POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) INDUSTRI PENGOLAHAN KACANG METE (Pola Pembiayaan Syariah)
|
|
- Utami Tan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) INDUSTRI PENGOLAHAN KACANG METE (Pola Pembiayaan Syariah) BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) Fax: (021) , tbtlkm@bi.go.id
2 DAFTAR ISI 1. Pendahuluan Profil Usaha dan Pola Pembiayaan a. Profil Usaha... 6 b. Pola Pembiayaan Aspek Pemasaran a. Permintaan... 8 b. Penawaran... 8 c. Analisis Persaingan d. Peluang Usaha e. Harga f. Jalur Pemasaran g. Kendala Pemasaran Aspek Produksi a. Lokasi Usaha b. Fasilitas Produksi dan Peralatan c. Bahan Baku d. Tenaga Kerja e. Teknologi f. Proses Produksi g. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi h. Kendala Produksi Aspek Keuangan a. Fleksibilitas Produk Pembiayaan Syariah b. Pola Usaha c. Asumsi d. Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional e. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja f. Produksi dan Pendapatan g. Proyeksi Rugi Laba h. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek i. Perolehan Margin Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan a. Aspek Sosial Ekonomi b. Dampak Lingkungan Penutup a. Kesimpulan b. Saran LAMPIRAN Bank Indonesia Pengolahan Kacang Mete (Syariah) 1
3 1. Pendahuluan Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale Linn) berasal dari Brasil dan termasuk dalam familia Anacardiaceae yang meliputi 60 genus dan 400 spesies baik dalam bentuk pohon maupun perdu. Tanaman jambu mete disebut juga acajou atau anacardier (Perancis), cashew (Inggris), kajus atau jambo nirung (Malaysia), kasoy atau kachui (Filiphina), caju atau mudiri (India) dan ya-koi atau ya-ruang (Thailand). Di Indonesia jambu mete memiliki nama yang berbeda di banyak daerah, yaitu jambu mete (Jawa), jambu mede (sunda), jambu monyet (Jawa dan Sumatera), jambu jipang atau jambu dwipa (Bali), jambu siki, jambu erang atau gaju (Sumatera) dan boa frangsi (Maluku). Foto 1: Jambu Mete (Anacardium occidentale L.) Sumber: Di Indonesia, sektor pertanian termasuk perkebunan masih memegang peranan cukup strategis dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Selama sepuluh tahun terakhir, peranan sektor pertanian terhadap PDB menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, yaitu rata-rata 4% per tahun. Sektor pertanian diharapkan mampu menyediakan lapangan kerja, menyediakan bahan baku bagi industri hasil pertanian dan meningkatkan perolehan devisa negara dengan jalan meningkatkan volume dan nilai ekspor hasil pertanian. Sektor pertanian semakin penting dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional, mengingat makin terbatasnya peranan minyak bumi yang selama ini merupakan sumber utama devisa negara. Selama tahun sub sektor perkebunan menyumbang sekitar 12,7% dari perolehan devisa yang dihasilkan dari sektor non-migas. Bank Indonesia Pengolahan Kacang Mete (Syariah) 2
4 Keunggulan komparatif sektor perkebunan dibandingkan dengan sub sektor non migas lain adalah ketersediaan lahan, iklim menunjang, dan ketersediaan tenaga kerja. Kondisi tersebut merupakan hal yang dapat memperkuat daya saing harga produk perkebunan Indonesia di pasaran dunia. Salah satu komoditas perkebunan yang berperan dalam menyumbang perolehan devisa negara adalah biji jambu mete (cashewnut). Pada tahun 1997, ekspor biji jambu mete dari Indonesia telah mencapai ton dengan nilai US$ Luas areal perkebunan jambu mete di Indonesia pada tahun 1997 adalah Ha dan tersebar di berbagai provinsi sebagaimana terlihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Luas Areal Perkebunan Mete Di Indonesia, 1997 No. Propinsi Luas Areal Persentase (Ha) (%) 1 Sulawesi Tenggara ,34 30,30 2 Nusa Tenggara Timur ,60 20,00 3 Sulawesi Selatan ,76 15,10 4 Jawa Timur ,73 8,70 5 Nusa Tenggara Barat ,16 7,40 6 Bali ,08 3,70 7 Maluku, Sulawesi Tengah, Jawa Tengah dan DIY ,33 14,80 Total ,00 Sumber: Agribisnis.deptan.go.id Produksi gelondong jambu mete pada tahun 1991 adalah ton dan mengalami peningkatan menjadi ton pada tahun Kacang mete Indonesia hanya memiliki pangsa 0,98% di pasar internasional. Nilai ini jauh lebih rendah dibandingkan negara lain seperti India (37,60%), Brazil (11,96%), dan Tanzania (7,77%). Lahan potensial yang dimanfaatkan untuk tanaman jambu mete di Kabupten Wonogiri pada tahun 2002 tercantum pada Tabel 2.1. Bank Indonesia Pengolahan Kacang Mete (Syariah) 3
5 Tabel 2.1. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Rakyat Diperinci Per Kecamatan di Kabupaten Wonogiri, 2002 Luas Areal (Ha) Produksi Jml No. Kecamatan Wose KK DitanamDipanen Rusak Jumlah (Ton) Petani 1 Pracimantoro ,890 2 Paranggupito Giritontro ,041 4 Giriwoyo ,041 5 Batuwarno ,385 6 Karangtengah Tirtomoyo ,650 8 Nguntoronadi ,170 9 Baturetno , Eromoko , Wuryantoro , Manyaran , Selogiri , Wonogiri , Ngadirojo 385 2, ,040 2,438 10, Sidoharjo 1,534 1, ,085 1,385 5, Jatiroto 1,531 1, ,090 1,388 3, Kismantoro , Purwantoro , Bulukerto , Puhpelem* Slogohimo , Jatisrono 553 1, ,903 1,201 7, Jatipurno , Girimarto , ,450 Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Wonogiri Ket. *) : Data Kecamatan Puhpelem masih tergabung dengan Kecamatan Bulukerto Penulisan buku ini didasarkan hasil survai di Desa Gunung Sari dan Tanjung Sari, Kabupaten Wonogiri. Meskipun sebagian besar perkebunan Jambu Mete berada di luar Pulau Jawa, namun proses pengolahannya tidak di luar Pulau Bank Indonesia Pengolahan Kacang Mete (Syariah) 4
6 Jawa. Pengolahan Mete di Wonogiri telah berkembang menjadi salah satu sentra pengolahan mete karena didukung oleh kondisi geografis yang sesuai untuk perkebunan jambu mete, di mana usaha pengolahan mete di Wonogiri sebagian besar masih dalam skala kecil. Usaha pengolahan kacang mete memberikan dampak positif terutama bagi masyarakat di sekitar antara lain berupa penyediaan lapangan kerja. Keunggulan lain usaha pengolahan mete adalah proses produksi yang tidak menimbulkan pencemaran lingkungan karena limbah proses produksi mete berupa kulit biji mete dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk produk lain seperti pembuatan kampas rem dan kulit ari mete juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran pakan ternak. Bank Indonesia Pengolahan Kacang Mete (Syariah) 5
7 2. Profil Usaha dan Pola Pembiayaan a. Profil Usaha Jambu mete termasuk tanaman yang cepat tumbuh dan tahan terhadap tanah yang kering. Tanaman ini juga banyak digunakan sebagai tanaman penghijauan dan pencegah erosi sebagaimana banyak ditemui di Kabupaten Wonogiri. Tanaman jambu mete mempunyai nilai ekonomis tinggi karena hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan. Bagian-bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan antara lain adalah biji mete (cashew nut), buah semu (cashew apple), kulit biji, batang dan daun. Di Kabupaten Wonogiri, usaha pengolahan mete sudah berkembang lama, di mana usaha ini umumnya merupakan usaha skala kecil dan menengah yang menggunakan teknologi sederhana. Bahan baku untuk pengolahan mete di Kabupaten Wonogiri selain dihasilkan oleh Kabupaten Wonogiri juga didatangkan dari Surabaya, Makassar dan Sumbawa. Output pengolahan mete dari Wonogiri umumnya dipasarkan ke kota-kota besar di Pulau Jawa seperti Jakarta, Semarang, Yogya, Klaten, dan Solo. b. Pola Pembiayaan Berdasarkan hasil survai di Wonogiri terdapat beberapa pengusaha kecil yang bergerak dalam industri pengolahan mete yang telah memperoleh pembiayaan dari beberapa bank umum (konvensional) untuk usahanya. Pengusaha kecil pengolahan mete yang dijadikan responden dalam penyusunan profil pembiayaan usaha pengolahan mete ini adalah nasabah PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah Cabang Wonogiri (selanjutnya disebut BPD). BPD telah menyalurkan pembiayaan untuk usaha pengolahan mete sejak tahun 1987 dan hingga saat ini sudah membiayai sekitar 5 pengusaha pengolahan mete. Motivasi awal penyaluran pembiayaan pada usaha tersebut adalah posisi mete yang merupakan salah satu komoditi unggulan di Wonogiri. Berdasarkan diskusi dengan perbankan di atas, dapat disimpulkan bahwa bank yang membiayai usaha pengolahan mete tidak memiliki skema pembiayaan khusus. Pembiayaan yang disalurkan untuk usaha pengolahan mete digolongkan sebagai pembiayaan umum (pada bank konvensional di sebut kredit umum, misal Kredit Usaha Kecil/KUK). Berdasarkan informasi yang diperoleh di Kabupaten Wonogiri, bank-bank yang menyalurkan pembiayaan untuk usaha pengolahan mete tidak menemui masalah yang berarti. Pengusaha pengolahan mete mampu mengembalikan pembiayaannya sesuai dengan jangka waktu dan prosedur yang ditetapkan. Bank Indonesia Pengolahan Kacang Mete (Syariah) 6
