BAB 2 LANDASAN TEORI
|
|
- Budi Hermawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gangguan Kepribadian Psikopatik Terdapat beberapa jenis gangguan kepribadian, salah satu diantaranya yaitu gangguan kepribadian psikopatik. Psikopatik merupakan istilah yang dituju pada penderita gangguan yang dialami oleh para psikopat. Hare (1993) mendeskripsikan psikopat sebagai predator yang menggunakan daya tarik, manipulasi, intimidasi, dan kekerasan untuk mengendalikan seseorang demi memuaskan kebutuhan egois mereka. Psikopat memiliki kurangnya hati nurani dan perasaan terhadap orang lain. Mereka berdarah dingin mengambil apa yang mereka inginkan dan melakukan apa yang mereka harapkan, melanggar norma sosial dan berekspektasi terhadap sesuatu tanpa adanya rasa menyesal atau bersalah (Perri & Lichtenwald, 2010:54). Psikopati oleh Hare (1995) dalam Cooke dll (1998:105) memiliki definisi gangguan kepribadian yang merusak hubungan secara sosial, dilihat dari hubungan antar pribadi yang mencakup karakteristik perilaku. Egosentris, manipulatif, kebohongan, kurangnya rasa empati, rasa bersalah atau penyesalan, serta kecenderungan untuk melanggar norma dan pernyataan umum yang legal. Terkait karakteristik psikopat, dalam Jacoubs (2009:7), Hare (1992) mengutarakan bahwa psikopat fasih dalam berbicara dan memiliki penampilan yang menarik. Para psikopat cenderung mendominasi orang lain dan tidak memiliki penyesalan atas kesalahan yang dilakukannya. Secara umum psikopat memiliki kepribadian yang muluk, egois, dan memiliki kemampuan dalam melakukan manipulasi. Mereka pandai dalam berbohong, khusunya memiliki kehidupan layaknya parasit yang dikarakterisasikan dari kurangnya kepedulian terhadap sesama. Lainnya, psikopat menunjukkan sikap dingin atau tidak berperasaan yang ditunjukkan dari terbatasnya kemampuan mereka dalam memahami perasaan orang lain. Sikap dingin yang dimiliki oleh psikopat didukung dengan emosi psikopat yang labil dan dangkal. Selain itu, psikopat juga memiliki kepribadian yang impulsif (berpusat pada isi hati). Mereka cenderung mencari perhatian orang lain, yang sering menyebabkan mereka terlibat dalam peradilan pidana. Selama perjalanan hidup Hare, Hare telah banyak meneliti mengenai gangguan kepribadian yang dimiliki oleh para psikopat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hare, secara empiris dibuktikan dari kesaksian psikopat secara individual dalam 6
2 7 lembaga pidana. Sebagian besar dalam penelitiannya, psikopat secara individual ditunjukkan rentan terhadap kekerasan dan terdapat juga kepribadian psikopatik yang tidak rentan terhadap tindakan kekerasan (Jacoubs, 2009:2). Dalam penelitiannya, Hare mengelompokkan ciri-ciri psikopat dalam psychopathy-checklist. Ciri-ciri dari psychopathy-checklist dapat dilihat pada sub-bab berikutnya. 2.2 Psychopathy-Checklist Psychopathy-checklist adalah alat klinis yang kompleks, berisikan kunci dari ciriciri serta kepribadian yang dimiliki oleh para psikopat (Hare, 2011). Dalam Larsen & Buss (2008: ), Robert Hare menggolongkan ciri psikopat dalam psychopathy-checklist diantaranya: Anti-sosial Egosentris Kurangnya kepedulian terhadap sesama Kurangnya rasa empati Berperilaku impulsif Kurangnya kemampuan dalam mengontrol diri Emosi dangkal Tidak adanya rasa takut Keinginan memiliki yang tinggi untuk kepuasan pribadi Memiliki penampilan luar yang menarik Memiliki hubungan sosial yang kejam terhadap sesama Adanya permasalahan kronis di masa dini Berdasarkan ciri psikopat dalam psychopathy-checklist, penulis akan menggolongkan situasi berdasarkan tingkat kekejaman yang dilakukan oleh tokoh. Situasi akan diurutkan dari gejala yang kecil dimana situasi menunjukkan tidak adanya tindakan kekerasan terhadap sesama, hingga situasi dimana tokoh melakukan tindakan pembunuhan. Pada sub-bab akhir, akan dijelaskan mengenai masa lalu tokoh yang memicu tokoh mengalami ganggguan kepribadian psikopatik. Dalam situasi yang dialami tokoh, terdapat beberapa situasi yang memiliki keterkaitan serupa antara satu ciri dengan ciri lainnya dalam psychopathy-checklist. Penulis hanya akan menyampaikan kesamaan dari ciri dalam bab hasil dan bahasan
