HUKUM WARIS ISLAM 20/10/2016. Pengertian Hukum Waris Islam. Sejarah dan Perkembangan Hukum Waris Islam Di Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUKUM WARIS ISLAM 20/10/2016. Pengertian Hukum Waris Islam. Sejarah dan Perkembangan Hukum Waris Islam Di Indonesia"

Transkripsi

1 HUKUM WARIS ISLAM 1 Pengertian Hukum Waris Islam Hukum kewarisan menurut Pasal 171 huruf a Kompilasi Hukum Islam adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing-masing. 2 OLEH : GAHAN GUSTISIRA S (1) HILMIYA QOTRUNNADA (13) DESSY RATNA WANDARI (14) NAYUNDA SITORESTI (16) Hukum kewarisan Islam menurut Ahmad Zahari adalah hukum yang mengatur tentang peralihan hak milik atas harta warisan dari pewaris kepada orang-orang yang berhak menerimanya(ahli waris), barapa besar bagiannya masing-masing, kapan dan bagaimana cara peralihannya sesuai ketentuan dan petunjuk Al-Qur an, hadist dan ijtihad para ahli. Sejarah dan Perkembangan Hukum Waris Islam Di Indonesia Hukum Waris Islam di Indonesia Pada Zaman Kolonial Didalam sejarah hukum Hindia Belanda, kedudukan Hukum Islam dapat dibagi dalam dua preode, yaitu periode Teori Receptio in Complex dan periode Teori Receptei. Teori reception in complex adalah teori penerimaan Hukum Islam, sepenuhnya bagi orangorang yang beragama Islam karena mereka telah memeluk agama Islam meskipun dalam pelaksanaannya terdapat penyimpangan-penyimpangan. Teori ini dipelopori oleh LWC Van Den Berg. Apresiasi pemerintah Hindia Belanda pada teori ini hanya terdapat dalam hukum kekeluargaan Islam, yakni hukum perkawinan dan hukum kewarisan, yaitu dengan adanya Compidium Frejer yang disahkan dengan peraturan Resulutie der Indische Regeering pada tanggal 25 Mei Sedangkan teori Receptie adalah teori penerimaan Hukum Islam oleh Hukum Adat, yakni Hukum Islam baru berlaku bila dikehendaki atau diterima oleh Hukum Adat. Yang dipelopori oleh C.Snouck Hurgronje berdasarkan penelitiannya di Aceh dan tanah Gayo. 3 Sejarah... pada masa pemerintah kolonial, Belanda mendirikan Pengadilan Agama di Jawa dan Madura pada tauhun1882 (Stb Nomor 152) para pejabatnya telah dapat menentukan sendiri perkara-perkara apa yang menjadi wewenangnya, yakni semua perkara yang berhubungan dengan perkawinan, perceraian, mahar, nafkah, sah tidaknya anak, perwalian, kewarisan, hibah, sedekah, Baitul Mal, dan wakaf. Pada tahun 1937, wewenang Pengadilan Agama mengadili perkara waris dicabut dengan keluarnyastb.1937nomor116dan610untukjawadanmaduradanstb.1937nomor638 dan 639 untuk Kalimantan Selatan. Pada masa pendudukan Jepang, semua peraturan perundang-undangan yang ada pada zaman kolonial Belanda dinyatakan masih tetap berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan hukum Pemerintahan Dai Nippon. 4

2 Hukum Waris Islam Pasca kemerdekaan Sejak diproklamasikan kemerdekaan Repubik Indonesia, hukum agama yang diyakini oleh pemeluknya memperoleh legalitas secara konstitusional yuridis, hal ini didasarkan atas sila Ketuhanan Yang Maha Esa, yang kemudian lebih lanjut dijabarkan di dalam UUD 1945, khususnya pada pasal 29. Pada tanggal 21 Maret 1984 Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Menteri Agama Republik Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Bersama, yang isinya membentuk sebuah panitia untuk mengumpulkan bahan-bahan dan merancang Kompilasi Hukum Islam menyangkut hukum Perkawinan, Kewarisan dan Perwakafan yang selanjutnya akan dipergunakan oleh Pengadilan Agama dalam rangka melaksanakan tugas dan wewenangnya. Pada tanggal 10 Juni 1991 keluarlah Instruksi Presiden No.1 Tahun 1991, yang memuat instruksi kepada Menteri Agama untuk menyebarkan KHI. kemudian pada tanggal 22 Juli 1991 Menteri Agama mengeluarkan Keputusan No. 154 Tahun 1991 yang menyerukan kepada seluruh instansi pemerintah lainnya yang terkait agar menyebarluaskan KHI tersebut, dan sedapat mungkin menerapkannya di samping peraturan perundang-undangan lainnya. 5 Sumber dan Dasar Hukum Waris Islam Sumber-sumber hukum kewarisan dalam Islam : Dalil- dalil yang bersumber dari al-qur an Dalil-dalil yang bersumber dari as-sunnah, dan Dalil-dalil yang bersumber dari ijtihad para ulama 6 Sumber... Dasar Hukum Kewarisan Islam Dalam Al-qur an Salah satu Ayat Al-Qur an yang mengatur secara langsung kewarisan diantaranya adalah : QS An Nisa : 7 ت ر ك ال و ال د ا ن و الا ق ر ب و ن م ماق ل م ن ه ا و ك ث ر ن ص يب ا م ف ر وض ا ل لر ج ال ن ص ي ب م ما ت ر ك ال و ال د ا ن و الا ق ر ب و ن و ل لن س ا ء ن ص ي ب م ما Artinya : Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan. ( QS An Nisa :7) 7 Dasar Hukum Kewarisan Islam Dalam Al- hadits Salah satu Hadits nabi yang menjadi landasan hukum kewarisan islam yaitu yang artinya: Dari Ibnu Abbas R.A dari Nabi SAW berkata : Berikanlah faraid ( bagian-bagian yang ditentukan) itu kepada yang berhak dan selebihnya berikanlah untuk laki-laki dari keturunan laki-laki yang dekat. Dasar Hukum Kewarisan Islam Dalam Ijtihad Ulama Ijtihad ialah menyelidiki dalil-dalil hukum dari sumbernya yang resmi yaitu al-qur an dan hadits kemudian menarik garis hukum daripadanya dalam suatu masalah tertentu, misalnya berijtihad dari qur an kemudian mengalirkan garis-garis hukum kewarisan islam daripadanya. Meskipun Al-Qur an dan Sunnah Rasul telah memberi ketentuan terperinci tentang pembagian harta warisan, tetapi dalam beberapa hal masih diperlukan adanya ijtihad, yaitu terhadap hal-hal yang tidak ditentukan dalam kedua sumber hukum tersebut. Misalnya mengenai bagian warisan orang banci, harta warisan yang tidak habis terbagi kepada siapa sisanya diberikan, bagian ibu apabila hanya bersama-sama dengan ayah dan duda atau janda. 8

3 Prinsip- Prinsip Waris Islam 1. Prinsip Ijbari, yaitu bahwa peralihan harta seseorang yang telah meninggal dunia kepada yang masih hidup berlaku dengan sendirinya. 2. Prinsip Individual, yaitu bahwa harta warisan dapat dibagi-bagikan kepada ahli waris untuk dimiliki secara perseorangan. 3. Prinsip Bilateral, artinya bahwa baik laki-laki maupun perempuan dapat mewarisdarikeduabelahpihakgariskekerabatan, ataudengankatalain jenis kelamin bukan merupakan penghalang untuk mewarisi atau diwarisi. 4. Prinsip kewarisan hanya karena kematian, yakni bahwa peralihan harta seseorang kepada orang lain dengan sebutan kewarisan berlaku setelah yang mempunyai hartatersebutmeninggal dunia. Dengandemikian, tidak ada pembagian warisan sepanjang pewaris masih hidup. 9 Rukun dan Syarat Pembagian Waris Rukun Pewaris/muwarits: orang yang hartanya akan diwariskan Ahli waris/waris: orang yang berhak mendapatkan warisan Warisan/irts/mirats/mauruts/turats/tirkah: sesuatu yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal, baik berupa harta bergerak maupun harta tidak bergerak setelah dikurangi biaya perawatan jenazah, pelunasan hutang, dan pelaksanaan wasiat Syarat 1. Meninggal dunianya pewaris Mati hakiki(sejati) Mati hukmi(putusan hakim) Mati taqdiri(menurut dugaan) 2. Hidupnya ahli waris 3. Mengetahuistatus kewarisan: hubungan yang jelas antar para pihak(pewaris dan ahli waris) 10 Sebab- sebab Mewaris 1. Hubungan kekeluargaan/ hubungan darah/ kekerabatan 1. Furu : keturunan pewaris 2. Ushul: leluhur pewaris 3. Hawasyi: saudara menyamping 2. Hubungan perkawinan(hanya dari perkawinan yang sah) 3. Wala (hubungan hukmiah) 1. hubungan yang ditetapkan oleh hukum Islam, (misalnya sesorang yang telah memerdekakan budak, maka berhak mewaris dari budak apabila tidak ada ahli waris lainnya) 2. Pada umumnya budak tidak memiliki harta sehingga kecil kemungkinan menjadi pewaris 4. Baitul Maal/Perbendaharaan Umum Apabila tidak ada seorangpun yang berhak menerima warisan, tidak ada keluarga (dekat-jauh) yang menjadi ahli waris 11 Halangan Menerima Waris Hal-hal yang menghalangi ahli waris menerima warisan, walaupun telah terpenuhinya sebab dan syarat mewaris. Mahrum (yang diharamkan) / Mamnu (yang dilarang) : 1. Pembunuhan 2. Berbeda agama termasuk Murtad 3. Perbudakan Hijab 1. Hijab nuqshan 2. Hijab hirman atau hijab penuh Adapun dalam Kompilasi Hukum Islam pada Buku II, Pasal 173 menyatakan seorang terhalang menjadi ahli waris apabila dengan putusan Hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, dihukum karena: 1. Dipersalahkan telah membunuh atau mencoba membunuh atau menganiaya berat sipewaris. 2. Dipersalahkan secara menfitnah telah mengajukan pengaduan bahwa pewaris telah melakukan kejahatan yang diancam dengan hukuman 5 tahun penjara atau hukuman yang lebih besar. 12

