PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA SOCIAL COMPARISON TUBUH DAN KECENDERUNGAN KETIDAKPUASAN TUBUH PADA ANAK PEREMPUAN USIA 8 11 TAHUN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Psikologi Program Studi Psikologi Oleh : Indah Nova Susanti PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i

2 ii

3 iii

4 Namaste.. Skripsi ini untuk Indonesia iv

5 v

6 HUBUNGAN ANTARA SOCIAL COMPARISON TUBUH DAN KECENDERUNGAN KETIDAKPUASAN TUBUH PADA ANAK PEREMPUAN USIA 8 11 TAHUN Indah Nova Susanti ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara social comparison tubuh dan kecenderungan ketidakpuasan tubuh pada anak perempuan usia 8-11 tahun. Subjek penelitian ini adalah 127 orang anak perempuan usia 8-11 tahun. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan positif antara social comparison tubuh dan kecenderungan ketidakpuasan tubuh pada anak perempuan usia 8-11 tahun. Peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling dalam penelitian ini. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan dua skala dalam model skala Likert, yaitu Skala Social Comparison dan Skala Ketidakpuasan Tubuh. Reliabilitas Skala Social Comparison adalah dari 80 item dan reliabilitas Skala Ketidakpuasan Tubuh adalah dari 50 item. Reliabilitas kedua skala diperoleh dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach dari program SPSS for mac versi Uji Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji linearitas. Hasil Uji Asumsi menunjukkan bahwa data memiliki distribusi normal dan memiliki hubungan linear antara social comparison dan kecenderungan ketidakpuasan tubuh. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan korelasi Pearson product Moment dengan program SPSS for mac versi 21.0 dan diperoleh nilai koefisien korelasi dengan nilai signifikansi sebesar (p < 0.01). Hasil ini berarti ada hubungan yang positif dan signifikan antara social comparison tubuh dan kecenderungan ketidakpuasan tubuh. Kata kunci : Social Comparison, Ketidakpuasan Tubuh, Anak Perempuan vi

7 THE CORRELATION BETWEEN BODY SOCIAL COMPARISON AND TEDENCY OF BODY DISSATISFACTION IN GIRLS AGE 8-11 YEARS OLD Indah Nova Susanti ABSTRACT This research aimed to find out the correlation between social comparison and tendency of body dissatisfaction in children age 8-11 years old. The subjects in this research consisted of 127 girls who has 8-11 years old. The hypothesis in this research there was a positive correlation between body social comparison and tendency of body dissatisfaction in girls age 8-11 years old. In this research, researcher used purposive sampling technique. The data in this research were obtained by using two Likerts scales, Social Comparison Scale and Body Disstisfaction Scale. Reliability of the scale were obtained by using Alpha-Cronbach technique of SPSS program for mac versi The assumption tests that used in this research were normality and linearity test. The results showed that the data had a normal distribution and had a linear relationship between social comparison and tendency of body dissatisfaction. The data in this research were analyzed by using the Pearson Product Moment technique of SPSS program for mac versi 21.0 and were obtained coefficient correlation was 0,296 with significance level (p < 0.01). It meant that there was a positive and significant correlation between body social comparison and tendency of body dissatisfaction. Keywords : Social comparison, Body Dissatisfaction, Girls vii

8 viii

9 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan limpahan berkat dan rahmat yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik skripsi yang berjudul : Hubungan Antara Social Comparison tubuh dan Kecenderungan Ketidakpuasan Tubuh Pada Anak Perempuan Usia 8 11 Tahun dalam rangka memenuhi salah satu syarat kelulusan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini melalui proses yang begitu panjang dan tidak terlepas dari berbagai kendala. Meskipiun demikian, kekuatan doa, dukungan dan bantuan dari orang-orang sekitar, sehingga segala hambatan menjadi mudah dan bisa terlewati dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-sebarnya kepada : 1. Allah SWT yang selalu melindungi diriku dari berbagai kesengsaraan dan kesulitan didunia. Senantiasa meridhoi dan meberkati langkahku dan segala keputusanku. 2. Almamaterku, Fakultas psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima kasih telah mengijinkan aku untuk mendapatkan pelajaran dari berbagai sudut kehidupan. 3. Yogyakarta yang memberikan kenangan dan pelajaran yang berharga. 4. Bapak Dr. T. Priyo Widyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan Dosen Akademik. Terima kasih untuk ix

10 motivasi dan dukungan selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi. 5. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si., selaku Ketua Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan Dosen Pembimbing Skripsi. Terimakasih karena mau meluangkan banyak waktu untu dengan sabar membimbing dan memberikan arahan serta masukan kepada penulis sehingga, penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 6. Ibu Dra. L. Pratidarmanastiti, MS dan ibu Sylvia Carolina MYM., M.Si selaku dosen penguji, terimakasih atas ilmu dan masukan yang saya terima, tidak hanya saat ujian berlangsung tetapi selama saya menimba ilmu di fakultas Psikologi. Ilmu dan pengalaman yang ibu berikan tidak akan pernah saya lupakan. 7. Ibu Monica Eviandaru M, M. App. Psych,. Yang telah memotivasi saya dan memberikan inspirasi bagi saya untuk memperjuangkan hak-hak perempuan, memperjuangkan anti diskriminasi dan membuat saya semangat untuk mempelajari psikologi sosial dan mengaplikasikannya dalam kehidupan saya. Ibuk adalah inspirasi buat saya. 8. Kedua orang tuaku, Mama dan Papa. Kalian adalah orang tua terbaik dan angerah Tuhan yang paling indah. Semoga saya selalu bisa membahagiakan mama dan papa. Indah sayang Mama dan Papa. 9. Indra, adikku yang aku sayang. Terimakasih selalu memberikan semangat buat aku dan selalu menghiburku. x

11 xi

12 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL....i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING...ii HALAMAN PENGESAHAN iii HALAMAN PERSEMBAHAN.iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...v ABSTRAK..vi ABSTRACT...vii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.viii KATA PENGANTAR...ix DAFTAR ISI...xii DAFTAR TABEL....xv DAFTAR LAMPIRAN.xvi DAFTAR GAMBAR...xvii BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah...1 B. Rumusan Masalah..10 C. Tujuan Penelitian...10 D. Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Manfaat Praktis 11 BAB II LANDASAN TEORI 12 xii

13 A. Tahapan Perkembangan Anak...12 B. Ketidakpuasan Tubuh Citra Tubuh Ketidakpuasan Bentuk Tubuh Ketidakpuasan tubuh pada anak perempuan Aspek-Aspek Ketidakpuasan Bentuk Tubuh Dampak Ketidakpuasan Tubuh Faktor-Faktor Pembentuk Ketidakpuasan tubuh anak perempuan..32 C. Social Comparison Social Comparison pada anak usia 8-11 tahun Aspek-aspek dari Social Comparison Dampak Social Comparison...47 D. Dinamika Hubungan antara Social Comparison Tubuh dan Kecenderungan Ketidakpuasan Tubuh Anak perempuan Usia 8-11 tahun.49 E. Hipotesis Penelitian 55 F. Kerangka Berfikir...56 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian...57 B. Identifikasi Variable Penelitian..57 C. Definisi Operasional Social Comparison Tubuh Ketidakpuasan Tubuh..58 D. Subjek Penelitian 58 xiii

14 E. Metode dan Alat Pengumpulan Data Skala Social Comparison Skala Ketidakpuasan tubuh..62 F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Validitas Seleksi Item Reliabilitas...68 G. Metode Analisis Data Uji Asumsi..69 a. Uji Normalitas 69 b. Uji Linearitas Uji Hipotesis Analisis Tambahan : Uji Anova..71 H. Pelaksanaan Uji Coba 71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...73 A. Pelaksanaan Penelitian...73 B. Deskripsi Subjek Penelitian...73 C. Deskripsi Data Penelitian...74 D. Hasil Penelitian Uji Asumsi...76 a. Uji Normalitas 76 b. Uji Linearitas Uji Hipotesis 78 xiv

15 E. Analisis Tambahan Uji One-Way Anova (Ketidakpuasan Tubuh dan Kategori IMT) Uji One-Way Anova (Ketidakpuasan Tubuh dan Usia)..83 F. PEMBAHASAN 85 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.96 A. Kesimpulan 96 B. Saran Peneliti Selanjutnya Bagi anak-anak Orang Tua 98 DAFTAR PUSTAKA 99 LAMPIRAN.107 xv

16 DAFTAR TABEL Tabel 1 Pemberian Skor Skala Social Comparison..60 Tabel 2 Blue Print dan Distribusi Item Skala Social Comparison Sebelum Uji Coba..61 Tabel 3 Pemberian Skor Skala Ketidakpuasan Tubuh.63 Tabel 4 Blue Print dan Distribusi Item Skala Ketidakpuasan tubuh sebelum Uji Coba..63 Tabel 5 Blue Print dan Distribusi Item Skala Social Comparison Setelah Uji Coba..65 Tabel 6 Blue Print dan Distribusi Skala Social Comparison (Setelah diacak Sesuai Skala)...66 Tabel 7 Blue Print dan Distribusi Item Skala Ketidakpuasan Tubuh Setelah Uji Coba Tabel 8 Blue Print dan Distribusi Item Skala Ketidakpuasan Tubuh (Setelah diacak sesuai skala) Tabel 9 Deskripsi Subjek Penelitian 74 Tabel 10 Deskripsi Data Penelitian 75 Tabel 11 Hasil Uji Normalitas...76 Tabel 12 Hasil Uji Linearitas.77 Tabel 13 Hasil Uji Hipotesis..78 Tabel 14 Tabel Kategorisasi IMT..80 Tabel 15 Hasil Pengakategorian IMT 80 xvi

