HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI REMAJA DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA SMK YOSONEGORO MAGETAN. Edy Subowo, Nuke Martiarini Universitas Setia Budi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI REMAJA DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA SMK YOSONEGORO MAGETAN. Edy Subowo, Nuke Martiarini Universitas Setia Budi"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI REMAJA DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA SMK YOSONEGORO MAGETAN Edy Subowo, Nuke Martiarini Universitas Setia Budi Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara harga diri dengan motivasi berprestasi pada remaja siswa SMK Yosonegoro Magetan. Harga diri sebagai variabel bebas, dan motivasi berprestasi sebagai variabel tergantung. Hipotesis yang diajukan adalah hubungan positif antara harga diri dengan motivasi berprestasi pada remaja siswa SMK Yosonegoro Magetan. Subjek penelitian yang diambil sejumlah 110 siswa kelas II yang berusia tahun. Alat ukur yang digunakan adalah skala harga diri dan skala motivasi berprestasi. Sedangkan pengolahan data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson. Hasil penelitian menunjukkan korelasi sebesar 0,653 dengan p < 0,01, hal ini berarti ada korelasi positif yang signifikan antara harga diri dengan motivasi berprestasi pada remaja siswa SMK Yosonegoro Magetan. Hal ini berarti semakin tinggi harga diri semakin tinggi pula motivasi berprestasinya. Adapun koefisien determinasi dari korelasi tersebut adalah sebesar R 2 = 0,427 artinya harga diri memberikan sumbangan efektif terhadap sumbangan efektif terhadap motivasi berprestasi sebesar 42,7% sedangkan sisanya (57,3%) ditentukan oleh variabel lain. Kata kunci : harga diri, motivasi berprestasi 1 PENDAHULUAN Tantangan kedepan dalam suasana kompetisi yang lebih ketat dan kompleks menuntut remaja supaya menjadi individu yang tangguh. Dalam kehidupan yang penuh persaingan, individu harus mempunyai tekad yang kuat untuk dapat beradaptasi dengan situasi yang ada. Untuk meraih keberhasilan, individu memerlukan motivasi yang tinggi, sehingga dapat mendorong individu berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai prestasi tertentu. Terkait dengan kegiatan belajar di sekolah, motivasi merupakan hal yang sangat penting. Motivasi akan mengarahkan tingkah laku dan menentukan kekuatan dari perilaku yang ditampilkan. Motivasi cukup berperan untuk mendapatkan nilai terbaik, disertai dengan penguasaan materi kegiatan belajar di sekolah. Yunita, dkk (2002), dalam penelitiannya yang menggunakan sampel sebanyak 56 siswa SLTP yang menderita asma dan 56 siswa SLTP yang tidak menderita asma yang berasal dari tujuh SLTP di Yogyakarta diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang positif dan sangat signifikan antara kemandirian dan motivasi berprestasi, baik pada individu yang menderita asma maupun pada individu yang tidak menderita asma, sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan besarnya korelasi antara kemandirian dan motivasi berprestasi pada penderita asma sebesar 0,615, sedangkan untuk anak yang tidak menderita asma besarnya korelasi antara kemandirian dengan motivasi berprestasi sebesar 0,642. Semakin tinggi tingkat kemandirian individu akan semakin tinggi pula motivasi berprestasinya, ini berarti tinggi rendahnya kemandirian ikut mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi berprestasi. Selain kemandirian, harga diri yang ada pada diri individu juga dapat mempengaruhi motivasi berprestasi individu. Individu yang mempunyai harga diri rendah sering menunjukkan perilaku yang kurang aktif, tidak percaya diri dan tidak mampu mengekspresikan diri. Sebaliknya individu yang mempunyai harga diri yang tinggi cenderung dengan penuh keyakinan,

2 mempunyai kompetensi dan sanggup mengatasi masalah-masalah kehidupan. Semakin tinggi harga diri seseorang, maka semakin hormat dan bijak dalam memperlakukan orang lain (Branden, 2001). Menurut Branden (2001), harga diri merupakan perpaduan antara kepercayaan diri (self-confidence) dengan penghormatan diri (self-respect). Harga diri memungkinkan individu mampu menikmati dan menghayati kehidupannya. Harga diri bukanlah sesuatu yang muncul secara tiba-tiba dibawa sejak lahir, tetapi melalui suatu proses perkembangan yang terjadi sepanjang hidup manusia. Peran harga diri sangat besar dalam dunia pendidikan. Remaja yang memiliki harga diri tinggi akan lebih termotivasi untuk meraih kesuksesan dalam kehidupannya. Pengalaman sukses yang diperoleh remaja dapat memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap peningkatan harga dirinya (Coopersmith, 1967). Coopersmith (1967) menjelaskan bahwa harga diri merupakan hasil penilaian atau penghargaan pribadi seorang individu yang diekspresikan dalam sikap-sikap terhadap dirinya sendiri. Berdasarkan masalah-masalah tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi berprestasi yang muncul terkait dengan harga diri yang dimiliki seorang remaja. TINJAUAN PUSTAKA Motivasi Berprestasi Motivasi dalam pengertian umum diartikan sebagai kebutuhan yang mendorong perbuatan ke arah suatu tujuan tertentu karena pada hakekatnya manusia mempunyai sejumlah kebutuhan yang pada saat-saat tertentu membutuhkan pemuasan, dimana hal-hal yang memberikan pemuasan pada suatu kebutuhan adalah menjadi tujuan dari kebutuhan (Anoraga, 1992). Chaplin (1995) memberikan pengertian motivasi adalah sebagai satu variabel penyelang (yang ikut campur tangan) yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu didalam organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan dan menyalurkan tingkah laku menuju satu sasaran. David Mc. Clelland (1986) menguraikan bahwa manusia mempunyai bermacam-macam motivasi, baik sebagai makhluk biologis maupun makhluk sosial. Manusia dipengaruhi oleh tiga macam motivasi, yaitu motivasi untuk berkuasa (need of power), motivasi bersahabat (need of affiliation), dan motivasi untuk berprestasi (need of achievement). Mengenai pengertian motivasi berprestasi, Mc. Clelland mengemukakan bahwa motivasi berprestasi (N-ach) adalah kebutuhan untuk mengungguli, berprestasi dan sukses. Individu dengan N-ach tinggi suka mencari tantangan dengan resiko sedang, menerima umpan balik untuk perbaikan, memiliki tanggung jawab pribadi dan tidak menyukai spekulasi. Menurut Atkinson (1992), motivasi berprestasi merupakan dorongan untuk menguasai, memanipulasi, mengatur lingkungan sosial atau fisik, mengatasi rintangan dan memelihara kualitas kerja yang tinggi, bersaing untuk melebihi perbuatannya yang lampau dan mengungguli orang lain. Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi adalah kebutuhan, semua kebutuhan yang ada dalam diri individu tersebut saling bersaing, artinya satu kebutuhan telah terpuaskan akan dilanjutkan dengan kebutuhan lainnya (Thoha 1994). Faktor lain yang mempengaruhi motivasi berprestasi adalah sikap, menurut Gerungan (Atmowidjoyo, 2004) sikap diartikan sebagai kesediaan individu bereaksi terhadap suatu hal, suatu objek. Selain sikap faktor lain yang mempengaruhi motivasi berprestasi adalah minat. Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciriciri yang dihubungkan dengan keinginankeinginan, minat biasanya disertai dengan rasa senang karena merasa ada kepentingan dengan sesuatu yang dituju (Sardiman, 1996). Menurut Suryabrata (2002) faktorfaktor yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi adalah sebagai berikut: a. Faktor-faktor yang berasal dari luar individu (eksternal) 1) Faktor-faktor non sosial 2

