BAB II PERKEMBANGAN PEMUGARAN CANDI BOROBUDUR. Candi Borobudur adalah kuil nenek moyang sebagaimana didari sruktur

Transkripsi

1 BAB II PERKEMBANGAN PEMUGARAN CANDI BOROBUDUR A. Sejarah Berdirinya Candi Borobudur Candi Borobudur adalah kuil nenek moyang sebagaimana didari sruktur bangunan sebutkan dalam prasasti Sri Kahulunan 842 M yang isinya yaitu tentang pembangunan sebuah vihara diatas sebuah bukit dan menyebut Borobudur sebagai..kamulan I BhumiShambara... Candi Borobudur diperkirakan dibangun sekitar tahun 800 Masehi atau abad ke 9 oleh para penganut agama Budha. Candi ini diperkirakan sudah ada pada masa pemerintahan Wangsa Syailendra dan dibangun pada masa kejayaan dinasti Syailendra itu sendiri. Tokoh yang dianggap berjasa dalam pembangunan Candi Borobudur adalah Raja Samaratungga, seseorang yang berasal dari Wangsa Syailendra. Namun pembangunan Candi tersebut selesai pada saat Kerajaan dipegang oleh Ratu Pramodawardani, yang tidak lain adalah putri dari Raja Samaratungga.Dan berdasarkan data artefaktual dating yang bisa kita lihat saat ini yaitu dari keramik artinya pada saat kita melakukan pemugaran candi Borobudur melakukan eksafasi yaitu penggalian sebuah situs untuk mendapatkan data arkeologi dan berdasarkan eksafasi tersebut menemukan keramik peninggalan Dinasti Tang yaitu berlangsung sekitar abad 8 sampai 9 Masehi disekitar Candi pada saat itu berarti Candi itu sudah digunakan (wawancara dengan Bapak Hari, 23 Mei 2013).

2 Keajaiban Candi (asal kata Candika=tempat suci) Borobudur yang didirikan oleh Dinasti Syailendra tahun 800 Masehi dapat diketahui dari struktur bangunan teknis sete;ah renovasi kedua yaitu tahun seperti: 1. Tinggi candi sampai puncak 35,29 m; 2. Panjang sisi 119 m; 3. Luas bangunan m2; 4. Jumlah stupa dan panel 1.464; 5. Jumlah volume kaki tambahan m3; 6. Volume batu bangunan m3; 7. Total batu keseluruhan m3 atau 2 juta blok batu andesit; 8. Jumlah relief buah sepanjang 2,5 km sampai 3 km; 9. Jumlah panel dekorasi buah atau seluas m2; 10. Ukuran panel rata-rata 2 m2; 11. Jumlah stupa 72 stupa; 12. Berat bangunan candi ton (Andi M. Mudhiuddin, 2009: 60) Seorang arsitek dari Prancis, Jacques Dumarcay, memperkirakan bahwa Candi Borobudur berdiri pada zaman keemasan Raja Syilendra yaitu pada tahun M. Lebih lanjut Dumarcay memperkirakan bahwa Candi Borobudur dibangun dalam tiga tahap yaitu bagian kaki, bagian atas dan bagian stupa. (wawancara dengan Bapak Hari, 23 Mei 2013). Terjadinya beberapa perubahan dalam pembangunan Candi Borobudur ini diketahui dengan diadakan beberapa kali penelitian dan kajian terhadap bentukbentuk dan susunan batu serta beberapa relief Candi.

3 Masa-masa pemugaran candi Borobudur adalah sebagai berikut. 1. Tahun 1814 Raffles mendengar adanya penemuan benda purbakala dan Raffles memerintahkan Cornelius untuk menyelidiki lokasi penemuan, berupa bukit yang dipenuhi semak belukar. 2. Tahun 1873, monografi pertama tentang Candi diterbitkan. 3. Tahun 1900, Pemerintah Hindia Belanda menetapkan sebuah panitia pemugaran dan perawatan Candi Borobudur. 4. Tahun 1907, Van Erp memimpin pemugaran hingga tahun Tahun 1926, Borobudur dipugar kembali namun terhenti karena adanya Perang Dunia II. 6. Tahun 1956, Pemerintah Indonesia meminta bantuan UNESCO dan Prof. Dr. C. Coremans dari Belgia datang ke Indonesia untuk meneliti sebab-sebab kerusakan Candi. 7. Tahun 1963 Pemerintah Indonesia mengeluarkan surat keptusan untuk memugar kembali Borobudur namun berantakan karena terjadi peristiwa G- 30 S. 8. Tahun 1968 pada konfrensi ke-15 di Prancis UNESCO setuju memberi bantuan untuk pemugaran Candi Borobudur. 9. Tahun 1971 Pemerintah Indonesia membentuk badan pemugaran Candi Borobudur yang diketuai oleh Prof. Ir. Roosseno. 10. Tahun 1972 International Consultative Committee dibentuk dengan melibatkan berbagai negara dan Prof. Ir. Roosseno sebagai ketuanya. Komite yang disponsori oleh UNESCO menyediakan 5 juat dollar Amerika Serikat

