BAB 2 EKSPLORASI ISU BISNIS
|
|
- Suryadi Hendra Sugiarto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1. Conceptual Framework Dasar pemikiran konseptual pada thesis ini mengacu pada faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan sebuah pusat perbelanjaan dalam pengelolaannya. Pembentukan suatu pusat perbelanjaan merupakan substitusi pada kegiatan pusat perbelanjaan sebelumnya yang masih tradisional berupa warung, toko atau ruko. Dalam suatu pusat perbelanjaan, beberapa komoditi tersebut diakomodir dalam satu atap sehingga menciptakan suatu sarana baru untuk berbelanja. Beberapa faktor seperti kondisi perusahaan, kondisi industri pusat perbelanjaan, pelanggan, supplier, dan faktor eksternal lainnya membentuk eksplorasi isu bisnis yang akan dianalisa. Pola pemikiran ini yang mendasari penulisan thesis ini, bahwa diperlukan suatu strategi operasi perusahaan dalam menentukan langkah yang tepat dan faktor kunci keberhasilan sebuah pusat perbelanjaan. Beberapa variabel kemudian dipakai untuk menganalisa dalam merumuskan langkah strategi operasi yang tepat. Berdasarkan hasil wawancara dengan tenant dan melihat ke dalam kondisi internal perusahaan, isu utama yang dihadapi oleh IITC Kopo Mall adalah tidak sesuainya strategi perusahaan dan rendahnya kualitas pelayanan. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor eksternal seperti kondisi industri properti, pesaing, waktu peluncuran, kebutuhan para penyewa dan pelanggan, yang tidak diakomodir oleh faktor internal perusahaan seperti kapasitas pengolahan, strategi operasi dan kompetensi SDM. 17
2 Peta pemikiran konseptual terhadap penetapan variabel kerja yang komprehensif dan simultan yang kemudian dapat digunakan sebagai faktor pendukung dalam penetapan strategi operasi untuk mencapai strategi korporasi dalam menaikkan profit perusahaan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 2.1. Gambar 2.1 Skema Peta Pemikiran Konseptual 18
3 2.2. Analisis Situasi Bisnis Pusat Perbelanjaan Kondisi Internal Perusahaan PT Milan Jaya Pratama sebagai pengembang dan pengelola IITC Kopo Mall saat ini berusaha untuk menjadi perusahaan yang mengelola pusat perbelanjaan terbaik di Bandung selatan. Berbagai usaha dilakukan untuk mencapai visinya tersebut, antara lain dengan melakukan promosi pada berbagai media promo yang terdapat di Bandung, mengadakan event dan exhibition yang bertujuan menarik customer untuk datang dan berbelanja, memperbaiki sistem layanan kepada tenant dan customer, dan lain sebagainya. Sebagai perusahaan dalam pengelolaan pusat perbelanjaan, tujuan manajemen pusat perbelanjaan adalah untuk menarik pengunjung, mendorong mereka berbelanja, dan membuat mereka datang kembali. Kondisi pusat perbelanjaan yang ramai dan tingkat perputaran uang yang tinggi akan menjadi incaran bagi para tenant untuk bergabung menyewa/membeli unit di pusat perbelanjaan tersebut. Hal ini tentunya berdampak positif terhadap nilai properti yang ditawarkan oleh pihak pengelola, sehingga profit perusahaan akan menjadi tinggi. Kondisi IITC Kopo Mall sendiri masih belum dapat dikategorikan sebagai pusat perbelanjaan yang ramai. Tingkat kedatangan pengunjung masih dibawah rata rata. Selain itu juga, tingkat occupancy tenant di IITC Kopo Mall sendiri masih kurang dari 70% dan dari unit yang terisi tersebut hanya 51% yang buka, sisanya merupakan unit kios/toko tutup yang merupakan milik investor yang tidak mau membuka tokonya. Data tingkat occupancy unit dapat dilihat pada tabel
4 Tabel 2.1 Absorbsi Lahan 2007 KETERANGAN JAN FEB MAR APR MAY TOTAL UNIT 1,077 1,046 1,046 1,039 1,035 Luas (m2) 12, , , , , DIPAKAI PJS Luas (m2) SELLABLE AREA 1,064 1,031 1,023 1,014 1,009 Luas (m2) 12, , , , , % % % % % TERISI Luas (m2) 7, , , , , (dari sellable area/m2) 61% 66% 63% 65% 66% Buka Luas (m2) 6, , , , , (dari sellable area/m2) 48% 46% 50% 51% 53% Tutup Luas (m2) 1, , , , , (dari sellable area/m2) 13% 20% 13% 14% 13% VACANT Luas (m2) 4, , , , , (dari sellable area/m2) 38.84% 34.37% 37.19% 35.26% 34.04% Buka Luas (m2) (dari sellable area/m2) 0.00% 0.00% 0.45% 0.91% 1.13% Tutup Luas (m2) 4, , , , , (dari sellable area/m2) 38.84% 34.37% 36.74% 34.35% 32.91% Persentase toko buka dalam IITC Kopo Mall sebagian besar adalah di lantai dasar, sedangkan di lantai ground dan lantai satu masih sedikit yang beroperasi. Hal ini mengakibatkan image dari IITC Kopo Mall yang masih belum buka sepenuhnya. Akibat dari cukup banyaknya unit toko yang belum beroperasi, kondisi pusat perbelanjaan menjadi sepi. Pengunjung yang datang dan mendapati mal yang sebagian masih tutup akan berdampak negatif, dengan pilihan komoditi yang tidak 20
5 terlalu banyak dan kondisi yang cenderung sepi, akan menghambat kesuksesan IITC Kopo Mall sebagai sebuah pusat perbelanjaan. Sumber pendapatan dari properti sebuah pusat perbelanjaan adalah dari biaya sewa/jual lahan unit properti di dalamnya, termasuk segala ruang untuk berjualan dari tenant maupun dari pemakaian lahan untuk kepentingan lainnya seperti ruang iklan, promosi, utilitas, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk pengelolaan gedung, pendapatan diperoleh dari biaya operasional yang meliputi biaya listrik, air bersih dan utilitasnya, service charge, layanan pengelolaan, sewa lahan untuk pameran, exhibition, maupun iklan dan promosi. Hal ini sangat berkaitan, dimana biaya operasional akan mendukung layanan pengelolaan gedung, dimana manajemen pusat perbelanjaan akan meningkatkan kinerja dalam mengendalikan jam buka toko, pemilihan produk, tampilan jendela pajang, presentasi produk di toko dan pengadaan kegiatan acara dan promosi sebuah pusat perbelanjaan untuk menarik pengunjung. Dengan kesuksesan terhadap operasional sebuah pusat perbelanjaan, tentunya akan meningkatkan harga sewa/jual lahan properti di pusat perbelanjaan tersebut. Kesuksesan sebuah properti akan meningkatkan keinginan para calon tenant untuk bergabung di pusat perbelanjaan tersebut dan akan meningkatkan occupancy unit toko di pusat perbelanjaan sehingga biaya operasional juga akan meningkat. 21
