Bab 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 Metode Penelitian Dalam proses pengumpulan data yang dibutuhkan dalam proses penyusunan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 Metode Penelitian Dalam proses pengumpulan data yang dibutuhkan dalam proses penyusunan"

Transkripsi

1 Bab 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Metode Penelitian Dalam proses pengumpulan data yang dibutuhkan dalam proses penyusunan karya tulis ini, saya sebagai penulis menggunakan beberapa metode, antara lain : 1. Kajian Pustaka Berupa data yang dikumpulkan dari literatur-literatur yang telah ada sebelumnya, umumnya buku-buku yang mengangkat tema tentang kehidupan zaman Hindu-Buddha, dan yang berkaitan dengan candicandi di Indonesia, dan khususnya buku yang mengangkat tema Candi Prambanan itu sendiri. Serta penggunaan media Internet yaitu website yang berkaitan dengan tema yang penulis angkat, dan website forum-forum yang mendiskusikan tentang Candi Prambanan. 2. Survey dan wawancara Survey dan wawancara yang dilakukan dengan pihak yang bersangkutan khusunya narasumber yang di ajukan oleh kantor yang menaungi museum Candi Prambanan yaitu PT Taman wisata Candi Borobudur Prambanan Ratu Boko, serta para arkeolog dari Balai Arkeologi Yogyakarta dan Kurator Museum Nasional Jakarta. 3

2 4 3. Hasil pengamatan langsung Penulis selain bertemu narasumber juga melakukan pengamatan langsung dengan mengunjungi lapangan, yaitu Candi Prambanan, agar mendapatkan data-data yang lebih komperhensif. 2.2 Data dan literatur Sekilas tentang candi Kata candi dalam harfiah dasarnya yaitu suatu fungsi dan bentuk bangunan, yang antara lain sebagai tempat beribadah, biara atau pusat pengajaran agama, tempat penyimpanan abu jenazah para raja, tempat para dewa, petirtaan atau pemandian dan gapura, walaupun fungsi dan bentuknya berbeda-beda, namun tetap saja candi itu sendiri berkaitan erat dengan kegiatan keagamaan khususnya agama Hindu dan Buddha pada masa lalu. Oleh karenanya pembangunan candi-candi di Indonesia tidak lepas dari masa-masa kerajaan dan berkembangnya agama Hindu dan Buddha di Indonesia, sejak abad ke lima sampai abad ke empat belas. Karena agama Hindu dan Buddha berasal dari India, maka jelas bangunan-bangunan candi yang berdiri di Indonesia mendapat pengaruh dari India, khusunya pada konstruksi bangunan, gaya arsitektur, hiasan dan lain sebagainya. Namun asimilasi antara budaya India dan Indonesia tidak menghilangkan kekhasan Indonesia, dan menjadikan candi-candi

3 5 Indonesia mempunyai ciri khas sendiri, seperti tekhnik konstruksi penggunaan bahan ataupun corak dekorasinya yang menyesuaikan dengan lingkungan alam sekitar, dan biasanya pada dinding candi terdapat bas-relief yaitu dekorasi timbul yang dipahat mengelilingi candi dengan sebuah cerita mengenai ajaran tertentu. Menurut kitab Manasara Silpasastra (kitab agama Hindu yang menjelaskan mengenai seni dan tata cara pembuatannya), bahwa bentuk sebuah candi adalah pengetahuan dasar sebuah seni bangunan gapura, yaitu bangunan yang berada pada jalan masuk atau keluar dari suatu tempat, lahan, atau wilayah. Namun yang membedakan antara gapura dan candi adalah pada ruangannya, yakni candi mempunyai ruangan tertutup, sedangkan gapura mempunyai lorong-lorong sebagai jalan keluar masuk. Beberapa kitab keagamaan India, yaitu agama Hindu, misalnya Manasara dan Sipa praksa, memuat aturan-aturan dalam pembuatan gapura yang di Indonesia dikembangkan menjadi sebuah candi, aturan-aturan ini dipegang teguh oleh para seniman India. Karena seniman pada masa itu percaya bahwa kekuatan yang tercantum pada kitab keagamaan bersifat magis dan religious. Oleh karena itulah ketika agama Hindu dan Buddha masuk ke Indonesia dari India aturan-aturan dari kitab tersebut tetap terbawa dan mengalami asimilasi budaya. Bangunan candi itu sendiri khususnya yang berkembang di Indonesia mempunyai langgam yang berbeda, yaitu terdapat

4 6 langgam Hindu dan langgam Buddha serta langgam Jawa tengah dan Jawa Timur, dengan letak bangunan candi berupa Mandala (konsep agama Hindu dan Buddha berupa mikrokosmos alam semesta). Langgam Hindu dapat terlihat dari bangunannya yang tinggi keatas sedangkan langgam Buddha melebar kesamping seperti teratai, dengan pembagian tingkatan yang sama yaitu 3 tingkatan dari kaki, tubuh, dan atap candi. Jika di lihat dari langgam letak daerahnya, langgam Jawa tengah berciri tambun dengan penggunaan bahan dari batu andesit atau batu sungai, sedangkan langgam Jawa timur cenderung tinggi dan ramping dengan bahan dari batu bata merah Berikut detail dari perbedaan antara candi langgam Jawa Tengah dengan Jawa Timur : 1. Jawa Tengahan : a. Bentuk bangunan ; berbentuk tambun atau lebih besar b. Atap ; jelas menunjukan undakan, umumnya terdiri atas tiga tingkatan c. Kemuncak ; Stupa (candi Buddha), Ratna atau Vajra (candi Hindu) d. Gawang pintu dan hiasan relung ; Gaya Kala-Makara; kepala Kala dengan mulut menganga tanpa rahang bawah terletak di atas pintu, terhubung dengan Makara ganda di masing-masing sisi pintu.

5 7 e. Relief ; ukiran lebih tinggi dan menonjol f. Tata letak dan lokasi candi utama ; mandala kosentris, simetris, formal dimana candi utama yang terbesar berada di tengah-tengah dengan dikelilingi candi-candi kecil dalam barisan yang rapi g. Arah hadap bangungan ; rata-rata pintu masuk ke dalam area candi menghadap arah timur, arah munculnya matahari di garis horizon. h. Bahan bangunan ; kebanyakan menggunakan batu andesit, atau batu dari sungai. 2. Jawa Timuran : a. Bentuk bangunan ; cenderung tinggi dan ramping b. Atap ; atapnya merupakan kesatuan tingkatan, dengan undakan kecil sangat banyak seperti tangga dan membentuk garis lengkung tak tampak yang halus c. Kemuncak ; Kubus (candi Hindu), terkadang Dagoba (candi Buddha) d. Gawang pintu dan hiasan relung ; Hanya kepala Kala tengah menyeringai lengkap dengan rahang bawah terletak di atas pintu, Makara tidak ada e. Relief ; ukiran lebih rendah dan tidak terlalu menonjol dengan gambar seperti wayang Bali.

