oleh karena itu, sesuai dengan salah satu prinsip dan kriteria RSPO (Roundtable for Sustainable Palm Oil), maka setiap pengembang perkebunan sawit bertanggungjawab atas dampak negatif yang terjadi, baik terhadap lingkungan, konservasi kekayaan alam, maupun keanekaragaman hayati. Salah satu upaya dalam meningkatkan peran sekaligus mengantisipasi dampak negatif yang terjadi, perkebunan kelapa sawit dapat dikembangkan dalam bentuk agroforestry dengan tanaman kehutanan. Sistem agroforestri dicirikan oleh keberadaan komponen pohon dan tanaman pertanian atau

11 perkebunan dalam ruang dan waktu yang sama (Suryanto et al 2005). Pengembangan sistem agroforestri yang dilakukan oleh masyarakat dapat memberikan manfaat ganda pada masyarakat, yaitu berupa hasil tahunan dari tanaman pertanian maupun berupa hasil akhir (kayu) dari tanaman kehutanan. Selain itu sistem agroforestri merupakan sistem pengolahan lahan yang dapat mendukung penyediaan pangan sesuai dengan pendapat Widianto et al (2003) yang mengatakan bahwa agroforestri adalah salah satu sistem pengelolaan lahan yang mungkin dapat ditawarkan untuk mengatasi masalah yang timbul akibat adanya alih-guna lahan dan sekaligus juga untuk mengatasi masalah pangan. Di Propinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, pengembangan perkebunan sawit dalam bentuk agroforestry tidak dilakukan pada perkebunan yang dibangun oleh perusahaan, tetapi justru dilakukan oleh petani yang dikenal sebagai kebun rakyat atau hutan rakyat. Bentuk agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan yang dikembangkan oleh petani di Sumatera Selatan, terutama di Kabupaten Lahat adalah sawit dengan bambang lanang (Michelia champaca L) dan sawit dengan jati (Tectona grandis), namun yang paling umum dijumpai adalah sawit dengan bambang lanang. Sementara di Propinsi Bengkulu (Kabupaten Seluma dan Bengkulu Selatan) berkembang agroforestry antara sawit dengan kayu bawang (Dysoxylum molliscimum Blume.). Pola-pola agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan yang dikembangkan oleh petani sangat beragam, baik pola penanaman, pengaturan jarak tanam, pergiliran tanaman, maupun pemilihan jenis tanaman kehutanan itu sendiri. Pengembangan yang dilakukan oleh petani belum dilakukan secara terencana dan tanpa melakukan analisis biaya. Kegiatan penelitian akan dilakukan pada lahan masyarakat yang telah mengembangkan tanaman kehutanan dan sawit untuk menilai pola yang ideal untuk diterapkan dalam skala luas.

12 B. Pokok Permasalahan Perkembangan usaha perkebunan sawit yang sangat pesat di satu sisi telah memberi kesejahteraan bagi masyarakat, tetapi di sisi lain akan berdampak negatif terhadap lingkungan dan semakin meminggirkan usahausaha yang berkaitan dengan pembangunan hutan tanaman. Pembangunan usaha perkebunan sawit dengan pola agroforestry dengan tanaman kehutanan dapat menjadi salah satu solusi permasalahan lingkungan dan defisit kebutuhan kayu yang saat ini semakin meningkat. C. Maksud dan Tujuan Kegiatan Maksud kegiatan ini adalah mendapatkan pola tanam campuran sawit dengan tanaman kehutanan yang optimal baik dari produksi sawit (CPO) dan hasil kayu dari tanaman kehutanan. Tujuannya adalah menyediakan teknik pengembangan agroforestry tanaman sawit dengan tanaman kehutanan. D. Metodologi Pelaksanaan 1. Lokus Kegiatan Lokus kegiatan pada tahun 2012 adalah pada kebun-kebun sawit pada lahan masyarakat yang dikembangkan dengan pola agroforestry dengan tanaman kehutanan (hutan rakyat). Secara administrasi pemerintahan lokus kegiatan berada pada dua kabupaten, yaitu Kabupaten Lahat Propinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Bengkulu Selatan, Propinsi Bengkulu. 2. Fokus Kegiatan Fokus kegiatan penelitian ini adalah bidang ketahanan pangan ( ) yaitu perkebunan sawit yang dikelola dalam bentuk agroforestry dengan tanaman kehutanan. Pola agroforestry yang dimaksud adalah campuran antara sawit dengan kayu Bambang lanang (Michelia champaca L.) dan sawit dengan Kayu bawang (Dysoxylum molliscimum Blume).

13 3. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini meliputi aspek silvikultur agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan (bambang lanang dan kayu bawang) dan aspek sosial ekonomi. Aspek silvikultur meliputi pengaturan pola tanam, pergiliran tanaman, pengaturan kerapatan, persaingan perakaran, dan persaingan tajuk. Aspek sosial ekonomi antara lain meliputi pertumbuhan dan hasil kayu, produksi sawit, dan respon masyarakat. 4. Bentuk Kegiatan Bentuk kegiatan penelitian ini meliputi kegiatan survey lokasi pengembangan agroforestry tanaman kehutanan dengan sawit, pembuatan petak ukur (plot), pengukuran pertumbuhan tanaman kehutanan dan produksi sawit, wawancara, analisis data dan pembuatan laporan.

14 II. PELAKSANAAN KEGIATAN A. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan 1. Perkembangan Kegiatan Tahapan pelaksanaan kegiatan penelitian Pengaturan optimalisasi lahan pola agroforestry tanaman kehutanan dengan sawit disajikan secara rigkas pada Tabel 1. Saat ini penelitian telah mencapai tahap akhir (tahap 4) yaitu tahap analisis data dan pembuatan laporan. Pada tahap ini semua data dan informasi yang diperoleh dari tahap 1 hingga tahap 3 dianalisis, ditabulasikan, dan disajikan sehingga menjadi informasi yang bermanfaat dan mudah dipahami. Tabel 1. Tahapan pelaksanaan kegiatan penelitian Pengaturan optimalisasi lahan pola agroforestry tanaman kehutanan dengan sawit tahun 2012 No Tahapan Kegiatan 1. Persiapan, penelusuran informasi, dan pengumpulan data sekunder 2. Pengukuran, pengumpulan dan analisis data di Kab. Lahat, Sumsel 3. Pengukuran dan pengumpulan data di Kab. Bengkulu Selatan, Bengkulu 4. Analisis data dan pembuatan laporan Deskripsi Singkat Tahapan Kegiatan Pengumpulan literatur, pencarian informasi, penyusunan proposal, koordinasi dengan mitra terkait Diskusi dengan pihak terkait (dinas, koperasi, kelompok tani), pembuatan plot. Diskusi dengan pihak terkait (dinas, koperasi, kelompok tani), pembuatan plot. Tabulasi dan analisis data lapangan, diskusi dan pembuatan laporan Alokasi Waktu Februari s/d Maret 2012 April s/d Mei 2012 Agustus s/d September 2012 Mei- Oktober 2012

15 2. Kendala dan Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Dalam pelaksanaan kegiatan tidak ada kendala yang berarti yang menghalangi berlangsungnya kegiatan. Beberapa kendala yang dapat diatasi sejalan dengan berlangsungnya kegiatan antara lain seperti adanya respon negatif dari beberapa petani terhadap kegiatan yang dilakukan dan kurangnya SDM pada tingkat petani yang dapat membantu pelaksanaan kegiatan. B. Pengelolaan Administrasi Manajerial 1. Perencanaan Anggaran Perencanaan anggaran untuk kegiatan penelitian Pengaturan Optimalisasi Lahan Pola Agroforestry Tanaman Kehutanan Dengan Sawit tahun 2012 (Tabel 2) sebesar Rp ,- dibedakan atas biaya personil (komponen 1) dan biaya non personil (komponen 2, 3, dan 4). Tabel 2. Perencanaan Anggaran penelitian Pengaturan Optimalisasi Lahan Pola Agroforestry Tanaman Kehutanan Dengan Sawit tahun 2012 No. Komponen Anggaran Alokasi (Rp.) Persentase (%) 1. Gaji dan Upah ,73 2. Bahan Habis Pakai ,51 3. Perjalanan ,15 4. Lain-lain ,62 Jumlah Biaya ,00 a. Biaya personil 1) Gaji dan upah No. Pelaksana Kegiatan Jumlah (Orang) Volume Biaya Satuan (Rp.) Biaya 1 tahun (Rp.) 1. Koordinator /Peneliti OJ Utama Pelaksana/Peneliti OJ (2 orang Peneliti Muda) 3. Teknisi (1 orang) OJ Tenaga Harian 355 HOK Jumlah Biaya