8 Secara umum, pola pembiayaan usaha pengolahan mete dapat berasal dari pengusaha sendiri maupun dari LKS (bank) dengan proporsi yang sangat beragam antar pengusaha. Sumber dana lain dapat berasal dari lembaga Pemerintahan antara lain Kementrian Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yang disalurkan melalui bank. Merujuk pada perkembangan perbankan syariah, maka pada buku ini akan disajikan salah satu produk pembiayaan syariah. Produk yang digunakan untuk pembiayaan usaha pengolahan mete adalah murabahah (jual beli). Pembiayaan diperuntukan kebutuhan modal kerja bagi usaha yang sudah berjalan, dengan tingkat margin sebesar 9,5% dan jangka waktu selama 1 tahun. Sedangkan untuk kebutuhan biaya investasi disediakan oleh pengusahanya sendiri. Kriteria yang menjadi pertimbangan LKS / bank dalam melakukan analisis pembiayaan kepada nasabah adalah 5C, yaitu character (watak), capacity (kemampuan), capital (permodalan), collateral (jaminan) dan condition (kondisi). Analisis pembiayaan dengan prinsip 5C ini, menekankan pada aspek karakter calon mudharib. Namun mengingat karakter sulit dinilai, biasanya didasarkan pada aspek jaminan. Disamping itu prospek pemasaran dan sistem pembayaran dalam usaha juga tetap menjadi perhatian penting karena aspek pemasaran diakui merupakan faktor penting yang mempengaruhi kelayakan usaha tersebut. Bank Indonesia Pengolahan Kacang Mete (Syariah) 7
9 3. Aspek Pemasaran a. Permintaan Prospek pengembangan tanaman jambu mete dapat dilihat dari permintaan kacang, baik permintaan dalam negeri maupun luar negeri. Ekspor kacang mete setiap tahun mencapai lebih dari ton, sedangkan volume ekspor yang terealisasi baru mencapai ton pada tahun 1995 (Statistik Indonesia, 1995). Hal ini dapat menjadi salah satu indikasi masih luasnya potensi usaha pengolahan mete. Selama ini, kacang mete dari Indonesia sudah diekspor ke berbagai negara di dunia, antara lain ke Amerika, Belanda, Inggris, Jerman, Australia, Hong Kong, Singapura, Taiwan, Cina, Jepang, India, Libanon, Malaysia, Italia, Kanada, Korea Selatan dan Swiss. Sementara itu, permintaan kacang mete dalam negeri, khususnya kacang mete yang berasal dari Kabupaten Wonogiri adalah dari pedagang besar dan industri makanan yang ada di Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya serta pedagang-pedagang eceran di pasar Solo, Klaten, Yogyakarta, dan kota-kota terdekat lainnya. b. Penawaran Di Indonesia, usaha pengolahan kacang mete banyak dikembangkan di wilayah perkebunan seperti di Sulawesi dan Jawa. Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu sentra produksi kacang mete di Indonesia, meskipun kapasitas produksi perkebunan mete di wilayah ini relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan sentra produksi mete lain seperti yang ada di Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan. Peluang usaha pengolahan kacang mete di Wonogiri masih terbuka karena bahan baku untuk usaha pengolahan mete relatif mudah didapat. Produksi mete sangat dipengaruhi oleh perubahan musim panen. Kondisi ini menyebabkan hasil produksi jambu mete berfluktuasi. Produksi mete di Indonesia cenderung meningkat setiap tahun seperti terlihat pada Tabel 3.1. Dari tabel tersebut terlihat bahwa luas areal perkebunan mete pada tahun 1990 adalah ha. Jumlah ini meningkat menjadi ha pada tahun 1999, atau dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,15% per tahun. Selain peningkatan luas lahan perkebunan mete, produksi mete juga menunjukkan adanya peningkatan selama tahun , di mana pada tahun 1990 produksi mete hanya ton dan meningkat menjadi ton pada tahun 1999 dengan tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 9,87% ( ). Bank Indonesia Pengolahan Kacang Mete (Syariah) 8
10 Tabel 3.1 Luas dan Produksi Perkebunan Mete di Indonesia, Tahun Luas Area Produksi Gelondong (ha) (ton) * ** Laju Pertumbuhan Rata-rata (tahun) 6,15% 9,87% Sumber: diolah Ditinjau dari sisi kepemilikannya, usaha perkebunan mete di Indonesia didominasi oleh perkebunan swasta yang cenderung meningkat setiap tahun dibandingkan dengan usaha perkebunan rakyat dan perkebunan negara, baik dari sisi luas lahan maupun dari sisi volume produksi. Pada tahun 1999, luas areal perkebunan mete yang dimiliki oleh perusahaan swasta adalah ha dengan volume produksi 616 ton. Luas lahan perkebunan rakyat hanya 490,75 ha dengan volume produksi 79,04 ton. Perkebunan mete yang berstatus perkebunan negara tidak ada selama periode tersebut sebagaimana terlihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Status Perusahaan Perkebunan Mete di Indonesia, Status Perusahaan Perkebunan Perkebunan Perkebunan Jumlah Tahun Rakyat Negara Swasta Luas Produksi Luas Produksi Luas Produksi Luas Produksi (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) * ** Keterangan : * Data Sementara ** Data Estimasi Sumber : dan Statistik Perkebunan , diolah Bank Indonesia Pengolahan Kacang Mete (Syariah) 9
11 c. Analisis Persaingan India adalah negara penghasil dan eksportir terbesar kacang mete dunia. Pada tahun 1994, diperkirakan terdapat ha perkebunan mete yang ada di India dengan volume produksi mencapai ton. Pada bulan April 1994 sampai dengan Maret 1995, India mengekspor kacang mete sebanyak ton dengan nilai lebih dari US$ 400 juta. Pasar utama produk kacang mete India adalah Amerika Serikat, Eropa Barat, Eropa Timur, Timur Tengah, Rusia, Australia dan Jepang. Di kawasan Asia, produsen dan eksportir mete yang menjadi pesaing Indonesia adalah Vietnam. Ekspor kacang mete dari Vietnam setiap tahun cenderung meningkat. Salah satu faktor pendukung kemajuan tersebut adalah kebijaksanaan pemerintah Vietnam yang memberlakukan pajak ekspor yang tinggi bagi perdagangan mete gelondong, sehingga para eksportir cenderung mengolah mete gelondong menjadi kacang mete. Pada tahun 1995, ekspor mete Vietnam mencapai US$ 100 juta dengan volume ekspor mencapai ton. Nilai tersebut cukup tinggi jika dibandingkan dengan Indonesia, di mana pada tahun yang sama, nilai ekspor mete Indonesia hanya mencapai US$ 21,3 juta dengan volume ekspornya hanya ton. d. Peluang Usaha Kacang mete termasuk salah satu produk kacang-kacangan (nuts) yang paling banyak diperdagangkan dan dikelompokkan sebagai komoditi "mewah" (luxury) dibandingkan dengan kacang tanah atau almond. Kegunaan utama dari kacang mete adalah kudapan (snacks) dan juga sebagai campuran pada industri gula-gula (confectionary) atau industri roti (baking industry). Pasar utama kacang mete adalah benua Amerika dan Eropa. Negara pengimpor kacang mete terbesar di dunia adalah Amerika Serikat, di mana pada tahun 1984 impor kacang mete Amerika Serikat mencapai ton dengan nilai US$ 283,1 juta. Negara lain yang mengimpor kacang mete adalah Belanda, Jerman dan Inggris. Pada tahun 1994, Belanda mengimpor kacang mete sebanyak ton dengan nilai US$ 65,4 juta, sedangkan Jerman dan Inggris masing-masing mengimpor ton dengan nilai US$ 42,7 juta dan ton dengan nilai US$ 29,3 juta. Pada tahun 1998 (hingga Februari), volume ekspor mencapai ton dengan nilai US$ 25,2 juta. Nilai ekspor tersebut lebih tinggi dari tahun sebelumnya, yakni US$ 19,1 juta. Peningkatan ekspor tersebut diduga karena semakin banyak biji mete gelondongan yang diolah terlebih dahulu menjadi kacang mete sebelum diekspor. Tabel 3.3 menunjukkan perkembangan ekspor mete Indonesia antara tahun Dari tabel tersebut terlihat bahwa ekspor mete Indonesia tertinggi selama periode terjadi pada tahun 1994 dengan volume dan nilai ekspor Bank Indonesia Pengolahan Kacang Mete (Syariah) 10