3 Faktor-faktor non sosial adalah faktor yang berada diluar lingkungan sosial yaitu suhu, udara, cuaca, waktu (pagi, sore ataupun malam), tempat dan sebagainya. 2) Faktor-faktor sosial Faktor-faktor sosial yang dimaksud adalah faktor manusia (sesama manusia), baik ketika manusia itu hadir secara langsung maupun tidak langsung. b. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) 1) Faktor fisiologis Faktor-faktor fisiologis yang dimaksud adalah keadaan jasmani fisik individu apakah dalam keadaan sehat atau sakit (keadaan jasmani). 2) Faktor psikologis Faktor psikologis yang dimaksud disini adalah cita-cita, motivasi, keinginan, ingatan, perhatian, pengalaman dan motifmotif yang mendorong belajar siswa. Kebutuhan psikologis ini pada umumnya bersifat individual. Alasan dibangkitkannya motivasi berprestasi pada individu adalah karena banyak segi positif pada individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi. Beberapa segi positif dari individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi menurut Mc. Clelland (1986) adalah : memiliki rasa percaya diri, bertanggung jawab dalam situasi yang dapat dikontrolnya, memilih sasaran pencapaian tujuan yang menantang usaha maksimal, adanya perasaan cemas karena didesak waktu, perencanaan jangka panjang akan lebih cepat dibandingkan individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah, berusaha mendapatkan umpan balik dari hasil kerjanya sehingga perencanaan kerja dapat disesuaikan menurut kebutuhan, dan pantang menyerah. Mc. Clelland (1986) menjelaskan bahwa peraih prestasi tinggi dapat membedakan diri mereka dengan orang lain dilihat dari kemampuan mereka untuk menyelesaikan hal-hal dengan lebih baik. Peraih prestasi tinggi bukanlah penjudi; mereka tidak menyukai suatu keberhasilan dikatakan kebetulan. Mereka lebih menyukai tantangan untuk menyelesaikan suatu problem. Harga Diri Chaplin (1995) memberikan pengertian tentang harga diri adalah penilaian diri yang dipengaruhi oleh sikap interaksi, penghargaan dan penerimaan orang lain terhadap individu. Harga diri merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang dapat memberi perasaan bahwa dirinya berhasil, mampu dan berguna sekalipun dia memiliki kelemahan dan pernah mengalami kegagalan. Kebutuhan akan harga diri ini tidak akan pernah berhenti sehingga mendominasi perilaku individu (Daradjat, 1976). Noesjirwan (dalam Achir, 1979) menyatakan bahwa konsep diri sangat penting dan memiliki hubungan yang erat sekali dengan harga diri. Menurut Byrne, dkk (1988) rasa harga diri bukanlah rasa percaya diri yang berlebihan. Bila individu memiliki rasa harga diri yang sehat, maka individu dapat mengenal dan menerima dirinya sendiri dengan segala keterbatasannya. Individu tidak merasa malu atas keterbatasannya, tetapi dengan mudah individu dapat memandangnya sebagai realita. Berdasarkan beberapa teori tersebut dapat disimpulkan bahwa harga diri adalah penilaian diri yang dipengaruhi oleh sikap interaksi, penghargaan dan penerimaan orang lain terhadap individu, dimana hal tersebut mempengaruhi proses berpikir, tingkat emosi, keputusan yang diambil, nilai maupun tujuan hidup, sehingga didalam diri individu tersebut terdapat perasaan mampu, penting, sukses dan layak diterima dan diakui keberadaannya dalam lingkungannya. Aspek-aspek harga diri menurut Coopersmith (1967) antara lain: a. Proses belajar. Proses belajar merupakan istilah yang digunakan oleh Coopersmith untuk menggambarkan bagaimana individu menilai keadaan dirinya berdasarkan nilai-nilai pribadi yang diamatinya. b. Penghargaan. Harga diri mempunyai hubungan dengan bagaimana corak dasar remaja dalam menghadapi lingkungan. 3