16 b. Biaya non personil 1) Bahan Habis Pakai No. Bahan Volume Biaya Satuan (Rp.) Biaya 1 tahun (Rp.) 1. cat minyak 13 kaleng cat semprot 10 buah kuas 1" 10 buah kuas 1,5 " 2 buah Parang 2 buah meteran kain 1,5 m 13 buah meteran 50 m 6 buah tali tambang 55 m Thinner 7 kaleng meteran 100 m 1 buah spidol marker 16 buah Gunting 4 buah Handboard 6 buah Handcounter 4 buah dokument pack folder 3 buah Timbangan 5 buah Jumlah Biaya ) Perjalanan No. Tujuan Volume 1. Perjalanan dalam rangka penelitian Pola Agroforestry Sawit dengan kayu bambang di Provinsi Sumsel 2. Perjalanan dalam rangka Pembuatan plot Pola Agroforestry Sawit dengan kayu bawang di Provinsi Bengkulu 3. Perjalanan dalam rangka Supervisi kegiatan penelitian/monitoring Biaya 1 tahun (Rp.) 12 OT OT OT Jumlah Biaya

17 3) lain-lain No. Uraian Volume Harga Satuan Biaya 1 thn (Rp.) (Rp.) 1. Fotocopy 460 lembar Dokumentasi 1 Paket Album 6 buah Jumlah Mekanisme Pengelolaan Anggaran Tabel 3. Tahapan penyerapan anggaran penelitian Pengaturan Optimalisasi Lahan Pola Agroforestry Sawit Dengan Tanaman Kehutanan No. Pos Pengeluaran Anggaran Realisasi Realisasi Rencana 1 Tahun Tahap I Tahap II Tahap III (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.) Gaji Upah - Upah harian Insentif Jumlah Belanja Bahan Bahan habis pakai Jumlah Belanja Perjalanan - Perjalanan dalam rangka pelaksanaan penelitian - Perjalanan dalam rangka supervisi/monitoring Jumlah Lain-lain - Fotocopy Dokumentasi Album foto Jumlah Jumlah 1 s.d

18 Mekanisme pengelolaan anggaran disesuaikan dengan kontrak kerjasama antara Kementerian Ristek dengan Badan Litbang Kehutanan. Penggunaan anggaran dilakukan dengan tiga tahapan yang telah ditetapkan, yaitu tahap pertama sebesar 30%, tahap kedua 50% dan tahap ketiga sebesar 20%. Komponen anggaran yang digunakan pada masing-masing tahapan kegiatan disajikan pada Tabel Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset Aset yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah berupa aset tidak berwujud yaitu berupa tulisan ilmiah dalam jurnal dan prosiding. Media jurnal yang dipilih sesuai dengan bidang fokus penelitian adalah Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, sedangkan prosiding yang digunakan adalah prosiding yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Produktifitas Hutan. 4. Kendala dan Hambatan Pengelolaan Administrasi manajerial Tidak ada kendala maupun hambatan berarti yang dihadapi dalam pengelolaan administrasi manajerial. Komunikasi dengan pengelola berjalan dengan baik, baik secara langsug maupun melalui media elektronik (website, ).

19 III. Metode Pencapaian Target Kinerja A. Metode Pencapaian Target Kinerja 1. Kerangka-Rancangan Metode Penelitian Studi literatur Pengumpulan informasi Dinas Perkebunan Dinas Hutbun Kabupaten Kelompok tani Survei Lokasi Pembuatan plot Pertumbuhan pohon Wawancara Produksi sawit, pola tanam, pemeliharaaan Analisi data dan Pelaporan Kesimpulan dan Rekomendasi Pola Optimal Penyampain hasil ke Dinas terkait, kelompok tani dan pelaku usaha Gambar 1. Kerangka metode proses pencapaian target kinerja Metode pencapaian target kinerja penelitian ini diawali dengan studi literatur dan pengumpulan informasi pengembangan agroforestry tanaman kehutanan dengan sawit. Setelah informasi diperoleh kemudian dilakukan survey lokasi, pembuatan plot, wawancara, pengukuran, analisis data, diskusi dengan pihak terkait, dan pengambilan kesimpulan (rekomendasi) pola agroforestry tanaman kehutanan dengan sawit yang optimal. Rekomendasi

20 kemudian disampaikan kepada pengguna, yaitu Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten, kelompok tani, dan pelaku usaha (Gambar 1). Berdasarkan informasi yang diperoleh, agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan banyak dijumpai pada kebun-kebun sawit yang diusahakan oleh petani atau yang lebih dikenal sebagai kebun rakyat atau hutan rakyat. Pola agroforestry ini tidak dijumpai pada perkebunan-perkebunan sawit yang dikelola oleh perusahaan. Di Kabupaten Lahat, Propinsi Sumatera Selatan dijumpai agroforestry antara sawit dengan jenis bambang (Michelia champaca L) dan di Kabupaten Bengkulu Selatan, Propinsi Bengkulu dijumpai agroforestry sawit dengan kayu bawang (Dysoxylum molliscimum Blume). Pengembangan pola agroforestry oleh petani, umumnya masih dilakukan secara sederhana. Penanaman dilakukan dengan berbagai pola tetapi belum memperhitungkan kompetisi yang mungkin terjadi antar tanaman, baik pada sistem perakaran maupun ruang tajuk (kompetisi cahaya matahari), sehingga tidak memberikan hasil yang optimal. Untuk memperoleh pola dan pengaturan jarak tanam yang optimal, maka perlu dilakukan analisis dengan membandingkan hasil yang diperoleh pada berbagai pola yang telah dikembangkan oleh petani. Perbandingan hasil dilakukan dengan mengukur produksi tandan buah segar (TBS) dan riap kayu (m 3 /ha/thn) pada berbagai pola tanam yang dikembangkan oleh petani. Selain itu dilakukan juga studi aspek silvikultur untuk melihat kompetisi pada sistem perakaran maupun kompetisi antar tajuk tanaman. Wawancara juga dilakukan untuk menggali pengalaman petani tentang pola agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan yang dikembangkannya. Selain itu juga untuk memperoleh gambaran bagaimana tingkat kepuasan masyarakat terhadap pola agroforestry yang dikembangkannya. Data dan informasi yang diperoleh, baik melalui plot pengukuran maupun hasil wawancara selanjutnya dianalisis dan dipadukan untuk memperoleh pola agroforestry sawit + tanaman kehutanan yang optimal. Pola ini kemudian akan dijadikan sebagai pola rekomendasi agroforestry sawit dengan tanaman

21 kehutanan yang akan disampaikan kepada pengguna, yaitu pemerintah daerah, petani, ataupun pelaku usaha lainnya. 2. Indikator Keberhasilan Pencapaian Target Kinerja Indikator keberhasilan pencapaian target kinerja pada penelitian ini adalah sebagai berikut: - Terbentuknya plot penelitian pada lahan agroforstry tanaman kehutanan dan sawit - Diketahuinya respon masyarakat terhadap pola agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan. - Diperolehnya data pertumbuhan pohon (m 3 /ha/tahun) dan produksi sawit (TBS) pada berbagai pola agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan. - Diperolehnya pola agroforestry tanaman kehutanan dengan sawit yang optimal - Disampaikannya rekomendasi pola optimal kepada dinas terkait, kelompok masyarakat dan pelaku usaha 3. Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Penelitian a. Pola-pola agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan Di Kabupaten Lahat dijumpai pola agroforestry sawit dengan jenis bambang (Michelia champaca L.) dan jati (Tectona grandis) sedangkan di Kabupaten Bengkulu Selatan dijumpai pola agroforestry sawit dengan kayu bawang (Dysoxylum molliscimum Blume). Plot pengamatan dibuat untuk memperoleh data produksi kayu (riap) dan produksi sawit (TBS) pada polapola agroforestry yang dikembangkan oleh petani tersebut. Di Kabupaten Lahat dibuat 8 plot pengamatan yang tersebar pada 4 desa dan 4 kecamatan (Tabel 4) sedangkan di Kabupaten Bengkulu Selatan dibuat 4 plot pengukuran (Tabel 5). Beberapa contoh plot disajikan pada Gambar 2 dan Gambar 3.