4 Hak-hak Wajib Ditunaikan sebelum Warisan dibagikan Biaya Perawatan Jenazah 2. Pelunasan Hutang 3. Pelaksanaan Wasiat Penggolongan Ahli Waris SISTEM KEWARISAN PATRILINEAL SISTEM KEWARISAN BILATERAL 1. PENGGOLONGAN AHLI WARIS SISTEM KEWARISAN PATRILINEAL AHLI WARIS DZUL FARAID Ahli waris yang mendapat bagian menurut ketentuan yang diterangkan dalam Al Quran dan hadits AHLI WARIS ASABAH Ahli waris yang tidak memperoleh bagian tertentu, tetapi: Berhak mendapatkan seluruh harta peninggalan jika tidak ada ahli waris dzul faraid dan Berhak atas sisa harta peninggalan setelah dibagikan kepada ahli waris dzul faraid Tidak mendapatkan apa-apa, karena habis dibagikan kepada dzul faraid AHLI WARIS DZUL ARHAM Ahli waris yang mempunyai hubungan darah dengan pewaris melalui anggota keluarga perempuan PENGGOLONGAN AHLI WARIS SISTEM KEWARISAN BILATERAL AHLI WARIS DZUL FARAID Adalahahliwarisyang mendapatbagianmenurutketentuanyang diterangkandalamal Quran dan hadits AHLI WARIS DZUL QARABAT Ahli waris yang mendapat bagian warisan yang tidak tentu jumlahnya atau mendapat bagian sisa, atau mendapat bagian terbuka, baik dari garis laki-laki maupun perempuan. AHLI WARIS MAWALI Adalah ahli waris pengganti, yang menggantikan seseorang untuk memperoleh bagian warisan yang tadinya akan diperoleh oleh orang yang digantikan seandainya ia masih hidup 15 Ada 25 ahli waris yang diatur dalam ketentuan hukum waris islam,yang dapat mewarisi harta pewaris yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Ahli waris laki-laki terdiri dari: 1. Anak laki-laki 2. Cucu laki-laki dari anak laki-laki dan terus ke14. Suami bawah 15. Orang laki-laki yang memerdekakan budak 3. Ayah 4. Kakek dari ayah dan terus ke atas 5. Saudara laki-laki kandung 6. Saudara laki-laki seayah 7. Saudara laki-laki seibu 8. Anak laki-laki saudara laki-laki kandung 9. Anak laki-laki saudara laki-laki seayah 10. Paman yang sekandung dengan ayah 11. Paman yang seayah dengan ayah 12. Anak laki-laki paman yang sekandung dengan ayah Anak laki-laki paman yang seayah dengan ayah Jika ahli waris laki-laki tersebut semua ada, maka yang mendapat bagian hanya tiga orang, yaitu: 1.Anak laki-laki 2.Suami 3.Ayah

5 Ahli waris perempuan terdiri dari: budak Anak perempuan 2. Cucu perempuan dari anak laki-laki,dan terus kebawah 3. Ibu 4. Nenek (ibu dari ibu) dan terus ke atas 5. Nenek (ibu dari ayah),dan terus kebawah 6. Saudara perempuan kandung 7. Saudara perempuan seayah 8. Saudara perempuan seibu 9. Istri Jika semua ahli waris perempuan tersebut ada, maka yang mendapat bagian hanya lima orang, yaitu: 1.Anak perempuan 2.Cucu perempuan dari anak laki-laki 3.Ibu 4.Saudara perempuan kandung 5.Istri Jika ahli waris laki-laki dan perempuan sejumlah 25 orang tersebut semua ada, maka yang mendapat bagian adalah: 1. Ayah 2. Ibu 3. Anak laki-laki 4. Anak perempuan 5. Suami atau istri *5 golongan ini SELALU menerima warisan dalam segala hal, siapapun yang meninggal 10.orang perempuan yang memerdekakan Bagian Ahli Waris Hal Furudz Al Furudh biasa juga disebut Furudul Muqaddarah. Kata al-furud adalah bentuk jamak dari kata fard artinya bagian (ketentuan). Al-Muqaddarah artinya ditentukan. Jadi al-furud almuqaddarah adalah bagian-bagian yang telah ditentukan oleh syara bagi ahli waris tertentu dalam pembagian harta peninggalan. Bagian itulah yang akan diterima ahli waris menurut jauh dekatnya hubungan kekerabatan. Furudul Muqaddarah ada enam macam: 1. Dua pertiga(2/3) 2. Setengah(1/2) 3. Sepertiga(1/3) 4. Seperempat(1/4) 5. Seperenam(1/6) 6. Seperdelapan(1/8). (Dasar hukumnya adalah firman Allah surat an-nisa ayat 11-12) 19 BAGIAN 2/3 1. Dua atau lebih anak perempuan, dibagi bersama-sama 2. Dua atau lebih cucu perempuan, jika mereka tidak menjadi ashobah bil ghoiri 3. Dua orang atau lebih saudara perempuan kandung, jika mereka tidak menjadi ashobah bil ghoiri 4. Dua orang atau lebih saudara perempuan sebapak, jika mereka tidak menjadi ashobah bil ghoiri, dan pewaris tidak mempunyai anak perempuan atau cucu perempuan 20

6 BAGIAN I/2 1. Seorang anak perempuan, bila tidak menjadi ashobal bil ghoiri(adanya anak laki-laki) 2. Seorang cucu perempuan, bila ia tidak menjadi ashobah bilghoiri, dan tidak bersama anak perempuan. 3. Seorang saudara perempuan sekandung, bila ia tidak menjadi ashobah 4. Seorang saudara perempuan seayah, bila ia tidak menjadi ashobah, dan tidak bersama dengan saudara perempuan sekandung 5. Suami, bila istrinya tidak mempunyai anak atau cucu(dari anak laki-laki) 21 BAGIAN 1/3 Ibu, apabila pewaris tidak meninggalkan anak(perempuan atau laki-laki) atau cucu (perempuan atau laki-laki), atau tidak mempunyai saudara lebih dari seorang(baik kandung, sebapak ataupun seibu) Duaataulebihsaudaraseibu(laki-lakiatauperempuan) 22 BAGIAN 1/4 1. Suami, apabila istri mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki 2. Istri, apabila suami tidak mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki 23 BAGIAN I/8 1. Istri, apabila suami mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki 24

7 BAGIAN 1/6 1. Bapak, apabila pewaris memiliki anak atau cucu 2. Ibu, apabila pewaris memiliki anak, atau cucu atau saudara(laki-laki atau perempuan) baik sekandung, sebapak, atau seibu 3. Kakek, apabila pewaris memiliki anak atau cucu, dan tidak ada bapak 4. Nenek(ibudariibuatauibudaribapak), apabilatidaadaibu 5. Cucu perempuan(seorang atau lebih) dari anak laki-laki, apabila pewaris mempunyai anak perempuan satu orang saja. Bila anak perempuan lebih dari seorang, maka cucu perempuan tidak mendapatkan apa-apa(hijab hirman) 6. Seorang saudara seibu(laki-laki atau perempuan), bila pewaris dalam keadaan kalalah (yaitu tidak mempunyai anak atau cucu(laki-laki atau perempuan) dan tidak mempunyai bapak 25 Ashabah Golongan ashabah adalah kelompok ahli waris yang menerima bagian sisa,sehingga jumlah bagiannya tidak tertentu. kelompok ashabah ini kalau mewaris sendirian,tidak bersama dengan kelompok dzawul furudh maka bagian warisan diambil semua. Sebaliknya jika kelompok ini bersama dengan dzawul furuudh dan setelah di bagi ternyata harta warisan sudah habis,maka kelompok ashabah ini tidak mendapat apa-apa. Adapun macam-macam Ashabah adalah: 1. ashabah binafsih, 2. ashabah bil ghair, dan 3. ashabah ma al ghair. Ashabah Binafsih. Ashabah binafsih yang dimaksud adalah ashabah dengan sendirinnya dan bukan karena tertarik oleh ahli waris yang lain atau bersamaan dengan ahli waris yang lain,tetapi asalnya memang sudah menjadi ashabah. 26 Yang termasuk kelompok ashabah binafsih antara lain: 1. anak laki-laki 2. cucu laki-laki dari anak llaki-laki dan terus kebawah 3. Ayah 4. kakekdaripihakayahdanteruskeatas 5. Saudara laki-laki sekandung 6. Saudara laki-laki seayah 7. Anak saudara laki-laki sekandung 8. Anak saudara laki-laki seayah 9. Paman yang sekandung dengan ayah 10. Paman yang seayah dengan ayah 11. Anak laki-laki paman yang sekandung dengan ayah 12. Anak laki-laki paman yang seayah dengan ayah 27 Ashabah Bil Ghair. Ashabah bil ghair adalah kelompok ahli waris yang asalnya sebagai dzawul furuudh,namun mereka mendapat bagian ashabah karena tertarik oleh ahli waris llain yang berstatus ashabah.yang termasuk kelompok ashabah bil ghair ini adalah: 1. Anak perempuan menjadi ashabah karena ditarik oleh anak laki-laki 2. Cucu perempuan dari anak laki-laki menjadi ashabah karena ditarik oleh cucu laki-laki dari anak laki-laki. 3. Saudara perempuan kandung menjadi ashabah karena ditarik oleh saudara laki-laki kandung. 4. Saudara perempuan seayah menjadi ashabah karena ditarik oleh saudara laki-laki seayah. 28 *Dalam pembagian ashabah ini perlu diperhatikan pembagian antara laki-laki dan perempuan dua banding satu,seperti dalam surat an-nisa ayat 176 *Apabila orang-orang yang tersebut diatas semua ada maka tidak semua mereka di beri bagian, akan tetapi harus didahulukan orang-orang yang lebih dekat pertaliannya dengan pewaris, dengan memperhatikan urutan nomor 1-12 tersebut.