4 dari biaya pemugaran juta dollar Ameriak Serikat dan sisanya ditanngung Indonesia Agustus Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran candi Borobudur dan selesai pada tahun Januari terjadi serangan bom yang merusak beberapa stupa Candi Borobudur. 13. Tahun 1991 Borobudur ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO. Arti Borobudur sampai sekarang belum diketahui secara jelas, sebagian besar dari candi di Indonesia tidak lagi diketahui nama aslinya. Penamaan Candi berdasarkan macam-macam alasan,agar bisa dimasukkan ke dalam daftar khasanah budaya bangsa, candi-candi itu diberi nama menurut desa tempat monumen tersebut ditemukan atau berdasarkan kondisinya. Sebaliknya, bila ada candi yang masih tetap menyandang nama aslinya, desanya lalu disebut menurut nama candi yang bersangkutan, dan desa Borobudur itu mengikuti nama Candi Borobudur (Daoed Joesoef, 2004: 1) B. Awal Borobudur sebagai Danau Sisi keunikan lain yang terdapat pada bangunan Candi Borobudur adalah bentuk bangunannya. Sepintas kalau dilihat dari kejauhan, bangunan Candi Borobudur akan tampak keliatan seperti sebuah susunan bangunan yang berundak atau semacam piramida. Namun berbeda kalau dilihat dari udara, bentuk Candi Borobudur mirip dengan bunga teratai. Di dalam agama Budha, teratai memang

5 termasuk salah satu simbol-simbol yang dipakai dalam penghormatan. Teratai melambangkan kesucian dan mengingatkan umat Budha untuk senantiasa menjaga pikiran dan hatinya agar tetap bersih meski berada di lingkungan yang tidak bersih sekalipun. Hal itu sama dengan bunga teratai yang tidak akan terpengaruh dengan keadaan disekitarnya (Rusdi, 2010: 47) Menurut Nieuwenkamp dalam Rusdi dahulu disekitar Candi Borobudur terdapat danau besar yang sekarang sudah tidak ada. Danau itu meliputi sebagian dari daerah dataran Kedu yang terhampar disekitar Borobudur. Namun berbeda dengan apa yang tertera dalam kitab-kitab kuno, biasanya sebuah candi didirikan disekitar tempat bercengkeramanya para dewa, seperti puncak dan lereng bukit, daerah kegiatan gunung berapi, dataran tinggi, tepian sungai dan danau, dan pertemuan dua sungai. Menurut Rusdi (2009: 50-53), satu pendapat lagi yang menyatakan bahwa Candi Borobudur awalnya dibangun di atas sebuah bentangan danau yang sangat luas. Pendapat ini didasarkan pada hasil kajian geologi yang dilakukan oleh Ir. Helmy Murwanto MSc., Ir. Sutarto MT., dan Dr. Sutanto dari fakultas Ilmu Geologi UPN Veteran serta Prof. Sutikno dari Fakultas Ilmu Geografi UGM. Penelitian para ahli Geografi ini membuktikan bahwa pada zaman dahulu, dikawasan Candi Borobudur memang terdapat danau yang sangat luas. Penelitian yang dilakukan sejak tahun 1996 dan dilanjutkan pada tahun 2005 oleh Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Jawa Tengah ini pun sepakat bahwa terdapat danau purba disekitar kawasan Candi Borobudur.

6 Namun sayang pendapat dari Nieuwenkamp sempat dianggap sebagai sebuah ilusi oleh Van Erp yang waktu itu memimpin pemugaran Candi Borobudur pada tahun Bahkan, hipotesis Nieuwenkamp dianggap sebagai pendapat yang ngawur karena tidak didukung oleh bukti-bukti kuat seperti adanya prasasti yang berbicara tentang adanya danau di kawasan tersebut. Meskipun awalnya sempat ditolak, tetapi hipotesis Nieuwenkamp pada akhirnya menarik perhatian banyak kalangan, terutama para ahli yang berasal dari berbagai disiplin keilmuwan. Bahkan, tidak sedikit dari para ahli yang merasa tertantang untuk melakukan penelitian demi mencari kebenaran dari hipotesis Nieuwenkamp. Maka sejak tahun 1996, dimulailah upaya penelitian yang mula-mula ditujukan untuk mengkaji endapan lempung hitam yang ada di dasar sungai sekitar Candi Borobudur antara lain sungai Progo, sungai Sileng dan sungai Elo.Pertama kali, para peneliti itu mengambil sampel lempung hitam dan melakukan analisa laboratorium. Dari penelitian itu diketahui bahwa lempung hitam yang ada di dasar sungai-sungai itu banyak mengandung serbuk sari dari tanaman komunitas rawa atau danau, antara lain seperti Commelina, Cyperaceae, Nymphaea Stellata dan Hydrocharis. Tanaman-tanaman tersebut dalam istilah populernya disebut tanaman teratai, rumput air dan paku-pakuan yang semuanya mengendap di danau. Tak puas dengan penelitian itu, para peneliti kemudian mengambil sampel fosil kayu yang dianalisis dengan menggunakan radio karbon C14. Dari analisa tersebut diketahui bahwa endapan lempung hitam pada bagian atasnya diperkirakan sudah berumur 660 tahun. Bahkan, para peneliti juga melakukan pengeboran lempung hitam pada kedalaman 40 meter yang dari