6 Gambar 2.2 Hirarki Hubungan Pusat Perbelanjaan Kondisi yang terjadi di IITC Kopo Mall adalah dengan masih kecilnya tingkat occupancy tenant, sehingga kondisi pusat perbelanjaan sepi dengan pengunjung yang masih sedikit. Hal ini kemudian menjadi alasan bagi para tenants untuk menunggak biaya operasional. Biaya yang belum tertagih ini menjadi permasalahan bagi operasional IITC Kopo Mall karena termasuk dalam komponen pembayaran biaya listrik, biaya perawatan gedung, biaya perusahaan outsourcing dan supplier seperti jasa keamanan, pengelolaan parkir, cleaning service dan toilet, dan juga termasuk biaya operasional kantor manajemen dan gaji karyawan majemen IITC Kopo Mall. 22
7 Kebutuhan Pemilik Properti dan Tenant Bisnis properti merupakan ketergantungan satu sama lain antara owner sebagai pemilik properti dengan tenant/individual owner yang menyewa/membeli properti tersebut. Dalam sebuah pusat perbelanjaan, keberadaan tenant merupakan hal yang menentukan sukses atau tidaknya sebuah pusat perbelanjaan. Mal dengan tingkat occupancy tenant yang tinggi dengan kesuksesan tenant yang baik, akan menjadi kesuksesan pusat perbelanjaan tersebut. Untuk itu, perlu diselaraskan antara kebutuhan pemilik properti dengan tenant. Gambar 2.3 Posisi Property Management Peran pengelola gedung dalam memenuhi kebutuhan masing masing pihak sangat menentukan untuk menentukan kesuksesan sebuah pusat perbelanjaan, untuk itu 23
8 diperlukan strategi operasi yang tepat untuk menentukan kunci keberhasilan pengelolaan tersebut Kondisi Industri Pusat Perbelanjaan dan Persaingannya Awal tahun 1990 an, industri properti pusat perbelanjaan di Bandung masih sangat sedikit dan didominasi oleh sejumlah properti dengan tingkat persaingan yang rendah. Beberapa pusat perbelanjaan yang ada antara lain; Bandung Indah Plaza, Palaguna, King s Shopping Center, Plaza Parahyangan, Sultan Plaza, Rumah Matahari Banceuy. Gedung gedung yang mengakomodir perbelanjaan di kota Bandung masih sedikit, sehubungan dengan gaya hidup para perbelanja yang kebanyakan masih mendatangi pasar pasar tradisional atau toko toko langganan tertentu. Kondisi perkembangan industri properti di Bandung mulai berkembang pesat paska krisis ekonomi yang melanda di tahun khususnya di Bandung, beberapa Mal baru bermunculan di tahun 2000 an. Mulai dari Istana Plaza, Bandung SuperMall, Bandung Electronic Center, Istana Building Commodity Center, BeeMall, Pasarbaru Trade Center, Bandung Trade Center, Cihampelas Walk, Mollis, Jatinangor Town Square, Metro Trade Center, Paris Van Java, dan lain sebagainya. Pertumbuhan properti pusat perbelanjaan ini menunjukkan tingginya minat masyarakat akan sebuah pusat perbelanjaan dan hiburan yang memang sangat sesuai dengan image kota Bandung sebagai leisure city. IITC Kopo Mall sendiri termasuk mall dengan angkatan terbaru yang muncul. Opening di bulan Oktober 2006, berdekatan dengan Jatinagor Town Square di bulan September 2006, dan BeeMall di September Perkembangan industri pusat perbelanjaan di Bandung merupakan trend yang cenderung meningkat dalam waktu yang singkat. Perkembangan pusat perbelanjaan yang mengalami metamorfosis yang cukup drastis, sehingga dalam kurun waktu 24
9 lima tahun terakhir telah banyak bermunculan beberapa pusat perbelanjaan baru yang memberikan tekanan yang besar bagi tiap pusat perbelanjaan untuk menonjolkan keunggulannya masing masing dalam meraih sukses. Dengan melebarnya volume ruang pusat perbelanjaan di Bandung, diperlukan strategi yang handal dalam melakukan pengelolaan manajemen pusat perbelanjaan agar pelanggan bersedia datang dan kembali lagi. Untuk itu perlu latar belakang pemikiran, strategi, pertimbangan dan penyesuaian untuk menghasilkan langkahlangkah tepat dalam menunjang keberhasilan sebuah pusat perbelanjaan. Untuk menganalisa lingkungan industri properti pusat perbelanjaan, digunakan model Five Forces Porter. Dari analisa tersebut, disimpulkan bahwa tantangan pemain berasal dari pendatang baru dan pemain yang sudah ada. Jumlah mall dan pusat perbelanjaan dengan kualitas baik yang kian marak di Bandung menyebabkan persaingan yang sangat tinggi. 25
10 Potential New Entrance - Hambatan untuk masuk besar dengan banyaknya pertumbuhan mall baru Supplier - Kekuatan pemasok kecil karena pemasok banyak dan bersaing untuk masuk Competitor - Persaingan antar competitor sangat besar Customer - Kekuatan pembeli menengah karena banyak pilihan properti sedangkan jumlah penduduk terbatas Substitute - Banyak tersedia mall pengganti yang lebih baik dan sudah mempunyai loyal customer Gambar 2.4. Analisa Industri Pusat Perbelanjaan menurut Five Forces Porter a. Persaingan Industri Persaingan industri properti terutama pusat perbelanjaan sangat tinggi dengan berkembang pesatnya pusat perbelanjaan baru di Bandung, sehingga perbandingan jumlah pelanggan lebih sedikit dari pusat perbelanjaan yang ada. Hal ini cukup memberatkan bagi para pemain industri properti di Bandung, dimana mereka harus berebut konsumen untuk mengejar keuntungan. Kondisi yang ada adalah dengan bertambahnya sebuah pusat perbelanjaan baru, bukan menambah jumlah pelanggan baru namun merebut pelanggan pusat perbelanjaan lain menjadi konsumen loyal mereka. 26
