JST Kesehatan, Oktober 2012, Vol.1 No.3 : ISSN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JST Kesehatan, Oktober 2012, Vol.1 No.3 : ISSN"

Transkripsi

1 JST Kesehatan, Oktober 2012, Vol.1 No.3 : ISSN PENGARUH KEMOTERAPI TERHADAP KADAR CA 15-3 DAN CEA DALAM DARAH PENDERITA KANKER PAYUDARA STADIUM LANJUT The Effect of Chemotherapy on CA 15-3 and CEA Levels in Advanced Breast Cancer Patients Asri Ahram Efendi, William Hamdani, Ibrahim Labeda Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin ABSTRAK Penggunaan tumor marker dalam pemantauan respon terapi kemoterapi pada pasien kanker payudara stadium lanjut sampai saat ini masih kontroversial, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan menilai kadar petanda tumor CA 15-3 dan CEA sebelum dan sesudah kemoterapi pada pasien kanker payudara stadium lanjut. Metode yang digunakan adalah observasional longitudinal dengan pemeriksaan kadar serum CA15-3 dan CEA pada 30 orang pasien kanker payudara stadium lanjut sebelum dan sesudah tindakan kemoterapi di Instalasi Rawat Inap Bagian Onkologi RSWS Makassar. Dari 30 sampel kadar CEA sebelum kemoterapi 2,5 ng/ml adalah sebanyak 1 orang(3,3%). Kadar serum CA 15-3 sebelum kemoterapi didapatkan nilai 25 U/ml sebanyak 3orang (10,0%). Sesudah kemoterapi I tidak terdapat adanya sampel yang menunjukkan laju penurunan kadar serum CEA lebih dari 20%. Analisis statistik untuk menilai perbandingan rerata kadar serum CEA sebelum dan sesudah kemoterapi I dengan Paired T Test, diperoleh nilai p=0,163 (p>0,05). Sesudah kemoterapi I hanya ada 1 (3,3%) sampel yang menunjukkan laju penurunan kadar serum CA 15-3 lebih dari 20%. Perbandingan rerata kadar serum CA 15-3 sebelum dan sesudah kemoterapi I dengan Paired T Test, diperoleh nilai p= 0,012 (p>0,05).sesudah kemoterapi II terdapat 5 (16,7%) sampel yang menunjukkan laju penurunan kadar serum CEA lebih dari 20%. Sesudah kemoterapi II terdapat hanya ada 7 (23,3%) sampel yang menunjukkan laju penurunan kadar serum CA 15-3 lebih dari 20%. Perbandingan rerata kadar serum CEA sebelum dan sesudah kemoterapi II dengan menggunakan Paired T Test, diperoleh nilai p= 0,024 (p<0,05). Perbandingan rerata kadar serum CA 15-3 sebelum dan sesudah kemoterapi II dengan Paired T Test, diperoleh nilai p= 0,000 (p<0,05). Disimpulkan bahwa terdapat penurunan kadar serum CA 15-3 dan CEA yang tidak signifikan pada penderita kanker payudara stadium lanjut setelah dilakukan kemoterapi I. Terdapat penurunan kadar serum CA 15-3 dan CEA pada penderita kanker payudara stadium lanjut setelah dilakukan kemoterapi II. Kata kunci : kemoterapi, CA 15-3, CEA, kanker payudara ABSTRACT Use of tumor markers for monitoring chemotherapy responses in advanced breast cancer patients is still controversial, so requiring further research. The aim of the study was to assess CA 15-3 and CEA levels before and after chemotherapy in advanced breast cancer patients. Method of the study design is longitudinal observational, conducted by examining CA 15-3 and CEA serum levels in 30 advanced breast cancer patients before and after chemotherapy in The Oncology Department RSWS Makassar. From 30 samples, we found CEA levels before chemotherapy 2.5 ng/ml only from one subject (3.3%) and CA 15-3 serum level 25 U/ml found in three subjects (10.0%). After first chemotherapy, no sample showed decrease of CEA serum level more than 20%. Ratio analysis of mean CEA serum levels before and after first chemotherapy with Paired T Test, showed p=0.163 (p>0.05). After first chemotherapy, only one (3.3%) subjects showed decrease of CA 15-3 serum levels more than 20%. Comparison of mean CA 15-3 serum levels before and after first chemotherapy with Paired T Test, showed p=0.012 (p> 0.05). After second chemotherapy there were five (16.7%) subjects showed decrease of CEA serum levels more than 20%. After second 272

2 Kemoterapi, CA 15-3, CEA, kanker payudara ISSN chemotherapy there were only seven (23.3%) subjects showed decrease of CA 15-3 more than 20%. Comparison of mean CEA serum level before and after second chemotherapy with Paired T Test, showed p=0.024 (p <0.05). Comparison of mean CA 15-3 serum levels before and after second chemotherapy with Paired T Test, showed p=0.000 (p<0.05). We conclude that there is no significant decreased of CA 15-3 and CEA serum levels in advanced breast cancer patients after first chemotherapy. There is decreased of CA 15-3 and CEA serum level in advanced breast cancer patients after second chemotherapy. Keywords: chemotherapy, CA 15-3, CEA, breast cancer PENDAHULUAN Di Indonesia Kanker payudara merupakan kanker dengan insidens tertinggi ke 2 dan terdapat kecenderungan dari tahun ke tahun insidens ini meningkat, seperti halnya di negara barat. Data dari berbagai rumah sakit menunjukkan bahwa kanker payudara frekwensinya menempati urutan kedua terbanyak pada wanita, setelah karsinoma serviks uteri. Di RS Karjadi Semarang yang dilaporkan oleh Sarjadi, kanker payudara menempati urutan kedua setelah karsinoma uteri sebanyak 12,4%. RSUP Dr. Sarjito Yogyakarta, ditemukan bahwa KPD ratarata 33 kasus pertahun (Susatya, 2002). Sedangkan di Sulawesi Selatan, kanker payudara menduduki peringkat pertama, sekitar 135 kasus pertahun. Secara umum petanda tumor digunakan dalam membantu diagnosis dini dan klasifikasi, menentukan prognosis, pemantauan keberhasilan terapi, termasuk diantaranya memantau rekurensi penyakit (Lee et al. 2007, Duffy 2006). Sebagian besar petanda tumor serologik tidak dapat digunakan untuk skrining penderita yang asimptomatik dan sangat sedikit yang dapat digunakan untuk diagnosis oleh karena sensitivitas dan spesifitasnya rendah. Untuk meningkatkan sensitivitas pada beberapa jenis keganasan digunakan kombinasi petanda tumor yang relatif spesifik. Pemeriksaan darah uji petanda tumor untuk payudara yang sering digunakan adalah CEA (carcinoembryonic antigen) dan CA Peningkatan nilai uji petanda tumor dalam serum pasien dengan kanker payudara bermetastasis dapat ditemukan rata-rata 4,2 bulan sebelum metastase secara klinis terdeteksi. (Purnomo E dkk, 2009). CA 15-3 yang merupakan glikoprotein pada permukaan sel tumor telah dievaluasi mempunyai kemampuan sebagai alat diagnosa, prognosa, monitor terapi dan memprediksi kekambuhan pasca operasi dan kemoterapi. Nilai CA 15-3 meningkat sesuai dengan derajat klinis kanker payudara, tertinggi bilamana ada metastasis. Prof. DR. A. Georgopoulos dari Universitas Vienna mengatakan sensitifitas CA 15-3 adalah 94,5% dan spesifitasnya 95,2%. Sedangkan Dr. Shuan Zhou, MD dari Shandong Tumor Hospital & Institute mengatakan CA 15-3 berguna sebagai pemeriksaan dini untuk pasien resiko tinggi sebaik mammogram. CEA juga merupakan glikoprotein pada permukaan sel tumor tapi tidak direkomendasikan untuk skrining, staging atau pemeriksaan rutin setelah terapi awal karena kurang spesifik. Peningkatan kadar CEA ditemukan pada sekitar 40-50% penderita kanker payudara yang sudah metastasis (Purnomo, 2005) Penelitian yang dilakukan oleh Alazawi dkk tahun 2006 di St. Vincent s University Hospital Dublin Irlandia, dengan menilai kadar CA 15-3 sebelum dan sesudah kemoterapi pada kanker payudara stadium lanjut menyimpulkan bahwa peningkatan kadar CA 15-3 merupakan prediktif terhadap respon yang buruk terhadap kemoterapi. Beberapa penelitian lainnya menunjukkan bahwa penggunaan CA 15-3 dan CEA secara bersama-sama dapat 273