7 penelitian itu dapat diketahui bahwa lempung hitam itu ada yang berumur sampai 22 ribu tahun. Setelah melakukan beberapa penelitian, peneliti tersebut akhirnya menarik sebuah kesimpulan bahwa danau purba disekitar Candi Borobudur sudah ada sejak 22 ribu tahun lalu, jauh sebelum candi Borobudur dibangun. Para peneliti berasumsi bahwa menghilangnya danau purba di sekitar kawasan Candi Borobudur disebaban karena lingkungan danau yang merupakan muara dari beberapa sungai yang berasal dari gunung api yang masih aktf. Sungai-sungai seperti sungai Pabelan dari Gunung Merapi, sungai Elo dari Gunung Merbabu, sungai Progo dari Gunung Sumbing dan Sindoro membawa endapan Lahar yang lambat laun bermuara dan menimbun danau itu hingga lama-kelamaan menjadi kering dan menghilang. Akibat lebih lanjut, danau menjadi semakin dangkal dan sempit. Apalagi ditambah dengan adanya kejadian berupa endapan lahar Gunung Merapi pada abad ke 11 yang pada akhirnya menyebabkan danau menjadi kering, tertimbun endapan lahar dan berubah menjadi dataran tinggi sebagaimana dapat dilihat di Candi borobudur sekarang ini. Bukti lain bahwa Borobudur dulunya adalah Danau dapat dilihat dari nama-nama kampung atau desa disekitar Candi. Tidak jauh dari Candi Borobudur terdapat kampung yang dinamakan Bumi Segara karena pada mulanya berwujud segara atau laut. Di pinggir kampung itu ada nama jalan yang oleh masyarakat disebut Jalan Ngrawa. Dalam bahasa Jawa Ngrawa artinya tempatnya Rawa. Nama kampung itu juga menjadi petunjuk bahwa sekitar Borobudur memang sebuah Danau (Soetarno, 1986: 79)

8 C. Borobudur sebagai Hutan Belukar Versi lain menyebutkan bahwa sekitar tiga ratus tahun yang lampau, tempat dimana Candi Borobudur berada adalah hutan belukar. Hutan belukar ini oleh penduduk setempat disebut dengan hutan Redi Borobudur. Nama Borobudur sendiri untuk pertama kalinya diketahui dari naskah Negara Kertagama karya Mpu Prapanca, yang ditulis pada tahun 1365 Masehi. Di dalam naskah tersebut disebutkan adanya biara yang terdapat di Budur (Rusdi, 2010: 54). Kurang lebih satu setengah abad lamanya Candi Borobudur menjadi pusat tempat berziarah bagi penganut agama Budha di Jawa. Akan tetapi runtuhnya Kerajaan Mataram Hindu, kira-kira dalam seperempat abad ke 10 Masehi yang dibarengi dengan berpindahnya kekuasaan politik dan kebudayaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, maka sejak itu bangunan Borobudur terbengkalai tak terurus dialam terbuka hingga akhirnya dilupakan orang. Tumbuh-tumbuhan mulai merusak bangunan suci itu, alampun mulai memainkan peranannya dengan adanya gempa bumi yang disebabkan gunung berapi (Soetarno, 1986: 82) Baru dalam abad XVIII Masehi menurut naskah Babad Tanah Jawi ( ) dan Serat Centini yang menyebutkan tentang seorang yang bernama Mas Dana. Mas Dana adalah menantu Ki Gede Pacukilan yang memberontak terhadap Raja Amangkurat III yang bertahta di Kartasura atau seorang pemberontak yang mencoba melawan Raja Paku Buwono I. Pemberontak ini kemudian berhasil ditangkap di Redi Borobudur dan dijatuhi hukuman mati (Soekmono, 1976: 9) Kemudian, diceritakan pula bahwa pada tahun 1758 yang terdapat dalam Babad Mataram, terdengar sebuah berita tentang seorang pangeran dari