4 c. Penerimaan. Keluarga merupakan tempat sosialisasi pertama bagi anak. Penerimaan keluarga yang positif akan sangat berpengaruh pada perkembangan harga diri anak pada masa dewasa kelak dan cara orang tua memperlakukan anak sangat mempengaruhi pembentukan harga diri. d. Interaksi dengan lingkungan. Remaja dengan harga diri yang tinggi memiliki sejumlah karakteristik kepribadian yang dapat mengarah pada kemandirian sosial dan kreativitas yang tinggi. Remaja Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Secara global masa remaja berlangsung antara umur 12 hingga 21 tahun (Monks, dkk., 1982). Dalam perkembangan manusia, masa remaja merupakan masa yang penuh badai dan tekanan, yang dimulai dengan adanya perubahan biologis, psikis dan emosi (Stone dan Curch, 1979). Beberapa macam ciri perkembangan yang dialami seseorang pada masa remajanya, antara lain perkembangan fisik dan seksual, perkembangan psikis, dan perkembangan sosial. METODE PENELITIAN Variabel tergantung yang digunakan dalam penelitian ini adalah motivasi berprestasi, sedangkan variabel bebasnya adalah harga diri, dan variabel kontrolnya adalah usia (remaja SMK usia tahun). Subjek dalam penelitian ini adalah remaja siswa SMK Yosonegoro Magetan yang berusia tahun. Skala yang digunakan untuk mengambil data dalam penelitian ini adalah skala harga diri yang disusun berdasarkan aspek proses belajar, penghargaan, penerimaan dan interaksi dengan lingkungan yang dikemukakan oleh Coopersmith (1967) dan skala motivasi berprestasi yang disusun berdasarkan aspek rasa percaya diri, bertanggung jawab dalam situasi yang dapat dikontrolnya, menyenangi tugas yang menantang, adanya perasaan cemas, memiliki perencanaan jangka panjang, menyenangi umpan balik atas perbuatan yang dilakukan dan pantang menyerah yang dikemukakan oleh Mc. Clelland (1986). Pernyataan dalam skala disusun dengan menggunakan lima pilihan jawaban yaitu : Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Entah (E), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai, yang dimodifikasi dengan menghilangkan jawaban entah (E). Tabel 1. Blue print Skala Harga Diri No Aspek Nomor Aitem Jumlah Favorable Unfavorable 1 Proses Belajar 1, 9, 17, 25, 33 6, 14, 22, 30, Penghargaan 5, 13, 21, 29, 37 2, 10, 18, 26, Penerimaan 3, 11, 19, 27, 35 8, 16, 24, 32, Interaksi dengan lingkungan 7, 15, 23, 31, 39 4, 12, 20, 28, Jumlah Tabel 2. Blue print Skala Motivasi Berprestasi No Aspek Nomor Aitem Jumlah Favorable Unfavorable 1 Memiliki rasa percaya diri 1, 15, 29 8, 22, Bertanggung jawab 9, 23, 37 2, 16, Menyenangi tugas yang menantang 3, 17, 31 10, 24, Ada perasaan cemas 11, 25, 39 4, 18, Memiliki perencanaan jangka panjang 5, 19, 33 12, 26, Menyenangi umpan balik 13, 27, 41 6, 20, Pantang menyerah 7, 21, 35 14, 28, 42 6 Jumlah

5 Tabel 3. Skala Harga Diri untuk Penelitian No Aspek Nomor Aitem Jumlah Favorable Unfavorable 1 Proses Belajar 1, 9, 17, 25 6, 14, 22, Penghargaan 5, 13, 21, 29, 33 2, 10, 18, Penerimaan 3, 11, 19, 27, 34 8, 16, 24, Interaksi dengan lingkungan 7, 15, 23, 31 4, 12, 20, 28 8 Jumlah Tabel 4. Skala Motivasi Berprestasi untuk Penelitian No Aspek Nomor Aitem Jumlah Favorable Unfavorable 1 Memiliki rasa percaya diri 1 8, Bertanggung jawab 9, 15, 21 2, 26, Menyenangi tugas yang menantang 3, 25, 33 10, 16, Ada perasaan cemas 11 4, 28, Memiliki perencanaan jangka panjang 5, 17, 23 12, 35, Menyenangi umpan balik 13, 29, 27 6, Pantang menyerah 7, 19, 31 14, 24 5 Jumlah HASIL DAN PEMBAHASAN Uji normalitas dilakukan pada masing-masing variabel harga diri dan variabel motivasi berprestasi yang menggunakan program SPSS for Windows Release. Data penelitian dikatakan terdistribusi secara normal apabila probabilitas diatas 0,05 (p > 0,05). Berdasarkan hasil pengujian, maka diperoleh kesimpulan bahwa sebaran data variabel harga diri menunjukkan sebaran normal, dengan nilai Z = 0,565 dan p = 0,907 (p > 0,05). Hasil pengujian terhadap motivasi berprestasi juga menunjukkan bahwa sebaran datanya memenuhi kurva normal, dengan nilai Z = 0,555 dan p = 0,917 (p > 0,05). Hasil uji coba linearitas menunjukkan harga diri dengan motivasi berprestasi F beda sebesar 80,358 dan p (0,000) < 0,05 yang berarti korelasinya linear. Berdasarkan uji hipotesis, diperoleh nilai koefisien korelasi (r xy ) sebesar 0,653 dengan p = 0,000 (p < 0,01) serta kefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0, 427. Hipotesis yang diajukan diterima dengan taraf signifikansi berada pada level signifikan. Koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,427 menunjukkan bahwa sumbangan efektif harga diri pada munculnya motivasi berprestasi adalah sebesar 42,7 %. Hasil analisis data dengan subjek penelitian siswa SMK Yosonegoro Magetan menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara harga diri dengan motivasi berprestasi. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya koefisien korelasi r xy = 0,653 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, yaitu ada hubungan yang positif antara harga diri dengan motivasi berprestasi. Semakin tinggi harga diri maka semakin tinggi pula motivasi berprestasinya dan sebaliknya semakin rendah harga diri maka semakin rendah pula motivasi berprestasinya. Tinggi rendahnya harga diri dan motivasi berprestasi yang dimiliki subjek penelitian ini dapat diketahui dengan cara membandingkan mean empirik subjek penelitian dan mean hipotetiknya. Berdasarkan perbandingan antara mean empirik dengan mean hipotetiknya, tampak bahwa mean empirik harga diri subjek (m e =