12 mencapai ton atau US$ 43,4 juta. Setelah tahun 1994, ekspor mete cenderung menurun meskipun kembali meningkat pada tahun Perbandingan antara total ekspor Indonesia dan total impor beberapa negara utama menunjukkan luasnya peluang pasar. Oleh karena itu, peluang usaha di bidang pengolahan mete masih luas. Apalagi nilai tambah yang didapat dari ekspor mete olahan besar signifikan dibandingkan bila hanya mengekspor mete dalam bentuk gelondong. Untuk itu hal ini perlu terus digalakkan dengan semboyan petik-olah-jual karena akan menambah pendapatan yang diterima. Tabel 3.3 Realisasi Impor dan Ekspor Mete Indonesia Tahun Volume/Nilai Ekspor Impor Gelondong Kacang 1990 Volume (ton) NA 1 Nilai (000 US $) NA Volume (ton) NA 94 Nilai (000 US $) NA Volume (ton) NA 75 Nilai (000 US $) NA Volume (ton) NA 424 Nilai (000 US $) NA Volume (ton) NA 203 Nilai (000 US $) NA Volume (ton) NA 162 Nilai (000 US $) NA Volume (ton) Nilai (000 US $) Volume (ton) Nilai (000 US $) Volume (ton) NA Nilai (000 US $) NA Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia , Dan Statistik Perdagangan Luar Negeri, BPS, diolah e. Harga Harga jual kacang mete ditentukan kualitas mete yang diolah. Kacang mete biasanya digolongkan menjadi 2 kelompok, yakni kacang mete kualitas A dan kualitas B. Kacang mete kualitas A memiliki biji kacang mete yang utuh lebih dari 80%, sedangkan kacang mete kualitas B memiliki biji kacang mete utuh antara 60% - 75%. Kacang mete yang sudah tidak utuh atau pecah biasanya Bank Indonesia Pengolahan Kacang Mete (Syariah) 11
13 terjual dengan harga yang rendah. Di tingkat perajin atau pengolah, sebagian besar kacang mete olahan adalah kelompok kacang mete kualitas B dengan jumlah biji utuh kurang dari 80%. Harga mete juga dipengaruhi ukuran dan keutuhan kacang mete. Kualitas kacang mete pada tingkat pengolah di Kabupaten Wonogiri dikelompokkan menjadi beberapa kategori yang mempunyai tingkat harga yang berbeda-beda seperti berikut: 1. Super/Utuh - Super 1 Utuh (kacang mete ukuran besar utuh dan tidak cacat) dengan harga rata-rata per kg Rp Super 2 Utuh (kacang mete ukuran kecil utuh dan tidak cacat) dengan harga rata-rata per kg Rp Setengah (kacang mete yang mengalami pecah ½ atau terbelah jadi 2) dengan harga rata-rata per kg Rp Seperempat (kacang mete yang mengalami pecah ¼ atau terbelah jadi 4) dengan harga rata-rata per kg Rp Menir (kacang mete yang sudah terpecah menjadi bagian kecil-kecil) dengan harga rata-rata per kg Rp Kriteria kacang mete yang berkualitas baik sebagai berikut: (a) Kacang mete utuh seluruhnya tanpa cacat, tidak terdapat bintik hitam atau cokelat karena serangan hama atau cendawan; (b) Kacang mete cukup kering dengan kadar air maksimal 5%; (c) Kacang mete tua; (d) Kacang mete tidak tercampur dengan biji yang busuk; (e) Kacang mete berwarna putih, pucat atau kelabu terang; dan (f) Kacang mete tidak tercampur kotoran atau benda-benda asing. Harga jual kacang mete ke pengepul/pedagang besar umumnya lebih rendah dibandingkan dengan harga jual langsung ke konsumen. Pada saat survai penyusunan pola pembiayaan usaha pengolahan mete ini dilakukan yakni pada bulan Juni 2004, harga jual rata-rata kacang mete ukuran super/utuh di tingkat pengolah di Kabupaten Wonogiri berkisar antara Rp Rp ,- per kilogram, sedangkan di tingkat pedagang pengecer di pasaran antara Rp Rp Harga bahan baku berupa mete gelondong rata-rata Rp ,- per kg. Output sampingan dari pengolahan mete adalah kulit mete yang dapat dijual dengan harga sebesar Rp. 150/ kg. Harga tersebut berfluktuasi dari bulan ke bulan. f. Jalur Pemasaran Jalur pemasaran menggambarkan proses distribusi kacang mete mulai dari produsen hingga sampai ke konsumen. Pemasaran kacang mete dari pengolah biji mete dapat dilakukan melalui dua jalur, yakni: 1. menjual kacang mete ke pedagang besar, kemudian pedagang besar menjual ke industri makanan atau langsung ke pedagang pengecer dan dilanjutkan sampai ke konsumen; Bank Indonesia Pengolahan Kacang Mete (Syariah) 12
14 2. menjual langsung ke pedagang pengecer di pasar tradisional dan toko atau swalayan. Di Kabupaten Wonogiri, pemasaran produk kacang mete relatif sederhana karena produsen kacang mete di wilayah ini sudah memiliki distributor tetap di beberapa kota seperti Jakarta, Semarang dan Surabaya. Selain itu, pengusaha pengolah kacang mete juga memasarkan kacang mete secara eceran ke pasar-pasar tradisional dan toko atau swalayan ke beberapa kota seperti di Yogya, Solo, Klaten, Sukoharjo dan lain sebagainya. Proses pemasaran kacang mete melibatkan beberapa pihak terkait, antara lain adalah petani, pedagang pengumpul, pengusaha atau pengolah kacang mete, pedagang besar, industri makanan, eksportir, pedagang pengecer (pasar dan toko) dan konsumen. Dalam rangka pemasaran tersebut, pengusaha pada industri pengolahan biji mete di Kabupaten Wonogiri telah menjalin kerjasama dengan beberapa pedagang besar dan industri makanan. Gambar 3.1 menggambarkan rantai pemasaran kacang mete yang masih relatif sederhana seperti yang ditemui di Kabupaten Wonogiri. Gambar 3.1. Diagram Alir Rantai Pemasaran Kacang Mete g. Kendala Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kunci keberhasilan usaha. Kunci dari pemasaran ini adalah bagaimana produk yang dihasilkan dapat terserap di Bank Indonesia Pengolahan Kacang Mete (Syariah) 13
15 pasar tepat pada waktunya. Pemasaran kacang mete mudah dilakukan apabila pengusaha telah menjalin hubungan kerja dengan pihak terkait. Dalam pemasaran mete, produk yang dipasarkan sebagian besar dalam bentuk kacang mete mentah karena kacang mete mentah ini lebih awet atau tahan lama dibandingkan dengan kacang mete siap konsumsi. Umumnya para pengusaha hanya menjual kacang mete yang siap konsumsi sesuai pesanan untuk mengurangi resiko kerusakan. Kendala pemasaran yang banyak dihadapi oleh sebagian besar petani atau pengolah mete dalam memasarkan produknya antara lain adalah rendahnya mutu produk yang dihasilkan baik menurut jenis, ukuran maupun kondisi fisik produk. Dalam menghadapi kendala-kendala tersebut pengusaha berupaya melakukan sosialisasi proses produksi secara baik melalui tahapan tertentu misal proses pengeringan biji mete yang sempurna dan pemecahan biji mete gelondong secara hati-hati agar tidak pecah. Kendala lainnya terkait dengan kebiasaan petani yang memanen jambu mete sebelum waktunya dan proses pengeringan mete gelondongan yang juga tidak sempurna. Bank Indonesia Pengolahan Kacang Mete (Syariah) 14
16 4. Aspek Produksi a. Lokasi Usaha Pengolahan kacang mete oleh industri kecil dan rumah tangga umumnya masih menggunakan peralatan yang sederhana. Proses utama pengolahan kacang mete dimulai dari pengupasan kulit biji jambu mete hingga kacang mete diperoleh dalam keadaan utuh. Lokasi usaha pengolahan mete umumnya banyak dilakukan di daerah-daerah yang dekat dengan wilayah perkebunan jambu mete. Daerah dengan produksi jambu mete yang tinggi akan memacu pertumbuhan usaha pengolahan mete karena kemudahan mendapatkan bahan baku dengan harga yang lebih murah. Pengolahan mete tidak memerlukan lokasi usaha yang spesifik. Rumah tangga pada umumnya dapat melakukan usaha ini. Hanya saja diperlukan lahan yang relatif luas atau lantai yang cukup yang diperlukan untuk penjemuran mete. b. Fasilitas Produksi dan Peralatan Fasilitas Produksi Fasilitas produksi dan peralatan utama yang dibutuhkan untuk budidaya tiram mutiara ini adalah : 1. Bangunan untuk proses produksi Bangunan digunakan untuk aktivitas produksi yang ukurannya disesuaikan dengan kapasitas/skala usaha. Kegiatan produksi meliputi pemecahan mete gelondongan, sortasi dan grading biji, pengeringan/penjemuran biji mete (lantai penjemuran), penyimpanan biji mete, pengeringan kacang mete, pengupasan kulit ari kacang mete, dan pengemasan. 2. Lahan penjemuran Peralatan Luas lahan penjemuran disesuaikan dengan skala usaha, di mana lahan ini disiapkan sedemikian rupa dengan kondisi yang bersih agar pada saat penjemuran mete dilakukan maka higienitas mete tetap terjamin. Umumnya alat-alat yang digunakan dalam proses produksi kacang mete pada skala kecil masih menggunakan alat-alat yang sederhana. Adapun alatalat yang digunakan untuk pengolahan kacang mete adalah: kacip belah, tampah/nyiru, oven, plastik, tali dan gas. Bank Indonesia Pengolahan Kacang Mete (Syariah) 15