17 Tabel 16 Hasil Uji One-way ANOVA...81 Tabel 17 Hasil Pengkategorian Usia..83 Tabel 18 Hasil Uji One-Way ANOVA..84 xvii

18 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Diagram Hasil Uji Anova One-way kategori Ketidakpuasan Tubuh dan IMT 82 Gambar 2 Diagram Hasil uji Anova One-way kategori Ketidakpuasan tubuh dan Usia.84 xviii

19 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Skala Social Comparison dan Ketidakpuasan Tubuh..108 Hasil Seleksi item Skala Social comparison dan Ketidakpuasan Tubuh Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Reliabilitas Social Comparison dan Ketidakpuasan Tubuh.123 Uji Deskripitif Mean Empirik..125 Uji Normalitas..126 Uji Linearitas 127 Uji Hipotesis 128 Uji One-Way Anova 129 xix

20 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Plato mengatakan bahwa we are bound to our bodies like an oyster is to its shell. Artinya setiap makhluk hidup memiliki keterikatan terhadap tubuhnya, tidak terpisah dan tidak dapat dilepaskan, sehingga pengalaman yang terjadi pada kehidupan sangat dipengaruhi oleh peran tubuh didalamnya (Cash, 2004). Melalui tubuhlah individu akan mengidentifikasi dan menilai individu lain, dan melalui tubuhnya pula lah seseorang akan membentuk konsep dan gambaran tentang dirinya. Jika seseorang terlalu menilai negatif keadaan tubuhnya, maka dapat mengakibatkan ketidakpuasan tubuh yang berakibat kepada gangguan psikologis yang merugikan (Neumark, Paxton, Hanan, Haines dan M Story, dalam Wade dan Tiggemann, 2013). Ketidakpuasan pada bentuk tubuh merupakan keterpakuan pikiran yang disebabkan oleh penilaian yang negatif terhadap tampilan fisik dan adanya perasaan malu dengan keadaan fisik ketika berada di lingkungan sosial (Rosen & Reiter dalam Desi (2012). Orang yang mengalami ketidakpuasan tubuh akan menghabiskan waktu untuk memikirkan penampilan dan tubuh mereka yang tidak sesuai dengan berat dan bentuk yang di inginkan (Brehm dalam Evahani, 2012). Ketidakpuasan tubuh merupakan salah satu gangguan dari citra tubuh yang dikategorikan dari bagian citra tubuh yang terganggu. Citra tubuh merupakan 1

21 2 cara seseorang mempersepsikan tubuhnya dengan konsep ideal yang dimiliki pada pola kehidupan setempat dan berhubungan dengan cara orang lain menilai tubuhnya (Thompson, 1996). Citra tubuh juga hadir dari evaluasi diri seseorang terhadap respon yang didapat seseorang terhadap lingkungan. Jika terdapat ketidaksesuaian antara persepsi tubuh terhadap konsep tubuh ideal dilingkungan sekitar akan mengakibatkan ketidakpuasan tubuh. Ketidakpuasan tubuh merupakan pikiran dan perasaan yang negatif oleh seseorang terhadap tubuhnya. Seseorang akan merasakan ketidaknyamanan pada tubuhnya (Grogan, 1999), hal ini dikarenakan seseorang akan membangun gambaran negatif tentang tubuhnya secara terus menerus (Maggie, Christopher, dan Jody, 2010). Ketidakpuasan tubuh merupakan hal yang normatif terjadi pada manusia, namun dari beberapa penelitian mengungkap bahwa ketidakpuasan tubuh juga terjadi pada perempuan berusia anak-anak. Penelitian yang dilakukan Phares, Steinberg, dan Thompson (2004) terhadap 141 anak perempuan dan laki-laki usia 8-11 tahun mengungkap bahwa anak perempuan lebih peduli pada berat badan dan perilaku diet, dari pada anak laki-laki. Penelitian yang dilakukan oleh Turby dan Paxton (2008) menemukan bahwa hampir separuh anak perempuan dan tiga orang anak laki-laki berusia dari 7 hingga 11 tahun ingin memiliki tubuh yang kurus, 52% anak perempuan mengakui bahwa citra tubuh ideal bagi dirinya adalah kurus, dan 9% anak laki-laki menjawab menginginkan ukuran tubuh yang besar. Penelitian longitudinal oleh Krahnstoever, Markey, Brich (2008) menemukan bahwa anak perempuan mulai cenderung memiliki masalah berat badan dan

22 3 ketidakpuasan pada usia 5 sampai 9 tahun. Pada usia 5 sampai 7 tahun anak perempuan mengkhawatirkan berat badan dengan tinggi badan. Penelitian ini juga menemukan korelasi positif antara perubahan fisik dengan kekhawatiran berat badan dan ketidakpuasan tubuh dengan berat badan yang terjadi pada usia 7 sampai 9 tahun. Kemudian, pada usia 9 tahun anak perempuan memiliki kecenderungan untuk berdiet dengan sikap makan yang lebih maladaptif. Schur, Sanders, & Steiner (2000) menemukan anak perempuan usia 8-13 tahun mulai khawatir dengan berat tubuh mereka, dan anak perempuan usia 9 tahun sudah menunjukkan ketidakpuasan pada tubuhnya (Tiggemann & Pennington dalam Grogan, 1999). Perilaku diet pada anak dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh McVey, Tweed dan Blackmore (2004) yang dilakukan di Kanada menemukan bahwa perilaku diet tidak sehat sudah ditemukan pada anak perempuan usia 10 tahun dan memiliki kemungkinan mengalami gangguan makan ketika remaja. Perilaku diet pada anak-anak mungkin lazim jika alasan diet dikarenakan anak mengalami obesitas, akan tetapi menjadi tidak lazim ketika itu karena kurangnya kepercayaan diri dan obsesi seperti seseorang. Peneliti pernah menjumpai seorang anak perempuan berusia 13 tahun meminum pil diet, dan hal ini didukung oleh orang tua dengan alasan anak mulai merasakan ketidakpercayaan diri. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan diatas, disimpulkan bahwa ketidakpuasan tubuh pada anak perempuan dapat terjadi pada rentang usia 5 tahun sampai dengan 13 tahun. Pada usia tersebut, anak mulai memasuki masa transisi menuju remaja, yang berlangsung kira-kira pada usia 6 hingga 11 tahun

23 4 (Santrock, 2003). Hasil penelitian yang telah dijabarkan penulis menunjukan bahwa, kasus ketidakpuasan tubuh tidak hanya terjadi pada anak-anak diluar negeri, tetapi anak di Indonesia juga memiliki kecenderungan untuk mengalami ketidakpuasan tubuh. Dari hasil penelitian yang telah dijabarkan, banyak kasus ketidakpuasan tubuh pada anak terjadi pada usia pertengahan dan akhir anak-anak. Pada usia ini anak mengalami perubahan yang cukup signifikan terhadap bentuk tubuhnya, ia menjadi perduli terhadap kemampuan fisik dan membangun kemampuan kognitif yang baru (Santrock, 2011). Pada usia ini pula, anak mulai membentuk identitas diri, berdasarkan evaluasi yang dipengaruhi oleh aspek sosial dan pendapat kelompok (Harter, Ruble dalam Santrock 2002). Erikson (dalam Papalia, 2006) mengatakan bahwa pada usia ini anak memasuki tahap industry vs inferiority, dimana anak terdorong untuk bisa mempelajari nilai keterampilan yang berlaku di lingkungan sosialnya demi mendapatkan sebuah harga diri. Untuk itu anak akan membutuhkan kepercayaan diri yang tinggi dalam menjalankan tugasnya. Kepercayaan diri yang tinggi tidak akan diperoleh jika anak tidak mampu menerima keadaan dirinya, sehingga hal ini akan berakibat pada rasa rendah diri pada anak Pada usia 8-10 tahun, anak juga memiliki keinginan kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok, sehingga kebanyakan anak akan merasa bahwa untuk dapat diterima, mereka harus menyesuaikan diri dengan pola kelompok. Smolak (dalam, Cash 2011) mengatakan pengaruh teman sebaya berupa komentar terkait rupa wajah dan bentuk tubuh mempengaruhi body esteem, sekalipun pada usia

24 5 anak sekolah dasar. Jika anak mengalami ketidakpuasan tubuh pada usia ini akan berdampak kepada kehidupan anak, sebab pembentukan kepribadian individu berkaitan dengan apa yang telah dilaluinya ketika masih kecil. Ketidakpuasan tubuh yang dirasakan dari kecil, tentunya akan mengganggu proses perkembangan diri anak kedepannya. Freud (dalam Gunarsa, 1983) mengatakan bahwa usia pada tahun-tahun pertama kehidupan anak harus berlangsung dengan baik, agar tidak mengalami kesulitan yang berkaitan dengan emosi ketika dewasa. Erikson dan Freud menekankan bahwa pentingnya memperoleh dasardasar yang baik pada masa permulaan kehidupan anak, agar ketika dewasa tidak mengalami gangguan kepribadian dan emosi yang berarti (Gunarsa, 1983). Merujuk kepada tugas perkembangan anak usia akhir anak-anak, jika anak mengalami ketidakmampuan dan rasa rendah diri dalam menjalankan tugas-tugas perkembangan sosialnya maka, memungkinkan anak mengalami ketidakpuasan tubuh. Ketidakpuasan tubuh akan berakibat pada gangguan psikologis seseorang, sebab menurut Hurlock (1980) citra tubuh tidak hanya berkaitan dengan aspek penampilan fisik dan daya tarik maupun kecantikan saja, tetapi berkaitan pula dengan gambaran mental, pikiran, perasaan dan sikap terhadap tubuh. Jika sejak kecil anak sudah mengalami ketidakpuasan tubuh, maka dapat memungkinkan anak akan menjadi, depresi (Noles, et. al., 1985 dalam Meggie, et. al,. 2010), harga diri yang rendah (Mckinkey & Hyde, 1996), turunnya kualitas hidup (Cash dan Fleming, 2002) dan gangguan makan ketika remaja (Rodin, 1985). Selain itu, ketidakpuasan pada bentuk tubuh dapat menyebabkan seseorang