6 99,73) berada di atas mean hipotetiknya (m h = 85) sehingga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan mean empirik kelompok subjek penelitian ini mempunyai harga diri yang sedang. Selanjutnya, kategorisasi untuk nilai skala motivasi berprestasi pada siswa diperoleh dengan cara yang sama, yaitu dengan menentukan batasan masing-masing kategori. Berdasarkan perbandingan antara mean empirik dengan mean hipotetiknya menunjukkan bahwa mean empirik (m e = 103,5) lebih tinggi dibandingkan dengan mean hipotetiknya (m h = 87,5), sehingga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan mean empirik kelompok subjek penelitian ini memiliki motivasi berprestasi yang sedang. Sebaliknya, siswa SMK dengan harga diri yang rendah cenderung menilai dirinya tidak mampu, sehingga kurang memiliki keyakinan terhadap keadaan dan kemampuannya. Hal ini membuat siswa merasa tidak mampu untuk memadukan antara kerja keras, ketekunan, keuletan dalam meraih keberhasilan, karena kurang yakin bahwa dirinya mampu mengatasi setiap kendala dengan dorongan meraih kesuksesan berdasarkan kerja keras dan berpikir rasional bahwa keberhasilan itu tergantung pada usaha dirinya sendiri dan bukan berdasarkan kebetulan. Akibatnya siswa yang harga dirinya rendah punya kecenderungan menganggap lebih banyak memikirkan kegagalan yang akan diperoleh daripada usaha yang perlu dilakukan. Berdasarkan data yang ditunjukkan dalam deskripsi data penelitian dan hipotetik dapat diketahui gambaran tentang harga diri dan motivasi berprestasi yang dimiliki subjek penelitian ini. Tinggi rendahnya harga diri dan motivasi berprestasi yang dimiliki subjek penelitian ini, dapat diketahui dengan cara menetapkan suatu kategorisasi. Pada kategori harga diri rendah persentasenya 0%, kategori harga diri sedang persentasenya 36,36% dan kategori harga diri tinggi persentasenya 63,64%. Sedangkan pada kategori motivasi berprestasi rendah persentasenya 0%, kategori motivasi berprestasi sedang persentasenya 42,73% dan kategori motivasi berprestasi persentasenya 57,27%. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Bachman & O Malley (1977) membuktikan bahwa selama masa remaja kemampuan dan kinerja akademi yang tinggi merupakan prediktor dari harga diri yang tinggi (Adam & Gullota, 1983). Hal ini menunjukkan bahwa murid yang pandai di sekolah memiliki harga diri yang tinggi. Melihat keadaan ini dapat diprediksi, apabila remaja mendapatkan tekanan dari sekolah dalam hal pencapaian prestasi maka dapat jadi itu akan berpengaruh terhadap harga dirinya. Seperti yang dikemukakan oleh Ekilson (dalam Carolina, 2000), remaja yang merasa tertekan untuk mencapai prestasi dan sukses di sekolah kemungkinan besar memiliki harga diri yang rendah. Coopersmith (1967) menegaskan bahwa faktor internal atau psikologis individu juga mempengaruhi perkembangan harga diri. Suatu analisis tentang harga diri yang berorientasi pada diri individu menunjukkan terdapat beberapa hal yang ada pada harga diri yang dapat dijelaskan melalui konsep-konsep kesuksesan. Kesuksesan tersebut dapat timbul melalui kesuksesan pengalaman dalam lingkungan, dalam bidang kekuatan (power), dalam kompetensi dan dalam nilai kebaikan. Tentu saja semua ini tidak dapat diperoleh kalau tidak didukung oleh lingkungan disekitarnya seperti orang tua, guru atau teman sebaya. Coopersmith juga menambahkan bahwa perlakuan adil, pemberian kesempatan untuk aktif dan pendidikan yang demokratis terbukti didapati pada anak-anak yang memiliki harga diri yang tinggi. Klass & Hadge (dalam Carolina, 2000) mengatakan bahwa lingkungan sosial sangat mempengaruhi perubahan harga diri. Artinya faktor eksternal yaitu sekolah mempengaruhi harga diri siswa. Individu yang memiliki harga diri yang tinggi adalah orang yang mandiri, aktif, ekspresif, dapat menerima kritik, efektif, cenderung sukses dalam bidang akademik dan sosialnya mempunyai perhatian yang cukup terhadap lingkungan (Coopersmith, 1967). Individu yang harga dirinya tinggi akan menyukai dirinya sendiri dan akan melihat bahwa dirinya cukup mampu menghadapi dunianya, sebaliknya 6