11 b. Pendatang Baru Ancaman pendatang baru pada industri properti pusat perbelanjaan juga cukup tinggi. Di tahun 2006 saja, di Bandung telah muncul 4 pusat perbelanjaan baru yaitu : IITC Kopo Mall, Bandung Electronic Mall (BeeMall), Jatinangor Town Square (Jatos), dan Paris Van Java Mall (PVJ). Di tahun 2007/2008 mendatang, diperkirakan sejumlah pusat perbelanjaan baru akan bermunculan, antara lain : Lucky Square, Bandung Trade Mall, Soreang Plaza, Mollis (renovasi), Cimahi Mall, Champs, dan lain sebagainya. Ancaman pendatang baru ini cukup mengkhawatirkan dengan pola berebut konsumen, sehingga diperlukan suatu strategi untuk mempertahankan pelanggan yang telah ada. c. Produk Pengganti Produk pengganti untuk properti pusat perbelanjaan juga telah banyak, sebagian menyatu dengan pusat perbelanjaan sebagai sebuah tenant seperti Carrefour di Paris Van Java, namun sebagian juga berdiri sendiri seperti Riau Junction milik Yogya yang memiliki gedung sendiri seperti sebuah pusat perbelanjaan. Selain itu perkembangan Factory Outlet di Bandung semakin berkembang sehingga pelanggan kadang lebih memilih berbelanja di butik outlet daripada di pusat perbelanjaan. d. Profil Pelanggan Pelanggan dari manajemen IITC KOPO Mall yang diwakili oleh property manager selaku pengelola terdiri dari : tamu/shoppers sebagai end customer dari mall, tenant/retailers sebagai penyewa ruang yang melakukan perdagangan di mall, kontraktor sebagai badan atau perusahaan yang melakukan jasa/service dalam 27
12 operasional mall (seperti cleaning service, security, parking, dsb) dan owners sebagai pemilik gedung/land lord. Gambar 2.5 Pelanggan Properti Manajemen Pelanggan utama pada sebuah pusat perbelanjaan adalah pengunjung/shoppers yang datang untuk berbelanja. Di Bandung, perilaku pembelanja sebagai pelanggan sangat mendukung keberadaan pusat perbelanjaan. Perilaku konsumeritas dalam masyarakat kota Bandung merupakan ciri identik yang tidak dapat dipisahkan dari image Leisure City yang disandangnya. Hal ini bahkan membudaya bagi para pengunjung luar kota seperti Jakarta, Bogor, Tasikmalaya, Garut, dan daerah Jawa Barat lainnya yang berkunjung ke Bandung untuk berbelanja. Mulai dari oleh oleh khas Bandung, makanan khas Bandung, sampai dengan pusat busana yang tersedia di Factory Outlet dan Mall lainnya, menjadikan Bandung sebagai kota wisata belanja. Trend berbelanja ini juga berdampak positif terhadap beberapa pusat perbelanjaan di Bandung. Pada akhir pekan, setiap pusat perbelanjaan di Bandung selalu ramai dikunjungi, terutama bagi para pengunjung dari luar kota. 28
13 Dari sisi pelanggan, dengan tingkat pertumbuhan penduduk cukup tinggi yakni mencapai sekitar 1,5 juta per tahun, namun dengan jumlah pusat perbelanjaan yang cukup besar dan pilihan produk substitusi banyak membuat semakin kuatnya posisi tawar pelanggan. e. Pemasok Pemasok yang dipakai oleh pusat perbelanjaan adalah pemasok untuk pekerjaan perawatan dan jasa layanan dalam operasional gedung. Mulai dari utilitas teknik seperti kontraktor bangunan, jasa perawatan AC, escalator, lift, lampu penerangan, pompa dan utilitas air, Sewage Treatment Plant (STP), juga jasa operasional gedung seperti cleaning service dan toilet, security, parking. Banyaknya pemasok yang bersaing untuk masuk dalam jasa pengelolaan gedung menjadikan kekuatan penawarannyanya lemah. Penggunaan sistem outsource pada pengelolaan mall membuat perusahaan pemasok saling bersaing yang tentunya menguntungkan pihak mall Faktor Eksternal Bisnis properti pada lingkungan makro banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang timbul akibat dari perubahan dan perkembangan dari lingkungan industri properti itu sendiri, seperti kondisi dan situasi politik, ekonomi, sosial dan perkembangan teknologi yang sangat cepat berubah, kondisi persaingan, tuntutan pasar dan tuntutan kepuasan pelanggan yang bergerak dinamis terhadap kualitas layanan serta persaingan harga yang kompetitif. 29
14 a. Regulasi Pemerintah Dukungan kebijakan peraturan pemerintahan akan pembangunan properti menjadi pemicu semakin bergairahnya perkembangan properti di Indonesia. Bank bank semakin memberikan kemudahan serta bunga murah untuk pinjaman baik dalam pengadaan unit properti pada pengusahan sebagai land lord, maupun kepemilikan unit toko/kios oleh individual owners. Selain itu kebijakan investasi bank oleh pemerintah Indonesia dengan menerapkan dana maksimal yang dijamin pemerintah adalah Rp 100 juta, membuat sektor properti lebih digemari untuk investasi. Selain itu pemberlakuan UU No 8/99 tentang perlindungan konsumen yang mengakibatkan semakin kuatnya posisi tawar pelanggan, sehingga penyelenggara bisnis harus menunjukkan : Penyedia layanan / produk yang handal dan berkualitas. Pelayanan yang memberikan kesempatan berinteraksi lebih mendalam (customer service). b. Faktor Kondisi Ekonomi Didukung kondisi perekonomian Indonesia yang semakin membaik, yang ditunjukkan oleh beberapa indikator ekonomi, seperti pertumbuhan GDP, penurunan tingkat inflasi, penurunan suku bunga SBI, dan peningkatan cadangan devisa negara. Kondisi ini dapat dilihat sebagai potential market oleh para investor untuk investasi terutama di sektor properti di Indonesia. 30
15 c. Faktor Sosial (Pertambahan Penduduk dan Industri) Populasi penduduk Indonesia yang semakin besar mencapai 1,5 juta per tahun, tingkat pendidikan masyarakat yang semakin meningkat, gaya hidup masyarakat yang semakin berubah dari kebutuhan berbelanja menjadi sebuah rekreasi ke tempat tempat pusat perbelanjaan. Keberadaan pusat perbelanjaan kemudian bermetamorfosis menjadi sarana bergaul dan bersosialisasi bagi kaum muda di kotakota besar. Perkembangan ini membuat sejumlah investor semakin optimis akan perkembangan industri properti pusat perbelanjaan. d. Faktor Teknologi Teknologi sektor properti terutama dalam bangunan tingkat tinggi (high rise) yang semakin berkembang juga mendukung peningkatan pembangunan gedung pusat perbelanjaan dengan biaya yang semakin murah dan waktu yang singkat. Dengan ditemukannya teknologi mortar yaitu semen tanpa campuran, teknologi struktur bangunan tahan gempa, teknologi pencegahan bahaya kebakaran, sistem CCTV dan monitor keamanan, dan lain sebagainya menjadikan gedung pusat perbelanjaan menjadi investasi yang menarik bagi pelanggan Proses Bisnis IITC Kopo Mall Secara Global Sebagai perusahaan pengembang sebuah pusat perbelanjaan, IITC Kopo Mall berusaha menjadi pusat perbelanjaan yang mengakomodasi sektor perdagangan retail dari sejumlah komoditi, seperti fashion, asesoris, toko buku, elektronik, telepon genggam, supermarket, kebutuhan rumah tangga, permainan dan hiburan, travel, bank, food court dan restaurant, dan lain sebagainya. 31