17 c. Bahan Baku Bahan baku untuk pengolahan kacang mete adalah biji mete. Pengusaha pengolah jambu mete yang ada di Kabupaten Wonogiri sebagian besar mendapatkan bahan baku dari pengumpul mete gelondongan yang terdapat di Surabaya dan Sulawesi Selatan. Hanya sebagian kecil dari pengusaha yang mendapatkan bahan baku dari petani setempat. Kacang mete yang berkualitas baik dihasilkan dari bahan baku yang baik yang ditentukan dari syarat panen yang sesuai dengan umur jambu mete. d. Tenaga Kerja Tenaga kerja yang bekerja untuk usaha pengolahan kacang mete umumnya adalah anggota keluarga dan masyarakat di sekitar lokasi usaha, di mana tenaga kerja tersebut digolongkan menjadi tenaga kerja tetap dan tidak tetap. Jumlah tenaga kerja berkisar antara orang yang sebagian besar adalah tenaga kerja tidak tetap. Di Kabupaten Wonogiri, tenaga kerja tetap mendapat upah sebesar Rp10.000/hari sedangkan tenaga tidak tetap mendapat upah sebesar Rp8.000/hari. e. Teknologi Teknologi pengolahan kacang mete dapat dibagi 2, yaitu: 1. Teknologi tradisional Pada tingkatan teknologi ini, peralatan yang digunakan umumnya relatif sederhana dan mudah diperoleh di mana sebagian besar proses produksi masih mengandalkan tenaga manusia. Penggunaan peralatan sederhana ini sangat mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan dan mutu. Kapasitas produksi dengan alat sederhana ini sangat kecil dengan mutu kadang kala yang kurang baik. Oleh sebab itu, biasanya pengusaha yang menggunakan teknologi sederhana akan menjual produknya pada pengusaha yang lebih besar. Dengan teknologi sederhana ini rata-rata setiap tenaga kerja bisa menghasilkan 4 kg kacang mete per hari. 2. Teknologi modern Proses pengolahan mete dengan teknologi modern telah menggunakan alatalat modern. Penggunaan alat-alat moderen ini akan berdampak pada hasil produksi yang lebih maksimal. Selain itu, teknologi ini juga dapat menekan biaya operasional. f. Proses Produksi Kunci pengolahan mete ada pada pembelahan mete gelondongan. Karena bentuknya yang unik dan tidak standar, mesin pemecah mete sulit dibuat. Pernah dilakukan pemecahan dengan mesin, namun biayanya mahal dan Bank Indonesia Pengolahan Kacang Mete (Syariah) 16
18 hasilnya tidak baik. Oleh karena itu, pemecahan mete masih menggunakan kacip. Proses produksi kacang mete meliputi kegiatan-kegiatan yang ditunjukkan pada Gambar 4.1. Gambar 4.1. Diagram Alur Proses Produksi Kacang Mete 1. Pemisahan Buah dari Tangkai Biji mete (buah sejati) harus dipisahkan terlebih dahulu dengan buah semunya (tangkainya). Cara memisahkan biji mete cukup dipuntir dan diletakkan di tempat terpisah. Selanjutnya, biji mete yang telah dipisahkan dari buah semunya dicuci untuk dibersihkan dari kotoran (tanah, debu, pasir, dan lain-lain). 2. Sortasi dan Grading Mete Gelondongan Mete yang telah dipisahkan dari buah semunya harus segera disortasi, yaitu pemisahan antara mete gelondongan yang baik dan mete gelondongan yang rusak/busuk dan sekaligus dilakukan grading, yaitu pengelompokan mete gelondongan berdasarkan ukurannya. Sortasi dan grading mete gelondongan dapat dilakukan secara manual ataupun secara mekanis. Sortasi dan grading secara manual umumnya dilakukan di tingkat petani atau perajin rumah tangga sedangkan sortasi dan grading secara mekanis umumnya dilakukan di tingkat pabrikan yang memiliki mesin-mesin pemisah (grader). Bank Indonesia Pengolahan Kacang Mete (Syariah) 17
19 Tabel 4.1. Standar Biji Mete Gelondong di Indonesia Aspek Kriteria 1. Syarat * Bebas hama/penyakit yang dapat mengganggu Mutu kesehatan konsumen maupun yang dapat merusak bahan olah mete gelondong selama dalam pengangkutan dan penyimpanan. * Bebas bau busuk, asam, kapang dan bau asing lainnya akibat pengeringan yang kurang sempurna dan atau penyimpanan yang kurang baik. * Tidak tercemar CNCL atau bahan kimia lain seperti sisa-sisa pupuk atau pestisida. * Kadar air maksimum 8%. 2. Kelas Mutu Keterangan Jumlah Biji (Min) Amat Baik Minimum 90% BJ gelondong 175 biji/kg (M1) > biji/kg Baik (M2) Minimum 75% BJ gelondong > 1 Sumber : Saragih, YP dan Y. Haryadi Mete Penebar Swadana, Jakarta 3. Pengeringan/Penjemuran Mete Gelondong Mete gelondongan yang baru dipetik masih memiliki kadar air sekitar 25 %. Mete gelondongan harus segera dikeringkan agar tidak terjadi kerusakan pada keping biji akibat serangan jamur, bakteri atau faktor enzimatis. Pengeringan mete gelondongan dapat dilakukan dengan cara dijemur di bawah panas matahari. Mete gelondongan dihamparkan di lantai jemur. Jika tidak tersedia lantai jemur, pengeringan biji mete dapat menggunakan anyaman bambu, tikar, atau tampah. Pengeringan mete gelondongan dilakukan hingga kadar airnya mencapai 3%. Jika cuaca cerah, mete gelondongan yang dijemur selama 3-4 hari berturut-turut dengan 7-8 jam/hari sudah kering (kadar air + 5%). Pengeringan mete gelondongan selain bertujuan mempertahankan kualitas, juga bertujuan untuk memudahkan pengupasan. 4. Penyimpanan Biji Mete Gelondongan Mete gelondongan yang telah kering harus segara disimpan dengan baik agar kualitasnya tetap terjaga. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyimpan mete gelondongan adalah suhu udara dan kelembaban udara di dalam gudang penyimpanan. Gudang penyimpanan yang memiliki suhu udara tinggi dapat membantu Bank Indonesia Pengolahan Kacang Mete (Syariah) 18
20 pengeringan mete gelondongan kerena proses pengeringannya masih dapat berlangsung selama dalam penyimpanan. Di daerah yang beriklim kering seperti di Kabupaten Wonogiri, gudang penyimpanan harus memiliki jumlah ventilasi yang banyak. Penyimpanan mete gelondongan dalam gudang penyimpanan dapat dilakukan dengan cara dikemas dalam karung dan mulut karung dibiarkan tetap terbuka. Mete gelondongan disimpan selama 1-2 hari untuk tetap menjaga kualitasnya. 5. Pengambilan Kacang Mete Untuk mengambil kacang mete, kulit biji mete dipecah atau dikupas. Pengupasan kulit biji mete dapat dilakukan secara mekanis atau manual. Pengupasan kulit biji mete gelondong secara manual dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut: (1) Pengupasan kulit mete dengan pemukul, (2) Pengupasan kulit mete dengan kacip belah, dan (3) Pengupasan kulit mete dengan kacip ceklok. Foto 2: Pengupasan Kulit Mete dengan Kacip Sumber: Wawan, PSE-KP UGM Pengupasan biji mete secara mekanis relatif lebih rumit, namun dapat menghasilkan rendemen kacang mete utuh mencapai 90% dan proses pengolahannya dapat lebih cepat. Pada umumnya, pengupasan biji mete secara mekanis dilakukan di tingkat pabrikan yang memiliki fasilitas memadai. Mesin-mesin pengupas kulit mete secara mekanis banyak jenisnya dan masing-masing memiliki daya kerja berlainan dan hasil rendemen biji utuh juga bervariasi, antara lain sebagai berikut: 1. Roller cracker: Mesin ini memiliki kapasitas 2,4 ton/hari kerja (8 jam) dengan hasil kacang mete utuh 30%. 2. Excentric crusher: Mesin ini dapat menghasilkan kacang mete utuh 40%. 3. Gyratory cracker: Mesin ini memiliki kapasitas mengupas 1 ton biji mete tiap jam. 4. Centrifugal cracker: Mesin ini dibedakan atas sistem sical, sistem jur, sistem barbieri, dan sistem TPI. Pada sistem sical, mesin ini memiliki kapasitas kg/jam dan menghasilkan kacang mete utuh 67%. Pada sistem jur, mesin ini Bank Indonesia Pengolahan Kacang Mete (Syariah) 19
21 memiliki kapasitas kg/jam, tergantung pada ukuran mesinnya. Sistem jur dapat menghasilkan kacang mete utuh 90%. Sistem barbieri hampir sama dengan sistem sical dan jur sedangkan pada sistem TPI, mesin memiliki kapasitas pengupasan 300 kg/jam dengan hasil kacang mete utuh mencapai 70%. 5. Olfemare: Mesin ini dapat menghasilkan kacang mete utuh mencapai 80%. 6. Cashco: Mesin ini dapat menghasilkan kacang mete utuh mencapai 75%. 7. Sima (Societa le Sima Machine Agraries): Kapasitas pengupasan mesin ini 70 kg buah mete per jam dan hasil rendemen kacang mete utuh mencapai 53%. Di Kabupaten Wonogiri, usaha pengolahan mete yang disurvai belum ada yang menggunakan mesin-mesin seperti disebutkan di atas, di mana pengusaha yang ada masih menggunakan teknologi tradisional/sederhana. 6. Pengeringan Kacang Mete Kacang mete yang telah dipisahkan dari kulitnya dikeringkan lagi hingga kadar air mencapai sekitar 3% dari sebelumnya 5%. Pengeringan kacang mete ini bertujuan untuk memudahkan pengelupasan kulit ari kacang mete. Di samping itu, pengeringan kacang mete bertujuan untuk mencegah serangan hama dan jamur serta meningkatkan daya simpan. Pengeringan tidak boleh terlalu berlebihan karena dapat menyebabkan kacang mete rapuh sehingga dapat meningkatkan persentase pecah pada penanganan selanjutnya. Pengeringan kacang mete di Wonogiri dilakukan dengan cara penjemuran di bawah sinar matahari. Pengeringan dengan oven dilakukan bila cuaca tidak memungkinkan misalnya sedang musim hujan. Pengeringan kacang mete di bawah sinar matahari dilakukan sebagai berikut: Kacang mete dihamparkan pada rigen-rigen pengering yang terbuat dari bambu atau tampah dari aluminium. Untuk mencapai kadar air sekitar 3%, penjemuran kacang mete dapat dilakukan selama 3-4 hari pada cuaca cerah (7-8 jam/hari). Keuntungan pengeringan kacang mete dengan sinar matahari adalah kacang mete tidak gosong sehingga menghasilkan mete berkualitas baik. Pengeringan kacang mete juga dapat dilakukan dengan menggunakan oven. Pemanasan secara langsung dapat menyebabkan kacang mete berwarna cokelat atau hitam dan berbau asap. Pemanasan secara langsung ini menyebabkan kacang mete terkena udara panas yang banyak mengandung asap dan gas-gas lain hasil pembakaran sehingga mutu kacang mete yang dihasilkan menurun. Pemanasan secara tidak langsung tidak mempengaruhi warna dan aroma (bau) sehingga kacang mete yang dihasilkan tetap berkualitas baik. Suhu optimum pengeringan kacang mete dengan oven adalah 7000C. Suhu yang tinggi dapat menyebabkan kacang mete menjadi rapuh dan banyak kacang mete yang pecah/hancur. Pengeringan kacang mete Bank Indonesia Pengolahan Kacang Mete (Syariah) 20