25 6 merasa tidak percaya diri, memiliki konsep diri yang kurang baik (Asri dan Setiasih, 2004). Bahkan untuk resiko jangka panjang, menurut American Association of University Women, ketidakpuasan terhadap citra tubuh ini berhubungan dengan risiko bunuh diri pada remaja perempuan (Dittrich dalam Mukhlis, 2013). Salah satu faktor pembentuk ketidakpuasan tubuh, adalah media massa. Morisson dan Hopkins dalam Maggie (2010) mengatakan bahwa media merupakan faktor kunci dalam pembentukan gambaran ketidakpuasan bentuk tubuh, karena media mengkonsepkan sebuah tampilan yang sempurna. Penelitian Hofschire dan Greenberg (2002) menjelaskan bahwa identifikasi anak terhadap karakter di televisi berkorelasi secara positif terhadap ketidakpuasan tubuh, yang mana nantinya internalisasi konsep ideal itu akan mempengaruhi konstruksi masyarakat tentang standar ideal kelompok terkait fisik yang ideal yang mempengaruhi ketidakpuasan tubuh seseorang (Matz, Foster, Faith & Wadden, 2002). Menurut Grogan (2008) masyarakat menetapkan standar bentuk tubuh ideal bagi masing-masing jenis kelamin, karena adanya kepercayaan dan stigma tentang bentuk tubuh ideal (langsing) yang mencerminkan mencerminkan kebahagiaan, kesuksesan, awet muda dan penerimaan sosial yang baik. Konsep ideal yang diciptakan masyarakat membuat banyak orang berusaha memenuhinya, untuk memenuhi tuntutan dan mendapat penerimaan di masyarakat, banyak orang melakukan evaluasi diri melalui perbandingan sosial baik kepada individu lain maupun kepada public figure dimedia. Festinger (2011) menyebutkan bahwa perbandingan sosial merupakan proses saling

26 7 mempengaruhi dan perilaku saling bersaing dalam interaksi sosial yang ditimbulkan oleh adanya kebutuhan untuk menilai diri sendiri (self evaluation). Pada anak, social comparison dilakukan karena adanya keinginan anak untuk mendapatkan pengakuan yang sama dengan teman-temannya yang diidolakan anak-anak yang lain, kemungkinan tipe perbandingan yang digunakan kemungkinan bisa saja upward comparison bisa saja downward comparison. Hal ini tergantung tujuan dan motivasi anak. Social comparison, yang dilakukan anak terkait kemampuan akademik, kemampuan sosial, kemampuan fisik dan penampilan fisik (Smolak dalam Cash, 2011). Smolak (dalam Cash, 2011) mengatakan social comparison terhadap penampilan fisik dan kemampuan fisik, merupakan dasar dari pembentukan citra tubuh, jika kemampuan fisik dan penampilan fisik tidak sesuai dengan standar ideal kelompok maka anak akan mulai merasakan kekhawatiran yang besar anak terhadap tubuhnya. Penelitian Blowers dkk (2003) terhadap 150 anak perempuan usia tahun, menjelaskan hal tersebut, ia menemukan bahwa terdapat hubungan antara tekanan sosial, berupa komentar negatif, ekspresi ketidaksukaan pada tubuh yang gemuk dan tekanan terhadap tubuh langsing yang akan membentuk perilaku social comparison dan konsep anak tentang tubuh ideal. Orang tua dan media juga mempengaruhi perkembangan anak terkait kekhawatiran terhadap berat badan dan kontrol terhadap berat badan yang dilakukan anak usia menjelang remaja dan anak remaja, sehingga anak cenderung untuk membandingkan tubuh mereka dengan orang-orang bertubuh ideal, sehingga menginsprirasi mereka

27 8 untuk terlihat seperti model realistis yang dibicarakan lingkungan sekitarnya. Proses ini kemungkinan berkaitan dengan proses kognitif anak yang berada pada tahap operasional kongkrit, anak akan mulai memahami sebuah pesan dari lingkungan sekitar, lalu membentuk konsep umum tentang pesan tersebut dalam hal ini tubuh langsing, lalu anak akan memandang diri mereka berdasarkan standar sosial yang berlaku yang dipelajarinya melalui perbandingan sosial. Dampak dari adanya perbandingan sosial menurut Festinger (dalam Ginintasasih, 2012) adalah anak akan merasa tidak mampu dan gagal jika tidak mampu memenuhi tuntutan kelompok demi diterimanya diri anak didalam kelompok, sehingga mengakibatkan munculnya pola memaksa dalam memenuhi tuntutan kelompok tersebut. Keterpaksaan ini akan berakibat pada kecenderungan perilaku yang tidak sehat, seperti misalnya kasus ketidakapuasan tubuh pada anak yang akan menimbulkan perilaku mengurangi makan dan diet yang ekstrim demi terpenuhinya tuntutan kelompok terhadap standar tubuh ideal. Penelitian tentang ketidakpuasan tubuh pada anak-anak yang dijabarkan oleh penulis, merupakan penelitian yang dilakukan di luar negeri dengan latar belakang budaya yang berbeda. Dari sinilah muncul ketertarikan peneliti untuk melakukan penelitian tentang hubungan social comparison dan kecenderungan ketidakpuasan tubuh pada anak perempuan usia 8-11 tahun di Indonesia. Penelitian tentang pengaruh social comparison terhadap ketidakpuasan tubuh sudah banyak dilakukan di Indonesia akan tetapi terfokus pada usia remaja dan dewasa. Penelitian yang dilakukan oleh Na imah dan Rahardjo (2008) tentang komparasi sosial pada public figure dimedia masa terhadap body image remaja.

28 9 Lalu, ada penelitian oleh Sunatrio dkk (2012) tentang social comparison pada dewasa awal. Dari situ muncul ketertarikan peneliti untuk mengembangkan penelitian ini pada anak-anak dan dampaknya pada kecenderungan ketidakpuasan tubuh. Hasil penelitian dan fakta lapangan yang ditemukan dan telah dijabarkan penulis, menunjukkan mulai banyaknya kasus ketidakpuasan dan citra tubuh negatif yang dialami oleh anak-anak, membuat peneliti merasa penting untuk melakukan penelitian ini terhadap anak-anak usia 8 hingga 11 tahun. Pertimbangan lain adalah karena masa anak-anak adalah masa yang penting dalam pembentukan kepribadian, dimana masa ini juga menentukan menjadi apa anak kedepannya, apalagi usia 8 hingga 11 tahun merupakan usia transisi anak menuju remaja. Peneliti juga beranggapan, terlalu dini mengkonsumsi obat diet pada anak-anak, akan mengganggu kesehatan anak baik jangka panjang maupun jangka pendek. Padahal Santrock (2011) mengatakan bahwa usia menjelang remaja adalah usia dimana anak harus menjaga kesehatan tubuhnya, agar dapat ikut bergerak aktif memenuhi tugas perkembangannya. Penelitian ini bisa dilakukan di Indonesia, karena Indonesia termasuk dalam kategori negara industri baru. Penelitian epidemologi yang dikutip dalam (Mond, 2013) menunjukkan bahwa hampir semua perempuan dinegara industri tidak cukup puas dengan tubuhnya. Indonesia juga merupakan negara yang multi etnis, dan memiliki keragaman budaya. Saat ini Indonesia juga sedang mengalami pertumbuhan ekonomi, akibatnya masyarakat memiliki sosial ekonomi status yang beragam, sehingga menurut penulis penelitian ini relevan dilakukan di

29 10 Indonesia, karena penelitian Robinson, Chang, Haydel dan Killen (2000) mengungakap bahwa faktor etnis, budaya dan SES (social ekonomi status) pada perempuan mempengaruhi ketidakpuasan tubuh. Penelitian ini akan mengungkap social comparison dan kecenderungan ketidakpuasan tubuh pada anak perempuan usia 8-11 tahun. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan deskripsi masalah yang telah dijabarkan diatas, pertanyaan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara social comparison tubuh dan kecenderungan ketidakpuasan tubuh pada anak perempuan usia 8-11 tahun?. C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh social comparison tubuh dan kecenderungan ketidakpuasan tubuh pada anak perempuan usia 8-11 tahun. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Diharapkan dari hasil penelitian dapat membantu mengembangkan penelitian tentang ketidakpuasan tubuh anak dan perempuan, terutama dalam ruang lingkup Indonesia, dimana penelitian terkait body image anak-anak masih sedikit sekali. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang social comparison dan kecenderungan ketidakpuasan tubuh pada anak perempuan usia 8-11

30 11 tahun. Khususnya pada anak-anak menjelang remaja serta dapat dijadikan refrensi dalam melakukan penelitian berikutnya. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada anakanak yang mengalami ketidakpuasan tubuh tentang kepuasan tubuhnya, sehingga mampu memandang dan menerima tubuhnya dengan pemahaman yang baik. Penelitian ini diharapkan dapat mengurangi konsekuensi negatif terkait ketidakpuasan pada tubuh, yang dapat diantisipasi sedini mungkin. Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan wawasan kepada pembaca mengenai pentingnya memahami dengan baik dan mensyukuri keadaan tubuh yang dimiliki.