6 8 f. Tata letak dan lokasi candi utama ; Linear (berurutan dalam satu garis), asimetris, mengikuti topografi (penampang ketinggian) lokasi, dengan candi utama yang terbesar terletak pada bagian belakang kompleks candi jauh dari gapura atau pintu masuk. g. Arah hadap bangunan ; rata-rata pintu masuk kedalam area candi menghadap arah barat, arah terbenamnya matahari di garis horizon. h. Bahan bangunan ; kebanyakan menggunakan bata merah. dan menurut Dr. Soekmono seorang arkeolog terkemuka di Indonesia beliau mengatakan perbedaan gaya arsitektur (langgam) antara candi Jawa tengah dengan candi Jawa Timur. Langgam Jawa Tengahan umumnya adalah candi yang berasal dari sebelum tahun masehi, sedangkan langgam Jawa Timuran umumnya adalah candi yang berasal dari sesudah tahun masehi. Namun biasanya fungsi semua candi sama tergantung untuk apa candi itu di bangun, karena candi sendiri di bagi lagi menjadi lima fungsi atau tujuan pembuatan yaitu :

7 9 1. Candi pertapaan ; biasanya didirikan di lereng-lereng bukit atau gunung sebagai tempat bertapa raja 2. Candi pintu gerbang ; biasanya didirikan sebagai gapura atau pintu masuk 3. Candi Stupa ; didirikan sebagai lambang Buddha 4. Candi Balai kembang / Tirta ; didirikan di dekat atau di tengah kolam atau pemandian 5. Candi wihara ; digunakan untuk tempat para pendeta atau resi bersemedi. Dan jika dilihat dari letaknya dalam suatu wilayah pemerintahan pada zaman dahulu jenis candi di bagi lagi menjadi tiga yaitu : 1. Candi kerajaan ; Candi yang digunakan oleh seluruh warga kerajaan contoh Candi Borobudur dan Candi Prambanan. 2. Candi wanua atau watak ; yaitu candi yang digunakan oleh masyarakat pada daerah tertentu pada suatu kerajaan (mungkin dapat di sebut sebagai candi banjar atau candi desa). 3. Candi pribadi ; yaitu candi yang digunakan untuk mendharmakan (menghormati) seorang tokoh Bentuk dan Aturan Arsitektur Candi Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya bahwa sebuah candi tidak boleh di buat secara sembarangan, karena harus mengikuti aturan-aturan yang berlaku yang tertulis di dalam kitab suci ajaran agama Hindu, khususnya kitab Silpasastra yang memang berisikan aturan-aturan pembangunan candi. Namun menurut Djauhari Sumintardja dalam bukunya yang berjudul kompendium sejarah arsitektur, 1978 beliau menerangkan

8 10 beberapa ahli memandang peninggalan candi di Indonesia menyimpang dari dalil dalam kitab Silpasastra, hal ini menimbulkan keraguan apakah arsitek candi berasal dari India atau orang pribumi yang mempelajari kitab Silpasastra ke India dan kembali ke Indonesia untuk menerapkan yang dipelajarinya. Dalil-dalil membangun candi masih dapat dipelajari dari buku Asta Kosali dan Asta Bumi di bali atau catatan-catatan kuno diseluruh penjuru Indonesia, didalamnya berisi prinsip bentuk, ukuran, warna, ornamen yang merupakan dasar-dasar arsitektur yang tertib dan teratur walaupun di katakan menyimpang dari aturan kitab Silpasastra tetap saja aturan-aturan dasarnya tetap sama, hanya yang membedakan adalah ornamen-ornamen di pahatan, dan mengkikuti pengaruh alam sekitar Bagian-bagian Candi Umumnya filosofi sebuah bangunan candi mengikuti pola pemikiran bahwa bangunan merupakan replika dari alam semesta, atau seperti yang telah di jelaskan sebelumnya bahwa sebuah candi di bangun dengan konsep ajaran Hindu yaitu Mandala (Mikrokosmos alam semesta), yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu :

9 11 1. Bhurloka (Buddha : Kamadhatu) / kaki candi ; bagian terbawah dari sebuah candi beserta lapangan sekeliling candi dimana candi tersebut berdiri, yang melambangkan dunia keinginan atau hasrat tempat dimana terdapat makhluk hidup yang biasa kita jumpai, yaitu manusia, hewan, bahkan jin. 2. Bhuvarloka (Buddha : Rupadhatu) / badan candi ; bagian tengah dari susunan bagunan candi. Yaitu dunia tengah yang di tempati oleh orang-orang suci seperti Resi (seorang suci atau penyair yang mendapatkan wahyu dalam ajaran agama Hindu), para pertapa, dan Dewa-Dewi yang lebih rendah kedudukannya. 3. Svarloka (Buddha : Arupadhatu) / atap candi ; adalah bagian atas atau atap dari candi yang melambangkan tempat tertinggi dan tersuci yang di diami oleh Dewa-Dewi dengan kedudukan teratas, yang juga di kenal dengan nama Svargaloka.

10 12 Loka sendiri dalam ajaran agama Hindu adalah alam semesta yang terbagi menjadi empat belas bagian sesuai dengan tingkatanya. Berikut ini gambaran dari bagian-bagian sebuah candi. Gambar 2.1 susunan tingkatan dari sebuah candi Aturan dan Teknik Pembangunan Candi Kembali diterangkan dalam kitab Silpasastra bahwa orang yang mempunyai kuasa untuk membangun sebuah candi adalah

11 13 seorang Silpin, yaitu seorang seniman sekaligus seorang pendeta. Silpin dibagi menjadi empat lagi sesuai dengan lingkup pekerjaannya yaitu : 1. Sthapati (arsitek dan perencana) 2. Sutragrahin (ahli tekhnik sipil yang menjadi pemimpin umum) 3. Takshaka (pemahat candi) 4. Vardhakin (pengukir ornamen candi) Keempat arsitek yang di sebut Silpin ini di bantu oleh ahli-ahli untuk mencari tempat yang sesuai untuk membangun sebuah candi. Lokasi-lokasi didirikannya candi yang dianggap paling baik adalah yang dekat dengan sumber mata air. Karena dipercaya bahwa tempat tersebut sebagai bersemayamnya dewa dari khayangan, dengan karakter lokasi seperti berikut : dekat dengan sumber mata air, tepian sungai, berada di sekitar lereng gunung yang terdapat sumber mata air, dan lokasi yang terbaik adalah dekat dengan pertemuan dua sungai atau biasa di sebut dengan Tempuran. Pemilihan lokasi yang dekat dengan sumber mata air juga mempunyai fungsi yaitu sebagai tempat memenuhi kebutuhan air pada saat upacara keagamaan berlangsung, dan sumber air sebagai media permbersihan candi.

12 14 Selain tempat-tempat suci tadi yang cocok untuk di bangunnya sebuah candi terdapat pula tempat-tempat yang tidak cocok dan dijauhi karena dipercaya membawa sial dan menjadi pantangan, tempat-tempat tersebut antara lain, tempat pembakaran jenazah, lahan rawa-rawa, dan lahan berbatu-batu, lokasi tersebut dianggap lokasi yang kotor dan tidak suci. Selanjutnya jika lokasi telah di tentukan maka biasanya hal selanjutnya yang di lakukan untuk mendirikan candi adalah pengujian ketahanan atau biasa di sebut dengan Bhupariksa tanah dari lokasi di mana candi tersebut di bangun. Di Indonesia sendiri pembangunan bangunan modern masih melakukan pengujian ketahanan tanah namun dengan cara yang lebih maju, jadi dapat di katakan ilmu pembangunan sebuah candi masih dapat diterapkan sampai sekarang. Pengujian tanah itu antara lain : 1. Pengujian kepadatan tanah dengan air ; dengan menggali tanah kemudian di isi air hingga penuh, dan di diamkan selama sehari, dan pada hari berikutnya tanah air yang di dalam tanah dilihat, jika setengah dari air habis, maka tanah tersebut

13 15 bagus, satu lagi dengan menggali tanah dengan kedalaman satu lutut orang dewasa, setelah selesai tanah tersebut kembali di masukan ke lubang galian, jika tanah galian menutup sampai atas atau memenuhi lubang maka tanah tersebut baik untuk di bangun. 2. Pengujian zat berbahaya dengan api ; pengujian ini sangat sederhanan namun ampuh dengan menghindari bangunan candi dari kebakaran, yaitu dengan cara menyalakan api di atas lilin yang terbuat dari tanah liat bakar, jika nyala lilin tegak lurus, maka daerah tersebut bebas dari gas-gas berbahaya. 3. Pengujian kesuburan tanah dengan benih tanaman ; Lahan di bajak dan dicangkul kemudian diratakan, pada lahan tadi di tanami oleh bibit tanaman tauge atau padi, lalu di beri air, jika pada