8 Ashabah Ma al Ghair kelompok ahli waris yang mendapat bagian ashabah karena mewaris bersamasama kelompok dzawul furuudh yang lain. yang termasuk Ashabah Ma al Ghair adalah: Saudara perempuan sekandung apabila dia mewaris bersama dengan anak perempuan atau cucu perempuan. Saudara perempuan seayah,apabila dia mewaris bersama dengan anak perempuan atau cucu perempuan. 29 Hijab Hijab secara harfiah berarti satir, penutup atau penghalang. Dalam fiqh mawaris, istilah ini digunakan untuk menjelaskan ahli waris yang hubungan kekerabatannya jauh, yang kadang-kadang atau seterusnya terhalang hak-hak kewarisanya oleh ahli waris yang lebih dekat. Ahli waris yang terhalangi disebut hajib, sedangkan ahli waris yang terhalang disebut dengan mahjub. Keadaan yang terhalangi disebut hijab. Hijab dilihat dari segi akibatnya, hijab dibagi 2 macam: Hijab Nuqson, Hijab Nuqson yaitu menghalangi yang berakibat mengurangi bagian ahli waris yang mahjub, seperti suami, yang seharusnya menerima bagian 1/2, karena bersama anak baik laki-laki maupun perempuan, bagianya terkurangi menjadi 1/4. Ibu yang sedianya menerima bagian 1/3, karena bersama dengan anak, atau saudara 2 orang atau lebih, terkurangi bagianya menjadi 1/6. Hijab Hirman, Hijab Hirman dalah hijab yang menghalangi secara total. Akibatnya hak-hak waris ahli waris yang termahjub tertutup sama sekali dengan adanya ahli waris yang menghalangi. Misalnya, saudara perempuan kandung yang semula berhak menerima bagian 1/2, tetapi karena bersama dengan anak laki-laki, menjadi tertutup sama sekali atau tidak mendapat bagian. 30 Jalan Pembagian Waris Terdapat 3 jalan, untuk menerima warisan: 1. Melalui jalan Furudl, yaitu pembagian yang telah ditentukan dalam nash Al-Qur an dan hadist nab 2. Melalui jalan Hijab(dinding/terhalang/terhapus) yaitu ahli waris yang terhalang sehingga berkurang/terhalang/tidak memperoleh warisan 3. Melalui Jalan ashobah, dengan jalan menghabiskan semua harta, atau mengambil semua sisa harta yang telah dibagikan kepada dzul faroid/dzawil furudl Cara Pembagian Waris 1. Menentukan siapa saja ahli waris yang berhak menerima harta warisan 2. Menetapkan asal mas alah 3. Menentukan jumlah warisan bagi ahli waris dzul faraid. 31 Ahli Waris Dzul Arham Dzul arham adalah kelompok yang tidak disebut dalam dzawil furudh dan ashabah namun mempunyai hubungan dekat dengan pewaris. Mereka akan memperoleh bagian warisan apabila dua golongan diatas (dzawil furud dan asabah) tidak ada seluruhnya. Yang termasuk dalam Dzawil Arham ini adalah: 1. Cucu Keturunan anak perempuan dan seterusnya kebawah baik laki-laki maupun perempuan. 2. Anak dari cucu perempuan dari keturunan anak laki-laki dan seterusnya kebawah baik laki-laki maupun perempuan. 3. Anak-anak dari saudara perempuan kandung, seayah, seibu, baik laki-laki perempuan. 4. Anak perempuan dari saudara laki-laki kandung, seayah, seibu dan seterusnya kebawah. 5. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu, dan seterusnya kebawah. 32

9 Penggantian Tempat 33 Warisan Anak dalam Kandungan 34 Ahli waris pengganti/ penggantian tempat ahli waris adalah ahli waris yang meninggal lebih dahulu daripada pewaris, maka kedudukannya sebagai ahli waris dapat digantikan oleh anaknya(pasal 185 KHI). Adapun bagian ahli waris pengganti tidak boleh melebihi dari bagian ahli waris yang sederajat dengan yang diganti Anak yang dalam kandungan belum memiliki kejelasan: Apakah dia akan hidup atau mati Apakah laki-laki atau perempuan Dapat diatasi dengan pembagian sementara, dimana setelah anak lahir dilakukan pembagian yang sebenarnya Perhitungan Kewarisan Anak Dalam Kandungan yakni: Jika lahir laki-laki, maka para ashhabul furudh yang tidak terhijab atas keberadaannya dapat mengambil bagian tanpa menunggu kelahiran. Jika lahir perempuan, maka bayi tersebut hanya mengambil bagiannya sebagai anak perempuan, selebihnya diberikan kepada yang berhak. Baik secara perhitungan ulang atau dengan cara lain yang sesuai dengan aturan hukum waris. Jika bayi lahir dalam keadaan meninggal, maka harta taksiran diberikan kepada yang berhak sesuai aturan hukum waris. Jika bayi lahir kemudian meninggal, namun secara yuridis dapat dikatakan/dibuktikan hidup, maka akan tetap mendapat bagian harta sesuai jenis kelamin dan keberadaan dirinya dan kemudian harta tersebut diberikan kepada ahli waris yang berhak atas dirinya (bukan lagi pewaris(mayit) pertama dalam perhitungan). 35 Masalah Orang Tertawan (Asir) Orang yang tertawan adalah orang yang ditawan karena ditangkap atau kalah dalam suatu peperangan. Apabila orang yang tertawan itu hidup, harta benda yang ia tinggalkan tetap menjadi miliknya dan ia bisa mewarisi dari orang lain. Apabila ia telah wafat dan dapat dibuktikan kematiannya, para ahli warisnya bisa mewarisi dari orang itu, terhitung sejak tanggal wafatnya. Jika hakim telah memutuskan bahwa orang yang ditawan itu telah meninggal berdasarkan perkiraan yang kuat, harta warisnya dapat diserahkan kepada ahli warisnya yang hidup, saat keputusan itu dikeluarkan. * peran hakim sangat menentukan untuk penyelesaian warisan orang yang dalam tawanan, tentunya setelah terlebih dahulu ditempuh upaya untuk mendapatkan informasi perihal orang yang tertawan. 36

10 Warisan Anak Hasil Zina 37 Warisan Khuntsa 38 Pasal 186 Kompilasi Hukum Islam (KHI) menyebutkan : Anak yang lahir diluar perkawinan hanya mempunyai hubungan saling mewaris dengan ibunya dan keluarga dari pihak ibunya. Syara telah menetapkan bahwa anak Zina ini dibangsakan kepada ibunya dan tidak diakui hubungan darahnya dengan si ayah. Oleh karenanya, tidak ada hubungan kekerabatan antara anak itu dengan ayahnya. Dalam urf modern dinamakan wa ad ghairu syar i(anak yang tidak diakui agama) Dalam Bahasa Arab, diambil dari kata khanatsa berarti lunak atau melunak. Misalnya, khanatsa wa takhonnatsa, yang berarti apabila ucapan atau cara berjalan seorang laki lkai menyerupai wanita, lembut dan melenggak lenggok. Kejelasan jenis kelamin seseorang akan mempertegas status hukumnya sehingga ia berhak menerima harta waris sesuai bagiannya. Bila urine nya keluar dari sebagaimana kaum laki laki maka ia divonis sebagai laki laki. Sedangkan jika ia mengeluarkan urine dari vagina, ia divionis sebagai wanita. Namun bila ia mengeluarkan urine dari kedua alat kelaminnya (penis dan vagina) secara berbarengan, maka inilah yang dinyatakan sebagai khuntsa musykil. Dan ia akan tetap musykil hingga datang masa akil baligh. Cara Pembagian Warisan Khuntsa: Jika dapat diperjelas jenis kelaminnya, maka pembagainnya sesuai dengan jenis kelamin tersebut. Hak waris yang diberikan kepadanya hendaklah yang paling sedikit di antara keduanya (keadaan bila ia sebagai laki laki dan sebagai wanita). Untuk sementara sisa harta waris yang menjadi haknya dibekukan sampai statusnya menjadi jelas, atau sampai ada kesepakatan tertentu di antara ahli waris. Atau sampai banci itu meninggal hingga bagiannya berpindah kepada ahli waris. Jika banci dinilai sebagai wanita bagiannya lebih sedikit, maka hak waris yang diberikan kepadanya adalah hak waris wanita. Dan jika dinilai sebagai laki laki dan bagiannya ternyata lebih sedikit, maka divonis sebagai laki laki. Bila ternyata dalam keadaan di antara kedua status ditiadakan haknya, maka diputuskan bahwa banci tidak mendapatkan hak waris. Dalam madzhab Imam Syafi I, bila dalam suatu keadaan salah seorang dari ahli waris gugur haknya dikarenakan adanya banci dalam salah satu dari dua status (yakni sebagai laki laki atau wanita) maka gugurlah hak warisnya. 39 Warisan Orang Hilang / Mafqud Mafqud Yaitu orang yang tidak diketahui kabar beritanya(apakah masih hidup atau meninggal dunia) Menyangkut status hukum orang yang hilang ini para ahli hokum Islam menetapkan bahwa: Istri orang yang hilang tidak boleh dikawinkan Harta orang yang hilang tidak boleh diwariskan Hak-hak orang yang hilang tidak boleh dibelanjakan atau dialihkan. Ketidakbolehan ketiga hal tersebut di atas sampai orang yang hilang tersebut diketahui dengan jelas statusnya, yaitu apakah ia dalam keadaan masih hidup atau sudah meninggal dunia. Dan apabila statusnya masih diragukan maka statusnya masih dianggap sebagai masih hidup sesuai dengan keadaan semula. Dan dapat ditambahkan, bahwa yang berhak untuk menentukan seseorang yang hilang sudah mati hanyalah hakim. 40