31 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Tahap Perkembangan Anak Usia 8 hingga 11 tahun adalah usia yang dapat digolongkan memasuki tahap preadolescence atau usia menjelang remaja. Pada usia ini, perkembangan sosial anak disibukkan dengan aktifitas bermain dan bersekolah, sehingga disebut dengan anak usia sekolah dasar. Sekolah adalah tempat pembentukan pengalaman, diantaranya adalah pembentukan pengetahuan, keterampilan, kemampuan sosial, mengembangkan tubuh dan otak anak, serta mempersiapkan kehidupan remaja (Papalia, 2006). Pada usia ini waktu anak banyak dihabiskan bersama teman-teman bermain dan lingkungan sosial dibandingkan dengan keluarga, hal ini dapat dilihat berdasarkan waktu interaksi anak dengan teman sebaya pada usia ini mencapai 40 % dibandingkan usia ketika masa awal anak-anak (Barker dan Weight, dalam Santrock, 2002). Hurlock (1978) menjelaskan bahwa karakteristik utama perkembangan anak pada usia sekolah dasar adalah berkelompok sehingga penerimaan dan penghargaan dari teman bermain menjadi hal penting bagi anak pada usia ini. Anak cenderung mencari kepopuleran di lingkungan bermainnya, sehingga anak-anak sering memikirkan bagaimana cara menyesuaikan diri agar mendapatkan teman yang banyak dan mendapatkan penghargaan tertinggi dari teman-teman bermainnya (Hurlock, 1978). Anak yang mendapatkan teman 12

32 13 yang banyak adalah anak-anak yang cenderung disukai oleh komunitasnya, mereka adalah anak-anak yang popular. Anak yang tidak disukai adalah anakanak yang ditolak dan diabaikan oleh teman-temannya. Santrock (2005) menjelaskan anak popular adalah anak yang memiliki kepercayaan diri, menarik perhatian dan pintar menjalin komunikasi dengan teman-temannya serta bersifat penolong dan pemberi semangat kepada teman-temannya. Anak yang tidak popular adalah anak yang ditolak dan anak yang diabaikan dan sebagian dari mereka memiliki sifat agresif, anak-anak ini akan memiliki gangguan penyesuaian diri dikemudian hari. Anak kemungkinan akan mencontoh dan melakukan evaluasi pada dirinya lalu menyesuaikan diri dengan pola kelompok untuk tidak menjadi anak yang tidak populer anak. Santrock (2011) menjelaskan pada perubahan dan perkembangan emosi anak, terjadi peningkatan pemahaman emosi yang kompleks seperti kebanggaan dan rasa malu. Anak menjadi mampu mendeteksi bahwa lebih dari satu emosi dapat dialami dalam situasi tertentu dengan mempertimbangkan keadaan yang mengarah ke reaksi emosional, peningkatan kemampuan untuk menekan dan menyembunyikan emosi negatif, dan menggunakan strategi insisiatif diri untuk mengarahkan perasaan (Santrock, 2011). Saat anak-anak yang lebih tua, mereka menggunakan lebih banyak variasi strategi coping dan strategi kognitif yang beragam (Santrock, 2011). Pada masa pertengahan dan akhir anak-anak, pemahaman diri anak berubah secara pesat, menurut Harter, Livesly & Bromley (dalam Santrock, 2011), usia ini anak mulai membentuk identitas diri, yang dipengaruhi oleh

33 14 aspek sosial dan pendapat kelompok. Pada perkembangan kongitifnya, pemikiran anak usia sekolah dasar mulai mengarah kepada dirinya sendiri, sehingga self esteem pada anak muncul dalam 3 bentuk yaitu fisik, akademis dan sosial yang diperoleh anak dari adanya proses evaluasi (Santrock, 2011). Anak-anak cenderung menilai diri dan mendefinisikan diri dari segi kepribadian dan anak-anak sekolah dasar juga cenderung mendefinisikan dirinya sendiri berdasarkan karakterisik sosial dan social comparison (Santrock, 2006). Anak-anak mampu mendefiniskan kemampuan mereka dan menggambarkan karakteristik fisik mereka, apakah mereka menarik atau tidak menarik, popular atau tidak dilingkungan sosialnya (Santrock, 2006). Perkembangan kognitif anak pada usia ini berada pada tahap perkembangan kognitif Piaget yaitu operasional konkrit yang berada pada rentang usia 7 hingga 11 tahun (Nurishan dan Agustin, 2011). Tahap perkembangan kognitif ini terdiri dari operasi-operasi tindakan mental yang memungkinkan anak melakukan secara mental apa yang telah dilakukan sebelumnya secara fisik. Tahap operasional konkrit memungkinkan anak untuk mengkoordinasikan beberapa karakteristik dan bukan berfokus pada suatu properti tunggal suatu objek dengan kata lain, anak mampu menggunakan logikanya secara lebih memadai (Santrock, 2006). Pemikiran logis dan tindakan operatif menggantikan pemikian intuitif asalkan pemikiran tersebut dapat di aplikasikan menjadi contoh-contoh yang konkrit dan spesifik (Santrock, 2007).

34 15 Pada tahap perkembangan kognitif ini, anak lebih memahami konsep ruang dan sebab akibat. Secara khusus anak dapat memahami 1) keterhubungan antara kumpulan dan sub kumpulan, 2) seriation, dan 3) transitivity, yang akan membantu anak berfikir secara logika seperti kemampuan mengurutkan sebuah dimensi ukuran seperti berat, dari ringan ke sangat berat, lalu kemampuan memahami hubungan antara dua objek atau tiga objek. Anak memahami sesuatu dengan penalaran induktif, sehingga anak akan memahami setiap dimensi dan objek kehidupan melalui observasi, lalu membuat gambaran kesimpulan secara umum tentang hal tersebut. Berkaitan dengan pola penyesuaian tersebut, Harter (dalam Papalia, 2006) mengatakan bahwa pada usia 7-8 tahun anak memasuki tahap ketiga dari neo- Piagetian yaitu tahap representational systems. Neo-Piagetian merupakan kolaborasi teori Piaget oleh para ahli perkembangan yang memiliki keyakinan bahwa dalam berbagai aspek perkembangan kognitif, perkembangan anak lebih spesifik dari pada pemikiran Piaget (Case, dalam Santrock, 2006). Tahap repretational systems menjelaskan saat menilai diri anak akan lebih memiliki kesadaran yang tinggi, anak menjadi realistis, seimbang, dan konprehensif, sebab anak telah menyadari bahwa dirinya lebih unggul dalam hal lain dan tidak unggul dalam hal lainnya, misalnya menjadi populer lebih penting dari pada ahli matematika. Saat mendeskripsikan diri anak akan mampu melihat perbedaan antara real self dan ideal self, dan menilai kemampuannya dalam mencapai standar sosial dengan melakukan perbandingan sosial dengan temannya, yang berkonstribusi pada self esteem anak. (Papalia, 2006).

35 16 Pada masa inilah, kemungkinan anak akan memulai membentuk gambaran baru tentang ideal atau tidak idealnya diri mereka sendiri, dan aspek sikap dan tampilan fisik. Anak-anak membedakan diri mereka dari orang lain secara komparatif daripada absolut (Santrock, 2006), misalnya melihat kemampuan dirinya yang menyamai kemampuan orang lain. Kecenderungan membandingbandingkan ini mengakibatkan anak membentuk perbedaan-perbedaan seseorang dengan orang lain. Saat memahami diri, anak cenderung menyadari secara sadar terhadap perspektif orang lain yang mempengaruhi pandangan diri dan orang satu sama lain, sehingga usia ini anak masuk dalam kategori pengambilan keputusan diri reflektif menurut pembagian Selman (dalam Santrock, 2006). Pada masa ini, anak akan menempatkan dirinnya sebagai orang lain, untuk menilai dan memahami maksud, tujuan, dan tindakan orang lain. Anak menggunakan perspektif orang lain dalam menyesuaikan dirinya, sehingga anak yang berkompeten dalam pengambilan perspektif akan lebih mampu memahami kebutuhan teman-temannya dan lebih mampu berkomunikasi dengan baik (Santrock, 2006). Menurut teori perkembangan sosioemosional Erikson (dalam Papalia, 2006) pada usia ini anak memasuki tahap industry vs inferiority, anak terdorong untuk bisa mempelajari nilai keterampilan yang berlaku di lingkungan sosialnya demi mendapatkan sebuah harga diri. Untuk itu anak akan membutuhkan kepercayaan diri yang tinggi dalam menjalankan tugasnya. Kepercayaan diri yang tinggi tidak akan diperoleh jika anak tidak

36 17 mampu menerima keadaan dirinya, sehingga hal ini akan berakibat pada rasa rendah diri pada anak. Perkembangan dan perubahan fisik pada anak akan mengalami perubahan yang cukup signifikan terhadap bentuk tubuhnya, terkait perubahan itu anak menjadi peduli terhadap kemampuan fisik, dan membangun kemampuan kognitif yang baru (Santrock, 2011). Saat memasuki usia tersebut, Santrock (2011) mengatakan bahwa anak-anak pada usia ini, akan mengalami pertambahan berat 5 hingga 7 pound dalam setahun kenaikan berat dikarenakan peningkatan ukuran tulang, kenaikan masa otot dan beberapa organ lainnya. Santrock (2011) menambahkan bahwa perubahan fisik biasanya sangat terlihat jelas pada usia ini, perubahan ukuran lingkar kepala, dan ukuran pinggang menjadi lebih kecil (Hockenberry & Wilson dalam Santrock, 2011). Pada usia ini, anak laki-laki lebih kuat secara fisik dibandingkan anak perempuan (Santrock, 2011), hal ini dikarenakan perkembangan fisik anak laki-laki cenderung pada pertumbuhan otot sedangkan anak perempuan adalah bertambahnya masa lemak tubuhnya (McDermott dan Jaffa, 2006). Memasuki tahapan usia ini, Hurlock (1978) menjelaskan bahwa anak-anak memiliki minat yang cukup besar terhadap tubuhnya karena anak mulai bermain dengan lingkungan sosialnya. Hurlock (1978) juga menjelaskan anakanak mulai perduli terhadap bentuk tubuh dan bagaimana bentuk tubuh mereka bisa berbeda dengan tubuh teman sebaya. Usia ini anak mulai membandingkan tubuh gendut yang dinilai lambat dengan tubuh kurus yang