22 Gambar 2. Pola agroforestry sawit dengan jenis bambang (Michelia campacha L.) di Kabupaten Lahat,Sumatera Selatan Tabel 4 Lokasi, ukuran, umur, dan pemilik plot pengukuran Pola Agroforestry Tanaman Kehutanan dengan Sawit di Kab. Lahat Lokasi Desa Pulau Beringin, Kec. Kikim Selatan, Kab. Lahat Desa Pagar Jati, Kec. Kikim Selatan, Lahat Desa Tanjung Aur, Kec. Kikim Tengah, Lahat. Desa Gelombang, Kec. Kikim Timur, Lahat. Desa Gunung Aji, Kec Pseksu, Kab. Lahat Desa Banu Ayu, Kec. Kikim Selatan, Lahat No. PUP Umur (thn) Ukuran (m x m) 1 S = 3,5 B = 5,5 2 S = 7,0 B = 6,0 3 S = 6,0 B = 6,0 4 S = 7,0 B = 7,0 5 S = 8,0 B = 8,0 6 S = 8,0 B = 8,0 Keterangan: S = Sawit, B= Bambang, dan J = Jati Pola Tanam 40 x 45 Sawit + Bambang (acak) 50 x 75 Sawit + Bambang (pola pagar) 30 x 40 Sawit + Bambang+ karet (acak) 25 x 40 Sawit + Bambang (acak) 50 x 50 Sawit + Bambang (acak) 50 x 50 Sawit + Bambang (Pola jalur) 7 S = 6,0 J = 6,0 40 x 40 Sawit + Jati (Pola jalur) 8-30 x 50 Sawit + Bambang+ Sungkai (Acak) Pemilik Hendri Ngadison Ahmad Hinin Ritonga Rudi Taslim Muis Ismed

23 Tabel 5. Lokasi, umur, ukuran, dan pemilik plot pengukuran pola agroforestry tanaman kehutanan dengan sawit di Bengkulu Selatan Lokasi Desa Bakal Dalam, Kec. Talo Kecil, Kab. Bengkulu Selatan Desa Batu Ampar, Kec. Keduran Ulu, Kab. Bengkulu Selatan Desa Tabah, Kec. Talo Kecil, Kab. Bengkulu Selatan Desa Bakal Dalam, Kec. Talo Kecil, Kab. Bengkulu Selatan No. Umur PUP (tahun) 1 S= 12 Bw=6 2 S=5 Bw=11 3 S=10 Bw=12 4 S=5 Bw=10 Keterangan: S=sawit, Bw=kayu bawang Ukuran (m x m) Pola tanam 40 x 40 Sawit+bawang (pola jalur) 40 x 40 Sawit+bawang (pola acak) 30 x 30 Sawit+bawang (pola acak) 30 x 30 Sawit+bawang (pola acak) Pemilik Nasri Amrah Arsam Zairi Gambar 3. Pola agroforestry sawit dengan kayu bawang (Dysoxylum molliscimum Blume) di Kabupaten Bengkulu Selatan

24 b. Respon dan pengalaman petani agroforestry Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 petani agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan di Kab. Lahat diketahui bahwa petani yang mengembangkan agroforestry sawit dengan jati mempunyai respon yang negatif terhadap agroforestry. Petani merasa produksi sawit yang diperoleh menurun sementara pertumbuhan tanaman jatinya sangat lambat sehingga tidak dapat mengimbangi penurunan produksi sawit. Berbeda dengan petani yang mengembangkan agroforestry sawit dengan kayu bambang, sebagian besar petani (75 %) memberikan respon positif (Tabel 6). Tabel 6. Pengalaman petani dalam praktik optimalisasi lahan kebun pola agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan di Kab. Lahat No. Nama Petani Jumlah sawit (btg) /jarak tanam (m) Umur dan Produksi rerata TBS / 2 minggu Jenis dan jumlah tanaman campuran Sikap terhadap agroforestri sawit 1. Ismet 70 / 9 x 9 4 th / 400 kg bambang (30), 6 th positif 2. Danuri 500 / 9 x 9 9 th / 3000 kg jati (100), 9 th negatif 3. Hendri 32 / 9 x 8 5 th / 150 kg bambang (50), 5,5 th positif 4. Ngadisan 750 / 9 x 9 7 th / 4500 kg bambang (200), 7 th positif 5. Jumin 67 / 9 x 8 6 th / 250 kg bambang (76), 6 th negatif 6. Tompul 61 / 7 x 8 7 th / 200 kg bambang (30), 7 th positif 7. Rudi 250 / 10 x 10 5 th / 1200 kg bambang (250), 5 th positif 8. Taslim 125 / 8 x 8 8 th / 500 kg bambang (60), 8 th positif 9. Sarjani 60 / 6 x 6 8 th / 500 kg bambang (30), 8 th negatif 10. Muis 100 / 9 x 10 6 th / 200 kg jati (60), 10 th negatif Penurunan produksi sawit dalam jumlah besar dapat terjadi pada pola agroforestry sawit dengan kayu bambang jika dilakukan tanpa pengaturan pola tanam dan kerapatan. Kerapatan tanaman kayu yang berlebihan dapat menekan produksi sawit dan riap tanaman kayu itu sendiri. Jika pola dan pengaturan kerapatan dilakukan dengan tepat, maka penurunan produksi sawit dapat diimbangi oleh riap tanaman kayu. Pada Tabel 7 disajikan perbandingan produksi sawit antara kebun sawit monokultur dengan kebun sawit agroforestry serta menampilakan produksi kayu pada saat pengukuran (umur tertentu).

25 Tabel 7. Perbandingan produksi sawit dan kayu pada pola monokultur dan agroforestry sawit dengan kayu bambang dan bawang No. Pemilik/Lokasi 1 Ngadison/ Desa Pulau Beringin Kab. Lahat 2 Amrah/ Desa Batu Ampar Kab. Bkl Selatan 3 Zairi/ Desa Bakal Dalam Kab. Seluma Jenis/ umur Pohon Bambang/ 6 thn/ 66 btg/ha Bawang/ 11 thn/ 169 btg/ha Bawang/ 10 thn/ 155 btg/ha Umur Sawit Mono kultur sawit (kg/ha) Produksi/Potensi* Agroforestry Sawit Pohon Penurunan (kg/ha) (m 3 /ha) prod sawit (%) ,75 21, , ,33 * = Data sementara produksi sawit musim kemarau pada satu periode panen TBS (2 minggu) Pada Tabel 7 terlihat bahwa dengan jumlah pohon 66 batang/ha terdapat penurunan produksi sawit sebesar 21,87 % dan dengan semakin besarnya jumlah pohon maka semakin besar pula penurunan produksi sawit tetapi akan semakin besar produksi kayu yang diperoleh, sehingga pengaturan yang tepat dapat memberikan nilai ekonomi yang sama. Keuntungan akan diperoleh adalah keuntungan ekologis dengan kehadiran pohon pada areal perkebunan terutama pada areal-areal yang kritis seperti lahan-lahan miring dan daerah kering. Pengaturan kerapatan (jumlah pohon dan sawit per hektar) berkaitan dengan aspek silvikultur, yaitu pemanfaatan tapak dan ruang seoptimal mungkin. Pemanfaatan tapak dan ruang berkaitan dengan persaingan pada sistem perakaran utuk memperoleh air dan unsur hara, maupun persaingan tajuk untuk memperoleh cahaya matahari. Pada sistem perakaran, optimalisasi pemanfaatan ruang terjadi karena sistem perakaran pohon (bambang dan kayu bawang) berbeda dengan sawit. Sistem perakaran pohon adalah akar tunjang yang cenderung memanfaatkan

26 tanah pada bagian yang lebih dalam (subsoil) sedangkan sistem perakaran sawit adalah akar serabut yang lebih cenderung memanfaatkan bagian permukaan tanah (Gambar 4). Gambar 4. Sistem perakaran pohon dan sawit pada agroforestry sawit dengan bambang (kiri) dan sawit dengan kayu bawang (kanan) Pada sistem tajuk, optimalisasi ruang terjadi karena tajuk pohon dan kelapa sawit memanfaatkan ruang yang berbeda. Pertumbuhan pohon bambang dan kayu bawang yang menjulang ke atas (dapat mencapai >20 m) tidak akan menghalangi tajuk sawit dalam memperoleh cahaya matahari karena berada pada ketinggian lebih kurang 10 m lebih rendah (Gambar 5). Gambar 5. Sistem tajuk pohon dan sawit pada agroforestry sawit dengan bambang (kiri) dan sawit dengan kayu bawang (kanan)

27 c. Pola Rekomendasi Agroforestry Sawit dengan tanaman kehutanan Pola rekomendasi agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan dikembangkan berdasarkan hasil studi dan analisis terhadap pola-pola agroforestry yang telah dikembangkan oleh masyarakat. Pola-pola tersebut adalah pola tanam jalur berseling, pola jalur intensif, pola pagar, dan pola kombinasi pagar dan jalur berseling. Masing-masing pola dirinci secara lebih detil sebagai berikut: Pola 1. Agroforestry pola tanam jalur Pada pola ini sawit ditanam dengan pola segitiga 9 m x 9 m, jumlah batang 143 batang/ha. Pohon ditanam dengan jarak tanam 9 m x 15,6 m dengan jumlah pohon 71 batang/ha (Gambar 6). Gambar 6. Agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan dengan pola tanam jalur Pola 2. Agroforestry pola tanam jalur berseling Pada pola ini, sawit juga ditanam sama dengan pola tanam jalur sehingga jumlah sawit adalah 143 batang/ha. Pola ini bermaksud mengurangi jumlah pohon per hektar dan jarak tanam pohon menjadi 18 m x 16.4 m sehingga diperoleh sebanyak 34 batang/ha. Pada pola ini produksi sawit diharapakan lebih banyak dibanding pola tanam jalur (Gambar 7).