3 8 dengan memaparkan ciri perilaku yang terdapat pada psychopathy-checklist. Berikut pembagian sub-bab dalam bab hasil dan bahasan Anti-sosial Terkait dengan hubungan sosialisasi, psikopat umumnya tidak memiliki hubungan yang baik terhadap sesama (Hare, 2011). Psikopati dan gangguan kepribadian antisosial secara positif memiliki keterkaitan satu sama lain. Hal ini dilihat dari faktor yang berkaitan dengan psikopati yaitu emosi psikopat yang berpendirian teguh dan gaya hidup anti-sosial. Emosi teguh yang dimiliki psikopat mencakup kurangnya kemampuan dalam memproses informasi secara emosional, kurangnya kemampuan dalam memahami orang lain, dan mengabaikan emosi orang lain. Demikian penjelasan Hare terhadap kaitannya dalam psikopati. Dengan menggunakan psychopathy-checklist untuk mendiagnosa psikopatologi, Hare mengungkapkan bahwa 80% para kriminal terkategorikan memiliki gangguan kepribadian anti-sosial dan hanya 20% kriteria untuk psikopati. Sebab psikopati memiliki keterkaitan dengan gaya hidup anti-sosial, tidak mengejutkan jika banyak faktor yang dimiliki oleh kepribadian anti-sosial berasosiasi dengan psikopati (Paul, 2011: ) Egosentris, dan Kurangnya Kepedulian Terhadap Sesama (Meliputi Kurangnya Rasa Empati dan Berperilaku Impulsif) Hare menyatakan bahwa psikopat sangat pandai dalam memberikan perhatian secara sepenuhnya terhadap sesuatu yang mereka sukai, bersamaan dengan ketidakpedulian mereka terhadap hal lain (Hare, 2011). Sifat para psikopat sering terlihat arogan bagai pembual yang tidak tahu malu, percaya diri, keras kepala, dominan dan angkuh. Mereka memiliki ketertarikan dalam mengendalikan orang lain dan tidak menginginkan orang lain memiliki opini yang berbeda dari opini mereka. Para psikopat terlihat karismatik untuk sebagian orang (Hare, 2011). Disamping sikap egosentris, Hare (1991, 2003) dalam Stover (2008:159) juga mengungkapkan, secara umum psikopat memiliki kepribadian impulsif. Perilaku impulsif psikopat dapat dilihat dari kurangnya refleksi diri yang ditunjukkan dari tidak dipikirkannya terlebih dahulu tindakan yang akan dilakukan. Psikopat umumnya bertindak atas kemauannya sendiri, atas alasan mereka merasa ingin melakukannya.
4 9 Berdasarkan kepribadian impulsif dan keegoisan yang dimiliki para psikopat, tidak jarang psikopat cepat dalam beremosi dan melakukan tindakan kekerasan terhadap orang lain. Hare (1991, 2003) menyatakan bahwa kepribadian psikopatik juga memiliki kaitan yang erat dengan emosi yang dangkal, ditunjukkan dari kurangnya rasa empati dan tidak dimilikinya perasaan terkait sikap acuh tak acuh terhadap hak, perasaan dan keselamatan orang lain. Psikopat terlihat sinis dan egois. Mereka merasakan merasakan penderitaan dan kesengsaraan orang secara abstrak dan intelektual. Bahkan mereka dapat menertawakan ketidakberuntungan orang lain, walau ia sebagai penyebabnya (Stover, 2008:155) Kurangnya Kemampuan Dalam Mengontrol Diri (Meliputi Emosi yang Dangkal dan Tidak Adanya Rasa Takut) Sesuai yang diutarakan sebelumnya oleh Hare dalam Hare (1991:2003) bahwa psikopat memiliki kaitan yang erat dengan emosi yang dangkal. Hare menyebut emosi yang dangkal sebagai gangguan emosional yang membuat para psikopat terlihat dingin, juga tidak memiliki kemampuan untuk mendalami rasa emosi (Tweedy, 2013:192). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Hare, Hare mengutip psikopat pelaku pemerkosa yang menurutnya sulit dalam berempati, Mereka ketakutan, bukan? Tapi lihatlah, aku tidak mengerti. Aku juga merasa takut sendiri, tapi hal itu menyenangkan. Para psikopat mengerti akan rasa emosi, namun emosi yang dirasakan terlihat sangat dangkal. Selain itu, terdapat juga psikopat lain yang tidak mengerti akan rasa takut. Ketika mereka ditanya apa yang mereka rasakan ketika dibidik dengan pistol, mereka tidak merasakan sensasi apapun pada tubuh mereka. Berdasarkan bukti tersebut, Hare menyimpulkan bahwa psikopat kurang memiliki hati nurani sebab mereka tidak mengalami rasa emosi berupa rasa takut dan kegelisahan yang kuat dalam hidupnya (Hirstein, 2005:91) Keinginan Yang Besar Untuk Memonopoli (Keinginan Memiliki yang Tinggi untuk Kepuasan Pribadi) Terdapat beberapa psikopat yang mampu dalam berperilaku, namun perilaku yang ditunjukkan oleh mereka bukan hanya terlihat mengerikan tapi juga mengherankan bagi manusia normal. Demikian dinyatakan Hare dalam Feinberg (2003:170).Terkait secara emosional, Hare (1991, 2003) dalam Stover (2008:155), menyatakan bahwa para psikopat cenderung memandang emosional sebagai wujud kelemahan. Mereka
5 10 memanfaatkan perasaan tersebut untuk masuk ke dalam perasaan orang lain dengan tujuan mengeksploitasi mereka. Psikopat memungkinkan dapat memperlakukan orang lain tanpa adanya perasaan dan juga kejam. Tindakan yang dilakukan oleh psikopat secara umum melibat tindakan kekerasan. Akan tetapi, tindakan yang mereka lakukan tidak selalu berupa tindakan kriminalitas. Demikian hal yang diungkapkan oleh Hare dalam penelitiannya mengenai emosional yang terdapat pada psikopat Memiliki Hubungan Sosial yang Kejam Terhadap Sesama Perilaku psikopatik berdasarkan ciri memiliki hubungan sosial yang kejam terhadap sesama pada psychopathy-checklist (Larsen & Buss, 2008: ), dibagi menjadi dua golongan yaitu dilakukannya penipuan dan manipulasi terhadap orang lain, serta berperilaku kejam terhadap sesama Melakukan Penipuan dan Manipulasi Terhadap Orang Lain (Memiliki Penampilan