11 Munasakhah 41 Istri yang di Talak 42 Istri yang dicerai dengan talak raj i Munasakhah menurut bahasa artinya memindahkan atau menghilangkan. Thalaq raja i ialah apabila seorang suami menthalaq istrinya dengan thalaq ke I atau ke II. Apabila seorang suami menthalaq istrinya dengan thalaq raja i(ke I atau II) maka antara suami istri itu tetap saling mewaris selama masih dalam iddah raja i. Apabila seseorang meninggal dunia, sebelum hartanya dibagi-bagikan kepada ahli warisnya, salah seorang ahli warisnya meninggal dunia pula dengan meninggalkan beberapa waris pula. Istri yang dicerai dengan talak Ba in Imam syafi i: tidaksalingmewaris, apabilaseseorangmenthalaqistrinyadenganthalaq3 yang dithalaqnya sewaktu sakit yang membawa kepada kematiannya Imam Hanafi, Hambali dan Maliki: tetap saling mewaris pendapat para imam: Hanafi: tetap mewaris selama masih dalam iddah Menurut As-Sayyid Asy-Syarif, munasakhah adalah memindahkan bagian demi bagian ahli waris kepada orang yang mewarisinya akibat kematiannya sebelum dilakukan pembagian harta peninggalan dilaksanakan. Hambali: tetap mewaris selama istri belum menikah Maliki: tetap mewaris sekalipun habis masa iddahnya, dan ia sudah menikah lagi. Hak waris anak angkat 43 Aul dan Radd 44 Anak angkat tidak berhak mendapatkan warisan dari orang tua angkatnya, karena pengangkatan anak tidak membawa akibat hukum dalam hubungan darah, hubungan wali-mewali dan hubungan waris-mewaris dengan orang tua angkatnya. Namun demikian untuk melindungan hak dari anak adopsi tersebut, maka orang tua angkat dapat memberikan wasiat asalkan tidak melebihi 1/3 harta peninggalan. Tetapi jika anak angkat tersebut tidak menerima wasiat maka diberikan wasiat wajibah sebanyak banyaknya 1/3 dari harta peninggalan(pasal 209 ayat(2)). Aul = meningkat atau bertambah Yaitu meningkatkan atau membesarkan angka asal masalah sehingga menjadi sama dengan jumlah angka pembilang dari bagian ahli waris yang ada. Radd = mengembalikan Yaitu mengembalikan sisa harta warisan kepada ahli warisnya sesuai dengan bagiannya masing-masing

12 Hukum Waris Islam dalam Kompilasi Hukum Islam 45 Hukum Waris Islam dalam Undang-Undang Peradilan Agama 46 Hukum waris tersebut tertulis dalam buku II KHI mulai dari pasal 171 sampai pasal 193, serta pasal 209 tentang wasiat wajibah. Bab I memuat 1 pasal tentang Ketentuan Umum (pasal 171) Bab II memuat 4 pasal tentang Ahli Waris (pasal ) Bab III memuat 16 pasal tentang Besarnya Bagian (pasal ) BabIVmemuat2 pasaltentang AulDan Radd (pasal ) Pasal 209 tentang Wasiat Wajibah. UU NO. 7 TAHUN > UU NO. 3 TAHUN > UU NO. 50 TAHUN Dalam penjelasan umum Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang peradilan agama terdapat kalimat yang berbunyi para pihak sebelum berperkara dapat mempertimbangkan untuk memilih hukum apa yang dipergunakan dalam pembagian waris. Namun setelah adanya amandemen terhadap UU tersebut, kalimat itu dinyatakan dihapus. Sehingga Secara eksplisit, HukumIslamlahyang menjadipilihanhukumbagimerekayang beragama Islam dan penyelesaiannya dilaksanakan oleh Pengadilan Agama. Pasal 49 Pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang: a. perkawinan; b. waris; c. wasiat; d. hibah; e. wakaf; f. zakat; g. infaq; h. shadaqah; dan i. ekonomi syari'ah. 47 -Penjelasan Pasal 49- Yang dimaksud dengan waris adalah penentuan siapa yang menjadi ahli waris, penentuan mengenai harta peninggalan, penentuan bagian masing-masing ahli waris, dan melaksanakan pembagian harta peninggalan tersebut, 48 serta penetapan pengadilan atas permohonan seseorang tentang penentuan siapa yang menjadi ahli waris, penentuan bagian masing-masing ahli waris.

13 Contoh 49 Ahli waris Bagian AM = 24 Perhitungan Jumlah harta yg diperoleh 50 Seorang laki-laki meninggal dunia dengan ahli waris janda, 3 anak laki-laki dan 5 anak perempuan, dan Ibu. Si pewaris mempunyai harta bersama sebesar 500 juta, biaya perawatan rumah sakit selama sakit sebesar 40 juta, biaya pengurusan jenazah 5 juta, dan hutang sebesar 25 juta. Ternyata sebelum menikah pewaris telah memiliki rumah yang sebelumnya dikontrakkan yang kemudian dilelang dan laku dengan harga 220juta. Biaya lelang dan komisi sebesar 15 juta. Janda 1/8 3 3/24 x 385 juta Ibu 1/6 4 4/24 x 385 juta 3 laki-laki & 5 perempuan Ashobah 17/24 17/24 x 385 juta Perhitungannya: Ahli waris Harta peninggalan Biaya-biaya Harta waris : Janda, Ibu, 3 anak laki-laki dan 5 anak perempuan : harta bawaan + ½ harta bersama : 220 juta+250 juta=470 juta : rumah sakit+ pengurusan jenazah + hutang + biaya lelang & komisi : 40 juta + 5 juta+25 juta+15 juta = 85 juta : 470 juta 85 juta=385 juta PEMBAGIAN 1 ANAK LAKI = 2 ANAK PEREMPUAN, SEHINGGA DALAM KASUS INI ASHOBAH DIBAGI MENJADI 5 BAGIAN + (3 X 2) BAGIAN = 11 BAGIAN BAGIAN TIAP ANAK PEREMPUAN = 1/11 X = BAGIAN TIAP ANAK LAKI-LAKI = 2/11 X = Daftar Pustaka H.R. Otje Salman dan Mustofa Haffas, Hukum Waris Islam (Bandung: Refika Aditama, 2006). Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, Raja Garfindo Persada, Jakarta:2000. Kompilasi Hukum Islam. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama Posting website DPM FH Universitas Merdeka Malang repository.usu.ac.id/bitstream/ /37475/3/chapter%20ii.pdf Tanya Jawab

14 Absen 2, Dimas Chandra Eka 53 Absen 3, Sekar Ayu Ningtyas 54 Apakah anak angkat mendapat warisan menurut hukum waris islam? Anak angkat tidak berhak mendapatkan warisan dari orang tua angkatnya, karena pengangkatan anak tidak membawa akibat hukum dalam hubungan darah, hubungan wali-mewali dan hubungan waris-mewaris dengan orang tua angkatnya. Namun demikian untuk melindungi hak dari anak adopsi tersebut, maka orang tua angkat dapat memberikan wasiat asalkan tidak melebihi 1/3 harta peninggalan. Tetapi jika anak angkat tersebut tidak menerima wasiat maka diberikan wasiat wajibah sebanyak banyaknya 1/3 dari harta peninggalan (pasal 209 ayat (2)). Seorang meninggalkan suami, saudara laki-laki kandung, dan saudara perempuan kandung. Tetapi saudara laki-laki kandung tersebut hilang. Bagaimana cara pembagian warisannya? Dalam hukum islam, seseorang yang dianggap hilang disebut dengan Mafqud. Dalam Hukum Kewarisan Islam, harta orang yang mafqud disisihkan dan diurus oleh ahli warisnya yang lebih dekat hubungannya dengan orang mafqud tersebut atau ahli waris yang dengan suka rela bersedia mengurus sampai si mafqud jelas keberadaannya ditunggu tenggang waktunya 4 tahun. setelah itu barulah diputuskan apakah si mafqud mati secara hakiki atau secara hukmy, jika sudah jelas statusnya, maka harta tersebut boleh dibagikan kepada ahli waris lain yang berhak menurut pembagiannya. Maksud dari adanya tenggang waktu menunggu adalah agar ahli waris dapat mencari informasi keberadaannya, serta bisa mengumumkannya. Absen 5, Fransiska Louisa A dan B kawin tetapi tidak mempunyai anak, apakah A bisa mewariskan hartanya ke istrinya saja, A tidak memiliki keturunan keatas ataupun kesamping! Iya. Karena istri termasuk ahli waris yang selalu menerima warisan dalam segala hal. Sehingga istri berhak mewarisi semua harta tersebut jika tidak ada keturunan keatas maupun kesamping. 55 Absen 6, Haris Muhammad Pada putusan MA disebutkan beda agama tetap bisa mendapatkan warisan dengan wasiat wajibah, bagaimana pendapat kelompok anda terkait putusan tersebut? 56 Kelompok kami setuju dengan putusan hakim MA tersebut. Dikarenakan terdapat perkembangan hukum sehingga hakim dalam putusan tersebut melakukan pembaharuan hukum waris islam. Maka yang sebelumnya nonmuslim tidak mendapat warisan menjadi mendapat bagian warisan sesuai dengan nilai-nilai keadilan, kemanusiaan dan kemaslahatan. Dengan pertimbangan ahli waris yang beragama islam dan yang tidak beragama islam bagaimanapun adalah ahli waris dari sipewaris. Dalam hal lain agar hukum islam tidak dipandang diskriminatif kepada kaum-kaum non-muslim. Adapun ditinjau dari syariat islam, tidaklah berhak seorang muslim mewarisi orang kafir dan tidakpula orang kafir mewarisi orang muslim. Sehingga orang yang berbeda agama (termasuk murtad) merupakan golongan yang terhalang dalam menerima warisan. Sehingga ia pun tidak berhak untuk mendapat wasiat wajibah.

15 Absen 7, Nyoman Kurniadi 57 Absen 9, Syafrita AP 58 Dapatkah hakim merubah legitime portie jika dilihat dari nilai-nilai yang adil di masyarakat? Tidak boleh, karena legitime portie itu menyatakan bagian hak mutlak yang harus diterima oleh garis keturunan dari pewaris yang susah ditetapkan dalam Al-Qur an maupun KHI. Kecuali apabila mendapat persetujuan ahli waris dari pewaris tersebut. Perempuan islam menikah dengan lelaki hindu, dan lelaki hindu tersebut meninggal. Siapa yang menjadi ahli waris apabila mereka tidak memiliki anak dan hanya mempunyai anak bawaan dari istrinya tersebut! Menurut syariat Islam istri tersebut tidak berhak menjadi ahli waris, karena hal-hal yang menghalangi ahli waris dalam menerima warisan adalah salah satunya perbedaan agama meskipun telah terpenuhi syarat dan sebab untuk menerima waris. Sehingga istri dan anak bawaan dari istri tersebut tidak dapat menerima warisan. Absen 10, Dewangga Kurniawan 59 Absen 11, Khansa Muafa 60 Bagaimana seseorang yang dulunya hilang lalu kembali lagi dan kemudian menuntut bagian dari harta warisannya? Setelah hakim memutuskan si mafqud telah meninggal dunia pada suatu tanggal yang ditentukan berdasarkan pada dalil-dalil yang menimbulkan dugaan kuat kematiannya, maka mafqud itu dipandang meninggal dunia, pada waktu keluarnya penetapan hakim. Dengan demikian, harta peninggalan mafqud diwariskan oleh ahli waris yang ada pada waktu itu. Sehingga, harta warisan yang sudah dibagi dan ketika si mafqud hadir kembali sudah melampaui 4 (empat) tahun, maka ia tidak bisa meminta kembali harta warisan yang sudah dibagikan. Apabila si mafqud hadir sebelum 4 (empat) tahun, maka ia dapat memintakan kembali harta yang belum dipakai oleh ahli warisnya yang merupakan harta warisan. Antara wasiat dan warisan mana yang didahulukan? Hak hak yang wajib ditunaikan sebelum warisan dibagikan antara lain: 1. Biaya perawatan jenazah 2, pelunasan hutang dan 3. Pelaksanaan wasiat, sehingga dapat kita simpulkan wasiat harus lebih dahulu dilaksanakan dari pada warisan. Apakah seluruh harta yang menjadi objek warisan dapat diwasiatkan sehingga tidak ada lagi harta yang tersisa untuk diwariskan? Dapat, selama seluruh ahli waris (wurrats) memberikan izin, maka wasiat tersebut dapat dijalankan. Namun apabila ahli waris tersebut tidak menyitujui maka hanya sepertiga (tsults) yang dapat dijalankan dari wasiat tersebut. (pasal 201)