3 Asri Ahram Efendi ISSN meningkatkan sensitivitas pada sekitar 90% penderita kanker payudara yang sudah metastasis. Di Indonesia sampai saat ini belum ada penelitian ataupun publikasi data yang menunjukkan manfaat dari kadar petanda tumor khususnya CA 15-3 dan CEA yang dihubungkan dengan pemantauan respon terapi kemoterapi pada kanker payudara stadium lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kadar petanda tumor CA 15-3 dan CEA sebelum dan sesudah kemoterapi pada kanker payudara wanita stadium lanjut. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan Rawat Inap Sub Bagian Bedah Onkologi Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional longitudinal Populasi dan sampel Populasi penelitian adalah wanita penderita kanker payudara yang dirawat di Sub Bagian Bedah Onkologi RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Sampel adalah seluruh populasi terjangkau yang memenuhi kriteria penelitian, diperoleh berdasarkan urutan masuknya di rumah sakit (consecutive random sampling). Sampel diambil dari darah 30 orang wanita penderita kanker payudara yang telah didiagnosis sebagai kanker payudara (sesuai pemeriksaan klinis dan histopatologi) sebelum dan sesudah kemoterapi regimen CAF siklus I dan II dan selanjutnya diperiksa kadar CA 15-3 dan CEA. Metode Pengumpulan Data Data penelitian diambil dari hasil pemeriksaan klinis (anamnesis dan pemeriksaan fisis) dan laboratorium (kadar CA 15-3 dan CEA) penderita kanker payudara stadium lanjut sesbelum dan sesudah kemoterapi regimen CAF siklus I dan II. Analisis Data Data yang terkumpul dikelompokkan berdasarkan tujuan dan jenis data kemudian ditentukan metode statistik yang sesuai. Pengolahan data dan uji statistik dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS Versi 16. HASIL Berdasarkan distribusi usia, dari 30 sampel penelitian didapatkan rentang usia sampel adalah tahun, terdiri dari: kelompok usia tahun sebanyak 7 orang (23,3%), kelompok usia tahun sebanyak 10 orang (33,3%) dan kelompok usia tahun sebanyak 13 orang (43,3%). Pada distribusi stadium (TNM stadium) dari 30 sampel terlihat kanker payudara yang berada pada stadium IIIA sebanyak 12 orang (40,0%) dan pada stadium IIIB sebanyak 18 orang (60,0%). Kadar serum CEA dan CA 15-3 sebelum kemoterapi Pada pemeriksaan kadar CEA sebelum kemoterapi didapatkan kadar CEA 2,5 ng/ml adalah sebanyak 1 orang (3,3%) dan kadar CEA > 2,5 ng/ml adalah sebanyak 29 orang (96,7%). Kadar serum CA 15-3 sebelum kemoterapi didapatkan nilai 25 U/ml adalah sebanyak 3 orang (10,0%) dan nilai CA 15-3 > 25 U/ml adalah sebanyak 27 orang (90,0%). Kadar serum CEA dan CA 15-3 sesudah kemoterapi I Kadar CEA sesudah kemoterapi I dengan nilai 2,5 ng/ml adalah sebanyak 1 orang (3,3%) dan kadar CEA > 2,5 ng/ml adalah sebanyak 29 orang (96,7%). Kadar serum CA 15-3 kemoterapi I didapatkan nilai 25 U/ml adalah sebanyak 3 orang (10,0%) dan nilai CA 15-3 > 25 U/ml adalah sebanyak 27 orang (90,0%). 274

4 Kemoterapi, CA 15-3, CEA, kanker payudara ISSN Kadar serum CEA dan CA 15-3 sesudah kemoterapi II Kadar CEA sesudah kemoterapi II dengan nilai 2,5 ng/ml adalah sebanyak 13 orang (43,3%) dan kadar CEA > 2,5 ng/ml adalah sebanyak 17 orang (56,7%). Kadar serum CA 15-3 dari 30 sampel sesudah kemoterapi II didapatkan nilai 25 U/ml adalah sebanyak 3 orang (10,0%) dan nilai CA 15-3 > 25 U/ml adalah sebanyak 27 orang (90,0%). Perbandingan kadar serum CEA sebelum dan sesudah kemoterapi I Dari 30 sampel tidak terdapat adanya sampel yang menunjukkan laju penurunan lebih dari 20%. Analisis statistik untuk menilai perbandingan rerata kadar serum CEA sebelum dan sesudah kemoterapi I dengan menggunakan Paired T Test, diperoleh nilai p = 0,163 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa belum terdapat penurunan bermakna rerata kadar CEA setelah dilakukan kemoterapi I. Perbandingan kadar serum CEA sebelum dan sesudah kemoterapi II Dari 30 sampel terdapat 5 (16,7%) sampel yang menunjukkan laju penurunan lebih dari 20%. Analisis statistik untuk menilai perbandingan rerata kadar serum CEA sebelum dan sesudah kemoterapi II dengan menggunakan Paired T Test, diperoleh nilai p = 0,024 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan bermakna rerata kadar CEA setelah dilakukan kemoterapi II. Perbandingan kadar serum CA 15-3 sebelum & sesudah kemoterapi I Dari 30 sampel terdapat hanya ada 1(3,3%) sampel yang menunjukkan laju penurunan lebih dari 20%. Analisis statistik untuk menilai perbandingan rerata kadar serum CA 15-3 sebelum dan sesudah kemoterapi I dengan menggunakan Paired T Test, diperoleh nilai p = 0,012 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa belum terdapat penurunan bermakna rerata kadar CA 15-3 setelah dilakukan kemoterapi I. Perbandingan kadar serum CA 15-3 sebelum dan sesudah kemoterapi II Dari 30 sampel terdapat hanya ada 7 (23,3%) sampel yang menunjukkan laju penurunan lebih dari 20%. Analisis statistik untuk menilai perbandingan rerata kadar serum CA 15-3 sebelum dan sesudah kemoterapi II dengan menggunakan Paired T Test, diperoleh nilai p = 0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan bermakna rerata kadar CA 15-3 setelah dilakukan kemoterapi II. Tabel 1. Karakteristik umum dari populasi penelitian Karakteristik n=30 % Umur tahun 7 23, tahun 10 33, tahun 13 43,3 Kanker payudara (TNM Stadium) IIIA 12 40,0 IIIB 18 60,0 Histopatologi Invasif Ductal Carcinoma 22 73,3 Adenocarcinoma 8 26,7 275

5 Asri Ahram Efendi ISSN Tabel 2. Kadar serum CEA sebelum dan sesudah kemoterapi CEA n=30 % Sebelum KT 2,5 ng/ml 1 3,3 > 2,5 ng/ml 29 96,7 Sesudah KT I 2,5 ng/ml 3 10,0 > 2,5 ng/ml 27 90,0 Sesudah KT II 2,5 ng/ml 13 43,3 > 2,5 ng/ml 17 56,7 Tabel 3. Kadar serum CA 15-3 sebelum sesudah kemoterapi CA 15-3 n=30 % Sebelum KT 25 U/ml 3 10,0 > 25 U/ml 27 90,0 Sesudah KT I 25 U/ml 3 10,0 > 25 U/ml 27 90,0 Sesudah KT II 25 U/ml 11 36,7 > 25 U/ml 19 63,3 276