Luar yang Menarik) Salah satu ciri dari psychopathy-checklist terdapat ciri berupa dimilikinya penampilan luar yang menarik oleh para psikopat. Memungkinkan setiap orang dapat berpikir bahwa hal ini menyangkut akan kecantikan atau ketampanan yang dimiliki para psikopat. Akan tetapi Hare menunjukkan pengertian ini lebih kepada penampilan luar psikopat yang pandai dalam berbicara. Demikian pengertian Hare dalam Stover (2008:152), Hare mengartikan penampilan luar yang menarik sebagai kemampuan mereka dalam fasih berbicara, lancar berbicara secara lisan, dan bermuka dua yang memiliki daya tarik. Dalam percakapan, psikopat terlihat sangat halus, menarik, dan menghibur. Akan tetapi hal tersebut dipersenjatai dengan sindiran yang cerdas dan mampu meyakinkan orang lain dengan menceritakan sesuatu yang mencerminkan secara positif pada dirinya. Meskipun demikian, mereka dapat dipercaya sepenuhnya oleh orang lain (Stover, 2008:152). Hare (1993) dalam Hirstein (2005:92), menyatakan kebohongan yang ditunjukkan oleh para psikopat terlihat begitu nyata. Sikap pengabaian akan kebohongan oleh para psikopat yang disebut sebagai pembohong ini benar-benar luar biasa. Hal tersebut menyebabkan pendengar untuk takjub akan kewarasan pembicara. Selain kepandaian para psikopat dalam berbicara dan mengelabui lawan bicaranya,
6 11 diungkap juga bahwa para psikopat tidak mengerti atau bahkan tidak mampu dalam mengungkapkan rasa cinta yang sebenarnya terhadap orang lain. Berdasarkan pernyataan oleh Hare, mereka dapat bersyair, namun perkataan mereka tidak dapat menunjukkan emosi dari cinta yang sebenarnya (Hartley&Brownell, 2008:192). Tidak hanya ketidakmampuan psikopat dalam hal cinta, psikopat juga memiliki kelemahan dalam merasakan akibat dari kepribadian yang dimiliki mereka (Hare, 2011). Mereka melakukan kebohongan untuk memanipulasi, melakukan kecurangan, dan menipu orang lain. Motivasi mereka adalah untuk keuntungan pribadi, dan perilaku manipulatif mereka dapat dilakukan tanpa disadari oleh para korban. Perilaku manipulatif para psikopat tidak memerlukan tindakan kriminal (Stover, 2008:154). Ketika Hare melakukan wawancara pada para psikopat, mereka dapat berkata, Bagaimana saya sejauh ini? (Stover, 2008:152). Hal tersebut menunjukkan meski psikopat memiliki gangguan kepribadian, mereka mampu berperilaku wajar dengan menanyakan situasi diri mereka ketika di wawancara Berperilaku Kejam Terhadap Sesama Bartol & Bartol (2011:100), menuliskan pernyataan Hare pada tahun 1984 bahwa kepribadian para psikopat memiliki kesesuaian dengan kecenderungan dalam melanggar aturan serta ekspektasi masyarakat. Para kriminal yang melanggar aturan, menjalankan keseluruhan dari pencurian kecil dan penipuan pada kekerasan berdarah dingin. Berdasarkan tindak kekejaman yang terlihat tanpa perasaan yang dilakukan oleh para psikopat, mereka diungkap tidak mengerti akan hati nurani. Hare (1993) mendiskusikan peran inner speech dan citra dalam perkembangan dan operasi hati nurani, Pengalaman emosional, gambaran, dan dialog internal yang memberi gigitan pada hati nurani, menjelaskan kontrol kuat atas perilaku dan menghasilkan rasa bersalah dan penyesalan atas pelanggaran. Hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak dimengerti oleh para psikopat. Bagi mereka, hati nurani merupakan kesadaran secara intelektual bagi setiap orang untuk berbaikan. Para psikopat mengerti arti kata dalam kamus, namun mereka gagal dalam memahami makna emosional. Standar tes neuropsikologis gagal dalam mengungkapkan adanya indikasi kerusakan otak pada kelompok yang didefinisikan sebagai psikopat. Hal ini mengungkapkan bahwa psikopat tidak gila (Cooke dll, 1998:112). Berdasarkan pembelajaran Hare, bagi psikopat kalimat aku mencintaimu tidak berarti apa-apa daripada aku akan
7 12 minum kopi, atau bahkan kurang dari itu (Patterson, 2011). Hare (1993), mengungkap bahwa psikopati dianggap sebagai sosok gangguan kepribadian yang paling sulit untuk diobati. Psikopat kurang memiliki wawasan terhadap gangguan yang dimiliki oleh mereka (Cooke dll, 1998:258), termasuk ketidakmampuan mereka dalam membentuk dan menopang hubungan yang kekal dan berarti bagi pasangan mereka (Cooke dll,1998:161). Terkait kurangnya wawasan psikopat terhadap gangguan yang dimiliki mereka serta keegoisan psikopat yang terlihat ekstrim, psikopat bahkan memiliki aturan mereka sendiri. Hare mengumpamakan bahwa psikopat melihat diri mereka sendiri sebagai pusat alam semesta bagai makhluk superior yang hidup dalam aturan mereka sendiri. Berdasarkan penelitiannya, salah satu subjek Hare mengucapkan, Bukan berarti aku tidak mengikuti aturan. Aku mengikuti aturanku sendiri. Aku tidak pernah melanggar aturanku. Demikian ia mendeskripsikan aturan yang dimilikinya dalam ruang lingkup tujuan utama