7 orang yang memilki harga diri rendah cenderung kurang percaya diri, takut menghadapi pendapat yang bertentangan dengan dirinya, kurang aktif dan ekspresif, bahkan cenderung depresif, kurang dapat menerima kritik, sering melamun, mudah tersinggung dan mudah dipengaruhi oleh lingkungan (Cohen, dalam Carolina 2000). Sebaliknya individu yang memiliki harga diri rendah cenderung kurang percaya diri, takut menghadapi pendapat yang bertentangan dengan dirinya, kurang aktif dan ekspresif, bahkan cenderung depresif, kurang dapat menerima kritik, sering melamun, mudah tersinggung dan mudah dipengaruhi oleh lingkungan. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara harga diri dengan motivasi berprestasi pada siswa SMK Yosonegoro Magetan. Semakin tinggi harga diri remaja maka, semakin tinggi pula motivasi berprestasi remaja, sebaliknya semakin rendah harga diri semakin rendah pula motivasi berprestasi remaja. Sumbangan efektif variabel harga diri terhadap motivasi berprestasi sebesar 42,7% (R 2 = 0,427). Hal ini menunjukkan bahwa sumbangan variabel lain diluar motivasi berprestasi masih cukup besar yaitu 57,3 persen. Berdasarkan hasil kesimpulan di atas dapat diberikan beberapa saran terhadap berbagai pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini yaitu : 1. Saran bagi subjek penelitian Berdasarkan kesimpulan di atas walaupun menunjukkan adanya motivasi tinggi, tetapi diharapkan kepada siswa SMK untuk dapat terus meningkatkan motivasi berprestasinya dengan cara memaksimalkan kegiatan-kegiatan akademik dan non akademik yang diikutinya. 2. Saran bagi guru Seyogyanya guru dapat lebih mengarahkan dan memperhatikan siswanya supaya dapat mengaktualisasikan dirinya dalam tindakan nyata berupa kerja keras, ketekunan dan ulet untuk meraih prestasi di sekolah. 4. Saran bagi sekolah Diharapkan pihak sekolah lebih memperhatikan sarana dan prasarana yang menunjang kualitas proses pembelajaran dan dapat memberi bekal keterampilan, mengembangkan bakat dan minat siswa melalui wadah kegiatan ekstrakurikuler. 5. Saran bagi peneliti selanjutnya Berdasarkan keterbatasan-keterbatasan dari penelitian ini, maka penulis dapat memberikan saran kepada peneliti selanjutnya yang ingin menggali lebih dalam mengenai harga diri dan motivasi berprestasi, yaitu lebih memperhitungkan variabel-variabel lain yang mempengaruhi motivasi berprestasi seperti faktor keluarga, ekonomi, interaksi remaja dengan teman sebaya. Disamping itu alat ukur skala harga diri dan skala motivasi berprestasi juga perlu dikembangkan lagi agar dapat diperoleh hasil penelitian yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Achir, A Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Anoraga, P Psikologi Kerja. Jakarta. Rieneka Cipta. Atkinson, R. L. Atkinson, R. C. & Hilgard, E. R Pengantar Psikologi. Jilid II (terjemahan Nurdjanah Taufik). Jakarta: Erlangga. Atmowidjoyo, Sutardjo Korelasi Motivasi Berprestasi dan Sikap Terhadap Profesi dengan Kinerja Guru (survey di SLTPN Kodia Bekasi Jawa Barat). Jakarta: Jurnal Psikologi Islam Vol VII. Byrne, P. H & Savary, L. M Membangun Harga Diri Anak. Ygyakarta: Kanisus. 7

8 Branden, N Kiat Jitu Meningkatkan Harga Diri. Jakarta: Delaprasata. Carolina, H Hubungan Harga Diri dengan Motivasi Berprestasi pada Siswa SLTP. Skripsi. Fakultas Psikologi. Yogyakarta. UGM. 8 Berprestasi pada Anak Penderita Asma. Jurnal Ilmiah INDIGENOUS Vol. 6. No. 1. Fak Psikologi. Surakarta: UMS. Chaplin, J. P Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Coopersmith, S The Antecedentes of Self-esteem. San Fransisco: W. H. Freeman and Company. Daradjat, Z Kesehatan Mental. Jakarta: PT. Gunung Agung. Goebel, B.L. and Brown, O. R Age Differences in Motivation Related to Maslow s Need Hierarchy. Journal of Development Psychology. 117, hal Mc. Clelland, D. C Human Motivation. Cambridge University Press. New York. Monks. F. J., Kners, A. M. O., & Haditono, Siti Rahayu Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sardiman, A. M Interaksi dan Mtivasi Belajar Mengajar Pedoman bagi Guru dan Calon Guru. Jakarta: PT. Grafindo Perkasa. Stone, R. J. and Curch, J. B Childhood and Adelescence. New York: London House. Suryabrata, S Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali. Thoha, M Perilaku Organisasi dan Pola Organisasi. Jakarta: CV. Rajawali. Yunita, D. R., Wimbrarti, S., & Mustagfirin Kemandirian dan Motivasi

9 9

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting terutama bagi generasi muda agar dapat menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Pada setiap jenjang pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam menghadapi zaman yang semakin modern seperti sekarang ini, banyak yang harus dipersiapkan oleh bangsa. Tidak hanya dengan memperhatikan kuantitas individunya,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Penelitian Dalam mengadakan suatu penelitian langkah awal yang perlu dilakukan adalah persiapan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Berprestasi Suatu prestasi atau achievement berkaitan erat dengan harapan (expection). Inilah yang membedakan motivasi berprestasi dengan

Lebih terperinci

Hubungan antara Motivasi Belajar dan Keyakinan Diri dengan Kematangan Karir pada Siswa SMK Muhammadiyah 2 Andong Boyolali

Hubungan antara Motivasi Belajar dan Keyakinan Diri dengan Kematangan Karir pada Siswa SMK Muhammadiyah 2 Andong Boyolali Hubungan antara Motivasi Belajar dan Keyakinan Diri dengan Kematangan Karir pada Siswa SMK Muhammadiyah 2 Andong Boyolali Relationship between Learning Motivation and Self Efficacy with Career Maturity

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN.1. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rancangan korelasional dengan teknik survei untuk melihat hubungan variabel terikat dengan variabel tergantungnya.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan tempat penelitian. Orientasi tempat penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tua ingin anaknya menjadi anak yang mampu. menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tua ingin anaknya menjadi anak yang mampu. menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang tua ingin anaknya menjadi anak yang mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya. Untuk mencapai hal itu, maka orang tua

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ORIENTASI MASA DEPAN DENGAN MOTIVASI BELAJAR

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ORIENTASI MASA DEPAN DENGAN MOTIVASI BELAJAR NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ORIENTASI MASA DEPAN DENGAN MOTIVASI BELAJAR Oleh: KARTIKA UTAMI HEPI WAHYUNINGSIH PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP HARAPAN ORANGTUA DENGAN MOTIF BERPRESTASI SKRIPSI