6 Kemoterapi, CA 15-3, CEA, kanker payudara ISSN Tabel 4. Perbandingan rerata kadar serum CEA sebelum dan sesudah kemoterapi I Mean N SD Paired T Test CEA sebelum KT CEA sesudah KT I p = 0,163 Tabel 5. Perbandingan rerata kadar serum CEA sebelum dan sesudah kemoterapi I Mean N SD Paired T Test CEA sebelum KT CEA sesudah KT II p = 0,024 Tabel 6. Perbandingan rerata kadar serum CA 15-3 sebelum dan sesudah kemoterapi I Mean N SD Paired T Test CA 15-3 sebelum KT CA 15-3 sesudah KT I p = 0,012 Tabel 7. Perbandingan rerata kadar serum CA 15-3 sebelum dan sesudah kemoterapi II Mean N SD Paired T Test CA 15-3 sebelum KT CA 15-3 sesudah KT II p = 0,

7 Asri Ahram Efendi ISSN PEMBAHASAN Dari 30 sampel penelitian ini rentang usia penderita dari tahun, dengan distribusi usia sebagai berikut: usia tahun sebanyak 7 orang (23,3%), usia tahun sebanyak 10 orang (33,3%) dan usia tahun sebanyak 13 orang (43,3%). Data tersebut diatas menunjukkan bahwa persentasi tertinggi kanker payudara stadium lanjut adalah pada usia < 50 tahun. Hasil ini hampir serupa dengan hasil yang didapatkan oleh Sampepayung D (2003), yang melaporkan bahwa kelompok umur 50 tahun sebesar 58,89% dan kelompok umur 50 tahun sebesar 41,1%. Aryandono (2006) melaporkan pederita usia 50 tahun sebanyak 52,6% terbanyak di usia tahun dan Siregar B.H, melaporkan kelompok umur 50 tahun sebesar 53% dan kelompok usia 50 tahun sebesar 47%. Adanya kesamaan tersebut diatas kemungkinan disebabkan karena umumnya penderita kanker payudara yang datang berobat adalah penderita yang sudah berusia tahun. Pada distribusi stadium (TNM stadium) dari 30 sampel terdapat kanker payudara pada stadium IIIA sebanyak 12 orang (40,0%) dan pada stadium IIIB sebanyak 18 orang (60,0%). Hasil ini sesuai dengan pernyataan Manuaba (2000) yang menyebutkan bahwa ada perbedaan dengan negara maju dimana kanker payudara lebih banyak ditemukan dalam stadium dini ( stadium I dan II), di Indonesia paling sering ditemukan dalam keadaan stadium lanjut lokal ( stadium III A dan III B menurut TNM 2002). Menurut Muchlis Ramli stadium III A dan III B ditemukan sebanyak 23% dan 40%, di Bali stadium III dan IV sebanyak 60% - 80% ( Manuaba, Sudarso 2000). Dari 30 sampel kadar CEA sebelum kemoterapi 2,5 ng/ml adalah sebanyak 1 orang (3,3%) dan kadar CEA > 2,5 ng/ml adalah sebanyak 29 orang (96,7%). Dan pada pemeriksaan kadar serum CA 15-3 dari 30 sampel sebelum kemoterapi didapatkan nilai 25 U/ml adalah sebanyak 3 orang (10,0%) dan nilai CA 15-3 > 25 U/ml adalah sebanyak 27 orang (90,0%). Hasil ini menunjukkan bahwa kadar CEA dan CA 15-3 yang umumnya meningkat pada kanker payudara stadium lanjut. Park et al (2006) dalam penelitiannya juga mendapatkan peningkatan kadar CA 15-3 dan CEA pada kanker payudara, terutama stadium III dan IV. American Society of Clinical Oncology 2007 (ASCO) menyebutkan bahwa kadar CA 15-3 meningkat sekitar 75-90% dan peningkatan kadar CEA sekitar 50-60% pada stadium lanjut dan metastasis. Demikian pula European Goup on Tumor Markers Recommendations (EGTM) menyebutkan bahwa kadar abnormal CA 15-3 ditemukan pada 50-70% dan kadar abnormal CEA pada 40-50% penderita kanker payudara stadium lanjut dan metastasis. Duffy et al (2003) menyatakan bahwa petanda tumor CA 15-3 mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang rendah pada tahap awal penyakit dan akan meningkat sejalan dengan semakin lanjutnya perjalanan penyakit. Berbagai penelitian menunjukkan peningkatan kadar CA 15-3 pada kanker payudara stadium I hanya sekitar 10% pasien, stadium II sekitar 20% pasien, stadium III sekitar 40% pasien, dan 75% pasien pada stadium IV. Pemeriksaan kadar CA 15-3 serial selama masa pemantauan pasca terapi memberikan informasi prognostik yang lebih baik. Pada pemeriksaan kadar serum CEA dari 30 sampel sesudah dilakukan kemoterapi I dengan nilai 2,5 ng/ml adalah sebanyak 1 orang (3,3%) dan kadar CEA > 2,5 ng/ml adalah sebanyak 29 orang (96,7%) dan tidak terdapat adanya sampel yang menunjukkan laju penurunan lebih dari 20%. Setelah dilakukan analisis statistik untuk menilai perbandingan rerata kadar serum CEA sebelum dan sesudah 278

8 Kemoterapi, CA 15-3, CEA, kanker payudara ISSN kemoterapi I dengan menggunakan Paired T Test, diperoleh nilai p = 0,163 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa belum terdapat penurunan bermakna rerata kadar CEA setelah dilakukan kemoterapi I. Demikian pula pada pemeriksaan kadar serum CA 15-3 dari 30 sampel sesudah dilakukan kemoterapi I didapatkan nilai 25 U/ml adalah sebanyak 3 orang (10,0%) dan nilai CA 15-3 > 25 U/ml adalah sebanyak 27 orang (90,0%) dan hanya ada 1(3,3%) sampel yang menunjukkan laju penurunan lebih dari 20%. Setelah dilakukan analisis statistik untuk menilai perbandingan rerata kadar serum CA 15-3 sebelum dan sesudah kemoterapi I dengan menggunakan Paired T Test, diperoleh nilai p = 0,012 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa belum terdapat penurunan bermakna rerata kadar CA 15-3 setelah dilakukan kemoterapi I. Pada pemeriksaan kadar serum CEA dari 30 sampel sesudah dilakukan kemoterapi II dengan nilai 2,5 ng/ml adalah sebanyak 13 orang (43,3%) dan kadar CEA > 2,5 ng/ml adalah sebanyak 17 orang (56,7%) dan terdapat 5 (16,7%) sampel yang menunjukkan laju penurunan lebih dari 20%. Sedangkan pada pemeriksaan kadar serum CA 15-3 dari 30 sampel sesudah dilakukan kemoterapi II didapatkan nilai 25 U/ml adalah sebanyak 3 orang (10,0%) dan nilai CA 15-3 > 25 U/ml adalah sebanyak 27 orang (90,0%) dan terdapat hanya ada 7 (23,3%) sampel yang menunjukkan laju penurunan lebih dari 20%. Setelah dilakukan analisis statistik untuk menilai perbandingan rerata kadar serum CEA sebelum dan sesudah kemoterapi II dengan menggunakan Paired T Test, diperoleh nilai p = 0,024 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan bermakna rerata kadar CEA setelah dilakukan kemoterapi II. Demikian pula setelah dilakukan analisis statistik untuk menilai perbandingan rerata kadar serum CA 15-3 sebelum dan sesudah kemoterapi II dengan menggunakan Paired T Test, diperoleh nilai p = 0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan bermakna rerata kadar CA 15-3 setelah dilakukan kemoterapi II. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurebayashi dan kawan-kawan menemukan yang adanya perubahan kadar pertanda tumor setelah terapi awal dimulai berkorelasi secara bermakna dengan respon terapi. Dalam penelitian ini, penurunan sebesar 20% atau lebih merupakan faktor prediksi terhadap terapi yang diberikan (Kurebayashi dkk, 2004.) Hal ini juga didukung oleh Kresno (2003) yang menyatakan bahwa beberapa petanda tumor kadarnya berkorelasi dengan keberhasilan pengobatan dan respon terapi. Pada kanker payudara, konsentrasi petanda tumor mengalami perubahan dengan pengobatan. Petanda tumor biasanya meningkat seiring dengan progresivitas penyakit, menurun pada penyakit yang mengalami remisi dan tidak ada perubahan yang signifikan pada keadaan yang stabil. Kadar petanda tumor yang menurun secara konsisten merupakan indikasi keberhasilan terapi, sebaliknya bila kadarnya menetap atau meningkat berarti bahwa terapi tidak efektif dan diperlukan pendekatan terapi lain. KESIMPULAN DAN SARAN Kami menyimpulkan bahwa terdapat penurunan kadar serum CA 15-3 dan CEA yang tidak signifikan pada penderita kanker payudara stadium lanjut setelah dilakukan kemoterapi I dan terdapat penurunan kadar serum Ca 15-3 dan CEA pada penderita kanker payudara stadium lanjut setelah dilakukan kemoterapi II. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan dengan distribusi yang berimbang antara masing-masing stadium kanker payudara dan dilakukan penelitian 279