14 16 satu atau dua hari tumbuh tunas, maka lahan tersebut dinyatakan subur. 4. Pengujian warna dan bau tanah ; tahap Bhupariksa yang terakhir adalah menguji warna dan bau dari tanah lokasi pendirian candi, dimana tanah dibagi menjadi 4 kategori yaitu : a. Tanah Brahmana; berwarna seperti mutiara dan berbau harum. b. Tanah Ksatria; berwarna merah dan berbau darah c. Tanah Waisya; berwarna kuning dan keemasan d. Tanah Sudra; berwarna gelap atau kelabu Biasanya lokasi yang dipakai hanya pada tanah dari urutan Brahmana sampai dengan Waisya karena tanah dengan kategori tanah Sudra, tanahnya tidak suci dan kotor untuk didirikan sebuah candi Teknik Pembangunan Candi A. Brahmastana : adalah titik tengah yang didapat setelah Silpin duduk di tengah kerumunan masyrakat yang duduk melingkar sambil membaca kidung suci atau mantra lalu

15 17 ditancapkan kayu di tempat silpin tadi duduki peranan matahari disini sangat penting karena bayangan kayu saat matahari terbit dan tenggelam menjadi patokan luasnya sebuah candi dan lagi masyarakat mengelilingi patok kayu itu agar jarak luasan tidak hilang, setelah jarak luasan sudah diketahui barulah di bentuk satu bentuk bujur sangkar besar sesuai arah mata angin dengan menggunakan tali, dan setiap sudutnya di gabungkan dengan tali lagi secara diagonal agar di dapat titik tengahnya. Brahmastana sendiri adalah sebutan untuk tempat bersemayamnya Batara Brahma. B. Vastupurasa Mandala : setelah titik tengahnya di dapatkan maka selanjutnya adalah membuat Grid system yang disebut dengan Vastupurasa Mandala, grid ini berfungsi sebagai pembatas untuk meletakan batu-batu pertama agar rapih. C. Garbhapatra : setelah pembuatan Vastupurasa mandala selesai, kembali lagi para pembangun menggali titik tengah Brahmastana yang telah di tentukan, dan memasukan Garbhapatra sebuah wadah yang di dalamnya berisi benda-benda perlambang Panca maha bhuta (lima unsur alam) yaitu angkasa, tanah, air, angin, dan api. Simbol-simbol yang digunakan bisa berupa biji, benang,

16 18 kertas emas (bertuliskan kidung puji atau mantra bisa juga nama dewa), cermin perunggu dan tulang hewan. Untuk unsur api biasanya di wakilkan oleh abu, oleh karena itulah para peneliti Belanda, dahulu mengidentikan candi dengan sebuah makam, walaupun sebenarnya belum tentu seperti itu. Kembali ke Brahmastana. Diatas titik tengah inilah di bangun candi induk yang terbesar diantara candi lain nya, namun tidak semua candi di Indonesia mengikuti aturan ini, aturan yang berada dalam kitab Silpasastra, sehingga candi di Indonesia memiliki ciri khas tersendiri. Cara membangun candi tersebut adalah dengan memecah batu andesit atau batu sungai, dan membentuknya dengan cara dipahat sehingga berbentuk balok-balok batu, cara merekatkan batu yang satu dengan yang lain pun berbeda dengan zaman modern seperti sekarang ini, zaman dahulu saat pembangunan candi, batu disusun seperti puzzle dengan bagian batu dibentuk lubang dan batu yang lainnya di berikan tonjolan, yang kemudian disambungkan pas sehingga terkunci secara kuat. Lalu pada bagian luar biasanya di buat dinding dengan tekhnik dinding ganda yaitu diantara bagian dinding dalam dan luar di masukan pecahan batu dan lumpur, keuntungan dari dinding ganda adalah bagian luar dinding dapat di pahat dan di berikan ornamen-ornamen penghias candi, menurut peneliti Perancis Jacques Durmacay dalam bukunya yang berjudul Les temples de Java atau candicandi jawa, 1986 beliau menemukan dan mengatakan.

17 19 Konstruksi dinding ganda mengadopsi teknik yang digunakan dari India pada abad ke-9, namun penelitian membuktikan bahwa Jawa satusatunya tempat di Asia Tenggara dimana ditemukan teknik ini Setelah batu-batu tersebut di susun maka selanjutnya adalah proses Finishing dan ornamentasi yang merupakan proses terpenting dari pembangunan sebuah candi, karena proses ini menentukan bagaimana candi akan ditafsirkan berdasarkan ornamen pada dinding di balik kisah yang menceritakan sejarah di balik sebuah ajaran atapun sejarah dari pembangunan candi itu sendiri. Pada proses ini biasanya melibatkan : 1. Pendeta : yang menceritakan filosofi berupa tulisan 2. Mpu / seniman : yang merubah tulisan tadi kedalam visual, lalu memahatnya dan memberikan warna dengan warna-warna halus. Setelah proses ornamentasi dan menghias dinding dengan relief tadi selesai, maka sebuah candi dinyatakan selesai dari pembangunan, dan siap di gunakan sesuai fungsi candi tersebut Sekilas mengenai Candi Prambanan Candi Prambanan atau biasa di kenal dengan candi Lara jonggrang atau loro jonggrang atau rara jonggrang adalah candi Hindu yang berdiri di atas lahan seluas 39,8 hektar itu terletak di Km kota Jogjakarta, yang dekat dengan perbatasan antara D.I.Y Jogjakarta dengan Jawa tengah.

18 20 Masyarakat setempat dan juga sebagian pelajaran sejarah di sekolah menyebutkan nama Candi Prambanan sebagai Candi Larajonggrang suatu sebutan yang sebenarnya keliru, karena seharusnya Rara Jonggrang. Kata Rara dalam bahasa Jawa adalah sebutan untuk anak gadis. Dalam cerita rakyat, Rara Jonggrang dikenal sebagai putri Prabu Ratu Baka yang namanya diabadikan sebagai nama peninggalan kompleks bangunan di perbukitan Saragedug sebelah selatan Candi Prambanan. Jadi dapat di katakan korelasi antara nama dan bangunan sangat berbeda, namun karena cerita turun temurun nama Lara jonggrang atau Rara jonggrang tidak dapat di pisahkan dari Candi Prambanan Legenda Singkat Candi Prambanan Berdirinya candi Prambanan tidak dapat di pisahkan dari legenda Rara jonggrang. Alkisah pada era Jawa tengah dahulu terdapat seorang kesatria gagah perkasa bernama Bandung Bondowoso, kesatria ini terpikat oleh kecantikan dari seorang putri bernama Rara jonggrang, yaitu seorang putri dari Raja Baka di kerajaan yang berkedudukan di atas gunung Boko di selatan Prambanan. Karena Bandung bondowoso sangat terpikat oleh kecantikan Rara jonggrang maka dia ingin mempersunting Rara jonggrang, namun Rara jonggrang tidak menginginkan pernikahan dengan Bandung Bondowoso. Oleh karena itulah Rara jonggrang memberikan syarat yang berat agar Bandung bondowoso tidak jadi

19 21 mempersuntingnya, syarat tersebut adalah mendirikan seribu candi dalam satu malam. Tidak di sangka permintaan tersebut di laksanakan oleh Bandung Bondowoso, karena sangat menginginkan Rara jonggrang menjadi istrinya, maka dengan kesaktiannya Bandung Bondowoso mulai memanggil semua makhluk halus dari dalam bumi untuk membantunya, pekerjaan dimulai semenjak matahari terbenam, dengan giat Bandung Bondowoso dan beribu-ribu makhluk halus mendirikan candi-candi tersebut, dan ketika malam hampir berakhir hanya tinggal satu candi yang belum selesai. Sementara itu Rara jonggrang yang semalaman tidak tidur untuk melihat perkembangan dari syaratnya merasa gelisah karena Bandung Bondowoso hampir berhasil mendirikan seribu candi seperti yang di mintanya. Dengan tidak menunggu lama dan siasat yang telah di pikirkannya, dimana ia keluar dari keraton dan mulai membangunkan pemudi-pemudi desa untuk menumbuk padinya pagipagi sekali, dan membakar sisa-sisa padinya. Pada saat itulah terdengar dari jauh suara ramai, dan cahaya terang, para makhluk halus mengira hari sudah menjelang pagi, sehingga mereka kembali masuk kedalam bumi, dan akhirnya candi yang keseribu tidak selesai sampai dibuatkan arca di dalamnya. Bandung Bondowoso melihat kejadian itu menjadi cemas, namun karena mengetahui itu hanya tipu muslihat dari Rara jonggrang, Bandung Bondowoso pun naik pitam,