37 18 terlihat lincah. Anak-anakpun berminat mengetahui tentang perubahan fisik teman dan bagimana organ dalam mampu menciptakan air liur, darah dan keringat (Hurlock, 1978). Minat terhadap tubuh, juga berkaitan dengan minat anak terhadap penampilan. Hurlock (1978) menjelaskan minat terhadap penampilan mulai muncul ketika anak memasuki usia akhir anak-anak dan menjadi obsesi ketika memasuki remaja. Anak-anak mulai melihat apakah mereka rapih atau tidak dalam berpakaian, apakah gigi mereka bersih ketika mereka tersenyum. Minat terhadap penampilan ini muncul karena beberapa faktor, diantaranya adalah kritik dan komentar positif atau negatif dari teman sebaya mengenai penampilan menarik dan tidak menarik, kesadaran sikap lingkungan yang postif terhadap orang yang berpenampilan menarik, tekanan kelompok untuk berpenampilan sesuai jenis kelamin, dan kesadaran terhadap fungsi pakaian sebagai identitas diri. Bertambahnya usia membuat bertambahnya berat dan ukuran tubuh, untuk mengimbangi perubahan fisik dan tidak menimbulkan penyakit seperti obesitas, olahraga adalah cara terbaik pada usia ini (Fahey, Insel dan Roth dalam Santrock, 2011). Anak yang gemar menonton televisi dan bermain game akan rentan mengalami obesitas pada usia ini (Wells dkk dalam Santrock, 2011). Untuk menghindari obesitas sejak dini pada anak, penelitian Fahey, Insel dan Roth (dalam Santrock, 2011) menjelaskan orang tua dan sekolah memiliki peran penting dalam tingkat latihan anak-anak. Orang tua yang rajin

38 19 berolahraga secara teratur mempengaruhi dan memberikan dampak positif pada anak-anaknya (Crawford, dll dan Loprinzi dan Trost dalam Santrock, 2011). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Davis dkk dalam Santrock (2011) menemukan bahwa latihan pada anak-anak dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak. Penelitian Hilman, dkk (dalam Santrock, 2011) menambahkan anak perempuan usia 9 tahun yang aktif berlatih fisik memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik dibandingkan dengan anak perempuan usia 9 tahun yang tidak berlatih fisik. Pada usia pertengahan dan akhir masa anak-anak masalah kesehatan yang sangat sering dialami adalah obesitas, hal ini dikarenakan tubuh anak sedang mengalami proses perkembangan dan anak dituntut untuk memiliki aktifitas yang tinggi pula untuk mereduksi terjadinya obesitas. Obesitas dapat terjadi pada anak laki-laki ataupun anak perempuan. Penelitian yang dilakukan oleh Sweeting (dalam Santrock, 2011) menemukan bahwa anak perempuan lebih rentan obesitas dibandingkan anak laki-laki dan perbedaan gender terkait obesitas ini merata hingga diberbagai negara (Santrock, 2011). Selain itu Griff dalam (Santrock, 2011) mengatakan bahwa obesitas dapat menyebabkan masalah psikologis dan kesehatan pada anak-anak yang mengalaminya, masalah kesehatan terkait dengan diabetes, kolesterol dan tekanan darah tinggi, sedangkan masalah psikologis terkait masalah harga diri yang rendah (Amed dan Genovesi dalam Santrock, 2011).

39 20 Berdasarkan uraian teori diatas, disimpulkan bahwa anak usia 8-11 tahun adalah usia anak memasuki masa transisi menuju remaja. Usia ini didukung oleh perubahan fisik, kognitif dan lingkup sosial anak. B. KETIDAKPUASAN TUBUH 1. Citra Tubuh Pandangan seseorang mengenai penampilan dan aspek tubuhnya didasarkan oleh persepsi mereka terhadap dirinya sendiri, kepercayaan dan perasaan ini mengarah pada bagaimana orang lain melihat dia. Inilah yang disebut dengan citra tubuh (body image). Thompson (2002) mendefinisikan citra tubuh sebagai gambaran internal seseorang terhadap penampilan luar, dan persepsi seseorang terhadap tubuhnya. Body Image atau citra tubuh diartikan sebagai sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang dapat berupa penilaian postif dan penilaian negatif (Cash dan Pruzinsky, 2002). Sikap individu tersebut mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang berkesinambungan yang telah dimodifikasi oleh pengalaman terbaru saat ini pada setiap individu (Stuart dan Sudeen, dalam Keliat, 1992). Dengan demikian, menurut Waldman dkk (2013) citra tubuh terdiri dari dua komponen yaitu persepsi (sensorik persepsi) dan sikap (kognitif dan faktor-faktor afektif). Pada prosesnya citra tubuh merupakan cara seseorang mempersepsikan tubuhnya dengan konsep ideal yang dimiliki pada pola kehidupan

40 21 setempat dan berhubungan dengan cara orang lain menilai tubuhnya (Hurlock dalam Melliana, 2006). Akan tetapi, perspesi seseorang terhadap tubuh juga dipengaruhi oleh sikap, keyakinan dan pikiran serta kesediaan mereka untuk melihat apakah diri mereka tergambar secara normal atau telah terdistorsi saat mengestimasi ukuran tubuh (Thompson, 2002). Oleh sebab itu, citra tubuh juga tergantung pada pandangan unik individu dan kepribadiannya, karena kepribadian seseorang bisa memusatkan perhatian pada tubuh dengan cara mendistorsi realitas. Kepribadian juga dapat menciptakan bias penilaian tentang ukuran bentuk tubuh dan memiliki konsekuensi kepada harga diri (Thompson, 2002). Sikap terhadap tubuh bisa saja positif dan negatif, tergantung bagaimana individu tersebut menghayatinya. Citra tubuh yang positif akan menimbulkan kepuasan tubuh yang tinggi, sedangkan individu yang memiliki citra tubuh negatif akan memiliki kepuasan tubuh yang rendah (Cash dan Femming dalam Cash dan Pruzinsky, 2002). Gangguan citra tubuh merupakan pemikiran dan perasaan negatif seseorang mengenai tubuhnya. Gangguan citra tubuh biasanya juga dikenal dengan istilah body image disturbance. Ada dua jenis gangguan citra tubuh yaitu persepsi dan sikap (Pallan, Hiam, Duda, Adab, 2011). Gangguan persepsi biasanya melibatkan ketidakmampuan untuk menilai ukuran tubuh seseorang secara akurat, sedangkan sikap merupakan ketidakpuasan tubuh berupa persepsi afektif atau sikap seseorang terhadap tubuh (Garner & Garfinkel dalam Massidda, 2010). Garner dan Grafinkel (dalam Massidda, 2010) juga

41 22 mengatakan bahwa gangguan citra tubuh merupakan dua aspek yang terpisah yang dapat bekerja independen atau bersama-sama, sehingga dapat saling mempengaruhi. Walaupun tidak ada definisi yang dapat diterima dan secara universal mengenai citra tubuh, tetapi Hsu dan Sobkiewicz (dalam Massidda, 2010) mengatakan bahwa perbedaan antara gangguan persepsi dan gangguan ketidakpuasan tubuh dijelaskan sebagai berikut : 1) Dimensi perseptual mempresentasikan mental dari bentuk dan ukuran tubuh misalnya seseorang mempersepsikan dirinya memiliki tubuh yang gendut padahal BMI menunjukkan individu tersebut memiliki berat ideal, sedangkan 2) Dimensi kognitif dan Emosional (ketidakpuasan tubuh) mempresentasikan sikap, keyakinan, harapan dan perasaan terhadap tubuh, misalnya seseorang merasa tidak menyukai tubuh atau bagian tubuhnya karena tidak sesuai dengan standar yang berlaku dimasyarakat. Berdasarkan penjabaran teori diatas, disimpulkan bahwa citra tubuh merupakan suatu sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara positif maupun secara negatif, adapun sikap individu tersebut berkaitan dengan persepsi dan perasaan individu terhadap ukuran, bentuk, fungsi dan potensi tubuhnya yang berkaitan juga terhadap pengalaman-pengalaman individu. Konsep positif dan negatif terhadap tubuh sangat bergantung pada sikap, keyakinan, pikiran, kepribadian serta kesediaan individu melihat dirinya secara normal yang menciptakan citra tubuh positif atau terdistorsi yang menciptakan citra tubuh negatif. Gangguan citra tubuh

42 23 bisa saja terjadi pada gangguan persepsinya mengenai ukuran dan bentuk tubuh, gangguan citra tubuh juga dapat berupa ketidakpuasan terhadap bentuk dan ukuran tubuh yang mengakibatkan perasaan kecewa terhadap bentuk dan ukuran tubuh yang tidak sesuai dengan standar ideal masyarakat. 2. Ketidakpuasaan Bentuk Tubuh Rosen & Reiter (dalam Bestina, 2012), mengatakan ketidakpuasan pada bentuk tubuh adalah keterpakuan pikiran karena ada penilaian yang negatif terhadap tampilan fisik dan adanya perasaan malu dengan keadaan fisik ketika berada di lingkungan sosial. Grogan (1999) mendefinisikan ketidakpuasan tubuh sebagai pikiran dan perasaan yang negatif oleh seseorang terhadap tubuhnya. Ketidakpuasan tubuh berawal dari seseorang yang merasakan ketidaknyamanan pada tubuhnya, lalu membangun gambaran negatif tentang tubuhnya secara terus menerus (Maggie, Christopher, dan Jody, 2010). Ketidakpuasan bentuk tubuh disebabkan adanya kesenjangan antara bentuk tubuh ideal yang didasarkan budaya atau bentuk tubuh aktual dengan tubuh yang dimiliki (Asri dan Setasih 2004). Menurut Ogden dalam Adlard (2006) ketidakpuasan tubuh adalah perbedaan antara penilaian individu mengenai ukuran tubuh ideal dan ukuran tubuh mereka yang sebenarnya, yang muncul ketika individu