9 Asri Ahram Efendi ISSN lanjutan pada seluruh rangkaian siklus kemoterapi. DAFTAR PUSTAKA Al-azawi D, Kelly G, Myers E, McDermott EW, Hill AD, Duffy MJ, et al. (2006) CA 15-3 is predictive of response and disease recurrence following teratment in locally advnced breast cancer. BioMed Central, 6(220):1-7. Darmawaty. (1998). Aplikasi Klinik Petanda Tumor Serum In: Akil H, Amiruddin R, Tehupeiory E, Tahir H, Saleh K, editors. Buku Naskah Lengkap Pertemuan Ilmiah Berkala (PIB) XI. Makassar: Panitia PIB XI FKUH, p Duffy MJ. (2006). Serum tumor markers in breast cancer: are they of clinical value. Clinical Chemistry, 52(3): Duffy M.(1999) CA 15-3 and related mucins as circulating markers in breast cancer. Ann Clin Biochem, 36: Djoerban Z. (2004). Peranan Marker Tumor Dalam Penatalaksanaan Kanker Payudara. In: Setiati S, Alwi I, Simadibrata M, Sari NK, editors. Naskah Lengkap PIT Ilmu Penyakit Dalam Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Departeman IPD FKUI; p Hamdani W. (2004). Profil Gena HER- 2/Neu pada Penderita Kanker Payudara di Makassar [Karya Akhir Pendidikan Spesialisasi Bedah Onkologi FK-Unhas]. Makassar: Universitas Hasanuddin. Kresno S.(2003). Ilmu Dasar Onkologi. Jakarta: Patologi Klinik FKUI; Kurebayashi J, Nishimura R, Tanaka K, Kohno N, Kurosumi M, Moriya T, et al.(2004). Significance of Serum Tumor Markers in Monitoring Advanced Breast Cancer Patients Treated with Systemic Therapy: A Prospective Study. Breast Cancer, 11(4): Lee A, Kim Y, Han K, Kang CS, Jeon HM, Shim SI. (2004). Detection of tumor markers including carcinoembryonic antigen, APC and cyclin D2 in fine needle aspiration fluid of breast. Arch Pathol Lab Med, 128: Manuaba TW. (2010). Kanker Payudara Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara. In: Manuaba TW, editor. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid Peraboi Jakarta: Sagung Seto, p McPherson K, Steel C, Dixon J. (2008) ABC of Breast Disease, Breast Cancer Epidemiology, Risk Factors and Genetics. British Medical Journal, 321: Park B, Oh J, Kim J, Park S, Kim K, Kim J, et al. (2008). Preoperative CA 15-3 and CEA serum levels as a predictor for breast cancer outcomes. Annals of Oncology, 19: Purnomo E, Hidayat B, Kartamihardja AHS, Tanumiharjo M, Masjhur JS.(2005). Signifikansi dari korelasi uji petanda tumor CEA, CA 15-3 dengan sidik tulang pada pasien kanker payudara. Soletormos G, Nielsen D, Schioler V, Skovsgaard T, Dombernowsky P.(1996). Tumor Markers Cancer Antigen 15.3, Carcinoembryonic Antigen, and Tissue Polypeptide Antigen for Monitoring Metastatic Breast Cancer During First-line Chemotherapy and Follow-up. Clinical Chemistry, 42(4): Thomas C. (1995). Application of tumour marker in mammary carcinoma. Ned Tijdschr Klin Chem, 20:

PERBEDAAN KADAR CARCINOEMBRYONIC ANTIGEN (CEA) SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI PADA PASIEN DENGAN KARSINOMA KOLOREKTAL ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN KADAR CARCINOEMBRYONIC ANTIGEN (CEA) SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI PADA PASIEN DENGAN KARSINOMA KOLOREKTAL ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN KADAR CARCINOEMBRYONIC ANTIGEN (CEA) SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI PADA PASIEN DENGAN KARSINOMA KOLOREKTAL THE DIFFERENCE IN CARCINOEMBRYONIC ANTIGEN (CEA) LEVELS BEFORE AND AFTER THERAPY IN PATIENT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma serviks uteri merupakan masalah penting dalam onkologi ginekologi di

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma serviks uteri merupakan masalah penting dalam onkologi ginekologi di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Karsinoma serviks uteri merupakan masalah penting dalam onkologi ginekologi di Indonesia. Penyakit ini merupakan tumor ganas yang paling banyak dijumpai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, dimana saat ini merupakan peringkat kedua penyakit kanker setelah kanker

BAB I PENDAHULUAN. dunia, dimana saat ini merupakan peringkat kedua penyakit kanker setelah kanker 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan penting di dunia, dimana saat ini merupakan peringkat kedua penyakit kanker setelah kanker paru-paru

Lebih terperinci

Analysis of Matrix Metalloproteinase-2 (MMP-2) and Matrix Metalloproteinase-9. (MMP-9) Levels in Breast Cancer Patients

Analysis of Matrix Metalloproteinase-2 (MMP-2) and Matrix Metalloproteinase-9. (MMP-9) Levels in Breast Cancer Patients Analysis of Matrix Metalloproteinase-2 (MMP-2) and Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9) Levels in Breast Cancer Patients Uleng Bahrun 1, Besse Rosmiati 1, Wildana 1, Mansyur Arif 1, Ruland DN. Pakasi 1,

Lebih terperinci

ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN KANKER PAYUDARA DAN PENANGANANNYA DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU PERIODE JANUARI 2010 DESEMBER 2012

ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN KANKER PAYUDARA DAN PENANGANANNYA DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU PERIODE JANUARI 2010 DESEMBER 2012 ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN KANKER PAYUDARA DAN PENANGANANNYA DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU PERIODE JANUARI 2010 DESEMBER 2012 Fajri Lirauka, 2015. Pembimbing : dr. Laella Kinghua Liana, Sp.PA, M.Kes.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Pertumbuhan sel tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri 78 BAB 6 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri stadium lanjut yaitu stadium IIB dan IIIB. Pada penelitian dijumpai penderita dengan stadium IIIB adalah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Angka Kejadian Karsinoma Mammae di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari 2007 Desember 2009

ABSTRAK. Angka Kejadian Karsinoma Mammae di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari 2007 Desember 2009 ABSTRAK Angka Kejadian Karsinoma Mammae di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari 2007 Desember 2009 Fifi, 2010. Pembimbing I: Laella Kinghua Liana, dr., Sp.PA, M.Kes Pembimbing II: Evi Yuniawati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia (Anonim, 2008b). Di dunia, 12%

Lebih terperinci

Oleh: Esti Widiasari S

Oleh: Esti Widiasari S HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN INJEKSI DEPOT-MEDROXYPROGESTERONE ACETATE (DMPA) DENGAN KADAR ESTRADIOL PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh penderita kanker dan penyebab kematian keempat dari seluruh kematian pada pasien kanker di dunia.