20 22 dan mengutuk Rara jonggrang menjadi arca yang keseribu untuk melengkapi candi yang keseribu tersebut. Dan arca yang keseribu itu di percaya sebagai arca Betari Durga yang berada di ruangan sebelah barat dari Candi Siwa di kompleks candi Prambanan, Betari atau Dewi Durga adalah Sakti atau pasangan dari Batara Siwa. Tidak jelas memang apa hubungan atau korelasi antara Rara jonggrang dengan arca Betari Durga yang berada di kompleks candi Prambanan, namun terdapat penjelasan dari warga bahwa candi yang berjumlah seribu itu bernama candi Sewu, sedangkan Roro jonggrang yang dianggap arca Betari Durga mempuyai arti sebagai gadis yang ramping Sejarah Singkat Candi Prambanan Jika Candi Borobudur di bangun oleh wangsa Syailendra maka, Candi Prambanan di bangun oleh Wangsa Sanjaya. Wangsa besar yang mengakhiri kemegahan Wangsa Syailendra. Dibawah kepemimpinan Raja Rakai Pikatan lah Candi Prambanan di dirikan. Rakai Pikatan adalah menantu dari raja Samaratungga pemimpin atau raja dari Wangsa Syailendra dan ketrurunan Wangsa Sanjaya yang ke-7. Jadi dapat dikatakan bahwa kemunduran Wangsa Syailendra bukan kerena penaklukan oleh Wangsa Sanjaya, malah sebaliknya, kedua Wangsa ini terikat karena adanya pernikahan dari putra dan putri raja.

21 23 Candi Prambanan merupakan kelompok candi yang di bangun oleh wangsa Sanjaya, pada sekitar abad ke IX, walaupun di mulai pada masa pemerintahan Rakai pikatan tapi candi-candi kecil yang berdiri di sekitar Candi Prambanan di buat dan di selesaikan oleh keturunan wangsa Sanjaya lainnya. Nama Rakai Pikatan sebagai pendiri Candi Prambanan sebelumnya tidak di ketahui sampai seorang peneliti dari Belanda bernama J.G De Casparis menemukan nama Rakai Pikatan pada sebuah prasasti yang bernama Prasasti siwagraha dengan tahun 856 M, setelah beliau berhasil menguraikan semua kata dalam prasasti itu beliau menemukan tiga hal penting dalam prasasti tersebut yaitu : 1. Isinya memuat bahan-bahan atau peristiwa-peristiwa yang terjadi pada abad ke IX 2. Bahasanya menunjukan salah satu contoh prasasti tertua yang berangka Tahun yang ditulis dalam puisi jawa kuno 3. Didalamnya terdapat uraian yang rinci tentang suatu gugusan candi, sesuatu yang unik dalam epigrafi Jawa kuno. Dari uraian di atas lalu beliau menarik kesimpulan bahwa Prasasti tersebut menceritakan tentang peperangan antara Balaputradewa keturunan wangsa Syailendra yang digulingkan oleh saudara iparnya sendiri yang di bantu oleh Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya.

22 24 Karena peristiwa itulah terjadi konsolidasi keluarga Raja Rakai Pikatan itu kemudian menjadi permulaan dari masa baru yang perlu diresmikan dengan pembangunan suatu gugusan candi besar. Untuk menunjukan pengaruhnya sebagai Wangsa Sanjaya Rakai Pikatan dan Balitung yang beragama Hindu Siwa mendirikan Candi Prambanan pada tahun 850 masehi. Pada Prasasti Siwagraha yang di buat pada 12 November 856 tertulis dengan jelas gambaran tentang gugusan candi yang cirri-cirinya sangat identik dengan Candi Prambanan. Dengan demikian bangunan-bangunan utama yang berdiri di gugusan Candi Prambanan di yakini oleh Rakai Pikatan sedangkan candi-candi kecil lainnya didirikan oleh keturunan Wangsa Sanjaya selanjutnya. Sayangnya setelah pembangunan Candi utama dan candicandi dalam gugusan Candi Prambanan selesai, Candi Prambanan mulai ditinggalkan. Ini disebabkan pada tahun 928 Mpu Sindok memindahkan pemerintahan kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Ada dua Hipotesa dari peneliti yang menyebutkan mengapa terjadi pemindahan permerintahan, pertama pengaruh dari letusan gunung merapi yang memang letak Candi Prambanan dan kerajaan dekat dengan aliran lahar dingin gunung merapi. Yang kedua ada nya serangan dari kerajaan Sriwijaya. Karena pemindaha inilah menyebabkan runtuhnya kebesaran Wangsa Sanjaya, sedangkan Mpu Sindok yang diperkirakan masih keturunan Wangsa Sanjaya men-

23 25 dirikan dinasti baru bernama Dinasti Isyana yang pemerintahannya berada di Jawa timur. Semenjak ditinggalkan karena berpindahnya wilayah pemerintahan, Candi Prambanan mulai terlupakan sehingga tidak terawat dan mengalami kehancuran di sana-sini karena gempa bumi dan letusan gunung merapi, sampai tumbuhnya pepohonan hingga merubah wilayah candi menjadi seperti hutan. Hingga pada sekitar tahun 1733 an saat seorang Belanda bernama C.A. Lons menemukan kembali candi Hindu terindah ini dan kemudian melaporkan kepada pemerintah Hindia-Belanda, sehingga dimulailah pemugaran besar-besaran oleh beberapa arkeolog Belanda, dan dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia, dan dapat dinikmati hingga sekarang Sekilas mengenai Kompleks Candi Prambanan Candi Prambanan menjulang tinggi setinggi 47 meter yang sesuai dengan keinginan sang pendirinya, yaitu menunjukan kemegahan agama Hindu di tanah Jawa. Candi Prambanan adalah candi yang dibuat untuk di persembahkan kepada Sang Hyang Trimurti yaitu 3 dewa utama dalam ajaran agama Hindu, yaitu Batara Brahma (Dewa pencipta), Batara Wisnu (Dewa pemelihara), dan Batara Siwa (Dewa Pelebur), oleh karena itulah terdapat 3 candi utama di kompleks Candi Prambanan, dan yang terbesar dan berada di tengah adalah candi Batara Siwa, karena Hindu yang dianut pada zaman itu adalah Hindu Siwa, pada candi Siwa terdapat 4 ruangan

24 26 ruangan pertama berisikan arca Batara Siwa yang menghadap Timur, sedangkan tiga ruangan lainnya berisikan arca Betari Durga (Sakti atau pasangan Batara Siwa) di ruangan sebelah utara, Batara Agastya (Resi atau guru Batara Wisnu) di ruangan sebelah selatan, dan Batara Ganesha (Putra dari Batara Wisnu dan Dewi Uma) di sebelah barat. Sedangkan candi yang berada di sebelah kiri dari arah jalan masuk menuju pelataran candi adalah candi Batara Brahma, dimana hanya ada satu ruangan yang berisikan arca Batara Brahma, begitu pula dengan candi yang berada di sebelah kanan dari jalan masuk menuju pelataran candi, candi tersebut di dedikasikan untuk Batara Wisnu. Pada dinding candi Batara Siwa terdapat ukiran atau relief yang bercerita tentang wiracarita Ramayana, ciptaan Resi Walmiki, yang pahatan nya sangat mirip dengan cerita yang diturunkan secara lisan, cerita ini mengelilingi Candi Siwa dan selesai di Candi Brahma dengan memutar mengikuti arah jarum jam atau disebut dengan Mapradaksina dalam bahasa Jawa kuno, daksina sendiri berarti timur. Namun pada candi wisnu, relief bercerita mengenai Krishnayana, yaitu cerita mengenai Sri Krishna avatar atau penjelmaan Batara Wisnu saat menjadi manusia, dan menyelamatkan kehidupan manusia. Setiap candi utama memiliki candi pendamping yaitu candi yang di persembahkan untuk para Wahana (kendaraan) Sang Hyang Trimurti, ketiga candi ini semuanya menghadap barat, candi Angsa (selatan) untuk candi Batara Brahma, candi Nandini (tengah) untuk

25 27 Candi Batara Siwa, dan candi Garuda (utara) untuk Candi Batara wisnu. Sedangkan di setiap sisi pembatas terdapat candi-candi kecil yaitu 4 candi apit, di dekat jalan masuk ke pelataran candi, dan 4 candi sudut yang terletak di sudut-sudut pelataran candi. Oleh karena keteraturan dari kompleks Candi Prambanan dan tujuan didirikannya candi inilah, membuat candi ini menjadi candi Hindu terindah di Dunia, dan teristimewa di bumi nusantara, maka UNESCO (badan PBB yang menangani mengenai pendidikan da budaya) menetapkan Candi Prambanan kedalam World Heritage atau warisan budaya dunia. "Inscription on this List confirms the exceptional and universal value of a cultural or natural site which requires protection for the benefit of all humanity." "Prasasti pada warisan dunia ini menegaskan nilai luar biasa dan universal dari sebuah situs budaya atau alam yang memerlukan perlindungan untuk kepentingan seluruh umat manusia."