16 Apakah dalam hukum islam mengenal pembagian harta gono gini/ bersama? Apabila ditinjau dari segi syariat islam (murni), dalam pembagian harta warisan tidak ada pemisahan harta bersama/gono gini karena mereka tidak mengenal istilah harta bersama itu sendiri, karena pendapatan selama pernikahan seorang suami dan istri merupakan harta masing masing suami istri tersebut. Sedangkan penghidupan yang diberikan suami kepada istri tersebut dinamakan nafkah sehingga tidak dikenal harta bersama. sehingga suami/istri yang hidup terlama mendapat harta yang telah ditentukan bagiannya dalam alqur an. Apabila ditinjau dari KHI, harta bersama/gono-gini dibagi menjadi 2 yaitu 50 % untuk suami dan 50 % untuk istri berdasarkan pada pasal 96 KHI. 61

Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh

Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh pelaksanaan hukum waris 1 A. Pembagian Warisan Dalam

Lebih terperinci

S I L A B U S A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : HUKUM WARIS ISLAM STATUS MATA KULIAH : WAJIB KODE MATA KULIAH : JUMLAH SKS : 2

S I L A B U S A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : HUKUM WARIS ISLAM STATUS MATA KULIAH : WAJIB KODE MATA KULIAH : JUMLAH SKS : 2 1 S I L A B U S A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : HUKUM WARIS ISLAM STATUS MATA KULIAH : WAJIB KODE MATA KULIAH : JUMLAH SKS : 2 B. DESKRIPSI MATA KULIAH Mata kuliah ini mempelajari hukum waris

Lebih terperinci

Pengertian Mawaris. Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan.

Pengertian Mawaris. Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan. Pengertian Mawaris Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan. Maknanya menurut bahasa ialah 'berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Ahli Waris Pengganti menurut Imam Syafi i dan Hazairin. pengganti menurut Hazairin dan ahli waris menurut Imam Syafi i, yaitu:

BAB IV ANALISIS. A. Ahli Waris Pengganti menurut Imam Syafi i dan Hazairin. pengganti menurut Hazairin dan ahli waris menurut Imam Syafi i, yaitu: BAB IV ANALISIS A. Ahli Waris Pengganti menurut Imam Syafi i dan Hazairin Dari penjelasan terdahulu dapat dikelompokkan ahli waris yang menjadi ahli waris pengganti menurut Hazairin dan ahli waris menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam mengajarkan berbagai macam hukum yang menjadikan aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. Islam mengajarkan berbagai macam hukum yang menjadikan aturanaturan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam mengajarkan berbagai macam hukum yang menjadikan aturanaturan bagi muslim dan muslimah, salah satunnya adalah hukum kewarisan. Yang mana hukum kewarisan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAGIAN WARISAN DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KHI

BAB II PEMBAGIAN WARISAN DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KHI BAB II PEMBAGIAN WARISAN DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KHI A. Kewarisan dalam KHI Dalam KHI hukum kewarisan diatur pada buku II yang terdiri dari 43 pasal yaitu mulai Pasal 171 sampai dengan Pasal 214. 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan hukum Islam di Indonesia, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan hukum Islam di Indonesia, khususnya di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan hukum Islam di Indonesia, khususnya di bidang Hukum Kewarisan, bahwa seorang cucu dapat menjadi ahli waris menggantikan ayahnya

Lebih terperinci

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Analisis implementasi Hukum Islam terhadap ahli waris non-muslim dalam putusan hakim di Pengadilan Agama

Lebih terperinci

HUKUM KEWARISAN ISLAM HUKUM WARIS PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN FHUI

HUKUM KEWARISAN ISLAM HUKUM WARIS PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN FHUI HUKUM KEWARISAN ISLAM HUKUM WARIS PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN FHUI DOSEN Dr. Yeni Salma Barlinti, SH, MH Neng Djubaedah, SH, MH, Ph.D Milly Karmila Sareal, SH, MKn. Winanto Wiryomartani, SH, MHum. POKOK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam telah mengatur setiap aspek kehidupan manusia baik yang. menyangkut segala sesuatu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. Islam telah mengatur setiap aspek kehidupan manusia baik yang. menyangkut segala sesuatu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam telah mengatur setiap aspek kehidupan manusia baik yang menyangkut segala sesuatu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT maupun terhadap sesama umat

Lebih terperinci

BAB II PEMBAGIAN WARISAN DALAM HAL TERJADINYA POLIGAMI MENURUT PERSPEKTIF HUKUM WARIS ISLAM

BAB II PEMBAGIAN WARISAN DALAM HAL TERJADINYA POLIGAMI MENURUT PERSPEKTIF HUKUM WARIS ISLAM 27 BAB II PEMBAGIAN WARISAN DALAM HAL TERJADINYA POLIGAMI MENURUT PERSPEKTIF HUKUM WARIS ISLAM A. Kerangka Dasar Hukum Kewarisan Islam Dalam literatur Indonesia sering menggunakan istilah kata waris atau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Hukum Warisan Islam Hukum waris islam adalah seperangkat peraturan tertulis berdasarkan wahyu Allah dan sunnah Nabi tentang hal ihwal peralihan harta atau berwujud harta dari

Lebih terperinci

BAB II AHLI WARIS MENURUT HUKUM ISLAM. ditinggalkan oleh orang yang meninggal 1. Sementara menurut definisi

BAB II AHLI WARIS MENURUT HUKUM ISLAM. ditinggalkan oleh orang yang meninggal 1. Sementara menurut definisi 16 BAB II AHLI WARIS MENURUT HUKUM ISLAM A. Pengertian dan Sumber Hukum 1. Pengertian Ahli waris adalah orang-orang yang berhak atas warisan yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal 1. Sementara menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MUNASAKHAH. A. Munasakhah Dalam Pandangan Hukum Kewarisan Islam (Fiqh Mawaris) Dan Kompilasi Hukum Islam (KHI)

BAB II TINJAUAN UMUM MUNASAKHAH. A. Munasakhah Dalam Pandangan Hukum Kewarisan Islam (Fiqh Mawaris) Dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) 29 BAB II TINJAUAN UMUM MUNASAKHAH A. Munasakhah Dalam Pandangan Hukum Kewarisan Islam (Fiqh Mawaris) Dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) Hukum kewarisan Islam adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB IV A. ANALIS HUKUM ISLAM TENTANG STATUS HAK WARIS. elemen masyarakat, bagaimana kedudukan dan hak-haknya dalam keluarga dan

BAB IV A. ANALIS HUKUM ISLAM TENTANG STATUS HAK WARIS. elemen masyarakat, bagaimana kedudukan dan hak-haknya dalam keluarga dan 97 BAB IV ANALISIS HAK WARIS ANAK YANG STATUS AGAMANYA BELUM PASTI (AYAH MENINGGAL DALAM KEADAAN ISLAM DAN IBU MENINGGAL DALAM KEADAAN KRISTEN) A. ANALIS HUKUM ISLAM TENTANG STATUS HAK WARIS Anak merupakan

Lebih terperinci

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TIDAK DITETAPKANNYA NAFKAH IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK (STUDI ATAS PUTUSAN NOMOR 2542/PDT.G/2015/PA.LMG) A. Pertimbangan Hukum Hakim yang Tidak Menetapkan Nafkah

Lebih terperinci

PENGHALANG HAK WARIS (AL-HUJUB)

PENGHALANG HAK WARIS (AL-HUJUB) PENGHALANG HAK WARIS (AL-HUJUB) A. Definisi al-hujub Al-hujub dalam bahasa Arab bermakna 'penghalang' atau 'penggugur'. Dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman: "Sekali-kali tidak sesungguhnya mereka pada

Lebih terperinci

PEMBAGIAN HARTA WARISAN DALAM PERKAWINAN POLIGAMI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

PEMBAGIAN HARTA WARISAN DALAM PERKAWINAN POLIGAMI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DALAM PERKAWINAN POLIGAMI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Vera Arum Septianingsih 1 Nurul Maghfiroh 2 Abstrak Kewarisan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah perkawinan. Islam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama 58 BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama Saudara Dan Relevansinya Dengan Sistem Kewarisan

Lebih terperinci

BAB II KAKEK DAN SAUDARA DALAM HUKUM WARIS. kakek sahih dan kakek ghairu sahih. Kakek sahih ialah setiap kakek (leluhur laki -

BAB II KAKEK DAN SAUDARA DALAM HUKUM WARIS. kakek sahih dan kakek ghairu sahih. Kakek sahih ialah setiap kakek (leluhur laki - BAB II KAKEK DAN SAUDARA DALAM HUKUM WARIS A. Pengertian dan Sumber Hukum. Pakar Hukum waris mengklasifikasikan kakek kepada dua macam, yaitu kakek sahih dan kakek ghairu sahih. Kakek sahih ialah setiap

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014. KEDUDUKAN DAN BAGIAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM ISLAM 1 Oleh : Alhafiz Limbanadi 2

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014. KEDUDUKAN DAN BAGIAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM ISLAM 1 Oleh : Alhafiz Limbanadi 2 KEDUDUKAN DAN BAGIAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM ISLAM 1 Oleh : Alhafiz Limbanadi 2 A B S T R A K Seiring dengan perkembangan zaman juga pola pikir masyarakat, hal ini menghasilkan adanya berbagai