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP HARAPAN ORANGTUA DENGAN MOTIF BERPRESTASI SKRIPSI NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP HARAPAN ORANGTUA DENGAN MOTIF BERPRESTASI SKRIPSI Oleh : RIZQIANI HAYATI ULY GUSNIARTI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Metode penelitian korelasional digunakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MTSN NGEMPLAK BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MTSN NGEMPLAK BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MTSN NGEMPLAK BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar usia 18-22 tahun. Menurut Hall (dalam Sarlito, 2001) rentang usia tersebut merupakan fase

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Berdasarkan data valid kepercayaan diri remaja dan prestasi belajar

BAB V HASIL PENELITIAN. Berdasarkan data valid kepercayaan diri remaja dan prestasi belajar BAB V HASIL PENELITIAN Berdasarkan data valid kepercayaan diri remaja dan prestasi belajar (hasil rapor), maka dilakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian dengan menggunakan teknik analisis korelasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Skala Konsep Diri dan. Skala Motivasi Berprestasi

LAMPIRAN A. Skala Konsep Diri dan. Skala Motivasi Berprestasi 96 LAMPIRAN A Skala Konsep Diri dan Skala Motivasi Berprestasi 97 Instrumen Penelitian Variabel Skala X A. Blue Print ASPEK INDIKATOR AITEM NO F/U 1. Kondisi Pandangan 1. Saya mampu hidup mandiri 1 F yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh : Rachmad Darmawan F100090178 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Sebelum analisis data dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi untuk mengetahui normal tidaknya sebaran data dan linear atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. 1 BAB 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. Dimulai dari masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan masa tua. Pada setiap masa pertumbuhan manusia

Lebih terperinci

Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa. Atrie Bintan Lestari. Hendro Prabowo, SPsi

Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa. Atrie Bintan Lestari. Hendro Prabowo, SPsi Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa Atrie Bintan Lestari Hendro Prabowo, SPsi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA KRISTEN 1 SALATIGA JURNAL

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA KRISTEN 1 SALATIGA JURNAL HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA KRISTEN 1 SALATIGA JURNAL Diajukan Kepada Program Studi Bimbingan Dan Konseling Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI, SIKAP, DAN PELUANG MASA DEPAN TERHADAP PRESTASI MAHASISWA AKUNTANSI PROGRAM STRATA SATU

PENGARUH MOTIVASI, SIKAP, DAN PELUANG MASA DEPAN TERHADAP PRESTASI MAHASISWA AKUNTANSI PROGRAM STRATA SATU PENGARUH MOTIVASI, SIKAP, DAN PELUANG MASA DEPAN TERHADAP PRESTASI MAHASISWA AKUNTANSI PROGRAM STRATA SATU (Studi Kasus pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)) NASKAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara sekianbanyak ciptaan-nya, makhluk ciptaan yang menarik, yang

BAB I PENDAHULUAN. antara sekianbanyak ciptaan-nya, makhluk ciptaan yang menarik, yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna di antara sekianbanyak ciptaan-nya, makhluk ciptaan yang menarik, yang dapat mengidentifikasikan apa yang dilakukannya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam, yaitu:

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA SISWA SMK KASATRIAN SOLO SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI. Oleh : NIKI FEBRIANI F

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA SISWA SMK KASATRIAN SOLO SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI. Oleh : NIKI FEBRIANI F HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA SISWA SMK KASATRIAN SOLO SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Oleh : NIKI FEBRIANI F 100 090 100 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia sangat memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas untuk mendukung perkembangan dan pembangunan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP PERAN GENDER TERHADAP MINAT BELAJAR BIDANG TATA BOGA SISWA LAKI-LAKI KELAS X DI SMK SAHID SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KONSEP PERAN GENDER TERHADAP MINAT BELAJAR BIDANG TATA BOGA SISWA LAKI-LAKI KELAS X DI SMK SAHID SURAKARTA 30 HUBUNGAN ANTARA KONSEP PERAN GENDER TERHADAP MINAT BELAJAR BIDANG TATA BOGA SISWA LAKI-LAKI KELAS X DI SMK SAHID SURAKARTA Astri Carissia Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kebutuhan Berprestasi Menurut Mc Clelland (1987), kebutuhan untuk breprestasi itu adalah suatu yang berbeda dan dapat dibedakan dari kebutuhan-kebutuhan yang lainnya. Seseorang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Kemandirian 2.1.1. Pengertian Kemandirian Menurut Sumahamijaya, 2003 Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantungpada

Lebih terperinci

KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANTARA REMAJA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN DENGAN YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA

KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANTARA REMAJA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN DENGAN YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANTARA REMAJA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN DENGAN YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA Virgia Ningrum Fatnar, Choirul Anam Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan virgia_nfatnar@yahoo.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI DENGAN MOTIVASI ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAK DI PAUD SMART KID DAN PAUD SAHABAT ANANDA KECAMATAN DAU

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI DENGAN MOTIVASI ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAK DI PAUD SMART KID DAN PAUD SAHABAT ANANDA KECAMATAN DAU HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI DENGAN MOTIVASI ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAK DI PAUD SMART KID DAN PAUD SAHABAT ANANDA KECAMATAN DAU Siti Laila Nurjannah 10410177 Fakultas Psikologi Universitas Islam

Lebih terperinci

BLUE PRINT SKALA KEMATANGAN VOKASIONAL. Kematangan vokasional merupakan kesiapan dan kemampuan individu dalam

BLUE PRINT SKALA KEMATANGAN VOKASIONAL. Kematangan vokasional merupakan kesiapan dan kemampuan individu dalam BLUE PRINT SKALA KEMATANGAN VOKASIONAL Definisi Kematangan Vokasional Kematangan vokasional merupakan kesiapan dan kemampuan individu dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan vokasional yang berupa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian PT. Advantage SCM. Yang beralamat di Jl. Cideng Barat No. 48-49 Jakarta Pusat 10150. 3.2 Desain Penelitian Penelitian McClelland terhadap para

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas BAB II KAJIAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Sejarah self efficacy pertama kali diperkenalkan oleh Bandura dalam pembelajaran sosial, dimana self efficacy merupakan turunan dari teori