16 Inti bisnis dari sebuah pusat perbelanjaan adalah mengubah lahan berharga murah menjadi sebuah gedung yang mengakomodasi perdagangan dan hiburan untuk menjadi investasi yang menguntungkan dengan cara menyewakan atau menjual lahan tersebut kepada peritel, yaitu penyewa/pembeli, yang kuat dengan harga sewa/jual tinggi yang berlaku di pasar. Di sisi lain, para peritel mencari lokasi usaha yang dapat memberikan tingkat penjualan tertinggi. Oleh karena itu pemilik properti dan peritel mempunyai keterikatan saling tergantung satu sama lain. Pemilik properti mengubah lahan murah menjadi sebuah pusat perbelanjaan yang bernilai investasi tinggi Pusat perbelanjaan dibangun dengan konsep trade mall yang mempunyai kenyamanan berbelanja yang nyaman Nilai investasi menjadi lebih tinggi dengan harga sewa dan jual yang lebih baik Profit bagi pemilik properti Gambar 2.6 Proses Bisnis Global IITC Kopo Mall Konsep properti yang dipilih oleh IITC Kopo Mall adalah trade mall, yaitu perpaduan antara konsep mall dan trade center. Konsep mall yang memberikan layanan berbelanja kepada para pengunjung dengan sarana dan prasarana yang nyaman seperti adanya lift, escalator, air conditioner, koridor yang luas, atrium untuk event dan exhibition, dimana sistem kepemilikan tenant adalah dengan menyewa dengan harga sewa per meter persegi. Sedangkan konsep trade center adalah pusat perbelanjaan dengan unit toko yang lebih kecil, dengan fasilitas seadanya, dan status kepemilikan tenant adalah Hak Guna Bangunan dengan ketentuan strata title sesuai undang undang satuan rumah susun yang berlaku. 32
17 Perpaduan ini kemudian digabung menjadi konsep Trade Mall yang bertujuan memberikan kenyamanan berbelanja sekelas mall, namun dengan harga yang lebih murah dan terjangkau seperti trade center. Tenant Mix di dalamnya juga beragam, terdiri dari tenant yang membeli unit dengan status kepemilikan Hak Guna Bangunan, dan tenant yang menyewa dengan status penyewa selama beberapa waktu yang telah ditentukan Proses Bisnis Building Management Bisnis pengelolaan pusat perbelanjaan adalah mengelola para penyewa dan pengunjung melalui operasional gedung untuk memberikan layanan terbaik dalam melakukan kegiatan perbelanjaan dan aktifitas pusat perbelanjaan sehari hari. Kebutuhan tenant adalah suatun tempat perdagangan dalam sebuah pusat perbelanjaan dengan harga sewa/jual yang terjangkau namun dapat memberikan keuntungan tingkat penjualan yang tinggi. Manajemen pusat perbelanjaan perlu mengelola kebutuhan tenant ini agar terakomodir sesuai kebutuhannya untuk menghidupkan aktifitas perbelanjaan. Beberapa ditempuh atara lain dengan memberikan layanan yang baik terhadap para tenant, melakukan grouping terhadap zona komoditi dagangan untuk memudahkan para pengunjung berbelanja. Kebutuhan para pengunjung adalah mendapatkan suatu sarana perbelanjaan yang lengkap, mudah dicapai dan nyaman. Pelayanan terhadap para pengunjung adalah dengan mengelola gedung agar tetap nyaman, aman, bersih dan teratur. 33
18 Tenant/Retailer Operasional Gedung Building Management Mengelola gedung untuk mengakomodasi kegiatan operasional Pengunjung/ Shopper Gambar 2.7 Proses bisnis Building Management 2.3. Akar Masalah Berdasarkan data keuangan dan tingkat huni serta aktifitas jumlah pengunjung yang ada di IITC Kopo Mall, didapat bahwa kondisi pusat perbelanjaan ini sedang tidak sehat. Dari data keuangan, tingkat pendapatan operasional yang diperoleh dari penagihan biaya operasional meliputi biaya listrik, air bersih dan service charge, masih tidak tertagih sekitar 40% dari total seluruh biaya. Beberapa alasan yang ditemui berdasarkan hasil wawancara dengan para tenant, sebagian merasa bahwa kondisi pusat perbelanjaan yang masih sepi, banyaknya toko/kios yang masih tutup, iklan dan promosi pusat perbelanjaan yang kurang, serta masih belum beroperasionalnya lantai 2 dan 3 yang direncanakan menjadi dunia fantasi indoor terbesar belum 34
19 terealisasi, membuat para tenant tidak dapat memenuhi target penjualannya. Dengan alasan inilah sebagian mereka tidak membayar biaya operasional, terutama service charge. Kondisi inipun berdampak negatif terhadap unit toko lainnya, yang merasa penjualan tidak mencapai target sehingga beberapa pemilik toko mulai menutup unit dagangnya dengan tujuan menunda untuk berdagang sampai kondisi pusat perbelanjaan kembali ramai. Sedangkan dari pengunjung, kondisi mall dengan banyaknya unit toko yang tutup membuat mereka kurang mendapatkan pilihan akan barang yang dibutuhkan. Dengan kondisi tersebut, para pengunjung yang datang kemudian kecewa dan tidak kembali ke mall, namun akan beralih ke pusat perbelanjaan lain yang lebih ramai dan memiliki pilihan barang yang lebih banyak. Gambar 2.8 Akar Masalah Fungsi ketergantungan satu dengan lainnya inilah yang menjadi efek berantai pada tiap pihak. Di satu sisi tenant membutuhkan para pengunjung untuk menjadi ramai sehingga bisa mencapai omset perdagangan mereka, namun karena sebagian unit 35