26 Struktur dan spesifikasi Buku Berikut ini adalah rencana rancangan struktur publikasi buku Candi Prambanan : Persembahan untuk Sang Hyang Trimurti yang sudah mengalami redesain oleh penulis : Naskah Penyelenggara :Erwin Dwi Budianto :PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan Ratu Boko Desainer Fotografi Illustrasi Penerbit Spesifikasi : Erwin Dwi Budianto : Erwin Dwi Budianto : Erwin Dwi Budianto : Red & White Publishing : 25x25 cm (Hardcover) Full color / Black and white Tebal : 148 halaman Harga : Rp ,-00 Kerangka buku : Cover luar Cover dalam Kolofon Halaman dedikasi Penyekat 1(berisikan Mantra atau kidung suci dalam huruf Bali, beserta artinya)

27 29 Kata pengantar Daftar isi Penyekat 2 BAB 1 Sebuah Legenda : Legenda Rara jonggrang Penyekat 3 BAB 2 Candi Prambanan : Sejarah Candi Prambanan Arsitektur Candi Prambanan Wiracarita Ramayana Krishnayana Makna dan Filosofi Candi Prambanan Penyekat 4 BAB 3 Batara dan Betari penghuni Candi Prambanan : Batara Brahma Batara Wisnu Batara Siwa Betari Durga Resi Agastya Batara Ganesha Angsa Nandini Garuda Penyekat 5 BAB 4 Penutup Galeri Dari Prambanan untuk Indonesia dan dunia Daftar istilah (Glosarium) Daftar pustaka Devider 6 (berisikan Mantra atau kidung suci penutup, kidung Paramasanti dalam huruf Bali beserta artinya) Biografi penulis

28 Karekteristik Buku > Membahas Candi Prambanan dari legenda, sejarah, keunikan, misteri dan filosofi di balik pembangunan monumen megah ini. > Memperkenalkan dan membahas arca-arca Dewa yang berdiri di Candi Prambanan, melalui penjelasan cerita dan pandangan agama Hindu. Ditambah dengan visual yang menarik. > Mempunyai visual berupa fotografi dan ilustrasi yang colorful dan juga hitam putih. 2.5 Target Komunikasi Psikografi Behaviour Demografi Geografi : mandiri, menyenangi sejarah, kebudayaan, serta visual art. Juga gemar membaca buku dan mengkoleksi buku-buku baik buku lokal maupun import. : gemar membaca buku, senang akan kebudayaan bangsa, sejarah, dan seni visual. : generasi muda dengan usia antara tahun, dengan SES A dan atau B, gender laki-laki dan perempuan. : berdomisili di kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Denpasar, dan Surabaya 2.6 Analisa S.W.O.T Strength : Buku mengenai candi-candi di Indonesia banyak, khususnya candi Borobudur, tapi masih sedikit yang membahas candi prambanan, kalaupun ada kurang begitu menarik, karena kurangnya visual pendukung isi buku.

29 31 Biasanya anak-anak muda akan tertarik dengan buku yang berisikan seni visual, baik itu fotografi ataupun ilustrasi. Dengan penjelasan sejarah dan bantuan visual pendukung yang detail, akan membuat penjelasan isi buku lebih di pahami. Weakness Masalah perbedaan selera anak muda dalam hal seni visual, menjadikan agak sulit di pahami dari cara pandang mereka mengenai seni visual. Publikasi buku ilustrasi dan fotografi memerlukan biaya yang tidak sedikit, plus kategori buku ini adalah buku koleksi, maka ada kemungkinan setiap eksemplar atau paket buku tidak dapat di sanggupi oleh beberapa pihak. Opportunity Semakin banyaknya masyarakat Indonesia khususnya generasi muda yang menggali lagi khazanah kebudayaan lokal. Belum banyak buku ilustrasi dan fotografi mengenai Candi Prambanan, apalagi dalam bahasa Indonesia. Masih adanya anak muda yang menyenangi sejarah, namun minim buku-buku bagus dan mudah untuk di pahami saat di baca. Mengingatkan kepada generasi muda bahwa peninggalan Candi Prambanan patut di banggakan. Karena secara tidak langsung nanti generasi muda akan menyebarkan lebih luas lagi keberadaan Candi Prambanan. Threat Pendidikan sejarah umumnya dan arkeologi khususnya yang dianggap membosankan.

30 32 Budaya-budaya asing yang semakin merasuki anak muda, sehingga budaya dan sejarah kemegahan negeri sendiri terlupakan. Buku-buku buatan para peneliti luar yang lebih menarik, sehingga buatan penulis Indonesia kurang di apresiasi.

Perkembangan Arsitektur 1

Perkembangan Arsitektur 1 Perkembangan Arsitektur 1 Minggu ke 5 Warisan Klasik Indonesia By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST, MT Material Arsitektur Klasik Indonesia Dimulai dengan berdirinya bangunan candi yang terbuat dari batu maupun

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Tinjauan Tema Berikut ini merupakan tinjauan dari tema yang akan diterapkan dalam desain perencanaan dan perancangan hotel dan konvensi. 3.1.1 Arsitektur Heritage Perencanaan

Lebih terperinci

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7 SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7 1. Sejarah Sunda Kata Sunda artinya Bagus/ Baik/ Putih/ Bersih/ Cemerlang, segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan, orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Candi adalah bangunan yang menggunakan batu sebagai bahan utamanya. Bangunan ini merupakan peninggalan masa kejayaan Hindu Budha di Indonesia. Candi dibangun

Lebih terperinci

Bab 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN. seperti format teknis cover, grid system dan lainnya.

Bab 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN. seperti format teknis cover, grid system dan lainnya. Bab 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Format Teknis Buku Pada bagian ini akan di jelaskan format teknis dari buku yang saya buat, seperti format teknis cover, grid system dan lainnya. 5.1.1 Cover Buku

Lebih terperinci

INTERAKSI KEBUDAYAAN

INTERAKSI KEBUDAYAAN Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tempat wisata, meliputi wisata alam, budaya hingga sejarah ada di Indonesia. Lokasi Indonesia yang berada di daerah

Lebih terperinci

BAB 3: TINJAUAN LOKASI

BAB 3: TINJAUAN LOKASI BAB 3: TINJAUAN LOKASI 3.1. Tinjauan Kantor PT. Taman Wisata Candi Prambanan Borobudur dan Ratu Boko Yogyakarta 2.1.1 Profil Kantor PT. Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko PT. Taman Wisata

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya.