28 . Gambar 7. Agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan dengan pola tanam jalur berseling Pola 3. Agroforestry pola tanam tepi/pagar Pada pola ini sawit ditanam seperti pola sebelumnya, tetapi tanaman kayu hanya ditanam pada tepi lahan. Pada pola ini juga akan diperoleh pohon dengan jumlah 46 batang/ha (Gambar 8). Gambar 8. Agroforestry sawit tepi/pagar dengan tanaman kehutanan dengan pola Pola 4. Agroforestry kombinasi pola pagar dan jalur berseling Pola ini adalah pola kombinasi antara pola pagar dan pola jalur berseling. Sawit ditanam dengan jarak tanam seperti pada pola sebelumnya. Pada pola ini jumlah pohon/ha adalah 80 batang/ha.

29 Gambar 9. Agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan dengan pola kombinasi tepi/pagar dan jalur berseling B. Potensi Pengembangan Ke Depan 1. Kerangka Pengembangan ke Depan Pola Optimal Agroforestry Demplot Agroforestry Rekomendasi Teknis Rekomendasi Kebijakan Pelakau usaha Petani Dishutbun Dishutbun Gambar 10. Kerangka pengembangan agroforestry sawit kehutanan dengan tanaman 2. Strategi Pengembangan ke Depan Pasca kegiatan penelitian tahun pertama akan diperoleh pola agroforestry optimal antara tanaman kehutanan dengan sawit, baik pola agroforestry sawit-bambang lanang maupun sawit-kayu bawang. Pola-pola ini

30 perlu disampaikan kepada lembaga terkait di daerah untuk melakukan sosialisasi secara lebih intensif kepada masyarakat di daerahnya. Selaian melalui dinas terkait di daerah, sosialisasi dapat juga dilakukan dengan pembuatan demplot hasil penelitian. Oleh karena itu, ke depan, diharapkan dapat dilakukan pembuatan demplot sehingga pola-pola agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan dapat menyebar kepada petani sawit lainnya. Pada tataran kebijakan, diharapkan pola ini juga dapat dikembangkan pada perusahaan-perusahaan yang mengembangkan perkebunan sawit melalui kebijakan yang diambil oleh Dinas Perkebunan baik tingkat propinsi maupun kabupaten.

31 IV. SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN A. Sinergi Koordinasi Kelembagaan Program 1. Kerangka Sinergi Koordinasi Disbun Propinsi Dishutbun Kabupaten PROGRAM Kelompok tani Pembuatan plot Wawancara Analisis data Kesimpulan/Rekomendasi Gambar 11. Kerangka sinergi koordinasi kelembagaan program pengembangan agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan Sinergi koordinasi kelembagaan pada program penelitian ini dilakukan pada tiga kelembagaan utama yaitu Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Selatan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten, dan Kelompok tani. Dinas Perkebunan Propinsi lebih berperan sebagai sumber informasi terkait lokasi-lokasi dan perkembangan usaha perkebunan sawit di propinsi tersebut. Program yang direncanakan dikoordinasikan secara lebih rinci pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan pada tingkat Kabupaten. Selanjutnya program diimplementasikan pada tingkat petani/pelaku usaha yang mengembangkan pola agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan. Pembuatan plot, pengumpulan data dan pengukuran dilakukan secara bersama-sama dengan petani dan didampingi penyuluh dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan

32 Kabupaten, sehingga diskusi dapat dilakukan secara langsung di lapangan. Kerangka sinergi koordinasi kelembagaan disajikan pada Gambar Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi Keberhasilan program penelitian pengembangan agroforestry tanaman kehutanan dengan sawit dapat dilihat dengan indikator sebagai berikut: - Program penelitian sejalan dengan program Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten dan hasil yang diperoleh dijadikan sebagai bagian dari program pengembangan ke depan. - Jenis yang direkomendasikan sebagai tanaman agroforestry dengan sawit diterima oleh petani. - Petani menerima dan mempertimbangkan pola agroforestry yang direkomendasikan dari hasil penelitian. - Terjadinya pertukaran informasi antara peneliti, petani, dan dinas kehutanan dan perkebunan di daerah 3. Perkembangan Sinergi Koordinasi Pada tahap pertama program disinergikan dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten (Kabupaten Lahat dan Bengkulu Selatan), sehingga diperoleh jenis tanaman kehutanan yang cocok dan diminati oleh petani pada masing-masing daerah, yaitu jenis bambang (Michelia champaca L.) di Kabupaten Lahat dan kayu bawang (Dysoxylum molliscimum Blume) di Kabupaten Bengkulu Selatan. Sesuai dengan hasil diskusi dengan penyuluh pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan pada masing-masing daerah, dilakukan pembuatan plot pengukuran pada lahan-lahan petani yang mengembangkan berbagai pola agroforestry sawit dengan tanaman kayu. Penilaian produktivitas tegakan dilakukan secara bersama-sama antara peneliti, petani, dan penyuluh pada plot-plot penelitian yang dibuat. Diskusi

33 secara langsung juga dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengukuran dan penilaian produktifitas lahan petani pada masing-masing plot. B. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa 1. Kerangka dan Strategi Pemanfaatan Hasil Litbang Karya Tulis Ilmiah Rekomendasi Kebijakan Rekomendasi Teknis Masyarakat Ilmiah Disbun Propinsi Disbun Kabupaten Pelakau usaha Petani Gambar 12. Kerangka pemanfaatan hasil penelitian pola agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan Bentuk hasil penelitian ini adalah berupa rekomendasi kebijakan, rekomendasi teknis, dan karya tulis ilmiah dalam bentuk jurnal dan prosiding. Karya tulis ilmiah diperuntukkan bagi masyarakat ilmiah dalam bidang terkait. Rekomendasi kebijakan disampaikan kepada Pemerintah Daerah melalui Dinas Perkebunan/Kehutanan Propinsi dan Kabupaten sedangkan rekomendasi teknis disampaikan kepada petani secara langsung oleh peneliti atau penyuluh. Kerangka pemanfaatan hasil litbangyasa disajikan pada Gambar 12. Hasil litbangyasa berupa tulisan ilmiah dikemas dalam bentuk jurnal hasil penelitian dan makalah dalam prosiding pertemuan ilmiah. Tulisan ilmiah hasil penelitian akan diproses ke dalam Jurnal Penelitian Hutan Tanaman dan makalah prosiding akan disampaikan dalam pertemuan ilmiah yang diselenggarakan oleh Balai Penelitian Kehutanan Palembang. Rekomendasi kebijakan akan disampaikan dalam bentuk laporan hasil penelitian pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan pada tingkat Propinsi dan

34 Kabupaten. Hasil penelitian ini juga akan dikomunikasikan kepada penyuluh kehutanan/pertanian pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan pada tingkat kabupaten untuk dijadikan sebagai salah satu bahan dalam kegiatan penyuluhan. Rekomendasi teknis akan disampaikan secara langsung kepada petani yang mengembangkan pola agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan. Rekomendasi berkaitan dengan pemilihan jenis yang cocok untuk dicampur dengan sawit dan pola-pola yang memberikan hasil yang optimal. 2. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Indikator keberhasilan pemanfaatan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: - Hasil penelitian diterbitkan dalam Jurnal Penelitian Hutan Tanaman - Makalah hasil penelitian dapat disampaikan dalam pertemuan ilmiah dan dimuat dalam prosiding seminar hasil-hasil penelitian - Rekomendasi kebijakan dijadikan sebagai salah satu model alternatif dalam pengembangan perkebunan sawit oleh dinas kehutanan/perkebunan di daerah. - Rekomendasi teknis disampaikan secara langsung dan dapat diterima oleh petani sawit 3. Perkembangan Pemanfaatan Proses penyusunan tulisan ilmiah, baik dalam bentuk jurnal maupun makalah dalam prosiding, saat ini masih pada tahap pengumpulan data. Data yang dikumpulkan adalah data pertumbuhan pohon dan produksi sawit pada pola agroforestry sawit dengan bambang lanang (Michelia champacha L) di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan serta sawit dengan kayu bawang (Dysoxylum molliscimum Blume) di Kabupaten Bengkulu Selatan. Hasil penelitian, berupa data pertumbuhan kayu dan produksi sawit pada berbagai pola tanam agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan telah

35 disampaikan secara informal kepada penyuluh pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lahat dan Kabupaten Bengkulu Selatan. Demikian pula kepada para petani, telah disampaikan secara langsung mengenai metode pengaturan jarak tanam dan pola-pola tanam agroforestry yang cocok dan dapat memberikan hasil yang optimal.