20 yang masih tutup membuat para pengunjung untuk lebih memilih pusat perbelanjaan lainnya untuk berbelanja. Di lain sisi, para tenant yang tutup tersebut merasa dengan omset yang tidak mencapai target, mereka merasa rugi dan memilih untuk menutup dulu unit tokonya sampai pengunjung ramai kembali. Permasalahan yang klasik adalah mana yang harus dilakukan dahulu. Para tenant membuka semua unit usahanya dengan demikian tingkat huni pusat perbelanjaan bisa terisi dan buka semua sehingga mall menjadi hidup dengan bermacam macam pilihan produk dengan harapan para pengunjung menjadi ramai berbelanja, atau menunggu para pengunjung ramai dahulu baru membuka unit usahanya. Ditambah lagi dengan para investor yang telah membeli unit namun bukan sebagai pedagang, namun mengharapkan unit tokonya dapat disewa kepada pihak lain, sehingga bagi investor yang masih belum mendapatkan penyewanya akan menutup unit tokonya sampai laku disewakan. Dari analisa tersebut terlihat ketidaksesuaian kebutuhan pelanggan dengan sumber daya operasional perusahaan, terutama sasaran dan korelasi pemenuhannya. Hasil Penelusuran akar masalah bersumber pada dua faktor eksternal, yaitu pertumbuhan jumlah penduduk di kota Bandung yang menjadi pelanggan bagi pusat perbelanjaan yang tidak sesuai dengan pertumbuhan industri pusat perbelanjaan yang terlalu banyak, dan ancaman kompetitor pusat perbelanjaan lain yang semakin tinggi. Namun terdapat juga faktor yang merupakan akar sebagian masalah IITC Kopo Mall yaitu ketidakseimbangan antara kebutuhan pelanggan dengan sumber daya operasional perusahaan. Penelusuran akar masalah ini dapat dilihat pada gambar 2.9 berikut. 36
21 Gambar 2.9 Penelusuran Akar Masalah IITC Kopo Mall 37
22 38
BAB 1 PENDAHULUAN. Pusat perbelanjaan sebagai salah satu bentuk aktifitas keseharian telah berkembang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pusat perbelanjaan sebagai salah satu bentuk aktifitas keseharian telah berkembang dan mengalami evolusi secara dinamis dan pesat dalam jangka waktu yang singkat.
Lebih terperinciBAB 4 RENCANA IMPLEMENTASI
BAB 4 RENCANA IMPLEMENTASI 4.1. Rencana Implementasi Dari hasil pengumpulan dan pengolahan data melalui alternatif solusi yang didapat dengan menggunakan matriks strategi operasi, terlihat bahwa perlu
Lebih terperinciBAB II EKSPLORASI ISU BISNIS
BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Conceptual Framework Berdasarkan hasil wawancara dan literatur, isu utama yang dihadapi PDAM Kota Bandung adalah nya kualitas pelayanan. Hal ini disebabkan oleh beberapa
Lebih terperinciBAB 3 SOLUSI BISNIS. Lynda dan Tong dalam bukunya The 4 Rs of Asian Shopping Centre Management
BAB 3 SOLUSI BISNIS 3.1. Alternatif Solusi Bisnis Lynda dan Tong dalam bukunya The 4 Rs of Asian Shopping Centre Management (2005:28) ditekankan 9 Variabel yang menentukan tingkat keberhasilan sebuah pusat
Lebih terperincimbar 3.9 Kesesuaian kebutuhan pelanggan dengan sumber daya
Tangible and intangible Resources Staff yang berpengalaman Peralatan dan utilitas gedung yang memadai Relasi ke tenant dan supplier Customer Pedagang independen kelas menengah Tujuan mendapat lokasi perdagangan
Lebih terperinciBAB 2 EKSPLORASI ISU BISNIS
BAB 2 EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Conceptual Framework Melalui wawancara dengan Ir. HM. Nasija Warnadi, MM. selaku Direktur PDAM Kabupaten Cirebon dan studi literatur dari buku (majalah) Air Minum terbitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin berkembangnya zaman, maka semakin berkembang pula pusat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin berkembangnya zaman, maka semakin berkembang pula pusat berbelanja atau mall. Mall merupakan pusat perbelanjaan yang tidak pernah sepi pengunjung (Suara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis eceran yang kini populer disebut bisnis ritel, merupakan bisnis yang menghidupi banyak orang dan memberi banyak keuntungan bagi sebagian orang. Pada saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. munculnya pasar tradisional maupun pasar modern, yang menjual produk dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berkembangnya bisnis ritel di Indonesia disebabkan oleh semakin luasnya pangsa pasar yang membuat produsen kesulitan untuk menjual produknya langsung ke
Lebih terperinciBAB III METODE PENULISAN
19 BAB III METODE PENULISAN 3.1 Tempat dan Waktu Praktek Kerja Lapangan 3.1.1 Tempat Kerja Praktek Tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan dilakukan dibagian Finance PT Cahaya Mitra Sarana (Simpur Center)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bioskop, fashion, food court, tempat bermain anak, ruang pameran, fitness, meeting
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mall merupakan salah satu jenis pusat perdagangan yang cepat berkembang di kota-kota besar di Indonesia (Mario, 2012). Seiring dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir ini semakin berkembang. Hal ini ditandai dengan semakin banyak investor yang melakukan investasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi bisnis ritel
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bisnis ritel eceran saat ini mengalami perkembangan cukup pesat, ditandai dengan semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PLAZA AMBARRUKMO
BAB II GAMBARAN UMUM PLAZA AMBARRUKMO A. Ruang Lingkup Plaza Ambarrukmo Plaza Ambarrukmo merupakan salah satu mal ada di Yogyakarta. Mal yang terletak di Jalan Laksda Adisucipto ini berdiri pada tahun
Lebih terperinciBAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
STUDI PENGARUH TATA RUANG TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN DI MALIOBORO MALL, GALERIA MALL DAN AMBARRUKMO PLAZA, YOGYAKARTA 2014 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Perkembangan dalam bidang perekonomian semakin meningkat, di
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG Perkembangan dalam bidang perekonomian semakin meningkat, di tambah dengan kebutuhan hidup sehari hari yang harus terpenuhi. Suatu lahan kota akan mengalami perkembangan,