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya. SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6 1. Berdasarkan letak geografis Indonesia yang berada dalam jalur perdagangan dunia, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang berlatar belakang Hindu atau Buddha di Indonesia, khususnya di Jawa. Orangorang di Jawa Timur menyebut

Lebih terperinci

BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA

BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA 3.1. Tata letak Perletakan candi Batujaya menunjukkan adanya indikasi berkelompok-cluster dan berkomposisi secara solid void. Komposisi solid ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB II ISI. oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, yang

BAB II ISI. oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, yang BAB II ISI 2.1 Sejarah Candi Borobudur Kata Borobudur sendiri berdasarkan bukti tertulis pertama yang ditulis oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, yang memberi nama

Lebih terperinci

Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno Kerajaan Mataram Kuno KELOMPOK 4 : ADI AYU RANI DEYDRA BELLA A. GHANA N.P. PUSAKHA S.W.Q (01) (Notulen) (08) (Moderator) (11) (Anggota) (20) (Ketua) Kerajaan Mataram (Hindu-Buddha), sering disebut dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain. Selain itu tinggal secara tidak menetap. Semenjak itu pula

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN Para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai pembagian gaya seni candi masa Majapahit maupun Jawa Timur antara lain adalah: Pitono Hardjowardojo (1981), Hariani Santiko

Lebih terperinci

di JAW A TE N GAH S E LATAN

di JAW A TE N GAH S E LATAN C AN D I C AN D I di JAW A TE N GAH S E LATAN CANDI MENDUT Letak : kec. Mungkid, kab. Magelang + 2 km dari Candi Borobudur Hubungan dengan Candi Borobudur Dari segi paleografis tulisan ada persamaan (tulisan-tulisan

Lebih terperinci

Paket Wisata. Hoshizora Tour

Paket Wisata. Hoshizora Tour Paket Wisata Hoshizora Tour DIES NATALIS & LUSTRUM X FAKULTAS PSIKOLOGI UGM 2015 Paket Wisata Jogja Jogja Favorite Tour Paket Jogja Favorite Tour akan membawa Anda mengunjungi lokasi favorit di Yogyakarta

Lebih terperinci

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM AKULTURASI : menerima unsur baru tapi tetap mempertahankan kebudayaan aslinya jadi budaya campuran ASIMILASI : pernggabungan kebudayaan lokal dan unsur baru tapi

Lebih terperinci

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Candi Cetho

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Candi Cetho BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Candi Cetho 1. Lokasi Candi Cetho terletak di lereng barat Gunung Lawu, tepatnya di desa Cetho kelurahan Gumeng kecamatan Jenawi, kabupaten Karanganyar provinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan CAGAR BUDAYA Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Boyolali, 29 Maret 2017 1 April 2017 Daftar

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang Pernyataan Masalah.

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang Pernyataan Masalah. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Candi Prambanan atau Candi Rara Jonggrang adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi.kompleks Candi Prambanan telah tercatat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PERANAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DALAM PERANCANGAN VISUAL GAME THE LEGEND OF PRAMBANAN"/Permana Adi Wijaya

BAB I PENDAHULUAN. PERANAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DALAM PERANCANGAN VISUAL GAME THE LEGEND OF PRAMBANAN/Permana Adi Wijaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki ratusan peninggalan benda bersejarah yang berbedabeda. Masing masing daerah memiliki benda yang bersejarah tersendiri yang dapat diangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Jawa kaya akan peninggalan-peninggalan purbakala, di antaranya ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini tersebar di

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang muncul dalam mengembangkan relief candi menjadi sebuah motif. Pertama, permasalahan

Lebih terperinci

lebih cepat dan mudah dikenal oleh masyarakat luas daripada teks. Membaca teks

lebih cepat dan mudah dikenal oleh masyarakat luas daripada teks. Membaca teks 3 Relief menjadi media penyampaian pesan karena merupakan media yang lebih cepat dan mudah dikenal oleh masyarakat luas daripada teks. Membaca teks lebih sulit karena diperlukan pengetahuan tentang bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya dipengaruhi oleh kebudayaan India. Salah satu pengaruh kebudayaan India ialah dalam aspek religi, yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,

Lebih terperinci

PESAN MORAL DALAM CERITA RAKYAT RARA JONGGRANG

PESAN MORAL DALAM CERITA RAKYAT RARA JONGGRANG PESAN MORAL DALAM CERITA RAKYAT RARA JONGGRANG Ahmad Dwi Nugroho Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Depok, Jawa Barat, 16424, Indonesia Ahmaddwinugroho13@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada sekitar abad IV sampai pada akhir abad XV M, telah meninggalkan begitu banyak peninggalan arkeologis.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Indonesia yang strategis terletak di antara benua Asia dan Australia, sehingga menyebabkan berbagai suku bangsa telah memasuki kepulauan nusantara mulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu daerah di Indonesia yang sangat kaya akan peninggalan kebudayaan pada jaman Hindu Budha. Kebudayaan sendiri berasal dari bahasa sansekerta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sosial dan ekonomi. Menurut undang undang kepariwisataan no 10

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sosial dan ekonomi. Menurut undang undang kepariwisataan no 10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sebuah aktivitas atau kegiatan yang kini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di dunia. Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB II DATA DAN ANALISA BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Data dan Literatur 2.1.1 Pengertian Cerita Rakyat Berdasarkan definisi Folklore dari Wikipedia.org, (2012) cerita rakyat merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak bangunan-bangunan megah yang sengaja dibangun oleh tangan-tangan manusia sebagai wujud berdiamnya Allah di

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Produk 2.1.1 Buku Dongeng / Cerita Rakyat Indonesia Berdasarkan pada kajian dari wikipedia bahasa Indonesia dijelaskan bahwa Definisi Dongeng adalah suatu kisah yang diangkat

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Dalam survey lapangan yang dilakukan di Museum Wayang Jakarta, dapat dilihat

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Dalam survey lapangan yang dilakukan di Museum Wayang Jakarta, dapat dilihat BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data a. Survey Lapangan Dalam survey lapangan yang dilakukan di Museum Wayang Jakarta, dapat dilihat rendahnya popularitas wayang di negeri kita sendiri. Tempatnya sangat

Lebih terperinci

BAB III. TINJAUAN KHUSUS

BAB III. TINJAUAN KHUSUS BAB III. TINJAUAN KHUSUS 3.1. Tinjauan Tema Berikut ini merupakan tinjauan dari tema yang akan diterapkan dalam desain perencanaan dan perancangan hotel dan konvensi. 3.1.1. Arsitektur Heritage Perencanaan

Lebih terperinci

AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA. Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa

AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA. Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa CIPANAS PRESS 2014 Diterbitkan oleh Cipanas Press (STT Cipanas) Jl. Gadog I/36 Cipanas Cianjur 43253 Jawa Barat Indonesia Cetakan

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI

BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI A. Persamaan Gaya Corak Kaligrafi di Masjid Al- Akbar Surabaya dengan Masjid Syaichuna Kholil Bangkalan Masjid merupakan tempat ibadah umat muslim

Lebih terperinci

Asal Mula Candi Prambanan

Asal Mula Candi Prambanan Asal Mula Candi Prambanan Zaman dahulu ada sebuah kerajaan di Pengging. sang raja mempunyai seorang putera bernama Joko Bandung. Joko bandung adalah seorang pemuda perkasa, seperti halnya sang ayah, ia

Lebih terperinci

JENIS KOLEKSI KETERANGAN UKURAN SKALA GAMBAR RUANG TRANSISI A. Dimensi obyek = 5m x 2m 1 :1. diorama 1 : 1. Dimensi 1 vitrin B = 1,7 m x 1,2 m 1 : 1

JENIS KOLEKSI KETERANGAN UKURAN SKALA GAMBAR RUANG TRANSISI A. Dimensi obyek = 5m x 2m 1 :1. diorama 1 : 1. Dimensi 1 vitrin B = 1,7 m x 1,2 m 1 : 1 LAMPIRAN JENIS KOLEKSI KETERANGAN UKURAN SKALA GAMBAR RUANG TRANSISI A Gua + Relief Relief bercerita tentang peristiwa sejarah manusia purba (bagamana mereka hidup, bagaimana mereka tinggal, dll) 5m x

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Sumber data yang digunakan untuk membantu dan mendukung Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Wawancara Wawancara dilakukan dengan beberapa sumber dari dua

Lebih terperinci

3. Kehidupan ekonomi kerajaan Kalingga :

3. Kehidupan ekonomi kerajaan Kalingga : Kerajaan Kalingga 1. Sejarah kerajaan Kalingga dimulai pada abad ke-6 dan merupakan sebuah kerajaan dengan gaya India yang terletak di pesisir utara Jawa Tengah. Belum diketahui secara pasti dimana pusat

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Kamajaya,Karkono,Kebudayaan jawa:perpaduannya dengan islam,ikapi,yogja,1995 2

BAB II PEMBAHASAN. Kamajaya,Karkono,Kebudayaan jawa:perpaduannya dengan islam,ikapi,yogja,1995 2 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pendidikan adalah upaya menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap insan. Potensi itu berupa kemampuan berbahasa, berfikir, mengingat menciptakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Perancangan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Perancangan BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan Perancangan adalah fase pertama dalam pengembangan rekayasa produk atau sistem. Kata perancangan berasal dari kata kerja merancang yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Definisi Batik Batik, adalah salah satu bagian dari kebudayaan Indonesia, Belum ada di negara manapun yang memiliki kekayaan desain motif batik seperti yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. bagaimana cara menjaga kebersihan, ketertiban dan kenyamanan pengunjung?