43 24 menginternalisasi bentuk tubuh deal dalam suatu budaya kemudian melakukan perbandingan dengan bentuk tubuh sebenarnya. Sunartio dkk (2012) menjelaskan bahwa ketidakpuasan tubuh merupakan distorsi persepsi terhadap bentuk tubuh sendiri, meyakini bahwa orang lain lebih menarik merasa ukuran tubuh dan bentuk tubuh adalah penyebab kegagalan personal, merasa malu, cemas terhadap tubuh, serta merasa tidak nyaman dan aneh dengan tubuh yang dimiliki. Ketidakpuasan tubuh berkaitan erat dengan kerapuhan dan juga kepercayaan diri yang buruk, depresi, kecemasan sosial (Thompson 1996). Mond (2013) juga menambahkan rendahnya kualitas hidup berasosiasi dengan ketidakpuasan tubuh. Menurut Rodin dkk dalam Thompson (1996), kehawatiran mengenai berat tubuh dan ketidakpuasan terhadap tubuh telah menjadi hal yang begitu umum dan normatif di masyarakat atau disebut dengan normative content. J.C Rosen (dalam Thompson, Heinberg, Altabe & Tantleff-Duff, 2000) menemukan 19 kategori dari pengalaman kritikal dengan contoh yang menurutnya dapat memprediksi gejala dari ketidakpuasan bentuk tubuh jika individu mengalami sebagian besar dari 19 kategori ini. Adapun kategori-kategori tersebut adalah self esteem, social comparison, media, diperhatikan secara seksual oleh orang lain, keterlibatan dalam aktifitas fisik, penerimaan atau penolakan dari orang lian, ukuran dan berat tubuh, pakaian, umpan balik verbal mengenai penamilan, penampilan fisik orang tua, pengalaman diet, ejekan, kondisi fisik pernah mengalami kecelakaan

44 25 atau operasi, penyiksaan atau penyerangan dan hambatan arasitektur (Thompson, Heinberg, Altabe & Tantleff-Duff, 1999). Pengukuran ketidakpuasan bentuk tubuh juga dapat dilakukan melalui beberapa konsep yang terdapat dalam definisi ketidakpuasan bentuk tubuh menurut (Ogden dalam Adlard dalam Gannis, 2010), yaitu: Ketidakpuasan bentuk tubuh merupakan gangguan penilaian ukuran tubuh, yaitu persepsi bahwa tubuhnya lebih besar dari ukuran sebenarnya. Ketidakpuasan bentuk tubuh muncul ketika individu menginternalisasikan bentuk tubuh ideal dalam suatu budaya, kemudian melakukan perbandingan dengan bentuk tubuh mereka sebenarnya. Dimana hasilnya adalah sebuah respon negatif terhadap tubuh, yaitu perasaan dan pemikiran negatif terhadap tubuh. Sehingga, berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang telah dijabarkan diatas, dapat disimpulkan bahwa ketidakpuasan tubuh adalah suatu pikiran dan perasaan negatif yang dialami seseorang terhadap tubuhnya karena adanya kesenjangan bentuk tubuh ideal berdasarkan budaya dengan bentuk tubuh yang dimiliki. 2.1 Ketidakpuasan tubuh pada anak perempuan Kasus ketidakpuasan tubuh pada anak-anak bukan menjadi hal yang baru di Negara barat, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya hasil penelitian yang mengungkap kasus ketidakpuasan tubuh pada anakanak usia menjelang remaja. Wood (dalam Ann Gallini, 2007) mengatakan bahwa hampir separuh dari anak perempuan dan sepertiga

45 26 dari anak laki-laki sekitar usia 8 hingga 10 tahun mengalami ketidakpuasan tubuh. Ketidakpuasan tubuh, mungkin merupakan hal yang tidak lazim di usia anak-anak, tetapi meskipun begitu evaluasi negatif dan afektif yang negatif terhadap tubuh dapat dikategorikan sebagai ketidakpuasan tubuh (Cash dan Thompson dalam Ann Gallini, 2007). Cash dan Smolak (2011) mengatakan untuk menggambarkan ketidakpuasan tubuh pada anak, hal yang perlu dibahas adalah kaitannya dengan citra tubuh anak-anak. Pertama yang harus diperhatikan adalah perkembangan dan perubahan mental anak-anak. Isu ketidakpuasan tubuh pada anak usia menjelang remaja, wajar jika dikaitkan dengan perkembangan pada anak. Ricciardelli & McCabe (dalam, Holmqvist dkk 2014) mengatakan bahwa isu body image menjadi semakin jelas ketika anak berada dalam transisi menuju remaja. McDermott dan Jaffa (2006) mengatakan dengan adanya perubahan fisik anak pada usia ini, sehingga memungkinkan banyak terjadi kasus obesitas pada usia ini, ketidakpuasan tubuh umumnya terjadi pada anak-anak yang mengalami obseitas. Selain itu, perubahan fisik juga berkaitan dengan pubertas, juga mendukung adanya isu ketidakpuasan tubuh pada anak. Pubertas dapat mempengaruhi citra tubuh anak perempuan dan anak laki-laki, pubertas pada anak perempuan membuat tubuh mereka jauh dari kata ideal karena penambahan volume lemak tubuh sehingga mengakibatkan

46 27 kecenderungan citra tubuh negatif pada anak perempuan. Pubertas pada anak laki-laki cenderung mengarah kepada pembentukan masa otot, sehingga citra tubuh yang terbentuk cenderung postif (Smolak, dalam Holmqvist dkk, 2014). Peningkatan kapasitas kognitif dan timbulnya kepentingan romatis juga memperkuat fungsi penampilan fisik dan mempengaruhi isu ketidakpuasan tubuh pada anak usia menjelang remaja (Holmqvist dkk, 2014). McDermott dan Jaffa (2006) menambahkan, terdapat isu etnis yang mendukung ketidakpuasan tubuh pada anak, pada beberapa penelitian anak Amerika dan Eropa serta Asia lebih mengkhawatirkan tubuhnya dibandingkan anak-anak Afrika. Citra tubuh pada anak tidak hanya soal tubuh dan ukuran tubuh, tapi juga berkaitan degan warna kulit (lopez dalam Holmqvist dkk, 2014), bentuk rambut (LaFlesh dalam Holmqvist dkk, 2014). Aspek ini tentunya ditentukan oleh bentuk budaya setempat (lopez dalam Holmqvist dkk, 2014). Grogan (2008) mengatakan bahwa anak perempuan dan laki-laki menjadi kritis mengenai tubuhnya ketika masa menjelang remaja. Anak perempuan cenderung sering membicarakan tentang tubuh ideal seperti perempuan dewasa, yang mengakibatkan munculnya keinginan untuk menjadi langsing. Chernin (dalam Grogan, 2008) melaporkan bahwa anak perempuan menjelang remaja, sudah mengekspresikan ketidakpuasan tubuhnya dan memiliki kekhawatiran berlebihan pada berat tubuh. Mulai adanya kekhawatiran yang berlebihan terhadap tubuh, dijelaskan oleh Grogan (2008), ia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Body Dissatisfaction

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Body Dissatisfaction BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Dissatisfaction 1. Pengertian Body Dissatisfaction Body image pada awalnya diteliti oleh Paul Schilder (1950) yang menggabungkan teori psikologi dan sosiologi. Schilder

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan merupakan proses yang terjadi secara terus menerus dan berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan yang dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya berdasarkan cara berpakaian, cara berjalan, cara duduk, cara bicara, dan tampilan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Diet 2.1.1 Pengertian Perilaku Diet Perilaku adalah suatu respon atau reaksi organisme terhadap stimulus dari lingkungan sekitar. Lewin (dalam Azwar, 1995) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling sering disorot oleh masyarakat. Peran masyarakat dan media membawa

BAB I PENDAHULUAN. paling sering disorot oleh masyarakat. Peran masyarakat dan media membawa BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bentuk tubuh dan berat badan merupakan persoalan perempuan yang paling sering disorot oleh masyarakat. Peran masyarakat dan media membawa pengaruh besar dalam mendorong

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dimana seorang remaja mengalami perubahan baik secara fisik, psikis maupun sosialnya. Perubahan fisik remaja merupakan perubahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat korelasional, yang bertujuan untuk melihat hubungan antara satu variabel dengan variabel lain.