yang dimilikinya (Hare, 2011). Hal tersebut menunjukkan bahwa para psikopat tidak ingin untuk disalahkan Adanya Permasalahan Kronis di Masa Dini (Memiliki Masalah Kepribadian Kronis di Masa Dini) Bagaimana seseorang dapat mengalami gangguan kepribadian atau bagaimana seseorang dapat menjadi psikopat, tidak secara langsung terjadi bagi manusia berkepribadian normal. Seseorang berubah menjadi lebih baik atau lebih buruk, memiliki hal yang memicu sebab dari perubahan yang mereka lakukan. Hare (1991, 2003) dalam Stover (2008:155), mengungkapkan bahwa terdapat pengalaman di buruk di masa lalu oleh para psikopat, salah satunya adalah siksaan secara emosional oleh anggota keluarga. Berdasarkan pernyataan tersebut, terdapat kaitan yang erat antara hubungan anak dan orang tua dalam perkembangan kepribadian anak, seperti hal yang diungkap oleh Horney dalam teorinya. Berdasarkan teori Horney, Horney secara garis besar menuliskan kaitan antara hubungan orang tua dan anak. Teori Horney dalam Hambali & Jaenudin (2013:83-84), mengungkapkan pandangan tentang pentingnya masa-masa awal kehidupan dalam membentuk kepribadian pada masa dewasa. Horney merasa bahwa pada masa kanak-kanak, bukan faktor biologis, melainkan faktor sosial yang mempengaruhi perkembangan kepribadian. Tidak ada tahapan universal dalam perkembangan ataupun konflik masa kecil yang tidak terelakkan. Akan tetapi, yang menentukan adalah hubungan sosial antara anak dan
8 orang tua. Horney percaya bahwa masa kecil ditandai oleh dua kebutuhan, yaitu kebutuhan terhadap rasa aman dan kepuasan. Keduanya merupakan dorongan yang bersifat universal dan sangat penting. Akan tetapi, dalam teorinya, Horney beranggapan bahwa rasa aman jauh lebih penting daripada kepuasan. Hal utama yang menentukan kepribadian adalah kebutuhan rasa aman, yang berarti perlindungan dan bebas dari rasa takut. Ada tidaknya rasa aman dan ketakutan akan menentukan tingkat normal tidaknya perkembangan kepribadian selanjutnya. Rasa aman seorang anak sepenuhnya bergantung pada perlakuan yang diterimanya dari orang tua, salah satunya berupa ada tidaknya kehangatan dan kasih sayang yang diperoleh anak oleh orang tua. Bentuk perilaku mengurangi rasa aman oleh orang tua dapat berupa pilih kasih terhadap saudara kandung secara terang-terangan, hukuman yang tidak adil, perilaku yang tidak menentu, janji yang tidak ditepati, ejekan, hinaan, dan pengasingan anak dari orang lain. Terdapat banyak faktor dalam lingkungan yang dapat menyebabkan timbulnya rasa tidak aman pada seorang anak, yaitu yang disebut oleh Horney dalam Hambali & Jaenudin (2013:86) sebagai basic evil. Basic evil meliputi pengabaian, penolakan, kurangnya perhatian terhadap kebutuhan anak, kurangnya bimbingan, penghinaan, kurangnya kehangatan, diskriminasi, dan sebagainya. Rasa tidak aman membuat anak mengembangkan berbagai strategi untuk mengatasi perasaan-perasaan isolasi dan tidak berdayanya. Ia dapat menjadi bermusuhan dan ingin membalas dendam terhadap orang-orang yang menolaknya. Terkait hal tersebut, pada Hambali & Jaenudin, 2013:91), Horney menyatakan bahwa dengan memberikan kondisi yang tepat pada masa anak-anak, banyak anak akan tumbuh dan berkembang di dalam kepribadian dewasa yang berintegrasi dengan baik dan menyatu. Terkait tindakan kekerasan dalam keluarga, Yasuda (1998:61-62) menuliskan: 実の親が息子を殺さなければならないくらい日本の家庭は荒んでいます このような恥ずかしい事件は日本だけです 子共が親を殺したり まさに世紀末の光景ですが 動物の社会では子を殺す親 親を殺す子はいません Terjemahan: Jumlah orang tua kandung yang mau tidak mau membunuh anaknya, telah berkembang secara signifikan dalam keluarga Jepang. Pernyataan kasus memalukan ini hanya terjadi di Jepang. Anak membunuh orang tuanya sendiri bagaikan gambaran akhir zaman ini, meski dalam dunia hewan terdapat anak yang membunuh orang tuanya, akan tetapi tidak ada orang tua yang membunuh anaknya. 13
9 14 Berdasarkan situasi keluarga di Jepang yang diutarakan oleh Yasuda, kasus kekerasan orang tua terhadap anak dan kasus kekerasan anak terhadap orang tua juga terjadi pada Yuno dalam komik Mirai Nikki.
(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.
(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) こんじょう Percakapan: まま : さすが ママの子 いざとなると 根性あるわっ あさり ガンバレ! Terjemahan: Mama: Anak mama memang hebat. Walau dalam keadaan susah, tetap bersemangat. Berusaha Asari! b.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan seiringnya waktu, bahasa terus mengalami perkembangan dan perubahan. Bahasa disampaikan oleh
Lebih terperinciPROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :
LAMPIRAN PROGRAM TAHUNAN Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Program : X Tahun Pelajaran : 2008 / 2009 Semester : 1 dan 2 Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi
Lebih terperinci3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.