Lebih terperinci

PENILAIAN RESPON KLINIS DAN KADAR SCC KEMOTERAPI KOMBINASI PACLITAXEL CARBOPLATIN PADA KARSINOMA SERVIKS STADIUM LANJUT

PENILAIAN RESPON KLINIS DAN KADAR SCC KEMOTERAPI KOMBINASI PACLITAXEL CARBOPLATIN PADA KARSINOMA SERVIKS STADIUM LANJUT PENILAIAN RESPON KLINIS DAN KADAR SCC KEMOTERAPI KOMBINASI PACLITAXEL CARBOPLATIN PADA KARSINOMA SERVIKS STADIUM LANJUT CLINICAL ASSESSMENT RESPONSE AND LEVELS SCC OF COMBINATION CHEMOTHERAPHY PACLITAXEL

Lebih terperinci

GAMBARAN KANKER PAYUDARA BERDASARKAN STADIUM DAN KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN

GAMBARAN KANKER PAYUDARA BERDASARKAN STADIUM DAN KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN GAMBARAN KANKER PAYUDARA BERDASARKAN STADIUM DAN KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012-2013 Oleh : IKKE PRIHATANTI 110100013 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker serviks merupakan kanker yang banyak. menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks menduduki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker serviks merupakan kanker yang banyak. menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks menduduki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks menduduki urutan kedua dari penyakit kanker yang menyerang wanita di dunia dan

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBEDAAN KADAR CANCER ANTIGEN 125 DAN HUMAN EPIDIDIMIS PROTEIN 4 PADA PASIEN KANKER OVARIUM EPITELIAL TIPE I DAN TIPE II

ABSTRAK PERBEDAAN KADAR CANCER ANTIGEN 125 DAN HUMAN EPIDIDIMIS PROTEIN 4 PADA PASIEN KANKER OVARIUM EPITELIAL TIPE I DAN TIPE II ABSTRAK PERBEDAAN KADAR CANCER ANTIGEN 125 DAN HUMAN EPIDIDIMIS PROTEIN 4 PADA PASIEN KANKER OVARIUM EPITELIAL TIPE I DAN TIPE II Pande Made Angger Parameswara Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA CARCINOMA MAMMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA CARCINOMA MAMMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013 ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA CARCINOMA MAMMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013 Bram Adhitama, 2014 Pembimbing I : July Ivone, dr, MKK.MPd.Ked Pembimbing II : Cherry Azaria,dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh. 1 Empat belas juta kasus baru

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh. 1 Empat belas juta kasus baru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah suatu keganasan yang terjadi karena adanya sel dalam tubuh yang berkembang secara tidak terkendali sehingga menyebabkan kerusakan bentuk dan fungsi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan jenis keganasan terbanyak pada wanita

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan jenis keganasan terbanyak pada wanita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis keganasan terbanyak pada wanita diseluruh dunia dan menjadi penyebab kematian tertinggi kedua setelah kanker paru-paru. Kanker payudara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanker yang paling sering ditemukan pada wanita, setelah kanker mulut

BAB I PENDAHULUAN. kanker yang paling sering ditemukan pada wanita, setelah kanker mulut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker payudara adalah keganasan pada jaringan payudara yang berasal dari epitel duktus atau lobulus. 1 Di Indonesia kanker payudara berada di urutan kedua sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai 85-90% adalah kanker ovarium epitel.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 4

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 4 DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM.. i LEMBAR PERSETUJUAN ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii UCAPAN TERIMAKASIH iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI.. v ABSTRAK.. vi ABSTRACT... vii RINGKASAN.. viii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling sering ditemui dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita oleh kaum wanita dan

Lebih terperinci

Hubungan Ekspresi Reseptor Progesteron dengan Derajat Diferensiasi Carsinoma Mammae

Hubungan Ekspresi Reseptor Progesteron dengan Derajat Diferensiasi Carsinoma Mammae 1 Hubungan Ekspresi Reseptor Progesteron dengan Derajat Diferensiasi Carsinoma Mammae Noor Yazid, Afiana Rohmani, Vina Noviyanti Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang ABSTRAK Latar Belakang

Lebih terperinci

PETANDA TUMOR (Tumor marker) ELLYZA NASRUL Bagian Patologi Klinik FK Unand/RS.dr.M.Djamil Padang

PETANDA TUMOR (Tumor marker) ELLYZA NASRUL Bagian Patologi Klinik FK Unand/RS.dr.M.Djamil Padang PETANDA TUMOR (Tumor marker) ELLYZA NASRUL Bagian Patologi Klinik FK Unand/RS.dr.M.Djamil Padang IMUNOLOGI TUMOR INNATE IMMUNITY CELLULAR HUMORAL PHAGOCYTES NK CELLS COMPLEMENT CYTOKINES PHAGOCYTOSIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di seluruh dunia dan 125.000

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Al Baqarah ayat 233: "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Al Baqarah ayat 233: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki kedudukan istimewa baik secara lahir dan batin. Selain memiliki nilai estetika, bagian tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium merupakan keganasan ginekologi yang menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium merupakan keganasan ginekologi yang menempati urutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan ginekologi yang menempati urutan keempat dari semua jenis kanker ginekologi yang paling sering terjadi diseluruh dunia dan merupakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Selama periode penelitian mulai Januari 2013 sampai September 2013

BAB V HASIL PENELITIAN. Selama periode penelitian mulai Januari 2013 sampai September 2013 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik subjek Selama periode penelitian mulai Januari 2013 sampai September 2013 berdasarkan data pasien yang sampelnya diperiksa di Laboratorium Patologi Anatomi FK UNUD/RSUP

Lebih terperinci

Perbedaan Terapi Kemoradiasi dan Radiasi terhadap Kesembuhan Kanker Payudara Pasca Bedah

Perbedaan Terapi Kemoradiasi dan Radiasi terhadap Kesembuhan Kanker Payudara Pasca Bedah Perbedaan Terapi Kemoradiasi dan Radiasi terhadap Kesembuhan Kanker Payudara Pasca Bedah Sulistyani Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Correspondence to : Sulistyani Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ilmu Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI KARSINOMA MAMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2008

ABSTRAK PREVALENSI KARSINOMA MAMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2008 ABSTRAK PREVALENSI KARSINOMA MAMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2008 Cory Primaturia, 2009, Pembimbing I : dr.freddy Tumewu A.,M.S Pembimbing II : dr. Hartini Tiono Karsinoma

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT PIRNGADI MEDAN PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2013

ABSTRAK GAMBARAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT PIRNGADI MEDAN PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2013 ABSTRAK GAMBARAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT PIRNGADI MEDAN PERIODE 1 JANUARI 2012-31 DESEMBER 2013 Indra Josua M. Tambunan, 2014 Pembimbing : Dr. Iwan Budiman, dr, MS, MM, M.Kes, AIF.. Kanker serviks

Lebih terperinci

HUBUNGAN KADAR CARCINOEMBRYONIC ANTIGEN (CEA) DAN ALBUMIN SERUM DENGAN LOKASI KANKER KOLOREKTAL LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN KADAR CARCINOEMBRYONIC ANTIGEN (CEA) DAN ALBUMIN SERUM DENGAN LOKASI KANKER KOLOREKTAL LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN KADAR CARCINOEMBRYONIC ANTIGEN (CEA) DAN ALBUMIN SERUM DENGAN LOKASI KANKER KOLOREKTAL Studi Kasus di RSUP Dr. Kariadi LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti

Lebih terperinci

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2010

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2010 ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2009 31 DESEMBER 2010 Stevanus, 2011; Pembimbing I : dr. Hartini Tiono, M.Kes. Pembimbing II : dr. Sri Nadya J Saanin,

Lebih terperinci

ANGKA HARAPAN HIDUP DUA TAHUN PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA BERBAGAI STADIUM YANG DILAKUKAN TERAPI KEMORADIASI

ANGKA HARAPAN HIDUP DUA TAHUN PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA BERBAGAI STADIUM YANG DILAKUKAN TERAPI KEMORADIASI ANGKA HARAPAN HIDUP DUA TAHUN PENDERITA KARSINOMA NASOFARING PADA BERBAGAI STADIUM YANG DILAKUKAN TERAPI KEMORADIASI TWO-YEARS SURVIVAL RATE OF NASOPHARYNGEAL CARCINOMA PATIENTS IN VARIOUS STAGES TREATED

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jutaan wanita di seluruh dunia terkena kanker payudara tiap tahunnya. Walaupun

BAB I PENDAHULUAN. jutaan wanita di seluruh dunia terkena kanker payudara tiap tahunnya. Walaupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah keganasan paling sering pada wanita dan diperkirakan jutaan wanita di seluruh dunia terkena kanker payudara tiap tahunnya. Walaupun terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan masalah kesehatan yang banyak terjadi di dunia. Satu diantara 4 kematian di Amerika disebabkan karena kanker. Kanker kolorektal merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. morbiditas dan mortalitas. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. morbiditas dan mortalitas. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kanker merupakan salah satu penyakit yang banyak menimbulkan morbiditas dan mortalitas. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab kematian nomor

Lebih terperinci

ABSTRAK. Wilianto, 2010 Pembimbing I :dr. July Ivone.,M.K.K.,M.Pd.Ked Pembimbing II :dr. Sri Nadya S., M.Kes

ABSTRAK. Wilianto, 2010 Pembimbing I :dr. July Ivone.,M.K.K.,M.Pd.Ked Pembimbing II :dr. Sri Nadya S., M.Kes ABSTRAK PREVALENSI KARSINOMA PROSTAT BERDASARKAN UMUR, KADAR PSA,DIAGNOSIS AWAL, DAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI DI RUMAH IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2007-31 DESEMBER 2009 Wilianto, 2010 Pembimbing I

Lebih terperinci

ABSTRAK. Gambaran Riwayat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Periksa Payudara Sendiri (SADARI) Pasien Kanker Payudara Sebagai Langkah Deteksi Dini

ABSTRAK. Gambaran Riwayat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Periksa Payudara Sendiri (SADARI) Pasien Kanker Payudara Sebagai Langkah Deteksi Dini ABSTRAK Gambaran Riwayat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Periksa Payudara Sendiri (SADARI) Pasien Kanker Payudara Sebagai Langkah Deteksi Dini Stephen Iskandar, 2010; Pembimbing pertama : Freddy T. Andries,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. adanya heterogenitas pada perubahan genetik. Kanker payudara menjadi penyebab

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. adanya heterogenitas pada perubahan genetik. Kanker payudara menjadi penyebab BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kanker payudara merupakan penyakit kompleks yang ditandai dengan adanya heterogenitas pada perubahan genetik. Kanker payudara menjadi penyebab utama kematian di dunia.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv ABSTRAK...v ABSTRACT... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian pada wanita setelah kanker payudara. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian pada wanita setelah kanker payudara. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks uteri merupakan salah satu masalah penting pada wanita di dunia. Karsinoma serviks uteri adalah keganasan kedua yang paling sering terjadi dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penelitian yang dilakukan oleh Weir et al. dari Centers for Disease Control and

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penelitian yang dilakukan oleh Weir et al. dari Centers for Disease Control and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekitar 23.500 kasus karsinoma tiroid terdiagnosis setiap tahun di Amerika Serikat. Kejadian penyakit lebih tinggi pada wanita dibanding pria. Sebuah penelitian yang

Lebih terperinci

Gambaran Tingkat Depresi pada Pasien Kanker Paru yang Menjalani Kemoterapi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2015

Gambaran Tingkat Depresi pada Pasien Kanker Paru yang Menjalani Kemoterapi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2015 Gambaran Tingkat Depresi pada Pasien Kanker Paru yang Menjalani Kemoterapi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2015 Oleh: Kristian Gerry Raymond Sinarta Bangun 120100203 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan terdapat kasus baru kanker ovarium dan kasus meninggal

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan terdapat kasus baru kanker ovarium dan kasus meninggal BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan penyebab kematian ketujuh pada wanita di dunia. Diperkirakan terdapat 239.000 kasus baru kanker ovarium dan 152.000 kasus meninggal dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biaya. 1 Kanker payudara merupakan kanker yang sering dialami perempuan saat

BAB I PENDAHULUAN. biaya. 1 Kanker payudara merupakan kanker yang sering dialami perempuan saat biaya. 1 Kanker payudara merupakan kanker yang sering dialami perempuan saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian akibat kanker pada wanita. Kanker payudara

Lebih terperinci

D DIMER PADA KEGANASAN HEMATOLOGI DI RSUP SANGLAH ABSTRAK

D DIMER PADA KEGANASAN HEMATOLOGI DI RSUP SANGLAH ABSTRAK D DIMER PADA KEGANASAN HEMATOLOGI DI RSUP SANGLAH ABSTRAK Trombosis adalah komplikasi utama dan penyebab utama kedua kematan terbesar dari pemderita keganasan. Studi epidemiologis menunjukkan trombosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan penting di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan penting di dunia, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan penting di dunia, dimana saat ini merupakan peringkat kedua penyakit kanker setelah kanker paru-paru

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK JAHE (Zingiber officinale) TERHADAP KANKER PAYUDARA PADA KULTUR SEL T47D

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK JAHE (Zingiber officinale) TERHADAP KANKER PAYUDARA PADA KULTUR SEL T47D ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK JAHE (Zingiber officinale) TERHADAP KANKER PAYUDARA PADA KULTUR SEL T47D Jimmy, 2011, Pembimbing I : Hana Ratnawati, dr., M.Kes., PA(K) Pembimbing II : David Gunawan, dr. Kanker

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi dan poliklinik/bangsal

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi dan poliklinik/bangsal 66 BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi dan poliklinik/bangsal Radioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RS dr. Kariadi Semarang sejak bulan Juli

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI KANKER PAYUDARA DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN, BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2009

ABSTRAK PREVALENSI KANKER PAYUDARA DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN, BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2009 ABSTRAK PREVALENSI KANKER PAYUDARA DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN, BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2009 Ervina, 2011 Pembimbing I : dr. July Ivone, MKK, Mpd Ked Pembimbing II : dr. Sri Nadya Saanin M.Kes

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembesaran kelenjar (nodul) tiroid atau struma, sering dihadapi dengan sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan yang begitu berarti

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia BAB 4 HASIL 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari rekam medik penderita kanker serviks Departemen Patologi Anatomi RSCM pada tahun 2007. Data yang didapatkan adalah sebanyak 675 kasus. Setelah disaring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering dijumpai pada wanita dan penyebab kematian terbanyak. Pengobatannya sangat tergantung dari stadium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam catatan Word Health Organization (WHO) dimasukkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam catatan Word Health Organization (WHO) dimasukkan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker payudara disebut juga carcinoma mammae adalah sebuah tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara. Tumor ini dapat tumbuh dalam kelenjar susu, jaringan