Lebih terperinci

Kontribusi Social Comparison Terhadap Body Image pada Wanita Dewasa Awal

Kontribusi Social Comparison Terhadap Body Image pada Wanita Dewasa Awal Kontribusi Social Comparison Terhadap Body Image pada Wanita Dewasa Awal Disusun oleh : Rani Pratiwi Istifarah 17513285 Dosen pembimbing : Desi Susianti, S. Psi., M.Si. Universitas Gunadarma Jakarta 2016

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa adalah sumber informasi yang sulit untuk dilepaskan dalam keseharian individu. Douglas Kellner (1995) mengemukakan bahwa media massa memang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWI YANG MENGALAMI OBESITAS

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWI YANG MENGALAMI OBESITAS HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWI YANG MENGALAMI OBESITAS NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)Psikologi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Daisy Oktavia Tegarawan

SKRIPSI. Oleh : Daisy Oktavia Tegarawan HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEADILAN KOMPENSASI DENGAN KEPUASAN KERJA GURU HONORER SEKOLAH DASAR NEGERI DI KELURAHAN BABELAN KOTA DAN KEBALEN WILAYAH UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN BABELAN SKRIPSI Oleh : Daisy

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA SISWA SMK N 2 DEPOK

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA SISWA SMK N 2 DEPOK HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA SISWA SMK N 2 DEPOK SKRIPSI Oleh : Eka Rahman S 201210515070 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja, seorang individu banyak mengalami perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja, seorang individu banyak mengalami perubahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja, seorang individu banyak mengalami perubahan yang sering dialami oleh remaja seperti kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan bisa terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam benak mereka, seperti Who am I?, Apa yang membuat saya berbeda

BAB I PENDAHULUAN. dalam benak mereka, seperti Who am I?, Apa yang membuat saya berbeda BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja menjadi salah satu tahap dalam rentang kehidupan yang harus dilalui individu. Masa remaja merupakan masa dimana seorang anak mengalami transisi dari masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri pada dasarnya adalah kemampuan dasar untuk dapat menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992) menyatakan bahwa kepercayaan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Gita Handayani Ermanza, F.PSI UI, 20081

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Gita Handayani Ermanza, F.PSI UI, 20081 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja mengalami masa puber yang dianggap sebagai periode tumpang tindih karena mencakup masa akhir kanak-kanak dan masa awal remaja. Masa puber ditandai dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007),

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang berada diantara masa anak dan dewasa. Masa ini dianggap sebagai suatu bentuk transisi yang cukup penting bagi pembentukan pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja banyak permasalahan yang harus dihadapi, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja banyak permasalahan yang harus dihadapi, salah satunya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja banyak permasalahan yang harus dihadapi, salah satunya adalah permasalahan fisik yang berhubungan dengan ketidakpuasan atau keprihatinan terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi. persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi. persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai ukuran, bentuk, dan struktur tubuhnya sendiri, dan pada umumnya dikonseptualisasi

Lebih terperinci

BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Analisis Data Subjek yang sesuai dengan karakteristik penelitian berjumlah 30 orang. Setelah memperoleh data yang diperlukan, maka dilakukan pengujian hipotesis

Lebih terperinci

BAB I. Latar Belakang Masalah. sosial dan moral berada dalam kondisi kritis karena peran masa remaja berada

BAB I. Latar Belakang Masalah. sosial dan moral berada dalam kondisi kritis karena peran masa remaja berada BAB I Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang menarik untuk dipelajari karena pada masa remaja, seorang remaja dihadapkan pada berbagai tantangan dan permasalahan. Salah satu diantara permasalahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN MINAT MEMBACA SISWA DI PERPUSTAKAAN SD NEGERI 1 SAMBIRATA

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN MINAT MEMBACA SISWA DI PERPUSTAKAAN SD NEGERI 1 SAMBIRATA HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN MINAT MEMBACA SISWA DI PERPUSTAKAAN SD NEGERI 1 SAMBIRATA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan dapat menjadi caloncalon intelektual. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berbagai penelitian terdahulu tentang body dissatisfaction dan perilaku diet

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berbagai penelitian terdahulu tentang body dissatisfaction dan perilaku diet BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Subjek Penelitian ini dimulai dengan merumuskan variabel penelitian melalui berbagai penelitian terdahulu tentang body dissatisfaction

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DENGAN KENAKALAN REMAJA DI SMAN 5 TAMBUN SELATAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DENGAN KENAKALAN REMAJA DI SMAN 5 TAMBUN SELATAN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DENGAN KENAKALAN REMAJA DI SMAN 5 TAMBUN SELATAN SKRIPSI Oleh : Harin Kusuma Batin 201310517004 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini memiliki tubuh langsing menjadi tren di kalangan wanita, baik

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini memiliki tubuh langsing menjadi tren di kalangan wanita, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini memiliki tubuh langsing menjadi tren di kalangan wanita, baik wanita dewasa maupun remaja putri. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya iklan di televisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Coba Alat Ukur Penelitian 4.1.1. Persiapan Uji Coba Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua buah skala berupa skala regulasi emosi yaitu kuesioner AERQ (Academic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan individu yang merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang meliputi perubahan biologis,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 74 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Persiapan Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, langkah awal yang perlu dilakukan oleh penelitian adalah persiapan penelitian terlebih

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 RUSTAM ROSIDI F100 040 101 Diajukan oleh: FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mega Sri Purwanida, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mega Sri Purwanida, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode dalam rentang kehidupan individu, masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang disebut juga masa transisi. Siswa SMA

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN COLLEGE ADJUSTMENT PADA MAHASISWA TINGKAT PERTAMA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN COLLEGE ADJUSTMENT PADA MAHASISWA TINGKAT PERTAMA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN COLLEGE ADJUSTMENT PADA MAHASISWA TINGKAT PERTAMA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA SKRIPSI Oleh : Leila Rizki Febriyanti 201210515075 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mengandung dan melahirkan adalah hal yang diharapkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Mengandung dan melahirkan adalah hal yang diharapkan dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengandung dan melahirkan adalah hal yang diharapkan dalam kehidupan pernikahan. Wanita, memiliki peran dan tanggung jawab yang berbeda dengan pria setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak ke masa dewasa yang ditandai oleh perubahan mendasar yaitu perubahan secara biologis, psikologis, dan juga

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA STT GMI BANDAR BARU SUMATERA UTARA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA STT GMI BANDAR BARU SUMATERA UTARA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA STT GMI BANDAR BARU SUMATERA UTARA SKRIPSI Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1 Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Body Dissatisfaction. body image sebagai suatu sikap dan penilaian individu mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Body Dissatisfaction. body image sebagai suatu sikap dan penilaian individu mengenai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Dissatisfaction 1. Pengertian Body Dissatisfaction Cash & Pruzinsky (Marshall & Lengyell, 2012) mendefinisikan body image sebagai suatu sikap dan penilaian individu mengenai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Arikunto (2010) menjelaskan bahwa penelitian populasi hanya dapat dilakukan bagi populasi terhingga dan subjeknya

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran body image dari anggota Hansamo Modern Dance di Komunitas BKC Kota Bandung. Teori yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Teori

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian dimulai dengan mempersiapkan alat ukur, yaitu menggunakan satu macam skala untuk mengukur self esteem dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : EVITA DEVI DHAMAR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas tentang orientasi kancah penelitian, subjek penelitian, prosedur penelitian, hasil uji coba, hasil uji asumsi, hasil uji hipotesa dan pembahasan.

Lebih terperinci

Hubungan Kesejahteraan Psikologis Dengan Self Esteem Pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) di Wilayah Kecamatan Tebet

Hubungan Kesejahteraan Psikologis Dengan Self Esteem Pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) di Wilayah Kecamatan Tebet Hubungan Kesejahteraan Psikologis Dengan Self Esteem Pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) di Wilayah Kecamatan Tebet SKRIPSI Oleh : Bayhaqqi 201210515003 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... PERSEMBAHAN... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... PERSEMBAHAN... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... PERSEMBAHAN... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR BAGAN... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman i ii iii iv v vi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN.1. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rancangan korelasional dengan teknik survei untuk melihat hubungan variabel terikat dengan variabel tergantungnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu akan selalu dihadapkan dengan berbagai masalah dengan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu akan selalu dihadapkan dengan berbagai masalah dengan bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu akan selalu dihadapkan dengan berbagai masalah dengan bentuk dan tingkat masalah yang berbeda-beda ketika menjalani hidupnya. Individu yang sering dihadapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

Untuk Memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat Magister Sains Psikologi

Untuk Memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat Magister Sains Psikologi POLA ASUH AUTHORITATIVE DAN KECERDASAN EMOSIONAL SEBAGAI PREDIKTOR TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL SISWA SMU KELAS XI DAN XII MASEHI KUDUS DITINJAU DARI JENIS KELAMIN Tesis Untuk Memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa saat seseorang mengalami perubahan secara psikis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa saat seseorang mengalami perubahan secara psikis dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa saat seseorang mengalami perubahan secara psikis dan fisik. Pada saat memasuki masa remaja, individu dihadapkan dengan keadaan baru seperti

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

PROGRAM STUDI MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG HUBUNGAN ANTARA KELELAHAN EMOSIONAL DAN KETANGGGUHAN PSIKOLOGIS DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA PROGRAM PROFESI PSIKOLOGI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG TESIS Program Pendidikan Profesi Psikologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PROMOSI PENJUALAN DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA IBU RUMAH TANGGA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PROMOSI PENJUALAN DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA IBU RUMAH TANGGA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PROMOSI PENJUALAN DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA IBU RUMAH TANGGA Skripsi Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Disusun oleh : DYAH ISWARI PROBORINI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA KELAS VII SMP N 1 SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016 SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA KELAS VII SMP N 1 SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016 SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA KELAS VII SMP N 1 SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016 SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas PGRI Yogyakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki ukuran dan proporsi tubuh yang berbeda-beda satu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki ukuran dan proporsi tubuh yang berbeda-beda satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki ukuran dan proporsi tubuh yang berbeda-beda satu sama lain. Perbedaan bentuk tubuh satu sama lain seringkali membuat beberapa orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di sepanjang kehidupannya sejalan dengan pertambahan usianya. Manusia merupakan individu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEYAKINAN DIRI DAN DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN KESIAPAN KERJA PADA SISWA KELAS XII SMK WISUDHA KARYA KUDUS SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEYAKINAN DIRI DAN DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN KESIAPAN KERJA PADA SISWA KELAS XII SMK WISUDHA KARYA KUDUS SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEYAKINAN DIRI DAN DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN KESIAPAN KERJA PADA SISWA KELAS XII SMK WISUDHA KARYA KUDUS SKRIPSI DisusunOleh: WAHYU AGUS SAPUTRO 2012 60 050 UNIVERSITAS MURIA KUDUS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keseluruhan, termasuk karakteristik fisik dan fungsional dan sikap. terhadap karakteristik tersebut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keseluruhan, termasuk karakteristik fisik dan fungsional dan sikap. terhadap karakteristik tersebut. 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body Image Menurut Schilder (dalam Carsini, 2002), body image adalah gambaran mental yang terbentuk tentang tubuh seseorang secara keseluruhan, termasuk