22 dilakukan hingga kadar air mencapai 3%. Lama waktu pengeringan yang diperlukan untuk mencapai kadar air tersebut sekitar 4-8 jam. Pengeringan kacang mete juga dapat dilakukan dengan cara sangrai yaitu dengan memanaskan kacang mete di atas nampan yang diberi lapisan pasir. Pemanasan dilakukan selama 4 menit sambil dibalik berulang-ulang agar tidak hangus. Kacang mete sebelum dikeringkan sebaiknya direndam lebih dahulu dalam larutan K2CO3 dengan konsentrasi 6%. Tujuan perendaman ini adalah untuk meningkatkan daya simpan kacang mete dan menghilangkan rasa masam. Dengan perlakuan ini, kacang mete dapat disimpan selama 6 bulan tanpa adanya perubahan rasa dan bau (aroma). Foto 3: Proses Pengeringan Kacang Mete dengan Sinar Matahari Sumber: Wawan, PSE-KP UGM Bank Indonesia Pengolahan Kacang Mete (Syariah) 21
23 7. Pengupasan Kulit Ari Foto 4: Alat Pengeringan Oven Sumber: Wawan, PSE-KP UGM Pengupasan kulit ari kacang mete dilakukan segera setelah pengeringan. Pengupasan kulit ari kacang mete dapat dilakukan secara manual dengan cara penggesekan menggunakan jari tangan secara hati-hati atau menggunakan pisau. Pengupasan kulit ari dengan pisau dilakukan dengan hati-hati agar tidak melukai kacang mete yang dapat menurunkan mutu. Pengupasan kulit ari secara manual ini memiliki persentase kerusakan kacang mete (pecah) mencapai 2%- 25%. Pada tahap ini umumnya seorang pekerja dapat menyelesaikan 12 kg kacang mete per hari. 8. Sortasi dan Grading Kacang mete yang sudah bersih selanjutnya disortasi dan digrading terlebih dahulu sebelum dijual ke konsumen/pasar. Sortasi dan grading bertujuan untuk menyeragamkan kacang mete menurut kualitasnya sehingga memudahkan dalam penentuan harga dan penjualan di pasar. Bank Indonesia Pengolahan Kacang Mete (Syariah) 22
24 Sortasi merupakan kegiatan memisahkan kacang mete yang baik (utuh putih, utuh agak putih) dengan kacang mete yang kurang baik (remuk, utuh agak gosong, utuh gosong). Grading adalah kegiatan mengelompokkan kacang mete yang telah disortasi ke dalam kelompok-kelompok kelas mutu. Misalnya, kelompok kelas mutu 1, 2, 3 dan seterusnya. Pada sortasi kacang mete yang dilakukan secara manual, seorang pekerja yang terampil mampu mensortasi rata-rata 65 kg/hari. Foto 5: Proses Sortasi dan Grading Sumber: Wawan, PSE-KP UGM Foto 6: Hasil Sortasi dan Grading Sumber: Wawan, PSE-KP UGM Bank Indonesia Pengolahan Kacang Mete (Syariah) 23
25 9. Pengemasan Kacang mete cepat mengalami kerusakan karena proses enzimatis atau serangan cendawan dan serangga. Untuk mencegah kerusakan yang disebabkan oleh faktor di atas, kacang mete perlu dikemas dengan baik. Tujuan pengemasan selain melindungi kacang mete dari kerusakan serangan cendawan atau serangga juga bertujuan melindungi kacang mete dari kerusakan mekanis sewaktu proses pengangkutan atau kerusakan fisiologis karena pengaruh lingkungan, misalnya suhu dan kelembaban. Pengemasan sebaiknya rapat dan tidak tembus udara karena dapat menghambat proses respirasi, proses pembusukan dan gangguan serangga fisiologis lainnya pada kacang mete. Dengan pengemasan yang baik dan benar maka kualitas mete dapat dipertahankan dalam waktu lama. Selain dapat mencegah kerusakan kualitas kacang mete, pengemasan memudahkan pengangkutan, pemasaran dan meningkatkan daya tarik. Di Kabupaten Wonogiri pengemasan kacang mete dilakukan dengan menggunakan plastik ukuran isi 25 kg untuk produk yang dipasarkan. Jangka waktu antara proses pengemasan dengan pendistribusian ke pasar berkisar antara 1-2 hari sehingga kerusakan atau penurunan mutu bisa diminimalisir sekecil mungkin karena tidak terlalu lama disimpan di gudang penyimpanan. Foto 7: Pengemasan Kacang Mete Sumber: Wawan, PSE-KP UGM g. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi (1). Jumlah Produksi Proses produksi yang menggunakan teknologi sederhana menyebabkan jumlah output yang dihasilkan juga masih rendah. Hal ini dikarenakan Bank Indonesia Pengolahan Kacang Mete (Syariah) 24
26 teknologi sederhana yang digunakan tersebut masih mengandalkan tenaga kerja manusia. Dengan teknologi yang demikian, jumlah produksi yang dapat dihasilkan berkisar 5 kg/orang atau sekitar 3 kwintal per hari. Jika dibandingkan dengan penggunaan teknologi yang lebih modern jumlah produksi per hari dapat mencapai lebih dari 1 (satu) ton. (2). Mutu Produksi Secara umum,mutu kacang mete dapat dikelompokkan menjadi 6 kelompok menurut keadaan (ukuran) biji mete dan 4 kelompok menurut warna. Pengelompokan biji mete menurut keadaan (ukuran): 1. Kacang mete utuh (whole kernels), yaitu kacang mete utuh seluruhnya, tanpa cacat. 2. Kacang mete tidak utuh, yaitu kacang mete yang sebagian kecil sudah pecah (Butts kernels). 3. Kacang mete belahan (split kernels), yaitu kacang mete setengah utuh atau merupakan belahan kacang mete yang utuh. 4. Kacang mete remukan besar (large pieces kernels), yaitu kacang mete yang pecah lebih dari dua bagian dengan ukuran diatas 0.6 cm dan tidak lolos dengan ayakan 4 mesh. 5. Kacang mete remukan kecil (small pieces kernels), yaitu kacang mete yang pecah/remuk dengan ukuran cm dan tidak lolos dengan ayakan 6 mesh. 6. Kacang mete remukan halus (baby bits kernels), yaitu kacang mete yang pecah/remuk halus, tetapi tidak lolos dengan ayakan 10 mesh. Pengelompokan biji mete menurut warna biji mete: 1. kacang mete putih (white kernels), yaitu kacang mete berwarna putih bersih, tidak terdapat bercak berwarna cokelat atau hitam. 2. Kacang mete agak putih (fancy kernels), yaitu kacang mete berwarna agak putih atau agak gosong. 3. Kacang mete setengah gosong (dessert kernels), yaitu kacang mete setengah gosong atau bercak-bercak hitam. 4. Kacang mete gosong (scorched kernels), yaitu kacang mete yang gosong berwarna cokelat muda sampai cokelat akibat pemanasan yang berlebihan. Dengan dua dasar penggolongan tersebut diperoleh 24 golongan kelas. Namun dalam pelaksanaannya penggolongan ini dapat berkurang menjadi beberapa kelas mutu saja, tergantung pada kebutuhan atau permintaan. Dari dasar penggolongan di atas, kacang mete yang mengalami pengolahan dapat digolongkan menjadi beberapa grade yaitu: a. Grade I (Kacang mete yang termasuk dalam grade I) memiliki spesifikasi sebagai berikut: Bank Indonesia Pengolahan Kacang Mete (Syariah) 25
27 1. Kacang mete utuh seluruhnya, tanpa cacat, tidak terdapat bintik hitam atau cokelat karena serangan hama atau cendawan. 2. Kacang mete cukup kering dengan kadar air maksimal 5%. 3. Kacang mete tua. 4. Kacang mete tidak tercampur dengan biji yang busuk. 5. Kacang mete berwarna putih, pucat atau kelabu terang. 6. Kacang mete tidak tercampur kotoran atau benda-benda asing. 7. Kacang mete rusak akibat pengangkutan ke pasar kurang dari 10%. b. Grade II (Kacang mete yang termasuk dalam grade II) memiliki spesifikasi sebagai berikut: 1. Kacang mete tidak utuh, yaitu kacang mete yang sebagian kecil sudah pecah, tidak terdapat bintik hitam atau cokelat karena serangan hama atau cendawan. 2. Kacang mete cukup kering dengan kadar air maksimal 5%. 3. Kacang mete tua. 4. Kacang mete berwarna putih, pucat atau agak putih, atau kelabu terang. 5. Kacang mete tidak tercampur dengan kacang mete yang busuk. 6. Kacang mete tidak tercampur kotoran atau benda-benda asing. 7. Kacang mete rusak akibat pengangkutan ke pasar kurang dari 10%. c. Grade III (Kacang mete yang termasuk dalam grade III) memiliki spesifikasi sebagai berikut: 1. Kacang mete pecah terbelah memanjang menjadi dua bagian (kacang mete belahan utuh), tidak terdapat bintik hitam atau cokelat karena serangan hama atau cendawan. 2. Kacang mete cukup kering dengan kadar air maksimal 5%. 3. Kacang mete tua. 4. Kacang mete berwarna putih, pucat atau agak putih, atau kelabu terang. 5. Kacang mete tidak tercampur dengan kacang mete yang busuk. 6. Kacang mete tidak tercampur kotoran atau benda-benda asing. d. Grade IV (Kacang mete yang termasuk dalam grade IV) memiliki spesifikasi sebagai berikut: 1. Kacang mete pecah yaitu pecahan kacang mete besar dan kecil dengan ukuran di atas 0.4 cm dan tidak lolos dengan ayakan 6 mesh, tidak terdapat bintik hitam atau cokelat karena serangan hama atau cendawan. 2. Kacang mete cukup kering dengan kadar air maksimal 5%. 3. Kacang mete tua. 4. Kacang mete berwarna putih, pucat atau agak putih, atau kelabu terang. 5. Kacang mete tidak tercampur dengan kacang mete yang busuk. Bank Indonesia Pengolahan Kacang Mete (Syariah) 26