Lebih terperinciANALISIS STRATEGI OPERASI DI INDONESIA INTERNATIONAL TRADE CENTER (IITC) KOPO MALL PROYEK AKHIR
ANALISIS STRATEGI OPERASI DI INDONESIA INTERNATIONAL TRADE CENTER (IITC) KOPO MALL PROYEK AKHIR Oleh: SAMUEL MAY RATIFIL NIM: 29105097 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian suatu negara ditandai dengan semakin pesatnya. perkembangan industri, perusahaan dagang dan jasa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kemajuan perekonomian suatu negara ditandai dengan semakin pesatnya perkembangan industri, perusahaan dagang dan jasa. Dengan semakin berkembangnya perusahaan-perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permintaan orang-orang akan hiburan semakin tinggi. Orang-orang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan majunya teknologi dan jaman yang semakin modern, permintaan orang-orang akan hiburan semakin tinggi. Orang-orang menginginkan tempat dimana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berlalunya kerusuhan yang pernah terjadi pada sekitar tahun merupakan fenomena tersendiri. Pusat perbelanjaan yang dapat berupa
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pusat perbelanjaan yang tumbuh semakin pesat di Jakarta setelah berlalunya kerusuhan yang pernah terjadi pada sekitar tahun 1998 merupakan fenomena tersendiri. Pusat perbelanjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. apapun, baik itu skala usaha yang besar, maupun skala usaha yang kecil.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam dunia bisnis pasti tidak akan terlepas dari yang namanya persaingan. Persaingan akan selalu ada di segala macam bisnis dan bentuk usaha apapun, baik itu skala
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis ritel adalah penjualan barang secara langsung dalam berbagai macam jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan di bidang perekonomian sampai saat ini telah banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan di bidang perekonomian sampai saat ini telah banyak membawa perkembangan yang pesat dalam berbagai bidang usaha. Sejalan dengan itu banyak bermunculan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin besarnya antusiasme dan agresifitas para pelaku bisnis baik di sektor industri, jasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini yang diiringi dengan pertumbuhan ekonomi, memaksa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini yang diiringi dengan pertumbuhan ekonomi, memaksa banyak pengusaha membuka bisnis ritel di berbagai pusat perbelanjaan. Tak dapat dipungkiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini kota Bandung menjadi salah satu tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam beberapa tahun terakhir ini kota Bandung menjadi salah satu tujuan wisata terpenting. Selain terkenal dengan kulinernya, kota Bandung belakangan ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Untuk mengetahui maksud dari judul diatas, maka perlu diuraikan arti masing masing kata : Klaten : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan
Lebih terperinciDAFTAR PERTANYAAN. 1. Nama : Umur :. 3. Alamat :. 5. Jabatan :. KUISIONER TAHAP KEDUA
DAFTAR PERTANYAAN A. Identitas Responden 1. Nama :... 2. Umur :. 3. Alamat :. 4. Jenis Kelamin : L / P (Lingkari salah satu) 5. Jabatan :. KUISIONER TAHAP KEDUA B. Petunjuk pengisian I (untuk soal no.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan suatu daerah terutama dengan adanya hubungan dengan otonomi daerah khususnya di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih cenderung berbelanja ditempat ritel modern. Semua ini tidak lepas dari pengaruh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pergeseran minat belanja dari ritel tradisional ke ritel modern semakin berkembang dari tahun ketahun. Hal ini bisa dilihat dari peningkatan jumlah konsumen
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan kebiasaan berbelanja sebagai bentuk mencari suatu kesenangan adalah merupakan suatu motif berbelanja yang baru. Motivasi merupakan konsep yang dinamis dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk senantiasa berusaha menambah dan mempertahankan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di era global lingkungan persaingan bisnis telah membuat berbagai perusahaan untuk senantiasa berusaha menambah dan mempertahankan pangsa pasarnya. Karena dalam hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi ciri khas Yogjakarta. Di Yogjakarta kurang lebih terdapat 116
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta sebagai kota pelajar merupakan image yang menjadi ciri khas Yogjakarta. Di Yogjakarta kurang lebih terdapat 116 perguruan tinggi yang tiap tahunnya menarik
Lebih terperinciBAB I - PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I - PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini pusat perbelanjaan modern atau dikenal dengan sebutan mall mengalami pergeseran fungsi. Pada mulanya masyarakat ke mall khusus untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, banyak bermunculan produsen atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di era globalisasi sekarang ini, banyak bermunculan produsen atau pengusaha baik dari dalam maupun luar negeri yang bermunculan dan membangun serta mengembangkan unit
Lebih terperinciKUISIONER TAHAP KETIGA. Mohon memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan
KUISIONER TAHAP KETIGA A. Petunjuk pengisian I (untuk soal no. 1 sampai no. 2) Mohon memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda rumput ( ) pada tempat yang telah
Lebih terperinciB A B I P E N D A H U L U A N
B A B I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar belakang Penelitian Krisis ekonomi yang berkepanjangan di Indonesia dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2001 menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi tidak stabil.