Lebih terperinci

BAB III PEMBAGIAN WARISAN DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF CLD KHI

BAB III PEMBAGIAN WARISAN DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF CLD KHI BAB III PEMBAGIAN WARISAN DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF CLD KHI A. Kewarisan dalam CLD KHI Dalam CLD KHI hukum kewarisan diatur pada buku II yang terdiri dari 42 pasal yaitu mulai Pasal 1 sampai dengan Pasal

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol.I/No.5/November/2013

Lex Privatum, Vol.I/No.5/November/2013 HAK MEWARIS DARI ORANG YANG HILANG MENURUT HUKUM WARIS ISLAM 1 Oleh : Gerry Hard Bachtiar 2 A B S T R A K Hasil penelitian menunjukkan bagaimana asas-asas kewarisan menurut hukum waris Islam serta Hak

Lebih terperinci

BAB IV PEMERATAAN HARTA WARISAN DI DESA BALONGWONO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV PEMERATAAN HARTA WARISAN DI DESA BALONGWONO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM 53 BAB IV PEMERATAAN HARTA WARISAN DI DESA BALONGWONO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Sistem Pemerataan Harta Warisan di Desa Balongwono dalam Perspektif Hukum Islam 1. Al-Qur an Allah SWT telah menentukan

Lebih terperinci

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Nasab Anak Hasil Hubungan Seksual Sedarah Dalam Perspektif Hukum Islam Pada bab dua telah banyak

Lebih terperinci

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006) Waris Tanpa Anak WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006) Pertanyaan: Kami lima orang bersaudara: 4 orang laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu hal yang tidak dapat dihindari adalah setiap orang tentu akan meninggal, baik ia seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETENTUAN PASAL 182 KHI DAN PERSPEKTIF HAZAIRIN TENTANG BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN KANDUNG

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETENTUAN PASAL 182 KHI DAN PERSPEKTIF HAZAIRIN TENTANG BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN KANDUNG BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETENTUAN PASAL 182 KHI DAN PERSPEKTIF HAZAIRIN TENTANG BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN KANDUNG A. Analisis Terhadap Ketentuan Pasal 182 Kompilasi Hukum Islam Tentang

Lebih terperinci

KEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI DI TINJAU DARI KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN FIQH WARIS. Keywords: substite heir, compilation of Islamic law, zawil arham

KEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI DI TINJAU DARI KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN FIQH WARIS. Keywords: substite heir, compilation of Islamic law, zawil arham 1 KEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI DI TINJAU DARI KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN FIQH WARIS Sarpika Datumula* Abstract Substitute heir is the development and progress of Islamic law that is intended to get mashlahah

Lebih terperinci

MEMBANGUN KELUARGA YANG ISLAMI BAB 9

MEMBANGUN KELUARGA YANG ISLAMI BAB 9 MEMBANGUN KELUARGA YANG ISLAMI BAB 9 A. KELUARGA Untuk membangun sebuah keluarga yang islami, harus dimulai sejak persiapan pernikahan, pelaksanaan pernikahan, sampai pada bagaimana seharusnya suami dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA WARISAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA WARISAN 12 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA WARISAN A. Pengertian Harta Warisan Warisan berasal dari kata waris, yang berasal dari bahasa Arab, yaitu : warits, yang dalam bahasa Indonesia berarti ahli waris,

Lebih terperinci

Pluraliitas Hukum Waris

Pluraliitas Hukum Waris SKRIPSI HUKUM PIDANA Hukum Waris Islam - Author: Swante Adi Krisna Hukum Waris Islam Oleh: Swante Adi Krisna Tanggal dipublish: 25 Apr 2017 (4 weeks ago) Tanggal didownload: 24 May 2017, Pukul 2:09 0 pembaca

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI HUKUM WARIS ISLAM DAN HINDU DI KECAMATAN KREMBUNG SIDOARJO Oleh : Zakiyatul Ulya (F )

IMPLEMENTASI HUKUM WARIS ISLAM DAN HINDU DI KECAMATAN KREMBUNG SIDOARJO Oleh : Zakiyatul Ulya (F ) IMPLEMENTASI HUKUM WARIS ISLAM DAN HINDU DI KECAMATAN KREMBUNG SIDOARJO Oleh : Zakiyatul Ulya (F1.2.2.12.161) I Baik hukum Islam maupun hukum Hindu telah mengatur secara rinci berbagai persoalan mengenai

Lebih terperinci

BAB II KEWARISAN MENURUT ISLAM

BAB II KEWARISAN MENURUT ISLAM BAB II KEWARISAN MENURUT ISLAM A. Perkembangan Hukum Pewarisan pada masa pra-islam Hukum kewarisan sebelum Islam sangat dipengaruhi oleh sistem sosial yang dianut oleh masyarakat yang ada. Masyarakat jahiliyah

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS DI KAMPUNG ADAT PULO KABUPATEN GARUT DALAM PERSEPSI HUKUM ISLAM

BAB IV SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS DI KAMPUNG ADAT PULO KABUPATEN GARUT DALAM PERSEPSI HUKUM ISLAM BAB IV SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS DI KAMPUNG ADAT PULO KABUPATEN GARUT DALAM PERSEPSI HUKUM ISLAM Masyarakat di seluruh penjuru dunia pada umumnya telah mengenal hukum adat yang telah berlaku sebelum

Lebih terperinci

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Pertanyaan Dari: Ny. Fiametta di Bengkulu (disidangkan pada Jum at 25 Zulhijjah 1428 H / 4 Januari 2008 M dan 9 Muharram 1429 H /

Lebih terperinci

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM Pendahuluan Oleh : Drs. H. Chatib Rasyid, SH., MH. 1 Hukum waris dalam Islam adalah bagian dari Syariat Islam yang sumbernya diambil dari al-qur'an dan Hadist Rasulullah

Lebih terperinci

I l m u W a r i s Oleh : Abu Suhaib Salim Ali Ganim. Surabaya; 11/11/2013 M.

I l m u W a r i s Oleh : Abu Suhaib Salim Ali Ganim. Surabaya; 11/11/2013 M. بسم اهلل الرحمن الرحيم السالم عليكم ورحمة اهلل وبركاته I l m u W a r i s Oleh : Abu Suhaib Salim Ali Ganim. Surabaya; 11/11/2013 M. Email : abu.suhaib01@gmail.com Oleh : Abu Suhaib Salim Ali Ganim. Surabaya;

Lebih terperinci

BAB II PELAKSANAAN PEMBAGIAN WARIS MENURUT HUKUM ISLAM. yang memiliki beberapa arti yakni mengganti, memberi dan mewarisi. 15

BAB II PELAKSANAAN PEMBAGIAN WARIS MENURUT HUKUM ISLAM. yang memiliki beberapa arti yakni mengganti, memberi dan mewarisi. 15 BAB II PELAKSANAAN PEMBAGIAN WARIS MENURUT HUKUM ISLAM A. Pengertian Hukum Kewarisan Islam Secara bahasa, kata waratsa asal kata kewarisan digunakan dalam Al-quran yang memiliki beberapa arti yakni mengganti,

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 1) Penafsiran QS. Al-Nisa :12 Imam Syafi i menafsirkan kata walad dalam

BAB IV PENUTUP. 1) Penafsiran QS. Al-Nisa :12 Imam Syafi i menafsirkan kata walad dalam 115 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dari rumusan masalah ini, maka penyusun dapat menarik beberapa kesimpulan: 1) Penafsiran QS. Al-Nisa :12 Imam Syafi i menafsirkan kata walad dalam

Lebih terperinci

SERIAL KAJIAN ULIL ALBAAB No. 22 By : Tri Hidayanda

SERIAL KAJIAN ULIL ALBAAB No. 22 By : Tri Hidayanda SERIAL KAJIAN ULIL ALBAAB No. 22 By : Tri Hidayanda ARTI FAROIDH FAROIDH adalah kata jamak dari FARIDHOH FARIDHOH diambil dari kata FARDH yg berari TAKDIR atau KETENTUAN. Syar I : Bagian yang sudah merupakan

Lebih terperinci

pusaka), namun keduanya tidak jumpa orang yang mampu menyelesaikan perselisihan mereka. Keutamaan Hak harta Simati

pusaka), namun keduanya tidak jumpa orang yang mampu menyelesaikan perselisihan mereka. Keutamaan Hak harta Simati ILMU FARAID 1 Firman Allah : "Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembahagian pusaka untuk) anakanakmu. Iaitu bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HIJAB DAN KEDUDUKAN SAUDARA DALAM KEWARISAN ISLAM. Menurut istilah ulama mawa>rith (fara>id}) ialah mencegah dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HIJAB DAN KEDUDUKAN SAUDARA DALAM KEWARISAN ISLAM. Menurut istilah ulama mawa>rith (fara>id}) ialah mencegah dan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HIJAB DAN KEDUDUKAN SAUDARA DALAM KEWARISAN ISLAM A. Hijab dan Bagiannya 1. Pengertian Menurut bahasa Arab, hijab artinya penghalang atau mencegah atau menghalangi. Dalam al

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Proses perjalanan kehidupan manusia yang membawa pengaruh dan akibat hukum kepada lingkungannya, menimbulkan hak dan kewajiban serta hubungan antara keluarga,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGUASAAN TIRKAH AL-MAYYIT YANG BELUM DIBAGIKAN KEPADA AHLI WARIS

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGUASAAN TIRKAH AL-MAYYIT YANG BELUM DIBAGIKAN KEPADA AHLI WARIS BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGUASAAN TIRKAH AL-MAYYIT YANG BELUM DIBAGIKAN KEPADA AHLI WARIS A. Sebab-Sebab Terjadinya Penguasaan Tirkah Al-Mayyit Yang Belum Dibagikan Kepada Ahli Waris Harta peninggalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mafqud (orang hilang) adalah seseorang yang pergi dan terputus kabar beritanya, tidak diketahui tempatnya dan tidak diketahui pula apakah dia masih hidup atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan

BAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan BAB I PENDAHULUAN Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok. Pertama, hal-hal yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Allah sebagai penciptanya. Aturan

Lebih terperinci

SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI DESA KALONGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG

SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI DESA KALONGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI DESA KALONGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Lebih terperinci