28 6. Kacang mete tidak tercampur kotoran atau benda-benda asing. e. Grade V (Kacang mete yang termasuk dalam grade V) memiliki spesifikasi sebagai berikut: 1. Kacang mete agak gosong, utuh/tidak utuh (sebagian kecil pecah) terbelah memanjang menjadi dua bagian, tidak terserang hama atau cendawan. 2. Kacang mete cukup kering dengan kadar air maksimal 5%. 3. Kacang mete tua. 4. Kacang mete berwarna gading cerah. 5. Kacang mete tidak tercampur dengan kacang mete yang busuk. 6. Kacang mete tidak tercampur kotoran atau benda-benda asing. f. Grade VI (Kacang mete yang termasuk dalam grade VI) memiliki spesifikasi sebagai berikut: 1. Kacang mete setengah gosong, utuh/tidak utuh/terbelah memanjang menjadi dua bagian, tidak terserang hama atau cendawan. 2. Kacang mete cukup kering dengan kadar air maksimal 5%. 3. Kacang mete tua atau yang belum tua. 4. Kacang mete berwarna cokelat muda. 5. Kacang mete tidak tercampur dengan kacang mete yang busuk. 6. Kacang mete tidak tercampur kotoran atau benda-benda asing. g. Grade VII (Kacang mete yang termasuk dalam grade VII) memiliki spesifikasi sebagai berikut: 1. Kacang mete yang gosong dengan berbagai keadaan ukuran. 2. Kacang mete cukup kering. 3. Kacang mete tua/belum tua/keriput. 4. Kacang mete berwarna gading tua/cokelat tua karena gosong atau hangus dari pemanasan yang berlebihan. 5. Kacang mete tidak tercampur dengan kacang mete yang busuk. 6. Kacang mete tidak tercampur kotoran atau benda-benda asing. Hasil survei lapangan di Kabupaten Wonogiri menunjukkan bahwa pengusaha pengolah kacang mete membagi mutu kacang mete berdasarkan ukurannya menjadi 4 kategori yaitu: (Lihat Harga) 1. kacang mete utuh atau super yaitu kacang mete yang utuh seluruhnya tanpa cacat; 2. kacang mete belahan atau mengalami pecah 50% yaitu kacang mete setengah utuh; 3. kacang mete remukan besar yaitu kacang mete pecah ukuran 1/4; 4. kacang mete remukan halus atau menir yaitu kacang mete yang sudah remuk/pecah menjadi butiran kecil-kecil. Bank Indonesia Pengolahan Kacang Mete (Syariah) 27
29 Menurut warna biji mete dibagi menjadi tiga klasifikasi sebagai berikut: 1. kacang mete putih bersih; 2. kacang mete setengah gosong; 3. kacang mete gosong dan berwarna coklat. h. Kendala Produksi Kendala atau masalah produksi yang dialami pengolah mete selama ini antara lain dengan ketersediaan bahan baku, iklim, teknologi dan sumber daya manusia. 1. Bahan Baku Bahan baku sering menjadi kendala dalam proses produksi berkaitan dengan persediaan yang terbatas dan tergantung pada stok yang ada dari penyalur/pedagang pengepul. Kondisi ini sering menyebabkan jumlah bahan baku yang diterima tidak sesuai dengan pesanan atau mutu yang dikehendaki. Untuk mengatasi hal tersebut diadakan perjanjian antara pengolah dengan penyalur dengan rata-rata perbandingan 4:1 artinya 4 kg mete gelondong yang dipesan menghasilkan rata-rata 1 kg kacang mete. Jika hasilnya tidak sesuai, hal tersebut bisa dibicarakan lagi dengan penyalur untuk ditukar pada pesanan berikutnya atau berdasarkan rata-rata berapa kg biji mete yang dapat dihasilkan menjadi kacang mete dari pesanan yang dilakukan sehingga nantinya dievaluasi setelah beberapa kali melakukan pesanan. 2. Iklim Musim atau iklim yang sulit diramal mengakibatkan produksi tidak optimal dan tidak tepat waktu karena sangat tergantung dengan penyinaran matahari khususnya proses penjemuran biji atau kacang mete. Iklim yang berubah-ubah mengakibatkan kualitas kacang mete yang dihasilkan kurang baik bila dibandingkan dengan pengeringan menggunakan sinar matahari penuh. Akibatnya produk yang dihasilkan bisa diklasifikasikan menjadi beberapa grade. Sedikitnya sinar matahari pada musim hujan juga menurunkan mutu kacang mete karena harus dijemur berhari-hari, untuk menghadapi kendala ini para pengolah kacang mete menggunakan oven yang ada. Meskipun pengeringan kacang mete dapat dilakukan dengan oven (dryer), tetapi mutunya tidak sebagus dengan pengeringan dengan sinar matahari. 3. Teknologi Teknologi dan peralatan yang digunakan untuk pengolahan masih sederhana yaitu pengupasan kulit biji mete dilakukan dengan menggunakan kacip biasa. Dengan alat berupa kacip biasa ini, seorang tenaga kerja rata-rata hanya bisa menghasilkan biji mete sebanyak 4 sampai 5 kg per hari. Penggunaan Bank Indonesia Pengolahan Kacang Mete (Syariah) 28
30 teknologi tepat guna yang disesuaikan dengan kondisi biji mete lokal yang ada, pada waktu dilakukan survei belum ada alat yang sesuai dengan kondisi tersebut. 4. Tenaga Kerja Dilihat dari sisi ketenagakerjaan, usaha pengolahan mete ini tidak menemui kesulitan. Setiap proses atau tahapan produksi dapat dikerjakan oleh setiap tenaga kerja tanpa memerlukan keahlian khusus. Kendala yang sering dijumpai dalam usaha ini adalah tenaga kerja yang tidak mencukupi untuk memenuhi kapasitas produksi pada saat terjadi kenaikan permintaan pada bulan/hari tertentu seperti lebaran/hari-hari besar dan liburan sekolah. Untuk mengatasi kendala tersebut pengusaha harus mencari tenaga kerja tambahan dari luar dan harus bersaing dengan pengusaha lain yang mengalami hal serupa. Pada kondisi persaingan ini biasanya pengusaha mengalah dan bersedia mengantar biji mete ke tempat tinggal masingmasing tenaga kerja dan akan mengambil hasilnya beberapa hari kemudian. Bank Indonesia Pengolahan Kacang Mete (Syariah) 29
31 5. Aspek Keuangan a. Fleksibilitas Produk Pembiayaan Syariah Analisa aspek keuangan membantu pihak muhal atau shahibul maal (Lembaga Keuangan Syariah/LKS) memperoleh gambaran tentang prospek usaha yang akan dibiayai. Aspek keuangan juga dapat membantu pihak muhil atau mudharib (pengusaha) dalam mengelola dana pembiayaan untuk usaha bersangkutan. Berbeda dengan produk pembiayaan konvensional yang hanya mengenal satu macam produk yaitu pembiayaan dengan sistem perhitungan suku bunga, pada pola syariah mempunyai keragaman produk pembiayaan dan perhitungan keuntungan (perolehan hasil) yang fleksibel. Untuk produk syariah banyak ragamnya, diantaranya mudharabah, musyarakah, salam, istishna, ijarah dan murabahah (Lampiran 1 Pola Syariah). Dari produk tersebut, setiap produk juga masih mempunyai turunannya. Oleh karena itu, pada pola pembiayaan syariah satu usaha bisa memperoleh pembiayaan lebih dari satu macam produk. Sedangkan untuk menghitung tingkat keuntungan yang diharapkan bisa menggunakan sistem margin atau nisbah bagi hasil. Margin merupakan selisih harga beli dengan harga jual sebagai besar keuntungan yang diharapkan. Nisbah bagi hasil adalah proporsi keuntungan yang diharapkan dari suatu usaha. Pada perhitungan nisbah bagi hasil dapat menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit and loss sharing/pls) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing). Profit sharing, nisbah bagi hasil diperhitungkan setelah dikurangi seluruh biaya (keuntungan bersih). Sementara revenue sharing perhitungan nisbah berbasis dari pendapatan usaha sebelum dikurangi biaya operasionalnya. Keragaman produk pembiayaan dan perhitungan tingkat keuntungan ini dapat memberi keluwesan/fleksibilitas baik untuk pihak shahibul maal maupun mudharib untuk memilih produk pembiayaan yang sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya masing - masing. Bagi pihak shahibul maal, pemilihan ini dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan dan tingkat resiko terhadap nasabah dan usahanya. Sehingga bisa terjadi untuk usaha yang sama, mendapat produk pembiayaan maupun besaran margin atau nisbah per nasabahnya berbeda. b. Pola Usaha 1. Karakteristik Usaha Pengolahan Mete Produk yang dipilih untuk usaha pengolahan mete adalah kacang mete yang sudah dikeringkan. Secara produksi, kontinuitas hasil kacang mete sangat Bank Indonesia Pengolahan Kacang Mete (Syariah) 30