36 V. PENUTUP A. Kesimpulan 1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Tahapan pelaksanaan kegiatan diawali dengan pengumpulan informasi awal pengembangan agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan. Kemudian dilakukan pengumpulan data pada berbagai lokasi pengembangan (Kab. Lahat dan Bengkulu Selatan) dan analisis untuk menghasilkan pola agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan yang optimal. 2. Metode Pencapaian Target Kinerja Metode pencapaian target kinerja penelitian ini diawali dengan studi literatur dan pengumpulan informasi pengembangan agroforestry tanaman kehutanan dengan sawit. Setelah informasi diperoleh kemudian dilakukan survey lokasi, pembuatan plot, wawancara, pengukuran, analisis data, diskusi dengan pihak terkait, dan pengambilan kesimpulan (rekomendasi) pola agroforestry tanaman kehutanan dengan sawit yang optimal. Rekomendasi kemudian disampaikan kepada pengguna, yaitu Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten, kelompok tani, dan pelaku usaha 3. Potensi Pengembangan ke Depan Pola agroforestry optimal sawit-bambang maupun sawit-kayu bawang perlu disampaikan kepada lembaga terkait di daerah agar disosialisasikan kepada masyarakat di daerahnya. Sosialisasi dapat juga dilakukan dengan pembuatan demplot hasil penelitian sehingga pola-pola agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan dapat menyebar kepada petani sawit lainnya. Pada tataran kebijakan, diharapkan pola ini juga dapat dikembangkan pada perusahaan yang mengembangkan perkebunan sawit melalui kebijakan yang diambil oleh Dinas Perkebunan baik tingkat propinsi maupun kabupaten.

37 4. Sinergi Koordinasi Kelembagaan Program Sinergi koordinasi kelembagaan pada program dilakukan pada tiga kelembagaan utama yaitu Dinas Perkebunan Propinsi, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten, dan Kelompok tani. Dinas Perkebunan Propinsi lebih berperan sebagai sumber informasi terkait lokasi-lokasi dan perkembangan usaha perkebunan sawit di propinsi tersebut. Program dikoordinasikan secara lebih rinci pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan pada tingkat Kabupaten. Implementasikan program dilakukan pada tingkat petani/pelaku usaha yang mengembangkan pola agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan. 5. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Bentuk hasil penelitian ini adalah berupa rekomendasi kebijakan, rekomendasi teknis, dan karya tulis ilmiah dalam bentuk jurnal dan prosiding. Karya tulis ilmiah diperuntukkan bagi masyarakat ilmiah dalam bidang terkait. Rekomendasi kebijakan disampaikan kepada Pemerintah Daerah melalui Dinas Perkebunan/Kehutanan Propinsi dan Kabupaten sedangkan rekomendasi teknis disampaikan kepada petani secara langsung oleh peneliti atau penyuluh. B. Saran 1. Keberlanjutan Pemanfaatan Hasil Kegiatan Hasil penelitian berupa pola agroforestry sawit dengan tanaman kehutanan merupakan pola yang perlu dikembangkan pada petani maupun pelaku usaha perkebunan sawit sehingga menjadi usaha yang tidak hanya menghasilkan pangan tetapi juga mneghasilkan kayu dan keuntungan ekologis. 2. Keberlanjutan Dukungan Program Ristek Dukungan program Ristek sangat dibutuhkan dalam kegiatan selanjutnya yaitu pengembangan pola optimal melalui sosialisasi kepada petani atau pelaku usaha lainnya terutama melalui pembuatan demplot.

38 DAFTAR PUSTAKA Apriyanto E Pertumbuhan Kayu Bawang (Protium javanicum Burm F.) pada Tegakan Monokultur di Bengkulu Utara. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia 5(2): http//ejurnal.tripod.com/djipoid.html [12 Sep 2007]. Dinas Kehutanan Propinsi Bengkulu Budidaya Tanaman Kayu Bawang. Bengkulu: Dishut Propinsi Bengkulu. Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Selatan Data Perkembangan, Luas Izin Lokasi, Izin Usaha Perkebunan, Hak Guna Usaha, Realisasi Tanam dan Pabrik Pada Perusahaan Perkebunan di Propinsi Sumatera Selatan. Palembang. Siahaan H., Endang Suhendang, Teddy Rusolono, dan Agus Sumadi Pertumbuhan Tegakan Kayu Bawang (Protium javanicum Burm F) pada Berbagai Pola Tanam dan Kerapatan Tegakan. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 9 No. 1. Puslitbang Peningkatan Produktifitas Hutan. Suryanto P., W.B. Aryono Dan M.Sambas Sabarnurdin Model Bera Dalam Sistem Agroforestri. Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. XII No. 2 : Suryanto P., Tohari dan M.S. Sabarnurdin Dinamika Sistem Berbagi Sumberdaya (Resouces Sharing) dalam Agroforestri: Dasar Pertimbangan Penyusunan Strategi Silvikultur. Ilmu Pertanian. Vol. 12 No.2, 2005 : Widianto, N. Wijayanto dan D. Suprayogo Pengelolaan dan Pengembangan Agroforestri. World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia.

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS AGROFORESTRI KAYU BAWANG DI PROVINSI BENGKULU

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS AGROFORESTRI KAYU BAWANG DI PROVINSI BENGKULU PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS AGROFORESTRI KAYU BAWANG DI PROVINSI BENGKULU Oleh: Hengki Siahaan* dan Agus Sumadi* * Peneliti pada Balai Penelitian Kehutanan Palembang ABSTRAK Pengembangan kayu bawang

Lebih terperinci

LAPORAN MONITORING INTERNAL PROGRAM INSENTIF PKPP TAHUN 2012 TAHAP I. 1. Lokus : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan

LAPORAN MONITORING INTERNAL PROGRAM INSENTIF PKPP TAHUN 2012 TAHAP I. 1. Lokus : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan LAPORAN MONITORING INTERNAL PROGRAM INSENTIF PKPP TAHUN 2012 TAHAP I BAB I. PENDAHULUAN 1. Lokus : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan 2. Judul Kegiatan : Kajian Pengelolaan Hara

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN TAHAP II PROGRAM INSENTIF PKPP KAJIAN PENGELOLAAN HARA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERBASIS EFISIENSI PEMUPUKAN

LAPORAN KEMAJUAN TAHAP II PROGRAM INSENTIF PKPP KAJIAN PENGELOLAAN HARA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERBASIS EFISIENSI PEMUPUKAN LAPORAN KEMAJUAN TAHAP II PROGRAM INSENTIF PKPP KAJIAN PENGELOLAAN HARA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERBASIS EFISIENSI PEMUPUKAN Kode : X.222 Lembaga : Kementrian Pertanian Koridor : 149 Fokus : Pertanian

Lebih terperinci

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI PENGEMBANGAN AGROFORESTRY

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI PENGEMBANGAN AGROFORESTRY PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI PENGEMBANGAN AGROFORESTRY BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BALAI PENELITIAN KEHUTANAN MANADO 2016 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU Jenis Bambang Lanang Analisis Ekonomi dan Finansial Pembangunan Hutan Tanaman penghasil kayu Jenis bawang Analisis

Lebih terperinci

KAJIAN FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROVINSI LAMPUNG

KAJIAN FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROVINSI LAMPUNG KAJIAN FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROVINSI LAMPUNG INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENELITI UTAMA: DR. IR. BARIOT HAFIF, M.Sc.

Lebih terperinci

Jumlah informasi dan paket iptek pendukung produktivitas hutan dan pola agroforestry berbaris kayu pertukangan

Jumlah informasi dan paket iptek pendukung produktivitas hutan dan pola agroforestry berbaris kayu pertukangan Jumlah informasi dan paket iptek pendukung produktivitas hutan dan pola agroforestry berbaris kayu pertukangan Pola agroforestry hutan rakyat penghasil kayu pertukangan Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Melalui

Lebih terperinci

KAJIAN KARAKTERISTIK PETANI KARET ACEH DALAM MENENTUKAN PILIHAN KELEMBAGAAN TATANIAGA

KAJIAN KARAKTERISTIK PETANI KARET ACEH DALAM MENENTUKAN PILIHAN KELEMBAGAAN TATANIAGA KAJIAN KARAKTERISTIK PETANI KARET ACEH DALAM MENENTUKAN PILIHAN KELEMBAGAAN TATANIAGA Oleh : Basri A Bakar T. Iskandar Emlan Fauzi Elvi Wirda Karet merupakan tanaman perkebunan terluas di provinsi Aceh

Lebih terperinci

REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN

REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Saat ini terjadi ketidak seimbangan antara produksi dan konsumsi gula. Kebutuhan konsumsi gula dalam negeri terjadi peningkatan

Lebih terperinci

ASPEK GROWTH AND YIELD

ASPEK GROWTH AND YIELD ASPEK GROWTH AND YIELD JENIS: TEMBESU BAMBANG LANANG KAYU BAWANG GELAM 56 Program : Pengelolaan Hutan Tanaman Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan Koordinator RPI : Drs. Riskan

Lebih terperinci

LAPORAN MONITORING INTERNAL PROGRAM INSENTIF PKPP TAHUN 2012 TAHAP II. 1. Lokus : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan

LAPORAN MONITORING INTERNAL PROGRAM INSENTIF PKPP TAHUN 2012 TAHAP II. 1. Lokus : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan LAPORAN MONITORING INTERNAL PROGRAM INSENTIF PKPP TAHUN 2012 TAHAP II BAB I. PENDAHULUAN 1. Lokus : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan 2. Judul Kegiatan : Kajian Pengelolaan Hara

Lebih terperinci

Laporan Kegiatan Tahun Buku II BPK Palembang 31

Laporan Kegiatan Tahun Buku II BPK Palembang 31 Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Koordinator : Prof. Dr. Ir. Nina Mindawati, MS. Judul Kegiatan : Paket Kuantitatif Pertumbuhan

Lebih terperinci

Paket KUANTITATIF PERTUMBUHAN

Paket KUANTITATIF PERTUMBUHAN Paket KUANTITATIF PERTUMBUHAN Jenis Bambang Lanang Studi Pertumbuhan dan Hasil (Growth and Yield) Pembangunan Database Growth and Yield Kuantifikasi Kualitas Tempat Tumbuh Jenis Kayu bawang Studi Pertumbuhan

Lebih terperinci

[kode. kegiatan : I. 39]

[kode. kegiatan : I. 39] [kode kegiatan : I. 39] KAJIAN POTENSI BEBERAPA SPESIES TANAMAN DI KEBUN RAYA PURWODADI TERHADAP KETERSEDIAAN AIR TANAH peneliti: Agung Sri Darmayanti, S.Tp Ir. Solikin, M.P Esti Endah Ariyanti,, M.Sc.