Lampiran 1 Soal Pre Test Terjemahkan kedalam bahasa jepang! 1. Anda boleh mengambil foto. ~てもいいです 2. Mandi ofuro Sambil bernyanyi. ~ ながら 3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~
Lebih terperinciUJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007
UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan
Lebih terperinciUJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008
UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan
Lebih terperinciSILABUS. Kegiatan Pembelajaran
SILABUS Seklah : SMPN 2 CIAMIS Kelas : IX (Sembilan) Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Semester : 1 ( Satu ) Standar : Mendengarkan 1. Memahami lisan berbentuk paparan atau dialg hbi dan wisata 1.1 Mengidentifikasi
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Chichioya Fuzai Pertumbuhan merupakan salah satu tahap penting bagi manusia. Pentingnya kehadiran dan sosok kedua orangtua yang utuh bagi anak sangat berpengaruh pada pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi makhluk hidup di seluruh dunia. Fungsi bahasa merupakan media untuk menyampaikan suatu pesan kepada seseorang baik secara lisan
Lebih terperinciSILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE
SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE A. Identitas Mata Kuliah Mata Kuliah/Kode : Pengantar Bahasa Kode : MR 102 Bobot : 2 SKS Semester : 2 Jenjang : S-1 Dosen/Asisten : Drs. Mulyana
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tanda Baca Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat atau yang menyatakan sesuatu: dari kejauhan terdengar sirene -- bahaya; 2 gejala: sudah
Lebih terperinciTEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり
TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり Standar Kompetensi Mengungkapkan informasi secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Sekolah. Kompetensi Dasar - Mengidentifikasikan waktu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenangwenang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tak lepas dari interaksi berupa komunikasi antara manusia satu dan manusia lainnya. Pembelajar bahasa Jepang sebagai pelaku komunikasi
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi Masuoka dan Takubo (1992:8) membagi hinshi 品詞 atau kelas kata ke dalam beberapa jenis, yaitu : 1. Doushi 動詞 (verba), yaitu salah satu jenis kelas kata yang dapat mengalami
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. responden, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: mitra tutur, ungkapan yang digunakan responden disesuaikan dengan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Dari analisa data yang diperoleh dari kuisoner yang diberikan kepada responden, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam mengungkapkan penolakan terhadap
Lebih terperinciBAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup
BAB II SOFTWERE JLOOK UP 2.1 SOFTWERE KAMUS JLOOK UP Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup handal, karena di samping dapat mengartikan bahasa Jepang ke Inggris dan begitu juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesalahan dalam berbahasa lumrah terjadi dalam proses belajar bahasa, karena dengan adanya kesalahan pembelajar berusaha untuk mengerti dan memahami apa yang
Lebih terperincimembahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.
1.Dasar nya :Unkapan Pemberian dan Penerimaan Di bagian ini saya akan membahas lebih dalam mengenai pola kalimat sopan,.yang inti dari pelajaran bahasa jepang level 3 yaitu pola kalimat sopan,bentuk sopan
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Linguistik merupakan ilmu bahasa yang diperlukan sebagai dasar untuk meneliti suatu bahasa. Ilmu linguistik terdapat dalam semua bahasa. Bahasa merupakan media komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asing khususnya bahasa Jepang ialah adanya pengaruh Bl (bahasa ibu)
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Persoalan kebahasaan yang sering dihadapi dalam pengajaran bahasa asing khususnya bahasa Jepang ialah adanya pengaruh Bl (bahasa ibu) terhadap B2 (bahasa yang dipelajari).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cerita rakyat adalah bagian dari kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat
Lebih terperinciABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu
ABSTRAK Bahasa adalah sistem lambang yang berwujud bunyi atau ujaran.sebagai lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mempelajari bahasa kedua terjadi di seluruh dunia karena berbagai sebab seperti imigrasi, kebutuhan perdagangan dan ilmu pengetahuan serta pendidikan. Belajar bahasa
Lebih terperinciBab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna
Bab 4 Simpulan dan Saran Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna figuratif yang terdapat dalam komik Crayon Shinchan Vol.32 sebagai bahasa sasaran dan manga クレヨンしんちゃん
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam
Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini. Teori tersebut antara lain, Teori Keigo yang berupa sonkeigo ( 尊敬語 ) dan kenjoogo
Lebih terperinciRencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran NAMA SEKOLAH : SMA NEGERI 1 KRIAN MATA PELAJARAN : BAHASA JEPANG MATERI POKOK : SALAM, UNGKAPAN dan HURUF KELAS / SEMESTER : X / I ALOKASI WAKTU : 6 Jam Pelajaran ( 6 x
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs. M.A. Work Shop Pendidikan Bahasa Jepang FPS UPI 2009 FAKTOR KEMAMPUAN BERCAKAP-CAKAP Faktor kemampuan memahami melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maksud hati yang tersembunyi (Grice, 1975) Grice (1975:41-47) dalam bukunya Logic and Conversation menyatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi sosial, penting bagi penutur dan lawan tutur saling memahami isi tuturannya. Berbicara secara langsung, apa adanya tanpa ada basabasi merupakan
Lebih terperinciKARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN
KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN SAVOY HOMANN ホテルのエグセクテイブカラオケ JUN はビジネスマンの商談や海外の旅行者をリラックスさせるための憩いの憩いの場所
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Manusia sebagai makhluk hidup sangat memerlukan komunikasi. Menurut Trenholm