BAB I PENDAHULUAN. 2. bagaimana cara menjaga kebersihan, ketertiban dan kenyamanan pengunjung? BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Candi Prambanan adalah salah satu candi terbesar yang ada di Indonesia dan merupakan salah satu situs kebanggaan yang dimiliki Indonesia baik sebagai objek wisata maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sejarah beserta peninggalannya. Candi merupakan salah satu peninggalan bersejarah yang tidak dapat lepas nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki beragam kebudayaan. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya peninggalan peninggalan sejarah yang tersebar luas hampir

Lebih terperinci

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten Alya Nadya alya.nadya@gmail.com Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan

Lebih terperinci

Cagar Budaya Candi Cangkuang

Cagar Budaya Candi Cangkuang Cagar Budaya Candi Cangkuang 1. Keadaan Umum Desa Cangkuang Desa Cangkuang terletak di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Desa Cangkuang dikelilingi oleh empat gunung besar di Jawa Barat, yang antara lain

Lebih terperinci

Sejarah Seni Rupa Yunani Kuno 1. Sejarah Yunani Kuno

Sejarah Seni Rupa Yunani Kuno 1. Sejarah Yunani Kuno Sejarah Seni Rupa Yunani Kuno 1. Sejarah Yunani Kuno Yunani kuno tidak diragukan lagi merupakan salah satu peradaban paling berpengaruh dalam sejarah umat manusia. Dari daerah yang terletak di ujung semenanjung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang terdiri dari berbagai macam pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki kota-kota

Lebih terperinci

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad Prinsip keseimbangan yang dicapai dari penataan secara simetris, umumnya justru berkembang pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad renesans. Maka fakta tersebut dapat dikaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Tatanan Lanskap Situs Ratu Boko

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Tatanan Lanskap Situs Ratu Boko 36 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Tatanan Lanskap Situs Ratu Boko 5.1.1 Karakteristik Lanskap Alami Situs Ratu Boko diduga telah dihuni sejak tahun 700 Masehi sampai dengan 1400 Masehi. Secara administratif,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah dan Budaya Lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia. Semakin jelas harmonisasi dan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Letak Geografis Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Sedangkan luas wilayah terendah adalah Kecamatan Ngeluwar sebesar 2.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Letak Geografis Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Sedangkan luas wilayah terendah adalah Kecamatan Ngeluwar sebesar 2. 63 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Letak Geografis Kabupaten Magelang Jawa Tengah Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang terletak 110 0 01 51 dan 110 0 26 58 Bujur Timur

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh masyarakat khusunya generasi muda. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi membuat bangunan-bangunan

Lebih terperinci

BAB 3 KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS: TINJAUAN GAYA SENI BANGUN, SENI ARCA DAN LATAR KEAAGAMAAN

BAB 3 KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS: TINJAUAN GAYA SENI BANGUN, SENI ARCA DAN LATAR KEAAGAMAAN BAB 3 KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS: TINJAUAN GAYA SENI BANGUN, SENI ARCA DAN LATAR KEAAGAMAAN Tinjauan seni bangun (arsitektur) kepurbakalaan di Padang Lawas dilakukan terhadap biaro yang masih berdiri dan

Lebih terperinci

KONDISI CANDI BOROBUDUR SEBELUM PEMUGARAN II

KONDISI CANDI BOROBUDUR SEBELUM PEMUGARAN II 233 KONDISI CANDI BOROBUDUR SEBELUM PEMUGARAN II Oleh : Tukidjan Wakil Kepala Sektor Tekno Arkeologi Proyek Pemugaran Candi Borobudur CCandi Borobudur merupakan warisan dunia PENDAHULUAN (World Heritage)

Lebih terperinci

Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan. Kab. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah

Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan. Kab. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan. Kab. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah Foto tanggal 06 07 Agustus 2016 Pusat Data dan

Lebih terperinci

AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA. Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa

AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA. Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa STT CIPANAS 2014 Diterbitkan oleh STT Cipanas Jl. Gadog I/36 Cipanas Cianjur 43253 Jawa Barat Indonesia Cetakan pertama: April 2014

Lebih terperinci

Lalu, Ada Makam Hoo Tjien Siong

Lalu, Ada Makam Hoo Tjien Siong Selain peninggalan situs kuno berupa lingga yoni, ternyata di wilayah banyak ditemukan situs Arca Megalit. Untuk batu berbentuk arca ini ditemukan di Dusun Kaum, Desa Pangayan, Kecamatan Doro. Situs tersebut

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 145 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN HIASAN GARUDEYA DI KABUPATEN SIDOARJO SEBAGAI BENDA CAGAR BUDAYA PERINGKAT PROVINSI GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

Bab 4 KONSEP DESAIN. Dalam pengerjaan karya ini terdapat landasan-landasan teori atau metode

Bab 4 KONSEP DESAIN. Dalam pengerjaan karya ini terdapat landasan-landasan teori atau metode Bab 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori Dalam pengerjaan karya ini terdapat landasan-landasan teori atau metode pengerjaan agar hasil karya atau buku terlihat rapih, berikut teori atau metode yang di pakai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan terhadap dunia kepariwisataan di Indonesia menjadi salah satu komoditas dan sumber pendapatan devisa negara yang cukup besar dan usaha untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN. pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia memiliki ragam suku dan budaya, dalam proses pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah memiliki nilai sejarah. Pembentukan

Lebih terperinci

PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2

PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2 PENDAHULUAN PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2 Indonesia merupakan negara yang kaya akan warisan budaya (cultural heritage), yang berasal dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli yang dibangun pada tahun 1906 M, pada masa pemerintahan sultan Maamun Al- Rasyid Perkasa Alamsjah.Masjid

Lebih terperinci

Rumah Tinggal Dengan Gaya Bali Modern Di Ubud. Oleh: I Made Cahyendra Putra Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK

Rumah Tinggal Dengan Gaya Bali Modern Di Ubud. Oleh: I Made Cahyendra Putra Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK Rumah Tinggal Dengan Gaya Bali Modern Di Ubud Oleh: I Made Cahyendra Putra Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK Rumah adat Bali adalah cerminan dari budaya Bali yang sarat akan nilai-nilai

Lebih terperinci

APLIKASI PETA TEMATIK UNTUK PARIWISATA (KASUS APLIKASI PETA LOKASI DAN. Absatrak

APLIKASI PETA TEMATIK UNTUK PARIWISATA (KASUS APLIKASI PETA LOKASI DAN. Absatrak APLIKASI PETA TEMATIK UNTUK PARIWISATA (KASUS APLIKASI PETA LOKASI DAN WAKTU TEMPUH BAGI PELAKU JASA WISATA DI KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO KABUPATEN SEMARANG) Rahma Hayati Jurusan Geografi FIS UNNES Absatrak

Lebih terperinci

Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan

Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan Rihan Rizaldy Wibowo rihanrw @gmail.com Mahasisw a Jurusan A rsitektur, Sekolah