Lebih terperinci

KAJIAN PENYAKIT BUSUK BUAH PADA KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH TIMUR

KAJIAN PENYAKIT BUSUK BUAH PADA KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH TIMUR KODE JUDUL : X. 305 KAJIAN PENYAKIT BUSUK BUAH PADA KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH TIMUR Fenty Ferayanti, SP BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan. Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Agroforestry Koordinator : Ir. Budiman Achmad, M.For.Sc. Judul Kegiatan : Paket Analisis Sosial, Ekonomi, Finansial, dan Kebijakan

Lebih terperinci

STUDI PEMANFAATAN LAHAN DENGAN SISTEM AGROFORESTRY DI DESA AKE KOLANO KECAMATAN OBA UTARA KOTA TIDORE KEPULAUAN.

STUDI PEMANFAATAN LAHAN DENGAN SISTEM AGROFORESTRY DI DESA AKE KOLANO KECAMATAN OBA UTARA KOTA TIDORE KEPULAUAN. STUDI PEMANFAATAN LAHAN DENGAN SISTEM AGROFORESTRY DI DESA AKE KOLANO KECAMATAN OBA UTARA KOTA TIDORE KEPULAUAN Khaerul Anwar 1, Rima Melati 2 dan Asiah Salatalohy 2 1 Alumnus Fapertahut Universitas Nukku

Lebih terperinci

ASPEK Agroforestry JENIS: BAMBANG LANANG GELAM

ASPEK Agroforestry JENIS: BAMBANG LANANG GELAM ASPEK Agroforestry JENIS: BAMBANG LANANG GELAM Program : Pengelolaan Hutan Tanaman Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan Koordinator RPI : Drs. Riskan Efendi, MSc. Judul Kegiatan

Lebih terperinci

Kode : X.229 KAJIAN STRATEGI KEBIJAKAN DAN LANGKAH OPERASIONAL DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI KARET UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN KORIDOR SUMATERA

Kode : X.229 KAJIAN STRATEGI KEBIJAKAN DAN LANGKAH OPERASIONAL DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI KARET UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN KORIDOR SUMATERA logo lembaga Kode : X.229 KAJIAN STRATEGI KEBIJAKAN DAN LANGKAH OPERASIONAL DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI KARET UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN KORIDOR SUMATERA DR. IR. MASGANTI, MS BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

Bismillahirrahmanirrahim,

Bismillahirrahmanirrahim, SAMBUTAN SEKRETARIS BADAN LITBANG KEHUTANAN PADA ACARA PEMBUKAAN SEMINAR HASIL PENELITIAN BALAI PENELITIAN KEHUTANAN PALEMBANG TAHUN 2013 Palembang, 2 Oktober 2013 Bismillahirrahmanirrahim, Yang saya hormati

Lebih terperinci

KAJIAN STRATEGI KEBIJAKAN DAN LANGKAH OPERASIONAL DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI KARET UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN KORIDOR SUMATERA

KAJIAN STRATEGI KEBIJAKAN DAN LANGKAH OPERASIONAL DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI KARET UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN KORIDOR SUMATERA KAJIAN STRATEGI KEBIJAKAN DAN LANGKAH OPERASIONAL DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI KARET UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN KORIDOR SUMATERA PENANGGUNG JAWAB : DR. IR. MASGANTI, MS PENDAHULUAN Indonesia bersama

Lebih terperinci

PROPOSAL KAJIAN PENENTUAN DOSIS PUPUK OPTIMAL UNTUK PEMBIBITAN KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA. HELMI DKK

PROPOSAL KAJIAN PENENTUAN DOSIS PUPUK OPTIMAL UNTUK PEMBIBITAN KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA. HELMI DKK PROPOSAL KAJIAN PENENTUAN DOSIS PUPUK OPTIMAL UNTUK PEMBIBITAN KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA. HELMI DKK PROPOSAL KAJIAN PENENTUAN DOSIS PUPUK OPTIMAL UNTUK PEMBIBITAN KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA Helmi

Lebih terperinci

logo lembaga Kode Judul X.303 Idawanni, SP KAJIAN IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIAN PENYAKIT KARET RAKYAT DI KABUPATEN ACEH BARAT PROVINSI ACEH

logo lembaga Kode Judul X.303 Idawanni, SP KAJIAN IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIAN PENYAKIT KARET RAKYAT DI KABUPATEN ACEH BARAT PROVINSI ACEH logo lembaga Kode Judul X.303 KAJIAN IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIAN PENYAKIT KARET RAKYAT DI KABUPATEN ACEH BARAT PROVINSI ACEH Idawanni, SP BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN NAD BALAI BESAR PENGKAJIAN

Lebih terperinci

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN Noviana Khususiyah, Subekti Rahayu, dan S. Suyanto World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast

Lebih terperinci

Paket INFORMASI DAMPAK HUTAN TANAMAN TERHADAP LINGKUNGAN

Paket INFORMASI DAMPAK HUTAN TANAMAN TERHADAP LINGKUNGAN Paket INFORMASI DAMPAK HUTAN TANAMAN TERHADAP LINGKUNGAN Jenis Bambang Lanang Kajian Dampak Hutan Tanaman Jenis Penghasil Kayu Terhadap Biodiversitas Flora, Fauna, dan Potensi Invasif Paket Informasi Dampak

Lebih terperinci

Oleh Ir. Kgs. Abdul Kodir, M.Si Budi Raharjo, S.Tp.,M.Si I.K.W. Edi, SP

Oleh Ir. Kgs. Abdul Kodir, M.Si Budi Raharjo, S.Tp.,M.Si I.K.W. Edi, SP Oleh Ir. Kgs. Abdul Kodir, M.Si Budi Raharjo, S.Tp.,M.Si I.K.W. Edi, SP LATAR BELAKANG Koridor Sumatera adalah produsen karet terbesar di Indonesia, menghasilkan ± 65 % dari produksi karet nasional Sumatera

Lebih terperinci

Kata Kunci : Hutan rakyat, pertumbuhan tegakan, bambang lanang, kualitas tempat tumbuh, model matematik, model sistem simulasi

Kata Kunci : Hutan rakyat, pertumbuhan tegakan, bambang lanang, kualitas tempat tumbuh, model matematik, model sistem simulasi Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Koordinator : Prof. Dr. Ir. Nina Mindawati, MS. Judul Kegiatan : Paket Kuantitatif Pertumbuhan

Lebih terperinci

PROPOSAL KAJIAN PENENTUAN DOSIS PUPUK OPTIMAL UNTUK PEMBIBITAN KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA. Helmi Dkk

PROPOSAL KAJIAN PENENTUAN DOSIS PUPUK OPTIMAL UNTUK PEMBIBITAN KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA. Helmi Dkk PROPOSAL KAJIAN PENENTUAN DOSIS PUPUK OPTIMAL UNTUK PEMBIBITAN KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA Helmi Dkk BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN LAPORAN HASIL PENELITIAN Identitas Lembaga : Nama Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pimpinan Alamat Kementerian Kehutanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Balai Penelitian Kehutanan Aek

Lebih terperinci

KAJIAN KORELASI KARAKTERISTIK AGROEKOLOGI TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT DAN KARET DI PROVINSI LAMPUNG

KAJIAN KORELASI KARAKTERISTIK AGROEKOLOGI TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT DAN KARET DI PROVINSI LAMPUNG KAJIAN KORELASI KARAKTERISTIK AGROEKOLOGI TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT DAN KARET DI PROVINSI LAMPUNG Andarias Makka Murni Soraya Amrizal Nazar KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA BALAI PENGKAJIAN

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI DALAM SISTEM AGROFORESTRI HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) MULTI STRATA DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN LAMPUNG

STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI DALAM SISTEM AGROFORESTRI HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) MULTI STRATA DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN LAMPUNG STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI DALAM SISTEM AGROFORESTRI HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) MULTI STRATA DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN LAMPUNG Nanang Herdiana, E. Martin, B. Winarno, A. Nurlia dan