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup sangat memerlukan komunikasi. Menurut Trenholm dan Jensen dalam Wiryanto (2004, hal.44), mengatakan bahwa komunikasi antara dua orang
Lebih terperinciビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析
ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析 エマラマアジザ 1000878012 ビナヌサンタラ大学 文学部日本語科 2011 Angket Kemampuan Penggunaan Hyougen ~te aru ~ てある dan ~te oku ~ ておく Sumber soal adalah Kiso Hyougen 50 to Sono
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, mempelajari bahasa bertujuan untuk memperoleh empat keterampilan berbahasa (language competence) yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Lebih terperinciANALISIS KARAKTER DAN KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BOCCHAN KARYA NATSUME SOUSEKI. Mei Ambar Sari*
ANALISIS KARAKTER DAN KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BOCCHAN KARYA NATSUME SOUSEKI Mei Ambar Sari* Abstrak Novel Bocchan karya Natsume Souseki merupakan salah satu novel yang masih banyak dibaca oleh
Lebih terperinciSILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II
SILABUS PERKULIAHAN SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2011/2012 CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II TEAM PENYUSUN Dra. MELIA DEWI JUDIASRI, M.Hum., M.Pd. Drs. DEDI SUTEDI, M.A., M.Ed. DIANNI RISDA,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method =
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method = tatacara). Eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu eksperimen
Lebih terperinciANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA
ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA Bahasa adalah milik manusia yang merupakan pembeda utama antara manusia dengan makhluk lainnya didunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan manusia dari jaman primitif hingga masa modern. Komunikasi berperan sangat penting dalam menjalin
Lebih terperinciBAB IV PENGGUNAAN DIALEK OSAKA PADA KOMIK YOZAKURA QUARTET JILID KE-1 KARYA YASUDA SUZUHITO
BAB IV PENGGUNAAN DIALEK OSAKA PADA KOMIK YOZAKURA QUARTET JILID KE-1 KARYA YASUDA SUZUHITO 4.1 Dialek Osaka Pada Komik Yozakura Quartet Jilid ke-1 Dalam komik Yozakura Quartet jilid pertama, terdapat
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Psikologi Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Karena itu psikologi bisa diartikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia, bahasa mempunyai fungsi sebagai alat untuk berkomunikasi (Chaer, 2003: 31). Dengan adanya bahasa kita dapat menyampaikan informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Materi utama dalam pengajaran bahasa Jepang ada tiga macam, yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi utama dalam pengajaran bahasa Jepang ada tiga macam, yaitu huruf kanji, pola kalimat dan kosakata (Sutedi, 2005 : 78). Ketiga materi tersebut sangat penting
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam suatu cerita. Menurut Nurgiyantoro (2012), penokohan adalah pelukisan gambaran yang
Lebih terperinciRencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) : X MIA 6 (kelas Eksperimen)
LAMPIRAN 88 89 90 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas Semester : SMAN 1 Yogyakarta : Bahasa Jepang : X MIA 6 (kelas Eksperimen) : 2 (dua) Pertemuan ke : 1 dan 2 Alokasi
Lebih terperinciSILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE
SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE A. Identitas Mata Kuliah Mata Kuliah/Kode : Parawisata Lanjutan Kode : MR 302 Bobot : 2 SKS Semester : 4 Jenjang : S-1 Dosen/Asisten : Drs.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri. Itu artinya, manusia harus berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya agar dapat bertahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pratamawati, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah yang berkenaan dengan aspek dalam Bahasa Jepang telah banyak dibahas dalam berbagai artikel dan jurnal Bahasa Jepang, dimana didalamnya diterangkan
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Ikumen Moteki (2011: 7) menjelaskan bahwa istilah Ikumen berasal dari permainan kata seperti halnya Ikemen. Moteki memberikan definisinya mengenai Ikumen sebagai berikut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara yang dapat dilakukan untuk dapat mengerti kepribadian bangsa Jepang, yakni dengan cara mempelajari
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan melalui bahasanya. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:88), yang selanjutnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perbedaan budaya antara suatu negara tentu saja menghasilkan suatu cara komunikasi yang berbeda antara Negara yang satu dengan Negara yang lain. Salah satu
Lebih terperinciBAB 1. Pendahuluan. Bahasa di dalam wacana linguistik diberi pengertian sebagai sistem simbol bunyi
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa di dalam wacana linguistik diberi pengertian sebagai sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap), yang bersifat arbitrer dan konvensional,
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Menurut Davies dan Osamu Ikeno (2002:95), giri merupakan kunci dalam
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Giri( 義理 ) Menurut Davies dan Osamu Ikeno (2002:95), giri merupakan kunci dalam memahami konsep budaya Jepang dan karakteristik tertentu pola perilaku di antara masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan penuturnya untuk menyampaikan gagasan, pikiran, ide, dan perasaannya dalam berbagai situasi. Cara penyampaian pikiran,
Lebih terperinci1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : BAHASA JEPANG PEMINATAN b. Semester : Genap c. KompetensiDasar : 3.5 dan 4.5
UNIT KEGIATAN BELAJAR (UKB JEP-02-05) 1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : BAHASA JEPANG PEMINATAN b. Semester : Genap c. KompetensiDasar : 3.5 dan 4.5 3.5menganalisisungkapanyangmenyatakankemampuan (dekirukoto)
Lebih terperinciMAKNA SYAIR LAGU SAKURA DALAM DUA LAGU J-POP BERJUDUL SAKURA KARYA NAOTARO MORIYAMA DAN KENTARO KOBUCHI