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA CA MAMMAE POST MASTECTOMY DI CISC DAN BCS TAHUN 2010

ABSTRAK GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA CA MAMMAE POST MASTECTOMY DI CISC DAN BCS TAHUN 2010 ABSTRAK GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA CA MAMMAE POST MASTECTOMY DI CISC DAN BCS TAHUN 2010 Ayulia Ardiani, 2010. Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes. Pembimbing II: Sri Nadya J. Saanin, dr.,

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh: APRILIA PRAFITA SARI ROITONA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. Universitas Sumatera Utara

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh: APRILIA PRAFITA SARI ROITONA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. Universitas Sumatera Utara 1 HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA USIA 20-50 TAHUN TENTANG SADARI SEBAGAI SALAH SATU DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DI KELURAHAN TANJUNG REJO MEDAN KARYA TULIS ILMIAH Oleh:

Lebih terperinci

HUBUNGAN USIA TERHADAP DERAJAT DIFERENSIASI KANKER PAYUDARA PADA WANITA LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN USIA TERHADAP DERAJAT DIFERENSIASI KANKER PAYUDARA PADA WANITA LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN USIA TERHADAP DERAJAT DIFERENSIASI KANKER PAYUDARA PADA WANITA LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian proposal Karya Tulis Ilmiah mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Kanker payudara bisa terjadi pada perempuan

BAB I PENDAHULUAN. (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Kanker payudara bisa terjadi pada perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar, dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara (Kementrian Kesehatan

Lebih terperinci

(PR), serta human epidermal growth factor receptor 2 (HER2) kanker payudara tersebut. (Shenkier, 2004) Keberhasilan dalam penatalaksanaan kanker

(PR), serta human epidermal growth factor receptor 2 (HER2) kanker payudara tersebut. (Shenkier, 2004) Keberhasilan dalam penatalaksanaan kanker BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar. Kanker payudara menjadi penyebab kematian kedua terbanyak bagi wanita Amerika pada tahun 2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Virus Epstein-Barr (EBV) adalah virus yang. menginfeksi lebih dari 90% populasi di dunia, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Virus Epstein-Barr (EBV) adalah virus yang. menginfeksi lebih dari 90% populasi di dunia, baik yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Virus Epstein-Barr (EBV) adalah virus yang menginfeksi lebih dari 90% populasi di dunia, baik yang diikuti dengan timbulnya gejala ataupun tidak. WHO-IARC menggolongkan

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN NILAI LOW-DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTEROL

ABSTRAK PERBANDINGAN NILAI LOW-DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTEROL ABSTRAK PERBANDINGAN NILAI LOW-DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTEROL (LDL-C) INDIREK DENGAN DIREK PADA KADAR TRIGLISERIDA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Karsinoma ovarium adalah keganasan yang berasal. dari jaringan ovarium. Ovarian Cancer Report mencatat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Karsinoma ovarium adalah keganasan yang berasal. dari jaringan ovarium. Ovarian Cancer Report mencatat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma ovarium adalah keganasan yang berasal dari jaringan ovarium. Ovarian Cancer Report mencatat pada tahun 2014 karsinoma ovarium adalah karsinoma peringkat tujuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel tidak normal/terus-menerus dan tidak terkendali yang dapat merusak jaringan sekitarnya serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. banyak pada wanita dan frekuensi paling sering kedua yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. banyak pada wanita dan frekuensi paling sering kedua yang menyebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Kanker payudara merupakan masalah kesehatan pada wanita di seluruh dunia. Di Amerika, kanker payudara merupakan kanker dengan frekuensi paling banyak pada wanita dan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN PADA PASIEN KARSINOMA NASOFARING SEBELUM dan SETELAH RADIOTERAPI (Studi Observasional di RSUP Dr Kariadi Semarang)

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN PADA PASIEN KARSINOMA NASOFARING SEBELUM dan SETELAH RADIOTERAPI (Studi Observasional di RSUP Dr Kariadi Semarang) PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN PADA PASIEN KARSINOMA NASOFARING SEBELUM dan SETELAH RADIOTERAPI (Studi Observasional di RSUP Dr Kariadi Semarang) HEMOGLOBIN LEVELS OF NASOPHARYNGEAL CANCER PATIENTS BEFORE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan. yang berasal dari lapisan epitel nasofaring. Karsinoma

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan. yang berasal dari lapisan epitel nasofaring. Karsinoma BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan yang berasal dari lapisan epitel nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan neoplasma yang jarang terjadi di sebagian

Lebih terperinci

HUBUNGAN EKSPRESI HER-2/NEU DAN HORMONAL RESEPTOR DENGAN GRADING HISTOPATOLOGI PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA WANITA USIA MUDA

HUBUNGAN EKSPRESI HER-2/NEU DAN HORMONAL RESEPTOR DENGAN GRADING HISTOPATOLOGI PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA WANITA USIA MUDA HUBUNGAN EKSPRESI HER-2/NEU DAN HORMONAL RESEPTOR DENGAN GRADING HISTOPATOLOGI PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA WANITA USIA MUDA CORRELATION BETWEEN HER-2/NEU AND HORMONAL RECEPTOR WITH HISTOPATHOLOGY GRADING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kanker merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh pertumbuhan sel jaringan tubuh yang tidak terkontrol sehingga berubah menjadi sel kanker (1). Data Riset

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan penting di dunia, dimana saat ini menduduki peringkat kedua terbanyak penyakit kanker setelah kanker

Lebih terperinci

PERAN RADIOTERAPI EKSTERNA ADJUVAN TERHADAP PENDERITA KANKER PAYUDARA STADIUM LOKAL-LANJUT. Studi Angka Harapan Hidup Dua Tahun

PERAN RADIOTERAPI EKSTERNA ADJUVAN TERHADAP PENDERITA KANKER PAYUDARA STADIUM LOKAL-LANJUT. Studi Angka Harapan Hidup Dua Tahun PERAN RADIOTERAPI EKSTERNA ADJUVAN TERHADAP PENDERITA KANKER PAYUDARA STADIUM LOKAL-LANJUT Studi Angka Harapan Hidup Dua Tahun JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker Ovarium merupakan penyebab utama kematian dari kanker ginekologi. Selama tahun 2012 terdapat 239.000 kasus baru di seluruh dunia dengan insiden yang bervariasi

Lebih terperinci

PERBEDAAN RERATA KADAR VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA KANKER OVARIUM EPITELIAL DERAJAT DIFERENSIASI BAIK DENGAN SEDANG-BURUK

PERBEDAAN RERATA KADAR VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA KANKER OVARIUM EPITELIAL DERAJAT DIFERENSIASI BAIK DENGAN SEDANG-BURUK PERBEDAAN RERATA KADAR VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA KANKER OVARIUM EPITELIAL DERAJAT DIFERENSIASI BAIK DENGAN SEDANG-BURUK TESIS Universitas Andalas Oleh: Reno Muhatiah 1250305210 Pembimbing:

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN KTI HUBUNGAN OVEREKSPRESI HUMAN EPIDERMAL GROWTH FACTOR RECEPTOR 2 (HER-2) DENGAN GRADE HISTOLOGI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

HALAMAN PENGESAHAN KTI HUBUNGAN OVEREKSPRESI HUMAN EPIDERMAL GROWTH FACTOR RECEPTOR 2 (HER-2) DENGAN GRADE HISTOLOGI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA HALAMAN PENGESAHAN KTI HUBUNGAN OVEREKSPRESI HUMAN EPIDERMAL GROWTH FACTOR RECEPTOR 2 (HER-2) DENGAN GRADE HISTOLOGI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA Disusun Oleh: AFIF ARIYANWAR 20130310063 Telah disetujui

Lebih terperinci

Ethical Clearance 64

Ethical Clearance 64 Ethical Clearance 64 Lampiran Descriptives CD4 Abs pre Mean 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound Statistic Std. Error 772.3500 152.03670 454.1335 1090.5665 CD4 Abs post 5% Trimmed Mean