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) INDUSTRI PENGOLAHAN KACANG METE (Pola Pembiayaan Konvensional)
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) INDUSTRI PENGOLAHAN KACANG METE (Pola Pembiayaan Konvensional) BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id
Lebih terperinciPENDAHULUAN PENGOLAHAN METE 1
PENDAHULUAN Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale L) telah lama dikenal dan dibudidayakan di Indonesia, namun baru saat ini sedang dalam pengembangannya baik oleh perkebunan rakyat maupun oleh perkebunan
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA
8 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Pencarian data dan informasi yang diperlukan untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini yang diperoleh dari berbagai sumber antara lain: 1. Buku literatur 2. Internet
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Bila pada tahun 1969 pangsa sektor pertanian primer
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahap I Indonesia telah mengubah struktur perekonomian nasional. Bila pada tahun 1969 pangsa sektor pertanian primer dalam PDB masih sekitar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu
Lebih terperinciGambar. Diagram tahapan pengolahan kakao
PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:
29 4 KEADAAN UMUM UKM 4.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pengolah Unit Pengolahan ikan teri nasi setengah kering berlokasi di Pulau Pasaran, Lingkungan 2, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan
Lebih terperinciTeknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani
Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Oleh: Ir. Nur Asni, MS PENDAHULUAN Tanaman kopi (Coffea.sp) merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang perekonomian nasional dan menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian cukup strategis dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Selama sepuluh tahun terakhir, peranan sektor ini terhadap PDB menujukkan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa negara, penyedia lapangan kerja serta mendorong pengembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang memegang peranan cukup penting dalam perekonomian Indonesia, yakni sebagai penghasil devisa negara, penyedia
Lebih terperinciTEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS
TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki luas lahan dan agroklimat yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai usaha pertanian. Indonesia juga sejak lama dikenal
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 49/KPTS/KB.020/7/2016 PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN TANAMAN JAMBU METE
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 49/KPTS/KB.020/7/2016 PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN TANAMAN JAMBU METE Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Direktorat Jenderal Perkebunan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berbasis pada sektor pertanian, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi
Lebih terperinciPANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG
PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca
Lebih terperinciTEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA
AgroinovasI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA Dalam menghasilkan benih bermutu tinggi, perbaikan mutu fisik, fisiologis maupun mutu genetik juga dilakukan selama penanganan pascapanen. Menjaga mutu fisik
Lebih terperinciPENGOLAHAN BUAH LADA
PENGOLAHAN BUAH LADA Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama I. PENDAHULUAN Lada memiliki nama latin Piper nigrum dan merupakan family Piperaceae. Lada disebut juga sebagai raja dalam kelompok rempah
Lebih terperinciTabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan
Lebih terperinciPEMBUATAN TEPUNG JAGUNG
PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG Qanytah Tepung jagung merupakan butiran-butiran halus yang berasal dari jagung kering yang dihancurkan. Pengolahan jagung menjadi bentuk tepung lebih dianjurkan dibanding produk
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Baker (2009), jambu mete (Anacardium occidentale L) termasuk
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jambu Mete Menurut Baker (2009), jambu mete (Anacardium occidentale L) termasuk tumbuhan yang berkeping biji dua atau juga disebut tumbuhan berbiji belah. Nama yang tepat untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mengandalkan sektor migas dan non migas sebagai penghasil devisa. Salah satu sektor non migas yang mampu memberikan kontribusi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang cukup besar di dunia. Pada masa zaman pemerintahan Hindia-Belanda, Indonesia merupakan negara terkenal yang menjadi pemasok hasil
Lebih terperinciEkonomi Pertanian di Indonesia
Ekonomi Pertanian di Indonesia 1. Ciri-Ciri Pertanian di Indonesia 2.Klasifikasi Pertanian Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri pertanian di Indonesia serta klasifikasi atau
Lebih terperincimemberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya
Lebih terperinciBiji mete kupas (cashew kernels)
Standar Nasional Indonesia Biji mete kupas (cashew kernels) ICS 67.080.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Halaman Daftar isi...i 1 Ruang lingkup...1 2 Definisi... 1 3 Istilah... 1 3.1 Biji utuh
Lebih terperinciIr. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN
PENDAHULUAN Bagi Indonesia kopi (Coffea sp) merupakan salah satu komoditas yang sangat diharapkan peranannya sebagai sumber penghasil devisa di luar sektor minyak dan gas bumi. Disamping sebagai sumber
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis-Jenis Kakao Tanaman kakao (Theobroma cacao, L) atau lebih dikenal dengan nama cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai macam tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Kegiatan perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,
Lebih terperinciPENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017
7 PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS Nafi Ananda Utama Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 Pengantar Manggis merupakan salah satu komoditas buah tropika eksotik yang mempunyai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yaitu dimana sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yaitu dimana sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian. Menurut Hernanto (1991) meskipun Indonesia merupakan negara agraris,
Lebih terperinciTEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI. Oleh: Ir. Nur Asni, MS
TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI Oleh: Ir. Nur Asni, MS Jagung adalah komoditi penting bagi perekonomian masyarakat Indonesia, termasuk Provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari aktivitas perdagangan international yaitu ekspor dan impor. Di Indonesia sendiri saat
Lebih terperinciAnalisis Usulan Pengenaan Bea Keluar Atas Ekspor Mete Gelondong
Analisis Usulan Pengenaan Bea Keluar Atas Ekspor Mete Gelondong Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri Jakarta 2014 Pusat Kebijakan Perdagangan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product
Lebih terperinciIBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA
NO. 2, TAHUN 9, OKTOBER 2011 140 IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA Muh. Anshar 1) Abstrak: Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas jagung yang dihasilkan agar sesuai
Lebih terperinciPada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan
Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah
Lebih terperinciMeningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi
Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang memiliki permintaan yang cukup tinggi dalam bentuk segar. Meskipun demikian, bawang merah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih menjadi salah satu primadona Indonesia untuk jenis ekspor non-migas. Indonesia tidak bisa menggantungkan ekspornya kepada sektor migas saja sebab
Lebih terperinciV. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.