SKRIPSI MAKNA SYAIR LAGU SAKURA DALAM DUA LAGU J-POP BERJUDUL SAKURA KARYA NAOTARO MORIYAMA DAN KENTARO KOBUCHI CLARISSA AULIA PRAHARSACITTA 1101705006 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA
Lebih terperinciENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA
ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ICHSAN SALIM 2012110152 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia bahasa digunakan untuk saling berkomunikasi satu sama lain. Sebagaimana dilihat dari definisi bahasa yang merupakan sistem simbol bunyi
Lebih terperinciMEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG
MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs.,M.A. media_pembelajaran@yahoo.co.jp Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang FPBS Universitas Pendidikan Indonesia Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa memiliki
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Karya sastra, baik puisi, drama, maupun prosa, selalu mengalami perkembangan
Bab 5 Ringkasan Karya sastra, baik puisi, drama, maupun prosa, selalu mengalami perkembangan dan menunjukkan keterkaitan dengan karya sastra yang terbit sebelumnya. Hal ini bukanlah sesuatu yang baru dalam
Lebih terperinciSILABUS MATA PELAJARAN:BAHASA DAN SASTRA JEPANG (PEMINATAN)
SILABUS MATA PELAJARAN:BAHASA DAN SASTRA JEPANG (PEMINATAN) Satuan Pendidikan : SMA Kelas : XI Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghayati dan mengamalkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat berkomunikasi, manusia menggunakan bahasa sebagai sarananya.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai alat berkomunikasi, manusia menggunakan bahasa sebagai sarananya. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer (tidak tetap) yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer (tidak tetap) yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serius, karena terdapat perbedaan yang signifikan dengan bahasa. ibu pembelajar yang didasari oleh berbagai hal.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari Bahasa Asing memerlukan usaha yang cukup serius, karena terdapat perbedaan yang signifikan dengan bahasa ibu pembelajar yang didasari oleh berbagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Setiap bahasa mempunyai keunikannya masing-masing. Baik dari segi penulisan,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan seharihari. Bahasa yang digunakan bisa beragam sesuai bangsa
Lebih terperinciPENGGUNAAN UNGKAPAN BAHASA JEPANG TULIS (Studi kasus pada mahasiswa Jurusan Jepang Univ.Darma Persada)
ABSTRAK PENGGUNAAN UNGKAPAN BAHASA JEPANG TULIS (Studi kasus pada mahasiswa Jurusan Jepang Univ.Darma Persada) Tia Martia, Metty Suwandany, Zainur Fitri, Irawati Agustine, Syamsul Bachri Jurusan Sastra
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan pengumpulan data Dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada mahasiswa tingkat II Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang
Lebih terperinciHasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018
Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018 - Registrasi ulang dimulai sejak pukul 7.30 09.00. Jika Telat diharuskan untuk registrasi ulang di bagian sekretariat, dan akan berpengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sebuah sistem dari simbol vokal yang arbiter yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem dari simbol vokal yang arbiter yang memungkinkan semua orang dari satu kelompok sosial tertentu atau orang lain yang sudah mempelajari kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut penelitian dari Setiadi (2012: 9) menyatakan bahwa budaya merupakan perkembangan dari kata majemuk budi dan daya yang membedakan makna antara budaya dan kebudayaan.
Lebih terperinci映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析
映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析 ノフィセチアワチ 0142012 マラナターキリスト教大学文学部日本語学科バンドン 2007 序論 苛めとは 弱い者を痛めつけることである 痛めつける方法は肉体的にも非肉体的つまり精神的によって為すことが出来る それにより 苛めを受ける人間は苦悩を味わうのである よく言われるように 日本の社会では集団が大きな役割を果しているのである 中根
Lebih terperinciDikerjakan O L E H SUNITA BR
PEMAKAIAN KATA (KABURU, KAKERU, HAKU, H KIRU, SURU) DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG NIHONGO NO BUNSHOU U NO (KABURU, KAKERU, HAKU, KIRU, SURU) NO KOTOBA NO SHIYOU KERTAS KARYA Dikerjakan O L E H SUNITA BR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang lain, manusia akan melakukan sebuah komunikasi. Saat berkomunikasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kita semua menerima pendapat bahwa dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat lepas dari hubungan satu sama lain. Ketika berinteraksi dengan orang lain, manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lengkap (Chaer, 2007:240). Menurut Widjono (2005:141) kalimat merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari untuk bersosialisasi dan berinteraksi satu sama lain. Tak terkecuali bahasa
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Jepang dikenal dan diakui oleh banyak negara sebagai salah satu negara maju dan
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang dikenal dan diakui oleh banyak negara sebagai salah satu negara maju dan berkembang di dunia ini. Walaupun Jepang dengan beberapa kota besarnya yang 50 tahun
Lebih terperinciOrang lain menganggap dia jauh, menyendiri, dan tidak bisa terikat dengan orang lain
Schizoid Orang dengan gangguan kepribadian Schizoid menghindari hubungan dengan orang lain dan tidak menunjukkan banyak emosi. Tidak seperti avoidants, schizoids benarbenar lebih suka menyendiri dan tidak
Lebih terperinciANALISIS PENGGUNAAN STRATEGI PENOLAKAN TIDAK LANGSUNG DALAM BAHASA JEPANG OLEH MAHASISWA BAHASA JEPANG STBA YAPARI ABA BANDUNG
ANALISIS PENGGUNAAN STRATEGI PENOLAKAN TIDAK LANGSUNG DALAM BAHASA JEPANG OLEH MAHASISWA BAHASA JEPANG STBA YAPARI ABA BANDUNG Asteria Permata Martawijaya Pendahuluan Tindak tutur tidak langsung adalah
Lebih terperinci3. Bahasa Jepang