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Babbie (Prasetyo, 2005) rancangan penelitian adalah mencatat perencanaan dari cara berfikir dan merancang suatu strategi untuk menemukan sesuatu.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau angka yang diolah

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. uji linieritas hubungan variabel bebas dan tergantung. diuji normalitasnya dengan menggunakan program Statistical

BAB V HASIL PENELITIAN. uji linieritas hubungan variabel bebas dan tergantung. diuji normalitasnya dengan menggunakan program Statistical BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Asumsi Setelah semua data penelitian diperoleh, maka dilakukan uji asumsi sebagai syarat untuk melakukan analisis data. Uji asumsi yang dilakukan adalah uji normalitas sebaran

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA PENGENDARA MOTOR NINJA DAN MOTOR VESPA

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA PENGENDARA MOTOR NINJA DAN MOTOR VESPA HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA PENGENDARA MOTOR NINJA DAN MOTOR VESPA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA NILAI TUGAS SEKOLAH (SCHOOL TASK S VALUE) DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA. Siti Ma rifah Setiawati. Guru BK MTs Negeri III Surabaya

HUBUNGAN ANTARA NILAI TUGAS SEKOLAH (SCHOOL TASK S VALUE) DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA. Siti Ma rifah Setiawati. Guru BK MTs Negeri III Surabaya HUBUNGAN ANTARA NILAI TUGAS SEKOLAH (SCHOOL TASK S VALUE) DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA Siti Ma rifah Setiawati Guru BK MTs Negeri III Surabaya marifah0404@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian SMU N 1 Getasan adalah salah satu sekolah yang ada di Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan yang beralamat di Jl. Raya Kopeng KM. 08 Getasan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak akan bisa tahan untuk hidup sendiri di dunia ini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak akan bisa tahan untuk hidup sendiri di dunia ini. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tidak akan bisa tahan untuk hidup sendiri di dunia ini. Hal ini menuntut manusia agar selalu berusaha untuk melakukan interaksi sosial dan menjalin hubungan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA JULI SUSANTI SUKARTI PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Akuntansi. Oleh NISFILAILI A

JURNAL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Akuntansi. Oleh NISFILAILI A PRESTASI BELAJAR TEORI AKUNTANSI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR DOSEN PADA MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh :

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja menunjukkan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja menunjukkan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja menunjukkan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berinteraksi dengan masyarakat,

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs AL IRSYAD NGAWI TAHUN AJARAN 2011/2012

PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs AL IRSYAD NGAWI TAHUN AJARAN 2011/2012 PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs AL IRSYAD NGAWI TAHUN AJARAN 2011/2012 Naskah Publikasi Disusun oleh YULIYATUN A 210 080 090

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWI YANG MENGALAMI OBESITAS

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWI YANG MENGALAMI OBESITAS HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWI YANG MENGALAMI OBESITAS NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)Psikologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. beralamat di jalan Tgk. Chik Tiro No. 1 Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara. Telp

BAB III METODE PENELITIAN. beralamat di jalan Tgk. Chik Tiro No. 1 Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara. Telp 48 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Adapun tempat penelitian ini adalah di SMP Negeri 1 Lhoksukon yang beralamat di jalan Tgk. Chik Tiro No. 1 Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara. Telp

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Variabel penelitian memiliki beberapa jenis, pada peneltian ini jenis

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN Dwi Hurriyati

Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN Dwi Hurriyati Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 EISSN 2303-2472 GAYA PENGASUHAN CONSTRAINING DENGAN KOMITMEN DALAM BIDANG PENDIDIKAN (STUDI KORELASI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (006. 1) bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu variabel tergantung. Variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu:

Lebih terperinci

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG NURUL ILMI FAJRIN_11410126 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa,

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa, BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Mahasiswa yang Bekerja 2.1.1 Definisi Mahasiswa Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa, 1997), bahwa mahasiswa merupakan individu yang belajar di perguruan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan saat ini semakin mendapat perhatian dari Pemerintah Indonesia. Secara jelas tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari sistem nilai Pancasila

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Tahap selanjutnya yang perlu dilakukan setelah memperoleh data adalah menganalisis data penelitian. Tahap pertama yang dilakukan yaitu uji asumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, perusahaan menyadari akan pentingnya sumber daya manusia. Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh sumber daya yang ada di dalamnya,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Asumsi Sebelum melakukan analisis data, langkah yang perlu peneliti lakukan adalah uji asumsi variabel penelitian. Uji asumsi yang dilakukan yaitu uji normalitas dan uji linieritas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak pihak sekarang ini yang mengritik tajam sistem pendidikan di Indonesia. Ada yang merasa bahwa sekolah-sekolah di negeri ini hanya menghasilkan manusia-manusia

Lebih terperinci

ISSN Anggit Grahito Wicaksono Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Slamet Riyadi Surakarta

ISSN Anggit Grahito Wicaksono Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Slamet Riyadi Surakarta KORELASI MOTIVASI BELAJAR DAN GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR ILMU ALAMIAH DASAR MAHASISWA PRODI PGSD UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2015/2016 Anggit Grahito Wicaksono Program

Lebih terperinci

JURNAL PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

JURNAL PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA MENGENAI KINERJA MENGAJAR GURU DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X SMA N GONDANGREJO TAHUN AJARAN 2013/2014 JURNAL PUBLIKASI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

PENGARUH PRESTASI BELAJAR KEJURUAN DAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA JURUSAN TEKNIK PEMESINAN SMKN 3 YOGYAKARTA

PENGARUH PRESTASI BELAJAR KEJURUAN DAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA JURUSAN TEKNIK PEMESINAN SMKN 3 YOGYAKARTA PENGARUH PRESTASI BELAJAR KEJURUAN DAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA JURUSAN TEKNIK PEMESINAN SMKN 3 YOGYAKARTA Oleh: Irwan Dwis Hasta Setiyawan *), dan Setya Hadi, M.Pd. **) ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah,

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah, 1 I. PENDAHULUAN Bagian ini akan membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan ruang lingkup penelitian. A. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. sekitarnya. Dari usia dini hingga menginjak usia dewasa, manusia membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. sekitarnya. Dari usia dini hingga menginjak usia dewasa, manusia membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitarnya. Dari usia dini hingga menginjak usia dewasa, manusia membutuhkan manusia lainnya.