Lebih terperinci

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center KONSEP RANCANGAN Latar Belakang Surabaya semakin banyak berdiri gedung gedung pencakar langit dengan style bangunan bergaya modern minimalis. Dengan semakin banyaknya bangunan dengan style modern minimalis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan, banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan, banyak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan, banyak bangunan-bangunan megah yang sengaja dibangun oleh tangan-tangan manusia sebagai wujud berdiamnya

Lebih terperinci

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan ANALISIS BATU BATA Berdasarkan pada hasil penelitian ini dapat dipastikan bahwa di Situs Sitinggil terdapat struktur bangunan berciri masa prasejarah, yaitu punden berundak. Namun, berdasarkan pada hasil

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Metode Penelitian Dalam proses pembuatan makalah ini dibutuhkan beberapa metode, antara lain. 1. Kajian pustaka Berupa data yang didapat dari buku-buku referensi mengenai tenun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Obyek Penetapan otonomi daerah menjadi pintu gerbang bagi setiap pemerintah daerah untuk berlomba-lomba dalam mengelola, memacu, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Agama Buddha tidak pernah bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian kehidupan masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN

BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN 2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Sumber Data Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: Pencarian bahan melalui artikel dan

Lebih terperinci

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD by NURI DZIHN P_3204100019 Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD Kurangnya minat warga untuk belajar dan mengetahui tentang budaya asli mereka khususnya generasi muda. Jawa Timur memiliki budaya

Lebih terperinci

Ciri-Ciri Candi Di Jawa Timur Bentuk bangunan ramping Atapnya merupakan perpaduan tingkatan Puncaknya berbentuk kubus Tidak ada makara dan pintu relung hanya ambang dan atasnya saja yang diberi kepala

Lebih terperinci

JURNAL TUGAS AKHIR PERANCANGAN BOARD GAME SEBAGAI MEDIA EDUKASI TENTANG UNSUR BENTUK KARAKTERISTIK CANDI BOROBUDUR DAN CANDI PRAMBANAN PENCIPTAAN

JURNAL TUGAS AKHIR PERANCANGAN BOARD GAME SEBAGAI MEDIA EDUKASI TENTANG UNSUR BENTUK KARAKTERISTIK CANDI BOROBUDUR DAN CANDI PRAMBANAN PENCIPTAAN JURNAL TUGAS AKHIR PERANCANGAN BOARD GAME SEBAGAI MEDIA EDUKASI TENTANG UNSUR BENTUK KARAKTERISTIK CANDI BOROBUDUR DAN CANDI PRAMBANAN PENCIPTAAN Gilang Aditya Murti NIM : 1012010024 PROGRAM STUDI S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota besar di Pulau Jawa yang memiliki kekayaan akan peninggalan kebudayaan. Bentuk dari peninggalan kebudayaan dibagi menjadi

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki ragam budaya dan nilai tradisi yang tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari berbagai macam peninggalan yang ditemukan dari berbagai provinsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada mulanya, nusantara terdiri dari kerajaan-kerajaan besar yang jaya pada masanya. Kerajaan yang terdiri dari kerajaan Hindu, Buddha dan Islam dikenal dunia sebagai

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN SUKU BANJAR

KEBUDAYAAN SUKU BANJAR KEBUDAYAAN SUKU BANJAR 1. Batasan Membahas tentang kebudayaan suatu kelompok masyarakat merupakan bagian yang paling luas lingkupnya. Dalam tulisan ini kebudayaan dipahami sebagai sesuatu yang menunjuk

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya.

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya. BAB 2 DATA DAN ANALISIS 2.1. Legenda Hanoman 2.1.1 Perang Wanara dan Raksasa Setelah lakon Hanoman Obong. Hanoman kembali bersama Sri Rama dan Laskmana beserta ribuan pasukan wanara untuk menyerang Alengka

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Kesesuaian Feng Shui..., Stephany Efflina, FIB UI, 2009

BAB IV KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Kesesuaian Feng Shui..., Stephany Efflina, FIB UI, 2009 BAB IV KESIMPULAN Penyesuaian terjadi pada masyarakat Cina yang bermukim atau tinggal di Nusantara. Orang-orang Cina telah ada dan menetap di Nusantara sejak lama. Pada perkembangan pada masa selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam seni amat dipengaruhi oleh rasa (feeling, emotion).

BAB I PENDAHULUAN. dalam seni amat dipengaruhi oleh rasa (feeling, emotion). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni merupakan proses cipta-rasa-karya, seperti juga sains dan teknologi, seni tidak akan ada apabila manusia tidak dianugerahi daya cipta. Yang membedakan proses

Lebih terperinci

Forum Bina Prestasi DI UNDUH DARI YUDHISTIRA LEARNING CENTER. Anggota Ikapi

Forum Bina Prestasi DI UNDUH DARI YUDHISTIRA LEARNING CENTER. Anggota Ikapi Forum Bina Prestasi Anggota Ikapi Pendalaman Buku Teks Tematik Pahlawanku 4E Kelas IV SD Penyusun Forum Bina Prestasi Pramita Indriani Damarasih Sumiyono Untari Teguh Purwantari Sutarman Editor Indriani

Lebih terperinci

SEJARAH DAN PENINGGALANNYA

SEJARAH DAN PENINGGALANNYA SEJARAH DAN PENINGGALANNYA A. PERIODISASI SEJARAH DI INDONESIA Sejarah manusia di dunia terbagi menjadi dua zaman, yaitu zaman pra sejarah dan zaman sejarah. Zaman pra sejarah adalah zaman di mana manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tanpa terasa Bandung sudah memasuki usianya yang lebih dari 200 tahun. Sebuah perjalanan yang sangat panjang dari wilayah yang sebelumnya merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN. kepada sang karakter utama, Nova, seorang gadis kecil yang menuntuk

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN. kepada sang karakter utama, Nova, seorang gadis kecil yang menuntuk BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 4.1 Desain Title Judul yang dipilih adalah The Little Bullet of Justice. Judul ini mengacu kepada sang karakter utama, Nova, seorang gadis kecil yang menuntuk balas(keadilan).

Lebih terperinci

BAB II PERKEMBANGAN PEMUGARAN CANDI BOROBUDUR. Candi Borobudur adalah kuil nenek moyang sebagaimana didari sruktur

BAB II PERKEMBANGAN PEMUGARAN CANDI BOROBUDUR. Candi Borobudur adalah kuil nenek moyang sebagaimana didari sruktur BAB II PERKEMBANGAN PEMUGARAN CANDI BOROBUDUR A. Sejarah Berdirinya Candi Borobudur Candi Borobudur adalah kuil nenek moyang sebagaimana didari sruktur bangunan sebutkan dalam prasasti Sri Kahulunan 842

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN. Gambar 4.1. Peta Kabupaten Sleman

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN. Gambar 4.1. Peta Kabupaten Sleman 46 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Kabupaten Sleman Gambar 4.1 Peta Kabupaten Sleman Kota Sleman terletak antara 110 33 00 sampai

Lebih terperinci

BAB 2 : KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA HINDU-BUDDHA Nurul Layyina X IIS 2

BAB 2 : KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA HINDU-BUDDHA Nurul Layyina X IIS 2 BAB 2 : KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA HINDU-BUDDHA Nurul Layyina X IIS 2 A. Teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan hindu-buddha di indonesia 1. Masuk dan berkembangnya

Lebih terperinci

Dharmayatra tempat suci Buddha

Dharmayatra tempat suci Buddha Dharmayatra tempat suci Buddha 1. Pengertian Dharmayatra Dharmayatra terdiri dari dua kata, yaitu : dhamma dan yatra. Dharmma (Pali) atau Dharma (Sanskerta) artinya kesunyataan, benar, kebenaran, hukum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan. Norma norma dan nilai nilai yang mencerminkan jati diri

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan. Norma norma dan nilai nilai yang mencerminkan jati diri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini kesadaran akan nasionalisme di kalangan pemuda Indonesia sangat memprihatinkan. Norma norma dan nilai nilai yang mencerminkan jati diri bangsa semakin terkikis

Lebih terperinci