3. Bahasa Jepang Satuan Pendidikan : SMA/MA Kelas : X (sepuluh) Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Sastra merupakan karya seni yang memiliki arti atau keindahan. Dalam bahasa Jepang,
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Kesusasteraan Menurut Takeo Kuwabara Sastra merupakan karya seni yang memiliki arti atau keindahan. Dalam bahasa Jepang, kesusasteraan memiliki teori yang didefinisikan seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bantu, atau postposisi termasuk dalam kelompok fuzokugo. Menurut Sudjianto
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Joshi dalam bahasa Jepang yang dikenal dengan istilah partikel, kata bantu, atau postposisi termasuk dalam kelompok fuzokugo. Menurut Sudjianto dan Dahidi (2007:181),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hubungan baik dengan mitra tutur saat melakukan tuturan. Maka pada saat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuturan merupakan realisasi budaya yang tercermin dalam berbagai bentuk ungkapan yang berfungsi sebagai pralambang sistem budaya dan sistem sosial. Pada dasarnya dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk bahasa Jepang. Salah satu keunikan bahasa Jepang ialah adanya. 助詞は 単独で用いられず 名詞や動詞などの他の語に後接する 活用のない語です (Iori, 2000 : 345)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap bahasa yang ada di dunia memiliki keunikan kekhasan masingmasing termasuk bahasa Jepang. Salah satu keunikan bahasa Jepang ialah aya penggunaan 助詞 joshi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keinginan untuk mengetahui lebih banyak mengenai budaya kuliner Jepang. Dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berawal dari ketertarikan penulis mengenai kuliner Jepang, penulis memiliki keinginan untuk mengetahui lebih banyak mengenai budaya kuliner Jepang. Dari pengamatan
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan
BAB IV KESIMPULAN Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan dochira terdapat dua makna, yaitu; arti terjemahan atau padanan terjemahan yang berupa padanan dinamis dan arti leksikal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sosial tidak dapat hidup tanpa adanya komunikasi dengan sesama. seseorang dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam sebuah kehidupan bermasyarakat, saling berkomunikasi dan berinteraksi adalah hal yang selalu terjadi setiap saat. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang adalah salah satu bahasa yang banyak dipelajari di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Jepang adalah salah satu bahasa yang banyak dipelajari di berbagai belahan dunia selain bahasa inggris. Dalam bahasa Jepang terdapat banyak ragam huruf, bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Umumnya pembelajar bahasa Jepang adalah siswa tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan tingkat perguruan tinggi. Namun saat ini siswa tingkat Sekolah Menengah
Lebih terperinciBAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal
BAB 3 ANALISIS DATA Dalam Bab 3 ini, saya akan menjelaskan mengenai spesifikasi kuesioner dan validasi instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal kuesioner yang
Lebih terperinciBAB 3 ANALISIS DATA. mencoba untuk menganalisis permasalahan-permasalahan yang telah saya temukan
BAB 3 ANALISIS DATA Berdasarkan pada teori-teori yang ada pada bab dua, pada bab tiga ini, saya akan mencoba untuk menganalisis permasalahan-permasalahan yang telah saya temukan dalam komik yang menjadi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Sebuah kegiatan penelitian, tidak akan terlepas dari metode penelitian yang digunakan untuk menjawab seluruh masalah penelitian. Selain mencakup metode, penelitian
Lebih terperinciANALISIS TOKOH OBAKETAROU DALAM CERITA ANAK OBAKETAROU WA ICHINENSEI MELALUI PSIKOLOGI UMUM YACOB HAMONANGAN
ANALISIS TOKOH OBAKETAROU DALAM CERITA ANAK OBAKETAROU WA ICHINENSEI MELALUI PSIKOLOGI UMUM YACOB HAMONANGAN 2012110154 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS DARMA PERSADA JAKARTA 2016
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Bahasa merupakan media untuk menyampaikan ( 伝達 ) suatu makna kepada
Bab 5 Ringkasan Bahasa merupakan media untuk menyampaikan ( 伝達 ) suatu makna kepada seseorang baik secara lisan maupun secara tertulis. Dan dalam kasus menikmati karya tulis, suatu karya tulis bahasa asing
Lebih terperinciBAB 2. Tinjauan Pustaka
BAB 2 Tinjauan Pustaka Untuk mendukung penulis dalam menganalisa data, penulis akan menjelaskan teoriteori yang akan digunakan dalam penulisan ini. Teori yang akan digunakan mencakup konsep kanji dan teori
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode adalah suatu cara teratur yang digunakan untuk
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode adalah suatu cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai hasil yang baik seperti yang dikehendaki (Kamus Umum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membedakannya dengan bahasa lain. Sehingga tidaklah mengherankan jika
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap bahasa di dunia memiliki kekhasan tersendiri yang membedakannya dengan bahasa lain. Sehingga tidaklah mengherankan jika kita banyak menemukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Linguistik dipelajari dengan pelbagai maksud dan tujuan. Untuk sebagian orang, ilmu itu dipelajari demi ilmu itu sendiri; untuk sebagian yang lain, linguistik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia ini terdapat beragam bahasa. Bahasa digunakan manusia untuk berkomunikasi antara satu dengan lainnya. Kridalaksana (2008:24) menyatakan bahwa bahasa
Lebih terperinciPERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK
PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK Secara umum, bahasa merupakan alat komunikasi yang hanya dimiliki oleh manusia. Ilmu yang mempelajari
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. dengan tamu dan setiap tutur katanya tidak dapat dipisahkan dengan kesan hormat
82 BAB V KESIMPULAN 5.1 KESIMPULAN Seorang Receptionist merupakan orang yang paling sering berkomunikasi dengan tamu dan setiap tutur katanya tidak dapat dipisahkan dengan kesan hormat dan sopan. Dalam
Lebih terperinci