Lebih terperinci

Hubungan antara Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan dengan Motivasi Berprestasi

Hubungan antara Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan dengan Motivasi Berprestasi Hubungan antara Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan dengan Motivasi Berprestasi The Relationship between Perception of Junior Taekwondo Athletes in Training Program with Achievement Motivation

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 35 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Persiapan Penelitian Peneliti mempersiapkan penelitian dengan mencari alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur penyesuaian diri dan self-esteem serta mencari subjek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan analisisnya

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan analisisnya BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berbentuk data kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan yang terjadi semakin ketat, individu dituntut untuk memiliki tingkat pendidikan yang memadai

Lebih terperinci

Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI

Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI Oleh: Hanggara Budi Utomo Dosen FKIP Universitas Nusantara PGRI Kediri Abstrak Seringkali

Lebih terperinci

Ali Mustofa Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

Ali Mustofa Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS MAN 1 KOTA BLITAR Penelitian ini didasarkan pada masalah guru dalam menjalankan tugas sehari-hari, seringkali guru harus berhadapan dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA PADA SISWA STM. Risa Paskahandriati dan Istiana Kuswardani Universitas Setia Budi Surakarta

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA PADA SISWA STM. Risa Paskahandriati dan Istiana Kuswardani Universitas Setia Budi Surakarta HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA PADA SISWA STM 2 Risa Paskahandriati dan Istiana Kuswardani Universitas Setia Budi Surakarta ABSTRAK Mata pelajaran fisika merupakan mata pelajaran

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Kecemasan dalam Menyusun Proposal Skripsi (Pindho Hary Kristanto, dkk.) HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI Pindho

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA REMAJA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA REMAJA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: Sagantoro Sambu F 100 050 232

Lebih terperinci

JURNAL PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

JURNAL PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PENGARUH PERGAULAN TEMAN SEBAYA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SUKODONO TAHUN AJARAN 2013/2014. JURNAL PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penyesuaian Diri Penyesuaian berarti adaptasi yang dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa bertahan serta memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara gaya kepemimpinan transformasional (X) dengan efektivitas kinerja karyawan (Y),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perguruan tinggi merupakan satuan pendidikan yang menyelenggrakan pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk meningkat taraf pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KETERAMPILAN MANAJERIAL BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KETERAMPILAN MANAJERIAL BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KETERAMPILAN MANAJERIAL BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN Oleh: HANDINI IKA PRATIWI SUS BUDIHARTO FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA AKTUALISASI DIRI DENGAN PENGAMBILAN RISIKO PADA REMAJA ANGGOTA KLUB FREESTYLE MOTOR DI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA AKTUALISASI DIRI DENGAN PENGAMBILAN RISIKO PADA REMAJA ANGGOTA KLUB FREESTYLE MOTOR DI SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA AKTUALISASI DIRI DENGAN PENGAMBILAN RISIKO PADA REMAJA ANGGOTA KLUB FREESTYLE MOTOR DI SURAKARTA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Gelar Sarjana S1 Psikologi Disusun

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA DISUSUN OLEH SUGESTI HANUNG ANDITYA SUS BUDIHARTO PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SISWA DENGAN MOTIVASI BELAJAR (Suatu Penelitian di SMA Negeri I Tibawa)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SISWA DENGAN MOTIVASI BELAJAR (Suatu Penelitian di SMA Negeri I Tibawa) HUBUNGAN KARAKTERISTIK SISWA DENGAN MOTIVASI BELAJAR (Suatu Penelitian di SMA Negeri I Tibawa) Oleh: Fitriyanti K. Dja far, Trisnowaty Tuahunse*, Resmiyati Yunus** Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Kerlinger (2000:483) rancangan penelitian merupakan rencana dan stuktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan,

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan manusia menuju kepribadian mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekitarnya. Berkaitan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian, pelaksanaan penelitian, prosedur pengolahan data, deskripsi data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian, pelaksanaan penelitian, prosedur pengolahan data, deskripsi data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian, pelaksanaan

Lebih terperinci

Sutamat Amin, Patni Ninghardjanti, Jumiyanto Widodo. Pendidikan Administrasi Perkantoran. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Sutamat Amin, Patni Ninghardjanti, Jumiyanto Widodo. Pendidikan Administrasi Perkantoran. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN TINGKAT PENGHASILAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 Sutamat Amin, Patni Ninghardjanti,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variabel yang diteliti (Azwar, 2012, h.5). Variabel Tergantung : Motivasi Berprestasi Pada Siswa

BAB III METODE PENELITIAN. variabel yang diteliti (Azwar, 2012, h.5). Variabel Tergantung : Motivasi Berprestasi Pada Siswa BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif sebagai metode penelitian. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data numerik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Yakni penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada pola-pola numerikal (angka)

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Sebelum dilakukan analisis data, perlu dilakukan uji asumsi terhadap data yang ada supaya data tersebut memenuhi syarat untuk dianalisa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a. 76 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah 2.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan 68 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian Proses pengambilan data penelitian ini dimulai pada hari Selasa, 5 April 2016 hingga 13 April

Lebih terperinci

PENGARUH KECEMASAN SISWA PADA MATEMATIKA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

PENGARUH KECEMASAN SISWA PADA MATEMATIKA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PENGARUH KECEMASAN SISWA PADA MATEMATIKA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA Mutiatus Solikah Universitas Negeri Surabaya Email : mutiatussolikah@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

PERAN KELUARGA INTI DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA

PERAN KELUARGA INTI DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA A.24 PERAN KELUARGA INTI DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA Partini A.Z. Rivai Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstraksi. Belajar merupakan kewajiban dari setiap remaja yang

Lebih terperinci