BAB II KEWARISAN MENURUT HUKUM ISLAM

BAB II KEWARISAN MENURUT HUKUM ISLAM BAB II KEWARISAN MENURUT HUKUM ISLAM A. Pengertian Waris dan Harta Waris Untuk bisa membagi harta waris secara benar sesuai dengan aturan dan syariat Islam, tentu saja setiap orang harus mengerti dan memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Segala sesuatu yang berkaitan dengan pewarisan erat hubungannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Segala sesuatu yang berkaitan dengan pewarisan erat hubungannya dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Segala sesuatu yang berkaitan dengan pewarisan erat hubungannya dengan sifat kekeluargaan yang dianut oleh suatu masyarakat. Sifat kekeluargaan menentukan segala sesuatunya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI A. Analisis Perhitungan Iddah Perempuan Yang Berhenti Haid Ketika

Lebih terperinci

PEMBAGIAN WARISAN. Pertanyaan:

PEMBAGIAN WARISAN. Pertanyaan: PEMBAGIAN WARISAN Pertanyaan dari: EJ, di Cirebon (nama dan alamat diketahui redaksi) (Disidangkan pada Jum at, 13 Zulqa'dah 1428 H / 23 November 2007 M) Pertanyaan: Sehubungan kami sangat awam masalah

Lebih terperinci

KEWARISAN SAUDARA KANDUNG LAKI-LAKI/ SAUDARA SEBAPAK LAKI-LAKI BERSAMA ANAK PEREMPUAN TUNGGAL

KEWARISAN SAUDARA KANDUNG LAKI-LAKI/ SAUDARA SEBAPAK LAKI-LAKI BERSAMA ANAK PEREMPUAN TUNGGAL 33 KEWARISAN SAUDARA KANDUNG LAKI-LAKI/ SAUDARA SEBAPAK LAKI-LAKI BERSAMA ANAK PEREMPUAN TUNGGAL FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 4 Tahun 2004 Tentang KEWARISAN SAUDARA KANDUNG LAKI-LAKI/ SAUDARA SEBAPAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fitrahmanusia itu sendiri sebagai makhluk ciptaan-nya:

BAB I PENDAHULUAN. fitrahmanusia itu sendiri sebagai makhluk ciptaan-nya: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah telah menurunkan Al - Qur'an sebagai petunjuk bagi umat Islam dalam kehidupan mereka. Melalui kitab ini, Allah memberikan tuntunan dan aturan hukum dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, baik hubungan dengan Allah swt. maupun hubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, baik hubungan dengan Allah swt. maupun hubungan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama sempurna yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik hubungan dengan Allah swt. maupun hubungan dengan sesama manusia. Pada aspek

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA. BANGIL NOMOR 538/Pdt.G/2004/PA.Bgl PERSPEKTIF FIQH INDONESIA

BAB IV ANALISA HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA. BANGIL NOMOR 538/Pdt.G/2004/PA.Bgl PERSPEKTIF FIQH INDONESIA BAB IV ANALISA HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA BANGIL NOMOR 538/Pdt.G/2004/PA.Bgl PERSPEKTIF FIQH INDONESIA A. Analisa Terhadap Pertimbangan Putusan Hakim Pengadilan Agama Bangil Kewenangan Pengadilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEWARISAN DAN PERMOHONAN

BAB II TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEWARISAN DAN PERMOHONAN BAB II TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEWARISAN DAN PERMOHONAN A. Tinjauan Yuridis Tentang Kewarisan 1. Pengertian Kewarisan Hukum kewarisan ialah himpunan aturan-aturan hukum yang mengatur tentang siapa ahli

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebagai jamak dari lafad farîdloh yang berarti perlu atau wajib 26, menjadi ilmu menerangkan perkara pusaka.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebagai jamak dari lafad farîdloh yang berarti perlu atau wajib 26, menjadi ilmu menerangkan perkara pusaka. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Istilah Hukum Waris 1. Definisi Waris Kata wârits dalam bahasa Arab memiliki jama waratsah yang berarti ahli waris 25, ilmu waris biasa juga dikenal dengan ilmu

Lebih terperinci

Kaidah Fiqh. Perbedaan agama memutus hubungan saling mewarisi juga waii pernikahan. Publication: 1434 H_2013 M KAIDAH FIQH: PERBEDAAN AGAMA

Kaidah Fiqh. Perbedaan agama memutus hubungan saling mewarisi juga waii pernikahan. Publication: 1434 H_2013 M KAIDAH FIQH: PERBEDAAN AGAMA Kaidah Fiqh اخ ت ال ف الد ي ن ي ق ط ع الت و ار ث و ك ذ ل ك و ال ي ة الت ز و ي ج Perbedaan agama memutus hubungan saling mewarisi juga waii pernikahan Publication: 1434 H_2013 M KAIDAH FIQH: PERBEDAAN AGAMA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAGIAN WARIS SECARA PERDAMAIAN DI DESA TAMANREJO KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAGIAN WARIS SECARA PERDAMAIAN DI DESA TAMANREJO KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAGIAN WARIS SECARA PERDAMAIAN DI DESA TAMANREJO KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL A. Analisis Terhadap Pembagian Waris Secara Perdamaian Di Desa Tamanrejo Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditinggalkan atau berpindah dan menjadi hak milik ahli warisnya. Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. yang ditinggalkan atau berpindah dan menjadi hak milik ahli warisnya. Allah SWT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam telah menetapkan bila seseorang meninggal dunia, maka harta warisan yang ditinggalkan atau berpindah dan menjadi hak milik ahli warisnya. Allah SWT berfirman

Lebih terperinci

KAIDAH FIQH. Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

KAIDAH FIQH. Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf KAIDAH FIQH ا ل ج ت ه اد ل ي ن ق ض ب ل ج ت ه اد Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf Publication: 1438 H_2017 M Sebuah Ijtihad

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PUTUSAN SENGKETA WARIS SETELAH BERLAKUNYA PASAL 49 HURUF B UU NO. 3 TAHUN 2006 TENTANG PERADILAN AGAMA

BAB IV ANALISIS PUTUSAN SENGKETA WARIS SETELAH BERLAKUNYA PASAL 49 HURUF B UU NO. 3 TAHUN 2006 TENTANG PERADILAN AGAMA 70 BAB IV ANALISIS PUTUSAN SENGKETA WARIS SETELAH BERLAKUNYA PASAL 49 HURUF B UU NO. 3 TAHUN 2006 TENTANG PERADILAN AGAMA A. Analisis Yuridis Terhadap Dasar Hukum Yang Dipakai Oleh Pengadilan Negeri Jombang

Lebih terperinci

BAB II KETENTUAN UMUM HUKUM WARIS ADAT DAN HUKUM WARIS ISLAM. HUKUM WARIS ADAT ADALAH HUKUM YANG MEMUAT GARIS-GARIS KETENTUAN

BAB II KETENTUAN UMUM HUKUM WARIS ADAT DAN HUKUM WARIS ISLAM. HUKUM WARIS ADAT ADALAH HUKUM YANG MEMUAT GARIS-GARIS KETENTUAN BAB II KETENTUAN UMUM HUKUM WARIS ADAT DAN HUKUM WARIS ISLAM. HUKUM WARIS ADAT ADALAH HUKUM YANG MEMUAT GARIS-GARIS KETENTUAN BAB II KETENTUAN UMUM HUKUM WARIS ADAT DAN HUKUM WARIS ISLAM A. Hukum Waris

Lebih terperinci

BAB V. KOMPARASI PEMBAGIAN WARIS DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KHI, CLD KHI DAN KUHPerdata

BAB V. KOMPARASI PEMBAGIAN WARIS DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KHI, CLD KHI DAN KUHPerdata BAB V KOMPARASI PEMBAGIAN WARIS DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KHI, CLD KHI DAN KUHPerdata Dalam pembahasan bab ini merupakan ulasan mengenai titik singgung antara pembagian kewarisan dalam KHI, CLD KHI dan

Lebih terperinci

BAB II KEWARISAN MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM. A. Sejarah Lahirnya Kompilasi Hukum Islam (KHI)

BAB II KEWARISAN MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM. A. Sejarah Lahirnya Kompilasi Hukum Islam (KHI) BAB II KEWARISAN MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM A. Sejarah Lahirnya Kompilasi Hukum Islam (KHI) Hukum Islam adalah hukum yang dibangun berdasarkan pemahaman manusia berdasarkan Al-Qur an maupun As-Sunnah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Anak merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Perkataan

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Anak merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Perkataan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Setiap pasangan (suami-istri) yang telah menikah, pasti berkeinginan untuk mempunyai anak. Keinginan tersebut merupakan naluri manusiawi dan sangat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP METODE PEMBAGIAN WARIS DENGAN CARA LOTRE DI DESA KEMLOKOLEGI KAB. NGANJUK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP METODE PEMBAGIAN WARIS DENGAN CARA LOTRE DI DESA KEMLOKOLEGI KAB. NGANJUK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP METODE PEMBAGIAN WARIS DENGAN CARA LOTRE DI DESA KEMLOKOLEGI KAB. NGANJUK A. Analisa Pembagian Waris Dengan Cara Lotre 1. Metode Pembagian Waris Masyarakat Desa Kemlokolegi

Lebih terperinci

BAB IV KOMPARASI ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP STATUS PERKAWINAN KARENA MURTAD

BAB IV KOMPARASI ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP STATUS PERKAWINAN KARENA MURTAD BAB IV KOMPARASI ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP STATUS PERKAWINAN KARENA MURTAD A. Analisis Persamaan antara Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Status Perkawinan Karena Murtad Dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG HUKUM KEWARISAN ISLAM. Kata waris berasal dari bahasa Arab Al-mīrath, dalam bahasa arab

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG HUKUM KEWARISAN ISLAM. Kata waris berasal dari bahasa Arab Al-mīrath, dalam bahasa arab BAB II LANDASAN TEORI TENTANG HUKUM KEWARISAN ISLAM A. Pengertian Waris Kata waris berasal dari bahasa Arab Al-mīrath, dalam bahasa arab adalah bentuk mas}dar dari kata waritha- yarithu- wirthan- mīrāthan,.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA DEMAK NO: 0829/ Pdt. G/ 2007/ PA. Dmk

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA DEMAK NO: 0829/ Pdt. G/ 2007/ PA. Dmk BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA DEMAK NO: 0829/ Pdt. G/ 2007/ PA. Dmk A. Analisis Putusan Pengadilan Agama Demak No: 0829/ Pdt. G/ 2007/ PA. Dmk Badan peradilan adalah Pelaksana