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab 6 adalah bab terakhir dari studi ini, bab ini merupakan kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan studi yang telah dilakukan. Pada bagian ini akan dipaparkan temuan studi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek. 1.2 Tujuan Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Pertumbuhan penduduk dan meningkatnya taraf kehidupan kota menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan fasilitas perkotaan yang lebih terencana. Hal ini terjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ini dikarenakan kebutuhan masyarakat yang konsumtif dan kebutuhan yang makin
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pusat perbelanjaan di Jakarta dewasa ini sangat berkembang dengan pesat. Hal ini dikarenakan kebutuhan masyarakat yang konsumtif dan kebutuhan yang makin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perdagangan pada pasar modern di Indonesia mengalami perkembangan dan persaingan yang sangat ketat. Pada saat ini perkembangannya diperkirakan tiap tahun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pusat perbelanjaan moderen merupakan tempat berkumpulnya. pedagang yang menawarkan produknya kepada konsumen.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pusat perbelanjaan moderen merupakan tempat berkumpulnya pedagang yang menawarkan produknya kepada konsumen. Pasar ini terdiri dari sekelompok lokasi usaha ritel dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk terus berusaha mengembangkan usahanya agar dapat bertahan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam situasi dan kondisi ekonomi pada saat ini, keberadaan suatu perusahaan tidak terlepas dari suatu persaingan. Oleh karena itu setiap perusahaan dituntut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ritel Indonesia secara agregat dibagi menjadi dua yaitu ritel modern dan ritel tradisional, pembagian ini dibuat oleh AC Nielsen Indonesia pada riset yang berjudul
Lebih terperinci2015 PENGARUH STORE ATTRIBUTE TERHADAP LOYALITAS WISATAWAN DIKONTROL OLEH MOTIVASI BERBELANJA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Wisata belanja merupakan salah satu sektor industri pariwisata yang mengalami pertumbuhan yang signifikan di dunia. Berbelanja sudah menjadi suatu hal yang
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Shopping mall atau biasa disebut juga dengan mal adalah salah satu pusat perbelanjaan yang cepat berkembang di kota-kota besar di Indonesia. Mal merupakan bagian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah ritel di Indonesia tahun sebesar 16% dari toko menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri ritel berkembang sangat pesat di Indonesia terlebih sejak dibukanya peraturan yang memperbolehkan ritel asing memasuki pasar di Indonesia. Menurut hasil survey
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN
BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 1.1. Sejarah Perusahaan PT. Prima Graha Citra adalah Perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan gedung yaitu gedung Pusat Grosir Cililitan (PGC) yang terletak di jalan Mayjen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi ini dapat memicu bisnis di Indonesia maupun global.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan globalisasi di negara Indonesia bertumbuh sangat pesat. Salah satu pendorong perkembangan globalisasi yang terjadi di Indonesia adalah adanya
Lebih terperinciSURVEI PROPERTI KOMERSIAL
SURVEI PROPERTI KOMERSIAL Triwulan III I - 2007 Perkembangan Properti Komersial di wilayah Jabodebek (q-t-q) : Perkembangan pasokan baru properti komersial yang cukup pesat terjadi pada perkantoran sewa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, masyarakat Indonesia, khususnya di kota-kota besar mempunyai
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini, kami akan membahas latar belakang, identifikasi masalah (dari sudut pandang konsumen maupun sudut pandang perusahaan), tujuan dan manfaat, ruang lingkup, dan sistematika
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan modernisasi peralatan elektronik telah menyebabkan perubahan yang sangat mendasar didalam aktivitas manusia sehari-hari, dimana manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu, ritel modern dan ritel tradisional. Ritel modern sebenarnya merupakan pengembangan
Lebih terperinciBUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KERUPUK UDANG
BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KERUPUK UDANG PIU KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN 2014 BUSINESS PLAN INFRASTRUKTUR KOMPONEN 2 RUMAH PRODUKSI KERUPUK UDANG A. LATAR BELAKANG Business Plan merupakan suatu usulan
Lebih terperinciANALISIS STRATEGI BISNIS PADA TB GRAMEDIA DUTA PLAZA DI KOTA DENPASAR. Usaha meningkatkan kinerja TB Gramedia Duta Plaza secara menyeluruh sangat
Lampiran 1. Kuisioner ANALISIS STRATEGI BISNIS PADA TB GRAMEDIA DUTA PLAZA DI KOTA DENPASAR Kepada Yth. Bapak Ibu Responden, Usaha meningkatkan kinerja TB Gramedia Duta Plaza secara menyeluruh sangat diperlukan,
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Jakarta dahulu dikenal dengan nama Batavia yang merupakan salah satu kota kolonial di Indonesia, selanjutnya berkembang menjadi kota Metropolitan seperti saat ini.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berikut adalah perkembangan mall yang ada di Surabaya berdasarkan kanalsatu.com: Tabel 1.1 Perkembangan Mall di Surabaya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin modern diikuti adanya globalisasi dan kondisi ekonomi dalam beberapa tahun terakhir di kota-kota besar di Indonesia, menyebabkan bisnis
Lebih terperinci2015 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN DI BANDUNG INDAH WATERPARK DALAM RANGKA MENINGKATKAN KEPUASAN PENGUNJUNG
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor pariwisata di beberapa Negara dijadikan sektor andalan sebagai penghasil devisa terkuat diantara sektor lainnya. Ini terbukti bisa menghasilkan ke
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia pertokoan di Indonesia semakin berkembang dengan banyaknya pusat perbelanjaan di kotakota. Hal ini menunjukan bahwa semakin banyak masyarakat Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pusat perbelanjaan atau yang sering disebut shopping mall belakangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pusat perbelanjaan atau yang sering disebut shopping mall belakangan diketahui sebagai produk yang ada karena imbas dari kombinasi antara perkembangan infrastruktur
Lebih terperinciBAB II EKSPLORASI ISU BISNIS. Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal mengacu kepada tantangan bisnis
BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Conceptual Framework Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal mengacu kepada tantangan bisnis yang sedang dihadapi oleh PT Brantas Abipraya saat ini, bagaimana menumbuhkan
Lebih terperinciIndonesia Property Market Overview 4 th Quarter 2015
Indonesia Property Market Overview 4 th Quarter 2015 Coldwell Banker Commercial Kawasan Bisnis Granadha, 12 th B Floor Jl. Jenderal Sudirman Kav. 50 Jakarta 12930 Indonesia Phone : +62 21 255 39 388 Fax
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan relatif terkendali, tetapi Indonesia tetap harus menjaga dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kondisi perekonomian Indonesia tidak terlepas dari pengaruh kondisi global. Dampak krisis Eropa maupun Amerika terhadap ekonomi Indonesia ini secara keseluruhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini salah satu kebutuhan remaja adalah sosialisasi diri dalam pergaulan sebayanya. Maka tidak jarang rumah makan dan cafe menjadi tempat-tempat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan perekonomian di Kota Hal ini karena Pariwisata merupakan ujung tombak dari kemajuan perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian maupun perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan perekonomian maupun perkembangan teknologi telah membawa manusia pada kehidupan dengan tuntutan kebutuhan yang semakin kompleks. Seiring
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan mensejahterahkan masyarakat dan mengurangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jaman sekarang yang dimana telah mengalami perkembangan dalam dunia usaha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia bisnis yang tumbuh dengan pesat menjadi tantangan maupun ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan mempertahankan kelangsungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007, toko modern atau yang sekarang biasa disebut pasar modern adalah pasar dengan sistem pelayanan mandiri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. food terbaik. Richeese Factory adalah QSR (Quick Service Restaurant) di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bisnis fast food adalah salah satu bisnis yang paling kompetitif dan berkembang pesat. Restoran fast food yang ada di Indonesia sekarang ini antara lain richeese
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib
Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek A. Umum Pertumbuhan ekonomi DIY meningkat 5,17 persen pada tahun 2011 menjadi 5,23 persen pada tahun 2012 lalu 1. Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta mengingat jumlah penduduk Jakarta yang terus bertambah, sehingga saat ini di Jakarta banyak
Lebih terperinciAnalisa Luasan Area Parkir
Analisa Luasan Area Parkir Manajemen Pengelolaan Kehadiran dan keberadaan manajemen properti diperlukan baik oleh sektor privat maupun sektor publik yang memiliki dan/atau menggunakan properti, baik dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menawarkan produknya kepada konsumen. Pasar ini terdiri dari sekelompok
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pusat perbelanjaan merupakan tempat berkumpulnya pedagang yang menawarkan produknya kepada konsumen. Pasar ini terdiri dari sekelompok lokasi usaha ritel dan usaha komersial
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia telah memasuki perdagangan bebas lebih awal dibandingkan negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah menandatangani Letter
Lebih terperinciPengertian & Sistem Sirkulasi
Pengertian & Sistem Sirkulasi I.1.Pengenalan Perbelanjaan, I.1.1.Pusat Perbelanjaan I.1.1.1 Pengertian o Adalah kompleks pertokoan yang dikunjungi untuk membeli atau melihat dan membandingkan barang-barang
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG
BAB I LATAR BELAKANG Suatu perusahaan didirikan untuk menghasilkan laba yang optimal, dengan adanya laba yang diperoleh tersebut, perusahaan akan memiliki kemampuan untuk berkembang dan mempertahankan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. YOGYA SPORT SHOPPING MALLbelanjaan Perl
DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pengesahan... ii Untaian Kata Penyejuk Kalbu... iii Lembar Persembahan... iv Kata Pengantar... v Abstraksi... vii Daftar Isi... viii Daftar Gambar... xii Daftar Tabel...