9 Yogyakarta, yakni Pangeran Monconagoro, mengalami nasib buruk pula di Borobudur. Baginya pelaku pantangan untuk melihat arca seribu disana, sebab salah satu dari arca-arca itu menggambarkan seorang ksatria yang terkurung dalam sangkar. Sebaliknya Sang pangeran justru hendak bertemu dengan satria malang itu. Akibatnya putera mahkota sepulangnya di istana jatuh sakit dan muntah darah sampai menemui ajalnya (Rusdi, 2010: 54) Candi Borobudur awalnya tidak berbentuk seperti yang ada sekarang ini. Banyak bagian Candi yang semula sudah rusak akibat lama tertimbun dan juga karena seringnya terkena lahar gunung api yang meletus. Kemudian Candi itu dipugar oleh Van Erp. Tokoh ini yang dianggap berjasa mengembalikan susunan bentuk candi yang sebelumnya banyak mengalami kerusakan. Van Erp adalah seorang ahli tehnik bangunan Genie Militer dengan pangkat Letnan Satu tetapi kemudian dia tertarik untuk meneliti Candi Borobudur sejak mulai dari falsafahnya sampai ke ajaran-ajaran yang dikandungnya. Kalau dilihat dari kejauhan, Borobudur akan tampak seperti susunan bangunan berundak atau semacam piramida dan sebuah stupa. D. Makna Pemugaran dan Penyelamatan Candi Borobudur Sejak ditemukannya kembali Borobudur, dimulailah usaha memperbaiki dan memugar bangunan Borobudur. Mula-mula hanya dilakukan perbaikan kecilkecilan, serta perbaikan gambar dan reliefnya. Pemugaran yang cukup besar dilakukan tahun dibawah pimpinan Van Erp (Soetarno, 1986: 87).

10 Usaha pemugaran dan penyelamatan Candi Borobudur dengan biaya berjuta-juta dollar banyak menimbulkan pertanyaan yang tidak jarang bernada ragu akan manfaatnya. Sulitlah orang memahami mengapa untuk Candi Borobudur yang tidak lain daripada tumpukan-tumpukan batu-batu kuno belaka diberikan perhatian dan biaya yang begitu besar. Salah satu usaha Pemerintah untuk meperbesar pendapatan negara adalah peningkatan kepariwisataan. Sejak dahulu Candi Borobudur dikenal dengan sektor kepariwisataan tetapi kenyataan sekarang keadaan gawat Candi Borobudur mendapat perhatian seluruh dunia sehingga bahaya runtuh itu menjadi daya penarik untuk mendapatkan wisatawan lebih banyak. Sesungguhnya Candi Borobudur mempunyai nilai lain yang jauh lebih berharga daripada sekedar sebagai objek pariwisata yaitu sebagai benteng pertahanan kebudayaan kita. Bersama dengan peninggalan-peninggalan purbakala lainnya, Candi Borobudur menjadi penegak kepribadian bangsa Indonesia. Kehidupan dunia modern sudah tidak ada lagi batas-batas kenegaraan ataupun kebangsaan yang tidak ditembus oleh pengaruh kebudayaan asing. Maka untuk tidak mudah dilanda dan dihanyutkan oleh arus pengaruh yang tidak terbendung kita harus mampu untuk memegang sendiri kendali pengarahan perkembangan bangsa dan kebudayaan kita. Kepribadian bangsa tidak dapat secara mendadak dibentuk dari unsurunsur masa kini, kepribadian bangsa itu berurat akar dalam masa-masa yang sudah lewat, dan berkembang dari masa ke masa seiring dengan sikap hidup yang dianut oleh bangsa itu. Masa kini adalah akibat dari masa lalu dan masa datang

11 akan berkembang berlandaskan masa kini. Maka nilai-nilai kehidupan bangsa kita dimasa lalu harus kita gali dan pelihara untuk menegakan martabat bangsa demi pembangunan masa depan. Candi Borobudur merupakan bukti nyata prestasi dari nenek moyang kita. Dalam Candi Borobudur tercermin kepribadian yang patut untuk kita contoh. Adanya Pemugaran dan penyelamatan Candi Borobudur agar kebesaran jiwa bangsa kiat dapat diteruskan oleh generasi penerus, tidak hanya dalam bentuk ceritera dan gambar tetapi dalam bentuk wujud yang nyata. Utuhnya Candi Borobudur dalam kemegahan dan keindahannya akan memberi pengetahuan serta kemungkinan kepada generasi menadatang untuk langsung menikmati dan meresapi nilai-nilai moral, nilai-nilai pendidikan dan agungnya. Soekmono, 1973: 58-59)