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS 64 BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS A. Implikasi Yuridis Pasal 209 KHI Kedudukan anak angkat dan orang tua angkat dalam hokum kewarisan menurut KHI secara

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Sejarah Penyusunan Buku II Tentang Kewarisan Dalam Kompilasi

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Sejarah Penyusunan Buku II Tentang Kewarisan Dalam Kompilasi BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sejarah Penyusunan Buku II Tentang Kewarisan Dalam Kompilasi Hukum Islam Dan Alasan Munculnya Bagian Sepertiga Bagi Ayah Dalam KHI Pasal 177 Hukum waris Islam merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. 1) Nama : Yudi Hardeos, S.H.I., M.S.I. 2) Tempat/Tanggal Lahir : Curup,

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. 1) Nama : Yudi Hardeos, S.H.I., M.S.I. 2) Tempat/Tanggal Lahir : Curup, BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada 5 orang hakim, maka diperoleh gambaran mengenai pendapat hakim Pengadilan Agama Pelaihari tentang kewarisan

Lebih terperinci

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA Pertanyaan Dari: Hamba Allah, di Jawa Tengah, nama dan alamat diketahui redaksi (Disidangkan pada hari Jum at, 20 Syakban 1432 H / 22 Juli 2011 M) Pertanyaan:

Lebih terperinci

PROSES AKAD NIKAH. Publication : 1437 H_2016 M. Disalin dar Majalah As-Sunnah_Baituna Ed.10 Thn.XIX_1437H/2016M

PROSES AKAD NIKAH. Publication : 1437 H_2016 M. Disalin dar Majalah As-Sunnah_Baituna Ed.10 Thn.XIX_1437H/2016M PROSES AKAD NIKAH حفظه هللا Ustadz Abu Bilal Juli Dermawan Publication : 1437 H_2016 M PROSES AKAD NIKAH حفظه هللا Oleh : Ustadz Abu Bilal Juli Dermawan Disalin dar Majalah As-Sunnah_Baituna Ed.10 Thn.XIX_1437H/2016M

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI HIBAH BERSYARAT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI HIBAH BERSYARAT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN 58 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI HIBAH BERSYARAT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Terhadap Penarikan Kembali Hibah Bersyarat di

Lebih terperinci

Warisan Untuk Janin, Wanita, Huntsa Musykil dan Yang Mati Bersamaan

Warisan Untuk Janin, Wanita, Huntsa Musykil dan Yang Mati Bersamaan Warisan Untuk Janin, Wanita, Huntsa Musykil dan Yang Mati Bersamaan حفظه هللا Ustadz Kholid Syamhudi, Lc Publication : 1437 H / 2016 M WARISAN untuk Janin, Wanita, Huntsa Musykil dan Yang Mati Bersamaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 184 K/AG/1995 TENTANG KEDUDUKAN AHLI WARIS ANAK PEREMPUAN BERSAMA SAUDARA PEWARIS

BAB IV ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 184 K/AG/1995 TENTANG KEDUDUKAN AHLI WARIS ANAK PEREMPUAN BERSAMA SAUDARA PEWARIS BAB IV ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 184 K/AG/1995 TENTANG KEDUDUKAN AHLI WARIS ANAK PEREMPUAN BERSAMA SAUDARA PEWARIS A. Analisis Pertimbangan Hukum dalam Putusan MA. No. 184 K/AG/1995 A. Mukti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu bentuk pengalihan hak selain pewarisan adalah wasiat. Wasiat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu bentuk pengalihan hak selain pewarisan adalah wasiat. Wasiat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Pengaturan Wasiat 1. Pengertian Wasiat Salah satu bentuk pengalihan hak selain pewarisan adalah wasiat. Wasiat merupakan pesan terakhir dari seseorang yang mendekati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara terhormat

Lebih terperinci

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu? "kemal pasa", k_pasa03@yahoo.com Pertanyaan : Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu? Jawaban : Tidak

Lebih terperinci

BAB II HUKUM KEWARISAN ISLAM. adalah bentuk masdar (infinititif) dari kata waritsa- yaritsu- irtsan- miira>tsan.

BAB II HUKUM KEWARISAN ISLAM. adalah bentuk masdar (infinititif) dari kata waritsa- yaritsu- irtsan- miira>tsan. BAB II HUKUM KEWARISAN ISLAM A. Pengertian Waris Kata waris berasal dari bahasa Arab Al-miira>ts, dalam bahasa arab adalah bentuk masdar (infinititif) dari kata waritsa- yaritsu- irtsan- miira>tsan. Maknanya

Lebih terperinci

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI YANG HARAM UNTUK DINIKAHI حفظه هللا Ustadz Kholid Syamhudi, Lc Publication : 1437 H_2016 M RINGHASAN FIKIH ISLAM: Yang Haram Untuk Dinikahi حفظه هللا Oleh : Ustadz Kholid Syamhudi Disalin dari web Beliau

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG STATUS PERWALIAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN NIKAH

BAB IV ANALISIS TENTANG STATUS PERWALIAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN NIKAH BAB IV ANALISIS TENTANG STATUS PERWALIAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN NIKAH A. Analisis Status Perwalian Anak Akibat Pembatalan Nikah dalam Putusan Pengadilan Agama Probolinggo No. 154/Pdt.G/2015 PA.Prob Menurut

Lebih terperinci

HUKUM KEWARISAN ISLAM: PENGGOLONGAN AHLI WARIS & KELOMPOK KEUTAMAAN AHLI WARIS

HUKUM KEWARISAN ISLAM: PENGGOLONGAN AHLI WARIS & KELOMPOK KEUTAMAAN AHLI WARIS HUKUM KEWARISAN ISLAM: PENGGOLONGAN AHLI WARIS & KELOMPOK KEUTAMAAN AHLI WARIS HUKUM PERDATA ISLAM NENG DJUBAEDAH & YENI SALMA BARLINTI 15 OKTOBER 2014 MATERI A. Penggolongan Ahli Waris: 1. Menurut Hazairin

Lebih terperinci

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF A. Wasiat Kepada Non Muslim Perspektif Hukum Islam. 1. Syarat-syarat Mushii a. Mukallaf (baligh dan berakal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS DAN AHLI WARIS

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS DAN AHLI WARIS 23 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS DAN AHLI WARIS A. Pengertian Waris Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan pewaris kepada ahli waris dikarenakan

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SEMARANG No.684/Pdt.G/2002/PA.Sm DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD SYAH{RU<R

BAB IV. ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SEMARANG No.684/Pdt.G/2002/PA.Sm DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD SYAH{RU<R BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SEMARANG No.684/Pdt.G/2002/PA.Sm DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD SYAH{RU

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis dari Aspek Akadnya Sebagaimana yang telah penulis jelaskan

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama

Lebih terperinci

BAB III ANALISA TERHADAP AHLI WARIS PENGGANTI (PLAATSVERVULLING) PASAL 841 KUH PERDATA DENGAN 185 KHI

BAB III ANALISA TERHADAP AHLI WARIS PENGGANTI (PLAATSVERVULLING) PASAL 841 KUH PERDATA DENGAN 185 KHI BAB III ANALISA TERHADAP AHLI WARIS PENGGANTI (PLAATSVERVULLING) PASAL 841 KUH PERDATA DENGAN 185 KHI A. Kedudukan Ahli Waris Pengganti (Plaatsvervulling) Pasal 841 KUH Perdata Dengan Pasal 185 KHI Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana sempurnanya Islam. Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna,

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana sempurnanya Islam. Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak ada satu pun agama di dalam dunia yang memiliki kesempurnaan sebagaimana sempurnanya Islam. Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna, hal itu dapat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP TIDAK ADANYA HAK WARIS ANAK PEREMPUAN PADA MASYARAKAT KARO DI DESA RUMAH BERASTAGI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO

BAB IV ANALISIS TERHADAP TIDAK ADANYA HAK WARIS ANAK PEREMPUAN PADA MASYARAKAT KARO DI DESA RUMAH BERASTAGI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO BAB IV ANALISIS TERHADAP TIDAK ADANYA HAK WARIS ANAK PEREMPUAN PADA MASYARAKAT KARO DI DESA RUMAH BERASTAGI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO Berdasarkan uraian pada Bab III mengenai sistem pembagian

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR: SYARIAH - MUNAKAHAT KOMPETENSI DASAR: Menganalisis ajaran Islam tentang perkawinan Menganalisis unsur-unsur yang berkaitan dengan ajaran perkawinan dalam agama Islam INDIKATOR: Mendeskripsikan ajaran Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang yang meninggal dunia itu. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. seseorang yang meninggal dunia itu. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, yaitu : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum waris merupakan salah satu bagian dari hukum perdata secara keseluruhan dan merupakan salah satu bagian dari hukum keluarga. Hukum waris erat kaitannya

Lebih terperinci

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM 1 AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM Oleh : Drs. H. Chatib Rasyid, SH., MH. Ketua Pengadilan Tinggi Agama Yogyakarta Pendahuluan Hukum waris dalam Islam adalah bagian dari Syariat Islam yang sumbernya diambil

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MENGENAI PANDANGAN IMAM SYAFI I TENTANG STATUS WARIS ANAK KHUNTSA MUSYKIL

BAB IV ANALISIS MENGENAI PANDANGAN IMAM SYAFI I TENTANG STATUS WARIS ANAK KHUNTSA MUSYKIL BAB IV ANALISIS MENGENAI PANDANGAN IMAM SYAFI I TENTANG STATUS WARIS ANAK KHUNTSA MUSYKIL Penulis telah memaparkan pada bab sebelumnya tentang pusaka (waris), baik mengenai rukun, syarat, penghalang dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan 67 BAB IV ANALISIS A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan Verstek pada Perkara Nomor: 1884/Pdt.G/VERZET/2012/PA.Kab.Mlg Terhadap formulasi putusan penulis mengacu pada

Lebih terperinci

MASALAH HAK WARIS ATAS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN KEDUA MENURUT HUKUM ISLAM

MASALAH HAK WARIS ATAS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN KEDUA MENURUT HUKUM ISLAM 1 MASALAH HAK WARIS ATAS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN KEDUA MENURUT HUKUM ISLAM Mashari Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda,Samarinda.Indonesia ABSTRAK Masalah hak waris atas harta bersama

Lebih terperinci