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran secara umum dan spesifik mengenai persepsi penerapan Student Centered Learning serta keduabelas prinsipnya pada mahasiswa fakultas psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah seluruh subjek yang menjadi anggota populasi, oleh karena itu metode analisis yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. panelitian kami adalah kemandirian dalam belajar. Sedangkan variabel

BAB III METODE PENELITIAN. panelitian kami adalah kemandirian dalam belajar. Sedangkan variabel 50 BAB III METODE PENELITIAN A. Identivikasi Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang sebab perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sendiri. Di dalam menilai dirinya sendiri, bangga, puas dan bahagia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sendiri. Di dalam menilai dirinya sendiri, bangga, puas dan bahagia BAB II KAJIAN PUSTAKA A. BODY IMAGE 1. Pengertian Body Image Disadari atau tidak manusia akan selalu menilai perasaan dirinya sendiri. Di dalam menilai dirinya sendiri, bangga, puas dan bahagia akan muncul,

Lebih terperinci

KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM DITINJAU DARI SELF-EFFICACY MAHASISWA BARU UKWMS SKRIPSI. OLEH: Melisa Futri NRP

KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM DITINJAU DARI SELF-EFFICACY MAHASISWA BARU UKWMS SKRIPSI. OLEH: Melisa Futri NRP KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM DITINJAU DARI SELF-EFFICACY MAHASISWA BARU UKWMS SKRIPSI OLEH: Melisa Futri NRP 7103012041 Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya 2016 ii KECEMASAN

Lebih terperinci

C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel, yaitu: 1. Variabel independen : body image 2. Variabel dependen : perilaku diet

C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel, yaitu: 1. Variabel independen : body image 2. Variabel dependen : perilaku diet BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik khusus yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tiga tahun yang lalu, WHO sebagai organisasi kesehatan dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tiga tahun yang lalu, WHO sebagai organisasi kesehatan dunia telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak tiga tahun yang lalu, WHO sebagai organisasi kesehatan dunia telah menyatakan bahwa obesitas merupakan masalah global yang perlu ditanggulangi (www.gizikesehatan.ugm.ac.id).

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN ALTRUISME PADA KOMUNITAS BERBAGI NASI

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN ALTRUISME PADA KOMUNITAS BERBAGI NASI HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN ALTRUISME PADA KOMUNITAS BERBAGI NASI SKRIPSI Oleh : Nurdini Oktavya Dwi Astuti 201210515048 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL SUAMI DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA POLISI WANITA DI POLRES BANYUMAS

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL SUAMI DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA POLISI WANITA DI POLRES BANYUMAS HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL SUAMI DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA POLISI WANITA DI POLRES BANYUMAS SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Bidang Psikologi Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang rentang kehidupannya individu mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus dijalani untuk tiap masanya. Tugas perkembangan tersebut terbentang

Lebih terperinci

PUTRI LESTARI K

PUTRI LESTARI K HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG SITUS KESEJARAHAN DAN PENGETAHUAN SEJARAH LOKAL DENGAN SIKAP CINTA TANAH AIR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian Subjek penelitian ini adalah anggota dari kelompokkelompok game yang bermain Ayo Dance di Salatiga, tepatnya anggota Narciz Community

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pada masa dewasa awal, kondisi fisik mencapai puncak bekisar antara usia 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari 30 tahun.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a. 76 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah 2.

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERILAKU BULLYING DI TINJAU DARI JENIS KELAMIN SKRIPSI. Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

PERBEDAAN PERILAKU BULLYING DI TINJAU DARI JENIS KELAMIN SKRIPSI. Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi i PERBEDAAN PERILAKU BULLYING DI TINJAU DARI JENIS KELAMIN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Disusun Oleh: LILI FATMAWATI

Lebih terperinci

--PERNYATAAN. Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Hubungan Budaya Organisasi

--PERNYATAAN. Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Hubungan Budaya Organisasi --PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Hubungan Budaya Organisasi dengan Kinerja Pegawai di Rumah Sakit Immanuel Bandung (Studi Korelasional pada Pegawai bagian Non Medis RS. Immanuel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI MENGAJAR GURU TK TERHADAP KUALITAS PEMBELAJARAN

PENGARUH MOTIVASI MENGAJAR GURU TK TERHADAP KUALITAS PEMBELAJARAN PENGARUH MOTIVASI MENGAJAR GURU TK TERHADAP KUALITAS PEMBELAJARAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: INTAN LIASIH 1301110001 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan suatu penelitian, khususnya penelitian kuantitatif, perlu secara jelas diketahui variabel-variabel apa saja yang akan diukur dan instrumen seperti apa yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang akan digunakan. B. Definisi Operasional pada Wanita Pasca Melahirkan

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang akan digunakan. B. Definisi Operasional pada Wanita Pasca Melahirkan BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KETIDAKPUASAN SOSOK TUBUH (BODY DISSATISFACTION) PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KETIDAKPUASAN SOSOK TUBUH (BODY DISSATISFACTION) PADA REMAJA PUTRI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KETIDAKPUASAN SOSOK TUBUH (BODY DISSATISFACTION) PADA REMAJA PUTRI Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN BERWIRAUSAHA PADA WIRAUSAHA WANITA SKRIPSI IMAM DAMARA

HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN BERWIRAUSAHA PADA WIRAUSAHA WANITA SKRIPSI IMAM DAMARA HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN BERWIRAUSAHA PADA WIRAUSAHA WANITA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: IMAM DAMARA 091301032 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI DENGAN STRES DALAM MENYUSUN SKRIPSI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI DENGAN STRES DALAM MENYUSUN SKRIPSI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI DENGAN STRES DALAM MENYUSUN SKRIPSI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK Emilia Roza (Eroza82@yahoo.com) 1 Muswardi Rosra 2 Ranni Rahmayanthi Z 3 ABSTRACT The objective of this research was

Lebih terperinci

PENGARUH KEPRIBADIAN TERHADAP KINERJA PADA PERAWAT RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

PENGARUH KEPRIBADIAN TERHADAP KINERJA PADA PERAWAT RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO PENGARUH KEPRIBADIAN TERHADAP KINERJA PADA PERAWAT RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO (Studi Big Five Model sebagai Anteseden Variabel Kinerja) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

HUBUNGAN JOB DEMAND DENGAN CYBERLOAFING PADA GURU DI PUCCA LEARNING CENTER SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan. Ujian Sarjana Psikologi.

HUBUNGAN JOB DEMAND DENGAN CYBERLOAFING PADA GURU DI PUCCA LEARNING CENTER SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan. Ujian Sarjana Psikologi. HUBUNGAN JOB DEMAND DENGAN CYBERLOAFING PADA GURU DI PUCCA LEARNING CENTER SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh JULIANA EKA PUTRI 121301055 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN THE BIG FIVE DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA PARANORMAL DEWASA MADYA DI KOTA SEMARANG TESIS

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN THE BIG FIVE DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA PARANORMAL DEWASA MADYA DI KOTA SEMARANG TESIS HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN THE BIG FIVE DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA PARANORMAL DEWASA MADYA DI KOTA SEMARANG TESIS Oleh : PUPUT MULYONO 11.92.0003 PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KESEPIAN PADA JANDA YANG DITINGGAL MATI PASANGANNYA SKRIPSI. Guna Memenuhi Persyaratan. Sarjana Psikologi.

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KESEPIAN PADA JANDA YANG DITINGGAL MATI PASANGANNYA SKRIPSI. Guna Memenuhi Persyaratan. Sarjana Psikologi. HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KESEPIAN PADA JANDA YANG DITINGGAL MATI PASANGANNYA SKRIPSI Guna Memenuhi Persyaratan Sarjana Psikologi Oleh: Rospita Afriyanti (031301089) FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi PENGARUH BULLYING DI TEMPAT KERJA TERHADAP BURNOUT PADA KARYAWAN SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: CITRA WAHYUNI 111301109 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU ALTRUISTIK PADA SISWA SISWI ANGGOTA PRAMUKA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU ALTRUISTIK PADA SISWA SISWI ANGGOTA PRAMUKA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU ALTRUISTIK PADA SISWA SISWI ANGGOTA PRAMUKA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA HIDUP DAN DEMOGRAFI TERHADAP PREFERENSI BELANJA KONSUMEN DI PASAR BERINGHARJO

PENGARUH GAYA HIDUP DAN DEMOGRAFI TERHADAP PREFERENSI BELANJA KONSUMEN DI PASAR BERINGHARJO TESIS PENGARUH GAYA HIDUP DAN DEMOGRAFI TERHADAP PREFERENSI BELANJA KONSUMEN DI PASAR BERINGHARJO ELIAANTI CHRISTINE No. Mhs.: 145002141 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAMPIRAN A SKALA TRY OUT

LAMPIRAN A SKALA TRY OUT LAMPIRAN LAMPIRAN A SKALA TRY OUT Skala I & II Nama :... NIM:... Usia :... PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah pernyataan-pernyataan yang tertulis pada lembar kuesioner ini dengan teliti. Mohon isi semua pernyataan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI HUBUNGAN INTERNET ADDICTION DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS GUNADARMA

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI HUBUNGAN INTERNET ADDICTION DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS GUNADARMA UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI HUBUNGAN INTERNET ADDICTION DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS GUNADARMA Deni Fernando 11512828 4PA04 Pembimbing: Dr. Wahyu Rahardjo, SPsi., MSi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencapai tujuan. Komunikasi sebagai proses interaksi di antara orang untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencapai tujuan. Komunikasi sebagai proses interaksi di antara orang untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial harus didahului oleh kontak dan komunikasi. Komunikasi sebagai usaha untuk membuat satuan sosial dari individu dengan mengunakan bahasa atau

Lebih terperinci