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibanding kasus). Kematian akibat kanker payudara menduduki peringkat

BAB I PENDAHULUAN. dibanding kasus). Kematian akibat kanker payudara menduduki peringkat BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan penting di dunia, dimana saat ini merupakan peringkat kedua penyakit kanker setelah kanker paru-paru dan telah

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Randomized control

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Randomized control BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Randomized control group pretest posttest design 41 Kelompok penelitian dibagi menjadi 2 kelompok

Lebih terperinci

Majalah Kesehatan FKUB Vol 3, No 3, September 2016

Majalah Kesehatan FKUB Vol 3, No 3, September 2016 Korelasi Pemeriksaan Human Epidermal Growth Factor Receptor-2 (Her-2) dengan Stadium Klinis TNM pada Pasien Kanker Payudara di Instalasi Patologi Anatomi RS dr. Saiful Anwar Periode Januari 2010-Desember

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. saat ini menjadi permasalahan dunia, tidak hanya di negara berkembang

I. PENDAHULUAN. saat ini menjadi permasalahan dunia, tidak hanya di negara berkembang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pemerintah disibukkan dengan penyakit kanker payudara yang saat ini menjadi permasalahan dunia, tidak hanya di negara berkembang tetapi juga di negara maju.

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Empat puluh pasien karsinoma mammae stadium III B yang memenuhi kriteria

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Empat puluh pasien karsinoma mammae stadium III B yang memenuhi kriteria BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik Pasien Empat puluh pasien karsinoma mammae stadium III B yang memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian, selanjutnya dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kontrol

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum PENGARUH PEMBERIAN PERMEN KARET XYLITOL TERHADAP LAJU ALIRAN SALIVA (Studi Kasus Pada Pasien Radioterapi Kepala dan Leher di RSUP Dr. Kariadi Semarang) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN 20 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari rekam medik penderita kanker serviks Departemen Patologi Anatomi RSCM Jakarta periode tahun 2004. Data yang didapatkan adalah sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kanker payudara merupakan salah satu kanker dengan insidensi terbanyak, terutama pada wanita. Perkembangan terapi banyak dilakukan untuk meningkatkan survival

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kedokteran FK Universitas Udayana. 3. Dr. dr. I. W. P. Sutirta Yasa, M.Si, ketua blok Elective Study serta dr.

KATA PENGANTAR. Kedokteran FK Universitas Udayana. 3. Dr. dr. I. W. P. Sutirta Yasa, M.Si, ketua blok Elective Study serta dr. KATA PENGANTAR Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas karunia-nya, penelitian ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini perkenankanlah

Lebih terperinci

Profil tumor solid pada pasien rawat inap di Bagian KSM Ilmu Penyakit Dalam RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2013-Desember 2014

Profil tumor solid pada pasien rawat inap di Bagian KSM Ilmu Penyakit Dalam RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2013-Desember 2014 Jurnal e-clinic (ecl), Volume 5, Nomor 1, Januari-Juni 217 Profil tumor solid pada pasien rawat inap di Bagian KSM Ilmu Penyakit Dalam RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 21-Desember 214

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metode deteksi dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker

BAB I PENDAHULUAN. metode deteksi dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium (kanker indung telur) merupakan penyebab nomor satu dari seluruh kematian yang disebabkan kanker pada saluran reproduksi. Penderita kanker ini umumnya

Lebih terperinci

Penatalaksanaan Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik dan RSUD Dr. Pirngadi Medan Selama 5 Tahun (1 Januari 1996 s.d.

Penatalaksanaan Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik dan RSUD Dr. Pirngadi Medan Selama 5 Tahun (1 Januari 1996 s.d. Penatalaksanaan Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik dan RSUD Dr. Pirngadi Medan Selama 5 Tahun (1 Januari 1996 s.d. 31 Desember 2000) M. Fauzi Sahil, Deri Edianto Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU/RSU

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI DAN GAMBARAN PASIEN KARSINOMA NASOFARING DI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK PREVALENSI DAN GAMBARAN PASIEN KARSINOMA NASOFARING DI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK PREVALENSI DAN GAMBARAN PASIEN KARSINOMA NASOFARING DI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 Jennifer Christy Kurniawan, 1210134 Pembimbing I : Dr. Hana Ratnawati, dr., M.Kes.,

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN RESPON KLINIS KEMORADIASI PASIEN KANKER SERVIKS STADIUM III DI RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN RESPON KLINIS KEMORADIASI PASIEN KANKER SERVIKS STADIUM III DI RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN RESPON KLINIS KEMORADIASI PASIEN KANKER SERVIKS STADIUM III DI RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG Adys Werestandina*, Tatit Nurseta**, Fajar Ari Nugroho*** Abstrak Kanker

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tumor ovarium merupakan bentuk neoplasma yang paling sering ditemukan pada wanita. Sekitar 80% merupakan tumor jinak dan sisanya adalah tumor ganas ovarium (Crum,

Lebih terperinci

KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS

KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS OLEH : Dr. EMI RACHMAWATI. CH PUSAT KLINIK DETEKSI DINI KANKER GRAHA YAYASAN KANKER INDONESIA WILAYAH DKI JL.SUNTER PERMAI RAYA No.2 JAKARTA UTARA 14340 Pendahuluan Kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Informasi Rumah Sakit Indonesia tahun 2010 menunjukan, kasus rawat

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Informasi Rumah Sakit Indonesia tahun 2010 menunjukan, kasus rawat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker serviks merupakan kanker yang paling sering ditemukan terutama di negara berkembang dan menempati urutan kedua setelah kanker payudara. Data Sistem Informasi

Lebih terperinci

ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT, TEMUAN HISTOPATOLOGIS, DAN TERAPI PASIEN KANKER KOLOREKTAL DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH

ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT, TEMUAN HISTOPATOLOGIS, DAN TERAPI PASIEN KANKER KOLOREKTAL DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT, TEMUAN HISTOPATOLOGIS, DAN TERAPI PASIEN KANKER KOLOREKTAL DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH Kanker kolorektal merupakan kanker yang umum dijumpai dengan angka kematian yang tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for

BAB I PENDAHULUAN. pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for Reasearch on Cancer (IARC)

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT KANKER OVARIUM DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2011-DESEMBER 2011

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT KANKER OVARIUM DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2011-DESEMBER 2011 ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT KANKER OVARIUM DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2011-DESEMBER 2011 Adindha, 2012; Pembimbing I : Laella K. Liana, dr., Sp. PA., M. Kes. Pembimbing II : Rimonta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan proliferasi selular dari trofoblas plasenta meliputi :

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan proliferasi selular dari trofoblas plasenta meliputi : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit trofoblas gestasional merupakan kelompok penyakit dengan peningkatan proliferasi selular dari trofoblas plasenta meliputi : Molahidatidosa (komplit dan parsial)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara pada wanita masih menjadi masalah kesehatan yang utama

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara pada wanita masih menjadi masalah kesehatan yang utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karsinoma payudara pada wanita masih menjadi masalah kesehatan yang utama di seluruh dunia dan menempati keganasan terbanyak pada wanita baik di negara maju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang cenderung didiagnosis pada stadium lanjut dan merupakan penyakit dengan angka kejadian tertinggi serta menjadi

Lebih terperinci

KOMANG YUNI TRISDAYANTI

KOMANG YUNI TRISDAYANTI PERBEDAAN NILAI NATRIUM, KALIUM, MAGNESIUM DAN ALBUMIN PADA PASIEN KANKER SERVIKS SEL SKUAMOSA STADIUM IIB-IIIB SEBELUM DAN SESUDAH KEMOTERAPI BLEOMISIN, ONCOVIN, MITOMISIN DAN KARBOPLATIN SEBANYAK TIGA

Lebih terperinci