Lebih terperinci

MANAJEMEN HABITAT DAN POPULASI SATWALIAR LANGKA PASCA BENCANA ALAM ERUPSI DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI

MANAJEMEN HABITAT DAN POPULASI SATWALIAR LANGKA PASCA BENCANA ALAM ERUPSI DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI KODE JUDUL : N.2 LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, KEKAYAAN INTELEKTUAL, DAN HASIL PENGELOLAANNYA INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA MANAJEMEN HABITAT DAN POPULASI SATWALIAR

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, pada pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa

Lebih terperinci

[ nama lembaga ] 2012

[ nama lembaga ] 2012 logo lembaga 1.04.02 KAJIAN INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI MENDUKUNG SISTEM DAN MODEL PENGEMBANGAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES DI WILAYAH GERNAS KAKAO Prof. Dr. Ir. Azmi Dhalimi, SU Balai Besar Pengkajian

Lebih terperinci

TEKNIS PEREMAJAAN TANAMAN KELAPA SAWIT

TEKNIS PEREMAJAAN TANAMAN KELAPA SAWIT TEKNIS PEREMAJAAN TANAMAN KELAPA SAWIT Pusat Penelitian Kelapa Sawit Jl. Brigjend Katamso No.51 Medan Telp : (061) 7862466, (061)7862477, Fax (061)7862488 www.iopri.org Permasalahan lahan o Moratorium

Lebih terperinci

SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN

SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN 2012-2014 TUJUAN untuk merumuskan model agroforestry yang dapat diterapkan dengan mempertimbangkan aspek budidaya, lingkungan dan sosial ekonomi SASARAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN/LEMBAGA: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN 2012

KEMENTERIAN/LEMBAGA: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN 2012 N.44 PENGEMBANGAN SUMBER DAYA JENIS MINDI BESAR UNTUK MENDORONG INDUSTRI BENIH DAN BIBIT DI HUTAN RAKYAT : Kasus Di Desa Selaawi, Kecamatan Talegong, Kabupaten Garut, Jawa Barat Peneliti: Dr. Ir. Yulianti

Lebih terperinci

Demplot sumber benih unggulan lokal

Demplot sumber benih unggulan lokal Demplot sumber benih unggulan lokal Demplot sumber benih unggulan lokal Pembangunan Demplot Sumber Benih Jenis Bambang Lanang Pembangunan Demplot Sumber Benih Jenis Tembesu Demplot Sumber Benih Unggulan

Lebih terperinci

[ BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN] 2012

[ BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN] 2012 [ X.158 ] [EFEKTIVITAS PUPUK HAYATI BIOTARA TERHADAP PRODUKTIVITAS LAHAN DAN TANAMAN KELAPA SAWIT DI LAHAN RAWA KALIMANTAN] Mukhlis [ BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN] 2012 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

X.252 KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH SAWIT PADA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SAYURAN ORGANIK DI KALIMANTAN BARAT

X.252 KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH SAWIT PADA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SAYURAN ORGANIK DI KALIMANTAN BARAT X.252 KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH SAWIT PADA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SAYURAN ORGANIK DI KALIMANTAN BARAT Dwi Purnamawati Widiastuti, SP, M.Sc Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAGIAN 1-3. Dinamika Tutupan Lahan Kabupaten Bungo, Jambi. Andree Ekadinata dan Grégoire Vincent

BAGIAN 1-3. Dinamika Tutupan Lahan Kabupaten Bungo, Jambi. Andree Ekadinata dan Grégoire Vincent BAGIAN 1-3 Dinamika Tutupan Lahan Kabupaten Bungo, Jambi Andree Ekadinata dan Grégoire Vincent 54 Belajar dari Bungo Mengelola Sumberdaya Alam di Era Desentralisasi PENDAHULUAN Kabupaten Bungo mencakup

Lebih terperinci

Click to edit Master subtitle style

Click to edit Master subtitle style Click to edit Master subtitle style [ X.214] Kajian Peningkatan Daya Simpan Tandan Buah Segar Guna Meningkatkan Rendemen CPO di Provinsi Riau Marsid Jahari, SP BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN RIAU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perum Perhutani merupakan Perusahaan milik negara yang diberikan mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di Pulau Jawa dan Madura dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Business Assignment Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang. Pengembangan bisnis ini diharapkan dapat memberikan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Samarinda, Juli 2016 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

KATA PENGANTAR. Samarinda, Juli 2016 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah menganugerahkan Rahmat dan Hidayah- Nya, sehingga buku Statistik Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2015 dapat kami susun dan sajikan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peranan pertanian antara lain adalah : (1) sektor pertanian masih menyumbang sekitar

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Samarinda, September 2015 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

KATA PENGANTAR. Samarinda, September 2015 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah menganugerahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga buku Statistik Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2014 dapat kami susun dan sajikan.

Lebih terperinci

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU YAYASAN SEKA APRIL 2009 RANGKUMAN EKSEKUTIF Apa: Untuk mengurangi ancaman utama terhadap hutan hujan dataran rendah yang menjadi

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH OPTIMALISASI PENGGUNAAN LAHAN PERKEBUNAN KAKAO BUKAAN BARU DENGAN TANAMAN SELA (PADI GOGO)

ARTIKEL ILMIAH OPTIMALISASI PENGGUNAAN LAHAN PERKEBUNAN KAKAO BUKAAN BARU DENGAN TANAMAN SELA (PADI GOGO) ARTIKEL ILMIAH OPTIMALISASI PENGGUNAAN LAHAN PERKEBUNAN KAKAO BUKAAN BARU DENGAN TANAMAN SELA (PADI GOGO) (Muhsanati, Etti Swasti, Armansyah, Aprizal Zainal) *) *) Staf Pengajar Fak.Pertanian, Univ.Andalas

Lebih terperinci

PROGRAM/KEGIATAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DIY KHUSUS URUSAN KEHUTANAN TAHUN 2016

PROGRAM/KEGIATAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DIY KHUSUS URUSAN KEHUTANAN TAHUN 2016 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PROGRAM/KEGIATAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DIY KHUSUS URUSAN KEHUTANAN TAHUN 2016 Disampaikan dalam : Rapat Koordinasi Teknis Bidang Kehutanan

Lebih terperinci

AGROFORESTRI TEMBESU (Fagraea fragrans) BERBASIS KELAPA SAWIT DI KABUPATEN MUARO JAMBI

AGROFORESTRI TEMBESU (Fagraea fragrans) BERBASIS KELAPA SAWIT DI KABUPATEN MUARO JAMBI AGROFORESTRI TEMBESU (Fagraea fragrans) BERBASIS KELAPA SAWIT DI KABUPATEN MUARO JAMBI Nursanti, Fazriyas, Albayudi, Cory Wulan Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Jambi email: nursanti@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN 158 VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN Pengelolaan lahan gambut berbasis sumberdaya lokal pada agroekologi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Bengkalis dilakukan berdasarkan atas strategi rekomendasi yang

Lebih terperinci

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

BAB II. PERENCANAAN KINERJA BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

BALAI BESAR LITBANG SUMBER DAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN ENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012

BALAI BESAR LITBANG SUMBER DAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN ENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 logo lembaga [X-159 ] PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN RAWA UNTUK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI KALIMANATAN TENGAH Dr. Ir. Muhammad Noor, MS BALAI BESAR LITBANG SUMBER DAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN

Lebih terperinci

KAJIAN PENGOLAHAN LIMBAH CPO UNTUK PRODUKSI SABUN PADA SKALA USAHA KECIL

KAJIAN PENGOLAHAN LIMBAH CPO UNTUK PRODUKSI SABUN PADA SKALA USAHA KECIL X.227 KAJIAN PENGOLAHAN LIMBAH CPO UNTUK PRODUKSI SABUN PADA SKALA USAHA KECIL BPTP Kepulauan Bangka Belitung Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk menopang perekonomian nasional. Pembangunan pertanian yang baik untuk Negara Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia dilihat dari aspek kontribusinya terhadap PDB, penyediaan lapangan kerja, penyediaan penganekaragaman menu makanan,

Lebih terperinci

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PEMBINAAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2015 DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi... i ii BAB. I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Maksud..... 1 1.3. Tujuan....

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, baik di dunia maupun nasional.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, baik di dunia maupun nasional. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, baik di dunia maupun nasional. Berbagai jenis tanaman pangan diusahakan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

3. Perkembangan Sinergi Koordinasi B. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa

3. Perkembangan Sinergi Koordinasi B. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... ii DAFTAR GAMBAR... iii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Pokok Permasalahan... 4 C. Maksud dan Tujuan Kegiatan... 6 D. Metodologi Pelaksanaan...