Lebih terperinciBAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK TRADE MALL TOSERBA YOGYA
BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK TRADE MALL TOSERBA YOGYA 3.1. Deskripsi Proyek 3.1.1. Data Proyek Nama Proyek Lokasi Pemilik Proyek : Trade Mall Toserba Yogya Karawang : : PT. Akur Pratama Grup Pemilik Proyek
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Porter Strategi kompetitif merupakan suatu framework yang dapat membantu perusahaan untuk menganalisa industrinya secara keseluruhan, serta menganalisa kompetitor dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jasa pelayanan perbankan dari tahun ke tahun selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jasa pelayanan perbankan dari tahun ke tahun selalu menunjukkan peningkatan. Hal ini semakin terlihat persaingan baik dari segi kualitas dan promosi jasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bisnis eceran ( Retail Businesses ) atau yang juga populer dengan sebutan
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Bisnis eceran ( Retail Businesses ) atau yang juga populer dengan sebutan Peoples Businesses merupakan salah satu cabang kegiatan perdagangan jasa yang berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses bisnis perusahaan dan merupakan aktivitas yang rutin terjadi dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada lingkungan bisnis yang sekarang ini, setiap perusahaan dituntut untuk mampu bersaing dalam meningkatkan kinerja dan mampu menghasilkan keputusan yang sesuai, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat diikuti dengan. berkembangnya kebutuhan masyarakat menyebabkan perubahan gaya hidup pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat diikuti dengan berkembangnya kebutuhan masyarakat menyebabkan perubahan gaya hidup pada polabelanja. Perubahan pola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan jumlah kendaraan roda empat dari tahun ke tahun terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jumlah kendaraan roda empat dari tahun ke tahun terus meningkat secara signifikan. Fenomena tersebut disebabkan masyarakat sekarang ini lebih menyukai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuan. Aktivitas suatu perusahaan dalam mencapat tujuan tersebut diperlukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai berbagai macam tujuan. Aktivitas suatu perusahaan dalam mencapat tujuan tersebut diperlukan pengelolaan
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI PROYEK
BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 PENGERTIAN PUSAT PERBELANJAAN Pusat perbelanjaan pada awalnya adalah suatu tempat yang berfungsi sebagai tempat perdagangan (tempat bertemunya calon pembeli dan penjual dan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. tahun 1994 didirikanlah sebuah usaha dengan nama PT SUPRAJAYA 2001
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Perusahaan ini dirintis oleh suami istri Ngadiman di Jakarta. Maka tahun 1994 didirikanlah sebuah usaha dengan nama PT
Lebih terperinciBAB III SOLUSI BISNIS
BAB III SOLUSI BISNIS Berdasarkan hasil analisis pada akar permasalahan pada Bab II, disimpulkan bahwa permasalahan bagi Diamond Supermarket (D BEST Fatmawati) pada saat ini adalah image Diamond Supermarket
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat menjanjikan dalam meraih devisa negara. Salah satu komponen industri pariwisata yang besar peranannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan kota Tangerang semakin berkembang dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun belakangan kota Tangerang semakin berkembang dan mengakibatkan perusahaan yang bergerak di bidang building management tertarik untuk mengembangkan bisnisnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Reformasi undang-undang telekomunikasi yang terjadi akhir-akhir ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana terjadi pada negara berkembang lainnya, pengembangan dan modernisasi infrastruktur telekomunikasi berperan penting dalam perkembangan ekonomi nasional secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat ini keadaan perekonomian Indonesia sedang dalam tahap pemulihan, akibat dari krisis yang terjadi belakangan ini melibatkan harga kebutuhan sehari-hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ingin berbelanja dengan mudah dan nyaman. Meningkatnya retail modern
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern sekarang ini, keberadaan pasar tradisional mulai tergeser dimana masyarakat cenderung lebih memilih berbelanja di ritel modern. Perkembangan bisnis
Lebih terperinciPasar Modern BSD City The Concept
Pasar Modern BSD City Tahun Beroperasi : 01 Juli 2004 Lokasi : Jl. Letnan Soetopo Luas Lahan : 2.6 ha Luas bangunan : 1.4 ha Kiosk : 320 unit Lapak : 302 unit Ruko : 100 unit Tingkat hunian : 99% Kementerian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berusaha mencapai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan. kelangsungan hidup perusahaan sangat tergantung pada perilaku
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman, dewasa ini banyak bermunculan perusahaan perusahaan baru yang membuat produk produk dari berbagai macam jenis barang kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi a. Era Generasi Pertama Cikal bakal sejarah Toserba (toko serba ada) YOGYA, diawali dari sebuah toko batik di jalan Ahmad Yani (Kosambi) Bandung dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersaing ketat di dalam industri ritel. Banyak pemain yang mencoba menjalankan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini di Indonesia terdapat berbagai macam perusahaan yang tengah bersaing ketat di dalam industri ritel. Banyak pemain yang mencoba menjalankan bisnisnya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam bidang ritel yang saat ini tumbuh dan berkembang pesat seiring
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dunia usaha di Indonesia semakin ketat, setiap perusahaan bersaing untuk menarik pelanggan dan mempertahankan eksistensinya di pasar. Termasuk
Lebih terperinci