V. EKONOMI GULA 5.1. Ekonomi Gula Dunia 5.1.1. Produksi dan Konsumsi Gula Dunia Peningkatan jumlah penduduk dunia berimplikasi pada peningkatan kebutuhan terhadap bahan pokok. Salah satunya kebutuhan pangan
Lebih terperinciVALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK
VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK Peneliti : Dewi Prihatini 1) mahasiswa yang terlibat : -
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah dan kondisi alam yang subur untuk pertanian. Sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang tidak terbatas, sementara factor-faktor produksi yang tersedia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum masalah yang dihadapi masyarakat adalah mengenai kebutuhan yang tidak terbatas, sementara factor-faktor produksi yang tersedia terbatas dari segi kuantitas
Lebih terperinciPeluang Usaha Budidaya Cabai?
Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam yang dapat diandalkan salah
Lebih terperinciPENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN
PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN Perbaikan mutu benih (fisik, fisiologis, dan mutu genetik) untuk menghasilkan benih bermutu tinggi tetap dilakukan selama penanganan pasca panen. Menjaga mutu fisik dan
Lebih terperinciPengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan
Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya perdagangan bebas ini, persaingan bisnis global membuat masing-masing negera terdorong untuk melaksanakan perdagangan internasional. Perdagangan
Lebih terperinciTEKNOLOGI PENGOLAHAN PRIMER DAN SEKUNDER BIJI KAKAO
TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRIMER DAN SEKUNDER BIJI KAKAO Biji kakao merupakan biji dari buah tanaman kakao (Theobroma cacao LINN) yang telah difermentasi, dibersihkan dan dikeringkan. Lebih dari 76% kakao yang
Lebih terperinciBAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN
BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Produksi Kopi Biji Salak dengan Penambahan Jahe Merah dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana mata pencaharian mayoritas penduduknya dengan bercocok tanam. Secara geografis Indonesia yang juga merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di kawasan Asia Tenggara dan berada di sekitar garis khatulistiwa, sehingga memberikan cuaca tropis. Posisi Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat
Lebih terperinciDairi merupakan salah satu daerah
Produksi Kopi Sidikalang di Sumatera Utara Novie Pranata Erdiansyah 1), Djoko Soemarno 1), dan Surip Mawardi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118. Kopi Sidikalang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,
Lebih terperinciPOLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PENGOLAHAN ARANG TEMPURUNG
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PENGOLAHAN ARANG TEMPURUNG BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id DAFTAR ISI 1. Pendahuluan.........
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk
Lebih terperinciC.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN
C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabe berasal dari Amerika Tengah dan saat ini merupakan komoditas penting dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Hampir semua rumah tangga
Lebih terperinciBoks 1 POTENSI KELAPA DALAM DI SULAWESI TENGGARA
Boks 1 POTENSI KELAPA DALAM DI SULAWESI TENGGARA Tanaman kelapa merupakan salah satu tanaman yang telah dibudidayakan oleh masyarakat di Sulawesi Tenggara baik menggunakan lahan pemukiman dengan jumlah
Lebih terperinciPerkembangan Ekspor Impor Provinsi Jawa Timur
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Perkembangan Ekspor Impor Provinsi Jawa Timur A. Perkembangan Ekspor Ekspor Jawa Timur Sebesar USD 1,73 Miliar, Turun 11,39 persen Nilai Ekspor Jawa Timur mencapai
Lebih terperinciV. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.
54 V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA 5.1 Perkembangan Produksi Teh Indonesia Perkembangan produksi teh Indonesia selama 1996-2005 cenderung tidak mengalami perubahan yang begitu
Lebih terperinciPEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1
PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan
Lebih terperinciIr. Rahmadi Agus Santosa, M.Si
Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian di bidang pangan khususnya hortikultura pada saat ini ditujukan untuk memantapkan swasembada pangan, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan memperbaiki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah memberikan sumbangan yang nyata dalam perekonomian nasional yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, mempercepat pertumbuhan ekonomi,
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Barat memiliki potensi cukup besar di bidang perkebunan, karena didukung oleh lahan yang cukup luas dan iklim yang sesuai untuk komoditi perkebunan. Beberapa
Lebih terperinciMenanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai
Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan alam yang salah satunya berupa hasil pertanian yang melimpah. Kekayaan alam dari sektor pertanian ini menjadi salah satu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus
Lebih terperinciPETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG
PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab
V. GAMBARAN UMUM 5.1. Prospek Kakao Indonesia Indonesia telah mampu berkontribusi dan menempati posisi ketiga dalam perolehan devisa senilai 668 juta dolar AS dari ekspor kakao sebesar ± 480 272 ton pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia merupakan negara produsen
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya sebagian besar adalah petani. Sektor pertanian adalah salah satu pilar dalam pembangunan nasional Indonesia. Dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. produsen dan banyak negara konsumen. Kopi berperan penting dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kopi (Coffea spp) merupakan komoditas ekspor yang memberikan devisa cukup tinggi khususnya dari komoditas perkebunan yang melibatkan beberapa negara produsen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan
Lebih terperinciOLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI
OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI Secangkir kopi dihasilkan melalui proses yang sangat panjang. Mulai dari teknik budidaya, pengolahan pasca panen hingga ke penyajian akhir. Hanya
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT
V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminologi Pasca Panen Padi Kegiatan pascapanen padi perontokan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan, penyimpanan dan pengemasan (Patiwiri, 2006). Padi biasanya dipanen pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Teh merupakan salah satu komoditi yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Industri teh mampu memberikan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil rempah utama di dunia. Rempah yang dihasilkan di Indonesia diantaranya adalah lada, pala, kayu manis, vanili, dan cengkeh. Rempah-rempah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu hasil dari berbagai tanaman perkebunan yang dapat
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu hasil dari berbagai tanaman perkebunan yang dapat tumbuh di Indonesia. Sebagaimana kita ketahui Indonesia merupakan Negara kepulauan sehingga
Lebih terperinciANALISA SISTEM. Analisa Situasional
ANALISA SISTEM Metodologi sistem didasari oleh tiga pola pikir dasar keilmuan tentang sistem, yaitu (1) sibernetik, atau berorientasi pada tujuan. Pendekatan sistem dimulai dengan penetapan tujuan melalui
Lebih terperinciTEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti
TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang memiliki arti penting bagi masyarakat, baik dilihat dari penggunaannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikembangkan secara nasional adalah kakao (Sufri, 2007; Faisal Assad dkk.,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Analisis daya saing ekspor beberapa komoditas pertanian dengan berbagai pendekatan parameter komparatif, trade mapping, tren pertumbuhan, kontribusi devisa dan sebaran
Lebih terperinciDIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KAKAO Penyebaran Kakao Nasional Jawa, 104.241 ha Maluku, Papua, 118.449 ha Luas Areal (HA) NTT,NTB,Bali, 79.302 ha Kalimantan, 44.951 ha Maluku,
Lebih terperinciKUALA, TIGA BINANGA, TANAH KARO
PENGUSAHAAN KEMIRI ( Aleurites mollucana wild) DI DESA KUALA, TIGA BINANGA, TANAH KARO Oleh : Santiyo Wibowo ABSTRAK Kemiri ( Aleurites mollucana Wild) merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu dan tanaman
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor yang mampu menciptakan penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena pengusahaannya dimulai dari kebun sampai
Lebih terperinci