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015

Lebih terperinci

[ ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROVINSI BENGKULU ]

[ ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROVINSI BENGKULU ] logo lembaga [ X.223 ] [ ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROVINSI BENGKULU ] [ Zul Efendi, S.Pt, Dr. Dedi Sugandi, MP, Dr. Umi Pudji Astuti, MP Wahyuni

Lebih terperinci

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli BAB V Pembangunan di Kabupaten Bangli Oleh: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan Kabupaten Bangli. Dewasa ini, permintaan kayu semakin meningkat, sementara kemampuan produksi kayu dari kawasan hutan

Lebih terperinci

Kajian Teknologi Spesifik Lokasi Budidaya Jagung Untuk Pakan dan Pangan Mendukung Program PIJAR di Kabupaten Lombok Barat NTB

Kajian Teknologi Spesifik Lokasi Budidaya Jagung Untuk Pakan dan Pangan Mendukung Program PIJAR di Kabupaten Lombok Barat NTB Kode Penelitian : SIDa Kajian Teknologi Spesifik Lokasi Budidaya Jagung Untuk Pakan dan Pangan Mendukung Program PIJAR di Kabupaten Lombok Barat NTB Nama Penelitian : 1. Baiq Tri Ratna Erawati, SP, MSc

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Perkebunan tahun 2008 di Indonesia terdapat seluas 7.125.331 hektar perkebunan kelapa sawit, lebih dari separuhnya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALSINTAN PENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL KENTANG

PENGEMBANGAN ALSINTAN PENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL KENTANG KODE JUDUL: X-130 PENGEMBANGAN ALSINTAN PENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL KENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN Perekayasa/ Peneliti: Dr. Ir. Teguh Wikan Widodo, MSc Ir. M. Hidayat Ir. D.A.Budiman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perum Perhutani merupakan sebuah badan usaha yang diberikan mandat oleh pemerintah untuk mengelola hutan tanaman yang ada di Pulau Jawa dan Madura dengan menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di segala

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di segala I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di segala bidang, yaitu bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan agama serta pertahanan dan keamanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kebutuhan hidup manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa tekanan terhadap perubahan lingkungan juga akan meningkat

Lebih terperinci

RENCANA KERJA ANGGARAN PERUBAHAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL Tahun Anggaran 2015

RENCANA KERJA ANGGARAN PERUBAHAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL Tahun Anggaran 2015 RENCANA KERJA ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Formulir RKAP SKPD 2.2 PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL Tahun Anggaran 2015 Urusan Pemerintahan : 2 Urusan Pilihan Bidang Pemerintahan : 2. 01 Pertanian Unit

Lebih terperinci

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam ANNY MULYANI Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (sumber : SINAR TANI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk, kualitas sumber daya manusia (SDM) yang rendah, dan sempitnya kesempatan kerja merupakan akar permasalahan kemiskinan. Jumlah penduduk yang besar

Lebih terperinci

LAMPIRAN III LAPORAN FORM A, B, C DAN D

LAMPIRAN III LAPORAN FORM A, B, C DAN D LAMPIRAN III LAPORAN FORM A, B, C DAN D JUDUL KEGIATAN: PENGUATAN KAPASITAS DAERAH DAN SINERGITAS PEMANFAATAN DATA INDERAJA UNTUK EKSTRAKSI INFORMASI KUALITAS DANAU BAGI KESESUAIAN BUDIDAYA PERIKANAN DARAT

Lebih terperinci

Laporan Kegiatan Tahun Buku II BPK Palembang 126

Laporan Kegiatan Tahun Buku II BPK Palembang 126 Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Agroforestry Koordinator : Ir. Budiman Achmad, M.For.Sc. Judul Kegiatan : Paket Analisis Sosial, Ekonomi, Finansial, dan Kebijakan

Lebih terperinci

Peneliti Utama : Dr. Muhammad Hatta PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA

Peneliti Utama : Dr. Muhammad Hatta PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KAJIAN PENGOLAHAN TANDAN BUAH KOSONG UNTUK PUPUK ORGANIK MENGGUNAKAN DEKOMPOSER ORGADEC DAN APLIKASINYA PADA INTERCROPPING KELAPA SAWIT MUDA DAN JAGUNG DI KALIMANTAN BARAT Peneliti Utama : Dr. Muhammad

Lebih terperinci

FORM D A. URAIAN KEGIATAN

FORM D A. URAIAN KEGIATAN FORM D A. URAIAN KEGIATAN Latar Belakang Masalah Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu tanaman sayuran penting di Indonesia. Namun, dalam pengembangan mengalami kendala biaya usahatani yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan yang dilaksanakan oleh pemerintahan daerah di Indonesia sejak adanya otonomi daerah harus terintegrasi antar berbagai sektor. Pembangunan

Lebih terperinci

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan. BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 87/Permentan/SR.130/12/2011 /Permentan/SR.130/8/2010 man/ot. /.../2009 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK

Lebih terperinci

logo lembaga [ X.230 ] Kajian Faktor Yang BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 2012

logo lembaga [ X.230 ] Kajian Faktor Yang BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 2012 logo lembaga [ X.230 ] Kajian Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit Rakyat Di Provinsi Lampung Dr. Ir. Bariot Hafif,, M.Sc, dkk. BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

Lebih terperinci

PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2016

PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2016 SEKRETARIS PROGRAM PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SEKRETARIS 3.732.008.000 PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2016 1 Kegiatan Penyediaan Jasa Surat Menyurat 36.000.000

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan bertujuan untuk perbaikan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan masyarakat dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum sektor pertanian dapat memperluas kesempatan kerja, pemerataan kesempatan berusaha, mendukung pembangunan daerah dan tetap memperhatikan kelestarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan sebagai sebuah ekosistem mempunyai berbagai fungsi penting dan strategis bagi kehidupan manusia. Beberapa fungsi utama dalam ekosistem sumber daya hutan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini menjadi penyelamat perekonomian nasional

Lebih terperinci

Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut terdegradasi

Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut terdegradasi Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut terdegradasi Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Ujicoba Teknik Rehabilitasi Hutan Alam Rawa Gambut Bersulfat Masam Dengan Jenis Melaleuca leucadendron Ujicoba

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN. Peneliti Utama : Ir. Bhakti Tjahja Agung. Paket Insentif Pemanfaatan Hasil Litbang : METODE, INSTRUMEN, TOOLS, STRATEGI, REKOMENDASI

LAPORAN KEMAJUAN. Peneliti Utama : Ir. Bhakti Tjahja Agung. Paket Insentif Pemanfaatan Hasil Litbang : METODE, INSTRUMEN, TOOLS, STRATEGI, REKOMENDASI LAPORAN KEMAJUAN PRODUKSI BIOGAS BERBAHAN BAKU LIMBAH TANAMAN HORTIKULTURA DAN PALAWIJA DI PEMUKIMAN TRANSMIGRASI KECAMATAN MALIKU, KAB. PULANG PISAU, PROV. KALIMANTAN TENGAH Peneliti Utama : Ir. Bhakti

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG 133 PROSIDING Workshop Nasional 2006 134 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG PERTAMA KESIMPULAN 1. Ramin dan ekosistemnya saat ini terancam kelestariannya. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan tradisional yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain adalah sebagai sumber

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Tujuan

Lebih terperinci

KAJIAN PEMASARAN KAYU JATI RAKYAT DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

KAJIAN PEMASARAN KAYU JATI RAKYAT DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR KAJIAN PEMASARAN KAYU JATI RAKYAT DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Oleh : Nur Arifatul Ulya, Edwin Martin, Bambang Tejo Premono dan 1) Andi Nopriansyah ABSTRAK Jati ( Tectona grandis) merupakan salah satu jenis

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SKPD DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN KARANGASEM

RENCANA STRATEGIS SKPD DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN KARANGASEM RENCANA STRATEGIS SKPD DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN KARANGASEM 2016-2020 Tugas Pokok : Fungsi : Visi : Misi : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kean dan 1. Merumuskan kebijakan

Lebih terperinci

Boks 2. PENELUSURAN SUMBER PEMBENTUKAN INFLASI DI KOTA JAMBI: SUATU ANALISIS SISI TATA NIAGA DAN KOMODITAS

Boks 2. PENELUSURAN SUMBER PEMBENTUKAN INFLASI DI KOTA JAMBI: SUATU ANALISIS SISI TATA NIAGA DAN KOMODITAS Boks 2. PENELUSURAN SUMBER PEMBENTUKAN INFLASI DI KOTA JAMBI: SUATU ANALISIS SISI TATA NIAGA DAN KOMODITAS Inflasi adalah kecenderungan (trend) atau gerakan naiknya tingkat harga umum yang berlangsung

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.44/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN UNIT PERCONTOHAN PENYULUHAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.44/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN UNIT PERCONTOHAN PENYULUHAN KEHUTANAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.44/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN UNIT PERCONTOHAN PENYULUHAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU BPTP RIAU 2012 PENDAHULUAN Kebutuhan beras sebagai sumber kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia telah dikenal sebagai negara agraris. Hal ini disebabkan karena Indonesia memiliki luas lahan dan agroklimat yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI D

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI D BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI D PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 166 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA URAIAN TUGAS JABATAN PADA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

Lebih terperinci